22
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pelayanan kaparawatan profesional, sering kali kita dihadapkan pada permasalahan-permasalahan etika yang solusinya cukup sulit untuk dipilih atau dijelaskan. Hal ini adalah lumrah oleh karena pelayanan keperawatan professional yang diberikan kepada masyarakat tidak hanya memperhatikan konsep sehat-sakit secara fisik saja melainkan segala hal yang mempengaruhinya juga, termasuk etika dan moral. Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia.etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek professional. Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap pengambilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan etika. B. TUJUAN

ABORSI asli

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ABORSI  asli

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pelayanan kaparawatan profesional, sering kali kita dihadapkan pada

permasalahan-permasalahan etika yang solusinya cukup sulit untuk dipilih atau

dijelaskan. Hal ini adalah lumrah oleh karena pelayanan keperawatan professional yang

diberikan kepada masyarakat tidak hanya memperhatikan konsep sehat-sakit secara fisik

saja melainkan segala hal yang mempengaruhinya juga, termasuk etika dan moral.

Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-

prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk

melindungi hak-hak manusia.etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga yang

mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek professional.

Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti

masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan

pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari

tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan

dan setiap pengambilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan

ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.

B. TUJUAN

Makalah ini memberikan gambaran tentang dilema etik dan cara penanganannya menurut

konsep ilmu. Selain tujuan diatas tersebut, adalah sangat penting untuk mengingatkan

kita kembali akan peran perawat dalam memberikan advokasi, loyalitas, kepedulian, rasa

haru dan menghormati martabat manusia.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan

peran serta aktif masyarakat yang mengutamakan pelayanan promotif dan preventif yang

Page 2: ABORSI  asli

berkesinambungan dengan tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh

dan terpadu.

Peran perawat komunitas dalam masyarakat menduduki posisi ujung tombak

dalam rangka menyehatkan masyarakat. Peran tersebut adalah :

1. Pelaksana asuhan,

2. Pendidik / Pengajar / Pelatif

3. Melindungi, dan

4. Membimbing.

Keberhasilan ke-4 peran diatas sangatlah bergantung pada bagaimana kuatnya kemitraan

dengan masyarakat. Adalah wajib bagi seorang perawat komunitas untuk mengetahui dan

memahami adat-istiadat (peraturan/etika) yang berlaku dalam masyarakat setempat

dimana ia bertugas untuk memaksimalkan peran dan fungsinya di dalam masyarakat

setempat.

B. PEGERTIAN ETIKA

Kemajuan ilmu dan teknologi terutama dibidang biologi dan kedokteran telah

menimbulkan berbagai permasalahan atau dilemma etika kesehatan yang sebagian besar

belum teratasi.

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi

perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan

seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.

Etika merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau

salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. Etika merupakan

aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus

pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam

kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang

menggunakan istilah etik untuk menggambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya

dengan kode etik profesional seperti kode etik PPNI, IDI, dan IBI. Nilai-nilai (values)

adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau

pegangan yang mengarah pada sikap seseorang. System nilai dalam suatu organisasi

adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku

personal.

Page 3: ABORSI  asli

Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang

benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama,

hukum, adat dan praktek profesional. Perawat mamiliki komitmen yang tinggi untuk

memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam

praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan

perawat, dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman.

Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat mencoba dan mencontoh perilaku

pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika.

BAB III

PEMBAHASAN

A. DILEMA ETIK

Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan

moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi

dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilemma etik ini

sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stress pada

perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk

melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan

tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.

Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang

memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan

sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat suatu

keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan

emosional.

Masalah-masalah kesehatan yang paling sering dan selalu menjadi bahan

perdebatan adalah aborsi dan euthanasia. Penilaian atau keputusan yang etis sulit untuk

memuaskan masyarakat, hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, termasuk hokum dan

agama.

Page 4: ABORSI  asli

B. DILEMA ABORSI DALAM MASYARAKAT

a. Ditinjau Dari Aspek Medis

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social, Studies

and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian

kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus),

sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.

Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin;

melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan

bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran

kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak.

Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan).

PENYEBAB ABORTUS

Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :

Maternal.

Penyebab secara umum

1. Infeksi akut

• virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis

• Infeksi bakteri, misalnya streptokokus

• Parasit, misalnya malaria

2. Infeksi kronis

Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

Tuberkulosis paru aktif.

Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll

Janin

Page 5: ABORSI  asli

Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

(pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.

 

ALASAN ABORTUS PROVOKATUS

Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-syarat sebagai

berrikut:

Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus

menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan

adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada

tubuh seperti kanker payudara.

Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik

dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia

gravidarum yang berat.

Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai

komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll.

Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.

Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini

sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.

b. Ditinjau Dari Aspek Hukum Dan Agama

Menurut hukum - hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin

termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “ Abortus Provocatus Criminalis ”

Yang menerima hukuman adalah:

1.Ibu yang melakukan aborsi

2.Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi

Page 6: ABORSI  asli

3.Orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Beberapa pasal yang terkait adalah:

Pasal 229

1.Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati,

dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan itu hamilnya

dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda

paling banyak tiga ribu rupiah.

2.Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan

perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau

juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

3.Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat

dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 314

Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan

atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena

membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 342

Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan

bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas

nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,

dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta

melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh

orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Page 7: ABORSI  asli

Pasal 347

1.Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa

persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling

lama lima belas tahun.

Pasal 3481.Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 349 Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

ABORSI DALAM PANDANGAN ISLAM

Bagaimana Islam memandang Aborsi ?

Soal :

Bagaimana hukum dalam pandangan Islam ?

Jawab :

Sebelum membahas hukum aborsi, ada dua fakta yang dibedakan oleh para fuqaha dalam

masalah ini. Pertama : apa yang disebut imlash ( aborsi, pengguguran kandungan ). Kedua, isqâth

( penghentian kehamilan ). Imlash adalah menggugurkan janin dalam rahim wanita hamil yang

dilakukan dengan sengaja untuk menyerang atau membunuhnya.

Dalam hal ini, tindakan imlash ( aborsi ) tersebut jelas termasuk kategori dosa besar; merupakan

tindak kriminal. Pelakunya dikenai diyat ghurrah budak pria atau wanita, yang nilainya sama

dengan 10 diyat manusia sempurna. Dalam kitab Ash - Shahîhayn, telah diriwayatkan bahwa

Umar telah meminta masukan para sahabat tentang aktivitas imlâsh yang dilakukan oleh seorang

wanita, dengan cara memukuli perutnya, lalu janinnya pun gugur. Al-Mughirah bin Syu’bah

Page 8: ABORSI  asli

berkata: '' Rasulullah saw. telah memutuskan dalam kasus seperti itu dengan diyat ghurrah 1

budak pria atau wanita ''.

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Muhammad bin Maslamah, yang pernah menjadi wakil

Nabi saw. di Madinah. Karena itu, pada dasarnya hukum aborsi tersebut haram.

Ini berbeda dengan isqâth al - haml ( penghentian kehamilan ), atau upaya menghentikan

kehamilan yang dilakukan secara sadar, bukan karena keterpaksaan, baik dengan cara

mengkonsumsi obat, melalui gerakan, atau aktivitas medis tertentu. Penghentian kehamilan

dalam pengertian ini tidak identik dengan penyerangan atau pembunuhan, tetapi bisa juga

diartikan dengan mengeluarkan kandungan baik setelah berbentuk janin ataupun belum dengan

paksa.

Dalam hal ini, penghentian kehamilan ( al - ijhâdh ) tersebut kadang dilakukan sebelum

ditiupkannya ruh di dalam janin, atau setelahnya. Tentang status hukum penghentian kehamilan

terhadap janin, setelah ruh ditiupkan kepadanya, maka para ulama sepakat bahwa hukumnya

haram, baik dilakukan oleh si ibu, bapak, atau dokter. Sebab, tindakan tersebut merupakan

bentuk penyerangan terhadap jiwa manusia, yang darahnya wajib dipertahankan. Tindakan ini

juga merupakan dosa besar.

 

“APA KATA ALKITAB MENGENAI ABORSI..?”

Alkitab tidak pernah secara khusus berbicara mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada

banyak ajaran Alkitab yang membuat jelas apa pandangan Allah mengenai aborsi. Yeremia 1:5

memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita sebelum Dia membentuk kita dalam kandungan.

Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai peran aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk

kita dalam rahim. Keluaran 21:22-25 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang

mengakibatkan kematian seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang

membunuh. Hal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam

kandungan sebagai manusia sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristiani, aborsi bukan

hanya sekedar soal hak perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya

manusia yang diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6).

Page 9: ABORSI  asli

Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang Kristiani dalam hal

aborsi adalah, “Bagaimana dengan kasus pemerkosaan dan/atau hubungan seks antar saudara.”.

Betapapun mengerikannya hamil sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara,

apakah membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak menghasilkan kebenaran.

Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara dapat saja

diberikan untik diadopsi oleh keluarga yang tidak mampu memperoleh anak – atau anak tsb

dapat dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum karena perbuatan

jahat ayahnya.

Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang Kristiani dalam hal

aborsi adalah, “Bagaimana jikalau hidup sang ibu terancam?”. Pertama-tama perlu diingat bahwa

situasi semacam ini hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di

dunia saat ini. Jauh lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena mereka tidak mau

“merusak tubuh mereka” daripada perempuan yang melakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa

mereka. Kedua, mari kita mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat

menjaga hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin. Akhirnya,

keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah. Setiap pasangan yang

menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5)

untuk apa yang Tuhan mau mereka buat.

Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah “pengaturan kelahiran secara

retroaktif”. Perempuan dan/atau pasangannya memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan

bayi yang dikandung. Maka mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari bayi itu daripada

harus bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam kasus 1% yang sulit

itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup dari manusia dalam kandungan tu

layak untuk mendapatkan segala usaha untuk memastikan kelahirannya.

Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit diampuni dibanding

dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus, semua dosa apapun dapat diampuni

(Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14). Perempuan yang telah melakukan aborsi, atau laki-

laki yang mendorong aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya dapat

diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus.

 

Page 10: ABORSI  asli

AJARAN AGAMA

Pada prinsipnya, umat Kristen Katolik percaya bahwa semua kehidupan adalah kudus sejak dari

masa pembuahan hingga kematian yang wajar, dan karenanya mengakhiri kehidupan manusia

yang tidak bersalah, baik sebelum ataupun sesudah ia dilahirkan, merupakan kejahatan moral.

Gereja mengajarkan, “Kehidupan manusia adalah kudus karena sejak awal ia membutuhkan

‘kekuasaan Allah Pencipta’ dan untuk selama-lamanya tinggal dalam hubungan khusus dengan

Penciptanya, tujuan satu-satunya. Hanya Allah sajalah Tuhan kehidupan sejak awal sampai

akhir: tidak ada seorang pun boleh berpretensi mempunyai hak, dalam keadaan mana pun, untuk

mengakhiri secara langsung kehidupan manusia yang tidak bersalah”.

Seturut wahyu, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dengan penekanan khusus

pada misteri inkarnasi, Gereja Katolik Roma mengutuk praktek aborsi. Beberapa contoh ajaran

dalam rentang waktu tiga ratus tahun pertama sejak berdirinya Gereja meliputi yang berikut ini:

“Didache” (“Ajaran dari Keduabelas Rasul,” thn 80 M) menegaskan, “Engkau tidak boleh

melakukan abortus dan juga tidak boleh membunuh anak yang baru dilahirkan.” “Surat

Barnabas” (thn 138) juga mengutuk aborsi. Athenagoras (thn 177) dalam tulisannya “Pembelaan

Atas Nama Umat Kristen” (suatu pembelaan terhadap paham kafir) menegaskan bahwa umat

Kristen menganggap para wanita yang menelan ramuan atau obat-obatan untuk menggugurkan

kandungannya sebagai para pembunuh; ia mengutuk para pembunuh anak-anak, termasuk anak-

anak yang masih ada dalam rahim ibu mereka, “di mana mereka telah menjadi obyek

penyelenggaraan ilahi.” Tertulianus (thn 197) dalam “Apologeticum” menegaskan hal serupa,

“mencegah kelahiran adalah melakukan pembunuhan; tidak banyak bedanya apakah orang

membinasakan kehidupan yang telah dilahirkan ataupun melakukannya dalam tahap yang lebih

awal. Ia yang bakal manusia adalah manusia.” Pada tahun 300, Konsili Elvira, suatu konsili

gereja lokal di Spanyol, mengeluarkan undang-undang khusus yang mengutuk aborsi (Kanon

63).

Setelah pengesahan kekristenan pada tahun 313, Gereja tetap mengutuk aborsi. Sebagai contoh,

St. Basilus dalam sepucuk suratnya kepada Uskup Amphilochius (thn 374) dengan tegas

menyatakan ajaran Gereja: “Seorang wanita yang dengan sengaja membinasakan janin haruslah

diganjari dengan hukuman seorang pembunuh” dan “Mereka yang memberikan ramuan atau

obat-obatan yang mengakibatkan aborsi adalah para pembunuh juga, sama seperti mereka yang

menerima racun itu guna membunuh janin.”

Page 11: ABORSI  asli

Poin utamanya adalah Gereja Katolik Roma sejak dari awal secara terus-menerus menjunjung

tinggi kekudusan hidup dari bayi yang belum dilahirkan dan mengutuk tindakan aborsi langsung

(abortus langsung, artinya abortus yang dikehendaki baik sebagai tujuan maupun sebagai

sarana). Menentang ajaran ini berarti menyangkal ilham Kitab Suci dan Tradisi kristiani. Kita,

sebagai umat Kristen Katolik, patut berdoa demi berubahnya hati nurani umat manusia dan

dengan gagah berani mengajarkan, mempertahankan serta membela kekudusan hidup manusia,

teristimewa bayi-bayi tak dilahirkan yang tak berdaya dan tak bersalah.

TANGGAPAN GEREJA

Gereja Katolik merupakan satu-satunya lembaga keagamaan yang dengan lantang menentang

aborsi. Untuk Gereja Katolik, aborsi adalah pembunuhan atas manusia tak berdosa dan yang

dalam dirinya tak bisa membela diri. Maka sangat jelas bahwa Gereja Katolik mengerti tindakan

mengaborsi bukanlah hak azasi melainkan sebaliknya adalah kejahatan azasi. Hak azasi dalam

pengertian Gereja Katolik selalu mengarah kepada kehidupan dan bukan kepada kematian.

Aborsi adalah suatu tindakan yang mengarah pada kematian dan hanya dilakukan oleh orang

yang mencintai kematian.

Paus Benedictus XVI dalam kunjungannya ke Austria, dengan tegas mengumandangkan kembali

ajaran Gereja bahwa aborsi adalah dosa besar dan aborsi sama sekali bukan hak azasi.

Pernyataan Paus tersebut disambut gembira oleh pencinta kehidupan dan di lain pihak disambut

dengan protes keras oleh para pencinta kematian. Sebab memang kata-kata Johannes Paulus II,

sangatlah benar, beliau mengatakan bahwa zaman ini sangat diwarnai oleh “budaya kematian”

(the culture of death). Manusia atas nama kesenangan yang sifatnya sangat sementara dan sangat

egois mengorbankan kehidupan.

Dalam Gereja Katolik, aborsi hanya layak dibenarkan dalam dua kasus dilematis berikut: kasus

dilematis pertama, yakni situasi dimana jelas bahwa janin akan mati bersama ibunya apabila

tidak dilaksanakan pengguguran. Dan kasus dilematis kedua, yakni situasi dimana ibu akan

meninggal bila janin tidak digugurkan. Bahkan dalam kasus kedua itu beberapa ahli moral masih

meragukan apakah hidup ibu selalu layak lebih diutamakan dibandingkan dengan hidup janin.

Jikalau ada kelainan pada janin, Gereja tetap tidak memperbolehkan adanya aborsi. Gereja hanya

menerima kedua kasus dilematis yang tadi telah dijelaskan. Kecuali kalau kelainan itu

mengakibatkan masalah dilematis seperti diatas tadi.

Page 12: ABORSI  asli

Jikalau seseorang menjadi korban pemerkosaan, dan ia takut kalau anak yang dilahirkannya

dilecehkan oleh masyarakat, ia tetap tidak boleh melakukan tindakan aborsi. Tetapi Gereja akan

membantu menyiapkan proses kematangan jiwa sang ibu misalnya melalui pendampingan oleh

para suster sehingga sang ibu mau melahirkan anak dan membatalkan niat pengguguran. Gereja

menyiapkan mental/kejiwaan si korban perkosaan melalui pendampingan (konseling) yang bisa

dilakukan oleh pastor dan suster.

KESULITAN GEREJA

Gereja Katolik saat ini masih kesulitan untuk mengatasi masalah aborsi yang masih tinggi.

Diantaranya seperti sebuah kebijakan-kebijakan Negara, dimana Negara tersebut masih

memperbolehkan diadakannya aborsi.

Dalam perintah Allah yang ke-5 berbunyi “Jangan Membunuh”, gereja masih bertanya-tanya,

dalam situasi dan kondisiyang rumit, apakah perintah ini masih berlaku? Dan kalau kita melihat

konteksnya, maka perintah ini ditujukan untuk manusia. Dan sekarang yang menjadi masalah

utama adalah tentang status fetus/janin itu sendiri;

Apakah fetus atau janin itu manusia atau bukan?

Syarat apakah yang harus dimiliki “sesuatu” supaya dapat dianggap seorang manusia,

jelasnya supaya memiliki hak hidup?

Jika kita menganggap bayi yang belum dilahirkan bukan manusia, tetapi hanya benda,

kapankah fetus itu dapat menikmati statusnya sebagai seorang manusia atau pribadi?

Jika janin itu belum mempunyai status sebagai manusia, maka Abortus tidak dapat dicap sebagai pembunuhan, dan masalah kita dapat diselesaikan, tetapi jika itu adalah manusia yang sedang mengalami proses pertumbuhan secara kontiniu, maka ini jelas merupakan suatu pembunuhan.

C. PENYELESAIAN DILEMA ETIKa. Prinsip-Prinsip Moral Dalam Praktek Keperawatan

Prinsip moral merupakan masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu system etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu.

1. Autonomi; berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri, berarti menghargai manusia sehingga memperlakukan mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.

2. Benefesience; merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.

Page 13: ABORSI  asli

3. Justice; merupakan prinsip moral untuk bertindak adik bagi semua individu, setiap individu mendapat perlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan hidup seseorang.

4. Veracity; merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain/pasien. Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun suatu hubungan dengan orang lain. Kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan penghargaan terhadap otonomi seseorang dan mereka berhak untuk diberitahu tentang hal yang sebenarnya.

5. Avoiding Killing; merupakan prinsip yang menekankan kewajiban perawat untuk menghargai kehidupan. Bila perawat berkewajiban melakukan hal-hal yang menguntungkan (benefisience) haruskah perawat membantu pasien mengatasi penderitaannya (misalnya akibat infeksi berat) dengan menggugurkan kandungannya? Kewajiban perawat untuk menghargai eksistensi kemanusiaan yang mempunyai konsekwensi untuk melindungi dan mempertahankan kehidupan dengan berbagai cara.

6. Fedelity; merupakan prinsip moral yang menjelaskankewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi menepati janji, menyimpan rahasia, dan “caring”.

b. Kerangka Proses Penyelesaian Masalah Dilema EtikaKerangka penyelesaian masalah dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah secara ilmiah, antar lain :

1. Model pemecahan masalah (Megan, 1989)- Mengkaji situasi- Mendiagnosis masalah etik moral- Membuat tujuan dan rencana pemecahan- Melaksanakan rencana- mengevaluasi hasil

2. kerangka pemecahan dilema etik (Kozier dan Erb, 1989)- mengembangkan data dasar- mengidentifikasi konflik- membuat alternatif tindakan- menentukan pihak-pihak pengambil keputusan- identifikasi kewajiban perawat- membuat keputusan

3. model Murphy dan Murphy- identifikasi masalah kesehatan- identifikasi masalah etik- siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan

Page 14: ABORSI  asli

- identifikasi peran perawat- pertimbangan alternatif tindakan- pertimbangkan konsekwensi tindakan- memberi keputusan- mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai

dengan falsafah umum untuk perawatan klien- Analisa situasi hingga hasil actual dari keputusan telah tampak dan

menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikut.

4. Model Curtin- Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan

masalah- Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan- Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan- Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil pilihan itu- Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan.- Memecahkan dilema- Melaksanakan keputusan.

c. Strategi Penyelesaian Masalah EtikDalam menghadapi dan mengatasi masalah etik, antara perawat dan dokter

tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan kenyamanan kerja. Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etik adalah dengan melakukan rounde (bioetics rounds) yang melibatkan perawat dan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan masalah etik tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etik.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULANDalam dilemma etik, sangat sulit bahkan tidak dapat menentukan pendapat mana yang

benar dan pendapat mana yang salah. Seperti pada kasus aborsi yang telah kita bahas, ada alasan untuk melegalkan dan ada alasan untuk tidak melegalkan tindakan aborsi.

Oleh karena itu untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pikiran yang rasional dan bukan emosional.

Page 15: ABORSI  asli

DAFTAR PUSTAKA

http://azmikoe.multiplay.co

id. Answer.yahoo.com/questioan/indeks

http://forum.kotasantri.com/viewtopic.php?t=1267

http://118.98.213.22/aridata_web/how/k/kesehatan/18_ABORSI.pdf