Upload
danglien
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
AKTIVITAS DAKWAH KH. MAHRUS AMIN DI PONDOK
PESANTREN DARUNNAJAH JAKARTA SELATAN
Oleh :
LILIS NURCHOLISOH NIM : 104051001832
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
AKTIVITAS DAKWAH KH. MAHRUS AMIN DI PONDOK
PESANTREN DARUNNAJAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
(S.Sos.I)
Oleh :
LILIS NURCHOLISOH NIM : 104051001832
Di bawah Bimbingan :
Drs. Wahidin Saputra, MA
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008
ABSTRAK
Aktivitas Dakwah KH. Machrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah
Jakarta
Dakwah Islamiyah merupakan kewajiban yang harus dijalankan setiap umat Islam, termasuk salah satunya adalah seorang kyai. Dakwah merupakan keharusan dalam rangka mengembangkan agama Islam. Dari penjelasan dakwah ada satu fenomena tentang keberadaan kyai dengan berbagai aktivitas dakwahnya di pondok pesantren.
Seseorang yang ingin mengembangkan ajaran Isam tentu ia harus melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat membantu tercapainya keinginan tersebut. Kegiatan yang dilakukan seorang kyai merupak agen perubahan social masyarakat menuju tatanan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dilakukan oleh seorang kyai dengan mengajak manusia untuk mengikuti jalan Allah melalui ajaran dakwah yang ia lakukan, salah satunya adalah dengan berbagai aktivitas dakwahnya di pondok pesantren darunnajah.
Penelitian ini ingin mengetahui seperti apa bentuk-bentuk Aktivitas akwah KH. Machrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah dan bagaimana pengaruh dakwah KH. Mahrus Amin terhadap masyarakat. Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa upaya yang dilakukan KH. Machrus Amin adalah dengan mengadakan berbagai kegiatan dakwah seperti pengajian ruti, baik harian dan mingguan, mengadakan peringatan mauled Nabi Muhammad saw, dan mengadakan kegiatan Ramadhan. Pengaruh aktivitas dakwah KH. Mahrus Amin terhadap peningkatan keagamaan masyarakat dapat dikatakan semakin baik dan ada peningkatan untuk memahami ajaran Islam. Mayarakat yang mendalami matri yang diberikandi tempat aktivitas dakwah maka akan semakin mengerti untuk melaksanakan sesuai yang diperintahkan.
Dari upaya-upaya yang dilakukan KH. Machrus Amin dengan mengadakan berbagai kegiatan, dakwah Islamiyahnya dapat berjalan baik sehingga bisa dikatakan cukup berhasil. Keberhasilan yang dirasakan ini karena ada beberapa factor pendukung meskipun ada pula beberapa factor penghambat dan penduung yang dialami. Dari kemajuan dan kemunduran yang terjadi seperti inilah maka seorang juru dakwah dalam menjalankan aktivitas dakwah Islamiyah yang menghadapi segala sesuatu yang terjadi karena semua itu merupakan tantangan demi perjuangannya dalam mensyiarkan ajaran Islam.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, Dialah Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh pengikutnya
yang senantiasa istiqamah dalam mengikuti dan memegang teguh ajarannya.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
banyak mengalami kesulitan, hambatan dan gangguan hingga terkadang rasa
putus asa selalu dirasakan. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan
pengarahan yang sangat berharga dari berbagi pihak akhirnya skripsi dapat
terselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk
menyampaikan rasa terima kasih dan pengharaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Murodi, MA., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak. Drs. Arief Subhan, MA., selaku Pembantu Dekan Bidang
Akademik. Bapak. Drs. H Mahmud Djalal, MA. Selaku Dekan Bidang
Administrasi Umum dan Keuangan. Bapak Ds. Study Rizal LK, MA.,
selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan dorongan dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Ibu Umy Musyarrofah, MA., selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberi semangat penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan.
Dan Seluruh staf dan karyawan perpustakaan utama dan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi yang telah memberikan pelayanan dengan baik kepada
penulis.
4. Bapak KH. Mahrus Amin selaku pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah
Jakarta Selatan yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan
dalam memberikan informasi selama penyusunan skripsi ini.
5. Ayahanda Tercinta Drs. H. Abdullah Rahman, MM., dan Ibunda HJ. Siti
Rumbiyah, aku sayang kalian. Terima kasih atas segala jasa dan do’amu,
penulis bahagia memiliki orang tua yang selalu memberikan dukungan
yang tulus dan sangat berharga untuk penulis demi keberhasilan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Adik-adikku tercinta, Laily Kamaliyah, Fitrah Awaluddin, Ahmad Fauzan
Muslim, Tarich Kamil El-Islami Aziz, yang selalu memberikan semangat
dan do’anya.
7. Sahabat-sahabatku tersayang, Hetty, Nia, Intan, Iskandar, Ayus, Renal,
Ray, Kartika yang telah menemaniku selama 4 tahun dan telah
memberikan semangat dan dukungan. Terima kasih, penulis takkan
lupakan kalian dalam waktu susah maupun senang.
8. Teman-temanku Willy, Lutvi, Ewin, Adnan Jaka, Badru Terima kasih
kawanku, kalian penghibur kesedihanku, semoga Allah selalu menyertai
kita semua. Sukses selalu buat kalian.
9. Tyo Zulfan Amri, terima kasih telah memotivasi ku untuk menyelesaikan
skripsi ini dengan secepatnya.
11. Teman-teman KPI C Angkatan 2004 yang selalu membantu penulis dalam
berbagi pengalaman, bertukar fikiran dan juga saling memotivasi, semoga
ukhuwah ini akan selalu terjalin selamanya. I LOVE U ALL…
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis panjatkan do’a, semoga
dengan ilmu yang penulis miliki, dapat penulis amalkan dalam kehidupan dengan
sebaik-baiknya. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini, semoga Allah selalu memberikan balasan yang setimpal. Amin….
Jakarta, April 2008 M
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ v
BAB I : PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Peneitian ........................................... 4
D. Metode Penelitian .............................................................. 5
E. Sistematika Penulisan ........................................................ 7
BAB II : LANDASAN TEORITIS ....................................................... 8
A. Pengertian Aktivitas ........................................................... 8
B. Kyai .................................................................................... 9
C. Pengertian dan Unsur-Unsur Dakwah................................ 11
D. Bentuk-Bentuk Dakwah..................................................... 26
E. Pondok Pesantren............................................................... 28
1. Pengertian Pondok Pesantren....................................... 28
2. Fungsi Pondok Pesantren ............................................. 28
BAB III : PROFIL KH. MAHRUS AMIN DAN GAMBARAN
UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH
JAKARTA .............................................................................. 30
A. Profil KH. Mahrus Amin ................................................... 30
1. Riwayat Hidup ............................................................. 30
2. Pendidikan.................................................................... 31
3. Karya-Karya KH. Mahrus Amin.................................. 32
B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta . 32
1. Sejarah Berdirinya........................................................ 35
2. Visi Misi Pondok Pesantren ......................................... 35
BAB IV : AKTIVITAS DAKWAH KH. MAHRUS AMIN DI
PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH..........................
A. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah KH. Mahrus Amin...... 37
1. Bidang Dakwah............................................................ 38
2. Bidang Sosial ............................................................... 39
3. Bidang Pendidikan ....................................................... 41
B. Pengaruh Dakwah KH. Machrus Amin ............................ 43
BAB V : PENUTUP............................................................................... 46
A. Kesimpulan ........................................................................ 46
B. Penutup............................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 48
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan suatu aktifitas yang mulia, ia menjadi kewajiban
bagi setiap umat, dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang Islam
dan mengajak orang lain agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang
mencerminkan nilai-nilai Islam.1 penyebarluasan ajaran Islam ke seluruh
aspek kehidupan bukanlah bergantung kepada misi tertentu akan tetapi setiap
orang Islam yang telah mengetahui akan seruan Islam (agama) sudah
mepunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah, bersamaan dengan laju
dan perkembangan zaman. Dakwah harus mampu mengkondisikan dengan
sasaran yang dapat dilihat dari berbagai aspeknya, antara lain : kondisi sosial,
ekonomi, budaya dan ideologi yang diyakininya, bahkan tidak hanya itu,
suksesnya perubahan dakwah yakni terlihatnya perubahan sasaran (mad’u),
terutama didalam peningkatan pengalaman keagamaan, baik yang bersifat
mahdhoh atau ghairu mahdhah, itulah tujuan dari dakwah.
Kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka para pelaksana dakwah
(subyek) sebagai bagian terpenting dalam proses dakwah harus benar-benar
1 Ismah Salman, Strategi Dawah di Era Millenium, Jurnal Kajian Dakwah dan Budaya,
(Jakarta :UIN Syahid,2004), h.3
professional. Kata professional disini paling tidak memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Mengetahui dan memahami hal-hal yang berkenaan dengan pengetahan
agama Islam.
2. Meresapi dan menghayati ajaran-ajaran agama Islam.
3. Setia mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan dapat menyajikan kepada
umat Islam yang baik.
Sementara itu, hal lainnya yang juga perlu mendapat perhatian agar
dakwah Islam dapat menyebar dengan baik adalah dengan mengetahui secara
tepat kepada siapa dakwah itu ditujukan karena setiap manusia itu tidaklah
sama, baik dari segi usia, tingkat kecerdasan, status sosialnya dalam
masyarakat. Dan dalam banyak hal lainya, yang kesemua ini menuntut agar
penyeru dakwah arif akan siapa yang dihadapi dan dengan cara bagaimana ia
harus menghadapinya sehingga apa yang ia serukan dapat diterima dengan
baik.2
Dakwah merupakan suatu keharusan dalam rangka mengembangkan
agama. Dakwah harus dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman
sekarang yang sudah maju dalam hal teknologi maupun ilmu pengetahuan.
Sebab aktivitas dakwah yang maju akan membawa pengaruh terhadap
pengajuan agama dan sebaliknya aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat
pada kemunduran agama. Karena adanya hubungan timbal balik seperti itu
2 Andi Darmawan, dkk, Metodologi ilmu Dakwah, (Yogyakarta:LESFI,2002)hal Xiii
maka, dapat dimengerti jika Islam meletakkan kewajiban dakwah diatas setiap
pemeluknya.
Bertolak dari penjelasan tentang pelaksanaan dakwah tadi, ada satu
fenomena yang harus dicermati dan diperhatikan tentang keberadaan kyai
dengan berbagai aktifitas dakwahnya di pondok pesantren. Keberadaan kyai
ini memiliki tempat tersendiri, bukan saja menyampaikan dakwahnya, akan
tetapi ada hal lain yang membuat masyarakat setempat sangat
“mengagungkan” kyai, yaitu kesamaan paham keagamaan dan nilai
keberkahan.
Diantara peranan yang cukup penting dari seorang Kyai adalah sebagai
agen perubahan social masyarakat menuju tatanan kehidupan yang sesuai
dengan ajaran Islam. Hal ini dilakukan oleh seorang kyai dengan cara
mengajak manusia untuk mengikuti jalan Allah SWT melalui ajaran dakwah
yang ia lakukan, karena pada dasarnya dakwah adalah merupakan manifestasi
iman yang paling utama yang dimiliki seseorang. Sebab dakwah itu tidak lain
kecuali menunjukan jalan yang hak kepada segenap insan, menanamkan rasa
cinta kepada kebaikan dan benci kebatilan serta kejahatan, dan membawanya
keluar dari kebodohan serta kekalutan.3
Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta yang dipimpin oleh KH. Mahrus
Amin ini merupakan sarana dakwah Islamiyah, eksistensi pondok pesantren
ini cukup dikenal luas di berbagai daerah jakarta maupun diluar jakarta.
Lembaga dakwah ini sudah lama didirikan. Adanya kyai yang yang dicintai,
3 Suherman Affandi, Faktor Kesuksesan Da’i (Risalah No. 6/XXXVIII,1990)
kegiatan-kegiatan rutin yang berdimensi ilahi dapat memberikan suasana baik
kepada para jamaahnya.
Atas dasar uraian diatas, maka penulis merasa terdorong untuk
mengadakan penelitian seputar kegiatan dakwahnya KH. Mahrus Amin di
Pondok Pesantren Darunnajah yang sudah cukup terkenal sehingga penulis
tertarik untuk mengangkat sebuah judul skripsi dengan judul “ Aktivitas
Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta
Selatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar skripsi ini lebih terarah, penulis merasa perlu membuat batasan
masalah yakni dengan menekankan pada peranan KH. Mahrus Amin dalam
dakwah Islamiyah melalui pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Seperti apa Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah KH. Mahrus Amin di
Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta ?
2. Materi Apa Saja yang disampaikan KH. Mahrus Amin dalam Berdakwah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian pada skripsi ini adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui lebih dekat lagi tentang Aktivitas dan bentuk-
bentuk aktivitas Dakwah yang dilakukan KH. Mahrus Amin di Pondok
Pesantren Darunnajah.
b. Untuk mengetahui metode Pelaksanaan Dakwah KH. Mahrus Amin Di
Pondok Pesantren Darunnajah.
2. Manfaat Penelitian :
a. Akademis
Dalam penulian skripsi ini diharapkan dapat berguna secara
akademis yaitu untuk menambah wawasan keilmuan dakwah,
khususnya tentang Aktivitas dakwah untuk menambah ilmu
pengetahuan, terutama di bidang dakwah dan komunikasi.
b. Praktis
a. Bagi penulis untuk mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
dan mengembangkan pemikiran yang berarti
b. Penelitian ini untuk memberikan kontribusi bagi praktisi dakwah,
berupa gambaran dakwah yang dilakukan oleh KH. Mahrus Amin.
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif, yaitu kegiatan penelitian yang pencarian faktanya dengan
mengembangkan teori-teori yang ada serta melakukan pengamatan langsung
di lapangan mengenai objek yang akan kita teliti.
Tujuan metode ini digunakan adalah untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor,
sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Disini penulis
menggunakan tekhnik-tekhnik sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data melalui studi kepustakaan dilakukan dengan cara
membaca, menelaah buku-buku, majalah, surat kabar dan bahan-bahan
informasi lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan skrpsi ini.
2. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan dan pencatatan dengan sistematika
fenomena yang diselidiki. Dengan metode ini penulis akan mengetahui
bagaimana Aktivitas Dakwah KH. Machrus Amin di Pondok Pesantren
Darunnajah Jakarta.
3. Interview atau Wawancara
Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara tanya jawab lisan maupun
lisan atau komunikasi verbal yang bertujuan untuk memperoleh
informasi.4 dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung dengan
orang-orang yang dianggap langsung dapat memberikan informasi tentang
objek yang diteliti yaitu KH. Mahrus Amin.
4. Dokumentasi
Dokumentasi, dari kata asalnya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melakukan dokumentasi, yang harus di teliti adalah
4 Roni Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Ghalia Indonesia,1985), cet.
Ke.3, h.63
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, majalah, dokumen dan
sumber tertulis lainnya.5 yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.
E. Sistematika Penulisan
Dalam sitematika penulisan skripsi ini, penulis akan menguraikannya
ke dalam beberapa bab sebagai berikut :
BAB I Memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Berisi tentang landasan teoritis yang menjelaskan mengenai
pengertian aktivitas, Pengertian Kyai, Pengertian dakwah dan
Bentuk-bentuk dakwah dan unsur-unsur dakwah, Pengertian
Pondok Pesantren dan fungsi Pondok Pesantren.
BAB III Memuat Profil KH. Machrus Amin, meliputi riwayat hidup dan
pendidikan dan karya-karya KH. Mahrus Amin, sejarah berdirinya
pondok pesantren, visi misi pondok pesantren.
BAB IV Aktivitas Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren
Darunnajah. Menjelaskan tentang bagaimana bentuk-bentuk
aktivitas dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren
Darunnajah serta metode pelaksanaan dakwah KH. Machrus Amin,
Faktor-faktor pendukung dan Penghambat.
BAB V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002) hal.135
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Aktivitas
Aktivitas dalam kamus besar Bahasa Indonesia, “ Aktivitas adalah
keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau biasa juga berarti kerja atau salah
satu kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi
atau lembaga.1
Sedangkan menurut kamus besar Ilmu Pengetahuan, kata aktivitas
berasal dari ling: Activity; lat: Activitus: aktif, bertindak, yaitu bertindak pada
diri setiap eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu,
dengan aktivitas menandai bahwa hubungan khusus manusia dengan dunia.
Manusia bertindak sebagai subjek, alam sebagai objek manusia mengalih
wujudkan dan mengolah alam. Berkat aktivitas atau kerjanya, manusia
mengangkat dirinya dari dunia dan bersifat khas sesuai cirri dan
kebutuhannya.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan, atau
kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan
tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena, menurut Samuel Soeitoe
sebenarnya, aktivitas bukan hanya sekadar kegiatan. Beliau mengatakan
1 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka,1990),cet. Ke-3,h.17
bahwa aktivitas, dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi
kebutuhan.2
Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi
pintar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus belajar
dengan cara bersekolah atau mengikuti majelis atau tempat-tempat ilmu,
membaca buku, berdiskusi, dan kegiatan-kegiatan lain. Ternyata untuk
memenuhi satu kebutuhan saja manusia harus melakukan berbagai aktivitas.
Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan hubungan interaksi
masyarakat yang Islami misalnya, tentu ia harus melakukan aktivitas-aktivitas
yang dapat membantu tercapainya keinginan tersebut. Seperti membaca buku-
buku keagamaan, mengikuti pengajian-pengajian, melakukan diskusi-diskusi
tentang keagamaan dan kemasyarakatan, mengkaji norma-norma ajaran Islam
tentang hubungan sesama manusia dan tak kalah pentingnya adalah
mengaplikasikan atau menerapkan ajaran atau ilmu yang telah didapatkan ke
dalam kehidupan yang nyata.
B. Kyai
Istilah kyai atau bindere, nun, ajengan dan guru adalah sebutan yang
semula diperuntukan bagi para ulama tradisional di pulau jawa. Walaupun
sekarang kyai sudah digunakan secara umum bagi semula ulama, baik
tradisional maupun modern, di pulau jawa.
2 Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan II. (Jakarta: FEUI,1982).h52
Kyai adalah sebagai pendakwah atau juru dakwah di lingkungan
pesantren ataupun majlis taklim, yang berarti sarjana muslim yang menguasai
bidang-bidang tauhid, fiqh dan juga sekaligus seorang ahli sufi. Kyai
merupakan unsur yang paling esensial dari suatu pesantren ataupun majlis
taklim, bahkan sering kali merupakan pendirinya.
Keberadaan kyai dalam lingkungan sebuah pesantren laksana jantung
bagi kehidupan manusia. Intensitas kyai memperlihatkan peran yang otoriter
disebabkan karena kyai lah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin
bahkan juga pemilik tunggal sebuah pesantren. Oleh sebab ketokohan kyai di
atas, banyak pesantren akhirnya bubar lantaran ditinggal wafatnya kyai.
Sementara kyai tidak memiliki keturunan yang dapt melanjutkan usahanya.
Kyai dapat juga dikatakan tokoh non-formal yang ucapan dan seluruh
perilakunya akan dicontoh oleh komunitas di sekitarnya. kyai berfungsi
sebagai sosok model atau teladan yang baik (uswah hasanah) tidak saja bagi
para santrinya, tetapi juga bagi seluruh komunitas di sekitar pesantren.
Dari penjabaran di atas, jelas terlihat suatu gambaran bahwa
kewibawaan kyai dan kedalaman ilmunya adalah modal utama bagi
berlangsungnya semua wewenang yang dijalankan. Hal ini memudahkan
berjalannya semua kebijakan pada masa itu, karena semua jama’ah taat kepada
kyai. Ia dikenal sebagai tokoh kunci, karena kata-kata dan keputusannya
dipegang teguh oleh pengikutnya.
Sebagai seorang juru dakwah, kyai tentunya harus memiliki kriteria
yang baik mengingat peran seorang kyai di masyarakat akan menjadi
pandangan dan dapat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Kriteria-
kriteria itu antara lain :
1. Iman dan takwa kepada allah
2. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan diri pribadi.
3. Ramah dan penuh pengertian
4. Tawadhu (rendah hati)
5. Sederhana dan jujur
6. Sabar dan tawakkal
7. Tidak memiliki penyakit hati.3
Dari kriteria-kriteria di atas, jadi seorang kyai harus bisa melaksanakan
peranannya dalam introspeksi, mengarahkan, menyimpulkan dan
menggerakkan mad’unya kepada suatu sikap tertentu untuk mencapai tujuan
yag telah ditentukan.
C. Dakwah Dan Unsur-unsurnya
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi perkataan dakwah berarti seruan, ajakan atau
panggilan.4 kata dakwah berasal dari kata da’aa – yad’uu – da’watan,
yang berarti menyeru, mengajak, memanggil atau mengundang.5
Dakwah dengan arti di atas dapat dilihat dalam ayat Al-Qur’an
seperti firman Allah SWT :
3 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-ikhlas,1983),h.99 4 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-1,
h. 31 5 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990), h.127
ا ممن دعا إلى الله وعمل صالحا وقال إنني ومن أحسن قول )33: الفصالت . (من المسلمين
Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri.
Berdasarkan ayat-ayat di atas dakwah merupakan suatu proses
penyampaian pesan-pesan tertentu berupa ajakan atau seruan dengan
tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Dakwah dalam pengertian ini masih bersifat umum dan luas.
Secara definitive dakwah Islam adalah mengajak dengan cara bijaksana
kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan di dunai dan akhirat sesuai dengan surat
An-Nahl ayat 125.6
Pengertian dakwah dari segi istilah terdapat beberapa pendapat, di
antara pendapat yang mashur adalah :
1. Syekh Ali Mahfuz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin,sebagaiman
dikutip oleh Abdul Rasyad Saleh, memberikan definisi dakwah
sebagai berikut : “Mendorong manusia agar berbuat kebaikan, menurut
petunjuk, menyeru kebaikan, melarang dari perbuatan munkar agar
mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat”.7
6 Toha Yahya Omar, ilmu Dakwah, (Jakarta : Wijaya,1971), h. 1 7 Abdul Rasyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), Cet.
Ke-3, h.8
2. Menurut Soedirman dalam bukunya Problematika Dakwah di
Indonesia, definisi dakwah adalah : “ Usaha untuk merealisasikan
ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik bagi
kehidupan seseorang maupun kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa
dan umat untuk memperoleh keridhaan Allah SWT.8
Dari beberapa pendapat dan definisi di atas meskipun terdapat
perbedaan dalam perumusan namun dapat diambil kesimpulan-kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dakwah merupakan penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang
dilakukan dengan sadar dan sengaja untuk mendorong manusia
menuju kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Aktivitas dakwah itu berupa :
a. Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau
memeluk agama Islam.
b. Amar Ma’ruf, menganjuran berbuat kebaikan dan pembangunan
masyarakat.
c. Nahi Munkar, melarang orang melakukan kejahatan yang
merugikan diri sendiri dan masyarakat.
3. Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mecapai
tujuan tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang
diridhai Allah SWT.
8 Soedirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, (Jakarta : Forum Dakwah, 1971),
h. 4
Dari ketiga kesimpulan tersebut menimbukan dua buah konotasi
yang berbeda namun saling terkait antara satu dengan yang lain, yaitu :
Pertama: Dakwah diterjemahkan atau diidntifikasikan dengan
ceramah, pidato, khutbah, tabligh, penyiaran agama dan lain sebagainya.
Kedua: dakwah diberi pengertian berbagai aktivitas muslim dalam
mengimplementasikan ajaran Islam pada berbagai aspek kehidupan baik
lahir maupun batin untuk kesejahteraan dan kebahagiaan (individu –
masyarakat) di dunia dan akhirat.
Pengertian pertama inilah yang banyak dipahami oleh masyarakat,
karena lewat jalur inilah transformasi ajaran Islam banyak digunakan.
Interpretasi di atas tidak bisa disalahkan tetapi mengharapkan perubahan
masyarakat tidak cukup hanya dengan ceramah dan khutbah saja,
bukankah Allah tida akan merubah kondisi suatu kaum (individu dan
komunitas masyarakat) tanpa adanya supaya kolektif yang sungguh-
sungguh dari masing-masing anggota masyarakat untuk merubahnya, di
sinilah urgensi persoalan dakwah yang haarus di garap secara totalitas dan
professional.
Paradigma yang telah melekat dikalangan masyarakat ini,
tampaknya hampir tidak pernah memberikan solusi konkrit terhadap
persoalan-persoalan yang semakin kompleks dan krusial di tengah-tengah
masyarakat, namun demikian dakwah verbal ini cukup berhasil dalam
memberikan informasi ajaran Islam.
Pemikiran kedua, dapat dilihat dalam konsep dakwah yang
dikemukakan oleh Muhammad Natsir yang memiliki pengertian yang
lebih luas bukan hanya menyeru dan menyuruh tetapi juga nahi munkar,
melarang orang melakukan tindakan yang tidak dibenaran oleg agama
Islam, pada prakteknya nahi munkar ini jauh lebih berat, lebih banyak
kritik kadang lebih keras dan bahkan sangat keras. Oleh karenanya
dibutuhkan dai-dai yang tegar dan segar yang tahu bagaimana berbicara
dan bersifat aktual dengan metode yang tepat, peka terhadap persoalan
konkrit, mempunyai pemahaman tentang Islam dan konteks-nya dengan
budaya bukan dengan mengulang informasi tentang halal-haram dan
dengan cara yang kaku dan penuh ancam.
Konsep dakwah kedua ini menyangkut dua hal yaitu komunikasi
dan perubahan social, dan tentunya membutuhkan strategi, teknik, metode
pendekatan yang tepat terkait dengan sarana dan prasarana yang
berhubungan dengan berbagai aspek sosial budaya kehidupan manusia.
Meskipun dalam pengertian umum dakwah berarti menyeru atau
mengajak, pada prakteknya, implementasi makna tersebut tidaklah mudah.
Faktor-faktor yang menghalangi atau merintangi dan cara penyeesaian
misi dakwah sangat kompleks dibanding dengan misi organisasi yang
berorientasi umum.
Dakwah tidak saja harus mengantisipasi perubahan lingkungan
yang ada. Dakwah memiliki dua dimensi yaitu dimensi dunia dan dimensi
akhirat, pembuktian kebenaran agama dan proses sosialisasinya dalam
masyarakat.
a. Unsur-unsur Dakwah
1. Da’i (Pelaku Dakwah)
Yang dimaksud Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah
baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu,
kelompok atau berbentuk lembaga. Da’I sering disebut kebanyakan orang
dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Akan
tetapi, sebagaiman telah disebutkan pada pembahasan dimuka tersebut
sebenarnya lebih sempit dari sebutan da’I yang sebenarnya.
Kata Da’i ini secara umum sering disebut dengan sebutan
Mubaligh (orang yang menyempurnakan ajaran Islam) namun sebenarnya
sebutan ini konotasinya sangat sepit karena masyarakat umum cenderung
mengartikan sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan
seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan
sebagainya.
Untuk mewujudkan seorang da’i yang professional yang mampu
memecahkan kondisi mad’unya sesuai dengan perkembangan dan
dinamika yang dihadapi oleh objek dakwah, ada beberapa criteria. Adapun
sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang da’i secara umum
adalah :
a. Mendalami Al-Qur’an dan sunnah dan sejarah kehidupan Rasul serta
khulafaurrasyidin.
b. Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi
c. Berani dalam mengungkapkan kebenaran kapan pun dan dimana pun
d. Ikhlas dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dakwah tanpa
tergiur oleh nikmat materi yang hanya sementara
e. Satu kata dengan perbuatan
f. Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri.
Karena pentingnya fungsi da’i ini, maka banyak al-qur’an dan
hadist yang memberikan sifat-sifat dan etika yang harus dimiliki da’I.
Quraish shihab menambahan bahwa dari masing-masng wahyu pertama al-
Qur’an telah terlihat dengan jelas prinsip-prinsp pokok yang digariskan al-
Qur’an bagi manusia pelaku dakwah, yaitu:
a. Da’i harus selalu membaca yang tertulis dan tertulis segala hal yang
berhubungan dengan masyarakatnya agar dakwahnya selalu segar dan
menyentuh, sesuai dengan ayat yang pertama kali turun.
b. Da’i harus siap mental megnhadapi situasi yang akan dialaminya.
c. Da’i harus memiliki sikap mental yang terpuji, sadar akan imbalan
yang akan didambakan dari upaya dakwah sesuai dengan surah al-
Mudatsir.9
2. Maddah (Materi Dakwah)
Unsur lain selalu ada dalam proses dakwah Maddah atau materi
dakwah. Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang
9 Quraish Shihab, Dakwah dalam Al-Qur’an As-Sunnah, (Jakarta:1992),h.3
disampaikan da’I pada mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang
menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.oleh karena itu,
membahas yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam
itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bias dijadikan
maddah dakwah itu pada garis besarnya adalah akidah, Syari’ah dan
Akhlak.
Karna luasnya ajaran Islam maka setiap Da’i harus selalu berusaha
dan terus menerus mempelajari dan menggali ajaran agama Islam serta
mencermati tentang situasi dan kondisi social mayarakat, sehingga materi
dakwah dapat dterima oleh objek dakwah dengan baik. Namun pada
dasarnya materi dakwah itu tergantung dengan dakwah yang hendak
dicapai. Materi dakwah sudah tentu prinsip-prinsip ajaran itu sendiri
mencakup ibadah, Sri’ah dan muamalah yang meliputi seluruh aspek
kehidupan didunia.
Dari semua materi dakwah yang disampaikan itu hendaknya
janganlah bersifat normativ seperti terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah,
tetapi harus juga bersifat empiris dan operasonal. Sehingga materi dakwah
yang disampaikan baik scara kiasan maupun tulisan tentang permasalahan
pemahaman ajaran keagamaan, hendak ada keseimbangan antara dimensi
esoteris agar pola kehidupan keagaman umat tidak bersifat formalistic dan
ritualistic belaka, sehingga terdapat sikap keselarasan antara sikap batin
dan prilaku. Sehingga apa yang dapat dikatakan materi dakwah itu paling
tidak yang harus diperhatikan seorang da’i.
3. Mad’u
Kita tahu bahwa misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
yang berupa agama Islam adalah untuk seluruh umat manuia, baik ia telah
menemui beliau atau tidak, stu bangsa dengan beliau atau berlainan
kebangsaannya, lain halnya para nabi yang tulu semata-mata hanya untuk
bangsa tertentu dan waktu tertentu pula (kaumnya).
Unsur ketiga ini adalah Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran
dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupu
sebagai kelompok, baik manusia yang beragam Islam ataupun bukan, atau
dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum
beraga Islam, dakwah bertujuan mengajak mereka mengikuti agama Islam,
sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam, dakwah
bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan. Mereka
yang menerima dakwah ini lebih tepat diebut mitra dakwah dari ada
disebut objek dakwah, sebab yang kedu lebih mencerminkan kepasifan
penerima dakwah, padahal dakwah sebenarnya adalah suatu tindakan
menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, suyari’ah
dan akhlak kemudian untuk di upayakan untuk di hayati dan di amalkan
bersama-sama.
Al-Qur’an mengenlkan kepada kita beberapa tipe mad’u,. secara
umum, mad’u terbagi menjadi tiga, yaitu mu’min, kafir dan munfik.
Didalam al-Qur’an selalu di gambarkan bahwa sikap rasul menyampaikan
risalah, kaum yang dihadapinya akan terbagi 2, mendukung dakwah atau
menolak dakwah.
Dalam buku yang di tulis dalam Basrah Lubih juga dijelaskan :
yang dimaksud dengan mad’u adalah orang yang menerima pesan dari da’I
dan ini biasanya kita kenal dengan sebutan objek dakwah (dalam bahasa
arab disebut mad’u), yang di ajak.
Objek dakwah di klasifikasikan menurut :
a. Bentuk masyarakat, bentuk ini dapat kita bagi berdasarkan letak
geografis, seperti masyarakat kota, desa dan primitive.
b. Aqidah, dan kacamata aqidah manusia terbagi muslim dan non
muslim.
c. Status social, pada dasrna statifikasi social ini, terbagi pada : pejabat,
rakyat jelata, Kaya dan miskin.10
Da’i yang tidak memiliki kemampuan yang cukup tentang
masyarakat yang akan menjadi mitra dakwahnya adalah calon-calon da’I
yang mengalami kegagalan dakwahnya jika hal di atas telah dikuasai,
maka da’I hanya menunggu hasil dari semuanya.
4. Tujuan Dakwah
Setiap aktivitas, usaha kegiatan mempunyai tujuan dapat diartikan
sebagai suatu usaha yang ingin dicapai dalam kadar tertentu dengan
segala usaha yang dilakukan. Tujuan proses dakwah merupakan landasan
10 Basrih Lubih, Ilmu Dakwah (Jakarta CV. Tursinna 1993), cet. Ke-1, h.46
seluruh aktivitas-aktivitas dakwah yang akan dilakukan. Tujuan juga
merupakan penentu sasaran strategi dan langkah-langkah operasional
dakwah selanjutnya, tanpa adanya tujuan yang jelas, pekerjaan hanya
terhitung sia-sia. Tujuan memiliki empat batasan, yaitu hal hendak dicapai,
jumlah atau kadar yang diinginkan, kejelasan yang ingin dicapai dan ingin
di tuju.11
Demikian dengan kegiatan dakwah, merupakan suatu rangkaian
kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan
memberi arah, pedoman, metode bagi aktivitas dakwah, tanpa tujuan yang
jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia. Oleh karena itu juru dakwah
harus memahami tujuan akhir dari semua kegiatan dakwah yang
dilaksanakan.
Menurut Rofi’udin, S.Ag dan Dr. Maman Abdul Djaliel dalam
buku Prinsip dan Strategi Dakwah, menyatakan bahwa tujuan dakwah
adalah “mengajak manusia ke jalan yang benar, yaitu Islam. Di samping
itu, dakwah juga bertujuan untk mempengaruhi cara berfikir manusia, cara
merasa, cara bersikap dan bertindak. Agar manusia bertindak sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam.12
Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Toto Tasmara, bahwa
tujuan dakwah adalah untuk menegaskan ajaran Islam kepada setiap insani
11 Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakart: Bulan Bintang, 1986), cet. II.
H. 8-9 12 Rofi’udin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan strategi dakwah, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2001) cet, 2. h. 32-33
baik individu maupun masyarakat sehingga ajaran tersebut mampu
mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam tersebut.13
Dakwah memiliki tujuan yang berorientasi kepada perilaku
manusia (akhlak). Dakwah akan mencapai tujuannya manakala ajaran
Islam yang berupa norma-norma yang menuntun oran agar berbuat baik
dan menjauhi perbuatan buruk dapat direalisasikan dengan sempurna.
Bahkan diutsnya Nabi akhir zaman adalah untuk menyempurnakan akhlak,
seperi sabda Rasulullah SAW:
لأتمما مكارم الأخالقإنما بعثتArtinya : “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan
akhlak. “(HR. Imam Malik) Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah adalah
terealisasinya ajaran-ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan di dunia
ini, sehingga mendatangkan sisi positif berupa kebahagiaan dan
kesejahteraan di dunia hingga di akhirat.
5. Metode Dakwah
Ialah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seseorang da’i
(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang.14
Metode dakwah sangat diperlukan dalam proses dakwah guna
keberhasilan dan perkembangan dakwah Islamiyah, karena metode
merupakan komponen terpenting dalam menentukan suatu kegiatan. Salah
13 Toto Tasmara, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di
Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1996), cet. Ke.1, h.34 14 Munzier Suparta dan Harjani Hefni (ed), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat
Semesta,2003), h.16
satu faktor berhasil tidaknya suatu kegiatan di dukung oleh ketepatan
metode yang digunakannya, tanpa metode dakwah yang tepat dan sesuai
dengan kontekstualisasinya sulit rasanya perkembangan dakwah akan
berhasil dengan baik, sebab kompleksitas dan heterogenitas masyarakat
saat ini sangat tinggi.
Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah pada umumnya
terbagi pada beberapa segi, yaitu sebagai berikut:
a. Metode dari segi cara, yaitu :
1) Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah system ceramah
umum, cara ini marak dilakukan oleh masyarakat luas.
2) Cara modern, termasuk dalam metode ini adalah diskusi, seminar
dan sejenisnya.
b. Metode dari segi jumlah audiens, yaitu:
1) Dakwah Perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap
perorangan secara langsung ( Face to Face atau Privat)
2) Dakwah Kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap
kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya, seperti
kelompok pengajian, karang taruna, organisasi dan lain-lain.
c. Metode dari segi pelaksanaan, yaitu:
1) Cara langsung, yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara tatap
muka antara komunikator dengan komunikannya.
2) Cara tidak langsung, yaitu dakwah yan dilakukan oleh media
seperti televisi, radio, penerbitan-penerbitan internet dan lain-lain.
d. Metode dari segi penyampaian isi, yaitu :
1) Cara serentak, cara ini dilakukan untuk pokok-pokok bahasan yang
praktis dan tidak terlalu banyak aitannya dengan masalah-masalah
lainnya. (Fokus terhadap suatu permasalahan)
2) Cara bertahap, cara ini dilakukan terhadap pokok-pokok bahasan
yang banyak kaitannya dengan masalah ini, sehingga diperlukan
waktu yang relative panjang, maka kegiatan ini harus dilakukan
secara kontinu (terus menerus).14
6. Media Dakwah
Agar dakwah yang dilakukan lebih sinergis, cepat dan tepat
tentunya berbagai bentuk komponen dakwah tidak bias dipisahkan. Salah
satu komponen yang terpenting dalam suatu proses dakwah adalah
penggunaan media sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah, dalam
kaitan inilah komponen-komponendakwah harus terus diberdayakan agar
dapat menghasilkan guna bagi masyarakat.
Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa latin yaitu
medium yang artinya alat perantara, sedangkan pengertian istilahnya media
berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.15
Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mencapa tujuan dakwah yang telah
14 Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), cet. Ke.1,h. 80-87 15 Amuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surbaya: Al-Ikhlas,1983),h. 163
ditentukan, media dakwah ini dapat berupa barang, atau material, orang,
tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.
Sebenarnya media dakwah bukan saja berperan sebagai alat bantu
dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu system yang terdiri
dari beberapa koponen yang saling terkait dalam mencapai tujuan, maka
media dakwah mempunyai peranan atau keduukan yang sama pentingnya
dengan komponen lain. Apabila dalam penentuan strategi dakwah yang
memiliki asa efektivitas dan fisisen, media dakwah menjadi tampak jelas
peranannya.
Dengan mengertahui pengertian media dan dakwah tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian media dakwah adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang
telah ditentukan. Media juga berarti alat objektif yang menjadi saluran
yang menghbungkan antara ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan
menjadi urat nadi dalam kegiatan dakwah.
Media sebagai salah satu indikator terpenting dalam
mengembangkan dakwah saat ini. Apakah itu berbentuk media cetak
maupun elektronik. Walaupun instrument berupa podium atau mimbar
tetap ada, akan tetapi kemajuan pesat industri komunikasi serta media
massa telah menyodoran kemajuan-kemajuan media dakwah yang sangat
luas dan canggih, untuk itu perlu ada penyesuaian dari suatu kondisi
tabligh ke kondisi yang lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat
ini.
Menurut Adi Sasono, jika dilihat dari segi sifatnya, media dakwah
dapat digolongkan mnjadi dua golongan yaitu:
a. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang
secara tradisional dipentaskan iidepan umum terutama sebagai hiburan
yang memiliki sift komunikasi seperti: drama, pewayangan, ketoprak
humor dan lain-lain.
b. Media modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi yang antara
lain seperti: televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain dan
sebagainya.16
D. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah
Aktivitas dakwah yang dilakukan oleh para pelaku dakwah
tentunya sangat beragam. Pada saat ini aktivitas tersebut semakin variatif
seiring dengan dinamika masyarakat. Hampir-hampir bias dikatakan tidak
ada satu kegiatan pun yang ada dalam masyarakat yang tidak ada di
dalamnya unsur dakwah. Bahkan, para sutradara film, penyanyi, aktris
ataupun aktor menyatakan bahwa kegiatan yang mereka lakukan
mengandung unsur dakwah, meskipun terkadang dalam realitasnya apa
yang mereka lakukan ternyata bertentangan dengan dakwah itu sendiri.
Aktivitas dakwah yang merupakan operasionalisasi dari dakwah
yang dilakukan para pelaku dakwah dapat diklasifikasikan dalam 3
kategori, yaitu :17
16 Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat Ekonomi Pendidikan dan Dakwah, (Jakarta:Gema Insani Press,1998), h.154 17 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos Wahan Ilmu, 1997),h.34
1. Dakwah bi al-lisan
Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui lisan, dapat berupa ceramah, symposium, diskusi, khutbah,
sarasehan, dan lain sebagainya.
2. Dakwah dengan tulisan
Dakwah dengan tulisan adalah penyampaian informasi atau pesan
dakwah melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar,
spanduk pamphlet, lukisa-lukisan, bulletin dakwah, dan lain
sebagainya.
3. Dakwah bi al-hal
Dakwah bi al-hal adalah dahwah melalui perbuatan nyata seperti
perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara
lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja
keras, menolong sesama manusia. Dakwah ini dapat berupa pendirian
rumah sakit, pendirian panti dan pemeliharaan anak yatim piatu,
pendirian lembaga pendidikan, pendirian pusat pencarian nafkah
seperti pabrk, pusat perbelanjaan, kesenian dan lain sebagainya.
Dakwah bi al-hal pada dasarnya adalah aktivitas dakwah yang
paling efektif dari ketiga aktivitas dakwah di atas. Hanya saja, sebagian
besar umat Islam kuang memperhatikan efektifitas dakwah dengan cara
ini, sehingga merasa lebih suka berdakwah bi al-lisan.
E. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Kata pondok pesantren terdiri dari dua suku kata yaiu pondok dan
pesantren, kata pondok berasal dari bahasa arab Funduqun, yang memiliki
arti hotel atau penginapan.18
Mastuhu mendefinisikan Pesantren sebagai lembaga Islam
tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalai, menghayati, dan
mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral
agama.19
Sementara itu dalam Kamus Bahasa Indonesia, mendefinisikan
bahwa pondok artinya “madrasah (asrama tempat tinggal mengaji, tempat
belajar agama dan sebagainya).20
Dari keterangan di atas dapat dirumuskan tentang pengertian
pondok pesantren; tempat orang-orang atau para pemuda meginap
(bertempat tinggal) yang dibarengi dengan suatu kegiatan untuk
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan
ajaran Islam.dengan memberi tekanan pada keseimbangan antara aspek
ilmu dan prilaku.
2. Fungsi Pondok Pesantren
Pondok pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan lembaga
social, juga sebagai fungsi lembaga penyiaran agama Islam yang yang
18 Ahmad Warson Munawir, Al-Munir, Kamus Arab-Indonesia( Surabaya : Pustaka
Progressif,1997), hal.1073 19 Mastuhu, Prinsip Pendidikan Pesantren, (Jakarta : INIS,1994), hal.55 20 W.J.S. Purwadarminta, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), h. 678
mengandung kekuatan resistensi terhadap dampak modernisasi
sebagaimana telah diperankan pada masa lalu dalam menentang penetrasi
kolonisme walaupun dengan cara “uzlah” atau menutup diri.21
Fungsi lainnya yaitu sebagai instrument untuk tetap melestarikan
ajaran–ajaran Islam dibumi nusantara, karena pesantren mempunyai
pengaruh yang kuat dalam membntuk dan memelihara kehdupan social,
cultural, politik keagamaan dan lain sebagainya. Oleh karena itu antra
fungsi Pondok Pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya tidak bias
dipisahkn yakni untuk mensukseskan pembangunan nasional, karena
pendidikan di negara kita diharapkan agar terciptanya manusia yang
bertakwa, mental membangun dan memiliki keterampilan dan berilmu
pengetahun sesuai dengan perkembangan zaman.
21 M.Dawan Raharjo, Perkembangan Masyarakat Dalam Perspektif Pesantren” Dalam
Pergulatan Dunia,1985),hal VII
BAB III
PROFIL KH. MAHRUS AMIN DAN GAMBARAN UMUM
PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH JAKARTA
A. Profil KH. Mahrus Amin
1. Riwayat Hidup
Nama Lengkapnya adalah Machrus Amin. Orang tua, saudara,
teman-teman memanggil beliau Mahrus. Beliau lahir di desa kalibuntu,
ciledug. Pada tanggal, 14 Februari 1940, ia lahir dari keluarga ulama.
Ayahnya bernama Casim Amin, ayahnya adalah keturunan kawu
(setingkat lurah) yang bila di singkat adalah keturunan wirasuta, salah satu
anak cucu Syarif Hidayatullah, tokoh Islam di jawa barat pada masa lalu.
Dan ibunya bernama Hj. Jamilah, berasal dari cirebon. Ibunya adalah cucu
kyai idris, seorang ulama pemimpn pondok pesantren Lumpur di desa
Lumpur, brebes. Bersama Kyai Ismail yang dikenal sebaga ahli hikmah
dan juga saudara Kyai Idris, Keduanya adalah ulama yang berpengaruh di
kawasan Losari.
Beliau lahir dari keluarga ulama. Meski bukan ulama, ayah beliau
saat muda pernah belaar dan menjadi murid Kyai Mahrus ali Gedongan
dari Gedongan, Cirebon. Beliau adalah idola bagi ayah. Begitu kagumnya
pada Kyai Mahrus, ayahnya pernah bercerita kalau semasa mudanya
bercita-cita untuk memiliki anak lelaki yang diberi nama Mahrus.
Harapannya bias menjadi orang yang bermanfaat kelak seperti Kyai
Mahrus Ali Gedongan.
Mahrus Amin di kenal dengan akhlaknya yang tinggi, baik
terhadap kawan maupun terhadap orang yang tidak suka padanya.
Semuanya di hadapi dengan ramah tamah dan sopan santun yang tinggi
terlebih lagi kebaktian beliau terhadap orang tuanya yang sangat luar
biasa. Di usianya yang ke 26 tahun Mahrus Amin menikahi seorang wanita
yang bernama Hj. Sumiyati pada tanggal 13 Agustus 1965. hingga saat ini
ia di karuniai 4 orang anak dan 12 cucu.1
2. Pendidikan
Mahrus Amin muda mulai mengenal pendidikan pondok pesantren
dengan menjadi santri Pondok Modern Gontor. Pada 1953. selepas
menyelesaikan tingkat Kulliyatul Muallimin Al Islamiyah di Gontor pada
1961. Mahrus mengajar Madrasah Ibtidaiyah Raudhatul Athfal di
petukangan, Jakarta Selatan. Tahun itu juga ia di percaya memimpin
madrasah tersebut yang berganti nama menjadi Balai Pendidikan
Darunnajah Petukangan.
Kepiawaiannya memimpin lembaga pendidikan menarik minat
KH. Abdul Manaf Mukhayyar yang memberinya restu merintis Pondok
Pesantren Darunnajah di Ulujami. Setelah melalui berbagai kendala,
pesantren berdiri pada 1 April 1974 di atas tanah wakaf seluas 5 hektar.
Bersama KH. Abdul Manaf dan H. Kamaruzzaman, ketiganya
1 Wawancara Pribadi oleh KH. Mahrus Amin Pada Tanggal 21 April 2008 di Pondok
Pesantren Darunnajah Jakarta.
mengembangkan Pondok Pesantren Darunnajah hingga memiliki puluhan
pesantren cabang dan binaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain
aktif di dunia pesantren, KH. Mahrus Amin juga bergiat dalam aktivitas
dakwah dengan menjadi pengurus MUI DKI Jakarta, Yayasan Annajah,
Badan Koordinasi Muballigh Indonesia (Bakomubin) dan lain-lain.2
3. Karya-karyanya
Sebagai seorang Kyai, Mahrus Amin hanya mampu menyampaikan
dakwahnya melalui lisan, tetapi juga dengan karya penanya. Meski karya
tulis KH. Mahrus Amin tidak terlalu banyak, namun buku-buku yang di
luncurkan ditengah-tengah Pondok Pesantren Darunnajah banyak
ditunggu. Dan beberapa macam judul karya Pena yang telah diluncurkan
oleh KH. Mahrus Amin adalah sebagai berikut :
a. Sumbangan Pondok Modern gontor dalam Pembangunan Masyarakat
Islam.
b. Pengalaman Kiprah KH. Mahrus Amin
c. Buku-buku bimbingan Do’a yang beliau tulis untuk para santri
d. Belajar dan Menulis Ilmu Al-Qur’an untuk Usia Dini.
B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah
Pondok Pesantren Darunnajah mempunyai beberapa periode
peningkatan pertama, periode cikal bikal (1940-1960), dimana sebelumnya
2 KH. Machrus Amin, KH. Machrus Amin Dakwah Melalui Pondok Pesantren, (Jakarta
Group DANA,2008) hal.3
adanya tanah wakaf di ulujami, Bapak KH. Abdul Manaf selaku pendiri
pondok pesantren ini, telah mempunyai madrasah Al-Islamiyah di Petunduan
Palmerah tapi kemudian tahun 1960 didirikan yayasan Kesejahteraan
Masyarakat Islam (KMI) dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan
pesantren, pondok inilah yang disebut dengan “cikal bakal” modal pertama
berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.
Kedua, Periode Rintisan (1961-1973), periode ini berlangsung kurang
lebih 12 tahun di mulai tahun 1961, Bapak KH. Abdul Manaf membangun
gedung lokal di atas tanah wakaf, kemudian untuk pegelola pendidikan di
serahkan kepada ustad Machrus Amin, sebagai alumnus KMI Gontor. Dan
pada tanggal 1 Agustus 1961 ustad Machrus Amin mulai membina Madrasah
Ibtidaiyah pada tahun 1964 dibuka TK dan Tsanawiyah Darunnajah, pada
periode ini begitu banyak tantangan yang menghadang, sehingga usaha
membangun pesantren belum terwujud, tetapi dengan usaha tersebut di atas
yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf pesantren dari berbagai
rongrongan, inilah factor yang sangat obyektif mengapa Bapak KH. Abdul
Manaf mempertahankan tanah wakaf ini, yakni agar terciptanya pembangunan
Pondok Pesantren Darunnajah diatas tanah tersebut.
Pada periode ketiga, adalah periode pembinaan dan penataan (1974-
1987), pada tanggal 1 april 1974, untuk kesekian kalinya mendirikan
Pesantren Darunnajah hanya mengasuh tiga orang santri, sementara
tsanawiyah petukangan di pindahkan ke ulujami untuk meramaikannya. Pada
periode inilah di tata kehidupan Pondok Pesantren Darunnjah, dimana
aktivitas santri dan kegiatan pesantren di sesuaikan dengan jadwal waktu salat,
menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri, meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ),
Lembaga Bahasa Arab dan Inggris dan Lembaga Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat (LDPM) dan Beasiswa Ashabunnajah (kelompok santri penerima
beasiswa selama belajar di Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah.
Periode keempat, Periode pengembangan (1987-1993), Darunnajah
mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam,
Pendidikan anak-anak fuqara dan masakin dan bercita-cita membangu seratus
Pondok Pesantren Modern. Masa inilah, saat memancarkan pancuran
kesejukan ke penjuru-penjuru yang memerlukan. Smpai dengan tahun 2004,
Pesantren Darunnajah Group telah berjumlah 41.
Periode kelima, Periode Dewan Nazir (1994-sekarang), Perjalanan
sejarah Pesantren Darunnajah yang relaif lama telah menuntut peraturan
kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari perjalanan
pondok pesantren di indonesiadan melihat keberhasilan lembaga Universitas
Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah brumur lebi 1000 tahun lamanya, Yayasan
Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selaa ini,
berusahamerapihkan dan meremajakan pengurus yayasan.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di ulujami
Jakarta KH. Abdul Manaf Mukhayyar, Drs. KH. Mahrus Amin, dan Drs. H.
Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan
untuk wakaf tanah di Cipinang Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf
kembali di hadapan para ulama dan umara dalam acara nasional di
Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994.
Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya
mendirikan lembaga ini diatas sebuah piagam wakaf yang ditandatangani oleh
para pemegang amanat, Dewan Nazir dan Pengurus Harian Yayasan
Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan ormas Islam.3
2. Visi Misi Pondok Pesantren
Adapun visi dari Pondok pesantren Darunnajah adalah membina insan
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada allah SWT, berakhlak mulia,
mandiri, cerdas, kreatif dan inovatif serta menyiapkan calon pemimpin masa
depan.
Sedangkan Misi Pondok Pesantren sebagai tempat untuk
menggembleng generasi muda agar menguasai ilmu agama. Setiap santri yang
di didik minimal mampu mengamalkan ilmunya untuk dirinya dan
keluarganya.
Diharapkan dari pesantren akan lahir ulama-ulama ahli agama yang
menjadi tempat bertanya bagi masyarakat. Ulama-ulama yang mampu
memberikan fatwa tentang malah-masalah yang dihadapi pada masanya. Maka
dari itu santri tidak cukup hanya belajar selama enam tahun saja. Tapi harus
bertahun-tahun.
3 Buletin Darunnajah 1 mei 2005, hal. 8
Pondok pesantren mempunyai misi untuk mengadakan pengkaderan
umat untu menjadi pmuka agama yang menjadi panutan masyarakat dalam
kehidupan Islam. 4
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
لينفروا آافة فلولا نفر من آل فرقة منهم وما آان المؤمنونطائفة ليتفقهوا في الدين ولينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم
يحذرون Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. Attaubah:122)
Di dalam Negara yang sedang membangun, dibutuhkan manusia-
manusia yang pandai dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk sekelompok
orang-orang yang memperdalam ilmu agama atau ulama-ulama yang
merupakan pewaris para Nabi.
4 Ibid
BAB IV
ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH KH. MAHRUS AMIN DI
PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH JAKARTA
A. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah KH. Mahrus Amin
Pada hakekatnya Dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi imani yang
dimanifestasikan dalam suatu pelaksanaan kegiatan aktivitas dakwah yang
dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, bersikap, dan
bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan Sosio-kultural,
dalam rangka mengusahakan ajaran Islam dalam semua segi kehiupan dengan
mempengaruhi cara-cara tertentu.
KH. Mahrus Amin melakukan aktivitas dakwahnya, secara garis besar
meliputi : Dakwah Bi-Haal, Dakwah Bil-Qalam dan dakwah Bi-Lisan.
1. Dakwah Bil-Lisan di antaranya:
a. Melalui Tabligh-Tabligh
b. Peringatan Hari Besar Islam
c. Pengajian Rutin
2. Dakwah Bil-Qalam, adapun dakwah yang dilakukan KH.Mahrus Amin
dengan menerbitkan buku-buku keagamaan yang berkaitan dengan
dakwahnya di Pondok Pesantren Darunnajah.
3. Dakwah Bil-Haal diantaranya :
Dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung
menyentuh kepada masyarakat sekitar pesantren sebagai objek dakwah
sebagaimana yang telah di jelaskan di atas, adapun cara dakwah Bil-Haal
yang telah dilakukan oleh KH. Mahrus Amin adalah sebagai berikut :
a. Penyembelihan hewan Quran
b. Pemberian Zakat
c. Pembinaan pengasuhan Anak Yatim Piatu
Perwujudan Dakwah menurut KH. Mahrus Amin bukan sekedar
peningkatan pemahaman keagamaan tetapi menuju kepada pelaksanaan
ajaran agama Islam secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan
baik bidang politik, social, ekonomi, maupun budaya.5 secara umum
aktivitas KH. Mahrus Amin yang dilaksanakan di Pesantren Daunnajah
dapat diuraikan lebih jauh sebagai berikut:
1) Pelaksanaan Dakwah melalui Peringatan hari-hari besar Islam.
Pada peringatan hari-hari besar Islam, biasanya KH. Mahrus
Amin mengisi acara ini dengan ceramah atau nasehat keagamaan,
ceramah atau nasehat yang dsampaikan oleh KH. Mahrus Amin
sangat penting artinya sebagai bagian pembinaan yang biasa
dilakukan KH. Mahrus Amin kepada para santri dan masyarakat
disekitar Pondok Pesantren., meskipun bukan berarti bahwa
pembinaan melalui peringatan hari besar Islam akan merubah
secara drastis perilaku atau kebiasaan masyarakat yang kurang
sejalan dengan ajaran Islam dan mampu membangkitkan semangat
5 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 21 April 2008 di Pondok
Pesantren Darunnajah
Islam. Beliau juga selalu menyampaikan pesan-pesan dakwah pada
acara tersebut dngan materi yang berbeda-beda setiap tahunnya.
Dari salah satu kegiatan dakwah KH. Mahrus Amin inilah
jamaah yang datang selalu bertambah, sikap antusias para jamaah
menjadikan peringatan hari-hari besar di Pondok Pesantren sebagai
perayaan yang wajib mereka hadiri.
Peringatan hari-hari besar Islam dilaksanakan secara terbuka
yang tidak hanya dihadiri oleh para santri tetapi juga tidak tertutup
bagi warga sekitar atau warga diluar lingkungan untuk
memperingati hari besar tersebut. Pesantren Darunnajah
memperingati hari besar Islam, seperti Tahun Baru Hijriyah yang
jatuh pada tanggal 1 Muharram, Maulid Nabi pada tanggal 12
Rabiul Awal, Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW yang jatuh
pada tanggal 27 Rajab.
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa kegiatan
ini cukup berhasil dalam rangka melaksanakan dakwah Islamiyah
yang dilakukan oleh KH. Mahrus Amin sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan keianan dan keaqwaan serta memererat
ukhuwah Islamiyah jamaah yang direalisasikan dalam pengamalan
ajaran-ajaran Islam.
2) Pelaksanaan Dakwah melalui Pengajian Rutin
Salah satu yang dilakukan oleh KH. Mahrus Amin bertujuan
untuk meningkatkan keagamaan, yaitu salah satunya dengan
mengadakan pengajian ibu-ibu di sekitar pesantren. Yang
dilaksanakan pada hari Senin pada pukul 13.00 ba’da zuhur sampai
dengan pukul 15.00.
Kegiatan ini diikuti 150 Jama’ah, Jama’ah selalu aktif
menghadiri pengajiannya, pengajian tersebut diakukan di masjid
lingkungan Pondok Pesantren. Adapun materi yang diberikan pada
pengajian ini yaitu lebih condong membahas tentang aqidah,
karena materi ini menurutnya sangat penting sekali untuk
menguatkan aqidah muslim yang sedang goyah.1
Dari hasil wawancara penulis dengan KH. Mahrus Amin,
para jamaah di pengajian rutin memiliki subyektivitas tersendiri
tentang materi yang diminati. Hal ini terjadi karena tidak terlepas
dari bagaimana peran KH. Mahrs Amin dalam menajikannya. Dari
materi-materi yang disampaikan, meski dengan menggunakan
metode yang sama namun para jamaah lebih minat kepada materi
yang berkenaan dengan masalah keimanan dan disusul kemudian
dengan materi-materi yang lain.
Adapun tujuan dari dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok
Pesantren Darunnajah adalah sebagai berikut :
a. Mendidik generasi muslim yang mampu berdakwah dan
mengembangkan dunia dakwah
1 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 21 April 2008 di Pondok
Pesantren Darunnajah
b. Mendidik generasi muslim yang tanggap terhadap setiap
perubahan dan kebutuhan masyarakat terhadap aktvitas
dakwah.
Hal lain yang perlu dicermati adalah tentang keberhasilan
dakwah Islamiyah KH. Mahrus Amin, karena bagaimanapun
banyaknya materi yang diberikan jika dalam penyampaian kurang
baik maka jamaah akan sulit memahami dan hasil yang didapatkan
juga kurang baik.
Dari hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan bahwa
kegiatan dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren
Darunnajah selama ini dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan
seperti ini tentunya juga karena tida terlepas dari peran KH.
Mahrus Amin yang memiliki ilmu dan wawasan yang luas, subyek
dakwah ia sangat komunikatif, mampu menyampaikan materi
dengan baik dan jamaah juga mudah dalam memahaminya.
a. Bidang Sosial
Zakat adalah sebagai harta kekayaan yang diambil dari milik
sesorang yang punya dan diberikan sesuai dengan ketentuannya
kepada orang yang berhak. Selain itu, zakat merupakan salah satu
sendi dari ajaran Islam.
Aktivitas dakwah KH. Mahrus Amin dalam bidang social di
Pondok Pesantren Darunnajah merupakan suatu perwujudan dari
kepedulian beliau terhadap masyarakat yang berada disekitar pesantren
atau masyarakat yang jauh dari pesantren. Beberapa bentuk kegiatan
social yang dilakukan pesantren Darunnajah adalah sebagai berikut:
1) Menyalurkan Zakat Fitrah atau zakat mal kepada para mustahik
atau orang yang berhak menerima zakat.
Agama Islam merupakan agama yang universal. Dari hal
yang terkecil sampai yang besar dibahas dalam agama Islam, salah
satunya adalah membahas tentang perlakuan seorang muslim
terhadap anak yatim piatu, dimana seorang muslim diperintahkan
untuk menjaga dan memelihara mereka. Sebagaimana Allah SWT
terangan dalam QS. Al-Mauun ayat 1-7 yang berbunyi :
ولا . فذلك الذي يدع اليتيم .دينأرأيت الذي يكذب بال الذين . فويل للمصلين .يحض على طعام المسكين . الذين هم يراءون .هم عن صلاتهم ساهون
)7-1 :الماعون . (ويمنعون الماعونArtinya : Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?Itulah
orang yang menghardik anak yatim, Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,Orang-orang yang berbuat riya Dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (QS. Al-Maun)
Dalam pengelolaan zakat, KH. Mahrus Amin turut serta
menyalurkan zakat secara langsung kepada yang berhak
menerimanya. Terutama kepada fakir miskin, anak yatim piatu,
ibu-ibu jompo yang berada dilingkungan sekitar pondok pesantren.
B. Metode Pelaksanaan Aktivitas Dakwah KH. Mahrus Amin.
Adapun metode yang digunakan KH. Mahrus Amin dalam aktivitas
dakwah Islam di Pondok Pesanren Darunnajah adalah sebagai berikut :
1. Tanya Jawab
Tanya Jawab disini yaitu penyampaian materi dengan cara KH. Mahrus
Amin (Pembimbing) mengajukan pertanyaan dan santri menjawabya atau
sebaiknya mengenai suatu masalah yang dirasakan atau belum dimengerti,
cara ini dilakukan agar anak asuh bersifat kritis untuk memahami materi
atau masalah yang di hadapi.
2. Ceramah
Metode ini digunakan pada saat perayaan hari besar Islam di Pondok
Pesantren, Pengajian Bulanan, Perayaan Milad Pondok Pesantren
Darunnajah dalam pemberian materi KH. Mahrus Amin menggunakan
metode ini.
3. Diskusi
Diskusi yang di maksud yaitu didalam mempelajari atau menyampaikan
bahan materi dengan cara mendiskusikannya. Metode ini dilakukan oleh
sesama anak asuh dan dengan KH. Mahrus Amin (pengajar). Para santri
diperbolehkan untuk mengeluarkan pendapat untuk menemukan jawaban
dari masalah yang sedang dibahas.
Segala tujuan hendak dicapai oleh seseorang sudah pasti ada
sesuatu yang mendukung untuk sampai kepada apa yang di cita-citakan.
Namun tiada tertutup kemungkinan akan menemukan hambatan-hambatan
dan semua itu adalah proses pembelajaran bagi seseorang yang akan
menuju puncak kesuksesan. Seperti Filosofi sebuah pohon, apabila pohon
tersebut semakin tinggi maka terpaan angin akan semakin kuat begitu juga
manusia semakin tinggi derajat seseorang maka hambatan dan rintangan
akan semakin besar.
KH. Mahrus Amin dalam perjuangannya untuk meninggikan visi
dan misi dakwah untuk kembali kepada Kalimatu ulya atau untuk
meninggikan agama allah dan beliau sering kali mendapat dukungan dari
berbagai pihak dan yang pertama kali menduung beliau adalah
keluarganya tanpa dukungan dari keluarga maka beliau tidak akan
menjalankan apa yang di cita-citakan.
Dan dukungan yang kedua beliau adalah Adanya peningkatan
tentang jumlah jama’ah yang hadir. Peningkatan ini dilihat dari sejumlah
kegiatan-kegiatan dakwah yang diadakan KH. Mahrus Amin dengan
dihadiri jama’ah yang selalu bertambah. Karena masih banyaknya umat
yang sadar bahwa dirinya butuh akan siraman rohani. Sehingga dakwah
yang beliau jalani selalu mendapat dukungan dari masyarakat khususnya
di sekitar pondok.
Walau bagaimanapun kemudahan yang beliau dapat pasti
menemukan hambatan-hambatan begitu pula KH. Mahrus Amin, beliau
juga terkadang menghadapi berbagai hambatan dalam menjalankan
aktivitas dakwahnya. Adapun hambatan yang beliau hadapi yaitu:
a. Hambatan yang dihadapi oleh KH. Mahrus Amin, beliau harus
memberi pengertian kepada masyarakat khususnya para wali santri
yang belum mengerti pendidikan di pesantren.
b. Keuangan juga menjadi fakor penghambat aktivitas dakwah KH.
Mahrus Amin. Minimnya dana menjadikan aktivitas dakwah tidak
berjalan secara efektif. 2
Adapun solusi dari semua hambatan yang ada KH. Mahrus Amin dapat
optimis berjuang dengan kemampuan yang ada ia bersama keluarga serta
masyarakat dan para dermawan yang simpati dengan kegiatan dakwah
beliau menghimpun dana bersama-sama dengan suka rela tanpa dipaksa
dan semua itu berjalan dengan baik sesuai dengan harapan bersama.
2 Wawancara Pribadi oleh KH. MAhrus Amin, 21 April 2008, Di Pondok Pesantren
Darunnajah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas serta sesuai dengan perumusan masalah
yang telah penulis tetapkan di awal pembahasan skripsi ini, dapat penulis tarik
kesimpulan sebagai hasil penelitian sebagai berikut :
4. KH. Mahrus Amin melakukan aktivitas dakwahnya yang ditujukan kepada
santri maupun kepada masyarakat sekitar. secara garis besar meliputi :
Dakwah Bi-Haal, Dakwah Bil-Qalam dan dakwah Bi-Lisan. Tetapi yang
lebih dominan yaitu dakwah bil-haal yang dilakukan oleh KH. Mahrus
Amin di antaranya:
d. Melalui Lembaga Pendidikan
e. Melalui Tabligh-Tabligh
f. Peringatan Hari Besar Islam
g. Pengajian Rutin
2. Ada 3 (tiga) Kategori metode pelaksanaan dakwah yang dilakukan KH.
Mahrus Amin, yaitu : a). metode Tanya jawab, KH. Mahrus Amin
mengajukan peranyaan dan santri menjawabnya ; b). Metode ceramah,
pemberian materi pada hari besar Islam, Pengajian rutin, Perayaan Milad
Pondok Pesantren Darunnajah ; c). Metode diskusi, metode ini dilakukan
oleh sesama anak asuh (santri) dan dengan KH. Mahrus Amin untu
mengeluarkan pendapat.
B. Saran-saran
Peneliti mengemukakan beberapa saran yang berhubungan dengan
aktivitas KH. Mahrus Amin kepada para pembaca yaitu:
1. Semakin aktif untuk menjalanan dakwah di Pondok Pesantren Darunnajah
dan masyarakat sekitar dalam penyampaian pesan dakwah. Masyarakat
sekitar Pondok Pesantren dan pihak lainnya dapat membantu dalam
pelaksanaan dakwah tersebut, sehingga bias dilakukan dengan yang lebih
efektif.
2. Saat ini umat Islam sedang dihadapkan dengan tantangan zaman yang
semakin kompleks. Oleh karena itu, ada baiknya jika materi dakwah yang
ingin anda sampaikan sesuai dengan probematika yang sedang dihadapi
umat Islam (kontekstual).
3. Diharapkan kepada para kyai yang sering kali di hujjah oleh masyarakat
dapat menjadikan KH. Mahrus Amin contoh teladan Kyai yang ideal yang
sangat diperlukan oleh umat saat ini adapun segala kekurangan yang
beliau miliki kita kembalikan kepada Allah karena Dia-lah penentu.
DAFTAR PUSTAKA
Abda, Slamet Muhaemin, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), cet. Ke.1,h. 80-87.
Affandi, Suherman, Faktor Kesuksesan Da’i (Risalah No. 6/XXXVIII,1990 Amin, Machrus, KH. Machrus Amin Dakwah Melalui Pondok Pesantren, (Jakarta
Group DANA,2008) hal.3 _____________, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 21 April 2008 di Pondok
Pesantren Darunnajah Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta, Rineka Citra,2002), h.135 Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos Wahan
Ilmu, 1997),h.34 Buletin Darunnajah 1 mei 2005, hal. 8 Darmawan, Andi, dkk, Metodologi ilmu Dakwah, (Yogyakarta : LESFI,2002),
hal. Xiii. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1990), cet. Ke-3, h.17 Lubih, Basrih, Ilmu Dakwah (Jakarta CV. Tursinna 1993), cet. Ke-1, h.46 Mastuhu, Prinsip Pendidikan Pesantren, (Jakarta : INIS,1994), hal.55 Munawir, Ahmad Warson, Al-Munir, Kamus Arab-Indonesia( Surabaya : Pustaka
Progressif,1997), hal.1073 Omar, Toha Yahya, ilmu Dakwah, (Jakarta : Wijaya,1971), h. 1 Purwadarminta, W.JS, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka),
h. 678 Raharjo, M.Dawan, Perkembangan Masyarakat Dalam Perspektif Pesantren”
Dalam Pergulatan Dunia,1985),hal VII Rofi’udin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan strategi dakwah, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2001) cet, 2. h. 32-33.
Saleh, Abdul Rasyad, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993),
Cet. Ke-2, h.8-9 ________________, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993),
Cet. Ke-3, h.8 Salman, Ismah, Strategi Dakwah di Era Millenium, Jurnal Kajian Dakwah dan
Budaya, (Jakarta : UIN Syahid,2004),h.3 Sasono, Adi, Solusi Islam Atas Problematika Umat Ekonomi Pendidikan dan
Dakwah (Jakarta : Gema Insani Press,1998), h.154 Shihab, Quraish, Dakwah dalam Al-Qur’an As-Sunnah, (Jakarta:1992), h.3 Soedirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, (Jakarta : Forum Dakwah,
1971), h. 4 Soeitoe, Samuel Psikologi Pendidikan II. (Jakarta: FEUI,1982), h.52 Soemitro, Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Ghalia
Indonesia,1985), cet. Ke-3, h.63 Suparta, Munzier dan Harjani Hefni (ed), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat
Semesta,2003), h.16 Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-
ikhlas,1983),h.99 ______________, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surbaya: Al-
Ikhlas,1983),h. 163 Tasmara, Toto, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di
Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1996), cet. Ke.1, h.34 _____________, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), cet.
Ke-1, h. 31 Wawancara Pribadi oleh KH. Mahrus Amin Pada Tanggal 21 April 2008 di
Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990),
h.127
LAMPIRAN-LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
Wawancara Pribadi ini dilakukan pada :
Nara Sumber : KH. Mahrus Amin
Waktu : Kamis, 27 Maret 2008
Pukul : 10.00-11.15 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan
1. Kapan dan dimana KH. Mahrus Amin dilahirkan?
KH. Mahrus Amin lahir dengan Mahrus Amin. Beliau lahir pada
tanggal 14 Februari 1940 di desa kalibuntu, ciledug, (sekarang desa kalimukti
kecamatan pebadilan) kabupaten cirebon.
2. Siapakah nama ayah dan ibu KH. Mahrus Amin?
Ayah beliau bernama Casim Amin . dikenal juga sebagai Jasim Amin,
Ahmad atau Amin adalah warga asli Kalimukti. Sedangkan ibu, Hj. Jamilah,
berasal dari Losari, cirebon. Ibu adalah cucu Kiai Idris, seorang ulama
pemimpin pondok pesantren Lumpur di desa Lumpur, Losari, Brebes.
3. Apa Pengertian Dakwah Menurut KH. Mahrus Amin?
Dakwah adalah suatu keharusan dalam rangka merubah, meningkatkan
dari yang kurang baik menjadi lebih baik sesuai tntunan ajaran agama Islam.
Orang yang melaksanakan dakwah berarti telah menjalankan perintah Allah
dan mereka itulah termasuk orang-orang yang beruntung.
4. Bagaimana Usaha Kyai untuk mempertahankan Keaktivitasannya dalam
berdakwah?
Kebijakan dengan pendidikan dalam mendidik dari yang kurang baik
menjadi lebih baik, keuletan, Istiqomah serta memberikan teladan yang baik
serta kebijaksanaan.
8. Karya-karya apa saja yang sudah Kyai raih?
a. Buku Sumbangan Podok Modern Gontor dalam Pembangunan Masyarakat
Islam.
b. Buku Tentang Pengalaman Kiprah KH. Mahrus Amin
c. Buku-buku Do’a dan Bimbingan Do’a
d. Belajar dan Menulis Ilmu Al-Qur’an untuk Usia Dini.
6. Apa Aktivitas KH. Mahrus Amin dalam Bidang Pendidikan?
Aktivitas KH. Mahrus Amin dalam bidang endidikan yaitu beliau
mengajar di pondok pesantren darunnajah. Selain itu beliau mendirikan SDI,
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah
(MA) dan perguruan tinggi darunnajah.
7. Apa Aktivitas KH. Mahrus Amin dalam Bidang Sosial?
Aktivitas KH. Mahru Amin dalam bidang sosial, yaitu mengadakan
santunan setiap tanggal 10 Muharram terhadap anak yatim piatu, orang fakir
dan miskin.
8. Apa saja Faktor Pendukung KH. Mahrus Amin dalam Berdakwah?
a. Adanya dukungan dari berbagai pihak khususnya dari keluarga.
b. Adanya peningkatan tentang jumlah jamaah yang hadir dari sejumlah
kegiatan-kegiaan dakwah yang diadakan oleh KH. Ahrus Amin. Adanya
Antusiasme yang tinggi dari jamaah terutama pada perayaan hari-hari
besar.
c. Sarana dakwah yang cukup lengkap dimiliki Pondok Pesantren
Darunnajah.
9. Apa Faktor Penghambat KH. Mahrus Amin dalam Berdakwah?
a. Hambatan yang dihadapi oleh KH. Mahrus Amin, beliau harus memberi
pengertian kepada masyarakat khususnya para wali santri yang belum
mengerti pendidikan di pesantren.
b. Keuangan juga menjadi fakor penghambat aktivitas dakwah KH. Mahrus
Amin. Minimnya dana yang dimiliki untuk menunjang segala kegiatan
menjadikan aktivitas dakwah tidak berjalan secara efektif.
10. Apa Tujuan utama dari Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok
Pesantren Darunnajah?
Untuk Mendidik generasi muslim yang mampu berdakwah dan
mengembangkan dunia dakwah dan Mendidik generasi muslim yang
tanggap terhadap setiap perubahan dan kebutuhan masyarakat terhadap
aktvitas dakwah.