4
ABSTRAKSI KEGIATAN KAJIAN 2012 I. Judul Kegiatan KAJIAN PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERDESAAN II. Latar Belakang Suatu hal bersifat kumuh dapat dipahami sebagai suatu kondisi fisik yang buruk/rendah sebagai dampak atau akibat beberapa faktor penyebab baik fisik maupun non fisik. Kawasan permukiman kumuh dapat dijelaskan sebagai kawasan permukiman yang tidak tertata dan mempunyai kepadatan bangunan yang tinggi didominasi rumah tidak sehat disertai kepadatan penduduk yang tinggi. Sebagai gambaran di pulau Jawa, kriteria kumuh dapat dilihat dari tingkat kepadatan bangunan yang mencapai lebih dari 300 bangunan/Ha, dengan kepadatan penduduk lebih dari 1500 jiwa/Ha. Sementara ditinjau dari akses kepada sarana/prasarana sangat terbatas, dalam arti kurang dari 50% penduduk dapat mengakses sarana/ prasarana tersebut. Kemudian ditinjau dari kualitas sarana/ prasarana tidak memadai ditinjau dari kondisi sarana/prasarana yang hanya mampu melayani kurang dari 50% kebutuhan dengan kualitas kurang dari 50% dalam kondisi normal. Sementara itu, Pasal 94 ayat 1, 2 dan 3 UU No. 1 tahun 2011 dijelaskan bahwa: (1)Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman.

Abstraksi Kegiatan Kajian 2012

Embed Size (px)

DESCRIPTION

random

Citation preview

ABSTRAKSI KEGIATAN KAJIAN 2012I. Judul Kegiatan

KAJIAN PENANGANAN KAWASAN KUMUH PERDESAAN

II. Latar BelakangSuatu hal bersifat kumuh dapat dipahami sebagai suatu kondisi fisik yang buruk/rendah sebagai dampak atau akibat beberapa faktor penyebab baik fisik maupun non fisik. Kawasan permukiman kumuh dapat dijelaskan sebagai kawasan permukiman yang tidak tertata dan mempunyai kepadatan bangunan yang tinggi didominasi rumah tidak sehat disertai kepadatan penduduk yang tinggi. Sebagai gambaran di pulau Jawa, kriteria kumuh dapat dilihat dari tingkat kepadatan bangunan yang mencapai lebih dari 300 bangunan/Ha, dengan kepadatan penduduk lebih dari 1500 jiwa/Ha. Sementara ditinjau dari akses kepada sarana/prasarana sangat terbatas, dalam arti kurang dari 50% penduduk dapat mengakses sarana/ prasarana tersebut. Kemudian ditinjau dari kualitas sarana/ prasarana tidak memadai ditinjau dari kondisi sarana/prasarana yang hanya mampu melayani kurang dari 50% kebutuhan dengan kualitas kurang dari 50% dalam kondisi normal.

Sementara itu, Pasal 94 ayat 1, 2 dan 3 UU No. 1 tahun 2011 dijelaskan bahwa:

(1) Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman.

Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan pada prinsip kepastian bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan/atau memiliki tempat tinggal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2)Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.

Selanjutnya, pada Pasal 95 ayat 1 UU yang sama mengamanatkan bahwa pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru mencakup:

a) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi;

b) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;

c) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum; dan

d) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

Selain itu, pada Pasal 95 ayat 2 disebutkan bahwa upaya pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:

a) pengawasan dan pengendalian; dan

b) pemberdayaan masyarakat.Dengan demikian, sudah sangat jelas bahwa upaya pencegahan berkembangnya kawasan kumuh di perdesaan, pada hakekatnya bermuara kepada upaya pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan dan kawasan permukiman di perdesaan serta upaya untuk memberdayakan masyarakat agar kehidupan sosial ekonominya lebih baik dengan harapan masyarakat akan lebih tertarik untuk menjaga lingkungannya setelah kondisi sosial ekonominya menjadi lebih terjamin.III. Maksud dan Tujuan

A. Maksud

Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun kajian penanganan kawasan kumuh perdesaan dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

B. Tujuan

Tujuan pelaksanaan kegiatan ini, antara lain:

a.Mewujudkan kawasan permukiman di perdesaan yang lebih tertib, tertata dan terencana, sebagai bagian dari kawasan perdesaan.

b.Mendorong percepatan peningkatan kemampuan perangkat pelaksana pembangunan didaerah serta kemampuan swadaya masyarakat dalam mempertahankan lingkungan rumahnya agar tidak kumuh.

c.Memberikan kepastian hukum dalam bermukim (security of tenure) melalui penataan dan penggunaan lahan permukiman secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.IV. Sasaran

Pemerintah Daerah dan stakeholder terkait penataan permukiman kumuh perdesaan.V. Keluaran

Keluaran yang dihasilkan adalah masukan teknis penanganan kawasan kumuh perdesaan.