Upload
farizprayogi
View
45
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Geomorf 10
Citation preview
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 88
PEMETAAN GEOMORFOLOGI SISTIMATIS UNTUK STUDI GEOLOGI
Oleh :
Suroso Sastroprawiro dan Bambang Kuncoro
Tujuan Instruksional Khusus :
Dapat membuat peta geomorfologi terutama untuk tujuan
menunjang kondisi geologinya dan dapat pula dikembangkan
untuk berbagai tujuan aplikasi.
ADA APA DENGAN PEMETAAN GEOMORFOLOGI?
Permasalahan yang muncul dalam pemetaan geomorfologi, antara lain :
1. Persepsi tentang pemetaan geomorfologi.
2. Klasifikasi satuan peta geomorfologi yang dapat memperlihatkan karakteristik
bentuk lahan, proses – proses yang bekerja dan tahapan dari bentuk lahan
tersebut.
3. Keseragaman penyajian peta geomorfologi.
4. Manfaat atau kegunaan peta geomorfologi.
Selanjutnya harus bagaimana ? Jawaban terhadap isu atau permasalahan tersebut
diatas adalah bahwa :
1. Persepsi tentang pemetaan geomorfologi harus didekati dengan pemahaman
secara baik dan benat mengenai konsep dasar geomorfologi, tentunya seiring
dengan perkembangan dan cakupan geomorfologi saat ini.
2. Klasifikasi satuan peta geomorfologi yang akan digunakan tentunya yang
mencakup aspek – aspek utama didalam geomorfologi dqan sesuai dengan
kondisi proses – proses yang dominant yang berlangsung di Indonesia.
3. Keseragaman penyajian peta geomorfologi harus didasarkan pada tujuan
pembuatan peta geomorfologi dan skala peta yang digunakan.
4. Manfaat atau kegunaan peta geomorfologi tergantung pada tujuan dan siapa
pembuat peta geomorfologi tersebut.
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 89
Jadi ada empat hal penting yang harus dipahami, yaitu :
1. konsep dasar geomorfologi.
2. Aspek – aspek geomorfologi.
3. Tujuan dan skala peta.
4. Pembuat peta geomorfologi.
Senarai :
1. Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai.
2. Skala peta merupakan perbandingan jarak peta dengan jarak sebenarnya
yang dinyatakan dalam angka, garis atau gabungan keduannya. Skala
bermakna terhadap tingkat perincian peta.
3. Pembuat peta geomorfologi artinya orang yang membuat peta geomorfologi
dan tentunya dipengaruhi oleh tujuan dan latar belakang disiplin yang
dimilikinya.
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Pemetaan adalah kegiatan pemrosesan data survey sampai menyajikannya
menjadi geoinformasi. Jadi pemetaan dapat dilakukan dilapangan atau distudio.
Pemetaan geomorfologi adalah usaha pembuatan peta geomorfologi dengan
tujuna untuk mengenal, memeri, melokalisir dan menggambarkan setiap aspek
bentuk lahan pada peta berdasarkan kesamaan sifat dan perwatakan yang
dicermninkan oleh struktur geologi dan kesan topografi. Caranya dapat lansung
survey dilapangan (pengukuran dan pengamatan) dan tidakmlangsung ( interpretasi
peta topografi/rupa bumi dan indera jauh).
Jadi, peta geomorfologi adalah peta tematik yang menggambarkan
permukaan bumi dalam satuan – satuan bentuk lahan dengan selalu
mempertimbangkan faktor jenis litologi penyusun, proses endogen dan proses
eksogen dalam berbagai skala.
Senarai :
1. Survei adalah kegiatan mengumpulkan, mencari atau mendapatkan data.
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 90
2. Interpretasi adalah mengungkap sesuatu dibalik fakta, jadi interpretasi itu
ilmiah.
3. Gaya endogen (endogenous force) adalah tenaga berasal dari dari dalam
bumi yang menyebabkab terjadinya pergerakan, pensesaran, perlipatan dan
vulkanisme dipermukaan bumi.
4. Gaya eksogen (exogenous force) adalah tenaga yang berasal dari luarb bumi
yang menyebabkan terjadinya perubahan dipermukaan atau dekat dengan
permukaan bumi, seperti pelapukan, erosi, abrasi dan denudasi.
BATASAN GEOMORFOLOGI
Sutikno (1990) menjelaskan perkembangan definisi geomorfologi dari berbagai pakar
geomorfologi, yaitu seperti pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Batasan atau definisi geomorfologi
PENELITI BATASAN GEOMORFOLOGI
Lobeck (1939) Geomorfologi adalah studi tentang bentuk lahan.
Worcester (1939)
Geomorfologi adalah deskripsi dan penafsiran genetic
dari bentuk – bentuk relief bumi, mencakup bentuk relief
didaratan dan dibawah permukaan laut.
Thornbury (1954)
Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan tentang bentuk
lahan.
Cooke, et al (1974) Geomorfologi adalah studi mengenai bentuk lahan dan
terutama tentang sifat alami, asal mula, proses
perkembangan dan komposisi materialnya.
Zuidam, et al (1979) Geomorfolgi adalah studi yang menguraikan bentuk
lahan dan proses yang mempengaruhi
pembentukkannya serta menyelidiki hubungan timbal
balik antara bentuk lahan dan proses dalam tatanan
keruangan
Verstappen (1983) Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan bentuk lahan sebagai pembentuk muka bumi,
baik diatas maupun dibawah laut dan menekankan pada
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 91
genesa dimasa depan dan dalam konteks ke lingkungan.
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 92
Berdasarkan tabel 1 diatas, maka kajian geomorfologi mencakup :
1. Obyek kajian yang utama adalah bentuk lahan (landform) sebagai penyusun
konfigurasi permukaan bumi.
2. Proses sekarang, genesa serta mencakup aspek lingkungan dan aspek
spasial.
KLASIFIKASI BENTUK LAHAN
Perkembangan klasifikasi bentuk lahan seperti tertuang pada tabel 2 di bawah ini
(Widiyanto dan Suprapto Dibyosaputro, 1991).
Tabel 2 Dasar klasifikasi bentuk lahan
PENULIS/PENELITI DASAR KLASIFIKASI
Dana, 1863 Topografi yang mengarah untuk deskripsi fisiografi.
Davis, 1884 Struktur geologi dan tingkat erosi.
Powel, 1895 Genesa yang terdiri dari vulkanisme, diatropisme dan
gradasi.
Davis, 1899 -1900 Genesa yang terdiri dari struktur horizontal dan struktur
yang terganggu (perlipatan/pensesaran).
Johnson, 1904 Genesa yang terdiri dari konstruksional dan
destruksional.
Herberton, 1911 Penutup permukaan struktur geologi dan bentuk
permukaan.
Lobeck, 1939 Genesa yang terdiri dari konstruksional dan
destruksional
Desaunnetes, 1977 System pembentukan lahan, proses dan topografi
Verstappen,1985 Mengkaitkan antara struktur geologi dan proses secara
bersama dalam pembentukan bentuk lahan disertai
keterangan tentang morfometri, morfografi,
morfogenesa dan morfokronologi.
Berdasarkan berbagai klasifikasi bentuk lahan tersebut, maka dapat diketahui
bahwa:
1. Dasar klasifikasi tersebut ada yang sama, berbeda-beda dan bahkan saling
melengkapi.
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 93
2. Mempunyai tujuan sama, yaitu mempermudah dalam penelitian geomorfologi
dengan membagi bentuk lahan kedalam satuan – satuan bentuk lahan.
3. Sataun bentuk lahan mencakup 3 sifat dan perwatakan yang sama, yaitu
struktur geologi, proses dan kesan topografi.
4. Bentuk lahan dipengaruhinoleh tiga faktor utama yang saling berbenturan,
yaitu jenis litologi, proses endogen dan proses eksogen. Dalam kenyataannya
dapat terjadi salah satu faktor mendominasi faktor yang lain.
Selanjutnya menggunakan dasar klasifikasi yang mana?
Klasifikasi yang diajukan oleh pakar dari ITC seperti Verstappen (1970), Verstappen
dan Zuidam (1975), Zuidam dan Cancelado (1979), Zuidam (1983) serta Verstappen
(1985) mempunyai ciri :
1. Klasifikasinya bersifat terbuka.
2. Mencakup berbagai aspek geomorfologi.
3. Penelitiannya banyak dilakukan di Indonesia.
4. Penekanan satuan bentuk lahan berdasarkan genesa.
5. Sistem klasifikasinya memungkinkan diterapkan dalam berbagai skala dan
berbagai tujuan kegunaan.
Ciri – ciri tersebut diatas mempermudah dalam penbelitian geomorfologi serta
mencakup tiga sifat dan perwatakan yang utama,yaitu struktur geologi, proses dan
kesan topografi. Jauh telah mengakomodasi aspek kualitatif/genetik dan
kuantitatif/morfometri serta gabungan, baik didaerah tropis, subtropis, kering dan
agak kering.
Alasan lain yang mendukung penggunaan klasifikasi ITC adalah bahwa klasifikasi
yang diajukan oleh ITC termasuk katagori klasifikasi gabungan dari beberapa system
yang ada. Artinya telah mencakup/melengkapi kalsifikasi – klasifikasi yang ada, yaitu:
1. Klasifikasi secara kualitatif/genetik, antara lain diajukan oleh Davis(1884,
1900), Powel (1895), Johnson (1904), Herberton (1911), Lobeck (1939),
Desaunettes (1977), Zuidam (1979, 1983) dan Verstappen(1985).
2. Klasifikasi secara kuanitatif/morfometri, antara lain diajukan oleh Darymple
(1968), Desaunettes (1977), Zuidam (1979, 1983) dan Verstappen(1985).
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 94
Dalam penyusunan peta geomorfologi, faktor pemanfaatan dan penampilannya perlu
dipertimbangkan. Klasifikasi ITC memungkinkan untuk itu, yaitu antara lain :
1. Dapat dipakai untuk aneka tipe terrain dan fleksible.
2. Dapat dipakai dalam berbagai cara.
3. Sederhana dan informative.
Untuk Pemetaan Geomorfolgi ini yang bertujuan untuk kepentinag penelitian geologi,
artinya bahwa pembuatan peta geomorfologi bertujuan untuk menunjang
pemahaman kondisi geologinya, maka klasifikasi dari ITC dapat dipergunakan.
KEGUNAAN PETA GEOMORFOLOGI
Kegunaan peta geomorfologi dapat bersifat umum dan khusus. Sumbangan bersifat
umum lebih menekankan pada kegunaan kajian yang bersifat analitik dan sintetik,
sedangkan sumbangan yang bersifat khusus berorientasi pada aspek terapan yang
bersifat pragmatik.
Pendekatan analitik menyajikan satuan – satuan pemetaan dan informasi
geomorfologi yang meliputi aspek – aspek geologi utama, yaitu morfometri,
morfografi, morfogrnrsa, morfokronologi, dll. Pada pendekatan analitik satuan bentuk
lahan diklasifikasikan berdasdarkan genesannya.
Pendekatan Sintetik merupakan suatu survey multidisiplin yang menyajikan
informasi terraindalam konteks lingkungan dan hubungannya dengan ekologi bentuk
lahan. Pada pendekatan ini diperoleh empat tingkatan klasifikasi, yaitu terrain, unit
terrain,system terrain,profinsi terrain.
Pendekatan pragmatik merupakan gabungan dari pendekatan analitik dan sintetik.
Berbagai contoh pendekatan pragmatik untuk tujuan – tujuan pemetaan kelerengan,
keterlintasan jalan, survey penutup lahan, pemetaan morfokonservasi, pemetaan
hidromorfologi, pemetaan bahaya banjir, pemetaan bahaya letusan gunungapi dan
bahaya alam lainya.
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 95
Catatan :
Dalam pembuatan peta geomorfologi perlu diketahui terlebih dahulu, yaitu :
1. Apakah peta geomorfologi dibuat untuk tujuan umum atau khusus?
2. Apakah peta geomorfologi tersebut dibuat oleh ahli geologi atau non geologi?
Salah satu hal yang dapat dicermati adalah bahwa data/informasi geologi untuk peta
geomorfologi :
1. Apabila dibuat oleh ahli geologi, maka statusnya adalah merupakan data
primer.
2. Apabila dibuat oleh non ahli geologi, maka statusnya sebagai data sekunder.
Senarai :
1. Peta geomorfologi menggambarkan aspek – apek utama lahan atau terrain
disajikan dalam bentuk symbol, huruf dan angka, warna, pola garis, dan hal itu
tergantung pada tingkat kepentingan masing – masing aspek.
2. Peta geomorfologi memuat aspek – aspek yang dihasilkan dari system survey
analitik (diantaranya, morfologi dan morfogenesa) an sintetik (diantaranya
proses geomorfolog, tanah/soil, tutupan lahan).
3. unit utama geomorfologi (geomorfological main unit) adalah kelompok bentuik
lahan didasarkan atas bentuk asalnya (structural, denudasional, fluvial, marin,
karst, angina dan es).
ASPEK – ASPEK GEOMORFOLOGI
Menurut Verstappen (1985) ada empat aspek utama dalam analisa pemetaan
geomorfologi yaitu :
1. Morfologi : studi bentuk lahan yang mempelajari relief secara umum dan meliputi
:
a. Morfografi adalah susunan dari obyek alami yang ada dipermukaan bumi,
bersifat pemerian atau deskriptifsuatu bentuklahan, antara lain lembah,
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 96
bukit,perbukitan, dataran, pegunungan, teras sungai, beting pantai, kipas
alluvial, plato, dan lain –lain.
b. Morfometri adalah aspek kuantitatif dari suatu aspek bentuk lahan, antara
lain kelerengan, bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian, beda tinggi, bentuk
lembah, dan pola pengaliran.
2. Morfogenesa : asalusul pembentukan dan perkembangan bentuk lahan serta
proses – proses geomorfologi yang terjadi, dalam hal ini adalh struktur geologi,
litologi penyusun dan proses geomorfologi merupakan perhatian yang penuh.
Morfogenesa meliputi :
a. Morfostruktur pasif, bentuk lahan yang diklasifikasikan berdasarkan tipe
batuan maupun struktur batuan yang ada kaitannya dengan denudasi
misalnya mesa, cuesta, hogback and kubah.
b. Morfostruktur pasif, berupatenaga endogen seperti pengangkatan,
perlipatan dan pensesaran. Dengan kata lain, bentuk lahan yang berkaitan
erat dengan hasil gaya endogen yang dinamis termasuk gunung api, tektonik
(lipatan dan sesar), missal : Gunugapi, punggungan antiklin dan gawir sesar.
c. Morfodinamik, berupa tenaga eksogen yang berhubungan dengan tenaga
air, es, gerakan masa dan kegunungapian. Dengan kata lain, bentuk lahan
yang berkaitan erat dengan hasil kerja gaya eksogen ( air, es, angin, dan
gerakan tanah), missal gumuk pasir, undak sungai, pematang pantai, lahan
kritis.
3. Morfokronologi merupakan urutan bentuk lahan atau hubungan aneka ragam
bentuklahan dan preosesnya yang ada dipermukaan bumi sebagai hasil dari
proses geomorfologi. Penekanannya pada evolusi (ubahangus) pertumbuhan
bentuk lahan.
4. Morfokonservasi adalah hubungan antara bentuk lahan dan lingkungan atau
berdasarkan parameter bentuk lahan, seperti hubungan antara bentuk lahan
dengan unsure bentuk lahan seperti batuan, struktur geologi, tanah, air, vegetasi
dan penggunaan lahan.
Atas dasar aspek –aspek geomorfologi tersebut diatas, maka karakteristik bentuk
lahan dapat diklasifikasikan menjadi delapan bentuk lahan utama berdasarkan
genesanya, yaitu :
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 97
No Bentukan Asal Simbol Pewarnaan Bentuk
1
2
3
4
5
6
7
8
Bentuk asal Vulkanik
Bentuk asal Stuktural
Bentuk asal Fluvial
Bentuk asal Marine
Bentuk asal Solusional
Bentuk asal Denudasional
Bentuk asal Aeolian
Bentuk asal Glasial
( V )
( S )
( F )
( M )
( K )
( D )
( A )
( G )
Merah
Ungu
Biru tua
Hijau
Orange
Cokelat
Kuning
Biru muda
ANALISIS BENTUKLAHAN
Sistematika analisa bentuklahan perlu memperhatikan tiga hal, yaitu :
1. Analisis harus dikerjakan secara bertahap.
2. Mulailah dari hal yang bersifat umum hingga hal – hal yang bersifat
khusus.
3. Lakukan analisis dari bentuk – bentuk yang diketahui hungga bentuk –
bentuk yang sulit atau yang belum diketahui.
Tahapan analisis bentuklahan yang dibuat oleh ahli geologi untuk kepentingan
geologi adalah sebagai berikut:
1. Interpretasi peta dasar (Peta rupa Bumi)
a. Diawali dengan interpretasi pola pengaliran secara maksimal, perhatian
ditunjukan kepada pola pengaliran dasar atau ubahan, penyimpangan aliran,
tekstur pengaliran, bentuk lembah. Pada tahap ini analisis pola pengaliran
memberikan petunjuk mengenai bentuk lahan, litologi, struktur geologi, proses
geologi, resistensi batuan, kemiringan bidang lapisan dan proses fluvial (
Tabel 3 ).
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 98
Tabel 3 Hubungan aspek – aspek pola pengaliran dan makna geologi
ASPEK POLA
PENGALIRAN
MAKNA GEOLOGI MODEL
Pola Pengaliran Fungsi dari litilogi, struktur dan
proses geologi
Howard (1967)
Penyimpangan Aliran Fungsi dari resistensi batuan,
struktur geologi, bidang perlapisan
Howard (1967)
Tekstur Pengaliran Fungsi dari litologi (ukuran butir dan
permeabilitas).
Way (1968)
Tempat Mengalir Fungsi dari proses fluvial Thonbury (1954)
Bentuk Lembah
Sungai
Fungsi dari litologi ( ukuran butir ) Zuidam (1979)
b. Lakukan pemerian bentuk lahan, apakah berupa lembah, bukit, dataran,
pegunungan dan lain lain. Pada tahapan ini aspek morfografi dapat
ditentukan.
c. Lakukan pengukuran kelerengan, bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian,
jarak antara bukit, arah punggungan, bentuk lembah dan tingkat pengikisan.
Pada tahap ini aspek morfometri dapat ditentukan.
d. Perhatikan ciri – ciri garis kontur, bagaimana kerapatannya, pola
kemenerusannya dan hubungan pola garis kontur pada sungai atau lembah.
Pada tahap ini akan memberikan petunjuk mengenai bentuk lahan, struktur
geologi, litologi dan pola kedudukan bidang lapisan.
e. Setelah tahap ini aspek morfogenesa secara tidak langsung sudah dapat
diketahui, yaitu melalui interpretasi pola pengaliran dan karakteristik garis
kontur.
f. Kemudian lakukan deliniasi dan sampai tahap ini sudah dihasilkan peta
geomorfologi tentatif (Tabel 4 & 5).
2. Kerja Lapangan
a. Tahap kerja lapangan ditentukan untuk memperoleh data dari setiap satuan
bentuk lahan, sekaligus menguji peta tentative hasil tafsiran di studio.
b. Data pada setiap satuan bentuk lahan yang perlu diperoleh antara lain:
Pengukuran morfometri langsung dilapangan.
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 99
Pengamatan litologi, kedudukan lapisan, struktur geologi, dan proses –
proses fluvial.
3. Kerja Studio/Laboratorium
Pada tahap ini dilakukan interpretasi ulang terhadap peta tentative setelah
mendapatkan data lapangan secara langsung, misal membetulkan tafsiran yang
keliru atau menegaskan hal – hal yang masih riragukan (seperti batas satuan
bentuklahan, dll).
4. Penyusunan laporan
Dilakukan sesuai kebutuhan dan tujuan pembuatan peta geomorfologi.
Tabel 4 Cara penamaan satuan batuan bentuklahan
ASPEK GEOMORFOLOGI DATA/FAKTA SATAUN BENTUKLAHAN
1. Morfografi Datar
Berdasarkan 1-2-3-4-5
Dataran Aluvial
2. Morfometri 0 – 2 %
3. Morfostruktur pasif
(litologi)
Material lepas
4. Morfostruktur aktif
(struktur geologi)
Lapisan
Horisontal
Berdasarkan 1-2-3-4-5-6
Kipas Aluvial 5. Morfodinamis (proses–
proses)
Fluvial
6. Situs topografi (hubungan
sekitar)
Pada kaki
gunung
Berdasarkan 1-2-3-4-5-7
Dataran Delta 7. Situs geografi (morfo-
asosiasi)
Pada muara
sungai
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 100
Tabel 5. Cara penamaan satuan bentuklahan
ASPEK
GEOMORFOLOGI
DATA/FAKTA SATUAN
BENTUKLAHAN A B
1. Morfografi
(konfigurasi
permukaan)
Lembah
Bukit/Gunung
A. Berdasarkan 1-2-3-
4-5 ( 4 lebih dominant
dari 3 ) maka
dinamakan lembanh
antiklin menunjam
berelief curam.
2. Morfometri 45 – 65 % 25 – 35 %
3. Morfostruktur pasif
(litologi)
Batuan
sediment
klastika
berbutir kasar
(breksi,
batupasir,
batulempung
<<)
Batuan
sediment
klastika berbutir
sedang (batu-
pasir berlapis)
4. Morfostruktur aktif
(struktur geologi)
Antiklin
Menunjam >>>
Sinklin/homoklin
>>>
B. Berdasarkan 1-2-3-
4-5 (4 lebih dominant
dari 3 ) maka
dinakmakan
Perbukitan/punggungan
sinklin/ homoklin
berelief seang
5. Morfodinamis
(proses)
Fluvial <<< Fluvial <<<
Catatan : >>> dominan
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 101
PERSYARATAN TEKNIS
Peta geomorfologi dapat dibuat berdasarkan hasil interpretasi inderaan
jauh, peta topografi dan atau pengamatan/penelitian lapangan yang disajikan dalam
bentuk gambar, melalui proses dan kaidah kartografi. Mengacu pada STANDAR
NASIONAL INDONESIA (SNI) Penyusunan Peta Geomorfologi nomor SNI 13-6185-
1999, maka ada 3 hal utama didalam persyaratan teknis teknis pembuatan peta
geomorfologi, yaitu penyiapan peta, penyajian peta dan symbol
PENYIAPAN PETA
Pada tahap penyusunan peta geomorfologi, semua unsure yang menjadi
persyaratan dalam pembuatan peta harus dimasukkan dan disesuaikan dengan
ketersediaan ruang pada lembar peta. Rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Sumber data ; yang diperlukan dalam pelaksanaan pembuatan peta
geomorfologi, diantaranya : peta rupa bumi, foto udara, citra satelit dan lain –
lain. Peta rupabumi yang digunakan mengacu pada system penomoran
lembar peta Bakosurtanal.
2. Sistem referensi koordinat : mengacu kepada system referensi geodetic
nasional yang telah ditetapkan oleh Bakosurtanal.
3. Ukuran lembar peta : batas ukuran dan lembar peta ditentukan berdasarkan
koordinat, untuk skala 1 : 250.000 adalah 1,5 x 1 derajat, skala 1 : 100.000
adalah 30 x 30 menit, skala 1 ; 50.000 adala 15 x 15 menit, sedangkan untuk
skala 1 : 25.000 adalah 7,5 x 7,5 menit.
4. Pemerian geomorfologi ; unsure geomorfologi yang tercanyum dalam peta
geomorfologi meliputi satuan batuan geomorfologi (bentuk asal dan bentuk
lahan), morfologi, jenis batuan, proses geomorfologi, tanah/soil dan tutupan
lahan.
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 102
PENYAJIAN PETA
Penyajian peta disusun menurut bagan tata letak sesuai gambar 1.
Perubahan tata letak dapat dilakukan selama proses pengkartografian dengan
ketentuan peta geomorfologi memuat :
1. Judul peta. 2. Cakupan foto udara/citra satelit.
3. Nama dan nomor lembar peta. 4. Nama penyusun dan tahun
terbitan.
5. Instansi penerbit/ pimpinan instansi. 6. Daftar istilah toponimi.
7. Peta geomorfologi 8. Penampang geomorfologi.
9. Garis penampang geomorfologi (A-
B-C).
10. Perian satuan geomorfologi.
11. Peta Lokasi daerah penelitian. 12. Simbol.
13. Lokasi indeks lembar peta. 14. Sumber data.
15. Skala peta. 16. Nama Penelaah.penyunting dll.
Gambar 1. Contoh tat letak peta geomorfologi
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 103
SIMBOL
Simbol merupakan tanda yang dipergunakan untuk mengutarakan informasi
geomorfologi pada peta, berupa huruf dan angka, warna garis dan corak, yaitu :
1. Huruf dan angka : digunakan untuk menunjukkan satuan geomorfologi. Huruf
digunakan untuk menunjukkan bentukan asal dari satuan bentuk lahan. Angka
digunakan untuk menunjukkan jenis bentuk lahan pada masing – masing
bentukan asal (Tabel 6). Contoh penamaan satuan peta, missal V.1.1, artinya
v adalah bentukan asal gunungapi dan angka 1 adalah jenis bentuklahan
(kerucut gunungapi), sedangkan .1) adalah bentuklahan rinci.
2. Warna : digunakan untuk membedakan satuan bentuk asal (Tabel 6.). Untuk
masing – masing bentuk lahan diberi symbol warna gradasi dari tua ke muda
sesuai dengan warna dasar bentukan asal.
3. Garis : digunakan untuk mengekspresikan elemen – elemen geomorfologi dan
batas sataun peta geomorfologi.
Tabel 6. Simbol Huruf dan warna unit utama geomorfologi
UNIT UTAMA KODE/HURUF WARNA
Bentukan asal struktur S (Struktur) Ungu
Bentukan asal gunungapi V (Volkanik) Merah
Bentukan asal denudasi D (Denusadi) Coklat
Bentukan asal laut M (Marin) Biru
Bentukan asal sungai/fluvial F (Fluvial) Hijau
Bentukan asal angin A (Angin) Kuning
Bentukan asal karst K (Karst) Orange
Bentukan asal glasial G (Glasial) Biru terang
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 104
Klasifikasi bentuk lahan menurut Budi Brahmantyo dan Bandhono(1992):
Tabel .7.
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 105
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 106
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 107
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 108
CONTOH NAMA SATUAN BENTUKLAHAN,
DIRINCI BERDASARKAN BENTUKAN ASAL
NO PROSES
GEOMORFOLOGI BENTUKAN
ASAL KODE
NAMA BENTUKLAHAN (Diantaranya ada litologi
belum tercantum)
1 A.ENDOGEN
1. Volkanisme
2. Diastrophisma
Volkanik
V1 Kepundan
V2 Kerucut Vulkanik
V3 Lereng Vulkanik Atas
V4 Lereng Vulkanik Tengah
V5 Lereng Vulkanik Bawah
V6 Kaki Vulkanik
V7 Dataran Kaki Vulkanik
V8 Datarn Fluvial Vulkanik
V9 Padang Lava
V10 Padang Lahar
V11 Lelehan Lava
V12 Aliran Lahar
V13 Dataran Antar Vulkanik
V14 Dataran Tinggi Lava
V15 Planezea
V16 Padang Abu, Tuff, Lapilli
V17 Solfatar
V18 Fumarol
V19 Bukit Vulkanik
Terdenudasi
V20 Leher Vulkanik
V21 Sumbat Vulkanik
V22 Kerucut Parasiter
V23 Baranko
Struktural
S1 Blok Sesar
S2 Gawir Sesar
S3 Gawir Garis Sesar
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 109
S4 Pegunungan Antiklin
S5 Perbukitan Antiklin
S6 Pegunungan Sinklinal
S7 Perbukitan Sinklinal
S8 Pegunungan Monoklinal
S9 Perbukitan Monoklinal
S10 Pegunungan Dome
S11 Perbukitan Dome
S12 Dataran Tinggi ( Plato )
S13 Kuesta
S14 Hogback
S15 Flat Iron
S16 Lembah Antiklin
S17 Lembah Sinklinal
S18 Lembah Subsekuen
S19 Horst ( Tanah Sembul )
S20 Graben ( Tanah Terban )
2 B. EKSOGEN
Denudasional
Denudasional
D1 Perbukitan Terkikis
D2 Pegunungan Terkikis
D3 Bukit Sisa
D4 Bukit Terisolasi
D5 Dataran Nyaris
D6 Dataran Nyaris Terangkat
D7 Lereng Kaki
D8 Pedimen
D9 Piedmon
D10 Gawir ( Lereng Terjal )
D11 Kipas Rombakan Lereng
D12 Daerah Dengan Gerak
massa Batuan Kuat
D13 Lahan Rusak
Pelarutan/
Karst
K1 Dataran Tinggi Karst
K2 Lereng dan Perbukitan
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 110
Karstik Terkikis
K3 Kubah Karst
K4 Bukit Sisa Karst
K5 Datarn Alluvial Karst
K6 Uvala, Dolina
K7 Polje
K8 Lembah Kering
K9 Ngarai Karst
Fluvial
Fluvial
F1 Datarn Alluvial
F2 Dasar Sungai
F3 Danau
F4 Rawa
F5 Rawa Belakang
F6 Saluran Sungai Mati
F7 Dataran Banjir
F8 Tanggul Alam
F9 Ledok Fluvial
F10 Bekas Dasar Danau
F11 Hamparan Celah
F12 Gosong Lengkung Dalam
F13 Gosong Sungai
F14 Teras Fluvial
F15 Kipas Alluvial Aktif
F16 Kipas Alluvial Tidak Aktif
F17 Delta
F18 Igir Delta
F19 Ledok Delta
F20 Pantai Delta
F21 Rataan Delta
Marine
M1 Pelataran Pengikisan
Gelombang
M2 Tebing Terjal dan Takik
Pantai
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 111
M3 Gisik
M4 Beting Gisik ( Bura )
M5 Tombolo
M6 Depresi Antar Beting
M7 Gumuk Pantai Aktif
M8 Gumuk Pantai Tidak Aktif
M9 Rataan Pasang Surut
Bervegetasi
M10 Rataan Pasang Surut
Tidak Bervegetasi
Angin A1
Penggungan/Bukit Gumuk
Pasir ( Sand dunes,
Barcan dunes)
A2 Dataran Gurun
Glasial
Glasial
G1 Perbukitan/Dataran
Morena
G2 Dataran Teras Glasial
G3 Lembah Cirques
G4
Lembah Aliran Glasial
(Termasuk Lembah
Gantung)
G5 Penggungan Arete
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 112
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 113
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 114
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 115
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 116
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 117
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 118
Jurusan Teknik Geologi – UPN ”Veteran” Yogyakarta
Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Inderaja, Peta Geomorfologi - 119