26
1. Afasia Bahasa adalah fungsi luhur yang paling utama bagi manusia selain fungsi daya mengingat,persepsi, kognisi dan emosi. Manusia menggunakan bahasa dalam memenuhi sistem komunikasi yang kompleks. Produksi bahasa terjadi pada otak manusia. Salah satu gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan otak adalah afasia. Pada manusia, fungsi pengaturan bahasa mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak pada 96-99% orang yang dominan tangan kanan (kinan) dan 60% orang yang dominan tangan kiri (kidal). Pada pasien yang menderita afasia, sebagian besar terletak pada hemisfer kiri. Area Broca atau area 44 dan 45 Broadmann, bertanggung jawab atas pelaksanaan morotik berbicara. Lesi pada area ini akan mengakibatkan kesulitan dalam artikulasi tetapi penderita bisa memahami bahasa dan tulisan. Area Wernicke atau area 41 dan 42 Broadmann, merupakan area sensorik penerima untuk impuls pendengaran. Lesi pada area ini akan mengakibatkan penurunan hebat kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa. Secara umum afasia muncul akibat lesi pada kedua area pengaturan bahasa di atas. Selain itu lesi area disekitarnya juga dapat menyebabkan afasia transkortikal. Afasiajuga dapat muncul akibat lesi pada fasikulus arkuatus, yaitu penghubung antara area Broca dan area Wernicke.

Afasia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

afasia

Citation preview

1. AfasiaBahasa adalah fungsi luhur yang paling utama bagi manusia selain fungsi daya mengingat,persepsi, kognisi dan emosi. Manusia menggunakan bahasa dalam memenuhi sistem komunikasi yang kompleks. Produksi bahasa terjadi pada otak manusia. Salah satu gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan otak adalah afasia. Pada manusia, fungsi pengaturan bahasa mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak pada 96-99% orang yang dominan tangan kanan (kinan) dan 60% orang yang dominan tangan kiri (kidal). Pada pasien yang menderita afasia, sebagian besar terletak pada hemisfer kiri. Area Broca atau area 44 dan 45 Broadmann, bertanggung jawab atas pelaksanaan morotik berbicara. Lesi pada area ini akan mengakibatkan kesulitan dalam artikulasi tetapi penderita bisa memahami bahasa dan tulisan.Area Wernicke atau area 41 dan 42 Broadmann, merupakan area sensorik penerima untuk impuls pendengaran. Lesi pada area ini akan mengakibatkan penurunan hebat kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa.Secara umum afasia muncul akibat lesi pada kedua area pengaturan bahasa di atas. Selain itu lesi area disekitarnya juga dapat menyebabkan afasia transkortikal. Afasiajuga dapat muncul akibat lesi pada fasikulus arkuatus, yaitu penghubung antara area Broca dan area Wernicke.Afasia merupakan gangguan berbahasa. Dalam hal ini pasien menunjukkan gangguan dalam memproduksi dan/ atau memahami bahasa. Defek dasar pada afasia ialah pada pemrosesan bahasa tingkat integratif yang lebih tinggi. Gangguan artikulasi dan praksis mungkin ada sebagai gejala yang menyertai. Afasia adalah gangguan berbahasa akibat gangguan serebrovaskuler hemisfer dominan, trauma kepala, atau proses penyakit. Terdapat beberapa tipe afasia, biasanya digolongkan sesuai lokasi lesi. Semua penderita afasia memperlihatkan keterbatasan dalam pemahaman, membaca, ekspresi verbal, dan menulis dalam derajat berbeda-beda.

Klasifikasi afasiaBerdasarkan manifestasi klinik, afasia dapat dibedakan menjadi: Afasia tidak lancar atau non fluent Afasia lancar atau fluentBerdasarkan lesi anatomika. Sindrom afasia peri-silvian Afasia Broca (motorik, ekspresif) Afasia Wernicke (sensorik, reseptif) Afasia konduksib. Sindrom afasia daerah perbatasan (borderzone Afasia transkortikal motorik Afasia transkortikal sensorik Afasia transkortikal campuranc. Sindrom afasia subkortikal Afasia talamik Afasia striatald. Sindrom afasia non-lokalisasi Afasia anomik Afasia global

Gejala dan Gambaran klinik AfasiaAfasia tidak lancarPada afasia ini, output atau keluaran bicara terbatas. Penderita menggunakan kalimat pendek dan bicara dalam bentuk sederhana. Sering disertai artikulasi dan irama bicara yang buruk.Afasia lancarPada afasia ini penderita bicara lancar, artikulasi dan irama baik, tetapi isi bicara tidak bermakna dan tidak dapat dimengerti artinya. Penderita tidak dapat mengerti bahasa sehingga tidak dapat berbicara kembali.

1. Pasien tampak sulit memulai bicara1. Panjang kalimat sedikit (5 kata atau kurang per kalimat)1. Gramatika bahasa berkurang dan tidak kompleks1. Artikulasi umumnya terganggu1. Irama bicara terganggu1. Pemahaman cukup baik, tapi sulit memahami kalimat yang lebih kompleks1. Pengulanan (repetisi) buruk1. Kemampuan menamai, menyebut nama benda buruk Keluaran bicara yang lancar Panjang kalimat normal Artikulasi dan irama bicara baik Terdapat parafasia Kemampuan memahami pendengaran dan membaca buruk Repetisis terganggu Menulis lancar tadi tidak ada arti

Seseorang afasia yang non-fluen mungkin akan mengatakan dengan tidak lancar dan tertegun-tegun: mana...rokok...beli. Sedangkan seorang afasia fluen mungkin akan mengatakan dengan lancar: rokok beli tembakau kemana situ tadi gimana dia toko jalan.

Afasia global. Afasia global ialah bentuk afasia yang paling berat. Koadaan ini ditandaioleh tidak adanya lagi bahasa spontan atau berkurang sekali dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara stereotip (itu-itu saja, berulang), misalnya : "iiya, iiya, iiya", atau: "baaah, baaaah, baaaaah" atau: "amaaang, amaaang, amaaang". Komprehensi menghilang atau sangat terbatas, misalnya hanya mengenal namanya saja atau satu atau dua patah kata. Repetisi (mengulangi) juga sama berat gangguannya seperti bicara spontan. Membaca dan menulis juga terganggu berat.Afasia global disebabkan oleh lesi luas yang merusak sebagian besar atau semua daerah bahasa. Penyebab lesi yang paling sering ialah oklusi arteri karotis interna atau arteri serebri media pada pangkalnya. Afasia global hampir selalu disertai hemiparese atau hemiplegia yang menyebabkan invaliditas khronis yang parah.

Afasia Broca. Bentuk afasia ini sering kita lihat di klinik dan ditandai oleh bicara yang tidak lancar, dan disartria, serta tampak melakukan upaya bila berbicara. Pemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan memahami kalimat yang sintaktis kompleks). Pasien sering atau paling banyak mengucapkan kata-benda dan kata-kerja. Bicaranya bergaya telegram atau tanpa tata-bahasa (tanpa grammar). Kalimatnya pendek (