Afif Pendidikan Islam Masa Rasul - Lengkap UAS PPs IAIN Tulungagung Jatim

  • Upload
    afif

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT REVISI MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah " Sejarah Pendidikan Islam " Dosen Pengampu : Dr. H. Asmawi, M.Ag

Disusun Oleh : AFIFUL IKHWAN 2841104002 MPI A SMT 2

PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) TULUNGAGUNG Juli 2011

BAB I PEMBAHASANPENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DAN SAHABAT A. Pendahuluan Islam adalah wahyu abadi dari Allah yang disampaikan kepada manusia melalui serangkaian para Nabi sejak Nabi Adam a.s, hingga kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi terakhir yang menyempurnakan seluruh ajaran Islam dengan mendapat jaminan dan dukungan Allah pencipta alam ini.1 Setiap nabi membawa dan menyebarkan agama Allah yaitu membawa misi agama tauhid yang mengesakan Allah dan kemudian disempurnakan oleh nabi akhir zaman---Muhammad SAW dan ini mendapat pengakuan Allah melalui al-Quran. Islam merupakan sebuah agama yang didasarkan seluruhnya pada wahyu Allah dan Sunnah Rasul-Nya Muhammad SAW. Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat penting, terutama bagi pelajarpelajar agama Islam dan pemimpin-pemimpin Islam. Dengan mempelajari Sejarah Pendidikan Islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran Islam baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Khusunya pendidikan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW. Sebagai umat Islam, hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna menumbuh kembangkan wawasan generasi mendatang di dalam pengetahuan sejarah tersebut. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terdapat dua periode. Yaitu periode Makkah dan periode Madinah. Pada periode Makkah, Nabi Muhammad lebih menitik beratkan pembinaan moral dan akhlak serta tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah dan pada peroide di Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di bidang sosial politik. Disinilah pendidikan Islam berkembang pesat. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode: 1. Periode Makkah 2. Periode Madinah

1

Al-Najjar, Zaghlul R. Source and Purpose of Knowledge. (The International Institute of Islamic Thought. Islamization of Knowledge Series No. 5 Al- Syaibani, 1995), h. 4

2

B. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M, dalam wahyu itu termaktub ayat al-Quran yang artinya: Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan (alam semesta). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.2 Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-Quran yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.3 Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan Islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mulamula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi. Setelah banyak orang memeluk Islam, lalu Nabi menyediakan (memakai) rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikutpengikutnya. di tempat itulah pendidikan Islam pertama dalam sejarah pendidian Islam, disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu (ayat-ayat) al-Quran kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya.4 Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama Islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang2

3 4

Departemen Agama, Al-Quran dan Tarjamahnya, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah alQuran, 1971. Q.S. Al-Alaq: 1-5), h. 1079 Ibid.., (Q.S. Al-Mudatsir: 1-7), h. 992 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992), h. 6

3

diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran Islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan Islam. Dalam masa pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah, Nabi Muhammad juga mengajarkan al-Quran karena al-Quran merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran Islam, disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya.5 Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta sebagai anjuran pendidikan akliyah dan ilmiyah. Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam pada masa Makkah meliputi: 1. Pendidikan Keagamaan Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala. 2. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian alam semesta. 3. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid. 4. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan. Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.6 Pendidikan Islam pada intinya adalah wahana pembentukan manusia yang berbudi luhur. Dalam ajaran Islam masalah akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman, keimanan merupakan hati, akhlak adalah pantulan iman yang berupa prilaku, ucapan dan sikap. Dengan lain perkataan dapat dikatakan bahwa akhlak adalah amal shaleh, iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran karenan Allah semata.7

5 67

Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008), h. 28 Ibid.., h. 27 Ainurrofiq Dawam dalam Muhammad AR. Pendidikan di Alaf Baru: Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Jogyakarta: Prismasophie, 2003), h. 1

4

C. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama Islam di Madinah adalah sebagai berikut: a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik. Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah: 1. Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.8 2. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah. 3. Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syariat zakat dan puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral. 4. Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyariatkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat jumat yang dilaksanakan secara berjamaah dan adzan. Dengan sholat jumat8

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam..., h. 26

5

tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jamaah jumat. Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SAW mendapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas. 9 Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong, bantu-membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.10 b. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan. Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia. c. Pendidikan anak dalam Islam Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-quran berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain:

9 10

Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam..., h. 37 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam..., h. 16

6

Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita

menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)

Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar jangan meninggalkan

anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.

Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan

bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orangorang yang berdoa dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.11 Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Tauhid 2. Pendidikan Shalat 3. Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat 4. Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga 5. Pendidikan kepribadian 6. Pendidikan kesehatan 7. Pendidikan akhlak.12 D. Perbedaan ciri pokok pembinaan pendidikan islam periode kota Makkah dan kota Madinah

Periode kota Makkah: Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Periode kota Madinah: Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan

11 12

Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam..., h. 55 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam..., h. 18

7

tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.

E. Kurikulum dan Metode Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW Apabila disepakati bahwa yang disebut guru adalah orang yang secara sengaja mengasuh individu atau beberapa individu lainnya agar mereka dapat tumbuh dan berhasil dalam menjalani kehidupan, maka dalam konteks pengertian ini Nabi Muhammad SAW dapat dianggap sebagi sosok guru agung bagi umat manusia, meskipun Sang Guru Utama tetap Allah SWT. Nabi Muhammad SAW dalam kedudukannya sebagai sang guru, memiliki beberapa tugas spesifik kaitannya dengan kependidikan. Sebagaimana diketahui, di kalangn Muslim, Nabi Muhammad SAW diyakini sebagai Nabi dan Rasul penutup, dengan demikian tugas Nabi Muhammad SAW adalah menyampaikan segala hal yang berkaitan dengan risalah terakhir di bidang aqidah, ibadah, dan muamalah, melalui proses pendidikan. Hal ini dapat dilihat dalam Al Quran, yang notabenenya merupakan visualisasi dari tugas yang harus dijalankan, memuat ayat-ayat yang menguatkan misi kependidikan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana firman Allah:

Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w) Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-Maidah: 67)1313

Depag RI, Al-Quran dan Terjamahnya..., h. 172

8

Al Quran bagi Nabi Muhammad SAW juga bukan hanya sekedar kitab suci yang memberikan justifikasi kenabian bagi dirinya, lebih dari itu al Quran juga merupakan penjelasan tentang konsep pendidikan Tuhan bagi hamba-Nya. Hal ini dapat dilihat pada firman Allah:

Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan kami

turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka (Yakni: perintahperintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran) dan supaya mereka memikirkan. (Q.S. al-Nahl: 44)14 Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa mendidik manusia dengan petunjuk al Quran yang telah diturunkan kepadanya merupakan salah satu tugas Nabi Muhammad SAW. Di sini, internalisasi nilai-nilai edukatif al Quran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW tidak hanya lewat nasehat dan pengajaran-pengajaran lain, namun diri Nabi Muhammad SAW sendiri menjadi contoh yang hidup bagi dasar-dasar kependidikan yang dikembangkannya. Nabi Muhammad SAW merepresentasikan apa yang diajarkan melalui tindakan, kemudian menerjemahkan tindakannya ke dalam katakata, sehingga apapun yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW akan segera diterima oleh para sahabat karena ucapannya telah diawali dengan contoh kongret. Dalam segala hal, Nabi Muhammad SAW adalah guru, pemberi nasehat, petunjuk jalan kebenaran dan juga seorang pengajar. Majelis pengajaran Beliau sangat luas, dimana saja dan kapan saja dapat memberikan pelajaran. Namun karena Beliau dan para sahabat lebih banyak menghabiskan waktunya di masjid dalam melakukan aktifitas peribadatan khususnya shalat, maka Beliau menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keilmuan. Dengan demikian, masjid bagi Nabi Muhammad SAW merupakan madrasah dan sekaligus kampus tempat dimana Beliau duduk dikelilingi para sahabat dalam14

Ibid, h.

9

halaqah untuk menyampaikan pelajaran, membaca al Quran, dzikir, dan aktifitas lain. Namun begitu, pada saat itu bukan hanya Nabi Muhammad SAW saja yang menjadi guru, tetapi kadangkala beberapa sahabat menggantikan Beliau dalam menyampaikan ilmu, seperti Abdullah Ibn Rawahah, Ubadah Ibn Shamit, dan Abu Ubaidah Ibn al Jarrah.15 Dalam setiap halaqah yang diselenggarakan Nabi Muhammad SAW, Beliau selalu mengajarkan al Quran. Dan melalui al Quran pula, Nabi Muhammad SAW mengajarkan ilmu-ilmu tentang macam-macam fadhilah, wawasan keilmuan, akhlak, adat istiadat yang baik dan manfaat ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, prioritas pengajaran al Quran sejak awal dakwah Nabi Muhammad SAW dimaksudkan untuk membentuk pola pikir dan perilaku para sahabat yang dijiwai oleh semangat al Quran, disamping agar mereka menerima akidah-akidah al Quran terutama yang berkaitan dengan keesaan Tuhan.16 Meskipun ilmu-ilmu lain diajarkan dalam halaqah Nabi Muhammad SAW, pengajaran al Quran tetap menempati posisi terpenting, karena sesungguhnya sumber ilmu pengetahuan adalah al Quran. Pendidikan al Quran itu meliputi bacaan, pemahaman dan penafsiran. Sedangkan pendidikan membaca al Quran bagi anak-anak, oleh Nabi Muhammad SAW disediakan tempat khusus yang disebut kuttab seperti yang telah dibahas sebelumnya.17 Apabila disepakati definisi kurikulum adalah seperangkat pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah18 maka dapatlah kiranya dianalogikan bahwa kurikulum pendidikan yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW adalah Kurikulum Berbasis Quran (KBQ), dimana Nabi Muhammad SAW sebagai guru utama, para sahabat sebagai murid-muridnya, dan masjid atau halaqah keilmuannya sebagai institusi pendidikan atau sekolah tempat proses pendidikan itu berlangsung. Sebagai sebuah kurikulum, al-Quran menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai abdullah dan khalifatullah, guna membangun dunia sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.19 Sebagai guru agung, dalam15

16 17 18

M. Alawi al Maliki, Prinsip-prinsip Pendidikan Rasulullah, terj. M. Ihya Ulumuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 7 Ibid..., h. 29 Moh. Slamet Untung, Muhammad Sang Pendidik, (Semarang: Pustaka Rizki Putera, 2005), h. 61 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 182

10

mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Quran ini, Nabi Muhammad SAW menerapkan metode pendidikan yang cukup variatif dan fleksibel, diantaranya adalah: Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW di bidang aqidah.20 JENIS METODE 1. Metode bertanya/melempar pertanyaan Metode menjawab pertanyaan Metode kisah/cerita Metode nasehat/ceramah/khotbah Metode Peragaan/demonstrasi Hal demikian itu dapat dilihat misalnya dalam hadits: KETERANGAN Nabi bertanya kepada sahabat Sahabat bertanya kepada Nabi Nabi menceritakan kepada sahabat Nasehat Nabi bersifat logis, singkat dan argumentatif Nabi menggunakan alat dalam menjelaskan

: 21

Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW di bidang ibadah.22 JENIS METODE 1. Metode dialog/diskusi/tanya jawab Metode praktek/contoh Metode eksplanasi/nasehat/metafora Metode targhib dan tarhib Metode tadriji KETERANGAN Berkaitan dengan pensyariatan azan Berkaitan dengan ibadah sholat Berkaitan dengan ibadah wudlu Berkaitan dengan ibadah zakat Berkaiatan dengan ibadah puasa

Contoh dari metode tersebut di atas tergambar dalam hadits Nabi SAW:

: 23

19

20 21

22 23

Abdurrahman S. Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut al Quran serta Implementasinya, terj. Mutammam, (Bandung: Diponegoro, 1991), h. 176 Moh. Slamet Untung, Muhammad Sang Pendidik..., h. 203 Al Imam Muslim, Sahih Muslim, Juz I, (Bandung: Syirkah al Maarif li al Thabi wa al Nasyar, t.t.), h.30 Moh. Slamet Untung, Muhammad Sang Pendidik..., h. 204 Al Imam Muslim, Sahih Muslim..., h. 293

11

Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW di bidang akhlak.24 JENIS METODE 1. Metode metafora Metode kisah/cerita Metode dialog Metode nasehat Metode Peragaan KETERANGAN Perumpamaan orang lain yang mengajarkan ilmunya Kisah Juraij dan bayi yang dapat bicara Keutamaan seorang ibu dibandingkan ayah Keharaman ghibah Melalui gambar atau anggota tubuh

Sebagian dari metode-metode tersebut misalnya terdapat alam hadits berikut:

: 25

.: : : : : : :

Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW di bidang muamalah.26 JENIS METODE 1. Metode eksplanasi Metode kisah Metode dialog Metode nasehat KETERANGAN Tentang jual beli Tentang riba Tentang peradilan dan mencuri Tentang menikah dan meminang pinangan orang lain

Contoh dari metode-metode di atas adalah sebagaimana termaktub dalam hadits di bawah ini:

: : 27

.

24 25

26 27

Moh. Slamet Untung, Muhammad Sang Pendidik..., h. 205 Lihat dalam Yusuf Qardhawi, Halal-Haran dalam Islam, terj. Wahid Ahmadi, et.al., (Solo: Era Intermedia, Cet. III, 2003), h. 327 Moh. Slamet Untung, Muhammad Sang Pendidik..., h. 206 Al Imam Muslim, Sahih Muslim..., h. 492

12

Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan Rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya. Sistem pendidikan Islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan Islam. Materi pendidikannya juga dapat dibedakan menjadi dua periode: 1. Makkah

Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah

93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.

Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang

menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak. 2. Madinah

Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun Materi pendidikan Islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah: a. Dalam bidang keimanan: melalui tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rasional dan ilmiah. b. Materi ibadah : disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat. c. Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.28

lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan Islam.

akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan.

28

Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. (Bandung: Penerbit Angkasa, 2005). H. 135-136

13

F. Kebijakan Rasulullah dalam Bidang Pendidikan Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis serta sesuai dengan situasi dan kondisi. Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan, karena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam bayang-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir Quraisy. Selama di Makkah pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi. Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijak dilakukan Nabi Muhammad SAW pada tahap awal Islam ini adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan ke-Islamannya dalam berbagai hak. Setelah masyarakat Islam terbentuk di Madinah, barulah pendidikan Islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah: a. Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah. b. Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.29 G. Pendidikan Islam Pada Masa Khulafa al-Rasyidin (Sahabat Rasul) Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin merupakan perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin seakan-akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan Islam masih tetap memantulkan Al-Quran dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di Madinah dan di berbagai negeri lain yang ditaklukan oleh orang-orang islam.30 Berikut penguraian tentang pendidikan Islam pada masa Khulafa al- Rasyidin:

29

30

Abuddin Nata, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. (Ciputat: UIN Jakarta Press 2005), h. 24 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Husna, 1988), h. 121

14

1.

Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat rasul terdekat.31 Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjamaah, membaca Al-quran dan lain sebagainya.

2.

Masa Khalifah Umar bin Khattab Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-quran dan ajaran Islam lainnya. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya. Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar bin Kattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya.32 Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu,serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari baitul mal.

3132

Samsul Nizar, M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 45 Ibid, h. 48

15

3.

Masa Khalifah Usman bin Affan. Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah. Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.33 Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.

4.

Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam.34 Adapun pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin antara lain: Makkah, Madinah, Basrah, Kuffah, Damsyik (Syam), Mesir.35

33 34 35

Ibid, h. 49 Ibid, h. 50 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam..., h. 33

16

H. Kurikulum Pendidikan Islam Masa khulafa al Rasyidin (632-661M./ 1241H) Sistem pendidikan Islam pada masa khulafa al-Rasyidin dilakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin alkhattab yang turut campur dalam menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab. Materi pendidikan Islam yang diajarkan pada masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar bin Khattab, untuk pendidikan dasar: a. Membaca dan menulis b. Membaca dan menghafal Al-Quran c. Pokok-pokok agama Islam, seperti cara wudlu, shalat, puasa dan sebagainya Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak diajari: a. Berenang b. Mengendarai unta c. Memanah d. Membaca dan menghapal syair-syair yang mudah dan peribahasa. Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari: a. Al-quran dan tafsirnya b. Hadits dan pengumpulannya c. Fiqh (tasyri)36

36

Makalah kelompok 1 SPI 2 , Kelas 3D (UIN Jakarta). http://mufeecrf.blogspot.com/2009/10/pendidikan-islam-pada-masa-rasulullah.html, diakses pada 12 Juli 2011.

17

BAB II PENUTUPKesimpulan a. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode: Periode kota Makkah: Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. b. Periode kota Madinah: Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut. Kurikulum pendidikan yang digunakan pada masa Rasulullah oleh Nabi Muhammad SAW adalah Kurikulum Berbasis Quran (KBQ), dimana Nabi Muhammad SAW sebagai guru utama, para sahabat sebagai murid-muridnya, dan masjid atau halaqah keilmuannya sebagai institusi pendidikan atau sekolah tempat proses pendidikan itu berlangsung. Sedangkan Metode Pendidikan Nabi Muhammad SAW dikategorikan sesuai dengan bidang pembahasannya ada banyak sekali, menyesuaikan bidang yang diajarkan apa, semisal dari bidang Aqidah; Metode bertanya/melempar pertanyaan, Metode menjawab pertanyaan, Metode kisah/cerita, Metode nasehat/ceramah/khotbah jawab, Metode dan Metode Peragaan/demonstrasi. Dari bidang ibadah; Metode dialog/diskusi/tanya praktek/contoh, Metode eksplanasi/nasehat/metafora, Metode targhib dan tarhib, Metode tadriji. Dan dari bidang-bidang lainnya.

18

Kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah: Membangun masjid di Madinah, Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah juga Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.

Sistem pendidikan Islam pada masa khulafa al-Rasyidin dilakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa Khalifah Umar bin al-khattab yang turut campur dalam menambahkan materi kurikulum pada lembaga kuttab. Pendidikan Islam Pada Masa Sahabat Rasul; Abu Bakar; segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Umar; seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, Pelaksanaan pendidikan di masa Umar lebih maju, karena pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang. Usman; Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah. Ali; Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil, kurang perhatian pada pendidikan karena tersita konsentrasinya kepada keamanan dan kedamaian seluruh masyarakat Islam.

19

DAFTAR PUSTAKA Agama, Departemen, Al-Quran dan Tarjamahnya, Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, 1971. Al-Maliki, M. Alwi, Prinsip-prinsip Pendidikan Rasulullah, terj. M. Ihya Ulumuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 2002. Al-Najjar, Zaghlul R. Source and Purpose of Knowledge. The International Institute of Islamic Thought. Islamization of Knowledge Series No. 5 Al- Syaibani, 1995. Arief, Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, Bandung: Penerbit Angkasa, 2005. Dawam, Ainurrofiq, dalam Muhammad AR. Pendidikan di Alaf Baru: Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Jogyakarta: Prismasophie, 2003. Kelompok Makalah, 1 SPI 2, Kelas 3D (UIN Jakarta). http://mufeecrf.blogspot.com/2009/10/pendidikan-islam-pada-masa-rasulullah.html, diakses pada 12 Juli 2011. Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988. Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Nata, Abuddin, Pendidikan Islam Perspektif Hadits, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005. Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008. S. Abdullah, Abdurrahman, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut al Quran serta Implementasinya, terj. Mutammam, Bandung: Diponegoro, 1991

20

Qardhawi, Yusuf, Halal-Haran dalam Islam, terj. Wahid Ahmadi, et.al., Solo: Era Intermedia, Cet. III, 2003 Untung, Moh. Slamet, Muhammad Sang Pendidik, Semarang: Pustaka Rizki Putera, 2005. Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9, 2008.

21