Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORANTEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“PERBANYAK VEGETATIF”
Asisten :Putri
Oleh :Nama : Ayu Apri Leli EmiNIM : 125040201111123Kelas : Q2Kelompok : Kamis, 11.00
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembiakan vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan
bagian tanaman itu sendiri (bagian-bagian vegetatif yakni akar, batang dan daun) tanpa
melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman induk dapat dipertahankan dan diturunkan
ke tanaman anakan (Tambing, 2008.). Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu
cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian
tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan
tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut
tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah
merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman
sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah dan buatan.
Perbanyakan vegetative buatan dengan cara adanya bantuan manusia conttoh cangkok, grafting,
okulasi dan lain- lain. Perbanyakan alami yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan
atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur
tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas,
umbi, rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan
secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji
dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia.
Jadi perbanyakan vegetatis diperlukan saat tanaman tidak dapat berkembangbiak dengan
caraa generatif.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara perbanyakan veegetatif yang benar dan perkembangannya.
Mengetahui macam-macam perbanyakan vegetative
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbanyakan Vegetatif Alami
2.1.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Alami
Perbanyakan vegetatif secara alami adalah perbanyakan tumbuhan yang terjadi tanpa
bantuan tangan manusia (Sukendro, 2010)
Perbanyakan vegetatif alami, yaitu perbanyakan vegetatif dimana mengambil bahan
tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman
(bagian generatif) dan sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya
(Adinugraha, 2007).
2.1.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Alami (Penjelasan + Gambar)
a. Anakan/ Tunas
Hasil pembiakan vegetatif induk yang berkembang sendiri yang tumbuh di dekat tanaman
induk. contoh pisang, pakis haji, tebu, bamboo, palem, dan nanas (Andi, 1995.)
Gambar 1. Tunas tanaman pisang (Hari. 2013)
b. Buld /Umbi Lapis
Bahan tanam yang terdiri dari suatu batang yang pipih dan pendek berbentuk cawan
dikelilingi sisik yang merupakan struktur seperti daun berdaging, sisik ini menutupi tunas
(titik tumbuh). Contoh tanamannya bawang merah, bawang putih, bawang daun, buanga tulip
dan bunga bakung.( Ashari, 1995)
Gambar 2. Umbi lapis pada bawang merah (Hari. 2013.)
c.Tuber/ Umbi Batang
Batang yang mempunyai daging tebal yang terdapat di dalam tanah dan mengandung
beberapa mata tunas. Contoh tanaman umbi batang kentang, gladiol, bunga coklat. (Ashari, S.
1996)
Gambar 3. Umbi batang pada kentang (Hari. 2013)
d. Corm
Pangkal batang yang membengkok dan memadat serta mengandung cadangan makanan.
Pada dasarnya cormus terdapat subang tempat tumbuhnya akar sedangkan di bagian atasnya
(ujung) terdapat mata tunas.Contoh tanaman Pisang, gladiol, dll. (Rahardja, P.C. 2003)
Gambar 4. Corm (Rahardja, P.C. 2003)
e. Runner/ Stolon
Batang yang menebal dan tumbuh secara horizontal sepanjang atau tumbuh di bawah
permukaan tanah dan pada interval tertentu memunculkan tunas ke permukaan tanah.
Tanaman geragih dipermukaan tanah (stolon) seperti semanggi, Stroberi, colocasia dan arbei.
Sedangkan contoh tanaman geragih dibawah permukaan tanah (runner) antara lain rumput
teki, pegagan dan rumput pantai (Rochiman, K., dan S. S. Harjadi, 1974)
Gambar 5. a. stolon, b. runner pada rumput teki dan pegagan (Rochiman, K., dan S. S.
Harjadi, 1974)
f. Spora
Perbanyakan vegetative dengan cara tanaman induk mengeluarkan spora yang merupakan
bakal tanaman baru. Contoh tanaman antara lain tanaman paku, jamur, dan alga coklat (Hari,
2013)
Gambar 6. Spora pada tanaman paku (Hari, 2013)
g. Membelah Diri
Perbanyakan vegetatif dengan cara tanaman membelah dirinya untuk menghasilkan
tanaman baru. Contoh tanaman adalah ganggang hijau (Sukendro, Andi, 2010)
Gambar 7. Membelah diri pada ganggang hijau (Hari, 2013)
h. Rhizome (Akar Tinggang/ Akar Rimpang)
Akar rimpang yang memiliki mata tunas baru dan tiap mata tunas akan membengkok
sebagai cadangan energi.Contoh tanaman jahe, kunyit, kencur, lengkuas, lidah mertua
(Sukendro, Andi, 2010 )
Gambar 8. Rhizome pada jahe (Hari, 2013)
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman Secara
Vegetatif Alami
a. Faktor Intern :
Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban
tinggi)
ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas)
b. Faktor Ekstern:
suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi)
kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi)
cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang tidak
banyak, maka perlu diberi naungan)
jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan
tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga
menyebabkan kebusukan)
(Rochiman, K., dan S. S. Harjadi, 1974)
2.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan
2.2.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan
Perbanyakan vegetatiif buatan adalah perbanyakan tanaman yang tidak terjadi secara
alami, melainkan dibuat disengaja dengan campuran tangan manusia dengan tujuan
untuk mendapatkan tanaman baru secara cepat, cara ini merupakan cara yang tepat
untuk menghasilkan anakan dari tanaman (Riodevriza, 2010)
Perbanyakan vegetative buatan Sekumpulan teknik untuk menghasilkan individu baru
tanpa melalui perkawinan tetapi dengan bantuan manusia (Mangoendidjojo, W, 2003).
Way through vegetative reproduction (without mating), which does not occur naturally
but was made or occurred accidentally by humans.
“Cara reproduksi secara vegetatif (tanpa kawin) yang tidak terjadi secara alami
melainkan dibuat atau disengaja terjadi oleh manusia” (Ashari, S, 1996).
2.2.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Buatan (Penjelasan + Gambar)
a. Okulasi
okulasi adalah perbanyakan vegetative dengan cara menempelkan dari satu tumbuhan ke
tumbuhan lain yang masih sejenis. Contoh Mangga, durian, rambutan, sirsak, alpukat, jambu
biji, dll. Tujuannya untuk menggabungkan dua sufat baik pada tumbuhan, sehingga
tanaman baru memiliki sifat yang unggul. Menurut Hamid, N. Yusran (2011) ada
beberapa rahasia yang bisa mempengaruhi keberhasilan okulasi agar sukses dalam
mengokulasi tanaman buah :
a. Ketepatan memilih mata tunas yang akan ditempel merupakan salah satu kunci
keberhasilan okulasi. Mata tunas yang dipilih harus yang berpotensi tumbuh. Ciri-
cirinya pada tanaman buah, pilih mata tunas yang sudah keluar tunas kecil.
Sementara untuk tanaman lain, disarankan mata tunas yang sama sekali belum
bertunas. Untuk tanaman buah sering di akali dengan cara
perompesan/pelerengan. Caranya dengan pangkas habis daun pada pucuk pohon
mangga. Perompesan daun akan memacu tumbuhnya tunas baru. Tunas baru
itulah yang bisa dipakai.
b. Perhatikan juga cara membuat sayatan batang induk dan batang atas. Kayu dari
pohon induk tak boleh tersayat. Bahkan kambium, semacam lendir licin yang
menempel pada kayu induk tak boleh hilang. Soalnya kambium berfungsi untuk
lalu-lintas makanan dari daun ke tubuh tanaman. Kalau kambium hilang suplai
makanan ke mata tempel tidak ada. Tunas baru pun tidak bakal tumbuh. Tak
boleh ada kayu yang tertinggal di kulit mata tempel. Supaya mudah dalam
membuat sayatan, potong cabang yang akan diambil mata tempelnya. Siapkan
dulu mata tempel dari cabang atas. Baru kemudian sayat pohon induk. Tujuannya
agar kambium tidak kering. Pakailah pisau yang tajam dan steril supaya hasil
sayatannya rapi dan higienis.
c. Mengikat mata tempel juga tidak boleh sembarangan. Ikatan harus rapat sampai
angin tak bisa masuk ke tempelan. Harus pas, tidak boleh terlalu kencang tidak
juga terlalu longgar. Kulit mata tunas menempel dengan sempurna sudah cukup.
Kalau terlalu kencang, bisa tercekik. Mata tunas boleh ikut ditutup, boleh juga
tidak ditutup. Mata tunas yang ditutup punya kelebihan. Gangguan dari luar,
terutama air tidak bisa masuk. Tapi ikatan pada mata tunas tak boleh kencang.
Supaya tunas bisa tumbuh. Kalau mata tunas tidak ditutup harus dipastikan air
tidak menyentuh tempelan. Soalnya, entres bisa busuk kalau kena air.
d. Sewaktu melakukan okulasi, kerja harus cepat. Sayatan di pohon induk tidak
boleh terlalu lama di udara terbuka. Begitu juga dengan sayatan mata tempel.
Kalau terlalu lama kambium pada kayu bisa kering. Agar kerja bisa cepat dan tak
terganggu, sebaiknya siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan terlebih
dahulu.
Gambar 9. Okulasi (Noggle,J.J and G.S.Fritz,1979).
b. Grafting
Grafting merupakan perbanyakan vegetative yang menggunakan batang atas
batang bawah yang berbeda sedemikian rupa sehingga terjadi persenyawaan (bergabung).
Kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Seni Grafting digemari sejak
abad ke-15. Contoh Mangga, durian, rambutan, sirsak, alpukat, jambu biji, dll (Noggle,J.J and
G.S.Fritz,1979).
Gambar 10. Grafting (Noggle,J.J and G.S.Fritz,1979).
c. Kultur Jaringan
Kultur jaringan yaitu perbanyakkan tanaman yang dilakukan dengan cara
mengambil jaringan tanaman (tunas, daun, akar) dan dikembangkan dalam media khusus.
Contoh Pisang, anggrek, krisan, tebu, kelapa sawit, dll. (Rahardja, P.C, 2003)
Gambar 11. Kultur jaringan (Hari 2013)
d. Cangkok
Cangkok adalah perbanyakan dengan cara menguliti suatu bagian batang tanaman
yang ada, kemudian dibungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh, kemudian dipotong
dan ditanam pada media tanam yang lain. Keunggulan tanaman hasil cangkok yaitu
memiliki sifat yang sama dengan tanaman induknya, namun kelemahan tanaman hasil
cangkok yaitu sistem perakaran yang tidak kuat karena tidak memiliki akar tunggang
(Wudianto, R, 1998).
Gambar 12. Cangkok (Rochiman, K., dan S. S. Harjadi. 1974)
e. Sambung Pucuk (Enten)
Sambung pucuk adalah proses menyambung pucuk atas tanaman dengan batang
bawah suatu tumbuhan sejenis. Tujuan menggabungkan dua sifat baik pada tumbuhan
sehingga dapat menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas baik dari sifat tersebut.
Salah satu bibit klonal (bibit yang diperbanyak secara vegetative) tanaman buah yang
sering dibuat oleh penangkar bibit adalah bibit sambung pucuk, yaitu bibit yang dibuat
dengan cara menyisipkan entres batang atas dari pohon indukan terpilih ke batang bawah
lokal yang dipotong pada ketinggian tertentu dan dibelah pada bagian tengah atau bagian
samping batangnya. Batang bawah biasanya merupakan bibit yang ditanam dari biji
(seedling).
Beberapa alasan mengapa bibit tanaman buah dibuat dengan cara sambung pucuk
(cleft grafting / top grafting) karena lebih mudah dilakukan saat batang bawah berumur
masih cukup muda tanpa perlu menunggu batang bawah berumur cukup tua sehingga
lebih efisien dari sisi waktu penyiapan batang bawah (root stock), pertumbuhan entres
yang relatif lebih cepat dibanding cara okulasi (tempel mata), lebih efisien dalam
pemanfaatan jumlah entres dibanding bibit sambung susuan, dan pertumbuhan bibit yang
lebih vigor dibanding bibit okulasi pada kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman yang
sama, berikut cara dan langkah-langkah untuk melakukan perbanyakan vegetatif buatan
sambung pucuk (Saefudin, 2009).
Gambar 13. Sambung pucuk (Hari, 2013)
f. Runduk
Runduk adalah mengerat sedikit cabang suatu tanaman kemudian merundukkan
ke dalam tanah. Ini dapat dilakukan pada tanaman yang memiliki cabang yang panjang
dan lentur (Rahardja, P.C, 2003).
Gambar 14. Runduk (Hari, 2013)
2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman Secara
Vegetatif Buatan
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan
menurut (Wudianto, R,1998):
a. Suhu/ temperatur lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,
reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan
adalah antara 22℃sampai dengan 27℃. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas
normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti.
b. Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan.
Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat
mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada
pembentukan sel yang lebih cepat.
c. Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis
(khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari,
maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warnatanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi).
Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
d. Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan
dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon
giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan
pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.
BAB III
METODELOGI
3.1 Alat, Bahan, Fungsi Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat
Pisau/ kater : untuk memotong bahan
Plastik es : untuk mengikat dan menyungkup bahan
Polibag dan bak tanam: untuk tempat menanam
Label : untuk memberi nama dan keterangan kelompok praktikum pada
bahan
3.1.2 Bahan
Bawang merah : bahan umbi lapis
Kentang banyak terdapat mata tunas : bahan umbi batang
Daun Zamia kolkas : bahan stek daun
Tanaman Krisan : bahan stek batang
Tanaman Mawar : bahan okulasi
Tanaman Bougenvil : bahan grafting
Alkohol : untuk mensterilkan pisau/ kater
Rootone-F atau Atonik : sebagai ZPT agar mempercepat pertumbuhan yang
diberikan untuk umbi lapis, umbi batang, stek
batang, dan stek daun.
3.2 Lembar pengamatan
3.2.1 Umbi lapis
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
Perlakuan bawang merah dipotong 13 bagian
1Saat munculnya
tunashst
2 Jumlah tunas - - - - - - - -
3 Tinggi tanaman (cm) - - - - - - - -
Perlakuan penanaman menggunakan bawang merah tanpa dipotong
1Saat munculnya
tunashst
2 Jumlah tunas - 3 3 3 3 3 3 3
3 Tinggi tanaman (cm) - 7 25 29 33 35 37 40
3.2.2 Umbi batang
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Saat munculnya
tunas
hst
2 Persentase tumbuh
(%)
%
3 Jumlah tunas - - - - - - - -
4 Tinggi tanaman
(cm)
0 0 0 0 0 0 0 0
3.2.3 Stek daun
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
Perlakuan menggunakan 12 bagian daun
1 Saat munculnya
tunas
………. Hst
2 Jumlah tunas - - - - - - - -
3 Persentase tanaman
hidup (%)
0 0 0 0 0 0 0 0
Perlakuan menggunakan daun utuh
1 Saat munculnya
tunas
………. Hst
2 Jumlah tunas - - - - - - - -
3 Persentase tanaman
hidup (%)
0 0 0 0 0 0 0 0
.
3.2.4 Stek batang
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
Perlakuan menggunakan batang atas
1 Saat munculnya
tunas
………. Hst
2 Jumlah tunas - - - - - - - -
3 Persentase tanaman
hidup (%)
0 0 0 0 0 0 0 0
Perlakuan menggunakan batang tengah
1 Saat munculnya
tunas
………. Hst
2 Jumlah tunas - - - - - - - -
3 Persentase tanaman
hidup (%)
0 0 0 0 0 0 0 0
Perlakuan menggunakan batang bawah
1 Saat munculnya
tunas
………. Hst
2 Jumlah tunas - - - - - - - -
3 Persentase tanaman
hidup (%)
0 0 0 0 0 0 0 0
3.2.5 Okulasi
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Persentase tumbuh
(%)
………. %
2 Panjang tunas - - - - - - - -
3 Warna tunas - - - - - - - -
3.2.6 Grafting
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Saat munculnya
tunas
………. Hst
2 Persentase tumbuh
(%)
………. %
3 Warna batang - - - - - - - -
4 Diameter batang
(cm)
- - - - - - - -
3.3 Dokumentasi
7 hst
14 hst
21 hst
28 hst
35 hst
42 hst
49 hst
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum pada umbi lapis. perlakuan menggunakan bahan bawang merah
yang dilakukan pemotongan menjadi 1/3 bagian memiliki hasil pengamatan tidak tumbuh dari
minggu ke 1-8. Sedangakan penanaman dengan bawang merah yang utuh tanpa dipotong hasil
tumbuh memiliki 3 tunas dari minggu ke 1- 8, dan minggu ke-2 tinggi 7 cm, minggu ke-3 tinggi
25 cm, minggu ke-4 tinggi 29 cm, minggu ke-5 tinggi 33 cm, minggu ke-6 tinggi 35 cm, minggu
ke-7 tinggi 37 cm, dan minggu ke-8 tinggi 40 cm. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhannya
bagus yang tanpa dipotong karena dari hasil pertumbuhannya yang selalu mengalami
peningkatan. Bawang merah yang dipotong menjadi 1/3 bagian tidak tumbuh karena struktur
rusak sehingga tidak dapat tumbuh. Menurut (Ashari, 1995) Bagaian pucuk rusak maka
pertumbuhan akan terganggu bahakan mati tidak tumbuh. Jadi pernyataan ini membuktikan
bahwa yang ditanam utuh lebih baik dari pada yang dipotong menjadi 1/3 bagian.
Umbi batang mengunakan kentang yang diambil mata tunasnya untuk ditanam. Selama
pengamatan minggu pertama hingga minggu kedelapan hasilnya 0 yang berarti tanaman tidak
tumbuh. Disebabkan kentang tersebut ditanam belum masak fisiologis. Dan dari faktor luar
disebabkan karena kuarang rajinnya ddalam penyiraman sehingga kuangnya air menyebabkan
tanaman terganggu dan tidak tumbuh. Menurut (Rochiman, 1974) Suhu, kelembapan dan cahaya
sangat mempengaruhi. Bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi, pada awal masa tanam
dibutuhkan kelembaban yang tinggi dan pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan
cahaya yang tidak banyak, maka perlu diberi naungan. jadi umbi batang menggunakan kentang
tidak tumbuh karena sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, dan cahaya.
Stek daun menggunakan daun Zamia kolkas. Perlakuan daun dipotong ½ bagian dan
ditanam utuh. Didapatkan hasil 0 yang artinya semua tidak tumbuh dari ke dua perlakuan. Hal ini
disebabkan kurangnya air yang diberikan dan temperatur lingkungan panas sehingga membuat
tanah mudah kering dan keleembapan tidak terjaga. Sehingga membuat tidak tumbuh. Menurut
(Wudianto, 1998) Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh
kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan
adalah antara 22℃sampai dengan 27℃. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal
tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. jadi terbukti bahwa
penanaman stek daun sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti suhu lingkungan sekita
dan kelembapan.
Stek batang menggunakan tanaaman krisan. Menggunan tiga jenis perlakuan yang
pertama menggunakan batang atas, batang tengah dan batang bawah. Dari ketiga jenis perlakuan
ddiddapaatkan hasil tidak tumbuh semua. Hal ini disebabkan kurangnya penyiraman dan
temperature lingkkungan yang terlalu tinggi hingga membuat tanah kering sehingga kelembapan
tidak dapat terjaga. Menurut (Rochiman, 1974) Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi
pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi
tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan
yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat. jadi hal ini membuktikan bahwa
kelembapan sangat mempengaruhi stek batang.
Okulasi menggunakan tanaman mawar. Diddapatkan hasil tidak tumbuh tunas. Hal ini
disebabkan kurang sterilnya pisau yang digunakan dan terlalu lama bagian batang yang sudah
dipotong tidak segera tertempel dengan tepat. Sehingga getah kering dan juga karena kurang
menempelnya batang dua batang mawar dengan tepat. Menurut ( Hamid, 2011) ada beberapa
yang harus diperhatikan dalam okulasi yang sangat mempengaruhi keberhasila okulasi Ketepatan
memilih mata tunas yang akan ditempel merupakan salah satu kunci keberhasilan okulasi. Mata
tunas yang dipilih harus yang berpotensi tumbuh. Perhatikan juga cara membuat sayatan batang
induk dan batang atas. Kayu dari pohon induk tak boleh tersayat dan Mengikat mata tempel juga
tidak boleh sembarangan. Jadi okulasi sangat dipengaruhi oleh keahlian pelakuanya.
Grafting menggunakan tanaman bougenvil. Didapatkan hasil tidak tumbuh tunas baru.
Hal ini disebabkan kurang menempel dengan tepat antar dua batang. Menurut (Rahardja, 2003)
Kurang tepatnya mengikat mata tempel tidak boleh sembarangan dan harus tepat karena dapat
membuat grafting gagal. jadi Jadi grafting hamper sama seperti okulasi yang sangat dipengaruhi
oleh keahlian pelakuanya.
BAB V
KESIMPULAN
Penanaman umbi lapis menggunakan bawang merah pertumbuhannya bagus yang tanpa
dipotong karena dari hasil pertumbuhannya yang selalu mengalami peningkatan. Bawang merah
yang dipotong menjadi 1/3 bagian tidak tumbuh karena struktur rusak sehingga tidak dapat
tumbuh.
Umbi batang menggunakan kentang tidak tumbuh karena sangat dipengaruhi oleh suhu,
kelembapan, dan cahaya. Stek daun hasil praktikum hasil tidak ada yang tumbuh karena
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti suhu lingkungan sekita dan kelembapan. Stek batang
hasil tidak tumbuh karena sangat dipengaruhi kelembapan sangat mempengaruhi stek batang.
Okulasi hasil tidak tumbuh tunas karena kurang tepatan memilih mata tunas yang akan
ditempel merupakan salah satu kunci keberhasilan okulasi. Grafting hasil praktikum tidak
tumbuh karena kurang tepatnya mengikat mata tempel tidak boleh sembarangan dan harus tepat
karena dapat membuat grafting gagal.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha. 2007. Teknik Pembibitan Dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias. Gramedia: Bogor.
Andi. 1995. Biologi 3 SMA/ MA kelas XII. Gramedia: Jakarta
Ashari, S. 1996. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Ashari. 1995. Biologi 3 SMA/ MA kelas XII. Yudhistira: Jakarta
Hamid, N. Yusran. 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk Manis Pada Berbagai Perbandingan Pupuk Kandang. Jurnal Media Litbang Sulteng Vol IV (2) : 97 – 104.
Hari. 2013. Definisi perbanyakan tanaman secara vegetative. http://sebuah-sepet.blogspot.com/2013/03/definisi-perbanyakan-tanaman-secara.html
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Noggle,J.J and G.S.Fritz.1979. Introductory Plant Physiology. Prentice Hall Inc. New Jersey.
Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka: Surabaya
Riodevriza. 2010. Pengaruh Umur Pohon Induk Terhadap Keberhasilan Stek dan Sambungan Shorea selanica BI. Skripsi S1 Fakultas Kehutanan IPB: Bogor.
Rochiman, K., dan S. S. Harjadi. 1974. Pembiakan vegetatif pengantar agronomi. IPB Press: Bogor
Saefudin. 2009. Kesiapan Teknologi Sambung Pucuk Dalam Penyediaan Bahan Tanaman Jambu Mete. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri. Vol. 1(7) : 150 – 155.
Sukendro, Andi. 2010. Study of Vegetative Propagation on Intsia bijuga (Colebr.) O.K. with Grafting. Journal Silvikultur Tropika. Vol. 24(7): 6 – 10.
Tambing, Y. 2008. Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk Pada Mangga Dengan Waktu Penyambungan Dan Panjang Entris Berbeda. Jurnal Agroland. Vol. 15 (4) : 296 – 301.
Wudianto, R.1998. Membuat Stek, Cangkok, Dan Okulasi. Penebar Swadaya: Jakarta.