Upload
kumalasarievhy30871
View
73
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alkohol merupakan kelompok senyawa organik yang cukup populer
dan rumus molekulnya secara umum dapat dituliskan sebagai R-OH, dengan
R-adalah gugus alkil dan gugus hidroksi,-OH, sebagai gugus fungsi. Fenol
mempunyai struktur yang serupa dengan alkohol tetapi gugus fungsinya
melekat langsung pada cincin aromatik, dan dengan A-(sebagai aril) maka
rumus fenol dituliskan sebagai Ar-OH. Sifat lain dari alkohol dapat ditentukan
dari letak gugus hidroksil pada atom C yang dikenal sebagai alkohol primer
dimana gugus hidroksida terikat oleh atom karbon primer, alkohol sekunder
dimana gugus hidroksida terikat oleh atom sekunder, alkohol tertier dimana
gugus hidroksida terikat oleh atom karbon tersier.
sifat kimia suatu alkohol dapat teroksidasi dan bereaksi dengan
beberapa zat kimia dan sifat fisika seperti bersifat semi polar karena terdiri
dari 2 gugus alkil dan gugus hidroksil dan juga alkohol adalah asam-asam
lemah, alkohol 10-100 kali lebih lemah dari air. Istilah alkohol dalam
kehidupan sehari-hari sering dikaitkan dengan minuman keras. Bahan aktif
dalam minuman keras atau minuman beralkohol adalah etanol atau etil
alkohol.
Uraian diatas menjelaskan pentingnya diakukan praktikum ini untuk
mengetahui cara pembuatan alkohol dengan konsentrasi berbeda pada gula
merah.
.
B. Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara
membuat alkohol dengan konsentrasi berbeda pada gula merah.
Kegunaan dilakukan praktikum ini adalah agar kedepannya lebih
mudah untuk mengetahui cara membuat alkohol dengan baik dan benar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Alkohol
Alkohol merupakan senyawa organik yang memiliki gugus fungsi –
OH. Alkohol dapat memiliki beberapa gugus fungsi. Alkohol yang memiliki
satu gugus –OH disebut monohidroksi alkohol, memiliki dua gugus –OH
disebut dihidroksi alkohol dan seterusnya. Alkohol memiliki titik didih yang
tinggi karena dapat membentuk ikatan hidrogen. Titik didih makin tinggi pada
suku alkohol yang makin tinggi. Pada suhu kamar, alkohol suku rendah
berbentuk cairan, alkohol suku sedang berbentuk cairan kental, dan alkohol
suku tinggi berbentuk padatan. Kelarutan alkohol dalam air berkurang seiring
dengan penambahan panjang rantai karbon. Methanol, etanol, dan propanol
larut sempurna dalam air. Butanol memiliki kelarutan 8,3 g/100 mL air.
Petanol dan alkohol suku yang lebih tinggi sukar larut dalam air. Alkohol
memiliki rumus struktur C2H5OH (Kusuma, 2011)
Alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan sehari-
hari karena dapat digunakan sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar
maupun pelarut. Dalam laboratorium dan industri alkohol digunakan sebagai
pelarut dan reagensia. Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara
molekul-molekulnya maupun dengan air. Hal ini dapat mengakibatkan titik
didih maupun kelarutan alkohol dalam air cukup tinggi. Selain dipengaruhi
oleh ikatan hidrogen, kelarutan alkohol juga dipengaruhi oleh panjang
pendeknya gugus alkil, banyaknya cabang dan banyaknya gugus hidroksil
yang terikat pada atom karbon (Suminar, 1990).
B. Saccharomyces
Mikroorganisme yang banyak digunakan untuk membuat alkohol
adalah kelompok jamur anaerob. Substrat yang digunakan jamur berupa zat
tepung atau karbohidrat. Jamur akan menghasilkan semacam enzim
sehingga dapat menfermentasi tepung menjadi glukosa dan karbon dioksida.
Contohnya adalah proses pembuatan anggur (wine) dan bir. Anggur dibuat
dari buah anggur atau buah yang lain dengan memanfaatkan
Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyces bayanus melalui proses
fermentasi. Bir dibuat dari biji padi yang sebelumnya diubah menjadi malt
yang mengandung enzim amilase. Enzim amilase mengubah zat tepung
menjadi glukosa sehingga bisa difermentasi oleh khamir jenis tertentu dari
genus Saccharomyces sp. Saccharomyces yang paling banyak digunakan
adalah S. cerevisiae dan S. carlbergensis. Khamir ini akan mengubah gula
pada substrat menjadi alkohol pada kondisi aerob. Hasil fermentasi berupa
etanol dan karbon dioksida. Alkohol juga dapat dibuat dari fermentasi tetes
tebu yang disuling untuk mendapatkan alkohol berkadar tinggi. Umumnya
proses pembuatan minumanberalkohol melalui dua tahap yaitu tahap
fermentasi dan tahap destilasi (penyulingan). Tahap destilasi diperlukan
untuk meningkatkan kadar alkohol dalam minuman (Febrihary, 2013)
Saccharomyces merupakan genus khamir atau ragi atau yeast yang
memiliki kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2.
Saccharomyces merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil,
termasuk termasuk kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30°C dan
pH 4,8. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28 – 30 °C. Beberapa
spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces
cerevisiae, Saccharomyces boullardii, dan Saccharomyces
uvarum (Febrihary, 2013)
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan alkohol
Sumber karbon
Untuk pertumbuhannya, yeast memerlukan energi dari karbon. Gula
adalah substrat yang lebih ‘disukai’, oleh karenanya konsentrasi gula
sangat mempengaruhi kuantitas alkohol yang dihasilkan.
pH dari substrat
pH optimal untuk pertumbuhannya adalah berkisar antara 4-4,5. Pada
pH 3 atau lebih rendah lagi, maka fermentasi alkohol akan berjalan
dengan lambat.
Mineral
Untuk fermentasi alkohol dibutuhkan magnesium, kalium, seng, cobalt,
yod, besi kalsium dan tembaga. Sedangkan untuk pertumbuhannya
sendiri yeast memerlukan sejumlah tembaga, besi, magnesium, kalium,
pospot, dan sulfur.
Tanin
Tannin alamiah mempunya sifat antiseptis yang besar, akan tetapi tidak
mempengaruhi jalannya fermentasi.
Temperatur
Temperature optimal untuk yeast adalah berkisar antara 25-30°C dan
temperature maksimal antara 35-47°C.
Oksigen
Berdasarkan kemampuannya untuk menggunakan oksigen bebas,
mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi yaitu : aerob yang
memerukan oksigen untuk pertumbuhannya, anaerob yang
pertumbuhannya tidak memerlukan oksigen, dan fakultatif yang dapat
tumbuh dengan baik apabila ada atau tidak ada oksigen bebas.
Waktu fermentasi
Pada awal fermentasi aktivitas enzim masih sangat rendah. Aktivitas
enzim akan meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu fermentasi
dan menurun pada hari ke 10.
D. Gula merah
Gula merah adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari
tandan bunga jantan pohon enau. Gula aren biasanya juga diasosiasikan
dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan
dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan.
Gula merah merupakan gula hasil olahan air Nira atau Legen dari pohon
Kelapa bisa juga dari pohon Aren. Gula merah didapat dengan cara merebus
air nira sampai mengental dan berwarna Kuning Kecoklatan, selanjutnya
dituang ke dalam cetekan-cetakan kecil dari bambu atau batok kelapa.
Didiamkan hingga dingin dan mengeras. Gula merah memiliki berbagai
Varian jenis dan rasa, berdasarkan pohon penghasil niranya. Rasa manis
dari gula merah juga ditentukan oleh kualitas dari air nira. Setiap 100 gram
gula merah juga memiliki berbagai kandungan nutrisi yang baik bagi tubuh
seperti Zat Besi 4 mg, Kalsium 90 mg, dan Karoten. Kandungan kadar gula
dalam gula merah lebih rendah dari gula putih sehingga gula merah bisa
dikonsumsi penderita diabetes dan sangat baik untuk menurunkan kadar
lemak tak jenuh dalam tubuh. Gula merah juga mengandung berbagai nutrisi
lain seperti Vitamin A, B12, C, E, Folat, Protein Kasar dan Garam Mineral (
E. Aquadest
Aquadest atau aquadestilata atau air denim adalah Air yang telah
dimurnikan, yang telah dilepaskan dari zat besi, mangan, zinc, kapur dan
sejenisnya. Umumnya digunakan untuk keperluan laboratorium dan
pengolahan produk tertentu yang membutuhkan tingkat kemurnian air
dengan pH normal. Aquades merupakan H2O murni atau air accu bening.
Bisa juga buatt hydrogen reactor atau water injection (pengirit bensin),
maupun pembersih luka steril (Yudistira, 2011)
Sifat dari aquades yaitu merupakan hasil air sulingan yang murni dan
tidak mengandung kandungan logam–logam ataupun anion, dan mempunyai
pH 7 atau netral. Karena aquades merupakan air murni yang sering disebut
dengan liquid (Taura, 2011).
III. METODOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum Aplikasi Bioteknologi Pangan ini dilaksanakan pada hari
Kamis, 19 September 2013, pukul 09.50 – 12.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Pangan, Program Studi Ilmu
dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
- Botol UC - pisau - erlenmeyer
- timbangan analitik - kertas saring - pipet volume
- gelas piala - hot plate - incubator
- tabung reaksi - bunsen
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
- aquades - aluminium foil - kapas
- gula - pipet plastik - plastisin
- tissue - gula merah - pepton
- glukosa - yeast ekstract
C. Prosedur Praktikum
Prosedur yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan starter alkohol
- Disiapkan media agar miring (tempat menyimpan biakan murni
saccaromyces cereviceae).
- Diambil 5 ml dan dipindahkan ke dalam erlemeyer yang berisi
aquades, 5 % pepton, 5% glukosa dan 4 % yeast extract.
2. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Dibuat larutan gula
- Ditimbang gula merah sebanyak 20 gr dan dilarutkan dalam 300 ml
aquades.
- Dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirer.
4. Larutan gula yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam 2 botol
you C masing-masing sebanyak 125 ml, lalu ditutup dengan kapas dan
aluminium foil.
5. Selanjutnya di pasteurisasi selama 15 menit.
6. Dipipet 6,25 ml starter kedalam masing-masing botol you C
7. Disiapkan gelas yang berisi air mineral.
8. Disambungkan pipet pada gelas yang berisi air mineral dengan botol you
C, kemudian tutup botol you C ditutup dengan plastisin.
9. Kemudian botol you C disimpan dan diamati minggu ke 2 dan minggu
ke 3.
gula pasir atau gula meja adalah sukrosa yang dibuat dari tebu. Dalam nira
tebu terdapat sedikitnya tiga macam gula yaitu sukrosa, fruktosa
dan glukosa. Hanya sukrosa yang dapat dikristalkan menjadi gula
pasir. Sukrosa murni berwarna putih bening, tidak berbau dan
manis rasanya. Pabrik gula mengolah nira tebu menjadi gula pasir
dengan cara mengkristalkan sukrosanya. Sisa niranya yang tidak
dapat dikristalkan lebih lanjut dinamakan tetes tebu atau
molasses. Molasses masih mengandung gula, yaitu sisa sukrosa,
glukosa dan fruktosa. Besarnya kadar gula yang terdapat dalam
molasses tergantung pada kemampuan mesin-mesin di pabrik
gula. Mesin yang baik mampu memisahkan sukrosa sebanyak
mungkin menjadi kristal gula dan menyisakan sedikit mungkin
pada molasses. Demikian pula sebaliknya, mesin-mesin yang
kurang baik menghasilkan sedikit sukrosa dan menyisakan
molasses dengan kadar gula lebih tinggi.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2346902-pengertian-
ethanol/
Sumber:http://kusumaworld25.blogspot.com/2011/07/laporan-penelitian-
fermentasi-alkohol.html
Suminar, Hart.1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga. Jakarta.
Anonim, 2011c. Aquadest . http://aditiyayudistira.blogspot.com/2011/07/apa-itu-air-aquadest.html . Akses tanggal 04 Oktober 2012, Makassar.
Taura. 2011. Definisi Pengenceran. www.ayosekolah.com. ,diakses pada tanggal 04 Oktober 2012, Makassar
http://www.ilmumu.com/kesehatan/manfaat-gula-merah/
Garis besar Proses Pembuatan Alkohol / Ethanol
1. Perlakuan awal tetes2. Pembibitan Ragi / Yeast3. Fermentasi4. Destilasi
1. Perlakuan awal
Melasse yang didatangkan dari Pabrik Gula tidak langsung diproduksi, namun disimpan terlebih dahulu dalam tanki penyimpanan.Sebelum diproses melasse/tetes mengalami beberapa perlakuan awal .Untuk kebutuhan pembibitan tetes diencerkan dengan air dari 85 o Bx dengan kadar gula ( TSAI ) ± 50 %, menjadi 16 Bx, asumsi kadar gula +/- 10 %.Pembibitan dilakukan dalam Botol 200 ltr, Jotang 3.000 ltr dan Gistbak 18.000 ltr sedangkan untuk Fermentasi tetes diencerkan menjadi 19 s.d. 21 Bx dalam fermentor volume 80.000 ltr.Semua pemakaian tetes yang diolah, ditimbang. Pada waktu pengenceran tetes ditambahkan H2SO4 agar saccharosa yang ada dalam tetes terinversi menjadi
glucose dan menjaga dominasi pertumbuhan Yeast.
2. Proses Pembibitan
Proses pembibitan dilakukan secara bertahap pada botol 200 ltr dilanjut ke jotang 3.000 ltr dan gistbak 18.000 ltr dengan waktu incubasi masing-masing +/- 18 jam, halini dimaksudkan agar mikroba beradaptasi dan berkembang biak.Mikroba yang digunakan ialah Saccharomyces Cereviccae. Untuk menunjang laju pertumbuhan mikroba dibutuhkan udara dan nutrisi seperti Urea, TSP dan Mg SO4 sesuai dosis.
3. Proses Fermentasi
Hasil proses pembibitan akhir pada Gistbak 18.000 ltr dimasukan ke fermentor kemudian ditambahkan larutan tetes 21 Bx hingga volume fermentor hampir penuh +/- 80.000 ltr. Selanjutnya diincubasikan selama +/- 44 jam , diharapkan glukose yang ada dalam larutan tetes maksimal dirombak oleh Yeast menjadi Alkohol dan dampak lain adalah CO2, untuk itu kondisi fermentasi dibuat anaerob.Kandungan alkohol hasil akhir fermentasi sebesar 8 – 9 %
4. Proses Destilasi
Hasil fermentasi yang lazim disebut beslag dengan kandungan alkohol 8 – 9 % selanjutnya dialirkan ke Destilasi untuk dilakukan pemisahan antara alkohol dan bukan alkohol dengan cara penyulingan melalui kolom-kolom secara bertahap.
a. Tahap 1. Ruw Kolom
Beslag dialirkan ke kolom pertama yaitu Ruw Kolom yang terdiri dari 21 plate dengan system Buble tray.Beslag dialirkan secara kontinue pada plate 20 dan dipanasi dengan steam dari boiler pada temperatur 98o C . Pada suhu ini dari plate 21 menghasilkan uap alkohol dan air dengan kandungan alkohol +/- 40 % melalui perpipaan dialirkan ke Verdamper menuju Voorlup Kolom untuk didistilasi lanjut. Sedangkan pada bagian bawah dihasilkan sisa buangan berupa Vinase yang masih mengandung alkohol maksimal 0,2 % .
b. Tahap 2. Voorlup Kolom
Uap hasil penyulingan dari Ruw Kolom yang telah melewati Verdamper kondisinya masih campuran antara uap alkohol dan cairan masuk ke Voorlup kolom segmen 3 disemprot dengan air panas temperatur 60 oC untuk menangkap alkohol yg larut dalam air siraman dan dialirkan ke Uitput Kolom.Sedangkan uap alkohol yang bertitik didih rendah tidak tertangkap dengan air siraman naik keatas diembunkan pada kuler dan kondensor dijadikan produk afwykend dengan kandungan alkohol 94 %. Hasil produksinya sangat sedikit +/- 10 – 20 ltr/jam.
c. Tahap 3. Uitput Kolom
Alkohol yang tertangkap air siraman mempunyai kandungan alkohol 30 % masuk ke Uitput kolom segemen 3. Pada Uitput kolom ini menggunakan system Regulator sebagai sporari pemisahan air dan alkohol.Suhu uitput kolom sekitar 100 – 104 oC dimaksudkan agar uap alkohol naik keatas sedangkan air turun ke Regulator / Sparator dengan kondisi alkohol yang sudah terlucuti. Dengan adanya pemanasan pada kolom yang dilengkapi Sparator diharap terjadi pemisahan alkohol dan air karena adanya perbedaan titik didih dan massa jenis. Uap alkohol dan air yang naik keatas dengan kandungan alkohol 70 % didistilasi lanjut pada kolom Versterking. Plegmase yang berupa air panas mengandung alkohol +/- 0,1 % sebagian digunakan sebagai siraman pada Voorlup kolom.
d. Tahap 4. Versterking Kolom
Uap alkohol dari Uitput kolom masuk ke Versterking kolom pada segmen 2.Pada Verstecking kolom ini pemanasan dikurangi menjadi +/- 87 oC dimaksudkan agar pada top produk lebih banyak alkohol yang menguap dari pada air, karena adanya penurunan pemanasan dibawah titik didih air.Karena adanya penurunan pemanasan tersebut hasil top produk meningkat 90 % dan dialirkan ke kolom berikutnya yaitu Rectifisier Kolom.Produk bawah yang lebih banyak mengandung air dengan kadar alkohol +/- 20 % dikembalikan ( direfluk ) ke Uitput kolom.
e. Tahap 5. Rectifisier Kolom
Uap alkohol dari Verstecking kolom dengan kadar 90 % masuk ke Rectifisier
kolom segmen 1. Pada Rectifisier kolom ini pemanasan diturunkan mendekati titik didih alkohol +/- 82 oC. Dengan adanya penurunan panas diharapkan pada top produk lebih banyak alkohol yang menguap dari pada air nya.Hasil top produk rectifisier kolom berkadar +/- 96,5 % yang selanjutnya dialirkan ke kuler / pendingin untuk dilanjutkan ke Finale Kolom.Produk bawah yang lebih banyak air namun masih mengandung alkohol 20 % direfluk dikembalikan ke Verstecking kolom.
f. Tahap 6. Finale Kolom
Produk atas Rectifisier yang sudah melalui kuler berupa cairan masuk ke Finale kolom pada segmen 2. Karena produk ini masih mengandung zat lain berupa ester, aldehide dll yang mempunyai titik didih dibawah alkohol, maka pada finale kolom dilakukan pemanasan namun dibawah titik didih alkohol +/- 76 oC,Dengan adanya pemanasan 76 oC maka zat lain yang terdiri dari ester, aldehyde dll akan menguap pada produk atas selanjutnya diembunkan dan dikondensasi untuk dijadikan alkohol afwykend dengan kadar 94 %, sedangkan alkohol produk bawah finale kolom yang sudah terbebas dari zat pengotornya masuk ke kuler prima dijadikan produk prima dengan kadar alkohol 96 %.
http://abangkarel.blogspot.com/2011/06/proses-pembuatan-alkohol.html
halaman yang jelas silakan kemari : dan sangat lengkap kami tautkan berikut .... http://www.chem-is-try.org/?sect=belajar…http://library.usu.ac.id/download/ft/tki…http://www.chem-is-try.org/?sect=fokus&e…http://teknikkimia.tblog.com/http://empatyheart.wordpress.com/2008/03…pengertian alkohol : http://id.wikipedia.org/wiki/Metanol
yang sudah berhasil menjawab : Didalam cairan tebu (Nira) hanya glukosa jenis sakarosa yg bisa dikristalkan menjadi gula pasir. Sedangkan Glukosa lain meskipun manis rasanya tetapi tidak bisa dikristalkan disebut gula reduksi/gula pecah , glukosa jenis inilah yg
dimanfaatkan oleh pabrik gula untuk difermentasi jadi alkohol.
Mikrobia jenis "Sacaromyces Cerevicae" yg sering digunakan untuk fermentasi ini, dimana mikrobia ini menghasilkan 7 macam enzim sbg katalisator reaksi.
Reaksi:......................S.CC6H12O6 =======> 2C2H5OH + 2CO2 + Energi.Glukosa ....................Etanol
Alkohol yg dihasilkan dari proses fermentasi hasilnya masih rendah kadarnya (dibawah 12 %) sehingga diproses "distilasi" secara bertahap supaya menghasilkan kadar alkohol 96%.
Note:Disamping alkohol jenis "etanol" (C2H5OH) terkandung pula sebagian kecil alkohol jenis "metanol "(CH3OH) , metanol ini sangat beracun bagi manusia untuk indikasi biar tidak diminum, ditambahkan CuSO4 shg berwarna biru, yg dipasaran kita kenal dg nama "SEPERITUS".
materi referensi:
Saccharomyces cerevisiae merupakan salah satu jenis cendawan tergolong khamir yang bermanfaat untuk manusia dan ternak . Pertamakali dimanfaatkan untuk pembuatan makanan, sejalan dengan waktu kemudian mulai dipakai untuk keperluan bioteknologi, industri . Saccharomyces cerevisiae dipakai sebagai probiotik dan imunostimulan untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas ternak seperti ruminansia, unggas ataupun ikan . Hasil-hasil penelitian yang diperoleh secara umum menunjukkan pemakaian Saccharomyces cerevisiae feed additive berkorelasi positif terhadap penampilan bobot badan tenak.
Saccharomyces cerevisiae dipakai untuk meningkatkan kesehatan ternak sebagai probiotik dan imunostimulan dalam bentuk feed additive. Ternak yang dapat mengkonsumsi Saccharomyces cerevisiae adalah golongan ikan, ruminansia dan unggas . Keuntungan penggunaan Saccharomyces cerevisiae sebagai probiotik adalah tidak membunuh mikroba bahkan menambah jumlah mikroba yangmenguntungkan, berbeda dengan antibiotika dapat membunuh mikroba yang merugikan maupunmenguntungkan tubuh, dan mempunyai efek resistensi .
Demikian pula dengan penggunaan Saccharomyces cerevisiae sebagai bahan imunostimulan. Imunostimulan berfungsi untuk meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara meningkatkan sistem pertahanan terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan bakteri, cendawan, virus dan lainnya, sedangkan penggunaan antibiotika hanya membunuh bakteri.
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir sejati tergolong eukariot yang secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Dapat berkembang biak dengan membelah diri melalui "budding cell" . Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel . Penampilan makroskopik mempunyai koloni berbentuk bulat, warna kuning muda, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat dengan askospora 1-8 buah (NIKON,2004 ; LANDECKER, 1972 ; LODDER, 1970) .
Saccharomyces cerevisiae dapat berkembang biak dalam gula sederhana seperti glukosa, maupun gula kompleks disakarida yaitu sukrosa (MARX, 1991). Selain itu untuk menunjang kebutuhan hidup diperlukan oksigen, karbohidrat, dan nitrogen . Pada uji fermentasi gula-gula mempunyai reaksi positif pada gula dekstrosa, galaktosa, sukrosa, maltosa, raffinosa, trehalosa, dan negatif pada gula laktosa (LODDER, 1970)
Komposisi kimia S. cerevisiae terdiri atas :
Protein kasar 50-52%, Karbohidrat ; 30-37%; Lemase 4-5%; Mineral 7-8% (REED dan NAGODAWITHANA,1991) . Abu 5,0-9,5%; Asam Nucleat 6,0-12,0%; Lemak 2,0-6,0%; Nitrogen 7,5-8,5%; Fenilalanin 4,1-4,8%; Isoleusin 4,6-5,3%; Lysin 7,7-7,8%; Methionin 1,6-1,7%; Sistin 0,9%; Treonin 4,8-5,4%; Tryptophan 1,1-1,3%; Valin 5,3-5,8%.
Saccharomyces cerevisiae mempunyai beberapa enzim yang mempunyai fungsi penting yaitu intervase, peptidase dan zimase . Enzim peptidase mempunyai 96 gen dan yang homolog inaktif sebanyak 32 (PEPTIDASE, 2004) .
Saccharomyces cerevisiae sebagai probiotik
Menurut definisi FULLER (1992) dan KARPINSKA et al. (2001), probiotik adalah
imbuhan pakan berbentuk mikroba hidup yang menguntungkan dan mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan.
Sedangkan prebiotik adalah bahan makanan yang tidak tercerna dan memberikan keuntungan pada inang melalui simulasi yang selektif terhadap pertumbuhan aktivitas dari satu atau sejumlah bakteri yang terdapat di dalam kolon (ROBERFROID, 2000) .
Di bidang peternakan penggunaan probiotik bermanfaat untuk kesehatan, produksi dan pencegahan penyakit
Selanjutnya SOEHARSONO (1994)mengemukakan bahwa mikroba yang termasuk dalam kelompok probiotik bila mempunyai ciri sebagai berikut yaitu : dapat diproduksi dalam skala industri, jika disimpan di lapangan akan stabil dalam jangka waktu yang lama, mikroorganisme harus dapat hidup kembali di dalam saluran pencernaan, dan memberikan manfaat pada induk semang .
COLE (1991) menyatakan probiotik merupakan salah satu pilihan pakan tambahan pada ternak yang sehat dan aman bagi lingkungan . SHIN et al. (1989) menyatakan bahwa S. cerevisiae termasuk salah satu mikroba yang umum dipakai untuk ternak sebagai probiotik, bersama-sama dengan bakteri dan cendawan lainnya seperti Aspergillus niger, A.oryzae, Bacillus pumilus, B. centuss, Lactobacillus acidophilus, Saccharomyces crimers, Streptococcus lactis dan S. termophilus .
http://probiotik-sns-pro.blogspot.com/2013/04/saccharomyces-cerevisiae.html
Saccharaomyces cerevisiae adalah nama spesies yang termasuk dalam khamir berbentuk oval. Saccharomyces cerevisiae mempunyai mikrostruktur yang terdiri dari :
1. Kapsul
2. Dinding Sel Dinding sel khamir pada sel-sel yang muda sangat tipis, namun semakin lama semakin menebal seiring dengan waktu. Pada dinding sel terdapat struktur yang disebut bekas lahir (bekas yang timbul dari pembentukan oleh sel induk) dan bekas tunas (bekas yang timbul akibat pembentukan anak sel). Setiap sel hanya dapat memiliki satu bekas lahir, namun bisa membentuk banyak bekas tunas. Saccharomyces cerevisiae dapat membentuk 9 sampai 43 tunas dengan rata-rata 24 tunas per sel, dan paling banyak lahir pada kedua ujung sel yang memanjang. Dinding sel khamir terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
>Glukan Khamir (30-35% berat kering dinding sel)>Mannan (30% dari berat kering dinding khamir)>Protein (6% berat kering dinding sel)>Kitin (1-2 %)>Lipid (8.5-13.5 %)
3. Membran Sitoplasma
4. Nukleus
5. Vakuola
6. Mitokondria
7. Globula Lipid Saccharomyces cerevisiae mengandung lipid dalam jumlah sangat sedikit. Lipid ini disimpan dalam bentuk globula yang dapat dilihat dengan mikroskop setelah diberi pewarna lemak seperti Hitam Sudan atau Merah Sudan.
8. Sitoplasma
Saccharomyces cerevisiae berkembang biak dengan cara berikut: 1. Pertunasan multipolar, dimana tunas muncul dari sekitar ujung sel 2. Pembelahan tunas, yaitu gabungan antara pertunasan dan pembelahan. Pada proses ini mula-mula terbentuk tunas, tetapi tempat melekatnya tunas pada sel induk relatif besar, kemudian terbentuk septa yang memisahkan tunas dari induk selnya. Pada Saccharomyces, areal tempat melekatnya tunas pada induk sedemikian kecilnya sehingga seolah tidak pernah terbentuk septa (tidak dapat dilihat oleh mikroskop biasa) 3.Pembentukan askospora. Pada khamir diploid seperti Saccharomyces cerevisiae, meiosis dapat terjadi langsung dari sel vegetatif. Spora berbentuk bulat atau oval dengan permukaan halus.
Saccharomyces cerevisiae berfungsi dalam pembuatan roti dan bir, karena Saccharomyces bersifat fermentatif (melakukan fermentasi, yaitu memcah glukosa menjadi karbon dioksida dan alkohol) kuat. Namun, dengan adanya oksigen, Saccharomyces juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbon dioksida dan air
http://id.wikipedia.org/wiki/Saccharomyces_cerevisiae