Upload
marsya-riska-dwi-puspa
View
8
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Dastan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang cukup banyak di dunia ini, ditandai
dengan adanya lautan, sungai, danau dan lain sebagainya. Tanah memegang peranan
penting dalam melakukan prespitasi air yang masuk ke dalam tanah, selanjutnya
sekitar 70% dari air yang diterima di evaporasi dan dikembalikan ke atmosfer
berupa air, dan tanah memegang peranan penting dalam refersi dan penyimpanan.
Sisanya itulah yang digunakan untuk kebutuhan tranpirasi, evaporasi dan
pertumbuhan tanaman.
Kandungan air dalam tanah dapat ditemukan dengan beberapa cara.
Walaupun penentuan kandungan air tanah didasarkan pada pengukuran gravimetrik,
tetapi jumlah air lebih mudah dinyatakan dalam hitungan volumetrik seperti nisbah
air (water ratio).
Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya,
antara lain untuk memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi. Reaksi kimia dalam
tanah hanya berlangsung bila terdapat air. Pelepasan unsur-unsur hara dari mineral
primer terutama juga karena pengaruh air, yang kemudian mengangkutnya ke tempat
lain (pencucian unsur hara). Sebaliknya kemampuan air menghanyutkan unsur hara
dapat pula dimanfaatkan untuk mencuci garam-garam yang berada dalam tanah.
Fungsi lain dalam tanah adalah melapukkan mineral yaitu menyiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman dan sebagai media gerak unsur-unsur hara ke akar.
Jadi air merupakan pelarut dan bersama-sama hara yang lain terlarut membentuk
larutan tanah, tetapi bila air teralalu banyak maka hara tanah akan tercuci dan
membatasi pergerakan udara dalam tanah.
Konsistensi tanah dan kesesuaian tanah untuk diolah sangat dipengaruhi oleh
kandungan air tanah. Demikian pula daya dukung tanah sangat dipengaruhi oleh
kandungan air dalam tanah.
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan
gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi air higroskopis, air kapiler dan air
gravitasi. Penetapan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar
air maksimum tanah.
B. Tujuan
Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar
air maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan
massa perpadatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi,
kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air tanah dapat
dibedakan menjadi:
Air Higroskopis : Air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat
digunakan tanaman (adhesi antara tanah dengan air). Jumlahnya
sangat sedikit dan merupakan selaput tipis yang menyelimuti
agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan
pada tegangan 31 – 10.000 atm ( pF 4,0 – 4,7 ).
Air Kapiler : Air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik-menarik antara butir-
butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari
gravitasi. Air ini dapat bergerak ke samping atau ke atas karena
gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air
yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman. Air kapiloer ini
menempati pori mikro dan dinding pori makro ditahan pada
tegangan antara 1/3 - 15 atm (pF 2,54 – 4,20 ).
Air kapiler dibedakan menjadi : Kapasitas lapang, yaitu air yang
dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun semua.
Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air setelah
hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam sehingga air gravitasi
sudah turun semua. Pada kondisi kapasitas lapang, tanah
mengandung air yang optimum bagi tanaman karena pori makro
berisi udara, sedangkan pori mikro berisi air seluruhnya.
Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan tegangan 1/3 atm
atau pada pF 2,54. Titik layu permanen yaitu kandungan air tanah
paling sedikit dan menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap
air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini dibiarkan
tanman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada
tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disebut
juga koefisien layu tanaman.
Air Gravitasi : Air yang tidak dapat diserap tanah karena adanya pengaruh gaya
gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari tanah dengan
membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehungga tanah menjadi
masam dan miskin hara (Hanafiah, 2007).
Air tanah seperti fase cairan mengisi sebagian atau seluruh rongga-rongga yang
terdapat dalam butir-butir tanah atau di dalam agregat tanah, yaitu merupakan larutan
dan berbagai senyawa dan garam yang biasa larut dalam tanah (Foth Henry, 1994)
Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir
seluruhnya berasal dari udara dan atau atmosfer terutama didaerah tropis air hujan itu
dapat merembes ke dalam tanah yang disebut infiltrasi sedangkan sisanya mengalir di
permukaan tanah sebagai aliran permukaan tanah (run off). Air infiltrasi tadi bila
dalam jumlah banyak dan terus merembes kedalam tanah secara vertical dan
meninggalkan daerahnya perakaranya yang disebut perkolasi, yang akhirnya sampai
pada lapisan yang kedap air yang kemudian ekumpul disitu menhjadi air tanah atau
sering disebut ground water. Mengetahui banyaknya air di dalam tanah yang tersedia
bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal penentuan pemberian air pada
tanaman atau pengairan tanaman agar supaya tidak terjadi kelebihan ataupun
kekurangan air (Poewidodo, 1991)
Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan
kandungan air pada tanaman lapang (Pf 2,53) dikurangi dengan persentase keadaan
tanah padaa titik layu permanen (Pf 4,2). Dalam hal ini nilai-nilainya sangat
ditentukan terutama oleh tekstur tanah. Tekstur tanah yang lebih tinggi mempunyai
tekstur yang halus, sebaliknya tekstur yang rendah mempunyai teksttur yang kasar
nilainya akan lebih rendah lagi dibandingkan dengan hal yang tadi (Hanifah, 2004)
Kapasitas kandungan air tanah maksimum adalah jumlah air maksimal yang
dapat ditampung oleh tanah setelah hujan turun dengan sangat lebat atau besar. Semua
pori-pori tanah baik makro maupun mikro, dalam keadaan terisi oleh angin sehingga
tanah menjadi jenuh dengan air. Jika terjadi penambahan air lebih lanjut, maka akan
terjadi penurunan air gravitasi yang bergerak lurus terus kebawah. Pada keadaan ini
air tanah ditahan oleh tanah dengan kandunga atau kekuatan Pf=0 atau 0 atm
(Tejowiyono, 1999)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah contoh tanah kering
angin ultisol, timbangan analitis, botol timbangan, cawan tembaga porus, standless
steal, kertas label, bejana seng, pipet ukur 2mm, tissue, kertas saring, bak perendam,
oven, penjepit dan eksikator.
B. Prosedur Kerja
1. Kadar Air Tanah Kering
a. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang (=
a gram).
b. Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2
mm, kurang lebih setengahnya, ditutup, lalu ditimbang kembali (= b
gram).
c. Botol timbang yang berisi tanah dimasukan ke dalam oven dengan
keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 1050-1100C
selama minimal 4 jam.
d. Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan
menggunakan tang penjepit.
e. Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan
menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan ke dalam eksikator selama
15 menit.
f. Setelah itu, botol timbang diambil satu persatu dengan menggunakan tang
penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama (= c gram).
Perhitungan :
Kadar air =
( b−c )( c−a )
x100 %
Ket : (b-c) = massa air ; (c-a) = massa tanah kering mutlak (massa
padatan)
2. Kadar Air Kapasitas Lapang
a. Standless steal dibersihkan, diberi label kemudian ditimbang (= a
gram)
b. Standless steal yang telah ditimbang diletakkan ke dalam bejana seng.
c. Contoh tanah kering angin ultisol 2 mm dimasukkan ke dalam
Standless steal setinggi 2,5 cm (sampai tanda batas) secara merata
tanpa ditekan.
d. Diteteskan air sebanyak 2 mL dengan pipet ukur secara perlahan-lahan
pada 3 titik tanpa persinggungan (1 titik = 0,67 mL ), kemudian bejana
seng ditutup, diletakkan ditempat yang teduh dan dibiarkan selama 15
menit.
e. Standless steal dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati
hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang (= b gram).
Perhitungan :
Kapasitas Lapang = 2
b−( a+2)x 100 %+Ka
3. Kadar Air Maksimum Tanah
a. Cawan tembaga porus dan petridis dibersihkan dan diberi label
secukupnya.
b. Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air
dengan menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan
dengan serbet/lap, dimasukkan ke dalam petridis kemudian ditimbang
(a=gram).
c. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari petridis, isi dengan contoh
tanah halus ultisol (0,5 mm) kurang lebih 1/3 nya, cawan diketuk –
ketuk perlahan sampai permukaan tanahya rata. Contoh tanah halus
ditimbang lagi 1/3 nya dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga
porus penuh dengan tanah. Kelebihan tanah diatas cawan diratakan
dengan colet.
d. Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu
batu dibawahnya agar air bebas masuk kedalam cawan tembaga porus.
Perendaman dilakukan selama 12 – 16 jam.
e. Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari
bak perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan
colet, dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan kedalam cawan
petridis yang digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu
ditimbang (= b gram ).
f. Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
dengan suhu 105⁰ – 110⁰C.
g. Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang
penjepit dn dimasukan kedalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu
diambil dengan tang penjepit kemudian ditimbang beratnya (= c
gram ).
h. Tanah yang ada di dalam cawan tembaga porus dibuang, cawan
tembaga porus dibersuhkan dengan kuas, dialasi dengan petridis yang
sama lalu ditimbang beratnya (= d gram ).
Perhitungan :
Kadar air maksimum =
( b−a)−(c−d )(c−d )
x100 %
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tanah kering udara
Ulangan Botol timbang
kosong (a g)
(a) + contoh
tanah (b g)
(b) setelah
dioven (c g)
Kadar air tanah
kering udara (%)
Ka 1 22,5760 33,3061 31,8485 15,71
Ka 2 22,3439 32,4872 31,7220 8,11
Ka 3 23,7678 33,8143 30,0515 8,15
Rata-rata 10,656
Perhitungan :
Ka1=(b−c )(c−a)
x100 %
¿(33,3061−31,8485 )(31,8485−22 , 5760)
x100 %
¿15,71%
Ka2=(b−c )(c−a)
x100 %
¿(32,4872−31,7220 )(31,7220−22,3439 )
x100 %
¿8,11%
Ka3=(b−c)(c−a)
x100 %
¿(33,8143−30,0515 )(30,0515−23,7678 )
x 100 %
¿8,15 %
Karata−rata=Ka1+Ka2+Ka3
3
¿%+%+%3
¿%
Karata−rata=15,71+8,11+8,15
3
=10,656 %
2. Kapasitas Lapang
Ulangan Keranjang kuningan
kosong (a g)
(a) + gumpalan tanah
basah (b g)
Kadar air kapasitas
lapang (%)
KL-1 70,3529 80,1553 28,37
KL-2 75,8616 85,8143 27,82
Rata-rata 28,09
Perhitungan :
KL1=2
b−(a+2)x 100 %+Ka1
KL1=2
80,1553−(70,3529+2 )x 100 %+10,656 %
¿28,37 %
KL2=2
b−( a+2 )x100 %+Ka2
¿ 28 5,8143−(75,8616+2 )
x100 %+10,656 %
¿27,82 %
x=28,37+27,822
= 28,09%
3. Kadar air maksimum
Ulangan
Cawan + kertas
saring jenuh +
petridish (a g)
(a) + tanah
basah jenuh
air (b g)
(b) setelah
dioven
24jam (c g)
Petridish +
cawan +
kertas saring
setelah
dioven (d g)
Kadar air
maksimum
(%)
KAM-1 92,8565 152,3875 119,0128 88,441 94,752
KAM-2 90,4949 152,3868 127,360 87,529 55,386
Rata-rata 75,069
Perhitungan :
KAM 1= (b-a) – (c-d) x 100 %
(c-d)
= (152,3875 – 92,8565) - (119,0128 – 88,441) x 100 %
(119,0128 – 88,441)
= 94,725%
KAM 2= (b-a) - (c-d) x 100 %
(c-d)
= (152,3868 – 90,4949) - (127,360 – 87,529) x 100 %
(127,360 – 87,529)
= 55,386%
KAM rata-rata = KAM 1+ KAM 2 = 94,725% + 55,386% = 75,069%
2 2
2. Pembahasan
Tanah adalah kumpulan dari benda alam dipermukaan bumi yang tersusun
dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan
udara. Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan
gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi:
1. Air Higroskopis
Air higroskopis adalah adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak
dapat digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah
dengan air. Air hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah
(Hardjowigeno, 1992).
2. Air Kapiler
Air kapiler adalah bagian air tanah yang ditahan oleh tanah, yang terletak diantara
kapasitas lapang dan koefisien higroskopis. Air kapiler ini mengisi pori-pori tanah.
Air kapiler dapat berasal dari hasil infiltrasi air dari permukaan tanah kemudian
meresap kedalam tanah dan tertahan diatara butir tanah karena pengaruhgayakapiler
tanah atau bisa juga berasal dari air dalam tanah (dari zona jenuh) yang naik ke atas
melalui pori-pori tanah akibat pengaruhgayakapiler tanah. Besarnya air kapiler dalam
tanah akan sangat tergantung pada sifat fisik tanah (Hasan, 2011).
Air kapiler dibedakan menjadi:
a. Kapasitas lapang, yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi
turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah
hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jamsehingga air gravitasi sudah turun semua.
Pada kondisi kapsitas lapang, tanah tanah mengandung air yang optimum bagi
tanaman,karena pori makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air.
Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF
2,54.
b. Titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan
menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan
jika hal ini dibiarkan mak tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan
pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga sebagai
koefisien layu tanaman.
3. Air Gravitasi
Air gravitasi adalah bagian dari air tanah yang tidak dapat ditahan oleh tanah dan
mengalir secara bebas karena pengaruhgayagravitasi.Jumlah air yang ditahan oleh
tanah setelah air gravitasi habis disebut air kapasitas lapang, dengan besarnya tekanan
sekitar 1/3 atmosfer (Hasan, 2011).
1. Tanah Kering Udara
Pada Praktikum ini, kami menggunakan jenis tanah Ultisol. Dalam
penetapan kadar air tanah kering angin, prinsip kerja yang dilakukan dengan
menggunakan metode udara. Jenis tanah yang digunakan dalam penetapan kadar
air tanah kering angin meliputi tanah andisol, ultisol, inseptisol, vertisol dan
entisol. Jenis tanah tersebut memiliki kadar air, sifat kimia dan sifat fisik yang
berbeda (Henry Indranada, 1994).
Hasil yang diperoleh kadar air tanah kering angin pada botol timbang Ka-1
(15,71%), Ka-2 (8,11%) dan KA-3 (8,15%). Sehingga rata-rata dari kadar air
tanah kering angin dari ketiga ulangan tersebut adalah 10,656%. Perlakuan
pengovenan pada suhu 1050-1100C agar kandungan air yang berada dalam tanah
menguap. Pengukuran dengan mengunakan timbangan agar dapat mengetahui
selisih (perbedaan) berat botol timbang sebelum dioven, diisi tanah dan setelah
dioven.
Hasil sesuai dengan literatur dimana tanah dengan diameter 2 mm kadar
airnya lebih rendah karena luas permukaan kecil sehingga lemah menyerap air.
Berat tanah juga berhubungan dengan jumlah pori-pori, semakin besar
diameternya maka berat tanah semakin kecil sehingga kemampuan menahan air
juga kecil. Berat dan ruang pori-pori tanah bervariasi dari satu horison ke horison
yang lain, sama halnya dengan sifat-sifat tanah lain dan dua variabel ini sangat
dipengaruhi oleh struktur tanah, tekstur tanah, bahan organik, kosistensi dan curah
hujan (Soetjipto,1992).
Kadar air dihitung secara gravimetri dengan satuan g yaitu berat air yang
terdapat dalam suatu massa tanah kering. Kadar air dalam tanah ultisol dapat
dinyatakan dalam persen volume yaitu persen volume air terhadap volume tanah.
Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang
ketersediaan air pada pertumbuhan volume tanah tertentu (Soetjipto,1992).
Adapun manfaat mengetahui kadar air tanah yaitu untuk mengetahui
proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah yaitu reaksi yang
mempersiapkan hara yang larut bagi pertumbuhan tanaman, menduga kebutuhan
air selama proses irigasi, mengetahui kemampuan suatu jenis tanah mengenai
daya simpan lengas tanah (Soviani, 2012).
2. Kapasitas Lapang
Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang
menunjukan air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik
gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh
akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama makin mengering. Pada
suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga
tanaman menjadi layu (titik layu permanen).
Penetapan kadar air kapasitas lapang, prinsip kerja yang dilakukan dengan
menggunakan metode pendekatan. Jenis tanah yang digunakan dalam penetapan
kadar air kapasitas lapang adalah tanah andisol, ultisol, inseptisol, vertisol, entisol.
Jenis tanah tersebut memiliki kadar air, sifat kimia dan sifat fisik yang berbeda.
Kapasitas lapang yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi
turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah
hujan lebat, tanah dibiarkan selama 48 jam, sehingga air gravitasi turun semua.
Pada kondisi kapasitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi
tanaman, karena pori makro berisi udara, sedangkan pori mikro berisi seluruhnya
air. Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau
pada pF 2,54 (Notohadiprawiro, 2000).
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya
tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat
menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang
bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah
yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah
bertekstur berlempung atau liat (Hardjowigeno, 1992).
Kadar air kapasitas lapang pada tanah ultisol sebesar 28,37% pada ulangan
pertama dan 27,82% pada ulangan kedua, sehingga diperoleh rata-ratanya adalah
28,09% pada ulangan kedua kapasitas air lapang lebih besar karena dipengaruhi oleh
besar kecilnya pemberian air pada permukaan tanah. Hasil sesuai dengan literatur
dimana tinggi rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan ruang
pori-pori total pada tanah berpasir semakin rendah, tetapi sebagian dari pori itu
sendiri. Pori-pori terdiri dari yang besar dan sangat efisien dalam peredaran air
maupun udara.
Presentase volume yang ditempati oleh pori-pori kecil dalam tanah berpasir
adalah rendah, menunjukan kapasitas lapangnya rendah. Sebaliknya top soil yang
bertekstur halus memiliki lebih banyak ruang pori-pori total yang sebagian besar
terdiri dari pori-pori kecil. Penetapan kadar air kapasitas lapang sangat dipengaruhi
dengan tempat dari tanah itu sendiri, cahaya, serta suhu dalam ruangan tersebut agar
mudah diserap ke dalam tanah.
3. Kadar Air Maksimum
Kadar air maksimum suatu jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks
atau partikel tanah, kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Hakim, 1986). Dalam
penetapan kadar air maksimum tanah, prinsip kerja yang dilakukan dengan
menggunakan metode perendama di air. Jenis tanah yang digunakan dalam
penetapan kadar air maksimum tanah adalah tanah andisol, ultisol, inseptisol,
vertisol, entisol. Jenis tanah tersebut memiliki kadar air, sifat kimia dan sifat fisik
yang berbeda.
Pengamatan yang sudah dilakukan mengunakan dua kali ulangan dengan
menggunakan tanah berdiameter 0,5 mm (tanah ultisol). Hasil yang diperoleh
kadar air maksimim 94,725% pada ulangan pertama dan 55,386% ulangan kedua.
Rata-rata kadar air maksimum adalah 75,069%. Hasil sesuai dengan literatur
dimana tinggi rendahnya kadar air maksimum tergantung pada jenis tanah, sebab
tanah juga mempunyai tekstur yang berbeda juga. Kadar air maksimum suatu jenis
tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau partikel tanah, kedalaman tanah dan
pelapisan tanah (Hakim, 1986).
Adapun manfaat mengetahui kadar air tanah yaitu untuk mengetahui proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
yang larut bagi pertumbuhan tanaman, menduga kebutuhan air selama proses irigasi,
mengetahui kemampuan suatu jenis tanah mengenai daya simpan lengas tanah.
Pertumbuhan yang baik atau optimum bagi tanaman diperlukan suatu keadaan
taat air yang baik dan seimbang sehingga akar tanaman dengan mudah akan menyerap
unsur hara. Tata air dan udara yang baik ini adalah jika pori terisi air minimum 10%
dan pori terisi udara minimal 10% atau lebih. Air tanah merupakan salah satu bagian
penyusun pada tanaman. Air tanah hampir seluruhnya berada pada udara atau
atmotsfer. Tanah mempunyai kapilaritas yang berbeda-beda untuk menyerap dan
mempertahankan kelembapannya tergantung kepada struktur, tekstur, dan kandungan
bahan organic yang terdapat di dalam tanah (Ali Kemas, 2007).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan data yang kami peroleh dari hasil perhitungan untuk
rata-rata kadar air tanah ultisol adalah sebagai berikut:
a. Kadar air tanah ultisol kering udara sebesar 10,656%
b. Kadar air kapasitas lapang tanah ultisol sebesar 28,09%
c. Kadar air maksimum tanah ultisol sebesar 75,069%
B. Saran
Berdasarkan pada percobaan dalam mencari kadar air tanah dibutuhkan
ketelitian dalam mempraktikan percobaan dan perhitungan, karena jika dalam
penelitian salah maka pada perhitungan juga salah dan akan menghasilkan
kesimpulan yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D.1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah; edisi keenam. PT. Gelora Aksara
Pertama. Jakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA : Lampung.
Hanifah. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah; PT. Raja Gravindo. Jakarta.
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Hasan. 2011. Hubungan Air, Tanah dan Tanaman.
http://hasanagroteknos09.wordpress.com. diakses tanggal 20 April 2014
pukul 14.19.
Indranada, Henry .1994 .PengelolaanKesuburanTanah .BumiAksara:Semarang.
Kemas, Ali.2007. Proses Pembentukan Genesis Tanah. PT. Gravindo. Jakarta.
Notohadiprawiro, Tejowiyono.1994. Tanah dan Lingkungannya. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesis Tanah; proses Oembentukan Tanah Dan Morfologi
Tanah. CV. Rajawali. Jakarta.
Soetjipto . 1992 . Dasar-Dasar Irigasi . Erlangga :Jakarta.
Soviani, Sonnia. 2012. Kadar Air Tanah. http://soviasonia.blogspot.com. diakses
tanggal 20 April 2014 pukul 14.06.