Upload
vuongkiet
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AKADEMI SEPAK BOLA BARCELONA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI DI ALAM
SUTERA
Adri Hermawan, Noegroho, ST., MLP, Albertus Galih Prawata, ST., M.Arch
Nama instansi, Jl. Daha O1 No. 10, Cimanggu Permai, Bogor, (0251) 8351256, [email protected] ABSTRAK
ABSTRAK
Akademi sepak bola sedang marak berdatangan ke bumi pertiwi ini, dimulai dari Akademi Sepak
Bola Arsenal di Jakarta Selatan, Real Madrid di Bali, hingga Barcelona di Sentul. Tentunya ini menjadi
tantangan tersendiri bagi para arsitek dalam mendesain bangunan akademi sepak bola yang sesuai dengan
standarisasi akademi sepak bola secara internasional. Tentunya tidak menghilangkan ciri khas dari
Akademi Sepak Bola Barcelona ini sendiri, atau kurikulum dari akademi sepak bola di mana negaranya
berasal. Isu global warming sedang menyebar di seluruh penjuru dunia, dengan peningkatan suhu bumi
yang cukup signifikan setiap tahunnya membuat kami para arsitek ikut turut serta dalam menjaga dan
juga merawat bumi yang kami cintai ini. Tenaga matahari yang dapat dimanfaatkan secara maksimal
sebagai pencahayaan ruang dalam dari akademi sepak bola ini. Akan tetapi cahaya yang masuk ke dalam
bangunan tidak begitu saja secara langsung dimasukkan ke dalam bangunan, tapi melalui pengurangan
tenaga cahaya matahari dengan menggunakan sun shading. Bagaimanakah desain dan juga ukuran dari
sun shading ini yang dapat memenuhi kriteria iklim tropis ini? Seberapa efektif cahaya matahari dapat
mengurangi penggunaan energi listrik.
Kata kunci : Akademi Sepak Bola, Barcelona, Sun Shading
ABSTRACT
Emerging football academy came to this country, starting from the Arsenal Football Academy in
South Jakarta, Bali Real Madrid, to Barcelona in Sentul. Surely this is a challenge for the architects in
designing buildings that football academy in accordance with the standardization of international
football academy. Certainly does not eliminate the hallmark of Barcelona Football Academy itself, or the
curriculum of the college football where the originating country. Global warming issue is being spread
all over the world, with an increase in global temperatures significantly every year makes us the
architects take part in maintaining and caring for the earth we love it. Solar energy that can be fully
utilized as the illumination of the space in this football academy. But the light that enters the building
does not just directly put into the building, but by reducing solar light energy by using sun shading. How
does the design and also the size of the sun shading that can meet the criteria of this tropical climate?
How effective sunlight can reduce electrical energy usage.
Keywords: Football Academy, Barcelona, Sun Shading
PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Hal yang melatar belakangi proyek ini adalah, sudah beberapa klub bertaraf
internasional menanamkan modal mereka sejak dini di negara ini, mulai dari Liverpool,
Arsenal, hingga Real Madrid yang telah membuat akademi sepak bola di Indonesia, maka
sangat mungkin klub Barcelona mengikuti langkah yang sebelumnya telah diambil oleh
klub-klub sekelasnya.
Foto 1.1. Akademi Sepak Bola Barcelona
( Sumber :Soccer Camps International )
Melihat bakat-bakat pesepak bola muda yang sekarang sedang naik daun di
Indonesia, para klub internasional seakan-akan berlomba-lomba untuk menanamkan modal
mereka sedini mungkin di sini, sehingga mereka mendapatkan pemain muda yang berbakat
tapi tidak semahal mereka mengambil pemain dari negara-negara Eropa.
Pemilihan lahan yang tepat akan sangat berpengaruh pada proses pelatihan nantinya,
dilihat dari segi iklim, dan letaknya yang berdekatan dengan fasilitas-fasilitas pendukung.
Lahan yang akan saya tuju adalah daerah Alam Sutera, yang merupakan kawasan nyaman
untuk tinggal dengan iklim tropis yang dapat mendukung proses dari pelatihan itu sendiri.
Akses yang dekat dengan Jalan Tol Merak membuat lokasi ini sangat strategis, terutama
pada saat adanya pertandingan di akademi sepak bola ini, para supporter dapat dengan
mudah mengunjungi lokasi, terutama bagi para supporter dari Jakarta.
Gambar 1.1. Fasilitas yang terdapat di Alam Sutera
I.2 Maksud dan Tujuan
Topik sustainable design yang saya pilih merupakan topik yang sudah sering sekali
diangkat di dunia Arsitektur sendiri. Terkait dengan isu Global Warming yang sekarang
sedang marak diperbincangkan di dunia Arsitektur. Melalui sustainable design inilah, kita
dapat ikut serta dalam meredam suhu bumi ini sehingga Global Warming tidak semakin
memburuk keadaannya.
Melalui pencahayaan alami dan pemanfaatan energi secara maksimal, dari alam
dan juga efisiensi pemanfaatan energi buatan manusia kita dapat ikut andil dalam meredam
suhu bumi ini. Tak hanya dari pemanfaatan energi saja, tapi dari desain bangunan yang
dapat mengefisiensikan kerja dari para pengguna bangunan itu sendiri.
Melihat klub Barcelona sendiri sudah merupakan klub internasional yang tenar,
maka bangunan ini akan menjadi sorotan dunia, dan dapat dijadikan contoh oleh bangunan-
bangunan lain di dunia ini. Dengan standar internasional dan juga fasilitas pendukung yang
menunjang kinerja dan juga hemat energi dapat menjadi nilai lebih bagi bangunan ini, tak
hanya sebagai akademi sepak bola biasa, tapi juga bangunan arsitektur dengan nilai seni
tinggi dan juga ramah lingkungan bagi bangunan sekitarnya.
I.3 Lingkup Pembahasan
Penerapan sistem pencahayaan alami di bangunan akademi sepak bola ini akan
menjadi pusat pembahasan dalam desain yang nantinya akan saya desain. Dengan
memanfaatkan cahaya alami, kita dapat menghemat energi listrik, terutama pada waktu
siang hari, dengan begitu, tidak perlu menggunakan listrik sebagai penerangan. Tentunya
pada ruangan-ruangan yang digunakan pada waktu siang hari, seperti contohnya ruang
kelas dan selasar.
Ruangan yang menjadi konsentrasi utama saya adalah ruang huniannya itu
sendiri, yang digunakan oleh para peserta yang sedang menjalani pelatihan sepak bola di
akademi sepak bola ini. Menciptakan ruang hunian yang hemat energi dan juga nyaman
adalah tujuan utama dari proyek ini.
Pencahayaan alami ini tentunya dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu dengan
memanfaatkan sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan. Tentunya tidak sepenuhnya
semua cahaya matahari dimasukkan ke dalam ruangan, karena akan menjadi terlalu
terang dan dapat menaikkan suhu ruangan.
Ada beberapa cara untuk mengatasi penerangan dalam ruangan dengan
memanfaatkan cahaya matahari, yaitu dengan menggunakan sun shading, sehingga
cahaya yang masuk dalam ruangan sudah melalui pantulan dan juga tidak menaikkan
suhu ruangan secara signifikan. Output dari desain saya sendiri nantinya akan lebih
mengutamakan pada desain sun shading dan juga massa bangunan yang memanfaatkan
cahaya matahari secara maksimal.
Massa bangunan yang didesain berpengaruh cukup banyak pada pemanfaatan
cahaya matahari, karena apabila menghadap barat tentunya cahaya yang masuk akan
terlalu banyak dan juga panas, sehingga perlunya mendesain arah massa bangunan dan
bentuk dari massa itu sendiri.
Desain saya tentunya akan menjadi pemecahan dari permasalahan pencahayaan
alami, melalui desain sun shading dan juga massa bangunan yang dibentuk sedemikian
rupa sehingga maksimal secara pemanfaatan cahaya matahari.
I.4 Skematika Pembahasan
Bab I Pendahuluan
Pemilihan judul dan juga proyek yang akan dikerjakan nantinya, latar belakang,
maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, skematikan pembahasan, kerangka berpikir dari
akademi sepak bola Barcelona.
Bab II Tinjauan dan Landasan Teori
Bagian yang memuat teori – teori yang berisi tentang tinjauan umum, kemudian
tinjauan khusus topik, dan kelengkapan data dan relevansi pustaka pendukung tentang
pencahayaan alami pada ruang-ruang di akademi sepak bola.
Bab III Permasalahan
Penulis mengidentifikasi permasalahan arsitektural yang berhubungan dengan
pencahayaan alami yang dapat dimanfaatkan untuk penerangan pada bangunan
berdasarkan hasil dari tinjauan referensi dan landasan teori yang diperoleh penulis.
Bab IV Analisis
Bab ini berisi analisis tentang penerapan ketajaman dan ketepatan teori
arsitektural yang dipadukan dengan topik di dalam pendekatan perencanaan. Mulai dari
analisis kondisi lingkungan, analisis kegiatan dan sistem ruang, dan analisis sistem
bangunan akademi sepak bola.
Bab V Konsep Perancangan
Terdiri dari dasar perencanaan dan perancangan, konsep perancangan yang terdiri
dari lokasi, tapak, ruang, estetika bangunan, struktur, dan utilitas bangunan.
Daftar Pustaka
Sebagai daftar referensi yang digunakan sebagai acuan teori–teori yang
mendukung penelitian ini.
I.5 Kerangka Berpikir
Latar Belakang
Topik Sustainable Design
Tema Pemanfaatan Cahaya Alami
Teori Lokasi Pencahayaan Akademi Sepak Bola
Desain Akademi Sepak Bola Barcelona Berdasarkan Pencahayaan Alami
Permasalahan Analisis
Skematik Design Perancangan
Akademi Sepak Bola
METODE PENELITIAN Menggunakan metode penelitian menganalisa dari data yang telah ada, lalu menggunakan percobaan menggunakan perangkat lunak Autodesk Ecotect lalu digabung dengan rumusan sebagai pendukung perhitungan. HASIL DAN BAHASAN
Pencahayaan alami adalah topik yang saya ambil dan akan saya
terapkan pada akademi sepak bola ini, melalui pencahayaan alami,
bangunan ini dapat menjadi bangunan yang hemat energi, dan juga
memanfaatkan cahaya matahari secara maksimal.
Tentunya cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan tidak
secara langsung dimasukkan ke dalam bangunan, karena cahaya yang masuk
akan berlebihan, yaitu 100.000 lux, sedangkan cahaya yang dibutuhkan di
dalam ruangan sekitar 1000 lux. Maka dari itu perlu adanya filter untuk
cahaya matahari sehingga cahaya matahari yang masuk tidak berlebihan.
Sun shading adalah penahan sinar matahari yang akan saya gunakan untuk
akademi sepak bola ini, terutama pada bagian asrama.
Melalui data-data yang saya dapat mengenai matahari yang
menyinari tapak yang terletak di Alam Sutera, Tangerang, saya dapat
mendesain sun shading yang sesuai dengan tapak dan bangunan akademi
sepak bola ini.
Gambar 4.26. Data-data mathari di Tangerang
Dari data yang didapat di atas, dapat dilihat bahwa suhu di daerah
tersebut sepanjang tahun adalah di antara 26oC sampai dengan 27oC.
Pelatihan yang dilakukan di akademi ini dimulai dari bulan September
sampai dengan bulan Maret, di mana suhu di antara bulan-bulan ini adalah
26,03oC sampai dengan 26,49oC. Dapat dilihat dari suhu-suhu ini, suhu yang
berada di tapak akademi sepak bola ini tidak terlalu panas.
Data-data tentang matahari di Tangerang, dapat dilihat pula
lamanya matahari menyinari daerah Tangerang selama 6 bulan ke depan,
mulai dari bulan maret.
Tabel 4.8. Tabel 4. Analisa matahari 6 bulan ke depan
Dari data yang didapat di atas, dapat dilihat bahwa matahari terbit
rata-rata antara jam 6 pagi, dan terbenam pukul 17.50, dengan lama
peredaran matahari selama kurang lebih 11jam 50 menit. Dengan waktu
peredaran matahari yang cukup panjang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin
sebagai pencahayaan dan juga pembangkit energi listrik berupa solar panel
sebagai penambah daya listrik bagi akademi sepak bola.
Analisis Sun Shading
Melalui gambar sun path yang didapat, dapat dilihat untuk daerah
Tangerang memiliki sudut kemiringan matahari maksimal sebsesar 70o,
yaitu pada bulan Desember. Melalui sudut kemiringan tersebut dapat dibuat
sun shading menghadap utara dan selatan dengan panjang tertentu
mengikuti sinar matahari datang, terutama unit hunian, atau kamar tidur dari
peserta akademi sepak bola ini.
Gambar 4.27. Sudut kemiringan matahari terbesar
Dari hasil analisis menggunakan sun path, saya membuat beberapa
alternatif besaran dari sun shading itu sendiri. Dengan mengetahui sudut
matahari sebesar 70 o, saya dapat mengetahui seberapa panjang sun shading
yang harus dibuat, bergantung pada besaran bukaan yang dibuat.
Analisis Sun Shading Utara dan Selatan
Analisis yang pertama adalah mengangkat bagian utara dan selatan
dari bangunan terlebih dahulu untuk mendesain sun shading. Berikut ini
adalah beberapa alternatifnya :
Alternatif pertama menggunakan asumsi tinggi bukaan jendela
setinggi 2m, maka panjang dari sun shading yang diperlukan agar dapat
secara maksimal menghalangi sinar matahari secara langsung adalah 115cm.
Gambar 4.28. Besaran sun shading pada Alternatif 1
Alternatif kedua adalah dengan menggunakan bukaan jendela
setinggi 120cm, maka panjang dari sun shading yang diperlukan adalah
hingga 69cm.
Gambar 4.29. Besaran sun shading pada Alternatif 2
Alternatif ketiga adalah dengan bukaan yang memiliki tinggi 2m,
tapi menggunakan variasi sun shading yang berbeda, yaitu dengan
menggunakan lekukan di ujung sun shading, tapi dengan desain yang seperti
ini akan mengganggu jarak pandang dari pengguna kamar tidur.
Gambar 4.30. Besaran sun shading pada Alternatif 3
Hasil dari ketiga alternatif yang saya buat, dapat dibuat
perbandingan menggunakan tabel, agar terlihat perbedaan antar sun shading
yang satu dengan yang lainnya :
Sun Shading Panjang Sun
Shading
Kekurangan
Alternatif 1 115cm -
Alternatif 2 69cm Bukaan terlalu kecil
Alternatif 3 85cm Sudut pandang
berkurang
Tabel 4.9. Perbandingan 3 alternatif sun shading
Dapat diambil kesimpulan bahwa alternatif yang terbaik adalah
alternatif pertama, dikarenakan panjang dari sun shading yang sudah
memenuhi standar untuk menghalangi sinar matahari agar tidak langsung
masuk ke dalam ruangan. Seperti yang sudah saya survey di Binus Square
menggunakan sun shading dengan panjang 70cm.
Analisis Sun Shading Timur
Analisis yang selanjutnya adalah analisis sun shading untuk bagian
timur, di mana pada bagian timur terdapat jam-jam tertentu yang memiliki
intensitas sinar matahari yang cukup tinggi, yaitu pada pukul 10.00 hingga
pukul 12.00 siang.
Saya membuat diagram jam matahari yang terbit dari timur pada
pukul 06.00 hingga 18.00 di barat. Melalui diagram ini dapat dilihat sudut
matahari pada jam-jam tertentu, dan dapat ditentukan pula sudut matahari
yang terbentuk, melalui sudut matahari yang terbentuk akan dapat dibuat
desain sun shading yang tepat.
Gambar 4.31. Diagram matahari menurut jam
Dari gambar di atas dapat dilihat sudut yang dibentuk oleh
matahari pada pukul 10.00 adalah 75 o, dengan begitu dapat dibuat sun
shading dengan acuan sudut sebsesar 75 o.
Dengan membuat alternatif desain sun shading menggunakan
acuan sudut sebsar 75o dan tinggi bukaan atau jendela adalah 200cm, maka
panjang dari sun shading yang terbentuk adalah sepanjang 99cm.
Gambar 4.32. Alternatif sun shading yang menghadap timur
Sun shading dengan panjang 99cm ini dapat diterapkan pada
bangunan sudut barat dan timur, karena analisis ini menurut arah mata angin
barat dan timur.
Alternatif kedua dari sun shading yang menghadap ke timur adalah
dengan menggunakan bukaan setinggi 100cm, dan berjarak 100cm dari
lantai, sehingga cahaya yang masuk dari jendela ini dapat digunakan untuk
penerangan meja belajar.
Panjang dari sun shading sendiri yaitu sepanjang 58cm, dihasilkan
dari sudut yang dibentuk oleh matahari, yaitu sebesar 75o.
Gambar 4.33. Alternatif 2 sun shading yang menghadap timur
Dari kedua alternatif ini terdapat kekurangan dari masing-masing
alternatif, yaitu :
Sun Shading Panjang Sun
Shading
Kekurangan
Alternatif 1 99cm Bukaan terlalu tinggi
Alternatif 2 58cm -
Tabel 4.10. Perbandingan 3 alternatif sun shading arah timur
Alternatif 1 sangatlah tidak cocok, dikarenakan tinggi jendela yang
terlalu besar dan juga penggunaan material untuk membuat sun shading
menjadi banyak, karena sun shading pada alternatif 1 sangat panjang.
Alternatif 2 adalah solusi yang cocok, karena tinggi dan juga
panjang dari sun shading yang sesuai dengan kebutuhan.
Analisis Sun Shading Barat
Untuk analisis sun shading yang menghadap barat sendiri memiliki
sudut matahari yang cukup besar, dikarenakan panas matahari yang
menghadap barat mulai dari pukul 12.00 sampai dengan pukul 16.00, maka
dari itu saya menggunakan jenis sun shading yang berbeda, yaitu dengan
memantulkan cahaya yang masuk ke dalam bangunan melalui sun shading
itu sendiri.
Gambar 4.34. Sun shading bagian barat
Dengan tinggi bukaan 200cm, dapat diaplikasikan sun shading
dengan bentuk sirip, atau pada sisi samping dengan lebar 50cm yang
diterapkan berulang kali sepanjang jendela, dengan jarak antar sirip 50cm.
Gambar 4.35. Alternatif sun shading bagian barat
Analisis Sirip Sun Shading
Panjang sirip dari sun shading, atau sisi samping sun shading memiliki rumus tersendiri yang berbeda dengan sun shading sebelumnya, yaitu :
H = D x tan ( solar altitude )
Cos ( solar azimuth – window azimuth )
Gambar 4.36. Rumus sirip sun shading
Dari rumus di atas, dapat diketahui bahwa :
H = 200cm
Solar altitude = 70o
Solar azimuth = 60o
Window azimuth = 90o
200cm = D x tan 70o
Cos ( 90o - 60o )
200cm = D x 1,221
0,154
200cm = D x 1,221
0,154
30,8 = D
1,221
D = 24,57cm => 25cm
Gambar 4.37. Sun shading atas dan sirip samping
Contoh di atas adalah contoh hasil dari analisis matahari yang
menghasilkan sun shading sirip atas dan juga sirip samping, dengan
menggunakan alternatif 1 menghadap arah mata angin selatan atau utara
yaitu dengan sun shading atas sepanjang 115cm, tinggi 200cm, dan sirip
samping 25cm.
Penerapan pada sirip samping yang menghadap timur sebenarnya
sama saja, yaitu sepanjang 25cm, dikarenakan solar altitude dan solar
azimuth yang sama, menghasilkan perhitungan yang sama, sehingga tidak
ada perbedaan panjang sirip samping antara yang menghadap utara selatan
dengan sudut timur.
Alternatif bentuk-bentuk dari sun shading yang dapat diterapkan
adalah :
Gambar 4.38. Alternatif bentuk sun shading
Sun Shading Estetika Fungsi
Alternatif 1 2 4
Alternatif 2 2 2
Alternatif 3 3 4
Tabel 4.11. Perbandingan 3 alternatif sun shading final
Keterangan : 1 : kurang 2 : cukup 3 : baik 4 : sangat baik
Dari tabel di atas dapat dilihat dari ketiga alternatif sun shading
yang ada, yang terbaik adalah alternatif 3, karena pada alternatif ketiga tidak
adanya pengurangan panjang dari sirip sun shading ataupun atap sun
shading itu sendiri, sedangkan pada alternatif 1, memiliki bentuk yang
terlalu kaku, sehingga kurang cocok digunakan.
Menurut Libria Widiastuti ( 2004 ) kuat cahaya matahari rata-rata
pada Indonesia adalah di kisaran 40.000 lux. Dengan mengetahui kuat
cahaya matahari ini saya dapat menghitung besaran cahaya yang masuk ke
dalam ruangan hunian melalui bukaan sebesar 1m x 1m dengan sun shading
sepanjang 58cm, sirip 25cm dan menghadap timur.
Dengan menggunakan software Autodesk Ecotect, saya dapat
menghitung besaran dari cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan.
Gambar 4.39. Analisa menggunakan Autodesk Ecotect
Bulan/Jam 07.00 10.00 12.00 14.00 16.00
Maret 127 lux 147 lux 127 lux 127 lux 127 lux
Juni 107 lux 127 lux 107 lux 107 lux 107 lux
September 127 lux 147 lux 127 lux 127 lux 127 lux
Desember 107 lux 127 lux 107 lux 107 lux 107 lux
Tabel 4.12. Tingkat cahaya sepanjang tahun
Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa rata-rata
pencahayaan yang diukur 80cm dari lantai dan tepat di depan jendela adalah
107 lux sampai dengan 147 lux, sedangkan standarisasi penerangan pada
ruang tidur adalah 120-150 lux. (Sumber : SNI, 2001)
Dengan rata-rata penerangan dalam ruangan 127 lux, maka
penerangan ruang tidur akademi sepak bola ini sudah memenuhi standar
yang ditentukan.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pemanfaatan cahaya matahari masih dapat diterapkan pada unit asrama akademi sepak bola Barcelona ini. Dengan menggunakan pencahayaan alami, dapat memenuhi kebutuhan penerangan bagi pengguna ruang asramanya.
Perkembangan arsitektur semakin maju dan semakin memungkinkan kita menggunakan semua teknologinya dan semakin menghabiskan sumber daya alam yang ada, dan bahkan merusaknya, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan semakin mengurangi perusakan alam, maka kita dapat menciptakan bumi yang saling berkesinambungan dan juga sustainable. REFERENSI
Bell,P.A., Greene., T.C., Fisher., J. D., & Baum., A. (1996). Environmental Psychology.
Fourth Edition. Fort Worth : Harcourt Brace College Publisher.
Broadbent. (1990). Design in Architecture : Architecture and Human Sciences Chichester
: Jhon Wiley and Sons.
Charles, JK (2008). Sustainable Construction “green building design and
delivery”.Canada:John Wiley & Sons.
Ching, Francis, D.K. (2000), Arsitektur “Bentuk, Ruang dan Tatanan”, edisi 2, Jakarta :
Erlangga
Daniel, EW. (2007). Sustainable Design “ecology, architecture, and
planning”.Canada:John Wiley & Sons.
Davis, Gray. (2002). “Photovoltaic Solar Electric System”. Kansas
Eugel, Heino. (2009). Structure Systems 4th Edition. Canada
Fireza, Doni. (2008). Penggunaan Potensi Sumberdaya yang Terbaharukan dalam
Merancang Lingkungan Perkotaan. (27-02-2012 14:40).
http://ruanghijau.wordpress.com/2008/12/01/penggunaan-potensi-sumberdaya-
yang-terbaharukan-dalam-merancang-lingkungan-perkotaan/
Fisher, J.D, dkk. (1984). Enviromental Psychology. New York : CBS College Publishing
Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga
Neufert, Ernst (2002). DATA ARSITEK JILID 2. (Jilid 1) Jakarta : Erlangga
No Name (2012). Asian Soccer Academy. (16-03-2012 19:25).
http://www.asiansocceracademy.com/
No Name (2012). FC Barcelona Camp 2012. (23-02-2012 15:50).
http://www.soccercampsinternational.com/barcelona-soccer-camp-daily-activities
No Name (2012). Gaisma Sun Analysis. (16-03-2012 17:20).
http://www.gaisma.com/en/location/tangerang.html
No Name (2012). Onyx Solar. (27-02-2012 14:23). http://www.onyxsolar.com/power-
per-unit-area.html
No Name (2012). Prakiraan Cuaca Propinsi Banten. (17-03-2012 09:30).
http://meteo.bmkg.go.id/prakiraan/propinsi/11
One, Page. (2005). Architecture on Sports Facilities. Singapore : Page One
RIWAYAT PENULIS Adri Hermawan lahir di kota Bogor pada 5 Februari 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2012. Saat ini bekerja sebagai Arsitek dan Fotografer di AWproject. Penulis aktif di (organisasi profesi) sebagai (jabatan).