11
Bank didirikan untuk jangka waktu tak terbatas, artinya manajemen bank akan berusaha untuk menjaga keberlangsungan operasi bank. Untuk mempertahankan dan mengembangkannya diperlukan daya saing yang memadai. Untuk dapat bersaing sebuah bank harus bekerja pada tingkat efisiensi yang tinggi dan mampu mengelola risiko, mampu menciptakan dan mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan, serta sistem informasi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan operasional bank serta memiliki modal yang cukup dan sehat sebagai penggerak aktivitas. Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. A. KLASIFIKASI MODAL BANK Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standar Bank For International Settlements, yaitu : a. Modal Inti (Tier 1) Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba diperoleh setelah perhitungan pajak. a) Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. b) Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. Modal ini sering disebut modal donasi.

AK perbankan dan LPD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi modal bank

Citation preview

Page 1: AK perbankan dan LPD

Bank didirikan untuk jangka waktu tak terbatas, artinya manajemen bank akan berusaha untuk

menjaga keberlangsungan operasi bank. Untuk mempertahankan dan mengembangkannya

diperlukan daya saing yang memadai. Untuk dapat bersaing sebuah bank harus bekerja pada

tingkat efisiensi yang tinggi dan mampu mengelola risiko, mampu menciptakan dan

mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan, serta sistem informasi yang memungkinkan

terselenggaranya kegiatan operasional bank serta memiliki modal yang cukup dan sehat

sebagai penggerak aktivitas. Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam

rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di

samping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter.

A. KLASIFIKASI MODAL BANK

Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standar Bank For

International Settlements, yaitu :

a. Modal Inti (Tier 1)

Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang

dibentuk dari laba setelah pajak dan laba diperoleh setelah perhitungan pajak.

a) Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.

b) Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari sumbangan saham,

termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut

dijual. Modal ini sering disebut modal donasi.

c) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan

atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat

umum pemegang saham.

d) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk

tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham.

e) Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang

oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.

f) Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang belum

ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham.

g) Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba tahun

lalu berjalan ini hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.

Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal dari

cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Pencatatan modal saham

dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham diatas nilai nominal dicatat sebagai

Page 2: AK perbankan dan LPD

agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai nominal dicatat sebagai disagio saham.

Agio saham akan diamortisasi setiap akhir periode dan disagio saham akan diakumulasi

setiap akhir periode.

Pembelian Kembali Saham

Pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dengan kerangka untuk

mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover, memenuhi tuntutan

regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank yang semakin menurun

sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali disebut saham treasuri.

Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua macam. Yang pertama dicatat

berdasarkan harga perolehan dan cara lain saham dicatat sebesar harga nominal.

Penarikan Kembali Saham Treasuri

Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak diedarkan kembali.

Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditari tergantung metode pencatatannya.

Bila berdasarkan harga perolehan, sebagaimana kita perhatikan sebelumnya bahwa bank

tidak mengakui kenaikan ataupun penurunan modal dari saham treasuri yang diperoleh,

maka kenaikan atau penurunan saham treasuri harus diakui pada saat saham tersebut

ditarik kembali. Bila pencatatannya didasarkan pada harga nominal, maka bank telah

mengakui kenaikan atau penurunannya, sehingga pada saat penarikan tidak perlu

mengakui selisih atau kenaikan/penurunan tersebut.

b. Modal Pelengkap (Tier 2)

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba,

modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi.

a) Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih

penilainan kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat

Jendral Pajak.

b) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani

laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian

yangmungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau

seluruh aktiva produktifnya.

c) Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang

memiliki sifat-sifat seperti modal dan mempunya cirri-ciri tidak dijamin oleh bank

Page 3: AK perbankan dan LPD

yang bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa

persetujuan BI.

d) Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian

tertulis, mendapat persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan.

Akuntansi Pinjaman Subordinasi

Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan akuntansi pinjaman diterima. Pencatatan

dimulai dari komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi, dan pencatatan selama

periode pinjaman subordinasi berupa angsuran pokok dan bunga.

c. Modal Pelengkap Tambahan

1. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan untuk tujuan perhitungan

Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio

(CAR) secara individu dan/atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak.

2. Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan untuk

memperhitungkan risiko pasar.

3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan adalah pinjaman

subordinasi jangka pendek yang memenuhi criteria sebagai berikut:

a) Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan telah

disetor penuh

b) Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun

c) Yidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian

pinjaman kecuali dengan persetujuan BI

d) Terdapat klausula yang mengikat (lock-in-clause) yang menyatakan bahwa

tidak dapat dilakukan pembayaran pokok atau bunga, termasuk pembayaran

pada saat jatuh tempo, apabila pembayaran dimaksud dapat menyebabkan

KPMM secara individual atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak

tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.

e) Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya, dan

f) Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.

4. Modal pelengkap tambahan untuk memperhitungkan risiko pasar hanya dapat

digunakan dengan memenuhi criteria :

a) Tidak melebihi 25% dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk

memperhitungkan risiko pasar

b) Jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan paling tinggi sebesar

100% dari modal inti

Page 4: AK perbankan dan LPD

5. Modal pelengkap yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk modal pelengkap

tambahan dengan memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.

6. Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan melebihi

50% modal ini, dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap tambahan

dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada poin 4 ini.

B. RASIO KECUKUPAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT

Tata cara perhitungan kecukupan modal bank perkreditan rakyat dapat dilakukan dengan cara:

1. Dalam menghitung ATMR, pos – pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya

didasarkan pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang

didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, penjamin atau sifat barang jaminan.

2. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian bobot risiko adalah:

0% a. Kas

b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir

pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan emas

dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet.

d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.

20% a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan

lainnya kepada bank lain.

b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah.

40% Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama

dengan tujuan untuk dihuni.

50% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMN atau BUMD. Kredit kepada

pegawai/pensiunan, yang memenuhi persyaratan sbb:

1. Pegawai/pensiunan yang menerima kredit adalah:

a. Pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/POLRI, pegawai

lembaga negara atau pegawai BUMN/BUMD;

b. Pensiunan PNS, pensiunan anggota TNI/POLRI, pensiunan

pegawai lembaga negara atau pensiunan pegawai BUMN/BUMD;

2. Pegawai/pensiunan dijamin dengan asuransi jiwa dari perusahaan

asuransi yang memiliki kriteria:

a. Memiliki izin usaha dari instansi yang berwenang;

b. Laporan keuangan terakhir telah diaudit oleh akuntan publik dan

memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas minimun sesuai dengan

Page 5: AK perbankan dan LPD

ketentuan perundang – undangan yang berlaku; dan

c. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR.

3. Pembayaran angsuran/pelunasan kredit bersumber daru gaji/pensiun

berdasarkan Surat Kuasa Memotong Gaji/Pensiun kepada BPR.

4. BPR manyimpan asli surat pengangkatan pegawai atau surat

keputusan pensiun atau Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan

polis pertanggungan asuransi jiwa debitur.

85% Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada usaha mikro adalah

kredit dengan plafon sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta

rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah)

100% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi atau kelompok

dengan perusahaan lainnya.

b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku).

c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.

3. Aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan atau Macet dalam perhitungan

ATMR dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah dikurangi dengan Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar,

Diragukan dan Macet. Penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) dan PPAP mengacu pada

ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai KAP dan PPAP BPR.

C. TATA CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN MODAL MINIMUM

Perhitungan kebutuhan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

1. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR yang dihitung dengan cara

mengalikan nilai nominal pos-pos aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar,

Diragukan atau Macet dilakukan dengan cara mengalikan nilai buku dengan bobot risiko

masing-masing.

2. Menjumlahkan ATMR dari masing-masing pos aktiva.

3. Menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap untuk mengetahui jumlah modal BPR.

4. Menghitung modal minimum dengan cara mengalikan jumlah ATMR dengan8% (delapan

perseratus).

5. Menghitung kekurangan modal dengan cara membandingkan jumlah modal minimum

pada angka 4 dengan jumlah modal pada angka 3.

6. Menghitung KPMM dengan cara membandingkan jumlah modal BPR pada angka 3

dengan ATMR pada angka 2.

Page 6: AK perbankan dan LPD

D. RASIO KECUKUPAN MODAL (Capital Adequacy Ratio) Bank Umum

Untuk menentukan besaran risiko pasar dalam perhitungan kecukupan modal dapat

menggunakan metode standar dan metode internal (tidak dibahas).

Metode standar menggunakan pendekatan pengukuran risiko pasar dan perhitungan

kecukupan modal yang terstandardisir untuk seluruh bank sejak tahun 2003. Namun telah

dilakukan penyempurnaan kembali terhadap penggunaan metode standar dalam perhitungan

kewajiban penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan risiko pasar.

Penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bank

umum dengan memperhitungkan risiko pasar dituangkan dalam surat edaran BI

no.9/33/DPNP tanggal 18 desember 2007. Pada intinya pendekatan ini adalah:

a. Pendekatan KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar dilakukan

dengan formula sebagai berikut:

b. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk risiko pasar sebagaimana dimaksud pada

angka 1, bank wajib memenuhi KPMM untuk risiko kredit yaitu minimal sebesar 8%

sesuai ketentuan yang berlaku dengan formula:

c. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan modal, risiko kredit dan risiko

pasar dilakukan terhadap data/posisi secara konsolidasi.

d. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, bank harus

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menghitung aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) untuk risiko kredit sesuai

ketentuan yang berlaku.

b) Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis risiko pasar.

c) Untuk menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap surat berharga, eksposur

yang termasuk dalam trading book yang telah diperhitungkan risiko spesifik untuk

risiko suku bunga, seperti obligasi yang diterbitkan oleh BUMN/Swasta dikeluarkan

dari perhitungan ATMR berdasarkan risiko kredit.

d) Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar (market risk weighted

exposures), dengan cara mengkonversikan jumlah beban modal untuk seluruh jenis

pasar sebagaimana dimaksud pada huruf b menjadi ekuivalen dengan ATMR

(dikalikan dengan angka 12,5, yaitu 100/8).

KPMM = (Tier 1 + Tier 2 + Tier 3) – Pernyertaan = 8% (minimum)ATMR (risiko kredit) + 12.5 x Beban modal untuk risiko pasar

KPMM = (Tier 1 + Tier 2) – Pernyertaan = 8% (minimum)AMTR (risiko kredit)

Page 7: AK perbankan dan LPD

e) Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan eksposur tertimbang menurut risiko

pasar.

f) Menghitung modal bank yang terdiri atas modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier 2),

dan modal pelengkap tambahan (tier 3) yang dialokasikan untuk menutup risiko pasar

setelah dikurangi penyertaan. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi,

penyertaan yang menjadi pengurang modal adalah penyertaan bank kepada perusahaan

anak yang tidak wajib dikonsolidasikan sesuai ketentuan yang berlaku.

g) Membagi total modal sebagaimana dimaksud pada huruf f dengan jumlah ATMR dan

eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud pada huruf e, yang hasilnya dinyatakan

dalam persentase.

e. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang digunakan dalam perhitungan rasio KPMM

adalah sebesar modal yang dibutuhkan untuk menutup risiko pasar.

f. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang memenuhi persyaratan namun tidak digunakan

dalam perhitungan rasio KPMM sebagaimana dimaksud pada angka 4, dihitung sebagai

rasio kelebihan modal pelengkap tambahan (excess tier 3 capital ratio), dengan formula:

Dengan demikian perhitungan rasio kecukupan modal atau kebutuhan penyediaan

modal minimum (KPMM) dapat menggunakan formulir seperti tabel 8 (untuk bank yang

tidak memenuhi anak perusahaan) dan tabel 9 untuk bank umum yang memiliki anak

perusahaan.

Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan =Kelebihan modal pelengkap tambahan

ATMR (risiko kredit) + ATMR (risiko pasar)