Upload
renitharatu
View
53
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
materi modal bank
Citation preview
Bank didirikan untuk jangka waktu tak terbatas, artinya manajemen bank akan berusaha untuk
menjaga keberlangsungan operasi bank. Untuk mempertahankan dan mengembangkannya
diperlukan daya saing yang memadai. Untuk dapat bersaing sebuah bank harus bekerja pada
tingkat efisiensi yang tinggi dan mampu mengelola risiko, mampu menciptakan dan
mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan, serta sistem informasi yang memungkinkan
terselenggaranya kegiatan operasional bank serta memiliki modal yang cukup dan sehat
sebagai penggerak aktivitas. Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam
rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di
samping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter.
A. KLASIFIKASI MODAL BANK
Pembagian jenis modal bank di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standar Bank For
International Settlements, yaitu :
a. Modal Inti (Tier 1)
Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak dan laba diperoleh setelah perhitungan pajak.
a) Modal inti yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
b) Modal sumbangan, yaitu modal yang dieroleh kembali dari sumbangan saham,
termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut
dijual. Modal ini sering disebut modal donasi.
c) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan
atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat
umum pemegang saham.
d) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham.
e) Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang
oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.
f) Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang belum
ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham.
g) Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak. Laba tahun
lalu berjalan ini hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.
Modal inti merupakan modal yang disetor para pemilik bank dan modal yang berasal dari
cadangan yang dibentuk ditambah dengan laba yang ditahan. Pencatatan modal saham
dilakukan sebesar harga nominal. Selisih harga saham diatas nilai nominal dicatat sebagai
agio saham. Selisih harga saham dibawah nilai nominal dicatat sebagai disagio saham.
Agio saham akan diamortisasi setiap akhir periode dan disagio saham akan diakumulasi
setiap akhir periode.
Pembelian Kembali Saham
Pembelian kembali saham yang telah beredar dapat dilakukan dengan kerangka untuk
mempertahankan struktur kepemilikan, menghindari hostile takeover, memenuhi tuntutan
regulasi atau untuk mengimbangi penurunan skala operasi bank yang semakin menurun
sehingga tidak perlu modal besar. Saham yang dibeli kembali disebut saham treasuri.
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri terdiri dari dua macam. Yang pertama dicatat
berdasarkan harga perolehan dan cara lain saham dicatat sebesar harga nominal.
Penarikan Kembali Saham Treasuri
Saham treasuri yang ditarik kembali, berarti saham tersebut tidak diedarkan kembali.
Perlakuan akuntansi untuk saham treasuri yang ditari tergantung metode pencatatannya.
Bila berdasarkan harga perolehan, sebagaimana kita perhatikan sebelumnya bahwa bank
tidak mengakui kenaikan ataupun penurunan modal dari saham treasuri yang diperoleh,
maka kenaikan atau penurunan saham treasuri harus diakui pada saat saham tersebut
ditarik kembali. Bila pencatatannya didasarkan pada harga nominal, maka bank telah
mengakui kenaikan atau penurunannya, sehingga pada saat penarikan tidak perlu
mengakui selisih atau kenaikan/penurunan tersebut.
b. Modal Pelengkap (Tier 2)
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba,
modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi.
a) Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih
penilainan kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat
Jendral Pajak.
b) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani
laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian
yangmungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau
seluruh aktiva produktifnya.
c) Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang
memiliki sifat-sifat seperti modal dan mempunya cirri-ciri tidak dijamin oleh bank
yang bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa
persetujuan BI.
d) Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian
tertulis, mendapat persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan.
Akuntansi Pinjaman Subordinasi
Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan akuntansi pinjaman diterima. Pencatatan
dimulai dari komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi, dan pencatatan selama
periode pinjaman subordinasi berupa angsuran pokok dan bunga.
c. Modal Pelengkap Tambahan
1. Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan untuk tujuan perhitungan
Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio
(CAR) secara individu dan/atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak.
2. Modal pelengkap tambahan dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan untuk
memperhitungkan risiko pasar.
3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai modal pelengkap tambahan adalah pinjaman
subordinasi jangka pendek yang memenuhi criteria sebagai berikut:
a) Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan telah
disetor penuh
b) Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun
c) Yidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian
pinjaman kecuali dengan persetujuan BI
d) Terdapat klausula yang mengikat (lock-in-clause) yang menyatakan bahwa
tidak dapat dilakukan pembayaran pokok atau bunga, termasuk pembayaran
pada saat jatuh tempo, apabila pembayaran dimaksud dapat menyebabkan
KPMM secara individual atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak
tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
e) Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya, dan
f) Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari BI.
4. Modal pelengkap tambahan untuk memperhitungkan risiko pasar hanya dapat
digunakan dengan memenuhi criteria :
a) Tidak melebihi 25% dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk
memperhitungkan risiko pasar
b) Jumlah modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan paling tinggi sebesar
100% dari modal inti
5. Modal pelengkap yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk modal pelengkap
tambahan dengan memenuhi persyaratan pada poin 4 ini.
6. Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan melebihi
50% modal ini, dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap tambahan
dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada poin 4 ini.
B. RASIO KECUKUPAN MODAL BANK PERKREDITAN RAKYAT
Tata cara perhitungan kecukupan modal bank perkreditan rakyat dapat dilakukan dengan cara:
1. Dalam menghitung ATMR, pos – pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya
didasarkan pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko yang
didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, penjamin atau sifat barang jaminan.
2. Dengan memperhatikan prinsip pada angka 1 maka rincian bobot risiko adalah:
0% a. Kas
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
c. Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir
pada BPR yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan emas
dan logam mulia, sebesar nilai terendah antara agunan dan baki debet.
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat.
20% a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan
lainnya kepada bank lain.
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah.
40% Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama
dengan tujuan untuk dihuni.
50% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMN atau BUMD. Kredit kepada
pegawai/pensiunan, yang memenuhi persyaratan sbb:
1. Pegawai/pensiunan yang menerima kredit adalah:
a. Pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/POLRI, pegawai
lembaga negara atau pegawai BUMN/BUMD;
b. Pensiunan PNS, pensiunan anggota TNI/POLRI, pensiunan
pegawai lembaga negara atau pensiunan pegawai BUMN/BUMD;
2. Pegawai/pensiunan dijamin dengan asuransi jiwa dari perusahaan
asuransi yang memiliki kriteria:
a. Memiliki izin usaha dari instansi yang berwenang;
b. Laporan keuangan terakhir telah diaudit oleh akuntan publik dan
memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas minimun sesuai dengan
ketentuan perundang – undangan yang berlaku; dan
c. Tidak merupakan pihak terkait dengan BPR.
3. Pembayaran angsuran/pelunasan kredit bersumber daru gaji/pensiun
berdasarkan Surat Kuasa Memotong Gaji/Pensiun kepada BPR.
4. BPR manyimpan asli surat pengangkatan pegawai atau surat
keputusan pensiun atau Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan
polis pertanggungan asuransi jiwa debitur.
85% Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada usaha mikro adalah
kredit dengan plafon sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta
rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah)
100% a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi atau kelompok
dengan perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku).
c. Aktiva lainnya selain tersebut diatas.
3. Aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan atau Macet dalam perhitungan
ATMR dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah dikurangi dengan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet. Penilaian kualitas aktiva produktif (KAP) dan PPAP mengacu pada
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai KAP dan PPAP BPR.
C. TATA CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN MODAL MINIMUM
Perhitungan kebutuhan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR yang dihitung dengan cara
mengalikan nilai nominal pos-pos aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar,
Diragukan atau Macet dilakukan dengan cara mengalikan nilai buku dengan bobot risiko
masing-masing.
2. Menjumlahkan ATMR dari masing-masing pos aktiva.
3. Menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap untuk mengetahui jumlah modal BPR.
4. Menghitung modal minimum dengan cara mengalikan jumlah ATMR dengan8% (delapan
perseratus).
5. Menghitung kekurangan modal dengan cara membandingkan jumlah modal minimum
pada angka 4 dengan jumlah modal pada angka 3.
6. Menghitung KPMM dengan cara membandingkan jumlah modal BPR pada angka 3
dengan ATMR pada angka 2.
D. RASIO KECUKUPAN MODAL (Capital Adequacy Ratio) Bank Umum
Untuk menentukan besaran risiko pasar dalam perhitungan kecukupan modal dapat
menggunakan metode standar dan metode internal (tidak dibahas).
Metode standar menggunakan pendekatan pengukuran risiko pasar dan perhitungan
kecukupan modal yang terstandardisir untuk seluruh bank sejak tahun 2003. Namun telah
dilakukan penyempurnaan kembali terhadap penggunaan metode standar dalam perhitungan
kewajiban penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan risiko pasar.
Penggunaan metode standar dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum bank
umum dengan memperhitungkan risiko pasar dituangkan dalam surat edaran BI
no.9/33/DPNP tanggal 18 desember 2007. Pada intinya pendekatan ini adalah:
a. Pendekatan KPMM dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar dilakukan
dengan formula sebagai berikut:
b. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk risiko pasar sebagaimana dimaksud pada
angka 1, bank wajib memenuhi KPMM untuk risiko kredit yaitu minimal sebesar 8%
sesuai ketentuan yang berlaku dengan formula:
c. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan modal, risiko kredit dan risiko
pasar dilakukan terhadap data/posisi secara konsolidasi.
d. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, bank harus
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menghitung aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) untuk risiko kredit sesuai
ketentuan yang berlaku.
b) Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis risiko pasar.
c) Untuk menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap surat berharga, eksposur
yang termasuk dalam trading book yang telah diperhitungkan risiko spesifik untuk
risiko suku bunga, seperti obligasi yang diterbitkan oleh BUMN/Swasta dikeluarkan
dari perhitungan ATMR berdasarkan risiko kredit.
d) Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar (market risk weighted
exposures), dengan cara mengkonversikan jumlah beban modal untuk seluruh jenis
pasar sebagaimana dimaksud pada huruf b menjadi ekuivalen dengan ATMR
(dikalikan dengan angka 12,5, yaitu 100/8).
KPMM = (Tier 1 + Tier 2 + Tier 3) – Pernyertaan = 8% (minimum)ATMR (risiko kredit) + 12.5 x Beban modal untuk risiko pasar
KPMM = (Tier 1 + Tier 2) – Pernyertaan = 8% (minimum)AMTR (risiko kredit)
e) Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan eksposur tertimbang menurut risiko
pasar.
f) Menghitung modal bank yang terdiri atas modal inti (tier 1), modal pelengkap (tier 2),
dan modal pelengkap tambahan (tier 3) yang dialokasikan untuk menutup risiko pasar
setelah dikurangi penyertaan. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi,
penyertaan yang menjadi pengurang modal adalah penyertaan bank kepada perusahaan
anak yang tidak wajib dikonsolidasikan sesuai ketentuan yang berlaku.
g) Membagi total modal sebagaimana dimaksud pada huruf f dengan jumlah ATMR dan
eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud pada huruf e, yang hasilnya dinyatakan
dalam persentase.
e. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang digunakan dalam perhitungan rasio KPMM
adalah sebesar modal yang dibutuhkan untuk menutup risiko pasar.
f. Modal pelengkap tambahan (tier 3) yang memenuhi persyaratan namun tidak digunakan
dalam perhitungan rasio KPMM sebagaimana dimaksud pada angka 4, dihitung sebagai
rasio kelebihan modal pelengkap tambahan (excess tier 3 capital ratio), dengan formula:
Dengan demikian perhitungan rasio kecukupan modal atau kebutuhan penyediaan
modal minimum (KPMM) dapat menggunakan formulir seperti tabel 8 (untuk bank yang
tidak memenuhi anak perusahaan) dan tabel 9 untuk bank umum yang memiliki anak
perusahaan.
Rasio kelebihan modal pelengkap tambahan =Kelebihan modal pelengkap tambahan
ATMR (risiko kredit) + ATMR (risiko pasar)