Upload
vodan
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ABSTRAK
Abdul Azis, 103053028688
Jurusan Manajemen Dakwah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul Skripsi: Unsur-Unsur Dakwah Pada Proses Belajar Mengajar Santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta Timur
Santri sebagai subjek belajar memiliki hak untuk cerdas, pintar dan menjadi dewasa baik dalam pemikiran maupun dalam bertindak. Santri pun berhak mendapat perlakuan dan fasilitas yang tidak boleh saling dibedakan bila berada dalam lingkungan pendidikan, karena pendidikan adalah hak setiap anak bangsa tanpa terkecuali. Pesantren sebagai fasilitator harus mampu memberikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan saswa dalam pembelajaran.
Sejak kemunculannya, pesantren memang telah berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang langsung mengambil sasaran kelompok masyarakat yang status sosial ekonominya lemah. Dalam pendidikan pesantren, selain mutu intelektualitas dan spiritualitas diutamakan, seorang santri harus memiliki sikap-sikap ketawadluan, pengabdian kepada masyarakat, ihlas beramal, dan sikap mementingkan kebersamaan.
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (Ponpes NW) merupakan salah satu pondok pesantren yang didirikan dengan niat yang sama dengan ketentuan-ketenuan di atas sehingga diharapkan lulusan-lulusan (Mutakharrijin) nya dapat berkiprah di tengan-tengah masyarakat. Juga, dapat merealisasikan cita-cita Nahdhatul Wathan, yaitu membangun bangsa dan membangun tanah air.
Dalam penelitian skripsi ini, Metode yang penulis pergunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang menganalisa data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Sehingga memungkinkan untuk melakukan pengamatan terlibat dan penelitian lapangan (field research) dengan observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.
Berdasar penelitian yang penulis dapatkan dilapangan yang berasal dari hasil wawancara dengan beberapa responden, objek penelitian ini yaitu Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta Timur. Dalam pengamatan penulis, Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan melaukan pembelajaran dengan memenuhi unsur-unsur dakwah.
i
KATA PENGANTAR
Puji serta rasa syukur selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga penulis dapa menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Sgalawat serta salam semoga selalu tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah islam melalui kitab-
Nya.
Skripsi yang berjudul “unsur-unsur dakwah pada proses belajar mengajar
santri pondok pesantren nahdlatu wathan jakarta timur” ini merupakan salah satu
persyaratan akademik dalam penyelesaian studi strata satu (S1) pada fakultas
dakwah dan komunikasi universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta.
Namun demikian penulis menyadari bahwa hasil penelitian skripsi ini masih jauh
dari sempurna.
Selanjutnya , penulis juga menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini
tidak lepas dari bantuan, saran dan kritik sarta do’a, bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ribuan terima kasih kepada
semua pihak antara alin:
1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah beserta Sekretaris dan Staf Jurusan
3. Dr. H. Idris A. Shomad MA, dan keluarga, selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah rela untuk meluangkan waktunya untuk memberikan
arahan, petunjuk, bimbingan dan selalu sabar mendengarkan keluh kesah
penulis.
4. Keluarga besar pondok pesantren nahdlatul wathan Jakarta timur yaitu
Drs. H.M. Suhaidi, Ahmad Madani, S.Pdi, Drs. Mushlihan Habib, Ma,
Drs. Badri Hs H. Sofawi, S.Pdi. baesrta para guru dan karyawan, serta para
santri yang selalu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan
ii
iii
kerjasananya selama proses penelitian berlangsung serta bersedian
memposisikan penulis sebagai teman.
5. Segenap dosen fakultas dakwah dan komunikasi, khususnya para dosen
manajejem dakwah yang kurang lebih selama sekian tahun banyak
memberi ilmu dan pelajaran hidup kepada penulis.
6. Keluarga tercinta, Alm. Ayahanda tercinta yang telah tenang di syurga, (H.
Munadih bin Saiyan), Ibunda, Abang, Mpo‘ dan seluruh Keluarga Besar
Al-Alifiyah yang selalu memberikan dukungan moril dan mateil yang tek
terhingga harganya. Maaf baru sekarang..
7. Segenap karyawan dan pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima
kasih atas kerjasamanya
8. Keluarga besar UKM KMPLHK RANITA. Ketua umum beserta pengurus,
komlap dan amura, senioren, anora..terima kasih gank!
9. Semua teman dan orang-orang yang telah sangat banyak membantu dan
memberikan motivasi dan inspirasi (specially Diah Maharani).
Jakarta,8 Juni 2010
Penulis,
Abdul Azis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ............................................. 6
C. Tujuan Dan Mafaat Penelitian .......................................................... 7
D. Metodologi Penelitian....................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 11
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Unsur-Unsur Dakwah ....................................................................... 14
1. Pengertian Dakwah..................................................................... 14
2. Unsur-Unsur Dakwah................................................................. 16
B. Proses Belajar Mengajar ................................................................... 24
1. Pengertian Proses Belajar Mengajar .......................................... 24
2. Proses Belajar Mengajar di Sekolah........................................... 28
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar... 30
C. Pengertian Santri dan Pondok Pesantren ......................................... 32
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN NAHDLATUL
WATHAN
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan ................ 38
B. Visi, Misi Dan Tujuan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan ......... 43
C. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan ............... 44
D. Program Kerja Atau Kegiatan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan 50
BAB IV ANALISIS UNSUR-UNSUR DAKWAH PADA PROSES
BELAJAR MENGAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN
NAHDLATUL WATHAN
A. Unsur dakwah yang diterapkan pada proses belajar mengajar
santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan...................................... 64
B. Faktor Penghambat Dan Pendukung proses belajar mengajar
Santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan ..................................... 78
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................... 83
B. SARAN ............................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah Islamiyah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW telah berhasil
membentuk masyarakat Islami. Oleh karena itu perjalanan yang menuju sebuah
masyarakat ideal, mutlak memerlukan proses dakwah. Hal ini disebabkan karena
dakwah akan memberikan landasan filosofis serta memberi kerangka dinamika
dan perubahan sistem dalam proses perwujudan masyarakat yang adil dan
makmur.1 Karena pada hakekatnya dakwah adalah menyeru kepada umat Islam
untuk menuju kepada jalan kebaikan, memerintah yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar dalam rangka memperoleh kabahagiaan di dunia dan kesejahteraan
di akhirat. 2
Metode yang sering digunakan dalam berdakwah, khususnya para aktivis
dakwah (da’i) dan umumnya bagi para muslim diantaranya yaitu: dakwah bil
hikmah atau dakwah teori dan praktek, sedangkan bentuk dakwah yang bisa
diterapkan, antara lain yaitu dakwah dengan lisan, tulisan atau dakwah bil qolam,
dan dakwah dengan perbuatan atau dakwah bil hal. Dakwah dengan lisan dapat
berupa ceramah, khutbah, dan lain sebagainya. Dakwah dengan tulisan berupa
buku atau kitab dan lain-lain. Sedangkan dakwah bil hal berupa kegiatan-kegiatan
yang berlangsung menyentuh kepada masyarakat. Dari banyak metode tersebut,
juga diterapkan di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta.
1 Amrullah, Ahmad, (editor). Dakwah Islam Dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta :
Primaduta, 1983), h.285.
2 Rafi’udin dan Maman Abdul Jaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1997), Cet. Ke-1, h. 25
1
Pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan berkembang sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Jika pada awal-awal berdirinya lebih
dimaksudkan untuk mempersiapkan kader-kader bangsa yang pakar di bidang
agama (tafaqquh fi al-din), dewasa ini pesantren telah memasukkan pengetahuan-
pengetahuan umum sebagai kurikulum dan menjadi kurikulum wajib yang harus
dipelajari oleh para santri. Ini dimaksudkan agar pesantren selalu relevan dengan
tantangan dan kemajuan zaman.
Sejak kemunculannya, pesantren memang telah berfungsi sebagai lembaga
pendidikan yang langsung mengambil sasaran kelompok masyarakat yang status
sosial ekonominya lemah. Dalam pendidikan pesantren, selain mutu
intelektualitas dan spiritualitas diutamakan, seorang santri harus memiliki sikap-
sikap ketawadluan, pengabdian kepada masyarakat, ikhlas beramal, dan sikap
mementingkan kebersamaan. Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (Ponpes NW)
merupakan salah satu pondok pesantren yang didirikan dengan niat yang sama
dengan ketentuan-ketenuan di atas sehingga diharapkan lulusan-lulusan
(mutakharrijin) nya dapat berkiprah di tengan-tengah masyarakat. Juga, dapat
merealisasikan cita-cita Nahdhatul Wathan, yaitu membangun bangsa dan
membangun tanah air sebagaimana tertuang dalam doa yang senantiasa dibaca
dan diucapkan oleh warga Nahdlatul Wathan berikut. ”Ya, Allah, makmurkanlah
negeri kami dengan air-air Nahdlatul Wathan dan sinarilah negeri kami dengan
bintang-bintang Nahdhatul Wathan Anugerah di balik Musibah”. Boleh disebut
begitu berdirinya Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta.
2
Bermula, sejumlah calon tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Pulau Lombok,
Nusa Tenggara Barat berniat ke Saudi Arabia untuk mencari pekerjaan. Tapi,
mereka ditipu oleh oknum PJTKI yang mengurusnya sehingga mereka terdampar
di Jakarta. Mereka sebagian besar tinggal di daerah Penggilingan, Cakung, Jakarta
Timur. Mereka ditampung penduduk setempat yang umumnya penduduk asli,
Betawi, yang sangat fanatik pada agama Islam. Mereka adalah alumnus-alumnus
Pondok Pesantren Darun Nahdlatain, pesantren yang bernaung di bawah
organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1935. Pondok ini
didirikan oleh Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang
juga pendiri Nahdlatul Wathan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Di pemukiman baru ini mereka mengajar mangaji Al Qur’an dari rumah ke
rumah dengan sasaran anak-anak dan ibu-ibu. Mereka mendapat sambutan dan
dukungan penduduk setempat. Mereka bersama-sama membina kegiatan
keagamaan ini. Kegiatan ini berkembang menjadi sebuah majelis taklim dengan
peserta tidak kurang dari 200 orang lebih. Melihat perkembangan pengajian yang
sangat pesat, muncul gagasan atau inisiatif menghimpun dana untuk membeli
sepetak tanah seluas 200 meter persegi. Itu terjadi sekitar tahun 1979. Pada
awalnya, hingga beberapa waktu lamanya, pengajian anak-anak dan majelis
taklim itu belum bernama. Ustadz Suhaidi menjelaskan, di pengajian ibu-ibu
masyarakat waktu itu menuntut pengajian diberi nama. Daripada dinamakan
dengan sembarang nama, kita namakan saja Nahdlatul Wathan. Karena kita lahir
dari Nahdlatul Wathan dan untuk Nahdlatul Wathan. Tidak terbayang waktu itu,
adanya lembaga-lembaga pesantren seperti sekarang ini. Jangankan punya
3
lembaga, punya tanah pun tidak pernah terbayang. Dalam perkembangan
selanjutnya, untuk memformalisasikan kegiatan menjadi sebuah lembaga
pembinaan keberagamaan yang resmi, Pengurus Besar Nahdlatul Wathan
memberikan Surat Keputusan tentang Pengesahan Pembentukan Majelis Taklim
Nahdlatul Wathan Pisangan, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. pada 4 Juni
1987. Saat ini Pondok Pesantren NW Jakarta berdiri di atas tanah seluas 4200
meter persegi berstatus tanah wakaf dari jemaah NW. Keseluruhan lembaga-
lembaga pendidikan NW tersebut memiliki santri/siswa/jemaah/anggota sekitar
9.050 orang. Jumlah terbesar adalah anggota jamaah wirid/thariqah sebanyak
sekitar 5.000 orang dan majelis taklim yang terdiri dari bapak-bapak, ibu-ibu, dan
kaum remaja sekitar 3.000 orang. Jumlah santri/siswa sekitar 1.000 anak. Dalam
operasionalnya, Ponpes NW didukung 163 orang Sumber Daya Manusia (SDM).
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul :
”UNSUR-UNSUR DAKWAH PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR
SANTRI PONDOK PESANTREN NAHDLATUL WATHAN JAKATRA
TIMUR”
4
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Setiap masalah pada hakikatnya sangat kompleks sekali, maka agar tidak
menyimpang dan dapat memperjelas objek penelitian, peneliti membatasi
permasalahan pada Unsur-Unsur Dakwah Yang Diterapkan Pada Proses Belajar
Mengajar Santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan di Jakarta Timur
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang
penulis ajukan adalah : Unsur-unsur dakwah apa saja yang digunakan dalam
proses belajar mengajar santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta ?.
Berkaitan dengan perumusan masalah di atas, maka indikator pertanyaan
penelitian Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta adalah :
a) Unsur-unsur dakwah apa yang digunakan dalam proses belajar
mengajar santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta?
b) Apakah faktor penghambat dan faktor penunjang proses belajar
mengajar santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
a) Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur dakwah yang diterapkan
dalam proses belajar mengajar santri Pondok Pesantren Nahdhatul
Wathan Jakarta.
b) Untuk mengetahui faktor penunjang dan faktor penghambat proses
belajar mengajar santri Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan
Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penulisan skripsi ini yaitu:
a) Manfaat Akademis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada khazanah ilmu pengetahuan kepada
mahasiswa/mahasiswi terutama pada jurusan Manajemen Dakwah
agar dapat mengetahui sisi apa saja unsur-unsur dakwah yang
digunakan dalam Proses Belajar Mengajar Santri Pondok Pesantren
Nahdhatul Wathan Jakarta.
b) Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi dan wawasan bagi peneliti khusunya atau lembaga terkait
6
(Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan Jakarta). Serta masyarakat
umum dalam hal penerapan unsur-unsur dakwah Islam.
D. Metodologi penelitian
1. Metode Penelitian
“Metode penelitian adalah cara untuk mencapai suatu maksud, sehubungan
dengan upaya tertentu, maka metode menyangkut masalah kerja yaitu kerja untuk
memahami objek.” 3
Metode yang penulis pergunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang menganalisa data berdasarkan
informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumentasi.
Sehingga memungkinkan untuk melakukan pengamatan terlibat dan penelitian
lapangan (field research) dengan observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.
2. Subjek Dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan
Jakarta, sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah Unsur-Unsur Dakwah
3 Anas Sudjana, Metode Riset Dan Bimbingan Skripsi, (Yogyakarta : Reproduksi UD
Rama, 1980), h. 16.
7
3. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei sampai bulan juni 2010, dengan
penelitian ini selesai dilakukan pada Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan yang
beralamat di Jakarta Timur tepatnya di : Jl. Raya Penggilingan, Pisangan I, Rt
001/Rw 003, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. 13940.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai
berikut:
a) Observasi atau pengamatan langsung, yakni pengumpulan data
dimana peneliti mengadakan langsung terhadap gejala dan objek yang
diteliti.4
b) Wawancara, yakni penulis memperoleh keterangan dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka secara langsung antara pewawancara dan
penjawab, (responden) yang menggunakan alat yang dinamakan
interview guide atau panduan wawancara. 5
4 Winarto Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiyah, (Bandung : Tarsito, 1980), Cet. VII,
h. 102.
5 M. Nasir, metode penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), Cet. II, h.182.
8
c) Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, internet, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, buletin, buku jurnal, dan sebagainya. 6
5. Analisis Data
Sedangkan dalam pegolahan data, penulis menggunakan analisis deskriptif
yaitu: penulis berusaha menggambarkan objek penelitian apa adanya sesuai
dengan kenyataan berdasarkan pada teori yang ada dan berusaha memberikan
pemecahan masalah sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
penulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 7
Adapun data yang penulis dapatkan yaitu diperoleh dari sumber primer
maupun sekunder. Sumber primernya adalah Al-Qur‘an, dan literatur yang terkait
langsung dengan strategi dakwah yang di usung oleh pondok pesantren nahdlatul
wathan jakarta. Sedangkan Sumber sekunder yang digunakan adalah literatur yang
tidak memiliki kaitan secara langsung dengan objek penelitian, metode analisis,
dan kerangka terori.
6 Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 1993), Edisi Revisi II, h. 202.
7 Lexy J. Moleong, Metodoligi Penelitian Kualitatif, (bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006) Cet. XXII, h. 5.
9
Teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku
“Pedoman Karya Ilmiyah“, baik skripsi, tesis, dan disertasi yang disusun oleh tim
penulis UIN Syarifhidayatullah Jakarta tahun 2007. 8
E. Tinjauan Pustaka
Langkah awal yang penulis tempuh sebelum penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut, kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiyah adalah
menelaah terlebih dahulu terhadap skkripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai
judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti.
Adapun setelah penulis melakuakn suatu kajian telah kepustakaan, penulis
selama ini dan sepengetahuan penulis belum ada tulisan skripsi tentang judul dan
tema ini
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini dibagi kedalam beberapa bab dengan maksud
dan tujuan agar lebih dapat memberikan penjelasan dengan lebih sistematis, dan
untuk dapat melihat persoalan dengan lebih objektif, maka penulis menyusun
sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab,yaitu sebagai berikut:
8 Tim Penulis, pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) CeQDA,
Cet.I, 2006.
10
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini akan membahas tentang : Pengertian Dakwah, Unsur-Unsur
Dakwah, Proses Belajar Mengajar, Pengertian Proses Belajar Mengajar, Proses
Belajar Mengajar di Sekolah, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Mengajar, Pengertian Santri dan Pondok Pesantren.
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN NAHDHATUL
WATHAN JAKARTA.
Bab ini akan membahas tentang : Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren
Nahdhatul Wathan, Visi-Misi, Tujuan, Sasaran, Struktur Dan Program Kegiatan
Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan.
BAB IV ANALISA
Bab ini akan membahas tentang : Unsur-unsur Dakwah yang diterapkan
pada Proses Belajar Mengajar Santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan, Faktor
Penghambat Dan Pendukung Proses Belajar Mengajar Santri Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan.
11
BAB V PENUTUP
Bab ini akan membahas tentang : Kesimpulan Dan Saran-Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Dan Unsur-Unsur Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Kata dakwah dapat diartikan baik secara etimologi (bahasa) maupun secara
terminologi (istilah).
Menurut Etimologi, dakwah berasal dari bahasa arab “da’a, “yad’u“ yang
berarti memanggil, mengajak atau menyeru.9 Sedangkan pengertian dakwah
menurut terminologi, dikemukakan oleh beberapa para tokoh dakwah yang antara
lain:
Dakwah menurut Wardi Bachtiar adalah “ Suatu proses upaya mengubah
suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran islam, atau proses
mengajak manusia kejalan Allah yaitu Al-Islam. Proses tersebut terdiri dari da’i,
mad’u, materi dakwah, metode dakwah, media dakwah dan objek dakwah“.10
Menurut Jum’ah Amin Abdul Aziz, Dakwah adalah “Menyeru manusia
kepada jalan agama yang diridhai Allah untuk alam semesta dan ajaran-ajaranya
telah diturunkan oleh Allah SWT. Sebagai wahyu atas Rosulnya, sehingga
menurut beliau, bahwa tugas seorang juru dakwah atau da’i adalah untuk
9 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan
Dan Penterjemahan Atau Penafsiran Al Qur’an Depag, 1973), h. 127
10 Wardi Bachtiar, metode penelitian ilmu dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 31
13
mengajak manusia baik yang muslim atau non muslim untuk memahami
Islam, mengamalkanya, dan menegakan syariat-syariatnya di muka bumi.11
H. Endang S. Anshari menjelaskan bahwa ada dua macam arti dakwah
yaitu, dakwah dalam arti terbatas dan dakwah dalam arti luas. Dakwah dalam arti
terbatas adalah menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan maupun tulisan,
atau secara lukisan ( panggilan, seruan, ajakan kepada manusia kepada ajaran
Islam). Sedangkan dakwah dalam arti luas adalah penjabaran, penterjemahan dan
pelaksanaan Islam dalam perikehidupan dan penghidupan manusia (termasuk di
dalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian,
kekeluargaan dan sebagainya.12
H. Toto Tasmara berpendapat bahwa dakwah “...Merupakan suatu proses
penyampaian pesan (massage) berupa ajaran Islam yang disampaikan secara
persuasive (hikmah) dengan harapan agar komunikasi dapat bersifat dan berbuat
amal shalih sesuai dengan ajaran islam. Dakwah merupakan suatu proses
komunikasi, tetapi tidak semua proses komunikasi merupakan proses dakwah.“13
Menurut Quraish Syihab, ”Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada
keinsyafan, atau usaha mengubah kepada situasi yang lebih baik dan sempurna,
baik terhadap pribadi muapun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan hanya
11 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam,
(Solo Intermedia, 1997), cet ke-1,h. 69
12 E. S. Anshari, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam, (Jakarta: Usaha Enterprises, 1979), h. 1
13 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Prata Media, 1997), h. 38
14
sekedar peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan
hidup saja, tetapi menuju sasaran yang lebih luas”.14
2. Unsur Unsur Dakwah
a) Subjek Dakwah (Da’i)
Subjek dakwah adalah “orang yang melaksanakan tugas dakwah.
Pelaksanaan tugas dakwah ini bisa perorangan atau kelompok. Pribadi atau atau
subjek adalah sosok manusia yang punya keteladanan yang baik dalam segala
hal”15.
Untuk mendukung keberhasilan dakwah, seorang da’i harus memiliki
kamampuan-kemampuan. Adapun kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki
seorang da’i adalah:
1) Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar
2) Memiliki pemahaman hakekat gerakan atau tujuan dakwah
3) Mengetahui akhlakul karimah
4) Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas
5) Mencintai audience atau mad’u dengan tulus
14 Quraiah Syihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1993), h. 194.
15 Rafiuddin, Maman Abdul Jalil., Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), cet, ke-1, h. 47.
15
6) Mengenal kondisi lingkungan dengan baik.16
b) Objek Dakwah (Mad’u)
Menurut Wardi Bachtiar objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau
lebih, yaitu masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok,
lapisan-lapisan, lembaga-lembaga, nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan, dan
proses perubahan.17 Atau objek disebut mad’u atau sasaran dakwah, yaitu ”orang-
orang yang diseru, dipanggil, atau diundang, maksudnya ialah orang yang diajak
ke dalam Islam sebagai penerima dakwah”.18
Mad’u (objek dakwah) dilihat dari stratifikasi kelompok masyarakat
berdasarkan letak geografis adalah sebagai berukut:
1) Masyarakat kota, yaitu kehidupan masyarakat yang cenderung
individualis kompetisi untuk meningkatkan status sosial yang
sangat terasa sekali, sehingga nilai yang berkembang menjadi labih
materlialis dan rasionalis. Pola fikir rasionalis merupakan titik
utama yang perlu diperhatikan oleh para juru dakwah, karena itu
materi dakwah yang disajikan dengan lebih menggunakan
pendekatan rasional.
16 Abdul Munir Mulkam., Ideologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1996), cet.
Ke-1, h.238-239
17 Wardi Bachtiar. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, hal. 35.
18 A.H. Hasanudin, Retorika Dakwah dan Publisistik Dalam Kepemimpinan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), cet. Ke-1, h. 34.
16
2) Mayarakat desa, yaitu: kehidupan masyarakat desa yang erat
hubunganya dengan alam, mengandalkan sesuatu dengan
mengandalkan kekayaan alam sekitarnya membawa mereka kepada
pola fikir yang cenderung lebih sederhana dibandingkan dengan
masyarakat kota, sehingga berdakwah di hadapan masyarakat desa
tidak pelu mempergunakan ilmiah yang memungkinkan terjadinya
kesalahfahaman karena tidak komunikatif.
Masyarakat penggilingan cakung, jakarta timur termasuk
masyarakat kampung walaupun masyarakat daerahnya perkotaan
karena masyarakatnya saling gotong royong dan saling membantu
satu dengan yang lainya dan pola fikir masyarakat penggilingan
cakung, jakarta timur cenderung lebih sederhana sehingga
berdakwah di hadapan masyarakat penggilingan cakung. Jakarta
timur tidak perlu mempergunakan ilmiah yang memungkinkan
terjadinya kesalahfahan karena tidak komunikatif.
3) Masyarakat primitif, yaitu: masyarakat yang terbelakang di segala
bidang peradaban dan kebudayaanya masih asli dan sangat
sederhana, tetap dengan kondisi seperti ini justru diperlukan para
juru dakwah yang serba bisa. Dapat membimbing mereka langsung
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dakwah yang labih cocok
17
adalah dakwah dengan pendekatan bil hal (perbuatan atau tingkah
laku).19
Jadi, objek dakwah adalah sasaran bagi kegiatan dakwah, yakni individu
atau perorangan maupun kelompok masyarakat dalam arti luas.
c) Media Dakwah (Wasilah Da’wah)
Media barasal dari bahasa latin yaitu median yang berarti alat perantara,
sedangkan menurut istilah media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan
sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.20
Adapun ”media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah
yang dimaksud dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu
dan sebagainya”.
Dari definisi diatas, maka media dakwah adalah semua peralatan baik lisan,
cetak maupun elektronik yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
dakwah dalam rangka mencapai tujuan dakwah.
Secara garis besar media dakwah dapat digolongkan menjadi lima, yaitu:
1) Lisan, merupakan media yang paling mudah digunakan, yaitu
dengan menggunakan lidah dan suara;
19 Basrah Lubis, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: CV. Tursina, 1993), h. 46-48.
20 Asmuni Syukir, Dasar Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-ikhlas, 1983), h. 168.
18
2) Tulisan, media ini berfungsi untuk menggantikan keberadaan da’i
dalam poses dakwah, tulisan dapat menjadi alat komunikasi
anatara da’i dan mad’u;
3) Lukisan atau gambar atau illustrasi, media ini dapat berfungsi
sebagai penarik lisan, merupakan media yang cukup mudah
penggunaanya, yaitu dengan perhatian dan minat mad’u dalam
mempertegas pesan dakwah;
4) Audio Visual, media ini merangsang indera penglihatan dan
pendengaran mad’u.
5) Akhlak, yaitu langsung dimanifestasikan dalam tingkah laku
mad’u.
Dilihat dari dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu:
1) Media Tradisional
Berbagai macam seni dan pertunjukan yang secara tradisional
dipentaskan di depan umum terutama sabagai hiburan yang
memiliki sifat komunikasi seperti; drama, pewayangan dan lain-
lain;
19
2) Media Modern
Media yang di hasilkan dari teknologi yaitu: televisi, radio,
majalah, dan lain sebagainya.21
d) Materi Dakwah (Maudhu Ad-Da’wah)
Materi dakwah bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Haadits yang meliputi
berbagai aspek, di antaranya adalah aqidah, syari’ah dan akhlak dengan berbagai
macam ilmu yang diperoleh darinya.22
Menurut Quraish Shihab materi dakwah yang dikemukakan oleh Al-Qur’an
berkisar pada tiga masalah pokok yaitu: aqidah, akhlak dan hukum. Pada
pokoknya, materi-materi tersebut tercermin dalam tiga hal:
1) Bagaimana ide-ide agama dipaparkan hingga dapat
mengembangkan gairah generasi muda untuk mengetahui hakikat-
hakikatnya melalui hal yang positif;
2) Sumbangan agama ditujukan pada masyarakat luas yang sedang
membangun, khususnya di bidang sosial, ekonomi dan budaya;
3) Studi tentang dasar-dasar pokok berbagai agama yang dapat
menjadi landasan bersama demi mewujudkan kerjasama antar
pemeluk agama tanpa mengabaikan identitas masing-masing.23
21 Adi Sasono, Solusi Islam atas Problemantika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998) cet. Ke-1, h. 154.
22 Wardi Bachtiar. Metode Penelitian Dakwah, (Jakarta:Logos, 1997), cet. Ke-1, h. 33.
20
e) Metode Dakwah (Uslub)
Uslub artinya metode atau seni. Uslub dakwah ialah ilmu yang
mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi
kendala-kendalanya. Sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pegangan
antara lain Al-Qur’an, Hadits, Sirah (sejarah), Salafus Shalih, Tabi’in an atbaat
tabi’in.24
Adapun metode-metode yang ditempuh Al-Qur’an adalah:
1) Mengemukakan kisah-kisah yang bertalian dengan salah satu
tujuan materi. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an berkisar pada
perisiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dengan menyebut pelaku-
pelaku dan tempat terjadinya.
2) Nasihat dan panutan. Al-Qur’an Al-Karim juga menggunakan
kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia
kepada ide-ide yang dikehendakinya.
3) Pembisaan mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan
manusia, karena dengan kebisaan, seseorang mampu melakukan
hal-hal penting dan berguna tanpa menggunakan energi dan waktu
yang banyak.
23 M. Quraih Shihab. Membimukan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama,1994), h.
193.
24 Said bin Ali Kotani, Dakwah Islam Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h. 9.
21
Metode dakwah adalah cara-cara yang digunakan da’i untuk menyampaikan
materi dakwah, Al-Qur’an menjelaskan tentang metode dakwah dalam surat an-
nahl ayat 125 yaitu:
Pertama, Hikmah ialah dengan cara bijaksana, akal budi yang mulia, yang
lapang dan hati yang bersih menarik perhatian orang kepada agama, atau kepada
kepercayaan terhadap tuhan. Maksudnya adalah dapat menarik orang yang belum
maju kecerdasanya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih pintar,
kebijaksanaan itu bukan saja dengan ucapan mulut, melainkan termasuk juga
dengan tindakan dan sikap hidup, kadang-kadang lebih berhikmah ”diam” dari
pada ”berkata”.25
Kedua, Al-Mau’idzatul Hasanah adalah pengajaran yang baik atau pesan-
pesan yang baik, yang disampaikan sebagai nasihat. Jadi, Al-Mau’idzatul Hasanah
adalah yang dapat masuk ke dalam hati dengan penuh kasih sayang dan ke dalam
perasaan dengan penuh kelembutan, tidak berupa larangan terhadap sesuatu yang
tidak harus dilarang, baik menjelek-jelekan atau membongkar kesalahan. Sebab,
kelemah-lembutan dalam menasehati (Al-Mau’idzah) sering kali dapat
meluluhkan hati yang keras dan menjinakan qolbu yang liar.
Ketiga, Jadilhum Billati Hiya Ahsan adalah bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Kalau terpaksa timbul pembantahan atau pertukaran fikiran, yang di
zaman ini disebut polemik, ayat ini menyeru, agar hal yang demikian, kalau sudah
tidak dapat di elakan lagi. Pilihlah jalan yang sebaik-baiknya. Di antaranya ialah
25 Hamka, Tafsir Al-Azhar juz 13-15, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1983), h. 321
22
membedakan pokok soal yang tengah dibicarakan dengan perasaan benci atau
sayang kepada pribadi orang yang tengah diajak berbantah.26
B. Proses Belajar Mengajar
1. Pengertian Proses Belajar Mengajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berarti proses, cara
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.27 Proses pembelajaran sering pula
disebut proses belajar mengajar. Belajar mengajar merupakan dua konsep yang
tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar merujuk kepada apa yang harus
dilakukan oleh seorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran didik),
sedang mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pengajar.
a. Pengertian Belajar
Secara etimologi belajar berarti ”berlatih”, berusaha memperolah
kepandaian atau ilmu.28 Secara terminologi para ahli mendefinisikan belajar
sebagai berikut :
Dr. Nana Sudjana berpendapat bahwa : Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti barubah
26 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 13-15, h. 312
27 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Edisi Kedua, Cet. Ke-10, h. 15
28 Ibid, h. 14
23
pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada indivisu yang belajar.29
Drs. Slamet berpendapat bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkunganya.30
Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses matangnya
seseorang atau perubahan instingtif atau bersifat kontemporer. Pada intinya orang
yang belajar tidak sama keadaanya dengan sebelum mereka melakukan perbuatan
belajar, yaitu :
1) Dalam belajar, faktor perubahan tingkah laku harus ada, tidak
dikatakan belajar apabila di dalamnya tidak ada perubahan tingkah
laku.
2) Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan kecakapan baru, dan
perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja.
b. Pengertian Mengajar
Para ahli psikologi dan pendidikan memberikan batasan atau pengertian
mengajar yang berbeda beda rumusan. Perbedaan tersebut disebabkan adanya
perbedaan sudut pandang terhadap hakekat mengajar. Pandangan pertama
melihatnya dari segi pelakunya, yakni pengajarnya. Dasar pandangan yang
29 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung, PT. Sinar Baru, 1989), h. 5
30 Slmaet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: PT. Rinerka Cipta, 1991), cet. 2, h.2
24
pertama ini, mengajar diartikan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik.31 Sebagai konsekuensinya anak didik di anggap obyek bukan subyek,
sehingga pengajaran bersifat teache centered. Hal ini banyak menimbulkan
kritikan, sehingga muncul pemikiran baru yang melihat belajar bukan dari sudut
pelaku, tapi dari sudut siswa yang belajar.
Rumusan belajar di atas, disamping berpusat pada siswa yang belajar juga
melihat hakekat mengajar sebagai proses, yakni proses yang dilakukan oleh guru
dalam menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Dalam konsep di atas, tampak
bahwa titik berat peranan guru bukan hanya sebagai pengajar, melainkan sebagai
pemimpin belajar, pembimbing belajar atau fasilitator belajar.
Keterpaduan dua konsep antara belajar dan mengajar, akan melahirkan
konsep baru yang dikenal dengan proses belajar mengajar atau proses
pembelajaran. Proses pembelajaran ini tidak akan dapat terwujud tanpa
pengaturan dan perencanaan yang seksama. Pengaturan sangat diperlukan
terutama dalam menentukan komponen dan variabel yang harus ada dalam proses
pembelajaran tersebut, yang harus direncanakan dengan baik sehingga
memungkinkan terselenggaranya pembelajaran yang efektif.
Berdasar pengertian belajar dan mengajar, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian dari proses pembelajaran adalah : suatu proses penyamapaian ilmu
pengetahuan kepada anak didik dan kegiatan membimbing, kegiatan belajar anak
didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia melalui
interaksi antara individu dengan individu atau individu dengan lingkungannya.
31 Nana Sudjana, Apa dan Bagaimana Mengajar, (Bandung: Ideal, 1975), cet. 1, h.3
25
2. Proses Pembelajaran Di Sekolah
Proses pembelajaran adalah gabungan antara belajar dan mengajar, belajar
dan mengajar adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Kedua kegiatan
tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal
balik antara guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran di pesantren tidak lagi terjadi hanya di dalam ruang
empat persegi (kelas) yang di dalamnya terdapat segala perlengkapan
pembelajaran, akan tetapi pembelajaran dewasa ini dapat terjadi di mana saja dan
kapan saja selama proses pembelajaran itu dapat dilaksanakan. Seperti di halaman
sekolah, laboratorium dan bahkan di perpustakaan. Yang terpenting dari proses
pembelajaran itu sendiri adalah terjadinya suatu interaksi antara guru dan siswa
yang bersifat edukatif. Selain itu proses pembelajaran yang berjalan dengan
efektif dan efisien juga menjadi bagian terpenting dalam proses pembelajaran.
Suatu interaksi dikatakan memiliki sifat edukatif bukan semata ditentukan
oleh bentuknya, melainkan oleh tujuan dari interaksi itu sendiri. Jadi interaksi
edukatif adalah interaksi pengajaran yang berada/terikat oleh situasi dan tujuan
pendidikan.
Proses pembelajaran akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi
antara dua unsur manusiawi, yakni guru dan siswa. Dalam interaksi ini
dibutuhkan komponen komponen pendukung, antara lain tujuan yang akan
dicapai, guru. peserta didik, materi pelajaran, metode pengajaran, media
pengajaran, situasi yang memungkinkan, waktu yang telah tersedia serta penilaian
terhadap hasil pembelajaran.
26
Ciri ciri pembelajaran efisien antara lain adalah :
a. Setiap tindakan guru dalam mengajar merupakan terobosan (tindakan
inovatif)
b. Tindakan guru dalam mengjar selalu selektif materi, jenis dan bentuk
tes yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai juga selalu
menghemat waktu, selektif konsep, prinsip, teori, serta ditambah
contoh contoh seperlunya.
Proses pembelajaran di sekolah dikatakan efektif dan efisien apabila tujuan
yang ditetapkan sebelumnya secara optimal sesuai denga waktu yang telah
ditetapkan.
Drs. A. Rohani HM. Mengemukakan tentang prinsip dan efieiensi dan
efektifitas pembelajaran sebagai berikut : ”suatu pengajaran yang baik adalah
apabila dalam proses pengajaran itu menggunakan waktu yang cukup sekaligus
dapat membuahkan hasil (pencapaian tujuan instruksional) secara lebih tepat dan
carmat serta optimal.32
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
Penggolongan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
dikemukakan oleh Drs. Slamet sebagai berikut :
a. Faktor internal
1). Faktor jasmaniah yaitu faktor kesehatan, cacat tubuh
32 Ahmad Rohani HM., Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet.1, h.
111
27
Faktor kesehatan ini mempunyai pengaruh terhadap proses belajar
peserta didik. Proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatannya terganggu.
2). Faktor psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi belajar antara lain
intelegansi, minat, perhatian, bakat, motivasi, kematangan.
3). Faktor kelelahan.
Kelelahan dapat dibedakan kedalam dua bagian, yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani. Dua macam kelelahan ini akan
mempengaruhi proses belajar.
b. Faktor eksternal
1). Faktor keluarga
Peserta didik yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa : cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2). Faktor sekolah
Antara lain adalah metode mengajar kurikulum, hubungan antar
guru dengan murid, hubungan antar peserta didik, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran.
3). Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
belajar peserta didik. Keberadaan peserta didik di masyarakat. Hal
28
ini seperti kegiatan peserta didik di masyarakat, teman bergaul dan
lain-lain.33
C. Pengertian santri dan Pondok Pesantren
1. Pengertian Santri
Pengertian Santri Menurut Nurcholish Madjid ada dua pendapat tentang
santri. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa ”santri” berasal dari perkataan
”cantrik”, sebuah kata yang berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya ”melek
huruf”. Kedua, pengdapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya
berasal dari bahasa Jawa dari kata ”cantrik”, berarti seseorang yang selalu
mengikuti kemana gurunya pergi menetap, tentunya dengan tujuan dapat belajar
darinya mengenai suatu keahlian34. dari sini dapat di asumsikan bahwa menjadi
santri berarti juga menjadi tahu tentang agama, atau paling tidak seorang santri itu
bisa membaca Al-Quran yang dengan sendirinya membawa pada sikap yang lebih
serius dalam memandang agamanya.
Di sisi lain Zamakhsyary Dhofier berpendapat bahwa, santri dalam bahasa
india berarti ”orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana
Kitab Suci agama Hindu”.35
33 Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1991), Cet Ke-2, h. 56-74
34 Nurchalish Madjid, Bilik-bilik Pesantren,Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), Cet Ke-6, h. 19-20
35 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyayi, (Jakarta: LP3ES, 1994), Cet Ke-6, h. 18
29
Sedangkan dalam penelitianya, Clifford Geertz berpendapat bahwa kata
santri mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas dan umum santri adalah
bagian penduduk Jawa yang memeluk Islam secara benar-benar, bersembahyang,
pergi ke masjid, dan berbagai aktivitas lainya.36
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian santri adalah
mereka yang berasal dari pondok pesantren, atau mereka yang taat menjalankan
ajaran Agama Islam.
Santri merupakan elemen dari kultur pondok pesantren yang merupakan
unsur pokok yang tidak kalah pentingnya dari elemen lainnya yang ada di pondok
pesantren, biasanya santri terdiri dari dua kelompok, yaitu :
a. Santri Mukim
Santri mukim adalah santri yang menetap, tinggal bersama Kiyai dan secara
aktif menuntut ilmu dari seorang Kiyai. Dapat juga secara langsung sebagai
pengurus pesantren yang ikut bertanggung jawab atas keberadaan santri lain.
Setiap santri yang mukim telah lama menetap dalam pondok pesantren secara
tidak langsung bertindak sebagai wakil kyai.
b. Santri ’Kalong’
Santri kalong adalah santri yang berasal dari daerah-daerah di sekitar
pondok pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pondok pesantren,
36 Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya, 1983) Cet Ke-2, h. 268
30
atau mereka yang pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu
pelajaran di pondok pesantren.37
Santri mukim dengan kiyai atau pimpinan pondok pesantren serta anggota
lainya biasanya tinggal dalam satu lingkungan tersendiri yang disebut pondok, di
sinilah kiyai dan santrinya bertempat tinggal.38
2. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren dan santri berasal dari Bahasa Tamil yang berarti : guru mengaji,
sumber lain mengatakan bahwa kata itu berasal dari Bahasa India, Shastri dari
akar kata Shastra, yang berarti buku-buku suci, buku agama atau buku-buku
tentang ilmu pengetahuan.39 Pondok pesantren adalah perpaduan dua kata yang
dirangkaikan menjadi satu terdiri dari kata pondok dan pesantren. Sampai saat ini
masih ada perbedaan pendapat mengenai asal usul tentang pondok pesantren
yaitu, ada yang mengatakan berasal dari Bahasa India (Hindu) dan ada pula yang
mengatakan berasal dari Arab. Mastuhu juga mendefinisikan pesantren adalah
lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Agama Islam dengan menekan pentingnya
moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehar-hari.40
37 Nurchalish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, 1997), Cet
Ke-1, h. 157
38 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Cet Ke-1, h. 47
39 Muhammad Ridwan Lubis, Pemikiran Soekarno Tentang Islam, (Jakarta: C.V. Mas Agung, 1992), h. 23
40 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), h. 6
31
Menurut Karel A. Steenbrink istilah pondok pesantren mungkin berasal dari
Bahasa Arab, funduq yang berarti ”pesanggrahan atau penginapan bagi orang-
orang yang berpergian”.41 Sedangkan menurut Zamakhsyari Dhofier istilah
pondok pesantren barangkali berasal dari pengertian ”asrama-asrama santri yang
disebut pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau barangkali
berasal dari kata Arab, funduq, yang berarti ”hotel atau asrama”.42
Istilah pondok dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah ”rumah untuk
sementara waktu, seperti didirikan di ladang, di hutan, dikatakan pondok adalah
Rumah yang kurang baik biasanya berdinding bilik atau dikatakan pondok adalah
madrasah dan asrama tempat mengaji, belajar Agama Islam”.43 Istilah pesantren
dalam kamus bahasa Indonesia adalah ”Asrama dan tempat murid-murid para
santri Belajar mengaji”.44
Dari keterangan di atas dapat dirumuskan bahwa pengertian pesantren
adalah tempat orang-orang atau para pemuda menginap (bertempat tinggal) yang
dibarengi dengan suatu kegiatan untuk mempelajari, memahami, mendalami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam. Secara garis besar Pondok Pesantren
adalah lembaga atau tempat pendidikan dan pengajaran agama Islam yang
41 Karel. A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, (Jakarta: LP3ES, 1986), cet. Ke-1,
h.21
42 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), cet. Ke-1, h.18
43 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani), h.321
44 Muhammad Ali, Ibid, h.301
32
menpunyai tujuan untuk melestarikan dan mengembangkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
33
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN
NAHDLATUL WATHAN JAKARTA TIMUR
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta
Sejak kemunculannya, pesantren memang telah berfungsi sebagai lembaga
pendidikan yang langsung mengambil sasaran kelompok masyarakat yang status
sosial ekonominya dapat dikatakan tidak begitu memadai. Dalam pendidikan
pesantren, selain mutu intelektualitas dan spiritualitas diutamakan, seorang santri
harus memiliki sikap-sikap ketawadluan, pengabdian kepada masyarakat, ihlas
beramal, dan sikap mementingkan kebersamaan.
Boleh disebut begitu berdirinya Pondok Pesantren Nahdhatul Wathan
Jakarta. Bermula, sejumlah calon tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Pulau
Lombok, Nusa Tenggara Barat berniat ke Saudi Arabia untuk mencari pekerjaan.
Tapi, mereka ditipu oleh oknum PJTKI yang mengurusnya sehingga mereka
terdampar di Jakarta. Mereka sebagian besar tinggal di daerah Penggilingan,
Cakung, Jakarta Timur. Mereka ditampung penduduk setempat yang umumnya
penduduk asli, Betawi, yang sangat fanatik pada agama Islam. Mereka adalah
alumnus-alumnus Pondok Pesantren Darun Nahdlatain, pesantren yang bernaung
di bawah organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1935.
Pondok ini didirikan oleh Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid yang juga pendiri Nahdlatul Wathan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Di pemukiman baru ini mereka mengajar mengaji Alquran dari rumah ke
34
rumah dengan sasaran anak-anak dan ibu-ibu. Mereka mendapat sambutan dan
dukungan penduduk setempat. Mereka bersama-sama membina kegiatan
keagamaan ini. Kegiatan ini berkembang menjadi sebuah majelis taklim dengan
peserta tidak kurang dari 200 orang lebih. Melihat perkembangan pengajian yang
sangat pesat, muncul gagasan atau inisiatif menghimpun dana untuk membeli
sepetak tanah seluas 200 meter persegi. Itu terjadi sekitar tahun 1979. Pada
awalnya, hingga beberapa waktu lamanya, pengajian anak-anak dan majelis
taklim itu belum bernama. Ustadz Suhaidi menjelaskan, di pengajian ibu-ibu
masyarakat waktu itu menuntut pengajian diberi nama. Daripada dinamakan
dengan sembarang nama, kita namakan saja Nahdlatul Wathan. Karena kita lahir
dari Nahdlatul Wathan dan untuk Nahdlatul Wathan. Tidak terbayang waktu itu,
adanya lembaga-lembaga pesantren seperti sekarang ini. Jangankan punya
lembaga, punya tanah pun tidak pernah terbayang.
Di sinilah titik awal penanaman Nahdlatul Wathan itu dimulai, dan
kegiatan-kegiatanya mulai terorganisir. Perkembangan ini didukung oleh beberapa
faktor, antara lain: (1) Kedatangan pelajar-pelajar dari Pulau Lombok yang
hendak melanjutkan studi di Jakarta. Mereka turut berpartisipasi mendukung
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. (2) Dukungan masyarakat yang semakin
nyata, khususnya membantu secara finansial dan menyerahkan putra-putrinya
untuk belajar mengaji.
Dalam perkembangan selanjutnya, untuk memformalisasikan kegiatan
menjadi sebuah lembaga pembinaan keberagamaan yang resmi, Pengurus Besar
Nahdlatul Wathan memberikan Surat Keputusan tentang Pengesahan
35
Pembentukan Majelis Taklim Nahdlatul Wathan Pisangan, Penggilingan, Cakung,
Jakarta Timur. pada 4 Juni 1987. Tanggal 4 juni 1987 bertepatan dengan tanggal 6
Syawl 1407 H tentang pengesahan pembentukan Majelis Taklim Nahdlatul
Wathan Pisangan I Rw. 03 Penggilingan Cakung Jakarta Timur.
Berselang hampir dua tahun dari dikeluarkanya SK tentang Majelis Taklim
di atas, para pendirinya berhasil memperluas areal pesantren dan bermaksud untuk
mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an dan Taman Kanak-Kanak. Melihat
perkembangan ini kemudian Pengurus Besar Nahdlatul Wathan mengeluarkan
Surat Keputusan nomor 15/Kpt/PBNW/1988 tanggal 1 Desember 1988 tentang
Pembentukan Pengurus Perwakilan Nahdlatul Wathan DKI Jakarta yang
memberikan legalitas formalnya sebagai sebagai perwakilan Nahdlatul Wathan
Jakarta.
Saat ini Pondok Pesantren NW Jakarta berdiri di atas tanah seluas 4200
meter persegi berstatus tanah wakaf. Dan Panti Asuhan. Keseluruhan lembaga-
lembaga pendidikan NW tersebut memiliki santri/siswa/jemaah/anggota sekitar
9.050 orang. Jumlah terbesar adalah anggota jemaah wirid/thariqah sebanyak
sekitar 5.000 orang dan majelis taklim yang terdiri dari bapak-bapak, ibu-ibu, dan
kaum renaja sekitar 3.000 orang. Jumlah santri/siswa sekitar 1.000 anak. Dalam
operasionalnya, Ponpes NW didukung 163 orang Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar pondok
pesantren membuka klinik praktik dokter.
36
Kegiatan-kegiatan Santri. Kegiatan pagi pengajian dilakukan seusai salat
subuh. Bertujuan membekali santri dengan pengetahuan agama yang cukup
sehingga mereka mampu memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara baik
dan benar sesuai dengan tuntutan Alquran dan al-hadis. Pengajian tersebut
meliputi pengajian Alquran dan tajwid, al-hadis, tauhid, figh, akhlak, dan ke-NW-
an. Tafsir Alquran dan menghafal Alquran. Kegiatan sore pengajian Alquran
untuk santri Taman Pendidikan Alquran. Dan pendalaman materi untuk anak-anak
asuh Panti Asuhan dan asrama Putra. Kegiatan malam pengajian Alquran untuk
santri Taman Pendidikan Alquran. Pengajian majelis taklim kaum bapak dan ibu.
Dan belajar kolektif anak-anak Panti Asuhan dan asrama Putra. Pondok Pesantren
NW tidak memiliki santri mukim Putri.
Kegiatan mingguan belajar otomotif bagi siswa SMA. Ini merupakan
pelajaran wajib bagi santri/siswa SMA selain komputer. Belajar komputer bagi
santri SMP. Pelatihan paskibra bagi siswa SMP dan SMA. Dan latihan
muhadlarah bagi anak asuh Panti Asuhan dan asrama Putra. Membaca Hizb NW
untuk seluruh santri dan jemaah. Latihan kesenian Islam untuk semua santri
seperti: seni musikal salawat, marawis, seni baca Alquran. Dan seni baca barzanji.
Kegiatan bulanan wirid Thariqah NW dan pengajian umum diikuti seluruh santri
dan jemaah. Kegiatan tahunan di antaranya: halal bihahal, penyerahan santri di
pondok, pelepasan santri usai pendidikan, haul pendiri NW, TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Majid. Ustadz Drs. Badri HS, Kepala SMP NW menjelaskan
tiap Loketa (lomba keterampilan agama) para santri selalu meraih piala.
37
Diantaranya: Tahfiz Alquran putra tingkat DKI; MTQ putra tingkat DKI; Tilawah
Al-Qur’an putra tingkat DKI;. Bahkan, pernah meraih Juara Umum.
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Penggilingan juga membuka pesantren
di daerah Tambun Utara, Bekasi, Jawa Barat. Pesantren ini melakukan kegiatan
pertanian dan keterampilan. Usaha pertanian berupa menanam pisang, kangkung,
dan jagung. Buah pisang di olah santri menjadi keripik pisang dan diberi nama Al
Abror. Dalam sehari dapat menghasilkan 35 kg keripik. Keripik pisang ini
dipasarkan di Jakarta dan Bekasi. Masyarakat di sana, ungkap Ustadz Suhaidi,
sebagian besar masih sangat sulit diajak melakukan ibadah. Mereka kurang
senang mendengarkan ceramah agama. Tapi, kegiatan majelis taklim terus kami
laksanakan sekalipun masih pada tingkat melakukan zikir dan ratib. Jamaah kami
sudah meliputi 5 desa. Kami telah membuka TPA dan Panti Asuhan. Jadi, kami
memang harus terus menerus melakukan pembinaan dan sedikit demi sedikit
perkembangannya. Masyarakat di sana sangat lemah perekonomiannya. Kami
datang ke sana membawa beras atau kebutuhan makanan lain yang mereka
butuhkan.
Identitas Pesantren
Nama : Pondok Pesantren Nahdaltul Wathan
Alamat : Jl. Raya Penggilingan, Pisangan Rt. 001 / Rw. 03
Provinsi : DKI Jakarta
Kabupaten : Jakarta Timur
38
Kecamatan : Cakung
Kelurahan : Penggilingan
Telepon : [021] 4612928, 46820788
Fax : [021] 46820788
Terdaftar : Nomor : 04. 50603.0790
Akte Notaris : Yuliana Sianipar, SH. MKn. No. 01, 5 juni 2007
B. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren
1. Visi
” LI I’LAAI KALIMATILLAHI WA IZZIL ISLAM WAL MUSLIMIN ”
( Menjunjung Tinggi Kalimat (Agama) Allah SWT, Memuliakan Islam
dan Kaum Muslimin)
2. Misi
a. Menanamkan semangat perjuangan untuk menegakkan agama Allah
b. Mengembangkan ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama’ah Al mazhabil
Imam As-Syafi’i ra.
c. Meningkatkan kualitas pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyyah
d. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat ukhuwah Islamiyyah
e. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat ukhuwah Wathoniyah
3. Tujuan Pondok Pesantren
39
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta Wujudkan Pesantren Tafaqquh
Fi Din. Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan berkembang sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan zaman. Jika pada awal-awal berdirinya lebih
dimaksudkan untuk mempersiapkan kader-kader bangsa yang pakar di bidang
agama (Tafaqquh Fi Al-Din), dewasa ini pesantren telah memasukkan
pengetahuan-pengetahuan umum sebagai kurikulum dan menjadi kurikulum wajib
yang harus dipelajari oleh para santri. Ini dimaksudkan agar pesantren selalu
relevan dengan tantangan dan kemajuan zaman.
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (Ponpes NW) merupakan salah satu
pondok pesantren yang didirikan dengan niat yang sama dengan ketentuan-
ketenuan di atas sehingga diharapkan lulusan-lulusan (Mutakharrijin)-nya dapat
berkiprah di tengan-tengah masyarakat. Juga, dapat merealisasikan cita-cita
Nahdhatul Wathan, yaitu membangun bangsa dan membangun tanah air
sebagaimana tertuang dalam doa yang senantiasa dibaca dan diucapkan oleh
warga Nahdlatul Wathan berikut. Ya, Allah, makmurkanlah negeri kami dengan
air-air Nahdlatul Wathan dan sinarilah negeri kami dengan bintang-bintang
Nahdhatul Wathan Anugerah di balik Musibah
C. Struktur Organisasi
1. Susunan Pengurus Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta
a. Badan Pendiri :
1) Drs. H. M. Suhaidi
2) Drs. H. Husni Hamid
3) H. Mansur Muslim
40
b. Badan Penasehat :
1) Hj. Siti Rauhun Zainuddin Abdul Madjid
2) Hj. Siti Raehanun Zainuddin Abdul Majid
3) Drs. K. A. Rachman Agam
c. Badan Pembina :
1) Drs. H. Lulu Sudarmadi, MPIA
2) H. Fian Tandjung
3) Hj. Baiq Syurah Hartini
d. Pengurus Harian :
1) Ketua :
Drs. H. M. Suhaidi
2) Wakil Ketua :
Drs. Muhasan
3) Sekretaris :
Drs. H. Syahabuddin
4) Wakil Sekretaris :
Dra. Hj. Muthmainnah
5) Bendahara :
Drs. Makshum Ahmad
6) Wakil Bendahara :
H. Bisyahri, SH
e. Pengurus Harian Departemen pendidikan
41
1) Ketua :
Mohammad Noor,M.Ag
2) Anggota :
Miftahuddin,M.Ag
Ahmad Muzayyin,S.S
2. Pimpinan-pimpinan lembaga formal Pondok pesantren nahdlatul
wathan jakarta 2008-2009
a. Taman Kanak-Kanak Nhdlatul Wathan (TK-NW) :
Drs. H. Syahabuddin
b. Sekolah Dasar Islam Nahdlatul Wathan (SDI-NW) :
H. M. Sofawi,S.Pd
c. Sekolah Menengah Pertama Nahdlatul Wathan (SMP-NW) :
Drs. Badri HS
d. Sekolah Menengah Atas Nahdlatul Wathan (SMA-NW) :
Drs. Muslihah Habib, M.Ag
e. Madrasah Diniyyah Islamiyyah Nahdlatul Wathan (MDI-NW) :
Ahmad Madani, S.Pd
3. Pimpinan-Pimpinan Lembaga Non Formal Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan Jakarta
a. Panti Asuhan Nahdlatul Wathan (PA-NW) :
Drs. H. M. Suhaidi
b. Majlis Taklim Nahdlatul Wathan (MT-NW) :
Drs. Muhasan
42
c. Pondok Pesantren Putra (Ponpes Putra-NW) :
Arif Usman, S.Ag
d. Ikatan Pelajar Nahdlatul Wathan (IP-NW) :
Muhammad Zakki
e. Koprasi Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (KOPONTREN-NW) :
Syapriyanto
f. Klinik Kesahatan Nahdlatul Wathan (KK-NW) :
dr. Sugeng Hendi Pranoto
4. Kondisi Objektif Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta
Saat ini pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta berdiri di atas tanah
seluas 4200 m2 yang berstatus tanah waqaf, masing-masing berasal dari :
a. Pendiri Nahdlatul Wathan, Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, seluas : 2943 m2
b. Jamaah Nahdlatul Wathan Jakarta, seluas : 257 m2
c. Drs. H. Lulu sudarmadi, M.PIA, seluas : 400 M2
d. H. Fian Tanjung, seluas : 600 m2
Di atas tanah seluas tersebut, telah berdiri bangunan-bangunan lembaga
formal dan non formal dan fasilitas-fasilitas lainya untuk yayasan dan pondok
pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, dengan rincian sebagai berikut :
No Nama Bangunan Jumlah
Lokal
Keterangan
1 Taman kanak-kanak NW 5 Lokal Semi Permanen
43
2 SDI NW dan MDI NW 10 Lokal Lantai 2 Permanen
3 SMA NW 9 Lokal Lantai 3 Permanen
4 Panti Asuhan NW 3 Lokal Permanen
5 Asrama Putra 3 Lokal Darurat
6 Asrama Pengasuh 3 Lokal Semi Permanen
7 Masjid Hamzanwadi NW - Lantai 2 Permanen
8 Kantor Ponpes, Kantor Ketua, Kantor
Panti Asuhan dan Kantor TK
3 Lokal Permanen di Lantai 2
9 Perpustakaan 1 Lokal Permanen di Lantai 1
10 Dapur dan Kamar Mandi Panti Asuhan 2 Lokal Permanen
11 Ruang guru dan Pengasuh 3 Lokal Permanen
12 Ruang Makan Santri 1 Lokal Darurat
13 Klinik Kesehatan 1 Lokal Semi Permanen
14 Warung Koprasi Pesantren 1 Lokal Semi Permanen
15 Asrama Pesantren dan Pengasuh 5 Lokal Semi Permanen
Adapun lembaga-lembaga yang dikelola oleh pondok pesantren Nahdlatul
Wathan Jakarta adalah, sebagai berikut :
Lembaga Formal Lembaga Non Formal Usaha Kecil
1. Taman Kanak-Kanak
2. Sekolah Dasar Islam
3. Sekolah Menengah Pertama
1. Panti asuhan
2. Majelis taklim
3. Pkpd nw
1. Lembaga
Pendidikan dan
Keterampilan
44
4. Sekolah Menengah Atas
5. Taman Pendidikan Al-Qur’an
4. Kbih nw
5. Pondok pesantren putra
6. Ikatan pelajar nahdlatul
wathan
7. Jamaah wirid / thariqah hizb
nahdlatul wathan
2. Koperasi pondok
pesantren
3. Pertanian
5. Lembaga-Lembaga Yayasan, SDM dan Jumlah Siswa/Jamaah
Dalam operasionalnya, pondok pesantren Nahdlatul Wathan didukung ileh
163 orang sumber daya manusia (SDM), dengan perincian sebagai berikut :
No Nama Lembaga Jumlah SDM Jumlah Siswa
1 Taman Kanak-Kanak Islam 8 79
2 Sekolah Dasar Islam 14 227
3 Sekolah Menengah Pertama 16 76
4 Sekolah Menengah Atas 23 79
5 Madrasah Diniyya Islamiyah 23 269
6 Panti Asuhan 12 44
7 Majlis Taklim 10 3000
8 Ikatan Pelajar 5 100
9 Asrama Putra 4 15
10 Koperasi Pesantren 3 65
45
11 Klinik Kesehatan 4 500
12 Jamaah Hizib 5 500
13 Jamaah Tariqat Hizib 5 500
Kondisi demikian, dalam perkembanganya diakui masih mengalami
permasalahan-permasalahan, di antaranya :
a. Masih minimnya sarana dan prasarana untuk mengaktualisasikan
pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman, seperti sarana laboraturium
(fisika, biologi, kimia, dan bahasa), komputer dan peralatan-peralatan
lainya.
b. Perlunya peningkatan mutu sumber daya manusia agar dapat respons
sesuai dengan perkembangan lingkungan sosial yang ada
c. Perlunya usaha-usaha prosuktif dalam rangka membangun
kemandirian pesantren.
D. Program Kerja
Pondok Pesantren Nadhatul Wathan tahun 2009-2010
1. Program kerja jangka pendek (1 tahun) :
a) Melengkapi sarana dan prasarana pesantren
b) Melakukan penataan lingkungan pesantren
c) Melengkapi laboratorium IPA, IPS, dan komputer pesantren
d) Merehabilitasi Masjid HAMZANWADI
2. Program Kerja Jangka Panjang ( 5 Tahun ) :
46
a) Membangun asrama santri dan guru pesantren
b) Merehabilitasi gedung SMP Nadhatul Wathan
c) Mengembangkan usaha ekonomi produktif yang dapat menunjang
kelangsungan hidup yayasan
d) Mengembangkan lembaga-lembaga yayasan dan pondok pesantren
Nadhatul Wathan Jakarta di tempat lain jika dipandang perlu.
e) Memperluas areal (lokasi) yayasan dan pondok pesantren.
3. Kegiatan-Kegiatan Harian, Mingguan, Bulanan Dan Tahunan Pondok
Pesantren Nadhatul Wathan Jakarta Tahun 2009
Secara umum dalam kegiatan-kegiatan pondok pesantren Nahdlatul Wathan
Jakarta yang berhubungan dengan pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyah untuk
kesantrian dan kemasyarakatan, dibagi dalam kegiatan harian, mingguan, bulanan
dan tahunan. Adapun deskripsi kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan Harian :
1) Kegiatan Pengajian Pagi
Kegiatan belajar pagi dilaksanakan setelah sholat subuh terhadap santri
pesantren, bertujuan untuk membekali para santri dengan pengetahuan agama
yang cukup, sehingga mampu memahami dan mengamalkan ajaran islam secara
baik dan benar sesuai dengan tuntutan alquran dan hadist.
Dalam kegiatan pengajian pagi ini, meliputi materi-materi : pembelajaran
Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid Al-qur’an, Tahfidz Alquran, Nahwu Dan Sharaf,
Tahfidzul Qur’an Dan Tahfidz Ayat-Ayat Pendek (Juz Amma).
2) Pembelajaran Di Sekolah Formal (TK, SDI, SMP dan SMA)
47
Kegiatan sekolah formal dari tingkat TK, SDI,SMP dan SMA Nahdlatul
Wathan merupakan kegiatan harian yang rutin dilaksanakan oleh masing-masing
lembaga sesuai dengan jadwal pelajaranya yang dimulai pada jam 06.30-01.30
WIB dengan mengikuti kurikulum Diknas.
3) Kegiatan Sore
Adapun bentuk kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan pada sore
hari adalah sebagai berikut ;
a. Pembelajaran di Madrasah Diniyah Islamiyah (MDI)
Pembelajaran di MDI Nahdlatul Wathan Jakarta, dimulai dari jam 10.30-
17.30 WIB. Dalam kegiatan ini, meliputi materi-materi; Pelajaran Iqra 2’, Al-
Qur’an dan Ilmu Tajwid Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Al-Hadits, Tauhid, Akhlak,
Bahasa Arab, Tarikh dan ke-NW-an;
b. Kegiatan Ekskul Di Sekolah Formal
Kegiatan ekskul di sekolah formal masing-masing lembaga SD, SMP, dan
SMA Nahdlatul Wathan Jakarta adalah Bahasa Inggris, Olah Raga, Palang Merah
Ramaja (PMR), Pramuka dan Paskibra.
c. Tahfidz Al-Qur’an
Tahfidz Al-Qur’an dan tahfidz ayat-ayat pendek (Juz Amma) untuk santri
asrama yang tinggal di asrama pesantren dan panti asuhan dilakukan pada sore
hari jam 17.00-menjelang sholat maghrib di Masjid Hamzanwadi NW.
d. Menghafal Nadzam Tajwid
48
Kegiatan menghafal nadzam tajwid batu ngompal, untuk santri asrama
yang tinggal di asrama pesantren dan panti asuhan dilakukan pada sore hari jam
17.00-menjelang sholat maghrib di Masjid Hamzanwadi NW.
4) Kegiatan Malam
Adapun bentuk kegiatan-kegiatan pendidikan pondok pesantren Nahdlatul
Wathan Jakarta yang dilaksanakan pada malam hari adalah sebagai berikut;
a. Pengajian Kajian-Kajian Agama
Kegiatan ini dilaksanakan menurut jadwal yang telah ditetapkan untuk
seluruh santri yang bermukim di asrama pesantren dan panti asuhan, yang
bertujuan untuk membekali para santri dengan pengetahuan agama yang cukup,
sehingga mampu memahami dan mengamalkan ajaran islam secara baik dan benar
sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam kegiatan pengajian ini,
meliputi materi-materi; Pengajian Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid Al-Qur’an, Al-
Qur’an dan Hadits, Tauhid, Akhlak, dan Fiqh.
b. Wirid Khusus Santri Setelah Sholat Maghrib
Kegiatan rutin membaca wirid tertentu setelah sholat maghrib merupakan
program pembiasaan kepada para santri yang tinggal di asrama pesantren dan
panti asuhan.
c. Kegiatan Belajar Kolektif
49
Kegiatan rutin belajar kolektif setelah sholat maghrib merupakan kegiatan
rutin para santri yang tinggal di asrama pesantren dan panti asuhan untuk
menyelesaikan tugas-tugas sekolah masing-masing.
b) Kegiatan Mingguan
Adapun bentuk kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan pondok
pesantren nahdlatul wathan jakarta yang bersifat mingguan adalah sebagai
berikut:
1. Latihan pramuka untuk siswa SD dan SMP Nahdlatul Wathan
2. Latihan PMR untuk siswa Nahdlatul Wathan
3. Latihan paskibra untuk siswa SMA Nahdlatul Wathan
4. Latihan taekwondo untuk siwa SD,SMP dan SMA Nahdlatul
Wathan
5. Latihan muhadlarah (Pidato) untuk santri mukim
6. Latihan membaca rawi (kisah maulid nabi/ barzanji) untuk santri
mukim
7. Belajar otomotif untuk siswa SMA
8. Belajar elektronika untuk siswa SMP
9. Belajar komputer untuk siswa SMP dan SMA
10. Latihan paskibra untuk siswa SMP dan SMA
11. Latihan kesenian Islam untuk semua santri, meliputi seni musical
shalawat, marawis, seni baca Al-Qur’an dan seni baca Al-Barzanji
50
c) Kegiatan Bulanan
Adapun bentuk kegiatan-kegiatan pendidikan dan dakwah yang
dilaksanakan pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta yang bersifat bulanan
adalah sebagai berikut;
1) Pembacaan Tharikat Hizb Nahdlatul Wathan
Kegiatan membaca hizb Nahdlatul Wathan ini, diikuti seluruh santri yang
bermukim dan juga para jamaah thariqat, yang bertujuan untuk membiasakan para
santri dan jamaah untuk banyak berzikir, berdoa dan wirid dan dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT
2) Pembacaan Hizb Nahdlatul Wathan
Kegiatan membaca hizb Nahdlatul Wathan ini, diikuti seluruh santri yang
bermukim dan juga para jamaah hizb Nahdlatul Wathan dan alumni Nahdlatul
Wathan, baik yang berasal dari Jakarta, Tangerang dan Bekasi, yang bertujuan
untuk membiasakan para santri dan jamaah untuk banyak berzikir, berdoa dan
wirid dan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT
3) Pengajian Umum Bulanan Untuk Para Santri dan Jamaah
d) Kegiatan Tahunan
Adapun bentuk kagiatan-kegiatan pendidikan, sosial dan dakwah yang
dilaksanakan pondok pesantren Nahdlatul Wathan jakarta yang bersifat tahunan
adalah sebagai berikut:
1. Haul pendiri NWDI, NBDI dan organisasi Nahdlatul Wathan,
Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid
51
Kegiatan Haul pendiri Nahdlatul Wathan ini, diikuti oleh seluruh
santri dan wali santri, para guru, serta juga para jamaah Nahdlatul
Wathan se-jabodetabek. Kegiatan Haul ini, bertujuan untuk
memanjatkan doa untuk Maulana Syaikh, menghargai jasa-jasa
beliau dan menanamkan rasa mahabbah pada beliau sebagai
seorang guru dan ulama besar.
2. Penerimaan siswa-siswi/santri baru untuk lembaga MDI, TK, SD,
SMP, dan SMA
3. Penerimaan santri, anak asuh baru untuk pesantren dan panti
asuhan
4. Penyerahan siswa/santri untuk belajar di pesantren Nahdlatul
Wathan
5. Kegiatan halal bi halal, untuk para santri/siswa yang telah
menyelesaikan studinya (MDI, TK, SD, SMP dan SMA)
6. Latihan dasar kepemimpinan siswa (LDKS), bagi siswa SMP dan
SMA
7. Masa orientasi siswa (MOS), bagi siswa SMP dan SMA
8. Peringatan hari-hari besar Islam; Maulid Nabi SAW, isra’ dan
mi’rajnya nabi SAW, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha
9. Mengadakan kegiatan penyembelihan hewan qurban setelah shalat
idul adha dan mendistribusikanya kemasyarakat
10. Santunan untuk anak-anak yatim,yatim piatu dan faqir miskin
11. Menerima dan menyalurkan zakat fitrah
52
4. Jadwal Kegiatan Belajar Bagi Pesantren
Kegiatan belajar santri, bertujuan untuk membekali santri dengan
pengetahuan agama yang cukup, sehingga mampu memahami dan mengamalkan
Ajaran Islam secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Al-
Hadits.
Dalam kegiatan pengajian pagi ini, meliputi materi-materi; pembelajaran
Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid Al-Qur’an, Tahfiz Al-Qur’an, Nahwu, Sharaf.
a. Jadwal Kegiatan Belajar Pagi :
No Hari Materi Nama Guru Waktu/Jam
1
2
3
4
5
6
7
8
Senin-Jumat
Senin - Jumat
Senin - Jumat
Senin - Jumat
Senin - Jumat
Senin - Sabtu
Senin - Jumat
Senin - Jumat
Akhlak, Nahwu, Sharaf dan
Fiqh
Qira’ah dan Tajwid
Qira’ah dan Tajwid
Qira’ah dan Tajwid
Qira’ah dan Tajwid
Qira’ah, Tajwid dan Rawi
Qira’ah dan Tajwid
Tahfidz Al-Qur’an
Ust. Muslihan Habib, M.Ag
dan Ust. Miftahudin, M.Ag
Ust. Drs. Syahabuddin
Ust. Syarbini, S.Ag
Ust.Muh. Husni Zaini
Ust. Arif Usman, S.Ag
Ust.Drs. Muhasan
Ust.Sugiatul Fatahi
Ust.Drs. Mahksum. A
05.15-06.00
05.15-06.00
05.15-06.00
05.15-06.00
05.15-06.00
05.15-06.00
05.15-06.00
05.15-06.00
b. Jadwal Kegiatan Belajar Sore
53
Kegiatan belajar sore, bertujuan untuk membekali santri dengan
menghafal ayat-ayat pendek dalam Juz ’Amma dan menghafal Nadzam tajwid
batu ngompal.
Untuk kegiatan belajar sore, hanya meliputi;
1. Tahfidz Al-Qur’an dan tahfidz ayat-ayat pendek (juz ’Amma)
2. Menghafal nadzam tajwid batu ngompal
c. Jadwal Kegiatan Belajar Malam
Kegiatan ini dilaksanakan menurut jadwal yang telah ditetapkan untuk
seluruh santri yang bermukin. Dalam kegiatan belajar malam ini, santri
mendapatkan pengkajian kitab-kitab yang meliputi matrei-materi; Ilmu Tajwid
Al-Qur’an, Hadits, Tauhid, Akhlak, Dan Fiqh. Selain itu, santri mendapatkan
latihan-latihan, seperti kesenian Islam (marawis) dan latihan berpidato (ceramah).
Jadwal Kegiatan Belajar Malam :
No Hari Materi Nama Guru Waktu/Jam
1 Ahad Fiqh Ust. Muslihan Habib, M.Ag 20.30-21.30
2 Senin Hadits Ust. Drs. H.M. Suhaidi 19.30-21.30
3 Selasa Tauhid Ust. Drs. Badri 20.30-31.30
4 Rabu Hadits dan
Akhlak
Ust. Muslihan Habib, M.Ag 19.00-21.30
5 Kamis Hiziban Ust. Drs. H.M. Suhaidi 19.00-21.00
6 Jumat Muhadlarah Ust. Drs. H. Syahabuddin 20.00-21.00
54
dan Ust. Drs. Badri
7 Sabtu Marawis Simbang 20.00-21.00
5. Kitab dan Buku Rujukan Pembelajaran Pesantren
Dalam kegiatan pembelajaran pesantren, maka pesantren Nahdlatul Wathan
Jakarta tetap konsisten, menyelenggarakan pengajaran kitab-kitab klasik
berbahasa arab, sebagaimana umumnya pesantren-pesantren lainya. Namun
demikian, ada beberapa kitab karangan ulama-ulama indonesia, termasuk menjadi
rujukan juga pada pesantren ini, seperti kitab fiqhul wadhih, oleh Prof. Syekh
Mahmud Yunus dan juga kitab-kitab dari pendiri Nahdlatul Wathan, Maulana
Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Adapun gambaran kitab-kitab kajian dan rujukan dalam pembelajaran santri
pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, adalah sebagai berikut :
a. Kitab Tafsir Al-Jalalain, Karya : Imam Jalalain
b. Kitab Tafsir Al-Azhar, Karya : Prof. DR. Hamka
c. Kitab Hadits Riyadus Shalihin, Karya : Imam Nawawi
d. Kitab Hadits Al-Arba’in An-Nawawi, Karya : Imim Nawawi
e. Kitab Hadits Al-Bulugul Maram
f. Kitab Fiqh Fathul Mu’in, Karya : Syaikh Zainuddin Bin
Abdul Aziz Al-Malibari
g. Kitab Fiqh Safinatun Naja, Karya : Syaikh Salim Ibn Samir Al-
Hadrami
h. Kitab Syarah Fiqh Safinatun Naja : Syaikh Muhammad Nawani
55
Al-Jawi Al-Bantani
i. Kitab Fiqh Al-Ghayatu Wa Al-Taqrib, Karya : Syaikh Abi Syuja
Ahmad Ibn Husain Al-Ashfahani
j. Kitab Syarah Fathul Qarib Al-Mujib, Karya : Syaikh
Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad Ibn Qasim Al-Ghazi
k. Kitab Fiqhul Wadhih, Karya : Prof. Syaikh Muhammad Yunus
l. Kitab Tajwid Batu Ngompal, Karya :Maulana Syaikh Tuan Guru
Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
m. Kitab Hizb Nahdlatul Wathan, Karya : Maulana Syaikh Tuan Guru
Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
n. Kitab Thariqat Hizib Nahdalatul Wathan, Karya : Maulana Syaikh
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
o. Kitab Taklim Al-Muta’allim, Karya : Imam Burhanuddin Al- Islam
Al- Zurnuji
p. Kitab Ayarah Taklim Al-Muta’allim, Karya : Syaikh Ibrahim Ibnu
Ismail
q. Kitab Akhlak Lil Banin
r. Kitab Matan Al-Jurumiyyah
s. Kitab Syarah Mukhtashar Jiddan Limatni Al-Jurumiyyah, Karya :
Syaikh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan
t. Kitab Al-Amtsilah Al-Tashrifiyyah, Karya : Syaikh Muhammad
Makhsum Ibn Ali
56
u. Kitab Astsilatul Jadidah, Karya : Syaikh Al-Halabi
v. Kitab Khulashatul Nur Al-Yaqin Fi Sirati Sayyidil Mursalin, Karya
: Al-Ustadz Umar Abdul Jabbar
6. Kerjasama Kelembagaan Pondok Pesantren Nahdalatul Wathan
a. Departemen Sosial
Dalam bentuk bantuan dan pembinaan panti asuhan
b. Departemen Pendidikan Nasional
Dalam bentuk pembinaan teknis pengembangan pendidikan formal
c. Departemen Agama
Dalam bentuk bantuan operasional panti asuhan
d. Yayasan Darmais
Dalam bentuk bantuan opersional panti asuhan
e. PT. Telkom
Dalam bentuk bantuan pelatihan komputer bagi anak panti asuhan
f. PT.Nawillis dan PT. Perdana Jaya
Dalam bentuk bantuan pembelajaran otomotif bagi siswa-siswi
SMA Nahdlatul Wathan Jakarta
g. Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta
Dalam bentuk bantuan penyuluhan pencegahan penyalahan
narkoba bagi siswa SMP dan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta.
h. Puskesmas Kecamatan Cakung
57
Dalam bentuk bantuan pemeriksaan kesehatan gigi bagi siswa
Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Islam Nahdlatul Wathan
Jakarta.
i. Mercy Corporation
Dalam bentuk donatur rutin berupa beras, tepung dan minyak sayur
untuk panti asuhan.
j. Lembaga Pendidikan Indonesia-Amerika (LPIA)
Dalam bentuk pembelajaran bahasa inggris untuk siswa SMA
Nahdlatul Wathan Jakarta.
k. Asuransi Syariah Bumi Putra
Dalam bentuk kerjasama asuransi siswa SMA Nahdlatul Wathan
Jakarta.
BAB IV
ANALISIS UNSUR-UNSUR DAKWAH PADA PROSES
BELAJAR MENGAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN
NAHDLATUL WATHAN JAKARTA
A. ANALISIS UNSUR-UNSUR DAKWAH
Berdasarkan kondisi pesantren, maka pesantren menjadi cerminan
pemikiran masyarakat dalam mendidik dan melakukan perubahan sosial terhadap
masyarakat. Dampak yang jelas adalah terjadinya perubahan orientasi kegiatan
pesantren sesuai dengan perkembangan masyarakat.
58
Pondok pesantren Nahdaltul Wathan sebagai lembaga pendidikan Islam
yang mengalami perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi perubahan tersebut bukan
berarti sebagai pondok pesantren yang hilang kekhasannya. Secara faktual ada
beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat yaitu
pondok pesantren tradisional, pondok pesantren modern dan pondok pesantren
komprehensif.
Kegiatan sistem pondok pesantren yang dilakukan oleh pondok pesantren
nahdlatul wathan bermuara pada suatu sasaran utama yaitu perubahan baik
individual maupun kolektif. Oleh karena itu pondok pesantren dapat dikatakan
sebagai agen perubaban artinya pesantren sebagai lembaga pendidikan agama
mampu melakukan perubahan terhadap santri.
Perubahan tersebut berupa pemahaman (persepsi) agama, ilmu serta
teknologi serta membekali santri ke arah kemampuan masyarakat siap pakai. .
Untuk memberikan sinergis antara ilmu agama yang membentuk iman dan
taqwa serta ilmu umum sehingga mampu memberikan sumbangan pemikiran dan
mengasah pengetahuan dan teknologi bagi bekal hidup santri, maka pondok
Pesantren berusaha membuka diri dengan menerima sistem-sistem pendidikan
yang baru dan lebih maju.seperti adanya sistem madrasi atau klasikal, kursus-
kursus dan lain sebagainya yang tidak hanya menekankan pada pengembangan
kognitif (pengetahuan) belaka, tetapi juga aspek afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan). Aspek keterampilan tersebut antara lain melalui kursus komputer,
latihan pramuka untuk siswa SD dan SMP Nahdlatul Wathan, latihan PMR untuk
59
siswa Nahdlatul Wathan, latihan paskibra untuk siswa SMA Nahdlatul Wathan,
latihan taekwondo untuk siwa SD,SMP dan SMA Nahdlatul Wathan, latihan
muhadlarah (pidato) untuk santri mukim, latihan membaca rawi (kisah maulid
nabi/ barzanji) untuk santri mukim, belajar otomotif untuk siswa SMA, belajar
elektronika untuk siswa SMP, latihan paskibra untuk siswa SMP dan SMA dan
latihan kesenian islam untuk semua santri, meliputi seni musical shalawat,
marawis, seni baca Al-Qur’an dan seni membaca Al-Barzanji
Segala kegiatan dan kiprahnya pondok pesantren telah berhasil menerapkan
sistem madrasah dan kurikulum modern dalam proses belajar mengajar di pondok
pesantren ini. Sehingga pondok pesantren ini mempunyai peranan besar dalam
menunjang program pemerintah dalam bidang pendidikan.
Dengan dibukanya program pendidikan madrasah pondok pesantren makin
berkembang menjadi besar, ini terlihat dari jumlah siswa/santri yang masuk
mengikuti pendidikan madrasah.
Dalam pengamatan penulis, Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan melaukan
pembelajaran dengan memenuhi seluruh unsur-unsur dakwah. Hal tersebut dapat
dilihat dan dicermati dalam bahasan sebagai berikut:
1. Unsur dakwah yang diterapkan pada proses belajar mengajar santri
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
a) Subjek Dakwah
Mereka adalah alumnus-alumnus Pondok Pesantren Darun Nahdlatain,
pesantren yang bernaung di bawah organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Wathan,
berdiri tahun 1935. Pondok ini didirikan oleh Tuan Guru Kiai Haji Muhammad
60
Zainuddin Abdul Madjid yang juga pendiri Nahdlatul Wathan di Pulau Lombok,
Nusa Tenggara Barat. Dalam operasionalnya, Pondok Pesantren Nahdlatul
Wathan Jakarta didukung oleh 163 orang sumber daya manusia (SDM) yang
diantaranya adalah alumni-alumnni madrasah pondok pesantren Nahdlatul
Wathan yang melanjutkan studinya ke perguruan-perguruan yang lebih tinggi.
b) Objek Dakwah
Santri merupakan elemen dari kultur pondok pesantren yang merupakan
unsur pokok yang tidak kalah pentingnya dari elemen lainya yang ada di pondok
pesantern.
c) Media Dakwah
Media dakwah yang digunakan dalam proses belajar mengajar santri adalah:
1. Pondok merupakan tempat tinggal para santri yang berbentuk
bangunan dan di dalamnya di pisahkan kamar-kamar sebagai tempat tinggal para
santri. Di tempat ini para santri tinggal bersama dan di bawah pengawasan
beberapa ustadz dan guru pembinbing.
2. Asrama untuk para santri tersebut berada dalam lingkunganan
pesantren.
3. Di samping menyediakan pondok santri, juga meyediakan ruang
belajar atau ruang kelas seperti perpustakaan dan bangunan madrasah dan
ruangan untuk kegiatan keagamaan yang lain.
4. Masjid bagi lembaga pendidikan pesantren merupakan bangunan
tempat pusat kegiatan. Selain bangunan sekolah atau madrasah, Masjid dalam
61
pesantren digunakan sebagai unsur yang tidak dapat dipisahkan dari pesantren dan
dianggap sebagai tempat mendidik para santri, terutama untuk praktek
sembahyang lima waktu, khotbah dan sebagai tempat mengajar. Masjid di
samping dijadikan pusat pelaksanaan ibadah juga sebagai tempat latihan membaca
kitab kuning yang merupakan salah satu ciri pesantren. Sebagaimana fungsi dari
masjid pada umumnya di pesantren menggunakan masjid sebagai pusat dari
kegiatan para santri. Begitu juga dengan pondok pesantren Nahdlatul Wathan
yang menggunakan masjid sebagai tempat pusat dari kegiatan santri. Adapun
fungsi dari masjid tersebut di samping sebagai tempat ibadah juga untuk
melaksanakan sholat serta tempat untuk mengajar berbagai ilmu agama Islam para
ustadz, kiyai bagi para santrinya. Selain itu masjid juga digunakan sebagai tempat
untuk bermusyawarah dengan masyarakat atau para santri. 45
d) Materi Dakwah
Materi yang digunakan pada tiap unit pendidikan formal yang dikelola
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan adalah di sesuiakan dengan kurikulum
Departemen Agama Dan Pendidikan Nasional. Sedangkan unit pendidikan non
formal dan informal menggunakan kurikulum lokal yang disusun oleh pondok
pesantren hal ini seperti yang dikemukakan oleh pengasuh pondok pesantren :
“Penerapan tiga jenis kurikulum tersebut yaitu kurikulum pendidikan
Departemen Agama dan Pendidikan Nasional dipakai untuk jenjang pendidikan
tingkat SDI, SMP, dan SMA. Sedangkan Sekolah Menengah Atas menggunakan
45 Wawancara dengan Muslihan Habib, M. Ag. Kepala Pusat Komunikasi dan
Pengembangan Dakwah Nahdlatul Wathan, pada tanggal 6 desember 2009.
62
kurikulum Departemen Agama. Namun selain dua jenis kurikulum tersebut juga
diterapkan kurikulum pondok pesantren seperti pelajaran nahwu dan sorof yang
hanya diterapkan pada tingkat jenjang SMP, dan SMA. Hal ini bertujuan agar para
murid yang tidak tinggal di asrama pemondokan santri juga dapat mengenal ilmu
tata bahasa arab dan methode membaca kitab kuning. Pondok Pesantren Nahdlatul
Wathan seperti pondok pesantren pada umumnya juga menerapkan kurikulum
elementer berupa pelajaran ngaji Al-Qur’an, Tauhid, Fiqih, Akhlaq, Nahwu Sorof,
Balagho, Ushul Fiqih, dan lain-lain.
Namun demikian dengan penerapan tiga jenis kurikulum, bukan berarti
pondok pesantren berhenti begitu saja. Tapi Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
selalu berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dengan melakukan
pembaharuan dan pembenahan di berbagai bidang. Selain itu pengembangan tiga
ranah pendidikan sangat diutamakan yaitu rana kognitif, afektif dan psikomotorif.
Seperti diungkapkan oleh Pengasuh Pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta :
“Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan 24 jam selalu berupaya
membenahi diri dalam berbagai aspek. Hal ini image bahwa orientasi pendidikan
pesantren hanya berhenti pada aspek kognitif (pengetahuan) saja, tetapi aspek
efekti (sikap) sebagai tujuan utama dalam proses pembelajaran pondok pesantren
melalui keteladanan sangat perlu ditingkatkan.
”Tidak hanya itu, perkembangan zaman menuntut santri agar dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat serta menghasilkan output satri yang bekualitas
sehingga santri bisa diterima dengan baik oleh masyarakat dan bisa secara cepat
beradaptasi dalam setiap bentuk perubahan.”
63
e) Metode Dakwah
Metode Pengajaran dan Pendidikan di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
Penyelenggaraan pengajaran yang ada di pondok Pesantren sangatlah perlu
di perhatikan oleh para dewan pengajar guna untuk meningkatkan pelaksanaan
proses pendidikan. Dalam pelaksanaan proses pendidikan, Pondok Pesantren
menerapkan beberapa metode yang lazim digunakan oleh pondok pesantren pada
umumnya.
Selain penerapan metode dan pendekatan pembelajaran diperlukan prinsip
prinsip pengajaran sebagai motifasi dan dasar dalam proses pembelajaran. Prinsip
itu harus digunakan oleh guru dan murid. bahwa:
Demi mendukung optimalisasi proses pencapaian dan pengajaran keilmuan
diperlukan prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan murid. Prinsip yang
digunakan di Pondok Pesantren adalah prinsip belajar yang dikemukakan
Azzarnuji dalam ta’limul muta’allim, yaitu:
Prinsip-prinsip belajar adalah:
1. Penyediaan fasilitas yang meskipun sederhana tapi cukup memadai
2. Bimbingan dan pengarahan dari guru
3. Kemampuan berfikir dan menganalisa masalah
4. Kemauan dan semangat yang mendalam
5. Keuletan menghadapi berbagai cobaan, dan
6. Waktu yang memungkinkan.
Adapun metode pembelajaran yang dilakukan adalah :
a. Metode Ceramah.
64
Metode ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan
oleh seorang guru untuk memberikan informasi ilmu pengetahuan kepada siswa
dengan cara menjelaskan di depan kelas dengan berceramah. Metodc ceramah ini
mampu mempermudah bagi para tenaga pengajar untuk memberikan informasi
dan materi, sementara siswa akan lebih paham dengan materi yang diberikan oleh
guru.
b. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab merupal:an suatu metode pembelajaran yang
dilakukan oleh seorang guru untuk memberikan informasi kepada siswa dan siswa
diharapkan dapat memberikan balikan berupa pertanyaan atau pernyataan,
sehingga siswa marnpu rnemahami tentang apa yang di pelajari.
c. Metode Musyawarah atau Diskusi
Metode Musyawarah atau Diskusi merupakan suatu cara pembelajaran
yang dilakukan oleh seorang guru dalam memberikan inforrnasi yang berkenaan
dengan topik: atau masalah melalui diskusi atau musyawarah. Dari metode ini
diharapkan siswa dapat memecahkan masalah-masalah secara bersama-sama.
d. Praktek Laboratorium.
Praktek Laboratorium merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para siswa
dalam rangka mendukung teori-teori maupun materi-materi yang disampaikan
oleh guru. artinya setiap materi pelajaran yang membutuhkan penerapan secara
langsung ataupun pembuktian secara langsung maka dapat dilakukan dengan
menggunakan Laboratoriurn. Pondok Pesantren telah mengalami perkembangan
dengan sangat pesat baik dalam sistem pendidikan maupun dalam sarana dan
65
prasarananya. Materi pelajaran dan metodenya sepenuhnya dengan sistem modern
dengan dikelola dengan menejemen dan sistem administrasi yang rapi. Pendidikan
secara klasikal sudah diterapkan dan keterampilan keahlian sudah dijadikan
sebagai pokok kajian. Sistem pengajaran dilaksanakan dengan porsi antara
pendidikan agama dan pendidikan umum. Program pengajaran umum telah
mencakup beberapa materi pelajaran yaitu pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan agama, Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Inggris, I'endidikan
Jasmani, Matematika, Ilmu Pengetahun Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam dan
Pendidikan Seni.
Pondok Pesantren juga masih mengembangkan kegiatan berupa program
Kegiatan Kemasyarakatan antara lain;
a. Pengajian majelis taklim kaum bapak dan ibu
b. Pembacaan Hizb Nahdlatul Wathan untuk seluruh santri dan jamaah
c. Pengajian umum bulanan untuk para santri dan jamaah
d. Kegiatan berupa pendidikan ketrampilan yaitu:
1. Kursus Tahsinul Qiro'ah.
2. Koperasi pondok pesantren dengan dikelola oleh para santri.
3. Kegiatan mingguan belajar otomotif bagi siswa SMA
4. Latihan kesenian islam untuk semua santri, meliputi seni
musical shalawat, marawis, seni baca alquran dan seni baca al-
barzanji
5. Latihan pramuka untuk siswa SD dan SMP Nahdlatul Wathan
6. Latihan PMR untuk siswa Nahdlatul Wathan
66
7. Latihan paskibra untuk siswa SMA Nahdlatul Wathan
8. Latihan taekwondo untuk siwa SD,SMP dan SMA Nahdlatul
Wathan
9. Latihan muhadlarah (pidato) untuk santri mukim
10. Latihan membaca rawi (kisah maulid nabi/barzanji) untuk
santri mukim
11. Belajar elektronika untuk siswa SMP
12. Belajar computer untuk siswa SMP dan SMA
13. Latihan paskibra untuk siswa SMP dan SMA
B. Faktor Penghambat Dan Pendukung
1. Faktor Pendukung dan Penghambat dari Aspek Sarana dan Prasarana
Dalam langkah maksimalisi pelaksanaan pendidikan di pondok pesantren,
pengasuh dibantu seluruh komponen keorganisasian pesantren yang terdiri dari
keluarga pesantren, ustadz, santri, masyarakat dan wali santri. Penyelenggaraan
pondok pesantren dilengkapi beberapa fasilitas. Seperti, bangunan-bangunan
lembaga formal dan non formal dan fasilitas-fasilitas lainya untuk yayasan dan
pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, dengan rincian sebagai berikut :
a) Gedung Sekolah
b) Asrama Putra
c) Asrama Pengasuh
67
d) Masjid Hamzanwadi NW
e) Kantor Ponpes, Kantor Ketua, Kantor Panti Asuhan dan Kantor TK
f) Perpustakaan
g) Asrama Pesantren dan Pengasuh
h) Ruang Guru dan Pengasuh
i) Ruang Makan Santri
j) Klinik Kesehatan
k) Warung Koperasi Pesantren
l) Dapur dan Kamar Mandi Panti Asuhan
Kondisi demikian, dalam perkembanganya diakui masih mengalami
permasalahan-permasalahan, di antaranya masih minimnya sarana dan prasarana
untuk mengaktualisasikan pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman, seperti
kelengkapan sarana laboraturium (fisika, biologi, kimia, dan bahasa), komputer
dan peralatan-peralatan lainya. Masih perlu usaha-usaha produktif dalam rangka
membangun kemandirian pesantren.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dari Aspek SDM
Selain itu, sarana yang tidak kalah penting adalah sarana tenaga edukatif
yang masih terbatas. Sarana tersebut adalah sarana sumber daya manusia yang
mampu mengelola dan mengembangkan serta meningkatkan kualitas dan
68
kuantitas santri. Oleh karena itu penambahan sarana di berbagai sektor terus
berlangsung.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dari Aspek Pendanaan
Dalam hal pendanaan, Pondok Pesantren Nahdatul Wathan masih
mengalami banyak hambatan yang berarti. Masih banyak infrastruktur, sarana dan
prasarana yang masih perlu dilengkapi demi lancarnya proses belajar mengajar.
Target Pondok Pesantren Modern seperti Nahdatul Wathan ini tidak hanya
menonjolkan aspek keagamaan, tapi juga memasukkan banyak mata pelajaran
yang memberikan banyak skill dan kemampuan teknis.
Sebagai contoh, sudah lama dimulai program pembelajaran berbasis
komputer. Tapi, ada kendala dalam hal pengadaan komputer. Komputer hanya
bisa dipakai bergantian, karena jumlah komputer yang digunakan untuk praktek
dan jumlah santri tidak seimbang. Hal ini tentu menjadi kendala, meski tidak
menyurutkan semangat para santri untuk meng-update ilmu pengetahuan dan
informasi.
Saat ini, pihak Pondok Pesantren telah berupaya untuk memaksimalkan
berbagai sarana yang dibutuhkan dengan cara melakukan kerjasama. Kerjasama
yang telah dilakukan biasanya tidak bersifat mengikat, atau sumbangan dan
bantuan dari berbagai lembaga, baik dari pemerintah maupun swasta, atau dari
berbagai kalangan serta individu.
Kerjasama yang selama ini dilaksanakan bersifat bantuan operasional, ada
pula yang berbentuk dana segar yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan. Namun, masih bersifat tentatif. Sementara kebutuhan terus ada dan
69
meningkat. Dan tidak mungkin untuk mengikat para santri untuk memberikan
uang bayaran bulanan yang lebih tinggi. Karena sebagian mereka berasal dari
kalangan masyarakat menengah ke bawah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian tentang
Unsur-Unsur Dakwah Pada Proses Belajar Mengajar Santri Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan Jakarta yaitu:
1. Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan sebagai lembaga pendidikan Islam
yang dirintis oleh KH. Suhaidi. Beliau sebagai pendiri, pembina dan sekaligus pengasuh
atau pemimpin pondok pesantren. juga sebagai subjek dakwah (da’i), beliau besarta para
pengurus pondok pesantren dan staf pengajar terus berusaha dan berjuang untuk
meyebarkan agama Islam kepada masyarakat dengan cara mendidik kader-kader Islam
kepada para santri sebagai objek dakwah (mad’u).
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan telah mampu menumbuhkan
kepercayaan masyarakat sekitarnya. Dengan dukungan dan bantuan masyarakat
70
sekitarnya baik moral maupun material. Hal ini terlihat dari adanya media dakwah
(wasilah da’wah) yaitu perpustakaan, gedung-gedung sekolah, sebagai sarana
untuk proses belajar mengajar dan masjid sebagai pusat dari kegiatan para santri.
Untuk pengajaran materi dakwah (maudhu ad-da’wah) mengunakan
kurikulum pesantren sendiri dan kurikulum formal (modern). Pelaksanaan sistem
pendidikan di pondok pesantren nahdlatul wathan adalah wujud hubungan
sinergis antara Pendidikan Umum Dan Pendidikan Agama. Materi yang
digunakan pada tiap unit pendidikan formal yang dikelola pondok pesantren
adalah disesuiakan dengan kirikulum Departemen Agama Dan Pendidikan
Nasional. Sedangkan unit pendidikan non formal dan informal menggunakan
kurikulum lokal yang disusun oleh pondok pesantren. Sedangkan dalam metode
dakwah (uslub), pelaksanaan proses pendidikan Pondok Pesantren menerapkan
beberapa metode yang lazim digunakan oleh pondok pesantren pada umumnya
dan metode-metode yang lain seperti diskusi, ceramah, problem solving, karya
wisata.
2. Seluruh komponen ke-organisasian pesantren yang terdiri dari keluarga
pesantren, ustadz, santri, masyarakat dan wali santri harus saling mendukung
demi berlangsungnya penyelenggaraan pendidikan baik berupa meningkatkan
kualitas sarana tenaga edukatif. Mencari sumbangan dan bantuan dari berbagai
lembaga, baik dari pemerintah maupun swasta, atau dari berbagai kalangan serta
individu. untuk pengadaan, perawatan maupun penambahan fasilitas. Seperti,
bangunan-bangunan lembaga formal dan non formal dan fasilitas-fasilitas lainya
untuk yayasan dan pondok pesantren nahdlatul wathan jakarta. Yang antaran lain,
71
masih minimnya infrastruktur, sarana dan prasarana untuk mengaktualisasikan
pendidikan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
B. Saran
Demi kemajuan lembaga pendidikan Islam umumnya dan Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan khususnya, ada beberapa saran yang penulis ajukan antara lain:
1. Sebagai pondok pesantren yang menjadi kebanggaan masyarakat
penggilingan harus berani bertujuan untuk meningkatkan mutu atau kualitas
pendidikannya, lebih tertib, lebih disiplin. Karena ada baberapa kekurangan
pondok pesantren dari aspek unsur-unsur dakwah yaitu: media dakwah berupa
tulisan seperti majalah atau buletin pondok pesantren, karena media ini berfungsi
untuk menggantikan keberadaan da’i dalam poses dakwah, tulisan dapat menjadi
alat komunikasi anatara da’i dan mad’u dan Audio Visual, seperti pemutaran film-
film bernuansa islami dan mengandung unsur-unsur dakwah yang dilanjutkan
dengan diskusi. karena, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan
pendengaran mad’u.
72
2. Mengembangkan usaha ekonomi produktif yang dapat menunjang
kelangsungan hidup yayasan, Mengembangkan lembaga-lembaga yayasan dan
pondok pesantren Nadhatul Wathan di tempat lain jika dipandang perlu, seperti
yang sudah dilakukan yaitu membuka pesantren di daerah Tambun Utara,
Bekasi, Jawa Barat.
3. Memperluas perpustakaan untuk koleksi buku-buku Islam, kitab –kitab
klasik, buku-buku untuk pendidikan umum, majalah Islam, majalah kesehatan
dan lain sebagainya, Memperluas dan menambah areal (lokasi) yayasan dan
pondok pesantren untuk sarana belajar seperti laboraturium (fisiksa, biologi,
kimia, dan bahasa), komputer dan peralatan-peralatan lainya.
4. Adapun kekurangan dalam skripsi ini adalah kurang terperincinya
penjelasan tetang pendekatan yang dipakai dalam penyusunan kurikulum yang
lebih menekankan kepada segi fungsional yaitu pembinaan atau pelajaran
keterampilan khusus seperti keterampilan kesenian Islam yang meliputi seni
musical shalawat, marawis, seni baca Al-Qur’an dan seni baca Al-Barzanji,
latihan muhadlarah (pidato), belajar otomotif, belajar elektronika, belajar
komputer.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jalil, Maman, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung : CV. Pustaka Setia, Cet. Ke-I, 1997
Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani
Amrullah Ahmad, (editor), Dakwah Islam Dan Perubahan Sosial. Yogyakarta : Primaduta, 1983
Asmuni, syukir. Dasar Dasar Strategi Dakwah Islam. (Surabaya: al-ikhlas, 1983), h. 168.
Anshari, E. S. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam. Jakarta: Usaha Enterprises, 1979
Bachtiar, Wardi. Metode Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997
Bahri, Ghazali. M. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: CV. Prasasti, 2003
Clifford, Geertz. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983. Cet Ke-2, h. 268
Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1983
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, Cet Ke-1
Hasanudin, A.H. Retorika Dakwah dan Pulikasi Dalam Kepemimpinan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982
Jum’ah Amin Abdul Aziz. Fiqh Dakwah, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam. Solo: Intermedia, 1997, cet ke-1.
Lubis, Basrah. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: CV. Tursina, 1993
Madjid Nurchalish. Bilik-bilik Pesantren,Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina, 1997, Cet Ke-6
Madjid. Nurchalish. Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta: Paramadina, 1997, Cet Ke-1
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS, 1994
74
Mulkam, Abdul Munir., Ideologi Gerakan Dakwah. Yogyakarta: Sipress, 1996)cet. Ke-1.
Moleong, Lexy. J. Metodoligi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Cet. XXII,
Nasir, M. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985, Cet. II
Rafiuddin, Maman Abdul Jalil., Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: CV Pustaka Setia, 1997,cet, ke-1
Ridwan Lubis, Muhammad. Pemikiran Soekarno Tentang Islam. Jakarta: C.V. Mas Agung, 1992
Sasono, Adi. Solusi Islam atas Problemantika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press, 1998 cet. Ke-1
Shihab, M. Quraih. Membimukan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Media Utama,1994.
Said bin Ali Kotani. Dakwah Islam Bija., Jakarta: Gema Insani Press, 1994
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta, 1993, Edisi Revisi II
Surakhmad, Winarto. Pengantar Penelitian Ilmiyah. Bandung : Tarsito, 1980, Cet. VII
Slmaet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rinerka Cipta, 1991, cet. 2
Sudjana, Anas. Apa dan Bagaimana Mengajar. Bandung: Ideal, 1975, cet. 1
Sudjana, Anas. Metode Riset Dan Bimbingan Skripsi. Yogyakarta : Reproduksi UD Rama, 1980
Sudjana. Nana. Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung. PT. Sinar Baru, 1989
Steenbrink, Karel. A. Pesantren Madrasah Sekolah. Jakarta: LP3ES, 1986, cet. Ke-1
Sudjana, Anas. Metode Riset dan Bimbingan Skripsi, Yogyakarta: Reproduksi UD Rama, 1980
Surakhmad, Winarto, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, Cet. VII, 1980
Slamet, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991, Cet Ke-2
75
76
Syukri, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Prata Media, 1997
Tim Penyusun Kamus. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999, Edisi Kedua, Cet. Ke-10
Tim Penulis. Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) CeQDA, Cet.I, 2006.
Uzer Usman, Moh. et. Al., Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 1993, cet. 1
Yahya, Toha. Ilmu Dakwah. wijaya : jakarta, cet. Ke-V, 1992
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan dan Penterjemahan atau Penafsiran Al-Qur’an Depag, 1978
Yunus, Mahmud. Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Dan Penterjemahan Atau Penafsiran Al Qur’an Depag, 1973
Zamakhsyari, Dhofier. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1982, cet. Ke-1.
Ahmad Rohani HM., Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet.1.
Wawancara dengan Muslihan Habib, M. Ag. Kepala Sekoah SMA dan Kepala Pusat Komunikasi dan Pengembangan Dakwah Nahdlatul Wathan.
Drs. H.M. Suhaidi. Ketua Yayasan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
Jakarta