Upload
elly-indrayani
View
6
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
Pada zaman modern ini, praktik perzinaan di masyarakat semakin
merebak. Hal ini jelas dalam pandangan Islam adalah dilarang termasuk
kepada perbuatan yang diharamkan. Dan akibat dari proses perzinaan itu
diantaranya adalah penggunaan jalan aborsi untuk menutupi aib dari hasil
perzinaan itu.
Selain itu, pada zaman modern ini tuntutan sebuah pekerjaan dan
ekonomi terkadang membuat seseorang ingin menunda dulu sebuah kelahiran
atau merencanakan suatu kelahiran ketika dianggapnya sudah mampu baik
secara ekonomi maupun mental.
Menanggapi peristiwa tersebut tentunya sangat perlu bagi umat Islam
khususnya untuk mengetahui bagaimana hukum Islam menyikapi hal itu
melalui pendapat para ulama. Oleh karena itu, makalah ini akan mengulas
bagaimana pandangan Islam terhadap aborsi yang mungkin telah menjadi
budaya pada masa modern ini.
II. PEMBAHASAN
A. DEFINISI ABORSI
Abortus (aborsi) yang dalam Bahasa Inggris disebut Abortion, berasal dari
Bahasa Latin yang berarti gugur kandungan atau keguguran. Menurut Sardikin
Ginaputra dari FK UI, bahwa Abortus adalah pengakhiran kehamilan atau hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Dari pengertian di atas
dapat dikatakan bahwa Abortus adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa
kehamilan dengan mengelurakan janin dari kandungan.1
B. MACAM-MACAM ABORSI
Untuk terjadinya Abortus, sekurang-kurangnya ada tiga unsur: pertama,
adanya embrio (janin) yang merupakan hasil pembuahan antara sperma dan ovum
dalam rahim. Kedua, Pengguguran itu adakalanya terjadi dengan sendirinya, tetapi
1Ajat Sudrajat, Fikih Aktual ( Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2008), 21.
sering disebabkan manusia. Ketiga, keguguran itu terjadi sebelum waktunya,
artinya sebelum masa kelahiran tiba.2
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. Aborsi Spontan / Alamiah
2. Aborsi Buatan / Sengaja
3. Aborsi Terapeutik / Medis
Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan
Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan
28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon
ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan
atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah
yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.
Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.
Adapun metode yang digunakan untuk abortus biasanya ialah:
1. Currattage dan Dilatege (C & D).
2. Dengan alat khusus, mulut rahim dilebarkan, kemudian janin dikiret (di-
curet) dengan alat seperti sendok kecil.
3. Aspirasi, yakni penyedotan isi rahim dengan pompa kecil.
4. Hysterotomi (melalui operasi).3
C. HUKUM ABORSI
1. Hukum Aborsi Menurut Syari’at Islam
Pandangan Syariat Islam secara umum mengharamkan praktik aborsi. Hal
itu tidak diperbolehkan karena beberapa sebab :
a. Syariat Islam datang dalam rangka menjaga adhdharuriyyaat al-
khams,lima hal yang urgen, yaitu: memelihara ad-dien (agama), an-nafs
(jiwa), an-nasl (keturunan), al-mal (harta), dan al-‘aql (akal).2Ibid., 22. 3 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Jakarta: PT Gunung Agung, t.t), 78.
1
b. Aborsi sangat bertentangan sekali dengan tujuan utama pernikahan.
Dimana tujuan penting pernikahan adalah memperbanyak keturunan. Oleh
sebab itu Allah memberikan karunia kepada Bani Israil dengan
memperbanyak jumlah mereka, Allah berfirman : “Dan Kami jadikan
kamu kelompok yang lebih besar” (Al-isra : 6 )
Nabi juga memerintahkan umatnya agar memperbanyak pernikahan yang
diantara tujuannya adalah memperbanyak keturunan. Beliau bersabda :
تزوجوا الودود الولود فإني مكاثر بكم األمم يوم القيامة
“Nikahilah wanita penyayang nan banyak melahirkan, karena dengan
banyaknya jumlah kalian aku akan berbangga-bangga dihadapan umat lainnya
pada hari kiamat kelak”.
c. Tindakan aborsi merupakan sikap buruk sangka terhadap Allah.
Banyak manusia yang melakukan aborsi karena didorong rasa takut akan ketidak
mampuan untuk mengemban beban kehidupan, biaya pendidikan dan segala hal
yang berkaitan dengan konseling dan pengurusan anak. Ini semua merupakan
sikap buruk sangka terhadap Allah. Padahal, Allah telah berfirman :
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya”
Maka, Syariat Islam memandang bahwa hukum aborsi adalah haram
kecuali beberapa kasus tertentu. Dalam kalangan Ulama terdapat perbedaan
pendapat tentang praktik aborsi tersebut, dan mereka memiliki dalil-dalil yang
sama kuat pula, yaitu sebagi berikut:
1. Dalil-dalil yang melarang dilakukannya AborsiSebelum Islam datang, pada
masa jahiliyah , kaum Arab mempunyai tradisi mengubur hidup-hidup bayi yang
baru dilahirkan. Allah SWT berfirman:
( �ئ ل�ت �م�و�ء"ود�ة" س" �ب, ق"ت ل�ت� )٨و�إ ذ�ا ال ي. ذ�ن� )٩(ب أ
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup- hidup ditanya, . karena
dosa Apakah Dia dibunuh”.( At Takwiir 8-9)
2
Islam membawa ajaran yang menentang dan mengutuk tradisi jahiliyyah
ini. Allah SWT berfirman:
��ه"م �ل "م� إ ن4 ق�ت 4اك ق"ه"م� و�إ ي ز" ��ر �ح�ن" ن �ة� إ م�الق, ن ي �"م� خ�ش و�الد�ك� "وا أ "ل �ق�ت و�ال ت
ا �ب ير@ @ا ك �ان� خ ط�ئ ك
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”. (Al-Isra’ 31)
Pada perkembangan selanjutnya, pembunuhan tidak hanya dilakukan pada
bayi-bayi yang baru dilahirkan. Tetapi juga dilakukan dengan cara membunuh
calon-calon bayi yang akan dilahirkan. Dalam istilah fiqh disebut:
إجهاض , إمالص, إسقاط الطرح
Sementara ulama lain berpendapat, hukum menggugurkan kandungan
tidak dapat disamakan persis dengan membunuh bayi yang sudah dilahirkan.
Karena ketika sperma sudah memasuki rahim perempuan, masih ada proses
panjang sebelum akhirnya keluar menjadi bayi yang dilahirkan. Allah SWT
berfirman:
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”.( Al-mu’minun:12-
14)
Secara sederhana, pendapat para ulama mengenai hukum aborsi dapat
disimpulkan sebagai berikut:
3
Apabila kandungan masih dalam bentuk gumpalan darah (40-80 hari) atau
masih dalam bentuk gumpalan daging (80-120 hari), maka hukumnya adalah
sebagai berikut:
Menurut Ibnu Immad dan Imam Al-Ghozali, haram hukumnya, karena
gumpalan itu akan menjadi makhluq yang bernyawa. Pendapat ini di dukung oleh
Imam Ibnu Hajar Al-Haytami.
2. Dalil-dalil yang membolehkan dilakukannya Aborsi
Hukum asal aborsi, sebagaimana yang telah dikemukakan adalah haram.
Akan tetapi dikarenakan kaidah:
الضرورات تبيح المحظورات“Hal-hal yang darurat dapat menyebabkan dibolehkannya hal-hal yang
dilarang”
Para Ulama kontemporer membolehkan aborsi dengan syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Terbukti adanya penyakit yang membahayakan jiwa sang ibu.
2. Tidak ditemukannya cara penyembuhan kecuali dengan cara aborsi.
3. Adanya keputusan dari seorang dokter yang dapat dipercaya bahwa aborsi
adalah satu–satunya cara untuk menyelamatkan sang ibu.
Imam Abu Ishaq Al-Marwazi berpendapat bahwa hukum mengaborsi
adalah boleh. Karena kenyataannya gumpalan itu masih belum dapat dikatakan
makhluk yang bernyawa. Pendapat ini didukung oleh Imam Romli.
Sedangkan hukum aborsi pada kandungan yang sudah berusia 120 hari hukumnya
adalah haram dan tergolong dosa besar, karena pada usia itu kandungan sudah
berbentuk makhluk hidup dan bernyawa sehingga hukumnya sama dengan
membunuh manusia. Dalam hadits dinyatakan:
"م4 "ط�ف�ة@ , ث �و�م@ا ن �ع ين� ي ب �ر� م.ه أ
" �ط�ن أ �ق"ه" ف ي ب ل �"ج�م�ع" خ "م� ي �ح�د�ك إن4 أس ل" �"ر "م4 ي �ل� ذ�ل ك� , ث "ون" م"ض�غ�ة@ م ث �ك "م4 ي �ل� ذ�ل ك� , ث �ق�ة@ م ث "ون" ع�ل �ك ي
وح� . رواه الشيخان �ف"خ" ف يه الر\ �ن �ك� ف�ي �م�ل ال“Sesungguhnya kalian dikumpulkan didalam rahim ibu selama 40 hari dalam
bentuk air mani, dan 40 hari dalam bentuk gumpalan darah, dan 40 hari dalam
4
bentuk gumpalan daging, lalu Allah SWT mengutus malaikat meniupkan ruh”
(HR.Bukhori,Muslim)
Pelaku aborsi pada kandungan yang sudah berusia 120 hari juga tergolong
pembunuhan yang mewajibkan kaffaroh, yakni puasa dua bulan secara berturut-
turut atau memberi makan 60 orang miskin bagi yang tidak mampu puasa.
Disamping itu juga wajib membayar denda jinayah 5% diyat atau setara dengan
harga emas seribu dinar. Satu dinar setara dengan emas 4.250 gr.
Akan tetapi menurut pendapat yang di nuqil oleh Imam ibnu Hajar Al-Haytami
dalam kitab Tuhfatu al-Muhtaj dari sebagian ulama madzhab Hanafi, hukum
mengugurkan kandungan secara mutlak diperbolehkan meskipun kandungan
sudah memasuki usia 120 hari. Namun pendapat ini diragukan kebenarannya oleh
Ibnu Abdil Haq As-sanbathi. Beliau berkata: “Aku menanyakan masalah ini
kepada sebagian ulama madzhab Hanafi, dan mereka mengingkarinya. Mereka
bahkan mengaku berpendapat boleh dengan syarat sebagaimana diatas (sebelum
kandungan berusia 120 hari).
Meskipun pendapat ini diragukan kebenarannya oleh sebagian ulama, akan
tetapi Syekh Sulaiman Al-Kurdi tetap memperbolehkan untuk diikuti dengan
terlebih dahulu bertaqlid kepada madzhab Hanafi. Dengan demikian, pendapat ini
layak dijadikan sebagai solusi ketika menghadapi kondisi yang mengharuskan
untuk dilakukan aborsi untuk menyelamatkan nyawa ibu.
D. Aborsi Sebelum Ditiupkannya Ruh
a. Mazhab Syafi’i
Ulama-ulama dari mazhab syafi’I berselisih pendapat mengenai aborsi
sebelum 20 hari. Ulama yang mengharamkan antara lain Al-imad, sedangkan
lainnya seperti Abi Saad membolehkan selama masih berupa nithfah dan alaqoh
dan lainnya lagi membolehkan sebelum janin berusia 120 hari, yakni sebelum
janin diberi ruh.
Imam Ghazali (450-505 H/1058-1111M) salah seorang mazhab fikih
kenamaan, sangat tidak setuju pelenyapan janin, walaupun baru berbentuk
nuthfah. Pelenyapan nuthfah ia kategorikan sebagai jinayah meski kadarnya kecil.
5
Sementara ulama Syafi’I yang lainnya mengatakan bahwa aborsi diizinkan
aepanjang janin yang berada dalam kandungan belum berbentuk manusia, yakni
belum terlihat bentuk tangan dan kakinya, tidak pula kepala dan rambut dan
bagian-bagian tubuh lainnya. Ulama yang membolehkan aborsi sebelum
berbentuk mudhgoh atau belum melewati 42 hari adalah al-Ramli dalam kitab
nihayah, mengatakan dengan alasan karena belum adanya pennyawaan pada janin
itu. Meski demikian, jika usia janin sudah mendekati usia 40 hari maka aborsi di
maksruhkan karena tidak seorangpun mampu mengetahui kapan kepastian ruh itu
ditiupkan kepada si janin. Dan yang pasti, aborsi dalam bentuk apapun harus
disertai dengan alasan yang syar’i/ sesuai dengan syara’.
Begitu juga imam nawawi mengharamkan aborsi pada tahap mudhgoh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesepakatan ulama syafi’iyyah, aborsi haram
dilakukan terhadap janin setelah peniupan ruh. Namun ulama yang berpendapat
bahwa peniupan ruh terjadi setelah kandungan berusia 120 hari lebih banyak
ketimbang ulama yang mengatakan setelah kehamilan berusia 42.
Akibat hukum bagi pelaku aborsi setelah ditiupkannya ruh, menurut mayoritas
jumhur ulama syafi’iyyah sepakat pelakunya harus membayar kompenasasi
(ghurrah).
b. Mazhab Hanafi
Ulama hanafiyah termasuk ulama yang paling longgar dalam memandang
kasus aborsi sebelum 120 hari. Mereka membolehkan aborsi sebelum
ditiupkannya ruh, tetapi harus disertai syarat-syarat yang rasional. Disini yang
perlu diperhatikan adalah syarat yang ditetapkan.
Dituturkan oleh Imam Muhammad dalam kitab Jami’ Ahkam As-Shigor
tentang hukum penngguguran janin sebelum ditiupkannya ruh sebagai berikut:
“Apakah pengguguran janin sebelum ditiupkannya ruh itu dimakruhkan ?” Para
syaikh dari mazhab hanafi umumnya mengatakan tidak makruh. Namun imam Al-
Qami’ mengatakan makruh.
Yang jelas, pembolehan abors pada janin sebelum ditupkannya ruh harus
disertai alasan syar’I dan boleh bukan berarti pelaku lantas bebas dari dosa . sebab
6
ulama hanafiyah menganggap perlu untuk menghukum dengan ta’zir bila janin
yang dilenyapkan sudah pada tahap mudhgoh.
c. Ulama Malikiyyah
Ulama malikiyyah dikenal ulama yang sangat hati-hati dalam memnyikapi
masalah aborsi. Menurut mereka, janin tidak boleh diganggu bahkan sejak
pembuahan sekalipun.
Imam malik menganggap masa konsepsi sebagai awal kehidupan manusia
Karena itu aborsi sejak awal tidak dibenarkan.
Jumhur ulama malikiyyah menyepakati keharaman pengguguran janin
dalam bentuk apapun, termasuk pelenyapan hasil pembuahan kecuali dalam
keadaan darurat, misalnya untuk menyelamatkan jiwa ibunya.
d. Mazhab Hambali
Ulama hanabilah termasuk ulama yang sangat hati-hati dalam pemberian
fatwa mengenai aborsi. Mereka bahkan mewajibkan orang-orang yang
bertanggungjawab untuk membayar diyat kamilah jika aborsi dilakukan setelah
janin lewat enam bulan. Alasan mereka adalah janin pada usuia setengah tahun ke
atas sudah termasuk sempurna dan diyakini akan mampu bertahan hidup jika lahir
premature. Oleh sebab itu siapapun yang merusak dan melakukan jinayah
terhadap anak dalam kandungan tersebut dikenai sanksi hukman yang berat.
2. Hukum Aborsi Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau
pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus
Provocatus Criminalis”. Yang menerima hukuman adalah: 1) Ibu yang
melakukan aborsi. 2) Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan
aborsi. 3) Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi. Berikut beberapa
pasal yang terkait aborsi dalam KUHP:
Pasal 229
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa
7
karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Selain pasal-pasal di atas, masah banyak pasal lain melarang adanya tindakan
aborsi di Indonesia, yaitu: pasal 342, pasal 343, pasal 346, pasal 347, pasal
348, pasal 349.4
4http://ricky-diah.blogspot.com/2011/04/aborsi-menurut-perspektif-ushul-fiqh.html . diakses tanggal 15-11-11.
8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Sedangkan aborsi adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum
diberi kesempatan untuk bertumbuh (lahir).
2. Aborsi Islam berpandangan bahwa hukum aborsi adalah haram kecuali
beberapa kasus tertentu (darurat), yaitu hal-hal tertentu yang mengancam
jiwa si ibu atau janin.
3. SPandangan pemerintah Indonesia terhadap praktik aborsi adalah sangat
menentang ditunjukkan dengan tindakan aborsi diancam dengan hukuman
pidana.
4.
9
DAFTAR PUSTAKA
Aborsi Menurut Perspektif Ushul Fiqh,
http://ricky-diah.blogspot.com/2011/04/aborsi-menurut-perspektif-
ushul-fiqh.html.
Darusmanwiati, Aep Saepullah. Hukum KB dalam Islam
(http://www.penerbitzaman.com/code.php?
index=Ustadz_Menjawab&act=lihat&id=9).
Fatwa Hukum Penggunaan Vasektomi Sebagai Alat Kontrasepsi Kb (Keluarga
Berencana,) (http://www.ikadi.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=138:fatwa-mui-pusat-hasil-
ijtima-ulama-komisi-fatwa-se-indonesia-iii-1430h2009m-
bagkedua&catid=35:sikap&Itemid=65).
Hukum KB dalam pandangan islam,
http://kabunvillage.blogspot.com/2011/10/hukum-kb-dalam-
pandangan-Islam.html.
Sudrajat, Ajat. Fikiah Aktual. Ponorogo: STIN Ponorogo Press, 2008.
Zuhdi, Masjfuk Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT Gunung Agung, t.t.
10