Alga Merah

Embed Size (px)

Citation preview

  • UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KARAGINAN DALAM ALGA MERAH JENIS

    Eucheuma spinosum dan Gracillaria verrucosa

    SKRIPSI

    Oleh : MELKA NURUL HIJAZ

    NIM: 04530016

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    JURUSAN KIMIA 2009

  • UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KARAGINAN DALAM ALGA MERAH JENIS

    Eucheuma spinosum dan Gracillaria verrucosa

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada: Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

    Oleh: Melka Nurul Hijaz

    NIM: 04530016

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    JURUSAN KIMIA 2009

  • DALAM ALGA MERAH JENIS Eucheuma spinosum dan Gracillaria verrucosa

    SKRIPSI

    Oleh:

    Melka Nurul Hijaz NIM: 04530002

    Telah disetujui oleh:

    Pembimbing I

    Akyunul Jannah, S.Si, M.P NIP: 150 368 798

    Pembimbing II

    Ahmad Barizi, MA NIP: 150 283 991

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Kimia

    Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

    Diana Candra Dewi, M.Si NIP: 150 327 251

  • UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KARAGINAN DALAM ALGA MERAH JENIS

    Eucheuma spinosum dan Gracillaria verrucosa

    SKRIPSI

    Oleh: Melka Nurul Hijaz

    NIM: 04530016

    Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu

    Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

    Tanggal 2008

    Susunan Dewan Penguji : Tanda Tangan

    1. Penguji Utama : Diana Candra Dewi, M.Si NIP. 150 327 251

    ( ................................... )

    2. Ketua Penguji : Anton Prasetyo, M.Si NIP. 150 377 252

    ( ................................... )

    3. Sekr. Penguji : Akyunul Jannah, S.Si, M.P NIP. 150 368 798

    ( ................................... )

    4. Anggota Penguji : Ahmad Barizi, MA NIP. 150 283 991

    ( ................................... )

    Mengetahui dan Mengesahkan Ketua Jurusan Kimia

    fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

    Diana Candra Dewi, M.Si NIP. 150 327 251

  • PERSEMBAHAN

    Karya ini saya persembahkan kepada:

    ABAH..yang telah memberi kurun waktu termahal dalam ABAH..yang telah memberi kurun waktu termahal dalam ABAH..yang telah memberi kurun waktu termahal dalam ABAH..yang telah memberi kurun waktu termahal dalam hidup.hidup.hidup.hidup.

    Abi M. Ainul Yaqien dan Ummi Mutia Farida yang Abi M. Ainul Yaqien dan Ummi Mutia Farida yang Abi M. Ainul Yaqien dan Ummi Mutia Farida yang Abi M. Ainul Yaqien dan Ummi Mutia Farida yang

    tiada perntiada perntiada perntiada pernah lelah mencurahkan kasih sayang, doa, ah lelah mencurahkan kasih sayang, doa, ah lelah mencurahkan kasih sayang, doa, ah lelah mencurahkan kasih sayang, doa, motivasi, nasehatmotivasi, nasehatmotivasi, nasehatmotivasi, nasehat----nasehat dan segalanya yang tak kan nasehat dan segalanya yang tak kan nasehat dan segalanya yang tak kan nasehat dan segalanya yang tak kan

    pernah lekang oleh waktu.pernah lekang oleh waktu.pernah lekang oleh waktu.pernah lekang oleh waktu. Semoga melka bisa menjadi nahkoda yang piawai Semoga melka bisa menjadi nahkoda yang piawai Semoga melka bisa menjadi nahkoda yang piawai Semoga melka bisa menjadi nahkoda yang piawai

    ataupun sopir yang hebat dan dapat membanggakan Abi ataupun sopir yang hebat dan dapat membanggakan Abi ataupun sopir yang hebat dan dapat membanggakan Abi ataupun sopir yang hebat dan dapat membanggakan Abi dan Ummi kelak. Amin...dan Ummi kelak. Amin...dan Ummi kelak. Amin...dan Ummi kelak. Amin...

    AdikAdikAdikAdik----adikku; adikku; adikku; adikku; Umar Farouq, Muh. Umar Farouq, Muh. Umar Farouq, Muh. Umar Farouq, Muh. Zakaria, dan fira, Zakaria, dan fira, Zakaria, dan fira, Zakaria, dan fira,

    terima kasih sudah menerima kakak apa adanyakalian terima kasih sudah menerima kakak apa adanyakalian terima kasih sudah menerima kakak apa adanyakalian terima kasih sudah menerima kakak apa adanyakalian adalah harta yang paling berharga. adalah harta yang paling berharga. adalah harta yang paling berharga. adalah harta yang paling berharga. kakak sayang kakak sayang kakak sayang kakak sayang

    kaliankaliankaliankalian

    Mbah Bu, mbah Kung, Alm. Engkong, dan enek tercinta Mbah Bu, mbah Kung, Alm. Engkong, dan enek tercinta Mbah Bu, mbah Kung, Alm. Engkong, dan enek tercinta Mbah Bu, mbah Kung, Alm. Engkong, dan enek tercinta yang selalu mendoakan melka.yang selalu mendoakan melka.yang selalu mendoakan melka.yang selalu mendoakan melka.

    Big Family from Jakarta Big Family from Jakarta Big Family from Jakarta Big Family from Jakarta yang selalu memberikan doa yang selalu memberikan doa yang selalu memberikan doa yang selalu memberikan doa

    serta motivasi tiada henti. serta motivasi tiada henti. serta motivasi tiada henti. serta motivasi tiada henti.

    All my teacher dari TK hingga Perguruan Tinggi yang All my teacher dari TK hingga Perguruan Tinggi yang All my teacher dari TK hingga Perguruan Tinggi yang All my teacher dari TK hingga Perguruan Tinggi yang dengan tulus mendidik dan memberikan ilmunya.dengan tulus mendidik dan memberikan ilmunya.dengan tulus mendidik dan memberikan ilmunya.dengan tulus mendidik dan memberikan ilmunya.

  • UCAPAN TERIMA KASIH.

    Dia, malam, dan Semua tentang Kitayang hadir dengan ketiadaan, sederhana dalam ketidakmengertian

    ierbeduagekita bisa buat everythings will be OK!

    we are strong women

    Friends Chemistry 04 (Moe-Chib, Ely, Sun-Tea, D-vi, Iefa, Ucwah, Atus, Fatimah, Hairi, Ndes, Faijal, Topik, Mike) yang udah buat jeda

    tak lagi kosong.. Lophe U

    Mb Nurul, Mb Susi, MbCici, Mb Akyun, Mas Abi, Mas Nain, Mas Taufik..Makacih nyak

    Adek-adek chemistry yang selalu memberikan doa serta semangat, Tetep Semangat!!, perjalanan baru dimulai

    Girls in EBLAZ (Intan, Lyly, Rini, Rizka and Fha) yang udah nemenin and jadi saksi hidup sebuah perjalanan yang tak

    tergantikan. teterere reret..ehem-ehem

    Kost 48 (R-lina, Mamuk, Rida, Dina, Ratih, Menyun, Eka and Maya) Kebersamaan adalah segalanya.

    Thanks for All

    Kost 15 (Junet, Mama, Aicho, Anik, Za, Mb Siti, Dian, Bu Nyai, Riris, and Yuyun) yang udah mau berbincang-bincang dengan makhluk

    setengah Dewi. tengkyu very much-much

    Lalake lan Bebini yang da di IKMASS, makasih buat sekelumit cerita

    yang sungguh menarik.

    ForBidden..yang telah memberi warna dan celah tuk berhenti sejenak.

    Uncle Sam yang telah membantu dengan tulus untuk

    mendapatkan sampel.

    Serta rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dari awal kuliah hingga

    tersusunnya skripsi ini. Terimakasih..

  • MOTTO

    u u % ! $# t y tst7 9 $# (# = 2' tG9 $Vss9 $w s (# _ tG n@u Zpi u= m $y t t6 = s? ts?u = 9$# tz#ut (#tF7 tF9 u & # s 6= ys9 u 3 s?

    Artinya:

    Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari

    lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya

    kamu bersyukur. (QS.An-Nahl:14)

    Walaupun berada di tempat segelap dan serendah apapun...Walaupun berada di tempat segelap dan serendah apapun...Walaupun berada di tempat segelap dan serendah apapun...Walaupun berada di tempat segelap dan serendah apapun...

    Tak ada kehidupan yang tak bisa diperbaikiTak ada kehidupan yang tak bisa diperbaikiTak ada kehidupan yang tak bisa diperbaikiTak ada kehidupan yang tak bisa diperbaiki

    Karena masih ada pelangi sehabis hujan...Karena masih ada pelangi sehabis hujan...Karena masih ada pelangi sehabis hujan...Karena masih ada pelangi sehabis hujan...

  • KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Segala puji bagi Allah SWT karena atas limpahan nikmat-Nya, penulis

    dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

    Sarjana Sains (S.Si). Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang berpartisipasi

    dan membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis sampaikan

    terimakasih yang sebesar-besarnya teriring doa Jazakumullah ahsanal jazaa

    kepada:

    1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku rektor Universitas Islam Negeri

    Malang.

    2. Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumitro, SU, DSc selaku Dekan Fakultas

    Sains dan Teknologi UIN Malang.

    3. Diana Candra Dewi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas Sains

    Dan Teknologi UIN Malang.

    4. Akyunul Jannah, MP, Elok Kamilah Hayati, M. Si, dan Ahmad barizi, MA

    selaku dosen pembimbing selaku dosen pembimbing yang dengan

    kesabarannya memberikan bimbingan dan arahan serta masukan-masukan

    yang sangat berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

    5. Abi dan Umi tercinta yang dengan sepenuh hati memberikan dukungan

    baik moril maupun sprituil sehingga penulisan skripsi ini dapat

    terselesaikan.

  • 6. Bapak-Ibu Dosen dan seluruh civitas akademik Fakultas Sains dan

    Teknologi yang telah memberikan ilmu dan kemudahan selama penulis

    berada di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang.

    7. Kakak-kakak serta adik-adikku yang telah banyak memberikan doa,

    motivasi, dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini serta semua saudara

    di rumah.

    8. Teman-teman Kimia04 seperjuangan, Kimia05, Kimia06-08, baik yang

    sama-sama sedang berjuang maupun yang akan berjuang dan teman-teman

    kosan.

    9. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

    Penulis mengakui bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, kelemahan,

    dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

    dan saran yang membangun guna perbaikan ke depan.

    Akhirnya semoga karya ini diterima di sisi Allah SWT. dan semoga

    mendapatkan balasan yang setimpal dari-Nya. Harapan penulis semoga karya tulis

    ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan para pembaca pada

    umumnya, untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembangan pendidikan

    Islam ke depan dan dapat memperluas cakrawala ke-Islaman terutama untuk ilmu.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Malang, 16 April 2009

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 5 1.3 Tujuan ............................................................................................. 6 1.4 Batasan Masalah ............................................................................. 6 1.5 Manfaat ........................................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8 2.1 Kekayaan Laut ................................................................................ 8 2.2 Alga (Rumput Laut) Merah ............................................................ 10 2.2.1 Alga Merah Eucheuma spinosum................................................. 13 2.2.2 Alga Merah Gracillaria verrucosa .............................................. 15 2.3 Karaginan ........................................................................................ 17 2.3.1 Struktur dan Sifat Karaginan ........................................................ 17 2.3.2 Manfaat Karaginan ....................................................................... 23 2.3.3 Isolasi, Fraksinasi dan Pemurnian Karaginan .............................. 25 2.3.4 Pemisahan Karaginan dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) ......................................................................... 27 2.4 Antioksidan ..................................................................................... 28 2.4.1 Mekanisme Antioksidan............................................................... 30 2.4.2 Antioksidan Alami ....................................................................... 33 2.4.3 Antioksidan Sintetik ..................................................................... 36 2.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan metode DPPH ................ 37 2.6 Identifikasi Spektofotometer UV-Vis ............................................. 40

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 43 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 43 3.2 Bahan-Bahan Penelitian .................................................................. 43 3.2.1 Bahan Sampel .............................................................................. 43 3.2.2 Bahan Kimia ................................................................................ 43 3.2.3 Alat-Alat Penelitian ...................................................................... 44 3.3 Tahapan Penelitian .......................................................................... 44

  • 3.4 Rancangan Penelitian ...................................................................... 45 3.5 Cara Kerja ....................................................................................... 46 3.5.1 Preparasi Sampel .......................................................................... 46 3.5.2 Penentuan Kadar Air Secara Thermogravimetri .......................... 46 3.5.3 Ekstraksi Karaginan dengan Metode Maserasi ............................ 46 3.5.4 Uji Aktivitas Antioksidan Hasil Ekstraksi Dengan Metode DPPH .............................................................................. 47 3.5.5 Fraksinasi dengan Larutan KCl 2,5% .......................................... 48 3.5.6 Pemurnian Karaginan dengan larutan H2O2 30% ........................ 49 3.5.7 Pemisahan Karaginan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ........................................................................ 49 3.5.7.1 KLT Analitik ............................................................................. 49 3.5.7.2 KLT Preparatif .......................................................................... 50 3.5.8 Uji Aktivitas Antioksidan Hasil Ekstraksi Dengan Metode DPPH .............................................................................. 51 3.6 Analisis Data ................................................................................... 51

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 52 4.1 Ekstraksi Karaginan Dengan Metode Maserasi .............................. 54 4.2 Uji Aktivitas Antioksidan Hasil Ekstraksi Dengan Metode DPPH ................................................................................. 58 4.3 Fraksinasi dengan Larutan KCl 2,5% ............................................. 58 4.4 Pemisahan Karaginan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ........................................................................... 61 4.5 Uji Aktivitas Antioksidan Hasil Ekstraksi Dengan Metode DPPH ................................................................................. 65

    BAB V PENUTUP ........................................................................................... 67 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 67 5.2 Saran ................................................................................................ 68

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69 LAMPIRAN ..................................................................................................... 74

  • DAFTAR TABEL

    No Judul Halaman

    2.1 Kandungan Unsur-Unsur Mikro Dalam Alga Merah.................................... 13 2.2 Komposisi Nilai Nutrisi Alga Merah Eucheuma spinosium...........................15 2.3 Komposisi Nilai Nutrisi Alga Merah Gracillaria verrucosa ............... .........16 2.4 Unit-Unit Monomer Karaginan ............................................................ .........20 2.5 Daya Kelarutan Karaginan pada Berbagai Media Pelarut ................... .........21 2.6 Stabilitas Karaginan dalam Berbagai Media Pelarut......................................22 4.1 Perubahan Warna dan Perhitungan Kadar Air pada Alga Merah...........51 4.2 Data Rendemen Karaginan Hasil Ekstraksi Alga Merah............55 4.3 Aktivitas Antioksidan (%) Ekstrak Kasar dan Pembanding...........................56 4.4 Nilai Hasil Fraksinasi Karaginan dengan Larutan KCl 2,5%.........................59 4.5 Nilai Hasil Pemurnian Karaginan dengan larutan H2O2 30%.........................61 4.6 Nilai Rf Karaginan dengan Variasi Eluen.......................................................62 4.7 Nilai Rf dan Penampak Noda pada Kromatogram Hasil KLT Preparatif Ekstrak Alga Merah dengan Eluen Metanol:Air (5:1

    vv ).......................................................................................64

    4.8 Perbandingan Presentasi Aktivitas Antioksidan Antara Ekstrak Kasar dan Fraksi Aktif Masing-Masing Sampel Alga Merah ....65

  • DAFTAR GAMBAR

    No. Gambar Halaman

    2.1 Alga Merah Eucheuma spinosium..............................................................14 2.2 Alga Merah Gracillaria verrucosa.............................................................15 2.3 Struktur Dasar Karaginan...........................................................................17 2.4 Struktur -Karaginan..................................................................................18 2.5 Struktur -Karaginan...................................................................................19 2.6 Struktur -Karaginan..................................................................................19 2.7 Struktur dari -Karaginan...........................................................................20 2.8 Struktur dari -Karaginan...........................................................................20 2.9 Struktur Silika Gel......................................................................................28 3.0 Reaksi Penghambatan Antioksidan Primer Terhadap Radikal Lipida.......32 3.1 Reaksi Penghambatan Antioksidan Antar Radikal Antioksidan................32 3.2 Antioksidan Bertindak sebagai Prooksidan pada Konsentrasi Tinggi........33 3.3 Struktur Kimia Asam Askorbat..................................................................35 3.4 Struktur BHT (Butyl Hydroxy Toluen)......................................................36 3.5 Reaksi Antara Antioksidan dengan Molekul DPPH..................................39 4.1 Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas dengan Berbagai Konsentrasi.......57 4.2 Mekanisme penambahan ion K+ pada molekul karaginan..........................59 4.3 Hasil KLT Analitik Masing-Masing Sampel......62 4.4 Hasil Identifikasi KLT dengan lampu UV dengan eluen metanol:air

    (5:1v

    v )......................................................................................................63 4.5 Hasil Identifikasi KLT dari masing-masing sampel dengan eluen

    metanol:air (5:1v

    v )...................................................................................64

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    Lampiran 1 Skema Kerja Prosedur Penelitian ................................................ ..74 Lampiran 2 Pembuatan Larutan dan Bahan ................................................... ..84 Lampiran 3 Perhitungan kadar air alga merah ................................................ ..88 Lampiran 4 Perhitungan rendemen karaginan hasil ekstraksi alga merah ................................................................................... ..89 Lampiran 5 Data hasil pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH ............................................................................. ..90 Lampiran 6 Perhitungan nilai Rf masing-masing alga merah ........................ ..94 Lampiran 7 Reaksi dugaan antara antioksidan (ekstrak karaginan,

    vitamin C dan BHT) dengan molekul DPPH.................................95 Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian .............................................................. ..97

  • ABSTRAK

    Hijaz, M. N., 2009, Uji Aktivitas Antioksidan Karaginan dalam Alga Merah Jenis Eucheuma spinosium dan Gracillaria verrucosa.

    Pembimbing Utama : Akyunul Jannah, M.P Pembimbing Kedua : Ahmad Barizi, MA

    Sumber daya laut merupakan kekayaan alam yang memiliki peluang besar untuk dimanfaatkan. Allah telah menjelaskan dalam al-Quran surat An-Nahl [16] ayat 14; Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.. Salah satunya adalah alga merah. Alga merah yang digunakan adalah jenis Eucheuma spinosium dan Gracillaria verrucosa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak kasar dan fraksi aktif karaginan dalam alga merah jenis Eucheuma spinosum dan Gracillaria verrucosa dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil).

    Ekstraksi bahan aktif ekstrak karaginan dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol, uji identifikasi kualitatif karaginan dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan KLT. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH ((1,1-difenil-2-pikrilhidrasil) dengan berbagai konsentrasi.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa alga merah Eucheuma spinosium memiliki kadar air 12,01% dan Gracillaria verrucosa 12,08%. Rendemen yang dihasilkan adalah sebesar 35% untuk Eucheuma spinosium dan 25,4% untuk Gracillaria verrucosa. Pada uji KLT telah didapatkan satu noda senyawa karaginan dengan nilai Rf 0,74 pada masing-masing alga merah serta standart yang menggunakan fase gerak metanol:air (5:1

    vv ). Ekstrak kasar karaginan

    dalam alga merah jenis Eucheuma spinosium, Gracillaria verrucosa, vitamin C serta BHT mengalami peningkatan konsentrasi pada semua perlakuan sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas antioksidan. Adapun aktivitas antioksidan ekstrak kasar yang diperoleh adalah Eucheuma spinosum pada 750 ppm sebesar 83,37%, Gracillaria verrucosa pada 750 ppm sebesar 85,79%, vitamin C pada 500 ppm sebesar 83,03% dan BHT pada 350 ppm sebesar 77,34%. Aktivitas antioksidan ekstrak fraksi aktif karaginan pada konsentrasi 750 ppm yang diperoleh adalah Eucheuma spinosum sebesar 54,04%, Gracillaria verrucosa sebesar 55,35% dan standar sebesar 38,12%.

    Kata kunci: karaginan, Alga Merah Eucheuma spinosium, Alga Merah Gracillaria verrucosa, antioksidan

  • ABSTRACT

    Hijaz, M. N., 2009, Antioxidant Activities Test of Carrageenan in Red Seaweed of The Kind Eucheuma spinosium dan Gracillaria verrucosa.

    Main Conselor : Akyunul Jannah, M.P Second Conselor : Ahmad Barizi, MA

    Ocean research as natural weath has a great oppurtinity to be useful. Allah has explained in Al-Quran section An-Nahl subsection 14 That is HIM Allah who defeates ocean for you in order to eat from it fresh meat of fish, and you take of the ocean the jewelry you wear and you see boat sailing on it and you take benefit of god blessing and you be grateful. One of them is red seaweed. The red seaweed that has been used is the kind of Eucheuma spinosium and Gracillaria verrucosa. The aim of the research is to know the activities of crude extract antioxidant and carrageenan active fraction in red seaweed of the kind of Eucheuma spinosium and Gracillaria verrucosa with DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil) methode. Carrageenan extraction is executed with maceration methode by using ethanol, quality identification test of carrageenan is executed by using KLT separation methode. Antioxidant activities test uses DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil) methode with varietes concentration. Research result indicates that red seaweed Eucheuma spinosum has water level 12,01% and Gracillaria verrucossa 12,08%. The sample is 35% for Eucheuma spinosum and 25,4 % for Gracillaria verrucossa. In KLT test has gotten spot of carrageenan with the values of Rf 0,74 in each red seaweed as the standard that uses water:methanol movement phase (5:1

    vv ). Carrageenan crude

    extract in red seaweed of the kind Eucheuma spinosum, Gracillaria verrucossa, vitamine C and BHT has increasing concentration in every antioxidant activities. Crude extract antioxidant activities of Eucheuma spinosum is 83,37% in 750 ppm, Gracillaria verrucosa is 85,79% in 750 ppm, vitamine C is 83,03% in 500 ppm and BHT is 77,79% in 350 ppm. Antioxidant activities carrageenan extract active fraction in 750 ppm of Eucheuma spinosum is 54,04%, Gracillaria verrucosa is 55,35% and standard is 38,12%.

    Key word : carrageenan, red saweed of Eucheuma spinosu, red seaweed of Gracillaria verrucosa, antioxidant

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan salah satu Negara bahari terbesar di dunia.

    Karakteristik geografis Indonesia struktur dan tipologi ekosistemnya yang

    didominasi oleh lautan telah menjadikan Indonesia sebagai pemilik

    keanekaragaman hayati terbesar dunia. Sumber daya kelautan merupakan

    kekayaan alam yang memiliki peluang besar untuk dimanfaatkan.

    Dalam surat an-Nahl/16 ayat 14 Allah berfirman :

    u u % ! $# t y tst7 9 $# (# = 2' tG9 $Vss9 $w s (# _ tG n@u Zpi u= m $y t t6 = s? ts?u = 9$# tz#ut (#tF7 tF9 u & # s 6= ys9 u 3 s?

    Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS.16:14).

    Makna dari firman Allah SWT sakhkhara al-bahra menerangkan bahwa

    Laut juga ditundukkan sebagai sumber daya alam yang tak ternilai harganya. Laut

    adalah lambang dari kesuburan sekaligus kemakmuran. Di laut terdapat beraneka

    ragam potensi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources)

    seperti ikan, udang, kepiting, rumput laut dan lain sebagainya serta potensi

    sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) seperti

    gas dan minyak bumi, mineral dan aneka bahan tambang serta enersi ramah

    lingkungan.

  • Menurut Ibnu Katsir Penciptaan laut sebagai tempat penyimpanan yang

    tidak pernah kering merupakan nikmat yang besar dari Allah SWT. Laut tidak

    pernah kering dari sumber-sumber makanan yang merupakan hal yang mendasar

    dalam kehidupan semua bangsa. Laut juga dapat dijadikan sebagai cadangan

    makanan untuk manusia (Djamil,A., 2004:71).

    Dalam kitab Al-Mawa Al-Hayat baina Al-Ilm wa Al-Quran disebutkan,

    kalau kemajuan dalam produksi pangan secara kimiawi telah memungkinkan

    berdirinya pabrik-pabrik makanan baru hingga maraknya pengeksploitasian

    sumber daya laut yang menghasilkan kekayaan melimpah dan dapat memacu

    perkembangan zaman, maka dalam waktu dekat laut akan menjadi sumber

    penghasilan yang padat protein.

    Salah satu sumber daya alam laut yang dapat dimanfaatkan adalah rumput

    laut. Rumput laut adalah nama umum dalam dunia perdagangan yang digunakan

    untuk menyebutkan kelompok alga laut yang hidup di laut. Alga merupakan salah

    satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir. Selain

    dapat digunakan sebagai bahan makanan, minuman dan obat-obatan, beberapa

    hasil olahan alga seperti agar-agar, alginat dan karaginan merupakan senyawa

    yang cukup penting dalam industri (Istini, 1998).

    Pemanfaatan alga masih perlu dikembangkan lagi agar memberikan nilai

    tambah, baik secara ekonomi maupun lingkungan. Seiring dengan perkembangan

    teknologi, alga telah ditingkatkan pemanfaatannya sehingga memberikan nilai

    yang lebih tinggi. Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai antioksidan.

  • Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat spesies oksigen

    reaktif/spesies nitrogen aktif (ROS/RNS) dan juga radikal bebas sehingga

    antioksidan dapat mencegah penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan radikal

    bebas seperti karsinogenesis, kardiovaskuler dan penuaan. Antioksidan alami

    secara toksikologi lebih aman untuk dikonsumsi dan lebih mudah diserap oleh

    tubuh daripada antioksidan sintesis (Madhavi et al, 1996).

    Antioksidan sintetik BHA, BHT, PG dan TBHQ sering digunakan untuk

    mengontrol terjadinya oksidasi. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan

    antioksidan tersebut menyebabkan efek karsinogenik. Oleh karena itu penelitian

    dan pengembangan antioksidan yang berasal dari alam sedang banyak dilakukan

    sebagai alternatif pengganti antioksidan sintetik. Penelitian menunjukkan bahwa

    antioksidan alami memiliki aktivitas antioksidatif lebih tinggi daripada

    antioksidan sintetis. Karena itu, antioksidan alami mulai meningkat

    penggunaannya dan menggantikan antioksidan sintesis (Paiva dan Robert, 1999).

    Pemanfaatan alga sebagai antioksidan telah dilakukan oleh beberapa

    peneliti, Omar, dkk (2007) melakukan penelitian menggunakan alga coklat jenis

    Padina antillarium yang menghasilkan ekstrak fukoidan (polisakarida kompleks

    pada dinding sel alga) sebagai antioksidan dengan nilai EC50 sebesar 0,337 g/mL

    dengan metode DPPH. Cristiane, dkk (2006) menggunakan alga coklat jenis

    Fucus vesiculosus yang menghasilkan ekstrak fukoidan (polisakarida kompleks

    pada dinding sel alga) sebagai antioksidan dengan nilai EC50 sebesar 2,341

    g/mL, alga merah jenis Gigartina acicularis yang menghasilkan ekstrak lambda

    karaginan sebagai antioksidan dengan nilai EC50 sebesar 0,323 g/mL, alga merah

  • jenis Eucheuma cottoni yang menghasilkan ekstrak kappa karaginan sebagai

    antioksidan dengan nilai EC50 sebesar 2,697 g/mL, serta alga merah jenis

    Eucheuma spinosium yang menghasilkan ekstrak iota karaginan sebagai

    antioksidan dengan nilai EC50 sebesar 0,830 g/mL dengan metode TBA (asam 2-

    tiobarbiturat).

    Salah satu jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di Indonesia

    terutama kabupaten Probolinggo adalah alga merah jenis Eucheuma spinosium

    dan Gracillaria verrucosa. Penelitian ini salah satunya dilakukan untuk

    memanfaatkan alga merah jenis Eucheuma spinosium dan Gracillaria verrucosa

    yang banyak dibudidayakan di kabupaten Probolinggo. Kandungan kimia dari

    alga merah jenis Eucheuma spinosium adalah iota karaginan adalah 65,75%

    (Mubarak, 1982). Kandungan kimia dari alga merah jenis Gracillaria verrucosa

    adalah karaginan (47,34%) (Istini, 1998). Iota karaginan merupakan polisakarida

    tersulfatkan dimana kandungan ester sulfatnya adalah 28-35%. Adanya atom

    sulfur (S) dan oksigen (O) pada ester sulfat, -OH dan COOH pada polisakarida,

    merupakan situs aktif tempat berinteraksi dengan radikal bebas (Atmadja, 1996).

    Beberapa senyawa sulfur pada iota karaginan merupakan pemecah peroksida yang

    efektif. Peranan ini dapat berupa reaksi transfer satu elektron, dan struktur

    permulaannya mungkin hanya prekusor inhibitor aktif (Cahyadi, 2006).

    Pada penelitian Cristiane, dkk (2006) dilakukan uji aktivitas antioksidan

    karaginan dengan menggunakan metode TBA, sehingga pada penelitian ini

    dilakukan uji aktivitas antioksidan karaginan dengan menggunakan metode lain

    yaitu metode DPPH, dikarenakan setiap metode memberikan hasil yang berbeda

  • pula. Metode DPPH digunakan untuk mengukur daya antioksidan yang diperoleh

    dengan menghitung jumlah pengurangan atau peluruhan warna ungu DPPH yang

    sebanding dengan pengurangan konsentrasi larutan DPPH melalui pengukuran

    absorbansi larutan uji. Metode DPPH dipilih karena sederhana, mudah, cepat dan

    peka serta hanya memerlukan sedikit sampel walaupun terbilang harganya mahal.

    Metode DPPH juga merupakan metode yang tidak terbatas untuk mengukur

    komponen yang larut dalam pelarut yang digunakan dalam analisa (dapat

    mengukur aktivitas total antioksidan baik dalam pelarut polar maupun nonpolar)

    (Hafid, 2003).

    Penelitian mengenai penangkapan radikal bebas oleh suatu senyawa

    antioksidan ini juga perlu untuk dilakukan mengingat efek negatif yang dapat

    ditimbulkan oleh suatu radikal bebas jika berada di dalam tubuh. Berdasarkan

    penelitian Cristiane, dkk (2006) tersebut, maka dilakukan penelitian uji aktivitas

    antioksidan karaginan dari dua jenis alga merah jenis Eucheuma spinosium dan

    Gracillaria verrucosa dengan metode DPPH karena dimungkinkan dalam alga

    merah jenis Eucheuma spinosium dan Gracillaria verrucosa terkandung

    karaginan yang merupakan senyawa antioksidan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas maka dapat

    diambil rumusan masalah yaitu :

  • 1. Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak kasar karaginan dalam alga merah

    jenis Eucheuma spinosum dan Gracillaria verrucosa dengan metode DPPH

    (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil)?

    2. Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak fraksi aktif karaginan dalam alga

    merah jenis Eucheuma spinosum dan Gracillaria verrucosa dengan metode

    DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil)?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

    1. Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak kasar karaginan dalam alga merah

    jenis Eucheuma spinosum dan Gracillaria verrucosa dengan metode DPPH

    (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil).

    2. Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak fraksi aktif karaginan dalam alga

    merah jenis Eucheuma spinosum dan Gracillaria verrucosa dengan metode

    DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil).

    1.4 Batasan Masalah

    1. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah alga merah jenis Eucheuma

    spinosum yang berasal dari perairan Mayangan dan Gracillaria verrucosa

    yang berasal dari tambak pada daerah Kraksaan Kabupaten Probolinggo yang

    berumur 49 hari (7 minggu).

  • 2. Metode untuk uji aktivitas antioksidan ekstrak karaginan dalam dua jenis alga

    merah adalah DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil) dengan menggunakan

    pembanding BHT serta vitamin C.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

    pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat alga merah jenis Eucheuma

    spinosum dan Gracillaria verrucosa yang tidak hanya untuk bahan makanan

    tetapi mengandung senyawa antioksidan yang baik bagi kesehatan yaitu

    karaginan. Selain itu, memberikan informasi tentang aktivitas antioksidan

    karaginan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil) dengan

    menggunakan pembanding BHT serta vitamin C.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kekayaan Laut

    Indonesia merupakan negara dengan wilayah laut yang lebih besar

    dibanding darat (75% laut). Laut adalah lambang dari kesuburan sekaligus

    kemakmuran karena mempunyai potensi sumberdaya alam yang tak ternilai

    harganya. Laut mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.

    Dalam surat an-Nahl/16 ayat 14 Allah berfirman :

    u u % ! $# t y tst7 9 $# (# = 2' tG9 $Vss9 $w s (# _ tG n@u Zpi u= m $y t t6 = s? ts?u = 9$# tz#ut (#tF7 tF9 u & # s 6= ys9 u 3 s?

    Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS.16:14).

    Apabila dicermati ayat-ayat tersebut di atas tampak bahwa Allah SWT

    menciptakan laut dengan beberapa kandungan kekayaan yang terdapat di

    dalamnya. Adapun tiga kandungan kekayaan laut :

    1. Kekayaan makanan, hal ini terdapat dalam firman Allah SWT $ w s $Vs s9 ( # = 2' tG9 menjelaskan bahwa laut menyediakan sumber makanan/daging yang

    segar (Faathir/35:12) diantaranya ikan, udang, kepiting, rumput laut dan lain

  • sebagainya yang penting bagi kehidupan manusia karena makanan yang segar

    memiliki nilai positif bagi kesehatan. Pengelolaan kekayaan tersebut bisa

    berupa penjaringan ikan, atau pembudidayaan kelautan lainnya yang bisa

    dijadikan komoditas perdagangan di tingkat nasional ataupun internasional.

    2. Kandungan kekayaan laut yang kedua yaitu kekayaan berupa perhiasan, hal ini

    terdapat dalam firman Allah SWT $y t t6 = s? Zpi u = m #_ tG n@u menjelaskan

    bahwa Allah SWT memberikan manusia tidak saja sarana untuk mencari

    kebutuhan pokok, seperti air dan makanan, tapi juga memberinya bahan-bahan

    perhiasan (Faathir/35:12) seperti mutiara (Ar-Rahman/55:19-24), timah, emas,

    perak dan lain sebagainya. Seolah-olah Al-Quran mengatakan, Agar kalian

    dapat menambang mutiara berharga yang terdapat di dasar laut, dengan cara

    menyelam, demi menghiasi pakaian kalian serta istri-istri kalian: dan kamu

    mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai. Laut menyediakan

    manusia perhiasan alamiah terbaik.

    3. Kandungan kekayaan laut yang ketiga yaitu kekayaan berupa sarana

    transportasi, hal ini terdapat dalam firman Allah SWT tz#u t = 9$# ts? u

    menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan manusia alat transportasi yaitu

    kapal (Luqman/3:31 dan Al-Jatsiyah/45:12) untuk berlayar di laut.

    Pengelolaan kekayaan tersebut bisa digunakan untuk kegiatan pelayaran dan

    juga untuk mata pencaharian (bagi nelayan).

    8

  • Sehingga dari ayat di atas dapat ditemukan secara jelas tentang potensi

    kekayaan laut, serta kemungkinan pengelolaan dan pemanfataanya bagi keperluan

    manusia karena sumber daya alam itu baru dikatakan bermanfaat setelah

    dirasakan atau digunakan oleh manusia. Salah satu sumber kekayaan laut yang

    dapat dimanfaatkan adalah alga (rumput laut).

    2.2 Alga (Rumput Laut) Merah

    Alga (jamak Algae) adalah biota laut yang umumnya tumbuh melekat pada

    substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati tetapi hanya

    menyerupai batang yang disebut thallus. Alga tumbuh dengan mendekatkan

    dirinya pada karang lumpur, pasir, batu dan tumbuhan lain secara spesifik

    (Anggadiredja, dkk, 2006). Untuk susunan tubuhnya, umumnya bersel banyak

    (multiseluler), tetapi ada juga yang bersel tunggal (uniseluler) dan sering juga

    membentuk filamen (benang) (Hidayat, 2006).

    Proses metabolisme alga memerlukan kesesuaian faktor-faktor fisika dan

    kimia perairan seperti gerakan air, suhu, kadar garam, nutrisi atau zat hara seperti

    nitrat dan fosfat, dan pencahayaan sinar matahari. Pada masa pertumbuhannya, zat

    hara diserap dari media air melalui thallus, sedangkan proses fotosintesis

    berlangsung dengan bantuan sinar matahari yang menembus ke perairan di tempat

    pertumbuhannya (Atmadja, 2007). Setiap jenis alga mempunyai perbedaan dalam

    proses metabolismenya. Pertumbuhan alga yang mempunyai perbedaan dalam

    kesesuaian faktor-faktor fisika dan kimia dapat dijelaskan dalam firman Allah

    surat Al Furqon/25 ayat 53 :

  • * u u %! $# yltt tst7 9 $# # x y > t N# t # x yu x = l% y` & yy_u $ y s]"t/ % Y{ y t/ # \fm u # Y f t

    Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi(QS.25:53).

    Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa dua lautan yang bertemu dan

    dipisahkan oleh dinding batas. Akibat adanya batas ini, menjadikan laut yang satu

    mempunyai karakter yang berbeda, yaitu dalam suhu, kadar keasinan (salinitas),

    berat jenis, dan tekanan dengan laut yang berdampingan dengannya. Oleh

    karenanya, makhluk hidup seperti alga mempunyai karakter yang berbeda pula

    antara jenis satu dengan lainnya ataupun dari tempat satu dengan lainnya.

    Alga merah merupakan salah satu hasil perikanan yang penting di

    Indonesia. Alga merah mempunyai nilai ekonomi tinggi dibandingkan jenis alga

    merah yang lain karena mengandung karaginan dan agar. Jenis-jenis alga merah

    antara lain Gracilaria gigas, Gracilaria salicornia, Gracillaria verrucosa,

    Amphiroa rigida, Hypnea asperi, Eucheuma denticulatum, Eucheuma edule,

    Kappaphycus alvarezii, Eucheuma spinosum, Laurencia elata, Gelidium

    latifolium dan lain sebagainya.

    Alga kelompok merah memiliki pigmen fikoeretrin (phycoerethrin) dan

    fikosianin (phycocyanin) yang struktur dasarnya pirol dan berprotein. Fikoeretrin

    adalah pigmen yang berwarna merah cerah dan memancarkan warna oranye,

    sedangkan fikosianin berwarna biru dan memancarkan warna merah tua. Alga

    merah mempunyai sifat adaptik kromatik, yaitu mempunyai penyesuaian antara

  • proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan sehingga pada kenyataan

    di alam, alga merah menunjukkan variasi warna lain seperti pirang, violet, merah

    tua, merah muda, cokelat, kuning dan hijau (Atmadja, 2007).

    Fikosianin merupakan salah satu dari tiga pigmen (klorofil, fikosianin dan

    karotenoid) yang mampu menangkap radiasi yang tersedia dari matahari paling

    efisien. Fikosianin bermanfaat dalam proses fotosintesis karena merupakan

    prekursor bagi klorofil dan hemoglobin dengan kandungan magnesium dan besi

    (Suhartono, 2000 dalam Arlyza, 2005).

    Perbedaan warna yang didasarkan atas perbedaan kandungan pigmen

    tersebut telah dijelaskan dalam surat Az-Zumar/39 ayat 21 tentang tanaman yang

    memiliki bermacam-macam warna:

    s9r& ts? r& !$# tt r& z !$ y 9$# [!$ t s3 n= | s y6ot F{$# O l / %Y y $ =tG u9r& O k t 1u1 tIs #vx O & # ygs $s m 4 ) 9s

    3 t. % s! < ' T{ = t7 9F{$#

    Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS.39:21).

    Perkembangbiakan dari alga merah, umumnya secara vegetatif (tidak

    melalui proses perkawinan) yaitu dengan fragmentasi, sporik dan gametik.

    Kelompok tumbuhan ini mempunyai peranan yang sangat besar di lingkungan

  • laut, karena hanya merekalah yang dapat menghasilkan oksigen yang sangat

    dibutuhkan oleh semua penghuni laut (Hidayat, 2006).

    Adapun kandungan unsur-unsur mikro dalam alga merah terdapat dalam

    tabel di bawah ini :

    Tabel 2.1 Kandungan unsur-unsur mikro dalam alga merah

    Komponen Jumlah (%) Air 27,8

    Karbohidrat 33,3 Protein 5,4 Lemak 8,60

    Abu 22,25 Cl 1,5-3,5 K 1,0-2,2 Na 1,0-7,9 Mg 0,3-1,0 S 0,5-1,8 Si 0,2-0,3 P 0,2-0,3

    Ca 0,4-1,5 Fe 0,1-0,15 I 0,1-0,15

    Br 0,005 Sumber : Winarno, 1990

    2.2.1 Alga Merah Eucheuma spinosum

    Genus ini mempunyai thallus berwarna kuning kecoklat-coklatan sampai

    merah keungu-unguan, berbentuk agak pipih dan bercabang-cabang tidak

    beraturan. Percabangan yang terjadi pada genus ini adalah dua (dichotome) atau

    tiga (trichotome) buah (Hidayat, 2006). Ciri khusus secara morfologis, jenis ini

    memiliki duri-duri yang tumbuh berderet melingkari thallus dengan interval yang

    bervariasi sehingga terbentuk ruas-ruas thallus di antara lingkaran duri.

  • Percabangan berlawanan atau berselang-seling dan timbul teratur pada deretan

    duri antar ruas dan merupakan perpanjangan dari duri tersebut. Ujung

    percabangan mudah melekat pada substrat (Anggadiredja, dkk, 2006).

    Gambar 2.1 Alga Eucheuma spinosum (Anggadiredja, dkk, 2006)

    Eucheuma spinosum mempunyai taksonomi sebagai berikut

    (Anggadiredja, dkk, 2006) :

    Divisio : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Bangsa : Gigartinales Suku : Solierisceae Marga : Eucheuma Jenis : Eucheuma Spinosum

    Eucheuma spinosum tumbuh melekat pada rataan terumbu karang, batu

    karang, batuan, benda keras dan cangkang kerang (epilitic). Eucheuma spinosum

    memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis sehingga hanya hidup pada

    lapisan fotik (permukaan atas laut) dan karena pertumbuhannya membutuhkan

    salinitas 28-33 per mil (Anggadiredja, dkk, 2006). Adapun komposisi nilai nutrisi

    alga merah Eucheuma spinosium terdapat dalam tabel di bawah ini :

  • Tabel 2.2 Komposisi nilai nutrisi alga merah Eucheuma spinosium

    Komponen Jumlah Kadar air (%) 12,90 Karbohidrat (%) 5,12 Protein (%) 0,13 Lemak (%) 13,38 Serat kasar (%) 1,39 Abu (%) 14,21 Mineral : Ca (ppm) 52,820 Fe (ppm) 0,0108 Cu (ppm) 0,768 Pb (ppm) - Vitamin B1 (Thiamin) (mg/100 g) 0,21 Vitamin B2 (Riboflavin) (mg/100 g) 2,26 Vitamin C (mg/100 g) 43,00 Karaginan (%) 65,75

    Sumber : Mubarak, 1982

    2.2.2 Alga Merah Gracillaria verrucosa

    Genus ini mempunyai thallus berbentuk silindris, permukaannya licin,

    warna kuning-coklat atau kuning-hijau. Percabangan berlawanan atau berselang-

    seling tidak beraturan, memusat kerah pangkal. Cabang lateral memanjang

    menyerupai rambut, ukuran panjang sekitar 25 cm dengan diameter thallus 0,5-1,5

    mm (Anggadiredja, dkk, 2006).

    Gambar 2.2 Alga Gracillaria verrucosa (Anggadiredja, dkk, 2006)

  • Gracillaria verrucosa mempunyai taksonomi sebagai berikut

    (Anggadiredja, dkk, 2006) :

    Divisio : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Bangsa : Gigartinales Suku : Gracilariaceae Marga : Glacillaria Jenis : Gracillaria verrucosa

    Gracillaria verrucosa tumbuh melekat pada substrat karang di terumbu

    karang berarus sedang (epizoic) dan dapat dibudidayakan di tambak. Alga merah

    ini membutuhkan salinitas 15 per mil dan juga dapat terlindungi dari hempasan

    gelombang air laut karena Gracillaria verrucosa mempunyai thalli yang mudah

    patah dan mudah lepas atau dipatahkan gelombang (Anggadiredja, dkk, 2006).

    Adapun komposisi nilai nutrisi alga merah Gracillaria verrucosa terdapat dalam

    tabel di bawah ini :

    Tabel 2.3 Komposisi nilai nutrisi alga merah Gracillaria verrucosa

    Komponen Jumlah Kadar air (%) 12,90 Karbohidrat (%) 4,94 Protein (%) 7,30 Lemak (%) 0,09 Serat kasar (%) 2,50 Abu (%) 12,54 Mineral : Ca (ppm) 29,925 Fe (ppm) 0,701 Cu (ppm) 3,581 Pb (ppm) 0,190 Vitamin B1 (Thiamin) (mg/100 g) 0,019 Vitamin B2 (Riboflavin) (mg/100 g) 4,00 Vitamin C (mg/100 g) 12,00 Karaginan (%) 47,34

    Sumber : Istini, 1998

  • 2.3 Karaginan

    2.3.1 Struktur dan Sifat Karaginan

    Karaginan merupakan hasil ekstraksi getah rumput laut dalam air atau

    larutan alkali dari sepsies tertentu alga merah (Rhodophyceae), yang termasuk

    senyawa golongan polisakarida galaktan sulfat. Karaginan merupakan penyusun

    utama dinding sel tanaman alga merah. Struktur dasar karaginan adalah ester

    sulfat kalium, natrium, kalsium, magnesium, atau amonium dari polimer

    D-galatosa yang terikat secara -1,3 dan -1,4. Struktur dasar seperti terlihat pada

    gambar 2.3 (cPKelco ApS, 2004):

    O

    H HH

    ORH

    CH2OH

    HRO

    O

    O

    H

    HH

    ORH

    OH

    CH2OSO3-

    HO

    O

    R = H atau SO3-

    Gambar 2.3. Struktur dasar karaginan (cPKelco ApS, 2004)

    Berdasarkan strukturnya, karaginan dibagi menjadi lima jenis yaitu kappa

    (), iota (), lamda (), mu (), dan nu (). Kelima jenis karaginan tersebut

    mempunyai sifat kimia dan fisika yang berbeda. Faktor penyebabnya adalah

    gugus sulfat yang jumlah dan letaknya bervariasi. Di samping itu, adanya gugus

    sulfat yang terikat pada atom C-6 unit D-galaktosa ikatan 1,4 yang dapat

    dikonversi secara enzimatis di dalam tanaman itu maupun secara kimia

    membentuk 3,6-anhidro- D-galaktosa (cPKelco ApS, 2004).

  • Berikut diuraikan secara umum kelima jenis karaginan :

    a. -Karaginan

    -Karaginan merupakan kopolimer linier yang disusun oleh residu

    D-galaktosa-4-sulfat dengan ikatan pada posisi 1,3 dan residu 3,6-anhidro-

    D-galaktosa dengan ikatan pada posisi 1,4. Beberapa satuan yang berikatan pada

    posisi 1,4 kadang-kadang sebagai 3,6-anhidro-D-galaktosa-2-sulfat, D-galaktosa-

    2,6-disulfat atau D-galaktosa-6-sulfat. -Karaginan disusun oleh 38,1%

    D-galaktosa, 28,1% 3,6-anhidro-D-galaktosa dan 25-28% sulfat sebagai OSO3Na.

    Struktur -Karaginan ditunjukkan pada gambar 2.4 (cPKelco ApS, 2004):

    OOSO3-

    H

    H

    HO

    H

    HOHH

    O

    OH

    O

    H

    O

    OH

    O

    HH

    HCH2

    Gambar 2.4 Struktur -Karaginan (cPKelco ApS, 2004)

    b. -Karaginan

    Struktur -Karaginan hampir sama dengan struktur -Karaginan,

    perbedaannya hanya pada kandungan sulfatnya. Pada -Karaginan terdapat gugus

    sulfat pada posisi C-2 residu 3,6-anhidro-D-galaktosa. Adanya gugus sulfat

    tambahan tersebut menyebabkan sifat gel dan -karaginan berbeda (Booth,

    1975). Menurut Winarno (1990), -Karaginan ditandai dengan adanya ester

    4-sulfat pada setiap residu D-galaktosa dan gugusan ester 2-sulfat pada setiap

    gugusan 3,6-anhidro-D-galaktosa. Struktur -Karaginan terlihat pada gambar 2.5

    (cPKelco ApS, 2004):

  • OOSO3-

    H

    H

    HO

    H

    HOHH

    O

    OH

    O

    H

    O

    OSO3-

    O

    HH

    HCH2

    Gambar 2.5 Struktur -Karaginan (cPKelco ApS, 2004)

    c. -Karaginan

    -Karaginan disusun oleh residu D-galaktosa-2-sulfat dengan ikatan

    pada posisi 1,3 dan residu D-galaktosa-2,6-disulfat dengan ikatan pada posisi

    1,4. Beberapa satuan -Karaginan kadang-kadang tidak mengandung gugus sulfat

    atau sebagai 3,6-anhidro-D-galaktosa. Jumlah ester sulfat dalam -Karaginan

    sekitar 35%. Struktur dari -Karaginan terlihat pada gambar 2.6 (cPKelco ApS,

    2004):

    OHO

    H

    H

    HOH

    HOSO3-H

    O

    OH

    O O

    OSO3-

    OH

    HH

    HH

    CH2OSO3-

    Gambar 2.6 Struktur -Karaginan (cPKelco ApS, 2004)

    d. dan -Karaginan

    dan -Karaginan relatif jarang ditemukan dalam tanaman alga merah,

    -Karaginan terdapat dalam jumlah relatif kecil dalam spesies Chondrus crispus,

    sedangkan -Karaginan ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil pada spesies

    Eucheuma uncinatium. Dalam fraksinasi karaginan dengan larutan KCl 2,5%

  • dan -Karaginan terdapat bersama-sama -Karaginan sebagai fraksi larut.

    Struktur dari -Karaginan tampak pada gambar 2.7 dan struktur -Karaginan

    tampak pada gambar 2.8 (cPKelco ApS, 2004):

    OOSO3-

    H

    H

    HOH

    HOHH

    O

    OH

    O

    H

    O

    OH

    O

    HH

    H

    CH2OSO3-

    Gambar 2.7 Struktur dari -Karaginan (cPKelco ApS, 2004)

    OOSO3-

    H

    H

    HO

    H

    HOHH

    O

    OH

    O

    H

    O

    OSO3-

    O

    HH

    H

    CH2OSO3-

    Gambar 2.8 Struktur dari -Karaginan (cPKelco ApS, 2004)

    Adapun unit-unit monomer karaginan terdapat dalam tabel di bawah ini :

    Tabel 2.4 Unit-unit monomer karaginan

    Fraksi Karaginan

    Monomer

    Kappa D-galaktosa 4-sulfat 3,6-anhidro-D-galaktosa

    Iota D-galaktosa 4-sulfat 3,6-anhidro-D-galaktosa 2-sulfat

    Lambda D-galaktosa 2-sulfat D-galaktosa 2,6-sulfat

    Sumber : Towle, 1973

  • Sifat dasar karaginan terdiri dari tiga tipe yaitu kappa, iota dan lambda.

    Sifat-sifat karaginan meliputi kelarutan, viskositas, pembentukan gel dan stabilitas

    pH.

    - Kelarutan

    Kelarutan karaginan dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor

    diantaranya tipe karaginan, temperatur, pH, dan zat-zat terlarut lainnya. Gugus

    hidroksil dan sulfat pada karaginan bersifat hidrofilik sedangkan gugus 3,6-

    anhidro-D-galaktosa lebih hidrofobik. Lambda karaginan mudah larut pada semua

    kondisi karena tanpa unit 3,6-anhidro-D-galaktosa dan mengandung gugus sulfat

    yang tinggi. Karaginan jenis iota bersifat lebih hidrofilik karena adanya gugus

    2-sulfat dapat menetralkan 3,6-anhidro-D-galaktosa yang kurang hidrofilik.

    Karaginan jenis kappa kurang hidrofilik karena lebih banyak memiliki gugus 3,6-

    anhidro-D-galaktosa (Towle, 1973). Daya kelarutan karaginan pada berbagai

    media dapat dilihat pada Tabel 2.5 :

    Tabel 2.5 Daya kelarutan karaginan pada berbagai media pelarut

    Sifat-sifat Kappa Iota Lambda Air panas Larut suhu >

    60C Larut suhu > 60C

    Larut

    Air dingin Larut Na Larut Na Larut garam Susu panas Larut Larut Larut Susu dingin Kental Kental Lebih kental Larutan gula Larut (panas) Susah larut Larut (panas) Larutan garam Tidak larut Tidak larut Larut (panas) Larutan organik Tidak larut Tidak larut Tidak larut

    Sumber: cPKelco ApS (2004)

  • - Stabilitas pH

    Karaginan dalam larutan memiliki stabilitas maksimum pada pH 8,5 dan

    akan terhidrolisis pada pH dibawah 3,5. Hidrolisis dipercepat oleh panas pada pH

    rendah. Penurunan pH menyebabkan terjadinya hidrolisis dari ikatan glikosidik

    yang mengakibatkan kehilangan viskositas. Stabilitas karaginan dalam berbagai

    media pelarut dapat dilihat pada Tabel 2.6 :

    Tabel 2.6 Stabilitas karaginan dalam berbagai media pelarut

    Stabilitas Kappa Iota Lambda pH netral dan alkali

    Stabil Stabil Stabil

    pH asam Terhidrolisis jika dipanaskan. Stabil dalam bentuk gel

    Terhidrolisis jika dipanaskan. Stabil dalam bentuk gel

    Terhidrolisis

    Sumber: Glicksman (1983)

    - Viskositas

    Viskositas adalah daya aliran molekul dalam sistem larutan. Viskositas

    suatu hidrokoloid dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi karaginan,

    temperatur, jenis karaginan, berat molekul dan adanya molekul-molekul lain

    (Towle, 1973). Viskositas larutan karaginan terutama disebabkan oleh sifat

    karaginan sebagai polielektrolit. Gaya tolakan (repulsion) antar muatan-muatan

    negatif gugus sulfat sepanjang rantai polimer, mengakibatkan rantai molekul

    menegang. Polimer tersebut bersifat hidrofilik karena dikelilingi oleh molekul-

    molekul air yang terimobilisasi (tak bergerak), sehingga menyebabkan larutan

    karaginan bersifat kental (Guiseley et al, 1980).

  • - Pembentukan Gel

    Kappa-karaginan dan iota-karaginan merupakan fraksi yang mampu

    membentuk gel dalam air dan bersifat reversible yaitu meleleh jika dipanaskan

    dan membentuk gel kembali jika didinginkan. Kemampuan pembentukan gel pada

    Kappa-karaginan dan iota-karaginan terjadi pada saat larutan panas yang

    dibiarkan menjadi dingin karena mengandung gugus 3,6-anhidrogalaktosa. Pada

    pH rendah akan menurunkan kemampuan pembentukan gel dan viskositas larutan

    karaginan. Hal ini dikarenakan ion H+ membantu proses hidrolisis ikatan

    glikosidik pada molekul karaginan. Karaginan dapat membentuk gel yang

    bervariasi antara lain bentuk gel yang keras, rapuh, lunak dan elastis. Variasi

    bentuk gel tersebut bergantung pada jenis karaginan, jenis ion yang dapat

    berasosiasi, adanya solut senyawa lain dan adanya senyawa hidrokoloid lain yang

    tidak dapat membentuk gel (Towle, 1973).

    2.3.2 Manfaat Karaginan

    Allah menciptakan semua yang ada di dunia ini tidaklah sia-sia dari yang

    kecil hingga yang besar. Makhluk hidup (hewan, tumbuhan dan lain-lain)

    semuanya dapat dimanfaatkan oleh manusia jika manusia itu berfikir. Seperti

    dalam firman Allah dalam surat Yasiin/36 ayat 73:

    m; u $p5 o t >$t tu ( sr& 3 o

    Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman. Maka Mengapakah mereka tidak bersyukur?(QS.36:73).

  • Makna dari firman Allah SWT m; u $p5 ot adalah bahwa Allah

    menciptakan semua yang ada di dunia ini bermanfaat. Seperti halnya senyawa

    karaginan yang terkandung dalam alga banyak memberikan manfaat jika

    dikonsumsi oleh manusia.

    Karaginan merupakan suatu jenis galaktan yang umum digunakan pada

    industri makanan, industri minuman, industri kosmetik, tekstil, obat-obatan, dan

    cat (Aslan, 1998). Pada bidang farmasi, karaginan banyak digunakan sebagai

    stabilisator, emulsi, suspensi, pembentuk gel dan pengikat tablet. Penggunaan

    karaginan yang paling luas adalah dalam bidang industri makanan dan minuman,

    misalnya dalam industri es krim, susu, bir dan makanan kaleng. Pada industri

    kosmetik, karaginan digunakan sebagai sediaan krem, master, pasta gigi dan

    lotion. Pada bidang teknologi digunakan sebagai sediaan kultur bakteri dan

    sebagai imobilisasi enzim. Di bidang industri kue dan roti, kombinasi garam

    natrium dengan -Karaginan dapat meningkatkan mutu adonan. Pada jumlah kecil

    karaginan juga dapat digunakan pada produk makanan lain, misalnya makaroni,

    jelly, dan sari buah (Winarno, 1990).

    Karaginan juga berpotensi sebagai antioksidan yang dapat mencegah

    penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan radikal bebas seperti karsinogenesis,

    kardiovaskuler dan penuaan. Kita semua telah mengetahui bahwa kesehatan

    merupakan salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada manusia. Dalam

    sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda Setiap penyakit ada obatnya. apabila

    obat telah mengenai penyakit, maka akan mendatangkan kesembuhan dengan izin

  • Allah,. (HR Muslim). Di kesempatan lain Rasulullah bersabda dalam hadits yang

    diriwayatkan oleh Abu Daud dan At Tirmidzi ..Allah menciptakan obat bagi

    setiap penyakit yang Dia ciptakan...kecuali penyakit Tua. Oleh karena itu,

    karaginan dapat bermanfaat bagi kesehatan.

    Pada penelitian Cristiane, dkk (2006) alga merah jenis Gigartina

    acicularis yang menghasilkan ekstrak lamda karaginan berpotensi sebagai

    antioksidan. Alga merah jenis Eucheuma cottoni menghasilkan ekstrak kappa

    karaginan juga berpotensi sebagai antioksidan. Alga merah jenis Eucheuma

    spinosium menghasilkan ekstrak iota karaginan juga sebagai antioksidan.

    2.3.3 Isolasi, Fraksinasi dan Pemurnian Karaginan

    Prosedur isolasi karaginan dari berbagai alga telah banyak dikembangkan.

    Umumnya prosedur ini terdiri dari tiga tahapan kerja yaitu : ekstraksi,

    penyaringan dan pengendapan. Pada tahapan ekstraksi, kecepatan dan daya larut

    karaginan dalam air dipengaruhi oleh temperatur dan waktu proses bergabungnya

    seluruh fraksi karaginan dari alga dengan fraksi air yang digunakan sebagai media

    pelarut. Di samping itu, stabilitas karaginan sangat ditentukan oleh pH larutan

    (Sarjana, 1998).

    Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik

    yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan

    dalam isolasi senyawa bahan alam. Pada proses perendaman, dinding serta

    membran sel sampel tumbuhan akan terpecah akibat perbedaan tekanan antara di

    dalam dan di luar sel. Hal tersebut mengakibatkan metabolit sekunder yang ada

  • dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik. Lama perendaman yang

    diatur akan menghasilkan ekstraksi yang sempurna. Pemilihan pelarut untuk

    proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan

    kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut (Indrayani, 2006).

    Karaginan dapat dipisahkan menjadi fraksi larut dan fraksi tidak larut.

    Fraksi yang tidak larut terdiri dari dan -karaginan yang dapat dibedakan

    berdasarkan sifat fisik dan kimianya. Fraksi larut terdiri dari -karaginan dan

    kadang-kadang dalam spesies tertentu juga dan -karaginan dalam jumlah yang

    kecil (Booth, 1975).

    Pemurnian bertujuan untuk menghasilkan karaginan yang putih. Derajat

    putih merupakan gambaran secara umum dari warna suatu bahan pada

    umumnya. Derajat putih karaginan diharapkan mendekati 100 % karena

    karaginan yang bermutu tinggi biasanya tidak berwarna, sehingga

    aplikasinya lebih luas. Tingginya nilai derajat putih pada tepung karaginan

    komersial disebabkan karena bahan baku yang digunakan, penyaringan dan

    pengendapan. Hal lain yang mempengaruhi nilai derajat putih yaitu

    konsentrasi bahan pengekstrak karena selama proses berlangsung, suasana

    basa dari bahan pengekstrak dapat mengoksidasi pigmen menjadi senyawa lain

    yang tidak berwarna sehingga produk yang dihasilkan berwarna lebih putih.

  • 2.3.4 Pemisahan Karaginan dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

    (KLTP)

    Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan

    tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fase

    diam dan fase gerak. Pemisahan-pemisahan ini bergantung pada gerakan relatif

    dari dua fase ini. Prinsip dari pemisahan adalah adanya perbedaan sifat fisik dan

    kimiawi dari senyawa yaitu kecenderungan dari molekul untuk melarut dalam

    cairan (kelarutan), kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk

    halus (adsorpsi, penyerapan) (Sastrohamidjojo, 2005).

    Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat digunakan untuk tujuan analitik

    dan preparatif. KLT analitik digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa

    organik dalam jumlah kecil misalnya, menentukan jumlah komponen dalam

    campuran dan menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT

    preparatif. Sedangkan KLT preparatif digunakan untuk memisahkan campuran

    senyawa dari sampel dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya

    fraksi-fraksi tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisa berikutnya

    (Sastrohamidjojo, 2005).

    Untuk identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah dari lapisan tipis

    menggunakan harga Rf. Harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat

    dibandingkan dengan harga Rf standart. Harga Rf didefinisikan sebagai berikut

    (Sastrohamidjojo, 2005):

    Harga Rf = asal titik daripelarut oleh digerakkan yangJarak

    asal titik dari senyawaoleh digerakkan yangJarak .......................(2.1)

  • Adsorben yang digunakan pada KLT adalah silika gel. Silika gel secara

    umum dibuat dengan menambahkan asam ke dalam larutan natrium silikat.

    Natrium silikat tersebut diencerkan ke dalam air, sehingga dihasilkan asam

    monosilikat (Hennisch, 1988 dalam Alviera, 2006) :

    Na2SiO3 (aq) + 3H2O H4SiO4 (aq) + 2NaOH (aq)

    Asam monosilikat selanjutnya membentuk polimer sehingga diperoleh sistem tiga

    dimensi dengan rantai Si-O-Si. Air sebagai produk samping akan menguap

    menyebabkan gel menyusut kemudian mengeras, seperti terlihat dalam reaksi

    berikut :

    OH OH OH OH

    HO Si OH + HO Si OH HO Si O Si OH + H2O

    OH OH OH OH

    O O

    HO Si O Si OH

    O O

    HO Si O Si OH

    OH OH

    Gambar 2.9 Struktur silika gel (Hennisch, 1988 dalam Alviera, 2006)

    2.4 Antioksidan

    Antioksidan adalah senyawa yang (dalam jumlah kecil dibanding substrat)

    mampu untuk menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi dari substrat

  • yang mudah teroksidasi melalui reaksi oksidasi radikal bebas dengan zat

    antioksidan (Hafid, 2003). Menurut Best (2006), antioksidan adalah molekul

    yang menetralkan radikal bebas dengan cara menerima atau memberikan elektron

    untuk mengeliminasi kondisi tidak berpasangan. Ini berarti antioksidan menjadi

    radikal pada proses netralisasi molekul radikal bebas. Tetapi radikal antioksidan

    lebih tidak reaktif dari pada radikal bebas yang akan dinetralisasi. Radikal

    antioksidan ini dapat dinetralkan oleh antioksidan lain dan atau dengan

    mekanisme lain yang menghentikan radikal (Best, 2006).

    Menurut Coppen (1983), antioksidan diharapkan memiliki ciri-ciri sebagai

    berikut (a) aman dalam penggunaan, (b) tidak memberi flavor dan warna pada

    produk, (c) efektif pada konsentrasi rendah, (d) tahan terhadap proses pengolahan

    produk (berkemampuan antioksidan yang baik), (e) tersedia dengan harga yang

    murah. Ciri keempat merupakan hal yang sangat penting karena sebagian proses

    pengolahan menggunakan suhu tinggi. Suhu tinggi akan merusak lipida dan

    stabilitas antioksidan yang ditambahkan sebagai bahan tambahan pangan.

    Kemampuan bertahan antioksidan terhadap proses pengolahan sangat diperlukan

    untuk dapat melindungi produk akhir (Coppen, 1983).

    Sebagaimana suatu benda pada umumnya, antioksidan juga memiliki

    keterbatasan-keterbatasan. Keterbatasan tersebut meliputi (a) antioksidan tidak

    dapat memperbaiki flavor lipida yang berkualitas rendah, (b) antioksidan tidak

    dapat memperbaiki lipida yang sudah tengik, (c) antioksidan tidak dapat

    mencegah kerusakan hidrolisis, maupun kerusakan mikroba (Coppen, 1983).

  • Sifat-sifat kimia pada antioksidan antara lain sinergisme dapat diartikan

    sebagai peranan gabungan antara dua atau lebih agensia sedemikian rupa

    sehingga masing-masing agensia bila tanpa dilakukan penggabungan. Kombinasi

    beberapa jenis antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik

    (sinergisme) terhadap oksidasi dibanding dengan satu jenis antioksidan saja.

    Sebagai contoh asam askorbat seringkali dicampur dengan antioksidan yang

    merupakan senyawa fenolik untuk mencegah reaksi oksidasi lemak (Cahyadi,

    2006).

    Fungsi Antioksidan digunakan untuk melindungi komponen-komponen

    makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak

    dan minyak. Meskipun demikian antioksidan dapat pula digunakan untuk

    melindungi komponen-komponen lain seperti vitamin dan pigmen, yang juga

    banyak mengandung ikatan rangkap di dalam strukturnya. Antioksidan efektif

    dalam mengurangi ketengikan oksidatif dan polimerisasi tetapi tidak

    mempengaruhi hidrolisis. Penggunaan antioksidan secara berlebihan

    menyebabkan lemah otot, mual-mual, pusing, dan kehilangan kesadaran,

    sedangkan penggunaan dosis rendah secara terus-menerus menyebabkan tumor,

    kandung kemih, kanker sekitar lambung dan kanker paru-paru (Cahyadi, 2006).

    2.4.1 Mekanisme Antioksidan

    Menurut Kochar dan Rossel (1990) antioksidan dapat bekerja dengan dua

    cara :

  • 1) Berperan sebagai donor atom hidrogen pada radikal bebas lemak untuk

    membentuk kembali molekul lemak. Dengan demikian jika antioksidan

    diberikan maka akan menghambat proses autooksidasi.

    2) Berperan sebagai donor atom hidrogen pada radikal bebas untuk

    membentuk hidroperoksida dan sebuah radikal bebas antioksidan. Radikal

    bebas antioksidan ini lebih stabil daripada radikal bebas lemak karena

    struktur resonansi elektron dalam cincin aromatik antioksidan. Dengan

    demikian akan menghentikan reaksi oksidasi berantai.

    Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama

    merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen.

    Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai

    antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke

    radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara

    turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding

    radikal lipida (Gordon, 1990). Menurut Gordon (1990), fungsi kedua merupakan

    fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan

    berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan

    pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil.

    Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada

    lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak.

    Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi

    maupun propagasi (Gambar 3.0). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang

    terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi

  • untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru

    (Gordon, 1990).

    Inisiasi : R* + AH -> RH + A*

    Radikal lipida Propagasi : ROO* + AH -> ROOH + A*

    Gambar 3.0 Reaksi Penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida (Gordon, 1990)

    Autooksidasi dapat dihambat dengan menambahkan antioksidan (AH)

    dalam konsentrasi rendah yang dapat berasal dari penginterferensian rantai

    propagasi atau inisiasi. Radikal-radikal antioksidan dapat saling bereaksi

    membentuk produk non radikal (Hamilton, 1983).

    ROO + AH ROOH + A A + ROO

    A + A

    Gambar 3.1 Reaksi penghambatan antioksidan antar radikal antioksidan (Hamilton, 1983)

    Konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada laju

    oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik sering lenyap

    bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan (Gambar 3.2). Pengaruh jumlah

    konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan

    sampel yang akan diuji (Gordon, 1990).

    Produk non radikal

  • AH + O2 > A* + HOO*

    AH + ROOH > RO* + H2O + A* Gambar 3.2 Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi

    (Gordon, 1990)

    Pada umumnya, antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu

    mengandung cincin benzena tidak jenuh disertai gugus hidroksil atau gugus

    amino. Antioksidan digolongkan atas fenol, amin dan amino-fenol (Cahyadi,

    2006).

    Antioksidan dapat berperan sebagai inhibitor atau pemecah peroksida.

    Pada umumnya antioksidan dapat menghentikan rantai reaksi oksidatif sebagai

    berikut: (1) dengan donasi elektron pada radikal peroksi, (2) dengan donasi atom

    hidrogen pada radikal peroksi, (3) dengan adisi pada radikal peroksi sebelum atau

    sesudah terjadi oksidasi parsial, (4) dengan metode lain yang belum diketahui dan

    memungkinkan dan berkaitan dengan radikal hidrokarbon bukannya radikal

    peroksi (Cahyadi, 2006).

    2.4.2 Antioksidan Alami

    Berdasarkan sumbernya, antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu

    antioksidan sintetik dan antioksidan alami. Antioksidan alami merupakan

    antioksidan yang diperoleh dari hasil ekstrak bahan alami. Antioksidan alami

    dalam makanan dapat berasal dari (a) senyawa antioksidan yang sudah ada dari

    satu atau dua komponen makanan, (b) senyawa antioksidan yang terbentuk dari

    reaksi-reaksi selama proses pengolahan, (c) senyawa antioksidan yang diisolasi

  • dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan

    (Pratt, 1992).

    Menurut Pratt dan Hudson (1990), kebanyakan senyawa antioksidan yang

    diisolasi dari sumber alami adalah berasal dari tumbuhan. Tumbuhan Angiosperm

    memiliki kira-kira 250.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah ini kurang

    lebih 400 spesies yang telah dikenal dapat menjadi bahan pangan manusia.

    Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik

    atau polifenolik. Senyawa antioksidan alami polifenolik adalah multifungsional

    dan dapat bereaksi sebagai (a) pereduksi (b) penangkap radikal bebas(c) pengkelat

    logam (d) peredam terbentuknya singlet oksigen. Senyawa fenolik mencakup

    sejumlah senyawa yang umumnya mempunyai sebuah cincin aromatik dengan

    satu atau lebih gugus hidroksil (OHO), karboksil (COOH), metolenil (-O-CH3)

    dan sering juga struktur cincin bukan aromatik. Senyawa fenol cenderung larut

    dalam air, karena paling sering terdapat dalam bentuk senyawa glukosida dan

    biasanya terdapat dalam rongga sel. Adanya ion logam, terutama besi dan

    tembaga, dapat mendorong terjadinya oksidasi lemak. Ion-ion logam ini

    seringkali diinaktivasi dengan penambahan senyawa pengkelat dapat juga disebut

    bersifat sinergistik dengan antioksidan karena menaikkan efektivitas antioksidan

    utamanya (Pratt dan Hudson, 1990).

    Vitamin C (Asam Askorbat)

    Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi untuk mengikat oksigen sehingga

    tidak mendukung reaksi oksidasi. Namun vitamin C bersifat tidak stabil, bila

    terkena cahaya dan pada suhu tinggi mudah mengalami kerusakan. Vitamin C

  • selain sebagai senyawa antioksidan tetapi juga bersifat prooksidan (Cahyadi,

    2006).

    Vitamin C adalah kristal padat, berwarna putih, tidak berbau, mencair pada

    suhu 190-192C. Asam askorbat berbentuk kristal stabil di udara sampai bertahun-

    tahun, tetapi dalam bentuk larutan mudah teroksidasi dan ketidakstabilannya

    meningkat dengan kenaikan pH larutan. Asam askorbat mudah larut dalam air (1 g

    dalam 3 ml air), etil alkohol (1 g dalam 50 ml etil alkohol) dan gliserol (1 g dalam

    1000 ml gliserol), tidak larut dalam benzene, eter, petroleum eter dan senyawa

    organik lainnya. Larutan asam askorbat pada pH kurang dari 4,5 mempunyai

    absorpsi maksimum pada panjang gelombang 265 nm dan sedikit pada panjang

    gelombang 350 nm dan 400 nm (Cahyadi, 2006).

    Adapun struktur kimia asam askorbat (Cahyadi, 2006):

    OH

    OH

    HO

    OO

    HO

    Gambar 3.3 Struktur kimia asam askorbat (Cahyadi, 2006).

    Vitamin C sebagai sumber antioksidan memiliki manfaat bagi tubuh antara

    lain membantu menjaga pembuluh-pembuluh kapiler, meningkatkan penyerapan

    asupan zat besi, menghambat produksi nitrosamin, zat pemicu kanker dan

    memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Senyawa yang digunakan sebagai

    pembanding (kontrol positif) dalam uji aktivitas penangkapan radikal hidroksil

    dalam penelitian ini adalah vitamin C (Cahyadi, 2006).

  • 2.4.3 Antioksidan Sintetik

    Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil

    sintesis reaksi kimia. Diantara beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan

    untuk makanan, ada empat antioksidan yang penggunaannya meluas dan

    menyebar di seluruh dunia, yaitu Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi

    Toluen (BHT), propil galat, Tert-Butil Hidoksi Quinon (TBHQ) dan tokoferol.

    Antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara

    sintesis untuk tujuan komersial (Trilaksani, 2003).

    BHT (Butil Hidroksi Toluen)

    BHT sebagai salah satu antioksidan sintetik. Adapun sifat-sifat antioksidan

    BHT : mempunyai rumus kimia C15H24O, berat molekul 220,36, titik lebur 69-

    70C, sinergis dengan BHA dan galat. (Hamilton dan Allen, 1994).

    Adapun struktur dari BHT (Cahyadi, 2006) :

    CH3

    C(CH3)3(H3C)3C

    OH

    Gambar 3.4 Struktur BHT (Butyl Hydroxy Toluen) (Cahyadi, 2006).

    Menurut Bennion (1980), senyawa fenolat berfungsi sebagai sumber

    hidrogen dari group-group OH dalam posisi orto/para yang dapat menghentikan

  • reaksi berantai yang terjadi dalam autooksidasi. Reaksi berantai dari autooksidasi

    dimulai saat mulai terbentuk radikal bebas. Antioksidan dari tipe fenolik

    mensuplai H untuk bereaksi dengan radikal bebas sewaktu terbentuk pertama kali

    dan memutuskan reaksi berantai yang terjadi sebelum produk akhir terbentuk.

    Senyawa yang terbentuk pada struktur anti fenolik setelah pelepasan dari H adalah

    stabil, tidak berbau dan tak berbahaya dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.

    2.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan metode DPPH

    Penangkap radikal bebas (radical scavenger) merupakan mekanisme

    utama antioksidan bereaksi dalam makanan. Salah satu cara untuk menguji

    aktivitas suatu senyawa sebagai zat antioksidan adalah dengan mereaksikannya

    dengan reagen DPPH secara spektrofotometri. Penangkapan radikal DPPH

    merupakan radikal sintesis dalam pelarut organik polar seperti metanol atau etanol

    pada suhu kamar. Metode DPPH tidak spesifik untuk komponen antioksidan

    tertentu, tetapi untuk semua senyawa antioksidan dalam sampel. Pengukuran

    kapasitas total antioksidan akan membantu memahami sifat fungsional suatu

    makanan (Prakash, 2001).

    Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil) digunakan secara luas untuk

    menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai pendonor elektron atau

    hidrogen. Metode DPPH merupakan metode yang dapat mengukur aktivitas total

    antioksidan baik dalam pelarut polar maupun nonpolar. Beberapa metode lain

    terbatas mengukur komponen yang larut dalam pelarut yang digunakan dalam

  • analisa. Metode DPPH mengukur semua komponen antioksidan, baik yang larut

    dalam lemak ataupun dalam air (Prakash, 2001).

    Metode DPPH dipilih karena sederhana, mudah, cepat dan peka serta

    hanya memerlukan sedikit sampel. DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil) adalah

    senyawa radikal bebas stabil kelompok nitrit oksid. Senyawa ini mempunyai ciri-

    ciri padatannya berwarna ungu kehitaman, larut dalam pelarut DMF atau

    etanol/metanol, titik didih 127-129C, panjang gelombang maksimal sebesar 517

    nm, berat molekul 394,3 g/mol, rumus molekul C18H12N5O6 (Prakash, 2001).

    Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan

    memberikan warna ungu dan menghasilkan absorbansi maksimum pada panjang

    gelombang 517 nm. Warna akan berubah menjadi kuning saat elektron tidak

    berpasangan. Pengurangan intensitas warna yang terjadi berhubungan dengan

    jumlah elektron DPPH yang menangkap atom hidrogen. Sehingga peningkatan

    Pengurangan intensitas warna mengindikasikan peningkatan kemampuan

    antioksidan untuk menangkap radikal bebas (Prakash, 2001). Dengan kata lain,

    daya antioksidan diperoleh dengan menghitung jumlah pengurangan intensitas

    warna ungu DPPH yang sebanding dengan pengurangan konsentrasi larutan

    DPPH melalui pengukuran absorbansi larutan uji (Prakash, 2001).

    DPPH yang bereaksi dengan antioksidan akan menghasilkan bentuk

    tereduksi difenilpikrilhidrazin dan radikal antioksidan (Prakash, 2001). Reaksi

    antara antioksidan dengan molekul DPPH (Prakash, 2001):

  • Gambar 3.5 Reaksi antara antioksidan dengan molekul DPPH (Prakash, 2001)

    Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan % aktivitas. Nilai ini

    diperoleh dengan rumus (Molyneux, 2003):

    % Aktivitas anti radikal =

    kontrolabsorbansixsampelkontrolabsorbansi 100)(

    .............(2.2)

    Absorbansi kontrol yang digunakan dalam prosedur DPPH ini adalah

    absorbansi DPPH, sedangkan blanko yang digunakan adalah etanol 95%.

    Berdasarkan rumus tersebut, semakin besar tingkat diskolorisasi (absorbansi

    semakin kecil) maka semakin tinggi nilai aktivitas penangkapan radikal bebas

    (Molyneux, 2003).

    Absorbansi kontrol yang digunakan dalam prosedur DPPH ini adalah

    absorbansi DPPH sebelum ditambahkan sampel. Kontrol digunakan untuk

    mengkonfirmasi kestabilan sistem pengukuran. Nilai Absorbansi kontrol dapat

    berkurang dari hari ke hari dikarenakan kehilangan aktivitasnya saat dalam stok

    larutan DPPH, tetapi nilai absorbansi kontrol tetap dapat memberikan baseline

    untuk pengukuran saat itu. Apabila tidak ada perubahan-perubahan nyata pada

    nilai ini (seperti contoh, ketika mengulang pengukuran pada saat itu)

    mengindikasikan bahwa sistem pengukuran tersebut (termasuk spektrofotometer

    + + RH R

  • atau fotometer) adalah sangat stabil. Kontrol juga berfungsi menjaga kekonstanan

    total konsentrasi DPPH dalam serangkaian pengukuran.

    2.6 Identifikasi Spektofotometer UV-Vis

    Spektrofotometri merupakan suatu metode pengukuran yang mempelajari

    interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik, berdasarkan

    fakta bahwa substansi kimia secara selektif menghamburkan (scatter), menyerap

    (absorb) atau mengemisi (emit) energi elektromagnetik pada panjang gelombang

    yang digunakan dalan range ultraviolet (200-400 nm), sinar tampak (400-700 nm),

    atau cahaya yang mendekati inframerah (700-800 nm). Namun sebagian besar

    instrumen dioperasikan dalam range panjang gelombang sinar tampak (Khopkar,

    1990). Spektrofotometer terdiri atas spektrometer untuk menghasilkan cahaya

    dengan panjang gelombang terseleksi serta suatu fotometer yaitu piranti untuk

    mengukur intensitas berkas cahaya monokromatik.

    Warna merupakan pancaran cahaya yang mempunyai panjang gelombang

    dan energi tertentu yang diteruskan ke retina mata, sehingga manusia/hewan dapat

    mengidentifikasi warna dengan panjang gelombang masing-masing. Cahaya yang

    diteruskan ke penglihatan mengakibatkan manusia dapat membedakan warna

    yang terdapat dalam alam ini. Dalam firman Allah surat Faathir/35 ayat 27 :

    s9r& ts? r& !$# ttr& z !$y9 $# [!$t $ o _ tz r' s / ;NtyrO $= tF $p u 9 r& 4 z u $t6 f 9 $# 7 y` / m u #= tF $ pu 9 r& = /# {

  • dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.(QS. 35:27).

    Allah SWT menjelaskan dalam Al-Quran bahwa Allah SWT menciptakan

    berbagai warna di alam semesta ini untuk membedakan satu sama lain. Sinar atau

    cahaya merupakan penyebab timbulnya warna dari benda tertentu yang dapat

    memantulkan cahaya dan diteruskan ke penglihatan. Allah SWT menjadikan

    proses penglihatan berkaitan secara langsung dengan jatuhnya cahaya ke benda

    itu, kemudian ditangkap oleh mata. Kata-kata garis putih dan merah (bidh wa

    humur) yang beraneka macam warnanya merupakan fenomena alam yang sudah

    terlebih dahulu diungkapkan dalam al-Quran, kemudian disempurnakan dengan

    penemuan Isaac Newton pada tahun 1665 tentang spektrum cahaya tampak. Teori

    spektrum cahaya semakin mantap dengan dibuktikannya ciri panjang gelombang

    untuk masing-masing spektrum.

    Bila cahaya jatuh pada suatu senyawa, maka sebagian dari cahaya tersebut

    akan diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur dari molekul itu

    sendiri. Setiap senyawa mempunyai tingkatan tenaga yang spesifik. Bila cahaya

    mempunyai tenaga yang sama dengan perbedaan tenaga antara tingkatan dasar

    dan tenaga tingkatan tereksitasi pada senyawa, maka elektron-elektron pada

    tingkatan dasar dieksitasikan ke tingkatan tereksitasi, dan sebagian tenaga cahaya

    yang sesuai dengan panjang gelombang ini diserap. Elektron yang tereksitasikan

    melepaskan tenaga dengan proses radiasi panas dan kembali ke tingkatan dasar

    asal (Sastrohamidjojo, 2001).

    Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum

    Lambert-Beer, yaitu (Day and Underwood, 1999) :

  • A = - log T = - log It / Io = . b . C ...........................................(2.3)

    Dimana : A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur T = Transmitansi Io = Intensitas sinar masuk It = Intensitas sinar yang diteruskan = Koefisien ekstingsi b = Tebal kuvet yang digunakan C = Konsentrasi dari sampel

    Ada tiga macam distribusi elektron di dalam suatu senyawa organik secara

    umum, yang selanjutnya dikenal sebagai orbital elektron pi (pi), sigma () dan

    elektron non bonding (n). apabila pada molekul tersebut dikenakan radiasi

    elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat yang lebih tinggi

    yang dikenal sebagai orbital elektron anti bonding (Hayati, 2007).

    Kebanyakan penerapan spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak

    (UV-Vis) pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-pi* ataupun pi-pi* dan

    karenanya memerlukan kehadiran gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini

    terjadi dalam daerah spektrum (sekitar 200 hingga 700 nm) yang praktis untuk

    digunakan dalam eksperimen (Day and Underwood, 1999).

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini akan dilaksakan di Laboratorium Kimia Universitas Islam

    Negeri Malang, Laboratorium Biologi dan Teknologi (BIOTEK) Universitas

    Muhammadiyah Malang dan Laboratorium Teknologi Hasil Pangan (THP)

    Universitas Brawijaya pada bulan Oktober 2008-Januari 2009.

    3.2 Bahan-Bahan Penelitian

    3.2.1 Bahan Sampel

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alga merah jenis

    Eucheuma spinosum di dapat dari laut mayangan Probolinggo dan Gracillaria

    verrucosa yang dikembangbiakkan di tambak daerah Kraksaan Probolinggo

    karena tingkat toleransi hidup yang tinggi sampai pada salinitas 15 per mil yang

    berumur 49 hari (7 minggu).

    3.2.2 Bahan Kimia

    Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 95%,

    aquades, reagen DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrasil), vitamin C, BHT, natrium

    hidroksida 2%, KCl 2,5%, metanol 90%, asam sulfat 10% dan NaCl 10%.

  • 3.2.3 Alat-Alat Penelitian

    Alat-alat yang digunakan meliputi seperangkat alat gelas, blender, kertas

    saring Whatman No. 40, kertas pH, timbangan analitik, spektrofotometer UV-Vis

    Shimadzu 1700 pharmaspek, penangas air merk SABINCO L32, sentrifuge,

    desikator, desikator vakum, inkubator, rotary evaporator, magnetic