72
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika organ-organ kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Dalam menjalani tahapan ini ibu membutuhkan dukungan dan perhatian yang berkelanjutan dari tenaga profesional seperti bidan. Bidan berperan dalam memfasilitasi ibu untuk melewati dan menjalani keadaan dirinya yang berubah pada masa nifas ini. Bidan sebagai salah satu ujung tombak pemberian pelayanan kesehatan khususnya kebidanan terhadap masyarakat, juga senantiasa berupaya untuk terus meningkatkan mutu pelayanannya dalam bentuk asuhan kebidanan yang berorientasi pada keluarga dan meningkatkan pengetahuan dengan pendidikan (Depkes RI, 1993 : 1-2) Masa nifas disebut masa kritis karena masih banyak resiko komplikasi yang mungkin terjadi yang berhubungan dengan tahap perubahan baik fisik maupun psikologis yang terjadi pada ibu setelah melahirkan. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam 1

AKEB PNC FISOL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AKEB PNC FISOL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika organ-organ

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung kira-kira 6

minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Dalam

menjalani tahapan ini ibu membutuhkan dukungan dan perhatian yang berkelanjutan dari

tenaga profesional seperti bidan. Bidan berperan dalam memfasilitasi ibu untuk melewati

dan menjalani keadaan dirinya yang berubah pada masa nifas ini. Bidan sebagai salah

satu ujung tombak pemberian pelayanan kesehatan khususnya kebidanan terhadap

masyarakat, juga senantiasa berupaya untuk terus meningkatkan mutu pelayanannya

dalam bentuk asuhan kebidanan yang berorientasi pada keluarga dan meningkatkan

pengetahuan dengan pendidikan (Depkes RI, 1993 : 1-2)

Masa nifas disebut masa kritis karena masih banyak resiko komplikasi yang mungkin

terjadi yang berhubungan dengan tahap perubahan baik fisik maupun psikologis yang

terjadi pada ibu setelah melahirkan. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas dalam 24 jam

pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga

kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru

lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah melahirkan. Dengan pemantauan melekat dan

asuhan pada ibu dan bayi dalam masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini

(Sarwono Prawirohardjo, 2006 : 122-123). Selain resiko dari kematian, ibu juga

mengalami perubahan peran menjadi seorang ibu yang secara psikologis merupakan

perubahan yang dramatis.

Dalam konteks asuhan yang berkelanjutan, bidan dapat memberikan asuhan selama

masa nifas. Pada dua jam pertama masa ini bidan harus tetap memantau keadaan ibu dan

bayi karena sangat rentan terjadi komplikasi. Selain itu asuhan berkelanjutan ini juga

diwujudkan dengan melakukan kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan

standar. Pada praktiknya, bidan memerlukan kontrak waktu dengan klien untuk

penjadwalan kunjungan, mempersiapkan sarana dan prasarana untuk kunjungan,

memfokuskan asuhannya dan melibatkan keluarga dalam pelaksanaan asuhan ini.

Dengan demikian bidan dapat mendeteksi dan menangani kasus pada ibu.

1

Page 2: AKEB PNC FISOL

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas

secara fisiologis mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.

Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif

2. Menganalisa data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis potensial yang

mungkin timbul pada ibu nifas.

3. Merencanakan Asuhan Kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan ibu

nifas.

4. Melaksanakan Asuhan Kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

5. Melakukan evaluasi terhadap Asuhan yang dilaksanakan.

6. Melakukan pendokumentasian hasil Asuhan Kebidanan dengan SOAP

1.3 Pelaksanaan

Laporan pendahuluan ini di buat guna mengetahui perubahan yang terjadi pada ibu nifas

secara fisiologis pada saat kegiatan praktek klinik dilakukan di BPM Juniati Soesanto,

Amd.Keb, S.ST Surabaya pada tanggal 12 Juli 2012.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, tujuan, pelaksanaan dan

sistematika penulisan

BAB II Landasan teori menguraikan tentang konsep dasar masa nifas dan konsep

dasar asuhan kebidanan pada ibu nifas

BAB III Tinjauan kasus menguraikan tentang data subyektif, obyektif, assessment

dan planning

BAB V Pembahasan kesesuaian pengkajian dengan konsep asuhan kebidanan

BAB VI Simpulan berisi tentang rangkuman asuhan kebidanan dan kesesuaian

seluruh data dengan tujuan yang ingin dicapai.

2

Page 3: AKEB PNC FISOL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Masa Nifas

Pengertian Masa Nifas

1. Peurperium (Nifas) merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat

kandungan pada keadaan normal yang normal. Dijumpai dua kejadian

penting pada peurperium, yaitu involusi uterus dan proses laktasi (IBG

Manuaba, 1998 : 190)

2. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari Saifudin, 2006 :

122).

3. Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin

(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus

reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Helen Varney, 2007 : 958).

4. Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir

persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi

(Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T, 2008 : 2)

2.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan Fisik Masa Nifas

1. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital

a. Keadaan Umum

Segera setelah melahirkan, umumnya ibu merasa sangat lelah, terlebih

bila partus berlangsung lama. Sebenarnya nifas fisiologis tidak sakit,

tetapi membutuhkan waktu untuk mengembalikan keadaan umumnya

yang mengalami perubahan pada waktu hamil, persalinan hingga

kembali pada keadaan semula.

b. Suhu Tubuh

Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, suhu tubuh mungkin

meningkat sedikit (38°C) sebagai respon terhadap stress persalinan,

terutama dehidrasi. Fluktuasi suhu ini biasanya transien, peningkatan

suhu yang menetap mungkin menandakan infeksi (Coad, Jane. 2006).

3

Page 4: AKEB PNC FISOL

c. Denyut Nadi

Denyut nadi normal berkisar antara 60-80x/menit, maksimal 100x/menit,

segera setelah post partum terjadi bradikardi. Denyut nadi post partum

umumnya lebih labil dari pada suhu. Kecuali bila persalinan berlangsung

lama dan sulit sehingga terjadi perdarahan maka hal tersebut bisa

mengakibatkan takikardi. Bradikardi post partum pada hari ke 6-10

dengan frekuensi denyutan 40-70x/menit adalah perubahan normal.

d. Tekanan Darah

Tekanan darah selama post partum biasanya normal, bila selama

kehamilan tekanan darah ibu normal maka setelah persalinan maksimal

systole 140 mmHg, diastole 90 mmHg.

e. Pernafasan

Penurunan konsentrasi progesterone setelah pengeluaran plasenta

memulihkan sensitivitas tubuh terhadap karbon dioksida sehingga

tekanan parsial karbon dioksida kembali ke kadar prahamil. Diafragma

dapat meningkatkan jarak geraknya setelah uterus tidak lagi menekannya

sehingga ventilasi lobus-lobus basal paru dapat berlangsung penuh.

Compliance dinding dada, volume alun napas, dan kecepatan pernapasan

kembali ke normal dalam 1-3 minggu (Coad, Jane. 2006).

f. Berat Badan

Segera setelah melahirkan, ibu akan kehilangan berat badan sekitar 5 kg

disebabkan karena keluarnya bayi, plasenta dan air ketuban. Pada

minggu pertama post partum ibu akan kehilangan berat badan sebesar 2

kg akibat kehilangan cairan.

Perubahan Sistem Reproduksi

a. Involusi Uteri dan Tempat Plasenta

Involusi uterus adalah proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan

jalan lahir setelah bayi lahir sehingga mencapai keadaan sebelum hamil.

Involusi terjadi karena :

1) Autolysis yaitu aktifitas otot-otot dan ischemia dimana protein dinding

rahim dipecah, diabsorbsi kemudian dibuang melalui urine.

4

Page 5: AKEB PNC FISOL

2) Kontraksi otot-otot. Disebakan oleh hormone pituitary yang lebih aktif.

Kontraksi ini membuat otot-otot polos berkontraksi sehingga uterus ikut

berkontraksi.

3) Regenerasi epithelium. Epitel tumbuh pada bekas tempat perlekatan

plasenta dari samping, sekitar lapisan uterus serta keatas dari bawah

tempat perlekatan plasenta. Pertumbuhan endometrium ini membuat

pembuluh darah yang mengalami pembekuan rapuh sehingga meluruh

dan membentuk lochea. Proses ini memakan waktu 6 minggu.

Sedangkan involusi tempat plasenta disebabkan oleh eksfoliasi, yaitu lepasnya

bagian nekrotik yang mengalami infark diikuti oleh epitelisasi yang

memerlukan waktu 3 minggu.

Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi.

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus

Bayi Lahir

Uri Lahir

1 Minggu

2 Minggu

6 Minggu

8 Minggu

Setinggi Pusat

2 jari bawah pusat

Pertengahan pusat simfisis

Tidak teraba diatas simfisis

Bertambah kecil

Sebesar normal

1000 gram

750 gram

500 gram

350 gram

50 gram

30 gram

b. Lokia

Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai

berikut:

1. Lokia rubra (kruenta)

1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam

Terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa

mekonium, sisa darah

2. Lokia sanginolenta

3 sampai 7 hari

Berwarna putih bercampur merah

3. Lokia serosa

7 sampai 14 hari

Berwarna kekuningan

5

Page 6: AKEB PNC FISOL

4. Lokia alba

Setelah hari ke-14

Berwarna putih

Perubahan patrun (pengeluaran lokia) menunjukkan keadaan yang abnormal

seperti:

Perdarahan berkepanjangan

Pengeluaran lokia tertahan (lokia statika)

Lokia purulenta, berbentuk nanah

Rasa nyeri yang berlebihan

Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga

Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan

Terjadi infeksi intrauterin

Keadaan patologis (abnormal) memerlukan penanganan

(IBG Manuaba, 1998 : 193)

Lochea patologis:

lochea purulenta: jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya

(Mohtar, 1998, 116-118)

c. After Pain

After pain adalah kontraksi uterus yang diikuti his pengiring menimbulkan

rasa nyeri disebut “nyeri ikutan” (after pain) terutama pada multipara (IBG

Manuaba, 1998 : 192). Kadang-kadang nyeri ini sedemikian hebat sehingga

pasien memerlukan analgesik, tetapi nyeri umumnya berkurang pada hari

ketiga pascapartum (Obstetri Williams, 2003 : 339)

Laktasi atau pengeluaran ASI

a. Kolostrum dan Pengeluaran

Glandula mammae sudah mengeluarkan kolostrum pada bulan ke-3

kehamilan. Kolostrum akan diproduksi terus sampai 2-3 hari post partum.

Antibodi telah dibuktikan ada didalam kolostrum, oleh sebab itu

kolostrum sebanyak mungkin disusukan pada bayi.

6

Page 7: AKEB PNC FISOL

b. Air Susu Ibu dan Pengeluarannya

ASI disebut juga suatu bentuk matur dari kolostrum selama 5 hari post

partum. Setelah persalinan pengaruh estrogen dan progesterone

menghilang, maka timbullah pengaruh LH merangsang produksi air susu

disamping pengaruh oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu

berkontraksi sehingga keluar air susu. ASI diproduksi pada hari ke-3 post

partum. Isapan bayi pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang

secara reflektoris menyebabkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

Kandungan ASI selain protein, lemak, gula, dan garam adalah zat

antibodi.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laktasi

Antara lain faktor anatomis atau fisiologis mammae, makanan atau diet

ibu, intake cairan, istirahat ibu, isapan bayi, obat-obatan dan psikologis

ibu. Produksi ASI bertambah sesuai dengan kebutuhan bayi, pada

umumnya kebutuhan ASI bertambah apabila keadaan ibu normal.

Mammae keras dan oedema terjadi bila terdapat penumpukan ASI

sehingga menimbulkan gangguan sirkulasi darah dan getah bening dan

menimbulkan nyeri.

Perubahan System Tubuh Lain

a. Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,

tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang

banyak, sebagian besar pembuluh darah mengalami obliterasi atau

menghilang oleh perubahan hialin sehingga pembuluh darah arteri

mengecil.

b. Perubahan dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,

tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Peritoneum menjadi

berlipat-lipat dan keriput. Pemulihannya dapat dibantu dengan latihan.

c. Perubahan sistem urinaria

Efek trauma persalinan pada kandung kemih dan ureter menghilang dalam

24 jam post partum. Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan

hyperemia. Kadang-kadang oedem dari trigonum, menimbulkan obstruksi

7

Page 8: AKEB PNC FISOL

dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam

puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung

kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa

urine ini dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan

memudahkan terjadinya infeksi. Hendaknya miksi dapat dilakukan sendiri

(spontan) secepatnya pada 6 jam post partum.

d. Perubahan gastro intestinal

Pada 1-2 jam post partum ibu merasa lapar dan siap untuk menyantap

makanan. Konstipasi pada awal masa nifas disebabkan karena tidak

adanya input makanan padat selama persalinan. Terjadinya konstipasi

tidak boleh melebihi 3 hari post partum.

e. Perubahan Sistem hematologis

Jumlah haemoglobin, hematokrit, eritrosit sangat bervariasi pada ibu nifas,

tergantung pada hidrasi, input cairan dan kehilangan darah selama

persalinan serta pengurangan normal dari jumlah volume darah. Tingkat

normal komponen darah tercapai pada akhir masa nifas seperti saat

sebelum hamil.

f. Perubahan pada aktivitas endokrin

Isapan bayi merangsang keluarnya oksitosin untuk pengeluaran air susu

dan mempercepat involusi. Serta hilangnya pengaruh supresi estrogen dan

progesterone dari plasenta mengakibatkan pengeluaran prolaktin yang

berpengaruh terhadap produksi ASI.

Perubahan Sistem Hormone Pada Masa Nifas

1. Estrogen

Estrogen di sintesa di dalam plasenta yang berfungsi untuk

mempertahankan kehamilan. Saat plasenta terlepas, kadar estrogen

menurun dan mencapai kondisi seperti sebelum hamil pada akhir minggu

pertama. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar

hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah.

2. Progesterone

Progesteron menginduksi perubahan sekretorik dalam endometrium; pada

kehamilan, kadar yang lebih tinggi menginduksi perubahan desidual.

Progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Setelah plasenta terbentuk

8

Page 9: AKEB PNC FISOL

hormon ini diproduksi oleh plasenta. Seiring dengan tuanya kehamilan,

diikuti tanda-tanda persalinan, maka fungsi plasenta menurun. Dan setelah

Plasenta terlepas, kadar progesteron menurun secara cepat, sehingga pada

akhir minggu pertama kadar progesteron telah kembali seperti semula.

progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan

peningkatan pembuluh darah yang sangat mempengaruhi saluran kemih,

ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta

vagina.

3. Protein Plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human

chorionic gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai

10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai omset

pemenuhan mammae pada hari ke 3 postpatum. HCG merupakan hormon

yang disekresi oleh sel trofoblas dari plasenta untuk mempertahankan

corpus luteum selama 6-8 minggu kehamilan dan karena berlanjutnya

keluaran progesteron hingga produksi progesteron berpindah ke plasenta.

Setelah plasenta terlepas, kadar HCG menurun tajam. Konsentrasi HCG

plasma maternal menurun 1000 U/ml setelah 48-96 jam postpartum dan

terus menurun hingga mencapai 100 U/ ml pada hari ke 7 dan pada hari

yang sama kadar HCG tidak terdapat dalam urine.

4. Hormon Hipofisis

Waktu mulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak

menyusui berbeda. Kadar proklatin serum yang tinggi pada wanita

menyusui tampaknya berperan dalam menekan opulasi karena kadar

hormone FSH terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, di

simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar

prolaktin meningkat. Kadar prolaktin meningkat secara pogresif sepanjang

masa hamil. Pada wanita menyusui kadar prolaktin tetap meningkat

sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum

dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui dan

banyak makanan tambahan yang diberikan. Untuk wanita yang menyusui

dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamnya ia mendapatkan

menstruasi. Sering kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang

dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Di antara wanita

9

Page 10: AKEB PNC FISOL

laktasi sekitar 15 % memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45%

setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80%

menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50%

siklus pertama anovulasi

5. Oksitosin

Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisis posterior. oksitosin

dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan.

Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju payudara yang akan

merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli dan mengeluarkan ASI ke

duktus laktiferus (King, 1991 ; Nolan, 2003). Oksitosin dibentuk lebih

cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara

akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu

berkeinginan menyusui (sebelum bayi menghisap). Aliran ASI sebagai

respon terhadap oksitosin disebut let down reflex/milk ejection reflex. Jika

refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami

kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti

memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak

mengalir keluar. Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan

uterus berkontraksi setelah melahirkan sehingga membantu mengurangi

perdarahan (Neilson, 1990 ; Moody dkk., 2005 ; Roesli & Yohmi, 2008)

6. Prolaktin

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI

biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang

tinggi (Suradi & Tobing, 2004). Hambatan diproduksinya ASI menghilang

setelah kelahiran dan pengeluaran plasenta, saat kadar progesteron turun

praktis (Christine & Jones, 2005; Saryono & Pramitasari, 2008). Setiap

kali bayi menghisap payudara, akan merangsang ujung saraf sensoris di

sekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk

menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran darah

kemudian ke payudara sehingga menyebabkan sel sekretori di alveoli

menghasilkan ASI (Christine & Jones, 2005). Hormon prolaktin

diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior. Prolaktin akan berada di

peredaran darah selama 30 menit setelah bayi menyusu, sehingga prolaktin

dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk konsumsi

10

Page 11: AKEB PNC FISOL

berikutnya, sedangkan untuk konsumsi pada saat sekarang, bayi meminum

ASI yang sudah ada yaitu yang disimpan pada sinus laktiferus (Roesli &

Yohmi, 2008). Hormon prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari,

sehingga menyusui pada malam hari dapat membantu mempertahankan

produksi ASI. Prolaktin juga akan menekan ovulasi (fungsi indung telur

untuk menghasilkan sel telur), sehingga menyusui secara eksklusif akan

memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid, karena itu,

menyusui pada malam hari penting untuk tujuan menunda kehamilan

(Newman & Pitman, 2008 ; Roesli & Yohmi, 2008).

7. Hormon Lain

a. Hypotalamic Pituitary Ovarium. Setelah plasenta lepas, sirkulasi

estrogen dan progesteron dalam darah menurun. Hal ini

mengakibatkan umpan balik negatif pada hipotalamus dan hipofisis

untuk merangsang FSH-RH dan LH-RH agar sirkulasi ovulasi dan

menstruasi kembali seperti semula. Ovulasi dan menstruasi merupakan

fungsi terbesar yang terjadi pada wanita postpartum, sebagai tanda

organ reproduksi telah kembali pada kondisi sebelum hamil. Pada

wanita menyusui, ovulasi kadang terjadi sebelum 20 minggu dan tidak

akan terjadi lebih dari 28 minggu pada wanita yang terus menerus

menyusui bayinya selama 6 bulan. Seringkali menstruasi pertama

bersifat anovulatoir, karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.

Dari hasil penelitian diantara wanita laktasi sekitar 15 % memperoleh

menstruasi setelah 6 minggu dan 45 % setelah 12 minggu. Sedangkan

pada wanita yang tidak laktasi 40 % menstruasi setelah 6 minggu, 65

% setelah 12 minggu, dan 90 % setelah 24 minggu. Untuk wanita yang

tidak menyusui 50 % siklus pertama anovulasi.

b. Hormon somatomammotropin. Human Somatomammotropin

membuat mammae memembesar dan tegang, serta mempengaruhi

pertumbuhan sel-sel asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel –sel

sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalnumin dan laktoglobulin

untuk persiapan laktasi. Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.

Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan. (Hidayati Ratna,

2008: 22-23)

11

Page 12: AKEB PNC FISOL

c. Hormone relaksin. Hormon ini muncul pada awal kehamilan, dan

bertanggung jawab membantu mengatasi aktivitas rahim dan

melembutkan leher rahim dalam rangka persiapan proses persalinan

kelak.

d. Human Placental Lactogen. Hormon ini diproduksi di plasenta dan

merupakan hormon yang merangsang pertumbuhan. Hormon ini

membantu menyesuaikan metabolisme lemak dan gula dalam tubuh

pada saat menyusui. Ini merupakan polipeptida rantai tunggal dengan

bobot molekul sebesar 22.300 dan strukturnya menyerupai hormon

pertumbuhan hipofisis dan prolaktin manusia. Pada kehamilan cukup

bulan, HPL mencapai 10% dari semua produksi plasenta. HPL

berfungsi mengantagonisme kerja insulin dan mengurangi penggunaan

glukosa. Karena itu HPL memainkan peran dalam pergeseran glukosa

ke arah janin. Setelah plasenta lahir, maka HPL inipun mengalami

penurunan secara cepat. Normal pada hari ke-2, HPL tidak terdapat

dalam plasma.

2.3 Perubahan Psikologis Masa Nifas

1) Fase honeymoon (Fase setelah anak lahir)

Terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu, ayah dan bayi. Hal ini disebut

juga psikis honeymoon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantic, masing-

masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.

2) Bonding and attachment (Ikatan kasih)

Terjadi pada kala IV dimana diadakan kontak antara ayah-ibu-anak dan tetap

dalam ikatan kasih, penting bagi asuhan untuk memikirkan bagaimana agar hal

tersebut dapat terlaksana.

3) Fase taking in (Tahap ketergantungan)

Terjadi pada hari 1-2 post partum, perhatian ibu terutama terhadap dirinya pasif

dan tergantung. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya bukan berarti

tidak memperhatikan. Dalam fase ini yang diperlukan ibu adalah informasi

tentang bayinya bukan cara merawat bayi.

12

Page 13: AKEB PNC FISOL

4) Fase taking hold ( Periode antara tingkah laku mandiri dan ketergantungan )

Fase ini berlangsung kira-kira 10 hari. Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif,

perhatian terhadap kemampuan mengatasi tubuhnya, misalnya kelancaran miksi

dan defekasi, melakukan aktifitas duduk, jalan, belajar tentang perawatan diri

dan bayinya, akan tetapi masih timbul rasa kurang percaya diri sehingga mudah

mengatakan tidak mampu melakkan perawatan. Pada saat ini sangat dibutuhkan

system pendukung terutama bagi ibu muda atau primipara, karena pada fase ini

seiring dengan terjadinya post partum blues.

5) Post partum blues (Kesedihan setelah melahirkan)

Tingkat estrogen dan progesterone tubuh turun, seringkali emosi yang tinggi

menurun dengan cepat setelah kelahiran. Ibu nifas mengalami keletihan setelah

persalinan, nyeri perineum, pembengkakan mammae dan after pain sehingga

dapat merasa tertekan dan mungkin menangis untuk hal-hal yang tidak mereka

pahami. Perasaan ini disebut post partum blues. Gejala ini biasanya Nampak

pada 1-2 minngu post partum.

6) Fase Letting Go (Kemandirian)

Dimulai sekitar minggu 5-6 pasca kelahiran. Tubuh ibu telah sembuh, secara

fisik ibumampu menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima

peran sakit. Kegiatan seksualnya telah dilakukan kembali.

7) Reaksi ibu

Terjadi setelah ibu dan ayah mengenali bayinya, yaitu :

- Reaksi positif, termasuk berbicara pada bayi, memeluk, meneliti dan

memberikan tanggapanpositif tentang bayinya. Reaksi ini akan menimbulkan

kooperatif dalam medapatkan ketrampilan perawatan bayinya.

- Reaksi negative, termasuk apatis dan kecewa terhadap bayinya. Reaksi ini

ibu cenderung malalaikan bayinya disaat mendatang.

Reaksi ibu post partum sangat penting dikaji dalam rangka penyesuaian

dalam mengatasi masalahnya baik oleh ibu nifas sendiri atau perlu bantuan

bidan.

2.4 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas

1. Nutrisi

13

Page 14: AKEB PNC FISOL

Kebutuhan nutrisi pada masa nifas meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI

dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya.

Penambahan kalori pada ibu nifas sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang

dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan

dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan

dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunannya

harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau

berlemak, tidak mengansung alkohol, nikotin serta bahan pengawet dan

pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur, seperti

sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung. Untuk kebutuhan

cairannya, ibu menyusui harus minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan

ibu untuk minum setiap kali menyusui).

2. Istirahat

Istirahat atau tidur sangat diperlukan untuk mengembalikan kelelahan akibat

proses persalinan, disamping itu bermanfaat untuk membantu produksi ASI,

proses involusi, mengurangi darah yang keluar serta mengurangi depresi.

Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan, usahakan untuk

rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Pasang dan

dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi beristirahat untuk

menghilangkan rasa tegang dan lelah. Kebutuhan istirahat dan tidur harus lebih

diutamakan daripada tugas-tugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan

sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah.

Istirahat juga memberi ibu energi untuk memenuhi kebutuhan makan dan

perawatan bayi sering dapat tidak terduga.

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, antara lain:

mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus,

memperbanyak perdarahan, bahkan menyebabkan depresi postpartum dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

3. Aktifitas

Mobilisasi sangat bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau

sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin,

yaitu dua jam setelah persalinan normal. ini berguna untuk memperlancar

sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea). Selain itu juga sangat

14

Page 15: AKEB PNC FISOL

berguna bagi semua system tubuh terutama fungsi usus, kandung kemih, dan

paru-paru disamping membantu mencegah thrombosis pada pembuluh darah

tungkai dan mengubah perasaan sakit menjadi sehat.

4. Eliminasi

Pengeluaran air seni akan meningkat 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5

setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat pada saat

hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Oleh karena itu, ibu perlu belajar

berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit

pada jahitan. Menahan buang air kecil akan menyebabkan terjadinya bendungan

air seni dan gangguan kontraksi rahim sehingga pengeluaran cairan vagina tidak

lancar.

Sedangkan buang air besar akan sulit karena ketakutan akan rasa sakit, takut

jahitan terbuka atau karena adanya haemorroid (wasir). obstipasi pada 3 hari

post partum adalah fisiologis. Bila melebihi dapat dibantu dengan mobilisasi

dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum.

5. Kebersihan diri

Pada masa nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri secara keseluruhan

untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit seluruh tubuh.

1) Pakaian sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap

keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang

tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya,

pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan

kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi

(lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.

2) Kebersihan rambut : Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami

kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga

keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan

lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang

lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan.

Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang

lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.

3) Kebersihan kulit : Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan

saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk

menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. oleh

15

Page 16: AKEB PNC FISOL

karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan

merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan

mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.

4) Perawatan perineum

Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah

Saat mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah

terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan

yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan

penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu

diperlukan pembersihan perineum.

Setelah buang air kecil

Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar

terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu

pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan

perineum.

Setelah buang air besar.

Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran

disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus

ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses

pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

6. Latihan setelah melahirkan

Latihan setelah melahirkan dilakukan untuk memperlancar sirkulasi darah dan

mengembalikan otot-otot yang kendur, terutama rahim dan perut yang memuai

saat hamil. Latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu,

seperti:

1) Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi

menarik nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada: tahan satu hitungan

sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.

2) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan Kegel).

3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul

dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

16

Page 17: AKEB PNC FISOL

4) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap

minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6

setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

7. Dukungan

Ibu pada masa nifas membutuhkan dukungan emosional dan psikologis dari

pasangan dan keluarga mereka, yang bisa memberikan dukungan dengan jalan

membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas di rumah agar ibu mempunyai

lebih banyak waktu untuk mengasuh bayinya. Cegah timbulnya pertentangan

dalam hubungan keluarga yang menimbulkan perasaan kurang menyenangkan

dan kurang bahagia. Ibu dalam masa nifas bisa merasa takut, oleh karena itu ia

akan memerlukan dukungan dan dorongan dengan perasaan ketidakmampuan

serta rasa kehilangan hubungan yang erat dengan suaminya, dan juga tanggung

jawab yang terus menerus untuk mengasuh bayi dan lain-lainnya.

8. Perawatan Payudara

Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.

Menggunkan BH yang menyokong payudara.

Apabila puting susu lecet oleskan kollostrum atau ASI yang keluar pada

sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Meyusui tetap dilakukan

muai dari puting susu yang tidak lecet.

Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI

dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.

Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan:

Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat

selama 5 menit.urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau

gunkana sisir untuk mengurut payudara dengan arah menuju puting.

Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu

menjadi lunak.

Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI

sisanya keluarkan dengan tangan.

Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

9. Hubungan Seksual

Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang hubungan seks

selama masa nifas:

17

Page 18: AKEB PNC FISOL

1) Nasihatkan pasangan untuk tidak berhubungan seksual sampai luka

episiotomy sembuh dan lokia telah berhenti yang biasanya diakhir

minggu ketiga

2) Beberapa bentuk lubrikan yang larut dalam air, seperti jelly K-Y

sangat diperlukan saat berhubungan seks untuk mencegah ketidak

nyamanan akibat vagina yang mungkin telah kering (kurang hormone)

3) Ingatkan bahwa ibu dapat mengalami penurunan keinginan

berhubungan seksual karena adanya perubahan hormone, keletihan,

ketidakpuasan dengan penampilan diri, dan ketidak nyamanan yang

tidak menghilang (kadang berhubungan dengan luka episiotomy).

Kumpulan gejala ini dapat membuat frustasi, khususnya bagi

pasangan. Pasangan dapat menemukan cara memecahkan masalah

tersebut dengan mendiskusikan secara terbuka.

4) Untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, nasihatkan

pasangan untuk memakai kontrasepsi ketika mereka memulai kembali

aktifitas seksual, meskipun siklus haid ibu belum kembali

5) Secara fisik, aman untuk memulai hubungan seks antara suami-istri

ketika darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua

jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk memulai

melakukan hubungan suami-istri kapan saja ibu siap

6) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami-

istri sampai masa waktu tertentu. Misalnya, 40 hari atau 6 minggu

setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang

bersangkutan

(Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T, 2008 : 131)

10. Tehnik menyusui yang benar

ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi

yag rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar

pada sandaran kursi.

sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

putting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembapan putting susu.

bayi menghadap perut/payudara.

satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan.

18

Page 19: AKEB PNC FISOL

telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

biarkan kepala bayi pada pertengahan lengan bawah atau pergelangan

tangan ibu. Hadapkan seluruh badan bayi pada badan ibu.

pegang bagian belakang badan dan bahu bayi, jangan kepala bayi.

dada bayi melekat di bawah dasar payuudara / dada ibu (chest to chest).

Bahu dan lengan ibu tidak tegang.

11. Keluarga Berencana (KB)

Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka

ingin merencanakan tentang keluarganya. Idealnya pasangan menunggu

sekurang-kurangnya 2 tahun untuk kehamilan berikutnya. Meskipun beberapa

metode KB mengandung risiko, akan tetapi menggunakan kontrasepsi lebih

aman. Sarankan kapan metode KB itu dapat dimulai, digunakan untuk wanita

pasca persalinan dan menyusui.

2.5 Prinsip dan Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Prinsip dalam memberikan asuhan masa nifas adalah:

Menyediakan asuhan fisik yang optimum dan nyaman

Menyediakan dukungan psikologis

Mendukung kesejahteraan ibu dengan memastikan mendapatkan

nutrisi yang adekuat, istirahat yang cukup dan dapat melakukan aktifitas

secara normal

Mencegah komplikasi yang mungkin timbul

Mendeteksi secara dini dan melakukan penanganan awal segera pada

komplikasi yang muncul serta melakukan rujukan

Mendukung proses menyusui

Memberikan edukasi/konseling pada kepada orang tua tentang

perawatan bayi dan membangun keluarga baru

Memberikan asuhan dan tuntunan/guidelines yang diperlukan untuk

memastikan bayi tumbuh dan berkembang secara normal

Menyediakan kunjungan/follow up yang diperlukan dan dukungan dari

pelayanan kesehatan bagi ibu dan keluarga yang membutuhkan

Menyediakan pelayanan KB

Tujuan dalam memberikan asuhan nifas sendiri adalah:

19

Page 20: AKEB PNC FISOL

Memastikan kondisi kesejahteran fisik, psikologis, emosional dan

sosial ibu dan bayi dalam keadaan normal

Membangun hubungan yang baik antara bidan dengan ibu dan

keluarga serta memberikan dukungan

Membantu membangun hubungan antara ibu dan bayi yang baik serta

penerimaan bayi dalam keluarganya

Meningkatkan rasa percaya diri ibu dan kemampuannya dalam

menjalankan perannya sebagai ibu

Membantu mensukseskan proses menyusui, memberikan

konseling/edukasi serta menyediakan pelayanan KB

Deteksi dini komplikasi, melakukan penanganan awal segera pada

komplikasi yang muncul serta melakukan rujukan

Memastikan adanya catatan asuhan yang dapat digunakan untuk

menilai kemajuan kondisi ibu dan keberlanjutan asuhan yang diberikan

2.6 Perencanaan Pasien Pulang

Adalah komponen system perawatan berkelanjutan mulai pasien mendpatkan

pelayanan kesehatan diikuti dengan kesinambungan perawatan dalam proses

penyembuhan maupun mempertahankan derajat kesehatannnya sampai pasien

merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.

Tujuan :

1. Meningkatakan kontinuitas perawatan (continuity of care)

2. Meningkatakn kualitas perawatan

3. Memekasimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan

4. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga

5. Membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Manfaat bagi pasien:

1. terpenuhi kebutuhannya

2. berperan aktif dan bukan sebagai obyek

3. kenyamanan

4. dapat memilih prosedur perawatannya

5. mengerti apa yang terjadi didirinya

Manfaat bagi bidan:

1. Keahliannya dapat dimaksimalkan

20

Page 21: AKEB PNC FISOL

2. Menerima informasi kunci setiap waktu

3. Memahami peranannya dalam system pelayanan

4. Mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru

5. Bekerja dengan suatu system yang efektif

Tahap-tahap:

1. Pengkajian. Mencakup pengumpulan data kesehatan, data pribadi, pemberian

perawatan, lingkungan, keuangan dan pelayanan yang mendukung.

2. Diagnosa. Didasarkan pada pengkajian, dikembangakn untuk mengetahui

kebutuhan klien dan keluarga.

3. Perencanaan. Meliputi METHODE

Medication.

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.

Enviromen.

Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah skait sebaiknya aman.

Klien juga sebaiknya memilih fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk

kontinuitas perawatannya.

Treatment.

Klien mengetahui segala pengobatan yang telah didapatkan, memastikan

bahwa pengobatan/perawatan dpat berlanjut setelah klien pulang.

Health Education.

Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bgaiamana mempertahankan

kesehatan. Termasuk tanda dan gejala mengindikasiakan kegawatdaruratan

dan kebutuhan kesehatan tambahan.

Outpatient referral.

Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas

lain yang dpatmeningkatkan perawatan yang berkelanjutan.

Diet.

Klien sebainya diberitau tentang kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhinya,

agar mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya. Dijelaskan mengenai

kebiasaa pantang makanan.

2.7 Refocusing Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

Berdasarkan program dan kebijakan teknis Depkes dan organisasi profesi di

Indonesia, kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali untuk menilai

21

Page 22: AKEB PNC FISOL

keadaan ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi dan menangani

masalah-masalah yang mungkin terjadi.

Kunjungan Waktu Tujuan

I 6-8 jam

Setelah

persalinan

- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri

- Mendeteksi dan merawat penyebab, lain

perdarahan serta merujuk apabila perdarahan

berlanjut

- Memberikan konseling pada ibu dan anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa

nifas karena atonia uteri

- Pemberian ASI dini

- Memfasilitasi hubungan antara ibu dan BBL

- Mencegah hipotermi pada BBL

Cat : Bidan yang menolong persalinan harus tinggal

dengan ibu dan bayi pada 2 jam pertama setelah

persalinan atau sampai ibu dan bayi stabil

II 6 hari setelah

persalinan

- Memastikan proses involusi uterus berjalan

normal : uterus berkontraksi, fundus di bawah

umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada bau

- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi

atau perdarahan abnormal

- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,

cairan dan istirahat.

- Menjelaskan pentingnya latihan otot-otot dan

panggul

- Menjelaskan perawatan payudara

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit

- Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan

pada bayi

22

Page 23: AKEB PNC FISOL

III 2 minggu

setelah

persalinan

Sama seperti 2-6 hari setelah persalinan

IV 6 minggu

setelah

persalinan

- Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang

ia dan bayi alami

- Memberikan konseling untuk KB

Menurut Novy, 1994 dalam Shannon, 2001 menjelaskan bahwa kunjungan pada masa

nifas dapat dilaksanakan sebanyak tiga kali, yaitu:

- Kunjungan ke-1 dilakukan pada 24 jam setelah persalinan

- Kunjungan ke-2 dilaksanakan pada 2-6 hari setelah persalinan

- Kunjungan ke-3 dilaksanakan pada 2-6 minggu setelah persalinan

Fokus pengkajian untuk deteksi dini pada masa nifas berdasarkan kunjungannya

adalah :

a. Pada 2-6 jam selelah persalinan

Pengkajian/penilaian Waktu

Tekanan darah Setiap 2 jam

Nadi Setiap 2 jam

Suhu Sekali atau diulang jika ada

indikasi

TFU dan kontraksi uterus Setiap jam

Kandung kemih Setiap jam

Perdarahan Setiap jam

Menyusui Kapanpun pada saat bayi menyusu

Ongoing supportive care (kebutuhan asuhan rutin)

Didampingi oleh bidan dan memberikan informasi atas

pertanyaan ibu dan keluarganya serta membantu ibu untuk

mengungkapkan persaannya

Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mendeteksi perdarahan

dan melakukan massase uterus

Memastikan hubungan (bonding) antara ibu dan bayi

berlangsung dengan baik serta mendukung pemberian asi dini

23

Page 24: AKEB PNC FISOL

dan ekslusif

Memastikan ibu dan lingkungannya dalam keadaan bersih dan

nyaman

Memastikan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat

Membantu ibu untuk memenuhi kebutuhan eliminasi serta

memastikan tercukupinya cairan serta makanan yang membantu

mencegah konstipasi

Memenuhi kebutuhan hygiene/kebersihan dan pencegahan

infeksi

Parenting support

b. Kunjungan selanjutnya/home visite (2-6 hari dan 2-6 minggu setelah persalinan)

Penggalian riwayat

Identitas ibu dan keluarga (nama, umur, no telp, pendapatan

alamat dan kemudahan transportasi untuk persiapan

kegawatdaruratan (first visite)

Riwayat kehamilan dan persalinan terakhir (first visite)

Keluhan dan masalah selama masa nifas (baik fisik maupun

psikologis)

Komplikasi yang mungkin terjadi

Riwayat kesehatan seperti riwayat penyakit, pengobatan dan

imunisasi (first visite)

Asuhan yang telah diberikan

Aktivitas sehari-hari (pola kebiasaan)

Beban kerja (first visite)

Pola istirahat dan tidur (first visite)

Menyusui

Kebiasaan yang mengganggu kesehatan seperti merokok (first

visite)

Rencana penggunaan metoda kontrasepsi

Pemeriksaan Fisik

Penilaian kesejahteraan dan keadaan umum

24

Page 25: AKEB PNC FISOL

Pemeriksaan tanda-tanda vital

Pemeriksaan payudara

Pemeriksaan abdomen

Pemeriksaan ekstremitas

Pemeriksan genitalia

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan lain sesuai kebutuhan

Kebutuhan asuhan rutin

1) Perawatan payudara dan menyusui

2) Informasi tanda-tanda bahaya dan persiapan kegaatdaruratan

3) Support for mother-Baby-Family Relationships

4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi

5) Perawatan sehari-hari

6) Pencegahan infeksi dan kebersihan

7) Kebutuhan istirahat dan tidur

8) Hubungan seksual

9) KB

10) Imunisasi dan suplementasi

Menurut ACOG, 1997 kriteria normal pada masa nifas sebagai berikut :

1. Tidak ada demam dengan nadi dan respirasi dalam frekuensi dan kualitas

yang normal

2. Tekanan darah dalam rentang normal

3. Jumlah dan warna lochea sesuai dengan proses involusi yang normal

4. Fundus uteri berkontraksi dnegan baik

5. Pengeluaran urine yang adekuat

6. Penyembuhan luka operasi maupun lukla perineum dengan edema yang

minimal dan tidak ada tanda-tanda infeksi

7. Dapat melakukan ambulasi dini dan tidak ada gangguan mobilisasi

8. Tidak ada temuan fisik dan emisional yang abnormal

9. Tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

10. Kunjungan pada masa nifas terencana dengan baik

25

Page 26: AKEB PNC FISOL

11. Pendidikan kesehatan tentang self care dan deteksi komplikasi diberikan

dengan lengkap

12. Ibu memperlihatkan kesiapan untuk merawat diri dan bayinya

13. Hasil pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan dalam batas normal

14. Adanya dukungan bagi ibu pada masa nifas

2.8 Tanda-tanda Bahaya pada Masa Nifas

1. Perdaharan Post Partum

Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai pengeluaran darah 500 ml atau

lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan

(ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan ketuban). Namun kondisi dalam persalinan

menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah yang terjadi karena

bercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas tidur sehingga

disebutkan sebagai perdarahan lebih dari normal dimana telah menyebabkan

perubahan tanda vital (pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin,

mengigil, hiperpnea, sistolik <90 mmHg, nadi >100x/mnt dan kadar Hb <8 g%).

Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi

dan retraksi anyaman serat-serat otot serta agregasi trombosit dan thrombus

fibrin didalam pembuluh darah desidua. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat

untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai

terjadi syok.

Perdarahan postpartum dini/primer adalah perdarahan yang berlebihan selama

24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai. Sedangkan perdarahan

postpartum lanjut/ sekunder adalah perdarahan yang berlebihan selama masa

nifas, setelah periode 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai.

Perdarahan Post Partum primer dapat disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan

lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, inversio uteri maupun perdarahan karena

gangguan pembekuan darah. Sedangkan perdarahan post partum sekunder biasanya

terdapat sisa plasenta. Berikut ini tanda, gejala dan diagnosis kemungkinan komplikasi

nifas berupa perdarahan, yaitu :

Gejala dan tanda

yang selalu ada

Gejala dan tanda

yang kadang-kadang ada

Diagnosis

kemungkinan

Uterus tidak berkontraksi dan

lembek

Syok Atonia uteri

26

Page 27: AKEB PNC FISOL

Perdarahan postpartum primer

Darah yang mengalir segera

setelah anak lahir.

Uterus berkontraksi baik

Plasenta lengkap

Pucat

Lemah

menggigil

Robekan jalan lahir

Perdarahan postpartum primer

Plasenta belum lahir setelah 30

menit

Uterus berkontraksi baik

Tali puat putus akibat

traksi berlebihan

Inversion uteri akibat

tarikan

Perdarahan lanjutan

Retensio plasenta

Perdarahan postpartum primer

Plasenta atau sebagian selaput

(mengandung pembuluh

darah) tidak lengkap

Uterus berkontraksi

tetapi tinggi uterus

yidak berkurang

Tertinggalnya

sebagian plasenta

Perdarahan postpartum primer

Uterus tidak teraba

Lumen vagina berisi massa

Tampak tali pusat (jika

plasenta belum lahir)

Nyeri sedikit atau berat

Syok neurogenik

Pucat dan limbung

Inversio uteri

Perdarahan postpartum primer

(perdarahan intraabdominal

dan/ atau vaginium.

Nyeri perut berat (kurang

dengan ruptur.

Syok

Nyeri tekan perut

Denyut nadi cepat

Robekan dinding

uterus (ruptur uteri)

Perdarahan > 24 jam setelah

persalinan. Perdarahan

bervariasi (ringan atau

berat, terus menerus atau

tidak teratur) dan berbau

(jika disertai ineksi).

Anemia

Demam

Perdarahan

terlambat

Endometritis atau

sisa plasenta

2. Demam Pasca Persalinan

27

Page 28: AKEB PNC FISOL

Demam pascapersalinan atau demam nifas atau morbiditas puerperalis meliputi

demam yang timbul pada masa nifas oleh sebab apapun. Menurut Joint

Committee on Maternal Welfare definisi demam pascapersalinan adalah

kenaikan suhu tubuh ≥ 38 C yang terjadi selama 2 hari pada hari pertama

pascapersalinan, kecuali pada 24 jam pertama pascapersalinan, dan diukur dari

mulut sekurang-kurangnya 4 kali sehari.

Terjadinya demam biasanya disebabkan karena adanya infeksi. Faktor risiko

untuk terjadinya infeksi nifas sangat bervariasi dan pada umumnya dibagi

menjadi faktor yang berkaitan dengan status sosioekonomi, faktor yang

berkaitan dengan proses persalinan, dan faktor yang berkaitan dengan tindakan

yang dilakukan pada saat persalinan.

3. Gangguan Eliminasi

Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri oleh ibu. Kadang-kadang ibu

sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et uretrae mengalami

tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga oleh

karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama persalinan, bisa

juga karena laserasi dan trauma uretra akibat tindakan kateterisasi. Bila kandung

kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab

hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi (urethritis,

cystitis, pyelitis), maka lakukan pemberian antibiotika. Selain itu Persalinan

dengan tindakan SC dapat mengakibatkan penurunan sensifitas bladder dan

penurunan tonus bladder.

Untuk eliminasi alvi, ibu nifas banyak yang mengalami obstipasi. Padahal buang

air besar harus sudah terjadi dalam 3-4 hari post partum. Obstipasi ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan

yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan

pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan/ intake menjelang partus,

haemoroid, laserasi jalan lahir dan takut jahitan rusak serta pengaruh dari

kliasma. Supaya buang air besar kembali teratur dapat dilakukan ambulasi dini

dan diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang

cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong

dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat pencahar

(laxantia) yang lain. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum, dan

menimbulkan demam atau infeksi.

28

Page 29: AKEB PNC FISOL

4. Gangguan Psikologis Ibu Post Partum

Gangguan psikologis post partum biasanya dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu

postpartum blues, depresi non psikotik, dan psikosis postpartum. Resiko

terjadinya gangguan psikologis postpartum meningkat pada wanita yang

mempunyai riwayat atau keluarganya mengalami gejala depresi selama masa

kehamilan, perselisihan hubungan suami istri, dan stres yang berat pada masa

kecil. Diperkirakan wanita yang mempunyai riwayat depresi postpartum

sebelumya akan beresiko terulang kembali sekitar 50% sampai 62%.

Penyebab dari gangguan psikologi postpartum ini masih belum jelas. Perubahan

hormon mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perubahan psikologi

sejak masa nifas. Penurunan estradiol yang drastis setelah melahirkan

dihubungkan dengan peningkatan pengeluaran serotonin yang mengakibatkan

timbulnya gejala depresi, tetapi hasil penelitian tidak menunjukkan adanya

perbedaan perubahan jumlah estradiol pada wanita yang depresi dan wanita

yang tidak depresi. Penurunan progesteron saat persalinan juga mempengaruhi

timbulnya gejala depresi, tetapi penelitian gagal menemukan hubungan antara

gejala depresi dengan jumlah total progesteron. Penelitian juga tidak

menemukan adanya hubungan antara kadar oksitosin, vasopresin, prolaktin, dan

kortisol dengan gangguan depresi. Wanita dengan antibodi thyroid kemungkinan

beresiko terhadap depresi postpartum, dan gangguan thyroid juga berkontribusi

terhadap gangguan mood.

Kadar yang rendah pada tryptophan dihubungkan dengan depresi postpartum.

Perubahan fungsi neurotransmisi, hiperaktivitas dari hipotalamus-pituitari-axis

adrenal, dan penurunan respon dari hipotalamus-pituitari-axis adrenal adalah

perkiraan yang mungkin dapat menjelaskan gangguan psikologis postpartum

blues dan depresi postpartum.

Gangguan psikologis ibu yang tidak diatasi, akan berpengaruh terhadap

perkembangan kognitif, emosional, masalah sosial pada anak (Nonacs and

Cohen, 1998). Depresi yang tidak diatasi, berkembang menjadi kronis dan

gangguan mood yang berat di masa mendatang.

1) Postpartum Blues/Postnatal Blues/Baby Blues

Postpartum blues/postnatal blues/baby blues merupakan gangguan mood

yang menyertai suatu persalinan. Biasanya terjadi dari hari ke-3 sampai ke-

10 dan umumnya terjadi akibat hormonal. Ditandai dengan menangis,

29

Page 30: AKEB PNC FISOL

mudah tersinggung, cemas, menjadi pelupa, dan sedih. Hal ini tidak

berhubungan dengan kesehatan ibu ataupun bayi, komplikasi obstetrik,

perawatan di rumah sakit, status sosial, atau pemberian ASI atau susu

formula. Gangguan ini dapat terjadi dari berbagai latar belakang budaya

tetapi lebih sedikit terjadi pada budaya di mana seseorang bebas

mengemukakan perasaannya dan adanya dukungan dari lingkungan

sekitarnya.

2) Depresi Postpartum

Depresi postpartum dialami oleh 34% ibu, biasanya timbul pada minggu-

minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan dan menetap selama

satu tahun atau lebih. Depresi bukan satu-satunya gejala utama, meskipun

hal itu biasanya tampak jelas. Gejala lain misalnya rasa kelelahan, mudah

tersinggung, mudah menangis, tingkat energi dan motivasinya rendah, tidak

berdaya, tidak mempunyai harapan, kehilangan libido dan nafsu makan serta

gangguan tidur. Dapat pula mengalami sakit kepala, asma, sakit punggung,

keputihan, dan sakit perut. Juga termasuk pikiran terobsesi, takut menciderai

bayinya atau dirinya sendiri, pikiran bunuh diri dan depersonalisasinya.

Bila terjadi depresi postpartum perlu dilakukan konseling psikologi dan

bantuan kegiatannya sebagai berikut:

Berikan dukungan psikologi dan bantuan kegiatannya (pada bayinya

atau juga dengan perawatan di rumah).

Dengarkan yang dikatakan ibu tersebut, berikan support.

Yakinkan bahwa ibu mengalami kejadian yang sering timbul dan

banyak ibu lain yang juga mengalami hal yang sama.

Dukunglah ibu tersebut untuk memikirkan kembali gambaran seorang

ibu, dan bantulah pasangan tersebut untuk memikirkan peran masing-

masing sebagai orangtua baru.

Pada depresi berat, pertimbangkan untuk memberikan obat anti

depresan. Akan tetapi perlu diingat bahwa obat-obatan dapat keluar

melalui ASI dan pemberian ASI hendaknya dipertimbangkan kembali.

Perawatan dapat dilakukan di rumah atau poliklinik.

Dukungan anggota keluarga yang lain serta kelompok ibu-ibu setempat

yang mempunyai pengalaman yang sama sangat bermanfaat.

3) Psikosis Postpartum

30

Page 31: AKEB PNC FISOL

Psikosis postpartum biasanya terjadi selama proses kelahiran dan dialami

oleh kurang dari 1% ibu. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi kurang lebih

separuh ibu yang mengalami psikosis mempunyai riwayat kelainan jiwa.

Gejala dan tanda-tanda psikosis postpartum meliputi ibu mendadak

mengalami halusinasi atau delusi, insomnia, sibuk dan asik dengan bayinya,

depresi berat, rasa ketakutan, putus asa, keinginan bunuh diri atau ingin

membunuh bayinya. Prognosis untuk sembuh sangat baik, tetapi 50% dari

ibu tersebut akan mengalami kekambuhan pada persalinan berikutnya.

Penanganan secara umum:

Dengarkan yang dikatakan ibu tersebut, berikan support.

Kurangi beban mentalnya.

Hindari membahas masalah emosi bila ibu tersebut belum stabil.

Pertimbangkan pemberian ASI karena pemberian obat antipsikotik dapat

melewati ASI.

2.9 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Pengkajian (Subjektif dan Objektif)

Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan kebidanan, yaitu

mengumpulkan data, mengolah data dan menganalisa data yang diperoleh dalam

bentuk data subjektif, objektif dan data penunjang yang akan memberikan

gambaran keadaan kesehatan klien.

I. Data Subjektif

1. Identitas (klien dan suami)

Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu ditanyakan nama panggilan

sehari-hari

Informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi ibu dan membantu

menciptakan hubungan baik (rapport)

Umur

Hal ini berguna untuk memberikan penyuluhan, jika ibu umurnya

dibawah 19 tahun kaji adanya kehawatiran ketidakmampuan merawat

bayinya secara fisik

Agama

Hal ini untuk memberikan asuhan yang berkaitan dengan kebiasaan

yang dilakukan klien sesuai dengan agama

31

Page 32: AKEB PNC FISOL

Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mempermudah dalam

pemberian informasi

Pekerjaan

Untuk mengetahui pengaruh aktifitas terhadap kesehatan klien.

Alamat

Digunakan untuk mengetahui suku, adat, daerah, budaya dan

memudahkan komunikasi.

2. Keluhan utama

Adalah keluhan yang dirasakan oleh klien yang menyebabkan adanya

gangguan, yang perlu ditanyakan pada klien pada masa nifas adalah :

Bagaimana keadaan umum ibu

Apakah ibu merasa mules-mules pada perutnya

Bagaimana pengeluaran lochea

Apakah ibu merasa sakit pada jahitan perineum

Apakah ada masalah dengan proses laktasi

3. Status Perkawinan

Berisi tentang berapa kali menikah, umur pertama kawin, dan berapa lama

perkawinan.

4. Riwayat Obstetri lalu

Berisi tentang riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.

Hal ini penting untuk mengetahui factor risiko pada persalinan berikutnya.

5. Riwayat Persalinan sekarang

jenis persalinan, tempat bersalin, penolong, keadaan bayi dan placenta.

6. Riwayat kesehatan klien

Yang perlu dikaji, apakah klien mempunyai riwayat hipertensi sebelum

hamil, atau pernah mengalami pre eklampsia pada kehamilan sebelumnya.

7. Riwayat Penyakit Keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga terhadap klien atau bayinya. Di dalam keluarga orang

tua klien apakah menderita hipertensi atau penyakit lain seperti DM,

jantung, asma, dan apakah ada keturunan kembar.

8. Pola kehidupan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

32

Page 33: AKEB PNC FISOL

Perlu ditanyakan bagaimana pemenuhan nutrisi selama di rumah sakit,

apakah klien menghabiskan porsi yang disajikan, apakah sudah sesuai

dengan kebutuhan ibu nifas. Begitu juga dengan cairan yang diberikan.

b. Pola Eliminasi

Yang perlu ditanyakan adalah apakah ibu sudah BAB, bagaimana

konsistensinya, warna, bau, dan kapan. Begitu juga dengan BAK nya,

berapa kali sehari, apakah mengalami kesulitan atau sudah pergi ke

kamar mandi sendiri. Dalam keadaan normal, klien dapat BAK secara

spontan 8 jam setelah melahirkan, sedangkan BAB biasanya tertunda

2-3 hari setelah melahirkan.

c. Pola Aktifitas

Ditanyakan sejauh mana klien melakukan mobilisasi dini, apakah

mengalami hambatan atau kesulitan.

d. Pola Istirahat

Setelah melahirkan apakah klien dapat istirahat atau tidur sesuai

kebutuhannya. Berapa jam klien tidur dalam sehari, dan apakah ada

kesulitan selama ibu melakukan istirahat.

e. Pola kebersihan diri

Setelah melahirkan apakah klien dapat mandi sendiri di kamar mandi,

berapa kali klien mandi dalam sehari, bagaimana kebersihan alat

kemaluannya apakah dicuci memakai sabun, bagaimana mengenai

pembalut, kapan ganti dan berapa kali.

9. Riwayat KB

Perlu diketahui bagi ibu yang mengikuti atau pernah mengikuti KB. Hal

ini untuk mengetahui apakah kehamilan sekarang direncanakan atau tidak.

Perlu ditanyakan juga rencana KB klien selanjutnya.

10. Keadaan Psikososial yang perlu diketahui adalah bagaimana sikap klien

terhadap interaksi yang dilakukan. Respon ibu terhadap bayinya, dukungan

keluarga, dan kesiapan menjadi orang tua.

11. Latar Belakang Sosial Budaya

Data ini untuk mengetahui kebiasaan keluarga kalau melahirkan, dan

kebiasaan-kebiasaan lain yang ada hubungannya dengan kesehatan klien

dan janinnya, misalnya merokok, minum obat-obatan tertentu, minum

jamu, dan lain-lain.

33

Page 34: AKEB PNC FISOL

II. Data Objektif

1. Pemeriksaan fisik Umum

Yang ditanyakan meliputi :

a. Keadaan umum: baik, cukup atau jelek

b. Kesadaran : normalnya compos mentis

c. Tanda-tanda vital : tekanan darah stabil berkisar antara 120/80-110/70

mmHg, nadi batas normal antara 74-88 x/menit, suhu tubuh sedikit

meningkat tidak lebih dari 38°C.

2. Pemeriksaan Fisik Khusus

a. Keadaan payudara

Bentuk : membesar, simetris, lembek/tegang

Putting susu : menonjol/runcing, areola mammae menghitam

Pengeluaran : produksi ASI belum keluar (hari ke 1-2 PP), kolostrum

positif pada hari pertama bila dipijat.

b. Keadaan perut

Setelah plasenta lahir uterus menjadi kecil dan TFU teraba kira-

kira 1 jari dibawah pusat.

Hari ke 1-2 : TFU 2 jari dibawah pusat

Hari ke 3 : TFU 2-3 jari dibawah pusat

Hari ke 4-5 : TFU pertengahan pusat-symphisis

Hari ke 7 : TFU 2-3 jari diatas symphisis

Hari ke 9 : TFU 1 jari diatas symphisis

Hari ke 10-12 : TFU tak teraba dari luar

c. Kontraksi uterus

Kadang-kadang klien merasa perutnya mules-mules pada saat uterus

berkontraksi, hal ini terjadi 2-3 hari pertama post partum.

d. Pengeluaran pervaginam

Warna lochea :

Hari ke 1-2 : lochea rubra, warna merah

Hari ke 3-7 : lochea sanguinolenta, warna merah kekuningan

Hari ke 7-14 : lochea serosa, warna kuning

34

Page 35: AKEB PNC FISOL

> 14 hari : lochea alba, warna putih

Banyaknya lochea : setelah melahirkan pengeluaran keseluruhan

adalah 400-1200 ml.

Bau lochea : lochea normal memiliki bau apek

Keadaan perineum dan anus

Luka episiotomi: apakah terdapat laserasi atau jahitan pada

perineum, keadaan luka, tanda-tanda radang

Keadaan vulva dan anus

e. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah

Beberapa hari pertama setelah melahirkan terjadi fluktuasi kadar

Hb, kemungkinannya karena kehilangan banyak darah.

Pemeriksaan urine

Pada post partum terjadi dieresis antara hari ke 2-5, terutama pada

pre eklamsi

III. Analisis

1. Diagnosa

Post Partum fisiologis hari ke …..

2. Masalah pada masa nifas

a. Nyeri pada jahitan perineum

b. Nyeri rahim karena involusi

c. Keterbatasan aktifitas

d. Gangguan Laktasi

e. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur

f. Gangguan pola eliminasi

g. Depresi post partum

3. Diagnosa potensial pada masa nifas

a. Potensial terjadi bendungan ASI

b. Potensial terjadi infeksi

4. Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Diberikan apabila diperlukan tindakan segera

IV. Planning

35

Page 36: AKEB PNC FISOL

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

R/ Informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan

2. Menjelaskan keluhan yang dialami klien dan cara mengatasinya

R/ Dengan mendapatkan informasi yang tepat mengenai hal yang

dikeluhkan klien, klien dapat mengatasi masalahnya

3. Mendiskusikan dengan klien mengenai :

Mobilisasi dini

Kebutuhan nutrisi

Cara meneteki

Personal hygiene

Perawatan bayi sehari-hari

ASI eksklusif

Tanda bahaya nifas

R/ Konseling yang diberikan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

ibu dalam merawat bayi dan dirinya.

4. Memberikan terapi antibiotic, analgesik dan tablet tambah darah dan

menjelaskan cara minumnya

R/ Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi, dan analgesik untuk

penghilang rasa nyeri, tablet tambah darah untuk mencegah anemia.

5. Memberikan konseling tentang KB

R/ Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana

mereka ingin merencanakan tentang keluarganya, dan metode KB apa

yang akan digunakan

6. Memesan ibu untuk kontrol lagi (kunjungan ulang) setelah klien pulang 2

minggu dari persalinannya

R/ Kunjungan ulang diperlukan untuk memantau kesehatan ibu dan bayi

36

Page 37: AKEB PNC FISOL

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “T” P20002 POST PARTUM HARI 1

DENGAN NIFAS NORMAL DI BPM JUNIATI SOESANTO

Tanggal Pengkajian : 13 Juli 2012 No Reg: 100712

Pukul : 09.00

I. DATA SUBYEKTIF

A. Biodata

Nama Ibu : Ny. “T” Nama Suami : Tn. “A”

Umur : 32 th Umur : 33 th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/ Ind

Pendidikan : SMP Pendidikan : STM

Pekerjaan : Karyawan Depot Pekerjaan : Besi Tua

Alamat : JL. Jojoran I perintis 2 dalam no. 7, Surabaya

No. Telp : -

B. Keluhan Utama

Ibu mengatakan perutnya sedikit mules dan ibu belum BAB setelah persalinan

selesai

C. Riwayat Obsetri Lalu

No Kehamilan Persalinan Nifa

s

Peny

ulit

Anak K

B

K

etSuami

Ke

Hamil

Ke

Penyu

lit

UK Penolo

ng

Jenis Penyu

lit

Seks BB Hid

up

Um

ur

Mat

i

Um

ur

Lama

Menete

ki

1. 1 1 - 9 bln Bidan norma

l

- - P 3100

gr

8 th - 1 th - -

2 HAMIL INI

37

Page 38: AKEB PNC FISOL

D. Riwayat Persalinan Sekarang

ANC 6x di Bidan, TM 1-2 mual, muntah, gampang capek, TM 3 tidak ada

keluhan.

Status TT: TT 4X

Pada tanggal 13 Juli 2012 pk. 08.00 ibu datang ke BPM Juniati Soesanto

untuk melahirkan. Ibu mengeluh kencang-kencang sejak pukul 01.00 WIB dan

keluar lendir sejak pukul 05.00 WIB, ketuban merembes jernih sejak pukul

06.00 WIB.

Persalinan normal, bayi laki-laki lahir normal pada 13 Juli 2012 pukul 08.45,

BB 3600 gr, PB 50 cm, AS 7-9.

Bersalin Tanggal : 13 Juli 2012

Cara Persalinan : Spt B

Perdarahan : sedikit

E. Status Perkawinan

Umur Pertama Kali kawin : 23 th Lama Perkawinan: 9 th

F. Riwayat Kesehatan/Penyakit Klien

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis),

penyakit keturunan (Diabetus Millitus, Hipertensi, Asthma, Jantung)

G. Riwayat Kesehatan/Penyakit Klien

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular

(TBC, Hepatitis), penyakit keturunan (Diabetus Millitus, Hipertensi, Asthma,

H. Pola Aktivitas Sehari-hari

Pola nutrisi

Sebelum masuk kamar bersalin :

Ibu makan 3x sehari dengan menu makan seimbang dan minum air putih 7-

8 gelas perhari.

Setelah masuk kamar bersalin :

Ibu telah makan pagi dan sudah menghabiskan makanan yang disediakan.

Ibu juga minum 1 gelas air

Pola eliminasi

Sebelum masuk kamar bersalin :

BAK dan BAB teratur

Setelah masuk kamar bersalin :

38

Page 39: AKEB PNC FISOL

Ibu mengatakan belum BAB dan BAK setelah persalinan selesai

Pola istirahat

Sebelum masuk kamar bersalin :

Ibu tidur siang 2 jam/hari, tidur malem 5 jam/hari

Setelah masuk kamar bersalin :

Ibu tidur hanya 1 jam setelah persalinan selesai karena bayi terus menangis

Pola aktivitas / mobilisasi

Sebelum masuk kamar bersalin :

Melakukan aktifitas seperti biasa bekerja di depot dan melakukan aktivitas

sebagai ibu rumah tangga.

Setelah masuk kamar bersalin :

Mobilisasi baik, 2 jam setelah persalinan dapat melakukan mobilisasi

sendiri.

I. Data Psikososial

1. Penerimaan terhadap kehamilan ini:

Ibu dan suami telah merencanakan kehamilan ini, sehingga dapat

menerima dengan senang. Keluarga juga sangat mendukung kehamilan ibu

dengan perhatian dan membantu ibu merawat bayinya.

2. Bounding Attachment:

Keterikatan antara ibu dan bayi sangat baik.

3. Cara memegang bayi:

Ibu telah mengerti cara memegang bayi dengan benar.

4. Cara menetek:

Ibu mengerti cara menetek bayi dengan benar

5. Rencana KB:

Ibu berencana melakukan KB suntik.

6. Kebiasaan yang menguntungkan/merugikan:

Ibu dan keluarganya tidak memiliki kebiasaan khusus untuk dirinya dan

bayinya. Tidak ada pantangan untuk ibu maupun bayi.

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan Fisik:

1. Tanda-tanda Vital

- Tekanan Darah : 130/90

39

Page 40: AKEB PNC FISOL

- Suhu Tubuh : 36,5 ⁰ C

- Denyut Nadi : 84x/menit

- Pernapasan : 20x/menit

2. Muka : Tidak pucat, tidak oedema, chloasma gravidarum tidak ada.

3. Mata : Conjunctiva merah muda, sclera putih

4. Mulut : Bibir tidak pucat, tidak kering, caries tidak ada.

5. Leher : Pembesaran kelenjar tyroid tidak ada, pembesaran kelenjar limfe

tidak ada, bendungan vena jugularis tidak ada.

6. Dada : Terdapat hyperpigmentasi pada areola mammae, puting susu

menonjol dan bersih, colostrum belum keluar

7. Abdomen/Uterus

TFU : 3 jari dibawah pusat

Konsistensi Uterus : Keras

Kontraksi Uterus : Baik

8. Kandung Kemih : teraba tidak penuh.

9. Pengeluaran pervaginam/pengeluaran lochea:

Warna : Merah Jumlah : sedikit

Bau : tidak ada bau Konsistensi : encer

10. Perineum : Utuh

Keadaan Jahitan : Grade I/Baik

Kebersihan : Bersih

11. Anus : Tidak ada haemoroid

12. Ekstremitas atas/bawah:

Oedema : atas, bawah, kanan, kiri tidak ada oedema

Varises : tidak ada varises

Refleks : +/+ refleks patella

B. Data Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Haemoglobin : tidak dilakukan pemeriksaan

III. ANALISIS

Diagnosa Aktual : P20002 hari ke-1 Post Partum dengan Nifas Normal.

Masalah : -

40

Page 41: AKEB PNC FISOL

Diagnosa Potensial : -

Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera : -

IV. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada Ibu dan keluarga.

E/: Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaannya.

2. Memantau kontraksi uterus (involusi uterus), TFU, Fluxus.

E/: Kontraksi baik, TFU 3 jari dibawah pusat, lochea rubra.

3. Memberitahu bahwa setelah persalinan ibu belum dapat BAB masih

dikatakan normal, karena diawal masa nifas maksimal 3x24 jam ibu baru

dapat BAB dan pada keluhan ibu yang mengatakan perutnya mules setelah

persalinan itu masih normal karena sesuai dengan teori bahwa perut yang

mules setelah melahirkan menandai bahwa proses involusi uterus sedang

berjalan yaitu dengan adanya kontraksi pada uterus.

E/: Ibu mengerti tentang perubahan pada dirinya.

4. Mendiskusikan pada ibu mengenai ASI eksklusif, teknik menyusui bayi

dengan benar, dan cara penyimpanan ASI jika ingin memerahnya.

E/: Ibu sudah bersedia untuk meneteki bayinya dan melakukan teknik

menyusui dengan benar, serta dapat mengulangi kembali penjelasan.

5. Mendiskusikan kebutuhan istirahat ibu nifas pada ibu dan menganjurkan ibu

untuk menambah jam tidurnya dengan mengikuti pola tidur bayinya.

E/: Ibu mengatakan akan tidur ketika bayinya tidur.

6. Mendiskusikan pada ibu mengenai personal hygiene.

E/: ibu menyatakan ganti pembalut sendiri dikamar mandi 2-3 kali sehari, dan

melakukan pembersihan payudara.

7. Mendiskusikan mengenai tanda bahaya bayi baru lahir, perawatan BBL, dan

imunisasi dasar yang harus di berikan pada bayi.

E/: Ibu mengerti dan menginginkan bayinya mendapat imunisasi lengkap.

8. Memberitahu ibu untuk tidak berpantang dengan makanan apapun selama

masa nifas sampai dengan menyusui.

E/: Ibu sudah mengerti dengan hal tersebut.

41

Page 42: AKEB PNC FISOL

9. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas dan

menganjurkan untuk segera ketempat pelayanan kesehatan terdekat jika

mengalami hal tersebut.

E/: Ibu dapat mengulangi kembali tanda bahaya tersebut pada masa nifas.

10. Mendiskusikan tentang pemenuhan kebutuhan seks pada masa post partum.

E/: Ibu antusias dan menanyakan beberapa hal.

11. Menyarankan ibu untuk segera mendiskusikan alat kontrasepsi yang akan

digunakan nanti dengan suami dan mempersilahkan ibu untuk berkonsultasi

jika sudah membicarakan dengan suami.

E/: Ibu telah merencanakan untuk tetap menggunakan kontrasepsi hormonal.

12. Mendiskusikan jadwal kunjungan ulang 2 minggu lagi pada tanggal 27 Juli

2012 atau jika ada keluhan sewaktu-waktu

E/ Ibu mengerti dan bersedia kembali pada tanggal tersebut atau jika ada

keluhan sewaktu-waktu

42

Page 43: AKEB PNC FISOL

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. “T” P20002 post partum hari ke-1

dengan nifas normal didapatkan :

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira

6 minggu (Abdul Bari Saifudin, 2006 : 122).

Pada masa nifas, terjadi banyak perubahan dalam tubuh ibu, diantaranya perubahan

pembuluh darah rahim, perubahan dinding perut dan peritoneum, perubahan sistem urinaria,

perubahan gastro intestinal, perubahan sistem hematologis, perubahan pada aktivitas

endokrin, dan perubahan sistem hormon pada masa nifas seperti estrogen, progesterone,

protein plasenta, hormone hipofisis, oksitosin, prolactin, serta masih ada lagi hormone lain

yang mengalami perubahan.

Banyak hal yang perlu diperhatikan setelah melahirkan, diantaranya adalah mobilisasi dini,

kebutuhan nutrisi ibu, perawatan dan kebersihan diri yang dapat berpengaruh dalam

kecepatan masa penyembuhan ibu. Selain itu juga perawatan payudara dan perawatan bayi

baru lahir juga diperlukan oleh ibu sehingga bidan harus memberikan penjelasan sebaik-

baiknya mengenai hal tersebut agar tidak timbul masalah pada masa nifas. Ibu nifas juga

harus rutin melakukan pemeriksaan selama masa nifasnya untuk mengontrol dan mendeteksi

adanya kelainan ataupun masalah pada masa nifas.

Asuhan kebidanan dibutuhkan untuk mengetahui keadaan pasien, menegakkan diagnose,

rencana penanganan yang akan diberikan, dan evaluasi pada akhir kegiatan asuhan.

Keberhasilan dalam mengatasi masalah klien didukung oleh beberapa factor diantaranya

sarana yang memadai, adanya tindakan yang komprehensif, dan kesadaran pasien untuk

melakukan pemeriksaan dan kewaspadaan terhadap tanda bahaya, dukungan dari suami dan

keluarga juga dibutuhkan untuk keberhasilan suatu asuhan kebidanan terhadap ibu nifas.

43

Page 44: AKEB PNC FISOL

Kolaborasi dan rujukan dengan dokter SPOG jika dibutuhkan untuk penanganan pada kasus

patologi yang dialami pasien

Pada tinjauan kasus yang dilakukan di dapatkan kesimpulan dari hasil pemeriksaan yaitu,

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan baik karena adanya kerjasama yang baik

antara ibu dengan petugas. Pengkajian dilakukan berdasarkan data-data yang fokus untuk

menegakkan diagnosa dan masalah pada ibu.

TFU dan pengeluaran lokia sesuai dengan teori yang ada yaitu lokia rubra (kruenta)

keluar pada 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, tTerdiri dari sel desidua,

verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah (IBG Manuaba, 1998 : 193).

2. Assessment

Berdasarkan hasil pengkajian data, dilakukan interpretasi data. Dalam hal ini tidak

didapatkan adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan terbukti dalam kusus muncul

diagnosa Ny “T” P20002 post partum hari ke 1 dengan nifas normal.

Ibu mengatakan belum dapat BAB setelah persalinan masih dikatakan normal,

karena diawal masa nifas maksimal 3x24 jam ibu baru dapat BAB, dan mules pada perut

ibu terjadi karena perut yang mules setelah melahirkan menandai bahwa proses involusi

uterus sedang berjalan yaitu dengan adanya kontraksi pada uterus.

Karena keadaan ibu dalam keadaan baik dan sesuai dengan keadaan nifas fisiologis,

maka tidak terdapat diagnosa potensial, sehingga tidak diperlukan tindakan segera.

3. Planning

a. Identifikasi Kebutuhan Segera, kolaborasi atau rujukan.

Pada kasus ini tidak ada kebutuhan segera, kolaborasi maupun rujukan sehingga pada

asuhan kasus tidak perlu dicantumkan

b. Menyusun Rencana Asuhan Kebidanan

Adapaun rencana asuhan yang diberikan sebagai asuhan kebidanan sesuai dengan

teori yang ada, yaitu berdasarkan kebutuhan dengan memperhatikan kenyamanan ibu.

c. Evaluasi

Setelah semua rencana sudah dilakukan maka ditemukan keberhasilan dalam

melaksanakan asuhan, dan pada kasus ini tidak ditemukan perbedaan antara teori dan

praktek.

44

Page 45: AKEB PNC FISOL

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Simpulan yang dapat diambil dari uraian asuhan kebidanan pada ibu nifas yang telah

disusun adalah sebagai berikut :

1. Bidan sebagai salah satu ujung tombak pemberian pelayanan kesehatan khususnya

kebidanan terhadap masyarakat, juga senantiasa berupaya untuk terus meningkatkan

mutu pelayanannya dalam bentuk asuhan kebidanan yang berorientasi pada keluarga

dan meningkatkan pengetahuan dengan pendidikan (Depkes RI, 1993 : 1-2)

2. Dari hasil pengkajian data subyektif dan data obyektif , mahasiswa mampu

membuat diagnosa sesuai teori, masalah muncul sesuai dengan teori dan tidak ada

diagnosa atau masalah potensial.

3. Perencanaan yang disusun oleh bidan harus sesuai dengan kebutuhan klien dan

tindakan yang dilakukan sesuai rencana, dan dilaksanakan secara “Plan of action”.

5.2 Saran

1. Bagi petugas kesehatan : meningkatkan peranannya sebagai bidan dalam fungsinya

sebagai pelaksana, meningkatkan kerjasama yang baik dengan petugas kesehatan

lainnya, klien, dan keluarga

2. Bagi klien : diperlukan kerjasama yang baik dengan petugas untuk keberhasilan

pelayanan asuhan kebidanan guna dapat memecahkan masalah yang timbul pada

klien

3. Bagi pendidikan : untuk lebih memperhatikan dan membimbing mahasiswa di

tempat praktek

4. Bagi ruangan: mempertahankan pelayanan yang baik bagi klien dan selalu

memberikan yang terbaik bagi klien

45

Page 46: AKEB PNC FISOL

DAFTAR PUSTAKA

46