41
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini secara umum telah diteliti bahwa setiap kehamilan membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan mengalami sutau komplikasi atau masalah yang dapat menjadi fatal. Survey Demografi dan Kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun 1992-1997, 26% wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. (Asuhan Antenatal, 2003, hal : 3). Salah satu komplikasi yang dapat menyebabkan perdarahan adalah abortus. 1

abortus insipiens_keNz

Embed Size (px)

DESCRIPTION

n

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini secara umum telah diteliti bahwa setiap kehamilan membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan mengalami sutau komplikasi atau masalah yang dapat menjadi fatal. Survey Demografi dan Kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun 1992-1997, 26% wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. (Asuhan Antenatal, 2003, hal : 3). Salah satu komplikasi yang dapat menyebabkan perdarahan adalah abortus.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. (Abdul Bari Saifuddin, 2000 : 145). Abortus dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat mengancam perkembangan janin dan ibu yang mengandung. Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah perdarahan yang hebat, yang dapat menimbulkan syok hipovolemik hingga kematian ibu. sehingga apabila itu semua tidak diatasi maka Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi akan terus meningkat.

Oleh karena itu, pencegahan secara dini dengan memberikan asuhan secara optimal pada ibu hamil harus dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan untuk menghindari resiko yang membahayakan bagi ibu hamil. Sehingga apabila asuhan dilakukan dengan sedini mungkin diharapkan akan dapat menurunkan AKI dan AKB di Indonesia.

B. TUJUAN

1.1 Tujuan Umun

Memberikan asuhan kepada ibu dengan abortus insipiens

1.2 Tujuan Khusus

a. Diperoleh data subjektif pada Ny. D, 26 tahun, G1P0A0, hamil 10 minggu, dengan abortus insipiens.

b. Diperoleh data objektif pada Ny. D, 26 tahun, G1P0A0, hamil 10 minggu, dengan abortus insipiens.

c. Didapatkan assessment pada Ny. D, 26 tahun, G1P0A0, hamil 10 minggu, dengan abortus insipiens.

d. Didapatkan planning pada Ny. D, 26 tahun, G1P0A0, hamil 10 minggu, dengan abortus insipiens.

e. Didapatkan factor penghambat dan penunjang pada Ny. D, 26 tahun, G1P0A0, hamil 10 minggu, dengan abortus insipiens.BAB IITINJAUAN TEORI

A. Pengertian Abortus

Definisi abortus (aborsi, abortion) adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin bertahan hidup. (Gary Cunningham, 2005 : 951).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. (Saifuddin, 2000 :145)

Keguguran atau abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. (Ida Bagus Manuaba, 1998 : 214).

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. (Sulaiman Sastrawinata, 2004 : 1).B. Klasifikasi Abortus

1. Berdasarkan kejadiannya :a. Keguguran spontan

Terjadi apabila ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri.b. Keguguran Buatan

Sengaja dilakukan sehingga kehamilan dapat diakhiri. Upaya menghilangkan hasil konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :a) Indikasi Medis

Menghilangkan kehamilan atas indikasi ibu, untuk dapat menyelamatkan jiwanya. Indikasi medis tersebut diantaranya :

Penyakit jantung, ginjal atau penyakit hati yang berat

Gangguan jiwa ibu

Dijumpai kelainan bawaan dengan pemeriksaan ultrasonografi

b) Indikasi Sosial

Pengguguran kandungan atas dasar aspek social :

Menginginkan jenis kelamin tertentu Tidak ingin mempunyai anak

Jarak kehamilan terlalu dekat

Belum siap untuk hamil

Kehamilan yang tidak diinginkan

2. Berdasarkan Pelaksanaannya :Berdasarkan pelaku gugur kandung, dapat dibagi atau dikelompokkan :

a. Keguguran buatan terapeutik

Dilakukan dengan medis secara legeartis berdasarkan indikasi medis.

b. Keguguran Buatan Ilegal

Dilakukan tanpa dasar hokum atau melawan hukum.

3. Berdasarkan Gambaran Klinisnya Gugur Kandung dibagi menjadi :

a. Keguguran lengkap (Abortus Kompletus), semua hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya.

b. Keguguran tidak lengkap (Abortus Inkompletus), sebagian hasil konsepsi masih tersisa dalam rahim yang dapat menimbulkan penyulit

c. Keguguran yang mengancam (Abortus Imminens)

d. Keguguran tak terhalangi (Abortus Insipien)

e. Keguguran Habitualis

f. Keguguran dengan infeksig. Missed Abortion

(Manuaba, 1998 : 214-215)

C. Penyebab Abortus

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa factor diantaranya sebagai berikut :

1. Factor Pertumbuhan Hasil Konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :

a. Factor Kromosom

Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks.

b. Faktor Lingkungan Endometrium

a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi

b) Gizi ibu kurang karena anemia, atau terlalu pendek jarak kehamilan.c. Pengaruh Luar

a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi

b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu

2. Kelainan pada Plasenta

a. Infeksi pada plasenta dengan sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi

b. Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya diabetes mellitus

c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran

3. Penyakit ibu

Penyakit ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta :

a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis.

b. Penyakit menahun ibu, seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes mellitus.

4. Kelainan yang terdapat pada rahim

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuantus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks, robekan serviks post partum).

(Manuaba, 1998 : 215-216)D. Patofisiologi Abortus

Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan peredaran ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut dan akhirnya terjadi perdarahan pervaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diintrepretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai dan segera setelah itu, terjadi pendorongan pada benda asing itu untuk keluar dari rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.

Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 villi korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua sehingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10-12, korion tumbuh dengan cepat dan hubungan villi korialis dengan desi dua semakin erat sehingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal apabila terjadi abortus. Pengeluaran hasil konsepsi didasarka 4 cara :

1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa desidua.

2. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar,meninggalkan korion dan desidua

3. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janinkeluar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang dikeluarkan)

4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Sebagian besar abortus termasuk dalam tiga tipe pertama, karena itu kuretase diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi lebih lanjut. Abortus bentuk yang istimewa, seperti :

a. Telur kosong (blighted ovum) yang terbentuk hanya kantong amnion berisi air ketuban tanpa janin.

b. Mola krueta adalah telur yang dibungkus oleh darah Kristal. Mola krueta terbentuk jika abortus terjadi dengan lambat hingga darah sempat membeku antara desidua dan korion. Jika darah beku ini seperti daging, disebut mola karnosa.

c. Mola tuberose ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan, disebabkan oleh hematom-hematom antara amnion dan korion.

d. Nasib janin yang mati bermacam-macam, jika masih sangat kecil dapat diabsorpsi dan hilang. Jika janin sudah agak besar, cairan amnion dabsorpsi hingga janin tertekan (fetus compressus)

Kadang-kadang janin menjadi kering dan mengalami mimifikasi hingga menyerupai perkamen (foetus papyraceus). Keadaan ini lebih sering terdapat pada kehamilan kembar (vanished twin). Mungkin juga janin yang sudah agak besar mengalami maserasi.(Sulaiman Sastrawinata, 2005 : 3-5)ABORTUS INSIPIENSAbortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini, rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi d\apat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.Pada kehamilan 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya perforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin. Apabila janin telah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, sebaiknya pengeluaran plasenta dilakukan secara digital yang adapat disusul dengan kerokan bila masih ada sisa plasenta yang tertinggal. Bahaya perforasi pada hal yang terakjir ini tidak seberapa besar karena dinding uterus menjadi tebal disebabkan sebagian hasil konsepsi telah keluar.

(prawirohardjo, 2005 : 306-307)

Abortus insipiens ditandai dengan pecahnya kulit ketuban karena adanya dilatasi serviks. Dalam kondisi tersebut, hampir dapat dipastikan akan terjadi abortus. Jarang sekali pengeluaran ketuban yang deras dalam paruh pertama kehamilan, terjadi tanpa disertai konsekuensi yang serius. Cairan tersebut sebelumnya dapat tertimbun diantara amnion dan korion, sedangkan defek permulaan dalam amnion dapat sembuh dengan sempurna. Meskipun demikian, peristiwa yang sering terjadi bisa berupa kontraksi uterus yang timbul seketika sehingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi, atau terjadi infeksi.

Pecahnya ketuban dalam paruh pertama kehamilan, akan berakibat kecilnya presentasi untuk menyelamatkan kehamilan. Jika pada awal kehamilan tiba-tiba terdapat pengeluaran cairan yang menunjukkan pecahnya kulit ketuban, disertai sebelumnya timbul rasa nyeri atau perdarahan, maka wanita tersebut harus berbaring di tempat tidur, dan menjalani pemeriksaan observasi terhadap kebocoran cairan lebih lanjut, perdarahan, kram, ataupun panas. Jika setelah 48 jam tidak terdapat pengeluaran cairan amnion lebih lanjut, dan juga tidak terdapat perdarahan atau nyeri serta gejala panas, maka pasien diperbolehkan bangun dan dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa kecuali dalam bentuk penetrasi vagina. Meskipun demikian, pemancaran cairan terjadi bersamaan atau diikuti dengan perdarahan dan rasa nyeri, atau kemudian terjadi panas, maka keadaan ini harus dipertimbangkan sebagai abortus yang tidak terelakkan dan uterus harus segera dikosongkan.Secara spesifik ciri-ciri terjadinya abortus insipiens adalah :

1. Adanya perdarahan sedang hingga massif/banyak

2. Serviks terbuka

3. Besarnya uterus sesuai dengan masa kehamilan

4. Gejalanya adalah kram atau nyeri perut bagian bawan dan belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi

Penanganan Abortus Insipiens

1. Penilaian awal

Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :

a. Keadaan umum pasien

b. Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik 112 x/menit)

c. Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam kavum pelvis; pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggud. Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, secret yang berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan)

e. Tentukan melalui evaluasi medic apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)2. Penanganan Spesifik

a. Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi

Bila usia gestasi 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan

Bila usia gestasi 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur Dilatasi & Kuretase (D & K)

b. Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan :a) Infuse oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi

b) Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian

c) Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal

c. Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau D&K (hati-hati resiko perforasi).

(Prawirohardjo, 2006 : 146-147)3. Penanganan lanjutan

Setelah abortus, pasien perlu diperiksa untuk dicari penyebab terjadinya abortus. Selain itu perlu diperhatikan involusi uteri dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian. Pasien diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil.

(Prawirohardjo, 2005 : 312)Komplikasi Abortus

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.2. Perforasi

Peerforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan lebih teliti. Jika terdapat tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam dapat menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas; mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.3. Infeksi

Adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septicemia, sepsis, peritonitis. Tan dad an gejalanya adalah perdarahan pervaginam yang bebau, uterus yang membesar, lembek dan disertai dengan nyeri tekan dan leukositosis.4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank arena infeksi berat (syok endoseptik).Kontrasepsi Pasca Abortus

MetodeWaktu AplikasiKeterangan

KondomSegeraEfektifitas tergantung dari tingkat kedisiplinan klien. Dapat mencegah PMS.

Pil HormonalSegeraCukup efektif tetapi perlu ketaatan pasien untuk minum pil secara teratur

SuntikanSegera Konseling untuk pilihan hormone tunggal atau kombinasi

ImplanSegeraSesuai untuk pasangan yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang

AKDRSegera/setelah kondisi pasien memungkinkanPertimbangan kondisi klien (anemis) atau resiko infeksi (PMS/ITG) pasca insersi

TubektomiSegeraSesuai bagi pasangan yang ingin menghentikan fertilisasi

(Prawirohardjo, 2006 : 152)BAB III

TINJAUAN KASUSASUHAN KEBIDANAN

PADA NY.D, 26 THN G1P0A0, DENGAN ABORTUS INSIPIENSTanggal pengkajian: 31 Oktober 2008

Waktu pengkajian: 06.00 WIB

Tempat pengkajian: BRSD CibinongNama pengkaji: Marlya Niken PradiptaA. DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

Istri

Suami

Nama

: Ny. D

Tn. R

Usia

: 26 thn

25 thn

Suku

: Sunda

Sunda

Agama

: Islam

Islam

Pendidikan: SMA

SMA

Pekerjaan: Karyawan

Wiraswasta

Alamat

: Kp.Legok 05/10 ,Gn Putri Kp.Legok 05/10 ,Gn Putri2. Keluhan UtamaIbu datang ke BRSD Cibinong pukul 06.00 mengaku hamil 2 bulan. Saat ini ibu mengeluh keluar darah merah segar pervaginam dan disertai mules dan terasa nyeri perut bagian bawah sejak pukul 03.00 WIB.3. Riwayat KehamilanIbu mengatakan ini adalah kehamilannya yang pertama dan tidak pernah keguguran. Haid terakhir ibu pada tanggal 23 Agustus 2008 (TP 30 mei 2009). Ibu mengatakan periksa kehamilan pertama pada tanggal 30 September 2008 dan telah dilakukan tes kehamilan dengan hasil positif hamil. Ibu telah memeriksakan kehamilannya yang ke-2 di Klinik dokter praktek dengan hasil USG yang dinyatakan kehamilannya keguguran. Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan dan jamu-jamuan selama kehamilan ini, ia hanya meminum obat penambah darah yang diberikan dokter. 4. Riwayat Kesehatan Ibu dan KeluargaIbu mengatakan tidak memiliki penyakit menahun seperti penyakit ginjal, hipertensi, diabetes, penyakit hati dan penyakit infeksi seperti pneumoni, typhus abdominalis dan penyakit menular seksual seperti sifilis. Ibu juga mengatakan didalam keluarga ibu dan suami tidak memiliki penyakit keturunan dan menular seperti penyakit ginjal, hipertensi, diabetes, penyakit hati dan penyakit infeksi seperti pneumoni, typhus abdominalis dan penyakit menular seksual seperti sifilis.

5. Riwayat Kontrasepsi

Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun sampai saat ini.

6. Pola Kehidupan Sehari hari

a. Nutrisi dan hidrasi

1) Sebelum hamil:

Ibu makan tiga kali sehari dengan menu nasi, lauk, sayuran dengan porsi sedang. Ibu mengatakan minum empat sampai lima gelas air putih perhari.

2) Selama hamil:

Ibu makan dua kali sehari dengan menu nasi, lauk, sayuran dengan porsi kecil karena nafsu makannya berkurang. Ibu mengatakan minum enam sampai tujuh gelas perhari dan ibu tidak mengkonsumsi susu hamil.b. Eliminasi

1) Sebelum hamil:

Ibu biasa BAB satu kali dalam sehari dengan konsistensi lunak dan BAK tiga sampai empat kali sehari berwarna kekuningan.

2) Selama hamil:

Ibu biasa BAB satu kali sehari dengan konsistensi agak padat kehitaman dan BAK lima sampai enam kali sehari berwarna kuning.c. Istirahat

1) Sebelum hamil:

Ibu mengatakan biasa tidur malam pada pukul 22.00 05.00 WIB dan ibu jarang tidur siang.

2) Selama hamil: Ibu mengatakan tidur malam pada pukul 23.00 05.00 WIB dan jarang tidur siang karena harus bekerja.d. Personal hygene

1) Sebelum hamil:Ibu mengatakan setiap hari mandi 2-3 kali per hari. Dan mencuci daerah kemaluannya setiap habis BAK dan BAB serta mengeringkanya dengan kain bersih serta mengganti celana dalam setiap habis mandi.2) Selama hamil:Ibu mengatakan setiap hari mandi 2-3 kali per hari. Dan mencuci daerah kemaluannya setiap habis BAK dan BAB serta mengeringkanya dengan kain bersih serta mengganti celana dalam setiap habis mandi.e. Kegiatan sehari hari

Ibu mengatakan bahwa ia adalah seorang karyawan swasta. Ibu setiap harinya harus bekerja mulai pukul 08.00 17.00 WIB. Ibu mengatakan sedikit merasa lelah dengan pekerjaannya. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah, seringkali ibu dibantu oleh suami.

f. Pola hidup sehat

Ibu tidak pernah mengkonsumsi rokok, minuman beralkohol, dan obat obatan terlarang. Namun suami ibu merupakan perokok aktif dan ibu merasa agak terganggu dengan asap rokok. ibu mengatakan selalu menghindari suaminya apabila suami sedang merokok. ibu mengatakan tidak mempunyai binatang peliharaan. Ibu mengatakan jarang melakukan olahraga.g. Pola hubungan seksual

Sebelum kehamilan :

Ibu mengatakan bahwa ia melakukan hubungan seksual 3x dalam seminggu. Tidak ada keluhan dalam pola hubungan seksual.

Setelah kehamilan :

Ibu mengatakan bahwa ia melakukan hubungan seksual 2x dalam seminggu karena merasa gairah seksualnya menurun dan suami memaklumi akan hal tersebut.7. Riwayat Psikososial

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilannya yang pertama dari pernikahan pertama. Ini merupakan pernikahan pertama baik bagi ibu ataupun bagi suami ibu. Usia ibu saat menikah yaitu 24 tahun dan usia suami saat menikah 23 tahun. Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilannya, begitu pun dengan suami dan keluarga ibu. Pengambilan keputusan pada keluarga ada pada suami. Saat ini ibu tinggal bersama suami.

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan UmumKeadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

a) Tanda tanda vital1) TD

: 110/70 mmHg2) Nadi

: 82 kali / menit3) Suhu

: 37.20 C4) Respirasi : 23 kali / menit.b) Antropometri

1) TB

: 158 cm

2) BB sebelum hamil : 47 kg

3) BB saat hamil : 48 kg

4) IMT

: 19,22. IMT dalam kategori rendah (kenaikan BB normal menurut IMT = 12,5-18 kg).

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

1) Muka

Tidak terdapat edema dan kloasma gravidarum.2) Mata

Sclera tidak ikterik dan konjungtiva tidak pucat. 3) Mulut

Bibir tidak stomatitis, tidak ada karies dan lubang pada gigi, gusi tidak pucat.b. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak ada peninggian vena jugularis.c. Payudara

Simetris, puting susu menonjol dan payudara bersih. Tidak ada retraksi, tidak teraba masa dan tidak ada nyeri tekan.d. Abdomen

1. Inspeksi

Tidak terdapat bekas luka oprasi, tidak ada linea alba dan striae gravidarum.

2. Palpasi

Tinggi fundus uteri tidak teraba. Ballottement belum teraba. terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah.e. Genitalia

Vulva bersih, tidak ada edema, terdapat perdarahan pervaginam berwarna merah segar, tidak ada massa, tidak ada varices, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholin.

V/T : pembukaan 1 cm, portio teraba tebal lunakf. Ekstremitas atas dan bawah

Ujung jari tangan dan kaki tidak pucat dan pada kaki tidak terdapat edema maupun varises.

3. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Lab = Hb: 14,5 gr%

Hasil USG = Abortus InsipiensTerpasang Infus RL 20 tetes/menit di tangan kiri dari IGDIII. ASSESMENT

Ny. D, 26 thn. G1P0A0. Hamil 10 minggu, dengan abortus insipiens.IV. PLANING

1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan, dan memberitahu ibu bahwa usia kehamilannya sekarang adalah 10 minggu.2. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu.3. Menganjurkan ibu untuk beristirahat.4. Kolaborasi dengan dr. Haryanto, SpOG instruksi untuk melakukan persiapan kureta. Pemasangan laminaria untuk persiapan kuret. (laminaria dipasang jam 06.30)

b. Memberitahukan ibu agar mulai berpuasa pukul 08.00 WIB untuk persiapan kuretase5. Memberikan dukungan kepada ibu agar tetap tenang dalam menghadapi proses kuretCATATAN PERKEMBANGANTanggal Pengkajian: 31 Oktober 2008

Waktu Pengkajian: 11.45

Pengkaji

: Marlya Niken Pradipta

S :Ibu mengatakan masih merasa sedikit mulas dan masih keluar flek-flek darah dari kemaluan. Ibu mengatakan makan terakhir pada pukul 08.00 pagi dan minum terakhir pada pukul 10.00 WIB. Ibu telah BAK pada pukul 10.30 WIB.O :Keadaan umum

Kesadaran: Compos Mentis

TTV

: TD

: 110/70 mmHg

Nadi

: 83x/menit

Respirasi: 22x/menit

Suhu

: 37,4C

Pemeriksaan fisik :

Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikteric

Abdomen :

Palpasi

Tinggi fundus uteri tidak teraba. Ballottement belum teraba. terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah. Kandung kemih kosong Genitalia

Terdapat perdarahan 1 softex penuh. Berwarna merah kehitaman. VT terdapat pembukaan 1 cm.A :Ny. D, 26 thn. G1P0A0. Hamil 10 minggu, dengan abortus insipiens.

P :1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu 2. Menyiapkan kuret set 3. Kolaborasi dengan dr. VB Haryanto, SpOG untuk tindakan kuretase - Dilakukan kuretase oleh dr. Haryanto,SpOG pada Jam 11.45 WIB Terpasang infuse RL + 1 Amp Oxytosin Diberikan suntikan anastesi narkoleptica (petidine 1 amp IV bolus) atas instruksi dr.Haryanto,SpOG Diberikan terapi oral (Dexyclav 3x1, Pospargin 3x1, letropar 1x1) oleh dr. Haryanto, SpOG Hasil konsepsi berupa gumpalan darah dan jaringan-jaringan

4. Membersihkan dan merapikan pasien5. Mensterilisasi alat-alat6. Jam 16.00 pasien boleh pulang atas instruksi dr. VB Haryanto, SpOGBAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis mencoba melakukan Asuhan pada ibu yang mengalami abortus insipiens, kemudian dibandingkan dengan standar asuhan pelayanan yang telah ditetapkan.A. DATA SUBJEKTIF

Berdasarkan data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesa pada kasus ini diperoleh data, bahwa Ny. D, mengeluh sakit pada bagian bawah abdomen dan keluar perdarahan pervaginam sejak pukul 03.00 dini hari. Sesuai dengan teori yang ada,dalam buku prawirohardjo, 2005, sehingga data tersebut dapat mendukung diagnose yang akan ditegakkan. Di samping itu pengkaji mendapatkan informasi mengenai pola hubungan seksual ibu yang dapat mengakibatkan abortus. Tetapi sedikit sekali data yang didapat melalui riwayat-riwayat yang ada untuk mengetahui penyebab abortus pada ibu. pengkaji mengambil kesimpulan bahwa penyebab abortus insipiens ini dikarenakan mobilitas ibu yang tinggi, karena ia harus bekerja dan mengerjakan pekerjaan rumah, walaupun dibantu oleh suami. B. DATA OBJEKTIF

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada pasien diperoleh data Pada pemeriksaan di bagian abdomen, didapatkan hasil belum adanya peninggian fundus uteri, dan adanya nyeri tekan di bagian bawah abdomen serta pada pemeriksaan genitalia, didapatkan hasil adanya perdarahan pervaginam berwarna merah segar. pada pemeriksaan vaginal touch, didapatkan hasil adanya pembukaan serviks sebesar 1cm. Hal ini sesuai teori yang terdapat dalam buku Prawirohardjo, 2005 bahwa Secara spesifik ciri-ciri terjadinya abortus insipiens adalah :

1. Adanya perdarahan sedang hingga massif/banyak

2. Serviks terbuka

3. Besarnya uterus sesuai dengan masa kehamilan

4. Gejalanya adalah kram atau nyeri perut bagian bawan dan belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi

C. ASESSMENT

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan diperoleh diagnose, Ny. D, 26 tahun, hamil 10 minggu dengan abortus insipiens. Dengan dasar pada data subjektif HPHT ibu pada 23 Agustus 2008 yang dapat menentukan uasia kehamilan dan ibu mengatakan bahwa terdapat nyeri pada bagian bawah simpisis dan perdarahan pervaginam yang merupakan salah tanda adanya abortus. Dengan dasar data objektif, terdapat nyeri tekan pada bagian bawah simpisis, perdarahan pervaginam, dan terdapat pembukaan serviks sebesar 1 cm,yang merupakan tanda abortus insipisens.

D. PLANNING

Pada kasus abortus insipiens ini peran yang dilakukan oleh bidan adalah memberikan dukungan emosional kepada ibu dalam menghadapi proses kuretase serta membesarkan hati ibu karena kehilangan buah hati yang dikandung. Selain itu yang dilakukan oleh bidan adalah memberitahukan mengenai alat kontrasepsi post kuret. Bidan juga membantu tindakan-tindakan yang menyangkut tindakan kuretase.

E. FAKTOR PENUNJANG

Faktor Penunjang

Pada pemeriksaan yang dilakukan, klien ikut berpartisipasi secara aktif sehingga mempermudah proses pemeriksaan yang dilakukan. Selain itu, lingkungan yang memberikan rasa nyaman untuk bekerja, para tenaga kesehatan yang sangat membantu dan mendukung juga memberikan kami banyak ilmu, serta kepercayaan bidan kepada kami untuk melakukan pelayanan terhadap pasien. Sehingga dapat mendukung asuhan yang diberikan.BAB V

PENUTUPA. KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. D telah didapatkan data dengan keluhan sakit perut bagian bawah. Pada hasil data objektif pada Ny. D. bahwa terdapat nyeri tekan perut bagian bawah, perdarahan pervaginam, serta terdapat pembukaan serviks telah sesuai dengan teori yang dapat menegakkan diagnose abortus insipiens.

Berdasarkan data subjektif dan objektif, telah didapatkan asessment pada ny. E, 25 tahun, G1P0AO, hamil 10 minggu dengan abortus insipiens. Sehingga dari diagnosa tersebut dapat diperoleh perencanaan yang dapat memberikan solusi untuk memberikan asuhan yang tepat untuk ibu. Asuhan tersebut diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu.

B. SARAN

Asuhan yang diberikan pada Ny.D pada masa antenatal dapat berjalan lancar baik dari anamnesa, pemeriksaan fisik, serta penatalaksanaan asuhan tidak terlepas dari faktor pendukung, seperti lingkungan yang kondusif dan klien yang telah ikut berpartisipasi. Mahasiswa diharapkan lebih kompeten dalam memberikan asuhan kebidanan dengan memperbanyak literatur dan bertanya kepada pembimbing lapangan dan akademik agar dapat meningkatkan kualitas asuhan secara maksimal dan menyeluruh.1