69
KUALITAS BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN H 2 SO 4 PADA LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Disusun Oleh : Septina Dwi Prasetyana A. 420.050.026 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

A420050026(skripsi tugas)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jhbj

Citation preview

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING

DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN

H2SO4 PADA LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Biologi

Disusun Oleh :

Septina Dwi Prasetyana

A. 420.050.026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009

PERSETUJUAN

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING

DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI

DAN H2SO4 PADA LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

SEPTINA DWI PRASETYANA

A. 420050026

Disetujui untuk dipergunakan dihadapan

Dewan Penguji Skripsi S1

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Suparti, M.Si. Dra. Hj. Aminah Asngad, M.Si.

NIP : 131683035 NIK : 227

PENGESAHAN

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING

DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI

DAN H2SO4 PADA LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

SEPTINA DWI PRASETYANA

A. 420050026

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal : 9 Juni 2009

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

1. Dra. Hj. Suparti, M.Si ( )

2. Dra. Hj. Aminah Asngad, M.Si ( )

3. Mukhlissul Faatih, S.Si, M. Biotech ( )

Surakarta, Juni 2009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Dekan

Drs. H. Sofyan Anif, M.Si.

NIK : 547

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 suatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam

pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab.

Surakarta, Juni 2009

SEPTINA DWI PRASETYANA

A. 420 050 026

MOTTO

Janganlah meremehkan suatu kebaikan, walau sekedar menghadapi teman dengan muka

yang manis.

( Nabi Muhammad SAW )

Carilah duniamu seakan-akan kamu akan hidup terus,

tapi beramallah untuk akhiratmu seolah-olah besok pagi kamu akan mati

( Penulis )

Tetaplah bersyukur dalam keadaan apapun dan dengan apa yang kamu miliki sekarang

karena Allah SWT tahu apa sesungguhnya yang terbaik untuk kita.

( Penulis )

PERSEMBAHAN

Kupanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmadNya hingga terselesainya

skripsi ini dan kupersembahkan karya sederhana ini, untuk :

� Bapak dan ibuku tercinta yang selalu setia mendoakan dan memberi dorongan

motivasi kepadaku.

� Adikku (Sevian), kakakku (Agustin – Eddy) dan keponakanku (dhek Hana)

tersayang yang turut memberikan doa dan semangat hingga skripsi ini selesai.

� Teman-temanku team Bioetanol (Ilma, Triya, Mus, Rina, Nurul, Umi, Phe,

Linda, Tatik) terima kasih atas kerjasama dan kebersamaannya.

� Sahabat sejatiku (Fitri, Danang HS, Heni dan A. Maryanto) yang turut

memberikan doa dan motivasi kepadaku.

� Almamater tercinta.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulit panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmad dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan naskah

skripsi ini tepat pada waktunya. Juga tidak lupa sholawat serta salam senantiasa

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Naskah skripsi yang berjudul ”KUALITAS BIOETANOL LIMBAH

TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN

PENAMBAHAN RAGI DAN H2SO4 PADA LAMA FERMENTASI YANG

BERBEDA” ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai

syarat dalam memperoleh derajat Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

pada Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Selama penelitian dan penyusunan naskah skripsi, penulis mendapatkan

banyak bimbingan dan petunjuk serta nasehat dari berbagai pihak, oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak dan ibuku tercinta yang selalu setia mendoakan, memberikan motivasi dan

membiayaiku hingga terselesainya skripsi ini.

2. Dra. Hj. Suparti, M.Si., selaku Pembimbing I atas segala bimbingan, pengarahan,

dorongan dan masukan yang telah diberikan dengan segenap kebesaran hati sejak

penyusunan proposal, awal penelitian hingga selesainya penyusunan naskah ini.

3. Dra. Hj. Aminah Asngad, M.Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan

petunjuk, bimbingan serta pengarahan dari awal sampai akhir.

4. Dra. Hj. Tuti Rahayu, M.Pd, selaku pembimbing akademik dan bapak ibu dosen

yang senantiasa memberikan bimbingan serta kritikan yang senantiasa memacu

semangat penulis untuk menyelesaikan studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Jurusan Biologi.

5. Ibu Siti Mardiyah, selaku Laboran Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Kesehatan

yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

6. Kakakku (Agustin), adikku (Sevian), yang senantiasa memberikan kasih sayang

dan doanya.

7. Teman-teman team Bioetanol dan angkatan 2005.

8. Sahabat-sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan semua disini karena suatu hal.

9. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Dalam penyusunan skripsi ini, masih jauh dari kesempurnaan, sehingga

penulis harapkan segala kritik dan saran yang membangun. Semoga karya sederhana

ini bermanfaat bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Surakarta, Mei 2009

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

ABSTRAK ................................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ........................................................... 5

C. Perumusan Masalah ............................................................. 5

D. Tujuan Penelitian ................................................................. 6

E. Manfaat Penelitian .............................................................. 6

BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ................................................................. 7

1. Umbi Ketela Pohon ....................................................... 7

2. Industri Tapioka ............................................................. 7

3. Karbohidrat ................................................................... 18

4. Glukosa .......................................................................... 19

5. Fermentasi ...................................................................... 19

6. Saccharamyces cerevisieae ............................................ 20

7. Asam Sulfat.................................................................... 21

8. Etanol ............................................................................. 22

B. Kerangka Pemikiran ............................................................ 23

C. Hipotesis............................................................................... 23

BAB III. METODE PENELITIAN.......................................................... 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 25

B. Alat dan Bahan ................................................................... 25

C. Prosedur Penelitian ............................................................. 25

1. Pembuatan Fermentasi ................................................. 25

2. Destilasi Alkohol........................................................... 26

3. Analisis Kadar Alkohol................................................. 26

D. Rancangan Percobaan ........................................................ 27

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 28

F. Analisis Data ...................................................................... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 33

A. Hasil ..................................................................................... 33

B. Pembahasan.......................................................................... 34

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 38

A. Kesimpulan .......................................................................... 38

B. Saran..................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Kombinasi perlakuan pada limbah tapioka padat kering

dihaluskan ............................................................................................. 27

3.2. Data Perlakuan Kadar Alkohol ( % ) .................................................... 28

4.1. Data Pengamatan Kadar Alkohol Limbah Tapioka Padat

Kering Dihaluskan Dengan Penambahan Ragi dan H2SO4

Pada Lama Fermentasi yang Berbeda ................................................... 33

4.2. Hasil Uji Anava Dua Jalur Kualitas Bioetanol Limbah

Tapioka Padat Kering Dihaluskan Dengan Penambahan Ragi

dan H2SO4 Pada Lama Fermentasi yang Berbeda ................................. 34

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Diagram Alir Tahapan Proses Pengolahan Tapioka ............................. 10

2.2. Urutan Proses Pengeringan Tapioka ..................................................... 16

3.1. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 23

4.1. Histogram Kadar Alkohol Limbah Tapioka Padat Kering

Dihaluskan Dengan Penambahan Ragi dan H2SO4

Pada Lama Fermentasi yang Berbeda .................................................. 35

DAFTAR LAMPIRAN

1. Anava Dua Jalur untuk Kadar Alkohol

2. Foto-foto Hasil Penelitian

3. Daftar Nilai Baku F pada Taraf Kritis 5 dan 1 % untuk Analisis Sidik Ragam

(Analysis of Variance)

4. Daftar Nilai Baku P (Significant Studentized Ranges (R) X Q Pada Taraf Kritis 5

dan 1 Persen untuk Uji Jarak Nyata Duncan

5. Surat Keterangan

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING

DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN H2SO4

PADA LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

SEPTINA DWI PRASETYANA, A 420 050 026, PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURAKARTA, 2009, 38 HALAMAN

ABSTRAK

Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk sekitar dua

ratus juta jiwa menghadapi masalah energi yang cukup mendasar , sebagai contoh

minyak bumi. Sehingga bioetanol sebagai energi alternatif. Tumbuhan yang potensial

untuk menghasilkan bioetanol adalah ketela pohon, tebu, jagung. Indonesia

merupakan sentra tanaman pangan terutama Manihot utilissima pohl sebagai bahan

baku pembuatan tepung tapioka.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar

bioetanol hasil fermentasi limbah tapioka padat kering dihaluskan dengan

penambahan ragi dan H2SO4. Bioetanol ini merupakan salah satu alternatif energi di

Indonesia. Pembuatan bioetanol menggunakan limbah tapioka padat kering

dihaluskan diproses dengan cara fermentasi dan destilasi sehingga menghasilkan

bahan bakar yang berupa bioetanol.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Pendidikan UNS

dan Laboratorium Kima Fakultas Ilmu Kesehatan UMS pada bulan Desember 2008-

Januari 2009. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2

faktor yaitu waktu fermentasi (W) dan dosis ragi (D). Analisis data yang digunakan

adalah Anava dua jalur dan Uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test). Dari

penelitian tersebut diperoleh hasil yaitu kadar alkohol tertinggi 14,43% pada W2D3

(7 hari/75 gr),sedangkan kadar alkohol terendah 3,70% pada W3D1 (9hari/25 gr).

Berdasarkan hasil analisis data dapat diperoleh bahwa limbah tapioka padat kering

dihaluskan mempunyai kadar alkohol tertinggi pada W2D3 dengan waktu fermentasi

7 hari dan dosis ragi 75 gr.

Kata kunci: fermentasi, limbah tapioka, kadar alkohol.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk sekitar

dua ratus jiwa menghadapi masalah energi yang cukup mendasar. Sebagai

contoh, terjadinya penurunan produksi minyak bumi Indonesia perhari. Disisi

lain kebutuhan masyarakat terhadap minyak bumi semakin tinggi. Sehingga

bioetanol sebagai bentuk energi alternatif. Tumbuhan yang potensial untuk

menghasilkan bioetanol adalah tanaman yang mempunyai karbohidrat tinggi,

misalnya : ketela pohon, tebu, jagung, jerami.

Industri tapioka merupakan salah satu industri pertanian (agroindustri)

yang cukup banyak terdapat di Indonesia, salah satunya di Kabupaten

Sukoharjo. Merupakan daerah sentra tanaman pangan terutama ketela pohon

(Manihot utilissima pohl) sebagai bahan baku pembuatan tepung tapioka.

Untuk menopang ketersediaan bahan pangan yang melimpah tersebut, di

Kecamatan Polokarto ada sebuah pabrik yaitu industri pengolahan tepung

tapioka. Industri tersebut menampung bahan baku yang berasal dari para

petani di daerah Polokarto berkapasitas antara 2-5 ton per hari.

Industri pengolahan tepung tapioka ini mempunyai efek samping berupa

limbah padat dan cair. Limbah industri tapioka termasuk limbah organik, karena

ditimbulkan sebagai sisa dari pengolahan ketela pohon yang merupakan salah

satu bahan organik. Onggok diperoleh dari proses pemarutan dan pengepresan,

apabila tidak ditangani dengan seksama onggok dapat menimbulkan potensi

besar mencemari lingkungan. Sebagian besar industri topioka berlokasi dekat

pemukiman penduduk padat dan ditepi sungai sehingga onggok yang dibuang

disekitar lokasi industri akan berakibat fatal bagi lingkungan dan makhluk hidup

yang mendiami daerah sekitar.

Proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka, menghasilkan

limbah sekitar 2/3 bagian atau sekitar 75% dari bahan mentahnya, limbah ini

biasa disebut onggok. Warga sekitar pabrik tapioka PT. Sukoharjo Makmur

Abadi, Polokarto sudah sangat akrab dengan onggok. Dalam keadaan kering

onggok mengeluarkan bau tidak sedap, apalagi dalam keadaan basah saat musim

hujan. Bau tidak sedap ini muncul akibat terjadinya proses pembusukan onggok

yang sangat cepat. Meskipun merupakan limbah tetapi kandungan karbohidrat

onggok masih tinggi yaitu mencapai 63%-68%, sementara kadar airnya 20%.

Tingginya kandungan karbohidrat dan kadar air inilah yang mempermudah

akitifitas mikroba pengurai. Proses penguraian bisa bersifat aerob (membutuhkan

oksigen) dan bisa pula bersifat anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Dalam

proses penguraian ini dihasilkan bau berupa H2S dan NH3 serta berbagai gas

berbau menyengat lainnya. Meskipun disimpan dalam tempat khusus, bau tidak

sedap ini tetap sulit dicegah penyebarannya.

Limbah padat industri tapioka masih mengandung pati cukup tinggi yaitu

63%. Badan penelitian dan pengkajian teknologi Indonesia bahwa kandungan

patu pada ampas tapioka sebesar 67,8%, analisis kandungan onggok kering yaitu

karbohidrat sebesar 68%, protein sebesar 1,57%, lemak sebesar 0,26%, serat

kasar sebesar 10% dan kadar air 20% (Winarno, 1988).

Karbohidrat merupakan sumber energi utama manusia. Kabohidrat yang

kita makan adalah tepung atau pati yang ada dalam gandum, jagung, beras,

kentang, padi-padian dan juga umbi ketela pohon (Fessenden, 1997). Glukosa

suatu gula monokarida merupakan salah satu karbohidrat penting yang digunakan

sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.

Upaya minimalisasi limbah dari proses pembuatan tepung singkong salah

satunya dengan memanfaatkan kembali limbah. Teknologi biokonversi merupakan

konversi bahan secara enzimatik melalui fermentasi yang dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan nilai onggok. Dalam hal tersebut, fermentasi merupakan

proses perubahan-perubahan kimia dalam suatu substrat organik yang berlangsung

karena aksi katalisator biokimiawi yaitu enzim yang dihasilkan oleh mikroba hidup

tertentu. Pada proses ini, Saccharomyces cerevisiae merupakan organisme aerob.

Organisme ini mempunyai ciri-ciri yaitu sel-selnya bundar, lonjong, memanjang

dan menghasilkan pseudomiselium (Pelczar dan Chan, 1988).

Bioetanol merupakan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber

karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2008).

Asam sulfat sangat penting dalam industri dan dibuat dalam jumlah yang

lebih besar daripada asam lain. Asam sulfat adalah cairan yang tidak berwarna

seperti minyak dan higroskopik dengan berat jenuh 1,838 gr/mL (Setiono dan

Pudjaatmaka, 1985).

Pada dasarnya untuk menunjang pembangunan yang berwawasan

lingkungan, semua industri tapioka diharuskan menyusun dokumen penyajian

evaluasi lingkungan (PEL), sesuai keputusan menteri lingkungan hidup No.

51/MENKLH/6/1987 tentang pedoman teknis penyusunan amdal. Sehingga

belum dapat beroperasi optimal dan cenderung berpotensi menimbulkan

pencemaran lingkungan.

Perbedaan waktu fermentasi dan dosis ragi berpengaruh terhadap kadar

alkohol sari umbi ketela pohon. Kadar alkohol tertinggi sebesar 51%, yaitu

pada lama fermentasi 15 hari dan dosis ragi 8 gr. Sedangkan kadar alkohol

terendah adalah 14,303% pada lama fermentasi 9 hari dan dosis ragi 2 gr.

(Sugiarti, 2007). Hasil penelitian Indah (2007), tentang pengaruh waktu

fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar alkohol hasil fermentasi ampas umbi

ketela karet (Manihot glaziovii muell), menunjukkan bahwa kadar alkohol

tertinggi pada waktu fermentasi selama 18 hari dan dosis ragi 11 gr dengan kadar

alkohol mencapai 13,8%, sedangkan kadar alkohol terendah adalah 5,933 % pada

waktu fermentasi 12 hari dengan dosis ragi 5 gr.

Berdasarkan hasil penelitian Tatik (2008), kadar bioetanol pada tepung

umbi ketela pohon dengan penambahan H2SO4 yang tinggi adalah pada waktu

fermentasi 7 hari dengan dosis ragi 100 gr yaitu 30,60%, sedangkan kadar

bioetanol terendah adalah waktu fermentasi 7 hari dengan dosis ragi 50gr yaitu

13,13%.

Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian tersebut akan sangat

menguntungkan jika dapat memanfaatkan tepung umbi ketela pohon sebagai

bahan alternatif dalam pembuatan alkohol karena limbah tapioka mengandung

karbohidrat. Sehingga diadakan penelitian lebih lanjut dengan judul

“KUALITAS BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING

DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN H2SO4

PADA LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA”.

B. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya suatu permasalahan penelitian, maka perlu

ada pembatasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah adalah :

1. Subyek dalam penelitian ini adalah waktu fermentasi (5 hari, 7 hari dan 9hari)

dosis ragi (25gr, 50gr, 75gr) dan H2 SO4 (20ml)

2. Obyek dalam penelitian ini adalah kadar alkohol pada fermentasi limbah

tapioka padat kering dihaluskan.

3. Parameter penelitian adalah kadar alkohol.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan diatas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi dengan penambahan

H2SO4 terhadap kadar alkohol pada fermentasi limbah tapioka padat kering

dihaluskan ?

2. Berapakah kadar alkohol optimom yang dapat diperoleh dari hasil waktu

fermentasi dan dosis ragi dengan penambahan H2SO4 terhadap fermentasi

limbah tapioka padat kering dihaluskan ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh waktu fermentasi, dosis ragi dengan penambahan

H2SO4 terhadap kadar alkohol pada fermentasi limbah tapioka padat kering

dihaluskan.

2. Mengetahui waktu fermentasi, dosis ragi dan H2SO4 yang efektif untuk

mendapatkan kadar alkohol yang optimum.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah adalah :

1. Memberikan informasi mengenai keefektifan perbandingan waktu fermentasi,

dosis ragi dan H2SO4 yang dapat digunakan untuk memperoleh kadar alkohol

pada fermentasi ampas umbi ketela pohon yang optimum.

2. Dapat menambah pengetahuan penelitian terutama dalam pengemabangan

teknologi pengolahan limbah tapioka padat kering dihaluskan.

3. Diharapkan dengan penelitian ini, pengelola industri pengolahan tepung

tapioka dapat mengelola limbahnya agar tidak berbahaya bagi lingkungan.

4. Bagi peneliti sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Umbi Ketela Pohon

Ketela pohon disebut pula ubi kayu, casava singkong. Ketela pohon

merupakan salah satu tanaman penghasil makanan. Di Indonesia tanaman ini

tersebar luas dan tumbuh di pulau Jawa, Madura dan Sumatra. Singkong di

Indonesia menduduki urutan ke III diantara empat produksi pangan yang

utama antara lain : padi, jagung, singkong dan ubi jalar. Klasifikasi ketela

pohon yaitu sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Species : Manihot utilissima pohl (Steenis, 2005)

2. Industri Tapioka

a. Bahan Baku Produksi Tapioka

Proses pembuatan tapioka di PT Sukoharjo Makmur Abadi

membutuhkan bahan baku singkong yang cukup banyak. Bahan baku

singkong dari berbagai daerah seperti kabupaten Boyolali, Sukoharjo,

Sragen, dan Karanganyar. Bahan baku singkong yang diterima hanya

diharapkan dari pedagang-pedagang singkong yang sudah ada, maka

terkadang terjadi kekosongan proses produksi 1-2 hari apabila bahan baku

singkong yang ada habis diolah (Susanto, 2000).

b. Produk Tapioka

Tapioka adalah pati yang diperoleh dari umbi tanaman ubi kayu

(Manihot utilissima). Dalam perdagangan lebih dikenal sebagai “tapioca

Flour” atau tepung tapioka. Nama lain dari tapioka adalah pati kanji, pati

ubi kayu, pati cassava, pati singkong, pati pohong sesuai dengan sebutan

untuk ubi kayu dibeberapa daerah. Pati merupakan polisakarida yang

tersusun oleh molekul glukoza yang terdiri dari molekul amilosa dan

amilopektin. Seperti pati antara lain berbentuk makromolekul, tidak

bermuatan, berbentuk granula yang padat dan tidak larut dalam air dingin.

Jika dipanaskan akan mengalami gelatinasi dalam keadaan kering

berwarna putih dan dalam bentuk gelatin berwarna opak

(Mulyoharjo,1987).

c. Tahap-tahap produksi

Proses pengolahan tapioka di PT Sukoharjo Makmur Abadi,

Sukoharjo sudah menerapkan pengolahan secara mekanis dengan

menggunakan tenaga listrik dan generator set sebagai sumber tenaga

pendukung untuk pengolahan. Pada prinsipnya peoses pembuatan tapioka

di pabrik tersebut tidak jauh berbeda dengan pembuatan tapioka pada

umumnya. Prinsip dasar pembuatan tapioka adalah sebagai berikut:

1) Penghancuran sel-sel dan pemisahan butiran-butiran pati dari benda

lain yang tidak larut. Fase ini meliputi: pengupasan, pencucian umbi

dan pemarutan.

2) Pemisahan susu pati dari air dengan penyaringan menggunakan kain

saring atau kawat kasa halus.

3) Pengurangan sebagian besar air yang terkandung pada pati basah

4) Penggilingan pati yang masih kasar kemudian dilakukan pengayakan.

Pembuatan tapioka tersebut didukung peralatan yang modern

sehingga pekerja hanya bekerja sebagai operator saja, semua proses

dikendalikan melalui sistem “remote panel control.” Proses pengolahan

tapioka di PT. Sukoharjo Makmur Abadi melalui beberapa tahapan proses

seperti yang dapat dilihat pada gambar 1:

Gambar 2.1 : Diagram Alir Tahapan Proses Pengolahan Tapioka

(Sumber PT. Sukoharjo Makmur Abadi)

Singkong

Pengupasan

Pencucian

Pemotongan

Pemarutan

Bubur Singkong

Ekstraksi

Susu Pati Encer

Pemurnian

Susu Pati Pekat

Pengendapan

Pati Basah

Pengeringan

200 – 2300C

Pengayakan 80 mesh

Pengemasan

Tapioka

Air Sisa

Pelarut

Pengambilan air

(press pulp) Air sisa

Ampas

Ampas Basah

Belerang

Diagram alir proses pembuatan pati tapioka akan diuraikan lebih

lanjut dibawah ini :

1) Pengupasan

Bahan baku singkong yang telah dibongkar dari muatan kendaraan

pengangkut, kemudian dimasukkan ke dalam happer yang berkapasitas

sekitar 4 m dengan excavator sebagai tempat penampungan sementara

singkong-singkong yang akan diproses lebih lanjut. Dari happer singkong

dibawa naik dengan menggunakan konveyor menuju mesin pengupas

(root peller). Pada mesin pengupas ini kulit ari atau kulit luar singkong

dikupas dan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel pada

permukaan singkong seperti tanah, batu-batuan kecil, plastik dan kotoran

lainnya dengan cara diputar secara terus-menerus.

2) Pencucian

Singkong yang telah bersih dari kulit ari maupun kotoran,

kemudian dicuci dengan menggunakan air yang disemprotkan sehingga

menimbulkan tekanan terhadap singkong-singkong tersebut sambil

diputar oleh pedal (peddle) pada mesin pencuci (root washer). Proses

pencucian ini berlangsung melalui 3 tahapan yang berulang secara

berturut-turut dan diharapkan singkong akhirnya akan benar-benar dalam

keadaan bersih.

3) Sortasi

Proses sortasi dilakukan saat singkong dibawa oleh konvesor

menuju root chapper yang dikerjakan oleh pekerja secara manual dengan

mengambil dan memotong bagian pangkal singkong yang keras

(benggol), kayu-kayu yang terikut serta mengambil benda-benda keras

seperti batu-batuan kecil yang terkadang masih sering ikut terbawa.

Bagian pangkal singkong dan benda-benda keras ini adalah faktor yang

menyebabkan mesin pemotong atau mesin pemarut sering rusak ataupun

tumpul.

4) Pemotongan

Tahapan selanjutnya, singkong yang telah disortasi diangkut

dengan konveyor menuju mesin pemotong (root chapper). Pada proses ini

singkong dipotong menjadi bagian yang kecil-kecil yang siap diparut.

5) Pemarutan

Singkong yang telah dipotong kecil-kecil turun kebawah menuju

mesin pemarut (roor rasper) yang terletak dibawah mesin pemotong,

aluran yang digunakan untuk menghubungkan antara mesin pemotong

dan mesin pemarut berupa pipa besar berbentuk segi empat yang

bercabang dua sehingga apabila terdapat gangguan berupa benda keras

atau batu yang masuk kedalam mesin pemarut dapat dikeluarkan dengan

mengambil dari salah satu pipa tersebut, tanpa harus menghentikan kerja

mesin pemarut apabila mesin ini membutuhkan waktu yang lama untuk

stabil kembali.

Proses pemarutan ini, agar dapat berlangsung secara lancar

diperlukan air sebagai bahan pembantu sehingga mempermudah serta

memaksimalkan pengambilan saripari dari hasil parutan singkong yang

berupa bubur cair, selain itu air parutan ini juga dapat berfungsi untuk

menjaga ketajaman dan keawetan dari mata pisau parutan.

6) Ekstrasi

Ekstrasi adalah proses pembuatan ekstrak pati dari bahan parutan

berupa bubur singkong menjauh ekstrak pati yang terpisah dari ampasnya.

Proses ekstraksi dilakukan dalam tiga bagian, setiap bagiannya terdapat

enam buah mesin ekstraktor ditambah enam buah pulp ekstraktor,

sehingga keseluruhannya berjumlah dua puluh empat buah. Proses

penambahan belerang terjadi didalam tahapan ekstraksi ini. Penambahan

belerang pada proses ini dimaksudkan sebagai penghambat pencoklatan

dan untuk mengawetkan pati. Mekanisme kerja belerang dalam

menghambat pencoklatan adalah Ion bisulfit bereraksi dengan enzym

dalam sel membentuk ion kompleks enzym sulfat sehingga enzym tidak

dapat mengkatalisa terjadinya reaksi pencoklatan. Sulfat menghambat

hidroksilasi oksidatif sehingga mencegah pembentukan senyawa

melanoidin (penyebab warna coklat).

Bahan bubur pati dari hasil parutan mula-mula diproses dengan

dilakukannya penyaringan dan pemisahan sari pati dari ampasnya

diekstraksi I (coarse extractor) dengan kain saring berukuran 150 mesh,

kemudian hasilnya dibawa ke ekstraktor II (fine extraktor) ini

penyaringan dilakukan dengan kain saring berukuran 200 mesh

selanjutnya hasil saringan tersebut diproses kembali ke separator I, II

untuk lebih mengentalkan bubur singkong dengan memisahkan

pelarutnya. Dari hasil olahan separator I, II kemudian dialirkan menuju

ekstraktor III (final extractor) untuk disaring dan dipisahkan kembali dari

ampasnya yang masih tersisa dengan ukuran saringan 250 mesh.

Ekstraktor III merupakan proses penyaringan terakhir, dengan hasil akhir

berupa susu pati berwarna putih.

Hasil samping (limbah padat) yang didapatkan dari proses

ekstraksi kemudian akan diolah kembali didalam bubur ekstraktor (pulp

ectractor) untuk dipisahkan antara air dengan ampas. Air yang didapatkan

akan dialirkan menuju mesin pemarut sedangkan ampasnya kemudian

akan dipress dengan mesin pengepres (pulp press) dan akan dihasilkan

hasil akhir berupa limbah padat.

7) Pemurnian (refining)

Pemisahan sari pati dari pelarutnya dilakukan dengan tujuan agar

susu pati hasil penyaringan dari ekstraktor lebih kental sehingga

kandungan pati pada susu pati tersebut lebih besar. Sebenarnya selain

terjadi pemisahan sari pati, pada proses pemurnian ini juga dilakukan

proses pembersihan terhadap susu pati yang kental dan bersih. Semakin

kental susu pati yang dihasilkan maka akan semakin banyak pati basah

yang diperoleh.

Proses pemurnian ini dilakukan oleh empat mesin separator yang

dibagi dalam dua bagian dengan perbedaan ukuran pada nozzle. Setiap

bagian terdiri dari dua mesin separaton, mesin separaton I dan II (fine

separator) melakukan proses pemisahan pati yang berasal dari hasil

penyaringan ekstraktor III (final extractor) kemudian dialirkan menuju

mesin separator III dan IV (final separator).

8) Pengendapan (de-hidrating)

Sari pati dihasilkan dari pemisahan sari pati oleh separator III, IV

yang masih berbentuk susu pati tersebut kemudian diendapkan pada

mesin centrifuge dengan perlakuan pemusingan sehingga saripati terpisah

dari seluruh pelarutnya, akhirnya yang tertinggal hanya endapan berupa

pati basah yang siap dikeringkan. Proses pengendapan ini berlangsung

sekitar empat menit untuk selanjutnya dilakukan penghamburan dengan

mengikis seluruh endapan pati basah yang menempel pada seluruh

permukaan bagian dalam mesin centrifuge.

Hasil penghamburan tersebut menghasilkan sekitar 50 kg pati

basah setiap empat menitnya. PT Sukoharjo Makmur Abadi dalam proses

pengolahannya menggunakan empat mesin centrifuge.

9) Pengeringan (drying)

Pati basah yang dihasilkan dari mesin centrifuge ditampung pada

sebuah bak penampungan. Selanjutnya pati basah tersebut kemudian akan

dikeringkan untuk mendapatkan kadar kekeringan pati yang diinginkan.

Dalam proses pengeringan tapioka ini dilakukan dengan empat alat yang

merupakan rangkaian dari alat pengeringan yaitu air heater, flash dryer,

starch feeder, oven atau air dryer, urutan proses pengeringan tapioka

dapat dilihat pada gambar 2 :

Gambar 2.2 Urutan Proses Pengeringan Tapioka

Sumber PT. Sukoharjo Makmur Abadi

Maksud dari bagan proses pengeringan tapioka diatas yaitu udara

panas yang diperlukan untuk proses pengeringan dihasilkan pada air

heater, selanjutnya udara panas tersebut akan dibawa oleh flash dryer

melalui cerobong air heater. Pati yang akan dikeringkan masuk ke flash

dryer dengan starch feeder sehingga udara panas dan pati basah akan

tercampur, selama pati tersebut menuju air dryer merupakan tempat

pengeringan pati yang terakhir, dalam tahapan ini pati dapat diatur tingkat

kekeringan dengan mengatur banyaknya masukan pati tiap detiknya.

Air Heater

Udara Panas

Cerobong

Flash Dryer

Pati Udara Panas

Air Dryer

Pati Kering

Flash Dryer Starch Feeder

Bak (Hopper)

Pati Basah

10) Pengayakan dan Pengepakan (grading and packing)

Tujuan pengayakan adalah untuk memisahkan fraksi pati yang

halus dengan fraksi yang kasar, sesuai dengan tingkat kualitas yang

diharapkan. Untuk kualitas A dan B adalah 99% harus melewati saringan

140 mesh dan untuk kualitas C adalah 99% harus melalui saringan 80

mesh.

Pati yang sudah dikeringkan dalam oven tersebut masih dalam

keadaan panas sehingga diperlukan proses pendinginan terhadap pati pada

mesin pendingin (cooling syclone). Kemudian pati tersebut diayak dengan

menggunakan saringan berukuran 80 mesh supaya lebih halus dan bersih.

Sementara itu, sebelum dilakukan pengemasan diadakan pengujian

terlebih dahulu uji kontrol terhadap kualitas pati yang meliputi uji kadar

air dan uji warna.

Pengepakan dilakukan pada karung-karung yang terbuat dari

bahan plastik dengan ukuran 50 kg. setelah dilakukan pengepakan

dilanjutkan dengan sistem penggundangannya, yaitu produk tapioka yang

siap dipasarkan diatur secara bersusun diatas balok kayu untuk

menghindari kontak langsung dengan lantai sehingga kelembatan pati

tetap terjaga.

d. Limbah Industri Tapioka

Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tapioka termasuk

limbah biologis atau organik, karena ditimbulkan sebagai sisa dari

pengusahaan ketela pohon yang merupakan salah satu bahan biologi atau

organik, ada 3 macam limbah, yaitu limbah cair, limbah cair, limbah

padat dan limbah gas. Limbah cair industri tapioka banyak mengandung

pati terlarut, asam hidrosianat (HCN) yang mudah terurai menjadi sianida,

nitrogen, fosfor dan senyawa organik. Menurut Mahida (1995), pada

prinsipnya penangangan limbah industri pangan adalah meredoksi

kandungan bahan organik yang terlarut berdasarkan penanganan secara

fisika, kimia, biologis.

1) Limbah padat

Limbah padat terdiri dari dua jenis yaitu :

a) Limbah kulit yang didapatkan dari proses pembersihan singkong.

Adapun penanganannya dengan dijual kepada konsumen untuk

pakan ternak.

b) Limbah dari ampas atau onggok yang didapat proses pemarutan

dan pengepresan.

2) Limbah cair

Limbah cair ini dihasilkan dari proses pencucian bahan sebelum

pemarutan, air hasil kerja separator yang memisahkan pati kental dari

air pelarutnya maupun dari pembersihan peralatan. Masalah yang

ditimbulkan dari limbah cair adalah pencemaran bau dan keasaman.11

3. Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber energi utama manusia kebanyakan

karbohidrat yang kita makan adalah tepung/pati/amilum yang ada dalam

gandum, jagung, beras, kentang dan padi-padian lainnya, buah serta sayuran.

(Fessenden, 1997).

Karbohidrat merupakan sumber tenaga utama untuk semua fungsi

tubuh gerakan-gerakan otot, pencernaan dan asimilasi makanan. Bilamana

karbohidrat itu terikat dengan oksigen maka itu akan menghasilkan panas

yang diperlukan untuk mempertahakan suhu tubuh yang stabil. Karbohidrat

terdapat dalam berbagai jenis makanan seperti gula, tepung, padi-padian dan

selulosa (Simorangkir, 1994).

4. Glukosa

Pengubahan glukosa menjadi asam laktat atau etanol berlangsung

dalam beberapa tahap yang masing-masing tahapnya dikatalis oleh enzim

jalur glikolisa dan fermentasi alkohol itu disusun oleh embeden, menyerhof

dan parnas yang kemudian dikenal dengan jalur EMP (Winarno, 1997).

Glukosa suatu gula monosakarida merupakan salah satu karbohidrat

penting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan maupun

tumbuhan. Proses penguraian glukosa menjadi piruvat, alkohol, CO2 dan air

dapat berlangsung melalui beberapa jalan metabolisme, tergantung dari

keadaan lingkungan, keadaan dalam sel atau macam jasadnya satu macam

jasad dapat melakukan atau lebih jalur metabolisme penguraian tersebut.

(Wirahadikusuma, 1995).

5. Fermentasi

Fermentasi merupakan proses perubahan-perubahan kimia dalam

suatu substrat organik yang berlangsung karena aksi katalisator biokimiawi

yaitu enzim yang dihasilkan oleh mikroba hidup tertentu. Untuk

berlangsungnya proses fermentasi oleh suatu mikroba perlu adanya medium

fermentasi yang mengandung nutrien untuk pertumbuhan, bahan pembentuk

sel, dan biosintesis produk-produk metabolisme (Rahman, 1989).

Berdasarkan produk yang difermentasi digolongkan menjadi 2 macam yaitu

sebagai berikut:

a. Fermentasi alkoholis adalah fermentasi yang menghasilkan alkohol

sebagai produk akhir disamping produk lainnya misalnya pada pembuatan

wine, tape.

b. Fermentasi non alkoholis adalah fermentasi yang tidak menghasilkan

alkohol sebagai produk akhir selain bahan lainnya misalnya pembuatan

tempe, antibiotika dan lain-lain (Rukmana dan Yuniarsih, 2001).

6. Saccharomyces cerevisieae

Produsen utama alkohol adalah ragi terutama dari strain

Saccharomyces cerevisieae. Ragi-ragi seperti juga kebanyakan fungi

merupakan organisme yang bersifat aerob. Dalam lingkungan terisolasi dari

udara, organisme ini meragika karbohidrat menjadi etanol dan CO2. ragi

sendiri merupakan organisme aerob pada kondisi an aerob. Dengan

mengalirkan udara, maka peragian dapat dihambat sempurna dengan

memasukkan banyak udara (Schlegel, 1994).

Saccharomyces cerevisiae mempunyai ciri-ciri yaitu sel-selnya

bundar, lonjong, memanjang atau seperti benang dan menghasilkan

pseudomiselium. Berkembang biak secara vegetatif dengan cara

penguncupan multiteral. Konjugasi isogami atau heterogami dapat

mendahului atau dapat terjadi setelah pembentukan askus. Dapat berbentuk

tonjolan, setiap askus dapat mengandung satu sampai empat spora dengan

berbagai bentuk, spora dapat berkonjugasi. Disimilasi berlangsung dari

oksidatif yang disukai sampai kepada fermentasi yang dominan. Dalam

biakan cair biasanya terjadi pertumbuhan didasar cincin dan partikel dapat

berbentuk dengan waktu yang lebih panjang. Senyawa-senyawa gula yang

umum biasanya difermentasikan dengan kuat, nitrat tidak diasimilasikan

kebanyakan Khamir Industri tergolong dalam genos Saccharmyces contohnya

adalah Saccharomyces cerevisiae (Pelczar dan Chan, 1988).

7. Asam Sulfat

Asam sulfat (H2SO4) sangat penting dalam industri dan dibuat dalam

jumlah yang lebih besar daripada asam lain. Asam sulfat adalah cairan yang

tidak berwarna seperti minyak dan higroskopik dengan berat jenuh 1,838

gr/mL. Asam pekat yang murni dan komersial adalah suatu campuran bertitik

didik konstan, dengan titik didih 3380C dan mengandung asam kira-kira 98%.

Cairan dapat bercampur dengan air dalam semua perbandingan dengan

melepaskan panas yang banyak sekali (Setiono dan Pudjaatmaka, 1985).

Asam sulfat merupakan asam mineral yang kuat. Reaksi hidrasi asam

sulfat adalah reaksi ekoterm yang kuat. Asam sulfat juga merupakan agen

pengeringan yang baik dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-

buahan kering (Anonim, 2008).

8. Etanol

Etanol disebut alkohol karena dapat diperoleh dengan cara

fermentasi dari padi-padian. Sebenarnya fermentasi dari semua bahan yang

mengandung karbohidrat seperti anggur dan kentang juga padi

menghasilkan etanol. Etanol yang dipakai untuk minuman dan gosohol

masih dibuat secara fermentasi, Etanol yang dipakai sebagai pelarut dibuat

dengan hidrasi dari etilen suatu zat petrokimia yang didapat dari reaksi

pemecahan minyak bumi (Fessenden, 1997).

Alkohol merupakan cairan bening, mudah menguap mudah bergerak,

tidak berwarna, bau khas dan rasa panas. Alkohol mudah terbakar dengan

memberikan nyala berwana biru dan tidak berasap. Nama lain dari alkohol

adalah aethanol, etanol, aethyl alkohol (Wresniwiro, 1999).

Bioetanol (C2H5OH) merupakan biokimia dari proses fermentasi gula

dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Gasohol

merupakan campuran antara bioetanol dan bensin dengan porsi bioetanol

sampai dengan 25% (Anomin, 2008).

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Dosis ragi dan waktu fermentasi yang berbeda berpengaruh terhadap dan

kadar bioetanol pada fermentasi tepung umbi ketela pohon (Manihot utilissima pohl)

dengan penambahan H2SO4.

Dihidrolisis + H2SO4

Fermentasi

Destilasi

Bioetanol

Ragi / khamir

Sisa pengolahan tepung kanji

menghasilkan ampas

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian lapangan dilakukan di Desa Sawur Kecamatan Polokarto

Kabupaten Sukoharjo sedangkan destilasi dilaksanakan di Laboratorium

Kimia Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Uji kadar

alkohol dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan

Februari 2009.

B. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Alat yang digunakan untuk membuat tepung dan fermentasi antara lain

pisau, tampah, mesin penggiling tepung, kompor, baskom, panci, sendok,

gelas ukur, timbangan analitik, penyaring, toples, plastik.

b. Alat untuk mengukur kadar alkohol antara lain tabung reaksi,

spektrofotometer, waterbath, pipet volume, gelas ukur, alat destilasi, tiang

statis, labu ukur 100 mL dan 250 ml, termometer.

2. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

a. Bahan yang digunakan untuk pembuatan fermentasi antara lain tepung

ketela pohon, ragi jenis NKL, H2SO4, dan air.

b. Bahan yang digunakan untuk uji etanol antara lain limbah padat tapioka

kering dihaluskan hasil fermentasi dan alkohol hasil destilasi, kalium

karbonat (K2CO3), alkohol 90% dan kalium dikarbonat K2 (CO3)2.

C. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Fermentasi Ketela Pohon

a. Menyiapkan ampas umbi ketela pohon, kemudian mengeringkan ampas

umbi ketela pohon.

b. Menggiling ampas umbi ketela pohon yang telah kering untuk dijadikan

tepung dan ditimbang masing-masing 500 gr. Untuk masing-masing

perlakuan ada 12 perlakuan, jadi ampas yang dibutuhkan ada 6.000 gr.

c. Mencampurkan limbah tapioka padat kering dihaluskan dengan

perbandingan 1 : 5 dan menambahkan H2SO4 8%.

d. Merebus campuran pada panci dengan api sedang dan mengaduknya

secara terus menerus sampai campuran berwarna kecoklatan.

e. Membiarkan limbah tapioka padat kering dihaluskan yang telah direbus

tadi selama 1-2 jam hingga benar-benar dingin.

f. Setelah dingin, sebelumnya pH dari bahan dinetralkan dengan

penambahan NaOH, setelah itu pH diturunkan kembali dengan

menggunakan H2SO4 sampai pH menjadi 4,5 – 5,5.

g. Membuat starter, yaitu menggunakan air gula sebanyak 16% dari dosis

ragi, lalu dicampurkan pada ragi.

h. Mencampur bahan ragi NKL yang sudah dibuat starter, masing-masing

dengan dosis yang telah ditentukan

gr

gr

gr

gr

gr

gr

500

75,

500

50,

500

25

i. Memasukkan bahan ke dalam toples, lalu menutup toples dengan plastik.

j. Menginkubasi bahan masing-masing selama 5, 7 dan 9 hari.

2. Destilasi alkohol

a. Mengambil sampel atau bahan hasil fermentasi lalu memasukkan ke

dalam alat destilasi alkohol.

b. Mendestilasi alkohol dengan cara memanaskan masing-masing bahan

hasil fermentasi sampai mendidih pada suhu 70-800C.

c. Mengembunkan uap hasil destilasi tersebut dan menampungnya dalam

tabung penampung.

d. Apabila uap sudah tidak menetes lagi, kemudian mengambil hasil

destilasi tersebut dan menyimpannya dalam botol.

3. Analisis Kadar Alkohol

a. Menyiapkan larutan dari hasil destilasi fermentasi limbah tapioka padat

kering dihaluskan.

b. Menuang alkohol pada tabung reaksi dan mengukurnya dengan

alokolmeter.

c. Memasukkan larutan alkohol tersebut sebanyak 1mL kedalam tabung

reaksi yang telah diberi kalium karbonat, kalium dikarbonat dan etanol.

d. Memasukkan tabung reaksi tersebut kedalam waterbath selama 2 jam

untuk menginkubasi larutan alkohol tersebut.

e. Setelah diinkubasi selama 2 jam kemudian diujikan pada

spektrofotometer dan membaca kadar alkohol yang tertera.

D. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) pola faktorial yang terdiri dari 2

faktor yaitu waktu fermentasi dan dosis ragi dengan syarat perlakuan:

Faktor I : Waktu fermentasi (W)

W1 : Waktu fermentasi 5 hari

W2 : Waktu fermentasi 7 hari

W3 : Waktu fermentasi 9 hari

Faktor 2 : Dosis Ragi (D)

D0 : Dosis tanpa ragi dan H2SO4

D1 : Dosis ragi 25/500gr

D2 : Dosis Ragi 50/500 gr

D3 : Dosis ragi 75/500gr

Tabel 3.1 Kombinasi perlakuan pada tepung umbi ketela pohon.

D

W D0 D1 D2 D3

W1 W1D0 W1D1 W1D2 W1D3

W2 W2D0 W2D1 W1D2 W2 D3

W3 W3D0 W3D1 W1D3 W3 D3

Keterangan :

W1D0 : Waktu fermentasi 5 hari tanpa dosis ragi dan H2SO4

W2D0 : Waktu fermentasi 7 hari tanpa dosis ragi dan H2SO4

W3D0 : Waktu fermentasi 9 hari tanpa dosis ragi dan H2SO4

W1D1 : Waktu fermentasi 5 hari dengan dosis ragi 25gr/500gr ( 5%)

W2D1 : Waktu fermentasi 7 hari dengan dosis ragi 25gr/500gr (5%)

W3 D1 : Waktu fermentasi 9 hari dengan dosis ragi 25gr/500gr (5%)

W1D2 : Waktu fermentasi 5 hari dengan dosis ragi 50gr/500gr (10%)

W2D2 : Waktu fermentasi 7 hari dengan dosis ragi 50 gr/500gr (10%)

W3D2 : Waktu fermentasi 9 hari dengan dosis ragi 50 gr/500 gr (10%)

W1D3 : Waktu fermentasi 5 hari dengan dosis ragi 75 gr/500 gr (15%)

W2 D3 : Waktu fermentasi 7 hari dengan dosis ragi 75 gr/500 gr (15%)

W3D3 : Waktu fermentasi 9 hari dengan dosis ragi 75 gr/500 gr.(15%)

Dari Kombinasi Perlakuan Sehingga Diperoleh 12 Kombinasi

Tabel 3.2 Data Perlakuan Kadar Alkohol (%)

Ulangan Perlakuan

1 2 3 ∑ Rata -rata

Standar

Deviasi

W1D0

W2D0

W3D0

W1D1

W2D1

W3D1

W1D2

W2 D2

W3 D2

W1D3

W2 D3

W3 D3

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Eksperimen: yaitu dengan melakukan percobaan langsung dengan

memberikan penambahan ragi dan H2SO4 dengan lama fermentasi yang

berbeda.

2. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung dilapangan pada proses

pengolahan tepung tapioka dan limbahnya.

3. Studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan referensi dan kepustakaan

sebagai dasar penelitian dan untuk memperkuat hasil penelitian.

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu

berupa angka atau data kadar alkohol hasil fermentasi limbah tapioka padat

kering dihaluskan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis

varian dua jalur untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan. Adapun langkah-

langkah analisis varian dua jalur yaitu sebagai berikut:

1. Menghitung faktor korelasi (FK)

( )bar

XFK

..

2

∑=

2. Menghitung Jumlah Kuadrat total (KT)

∑∑

=

2

2

,. bar

XXJKT

3. Menghitung jumlah kuadrat perlakuan (JKp)

( )FK

r

XJKp

ij−=

4. Menghitung jumlah kuadrat variabel A (JKA)

( )FK

r

XJK

A

A

A −=∑

.

2

5. Menghitung jumlah kuadrat variabel B (JKB)

( )FK

r

XJK

B

B

B −=∑

.

2

6. Menghitung jumlah kuadrat variabel A dan B (JKAB)

JK AB = JKp - JKA – JKB

7. Mencari jumlah kuadrat galad (JKG)

JKG = JKT - JKA- JKB- JKAB

8. Menghitung dbp

dbp = A.B - 1

9. Menghitung dbA

DbA = A - 1

10. Menghitung dbB

dbB = B - 1

11. Menghitung dbT

dbT= N - 1

12. Menghitung dbAB

dbAB = dbA x dbB

13. Menghitung dbG

dbG = dbT - dbA - dbB - dbAB

14. Menghitung kuadrat tengah perlakuan (KTp)

p

p

pdb

JKKT =

15. Menghitung kuadrat tengah variabel A (KTA)

A

A

Adb

JKKT =

16. Menghitung kuadrat tengah variabel B (KTB)

B

B

Adb

JKKT =

17. Menghitung kuadrat tengah variabel A dan B (KTAB)

G

AB

ABdb

JKKT =

18. Menghitung kuadrat tengah galat (KTG)

G

G

Gdb

JKKT =

19. Menghitung F hitung Variabel perlakuan (FP)

G

p

HitungKT

KTpF =

20. Menghitung F Hitung Variabel A (FA)

G

A

hitungKT

KTAF =

21. Menghitung F hitung Variabel B (FB)

G

B

hitungKT

KTBF =

22. Menghitung F hitung Variabel AB (FAB)

G

AB

hitungKT

KTF

AB=

Untuk selanjutnya dari masing-masing harga Fhitung yang diperoleh

dikonsultasikan dengan harga F pada tabel sehingga sebaran bebas F adalah (K-

1) (n-K) dan pada taraf nyata α = 0,05. bila Fhitung ternyata lebih besar dari F tabel

maka Ho ditolak.

Setelah dilakukan uji Anava dua jalur menunjukkan perbedaan yang

nyata, maka dilakukan uji lanjut untuk melihat perlakuan mana saja yang

berbeda, bila hasilnya menunjukkan beda nyata maka dilanjutkan dengan uji

Duncans Multiple Range Test (DMRT).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang kualitas bioetanol limbah

tapioka padat kering dihaluskan (tepung) dengan penambahan ragi dan H2S04

pada lama fermentasi yang berbeda dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kadar Alkohol (%), Limbah tapioka padat kering dihaluskan dengan

penambahan ragi dan H2S04 pada lama fermentasi yang berbeda.

Kadar Alkohol (%)

No. Perlakuan 1 2 3

Rata-rata

1. W1 D0 0 0 0 0

2. W2 D0 0 0 0 0

3. W3 D0 0 0 0 0

4. W1 D1 10,5 10,8 9,1 10,13

5. W2 D1 4,8 6,3 5,5 5,53

6. W3 D1 3,3 4,1 3,7 3,70

7. W1D2 14,3 12,6 10,8 12,57

8. W2 D2 12,7 12,3 13,5 12,83

9. W3 D2 8,7 10,2 9,8 9,67

10. W1 D3 11,7 13,3 15,5 13,5

11. W2 D3 13,8 14,4 15,1 14,43

12. W3 D3 11,2 9,9 10,7 10,60

Keterangan :

W1 D0 : Waktu Fermentasi 5 hari tanpa dosis ragi dan H2 S04 W2 D0 : Waktu Fermentasi 7 hari tanpa dosis ragi dan H2S04 W3 D0 : Waktu Fermentasi 9 hari tanpa dosis ragi dan H2S04 W1 D1 : Waktu Fermentasi 5 hari dengan dosis ragi25gr/500gr(5%)20mlH2SO4 W2 D1 : Waktu Fermentasi 7 hari dengan dosis ragi25gr/500gr(5%)20mlH2SO4 W3 D1 : Waktu Fermentasi 9 hari dengan dosis ragi25gr/500gr(5%)20mlH2SO4 W1 D2 : Waktu Fermentasi 5 hari dengan dosis ragi50gr/500gr(10%)20mlH2SO4 W2 D2 : Waktu Fermentasi 7 hari dengan dosis ragi50gr/500gr(10%)20mlH2SO4 W3 D2 : Waktu Fermentasi 9 hari dengan dosis ragi50gr/500gr(10%)20mlH2SO4 W1 D3 : Waktu Fermentasi 5 hari dengan dosis ragi75gr/500gr(15%)20mlH2SO4 W2 D3 : Waktu Fermentasi 7 hari dengan dosis ragi75gr/500gr(15%)20mlH2SO4 W3 D3 : Waktu Fermentasi 9 hari dengan dosis ragi75gr/500gr(15%)20mlH2SO4

Tabel 4.2 : Hasil uji Anava dua jalur diatas bioetanol limbah tapioka padat

kering dihaluskan dengan penambahan ragi dan H2 SO4 pada lama

Fermentasi yang berbeda

Sumber Keragaman db JK KT FHitung F Tabel 5%

1. Perlakuan 11 1036,13 94,19 554,05 2,22

Waktu 2 60,87 30,43 42,85 3,40

Dosis ragi 3 926,5 308,83 434,97 3,01

Interaksi 6 48,76 8,12 11,43 2,51

2. Galat 24 17,16 0,17

Total 35 1053,29

Keputusan Uji Anava dua jalur adalah :

1. FHitung > Ftabel (42,85 > 3,40), berarti signifikan yaitu waktu fermentasi (5, 7, 9

hari berpengaruh terhadap kadar alkohol. Limbah tapioka padat kering

dihaluskan.

2. FHitung > Ftabel (434,97 > 3,01), berarti signifikan yaitu dosis ragi yang berbeda

(25 gr, 50 gr dan 75 gr) berpengaruh terhadap kadar alkohol limbah tapioka

padat kering dihaluskan.

3. Fhitung > Ftabel (11,43 > 2,51), berarti signifikan yaitu diinteaksi antara waktu

fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar alkohol. Limbah tapioka padat

kering dihaluskan.

Karena hasil Fhitung > Ftabel maka dapat data tersebut adalah signifikan sehingga

dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui

beda nyata antar perlakuan

B. Pembahasaan

Berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap kualitas bioetanol limbah

tapioka padat kering dihaluskan dengan penambahan ragi dan H2S04 pada lama

fermentasi yang berbeda, maka diperoleh hasil penelitian (tabel 4.1 )

0

5

10

15

1 2 3 4 5

menunjukkan bahwa kadar alkohol tertinggi terdapat pada W2D3 ( 7 hari/75 gr)

dengan kadar alkohol mencapai 14,43%. Ditinjau dari segi waktu fermentasi (W)

dan dosis ragi (D), limbah tapioka padat kering dihaluskan yang difermentasikan

selama 7 hari dan dosis ragi 75 gram (W2D3) menghasilkan kadar alkohol

tertinggi yaitu 14,43%, kemudian waktu 7 hari dan dosis ragi 5 gr/500 gr (W1D2)

yaitu 12,83%, terendah pada hari dengan dosis ragi 25 gr/500gr (W3D1) yaitu

3,70%. Data hasil penelitian tersebut juga dapat digambarkan dalam histogram

berikut:

Waktu Fermentasi (Hari)

: dosis ragi 25 gr/500 gr

: dosis ragi 50 gr/500 gr

: dosis ragi 75 gr/500 gr

Gambar 4.1 Histrogram kadar alkohol limbah tapioka padat kering dihaluskan

dengan penambahan ragi dan H2S04 pada lama fermentasi yang berbeda.

5 7 9

10,13

12,57 13,50

5,53

12,53

14,43

3,70

9,67

10,60

Untuk mengetahui hasil penelitian tersebut signifikan atau tidak maka

dilakukan uji anava dua jalur dan dilanjutkan dengan uji DMRT. Berdasarkan uji

anava dua jalur dengan taraf signifikan 5% (tabel 4.1), menunjukkan bahwa

waktu fermentasi, dosis ragi dan interaksi antara waktu fermentasi dengan dosis

ragi adalah signifikan, sehingga berpengaruh terhadap kadar alkohol pada lama

fermentasi yang berbeda. Kadar alkohol yang dihasilkan dipengaruhi oleh waktu

atau lama fermentasi. Dari lama fermentasi 5,7, dan 9 hari dapat diketahui bahwa

perbedaan kadar alkohol ditunjukkan dari hasil uji anava dua jalur tabel (4.2),

bahwa Fhitung > Ftabel (42,85 > 3,40) pada taraf signifikan 5%.

Hasil pengukuran kadar alkohol pada fermentasi 7 hari adalah yang

paling tinggi mencapai 14,43%. Dibandingkan dengan waktu fermentasi 5 hari

dan 9 hari. Hal ini dikarenakan proses fermentasi pada limbah tapioka padat

kering dihaluskan mencapai titik waktu yang optimum untuk menghasilkan

kadar alkohol tertinggi pada hari ke-7.

Hasil penghitungan Fhitung > ftabel yaitu 434,97 > 3,01 pada taraf

signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa dosis ragi yang berbeda yaitu 25 gr,

50 gr, dan 75 gr sangat berpengaruh terhadap kadar alkohol limbah tapioka padat

kering dihaluskan. Hasil penghitungan Fhitung > Ftabel yaitu 11,43 > 2,51 pada

taraf signifikan 5%. Hal ini menunjukkan bahwa ada interaksi antara waktu

fermentasi (5 hari, 7 hari dan 9 hari) dan dosis ragi terhadap kadar alkohol

limbah tapioka padat kering dihaluskan.

Dari hasil penelitian selain dipengaruhi waktu fermentasi dan dosis ragi

tapi juga dipengaruhi oleh adanya penambahan inokulum yang digunakan dan

berbeda-beda yaitu ragi, ragi dan asam sulfat (H2S04). Sehingga penambahan

inokulum yang tersebut juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kadar

bioetanol yang dihasilkan. Selain itu, juga dipengaruhi oleh cepat lambatnya

pertumbuhan sel ragi yang digunakan dalam fermentasi bahan. Cepat lambatnya

pertumbuhan khamir dapat dipengaruhi oleh faktor, yaitu komposisi media yang

digunakan sebagai media pengembangbiakan mikroba mulai persiapan sampai

fermentasi dapat berjalan optimum. Suhu yang baik untuk fermentasi maksimum

adalah 300C. semakin rendah suhu fermentasi maka semakin banyak alkohol

yang dihasilkan, karena pada suhu rendah fermentasi akan lebih kompleks dan

kehilangan alkohol yang terbawa gas CO2 akan lebih sedikit.

Dari hasil penelitian uji kadar bioetanol ini juga ditambahkan asam sulfat

(H2S04) yang bersifat sebagai katalisator. Katalisator merupakan zat yang

ditambahkan kedalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar reaksi.

Khamir Saccharomyces cerevisieae tidak memerlukan O2 dalam proses

pengubahan organik yang satu menjadi organik yang lain yaitu gula menjadi

alkohol. Dalam lingkungan terisolasi udara, organisme ini meragikan karbohidrat

menjadi etanol dan CO2.

Menurut Schlegel (1994), bahwa etanol atau alkohol dapat digunakan

sebagai bahan bakar, alat pemanas, pelarut bahan kimia, obat-obatan,

penerangan, lilin, dan gasohol. Jadi kadar alkohol pada limbah tapioka padat

kering dihaluskan yang cukup tinggi tersebut dapat dikembangkan sebagai

alternatif pembuatan alkohol yaitu dengan cara mendestilasi secara bertingkat

sehingga dapat dihasilkan kadar alkohol.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada interaksi antara waktu fermentasi (5 hari, 7 hari dan 9 hari) dan dosis

ragi terhadap kadar alkohol limbah tapioka padat kering dihaluskan.

2. Kualitas bioetanol limbah tapioka padat kering dihaluskan (tepung) dengan

penambahan ragi dan H2S04 pada lama fermentasi yang berbeda yang

tertinggi adalah pada waktu fermentasi 7 hari dengan dosis ragi 75 gram/500

gram yaitu 14,43 %.

3. Kualitas bioetanol terendah adalah waktu fermentasi 9 hari dengan dosis ragi

25 gram/500 gram yaitu 3,70%.

4. Proses fermentasi limbah tapioka padat kering dihaluskan mencapai titik

waktu yang optimum dalam menghasilkan kadar alkohol tertinggi adalah

pada hari ke-7.

B. Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai waktu fermentasi lebih dari 9

hari dan dengan dosis ragi yang berbeda untuk mendapatkan kualitas alkohol

yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Amos, Simorangkir, 1994. Terapi Gizi Untuk Penyakit Kardiovaskuler. Bandung:

Universal Offset Bandung.

Anonim, 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/asamsulfat (Diakses tanggal 20 Nopem ber 2008).

, 2008. http://id. Wikipedia. Org/Wiki/Dehidrasi Alkohol

Indah, Sari, Pramesti. 2007. Pengaruh Waktu Fermentasi dan Dosis Ragi Terhadap Kadar Alkohol Hasil Fermentasi Ampas Umbi Ketela Karet (Manihot Glaziovii Muell). Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi FKIP. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Fessenden RJ dan Fessenden Js. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik Jakarta: Binapura Aksara.

Mahida, U N. 1995. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: CV Rajawali.

Mulyohardjo, M. 1987. Teknologi Pengolahan Pati, Yogyakarta: UGM Muhammad,

Pelczar. M.J, dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.

Rahmat Rukmana dan Yuniarsih. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta: Kanisius.

Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Setiono, L.A dan Hadyana. P.1985. Buku Analisis Anorgonik Kualitatif Makro dan Semimikro Jilid II Edisi ke-5, Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.

Steenis, Van, J. 2005. Flora, Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Sugiarti. 2007. Pengaruh Waktu Fermentasi Dan Dosis Ragi Terhadap Kadar Alkohol Pada Fermentasi Sari Umbi Ketela Pohon (Manihot Utilissima Poh) Varietas Randu. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tatik Kristiyaningsih. 2008. Kadar Glukosa dan Kadar Bioetanol Pada fermentasi

Tepung Umbi Ketela Pohon (Manihot utiltssima Pohl) Dengan penambahan H2SO4. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Wirahadikusuma, 1995. Biokmia Metabolisme Energi karbohidrat dan Lipid, Bandung: ITB.

LAMPIRAN

TWO WAY ANOVA/DUA JALUR

Tabel satu arah dengan perlakuan kombinasi dua faktor

Ulangan (%) No. Perlakuan

1 2 3 Jumlah Rata-rata

1. W1Do 0 0 0 0 0

2. W1D1 10,5 10,8 9,1 30,4 10,13

3. W1D2 14,3 12,6 10,8 37,7 12,57

4. W1D3 11,7 13,3 15,5 40,5 13,5

5. W2Do 0 0 0 0 0

6. W2D1 4,8 6,3 5,5 16,6 5,53

7. W2 D2 12,7 12,3 13,5 38,5 12,83

8. W2D3 13,8 14,4 15,1 43,3 14,43

9. W3 Do 0 0 0 0 0

10. W3 D1 3,3 4,1 3,7 11,1 3,70

11. W3D2 8,7 10,2 9,8 28,7 9,67

12. W3 D3 11,2 9,9 10,7 31,8 10,60

278,6: 36 = 7,73

Data tersebut kemudian dapat diringkas dalam tabel 2 arah sebagai berikut :

Perlakuan Do D1 D2 D3 Jumlah Rata-rata

W1 0 30,4 37,7 40,5 108,6 27,15

W2 0 16,6 38,5 43,3 98,4 24,6

W3 0 11,1 28,7 31,8 71,6 17,9

Jumlah 0 58,1 104,9 115,6 278,6

Rata-rata 0 19,36 34,96 38,53

PERHITUNGAN ANALISIS RAGAM

1. Menghitung Jumlah Kuadrat (JK)

a. (Faktor Koreksi)

( )2

N

xFK

T∑=

= ( ) 2

36

6,278

= 36

96,617.77

= 2156,05

b. Jumlah Kuadrat Total (JKT)

( ) ( )N

xxJK

T

T

2

2 ∑∑ −=

= (0)2 + (10,5)

2 + (14,3)

2 + (11,7)

2 + (4,8)

2 + (12,7)

2 + (13,8)

2 +

(0)2 + (3,3)

2 + (8,7)

2 + (11,2)

2 + (0)

2 + (10,8)

2 + (12,6)

2 + (13,3)

2 +

(0)2 + (6,3)

2 + (12,3)

2 + (14,4)

2 + (0)

2 + (4,1)

2 + (10,2)

2 + (9,9)

2 +

(0)2 + (9,1)

2 + (10,8)

2 + (15,5)

2 + (0)

2 + (5,5)

2 + (13,5)

2 + (15,1) +

(0)2 + (3,7)

2 + (9,8)

2 + (10,7)

2 –

( )

36

6,27882

= 0 + 110,25 + 204,49 + 136,89 + 0 + 23,04 + 161,29 + 190,44 +

0 + 10,89 + 75,69 + 125,44 + 0 + 116,64 + 158,76 + 176,89 +

0 + 36,69 + 151,29 + 207,36 + 0 + 16,81 + 104,04 + 98,01 +

0 + 82,81 + 116,64 + 240,25 + 0 + 30,25 + 182,25 + 228,01 +

0 + 13,69 + 96,04 + 114,49 - 36

96,77617

= 3209,34 – 2156,05

= 1053,29

c. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)

( ) ( )22

N

x

r

xJK

TAB

p

∑∑−=

= (0)2 + (30,4)

2 + (37,7)

2 + (40,5)

2 + (0)

2 + (16,6)

2 + (38,5)

2 +

(43,3)2 + (0)

2 + (11,1)

2 + (28,7)

2 + (31,8)

2 -

( )

36

6,2782

= (0) + 924,16 + 1421,29 + 1640,25 + 0 + 275,56 + 1482,25 +

36

96,77617

3

24,101169,82321,123089,1874−

++++

= 05,21563

54,9576−

= 3192,18 – 2156,05

= 1036,13

d. Jumlah Kuadrat Variable A (waktu)

( ) ( )22

. N

x

Ar

xAJK

T

A

∑∑−=

= (108,6)2 + (98,4)

2 + (71,6)

2 -

( )

36

6,2782

3.4

= 36

96,7761

12

56,512656,968296,11793−

++

= 05,215612

08,26603−

= 2216,92 – 2156,05

= 60,87

e. Jumlah Kuadrat Variabel B (Dosis Ragi)

( ) ( )22

. N

x

Br

xBJK

T

B

∑∑−=

= (0)2 + (58,1)

2 + (104,9)

2 + (115,6)

2 -

( ) 2

36

6,278

3.3

= 36

96,77617

9

36,133601,1100461,33750−

+++

= 05,21569

98,27742−

= 3082,55 – 2156,05

= 926,5

f. Jumlah Kuadrat Interaksi antar Variabel A dengan Variabel B

JKAB = JKp - JKA

- JKB

= 1036,13 – 60,87 – 926,5

= 48,76

g. Jumlah Kuadrat Galat

JKG = JKT – JKp

= 1053,29 – 1036,13

= 17,16

2. Menentukan Jumlah derajat bebas (db)

h. dbp = (F.R)-1

= 3.4-1

= 17.16

i. dbA = Macam waktu fermentasi -1

= 3-1

= 2

j. dbB = Macam Dosis ragi -1

= 4-1

= 3

k. dbAB = dbA x dbB

= 3 x 2

= 6

l. dbT = Data Pengamatan (N) -1

= 36-1

= 35

m. dbG = dbT - dbA - dbB - dbAB

= 35 – 2 – 3 – 6

= 24

3. Menghitung Kuadrat Tengah (KT)

a. (Kuadrat Tengah Perlakuan)

p

p

pdb

JKKT =

= 11

13,1036

= 94,19

b. Kuadrat Tengah Variabel A

A

A

Adb

JKKT =

= 2

87,60

= 30,43

c. Kuadrat Tengah Variabel B

B

B

Bdb

JKKT =

= 3

5,926

= 308,83

d. Kuadrat Tengah Variabel A dengan Variabel B

AB

AB

ABdb

JKKT =

= 6

76,48

= 8,12

e. Kuadrat Tengah Galat

G

G

Gdb

JKKT =

= 24

16,17

= 0,71

4. Menghitung F. Hitung

a. G

p

KT

KTFhitP =

= 71,0

19,94

= 554,05

b. G

A

KT

KTFhitA =

= 71,0

43,30

= 42,85

c. G

B

KT

KTFhitB =

= 71,0

83,308

= 434,97

d. G

AB

KT

KTFhitAB =

= 17,0

12,8

= 11,43

5. Mencari F tabel 5%

a. F tabel perlakuan = (V1 = 11: V2 = 24) = 2,22

b. F tabel waktu fermentasi = (V1 = 2 : V2 = 24) = 3,40

c. F tabel Dosis Ragi = (V1 = 3 : V2 = 24 ) = 3,01

d. F tabel Interaksi (AB) = (V1= 6:V2 = 24 ) = 2,51

Dari perhitungan diatas kemudian diringkas dalam tabel Anova sebagai berikut:

Sumber Keragaman db JK KT FHitung F Tabel 5%

1. Perlakuan 11 1036,13 94,19 554,05 2,22

Waktu 2 60,87 30,43 42,85 3,40

Dosis ragi 3 926,5 308,83 434,97 3,01

Interaksi 6 48,76 8,12 11,43 2,51

2. Galat 24 17,16 0,17

Total 35 1053,29

Atas dasar tersebut diatas maka dapat dicari kefisien keragaman sebagai berikut :

%100xy

KTGKK =

= %10073,7

71,0x

= %10073,7

843,0x

= 10,9%

UJI DUNCAN’S

1. Rata-rata setiap perlakuan berdasarkan ranking

Ragam Rata-rata

W1Do 0

W2Do 0

W3Do 0

W3D1 3,70

W2 D1 5,53

W3D2 9,67

W1D1 10,13

W3D3 10,60

W1D2 12,57

W2 D2 12,83

W1D3 13,5

W2D3 14,43

2. Menghitung Standar error rata-rata perlakuan

r

KTGSX = dimana KTG =

G

G

db

JK

= 24

16,17

= 3

71,0 = 0,71

= 23,0

= 0,48

3. Nilai Rp (P,V) pada tabel Duncan’s

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14

Rp 0,05

(P,24)

2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 3,31 3,34 3,37 3,38 3,41 3,44

4. Menghitung SSD

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14

RP 2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 3,31 3,34 3,37 3,38 3,41 3,44

SSD 1,40 1,47 1,51 1,54 1,57 1,59 1,60 1,61 1,62 1,64 1,65

5. Membandingkan Setiap Perbedaan rata-rata perlakukan dengan SSD masing-

masing

Rerata Beda Jarak Nyata No. Perlaku

an Hasil 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14

1. W1Do 0

2. W2 Do 0 0

3. W3 Do 0 0 0

4. W3 D1 3,70 3,70 3,70 3,70

5. W2 D1 5,53 1,83 5,53 5,53 5,53

6. W3 D2 9,67 4,14 5,97 9,67 9,67 9,67

7. W1 D1 10,13 0,46 4,6 6,43 10,13 10,13 10,13

8. W3D2 10,60 0,47 0,93 5,07 6,9 10,60 10,60 10,60

9. W1D2 12,57 1,97 2,44 2,9 7,04 8,87 12,57 12,57 12,57

10. W2 D2 12,83 0,26 2,23 2,7 3,16 7,3 9,13 12,83 12,83 12,83

11. W1 D3 13,5 0,67 0,93 2,9 3,0 3,83 7,97 9,8 13,5 13,5 13,5

12. W2 D3 14,43 0,93 1,6 1,86 3,83 4,3 4,76 8,9 10,73 14,43 14,43 14,43

Nilai P0,05

pada db

2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 3,31 3,34 3,37 3,38 3, 41 3,44

Nilai BJND

0,05

1,40 1,47 1,51 1,54 1,57 1,59 1,60 1,61 1,62 1,64 1,65

- Baris yang diikuti huruf sama berarti tidak berbeda nyata contoh baris pertama

dan kedua dari a berubah menjadi ab pada baris ketiga karena nilai jarak nyata

tidak berbeda (0,000 < 1,40). Kemudian mulai berbeda nyata pada baris ke 4

dimana bila 2,7 > 1,51.

- Perlakuan terbaik adalah W2 D3 dengan nilai jarak nyata terbesar 14,43 > 1,62

pada taraf signifikan 5%.

GAMBAR BAHAN DAN ALAT-ALAT PENELITIAN

Limbah tapioka padat kering dihaluskan Singkong

Bahan uji kadar alkohol Ragi

Asam sulfat NaOH

Waterbath Alat-alat yang digunakan praktikum

Timbangan analitik Gelas ukur, pipet, termometer

Spektrofotometer Alat Destilasi

Hasil Pemasakan Proses Peragian

Proses Fermentasi

Proses Destilasi

Hasil Destilasi