Acara Lalat Buah Fix

Embed Size (px)

Citation preview

I.

PENDAHULUAN

A. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Untuk mengetahui teknik aplikasi feromon seks. 2. Untuk keberhasilan pengendalian hama lalat buah dengan menggunakan feromon seks (metyl eugenol). 3. Untuk mengetahui keuntungan pengendalian dengan menggunakan feromon seks.

B. Latar Belakang Upaya memenuhi kebutuhan buah untuk menekan impor dan

meningkatkan ekspor, pengembangan buah di Indonesia mengalami kendala, mulai penyediaan benih bermutu, budidaya sampai penanganan panen. Salah satu kendala dalam upaya meningkatkan produksi dan mutu buah di Indonesia adalah serangan hama lalat buah. Lebih kurang 75 % dari tanaman buah dapat diserang oleh hama lalat buah (Sutrisno,1991). Lalat buah genus Bactrocera (Diptera: Tephritidae) merupakan spesies lalat buah dari daerah tropis. Lalat buah ini sebelumnya diidentifikasi sebagai genus Dacus, kemudian diketahui merupakan kekeliruan identifikasi dari genus Bactrocera. Genus Dacus merupakan spesies asli dari Afrika, dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan buah dari jenis tanaman cucurbits (Cucurbitaceae) dan kulit buah tanaman kacang-kacangan (White & ElsonHarris, 1994). Dari berbagai laporan yang diterima, intensitas serangan lalat buah terus meningkat, fluktuasi maupun populasi lalat buah juga naik terus. Kebutuhan terhadap teknik pengendalian yang ramah lingkungan sangat diharapkan, terutama yang efektif dan efisien serta mudah diperoleh petani dalam operasionalnya di lapangan. Perbaikan terhadap teknik identifikasi yang disesuaikan dengan kunci determinasi yang terbaru, memerlukan sosialisasi,

sehingga petani dapat mengetahui organisme pengganggu tumbuhan yang telah merusak tanamannya dan banyak menimbulkan kerugian. Secara ekonomis beberapa spesies lalat buah merupakan hama penting yang berasosiasi dengan berbagai buah-buahan dan sayuran tropika. Lalat buah dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies tanaman buah dan sayur-sayuran baik di daerah tropis maupun daerah subtropis (Christenson & Foote 1960; Haramoto & Bess 1970; Alyoklin et al. 2000; Bateman 1972).

C. Alat dan bahan Alat dan bahan yag digunakan pada praktikum ini adalah : 1. Metyl eugenol 2. Botol aqua 200 ml 3. Benang atau tali raffia 4. Kardus ukuran 3 cm x 4 cm 5. ATK 6. Pipet D. Prosedur kerja Prosedur kerja pada praktikum ini adalah : 1. Praktikkan dikelompokkan sesui dengan rombongannya (tiap kelompok 45 orang). 2. Perangakap lalat buah diolesi atau ditetesi dengan Metyl Eugenol 3. Perangkap alat buah dipasang pada pertanaman jambu air yang sedang berbuah. 4. Diamati selama 2 hari. 5. Jumlah lalat yang tertangkap dihitung. 6. Hasil pengamatan dipresentasikan.

II.

HASIL PENGAMATAN

Tanaman pokok Tempat Waktu Kondisi lahan

: Jambu Air : Kampus depan TEP, Fakultas Pertanian, Unsoed. : Minggu- Senin (25-26 September 2011) : Kering dan ada naungan.

Hasil Pengamatan

: Hari pengamatan Hari I, minggu Hari II, Senin Banyaknnya lalat 38 ekor 34 ekor

Pembahasan : a. Morfologi lalat : - berukuran sedang dan sayap datar - Memiliki bercak-bercak hiasan warna hitam, putih, atau kuning pada sayap. - Memiliki tubuh yang berbuku-buku, baik ruas tubuh utama maupun alat tambahan, misalnya antenna dan kaki. - Mempunyai 3 bagian tubuh yaitu kepala, rongga dada, dan perut. - Mempunyai 3 pasang kaki yang muncul pada ruas-ruas toraknya. - Mulut lalat dewasa tipe penjilat penyerap. b. Gejala serangan : - pada buah terdapat bintik hitam - Buah lama-lama busuk - Buah yang telah terserang terdapat ulat di dalamnya. - Buah mudah rontok

Simpulan : Lalat yang menyerang pada jambu yaitu Bactrocera sp. Jambu yang terserang lalat buah ini menyebabkan jambu menjadi berulat sehingga buah tidak dapat dikonsumsi dan merugikan karena bisa menurunkan penghasilan di bidang pertanian.

III.

PEMBAHASAN

Lalat buah genus Bactrocera (Diptera: Tephritidae) merupakan spesies lalat buah dari daerah tropis. Lalat buah ini sebelumnya diidentifikasi sebagai genus Dacus, kemudian diketahui merupakan kekeliruan identifikasi dari genus Bactrocera. Genus Dacus merupakan spesies asli dari Afrika, dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan buah dari jenis tanaman cucurbits (Cucurbitaceae) dan kulit buah tanaman kacang-kacangan (White & ElsonHarris, 1994). Jenis lalat buah yang menyerang buah di Indonesia adalah dari genus Bactrocera. Berbagai spesies yang termasuk dalam B. dorsalis Hendel kompleks diketahui bertanggung jawab atas kehilangan hasil dari yang ringan sampai 100%. B papayae Drew, B. carambolae, B. cucurbitae Coquillett.dan B. umbrosus Fabricius merupakan spesies yang banyak ditemukan pada berbagai sentra produksi buah di Indonesia (Putra, 1997). Spesies lalat buah yang paling dominan tertangkap pada perangkap lalat buah yang diberi bahan atraktan Methyl eugenol adalah Bactocera carambola dan dorsalis. Hal ini mungkin disebabkan karena di sekitar rumah penduduk di lokasi penelitian banyak ditanam pohon belimbing dan jambu biji yang merupakan inang bagi jenis lalat buah tersebut. Sedangkan untuk mengetahui tanaman inang lalat buah atau untuk mengetahui jenis lalat buah yang menyerang buah dan sayur, dilakukan pengambilan buah-buah dan sayuran yang menunjukkan gejala terserang lalat buah dari lokasi penelitian.

Gambar lalat buah Bactrocera sp.

Buah dan sayur yang diambil sebagai sampel adalah belimbing, jambu biji, nangka, jeruk, pisang, markisa, jambu air dan mentimun. Buah dan sayur yang digunakan sebagai sampel diambil dengan pertimbangan bahwa pada saat penelitian buah tersebut ada di lokasi penelitian dan menunjukkan gejala serangan lalat buah yaitu busuk. Sampel terserang tersebut kemudian dibawa ke laboratorium Stasiun Karantina Tumbuhan Tanjung Pandan untuk dipelihara hingga muncul imago lalat buah. Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara 4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan (Kardinan, 2007).

gambar buah yang terserang Bactrocera sp.

Pemeliharaan

dilakukan

dengan

jalan

buah-buah

yang terserang

dimasukkan ke dalam kotak rearing yang berupa kotak kaca dan stoples plastik yang bagian bawahnya diberi serbuk gergaji sebagai media untuk lalat buah menjadi pupa. Setelah muncul imago di dalam kotak rearing, selanjutnya imago tersebut diambil dengan mouth aspirator dan dipingsankan dengan kloroform dan kemudian dimasukkan ke dalam botol spesimen yang berisi alkohol 70 %. Jenis lalat buah yang muncul di identifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi elektornik CABIKEY (White & D.L. Hancock, 1997). CABIKEY adalah kunci identifikasi lalat buah yang berupa file elektronik CD-room. Kunci identifikasi ini sangat mudah penggunaannya, karena deskriptor hanya memasukkan ciri-ciri yang diminta oleh program dan program yang akan menyimpulkan nama spesies lalat buah yang sesuai dengan ciri-ciri yang dimasukkan ke dalam program. Penciri utama yang harus dimasukkan ke dalam program adalah: asal lalat buah (dari buah atau atraktan), sex, lokasi, jenis atraktan, ciri thoraks, ciri abdomen, ciri sayap, ciri kepala dan ciri femur (White & D.L. Hancock, 1997). Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan baik secara tradisional maupun penggunaan insektisida kimia. Untuk mencegah serangan hama lalat buah secara tradisional dilakukan dengan cara membungkus buah dengan berbagai alat pembungkus antara lain kantong plastik, kertas koran dan daun kelapa. Bahan atraktan seperti Methyl Eugenol telah digunakan untuk melakukan iventarisasi jenis lalat buah di Indonesia (Iwashi et al, 1996; Isnadi, 1985). Di negara lain pengendalian hama lalat buah dengan menggunakan bahan atraktan, teknik pembinasaan serangga jantan dan teknik jantan mandul sudah lazim dilakukan (Vijaysegaran & Osman, 1991; Shiga, 1991). Salah satu teknik pengendalian yang sangat penting untuk mencegah masuknya suatu spesies lalat buah dari satu daerah ke daerah lain adalah

dengan peraturan karantina yang ketat. Hal ini telah banyak dilakukan diberbagai negara di dunia, terutama negara-negara pengimpor buah-buahan. Oleh karena itu informasi mengenai spesies-spesies lalat buah yang ada di suatu daerah perlu didapatkan secara periodik dan disosialisasikan sehingga akan diketahui perkembangan penyebaran suatu spesies sebagai landasan untuk pemberlakuan karantina. Fase kritis tanaman dan saat pemantauan populasi adalah saat buah menjelang masak. Lalat buah dapat dikendalikan dengan berbagai cara mulai dari mekanis, kultur teknis, biologi dan kimia. Di alam lalat buah mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari genus Biosteres dan Opius dan beberapa predator seperti semut, sayap jala (Chrysopidae va. (ordo Neuroptera)), kepik Pentatomide (ordo Hemiptera) dan beberapa kumbang tanah (ordo Coleoptera). Peran musuh alami belum banyak dimanfaatkan mengingat populasinya yang rendah dan banyaknya petani yang mengendalikan hama menggunakan insektisida. Parasitoid dan predator ini lebih rentan terhadap insektisida daripada hama yang diserangnya. Cara mekanis adalah dengan pengumpulan dan pemungutan sisa buah yang tidak dipanen terutama buah sotiran untuk menghindarkan hama tersebut menjadi inang potensial, akan menjadi sumber serangan berikutnya. Pengendalian mekanis juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan buah yang busuk atau sudah terserang kemudian dibenamkan kedalam tanah atau dibakar. Pembungkusan buah mulai umur 1,5 bulan untuk mencegah peletakan telur (oviposisi), merupakan cara mekanik yang paling baik untuk diterapkan sebagai antisipasi terhadap serangan lalat buah. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pengolahan tanah (membalik tanah) di bawah pohon/tajuk tanaman dengan tujuan agar pupa terangkat ke permukaan tanah sehingga terkena sinar matahari dan akhirnya mati. Pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan

menggunakan senyawa perangkap/atraktan yang dikombinasikan dengan

insektisida. Senyawa yang umum digunakan adalah Methyl eugenol. Caranya dengan meneteskan pada segumpal kapas sampai basah namun tidak menetes, ditambah dengan insektisida dan dipasang pada perangkap yang sederhana, modifikasi dari model perangkap Stiener (Vijaysegaran & Osman, 1991; Shiga, 1991). Alat perangkap terbuat dari dari botol bekas air minum mineral yang lehernya berbentuk kerucut atau toples plastik. Perangkap dipasang dekat pertanaman atau pada cabang atau ranting tanaman jeruk. Pemasangan dilakukan sejak buah pentil (umur 1,5 bulan) sampai panen. Pemberian cairan atraktan diulang setiap 2 minggu sampai 1 bulan. Setiap satu hektar dapat dipasang 15-25 perangkap. Selain itu informasi tentang jenis-jenis lalat buah yang ada di suatu daerah perlu untuk didapatkan dan disampaikan kepada petani di daerah tersebut sebagai langkah antisipasi untuk melakukan monitoring dan pengendalian pada tanaman buah maupun sayur yang diusahakan. Hal ini penting karena spesies lalat buah tertentu mempunyai preferensi terhadap jenis inang tertentu dan jenis bahan atraktan sebagai alat monitoring maupun sebagai alat untuk eradikasi. Dengan diketahuinya jenis-jenis lalat buah yang ada di suatu daerah maka tindakan monitoring maupun pengendalian yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien.

IV.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Kesimpulan yang diperoeh dari praktikum ini adalah : 1. Lalat buah yang menyerang pada tanaman jambu air yaitu lalat buah genus Bactrocera (Diptera: Tephritidae) merupakan spesies lalat buah yang berasal dari daerah tropis. 2. Pengendalian lalat buah secara kimiawi bisa menggunakan dengan Methyl Eugenol, yang berfungsi untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan lalat buah pada tanaman jambu air. 3. Lalat buah

B. Saran 1. Lalat buah sebaikya dihitung dengan teliti agar pengamatan dan pengendalian dapat dilakukan dengan baik. 2. Pengamatan dilakukan dengan lebih intensif dan perangkap diletakkan di tempat yang strategis untuk lalat buah masuk perangakap.

V.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2008. Serangan Lalat Buah. Jakarta Kardinan, A. 2007. Pengaruh Campuran Beberapa Jenis Minyak Nabati Ter-hadap Daya Tangkap Lalat Buah. Bul.Littro. Vol. XVIII no.1. Hal. 60-66. Putra, N.S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta. Santikawati. Pengaruh Campuran M. bracteata dan M. fragrans atau C.

zeylanicum Terhadap Tangkapan Lalat Buah Pada Pertanaman Jambu Biji. Laporan Penelitian Hibah Kompetisi A3. Siwi, S.S., P. Hidayat, & Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting Bactrocera spp. di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor. 53 hal. Satarkar, V.R., J.R. Faleiro, S.V. Krishnamurthy, & A. Vergesh. 2009. A Review on The Behaviour of Bactrocera Fruit Flies. Current Biotica. Vol 3 Issue 2. Tucker, Cheng & Tan. 2005. Trap and Fruit Volatile.Hawaii Wu, W. Y., Y. P. Chen & E. C. Yang. 2007. Chromatic cues to trap the oriental fruit, Bactrocera dorsalis. Journal of Insect Physiology 53: 509516.