14
BAB I PENDAHULUAN Abses otak (abses cerebri) adalah suatu proses pernanahan yang terlokalisir di antara  jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus dan protozoa. Biasanya tumpukan nanah ini mempunyai selubung yang disebut sebagai kapsul. Tumpukan nanah tersebut bisa tunggal atau terletak beberapa tempat di dalam otak. Abses otak timbul karena ada infeksi pada otak. Infeksi ini dapat berasal dari bagian tubuh lain, menyebar lewat jaringan secara langsung atau melalui pembuluh darah. Infeksi  juga dapat timbul karena ada benturan hebat pada kepala, misalnya pada kecelakaan lalu lintas. Pada beberapa sumber dikatakan bahwa abses otak dapat terjadi tanpa faktor atau dari sumber yang tidak diketahui. Organisme penyebab abses otak yang paling sering adalah dari golongan Streptococci . Kebanyakan bakteri ini tidak membutuhkan oksigen dalam hidupnya (anaerobik). Bakteri Streptococci  ini seringkali berkombinasi dengan bakteri anaerobik lainnya seperti Bacteriodes , Propinobacterium dan Proteus. Beberapa jenis jamur yang berperan terhadap pembentukan abses otak antara lain Candida, Mucor, dan Aspergilus . Walaupun kemajuan dalam hal diagnostik dan antibiotika cukup pesat saat ini. Insiden abses otak tidak terlihat menurun dan kenyataannya masih banyak dijumpai kasus ini di dalam masyarakat. Diagnosa dan pengelolaan abses otak tetap masih merupakan tantangan, walaupun dengan kemajuan-kemajuan dalam hal cara diagnostik radiologis dengan memakai CT Scan kepala dan didapatkannya berbagai antibiotika yang bekerja luas, angka kematian masih tetap tinggi, antara 40% atau lebih. Maka pengenalan dini dari suatu abses otak sangat memegang peranan penting di dalam pengelolaannya. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi Abses otak ( abses serebri ) adalah infeksi pada otak yang diselubungi kapsul dan terlokalisasi pada satu atau lebih area di dalam otak. Abses otak terdapat pada semua usia.

Abses Cerebri[1]

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    1/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Abses otak (abses cerebri) adalah suatu proses pernanahan yang terlokalisir di antara

    jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus dan

    protozoa. Biasanya tumpukan nanah ini mempunyai selubung yang disebut sebagai kapsul.

    Tumpukan nanah tersebut bisa tunggal atau terletak beberapa tempat di dalam otak.

    Abses otak timbul karena ada infeksi pada otak. Infeksi ini dapat berasal dari bagian

    tubuh lain, menyebar lewat jaringan secara langsung atau melalui pembuluh darah. Infeksi

    juga dapat timbul karena ada benturan hebat pada kepala, misalnya pada kecelakaan lalu

    lintas. Pada beberapa sumber dikatakan bahwa abses otak dapat terjadi tanpa faktor atau dari

    sumber yang tidak diketahui.

    Organisme penyebab abses otak yang paling sering adalah dari golongan Streptococci.

    Kebanyakan bakteri ini tidak membutuhkan oksigen dalam hidupnya (anaerobik). Bakteri

    Streptococciini seringkali berkombinasi dengan bakteri anaerobik lainnya seperti Bacteriodes,

    Propinobacterium dan Proteus.

    Beberapa jenis jamur yang berperan terhadap pembentukan abses otak antara lain Candida,Mucor, dan Aspergilus.

    Walaupun kemajuan dalam hal diagnostik dan antibiotika cukup pesat saat ini. Insiden

    abses otak tidak terlihat menurun dan kenyataannya masih banyak dijumpai kasus ini di dalam

    masyarakat. Diagnosa dan pengelolaan abses otak tetap masih merupakan tantangan,

    walaupun dengan kemajuan-kemajuan dalam hal cara diagnostik radiologis dengan memakai

    CT Scan kepala dan didapatkannya berbagai antibiotika yang bekerja luas, angka kematian

    masih tetap tinggi, antara 40% atau lebih.

    Maka pengenalan dini dari suatu abses otak sangat memegang peranan penting di

    dalam pengelolaannya.

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.1Definisi

    Abses otak ( abses serebri ) adalah infeksi pada otak yang diselubungi kapsul dan

    terlokalisasi pada satu atau lebih area di dalam otak. Abses otak terdapat pada semua usia.

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    2/14

    Terbanyak pada usia dekade kedua dari kehidupan, antara 20-50 tahun. Perbandingan antara

    penderita laki-laki dengan perempuan adalah 3 : 1 atau 3 : 2.

    1.2Faktor Etiologi dan Predisposisi

    Sebagian besar abses otak timbul secara penyebaran langsung dari infeksi telinga

    tengah, sinusitis, atau mastoiditis. Sinusitis dapat berupa sinusitis paranasal, sinusitis

    etmoidalis, sfenoidalis dan maksilaris. Juga dapat diakibatkan oleh infeksi paru sistemik,

    endokarditis bakterial akut dan subakut, serta sepsis mikroemboli menuju ke otak.

    Penyebab lain tetapi jarang adalah osteomielitis tulang tengkorak, sellulitis, erisipelas

    pada wajah, infeksi gigi, luka tembus pada tengkorak oleh trauma. Bahkan masih banyak

    penulis lain yang masih belum menemukan penyebab yang jelas.

    Berdasarkan sumber infeksi tersebut, dapat ditentukan kira-kira dari lobus mana dari

    otak abses tersebut bakal timbul.

    Infeksi pada sinus paranasal, dapat menyebar secara retrograd tromboflebitis melalui

    klep vena-vena diploika menuju frontal atau lobus temporal. Biasanya bentuk

    absesnya tunggal, terletak suferfisial di otak, dekat dengan sumber infeksinya.

    Sinusitis frontal dapat menyebabkan abses di bagian anterior atau inferior dari lobus-

    lobus frontalis. Sinusitis sfenoidalis, biasanya abses didapati pada lobus frontalis atau

    temporalis. Sinusitis maksilaris absesnya didapati pada lobus temporalis. Sinusitis

    etmoidalis absesnya didapati pada lobus frontalis.

    Infeksi pada telinga tengah dapat menyebar ke lobus temporalis. Infeksi pada mastoid

    dapat mebnyebar ke dalam serebelum. Kadang-kadang kerusakan tengkorak kepala

    oleh karena kelainan bawaan, seperti kerusakan tegmentum timpani atau karena

    kelainan yang didapat seperti pada kerusakan tulang temporal oleh kolesteatoma,

    memberi jalan untuk penyebaran infeksi ke dalam lobus frontalis atau serebelum.

    Infeksi juga dapat menyebar secara retrograd tromboflebitis pada cabang-cabang

    vena di temporal. Cabangcabang vena ini bergabung menuju vana-vena kortikal atau

    ke salah satu sinus venosus (lateral, inferior, atau petrosal superior).

    Abses otak dapat juga timbul akibat penyebaran secara hematogen dari infeksi yang

    letaknya jauh dari otak seperti pada infeksi paru sistemik (empiema, abses paru,

    bronkiektasis, pneumonia) atau pada endokarditis bakterialis akut dan subakut dan

    pada penyakit-penyakit jantung lain seperti Tertalogi Fallot. Abses yang terbentuk

    sering sekali multipel dan terdapat pada substansia alba dan substansis grisea dari

    jaringan otak.

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    3/14

    Dibeberapa negara, penyebaran infeksi secara sistemik ini frekuensinya terlihat meningkat.

    Lokalisasi abses otak yang penyebarannya secara hematogen ini sesuai dengan peredaran

    darah, paling sering pada daerah yang didistribusi oleh arteri serebri media, terutama pada

    lobus parietalis. Bisa juga pada daerah lain seperti serebelum dan batang otak. Krayenbuhl

    dan Garfiels mendapatkan endokarditis subakut bersama sama dengan penyakit jantung

    bawaan ataupun penyakit jantung rematik yang amenjadi penyebab abses otak ini.

    Lesi primer lainnya bisa juga akibat pustula kulit, infeksi gigi, abses tonsil, osteomielitis

    dan septikemia. Sebaga penyebab abses otak yang tidak diketahui, persentasenya cukup

    tinggi, antara 20-37%.

    Pada penderita penyakit jantung bawaan ataupun kelainan bentuk arteri dan venaparu terutama yang didapati adanya aliran darah pintas dari kanan ke kiri, sangat mudah

    terkena abses otak, oleh karena darahnya tidak disaring melalui kapiler-kapiler paru.

    Polisitemia dapat menyebabkan infark-infark kecil di otak yang mengakibatkan daerah iskemik

    untuk perkembangan organisme. Pada keadaan bakterimia jarang menyebabkan

    terbentuknya abses otak oleh karena Blood brain barrier yang masih baik sangat resisten

    terhadap infeksi.

    Sebagai faktor pencetus lain adalah terjadinya trauma tembus pada kepala, terutama

    bila didapatkan adanya benda asing yang tertinggal di dalam jaringan otak, umpamanya

    tulang.

    Luka tembak akibat senjata api dapat menyebabkan abses otak setelah beberapa lama

    dari kejadiannya, tetapi ini jarang di jumpai oleh karena biasanya logam panas tersebut steril.

    Untuk mencegah terjadinya abses otak akibat trauma tembus kepala, dinjurkan untuk segera

    melakukan debridenment .

    Patah tulang dasar tengkorak yang disertai dengan kebocoran cairan serebrospinal

    dapat menyebabkan meningitis yang mengakibatkan terjadinya abses otak. Pada kraniotomi,

    bila terjadi infeksi osteomielitis dari bone flap, kemungkinan dapat menyebabkan abses

    otak. Demikian pula dengan pemakaian implan, bila terinfeksi dapat menyebabkan abses otak.

    Akhir-akhir ini terlihat adanya peningkatan insiden abses otak pada penderita penyakit

    imunologik. Termasuk dalam kelompok ini yaitu penderita dengan penyakit kronis seperti

    pada penderita yang menggunakan kemoterapi untuk penyakit-penyakit malignan yang dapat

    menekan kekebalan tubuh, penderita yang mendapat pengobatan dengan steroid ataupun

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    4/14

    bahan sitotoksik, antibiotika dengan kerja luas dan penderita dengan sindroma kegagalan

    sistem kekebalan tubuh (AIDS).

    Pernah dilaporkan abses otak disebabkan oleh organisme parasit, seperti

    Schistosomiasis atau amoeba, tetapi sangat jarang. Juga oleh jamur seperti Aktinimikosis,

    okardiosis, Candida Albicansdan lain-lain . Abses otak oleh bakteri multosida yang tumbuh

    saprofit pada saluran pencernaan binatang piaraan seperti anjing dan kucing pernah juga

    dilaporkan. Infeksi biasanya karena gigitan hewan tersebut.

    1.3Europatologi dan Gambaran CT Scan

    Perjalanan bentuk abses otak oleh infreksi Streptococcus alfa hemolitikus secara

    histologis dibagi dalam 4 fase, dan ini memerlukan waktu sampai 2 minggu untuk

    terbentuknya kapsul dari abses.

    Keempat fase tersebut ailah :

    1. Early cerebritis ( hari ke 1 - 3 )

    2. Late cerebritis ( hari ke 49 )

    3. Early capsule formation ( hari ke 1013 )

    4. Late capsule formation ( hari ke 14 atau lebih )

    a.

    Early cerebritis

    Terjadi reaksi radang lokal dengan infiltrasi polimorfonuklear leukosit, limfosit dan

    plasma sel dengan pergeseran aliran darah tepi. Dimulai pada hari pertama dan meningkat

    pada hari ke-tiga. Sel-sel radang terdapat pada tunika adventisia dari pembuluh darah dan

    mengelilingi daerah nekrosis infeksi. Peradangan perivaskuler ini disebut cerebritis. Pada

    waktu ini terjadi edema sekitar otak dan peningkatan efek dari massa oleh karena

    pengembangan abses.

    Gambaran CT Scan:

    - Pada hari pertama terlihat daerah yang hipodens dengan sebagian gambaran seperti

    cincin.

    - Pada hari ketiga gambaran cincin lebih jelas, sesuai derngan diameter cerebritisnya,

    didapati mengelilingi pusat nekrosis.

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    5/14

    b.Late Cerebritis

    Pada wakti ini terjadi perubahan histologis yang sangat berarti. Daerah pusat nekrosis

    membesar oleh karena meningkatnya acellular debris dan pembentukan nanah oleh karena

    perlepasan enzim-enzim dari sel radang.

    Pada tepi-tepi pusat nekrosis didapati daerah sel-sel radang, makrofagmafrofag besar dan

    gambaran fibroblas yang terpencar-pencar. Fibroblas mulai menjadi anyaman retikulum, yang

    akan membentuk kapsul kollagen, lesi menjadi sangat besar.

    Gambaran CT Scan:

    -Gambaran cincin sempurna, 10 menit setelah pemberian kontras perinfus. Kontras masuk ke

    daerah sentral dengan gambaran lesi yang homogen. Gambaran ini menunjukkan adanya

    cerebritis.

    c.Early Capsule Formation

    Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag-makrofag menelan acelluler debris dan

    fibroblas meningkat dalam pembentukan kapsul. Lapisan fibroblas membentuk anyaman

    retikulum, mengelilingi pusat nekrosis. Di dalam ventrikel, pembentukan dinding sangat

    lambat oleh karena kurangnya vaskularisasi di daerah substansi alba dibandingkan dengan

    substansi grisea. Pembentukan kapsul yang terlambat dipermukaan tengah memungkinkan

    abses membesar ke dalam substansia alba. Bila abses cukup besar, dapat robek ke dalam

    ventrikel lateralis. Pada pembentukan kapsul, terlihat daerah anyaman retikulum yang

    tersebar membentuk kapsul kollagen. Mulai meningkatnya reaksi astrosit di sekitar otak.

    Gambaran CT Scan :

    - Hampir sama dengan fase cerebritis, tetapi pusat nekrosis terlihat lebih kecil.

    - Kapsul terlihat lebih tebal.

    d.

    Late Capsule Formation

    Terjadi perkembangan lengkap dari abses otak dengan gambaran histologisnya berupa :

    -

    Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acelluler debris dan sel-sel radang.

    -

    Daerah tepi dari sel radang, mafrofag, dan fibroblas.

    - Kapsul kolagen yang tebal.

    - Lapisan neovaskuler sehubungan dengan cerebritis yang berlanjut.

    - Reaksi astrosit, gliosis, dan edema otak di luar kapsul.

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    6/14

    Gambaran CT Scan:

    - Gambaran kapsul dari abses jelas terlihat, sedangkan daerah nekrosis diisi oleh kontras.

    1.4Gambaran Klinis

    Penderita datang dengan keluhan berupa sakit kepala, mintah-muntah, kejang dan

    bisa disertai gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan demam, kaku kuduk,

    papil bendung, bisa pula dijumpai pupil anisokor, afasia, hemiparese, parastesia, nistagmus

    ataupun ataksis. Gejalagejala tersebut tergantung pada berbagai faktor seperti lokasi abses,

    virulensi dari bakteri penyebab, apakah edema otak hebat dan kondisi tubuh atau daya tahan

    si penderita sendiri. Tidak dijumpai tanda-tanda spesifik dan gejala yang khas untuk suatu

    abses otak.

    Paling sering dijumpai tanda-tanda umum peningkatan tekanan intrakranial. Bisa

    dijumpai tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial tanpa tanda-tanda infeksi pada waktu

    penderita datang ke rumah sakit. Pada umumnya peningkatan tekanan intrakranial oleh

    tumor jinak lebih pelan daripada oleh abses otak.

    Pada abses yang letaknya pada silent area dari otak seperti pada lobus frontalis atau

    lobus temporal non dominan, mungkin didapati pembesaran abses sebelum adanya gejala-

    gejala dan tanda-tanda.

    Gejala sakit kepala yang hebat pada penderita abses otak ini sering tidak dapat diatasi

    hanya dngan pengobatan simptomatis saja. Hampir seluruh penderita didapati keluhan sakit

    kepala.

    Beberapa penulis mendapatkan gejala-gejala dengan persentase sebagai berikut :

    muntah (25-50%), kejang-kejang (30-50%). Pada penderita dengan abses serebelli, didapatkan

    gejala-gejala pusing, vertigo, ataksis, dan gejalagejala serebelar lainnya. Gejala fokal yang

    sering ditemukan (61%) pada kasus dengan abses supratentorial. Pada abses temporal dapat

    dijumpai gangguan bicara pada 19,6% kasus, hemianopsia pada 31% kasus, 20,5% kasus

    dijumpai unilateral midriasis yang merupakan indikasi terjadinya herniasi tentorial. 30% dari

    kasus tidak didapati tanda-tanda fokal.

    1.5

    Pemeriksaan Penunjang

    Untuk mencari sumber infeksi primer dari suatu abses otak dapat dibuat suatu foto

    rontgen polos kepala, sinus ataupun mastoid. Pada foto rontgen polos kepala, mungkin

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    7/14

    terlihat pergeseran letak glandula pinealis yang mengalami kalsifikasi. Didapatkan

    pneumosefali kalau penyebarannya bakteri anaerob.

    Pada anak-anak kemungkinan sutura melebar oleh karena peninggian tekanan

    intrakranial. Kalau ada indikasi, kemungkinan dapat dibuat foto rontgen toraks untuk mencari

    apakah ada infeksi dari paru. Dengan ultrasonografi didapatkan gambaran lateralisasi pada

    34,5% kasus. Dengan angiografi dapat ditentukan lokalisasi abses secara tepat pada 34%

    kasus. Pemeriksaan dengan Computerized Tomography Scanning(CT Scan) dapat terlihat

    lokasi yang tepat dari abses dan juga fase dari abses tersebut, apakah pada fase cerebritis

    atau pada fase sudah terbentuknya kapsul. Dengan adanya CT Scan ini, pengelolaan abses

    otak dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan jumlah leukosit dan laju endap darah hasilnya selalu abnormal. Pada 60-

    70% kasus dijumpai jumlah leukosit antara 10.000-20.000/cm3. Sampai 40% kasus dijumpai

    normal atau sedikit meningkat. Laju endap darah meningkat pada 75-90% kasus, rata-rata 45

    mm/jam. Cairan serebrospinal tidak dianjurkan untuk diperiksa. Abnormalnya hasil LP tidak

    spesifik untuk abses otak. Penderita abses otak dengan peninggian tekanan intrakranial,

    terlalu riskan untuk dilakukan LP ( lumbal pungsi ).

    Yang S.Y melaporkan beberapa kasus yang dilakukan lumbal pungsi dengan cepat

    menunjukkan tanda-tanda herniasi otak, oleh karena itu pada penderita dengan sangkaan

    meningitis dan dijumpai tanda-tanda neurologis abnormal, sebaiknya lebih dulu dilakukan

    pemeriksaan CT Scan untuk menyingkirkan diagnosa abses otak. Bila ditemkan abses dengan

    efek massa yang jelas, maka tidak dianjurkan untuk melakukan LP.

    1.6Diagnosa Banding

    Dari gejala-gejala dan keluhan yang umum pada penderita dengan peningkatan

    tekanan intrakranial serta kemungkinan didapatkan tanda-tanda infeksi, maka abses otak ini

    didiagnosis banding antra lain dengan tumor, terutama tumor ganas yang tumbuh dengan

    cepat, tromboflebitis intra serebral, empiema subdural, abses ektra dural dan ensefalitis.

    1.7

    Komplikasi

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    8/14

    Sebagai komplikasi didapati robeknya kapsul abses kedalam ventrikel atau keruangan

    subarakhnoidal, penyumbatan cairan serebrospinalis mengakibatakan hidrosefalus, edema

    otak dan terjadinya herniasi tentorial oleh massa abses otak tersebut.

    1.8

    Pengobatan Abses Otak

    Pengobatan abses otak ditujukan kepada menghilangkan proses infeksi dan

    mengurangkan atau menghilangkan efek massa pada otak dan oleh edema otak, sebagian

    besar infeksi ini diobati dengan antibiotika yang tepat dan dihilangkan dengan tindakan

    pembedahan, baik dengan aspirasi maupun dengan eksisi. Williams-Maurice RS melaporkan

    bahwa tindakan bedah yang memuaskan hasilnya adalah evakuasi, eksisi total beserta kapsul

    abses, mereka melakukan pembedahan semua kasus dengan pembiusan umum. Pendekatandengan osteoplastik supratentorial dan intratentorial, ataupun suboksipital osteoklastik luas

    dengan membuang arkus dari atlas untuk dekompresi. Pengobatan medikamentosa

    disesuaikan dengan hasil kultur dari abses otak, kultur darah ataupun sekret nasofaring.

    Beberapa peneliti melaporkan hasil pengobatan hanya dengan medikamentosa saja

    pada beberapa kasus berhasil, tetapi ini banyak yang menentang. Heineman et al (1971)

    memperkenalkan cara pengobatan hanya dengan antibiotika tanpa tindakan pembedahan.

    Dilaporkan, pada abses otak dengan fase cerebritis pengobatan hanya dengan antibiotika.

    Diperiksa kultur darah, cairan serebrospinal, sesuai dengan kultur luka apabila ditemukan.

    Tidak diperiksa bakteriologis dari nanah abses intrakranial. Untuk mengurangi edema otak,

    digunakan kortikosteroid.

    Rosenblum dkk menemukan pengobatan medikamentosa pada abses yang kecil

    dengan diameter rata-rata 1,7 cm ( 0,82,5 cm ). Kalau diameter lebih besar antara 2 6 cm (

    rata-rata 4,2 cm ) dianjurkan untuk dilakukan tindakan bedah. Sebagai tambahan bahwa ada

    beberapa abses otak yang kecil yang tidak berhasil dengan pengobatan antibiotika, bahkan

    absesnya bertambah besar, pada pengobatan dengan hanya antibiotika ini diperlukan

    pemeriksaan CT Scan secara serial. Kalau dari hasil CT Scan memperlihatkan keadaan

    bertambah buruk, maka ini merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan.

    Penderita dengan abses otak yang multipel, kemungkinan hanya abses yang besar saja

    yang dapat dilakukan aspirasi atau eksisi dan ini sangat riskan. Maka selain tindakan

    pembedahan, untuk abses yang dalam dan riskan diperlukan pemberian antibiotika. Adapun

    antibiotika yang dianjurkan diantara nya :

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    9/14

    Kombinasi penisilin dan metronidazol/kloramfenikol adalah pilihan pertama.

    Kombinasi alternatif adalah sefalosporin generasi III seperti seftriakson/sefotaksim

    dan metronidazol.

    Penisilin G atau sefalosporin generasi III ( sefotaksim, seftriakson ) dapat digunakan

    untuk Streptococci sp. Dosis penisilin G 20-24 juta unit, dan juga 4-6 juta unit.

    Kloramfenikol atau metronidazol dapat dierikan secara intravena dengan loading dose

    15 mg/kg diikuti 7,5 mg/kg setiap 6 jam.

    Golongan penisilin resisten beta laktam ( oksasilin, metisilin, nafilin ) dengan dosis 1,5

    g setiap 4 jam IV atau vankomisin dosis 1 g setiap 12 jam IV, diberikan untuk

    Staphylococcus aureus, paska operasi saraf, trauma, atau endokarditis bakterialis.

    Metronidazol dosis 500 mg setiap 6 jam dapat menembus sawar darah otak dan tidak

    dipengaruhi oleh kortikosteroid, tetapi hanya aktif untuk bakteri Streptococcus

    anaerob, aerob, dan mikroaerofilik,

    Sefalosporin generasi III ( sefotaksim, seftriakson ) umumnya adekuat untuk

    organisme gram negatif aerob. Jika terdapat Pseudomonas, sefalosporin parenteral

    pilihan adalah seftazidim atau sefepim.

    Trimetoprim-sulfametoksazol dosis tinggi 15 mg/kg/hari dari komponen trimetoprim

    dibagi 3 - 5 dosis untuk abses otak dengan penyebab ikardia sp. Dosis dapat

    diturunkan 1/2 selama 3-6 bulan pada pasien tanpa penekanan imun dan selama 1

    tahun pada pasien dengan penekanan imun.

    Apabila didapatkan sinusitis, mastoiditis, dilakukan drainase. Pada kasus-kasus abses otak

    yang dilakukan tindakan pembedahan digunakan dua cara yaitu aspirasi melalui pengeboran

    tulang tengkorak dan eksisi melalui kraniotomi.

    Tindakan Pembedahan Aspirasi

    Lebih dahulu dilakukan desinfeksi dan penentuan lokasi yang akan diaspirasi. Dengan hasil

    CT Scan yang ada, dapat ditentukan secara pasti. Dilakukan pembuisan lokal dengan memakai

    prokain 1 %, diinfiltrasikan ke kulit di daerah yang akan dilakukan pengbeboran. Kemudian

    dibuat insisi kulit kulit kepala sebesar 3-5 cm lapis demi lapis sampai pada periosteum. Setelah

    tulang tampak jelas, daerah operasi tersebut dengan alat dibuka selebar-lebarnya. Dengan

    alat dilakukan pengeboran tulang sampai terlihat duramater. Duramater dibersihkan, kalau

    ada perdarahan dirawat sampai benar-benar bersih. Dengan pisau runcing perlahan-lahan

    duramater diiiris sampai lapisan arakniod. Setelah korteks serebri terlihat jelas, daerah yang

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    10/14

    akan dilakukan pungsi atau aspirasi dibakar dengan alat elektris. Dengan jarum pungsi khusus,

    dilakukan aspirasi nanah pada abses. Jarum pungsi tetap di dalam kapsul abses, dengan

    semprit 10 cc dilakukan aspirasi berulangulang kemudian diirigasi dengan larutan garam

    fisiologis sampai bersih. Akhirnya ke dalam rongga abses dimasukkan larutan 3 cc Garamicin

    10 mg. Dipasang drain, dan setiap hari drain diawasi dan dilakuan irigasi dengan larutan

    Garamicin 20 mg. Kalau sampai 3-5 hari hail dari irigasi terlihat jernih, tidak terbentuk

    pernanahan baru maka drain dapat dilepaskan. Drain dapat dipertahankan sampai gari ke-7 -

    10 dengan dijaga kesterilannya.

    Disamping itu sejak sebelum pembedahan penderita telah mulai diberi antibiotika dengan

    dosis tinggi seperti ampicillin 6x1 g, kloramfenikol 4 x 500 mg, metronidazol 2 x 500 mg.

    Sampai menunggu hasil kultur, obat-obat tersebut terus diteruskan. Pemberian antibiotikayang sesuai diberikan sampai dengan 6 minggu setelah tindakan pembedahan. Pemberian

    deksametason 4 x 5 mg diturunkan perlahan-lahan setelah pembedahan

    Kraniotomi Osteoplastik

    Penderita dipersiapkan dengan persiapan bedah selengkap-lengkapnya. pembedahan

    dilakukan dengan pembiusan umum. Tergantung dari lokasi absesnya, kita melakukan

    kraniotomi osteoplastik dan flap kulit dipersiapkan. untuk abses fosa posterior/serebellum

    dilakukan suboksipital kraniotomi yang luas, sampai membuang arkus dari tulang atlas bila

    diperlukan. Setelah insisi kulit sesuai dengan lokasi absesnya, dilakukan pengeboran

    dibeberapa tempat untuk kraniotomi tersebut. Tulang dilepaskan, duramater dibuka lebar.

    Dengan jarum fungsi khusus dilakukan penusukan pada absesnya. Dilakukan aspirasi,

    disediakan untuk dikultur.

    Kemudian melalui bekas pungsi, diikuti dengan spatel sampai dinding abses tersebut

    terlihat. Korteks serebri diinsisi sepanjang 2-4 cm sampai dinding abses yang paling

    permukaan ditemukan. Secara perlahan-lahan dinding abses dibebaskan dari jaringan otak

    yang normal sampai terlepas keseluruhannya. Daerah bekas abses dicuci dengan larutan

    antibiotika seperti Garamycin. Setalah perdarahan dihentikan dan luka pembedahan bersih,

    duramater ditutup rapat kembali, dijahit dengan cara interupted suture dengan benang

    sutura 03. Tulang dikembalikan, periosteum dijahit. Kulit dijahit lapis demi lapis. Dipasang

    drain subkutan.

    Pemberian antibiotika diteruskan sambil menunggu hasil kultur dan sensitivitas test.

    Sebagai pencegahan, diberi anti konvulsan Dilantin 5 mg/kgBB. Setelah satu minggu

    kemudian, dibuat CT Scan sebagai kontrol.

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    11/14

    ABSES OTAK OTOGENIK ( KOMPLIKASI OTITIS MEDIA SUPURATIF )

    Abses otak otogenik sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis dapat ditemukan di

    serebelum, fosa cranial posterior atau di lobus temporal, di fosa cranial media . Keadaan ini

    sering berhubungan dengan tromboflebitis sinus lateralis, petrositis, atau meningitis. Abses

    otak biasanya merupakan perluasan langsung dari infeksi telinga dan mastoiditis atau

    tromboflebitis. Umumnya didahului oleh suatu abses ekstradural.

    Komplikasi otitis media biasanya didapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya, tetapi

    OMSK tipe aman pun dapat menyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi kuman yang virulen.

    Hal ini terjadi apabila sawar pertahanan telinga tengah yang normal dilewati, sehingga

    memungkinkan infeksi menjalar ke struktur disekitarnya.Pertahanan pertama ialah mukosa

    kavum timpaniyang mempu melokalisasi infeksi. Bila sawar ini runtuh, ada dinding tulang

    kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh maka jaringan lunak disekitarnya akan

    terkena. Runtuhnya periostium akan menyebabkan abses subperiosteal; apabila infeksi

    mengarah ke dalam yaitu tulang temporal, akan menyebabkan paresis n.fasialis atau labirinitis.

    Bila kearah cranial, akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis,

    meningitis dan abses otak.

    Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan

    granulasi akan terbentuk. Pada OMSA penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis (

    hematogen ). Sedangkan pada kasus yang kronis, terjadi melalui erosi tulang. Cara lainnya ialah

    toksin masuk melalui fenestra rotundum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik dan

    duktus endolimfatik.

    Penyebaran Hematogen.

    1.

    Komplikasi terjadi pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi pada

    hari pertama atau kedua sampai hari kesepuluh.

    2. Gejala prodromal tidak jelas seperti didapatkan pada meningitis lokal.

    3.

    Pada operasi, didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh, tulang serta lapisan

    mukoperiosteal meradang dan mudah berdarah, sehingga disebut juga mastoiditis

    hemoragika.

    Penyebaran melalui Erosi Tulang.

    1.

    Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit.

    2. Gejala prodromal infeksi lokal biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas.

    3. Pada iperasi dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak diantara focus supurasi

    dengan struktur sekitarnya. Struktur jaringan lunak yang terbuka biasanya dilapisi oleh

    jaringan granulasi.

    Penyebaran melalui Jalan yang Sudah Ada.

    1.

    Komplikasi pada awal penyakit.

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    12/14

    2.

    Ada serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin ditemukan fraktur

    tengkorak, riwayat operasi tulang atau riwayat otitis media yang sudah sembuh.

    3. Pada operasi dapat ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang yang bukan oleh

    karena erosi.

    EPIDEMIOLOGI.

    Pada era sebelum antibiotika, angka kejadian ASO sekitar 2.3% dari seluruh

    komplikasi otits media kronik, namun pada era antibiotik dan perkembangan tehnik

    operasi yang baik, kejadian komplikasi ASO ini berkurang manjadi 0.150.04%.

    Angka kejadian ASO diperkirakan 1 per 10000 komplikasi intrakranial akibat otitis

    media, dan rata-rata ditemukan 4-5 kasus pertahun dari laporan bagian bedah saraf di

    negara-negara maju. Kejadian ASO didominasi oleh pria dengan perbandingan 2:1,

    dan terbanyak dijumpai pada usia 30-45 tahun.

    ETIOLOGI.

    Streptococcus faecalis, Proteus spp, and Bacteroides fragilis adalah kuman-kuman

    yang sering ditemukan pada abses serebri. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit Greek

    pada 21 pasien dengan abses serebri menunjukkan kuman pathogen yang sering ditemukan

    adalah kuman gram negative anaerob seperti Bacteroides and Fusobacterlum and aerobic

    Streptococcus yang diduga kuman ini bergantung dari dari mana asal abses tersebut.

    Pada kolesteatoma merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman jenis Proteus dan

    Pseudomonas aeruginosa.

    GEJALA KLINIS.

    Gejala klinis ASO meliputi gejala lokal di lobus temporalis dan gejala serebritis. Gejala

    klinis dini yang patut dicurigai ASO antara lain :- riwayat OMKS disertai demam.

    - Gejala umum akibat tokiskasi : nyeri kepala, mual dan muntah.

    -

    Tanda nyata suatu abses otak ialah nadi yang lambatserta adanya serangan kejang

    -

    Gejala akibat lesi di lobus temporalis ;o

    aphasia, kesulitan dalam memahami kata-kata (kelainan bicara umumnya

    sensoris dan tak pernah motorik),

    o

    gangguan pendengaran sentralyang umumnya dapat identifikasi,

    o

    halusinasi akustik,

    o

    gangguan penciuman,

    o

    gangguan penglihatan seperti hemianopsia, neuropati saraf-saraf kranial

    mulai dari N.III s/d N.VII, lesi silang pada traktus piramidalis.

    - Gejala-gejala serebritis, atau adanya abses serebelum yang dapat ditemukan antara

    lain ;

    o

    gangguan okulomotor, sistem postural,

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    13/14

    o

    adanya nistagmus spontan pada sisi lesi,

    o

    ataksia,

    o

    tremor,

    o

    dismetria,

    o

    hipotonia,

    o

    lesi yang menunjukkan perluasan ke regio sekitarnya seperti paralisis N. III, V,

    VI, VII, IX dan X.

    Pada stadium akut, naiknya suhu tubuh, nyeri kepala atau adanya tanda toksisitas seperti

    malaise, perasaan mengantuk, somnolen atau gelisah yang menetap. Timbulnya nyeri

    kepala di daerah parietal atau oksipital dan adanya keluhan mual, muntah yang proyektil

    serta kenaikan suhu tubuh yang menetap selama terapi diberikan merupakan tanda

    komplikasi intracranial.

    Pembagian gejala klinis berdasarkan stadium :

    1.

    stadium awaldengan tanda-tanda meningismus, nause, nyeri kepala, perubahan

    psikologi, demam.

    2. Stadium dua/latenjika ditemukan serangan epileptikal, tanda defisit neurologis.

    3. Stadium tiga/manifestasidapat ditemukan papil edema, perubahan-perubahan psikis,

    tanda-tanda kelainan fokal seperti aphasia, alexia, agraphia, hemiplegia, serangan

    epilepsi dan ataksia pada abses yang meluas ke sereberal, dapat juga ditemukan

    gejala-gejala penyebaran ke organ-organ sekitar seperti paralisis nervi kraniales,

    gangguan lapang pandang, gangguan sistem okulomotor danposture.

    4.

    Stadium empat/terminaldapat ditemukan tanda-tanda stupor, koma, bradikardia dan

    pernafasan cheyne stokes (pernafasan yang lambat dan semakin cepat tanpa adanya

    pola apneu).

    Gejala abses serebelum biasanya lebih jelas daripada abses lobus temporal. Abses

    serebelum dapat ditandai dengan ataksia, diddiadokokinetis, tremor intensif dan tidak tepat

    menunjuk suatu objek.

    Afasia dapat terjadi pada abses lobus temporal. Gejala lain yang menunjukkan

    adanya toksisitas, berupa nyeri kepala, demam, muntah serta keadaan letargik. Selain itu

    sebagai tanda yang nyata suatu abses otak ialah nadi yang lambat serta serangan kejang.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG.

    Pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi adanya abses otak ialah CT Scan, MRI,

    Angiografi, radiologi. Pemeriksaan LCS mungkin akan memperlihatkan kadar protein yang

    meninggi serta tekanan yang meningkat. Pemeriksaan paling akurat adalah melalui CT scan.

    Pada stadium-stadium awal, gambarannya mungkin hampir sama dengan meningitis,

    dimana tidak ditemukan enhancment pada pemberian kontras. Pada stadium awal

    terbentuknya abses, mulai terdeteksi adanya ireguler enhancmentpada tepi abses.

  • 5/20/2018 Abses Cerebri[1]

    14/14

    Pada abses yang nyata akan ditemukan enhancment berupa cincin yang merupakan

    gambaran kapsul kolagen yang mengelilingi abses. Namun perlu pula di pikirkan kemungkinan

    lain adanya enhancment cincin ini selain abses yaitu metastasis tumor otak, tumor-rumor otak

    primer (utamanya adalah astrositoma drajat 4), granuloma, hematom serebri yang mulai

    mengalami resolusi.

    PENGOBATAN.

    Pengobatan abses otak ialah dengan antibiotika parenteral dosis tinggi ( protocol

    terapi komplikasi intrakanial ), dengan tanpa operasi untuk melakukan drainase dari lesi. Selain

    itu, pengobatan dengan antibiotika harus intensif. Mastoidektomi dilakukan untuk membuang

    sumber infeksi, pada waktu keadaan umum lebih baik. Singkatnya, pengobatan terdiri dari

    pemberian antibiotic dosis tinggi secepatnya, penatalaksanaan operasi infeksi primer di

    mastoid pada saat yang optimum, bedah saraf bila perlu.

    1. Antibiotik.

    Pasien harus dirawat dan diberi Ab dosis secara IV. Dimullai dari ampisilin 4 x 200-

    400 mg/kgBB/hari, Kloramfenikol 4 x 0,5-1 g/hari untuk orang dewasa atau 60-100

    mg/kgBB/hari untuk anak. Pemberian metronidazol 3 x 400-600 mg/hari juga

    dipertimbangkan. ( 7-15 hari )

    Ab diberikan disesuaikan dengan kemjuan klinis dan hasil biakan dari secret telinga

    ataupun LCS. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lab, foto mastoid, dan CT Scan.

    Jika CT Scan ada terlihat tanda abses, pasien segera dikonsul ke Bedah Saraf untuk

    drainase otak segera. Mastoidektomi dapat dilakukan bersama-sama atau kemudian.

    Bila bedah saraf tak segera melakukan operasi, pengobatan medikamentosa

    dilanjutkan sampai 2 minggu, lalu dikonsul lagi ke bedah saraf. Mastoidektomi

    dilakukan sebelum atau sesudah bedah saraf melakukan operasi otak. Bila saat itu KU

    pasien buruk atau suhu tinggi, maka dilakukan analgesia lokal.

    Jika CT Scan tak terlihat ada abses dan KU pasien baik, maka segera dilakukan

    mastoidektomi dengan anesthesia umum atau analgesia lokal. Bila KU pasien buruk

    atau suhu tinggi, maka pengobatan medikamentosa dilanjutkan sampai 2 minggu, lalu

    segera dilakukan mastoidektomi dengan analgesia lokal.

    Jika CT Scan tak dapat dibuat, pengobatan medikamentosa diteruskan sampai 2minggu untuk kemudian dilakukan mastoidektomi. Bila KU tetap buruk atau suhu tetap

    tinggi, dilakukan mastoidektomi dengan analgesia lokal.