Ahahfrggaha

Embed Size (px)

DESCRIPTION

wegrgte

Citation preview

Berikut permasalahankurikulum 2013, seperti dilansir laman Kemendikbud, Kamis (11/12/2014).1. Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada kesimpulan urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.2. Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah setahun penerapan di sekolah-sekolah yang ditunjuk.3. Kurikulum sudah diterapkan di seluruh sekolah di bulan Juli 2014, sementara instruksi untuk melakukan evaluasi baru dibuat 14 Oktober 2014, yaitu enam hari sebelum pelantikan presiden baru (Peraturan Menteri no 159).Penjelasan poin ini adalah, Pada Pasal 2 ayat 2 dalam Peraturan Menteri nomor 159 Tahun 2014 itu menyebutkan bahwa Evaluasi Kurikulum untuk mendapatkan informasi mengenai:Kesesuaian antara Ide Kurikulum dan Desain Kurikulum; Kesesuaian antara Desain Kurikulum dan Dokumen Kurikulum; Kesesuaian antara Dokumen Kurikulum dan Implementasi Kurikulum; dan Kesesuaian antara Ide Kurikulum, Hasil Kurikulum, dan Dampak Kurikulum.Kenyataannya, Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh sekolah sebelum dievaluasi kesesuaian antara ide, desain, dokumen hingga dampak kurikulum.4. Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi pembelajaran dan buku yang bersifat wajib sehingga terindikasi bertentangan dengan UU Sisdiknas.5. Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak seksama sehingga menyebabkan ketidakselarasan.6. Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu substansi keilmuan dan menimbulkan kebingungan dan beban administratif berlebihan bagi para guru.7. Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga membingungkan guru dan mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa.8. Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan waktu siswa di sekolah dan di luar sekolah.9. Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pencetakan dan peredaran buku sehingga menyebabkan berbagai permasalahan di ribuan sekolah akibat keterlambatan atau ketiadaan buku.10. Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang.Daftar masalah ini menjadi salah satu pertimbangan Mendibud Anies Baswedan memberlakukan penerapan kurikulum 2013 terbatas pada sekolah yang telah memakainya selama tiga semester. Sedangkan sekolah yang baru menerapkan kurikulum 2013 selama satu semester diimbau kembali memakai KTSP.http://news.okezone.com/read/2014/12/11/65/1077829/10-masalah-utama-kurikulum-2013Ada setidaknya 8 masalah yang dihadapi dalam penerapan kurikulum 2013 ini hal ini dikarena beberapa faktor sebagai berikut

1. Sulitnya mengubah mindset guru, 2.Perubahan proses pembelajaran dari teacher centered ke student centered, 3.rendahnya moral spiritual, budaya membaca dan meneliti masih rendah. 4. Kurangnya penguasaan IT Oleh Guru 5. lemahnya penguasaan bidang administrasi, 6. kecenderungan guru yang lebih banyak menekankan aspek kognitif.

Padahal, semestinya guru juga harus memberikan porsi yang sama pada aspek afektif dan psikomotorik 7. masih banyak guru yang belum mau menjadi manusia pembelajar. Padahal, 8. seorang guru dituntut untuk terus menambah pengetahuan dan memperluas wawasannya, terlebih setelah diberlakukannya kurikulum 2013.

Pada intinya kurikulum 2013 ini menuntut guru lebih kreatif dan inovatif dalam proses pengajaran, seperti biasa hal yang baru akan mendapat penolakan karena sudah nyaman dengan proses pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya, selain itu masih banyak sekali sekolah yang belim menggunakan kurikulum 2013 dengan alasan masih belum mampu, terutama sekolah yang berada di daerah.

http://chirpstory.com/li/236693Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Rasyid Baswedan memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di seluruh Indonesia. Kurikulum 2013 selanjutnya diperbaiki dan dikembangkan melalui sekolah-sekolah yang sejak Juli 2013 telah menerapkannya.

Proses penyempurnaan Kurikulum 2013 tidak berhenti, akan diperbaiki dan dikembangkan, serta dilaksanakan di sekolah-sekolah percontohan yang selama ini telah menggunakan Kurikulum 2013 selama 3 semester terakhir, kata Mendikbud Anies Baswedan di Kemdikbud Jakarta, Jumat (05/12).

Implementasi Kurikulum 2013 secara bertahap dan terbatas telah dilakukan pada Tahun Pelajaran 2013/2014 di 6.221 sekolah di 295 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Hanya sekolah- sekolah inilah yang diwajibkan menjalankan kurikulum tersebut sebagai tempat untuk memperbaiki dan mengembangkan Kurikulum 2013 ini.

Mendikbud Anies Baswedan juga menyampaikan selain sekolah tersebut, sekolah yang baru menerapkan satu semester Kurikulum 2013 akan tetap menggunakan Kurikulum 2006 sampai mereka benar-benar siap menerapkan Kurikulum 2013. Sekolah-sekolah ini supaya kembali menggunakan Kurikulum 2006, katanya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengambil keputusan ini berdasarkan fakta bahwa sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan Kurikulum 2013 karena beberapa hal, antara lain masalah kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru, pendampingan guru dan pelatihan Kepala Sekolah.

Penghentian ini dilandasi antara lain karena masih ada masalah dalam kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru, pendampingan guru dan pelatihan Kepala Sekolah yang belum merata. Pada saatnya sekolah-sekolah ini akan menerapkan Kurikulum 2013, bergantung pada kesiapan, Anies Baswedan menjelaskan.

Menurut Anies, kurikulum pendidikan nasional memang harus terus-menerus dikaji sesuai dengan waktu dan konteks pendidikan di Indonesia untuk mendapat hasil terbaik bagi peserta didik.

Perbaikan kurikulum ini demi kebaikan semua elemen dalam ekosistem pendidikan terutama peserta didik, anak-anak kita. Tidak ada niat untuk menjadikan salah satu elemen pendidikan menjadi percobaan apalagi siswa yang menjadi tiang utama masa depan Bangsa, kata Anies Baswedan.http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/siaranpers/3590http://news.okezone.com/read/2014/12/10/65/1077196/kelemahan-kurikulnum-2013kelemahan kurikulum 2013 menurut m nuhMenurut Anda, kelemahan kurikulum 2013 sendiri apa?

Saya melihatnya sistem logistik, jadi kendala teknis. Dan kedua, sistem evaluasi guru.

Kurikulum 2013 mengajak guru berubah karena mereka sudah terbiasa di zona nyaman. Ada guru yang resisten, tetapi jangan lupa, ada juga guru yang sangat senang mendapat pelatihan.

Kalau saya lihat dari hasil pelatihan, nilai paling rendah adalah evaluasi. Dan jika kita menggunakan basis pengukuran, berapa sih kemampuan guru dalam memahami KTSP? Ujian Kompetensi Guru (UKG) adalah cermin pemahaman guru tentang KTSP 2006. Dan saat itu tidak ada satu pihak pun mempersoalkan kesiapan guru dalam menerapkan KTSP.

Pada kurikulum 2013, nilai rata-rata pre-test adalah 43, hampir sama dengan UKG yang nilai rata-ratanya 43-45. Setelah dilatih dan dites ulang, nilai rata-rata menjadi 71. Tetapi bukan berarti tidak ada guru yang masih mendapat nilai 40-an. Jumlanya mencapai ribuan orang dari 1,2 juta guru yang dilatih memahami kurikulum 2013. Kalau ini yang disorot, jelas banyak masalah.

Jika problemnya memang teknis, mengapa tetap dipaksakan secara massal? Sebab teknis kan mendukung pelaksanaan substansi kurikulum?

Saya bisa dikatakan salah tentang hal ini. Misalnya juga tentang percetakan. Mereka yang menang tender kan sudah janji akan memenuhi kebutuhan buku sebelum pertengahan Juni. Semua sudah ada kontraknya dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Semuanya juga dapat diterima secara rasional, mulai dari hitung-hitungan kemampuan kapasitas hingga waktu produksi.

Tetapi mengapa di lapangan banyak yang gagal memenuhi target, termasuk percetakan besar?

Itu yang saya tidak habis fikir. Padahal sudah juga diberi toleransi satu bulan. Makanya terus kami siapkan alternatif, materi pelajaran disimpan dalam CD atau bisa diunduh guru dari internet.

Kalau mau diangkat rasionalitas, tidak ada permasalahan buku. Sebab, semua percetakan pemenang tender mengaku siap dan menandatangani kontrak. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Apakah tidak perlu dipikirkan ada apa di balik itu semua?Bagaimana dengan masalah pelatihan guru?

Pelatihan guru juga demikian, harus diperkuat. Makanya kita juga memberikan pendampingan guru melalui klinik konsultasi pembelajaran.

Dulu di KTSP tidak ada pelatihan massal. Ini juga kata para tokoh yang membidani lahirnya kurikulu2013. Mereka juga mengaku, belum pernah dilibatkan dalam proses pembuatan kurikulum. "Kami ibaru terlibat, Pak," kata mereka.

http://news.okezone.com/read/2014/12/10/65/1077179/penerbit-mendulang-untung-dari-penghentian-kurikulum-2013penerbit buku kebanjiran pemerintah rugi 2 triliun untukd ana buku k 2013`Dalam sebuah pertemuan di Jalan Cut Mutia, Menteng, Jakarta Pusat, Nuh pun memaparkan alasan penerapan kurikulum 2013. Berikut petikan wawancaranya:

Sebagian besar masyarakat sebenarnya menerima semangat kurikulum 2013. Tetapi, jika ribuan sekolah percontohan memang belum siap, mengapa terkesan ambisius untuk menerapkannya secara massal pada 2014? Akibatnya, terjadi banyak kekacauan.

Berarti ini masalah teknis, toh, bukan substansi? Saya sering menampilkan hasil sensus penerapan kurikulum 2013 di 6.000-an sekolah percontohan. Semua hasilnya positif, baik dari sisi guru maupun siswa. Karena sangat positif itulah, kenapa tidak diterapkan menyeluruh. Itulah pertanyaannya.

Kami lantas melakukan penataran guru besar-besaran. Kami juga menyiapkan buku. Memang ada persoalan dalam urusan buku ini, justru sistem logistik itulah yang harus dibenahi.

Ada alasan lain dalam penerapan kurikulum 2013 ini?

Saya nangis, lho, Mbak. Siswa di sekolah-sekolah yang bagus dan bayarnya puluhan juta mendapatkan pendidikan yang baik. Saya tidak rela jika siswa Indonesia di pelosok tidak dapat merasakan hal yang sama. Kasih mereka kesempatan. Jangan dimonopoli kebaikan ini hanya pada sekolah-sekolah mahal saja. Kasihan, anak-anak di pelosok ini sudah miskin, kurikulumnya juga miskin.

Panggilan moral saya adalah saya kepingin, apa yang dianggap baik, kalau toh belum bisa ditelan oleh sekolah-sekolah yang terbatas kemampuannya, setidaknya bisa kita baui. Kalau belum bisa dibaui, setidaknya mereka bisa melihat.

Makanya, saya bismillah menerapkan kurikulum 2013, sehingga anak-anak di pedalaman dan di sekolah-sekolah inpres bisa merasakan kurikulum yang baik juga.

Banyak orangtua mengeluh, mereka ikut repot karena pemberlakuan kurikulum 2013. Tanggapan Bapak?

Kami memang ingin yang belajar tidak hanya siswa, tetapi juga para orangtua. Kami ingin membangun Indonesia sebagai masyarakat pembelajar. Karena itulah, siswa ditugaskan untuk bertanya kepada orangtua. Memang tambah repot. Tetapi, tidak ada ceritanya enak-enakan dalam pendidikan, karena ke depan akan lebih berat.

Kalau mau enak-enakan, siswa pulang sekolah pukul 12 dan kemudian tidak ada pekerjaan rumah (PR). Tapi apa kita mau mengorbankan masa depan anak-anak kita demi masa depan yang lebih rumit dengan santai-santai saja?

Jadi ini kurikulum ideal?

Secara subjektif saya bisa menyatakan kurikulum ini relatif baik. (bersambung)http://news.okezone.com/read/2014/12/10/65/1077137/alasan-m-nuh-menerapkan-kurikulum-2013HomeRPP SilabusPerbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP (Update 2015)Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP (Update 2015)Tri Lestari12 CommentsRPP Silabus

Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP-Kurikulum 2013diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sedangkan implementasinya telah diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 di sekolah-sekolah tertentu atau masih terbatas. Dulu dan sekarang, kita sudah mengenal dengan yang namanyaKTSPatau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan sejak tahun ajaran 2007/2008. Kalau kita cermati bersama, perbedaan paling mendasar antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.

Namun dibalik perbedaan yang ada, sebenarnya juga terdapat kesamaan esensi antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Misalnya tentangpendekatan ilmiah (Scientific Approach)yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.

Berikut ini adalah perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSPNoKurikulum 2013KTSP

1SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006

2Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuanlebih menekankan pada aspek pengetahuan

3di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VIdi jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III

4Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSPJumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013

5Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi

6TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaranTIK sebagai mata pelajaran

7Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan

8Pramuka menjadi ekstrakuler wajibPramuka bukan ekstrakurikuler wajib

9Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MAPenjurusan mulai kelas XI

10BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswaBK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

Update Mei 2015 :NoKTSPKurikulum 2013

1Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentuTiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (Sikap, Keteampilan, Pengetahuan)

2Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiriMata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas

3Bahasa Indonesia sejajar dengan mapel lainBahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain (sikap dan keterampilan berbahasa)

4Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbedaSemua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama (saintifik) melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar

5Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan terpisahBermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama lainKonten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya

6Tematik untuk kelas I-III (belum integratif)Tematik integratif untuk kelas I-III

7TIK mata pelajaran sendiriTIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain

8Bahasa Indonesia sebagai pengetahuanBahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge

9Untuk SMA ada penjurusan sejak kelas XITidak ada penjurusan SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat

10SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensiSMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap.

11Penjurusan di SMK sangat detilPenjurusan di SMK tidak terlalu detil sampai bidang studi, didalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan pendalaman

http://info-data-guru-ptk.blogspot.co.id/2014/01/perbedaan-kurikulum-2013-dengan-ktsp.htmlARTA - Sekjen Federasi Serikat Guru (FSGI) Retno Listyarti mengatakan, persoalan Kurikulum 2013 tidak sebatas ketidaksiapan guru. Untuk itu, menurutnya, permasalahan penerapan Kurikulum 2013 tidak akan selesai hanya dengan penyelenggaraan program Klinik Guru.

Bagaimana cara mengukur guru sebagai pasien, mereka sudah sembuh atau belum? tanya Retno, ketika dihubungiSH, Rabu (6/8) pagi.

Hal itu menanggapi penyelenggaraan Klinik Guru oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh, beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, bagi para guru di lapangan, masalah implementasi Kurikulum 2013 tidak sekadar permasalahan pemahaman mereka terhadap kurikulum. Permasalahan guru menurut Retno mencakup ketidaksiapan penyelenggaraan Kurikulum 2013 secara keseluruhan.

Ia mencontohkan, keterlambatan buku tiba di sekolah yang menyebabkan masalah tersendiri bagi para guru. Keterlambatan buku paket Kurikulum 2013 untuk siswa dan guru menurutnya akan menyebabkan guru kurang memiliki waktu untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum menyelenggarakan proses pembelajaran.

Bagi kami para guru di lapangan, masalah tidak bisa selesai kalau hanya dibicarakan, ucap Retno.

Menurutnya, permasalahan penerapan Kurikulum 2013 tidak hanya pada faktor guru, melainkan tergantung faktor-faktor lain, seperti ketersediaan sarana prasarana utama, seperti buku dan adanya pendampingan yang memadai bagi para guru. Masalahnya bukan cuma di guru, kata Retno menambahkan.

Berdayakan PendampingTerkait Klinik Guru, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan Musliar Kasim mengatakan, penyelenggaraannya dilakukan mulai dari tingkat pusat hingga tingkat gugus dan klaster.

Menurut Musliar, teknis pelaksanaan Klinik Guru dilakukan dengan memberdayakan para pendamping yang ada di setiap gugus dan klaster. Mereka kami berdayakan untuk memberikan konsultasi langsung, kata Musliar kepadaSH, Selasa (5/8).

Menurut Musliar, konsultasi dari para pendamping guru dapat dilakukan juga secara interaktif. Cara ini dapat dilakukan melalui sistem daring via intenet atau dengan cara konsultasi via telepon dengan tim dari pusat atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Musliar mengatakan, Kemendikbud tidak membutuhkan anggaran khusus untuk penyelenggaraan Klinik Guru. Pasalnya, biaya untuk pendamping sejak semula sudah dianggarkan, sebelum adanya ide Klinik Guru. Pendamping memang sudah diberi anggaran di gugusnya, ujar Musliar.

Ia mengatakan, belum tersedia anggaran khusus pendamping Klinik Guru untuk tim pusat. Tim pusat ini, menurutnya, terdiri dari tim pakar untuk setiap mata pelajaran. Selain itu, Kemendikbud akan menganggarkan biaya untuk ahli bagi SD, masing-masing satu tenaga ahli untuk kelas 1, 2, 4, dan 5.

Biaya untuk menyiapkan materi tidak besar, kok, kata Musliar tanpa menyebutkan jumlah pastinya.

Konsultasi KurikulumMenurutnya, kehadiran pakar yang dihitung apabila ada pertanyaan yang perlu mereka jawab. Biayanya adalah uang harian ditambah biaya penyusunan bahan konsultasi, tutur Musliar.

Sementara itu, penyelenggaraan Klinik Guru dikatakan M Nuh bertujuan memberikan konsultasi kepada para guru yang belum memahami Kurikulum 2013.

Klinik Guru tersebut menurut Nuh dapat dilakukan secara daring, baik dengan pusat (Kemendikbud) maupun di daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Sumber : Sinar Harapanhttp://sinarharapan.co/news/read/140806114/masalah-kurikulum-2013-bukan-hanya-guru-span-span-

s