3
Ada apa di balik hubungan dokter dan perusahaan farmasi? Seorang dokter dan perusahaan farmasi memiliki peran yang penting di dalam dunia kesehatan. Seorang dokter sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya akan berusaha menyembuhkan orang yang sakit, sedangkan perusahaan farmasi memiliki peran fokus dalam meneliti, mengembangkan, dan mendistribusikan obat baik dalam bentuk obat generik maupun obat bermerek. Sesuai dengan perannya masing – masing, maka akan timbul suatu kerjasama dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sekarang ini muncul opini di masyarakat bahwa hubungan kerjasama antara dokter dan perusahaan farmasi sudah dipengaruhi oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dari kedua belah pihak. >>> sebenernya masih banyak opini di paragraph ini. Coba diawali event gitu, missal (masyarakat dikejutkan dengan terbongkarnya praktek suap dari perusahaan farmasi dengan dokter di akhir tahun 2015. Terungkapnya 9 dokter yang dibiayai oleh pihak farmasi untuk dugem. Menurut pengakuan dari seorang mantan medrep, sebuah rumah sakit bahkan dapat menerima komisi sebesar setengah dari belanja obat di perusahaan farmasi tersebut. Suatu rumah sakit di Tangerang dikatakan bisa mendapat uang hingga 8 miliar. Berarti setidaknya rumah sakit tersebut belanja sebanyak 16 M. tapi pastikan ya ini fakta) Tidak sedikit berita yang menyatakan bahwa telah terjadi kolusi antara dokter dan perusahaan farmasi, dalam hal ini perusahaan farmasi melalui distributor obat yang memiliki sebutan medical representative atau medrep diduga menggunakan sistem detailing yaitu melakukan pertemuan tatap muka dengan dokter yang praktek di rumah sakit atau tempat praktek pribadi, dalam pertemuan tersebut medrep akan membujuk dokter untuk meresepkan obatnya. Dokter akan mendapat keuntungan berupa materi baik dalam bentuk barang maupun uang. Keuntungan yang diberikan kepada dokter akan diperhitungkan sebagai biaya produksi, dengan begitu biaya produksi akan semakin tinggi dan harga jual obat akan semakin mahal. Sebagai konsumen, mahalnya harga obat menjadi dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Bahkan disinyalir harga obat di Indonesia 200 kali lipat lebih mahal dari harga obat di pasaran dunia menurut Badan Penelitian dan Pengembangan (Balibang) - Departemen Kesehatan RI dan Badan Kesehatan Dunia (WHO)(Liputan 6 SCTV, 23 Juli

Ada Apa Di Balik Hubungan Dokter Dan Perusahaan Farmasi Edited

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ada apa di balik hubungan dokter dan perusahaan farmasi edited unfinished

Citation preview

Page 1: Ada Apa Di Balik Hubungan Dokter Dan Perusahaan Farmasi Edited

Ada apa di balik hubungan dokter dan perusahaan farmasi?

Seorang dokter dan perusahaan farmasi memiliki peran yang penting di dalam dunia kesehatan. Seorang dokter sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya akan berusaha menyembuhkan orang yang sakit, sedangkan perusahaan farmasi memiliki peran fokus dalam meneliti, mengembangkan, dan mendistribusikan obat baik dalam bentuk obat generik maupun obat bermerek. Sesuai dengan perannya masing – masing, maka akan timbul suatu kerjasama dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sekarang ini muncul opini di masyarakat bahwa hubungan kerjasama antara dokter dan perusahaan farmasi sudah dipengaruhi oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dari kedua belah pihak. >>> sebenernya masih banyak opini di paragraph ini. Coba diawali event gitu, missal (masyarakat dikejutkan dengan terbongkarnya praktek suap dari perusahaan farmasi dengan dokter di akhir tahun 2015. Terungkapnya 9 dokter yang dibiayai oleh pihak farmasi untuk dugem. Menurut pengakuan dari seorang mantan medrep, sebuah rumah sakit bahkan dapat menerima komisi sebesar setengah dari belanja obat di perusahaan farmasi tersebut. Suatu rumah sakit di Tangerang dikatakan bisa mendapat uang hingga 8 miliar. Berarti setidaknya rumah sakit tersebut belanja sebanyak 16 M. tapi pastikan ya ini fakta)

Tidak sedikit berita yang menyatakan bahwa telah terjadi kolusi antara dokter dan perusahaan farmasi, dalam hal ini perusahaan farmasi melalui distributor obat yang memiliki sebutan medical representative atau medrep diduga menggunakan sistem detailing yaitu melakukan pertemuan tatap muka dengan dokter yang praktek di rumah sakit atau tempat praktek pribadi, dalam pertemuan tersebut medrep akan membujuk dokter untuk meresepkan obatnya. Dokter akan mendapat keuntungan berupa materi baik dalam bentuk barang maupun uang. Keuntungan yang diberikan kepada dokter akan diperhitungkan sebagai biaya produksi, dengan begitu biaya produksi akan semakin tinggi dan harga jual obat akan semakin mahal. Sebagai konsumen, mahalnya harga obat menjadi dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Bahkan disinyalir harga obat di Indonesia 200 kali lipat lebih mahal dari harga obat di pasaran dunia menurut Badan Penelitian dan Pengembangan (Balibang) - Departemen Kesehatan RI dan Badan Kesehatan Dunia (WHO)(Liputan 6 SCTV, 23 Juli 2007). >>> banyak opini di paragraph ini. Saya ubah ke pargraf selanjutnya y.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI serta Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa harga obat di Indonesia lebih mahal hingga dua ratus kali lipat dari harga obat di pasaran dunia. Namun Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Oetama Marsis, menyatakan mahalnya harga obat bukan diakibatkan oleh gratifikasi dokter. Prof Marsis mengatakan kejelasan kaitan gratifikasi dengan mahalnya harga obat harusnya didasari data investigasi yang dilakukan pemangku kebijakan bidang kesehatan. Wakil Ketua Komisi Pemberatasan Kosupsi (KPK) Syahruddin Rasul mengatakan, bahwa korupsi itu terjadi karena otoritas tidak diiringi dengan akuntabilitas.

Marius Widjajarta, Direktur Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI), pada studinya di tahun 2002 hingga 2003 menyatakan bahwa biaya entertaint dokter oleh perusahaan farmasi bisa mencapai 900 miliar. Jumlah tersebut bahkan jauh dibawah uang pendapatan perusahan farmasi yang mencapai 90 triliun.

Page 2: Ada Apa Di Balik Hubungan Dokter Dan Perusahaan Farmasi Edited

Antisipasi terjadinya kolusi antara dokter dan perusahan farmasi sebenarnya telah tercantum dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 3 yang menetapkan bahwa dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi. Pada tanggal 11 Juni 2007 telah terbentuk Etika Promosi Obat. Upaya ini sebagai bentuk kesepakatan bersama antara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi. Di dalamnya memuat yang berisi etika kerjasama antara dokter dan perusahaan farmasi. Hal tersebut tentu saja Diharapkan dapat sejalan dengan harapan masyarakat yaitu perusahaan farmasi dapat memproduksi obat yang bermutu dengan harga pasaran rendah. serta dokter dapat memberikan obat secara rasional dan tidak terpengaruh oleh keuntungan dari perusahaan farmasi. >>> paragraph ini bagus, udah ada referensinya.

Dalam upayanya mencegah terjadi tindakan tidak etis dalam peresepan, KPK, Kementerian Kesehatan, dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) serta gabungan perusahaan farmasi menyepakati untuk bekerja sama. Direktur Pencegahan KPK Pahala Nainggolan mengatakan agar tidak dijerat pasal gratifikasi, sponsorship tersebut kini tidak bisa lagi diberikan langsung kepada dokter atau pribadi. Sponsorship yang diberikan harus atas nama rumah sakit yang bersangkutan.