107
1 ḤADῙS-ADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAH (STUDI MA`ÂNῙ AL-ḤADῙS) SKRIPSI Diajukan kepada Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Ilmu Ushuluddin (S.Ag.) Bidang Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Oleh: Mamluatul Choiriyah NIM 1211.1.027 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2017 M / 1438 H

ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

  • Upload
    haque

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

1

ḤADῙS-ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAH

(STUDI MA`ÂNῙ AL-ḤADῙS)

SKRIPSI

Diajukan kepada Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Ilmu Ushuluddin (S.Ag.)

Bidang Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Oleh:

Mamluatul Choiriyah

NIM 1211.1.027

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2017 M / 1438 H

Page 2: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

2

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mamluatul Choiriyah

NIM : 12.11.11.027

Tempat/Tgl. Lahir : Sampang, 23 November 1993

Alamat : Desa Jranguan kec. Omben sampang

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: ḤADῙS-ḤADῙS

TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAH (STUDI MA`ᾹNῙ AL-

ḤADῙS) adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan

sumbernya. Apabila didalamnya terdapat kesalahan dan kekeliruan, maka

sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Selain itu, apabila di dalamnya

terdapat plagiasi yang dapat berakibat gelar kesarjanaan saya dibatalkan, maka

saya siap menanggung resikonya.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Surakarta, 20 Februari 2017

Mamluatul Choiriyah

Page 3: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

3

Hj. Elvi Na`imah, Lc., M.Ag

Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Institut Agama Islam Negeri Surakarta

NOTA DINAS

Hal : Skripsi Saudari Mamluatul Choiriyah

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

IAIN Surakarta

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat, bersama surat ini kami beritahukan bahwa setelah

membaca, menelaah, membimbing dan mengadakan perbaikan seperlunya,

kami mengambil keputusan skripsi saudari Mamluatul Choiriyah dengan

nomor Induk Mahasiswa 12.11.11.027 yang berjudul:

ḤADῙS- ḤADῙS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN

MAKHῙLAH (STUDI MA`ᾹNῙ AL- ḤADῙS)

Sudah dapat dimunaqosahkan sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Agama dalam ilmu Ushuluddin. Oleh karena itu,

dengan ini kami mohon agar skripsi di atas dapat dimunaqosahkan dalam

waktu dekat.

Demikian atas perhatian dan diperkenankannya, kami ucapkan

terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 15 Februari 2017

Dosen Pembimbing I

Hj. Elvi Na`imah, Lc., M.Ag

NIP. 197412172005012002

Page 4: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

4

Drs. H. Khusaeri, M.Ag

Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Institut Agama Islam Negeri Surakarta

NOTA DINAS

Hal : Skripsi Saudari Mamluatul Choiriyah

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

IAIN Surakarta

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat, bersama surat ini kami beritahukan bahwa setelah

membaca, menelaah, membimbing dan mengadakan perbaikan seperlunya,

kami mengambil keputusan skripsi saudari Mamluatul Choiriyah dengan

nomor Induk Mahasiswa 12.11.11.027 yang berjudul:

ḤADῙS-ḤADῙS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAH

(STUDI MA`ᾹNῙ AL- ḤADῙS)

Sudah dapat dimunaqosahkan sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Agama dalam ilmu Ushuluddin. Oleh karena itu,

dengan ini kami mohon agar skripsi di atas dapat dimunaqosahkan dalam

waktu dekat.

Demikian atas perhatian dan diperkenankannya, kami ucapkan

terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 13 Februari 2017

Dosen Pembimbing II

Drs.H.khusaeri, M.Ag

NIP. 195811141988031002

Page 5: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

5

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul ḤADῙS-ḤADῙS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN

MAKHῙLAH (STUDI MA`ᾹNῙ AL-ḤADῙS) atas nama Mamluatul Choiriyah

dengan nomor Induk Mahasiswa 12.11.11.027 telah dimunaqosahkan oleh Dewan

Penguji skripsi Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Usuluddin dan

Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, pada tanggal 20 Februari

2017 sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

dalam bidang Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

Surakarta20 Februari 2017

PANITIA UJIAN MUNAQASAH

Ketua Sidang

Drs. Khusaeri M.A.g

NIP.195811141988031002

Penguji I

Dr.Hj. Erwati Aziz. M.Ag.

NIP.195509291983032005

Penguji II

H. Tsalis Muttaqin, Lc., M.S.I

NIP. 19710626200312100

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Dr. Imam Mujahid, S.Ag, M.Pd

NIP. 197405092000031002

Page 6: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

6

ABSTRAK

Mamluatul Choiriyah. Penelitian ini adalah penelitian tentang makna

isrāf dan makhīlah yang terdapat dalam ḥadīs, Aḥmad bin Ḥanbal, Ibn Mājah dan

an-Nasai‟. Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang bersikap isrāf

dan makhīlah maka penulis tertarik untuk mengkaji makna kata tersebut dan

relevansi antara ḥadīs dengan apa yang terjadi pada saat ini.

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1)

Bagaimana memahami ḥadīs-ḥadīs tentang isrāf dan makhīlah. 2) Bagaimana

relevansi ḥadīs-ḥadīs tentang larangan isrāf dan makhīlah pada zaman sekarang?

Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research). Dalam

penelitian penulis melakukan kajian MA`ÂNῙ AL-ḤADῙS, tujuannya adalah untuk

mengetahui historis suatu ḥadīs. Dan dalam konteks apa ḥadīs tersebut

disabdakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan bahasa, dan pendekatan

historis serta kajian konfirmasi makna dengan petunjuk al-Qur`an agar matn ḥadīs

tidak bertentangan dengan al-Qur`an.

Dari hasil penelitian yang penulis teliti, Ḥadīs-ḥadīs tentang larangan

isrāf dan makhīlah memberikan dorongan kepada manusia untuk menggunakan

barang-barang dengan baik dan bermanfaat, serta melarang adanya pemborosan

dan pengeluaran terhadap hal-hal yang tidak penting. Sesuatu yang berlebihan itu

adalah tanda orang yang mubadżīr (boros) yang mendekatkan kita kepada

perbuatan setan. Sesuatu yang dilakukan dengan berlebihan, akan memberikan

sebuah dampak yang buruk kepada diri kita nantinya. Sehingga ḥadīs-ḥadīs

tentang isrāf dan makhīlah ini mengingatkan kepada kita untuk diperbolehkannya

makan, minum, bersedekah dan berpakaian akan tetapi dengan mengontrol atau

memberi batasan agar tidak memberikan dampak buruk. Sedangkan makhīlah

yang ada dalam diri seseorang, datang karena sifat takabur yang timbul akibat

adanya keutamaan yang dilihat dari dirinya. Sehingga ia merasa lebih dari orang

lain, dan mendorongnya menjadi sombong. Keterkaitan ḥadīs-ḥadīs tentang isrāf

dan makhīlah dengan konteks kekinian tidak jauh berbeda dengan pada masa

Nabi. pada zaman Nabi isrāf meliputi: makan dan minum dengan wadah emas dan

perak, makan dan minum. Sedangkan di zaman sekarang berlebih-lebihan

meliputi: berbelanja, bekerja, ibadah, pesta, berpakaian, makan dan minum,

menghormati status sosial. Sedangkan makhīlah pada zaman Nabi dan zaman

sekarang tidak ada perbedaan diantara keduanya, yang meliputi: ujub, dengki dan

pamer. Isrāf dan makhīlah termasuk perbuatan tercela yang dibenci Allah dan

pelakunya oleh Allah dianggap sebagai saudaranya setan.

Page 7: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

7

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri

Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan

0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

a. Konsonan Tunggal

No. Huruf

Arab

Nama Latin Huruf Keterangan

1. Alif - Tidak dilambangkan

2 Ba>’ B Be

3 Ta>’ T Te

4 S|a>’ S| S dengan titik di atasnya

5 Ji>m J Je

6 H}a>’ H{ H dengan titik di bawahnya

7 Kha>’ Kh Ka dan Ha

8 Da>l D De

9 Z|a>l Z| Z dengan titik di atasnya

10 Ra>’ R Er

11 Za>’ Z Zet

12 Si>n S Es

13 Syi>n Sy Es dan Ye

14 S}a>d S{ S dengan titik di bawahnya

15 D}a>d D{ D dengan titik di bawahnya

16 T}a>’ T{ T dengan titik di bawahnya

17 Z}a>’ Z{ Z dengan titik di bawahnya

18 ‘Ain „ Koma terbalik di atasnya

19 Gain G Ge

20 Fa>’ F Ef

21 Qa>f Q Qi

22 Ka>f K Ka

Page 8: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

8

23 La>m L El

24 Mi>m M Em

25 Nu>n N En

26 Wawu W We

27 Ha>’ H Ha

28 Hamzah „ Apostrof

29 Ya>’ Y Ye

b. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda Syad|d|ah, ditulis lengkap:

: ditulis Ahmadiyyah

c. Tā’ Marbūt{ah di Akhir Kata

1) Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap

menjadi bahasa Indonesia

: ditulis jamā„ah

2) Bila dihidupkan karena berangkai dengan kata lain, ditulis t

: ditulis ni„matullāh

: ditulis zakātul-fit{ri

d. Vokal Pendek

Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u

e. Vokal Panjang

1. a panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī dan u panjang ditulis ū, masing

masing dengan tanda ( ˉ ) di atasnya

2. Fathah + yā‟ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + wawū

mati ditulis au

Page 9: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

9

f. Vokal-Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan

dengan Apostrof (‘)

: ditulis a‟antum

: ditulis mu‟annas

g. Kata Sandang Alief + Lām

1. Bila diikuti huruf Qamariyyah ditulis al-

: ditulis al-Qur‟an

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf i diganti dengan huruf syamsiyah

yang mengikutinya

: ditulis asy-syī„ah

h. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.

i. Kata dalam Rangkaian Frase dan Kalimat

Ditulis kata per kata, atau ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam

rangkaian tersebut.

: ditulis syaikh al-Islām atau syaikhul-Islām

j. Lain-Lain

Kata-kata yang sudah dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(seperti kata ijmak, nas, dan lain-lain), tidak mengikuti pedoman transliterasi

ini dan ditulis sebagaimana dalam kamus tersebut.

Page 10: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

10

DAFTAR SINGKATAN

Ibid : Ibiden

R.I. : Republik Indonesia

Terj : Terjemah

tt : Tanpa Tahun

cet : Cetakan

Swt : Subhanahu Wata`ala

Saw :Sallahu Alaihi Wasallam

Page 11: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

11

MOTTO

...

Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

(Q.S. AL-A`RAF : 31)

Page 12: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

12

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa Syukur atas nikmat Allah Swt. Skripsi ini

kupersembahkan kepada:

1. Aba dan Umi tercinta yang telah mendidik dan membesarkanku

hingga saat ini, serta tidak pernah lelah dalam melantunkan do`a ,

dan memberikan dukungan kepada anak-anaknya, kerja keras dan

perjuangan dalam mewujudkan pendidikan anak-anaknya, semoga

beliau diberi kesehatan dan umur yang barokah Amin.

2. Mbakku dan Adik-Adikku tersayang mbak Wiwik, Doifur, Adnan,

Qoriroh, Miqdat. Terimakasih atas dukungan dan do`anya serta

hiburan dan canda tawa yang telah kalian berikan, Semoga kalian

menjadi orang yang Sukses Dunia dan Akhirat Amin.

Page 13: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

13

KATA PENGANTAR

Alhamdulillâh, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt.

Yang telah memberikan kekuatan jasmani dan rohani kepada penulis, sehingga

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga

tetap tercurahkan kepada Rasulullah saw yang telah membawa umatnya dari alam

kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan segala rahmat-

Nya serta atas izin-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini. Namun, skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi

ini. Oleh karena itu, dengan selesainya skripsi ini, rasa terima kasih yang tulus

serta rasa hormat yang dalam penulis sampaikan kepada:

1. Dr. H. Mudofir, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Surakarta beserta jajaran pimpinan IAIN Surakarta.

2. Dr. Imam Mujahid, S.Ag, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Dakwah IAIN Surakarta beserta jajaran pimpinan fakultas Ushuluddin dan

Dakwah IAIN Surakarta.

3. Ibu Hj. Elvi Na‟imah Lc., M.Ag., selaku pembimbing I terima kasih telah

meluangkan waktu dan tenaganya dalam membimbing penulis, meskipun

dalam keadaan sibuk beliau tetap memberikan dukungan dan motivasi

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak H. Tsalis Muttaqin, Lc., M.S.I, selaku ketua jurusan Ilmu Al-

Qur‟an dan Tafsir dengan kesabaran dan ketelitiannya terima kasih telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan

bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini

5. Drs. H.Khusaeri, M.Ag, selaku wali studi,dan pembimbing II dengan

kesabaran dan ketelitiannya terima kasih telah bersedia meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya, untuk memberikan bimbingan serta arahan

dalam penyusunan skripsi ini. terima kasih atas motivasi dan segala ilmu

yang pernah diajarkan selama ini semoga dapat bermanfaat bagi penulis.

Page 14: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

14

6. Ibu Hj. Ari Hikmawati, S.Ag, M.Pd, selaku dosen yang selalu sabar,

telaten dalam menyimak hafalan al-Quran kami, semoga beliau diberi

kesehatan dan umur yang berokah.

7. Ibu Dr.Hj. Erwati Aziz, M.Ag, Terimakasih telah meluangkan waktu dan

tenaga serta fikiran untuk menguji penulis. Dan terimakasih selama ini

telah menjadi motivasi mahasiswa khususnya buat penulis.

8. Seluruh dosen IAT (Bapak Kasmuri, Bapak Abdul Kholik Hasan, Bapak

Hafid, Ibu Ari Hikmawati, Ibu Elvi Na‟imah, Ibu Erwati Aziz Bapak

Jakfar, Bapak Islah Gusmian, Bapak Khusairi, Bapak Abdul Matin bin

Salman, Bapak Salis Muttaqin, Bapak Nashruddin Baidan dan lain-lain

serta seluruh dosen IAIN Surakarta terima kasih atas ilmunya yang telah

diberikan kepada penulis.

9. Staf Perpustakaan IAIN Surakarta Terrimakasih yang telah memberikan

pelayanan dengan baik.

10. Staf Administrasi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah yang telah membantu

kelancaran studi selama penulis menjadi mahasiswa.

11. Ayahanda H. Abd Latif mawardi dan Ibunda Hj. Qudsiyah tercinta yang

tidak pernah lelah dalam memanjatkan doa untuk putra prutrinya,

mendidik, serta memberi dukungan moral dan spirit dari waktu ke waktu

dan memberikan pelajaran berharga tentang memaknai hidup ini, semoga

diberikan umur yang berkah dan rizki yang berkah, amin.

12. Nenekku tercinta yang selalu menasehatiku untuk berbakti kepada kedua

orang tua, semoga diberi kesehatan dan umur yang berokah amin.

13. Mbakku Wiwik, adik-adikku Doifur, Adnan, Qoriroh, Miqdat dan

keponakan-keponakanku terimahkasih do‟a dan dukungan kalian, semoga

kalian diberi rizki yang halal, kesehatan dan umur yang panjang serta

berkah. Amin.

14. Sahabat-sahabatku TH angkatan 2012,yang selalu menyemangatiku, yang

selalu menghiburku, yang selalu menemaniku dikala sedih maupun

senang. Terimahkasih atas segalanya.

Page 15: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

15

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak

yang membutuhkannya.

Surakarta, 20 Februari 2017

Mamluatul Choiriyah

121111027

Page 16: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... ii

NOTA DINAS .............................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ vi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. x

MOTTO ....................................................................................................... xi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. xii

KATA PENGANTAR ................................................................................. xiii

DAFTAR ISI ................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 9

E. Kerangka Teori .................................................................................. 13

F. Metode Penelitian .............................................................................. 16

G. Sistematika Penelitian ........................................................................ 18

BAB II KAJIAN MA`ᾹNIῙ AL-ḤADIῙS

A. Pengertian Ilmu Ma`ānī Al-Ḥadīs. ..................................................... 20

B. Langkah-langkah Penelitian Ma`ānī al-Ḥadīs ................................... 23

C. Objek Kajian dan Ruang Lingkup ...................................................... 24

1. Pendekatan Bahasa ........................................................................ 26

2. Pendekatan Historis ........................................................................ 28

3. Pendekatan Sosiologis ................................................................... 29

Page 17: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

17

4. Pendekatan Sosio-Historis 30

5. Pendekatan Antropologis ............................................................... 31

6. Pendekatan Psikologis .................................................................... 32

BAB III TELAAH MA’ᾹNI AL-ḤADῙS TENTANG LARANGAN

ISRᾹF DAN MAKHῙLAH (STUDI MA’ÂNῙ AL-ḤADῙS)

A. Redaksi Ḥadīs dan Kajian Otentisitasnya .......................................... 34

B. Penjelasan Makna Ḥadīs Dengan Beberapa Kajian 37

1. Kajian Linguistik ........................................................................... 38

2. Kajian Historis ................................................................................ 43

3. Kajian Konfirmatif ......................................................................... 53

BAB IV RELEVANSI ḤADῙS-ḤADῙS ISRĀF DAN MAKHĪLAH DENGAN

KONDISI SEKARANG

A. Perbedaan Isrāf dan Makhīlah Di Zaman dan Sekarang 67

B. Dampak Perilaku Isrāf dan Makhīlah 74

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ......................................................................................... 81

B. Saran-saran .... 83

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 84

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... 88

Page 18: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata Isrāf berasal dari bahasa Arab yang merupakan isim masdar dari

kata asrafā-yusrīfu-isrāfan, yang berarti berlebih-lebihan, melampaui batas,

pemborosan, dan menghambur-hamburkan harta.1

Di dalam kamus kontemporer disebutkan bahwa kata Isrāf bermakna

pemborosan. Kata Isrāf berasal dari kata sarafā yang artinya suatu hal yang

melampaui batas, ketidak sengajaan, dan kekeliruan.2 Kata asrafā berarti

melampaui batas, tetapi pada umumnya digunakan dalam hal-hal yang bersifat

buruk. Para ulama membedakan antara isrāf dan tabżīr dengan menyatakan

bahwa tabżīr berkaitan dengan kadar pemberian, dalam arti memberi melebihi

kadar yang seharusnya diberikan, sedangkan Isrāf adalah memberi siapa saja

yang seharusnya tidak diberi. Oleh karena itu, pelaku tabżīr dinilai lebih sedikit

keburukannya oleh sementara orang, dibandingkan dengan pelaku Isrāf.3 Kata

al-Isrāf secara bahasa bisa berarti kesalahan.4

Sedangkan kata Makhīlah mengikuti pola Aẓhīmah, artinya angkuh,

sombong. menurut Ibnu At-Tin, kata itu mengikuti pola mif`alah yang berasal

ikhtāl, artinya seseorang menjadi sombong. dia berkata pula “kata khuyalā`

1 Mahmūd Yūnus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzurriyyah,

19..), h. 168 2 Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta:

Multi Karya Grafika, 2003), h.308. 3 M. Quraish Shihāb, Tafsīr al-Misbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al- Qur‟ān vol.

12, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 209. 4 Syaikh Imam al-Qurṭubi, Tafsīr al-Qurṭubī jilid 15, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h.

276.

Page 19: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

19

berarti takabur (sombong). Ar-Raghib berkata kata khuyalā` artinya takabur.

Sifat ini timbul karena adanya keutamaan yang dilihat seseorang dari dirinya”.

Sedangkan takhayyul adalah menghayalkan sesuaatu dalam diri. Dalam artian,

bahwa kesombongan muncul dari khayalan seseorang dari hal-hal yang

diinginkannya5.

Sombong sendiri memiliki arti menghargai diri secara berlebihan,

congkak, pongah dan takabur. Sekalipun sudah ada musibah, belum juga luntur

kesombongannya. Takabur berakar dari huruf-huruf Arab, kaf-ba-ra yang

berarti kawan dari yang besar. Merasa besar jasanya, pangkat, keturunannya,

derajatnya, ilmunya dan segala macam kebesaran. Artinya orang yang takabur

itu menilai dirinya sangat hebat, bila dibandingkan dengan orang lain.

Misalnya iblis, yang menilai dirinya lebih hebat dari Adam (manusia), akhirnya

tidak mau menghormati (sujud) kepada Adam.6

Dalam al-Qur‟an QS. Al-A‟raf ayat 31, dijelaskan:

.

Artinya :

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)

mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebihlebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-

lebihan”.

5 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari: Syarah Shahih Bukhari, J.28. terj. Amiruddin

(Jakarta: Pustaka Azam, 2009), h. 480 6 Mochtar Husein, Islam Itu Indah Refleksi Keimanan, (Yogyakarta: Pusata

Pelajar,2008), h. 89.

Page 20: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

20

Ayat tersebut memerintahkan kepada kita untuk memanfaatkan rizki

yang telah Allah berikan kepada kita, salah satunya dengan makan dan minum

serta semua yang telah Allah halalkan untuk manusia tanpa berlebihan.

Maksud sebaliknya dari ayat tersebut adalah larangan bagi kita untuk

melakukan perbuatan yang melampaui batas, yaitu tidak berlebihan dalam

menikmati apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-

batas makanan yang dihalalkan. Perintah makan dan minum, lagi tidak

berlebih-lebihan yakni tidak melampui batas, merupakan tuntunan yang harus

disesuaikan dengan kondisi setiap orang, boleh jadi telah dinilai melampui

batas atau belum cukup buat orang lain.7 Sikap berlebih-lebihan dalam makan

dan minuman membuat badan menjadi gemuk dan mendatangkan berbagai

penyakit seperti sakit lambung dan pencernaan. Pepatah kuno menyatakan, “

Perut besar adalah sumber penyakit dan pencegahan (preventif) adalah sumber

pengobatan”.

Isrāf dan Makhilah merupakan suatu wabah yang tersebar pada zaman

ini, suatu wabah yang menuntut seseorang untuk mengkomsumsi sebuah

komiditi secara berlebihan. Namun, secara fakta sosial hakikat komsumsi

terhadap kehidupan manusia terkait dengan kebutuhan hasrat manusia secara

fisik. Maslow dalam teori tentang piramida kebutuhan manusia

mengumukakan bahwa kebutuhan manusia secara berurut meliputi kebutuhan

7 M. Quraish,Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol 5.(jakarta:lentera hati,2002), h. 76

Page 21: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

21

dasar, kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, kebutuhan rasa aman, serta

kebutuhan akan status sosial.8

Seringkali, orang membeli barang yang sesungguhnya tidak diperlukan.

Akibatnya barang itu menjadi tidak bermanfaat. Hal ini menunjukkan bahwa

perilaku belanja mereka tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan saja, tetapi

untuk bergaya, bermegah-megahan dan menunjukkan kemewahan yang mereka

miliki. Inilah yang dinamakan perilaku isrāf. 9

Berlebih-lebihan merupakan tindakan yang tidak didasarkan pada

pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang

mencapai taraf yang tidak rasional lagi. Biasanya perilaku isrāf dilakukan

semata-mata demi kesenangan sehingga menyebabkan seseorang menjadi

boros. Sebagian manusia membelanjakan semua hartanya dalam rangka

memuaskan keinginannya. Sebagian dari keinginannya sangat penting bagi

kehidupannya, seperti makanan, pakaian, tempat bernaung dan lain sebagainya.

Sementara sebagian lainnya perlu untuk mempertahankan atau meningkatkan

efisiensi kerjanya. Perilaku semacam ini adalah perilaku isrāf dan tabdzīr.10

Adapun perbedaan antara keduanya adalah, jika isrāf menekankan pada

berlebih-lebihannya, maka tabdzīr. menekankan pada kesia-siaan benda yang

digunakan. Lawan dari berlebih-lebihan adalah secukupnya atau sekedarnya,

8 Abraham Maslow, Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik, (Jakarta: Kanisius, 1987),

hlm. 21.

9 Nurfitriyani, Presetyo Budi widodo, Nailul Fauziyah, “Hubungan Antara Konformitas

Dengan perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Di Genuk Indah Semarang”, dalam Psikologi

Undip, Vol. XII,no.1 (April 2013). h. 56 10

Abdul Fatah, Kehidupan Manusia di Tengah-Tengah Alam Materi, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1995), h. 69.

Page 22: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

22

yakni hidup sederhana bukan berarti kikir. Orang sederhana tidak identik

dengan ketidak mampuan. Hidup sederhana yaitu membelanjakan harta benda

sekedarnya saja. Berlebih-lebihan dalam kepuasan pribadi atau dalam

pengeluaran untuk hal-hal yang tidak perlu serta dalam keinginan-keinginan

yang tidak sewajarnya juga bisa disebut sikap isrāf. Biaya yang dikeluarkan

biasanya lebih besar dari keuntungan yang diperoleh seseorang dari sikap isrāf

tersebut. 11

Jika dilihat pada konteks sekarang, mereka yang menerapkan

perilaku isrāf ini tidak lain hanyalah untuk mengikuti trend atau bermegah-

megahan. Dengan maksud dan tujuan memamerkan yang dimilikinya. Jika

semua yang dimilikinya terpenuhi, hal ini bisa berakibat kepada sikap sombong

atau berbangga diri.

Dari berbagai penjelasan tentang Isrāf dan Makhīllah diatas, penulis

menemukan ḥadīs-ḥadīs yang menjelaskan tentang Isrāf dan Makhīllah. Yang

peneliti temukan dari kitab al-Mu‟jam al-Mufaḥras karya Arnold John

Wesinck terdapat empat ḥadīs diantaranya: Kitab Musnad Imam Aḥmad ibn

Ḥanbal terdapat dua ḥadīs dengan nomor ḥadīs 6690 dan 6708. Dan kitab Ibnu

Mājah pada bab libās. Dan pada kitab An-Nasai pada bab zakat12

Berikut adalah ḥadīs-ḥadīs yang penulis temukan dalam kamus ḥadīs

kitab al-Mu‟jam al-Mufaḥras terkait dengan pembahasan perilaku isrāf.

11

Ibid, h. 70. 12

A.J Wensinck, al-Mu‟jam al- Mufahras li alfazh al-hadîts, J6 (Leiden: Breil, 1943),

h. 83.

Page 23: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

23

1. Ḥadis yang diriwayatkan oleh Aḥmad ibn Ḥanbal dalam kitabnya Musnad.

Artinya:

“Bahz menceritakan kepada kami, Hammam menceritakan kepada kami,

dari Qatadah, dari Amru bin Syu`aib, dari bapaknya, dari kakeknya,

bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “makanlah, minumlah,

bersedekahlah, dan pakilah pakaian, dengan tidak sombong dan boros.

Sesengguhny Allah menyukai diperlihatkan nikmat-Nya pada

hambanya”14

15

Artinya:

“Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Hammam mengabarkan

kepada kami, dari Qatadah, dari Amru bin Syu`aib, dari bapaknya, dari

kake`nya, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “makanlah, minumlah,

bersedekahlah, berpakaianlah, tanpa sombong dan boros” Yazid pernah

berkata sekali: dengan tidak boros dan tidak sombong.”16

13

Imam Ahmad ibn Hanbal, Musnad J. 6 (Kairo: Darul Hadis, 1995), h. 255. 14

Ibid, h. 356 15

Ibid. h.245 16

Ibid. h.341

Page 24: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

24

Ḥadis riwayat Aḥmad ibn Ḥanbal tentunya telah dijelaskan dalam

Firman Allah Swt dibawah ini :

Artinya:

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan

dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”17

2. Ḥadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Artinya:

“Abu Bakar bin Abi Syaibah bercerita kepada kami Yazid bin Harun

bercerita kepada kami Hamam menceritakan kepada kami dari Qotadah

dari Umar bin Syuaib dari Ayahnya dari Kakeknya berkata Rosulullah

Saw bersabda: makanlah dan minumlah dan bersedekahlah berlebihan-

lebihan atau sombong. (HR. Ibnu Majah)

3. Ḥadis yang diriwayatkan oleh Nasai

17

Departemen Agama R.I., Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta Departemen Agama

R.I., 1992). 18

Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah juz 2, (tanpa

kota: darul afkar, tanpa tahun). H.1192.

Page 25: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

25

Artinya:

“Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Sulaiman dia berkata; Telah

menceritakan kepada kami Yazid dia berkata; Telah menceritakan kepada

kami Hammam dari Qatadah dari 'Amru bin Syu'aib dari Bapaknya dari

Kakeknya dia berkata; Rasulullah Saw bersabda: "Makanlah dan

bersedekahlah serta berpakaianlah dengan tidak berlebihan dan sombong”

Pada ḥadīs-ḥadīs di atas kata Isrāf selalu disandingkan dengan kata

Makhīlah yang berarti sombong. berbeda dengan al-Qur`an yang

menyebutkan kata Isrāf secara individu. Pembatasan pada „berlebihan` dan

`sombong` adalah bahwa yang dilarang untuk dikonsumsi baik dimakan

maupun dipakai atau selainnya bisa karena maksud yang ada di dalam,

yaitu melempaui batas (berlebihan), atau mungkin karena ta`abbud

(maksud beribadah), seperti larangan memakai sutera, jika dikatakan tidak

ada alasan secara logika yang menjadi dasar pelarangannya sebagaimana

pendapat yang kuat.20

Maka yang menjadi kata kunci pada penelitian ini

adalah dua kata yang terdapat pada ḥadīs-ḥadīs tersebut, yakni Isrāf dan

Makhīlah. Kata Isrāf dalam ḥadīs yang penulis teliti artinya berlebihan

dalam melampaui batas dalam segala perbuatan, perkataan, dan infak

sedangkan dalam al-Qur‟an sendiri Isrāf berarti melampaui batas dalam

hal pakaian dan makanan. Sedangkan kata Makhīlah pada ḥadīs tersebut

19

Jalaluddin as-Suyuthi & Imam as-Sindiy, Sunan an-Nasa`i jld. 5, (Beirut: Dar al-

Ma‟rifah, tt), h. 83. 20

Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari: Syarah Shahih Bukhari, terj. Amiruddin

(Jakarta: Pustaka Azam, 2009), h. 480-479.

Page 26: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

26

bermakna sombong (takabbur), berlebihan juga bisa mendatangkan

kesombongan dan itu juga bisa disebut Makhīlah.

B. Rumusan Masalah

Setelah diuraikan latar belakang masalah dan agar tercapainya tujuan

yang di terapkan dalam penelitian ini, maka yang menjadi rumusan masalah

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Memahami Makna ḥadīs-ḥadīs tentang larangan Isrāf dan

Makhīlah?

2. Bagaimana relevansi ḥadīs-ḥadīs tentang larangan Isrāf dan Makhīlah pada

zaman sekarang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pemahaman tekstual ḥadīs dan kontekstual tentang Isrāf dan

Makhīlah.

2. Mengetahui sebab dilarangnya Isrāf dan Makhīlah.

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk mengurangi sikap berlebih-

lebihan sekaligus berbangga dengan segala yang dimiliki yang ada di kalangan

masyarakat. Karena pemahaman yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan

bisa mengubah kebiasaan masyarakat agar menggunakan atau memanfaatkan

rizki yag telah Allah berikan kepada kita dengan semestinya, atau tanpa

berlebihan.

Page 27: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

27

D. Tinjauan Pustaka

Dari judul penelitian yang diangkat oleh penulis, sudah banyak

penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sosial maupun religius

mengenai prilaku konsumtif di masyarakat dalam pandangan Islam dan umum.

Berikut beberapa penelitian tentang perilaku Isrāf dalam masyarakat

diantaranya :

Pertama, Jurnal yang ditulis oleh Wahyudi dengan judul Tinjauan

Tentang Perilaku Konsumtif Remaja Pengunjung Mall Samarinda Central

Plaza, yang diterbitkan melalui jurnal Sosiologi, Volume 1, Nomor 4, 2013.

Hasil penelitian ini adalah bahwa, Aktivitas remaja di Mall sebagian besar

adalah berbelanja, bukan menawarkan produk atau bahkan menjual dan selain

itu juga Mall adalah tempat jalan-jalan, hiburan maupun bersosialisasi, dengan

kehadiran Mall di Samarinda dalam hal membeli suatu produk, nilai guna (use

value) dari suatu produk bukan hal yang diprioritaskan para informan.

Melainkan hanya untuk terlihat modern didepan teman-teman sebaya.

Dengan adanya jumlah uang saku yang besar akan muncul keinginan

yang kuat untuk mencoba hal-hal baru dan sifatnya cepat bosan. Hal ini dapat

dilihat dari ditempatkannya faktor trend, sebagai bahan pertimbangan dalam

memutuskan untuk membeli suatu produk, hampir tidak memperhatikan

masalah harga ataupun kebutuhan dan membuat remaja menjadi berprilaku

konsumtif.

kedua, Jurnal yang ditulis oleh Regina C. M. Chita, Lydia David, Cicilia

Pali. Dengan judul Hubungan Antara Self-Control Dengan Perilaku Konsumtif

Page 28: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

28

Online Shopping Produk Fashion Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011 yang diterbitkan melalui jurnal e-

Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015.

Hasil penelitiannya adalah bahwa Terbentuknya perilaku konsumtif pada

remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pergeseran perilaku konsumen tidak

lagi untuk memenuhi kebutuhan tetapi berdasarkan motivasi untuk

mendapatkan suatu sensasi, tantangan, kegembiraan, sosialisasi dan

menghilangkan stres. Selain itu memberikan pengetahuan baru tentang

perkembangan trend dan model baru serta untuk menemukan barang yang baik

dan bernilai bagi dirinya. Remaja mempresentasikan diri melalui penampilan

mereka oleh karena itu produk fashion adalah hal penting untuk remaja.

Produk fashion merupakan mode pakaian, mencakup juga semua aksesori

seperti ikat pinggang, sepatu, topi, tas, kaus kaki Arloji dan telepon genggam.

Teknologi yang berkembang berdampak pada remaja, Gadget canggih dan

internet membuat remaja mudah untuk mengakses segala informasi di internet.

Produsen dan pebisnis pun semakin banyak menawarkan produknya melalui

internet. Konsumen dapat membeli produk melalui internet inilah yang disebut

online shopping. Sehingga transaksi jual-beli semakin mudah dan membuat

masyarakat rentan dengan berperilaku konsumtif khususnya remaja.

Ketiga, Jurnal yang ditulis oleh Endang Dwi Astuti . Dengan judul

Perilaku Konsumtif Dalam Membeli Barang Pada Ibu Rumah Tangga Di Kota

Samarinda, yang diterbitkan melalui jurnal Psikologi, Volume 1, Nomor 2,

2013.

Page 29: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

29

Hasil penelitiannya adalah bahwa mereka melakukan pembelian barang

berdasarkan atas dasar kesukaan dan ketertarikan terhadap model barang yang

terlihat menarik. Melakukan pembelian barang tanpa adanya perencanaan,

membeli barang tanpa pertimbangan harga serta tidak mempertimbangkan

manfaat maupun kegunaan. Membeli barang dengan harga yang mahal atau

barang dengan merek ternama akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi,

membeli barang dengan jenis sama namun dari merek yang berbeda, membeli

barang demi menjaga penampilan diri dan gengsi, serta membeli barang untuk

menjaga simbol status.

Keempat, Jurnal yang ditulis oleh Sheila Febriani Putri, Joko Widodo, S.

Martono. Dengan judul Pengaruh Literasi Keuangan Melalui Rasionalitas

Terhadap Perilaku Konsumtif (Studi Kasus Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA

Negeri se-Kota Semarang), yang diterbitkan melalui Journal of Economic

Education 5 (2) (2016).

Hasil penelitiannya adalah bahwa Literasi keuangan berpengaruh

langsung negatif dan signifikan terhadap perilaku konsumtif siswa kelas XI

Ilmu Sosial SMA Negeri se-Kota Semarang, artinya semakin tinggi literasi

keuangan siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri se-Kota Semarang maka

makin rendah pengaruhnya terhadap perilaku konsumtifnya. Rasionalitas

berpengaruh langsung negatif dan signifikan terhadap perilaku konsumtif siswa

kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri se-Kota Semarang, artinya semakin tinggi

rasionalitas siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri se-Kota Semarang maka

makin rendah pengaruhnya terhadap perilaku konsumtifnya. Literasi keuangan

Page 30: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

30

berpengaruh terhadap perilaku konsumtif melalui rasionalitas siswa kelas XI

Ilmu Sosial SMA Negeri se-Kota Semarang, artinya semakin tinggi literasi

keuangan siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri se-Kota Semarang maka

makin tinggi pengaruhnya terhadap rasionalitas dan tingginya rasionalitas akan

menurunkan perilaku konsumtif

Kelima, Jurnal yang ditulis oleh Puspita Nilawati Sipunga, Amri Hana

Muhammad. Dengan judul Kecenderungan Perilaku Konsumtif Remaja Di

Tinjau Dari Pendapatan Orang Tua Pada Siswa-Siswi Sma Kesatrian 2

Semarang, yang diterbitkan melalui Journal of Social and Industrial

Psychology 3 (1) (2014).

Hasil penilitiannya adalah bahwa Remaja di SMA Kesatrian 2 Semarang

menunjukkan perilaku konsumtif yang berada pada kategori sedang. Terdapat

perbedaan perilaku konsumtif antara remaja dengan status sosial ekonomi

(pendapatan) orang tua kelas atas dan remaja dengan status sosial ekonomi

(pendapatan) orang tua kelas bawah. Terdapat perbedaan perilaku konsumtif

antara remaja dengan status sosial ekonomi (pendapatan) orang tua kelas

menengah dan remaja dengan status sosial ekonomi (pendapatan) orang tua

kelas bawah. Namun tidak ada perbedaan antara perilaku konsumtif antara

remaja dengan status sosial ekonomi (pendapatan) orang tua kelas atas dan

remaja dengan status sosial ekonomi (pendapatan) orang tua kelas menengah.

Penelitian di atas merupakan perilaku isrāf yang sama halnya dengan

sikap berlebih-lebihan yang mewabah di kalangan masyarakat baik itu yang

kaya maupun yang kurang mampu. Perbedaan antara penelitian yang akan

Page 31: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

31

penulis teliti dengan penelitian sebelumnya adalah, ingin meneliti sikap

berlebih-lebihan dan sombong yang ditinjau dari ẖadīs-ẖadīs yang

diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal, Ibnu Majah, dan Sunan An-Nasai.

E. Kerangka Teori.

Kata ma‟ānī ( ) merupakan bentuk jamak dari ma‟nā ( ) secara

etimologi (bahasa) kata tersebut dapat diartikan maksud, makna atau arti.21

sedangkan secara terminologi (istilah) adalah ilmu untuk mengetahui hal ihwal

lafadz bahasa Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi dan

kondisi.22

Kaitannya dengan penelitian pemahaman ẖadīs larangan perilaku

Isrāf penulis menggunakan dua pendekatan dalam ilmu ma‟ānī al-ḥadīs, yaitu

pendekatan bahasa dan Historis.

Penggunaan pendekatan bahasa sangat diperlukan karena bahasa yang

digunakan dalam ḥadīs Nabi Muhammad Saw menggunakan bahasa Arab

dengan penyusunan bahasa yang indah dan mengandung makna simbolis untuk

dipahami. yang terkadang dalam ḥadīs tersebut mengandung makna balaghah

yang membuat sulit untuk dipahami oleh khalayak awam.

Pendekatan bahasa dalam memahami ḥadīs Nabi adalah suatu

pendekatan dengan melihat ḥadīs dari segi bahasanya, dalam melakukan

pendekatan bahasa beberapa hal yang harus diketahui, yaitu: melihat dari

susunan bahasa dalam matn ḥadīs, melihat keseuaiannya dalam kaidah bahasa

Arab. Kemudian melihat penggunaan kata-kata dalam ḥadīs, apakah

21

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progesif,

1997), h. 11. 22

Mammat Zaenuddin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah (Bandung:

Refika Aditama, 2007), h. 73.

Page 32: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

32

menggunakan kata-kata yang mudah dipahami yang sering digunakan bangsa

Arab pada zaman Nabi Muhammad atau menggunakan istilah-istilah yang

baru?. Kemudian menelusuri makna kata-kata yang terdapat dalam matn ḥadīs,

dan mencari apakah makna sebenarnya dari kata tersebut ketika diucapkan oleh

Nabi Muhammad dengan makna yang dipahami oleh pembaca maupun

peneliti.23

Pendekatan Historis adalah suatu pendekatan dengan melihat

kesejarahan, pemahaman terhadap sejarah pemikiran politik, sosial dan

ekonomi dalam hubungannya dengan pengarang dan isi naskah yang sedang di

bahas menjadi suatu keniscayaan. Kemudian pendekatan ini juga digunakan

para ulama untuk memahami makna yang terkandung dari Al-Qur`an dan ḥadīs

melalui konteks historis kemunculan Nash tersebut sehingga di dapat

pemahaman yang lebih komprehensif dan relevan untuk diaplikasikan dimasa

sekarang.24

Pendekatan ini dilakukan sebagai usaha dalam mempertimbangkan

kondisi historis pada saat ḥadīs muncul, pentingnya mengetahui kejadian-

kejadian yang mengitari. Dalam pendekatan historis pertanyaan mengenai

mengapa Nabi bersabda serta bagaimana suasana dan kondisi masyarakat

termasuk di dalamnya persoalan politik pada saat itu. Tujuan pendekatan ini

23

M. Alfatih Suryadilaga. Metodologi Syarah Hadis (Yogyakarta: SUKA-Press UIN

Sunan Kalijaga, 2012), h. 123. 24

M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis (Yogjakarta:SUKA Press,2012),h.

65.

Page 33: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

33

adalah untuk generalisasi yang berguna dalam upaya memahami gejala atau

permsalahan yang terjadi pada masa sekarang.25

Yang dimaksud pendekatan Historis dalam memahami ḥadīs adalah

memahami ḥadīs dengan memperhatikan dan mengkaji situasi atau peristiwa

sejarah yang terkait dengan latar belakang munculnya ḥadīs.26

Pendekatan model ini sebenarnya sudah dirintis oleh para Ulama‟ ḥadīs

sejak dulu, yaitu dengan munculnya ilmu asbâbul wurûd yaitu suatu ilmu yang

menerangkan sebab-sebab mengapa Nabi menuturkan sabdanya dan masa-

masa Nabi menuturkannya. Atau ilmu yang berbicara mengenai peristiwa-

peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan yang terjadi pada ḥadīs yang

disampaikan oleh Nabi.27

asbâbul wurûd diperlukan untuk menyibak ḥadīs

yang bermuatan norma hukum, utamanya lagi adalah hukum sosial. hukum

dapat berubah karena perubahan atau perbedaan sebab, situasi dan „illat (

alasan). Asbâbul wurûd tidak dibutuhkan untuk memahami ḥadīs yang

bermuatan informasi alam ghaib atau akidah karena tema ini tidak berpengaruh

oleh situasi apapun.28

Oleh karena itu kehadiran pendekatan historis sangat diperlukan guna

mendapatkan pemahaman yang komprehensif atas kandungan ḥadīs. Ini

25

Kurdi dkk, Hermeneutika Al-Qur‟an & Hadis (Yogjakarta: Elsaq, 2010), h. 373. 26

Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi Metode Dan Pendekatan (Yogjakarta: CESaD YPI

Al-Rahmah, 2001), h.70. 27

Said Agil Husin, Munawwar,Asbabul Wurud (Yogjakarta:Pustaka Pelajar, 2001),

h.27. 28

Muh. Zuhri, Telaah Matan Hadis; Sebuah Tawaran Metodologis (Yogjakarta: LESFI,

2003),h.62.

Page 34: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

34

berangkat dari asumsi dasar bahwa Nabi Saw. ketika bersabda itu tentu tidak

lepas dari situasi dan kondisi yang melingkupi masyarakat dimasa itu.29

Dengan pendekatan historis semacam ini diharapkan akan mampu

memberikan pemahaman ḥadīs yang relatif lebih lengkap, terhadap perubahan

dan perkembangan zaman sehingga dalam memahami ḥadīs tidak hanya

terpaku pada dzahir teks ḥadīs melainkan harus memperhatikan konteks sosio-

kultural waktu itu. 30

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian

pustaka (library research) karena data yang digunakan berasal dari bahan-

bahan kepustakaan. Adapun objek utama dalam penelitian ini adalah ḥadīs-

ḥadīs tentang “Larangan isrāf dan makhīlah.”

2. Sumber Data

Pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

pengumpulan data yang bersifat literer (library research). Oleh karena itu,

penelitian ini akan memanfaatkan bahan-bahan pustaka yang relevan untuk

mendukung dan menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Dari sudut

relevansinya, bahan pustaka dibagi menjadi dua sumber, yaitu : sumebr

primer sebagai bahan penelitian. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kitab

Aḥmad bin Ḥambal, Ibnu Mājah, Sunan An Nasa‟i yang meriwayatkan

29

M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis (Yogjakarta:SUKA Press, 2012),

h. 66. 30

Ibid, h. 64.

Page 35: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

35

ḥadīs tentang Larangan Isrāf dan Makhīlah.”. Sedangkan sumber sekunder

merujuk pada pustaka penunjang, yaitu berupa kitab-kitab ḥadīs lain dan

syarahnya, serta buku-buku yang secara tidak langsung mendukung

penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data, langkah awal yang di lakukan

penulis adalah mengumpulan informasi dengan cara melacak dan mencari

literatur-literatur yang bersangkutan dengan penelitian, baik data primer

maupun sekunder. Setelah terhimpun, data kemudian dipilah-pilah dengan

penelusuran dan menelaah untuk memperoleh data yang berhubungan

dengan aspek pembahasan. Kemudian data yang di peroleh, disajikan apa

adanya seperti yang tercantum dalam sumber atau literatur yang telah di

dapatkan.31

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengumpulkan data-

data penelitian dengan cara sebagai berikut:

a. Peneliti mengumpulkan ḥadīs yang berkaitan dengan pembahasan dengan

mencari ḥadīs tersebut di dalam kamus al-Mu‟jam al-Mufaḥras li Alfadẓ

al-Ḥadīs an-Nabawî” karya Arnold John Wensinck. Dari penelusuran

kitab Mu‟jam tersebut, dengan menggunakan kata kunci libās. dari

penelitian tersebut dapat diketahui bahwa matan ḥadīs tentang larangan

Isrāf dan Makhīlah. Adapun jumlah keseluruhan ḥadīsnya ada empat

ḥadīs, yang semua matnnya mengandung maksud sama yakni laranagn

Isrāf dan Makhīlah.

31

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta:Rineka Cipta,2003),h.310.

Page 36: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

36

b. Setelah dilakukan analisa sementara terhadap data primer, maka, akan

dikumpulkan data sekunder berupa kitab syarah ẖadīs dan buku-buku

yang terkait.

4. Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data dilakukan, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap data-data yang telah

diperoleh. Dalam menganalisa data-data yang telah didapatkan, dilakukan

dengan langkah sebagai berikut:

Peneliti melakukan kajian ma‟ānī al-ḥadīs, tujuanaya adalah untuk

mengetahui historis suatu ḥadīs. Dan dalam konteks apa ḥadīs tersebut di

sabdakan. Dengan menggunakan pendekatan bahasa (linguistik).

Pendekatan bahasa dalam memahami ḥadīs dilakukan apabila dalam sebuah

matn ḥadīs terdapat aspek-aspek keindahan bahasa (balaghah) yang

memungkinkan mengandung pengertian majazī (metaforis) sehingga

berbeda dengan pengertian haqīqī. Dan menggunakan pendekatan historis

yang mana pendekatan tersebut berfungsi untuk memahami ẖadīs dengan

memperhatikan dan mengkaji situasi atau peristiwa sejarah yang terkait

dengan latarbelakang munculnya ḥadīs.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan arah yang tepat dan tidak memperluas objek

penelitian, maka perumusan sistematika pembahasan disusun sebagai berikut :

Page 37: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

37

Bab pertama, berisi tentang pendahuluan, yang meliputi: latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, kerangka

teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, kajian teori-teori yang digunakan dalam melakukan ma‟ānī

al-ḥadīs serta berbagai langkah, objek dan ruang lingkupnya.

Bab ketiga, penulis akan melakukan telaah ma‟ānī ḥadīs-ḥadīs larangan

Perilaku isrāf dan makhīlah . Dalam bab ini akan membahas tentang redaksi

ẖadīs dan kajian otentisitas hadis serta pemaknaan ḥadīs-ḥadīs yang diteliti.

Bab keempat, membahas tentang relevansi ḥadīs-ḥadīs isrāf dan makīlah

pada konteks sekarang.

Bab kelima, merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisi

kesimpulan penelitian serta saran terhadap penelitian.

Page 38: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

38

BAB II

KAJIAN MA’ᾹNῙ AL-ḤADῙS

A. Pengertian Ma’ānī al-Ḥadīs

Sebelum memahami ḥadīs yang diteliti, perlu kiranya untuk melakukan

telaah terhadap bagian dari ma‟ānī al-ḥadīs, yaitu berupa memahami ḥadīs dari

segi matannya. Diharapkan muncul bukti-bukti yang jelas bahwa dalam

berbagai ḥadīs Nabi Saw. Terkandung ajaran-ajaran Islam yang Universal,

temporal, atau lokal. Maka dari itu, perlu perlu pembahasan terlebih dahulu apa

yang dimaksud dengan ilmu ma‟ānī al-ḥadīs.

Ilmu ma‟ānī al-ḥadīs sangat penting dalam konteks penembangan studi

ḥadīs antara lain:

1. Untuk memberikan prinsip-prinsip metodologi dalam memahami ḥadīs.

Seorang peminat studi ḥadīs harus belajar tentang prinsip-prinsip

metodologi dalam memahami ḥadīs.

2. Untuk mengembangkan pemahaman ḥadīs secara kontekstual dan

progresif. Ketika seseorang berhadapan dengan teks ḥadīs, sesungguhnya

ia tidak sedang berhadapan dengan Nabi SAW lansung, sebab beliau telah

wafat. Ini artinya, ia tidak langsung bertanya kepada beliau.

3. Untuk melengkapi kajian ilmu ḥadīs riwayah, sebab kajian ḥadīs saja tidak

cukup. Ḥadīs itu dicatat bukan sekedar untuk diriwayatkan, tetapi untuk

dipahami oleh generasi-generasi berikutnya.

4. Sebagai kritik terhadap model pemahaman ḥadīs yang terasa rigid dan

kaku. Ilmu ma‟ānī al-ḥadīs akan memberi perspektif baru dalam

Page 39: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

39

memahami ḥadīs Nabi Saw. Dengan ilmu ma‟ānī al-ḥadīs, pembacaan

terhadap ḥadīs-ḥadīs Nabi Saw. Menjadi lebih hidup (al-qira`ah al-

hayah), dan terhindar dari model pembacaan yang mati (al-qira`ah al-

mayyitah).32

Kata ma‟ānī ( ) merupakan bentuk jamak dari ma‟nā ( ) secara

etimologi (bahasa) kata tersebut dapat diartikan maksud, makna atau arti.33

al-Ma‟ānī adalah bentuk jamak dari kata makna. Secara etimologi artinya

hal yang dituju, menurut pengertian terminologi ulama‟ Ilmu Bayân adalah

menyatakan apa yang digambar dalam hati dengan suatu lafal atau ucapan, atau

tujuan yang dimaksudkan oleh lafal yang tergambar dalam hati. Ilmu ma‟ānī

adalah pokok-pokok dan dasar-dasar untuk mengetahui tata cara menyesuaikan

kalimat kepada kontekstualnya, sehingga cocok dengan tujuan yang

dikehendaki.34

Jadi Ilmu ma‟ānī al-ḥadīs adalah pengetahuan tentang arti atau maksud

dari sebuah ḥadīs dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan

dengan ḥadīs tersebut sedangkan secara istilah Ilmu Ma`ani dalam Ilmu

Balaghah diartikan sebagai berikut:

32

Abdul Mustaqim, Ilmu Ma`ni Hadis paradigma Interkoneksi berbagai teori dan

metode memahami hadis nabi, (yogyakarta: 2008), h. 33

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progesif,

1997), h. 11. 34

Miftahul Asror dan Imam Musbihin, Membedah Hadis Nabi Saw (Yogjakarta:

Pustaka Pelajar, 2015),h.290.

Page 40: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

40

.

Artinya:

Ilmu Ma`ānī adalah ilmu pengetahuan yang dengannya dapat dikehetahui

hal ikhwal ungkapan Arab dengan konteks, situasi dan keadaan yang

sesuai dengan tujuan dari konteks tersebut.35

Ilmu ma‟ ānī juga mempunyai beberapa faidah yaitu, pertama,

mengetahui kemukjizatan Al-Qur‟ân melalui aspek kebaikan susunan dan

sifatnya, keindahan kalimat, kehalusan bentuk ijaz yang telah diistimewakan

oleh Allah dan segala hal yang telah terkandung oleh Al-Qur‟an itu sendiri,

yang berupa kemudahan susunan, keagungan kalimat-kalimatnya, lafal-

lafalnya. Kedua, mengetahui rahasia “balaghah” dan “fashahah” dalam bahasa

Arab yang berupa prosa dan puisi agar dapat mengikutinya dan menyusun

sesuai dengan aturannya serta membedakan antara kalimat yang bagus dengan

yang bernilai rendah.36

Dapat disimpulkan, Ilmu ma‟ānī al-ḥadīs adalah ilmu yang berusaha

memahami matn suatu ḥadīs secara tepat dengan mempertimbangkan faktor-

faktor yang berkaitan dengannya atau indikasi yang melingkupi. Abdul

Mustaqim mengatakaan bahwa ilmu ma‟ānī al-ḥadīs adalah ilmu yang

mengkaji tentang bagaimana memaknai dan memahami ḥadīs Nabi Saw.

Ketika menyampaikan ḥadīs, dan bagaimana menghubungkan teks ḥadīs masa

35

Wahab Muhsin dan Fuad Wahab, Pokok-Pokok Ilmu Balaghah, (Bandung: Angkasa,

1982), h76. 36

Miftahul Asror dan Imam Musbihin, Membedah Hadis Nabi Saw, h.290.

Page 41: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

41

lalu dengan konteks kekinian, sehingga diperoleh pemahaman yang relatif

tepat, tanpa kehilangan relevansinya dengan konteks kekinian.37

B. Langkah-Langkah Ma’ânî al-Hadîs

Secara operasional langkah-langkah kerja dalam ma‟ānī al-ḥadīs itu bisa

dilakukan dengan suatu pendeketan atau melalui metode pemaknaan dan

interpretasi terhadap matn ḥadīs dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang

berkaitan dengannya, diantara langkah-langkahnya adalah:

Pertama, kritik Historis, yaitu menentukkan validitas dan otentitas ḥadīs

dengan menggunakan kaedah keshahihan yang telah ditetapkan oleh para

ulama‟ kritikus ḥadīs.38

Kedua, kritik Eidetis, yaitu menjelaskan makna ḥadīs,

setelah menentukkan derajat otentitas historis ḥadīs. Langkah ini memuat tiga

poin penting yaitu: Analisis isi, yakni pemahaman terhadap muatan makna

ḥadīs melalui beberapa kajian linguistik, kajian tematik komprehensif dan

kajian konfirmatif. Analisis realita Historis, dalam tahapan ini, makna atau arti

suatu pernyataan dipahami dengan melakukan kajian atas realitas, situasi atau

problem historis dimana sebuah pernyataan ḥadīs muncul. Analisis

generalisasi, yaitu menangkap dalam makna universal inti dan esensi makna

dari sebuah ḥadīs.39

C. Objek Kajian Ma’ânî al-Hadîs

Dalam perspektif filsafat ilmu, setiap disiplin ilmu harus memiliki objek

kajian yang jelas. Demikian pula Ilmu ma‟ānī al-ḥadīs sebagai salah satu

37

Abdul Mustaqim, Ilmu Ma‟ani Hadis:Paradigma Interkoneksi:berbagai teori dan

metode memahami Hadis Nabi, (t.tp:Erlangga, t.th), h. 23 38

Miftahul Asror dan Imam Musbihin, Membedah Hadis Nabi Saw, h.291. 39

Ibid ,h.292.

Page 42: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

42

cabang ilmu ḥadīs, juga memiliki objek kajian tersendiri, seperti halnya ilmu-

ilmu yang lain. Sebab suatu pengetahuan dapat dikatan sebagai ilmu, jika ia

memiliki objek kajian yang jelas dan landasan ontologis maupun epistimologis.

Dilihat dari segi objek kajiannya, ilmu ma‟ānī al-ḥadīs memiliki dua objek

formal. Objek material dan objek formal. Objek material ilmu ma‟ānī al-ḥadīs

adalah ḥadīs Nabi Saw. Sedangkan objek formalnya adalah matn atau redaksi

ḥadīs itu sendiri dilihat dari segi bagaimana maksud atau pengertian redaksi

tersebut. 40

Objek pembahasannya adalah lafal bahasa Arab dari segi penunjukannya

kepada makna-makna yang kedua yang merupakan tujuan-tujuan yang

dimaksudkan oleh mutakkalim, yaitu, menunjukkan kalimat yang berisi

kehalusan dan keistimewaan-keistimewaan yang dengannya kalimat tersebut

sesuai dengan kontekstualnya.41

Disamping itu, objek kajian ilmu ma‟ānī al-ḥadīs hampir sama dengna

ilmu nahwu. Kaidah-kaidah yang digunakan dalam ilmu nahwu berlaku dan

digunakan pula dalam ilmu ma‟ānī. Perbedaan antra keduanya terletak pada

wilayahnya. Ilmu nahwu lebih bersifat mufrad (berdiri sendiri), sedangkan

ilmu ma‟ānī lebih bersifat tarkibi (dipengaruhi oleh faktor lain). Mengingat

objek ilmu ma‟ānī adalah kalam Arabī. Maka ḥadīs juga menjadi salah satu

40

Abdul Mustaqim, Ilmu Ma`ni Hadis paradigma Interkoneksi berbagai teori dan

metode memahami hadis nabi, (yogyakarta: 2008), h.11-12. 41

Miftahul Asror dan Imam Musbihin, Membedah Hadis Nabi Saw, h.290.

Page 43: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

43

bahan kajiannya, karena ilmu ma`āni al-ḥadīs adalah alat untuk mengetahui

atau memahami makna suatu ḥadīs.42

Di zaman Nabi Saw, dan zaman sahabat, maupun tabi`in belum ada

istilah ilmu ma‟ānî al-ḥadīs. Dalam berbagai literatur kitab ḥadīs, syarah ḥadīs

maupun ulumul ḥadīs, tidak pernah disebutkan tentang istilah ilmu ma‟ānî al-

ḥadīs yang mengacu pada disiplin ilmu tersendiri. Istilah tersebut merupakan

istilah baru dalam studi ḥadīs kontemporer.43

Munculnya istilah ilmu ma‟ānî al-ḥadīs agaknya dilatar belakangi oleh

keinginan memberikan imbangan dari istilah ilmu ma‟ānî Qur`an, dengan

asumsi bahwa jika dalam studi Al-Qur`an ada istilah ma‟ānî Qur`an, maka

mengapa dalam studi hadis tidak dimunculkan istilah ilmu ma‟ānî al-ḥadîs. 44

Dijelaskan diawal, bahwa objek kajian ilmu ma‟ānî al-ḥadīs terdapat

dalam matn ḥadīs, maka dari itu, untuk memahami sebuah ḥadīs diperlukan

instrumen, seperti pengetahuan bahasa, informasi tentang situasi yang

berkaitan dengan munculnya sebuah ḥadīs, serta setting sosial budaya.45

Kata “pendekatan” secara bahasa berarti proses, perubahan, dan cara

mendekati (dalam kaitannya dengan perdamaian atau persahabatan), atau usaha

dalam aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang

42

Ali Mas`ud Huda, Hadis Tentang Kewajiban Mandi Jum`at Bagi Orang Yang Sudah

Baligh (Studi Ma`ni al-Hadis), (Skripsi S1 Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas

Usuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2016), h.36. 43

Abdul Mustaqim, Ilmu Ma`ni Hadis paradigma Interkoneksi berbagai teori dan

metode memahami hadis nabi, (yogyakarta: 2008), h. 5. 44

Ibid, 9 45

Muh Zuhri, Telaah Matan Hadis: Sebuah Tawaran Metodologis, Cet I (Yogjakarta:

LESFI, 2003), h. 41.

Page 44: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

44

diteliti. Atau metode untuk mencapai pengertian tentang penelitian. Dalam

bahasa inggris disebut approach yang juga berarti pendekatan.46

Pendekatan dalam penelitian ḥadīs dapat dilakukan dengan dua cara.

Pertama melalui asbab al-wurud untuk ḥadīs-ḥadīs yang memiliki asbab al-

wurud khusus. Pendekatan ini dilakukan dengan cara meneliti asbab al-wurud

secara langsung dan dapat dipahami maksud dari redaksi ḥadīs yang

disabdakan Nabi dengan mempertimbangkan situasi dan perkara yang melatar

belakangi munculnya ḥadīs. Namun tidak semua ḥadīs memiliki asbab al-

wurud khusus dan dibutuhkan perangkat lain untuk melakukan pendekatan

pemahaman ḥadīs.47

Untuk melakukan pendekatan pada ḥadīs-ḥadīs yang tidak memiliki

asbab al-wurud tertentu. Maka dapat dilakukan analisis pemahaman ḥadīs

(fiqhul hadis) dengan menggunakan berbagai macam pendekatan, baik historis,

sosiologis, antropologis bahkan dengan pendekatan psikologis. Pendekatan-

pendekatan ini dapat membantu seorang peneliti untuk memperoleh

pemahaman ḥadīs yan lebih tepat, apresiasi da akomodatif terhadap perubahan

dan perkembangan zaman. pendekatan adalah pola pikir (al-Ittijah al-Fikri)

yang dipergunakan untuk membahas suatu masalah.48

Berikut paparan berbagai

macam pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam memahami ḥadīs.

46

Adeng Mukhtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama,(Bandung:Pustaka setia, 2000),

h, 27. 47

Agil Husain Al-Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud : studi kritik atas

Hadis Nabi, pendekatan Sosio-Historis konteskstual cet. 1.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2001), h. 24-25 48

Ibid, h. 25

Page 45: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

45

1. Pendekatan Bahasa

Pendekatan bahasa dalam memahami ḥadīs Nabi adalah suatu

pendekatan dengan melihat ḥadīs dari segi bahasanya, dalam melakukan

pendekatan bahasa beberapa hal yang harus diketahui, yaitu: melihat dari

susunan bahasa dalam matn ḥadīs, melihat keseuaiannya dalam kaidah

bahasa Arab. Kemudian melihat penggunaan kata-kata dalam ḥadīs, apakah

menggunakan kata-kata yang mudah dipahami yang sering digunakan

bangsa Arab pada zaman Nabi Muhammad atau menggunakan istilah-istilah

yang baru?. Kemudian menelusuri makna kata-kata yang terdapat dalam

matn ḥadīs, dan mencari apakah makna sebenarnya dari kata tersebut ketika

diucapkan oleh Nabi Muhammad dengan makna yang dipahami oleh

pembaca maupun peneliti.49

Penelitian ḥadīs dengan pendekatan bahasa dapat digunakan untuk

meneliti makna ḥadīs, juga dapat digunakan untuk meneliti nilai sebuah

ḥadīs apabila terdapat perbedaan lafaz dalam matn ḥadīs. Terjadinya sebuah

ḥadīs ada yang bersifat situasional (yang didahului oleh sebab) dan ada yang

bersifat langsung (tanpa sebab). Hal ini berarti bahwa ḥadīs yang didahului

oleh sebab tertentu sangat terkait dengan konteks sosial budaya, sehingga

bahasa yang digunakan hadīs berhubungan erat dengan sosial budaya juga.50

49

M. Alfatih Suryadilaga. Metodologi Syarah Hadis (Yogyakarta: SUKA-Press UIN

Sunan Kalijaga, 2012), h. 123. 50

Miftahul Asror &Imam Musbihin, Membedah Hadis Nabi Saw:Kaedah Dan Sarana

Studi Hadis Serta Pemahamannya,h. 270.

Page 46: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

46

2. Pendekatan Historis

Pendekatan Historis adalah suatu pendekatan dengan melihat

kesejarahan, pemahaman terhadap sejarah pemikiran politik, sosial dan

ekonomi dalam hubungannya dengan pengarang dan isi naskah yang sedang

di bahas menjadi suatu keniscayaan. Para Orientalis menggunakan

pendekatan historis ini dengan memadukan beberapa pendekatan sekaligus,

yaitu kritik Naskah (tekstual criticism), kritik narasumber karya tulis

(literariy atau source criticism), kritik ragam atau corak tulisan (form),

kritik penyuntingan (redaction), dan kritik periwayatan

(tradition/transmission criticism). 51

Yang dimaksud dengan pendekatan

historis dalam hal ini adalah suatu upaya memahami ḥadīs dengan cara

mempertimbangkan kondisi historis-empiris pada saat Nabi Saw.52

Yang dimaksud pendekatan historis dalam memahami ḥadīs di sini

adalah memahami ḥadīs dengan dengan cara memperhatikan dan mengkaji

situasi atau peristiwa yang terkait latar belakang munculnya ḥadīs. Dengan

kata lain pendekatan historis adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara

mengkaitkan antara ide dengan gagasan yang terdapat dalam ḥadīs dengan

determinasi-determinasi sosial dan situasi historis kultural yang

mengitarinya untuk kemudian di dapatkan konsep ideal moral yang dapat

51

Al-Fatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis (Yogjakarta: SUKAPress UIN Sunan

Kalijaga, 2012),h.65. 52

Agil Husain Al-Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud : studi kritik atas

Hadis Nabi, pendekatan Sosio-Historis konteskstual cet. 1.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2001), h 27

Page 47: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

47

dikontekstualisasikan sesuai perubahan dan perkembangan zaman.53

Pemahaman ḥadīs dengan pendekatan historis ini dapat dilihat dalam

memahami ḥadīs tentang hukum rajam.54

3. Pendekatan Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-

proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, maksud dari

pendekatan sosiologi dalam memahami ḥadīs disini adalah cara untuk

memahami ḥadīs Nabi Saw. Dengan memperhatikan dan mengkaji

keterkaitannya dengan kondisi dan situasi masyarakat pada saat munculnya

ḥadīs.55

Pendekatan Sosiologis dalam memahami ḥadīs merupakan sebuah

cara dalam memahami ḥadīs dengan memperhatikan dan mengkaji

keterkaitannya dengan kondisi dan situasi masyarakat pada saat munculnya

ḥadīs.56

Kontribusi pendekatan sosiologis bertujuan untuk menyajikan

uraian yang meyakinkan tentang apa yang sesungguhnya terjadi dengan

manusia dalam berbagai situasi hidup dalam hubungannya dengan ruang

dan waktu. Dengan melihat setting sosial yang melingkupi ḥadīs, dari

kondisi setting sosial terkait dengan ḥadīs dapat diperoleh gambaran yang

utuh dalam pemahaman ḥadīs. Pendekatan sosiologis dalam memahami

53

Al-Fatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis (Yogjakarta: SUKAPress UIN Sunan

Kalijaga, 2012), h. 66. 54

Ibid, h. 71. 55

Ibid, h.77-78 56

Nizar Ali, Metode dan Pendekatannya, h. 93.

Page 48: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

48

ḥadīs dapat ditarapkan misalnya pada ḥadīs tentang persyaratan keturunan

Quraisy bagi seorang imam atau kepala negara.57

4. Pendekatan Sosio-Historis

Pendekatan sosio-historis adalah memahami ḥadīs-ḥadīs dengan

melihat sejarah sosial dan setting sosial pada saat dan menjelang ḥadīs

tersebut disabdakan.58

Pendekatan Sosio-Historis merupakan metode

memahami ḥadīs dengan sejarah sosial serta setting sosial pada saat dan

menjelang ḥadīs tersebut disabdakan. Pendekatan sosio-historis dapat

dipahami pula dengan sebuah pendekatan dalam memahami ḥadīs dengan

memperhatikan pada sebab munculnya (asbâbul wurûd) dan kondisi

masyarakat ketika ḥadīs itu disabdakan.59

Hal itu dilakukan apabila dalam

sebuah ḥadīs diindikasikan terdapat aspek kesejarahan sosial dan aspek

sosiologis sekaligus.60

Pendekatan sosio-historis dalam pemahaman ḥadīs Nabi Saw, ini

dapat diterapkan atau digunakan, misalnya dalam memahami ḥadīs tentang

larangan perempuan menjadi pemimpin.61

5. Pendekatan Antropologis

Antropologi adalah salah satu disiplin ilmu dari cabang ilmu

pengetahuan sosial yang memfakuskan kajiannya kepada manusia. Secara

57

Miftahul Asror &Imam Musbihin, Membedah Hadis Nabi Saw:Kaedah Dan Sarana

Studi Hadis Serta Pemahamannya,h. 271. 58

Nizar Ali, Metode dan Pendekatannya, h. 92. 59

Muh Zuhri, Telaah Matan Hadis: Sebuah Tawaran Metodologis, (Yogjakarta:

LESFI, 2003), h. 88. 60

Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi: Metode dan Pendekatannya, h.99. 61

Miftahul Asror &Imam Musbihin, Membedah Hadis Nabi Saw:Kaedah Dan Sarana

Studi Hadis Serta Pemahamannya,h. 271.

Page 49: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

49

umum, obyek kajian antropologi dapat dibagi menjadi dua bidang, yaitu

antropologi fisik yang mengkaji makhluk manusia sebagai organisme

biologis, dan antropologi budaya. Selain perdebatan seputar masyarakat,

antropologi juga mengkaji tentang agama salah satunya adalah mengenai

teks atau naskah keagamaan.62

Sedangkan pendekatan Antropologi dalam memahami ḥadīs nabi yaitu

suatu pendekatan dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang

tumbuh dan berkembang di masyarakat, tradisi dan budaya yang

berkembang dalam masyarakat pada saat ḥadīs tersebut disabdakan.63

Pendekatan antropologis bahkan sudah diterapkan Nabi Saw.

Contohnya, suatu ketika seorang „Arab Badui datang mengadu kepada Nabi

perihal istrinya yang melahirkan anak berkulit berbeda dengan kulitnya.64

6. Pendekatan Psikologis

Pendekatan Psikologis adalah memahami ḥadīs dengan

memperhatikan kondisi psikologis Nabi Saw dan masyarakat yang dihadapi

Nabi ketika ḥadīs tersebut disabdakan. Ḥadīs-Ḥadīs Nabi adakala

disabdakan sebagai respon terhadap pertanyaan dan prilaku sahabat. Oleh

karenanya dalam keadaan tertentu Nabi memperhatikan faktor psikologi

sahabat ketika hendak mengucapkan sebuah ḥadīs. Dengan melihat dua

62

Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis, h.89. 63

Ibid. h.89-90. 64

Miftahul Asror & Imam Musbihin, Membedah Hadis Nabi Saw:Kaedah Dan Sarana

Studi Hadis Serta Pemahamannya, h. 272.

Page 50: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

50

kondisi psikologis (Nabi dan Sahabat) ini akan menentukan pemahaman

yang utuh terhadap ḥadīs tersebut.65

Menurut Syuhudi Ismail Pendekatan ini perlu dilakukan mengingat

Nabi Saw.Terkadang memberikan jawaban yang berbeda-beda terhadap satu

pertanyaan yang sama. Dalam masalah ini. Maka pendekatan yang paling

tepat digunakan dalam memahami ḥadīs-ḥadīs tersebut yakni pendekatan

psikologis. perbedaan materi jawaban sebenernya tidaklah bersifat subtantif.

Yang subtantif ada dua kemungkinan, yakni : 1) relevansi antara kedaan

orang yang bertanya dengan materi jawaban yang diberikan. 2) relevansi

antara keadaan kelompok masyarakat tertentu dengan materi jawaban yang

diberikan. Oleh karena itu ada juga ḥadīs-ḥadīs yang bersifat temporal dan

kondisional.66

Perlu diketahui bahwasanya tidak semua pendekatan dalam memahami

ḥadīs Nabi Saw dapat digunakan untuk diterapkan pada semua ḥadīs. Tetapi

dengan melihat aspek-aspek diluar teks ḥadīs. Karena banyak ḥadīs lahir dari

respon Nabi terhadap perilaku atau tindakan sahabat, maka ḥadīs Nabi sangat

terkait dengan keadaan yang terjadi pada waktu itu. Fungsi Nabi ketika

mengucapkan ḥadīs, kondisi psikologis, dan hal yang berhubungan dengan diri

Nabi sangat membantu dalam memahami keutuhan makna ḥadīs, kemampuan

sahabat menangkap ḥadīs, kondisi psikologis sahabat dan hal lain yang

65

Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi: Metode dan Pendekatannya, h. 108. 66

Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual :Telaah Ma`ani al-Hadis

tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan lokal, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994),h.

26

Page 51: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

51

berkenaan dengan diri sahabat juga ikut berpengaruh dalam menangkap makna

ḥadīs. 67

Disini penulis fakus pada dua pendekatan, yaitu pendekatan Bahasa dan

historis. Mengapa penulis menggunakan pendekatan tersebut, mengingat

bahwa bahasa Arab yang digunakan oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam

menyampaikan berbagai ḥadīs selalu dalam susunan baik dan benar.

Pendekatan bahasa dalam penelitian matn akan sangat membantu terhadap

kegiatan penelitian yang berhubungan dengan kandungan petunjuk dari matn

ḥadīs yang bersangkutan juga dapat digunakan untuk meneliti nilai sebuah

ḥadīs apabila terdapat perbedaan lafal dalam matn ḥadīs.

Pendekatan historis menurut penulis suatu pendekatan yang melihat

kesejarahan, kehadiran pendekatan historis sangat diperlukan guna

mendapatkan pemahaman yang konprehensif atas kandungan ḥadīs. Ini

berangkat dari asumsi dasar bahwa Nabi Saw ketika bersabda itu tentu tidak

lepas dari situasi dan kondisi yang melingkupi masyarakat dimasa itu.

67

Miftahul Asror &Imam Musbihin, Membedah Hadis Nabi Saw: Kaedah Dan Sarana

Studi Hadis Serta Pemahamannya, h.272.

Page 52: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

52

BAB III

TELAAH MA’ᾹNῙ AL-ḤADῙS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN

MAKHῙLAH

A. Redaksi Ḥadīs dan Kajian Otentisitasnya

Ḥadīs-ḥadīs tentang Isrāf dan Makhīlah berdasarkan hasil penelitian yang

telah penulis lakukan, didapatkan bahwa ḥadīs tersebut memiliki derajat yang

Ṣhahīh. Pendapat ini dikarenakan adanya ketersambungan antara guru dan

murid. Mulai dari mukharrij (yakni yang menulis ḥadīs) sampai kepada Nabi

Saw. Selain itu semua rawi dalam ḥadīs tersebut merupakan orang-orang yang

dinilai adil dan ḍhabit oleh para ulama. Sehingga secara sanad ḥadīs tersebut

merupakan ḥadīs yang ṣhahīh. Dibawah ini akan dijelaskan skema mengenai

ḥadīs tentang Isrāf dan Makhīlah.

Page 53: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

53

Skema Ibnu Mājah

Page 54: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

54

Skema An-Nasai

Page 55: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

55

Skema Aḥmad bin Ḥambal

Page 56: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

56

Skema keseluruhan sanad.

Page 57: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

57

Berikut ini akan dijelaskan ketersambungan antara guru dan murid

melalui skema sanad diatas.

1. Muhammad bin Abdullah bin `Amrubnil `Ashi .

Gurunya adalah Hakim bin Haris Al-fahmi. Rasulullah Saw.68

Muridnya adalah.Muhammad bin Abdullah bin `Amrubnil `Ashi.

2. Syuaib bin Muhammad bin `Abdullah bin Amrubnil `Ashi.

Guru-gurunya adalah. `Ubadah bin Ashamat. Abdullah bin Abbas.

Abdullah bin Amrubnil khattab. Abdullah bin Abdullah bin `Amrubnil

`Ashi. Muhammad bin Abdullah bin `Amrubnil `Ashi.

Murid-murinya adalah. Abu Sahabah Ziyadah bin Umar. Salamah bin Abil

Husam.Tsabit Al-bunani. Usman bin Hakim Al-Anshari. Atha` Al-

Kharasani. Umar bin Syuaib. `Amruna bin Syuaib.69

3. `Amruna bin Syuaib bin Muhammad bin Abdillah bin Amrubnil `Ashi.

Guru-gurunya adalah. Said bin Abi Said Al-Maqburi. Sulaiman bin Yasar.

Syuaib bin Muhammad. Abdullah bin bin Abi Najih. Abdullah bin

Harami. Harami bin Abdullah. Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-

Zuhri.

Murid-muridnya adalah. Ibrahim bin Maisarah Athaifi. Ibrahim bin Yazid

al-Khuzi. `Ubaidillah bin Umar al-Amari. Qotadah bin Dima`ah.

Muhammad bin Juhadah. Ya`qub bin Atha` bin Abi Rabah. Abu Ishaq

Assyaibani. Abu Zubair Al-Makki.70

4. Qatadah bin Dima`ah.

Guru-gurunya adalah. Anas bin Malik. Habib bin Salim. Hasan bin Bilal.

Muhammad bin Abdurrahman bin Auf. Abdullah bin Sarjis. Abdullah bin

Buraidah. Abdullah bin Abi Utbah. Maula Anas bin Malik. Amruna bin

Syuaib. Abi Umar al-Ghudani. Abi Isa al-Aswari. Yahya bin Ya`mar.

68

Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma‟ ar-Rijal, Juz

16, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h, 434. 69

Ibid, h,378. 70

Ibid, h, 244.

Page 58: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

58

Murid-muridnya adalah. Ismail bin Muslim Al-Makki. Jarir bin Hazim.

Said bin Abi Arubah. Hammam bin Yahya. Yusuf bin Utbah Ashafar.

Abu Bakar Al-Hudzali. Abu Khalid Addalani. Abu Hilal Ar-Rasabi. 71

5. Hammam bin Yahya.

Guru-gurunya adalah. Ishaq bin Abdullah bin Abi Thalhah. Anas bin Sirin.

Bakar bin Wail. Zaid bin Aslam. Qotadah bin Duma`ah. Muhammad bin

Juhadah. Hisyam bin Urwah. Muhammad bin Juhadah. Yahya bin Abi

katsir.

Murid-muridnya adalah. Ismail bin Ulayyah. Muslim bin Ibrahim. Harun

Bin Ismail. Yazid bin Hrun. Abi Said. Maula bani Hasyim. Affan bin

Muslim. Ali bin Abi Bakar. Abu Salamah Musa bin Ismail. Sahal bin

Bakar.72

6. Bahz

Guru-gurunya adalah. Jarir bin Hazim. Hammad bin Salamah. Sulaiman

bin Hayyan. Sulaiman bin Al-Maghirah. Syu`bah bin Al-Hujjaj. Abdullah

bin Bakar bin Abdullah Al-Muzanni. `Ali bin Mus`adah Al-Bahali. Umar

bin Abin Zaidah. Harun bin Musa An-Nahwi. Hamma bin Yahya. Wahab

bin Khalid. Yazid bin Zurai.

Murid-muridnya adalah. Ibrahim bin Musa Ar-Razi. Ahmad bin Ibrahim

Adzuraqi. Ahmad bin Muhammad bin hammbal. Hafsha bin Amru Ar-

Rabali. Muhammad bin Hatim As-Samin. Abu Bakar Muhammad bin

Khalad Al-Bahali.73

7. Yazid Bin Harun.

Guru-gurunya adalah. Ibrahin bin Said Az-Zuhri. Israil bin Yunus. Ismail

bin Abi Khalid. Ismail bin Muslim Al-Makki. Jarir bin Hazim. Hamad bin

Salamah. Hammad bin Yahya. Yahya bin Yahya Al-Anshari.

Murid-muridnya adalah. Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauraqi. Ahmad bin

Hambal. Ahmad bin Sulaiman. Abu Bakar Abdullah bin Muhammad

bin Abi syaibah. Syua`ib bin Yusuf. Al-Husain bin Mansur An-Naisaburi.

71 Ibid,h, 224.

72 Ibid,h, 301.

73Ibid,h, 234.

Page 59: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

59

Usman bin Muhammad bin Abi Syaibah. Yahya bin Ma`in. Ya`qub bin

Ibrahim Ad-Duraqi. Yusuf bin Musa Al-Qatthani.74

8. Ahmad bin sulaiman.

Guru-gurunya adalah. Ja`far bin `Unal Amri. Hafsha Abi Umar Al-Imam.

Zaid bin Hubab. Said bin Abdul Jabbar Ar-ruhawi. Yazid bin Harun.

Ubaidillah bin Musa. Yahya bin Adamil Kufi. Affan bin Muslin Ashafar.

Mua`wiyah bin Hisyam Al-Kufi.

Murid-muridnya adalah. An-Nasai. Ibrahim bin Muhammad bin Al-

Hasan. Ja`far bin Ahamd. Abu Saib Abdurrahman bin Ahmad bin

Muhammad bin Ishaq.75

9. Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi syaibah.

Guru-gurunya. Ahmad bin Abdullah bin Yunus. Ismail bin Ayyash. Jarir

bin Abdul Hamid. Abdullah bin Al-Mubarak. Affan bin Muslim.

Abdussalam bin Harab. Yazid bin Harun.

Murid-muridnya adalah. Ibnu Majah. Muslim. Ibrahim bin Ishaq Al-

Harabi. Ibrahim bin Abi Bakar bin Abi Syaibah. Ahmad Muhammad bin

Hambal. 76

10. An-Nasai.

Guru-gurunya adalah, ibrahim bin Ishaq bin Ibrahim bin Ya1qub bin

Yusuf Al-Iskandari. ABU Ishaq bin Ibrahim bin Muhammad bin Shalih

bin Sunan Al-Qurasyi Ad-Dimashqi. Abul Abbas Abyadhu bin

Muhammad bin Haris bin Abyadhu Qursyiyu Al-Amiri. Ahmad bin

Hasan bin Ishaq bin Utbah Ar-Razi. Abu Ja`far Ahmad bin Muhammad

bin Salamah Athahawi. Ishaq bin Abdul Karim Ashawaf.77

11. Ahmad bin Hambal.

Guru-gurunya adalah, Ibrahim Bin Khalid Ashun`ani. Ibrahim bin Said

Az-Zuhri. Ishaq bin Yusuf. Ismail bin Ulayyah. Bahz bin Asad. Hammad

74Ibid,h, 387.

75Ibid,h, 145.

76Ibid,h, 483.

77Ibid,h, 151.

Page 60: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

60

bin Musadah. Hasan bin Musa rauh bin Ubadah. Ziyad bin Abdullah Al-

bakai. Abi Daud bin Sulaiman bin Daud, dan lain-lainnya.

Murid-muridnya adalah. Ibrahin bin Ishaq. Abu Daud. Abu Ahmad bin

Muhammad bin Hani. Idris bin Abdul Karim.harb bin Ismail Al-Kurmani.

Salamah bin Syabib An-Naisaburi. Shalih bin Ahmad bin Muhammad bin

Hmbal. Abdullah bin Ahmad bin Hammbal. Abdullah bin Umar bin

Muhammad bin Abana Al-Ju`fani.78

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa ḥadīs tersebut bersetatus

ṣhahīh. Ḥadīs-ḥadī tentang Isrāf dan Makhilah memiliki sanad yang berbeda-

beda, akibat dari perbedaan tersebut maka terjadi pula perbedaan susunan

kalimat matn disetiap periwayatannya.

Berikut ini akan dijelaskan matn ḥadīs-ḥadīstentang Isrāf dan Makhīlah

1. Matn Ḥadīs yang diriwayatkan oleh Aḥmad ibn Ḥanbal dalam kitabnya

Musnad.

Artinya:

Bahz menceritakan kepada kami, Hammam menceritakan kepada kami, dari

Qatadah, dari Amru bin Syu`aib, dari bapaknya, dari kakeknya, bahwasanya

Rasulullah Saw bersabda, “makanlah, minumlah, bersedekahlah, dan

78

Ibid,h, 226. 79

Imam Ahmad ibn Hanbal, Musnad J. 6 (Kairo: Darul Hadis, 1995), h. 255

Page 61: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

61

pakilah pakaian, dengan tidak sombong dan boros. Sesengguhny Allah

menyukai diperlihatkan nikmat-Nya pada hambanya”80

81

Artinya:

Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Hammam mengabarkan

kepada kami, dari Qatadah, dari Amru bin Syu`aib, dari bapaknya, dari

kake`nya, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “makanlah, minumlah,

bersedekahlah, berpakaianlah, tanpa sombong dan boros” Yazid pernah

berkata sekali: dengan tidak boros dan tidak sombong.”82

2. Matn Ḥadīs yang diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

. )رواه ابن ماجه(83

Artinya:

Abu Bakar bin Abi Syaibah bercerita kepada kami Yazid bin Harun

bercerita kepada kami Hamam menceritakan kepada kami dari Qotadah dari

Umar bin Syuaib dari Ayahnya dari Kakeknya berkata Rosulullah Saw

bersabda: makanlah dan minumlah dan bersedekahlah selagi tidak

berlebihan-lebihan atau sombong.

80

Ibid, h. 356 81

Ibid, h.245 82

Ibid, h.341 83

Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwini, sunan Ibnu Majah juz 2, (tanpa

kota: darul afkar, tanpa tahun). H.1192.

Page 62: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

62

3. Matn Ḥadīs yang diriwayatkan oleh Nasai

. Artinya:

Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Sulaiman dia berkata; Telah

menceritakan kepada kami Yazid dia berkata; Telah menceritakan kepada

kami Hammam dari Qatadah dari 'Amru bin Syu'aib dari Bapaknya dari

Kakeknya dia berkata; Rasulullah Saw bersabda: "Makanlah dan

bersedekahlah serta berpakaianlah dengan tidak berlebihan dan sombong.

A. Pemahaman Terhadap Makna Matn Ḥadīs Melalui Beberapa Kajian

Setelah diketahui derajat otentisitas dari beberapa ḥadīs yang akan

penulis teliti disini, maka langkah yang akan dilakukan selanjutnya adalah

melakukan pemahaman yang terkandung dalam masing-masing ḥadīs sesuai

dengan pokok pembahasan dari berbagai sudut pandang pendekatan.

Pemahaman ḥadīs dengan berbagai macam pendekatan ternyata memang

sangat diperlukan salah satunya adalah pendekatan bahasa, historis, sosiologis,

dan pendekatan psikologis. Hal ini menjadi sangat penting karena melihat

fungsi Nabi Muhammad Saw dan konteks ḥadīs pada saat sebuah ḥadīs

disabdakan serta mengetahui dari bentuk-bentuk matn ḥadīs. Oleh karena itu

dalam pemahaman ḥadīs sangat diperlukan guna untuk menemukan keutuhan

dari makna ḥadīs serta mencapai kesempurnaan kandungan maknanya.

84

Jalaluddin as-Suyuthi & Imam as-Sindiy, Sunan an-Nasa`i jld. 5, (Beirut: Dar al-

Ma‟rifah, tt), h. 83.

Page 63: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

63

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan dua pendekatan saja

yaitu pendekatan bahasa (linguistik) dan pendekatan historis atau latar

belakang timbulnya ẖadīs ini.

1. Analisa Matn

Perlunya penelitian matn ẖadīs tidak hanya karena matn tidak dapat

dilepaskan dari pengaruh sanad saja, tetapi juga karena periwayatan matn

dikenal dengan adanya periwayatan secara makna (al-riwayah bi al-

ma‟nâ). Adanya periwayatan ḥadīs secara makna telah menyebabkan

penelitian matn dengan pendekatan semantik tidak mudah dilakukan.

Perbedaan generasi dan budaya dapat menyebabkan timbulnya perbedaan

penggunaan dan pemahaman suatu kata atau istilah. Sedangkan kecerdasan

dapat menyebabkan pemahaman terhadap matn ḥadīs yang diriwayatkan

tidak sejalan.85

Selanjutnya dalam menganalisis matn ḥadīs-ḥadīstentang

larangan isrāf dan makhīlah dilakukan dengan beberapa kajian yakni,

kajian bahasa (linguistik), kajian historis.

a. Kajian bahasa (Linguistik)

Pemahaman ḥadīs dengan menggunakan pendekatan bahasa,

upaya yang perlu dilakukan adalah memahami kata-kata sukar yang

terdapat dalam ḥadīs tersebut. Setelah dipahami lalu melanjutkan

dengan memahami kalimat dengan melihat unsur-unsur keindahan

85

Miftahul Asror dan Imam Musbihin, Membedah Hadis Nabi Saw

(Yogjakarta:Pustaka Pelajar,2015),h.299.

Page 64: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

64

bahasa. Setelah menguraikan makna kalimat atau ungkapan dalam

tersebut. 86

Ḥadīs Nabi tentang larangan Isrāf dan Makhīlah ini bila ditinjau

dengan pendekatan bahasa, dilihat dari penelusuran dalam kamus

maupun kitab syarah, maka pemahaman maknanya sebagai berikut:

Didalam permulaan ḥadīs pertama Imam Ibnu Ḥambal menggunakan

redaksi lafal sedangkan Ibnu Mājah

menggunakan redaksi .

(Makanlah, minumlah, berpakaianlah,

dan bersedekahlah). Kata berasal bahasa Arab, yang berasal kata

Artinya memakannya, menelannya dan

mengunyahnya. Kulū tersebut berbentuk kata perintah, perintah

tersebut bermakna anjuran. Kata perintah (fi‟il amar) berisi pekerjaan

yang dikehendaki mutakallim (pembicara), sebagai orang yang

memerintah agar dilakukan oleh mukhathab (lawan bicara), sebagai

orang yang diperintahkan. Menurut istilah fiil amar menunjukkan

perbuatan pada masa yang akan datang. Kata mengikuti wazan

antunna yang bermakna semua orang (umat Nabi). Kata Kulū juga

86

Arini Fithriyana, Memahami Hadis-HadisTentang Keutamaan Membaca

Surah Al-Kahfi( Studi Ma`ni al-Hadis), (Skripsi S1 Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Fakultas Usuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2014), h. 39.

Page 65: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

65

dituju kepada mukhothab (kalian) jadi makna kulū tersebut makanlah.87

sedangkan kata berasal dari kata

artinya meneguk, meminum air atau meminum dengan puas. Adapun

dalam ḥadīs bentuknya adalah ishrabū yang asal katanya seperti yang

ditulis diatas. Ishrabū ini disebut dengan Fi`īl Amar yang menunjukkan

perintah yang artinya minumlah kalian.88

kata berasal dari kata artinya

memberi sedekah kepada fakir. Tashaddaqū tersebut berbentuk kata

perintah. Dalam bahasa Arab disebut dengan Fi`īl amar. Kata

Tashaddaqū dituju kepada mukhothab (kalian) jadi makna Tashaddaqū

tersebut bersedakahlah. Kata berasala dari kata

artinya berpakaian. Yang juga menunjukkan kata perintah.

Sedangkan wau disini wau athof sebagai kata penghubung diantara

perintah-perintah tersebut.89

kata disini menunjukkan penafian dari kata ِلْطه

yukhālithhu, artinya selama tidak menjerumuskanmu dalam kesalahan

dua perkara ini yaitu berlebih-lebihan dan sombong. Dengan kata lain,

87

Tnp, Munjid Fil Lughah Wa A`lam, (Bairut Darul Musyrik, 2008), h. 15. 88

Ibid. 380. 89

Ibid, h, 420.

Page 66: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

66

bercampur atau dimasuki dengan dua perkara tersebut. Jadi empat

pekerjaan ini dibolehkan asalkan tidak berlebih-lebihan.90

(dengan tidak boros dan tidak sombong).

disini menunjukkan huruf jēr yang bermakna “di”. Sedangakna

kalimat huruf, posisinya sebagai mudhāf (yang diidhafakan) yang

bermakna didalam. Kata berasal dari bahasa Arab yang

merupakan isim masdār yang menjadi mudhāf ilaih dari kata asrafā-

yusrīfū-isrāfan. و disini menunjukkan huruf athof. Kalimat disini

menunjukkan kalimat huruf yang menunjukkan (perintah

mencegah). yaitu isim masdār mim, karena didalamnya terdapat

mim zāidah diawal kalimatnya. 91

(sombong) yaitu isim masdār, berasal dari kata Al-Ikhtiyāl

artinya angkuh dan sombong.92

dalam kamus Arab Lisan Al-Arab asal

kata Al-Khāl-al-Khaīl-al-Khuyalā`-al-Khiyalā`-al-Akhyāl-al-Khayalāh-

al-Makhīlah 93

mengikuti pola Azḥīmah, artinya angkuh, sombong.

90

Ibid, h, 191-192 91

Ibnujar al-Asqalani, Fathul Baari: Syarah Shahih Bukhari, terj. Amiruddin

(Jakarta: Pustaka Azam, 2009), h.484 92

Syekh Mansur Ali Nashif. Mahkota Pokok-Pokok hadis Rasululla jilid 3,

h.497. 93

Jamaluddin Muhammad bin Mukarram Ibnu Manthur, libaanul `Arab

,(Bairut: dar shodar tt),h. 130.

Page 67: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

67

menurut Ibnu At-Tin, kata itu mengikuti pola mif`alah yang berasal

ikhtāl, artinya seseorang menjadi sombong. dia berkata pula “kata

khuyalā` berarti takabbur (sombong). Ar-Raghib berkata kata khuyalā`

artinya takabbur. Sifat ini timbul karena adanya keutamaan yang dilihat

seseorang dari dirinya”. Sedangkan takhayyul adalah menghayalkan

sesuatu dalam diri.94

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan

pendekatan bahasa maka makna israf dan makhilah yaitu, fi‟il amr

dalam ḥadīs tersebut berisikan perintah yang bersifat anjuran,

ditunjukkan kepada semua umat Nabi. Yaitu makanlah, minumlah,

bersedekahlah, dan berpakaianlah. selama tidak menjerumuskan dalam

dua perkara yaitu berlebih-lebihan dan sombong. Jadi empat pekerjaan

ini (makan, minum, bersedekah, dan berpakaian) diperbolehkan asalkan

tidak berlebih-lebihan, dalam arti menggunakan atau melakukan

sesuatu dengan tidak berlebihan atau secukupnya.

Kata Makhīlah di sini menunjukkan isim masdar mim, yang berarti

angkuh dan sombong. Dengan mengikuti pola mif alah yang berasal

dari ikhtal, yang berarti menjadikan seseorang itu takabur (sombong).

Sehingga dari empat pekerjaan tadi, umat Muslim dianjurkan untuk

menjauhkan diri dari sifat takabur yang timbul akibat adanya

keutamaan yang dilihat dari dirinya. Sehingga ia merasa lebih dari

orang lain, dan mendorongnya menjadi sombong. jika seseorang

94

Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari: Syarah Shahih Bukhari, J.28. terj.

Amiruddin (Jakarta: Pustaka Azam, 2009), h. 480.

Page 68: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

68

berlebih-lebihan dalam segala hal maka timbulah dalam dirinya ingin

membanggakan diri.

Ḥadīs-ḥadīs ini memberikan petunjuk, khususnya dalam hal

konsumsi untuk menggunakan barang-barang dengan baik dan

bermanfaat. Melarang adanya pemborosan dan pengeluaran terhadap

hal-hal yang tidak penting, baik itu dalam makan, minum, bersedekah

dan berpakaian. Untuk menghindari adanya sifat takabur (sombong)

pada diri seseorang atas apa yang ia miliki.

b. Kajian historis

Pemahaman ḥadīs tentang larangan isrāf dan makhīlah melalui

tinjauan matn dari aspek bahasa telah diketahui, maka langkah

selanjutnya yang dilakukan penulis adalah upaya pemahaman ḥadīs dari

konteks historisnya. yang dimaksud tinjauan historis disini adalah

memahami ḥadīs dengan memperhatikan, mengeksplorasi dan mengkaji

situasi atau peristiwa sejarah yang terkait dengan latar belakang

munculnya ḥadīs tersebut. Dengan kata lain makna atau arti suatu

statemen ḥadīs dipahami dengan melakukan kajian atas realitas situasi

atau problem historis dimana ḥadīs tersebut muncul.95

Hal ini juga dimaksudkan untuk menemukan realita konteks

historis, sosio-historis pada masa Nabi. Selain itu apabila ada

kecocokan antara ḥadīs dengan fakta sejarah akan menjadikan ḥadīs

memiliki validitas yang kokoh, demikian pula sebaliknya bila terjadi

95

Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi: Metode dan pendekatan, (Yogyakarta

CESaD YPI al-Rahman, 2001),h. 70.

Page 69: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

69

penyimpangan antara ḥadīs dengan fakta sejarah, maka salah satu

diantara keduanya diragukan kebenarannya. Kajian historis ini dengan

merujuk pada kitab syarah ḥadīs.96

Menurut Abdul Mustaqim, ada empat faktor yang menyebabkan

Rasulullah Saw mengucapkan atau melakukan sesuatu, yaitu: (1) al-

bu`du al-mukhathibi merupakan faktor yang muncul dari pribadi Nabi

sebagai pembicara. (2) al-bu`du al-mukhathabi , yakni faktor yang

berkaitan dengan kondisi orang yang diajak berbicara oleh Nabi, hal ini

mempengaruhi gaya penuturan ḥadīs. (3) al-bu`du al-zamani, yakni

aspek yang berkaitan dengan waktu atau masa di mana Nabi

menyampaikan sabdanya. (4) al-bu`du al-makani, yakni aspek yang

berkaitan dengan tempat atau kondisi geografis di mana Nabi

menyampaikan ḥadīs.97

Meskipun asbâbul wurûd ḥadīs tentang larangan isrāf dan

makhīlah tidak ditemukan dalam kitab-kitab yang memuat asbâbul

wurûd namun, ketika dilihat teks ḥadīs secara keseluruhan maka, dapat

di temukan bahwa ḥadīs tersebut muncul karena dilatar belakangi

dengan adanya ayat Al-Qur`an yang juga berkaitan dengan ḥadīs ini.

Dengan kata lain, ḥadīs ini mengisyaratkan kepada sebab turunnya ayat

tersebut, yakni QS. Al-A‟raf: 32.

96

Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi (Yogyakarta: Teras,

2008), h. 85. 97

Arini Fithriyana, Memahami Hadis-HadisTentang Keutamaan Membaca

Surah Al-Kahfi( Studi Ma`ni al-Hadis), (Skripsi S1 Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Fakultas Usuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2014), h. 58.

Page 70: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

70

Abdul bin Hamid dari Said bin Jubair, berkatanya: “Bahwa

orang-orang di zaman jahiliyah tawaf sekeliling Ka`bah dalam keadaan

telanjang bulat. Mereka berkata: ”kami tidak akan tawaf dengan

memakai pakaian yang telah kami pakai untuk berbuat dosa”, lalu

datanglah seorang perempuan untuk mengerjakan tawaf, dan

pakaiannya dilepaskannya sama sekali sedang dia dalam keadaan

bertelanjang hanya tangannya saja yang menutup kemaluannya. Dan

pula bahwa dimusim haji tidak memakan daging dan lemak, kecuali

makanan biasa saja. 98

Sejarah telah mencatat bahwa upacara ibadah haji telah

dilakukan jauh sebelum Nabi Muhammad lahir. Bangsa Arab jahiliyah

melakukan ibadah haji dalam rangka menyembah berhala, yaitu dengan

mengelilingi ka‟bah dengan bertelanjang sambil bernyanyi dan

bertepuk tangan. Pada waktu itu ka‟bah menjadi pusat penyembahan

berhala. Mereka menganggap bahwa pakaian yang mereka pakai telah

menempel perbuatan dosa yang mereka lakukan, sehingga ketika akan

melaksanakan ibadah semua pakaian dilepas dengan maksud

menghormati berhala-berhalanya.99

Sedangkan perintah untuk tidak

memakan daging dan lemak ialah mencegah kekhawatiran datangnya

penyakit dan supaya tidak menghalangi seseorang dalam melaksanakan

ibadah akibat dari penyakit itu.

98

Departemen Agama RI. al-Qur‟ân dan Terjemahannya. Jakarta: Lembaga

Percetakan al-Qur‟ân Departemen Agama, 2009, h. 395. 99

Al-Qur`an dan tafsirnya, h. 395.

Page 71: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

71

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan jalur dari Abdullah bin Katsir

dari Tawus tentang ayat Ini, dia berkata, “beliau tidak memerintahkan

mereka menggunakan sutra, tetapi biasa jika salah seorang dari mereka

thawaf dan mengenakan baju niscaya akan dipukuli, lalu bajunya

dilepas”, lalu turunlah ayat diatas. 100

Selanjutnya dalam ayat ini Allah Swt, memerintahkan kepada

Rasulullah agar menyampaikan kepada umatnya, bahwa berhias dan

berdandan dengan pakaian yang bagus yang indah, begitu juga

memakan makanan yang baik-baik dan lezat-lezat adalah diperbolehkan

menikmatinya bagi orang-orang yang beriman dalam hidup mereka

didunia. Agama Islam membolehkannya, selama tidak bertentangan

dengan hukum Allah, seperti berlebih-lebihan dan lain-lain. juga

dibolehkan untuk orang-orang yang bukan mukmin. Tapi pada hari

kiamat, kenikmatan yang seperti itu hanyalah husus bagi orang-orang

yang beriman saja. Orang-orang kafir tidak berhak untuk

menikmatinya. 101

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwasanya larangan

berpakaian jika dilihat pada kajian historis terdahulu, dikarenakan

adanya pemahaman terhadap pakaian yang mereka pakai telah

menempel perbuatan dosa yang mereka lakukan, sehingga tidak dapat

digunakan dalam beribadah. Sedangkan perintah untuk tidak memakan

100

Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari: Syarah Shahih Bukhari, J.28. terj.

Amiruddin (Jakarta: Pustaka Azam, 2009), h.478-479. 101

Departemen Agama RI. al-Qur‟ân dan Terjemahannya. Jakarta: Lembaga

Percetakan al-Qur‟ân Departemen Agama, 2009, h,399.

Page 72: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

72

daging dan lemak ialah mencegah kekhawatiran datangnya penyakit

dan supaya tidak menghalangi seseorang dalam melaksanakan ibadah

akibat dari penyakit itu.

Jika dilihat dari konteks sekarang maka Ḥadīs tersebut,

memberikan pemahaman bahwa berpakaian dengan menutup aurat

merupakan hukum Islam yang wajib dilakukan, serta tidak menganggap

lebih tentang pakaian yang telah digunakan sebagai bekas dari dosa

yang telah dilakukan dizaman dahulu. Allah memerintah kepada

umatnya untuk memakai pakaian yang bagus dan yang menutupi aurat

agar terhindar dari kemaksiatan, Dalam artian tidak berlebih-lebihan

dalam memakainya. Adanya perhiasan (pakaian) dan makanan yang

baik yang telah disediakan untuk umat manusia, diciptakan untuk dapat

digunakan dan dinikmati di dunia ini dengan baik. Bahkan dalam ajaran

Islam diwajibkan berpakaian untuk menghindari hal-hal yang dekat

kepada kemaksiatan. Akan tetapi, Islam juga mengajarkan untuk tidak

berlebih-lebihan dalam berpakain, seperti berpakaian dengan mewah.

Dalam mengkonsumsi makanan pun dianjurkan mengkonsumsinya

dalam kadar dan batas yang sewajarnya agar terhindar dari penyakit.

Jika seseorang berlebih-lebihan dalam hal mengonsumsi makanan maka

akan menimbulkan banyak penyakit, seperti obesitas, kolestrol,

deabetes, dan lain-lain. Maka dari sini Allah melarangan umatnya

untuk tidak memakan makanan yang berlebih-lebihan, begitu juga

dengan berlebih-lebihan dalam segala hal.

Page 73: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

73

c. Kajian konfirmatif

Salah satu metode pemahaman ḥadīs yang ditawarkan para

ulama‟ ahli ḥadīs adalah metode konfirmatif, yaitu memahami ḥadīs

atau al-sunnah dalam rangka bimbingan Al-Qur‟an dan petunjuk Al-

Qur‟an. Dengan asumsi bahwa kedudukan ḥadīs setingkat dibawah Al-

Qur‟an sebagai dasar Islam. Dan karenanya petunjuk dan ajarannya

tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur‟an yang berisi keterangan-

keterangan yang jelas dan pasti, bahkan senantiasa menjadi penguat dan

penjelas Al-Qur‟an.102

Berikut ini akan di paparan ayat Al-Qur‟an yang

berbicara tentang larangan isrāf dan makhīlah.

QS. Toha ayat :127

Artinya:

“Dan Demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan

tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. dan Sesungguhnya azab di

akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.”

Ayat di atas menjelaskan akan ancaman dan peringatan dari

Allah Swt bagi orang-orang yang berperilaku isrāf dan tidak percaya

pada ayat ayat Allah. Menurut imam al-Qurthubi, lafadz

“Dan demikianlah kami membalas orang yang melampaui

102

Miftahul Asror &Imam Musbihin, Membedah Hadis Nabi Saw:Kaedah

Dan Sarana Studi Hadis Serta Pemahamannya,h.308.

Page 74: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

74

batas”maksudnya yaitu demikianlah sebagaimana kami membalas

orang yang berpaling dari Al-Qur‟an serta berpaling dari

memperhatikan dan memikirkan ciptaan-ciptaannya, dan sampai

melampaui batas dalam kemaksiatan “dan tidak

percaya kepada ayat-ayat Tuhannya” maksudnya yaitu tidak

membenarkan adanya Al-Qur‟an. “dan sesungguhnya

adzab di akhirat itu lebih berat” yakni lebih berat daripada kehidupan

yang sempit dan adzab kubur. “dan lebih kekal” yakni lebih abadi

dan lebih kekal, karena tidak akan berhenti dan tidak pula berakhir.103

QS: Surat Al-Zumar ayat 53

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap

diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya

Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Ayat di atas merupakan suatu perintah sekaligus ajakan agar

mau bertaubat kepada Allah kapanpun dan di manapun karena Allah

akan selalu menerima taubatnya orang yang benar-benar mau

bertaubat. Di dalam ayat ini, kata ) melampaui batas

103

Syaikh Imam al-Qurṭubi, Tafsīr al-Qurṭubī/Syaikh Imam al-Qurṭubī jilid

8, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 694.

Page 75: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

75

terhadap dirimereka sendiri) adalah akibat telah terlalu banyak dosa

(dan kemaksiatan) yang telah mereka lakukan.104

“janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah”, yaitu janganlah

berputus asa dan berfikir bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa-

dosa yang telah dilakukan sehingga tidak berani untuk mengharapkan

syurga-Nya karena merasa hina dan tidak pantas. Kata pada ayat

di atas dipahami oleh sementara ulama dalam arti orang-orang yang

beriman yang bergelimang dosa, dan atas dasar itu pula mereka

memahami pengampunan semua dosa yang di maksud dalam ayat ini

adalah semua dosa kecuali syirik.105

QS: Al-A`raf ayat: 31-32

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap

(memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-

lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berlebih-lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan

104

Syaikh Imam al- Qurṭubi, Tafsīr al-Qurṭubī jilid 15, h. 634. 105

M. Quraish Shihāb, Tafsīr al-Misbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur‟ān vol 11 , h. 250.

Page 76: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

76

dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan

(siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah:

"Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam

kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat."

Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang

mengetahui.”

Ayat ini menjelaskan bahwasanya Allah Swt memerintahkan

supaya memakai pakaian ketempat-tempat beribadah, yaitu memakai

pakaian yang baik dalam salat, ketika tawaf dan ibadah lainnya, begitu

juga membiasakan makan dan minum dengan tidak berlebihan.106

dan

juga mmemerintahkan kepada kita untuk memanfaatkan rizki yang

telah Allah berikan kepada kita, salah satunya dengan makan dan

minum serta semua yang telah Allah halalkan untuk manusia tanpa

berlebihan. Maksud sebaliknya dari ayat tersebut adalah larangan bagi

kita untuk melakukan perbuatan yang melampaui batas, yaitu tidak

berlebihan dalam menikmati apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan

jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan107

QS: Al isra` ayat :27

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara

syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Ayat ini menjelaskan bahwasanya Allah Swt menyatakan bahwa

pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan. Ungkapan serupa

ini biasa dipergunakan oleh orang-orang Arab. Orang yang

106 Departemen Agama RI. al-Qur‟ân dan Terjemahannya. Jakarta:

Lembaga Percetakan al-Qur‟ân Departemen Agama, 2009, h. 395 107

Tim Baitul Hikmah, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadits,

Jakarta, Kamil Pustaka : 2013, h. 205.

Page 77: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

77

membiasakan diri mengikuti sesuatu peraturan dari sesuatu kaum atau

mengikuti jejak langkahnya, disebut saudara-saudara kaum itu. Jadi

orang yang memboroskan hartanya, berarti orang-orang yang mengikuti

langkah setan. Dan yang dimaksud pemboros-pemboros dalam ayat ini

ialah orang-orang yang menghambur-hamburkan harta bendanya. Dan

perbuatan itu tentunya diluar perintah Allah. Orang-orang yang serupa

inilah yang disebut kawan-kawan setan. Di dunia mereka itu tergoda

oleh setan, dan di akhirat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka

jahannam bersama setan-setan itu.108

Artinya orang yang berperilaku

boros dalam membelanjakan dan mengeluarkan hartanya dalam

kemaksiatan itu menyerupai perilaku setan yang buruk. Sehingga

mereka dianggap saudaranya setan baik di dunia maupun di akhirat

kelak.

Firman Allah: “Barang siapa yang berpaling dari pengajaran

Tuhan yang Maha Pemurah, kami adakan baginya syaitan (yang

menyesatkan). Maka syaitan itulah yang menjadi teman yang akan

selalu menyertainya”. Alasan mengapa Allah menegaskan bahwa para

pelaku tabzīr adalah saudara setan, yaitu karena setan tidak akan

mungkin mengajak manusia kecuali pada hal-hal yang buruk dan yang

merupakan hal yang dilarang oleh Allah swt. Oleh karena itu, setan

selalu mengajak manusia untuk berlaku kikir dan tamak. Jika ia tidak

berhasil mengajak manusia untuk berbuat kikir dan tamak, maka ia

108

Departemen Agama RI. al-Qur‟ân dan Terjemahannya.j 5 Jakarta:

Lembaga Percetakan al-Qur‟ân Departemen Agama, 2009, h. 365.

Page 78: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

78

akan mengajak pada perilaku yang sebaliknya yaitu isrāf dan tabzīr

Sedangkan Allah selalu memerintahkan, dalam segala hal terutama

dalam mentasarufkan harta, untuk berlaku adil dan sedang-sedang saja

(pertengahan). Jangan sampai terlalu sedikit ataupun terlalu banyak atau

berlebihan.109

QS: Al-an`am ayat :141

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung

dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang

bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan

warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang

bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari

memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan

janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang yang berlebih-lebihan.”

Di dalam tafsir al-Qurthubi, kata “dan janganlah kamu

berlebih-lebihan”. Maksudnya yaitu janganlah seseorang mengambil

sesuatu yang bukan haknya yang kemudian meletakkan sesuatu itu di

tempat yang bukan haknya pula. Sikap berlebih-lebihan di sini juga

bermakna lalai dalam memenuhi hak Allah swt. Sehingga menurut Al-

109

Abd al-Rahman bin al-Nashir al-Sa‟di, Taitsir al-Karīm al-Mannan fī

Tafsīr al-Qur‟ān, jilid 5, (Darr Ibn Jauziyah), h, 917.

Page 79: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

79

Qurthubi, menyedekahkan seluruh harta tanpa menyisakan hak untuk

orang-orang miskin juga termasuk dalam hukum berlebih-lebihan.110

Hal ini karena segala sesuatu itu haruslah dilakukan dengan sewajarnya

saja jangan sampai berlebih-lebihan.

Sedangkan di dalam tafsir al-Aisar, kata “janganlah

kamu berlebih-lebihan”, yaitu berlebih-lebihan dalam mengeluarkan

zakat sehingga tidak menyisakan sesuatu yang mencukupi bagi orang-

orang yang hidupnya bergantung padanya (orang-orang miskin), dan

Allah tidak menyukai orang-orang yang melewati atau melampaui

batas.111 mengenai ayat ini Ibnu Jarir memilih

pendapat Atha‟ yang mengatakan: “Bahwa hal itu merupakan larangan

berlebih-lebihan dalam segala hal”, atau mencakup dalam segala

bidang dan urusan.112

QS: An-nisa` ayat :173

110

Syaikh Imam al- Qurṭubi, Tafsīr al-Qurṭubī jilid 15, h. 277-278. 111

Syaikh Abū Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsīr al-Qur‟ān al-Aisar jilid 4, h.

949. 112

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrrahman bin Ishaq Alū Syaikh, Tafsīr

Ibnu Katsir; jilid 3, (Pustaka Imam Asy-Syafi‟I, 2009), h. 305.

Page 80: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

80

“Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh,

Maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah

untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang

enggan dan menyombongkan diri, Maka Allah akan menyiksa mereka

dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi

diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah.”

Abu ja`far berkata: maksudnya adalah, orang-orang yang

beriman dan mengakui ketuhannan Allah yang Esa, orang-orang yang

tunduk dan taat kepada-Nya, merendahkan diri dengan menyembah.

Adapun orang yang beriman dan mengerjakan amal yang baik mereka

akan menerima pahala amalan mereka berlipat ganda dan akan

dimasukkan ke dalam surga, selalu dilimpahi rahmat dan karunia Ilahi.

Tetapi orang yang enggan dikatan hamba Allah dan selalu

menyombongkan diri dan orang yang mengingkari adanya Allah,

mereka akan mendapat siksaan yang amat pedih sesuai dengan dosa dan

keingkaran mereka. Mereka akan dimasukkan ke dalam neraka, tak ada

yang akan membela mereka, dan tak ada yang menolong mereka supaya

dapat keluar dari neraka, karena semua urusan ketika itu berada di

tangan Allah.113

Orang yang benar-benar beriman dan mengerjakan amal saleh

pasti akan menerima pahala yang berlipat ganda dan mendapat rahmat

dan karunia Allah. Tetapi orang yang kafir dan meyombongkan diri

terhadap Allah akan ditimpa siksaan yang pedih dan tak ada baginya

seorang penolongpun , kecuali Allah.

113

Al-Quran dan Tafsirnya, jilid II Departemen agama, h, 339.

Page 81: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

81

QS:Al-furqon ayat :67

.

“dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka

tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)

di tengah-tengah antara yang demikian.”

Firman Allah “dan orang-orang apabila dia membelanjakan

(harta,) mereka tidak berlebih-lebihan”, An-Nuhas berkata “perkataan

yang baik tentang maknanya, bahwa orang yang menginfakkan

hartanya selain untuk ketaatan kepada Allah, maka hal ini termasuk

berlebih-lebihan. Orang yang menahan diri dari menginfakkan untuk

ketaatan kepada Allah, maka dia adalah orang kikir. Orang yang

menginfakkan untuk ketaatan kepada Allah, maka dia adalah orang

yang moderat di antara yang demikian. Maksudnya tidak berlebih-

lebihan dalam menginfakkan hartanya sehingga tidak melebihi batas

yang seharusnya, dan tidak pula kikir sehingga menahan apa yang

seharusnya dikeluarkan atau ditasarrufkan membelanjakan harta

dengan tidak melampaui batas dan tidak pula kikir dalam menggunakan

dan mengeluarkan harta merupakan sifat yang bijaksana.114

Kata yusrifū terambil dari kata sarafa yaitu melampaui batas

kewajaran sesuai dengan kondisi yang bernafkah dan yang diberi

nafkah. Kata yaqturū adalah lawan dari yusrifū ,yaitu memberi kurang

dari dari apa yang dapat yang dapat diberikan sesuai dengan keadaan

114

Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsīr al-Qur‟ān al-Aisar jilid 5, hlm.

260

Page 82: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

82

pemberi dan penerima. Kata qowaaman berarti adil, moderat, dan

pertengahan. Disini Allah dan Rasul-Nya mengarahkan manusia agar

dapat memelihara hartanya, tidak menghambur-hamburkan secara

berlebih-lebihan hingga habis, tidak pula menahannya sama sekali

tanpa mengeluarkannya sedikitpun sehingga mengorbankan

kepentingan pribadi, keluarga, dan orang lain yang membutuhkan.115

Maka, sikap berlebihan dan terlalu menahan harta menghasilkan

ketikseimbangan di tengah masyarakat dan bidang ekonomi. Menahan

harta menimbulkan masalah-masalah, demikian juga terlalu

melepaskannya tanpa kendali. Hal itu disamping kerusakan hati dan

akhlak yang diakibatkannya. Sementara Islam mengatur segi kehidupan

ini dengan memulainya dari jiwa individu. Sehingga, menjadikan

keseimbangan itu sebagai satu karakter dari karakter-karakter

keimanan.

QS: Luqman ayat :18

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan

angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

sombong lagi membanggakan diri”.

115

M. Quraish Shihāb, Tafsīr al-Misbāh: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-

Qur‟ān vol. 9, h. 533.

Page 83: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

83

Ash-Sha`ru adalah sebuah penyakit yang menimpa onta

sehingga membongkokkan lehernya. Gaya bahasa Al-Qur`an dalam

memilih ungkapan ini bertujuan agar manusia lari dari gerakan yang

mirip dengan Ash-Sha`ru ini. Yaitu, gerakan sombong dan palsu, dan

memalingkan muka dari manusia karena sombong dan merasa tinggi

hati. Berjalan dimuka bumi dengan membusung dada adalah cara

berjalan dengan cara yang dibuat-buat, bersiul dan sedikit acuh tak acuh

terhadap orang. Ia adalah perilaku yang dibenci dan dilaknat oleh Allah

dan juga para makhluk. Ia merupakan gambaran tantang perasaan yang

sakit dan penyakit jiwa yang tidak percaya terhadap diri sendiri.

Sehingga, timbullah dalam gaya jalannya yaitu gaya jalan orang-orang

sombong.116

Ayat ini menerangkan lanjutan wasiat Lukman kepada anaknya,

yaitu agar anaknya berbudi pekerti yang baik dengan cara. 1)Jangan

sesekali bersifat angkuh dan sombong, membanggakan diri dan

memandang rendah orang lain. 2) Hendaklah berjalan secara wajar,

tidak dibuat-buat dan kelihatan angkuh atau sombong, dan lemah

lembut dalam berbicara, sehingga orang yang melihat dan

mendengarnya merasa senang dan tentram hatinya. Berbicara dengan

sikap keras, angkuh, dan sombong dilarang Allah karena gaya bicara

116

Sayyid qutub, jilid 9. H. 177.

Page 84: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

84

yang semacam itu tidak enak di dengar, menyakitkan hati dan

telinga.117

Kemudian setelah dilakukan pengkajian ḥadīs dengan ayat Al-

Qur`an, secara ringkasnya dapat dikatakan bahwa ḥadīs larangan israf

dan makhiilah tidak bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur`an. Karena

dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa dilarangannya berlebih-lebihan

dalam segala hal, dan tidak bertentangan atau bertolak belakang dengan

fakta-fakta yang sudah dipastikan kebenarannya.

117

Departemen agama RI, J 7, h. 555-556.

Page 85: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

85

BAB IV

RELEVANSI ḤADῙS-ḤADῙS ISRĀF DAN MAKHĪLAH DENGAN

KONDISI SEKARANG

A. Perbedaan Isrāf dan Makhīlah di Zaman Nabi dan Sekarang

Setelah dipaparkan makna Isrāf dan Makhīlah pada bab sebelumnya,

pada bab ini akan dipaparkan relevansi ḥadīs-ḥadīsIsrāf dan Makhīlah pada

zaman sekarang. Apakah ḥadīs-ḥadīstersebut masih relevan? Untuk menjawab

pertanyanan ini penulis akan memaparkan terlebih dahulu bentuk-bentuk

Isrāf pada zaman Rasulullah lalu dibandingkan dengan zaman sekarang.

Pada zaman nabi Isrāf meliputi, makan dan minum dengan wadah emas

dan perak, makan dan minum. Sedangkan pada zaman sekarang Isrāf meliputi

berbagai bentuk seperti berbelanja, belanja disini merupakan sifat boros yang

hanya menghambur-hamburkan uang dalam arti hanya menuruti nafsu belanja

dan keinginan semata. Biasanya hal ini dilakukan hanya untuk mengikuti

trend masa sekarang atau hanya untuk sebagai koleksi, baik itu dari segi

perabotan, perhiasan, dan sebagainya. Sikap adalah tanggapan atau reaksi

indivi du yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan.

Sikap berlebih-lebihan merupakan keinginan untuk mengkonsumsi barang-

barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai

kepuasan maksimal.118

Sikap berlebih-lebihan bisa dilakukan oleh siapa saja.

118

Erich Fromm, Revolusi Harapan Menuju Masyarakat Teknologi Yang Manusiawi,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996), h. 23.

Page 86: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

86

Fromm menyatakan bahwa keinginan masyarakat dalam era kehidupan

yang modern untuk mengkonsumsi sesuatu tampaknya telah kehilangan

hubungan dengan kebutuhan yang sesungguhnya.119

Perilaku seperti ini

seringkali dilakukan secara berlebihan sebagai usaha seseorang untuk

memperoleh kesenangan atau kebahagiaan, meskipun sebenarnya kebahagiaan

yang diperoleh hanya bersifat semu.

Dalam hal mengoleksi juga sudah terjadi pada masa Nabi, perbedaannya

pada masa itu orang-orang Arab lebih memilih untuk mengoleksi perabotan

dari bahan emas dan perak. Seperti yang diriwayatkan oleh Abdur Rahman

Bin Abi Leila bahwa: “Ketika Hudhaifah barada di kota Mada‟in, dia meminta

segelas air kepada seseorang. Seorang petani membawa air dalam bejana

perak. Dia menolak air tersebut dan menegaskan bahwa Rasulullah telah

bersabda: “jangan memakai pakaian sutera atau yang bersulam emas dan

jangan minum dalam bejana yang terbuat dari emas atau perak dan jangan

makan dalam mangkuk yang terbuat dari logam-logam ini (karena semua

barang-barang ini adalah barang-barang mewah yang seharusnya dibelanjakan

untuk orang-orang miskin tetapi telah dibelanjakan oleh orang-orang yang

ingkar kepada Allah. Oleh karena itu barang-barang tersebut diharamkan

kepada orang-orang Islam) karena barang-barang tersebut untuk mereka

(orang-orang kafir) di dunia ini dan orang muslim di akhirat kelak. Hadīs ini

dari Rasulullah Saw jelas memperlihatkan bahwa untuk mengendalikan hawa

nafsu manusia dalam hidup bermewah-mewahan, Islam telah melarang

119

Ibid.h.25

Page 87: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

87

menggunakan barang mewah dan memperturutkan keinginan-keinginan yang

tidak perlu.120

Dari sinilah jelas betapa tuntunan Nabi tersebut merupakan

salah satu cara kita agar tidak menjadi orang yang lalai, sehingga akan

menghantarkan kita mencapai kebahagiaan di dunia ini.

Isrāf dalam bekerja. Yakni terlalu menjadikan pekerjaan sebagai prioritas

hidup dengan alasan menghabiskan waktu sebaik-baiknya dengan seluruh

kreativitas yang dimiliki, sehingga akhirnya melengahkan dan lupa akan hal

yang lebih penting dari pekerjaannya, yakni beribadah. Bekerja memang

bukan suatu hal yang dilarang dalam Islam, akan tetapi jika tidak diimbangi

dengan ibadah maka hasil usaha dari bekerja hanya akan didapat di dunia

sedangkan di akhirat akan menjadi sia-sia.121

Isrāf dalam ibadah. Ini merupakan kebalikan dari Isrāf dalam bekerja.

Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa bekerja dan ibadah harus

diimbangi. Oleh karena Allah tidak membebani hambaNya untuk selalu

melakukan ibadah-ibadah fadlu yang diperintahkan.122

Isrāf dalam ibadah ini

juga sudah terjadi pada zaman Nabi maupun zaman sekarang, seolah ada

kesan bahwa Allah tidak mengasihi hamba-Nya sebagaimana rahmat adalah

Dẓat-Nya. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hukum syari‟at yang tidak

membebani manusia beribadah dalam kondisi tertentu. Misalnya ketika

diserang penyakit kulit tidak diwajibkan untuk berwudhu` dengan air, akan

120

Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2 (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti

Wakaf, 1995), h. 18. 121

Sayyid Abdullah Al-Hadhrami, Bagi penempuh jalan Akhirat, (Yogyakarta: Mitra

Pustaka, 2006), h, 238. 122

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Penterj. Zainal Arifin (Jakarta:

Gema Insani Press, 1997), h. 155.

Page 88: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

88

tetapi Allah memberi keringanan untuk mengganti wudhu` dengan

tayammum. Atau Melakukan ibadah secara berlebihan, seperti shalat malam,

semalam suntuk, sehingga ketiduran ketika menjelang pagi dan meninggalkan

sholat subuh123

.

Isrāf dalam berpesta. Maksudnya ialah menghambur-hamburkan harta

untuk pesta. Pada zaman sekarang bisa dilihat bahwa pesta-pesta yang

kebanyakan dilakukan oleh kaum kafir telah merambat kepada kebiasaan

orang-orang Islam. Misalnya menghaburkan harta untuk merayakan hari

valentine yang jelas-jelas hari ini bukanlah hari besar umat Islam dan tidak

pernah dilakukan oleh Rasulullah. Contoh lain adalah perayaan pesta ulang

tahun yang juga bukan merupakan salah satu syari‟at Islam. 124

Isrāf dalam berpakaian. Maksudnya ialah berpakaian mewah yang

dibanderol dengan harga mahal dan menjadikannya sebagai perhiasan untuk

mempercantik diri. Padahal jika dilihat dari fakta yang ada, pakaian banyak

didapat hanya dengan harga yang lebih murah.125

Isrāf dalam hal makan dan minum. Menurut ilmu kesehatan penyakit

yang disebabkan oleh sikap berlebih-lebihan dalam makan bisa lebih

berbahaya jika dibandingkan dengan penyakit yang disebabkan oleh

kekurangan makan. Makan berlebihan yang ditambah dengan kurang gerak,

malas, dan banyak tidur, secara tidak langsung akan menyebabkan penyakit

123

Erich Fromm, Revolusi Harapan Menuju Masyarakat Teknologi Yang Manusiawi, h.

26. 124

Ibid,.

125

Ibid, h,27

Page 89: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

89

kelebihan makanan; yang disebut dengan dispepsia (penyakit pencernaan).

Dengan demikian, mengkonsumsi makanan melebihi kalori yang dibutuhkan

tubuh akan mengakibatkan penimbunan lemak di bagian pantat, di sekitar

kedua ginjal, di sekitar jaringan yang mengelilingi usus, dada, dan otot-otot

tubuh. Yang nantinya akan berdampak pada munculnya penyakit pada alat

pencernaan (seperti: kesulitan mencerna, pengasaman, dan radang kantung

empedu), pernafasan, peredaran darah (seperti: tekanan darah tinggi penyakit

pembuluh otak, yang mengakibatkan struk, pembekuan darah, dan lain

sebagainya), jantung, penyakit kelenjar endoktrin, serta terputusnya haid pada

wanita. 126

Berlebih-lebihan dalam makan dan minun juga terjadi pada zaman

Nabi. Perbedaannya pada zaman Nabi, orang-orang Arab Isrāf dalam hal

makan dan minum dari segi porsi, seperti memakan daging secara berlebih-

lebihan. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Umar untuk tidak terlalu

sering mengkonsumsi daging ternyata mempunyai banyak manfaat kesehatan.

Diketahui oleh kedokteran kontemporer yang mengatakan, “Sesungguhnya

kaidah yang aman dalam mengkonsumsi daging adalah memakan daging

sekali dalam sehari disertai menjadikan sebagian hari terkadang dengan tanpa

daging karena mayoritas daging adalah urat”.127

Sedangkan pada zaman

sekarang, Isrāf dalam hal makan dan minum dari segi porsi maupun harga,

yakni membeli makanan dan minuman yang lebih mahal, sedangkan

126

Abdul Basith Muhammad as Sayyid, pola Makan Rasulullah: Makanan berkualitas

menurut al-Qur‟an dan As-Sunnah,Terj. M. Abdul Ghaffar (Jakarta: Alfa, 2006 ), h. 51-52. 127

Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Khattab, (Jakarta: Khalifah,

2008), h.201.

Page 90: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

90

memenuhi kebutuhan jasmani dengan makanan bisa dipenuhi dengan cara

yang sederhana. 128

Isrāf dalam menghormati status sosialnya yang tinggi. Hal ini

dikarenakan beberapa faktor, antara lain pengetahuan, kekayaan, dan

kebijakan. Sehingga orang-orang disekitarnya memberikan suatu peghormatan

yang berlebihan.129

faktor pengetahuan diatas misalnya, orang yang berilmu biasanya amat

cepat merasa mulia dengan kemulian ilmu dan merasa di dalam dirinya ada

keindahan dan kesempurnaan ilmu, lalu dia memandang besar dirinya dan

menghinakan orang-orang berilmu bisa jadi berkaitan dengan unsur-unsur

duniawi dan bisa juga berkaitan dengan unsur-unsur ukhrawi.130

Selain itu,

kesombongan orang-orang yang berilmu dapat berdampak pada penolakan

terhadap kebenaran. Merasa bahwa apa yang menjadi pengetahuannya adalah

yang paling benar.131

Sedangkan penjelasan dari bentuk-bentuk Makhīlah adalah „ujub, dengki,

dan pamer. Bentuk-bentuk Makhīlah pada zaman Nabi tidak ada

perbedaannya dengan zaman sekarang. Berikut ini akan dijelaskan mengenai

Makhīlah dizaman Nabi dan dizaman sekarang.

128

Sayyid Abdullah Al-Hadhrami, Bagi Penempuh jalan Akhirat. (Yogyakarta: Mitra

Pustaka. 2006). h, 226. 129

Ibid., 130

Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Khattab, h. 261. 131

Syekh Yahya Ibn Hamzah Al-Yamani, Pelatihan Lengkap Tazkiyatun Nafs (Jakarta:

Zaman, 2012), h, 261.

Page 91: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

91

Pertama, Ujub merupakan bentuk Makhīlah dengan membanggakan diri

sendiri, yakni menganggap dirinya adalah yang paling hebat di antara orang

lain dan tidak ada sedikit kekurangan pun. Sifat sombong dan berbangga

dizaman sekarang misalnya keturunan darah nigrat atau bangsawan yang

dianggap lebih mulia dari pada keturunan darah kaum bawah. Peranan ini

dimiliki orang yang kalau disentuh oleh derita, dia cepat berduka cita,

menyesal dan putus asa, tetapi kalau memperoleh nikmat dia sombong,

berbangga-bangga lupa daratan dan tidak mau mensyukurinya. Sedangkan

ujub dizaman Nabi dijelaskan dalam kisah Qarun dan Fir‟aun. Qarun bersifat

ujub karena dia merasakan bahwa harta yang banyak yang dia miliki adalah

hasil daripada kepandaianya mengumpulkan harta dan perniagaan yang dia

usahakan, sedangkan asalnya dia adalah seorang miskin dan tidak memiliki

apa-apa. Sedangkan fir‟aun yang merasakan bahwa dirinya sebagai tuhan yang

patut disembah.132

Kedua, dengki, yakni merasa iri dengan kelebihan orang lain akibat dari

kesombongannya itu, sedangkan salah satu sifat sombong itu karena kelebihan

yang ia miliki. Sifat dengki ternyata sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad

SAW masih hidup. Hal ini dapat kita lihat yaitu dari kisah Abu Lahab dan

Abu Jahal. Di zaman yang sudah semaju sekarang ini ternyata masih ada

orang yang mengurusi dan memupuk virus-virus iri dan dengki, hingga ia

tumbuh subur di dalam hatinya. Padahal di saat usia bumi ini sudah tua renta,

mestinya kita haruslah lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan

132

Muhammad Jamaluddin Al-Qasim, Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mu`min ,

(Bandung: CV Ponegoro, 1994), h, 789.

Page 92: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

92

senantiasa ber”khusnuzon” kepada siapapun. Penyebab kedengkian kini

bukan karena masalah kenabian, tapi lebih menjurus kepada masalah

kenikmatan atau harta dan jabatan yang dimiliki oleh orang lain. Sehingga

kedengkian lebih sering timbul karena masalah keduniaan saja. Tetapi efeknya

sama saja, yaitu tetap akan melukai orang lain dan melukai dirinya sendiri.

Apalagi di zaman sekarang ini, dizaman yang serba canggih kedengkian dapat

diwujudkan dengan berbagai cara, baik itu dilakukan dengan kekerasan secara

terang-terangan atau melalui jasa orang lain, seperti jasa pembunuh bayaran

(yang sindikatnya baru saja terbongkar) misalnya.133

Ketiga, pamer merupakan salah satu bentuk perbuatan orang-orang

yang sombong atas kepemilikannya, yakni memamerkan dan menjadikan

kepemilikannya sebagai alat untuk tidak diremehkan orang lain. Pada zaman

Nabi bentuk pamer dikisahkan pada kisah Qarun, Qarun membawa semua

harta karunnya, permata, mutiara emas, dan perhiasan dalam berbagai bentuk.

Ketika dia berkeliling kota dari istananya, orang-orang dijalan melihatnya.dan

orang-orang yang mengiginkan yang hanya menginginkan dunia ini

berkata:”lihatlah semua ini. Andai saja kita mempunyai apa yang Qarun

miliki”.134

Pada zaman sekarang pamer meliputi berbagai macam keindahan

yang ada dalam dirinya, seperti halnya pamer dengan kekayaan, kekayaan

sendiri meliputi apa-apa yang ada pada dirinya, pangkat, jabatan, ilmu,

kencantikan, perhiasan dan lainnya. Pamer juga ada yang berbentuk pamer

133

Ibid., 134

Departemen Agama RI. al-Qur‟ân dan Terjemahannya.j 5 Jakarta: Lembaga

Percetakan al-Qur‟ân Departemen Agama, 2009, h. 367.

Page 93: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

93

ibadah. Seperti memamerkan ibadah kepada orang lain, Padahal ibadah yang

mereka lakukan tidak seberapa.135

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk isrāf dan

Makhīlah memiliki beberapa perbedaan dan perbandingan pada zaman Nabi

dan masa sekarang. Sedangkan dampak dari dua perilaku itu sama-sama

memiliki dampak yang buruk.

B. Dampak Perilaku Isrāf dan Makhīlah

Sikap Isrāf dan Makhīlah mempunyai dampak tersendiri bagi pelakunya.

Dampak tersebut berkenaan dengan perbuatan mereka sendiri dan berkenaan

langsung dengan pelakunya. Pola hidup Isrāf dapat menimbulkan malapetaka,

bukan hanya pada kehidupan akhirat kelak, tetapi juga dalam kehidupan sosial

masyarakat. Hal ini tentu akan menjadi pertanggungjawaban manusia di

hadapan Allah Swt terhadap apa yang menjadi pola konsumsinya.

Sesungguhnya hura-hura, bermewah-mewah (Isrāf) merupakan fenomena

penyelewengan terburuk dari konsumsi yang benar. Sebab orang yang hura-

hura cenderung memperluas dalam kenikmatan dunia dan kesenangannya.

Berikut ini adalah Uraian dari dampak atau penjelasan Isrāf dan Makhīlah

sebagai berikut:

Pertama, Kesenjangan atau ketimpangan sosial, artinya di kalangan

masyarakat terdapat kecemburuan, rasa iri, dan tidak suka di dalam

lingkungannya dia berada. Kedua. Tindakan kejahatan, artinya seseorang

menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan barang yang diinginkannya.

135

Sayyid Abdullah Al-Hadhrami, Bagi Penempuh jalan Akhirat. (Yogyakarta: Mitra

Pustaka. 2006). h, 320.

Page 94: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

94

Ketiga. Akan memunculkan orang-orang yang tidak produktif, dalam arti tidak

dapat menghasilkan uang melainkan hanya memakai dan membelanjakan,

hanya ingin terlihat modern dan membanggakan diri di depan teman-

temannya.136

Keempat. kufur, yakni kufur nikmat tidak merasa bersyukur atas nikmat

yang Allah berikan atau bahkan menganggap bahwa segala kelebihan yang ada

dalam dirinya hanyalah karena kepintarannya dan menganggap rezeki yang

diperoleh hanya semata karena usaha sendiri. Kelima. malas, yakni malas

dalam melakukan hal-hal yang lebih penting dari ibadah akibat dari

kegemarannya dalam melakukan aktivitas yang sudah menjadi kebiasaannya.

Keenam. Berlebih-lebihan dalam segala sesuatu akan menimbulkan sifat riya‟

karena merasa apa yang dilakukan menjadi nilai lebih, tetapi itu hanya dimata

manusia, sementara di hadapan Allah sebaliknya.137

Ketujuh. Menjadi teman setan, orang yang hidupnya bergelimang harta

dan semua dibelanjakan, tidak bisa memanfaatkan dengan maksimal sesuai

dengan kebutuhannya bahkan sebagiannya tidak bermanfaat, dia hanya

menuruti hawa nafsunya sehingga memunculkan sifat ingin dipuji dan

sombong. Orang-orang seperti ini adalah sahabat syetan. Tak jauh berbeda

dengan pendapat Sayyid Quthb, orang yang berbuat mubażīr itu digolongkan

sebagai saudara setan sebab mereka berinfak untuk kebatilan dan

136

Wahyudi, “Tinjauan Tentang Perilaku Konsumtif Remaja Pengunjung”. Dalam

eJournal sosiologi. Vol. 1, no. 4 (2013) h. 28. 137

Erich Fromm, Revolusi Harapan Menuju Masyarakat Teknologi Yang Manusiawi, h.

30.

Page 95: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

95

kemaksiatan.138

Mereka membiarkan dirinya menuruti perintah setan dan

menganggap bahwa apa-apa yang diperintahkan merupakan kesenangan yang

memberikan keuntungan, padahal sejatinya setan membisikkan kata-kata indah

namun menipu hanya untuk mengajak manusia bersama-bersama menjadi

penghuni neraka.

Adapun dampak dari Makhīlah ialah sama-sama memiliki dampak buruk,

antara lain:

1. Dampak Makhīlah juga akan menimbulkan dampak riya`. Yaitu

tidak ada niat lain menggunakan kepintarannya dalam kegiatan

sosial dan ibadah, selain untuk mendapatkan pujian dari orang lain.

2. Orang yang sombong menolak adanya kebenaran dan menganggap

bahwa apa yang dilakukannya merupakan kebenaran. Padahal yang

tampak dari dirinya hanyalah perilaku sombong.

3. Perilaku sombong juga dapat mengantarkan seseorang kepada

perbuatan dzalim, yaitu menindas orang-orang disekitarnya.

Penindasan di sini tidak hanya berbentuk penindasan fisik, tetapi

juga penindasan dengan melakukan kebodohan, baik dalam hal

pengetahuan umum ataupun akidah.139

4. Menghina juga merupakan dampak yang muncul dari perilaku

sombong. orang sombong sering menghina dan merendahkan orang

lain yang menurutnya tidak pantas mendapatkan apa yang ia

138 Sayyid Quthb, Tafsīr fīẒilālil Qur‟ān, Jilid 4, (Beirut: Darusy-Syuruq, 1992),

h.2222. 139

Erich Fromm, Revolusi Harapan Menuju Masyarakat Teknologi Yang Manusiawi, h.

28.

Page 96: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

96

dapatkan. Sehingga akan menimbulkan ketidaksatuan umat dan

keharmonisan individu-individunya.

5. Sama halnya dengan Isrāf, Makhīlah juga akan mengantarkan

manusia kepada jurang kesesatan yakni menjadi teman setan di

neraka. Sebab, dua perilaku ini tidak lepas kaitannya dengan bisikan

setan menggunakan kata-kata yang indah tapi menipu.

6. Mempengaruhi kesehatan mental, yakni selalu berpikir bagaimana

gaya hidup selalu terlihat mewah dan ingin selalu dipuji.

7. Mendapat laknat Allah.140

Selain dampak-dampak di atas, Isrāf dan Makhīlah juga memiliki

keterkaitan antara keduanya yang sama-sama mengakibatkan dampak buruk.

Akibat dari perbuatan Isrāf adalah melampaui batas, yaitu merupakan

penyakit yang mematikan. Merusak banyak orang, dan mengancam masa

depan umat manusia. Terutama generasi muda Islam sejak zaman dahulu

hingga sekarang. Selain itu sikap Isrāf juga merupakan bentuk pengingkaran

akan nikamt Allah Swt, sedangkan pengingkaran akan nikmat Allah Swt tidak

akan memperoleh keuntungan sedikitpun.141

Sikap Isrāf terkadang akan berubah menjadi sebuah keteledoran, sesuatu

hal yang sebelumnya bersifat ketat, berubah menjadi kebebasan. Pada akhirnya

140

Syekh Yahya ibn Hamzah al-Yamani, Pelatihan Lengkap Tazkiyatun Nafs,

Memandu Anda Membesihkan Hati dan Menumbuhkan jiwa Mulia Agar hidup Lebih Berhasil

dan Lebih Bahagia, (Jakarta:Zaman, 2012), h, 267-268 141

Ibid.h,157.

Page 97: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

97

dia akan meninggalkan sedikit atau banyak dari apa yang seharusnya

dilakukan.142

Di antara akibat sikap melampui batas adalah, Mengakibatkan

terhentinya melakukan amal ibadah dan tidak sabar, karena manusia memiliki

tabiat cepat bosan dan memiliki kemampuan yang terbatas. Manusia biasanya

akan sabar mengerjakan pekerjaan yang berat dan sulit dalam waktu beberapa

hari atau beberapa bulan, lebih dari itu manusia akan bosan. Diantara upaya

dalam menghindari sikap Isrāf yaitu melakukan amal ibadah secara istiqomah

ataupun terus-menerus meskipun sedikit. Amal tersebut merupakan amal yang

paling di sukai oleh Allah Swt. Hidup secara bersahaja dan tidak selalu

mengikuti hawa nafsu. Sederhanakanlah dan tundukkanlah hawa nafsu dengan

menggunakan akal sehat. Seseorang yang hidup bersahaja, tidak akan suka

melakukan sesuatu yang diluar kewajaran, seperti berlebih lebihan sehingga

nantinya akan memunculkan sifat takabbur, karena perbuatan tersebut akan

merendahkan dirinya dihadapan Allah dan juga manusia yang lain karena

sebagian besar kejelekan yang menimpa manusia bersumber dari hawa nafsu

yang lepas kontrol. Selain itu, Islam telah memberikan tuntunan dalam berbuat

dan beribadah.143

Apabila terdapat takabur dalam hati, maka orang itu akan melecehkan

orang lain, tidak mau memahami orang lain (egois), memaksakan kebatilan

sehingga muncullah situasi yang menyertainya yaitu kedzaliman, kemarahan,

142

Ibid, h, 158. 143

Ibid,.

Page 98: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

98

terorisme, permusuhan, pelanggaran hak dan kehormatan. Karena akibat dari

perbuatan takabur sangat besar baik bagi dirinya maupun orang lain. Maka

Islam melarang manusia mempunyai sifat ini.144

Sebagaimana firman Allah

yang melarang sifat sombong ini:

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena

sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi

membanggakan diri.”

Dari ayat ini jelaslah bahwa Allah melarang perbuatan sombong dan

tidak menyukai orang yang sombong. sehingga bagi orang yang tidak mau

mentaati perintah Allah agar tidak berlaku sombong, Allah akan memberikan

balasan di akhirat. Allah berfirman tentang balasan bagi orang yang sombong :

“Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, Maka Allah

akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian

dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri,

Maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka

tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari

pada Allah.”

144

Majid Fkhry, Etika Dalam Islam, (Yogyakarta: Pusata Pelajar, 1996), h, 96.

Page 99: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

99

Dari ayat ini dapat diketahui secara jelas tentang pandangan Islam

terhadap sombong, Islam memandang bahwa sombong mempunyai dampak

negatif bagi pelakunya dan orang lain yang di sombongi. Semua tahu bahwa

perilaku sombong merupakan perilaku yang tercela, merugikan bagi dirinya

maupun orang lain. Dengan adanya penyimpangan-penyimpangan tersebut.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kaitan antara Isrāf dan

Makhīlah sebagaimana yang tercantum dalam ẖadīs tersebut bahwa sombong

merupakan sifat tercela yang muncul akibat perbuatan Isrāf tadi. Sebab Isrāf

merupakan perbuatan yang dilakukan hanya karena keinginan untuk

menunjukkan kekayaan materinya di depan masyarakat.

Begitu juga jika dilihat dari dampak masing-masing antara keduanya

dapat disimpulkan bahwa ẖadīs tentang Isrāf dan Makhīlah masih relevan

dengan konteks kekinian. Sehingga ẖadīs-ẖadīs tersebut mengandung larangan

untuk tidak berperilaku Isrāf dan Makhīlah karena sama-sama memiliki

dampak yang buruk sebagaimana yang telah terjadi pada zaman Rasulullah.

Page 100: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

100

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang penulis teliti terkait dengan isrāf dan makhīlah

yang telah penulis bahas pada bab sebelumnya , maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Kata isrāf dalam ḥadīs-ḥadīs di atas memberikan pemahaman bahwa tidak

diperbolehkannya melakukan sesuatu dengan berlebihan atau melampaui

batas, karena sesuatu yang berlebihan itu adalah tanda orang yang

mubadżīr (boros) yang mendekatkan kita kepada perbuatan setan. Sesuatu

yang dilakukan dengan berlebihan, akan memberikan sebuah dampak yang

buruk kepada diri kita nantinya. Sehingga ḥadīs-ḥadīs di atas

mengingatkan kepada kita untuk diperbolehkannya makan, minum,

bersedekah dan berpakaian akan tetapi dengan mengontrolnya semaksimal

mungkin agar tidak memberi dampak buruk, mengontrol di sini dalam arti

membatasi. Memberikan batasan dalam makan dan minum, ataupun

bersedekah dan berpakaian. Sedangkan makhīlah yang ada dalam diri

seseorang, datang karena sifat takabur yang timbul akibat adanya

keutamaan yang dilihat dari dirinya. Sehingga ia merasa lebih dari orang

lain, dan mendorongnya menjadi sombong. Maka ḥadīs-ḥadīs di atas

mendorong kita untuk menggunakan barang-barang dengan baik dan

bermanfaat serta melarang adanya pemborosan dan pengeluaran terhadap

Page 101: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

101

hal-hal yang tidak penting. Juga menghindari sifat sombong atas apa-apa

yang ia miliki.

2. Setelah penulis teliti ḥadīs-ḥadīs tentang isrāf dan makhīlah jika dikaitkan

dengan konteks kekinian tidak jauh berbeda dengan masa Nabi. isrāf pada

zaman Nabi meliputi: makan dan minum dengan wadah emas dan perak,

makan dan minum. Sedangkan dizaman sekarang berlebih-lebihan

meliputi: berbelanja, bekerja, ibadah, pesta, berpakaian, makan dan

minum, menghormati status sosial.

Sedangkan makhīlah pada zaman Nabi dan zaman sekarang tidak ada

perbedaan diantara keduanya, yang meliputi: ujub, dengki dan pamer.

Isrāf dan makhīlah termasuk perbuatan tercela yang dibenci Allah dan

pelakunya oleh Allah dianggap sebagai saudaranya setan. Al-Qur‟an dan ḥadīs

telah memberikan solusi-solusi untuk menghindari perilaku isrāf dan makhīlah.

Salah satunya yaitu membelanjakan dan menggunakan harta dengan

seperlunya, jangan sampai terlalu sedikit namun jangan pula terlalu banyak dan

berlebihan karena bisa menyebabkan pemborosan. Jika seseorang isrāf maka

timbulah dalam benaknya untuk membanggakan diri.

Page 102: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

102

B. Saran

1. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan

penelitian ḥadīs ini dan masih banyak kekurangan, alangkah baiknya

untuk diteliti kembali mengingat ḥadīs merupakan sumber kedua

setelah Al-Qur‟an.

2. Kepada jurusan IAT (ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir), semoga penelitian

tentang isrāf dan makhīlah dapat dijadikan wacana baru dijurusan IAT

dan dimasyarakat pada umumnya.

Page 103: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

103

DAFTAR PUSTAKA

Al-Sa‟di , Abd al-Rahman bin al-Nashir. Taitsir al-Karīm al-Mannan fī Tafsīr al-

Qur‟ān, jilid 5, Darr Ibn Jauziyah.

Alū Syaikh , Abdullah bin Muhammad bin Abdurrrahman bin Ishaq.Tafsīr Ibnu

Katsir; jilid 3, Pustaka Imam Asy-Syafi‟I, 2009.

Al-Maraghi, Ahmad Musthofa. Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang, CV,

Toha Putra.

Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam Jilid II, Yogyakarta: PT. DANA

BHAKTI WAKAF, 1995.

Al-Bukhari ,Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. Shahîh Bukhari, Jilid 7, Beirut:

Daar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992.

Al-Qazwini ,Abi Abdillah Muhammad bin Yazid. sunan Ibnu Majah juz 2, tanpa

kota: darul afkar, tanpa tahun.

Astuti, Endang Dwi. “Perilaku Konsumtif Dalam Membeli Barang Pada Ibu

Rumah Tangga di Kota Samarinda”, Dalam eJournal Psikologi, Vol 1, no

2, 2013.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari: Syarah Shahih Bukhari, J.28. terj.

Amiruddin, Jakarta: Pustaka Azam, 2009.

Hanbal, Imam Ahmad ibn. Musnad J. 6, Kairo: Darul Hadis, 1995.

Ad-Dimasyqī, Ismā' il ibn Katsīr al-Qurasyī. Tafsīr al-Qur‟ān al-A ẓ īm, Jilid 3,tt.

Al-Jauzi, Ibn. 30 Cara Menuju Puncak Ketenangan Jiwa, Terapi Psikologi

Mengatasi Bebagai Problema Kehidupan,Yogyakarta: Pustaka

Rihlah,2004.

As-Suyuthi, Jalaluddin dan Imam as-Sindiy. Sunan an-Nasa`i jld. 5, Beirut: Dar

al-Ma‟rifah, tt.

Ali, Nizar. Memahami Hadis Nabi Metode Dan Pendekatan. Yogjakarta: CESaD

YPI Al-Rahmah, 2001.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian , Jakarta:Rineka Cipta,2003.

Al-Haritsi, Jaribah bin Ahmad. Fikih Ekonomi Umar bin al-Khattab, Jakarta:

Khalifah, 2008.

Al-Qurṭubi, Syaikh Imam. Tafsīr al-Qurṭubī jilid 8, Jakarta: Pustaka Azzam,

2008.

Page 104: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

104

Al-hadhrami , Sayyid Abdullah. Bagi Penempuh Jalan Akhirat,Yogyakarta:

MITRA PUSTAKA, 2006.

Al-Yamani, SyekhnYahya ibn Hamzah. Pelatihan Lengkap Tazkiyatun Nafs

Jakarta: ZAMAN, 2012.

Asror, Miftahul dan Imam Musbihin. Membedah Hadis Nabi Saw, Yogjakarta:

Pustaka Pelajar, 2015.

Departemen Agama R.I. Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta Departemen Agama

R.I: 1992.

Departemen Agama RI. al-Qur‟ân dan Terjemahannya. Jakarta: Lembaga

Percetakan al-Qur‟ân Departemen Agama, 2009.

Fatah, Abdul. Kehidupan Manusia di Tengah-Tengah Alam Materi, Jakarta:

Rineka Cipta, 1995.

Fithriyana, Arini. Memahami Hadis-HadisTentang Keutamaan Membaca Surah

Al-Kahfi( Studi Ma`ni al-Hadis), Skripsi S1 Jurusan Ilmu Al-Quran dan

Tafsir Fakultas Usuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri

Surakarta, 2014.

Fromm, Erich. Revolusi Harapan Menuju Masyarakat Teknologi Yang

Manusiawi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1996.

Fakhry, Majid. Etika Dalam Islam, Yogyakarta:pustaka pelajar, 1996.

Ghazali, Adeng Mukhtar. Ilmu Perbandingan Agama,Bandung:Pustaka setia,

2000.

Huda , Ali Mas`ud. Hadis Tentang Kewajiban Mandi Jum`at Bagi Orang Yang

Sudah Baligh (Studi Ma`ni al-Hadis), Skripsi S1 Jurusan Ilmu Al-Quran

dan Tafsir Fakultas Usuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri

Surakarta, 2016.

Husin, Said Agil. Munawwar,Asbabul Wurud ,Yogjakarta:Pustaka Pelajar, 2001.

http://www.novieffendi.com/2012/03/adab-makan-muslim-sesuai-sunnah-

nabi.html, diakses pada tanggal 2/02/2017.

Ismail , Syuhudi. Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual :Telaah Ma`ani al-

Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan lokal,

Jakarta: Bulan Bintang, 1994.

Karim, Abdullah. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis ,Banjarmasin: Condes Kalimantan,

2010.

Kurdi dkk. Hermeneutika Al-Qur‟an & Hadis ,Yogjakarta: Elsaq, 2010.

Page 105: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

105

Mustaqim, Abdul . dan Agil Husain Al-Munawwar. Asbabul Wurud : studi kritik

atas Hadis Nabi, pendekatan Sosio-Historis konteskstual cet.

1.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Mudasir, Ilmu Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Munawwir , Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia ,Surabaya: Pustaka

Progesif, 1997.

Mustaqim, Abdul. Ilmu Ma`ni Hadis paradigma Interkoneksi berbagai teori dan

metode memahami hadis nabi, yogyakarta: Erlangga,2008.

Manthur, Jamaluddin Muhammad bin Mukarram Ibnu. libaanul `Arab J 9,Bairut:

dar shodar tt.

Mustamar, Marzuki. Mutiara Hadits ,Malang: UIN-MALIKI PREES, 2013.

Muhsin ,Wahab. dan Fuad Wahab, Pokok-Pokok Ilmu Balaghah, Bandung:

Angkasa, 1982.

Nashif , Syekh Mansur Ali. Mahkota Pokok-Pokok hadis Rasululla jilid 3,

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I ,Jakarta: UI-

Press, 1985.

Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam, Penterj. Zainal Arifin Jakarta:

Gema Insani Press, 1997.

Quthub, Sayyid. Tafsīr fī Ẓ ilālil Qur‟ān, Jilid 4, Beirut: Darusy-Syuruq, 1992.

Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam Jilid 2 ,Yogyakarta: Dana Bhakti

Wakaf, 1995.

Rakhmat , Mochtar. Islam Itu Indah Refleksi Keimanan, Yogyakarta:pustaka

pelajar, 2000.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah, vol 5.jakarta:lentera hati,2002.

Suryadilaga, M. Alfatih. Metodologi Syarah Hadis Yogyakarta: SUKA-Press UIN

Sunan Kalijaga, 2012.

Syaparuddin “Prinsip-Prinsip Dasar al-Qur‟an Tentang Perilaku Konsumtif,”

Ulumuna Vol.XV Nomor 2 Desember, 2011.

Tim Baitul Hikmah, Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur‟an dan Hadits, Jakarta,

Kamil Pustaka : 2013.

Tnp, Munjid Fil Lughah Wa A`lam, Bairut Darul Musyrik, 2008.

Wensinck , A.J. al-Mu‟jam al- Mufahras li alfazh al-hadîts, J6 Leiden: Breil,

1943.

Page 106: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

106

Wahyudi, “Tinjauan Tentang Perilaku Konsumtif Remaja Pengunjung”. Dalam

eJournal sosiologi. Vol. 1, no. 4, 2013.

Zakariya , Abu Husain Ahmad Ibn Faris Ibn. Mu`jam Maqāyis al-Lugah, Tahqiq

Abd asSalam Muhammad Harun , Cet. 3, Juz 4, Kairo: Maktabah al-

Kanji,1981.

Zaenuddin, Mammat. dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, Bandung:

Refika Aditama, 2007.

Zuhri, Muh. Telaah Matan Hadis: Sebuah Tawaran Metodologis, Cet I

Yogjakarta: LESFI, 2003.

Page 107: ḤADῙS ḤADÎS TENTANG LARANGAN ISRᾹF DAN MAKHῙLAHeprints.iain-surakarta.ac.id/472/1/13. Mamluatul Choiriyah.pdf · Melihat dari realita di zaman sekarang kebanyakan orang

107

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

1. Nama : Mamluatul Choiriyah

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, taggal lahir : Sampang, 23 November 1993

4. Agama : Islam

5. Alamat : Desa Jranguan Omben Sampang.

6. E-mail : [email protected]

Pendidikan :

1. MI Assirajiyah, Miftahul Ulum Jranguan Omben Sampang 2004

2. SMP MTA Alpen Sumenep Madura 2008

3. MA MTA Alpen Sumenep Madura 2011

4. IAIN Surakarta 2017