Upload
siti-khoirunnisa
View
33
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ex annisa
Citation preview
RS ANNISA
KARAWACI
TATA CARA / PROSEDURPELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP )
No. DokumenSOP/AKREDITASI/
001
No. RevisiI
Halaman1 dari 2
Tanggal terbit
06 Februari 2011
Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIANInsiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.Kesalahan yang mengakibatkan IKP dapat terjadi pada :1. Diagnostik : kesalahan atau keterlambatan diagnosis2. Treatment : kesalahan pada operasi, prosedur atau tes, pelaksanaan terapi3. Preventive : tidak memberikan terapi profilaktif, monitoring atau follow up yang
tidak sesuai pada suatu pengobatan4. Other : gagal melakukan komunikasi, gagal alat atau sistem lain
TUJUAN
1. Terlaksananya sistem pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien2. Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah3. Untuk memperoleh data / angka insiden keselamatan pasien4. Upaya pencegahan terjadinya kejadian / insiden keselamatan pasien berikutnya5. Didapatkannnya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien
KEBIJAKANSurat Penugasan oleh Direktur Rumah Sakit tentang penunjukkan sebagai Tim Keselamatan Pasien RS
PROSEDUR
1. Siapapun yang mengetahui / melihat terjadinya IKP terutama dapat melaporkan kepada Sekretariat Tim Keselamatan Pasien.
2. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan formulir yang tersedia atau dapat membuat laporan di Sekretariat Tim Keselamatan Pasien paling lambat 2 x 24 jam.
3. Laporan meliputi : kejadian tidak diharapkan ( KTD ), kejadian nyaris cedera ( KNC / Near Miss ), kejadian sentinel dan lain – lain
4. Laporan saat kejadian untuk pencegahan cedera atau pertolongan segera secara langsung memberitahukan ke dokter penanggung jawab pelayanan.
5. Laporan tertulis ditujukan ke Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit….Alamat Sekretariat dan No telp yang bisa dihubungi.
6. Laporan tidak boleh difotokopi hanya disimpan dikantor Sekretariat Tim Keselamatan Pasien. Laporan tidak boleh disimpan di file ruangan perawatan atau di status pasien.
7. Contoh hal yang perlu dilaporkan : salah diagnosa dan berakibat buruk bagi pasien, kejadian yang terkait dengan pembedahan, kejadian yang terkait pengobatan dan prosedur, kejadian yang terkait dengan darah, kejadian yang terkait dengan IV, follow up yang tidak memadai, pasien jatuh, benda asing yang tertinggal di tubuhpasien, lain – lain kejadian yang berakibat pasien / pengunjung cedera.
RS ANNISA
KARAWACI
TATA CARA / PROSEDUR PELAPORAN TERJADINYAINSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP )
No. DokumenSOP/AKREDITASI/
001
No. RevisiI
Halaman2 dari 2
UNIT TERKAIT
Seluruh unit – unit pelayanan dan tindakan kesehatan1. Rawat Inap2. Laboratorium3. Farmasi4. UGD5. Unit Kesling6. Unit Nosokomial7. Unit Peristi
RS ANNISA
KARAWACI
PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA
No. DokumenSOP/AKREDITASI/
002
No.Revisi Halaman
1/1
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIAN Proses pemeliharaan untuk menjaga agar Sarana dan Prasarana di Rumah Sakit selalu dalam keadaan siap pakai dan berfungsi sebagaimana mestinya.
TUJUAN Sebagai acuan untuk pemeliharaan Sarana dan Prasarana di Rumah Sakit .
KEBIJAKAN Semua proses pemeliharaan Sarana dan Prasarana harus melalui prosedur pemeliharaan yang telah ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
PROSEDUR 1. Kepala Sub Bagian Umum dan Pemeliharaan membuat inventarisasi Sarana dan Prasarana.
2. Membuat rencana kerja pemeliharaan Sarana dan Prasarana dan selanjutnya diajukan kepada Direktur Rumah Sakit untuk mendapatkan persetujuan.
3. Setelah disetujui, dilaksanakan kegiatan pemeliharaan Sarana dan Prasarana sesuai dengan program kerja yang telah ditentukan.
4. Membuat laporan hasil kegiatan pemeliharaan Sarana dan Prasarana kepada Karumkit
5. Sarana Rumah Sakit meliputi : Alat medis, Alat non medis, Alat komunikasi dan transportasi.
6. Prasarana meliputi bangunan Rumkit beserta instalasi listrik dan instalasi air.
UNIT TERKAIT 1. Direktur Rumah Sakit.2. Kepala Sub Bagian Umum dan Pemeliharaan
RS ANNISA
KARAWACI
PEMBERIAN INFORMASIPELAYANAN MEDIS PASIEN OLEH DPJP
No. DokumenSOP/AKREDITASI/
003
No.Revisi Halaman1/1
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIAN DPJP memberikan informasi yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang asuhan medis yang diberikan kepada pasien
TUJUAN Pasien memahami dan menerima konsekuensi pelayanan medis yang diberikan
KEBIJAKAN Standar keselamatan pasien di rumah sakit
PETUGAS DPJP
PROSEDUR 1. DPJP mengunjungi salah satu pasien rawat inap yang menjadi tanggung jawabnya
2. DPJP memberikan informasi pelayanan medis yang telah dan akan dilakukan
3. Informasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga harus dilakukan secara jelas dan benar mengenai rencana, hasil pelayanan dan pengobatan, termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak diinginkan. Informasi yang disampaikan sebaiknya meliputi hal-hal sebagai berikut:- Keadaan penyakit pasien- Kelanjutan penyakit pasien- Kelanjutan pengobatan- Dampak atau efek samping yang mungkin terjadi
4. DPJP harus memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
5. DPJP melakukan pencatatan mengenai pelaksanaan pemberian informasi kepada pasien yang telah dilakukan di dalam buku register sebagai bukti bahwa DPJP telah melaksanakan tugasnya
6. Sub Komite Rekam Medis melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pemberian informasi oleh DPJP
UNIT TERKAIT 1. Pelayanan Medis
2. Sub Komite Rekam Medis
RS ANNISA
KARAWACI
POLA OPERASIONALDOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN (DPJP)
No. DokumenSOP/
AKREDITASI/004
No.Revisi Halaman1 / 1
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIAN Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) adalah seorang dokter yang bertugas mengelola rangkaian asuhan medis pasien
TUJUAN Menentukan dokter yang bertanggung jawab dalam memberikan rangkaian asuhan medis
KEBIJAKAN
1. Staf Medik Fungsional harus menunjuk salah satu dokter untuk menjadi DPJP
2. DPJP wajib membuat rencana pelayanan3. DPJP wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien
dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak diinginkan
PETUGAS DPJP
PROSEDUR
1. DPJP bertugas memberikan rangkaian asuhan medis yang meliputi:- Pemeriksaan medis untuk penegakan diagnosis- Merencanakan dan memberi terapi- Melakukan tindak lanjut/rujukan- Rehabilitasi- Melakukan konsultasi (jika diperlukan)
2. Dalam hal perawatan bersama, seorang DPJP hanya memberikan asuhan medis sesuai dengan keahliannya.
3. Bila pasien dikonsulkan untuk masalah penyakit lain yang bukan keahlian dari DPJP yang telah ditunjuk, maka asuhan medis dilakukan oleh dokter yang memiliki keahlian sesuai diagnosis pasien tersebut.
UNIT TERKAIT Pelayanan Medis
RS ANNISA
KARAWACI
PENYELESAIAN MASALAH MEDIKO-LEGAL
No. DokumenSOP/AKREDITASI/005
No.Revisi Halaman1 / 2
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIAN
1. Penyelesaian masalah mediko-legal adalah penyelesaian setiap perilaku atau tindakan pelayanan medis yang menyimpang dan dapat berpotensi menjadi masalah hukum dalam bentuk kasus pidana atau perdata.
2. Kasus Pidana adalah kasus dengan gugatan atas dasar kelalaian yang dilakukan petugas medis dengan melakukan kelalaian berat.
3. Kasus perdata adalah kasus dengan gugatan permintaan ganti rugi karena ada kerugian pada pihak pasien, tetapi harus dibuktikan terlebih dahulu.
TUJUANSebagai acuan penetapan langkah-langkah dalam penyelesaian masalah mediko-legal di lingkungan Rumah Sakit
KEBIJAKAN Penyelesaian masalah mediko-legal di Rumah Sakit harus diproses melalui Direktur RS, Komite Medik dan Panitia Etik Rumah Sakit.
PROSEDUR 1. Perawat/petugas di unit yang terjadi masalah mediko-legal melaporkan kepada Pimpinan Unit Kerja.
2. Pimpinan Unit Kerja menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan usaha perdamaian kedua belah pihak.
3. Apabila dengan perdamaian langsung kedua pihak tidak berhasil, maka selanjutnya Pimpinan Unit Kerja melaporkan ke Direktur RS.
4. Direktur RS menyampaikan ke Sub Komite Etika Profesi Rumah Sakit melalui Komite Medik untuk dipelajari dan segera ditindak lanjuti.
5. Sub Komite Etika Profesi Rumah Sakit meneliti permasalahan dan selanjutnya menentukan jadwal rapat untuk membahas permasalahan yang menyangkut mediko-legal tersebut.
6. Rapat dihadiri oleh Direktur RS, Ketua Komite Medik, Sub Komite Etika Profesi Rumah Sakit, Pimpinan Unit Kerja yang bersangkutan.
7. Apabila permasalahan terlalu rumit dapat mengundang organisasi profesi terkait seperti IDI, IDGI., dan PPNI untuk membantu penyelesaian masalah.
8. Sub Komite Etika Profesi Rumah Sakit membuat hasil rapat (notulen) yang diketahui oleh Ketua Komite Medik dan dilaporkan kepada Direktur RS.
9. Langkah-langkah proaktif yang dapat dijalankan untuk mencegah terjadinya masalah mediko-legal adalah:a. Ceramah/penyuluhan tentang Etik Profesi.b. Pelayanan Medis sesuai Standar Pelayanan Medis dan
prosedur tetap pelayanan medis yang berlaku.c. Pembuatan Informed Consent tindakan medis.
RS ANNISA
KARAWACI
PENYELESAIAN MASALAHMEDIKO-LEGAL
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015
No.Revisi Halaman2 / 2
DOKUMEN TERKAIT
1. SK Direktur RS tentang Pemberlakuan Penanganan Masalah Mediko – Legal Rumah Sakit
2. UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.3. Evaluasi dan Laporan.
UNIT TERKAIT
1. Direktur Rumah Sakit2. Komite Medik3. Sub Komite Etika Profesi4. Pimpinan Unit Terkait
RS ANNISA
KARAWACI
PENANGANAN MASALAH ETIK RUMAH SAKIT
No. DokumenSOP/AKREDITASI/006
No. Revisi
-
Halaman
1/2TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
Pengertian Penanganan Masalah Etik Rumah Sakit adalah penanganan setiap perilaku atau tindakan yang menyimpang dari buku pedoman etik Rumah Sakit yang dilakukan oleh pelaksana Rumah Sakit pada waktu menyelenggarakan pengabdian profesi.
Tujuan Sebagai acuan penetapan langkah-langkah dalam penanganan masalah etik Rumah Sakit di lingkungan Rumah Sakit
Kebijakan Penanganan Masalah Etik Rumah Sakit di Rumah Sakit Purwakarta harus diproses melalui Direktur RS, Komite Medik dan Sub Komite Etika Profesi Rumah Sakit .
Prosedur c. Akibat yang ditimbulkan terhadap kepentingan umum.d. Akibat yang ditimbulkan terhadap citra Rumah Sakite. Itikad baik teradu dalam turut menyelesaikan kasus.f. Situasi lingkungan yang mempengaruhi timbulnya kasus.
1. Sanksi yang diberikan tergantung berat ringannya kesalahan berupa :a. Peringatan lisanb. Peringatan tulisanc. Alih tugasd. Penangguhan pengusulan kenaikan pangkat golongane. Pemecatan
Unit terkait 1. Direktur RS2. Komite Medik3. Panitia Etik RS4. Pimpinan Unit Kerja
Dokumen Terkait 1. SK Direktur RS tentang Pemberlakuan Penanganan Masalah Etik Rumah Sakit
2. UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.3. Notulen Rapat.
RS ANNISA
KARAWACI
PENANGANAN MASALAH ETIK KEDOKTERAN
No. DokumenSOP/AKREDITASI/006
No.Revisi Halaman2 / 2
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIANPenanganan Masalah Etik Kedokteran adalah penanganan setiap masalah yang berhubungan dengan etika profesi kedokteran dalam pelayanan medis oleh Staf Medis
TUJUAN Sebagai acuan penetapan langkah-langkah dalam penanganan masalah etik kedokteran di lingkungan Rumah Sakit .
KEBIJAKAN Penanganan Masalah Etik Kedokteran di Rumah Sakit harus diproses melalui Direktur RS, Komite Medik dan Panitia Etika Profesi Komite Medik.
PROSEDUR
1. Pengaduan masalah dapat berasal dari Pasien umum, Keluarga, Karyawan, Paramedis, Sejawat lain dan juga melalui kotak saran.
2. Bila ada pengaduan diteruskan ke Direktur Rumah Sakit.3. Direktur Rumah Sakit menyampaikan ke Komite Medik untuk ditindak
lanjuti.4. Ketua Komite Medik menyerahkan ke Sub Komite Etika Profesi untuk
dipelajari.5. Sub Komite Etika Profesi meneliti permasalahan.6. Sub Komite Etika Profesi membahas dengan Klinik/Staf Medis terkait,
kalau perlu mengundang Pakar dari luar rumah sakit melalui Komite Medik.
7. Setelah dibahas, Sub Komite Etika Profesi memberikan saran kepada Ketua Komite Medik untuk dibicarakan bersama dalam rapat khusus.
8. Komite Medik menyampaikan saran final ke Direktur Rumah Sakit.9. Bila disetujui, Direktur akan mengeluarkan surat keputusan.10. Langkah-langkah proaktif yang dapat dijalankan adalah :
a. Ceramah / penyuluhan tentang Etik profesi kedokteran dan Etik Rumah Sakit
b. Pengawasan dan evaluasi dari penerapan Standar Pelayanan Medis dan prosedur tetap- prosedur tetap pelayanan medis yang berlaku.
UNITTERKAIT
1. Direktur Rumah Sakit2. Komite Medik3. Sub Komite Etika Profesi
RS ANNISA
KARAWACI
PENDIDIKAN DAN PELATIHANDI DALAM RUMAH SAKIT
No. DokumenSOP/AKREDITASI/
007
No. Revisi Halaman
1 / 2
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIAN Pendidikan dan latihan di dalam rumah sakit adalah pendidikan dan latihan non formal untuk meningkatkan pengetahuan staf rumah sakit baik Staf Medis, Paramedis maupun Non Medis yang pelaksanaannya di dalam atau di lingkungan rumah sakit yang dilaksanakan oleh Tim Diklat Rumah Sakit bekerja sama dengan unit lain/Institusi lain,
TUJUAN Sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan latihan di dalam atau di lingkungan Rumah Sakit
KEBIJAKAN Semua kegiatan pendidikan dan latihan di dalam rumah sakit harus melalui Tim Diklat Rumah Sakit disetujui oleh Direktur Rumah Sakit.
PROSEDUR 1. Penyusunan program pendidikan dan latihan di dalam Rumah sakit secara berkala dilakukan oleh Tim Diklat Rumah Sakit dan disetujui oleh Direktur Rumah Sakit.
2. Unit terkait mengajukan proposal dan usulan kepada Tim Diklat Rumah Sakit .
3. Tim Diklat Rumah Sakit membentuk panitia Diklat di dalam Rumah Sakit yang melibatkan unit terkait.
4. Panitia mengajukan proposal kepada Direktur Rumah Sakit.5. Dalam pelaksanaannya, Panitia dapat menggunakan nara sumber dari
dalam maupun dari luar rumah sakit.6. Panitia wajib memberikan piagam/sertifikat kepada pembicara/ nara
sumber/ peserta pendidikan dan latihan.7. Panitia bertanggung pada Tim Diklat Rumah Sakit dan Direktur Rumah
Sakit.
UNIT TERKAIT
1. Direktur Rumah Sakit2. Tim Diklat Rumah Sakit3. Panitia Diklat
DOKUMEN TERKAIT
1. Program kerja Diklat Rumah Sakit .2. Sertifikat Diklat3. Undangan rapat.4. Notulen rapat, dan daftar absensi.
RS ANNISA
KARAWACI
ALUR PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
No. DokumenSOP/AKREDITASI/
008
No.Revisi Halaman1/2
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIAN Insiden keselamatan pasien merupakan setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
TUJUAN 1. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien rumah sakit
2. Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah
3. Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien
KEBIJAKAN Setiap pelaporan insiden yang terjadi di rumah sakit dilakukan tindak lanjut
PROSEDUR 1. Apabila terjadi suatu insiden (kejadian nyaris cedera/kejadian tidak diharapkan), segera ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/akibat yang tidak diharapkan
2. Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi formulir laporan insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan langsung
3. Buat rekapitulasi incident report setiap bulannya dan dilaporkan kepada Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
4. Pengawasan pencatatan data incident report dilakukan oleh Kepala Unit pada masing-masing unit kerja
5. Secara administratif setiap minggunya dilakukan monitoring apakah terjadi suatu kejadian
6. Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit bersama-sama dengan Kepala Unit yang bersangkutan melakukan analisa terhadap data incident report apabila terjadi suatu kejadian.
7. Kepala Bagian/Kepala Unit/Kepala Pelayanan Medis terlapor memeriksa laporan dan melakukan grading risk terhadap insiden yang dilaporkan
8. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan dilakukan sebagai berikut:- Grade biru: investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu
maksimal 1 minggu- Grade hijau: investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu
maksimal 2 minggu- Grade kuning: investigasi komprehensif/analisis akar
masalah/RCA oleh Sub Komite Keseelamatan Pasien Rumah Sakit, waktu maksimal 45 hari
RS ANNISA
KARAWACI
ALUR PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
No. DokumenSOP/AKREDITASI/008
No. Revisi
-
Halaman
2/2TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015
Prosedur - Grade merah: investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA oleh Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit, waktu maksimal 45 hari.
9. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
10. Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit akan menganalisis kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan regrading
11. Untuk grade kuning/merah, Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit akan melakukan analisis akar masalah (Root Cause Analysis/RCA)
12. Setelah melakukan RCA, Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit akan membuat laporan dan rekomendasi untuk perbaikan serta pembelajaran berupa petunjuk atau safety alert untuk mencegah kejadian yang sama terulang lagi
13. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direktur14. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan balik
kepada unit kerja terkait15. Unit kerja membuat analisis dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-
masing16. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh Sub Komite Keselamatan Pasien
Rumah SakitLaporan hasil investigasi sederhana/analisis akar masalah/RCA yang terjadi pada pasien dilaporkan oleh Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan mengetahui Direktur kepada Komite Keselatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) PERSI dengan mengisi formulir laporan insiden keselamatan pasien.
Unit terkait Seluruh unit pelayanan di rumah sakit
DOKUMEN TERKAIT
Formulir Incident ReportKerangka Acuan Incident Report
RS ANNISA
KARAWACI
ANGKA PASIEN DENGAN DEKUBITUS (APD)
No. DokumenSOP/AKREDITASI/009
No.Revisi Halaman
1/1
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIAN
1. Angka Pasien Dengan Dekubitus (APD) adalah Indikator pelayanan non bedah untuk menghitung banyaknya penderita yang menderita dekubitus (bukan banyaknya kejadian dekubitus), dan angka ini menunjukkan tinggi rendahnya mutu keperawatan
2. Luka Dekubitus adalah luka pada kulit dan/jaringan di bawahnya yang terjadi di rumah sakit karena tekanan yang terus menerus akibat tirah baring.
3. Tirah Baring adalah penderita yang berbaring total (tidak dapat bergerak) dan bukan karena instruksi pengobatan.
TUJUAN Sebagai acuan dalam penghitungan Angka Pasien Dengan Dekubitus di Rumah Sakit .
KEBIJAKAN Indikator klinik dikumpulkan, diolah dan dianalisis untuk digunakan sebagai evaluasi mutu pelayanan kesehatan.
PROSEDUR
1. Perawat/Petugas rawat inap mencatat setiap hari jumlah penderita dengan dekubitus dan jumlah seluruh penderita tirah baring total.
2. Perawat/Petugas rawat inap melaporkan data yang sudah terkumpul setiap bulan kepada Kepala Keperawatan mengetahui Kepala Rawat Inap.
3. Kepala Keperawatan bersama dengan Tim penilai (Panitia Mutu) menganalisis dan mengevaluasi secara berkala 3 bulan sekali secara terus menerus.
4. Hasil analisis dan evaluasi dilaporkan ke Direktur RS mengetahui Komite Medik, selanjutnya ditindaklanjuti.
5. Formula Angka Pasien Dengan Dekubitus (APD) dari Juklak Indikator mutu pelayanan rumah sakit ( WHO-Dirjen Yan Medik Depkes 2001) adalah :
APD = Banyaknya pasien dengan dekubitus / bulan X 100 % Total pasien tirah baring total bulan tersebut
UNIT
TERKAIT
1. Direktur RS2. Komite Medik3. Manajer Keperawatan4. Panitia Mutu5. Kepala Rawat Inap6. Perawat/Petugas Rawat Inap
DOKUMEN TERKAIT1. Laporan jumlah penderita dengan dekubitus2. Laporan jumlah seluruh penderita tirah baring total.3. Hasil analisis dan evaluasi
RS ANNISA
KARAWACI
ANGKA KETIDAK LENGKAPANPENGISIAN CATATAN MEDIK (ANGKA KLPCM)
No. DokumenSOP/AKREDITASI/010
No.Revisi Halaman
1/1
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIAN
1. Angka Ketidak Lengkapan Pengisian Catatan Medik (Angka KLPCM) adalah Indikator pelayanan non bedah untuk menghitung banyaknya catatan medik yang belum lengkap dan benar, dan angka ini menunjukkan tinggi rendahnya mutu administrasi dokter dan perawat yang merawat pasien pada periode tertentu dalam mengisi catatan medik secara lengkap, benar, dan tepat waktu (kurang dari 14 hari).
2. Catatan Medis disebut lengkap apabila telah berisi seluruh informasi tentang pasien secara lengkap dan benar, termasuk resume medis dan resume keperawatan dan seluruh hasil pemeriksaan penunjang.
3. Catatan Medis disebut benar apabila sudah diperiksa kelengkapannya oleh petugas yang ditunjuk tentang kebenaran isi resume medis yang dibuat, termasuk adanya diagnosa akhir.
TUJUAN Sebagai acuan dalam penghitungan Angka Ketidak Lengkapan Pengisian Catatan Medik di Rumah Sakit .
KEBIJAKAN Indikator klinik dikumpulkan, diolah dan dianalisis untuk digunakan sebagai evaluasi mutu pelayanan kesehatan.
PROSEDUR
1. Petugas rekam medik mencatat setiap hari, jumlah catatan medik yang belum lengkap dan benar dalam 14 hari atau lebih (dihitung mundur dari hari tersebut) dan jumlah seluruh pasien baru.
2. Petugas rekam medik melaporkan data yang sudah terkumpul setiap bulan kepada Kepala Penunjang Medis.
3. Kepala Penunjang Medis bersama dengan Panitia Mutu menganalisis dan mengevaluasi secara berkala 3 (tiga) bulan sekali secara terus menerus.
4. Hasil analisis dan evaluasi dilaporkan ke Direktur RS mengetahui Komite Medik, selanjutnya ditindaklanjuti.
5. Formula Angka Ketidak Lengkapan Pengisian Catatan Medis (Angka KLPCM) dari Juklak Indikator mutu pelayanan rumah sakit ( WHO-Dirjen Yan Medik Depkes 2001) adalah :
KLPC = Total CM yg blm lengkap dan benar dlm 14 hari/bln X100% Total Catatan Medis yang masuk pada bulan tersebut
UNIT
TERKAIT
1. Direktur RS2. Komite Medik3. Panitia Mutu4. Manajer Penunjang Medis5. Petugas Rekam Medik
DOKUMEN TERKAIT1. Laporan jumlah catatan medik yang belum lengkap dan benar
dalam 14 hari atau lebih ( dihitung mundur dari hari tersebut)2. Laporan jumlah seluruh pasien baru3. Hasil analisis dan evaluasi
RS ANNISA
KARAWACI
ANGKA KETERLAMBATAN PELAYANAN PERTAMA GAWAT DARURAT (AKPPGD)
No. DokumenSOP/AKREDITASI/011
No.Revisi Halaman
1 / 1
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIAN
1. Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat (AKPPGD) adalah Indikator pelayanan non bedah untuk menghitung banyaknya keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat, dan angka ini menunjukkan tinggi rendahnya mutu pelayanan Gawat Darurat.
2. Pelayanan Pertama Gawat Darurat dikatakan terlambat apabila pelayanan terhadap penderita gawat dan atau darurat yang dilayani dengan tindakan Live Saving oleh petugas gawat darurat lebih dari 15 menit.
3. Tindakan darurat (Live Saving) adalah tindakan yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa manusia yang sedang terancam karena penyakit atau luka-luka yang dideritanya .
4. Petugas gawat darurat adalah petugas yang bekerja di ruang gawat darurat yang telah terlatih PPGD.
TUJUAN Sebagai acuan dalam penghitungan Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat di Rumah Sakit .
KEBIJAKAN Indikator klinik dikumpulkan, diolah dan dianalisis untuk digunakan sebagai evaluasi mutu pelayanan kesehatan.
PROSEDUR
1. Perawat/Petugas gawat darurat mencatat setiap hari jumlah penderita gawat darurat yang dilayani 15 menit dan jumlah seluruh pasien gawat darurat.
2. Perawat/Petugas gawat darurat melaporkan data yang sudah terkumpul setiap bulan kepada Kepala Instalasi Gawat Darurat
3. Kepala Unit Gawat Darurat bersama dengan Tim penilai (Panitia Mutu) menganalisis dan mengevaluasi secara berkala 3 (tiga) bulan sekali secara terus menerus.
4. Hasil analisis dan evaluasi dilaporkan ke Direktur RS mengetahui Komite Medik, selanjutnya ditindaklanjuti.
5. Formula Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat (AKPPGD) dari Juklak Indikator mutu pelayanan rumah sakit ( WHO-Dirjen Yan Medik Depkes 2001) adalah :
AKPPGD = Banyaknya pend. GD yg dilayani 15 mnt/bln X 100 % Total penderita gawat darurat pada bulan tsb
UNIT
TERKAIT
1. Direktur RS2. Komite Medik3. Kepala UGD4. Panitia Mutu5. Perawat/Petugas Gawat Darurat
DOKUMEN TERKAIT1. Laporan jumlah penderita gawat darurat yang dilayani 15 menit.2. Laporan jumlah seluruh pasien gawat darurat3. Hasil analisis dan evaluasi
RS ANNISA
KARAWACI
ANGKA KEJADIAN INFEKSIKARENA JARUM INFUS (AIKJ)
No. DokumenSOP/AKREDITASI/012
No.Revisi Halaman
1 / 1
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIAN
1. Angka Kejadian Infeksi Karena Jarum Infus (AIKJ) adalah Indikator pelayanan non bedah untuk menghitung banyaknya kejadian infeksi kulit karena jarum infus, dan angka ini menunjukkan tinggi rendahnya mutu pelayanan keperawatan
2. Infeksi karena jarum infus adalah keadaan yang terjadi di sekitar tusukan atau bekas tusukan jarum infus di rumah sakit yang ditandai dengan rasa panas (kalor), pengerasan(tumor), kemerahan (rubor), dan dengan atau tanpa nanah (pus) pada daerah bekas tusukan jarum infus dalam waktu 3 X 24 jam atau kurang dari waktu tersebut bila infus masih terpasang.
TUJUAN Sebagai acuan dalam penghitungan Angka Kejadian Infeksi Karena Jarum Infus di Rumah Sakit .
KEBIJAKAN Indikator klinik dikumpulkan, diolah dan dianalisis untuk digunakan sebagai evaluasi mutu pelayanan kesehatan.
PROSEDUR
1. Perawat/Petugas rawat inap mencatat setiap hari jumlah kejadian infeksi karena jarum infus dan jumlah seluruh infus yg terpasang.
2. Perawat/Petugas rawat inap melaporkan data yang sudah terkumpul setiap bulan kepada Kepala Keperawatan mengetahui Kepala Rawat Inap
3. Kepala Keperawatan bersama dengan Panitia Mutu menganalisis dan mengevaluasi secara berkala 3 bulan sekali secara terus menerus.
4. Hasil analisis dan evaluasi dilaporkan ke Direktur RS mengetahui Komite Medik, selanjutnya ditindaklanjuti.
5. Formula Angka Kejadian Infeksi Karena Jarum Infus (AIKJ) dari Juklak Indikator mutu pelayanan rumah sakit ( WHO-Dirjen Yan Medik Depkes 2001) adalah :
AIKJ = Banyaknya kejadian infeksi kulit krn jarum infus/bln X 100 % Total kejadian pemasangan infus pada bulan tersebut
UNIT
TERKAIT
1. Direktur RS2. Komite Medik3. Kepala Keperawatan4. Panitia Mutu5. Kepala Rawat Inap6. Perawat/Petugas Rawat Inap
DOKUMEN TERKAIT 1. Laporan jumlah kejadian infeksi karena jarum infus2. Laporan jumlah seluruh infus yang terpasang .
3. Hasil analisis dan evaluasi
RS ANNISA
KARAWACI
ANGKA INFEKSI LUKA OPERASI (AILO)
No. DokumenSOP/AKREDITASI/001
No.Revisi Halaman
1 / 1
TANGGAL TERBIT
16 Maret 2015 Ditetapkan oleh direktur
Dr. ADI CANDRA
PENGERTIAN
1. Angka Infeksi Luka Operasi (AILO) adalah Indikator pelayanan bedah untuk menghitung banyaknya infeksi luka operasi bersih, dan angka ini menunjukkan tinggi rendahnya mutu keperawatan/pelayanan bedah
2. Infeksi Luka Operasi adalah adanya infeksi nosokomial pada semua luka sayatan operasi bersih di rumah sakit dan ditandai oleh rasa panas (kalor), pengerasan(tumor), kemerahan (rubor), dan nanah (pus) dalam waktu 3 X 24 jam.
3. Operasi Bersih adalah semua jenis operasi yang tidak mengenai daerah yang dapat menyebabkan infeksi, misalnya daerah pencernaan, daerah ginjal, daerah saluran kencing, daerah mulut dan tenggorokan.
TUJUAN Sebagai acuan dalam penghitungan Angka Infeksi Luka Operasi di Rumah Sakit .
KEBIJAKAN Indikator klinik dikumpulkan, diolah dan dianalisis untuk digunakan sebagai evaluasi mutu pelayanan kesehatan.
PROSEDUR
1. Perawat/Petugas Kamar Operasi mencatat setiap hari jumlah infeksi luka operasi bersih dan jumlah operasi bersih yang dilaksanakan.
2. Perawat/Petugas Kamar Operasi melaporkan data yang sudah terkumpul setiap bulan kepada Kepala Kamar Operasi
3. Kepala Kamar Operasi bersama dengan Tim penilai (Panitia Mutu) menganalisis dan mengevaluasi secara berkala 3 (tiga) bulan sekali secara terus menerus.
4. Hasil analisis dan evaluasi dilaporkan ke Direktur RS mengetahui Komite Medik, selanjutnya ditindaklanjuti.
5. Formula Angka Infeksi Luka Operasi (AILO) dari Juklak Indikator mutu pelayanan rumah sakit ( WHO-Dirjen Yan Medik Depkes 2001) adalah :
AILO = Banyaknya Infeksi Luka Operasi Bersih/bln X 100 % Total Operasi Bersih pada bulan tersebut
UNIT
TERKAIT
1. Direktur RS2. Komite Medik3. Kepala Kamar Operasi4. Panitia Mutu5. Perawat/Petugas Kamar Operasi
DOKUMEN
TERKAIT
1. Laporan jumlah infeksi luka operasi bersih2. Laporan jumlah operasi bersih yang dilaksanakan3. Hasil analisis dan evaluasi