82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MINIATUR DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM ANAK TUNA GRAHITA KELAS V SD DI SLB DHARMA ANAK BANGSA KLATEN SKRIPSI Oleh: Aman Nurdin Nawawi K5106009 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

  • Upload
    lydiep

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MINIATUR DALAM

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN

ALAM ANAK TUNA GRAHITA KELAS V SD

DI SLB DHARMA ANAK BANGSA

KLATEN

SKRIPSI

Oleh:

Aman Nurdin Nawawi

K5106009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRAK

Aman Nurdin Nawawi. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA

MINIATUR DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU

PENGETAHUAN ALAM ANAK TUNA GRAHITA KELAS 5 SD DI SLB B/C

DHARMA ANAK BANGSA KLATEN. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Oktober, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar anak tunagrahita

kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa dengan bantuan alat peraga miniatur.

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerja

sama antara peneliti, guru, siswa, dan pihak-pihak lain yang terkait untuk

menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Subjek dalam penelitian ini

adalah siswa tunagrahita kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten. Adapun

jumlah siswa kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten berjumlah 6 anak. Data

dan sumber data penelitian diperoleh dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data

menggunakan wawancara, observasi, dan tes. Indikator ketercapaian yang

digunakan dalam penelitian ini terdapat pada siklus terakhir saat pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam untuk siswa tunagrahita kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa

Klaten tahun ajaran 2009/2010 dilihat dari keaktifan siswa diamati saat proses

pembelajaran sedang berlangsung 3 dari 5 siswa aktif dan ketuntasan belajar

dihitung dari jumlah siswa yang mampu mendapat nilai ≥ 60

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga

miniatur efektif dalam meningkatkan prestasi belajar Anak tuna grahita dalam

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten tahun

ajaran 2009/2010.

Page 3: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ABSTRACT

Aman Nurdin Nawawi. The effectiveness of miniature visual aid use in improving

the science learning achievement in mental retarded children of 5 graders of

Elementary school in SLB B/C dharma anak bangsa klaten. Thesis, Surakarta:

Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, October,

2010.

This research aims to improving the science learning achievement in mental

retarded children of V graders of SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten with

miniature visual aids use.

This study employed a classroom action research approach, the one

constituting the collaboration among the researcher, teachers, students and other

related parties to create a better school performance. The subject of research was the

mental retarded students of V graders of SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten. The

data and data source of research were obtained from teachers and students.

Techniques of collecting data used were interview, observation, and test. The

indicator of achievement used in this research lies in the final cycle during Science

learning for the mental retarded students of V graders of SLB C Dharma Anak

Bangsa Klaten in the school year of 2009/2010 viewed from students activeness.

Observed during the learning process proceeding, it can be found that 3 of 5 students

are active and their learning passing is calculated from the number of students who

can get ≥ 60 score.

Bassed on research result can explain that implementation of miniature

visual aids use in improving the science learning achievement in mental retarded

chindren of V graders of SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten 2009/2010.

Page 4: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan

anak didik se-optimal mungkin sesuai dengan situasi dan kondisi anak.

Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 2 tentang sistem

pendidikan Nasional (1989: 16-17) bahwa setiap peserta didik pada suatu satuan

pendidikan mempunyai hak –hak mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat dan

minat kemampuannya. Hal ini berarti bahwa pendidikan tersebut perlu juga

diberikan kepada mereka yang mengalami keterbatasan dalam segi mental

(intelektual), rohaniah (kejiwaan) dan sosial.

Anak tunagrahita mampu didik adalah anak yang digolongkan dalam anak

tuna grahita ringan, karena memiliki IQ antara 50/55-70/75. Kemampuan

mentalnya setaraf dengan anak normal usia 7-10 tahun. Karena keterbatasan

intelegensinya menyebabkan kemampuan dalam hal menerima pelajaran

disekolah tidak dapat maksimal, sehingga mereka tertinggal dengan siswa yang

lain, yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Luar Biasa adalah

Ilmu Pengetahuan Alam. Tujuan dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menurut

kurikulum 1994 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) tunagrahita ringan yaitu agar

siswa memahami konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan saling

keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah dengan dilandasi sikap

ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan-NYA.

Pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan adanya pengembangan

dalam komponen pengajaran yang antara lain : pengembangan metode

pengajaran, sarana dan prasarana serta alat peraga dalam pengajaran. Dari

berbagai komponen pengajaran tersebut alat peraga merupakan salah satu

komponen yang sangat diperhatikan, mengingat dari karakteristik anak

tunagrahita yang sulit menangkap materi yang sifatnya abstrak. Untuk itu alat

1

Page 5: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

peraga sangat penting dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam bagi siswa

Sekolah Luar Biasa.

Peningkatan kemampuan dan minat anak tunagrahita mampu didik dalam

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, maka digunakan alat peraga yang menarik

perhatian anak didik. Seperti yang dikemukakan B.Suryosobroto (1986:78)

mengatakan bahwa “Pendidikan dan pengajaran hanya berhasil baik jika anak

didik mempunyai perhatian terhadap bahan-bahan pendidikan dan pengajaran

yang disajikan kepadanya”.

Alat peraga dalam proses pembelajaran mempunyai peranan penting

sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Setiap

proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain :

tujuan, bahan, metode alat, serta evaluasi.Unsur metode dan alat merupakan unsur

yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai tehnik

untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan pembelajaran.

Untuk mencapai tujuan itu, peran alat peraga sangat penting, karena memiliki

pengaruh yang besar tentang sulit tidaknya anak dalam memahami pelajaran

melalui alat peraga yang digunakan.

Alat peraga yang efektif bukan ditentukan oleh mahal atau murahnya

benda yang digunakan sebagai alat peraga maupun frekuensi penggunaannya,

melainkan dihadapkan pada kesesuaian alat peraga dengan pokok bahasan dan

kondisi anak tunagrahita mampu didik. Dalam hal ini peneliti menggunakan alat

peraga Miniatur dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Alat peraga miniatur

dipilih karena mudah dalam penggunaannya serta dapat menciptakan suasana

belajar yang bervariasi. Yang dimaksudkan bervariasi yaitu : dapat disesuaikan

dengan keadaan dan kemampuan anak tunagrahita mampu didik yang diharapkan

mampu membangkitkan kemampuan serta pemahaman berfikir anak.

Alat peraga miniatur merupakan alat pelajaran yang berupa benda tiruan

dari benda yang sebenarnya dalam bentuk kecil yang digunakan dalam proses

belajar mengajar. Dengan menggunakan alat peraga miniatur anak tunagrahita

mampu didik mampu akan memperoleh pengalaman langsung melalui benda-

benda tiruan. Dari pengalaman itu anak tunagrahita mampu didik akan lebih

Page 6: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

termotivasi serta mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam karena mata pelajaran yang disampaikan mudah untuk

dipahami.

Berdasarkan pengamatan proses belajar mengajar yang dilakukan di

Sekolah Luar Biasa bagian C menunjukkan bahwa dalam menyampaikan materi

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, guru selama ini hanya menggunakan alat

peraga gambar yang telah disediakan dari sekolahan. Penggunaan alat peraga

gambar oleh guru dalam menerangkan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

dianggap terlalu biasa dan siswa tidak selalu tahu bagaimana cara membaca

gambar. Hal inilah yang menyebakan Anak Tunagrahita mampu didik kurang

bersemangat dan prestasi belajarnya kurang meningkat.

Oleh karena itu dalam penelitian, peneliti bermaksud mencobakan alat

peraga miniatur untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada anak

tunagrahita mampu didik. Atas dasar uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian yang berjudul:

”EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MINIATUR

DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU

PENGETAHUAN ALAM ANAK TUNA GRAHITA KELAS V SD DI

SLB DHARMA ANAK BANGSA KLATEN”.

B. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari agar penelitiantidak menyimpang dari tujuan penelitian,maka

peneliti perlu mengadakan pembatasan masalah.Dalam hal ini yang terbatas yaitu

mengenai :

1. Efektivitas

Efektivitas adalah suatu tindakan atau usaha untuk menyelesaikan pekerjaan

secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit.

2. Alat Peraga Miniatur

Alat peraga miniatur adalah alat pelajaran yang berupa benda tiruan yang

bentuknya lebih kecil dari benda sebenarnya yang digunakan oleh guru guna

memudahkan dalam penyampaian materi pelajaran agar dapat diterima oleh

anak didik dengan mudah.

Page 7: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

3. Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu tingkat keberhasilan

anak dalam menguasai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan

menggunakan alat peraga miniatur yang sesuai dengan materi yang

disampaikan.

4. Anak Tunagrahita

anak tunagrahita sebagai anak yang mengalami gangguan atau hambatan

dalam perkembangan daya pikir serta seluruh kepribadian sehingga ia tidak

mampu hidup dengan kekuatan sendiri dalam masyarakat meskipun dengan

cara sederhana.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian

ini dirumuskan masalah sebagai berikut : ”Apakah penggunaan alat peraga

miniatur dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada anak

tunagrahita kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten?”.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada anak tunagrahita

kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten dengan menggunakan alat

peraga miniatur secara efektif .

E. Manfaat Penelitian

Beberapa hal yang dapat diambil manfaatnya dari penelitian, antara lain

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru yang

mempunyai kaitan antara alat peraga yang digunakan dengan prestasi

Page 8: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

belajar bagi guru kelas yang mengajar pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten.

b. Bagi peneliti dapat memperoleh pengetahuan tentang penggunaan alat

peraga miniatur yang dapat mempengaruhi prestasi belajar IPA pada

siswa kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat sebagai cara baru bagi guru dalam peningkatan

prestasi belajar bidang IPA pada pokok bahasan “Mengenal jenis – jenis

hewan dan makanannya” melalui alat peraga miniatur pada anak

tunagrahita kelas V di SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten.

b. Memberikan alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan

pembelajaran IPA pada pokok bahasan “ Mengenal jenis – jenis hewan

dan makanannya” di SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten

Page 9: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Banyak istilah yang di gunakan untuk menyebut tunagrahita yaitu

menunjukkan kondisi kecerdasan penderita tunagrahita di bawah rata-rata. Istilah

dalam bahasa Indonesia yang pernah di gunakan, misalnya lemah otak, lemah

ingatan, lemah pikiran, retardasi mental, terbelakang mental, cacat grahita dan

tunagrahita. Istilah tunagrahita digunakan karena di pandang lebih tepat dalam

penerapannya di bidang pendidikan.

PP No. 72 tahun 1991 dalam Moh. Amin (1995: 10) menyebutkan bahwa

anak tunagrahita adalah anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan/atau

lebih lamban daripada anak normal, naik perkembangan sosial maupun

kecerdasan.

Seseorang dianggap sebagai tunagrahita apabila fungsi intelegensinya

dibawah rata-rata dan mengalami kesulitan dalam adaptasi karena tingkah lakunya

terbelakang dibanding usia kronologis, mengalami keterlambatan kecerdasan

dalam perkembangan, dan individu tunagrahita memerlukan pengajaran dan

pendidikan secara khusus.

1. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita

a. Pengertian Anak Tunagrahita

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut mereka yang kondisi

kecerdasannya di bawah rata-rata. Dalam bahasa Indonesia istilah yang pernah di

gunakan, misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, retardasi mental,

terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam penelitian ini cenderung

menggunakan istilah tunagrahita karena di pandang lebih tepat dalam

penerapannya di bidang pendidikan.

Tunagrahita umumnya di artikan sebagai bentuk kelainan intelegensi, yaitu

suatu kondisi kecerdasan di bawah rata-rata normal. Untuk lebih jelasnya penulis

kemukakan pendapat sebagai berikut :

6

Page 10: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Menurut Munzayanah (2000:13) menyatakan bahwa ”anak tunagrahita

sebagai anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangan

daya pikir serta seluruh kepribadian sehingga ia tidak mampu hidup dengan

kekuatan sendiri dalam masyarakat meskipun dengan cara sederhana.”

Mental retardation (MR) is one of the most distressing handicaps in any

society. Development of an individual with mental retardation depends on the type

and extent of the underlying disorder, the associated disabilities, environmental

factors, psychological factors, cognitive abilities and comorbid

psychopathological conditions (Ludwik, et al., 2001).

(http://www.industrialpsychiatry.org/article.asp?issn=09726748;year=2009;volum

e=18;issue=1;spage=56;epage=59;aulast=Kumar)

AFMR (Vivian Navaratman, 1987:403) dalam Wardani (2008;6.5)

menggariskan bahwa seorang tunagrahita yang keadaan kecerdasannya yang jelas-

jelas di bawah rata-rata. Individu yang menderita tunagrahita tidak mampu ada

kecenderungan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tuntutan

yang berlaku di masyarakat.

Dari defenisi tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai

berikut:

1) Fungsi intelektual umum secara signifikan berada di bawah rata-

rata, maksudnya bahwa kekurangan itu harus benar-benar

meyakinkan sehingga yang bersangkutan memerlukan layanan

pendidikan khusus. Sebagai contoh anak normal rata-rata

mempunyai IQ (Intelligence Qouatient), sedangkan anak

tunagrahita memiliki IQ paling tinggi 70.

2) Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian (perilaku adaptif),

maksudnya bahwa yang bersangkutan tidak/kurang memiliki

kesanggupan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai

dengan usianya. Ia hanya mampu melakukan pekerjaan seperti

yang dapat dilakukan oleh anak yang usianya lebih muda darinya.

3) Ketunagrahitaan berlangsung pada periode perkembangan,

maksudnya adalah ketunagrahitaan itu terjadi pada usia

perkembangan, yaitu sejak konsepsi hingga usia 18 tahun.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa anak tunagrahita

ringan adalah anak yang mempunyai intelektual di bawah rata-rata, memiliki IQ

55-70 yang setingkat lebih rendah di bandingkan dengan anak lambat belajar,

Page 11: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kemampuan berpikirnya rendah, perhatian dan ingatan lemah tetapi masih

mempunyai potensi untuk dapat di kembangkan dalam bidang akademik seperti

membaca, menulis dan berhitung. Selain itu mereka masih dapat bersosialisasi

dengan lingkungan dan bila dilatih dapat dijadikan bekal hidup bagi dirinya

setelah dewasa.

b. Penyebab Anak Tunagrahita

Penyandang tunagrahita pada umumnya memiliki keadaan tubuh yang

baik, namun memiliki tingkat kecerdasan yang kurang di banding dengan orang

orang pada umumnya.Penyebabnya dapat dikarenakan oleh beberapa faktor,yang

digolongkan menjadi 3. Antara lain faktor yang terjadi sebelum lahir (pre natal),

saat kelahiran (natal), dan setelah lahir (post natal).Selain itu juga dapat di

sebabkan karena faktor dari lingkungan tempat tinggal.

Moh. Amin, 1995:62 membagi faktor penyebab ketunagrahitaan menjadi

dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya

pada sel keturunan dan eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya

infeksi, virus menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi dan lain-lain.

Wardani (2008:6.10) mengemukakan penyebab ketunagrahitaan yang

sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor

lingkungan,ialah:

1) Faktor Keturunan

Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan meliputi

hal-hal berikut :

a. Kelainan kromosom

b.Kelainan gen

2) Gangguan Metabolisme dan Gizi

3) Infeksi dan Keracunan

4) Trauma dan Zat Radioaktif

5) Masalah Pada Kelahiran

6) Faktor Lingkungan

Dengan melihat pendapat yang telah di kemukakan di atas, dapat di ambil

kesimpulan bahwa banyak faktor-faktor penyebab yang mengakibatkan terjadinya

ketunaan pada anak yaitu faktor keturunan, faktor makanan dan minuman serta

faktor lingkungan. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi

terjadinya ketunagrahitaan baik pada saat prenatal, natal, maupun postnatal.

Page 12: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

c. Karakteristik Anak Tungrahita

Dapat di ketahui secara fisik bahwa anak tunagrahita tidak berbeda dengan

anak normal pada umumya, tetapi secara psikis ada perbedaan dengan anak

normal. Anak tunagrahita lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan dalam

kata-kata. Mereka mengalami kesukaran berpikir abstrak tetapi mereka masih

dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun sekolah

khusus.

Karakteristik anak tunagrahita yang di kemukakan oleh Munzayanah

(2000:22) adalah sebagai berikut :

1) Anak Idiot

a) Mereka tidak dapat bercakap-cakap karena kemampuan berpikir

b) Tidak mampu mengerjakan atau mengurus dirinya sendiri meskipun di

beri latihan

c) Hidupnya seperti bayi yang selalu membutuhkan perawatan dan

pertolongan

d) Kadang-kadang tingkah lakunya di kuasai oleh gerakan yang

berlangsung di luar kesadarannya jadi bersifat otomatis

e) Jarang mencapai umur panjang karena adanya proses kemunduran

organ-organ di dalam tubuhnya (deteriorisasi)

2) Anak Imbisil

a) Dapat menggunakan kata-kata yang sederhana

b) Dapat dilatih untuk merawat diri sendiri

c) Dapat dilatih untuk aktivitas hidup sehari-hari

d) Masih membutuhkan pengawasan orang lain

e) Sulit mengadakan sosialisasi

3) Anak Debil atau Moron

a) Dapat dilatih untuk bermacam-macam tugas yang lebih tinggi atau

komplek

b) Dapat dilatih dalam bidang sosial atau intelektual dalam batas-batas

tertentu, misalnya membaca, menulis, dan menghitung

c) Dapat dilatih untuk pekerjaan-pekerjaan rutin maupun keterampilan

4) Anak Mongolsm atau Mongoloid

a) Letak matanya miring dan biasanya jarak antara dua mata lebih jauh

dibandingkan dengan anak normal, serta mata sipit.

b) Muka datar, bundar, dan lebar

c) Bibir tebal dan lebar

d) Lidah panjang dan lebar sampai biasanya menjulur keluar

e) Hidung pesek dan pangkal hidung melebar

f) Tengkorak dari muka sampai dengan belakang kepala pendek

g) Leher belakang pendek

Page 13: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

h) Tangan, kelima jari pendek dan membengkak, jari pertama (ibu jari)

tertanam lebih rendah dan ada juga garis lurus di telapak tangan di

bawah jari kedua sampai jari kelima.

Sedangkan karakteristik anak tunagrahita menurut James D. Page

(Suhaeri, HN: 1979) dalam Wardani (2008:6-19) sebagai berikut :

1) Akademik

Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih

kapasitasnya mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan

membeo (rote learning) dari pada dengan pengertian. Dari hari ke hari mereka

membuat kesalahan yang sama. Mereka cenderung cepat lupa, sukar membuat

kreasi baru, serta rentang perhatiannya pendek.

2) Sosial/Emosional

Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara

dan memimpin diri. Ketika masih muda mereka harus di bantu terus karena

mereka mudah terperosok ke dalam tingkah laku yang kurang baik. Mereka

cenderung bergaul atau bermain bersama dengan anak yang lebih muda darinya.

Namun, dibalik itu semua mereka menunjukkan ketekunan dan rasa empati yang

baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau perlakuan dan lingkungan yang

kondusif.

3) Fisik/Kesehatan

Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak tunagrahita

kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia

yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan gerakannya kurang indah.

Karakteristik anak tunagrahita menurut Moh. Amin (1995:37), yaitu:

1) Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan/Mampu didik

Anak tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita yang lancar berbicara

tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya, mengalami kesukaran berfikir

abstrak. Tetapi masih dapat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa

atau sekolah khusus. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan

yang sama dengan anak umur 12 tahun.

2) Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang

Page 14: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran

akademik. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita

ringan. Mereka hampir selalu tergantung pada perlindungan orang lain, tapi

dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Mereka masih mempunyai

potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan diri terhadap

lingkungan dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti

ekonomi. Pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan yang sama

dengan umur 7 tahun atau 8 tahun.

3) Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat

Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan

selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak

memelihara diri sendiri (makan, berpakaian, ke WC dan sebagainya harus di

bantu). Pada umumnya mereka tidak berbahaya, tidak mungkin berpartisipasi

dengan lingkungan di sekitarnya, dan jika sedang berbicara maka kata-kata

dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasan seorang anak tunagrahita berat

dan sangat berat hanya 3 dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal

yang berumur 3 atau 4 tahun.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan secara umum

karakteristik anak tunagrahita adalah sebagai berikut :

1) Mengalami kelambatan dalam segala hal kalau di bandingkan dengan anak-

anak normal sebaya, baik di tinjau dari segi psikis, fisik, sosial dan lain-lain.

2) Perlu mendapat pendidikan dan pelayanan khusus.

3) Daya abstraknya rendah.

4) Tidak dapat memusatkan perhatian terlalu lama (cepat bosan)

5) Perbendaharaan kata sangat terbatas.

Ditinjau dari segi perkembangan ciri-ciri fisik dan psikis tersebut menjadi

hambatan bagi anak dalam upaya peningkatan kemampuan pemahaman ilmu

pengetahuan alam, sehingga anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam proses

belajar, karena anak tunagrahita tidak dapat memperhatikan sesuatu hal dengan

serius dan perhatiannya berpindah-pindah, dengan demikian untuk meningkatkan

Page 15: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kemampuan berhitungnya memerlukan media yang tepat yang nyata, yang

menarik perhatian anak yang disesuaikan dengan kondisi anak atau tingkat

kemampuan daya pikir yang dimiliki siswa, agar dapat mengembangkan

kemampuan yang di milikinya, media mengajar yang di pandang dapat di

pergunakan adalah alat peraga miniatur.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

karakteristik anak tunagrahita ringan yaitu mereka mengalami perkembangan

dibawah normal baik fisik, mental, bahasa, dan kecerdasan, mengalami

keterbatasan dalam aspek kehidupannya, tetapi masih dapat dilatih mengenai

keterampilan-keterampilan untuk dijadikan bekal hidupnya, dapat dilatih

pekerjaan yang sifatnya rutinitas.

d. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Klasifikasi anak tunagrahita yang di kemukakan oleh AAMD dan PP 72

Tahun 1991 dalam (Moh. Amin, 1995: 22) adalah sebagai berikut:

1) Tunagrahita ringan

IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50 sampai 70, dalam penyesuaian

sosial mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan

sosial tidak saja lingkungan yang terbatas tetapi juga pada lingkungan

yang lebih luas bahkan kebanyakan dari mereka dapat mandiri dalam

masyarakat.

2) Tunagrahita sedang IQ-nya 30 sampai <50

IQ anak tunagrahita sedang berkisar 30 sampai <50, sehingga tingkat

kemajuan dan perkembangan yang dapat dicapai bervariasi. Mereka

yang teramsuk dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki

kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah

tunagrahita.

3) Tunagrahita berat dan sangat berat IQ-nya kurang dari 30

IQ anak tunagrahita berat dan sangat berat kurang dari 30, anak yang

tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki

kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi

dan bekerja.

Munzayanah (2000:20) mengklasifikasikan anak tunagrahita menjadi 6

macam sebagai berikut :

1) Klasifikasi menurut derajat kecacatanya terbagi menjadi :

a) Idiot (IQ 0 - 25)

b) Imbesil (IQ 26 – 50)

Page 16: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

c) Debil (IQ 51 - 70)

2) Klasifikasi menurut etiologi antara lain :

a) Anak tunagrahita karena keturunan

b) Anak tunagrahita karena gangguan fisik

c) Anak tunagrahita karena kerusakan pada otak

3) Klasifikasi menurut tujuan pendidikannya

a) Anak perlu rawat

b) Anak mampu latih

c) Anak mampu didik

4) Klasifikasi menurut tipe klinis

a) Mongol (mongolisme, mongoloid)

b) Microcephalus

c) Cretinisme (kretin, kerdil, cebol)

d) Hydrocephalus

e) Cerebral palsy

5) Klasifikasi dari “The American Pshychiatric Association” adalah :

a) Mild deficiency

b) Moderate deficiency

c) Severe deficiency

6) Klasifikasi menurut American Association on Mental Defeciency

(AAMD) atas dasar tinjauan medik, meliputi :

a) Penyakit karena infeksi

b) Penyakit karena intoksitasi

c) Penyakit akibat trauma

d) Penyakit kebergantungan metabolisme, pertumbuhan

e) Penyakit akibat pengaruh hormon

Dari penggolongan atau klasifikasi anak tunagrahita di atas dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1) Anak tunagrahita ringan IQ rata-rata antara 50-70.

2) Anak tunagrahita sedang IQ rata-rata antara 25 sampai <50.

3) Anak tunagrahita berat dan sangat berat IQ rata-rata anatara 0 sampai

<25.

4) Tujuan pendidikan anak tunagrahita dibagi menjadi: anak tunagrahita ringan

atau mampu didik, anak tunagrahita sedang atau mampu latih dan anak

tunagrahita berat atau perlu di rawat.

2. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Mampu didik

a. Pengertian Anak Tunagrahita Mampu didik

Page 17: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Anak Tunagrahita mampu didik adalah salah satu bagian dari anak

tunagrahita. Dalam menyebut tunagrahita mampu didik dikenal juga dengan

istilah anak “debil” atau anak tunagrahita ringan, sedangkan istilah yang umum

dipakai dalam dunia pendidikan adalah anak tunagrahita mampu didik.

Menurut Y.B Suparlan (1983.30).Anak tunagrahita mampu didik yaitu:

”Anak tunagrahita mampu didik disebut juga anak Debil dengan IQ antara 50-70.

Mereka dapat dilatih tentang tugas – tugas yang lebih tinggi (Kompleks) dalam

kehidupan sehari-hari dapat pula dididik dalam bidang sosial dan intelektual

sampai pada batas-batas tertentu.”

Michael L Hardman (1990: 94) memberikan pengertian anak tunagrahita

mampu didik sebagai berikut :

The Educate has IQ’s to about 70. Second to fifth grade achievement in

school academic areas, social adjustment will permit some grade of

independence in community.Occupational sufficiency will permit partial

or total self support.

Dari definisi di atas dapat diambil pengertian bahwa anak tunagrahita

mampu didik adalah anak yang memiliki IQ kurang lebih 70. Masih dapat

mengikuti pendidikan dasar meskipun hanya sederhana seperti membaca, menulis,

berhitung serta keterampilan sederhana yang dipakai bekal dalam kemandiriannya

di masyarakat.

Dari kedua pendapat tersebut, dapat diambil suatu pengertian bahwa yang

dimaksud anak tunagrahita mampu didik adalah anak yang mempunyai intelegensi

di bawah rata-rata, kemampuan berfikirnya rendah, perhatian dan ingatan yang

lemah, tetapi masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang

akademis, lebih lebih dalam hal keterampilanya.

b. Karakteristik Anak Tunagrahita Mampu didik

Dapat di ketahui secara fisik bahwa anak tunagrahita ringan memliki

intelegensi/IQ berkisar antara 50/55 – 70/75, tidak berbeda dengan anak normal

pada umumnya, tetapi secara psikis ada perbedaan dengan anak normal.

Sri Rumini (1987 : 47) mengatakan bahwa karakteristik anak mampu didik

dapat dijabarkan sebagai berikut :

Page 18: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

1) IQ sekitar 50/55-70/75, dengan MA 7-10 tahun.

2) Sukar berfikir abstrak dan terkait pada lingkungan.

3) Kurang dapat mengendalikan perasaannya.

4) Daya abstraksinya sangat lemah.

5) Dapat mengikuti beberapa istilah tetapi kurang tahu maknanya.

6) Mudah dipengaruhi.

7) Kepribadiannya kurang harmonis.

8) Daya konsentrasinya kurang baik.

9) Kalau dimasukkan SD normal prestasinya rendah.

Karakteristik anak tunagrahita mampu didik menurut S.A Bratanata (1977:

53), dibedakan menjadi dua macam gejala yaitu psikis dan sosial. Gejala dalam

bidang Psikis.

Gejala psikis yang umum dijumpai pada anak tunagrahita mampu didik

adalah cara berfikirnya yang kurang lancar dan konkrit, kurang memiliki

kesanggupan untuk menganalisa dan menilai kejadian yang di hadapi, daya

fantasinya lemah, dapat mengingat beberapa istilah tetapi kurang mampu

memahami sugestibel, kurang mampu mengadakan penilaian mengenai unsur-

unsur susila, dalam pemecahan masalah selalu dengan coba-coba, serta

kepribadiannya kurang harmonis.

Gejala dalam bidang sosial anak tunagrahita mampu didik menunjukkan

gejala kurangnya kesanggupan untuk berdiri sendiri, dan nampak jelas setelah

anak tidak bersekolah.

Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka anak tunagrahita mampu

didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang mengalami

hambatan dalam segi intelektualnya, sukar berfikir abstrak, sugestibel, daya

konsentrasinya lemah, mengalami kesulitan dalam belajar, dapat mengingat

beberapa istilah tetapi tidak mengerti maknanya, tidak dapat menanggapi masalah

yang dihadapinya dengan baik, tetapi masih mungkin dikembangkan potensinya

dalam bidang akademis dalam taraf sederhana sesuai dengan kemampuannya.

3. Tinjauan tentang Alat Peraga

a. Pengertian Alat Peraga

Dalam dunia pendidikan banyak sekali metode atau cara yang digunakan

oleh para guru dalam penyampaian materi,atau pada saat mengajar.Yang

Page 19: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

diantaranya dengan membacakan materi,atau menuliskan di depan kelas,tetapi

masih sedikit yang menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam proses

belajar mengajar tersebut.Hal itu dapat kita lihat di sekolah-sekolah yang terdekat

di sekitar kita.

Nana Sudjana (1987:99) mengemukakan bahwa alat peraga sering disebut

audio visual, yang memiliki arti bahwa alat peraga itu dapat dinikmati oleh indra

penglihatan dan indra pendengaran. Alat peraga tersebut berguna agar bahan

pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah dipahami oleh para siswanya.

Menurut Moch Uzer Usman (1989:26) alat peraga pengajaran adalah alat-

alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas

materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa untuk mencegah terjadinya

verbalisme pada diri siswa. Berdasarkan keterangan tersebut maka dapat diambil

suatu kesimpulan mengenai alat peraga, yaitu segala sesuatu yang digunakan oleh

guru dalam proses belajar mengajar agar materi pelajaran yang disampaikan lebih

mudah dipahami oleh siswa.

Munadi (2008: 114) menyatakan bahwa media atau alat pendidikan

diartikan sebagai segala sesuatu yang diadakan dengan sengaja dan berencana,

yang secara langsung maupun tidak langsung dimaksudkan untuk mencapai

tujuan. Media atau alat pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu: (1) alat

pembelajaran bersifat material dan (2) alat pembelajaran bersifat nonmaterial.

1) Alat peraga bersifat material merupakan alat-alat kebendaan nyata yang

diperlukan dalam pendidikan (pembelajaran). Seperti gedung, meja, kursi,

alat-alat laboratorium, tape, kaset, OHP, dan masih banyak lagi sesuai dengan

situasi dan kondisi materi yang diajarkan.

2) Alat peraga bersifat non material berupa tindakan dan perbuatan yang secara

sengaja diciptakan sebagai sarana dalam melaksanakan kegiatan belajar,

seperti nasehat dan saran.

Macam-macam alat pembelajaran seperti papan tulis, bulletin board dan

display, gambar dan ilustrasi fotografi, slid dan filmstrip, film, rekaman

pendidikan (tape rekorder), radio pendidikan, televisi pendidikan, peta atau globe,

buku pembelajaran, miniature, dan overhead projector (Danim, 1999: 22).

Page 20: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga

adalah alat-alat yang digunakan oleh seorang guru ketika sedang mengajar untuk

membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada anak didik

atau siswa.

b. Fungsi Alat Peraga dalam Pengajaran

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu

untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Metode dan alat

merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi

sebagai tehnik atau cara untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada

tujuan. Dalam proses belajar mengajar alat peraga digunakan dengan tujuan

membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.

Nana Sudjana (1987:68), mengatakan bahwa fungsi alat peraga dalam

proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi

sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif.

2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi

belajar.

3) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral / sesuai dengan tujuan

dari materi pelajaran.

4) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk

mempercepat proses belajar mengajar dalam membantu siswa dalam

menangkap pengertian dari pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Menurut Moh Uzer Usman (1989:27) fungsi alat peraga adalah sebagai

berikut :

1) Sangat menarik siswa dalam belajar

2) Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin mengetahui

lebih banyak.

3) Menghemat waktu belajar. Guru tidak usah menerangkan sesuatu dengan

banyak perkataan, tetapi dengan memperhatikan suatu gambar, benda yang

sebenarnya atau benda yang lain.

Page 21: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi alat peraga

dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

1) Alat peraga sebagai alat bantu untuk mewujudkan minat siswa dalam situasi

belajar mengajar yang efektif.

2) Alat peraga merupakan bagian penting dari keseluruhan situasi belajar.

3) Alat peraga untuk merangsang / memotivasi proses belajar mengajar supaya

lebih menarik perhatian siswa.

4) Alat peraga diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan

membantu siswa dalam menangkap pengertian yang disampaikan guru.

5) Alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu proses

belajar mengajar.

Kesimpulan dari fungsi alat peraga dalam pengajaran yaitu untuk

memudahkan, mendorong, menarik minat, menghemat waktu kegiatan

pengajaran, dan memotivasi siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru.

c. Prinsip Penggunaan Alat Peraga

Penggunaan alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting

sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Dalam

hal ini alat peraga mempunyai pengaruh besar dalam peningkatan prestasi belajar

siswa,sehingga harus bersifat tepat sasaran atau subyek dan tepat obyek atau

sesuai dengan materi yang disampaikan.Metode dan alat merupakan unsur yang

tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai tehnik/cara

untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam proses

belajar mengajar terdapat beberapa prinsip tentang penggunaan alat peraga.

Moh Uzer Usman, (1989:28), memberikan beberapa prinsip tentang

penggunaan alat peraga sebagai berikut:

1) Merupakan alat bantu yang dianggap paling baik

2) Alat – alat tertentu tepat daripada yang lain berdasarkan jenis pengertian atau

dalam hubungannya dengan tujuan.

3) Audiovisual dan sumber-sumber yang digunakan merupakan bagian yang

integral dari pengajaran.p

Page 22: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

4) Perlu diadakan persiapan yang seksama oleh guru dan siswa mengenai alat

audiovisual

5) Siswa menyadari tujuan alat audiovisual dan merespon data yang diberikan.

6) Alat audiovisual dan sumber-sumber yang digunakan untuk menambah

kemampuan komunikasi kemungkinan belajar lebih leluasa karena adanya

hubungan antara alat dengan sumber.

Menurut Nana Sudjana (1987:104) mengemukakan bahwa prinsip

penggunaan alat peraga adalah :

1) Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru

menggunakan alat peraga yang sudah dipilih terlebih dahulu apakah

sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2) Menetapkan atau memperhitungkan subyek dengan tepat, artinya perlu

memperhitungkan apakah penggunaan alat peraga itu sesuai dengan

tingkat kematangan/kemampuan anak didik.

3) Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode

penggunaan peraga dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan

tujuan, bahan, metode, waktu dan sarana yang ada.

4) Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat,

dan situasi yang tepat. Artinya kapan dan dalam situasi mana pada

waktu mengajar alat peraga digunakan. Tentu tidak setiap saat atau

selama proses mengajar terus menerus memperlihatkan atau

memperjelas sesuatu dengan alat peraga.

Berdasarkan kedua pendapat di atas maka prinsip penggunaan alat peraga

memiliki pengertian yang tidak jauh beda, yaitu merupakan alat yang paling baik

yang sangat mendukung dalam proses belajar mengajar.

4. Tinjauan tentang Alat Peraga Miniatur

a. Pengertian Alat Peraga Miniatur

Fasilitas termasuk sarana dan prasarana pendidikan. Keberadaan fasilitas

dalam proses pendidikan tidak bisa diabaikan, khususnya dalam proses belajar-

mengajar. Dalam pembaharuan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal

yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa

adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak

akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar-mengajar

merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan

Page 23: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan,

fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja.

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu

untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Metode dan alat

merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi

sebagai tehnik/cara untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan.

Dalam proses belajar mengajar alat peraga digunakan dengan tujuan membantu

guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.

Alat peraga adalah suatu alat penyampaian berita yang aktif, media dapat

mempengaruhi efektivitas suatu kegiatan. Dalam dunia pendidikan untuk kegiatan

belajar-mengajar dikenal adanya media pendidikan. Alat peraga sebagai media

pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan

guru atau pendidik dalam rangka melakukan kegiatan pembelajaran (Danim,

1994: 6).

Alat peraga miniatur adalah alat pelajaran yang berupa benda tiruan yang

bentuknya sama atau lebih kecil dari benda sebenarnya yang digunakan oleh guru

guna memudahkan dalam penyampaian materi pelajaran agar dapat diterima oleh

anak didik dengan mudah.

Penggunaan alat peraga miniatur pada umumnya digunakan untuk

pelajaran Saint, sebab pada pelajaran tersebut lebih banyak kegiatan praktikumnya

dibanding dengan kegiatan teorinya.

Adapun kelebihan alat peraga miniatur seperti yang dikemukakan dalam

penataran lokakarya tahap III P3G (1981:23) adalah :

1) Alat peraga miniatur memberikan sumbangan bagi pengertian yang lebih

hidup dan lebih menarik.

2) Alat peraga miniatur dapat mengembangkan pengertian dengan lebih baik.

3) Alat peraga miniatur mudah dipahami

4) Alat peraga miniatur lebih mudah dibawa ke dalam ruang kelas.

5) Alat peraga miniatur sangat membantu dalam mewujudkan realitas yang tidak

dapat dilihat tetapi juga dapat diraba.

6) Alat peraga miniatur mudah untuk digunakan.

Page 24: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

7) Alat peraga miniatur dapat menghilangkan verbalisme.

Dari pendapat tentang kelebihan alat peraga miniatur dapat terlihat jelas

bahwa alat peraga miniatur merupakan alat peraga 3 dimensi sedangkan seperti

halnya alat peraga gambar hanya 2 dimensi. Selain itu alat peraga miniatur lebih

menarik perhatian anak tunagrahita mampu didik. Hal ini disebabkan karena alat

peraga miniatur tidak hanya dapat dilihat melainkan dapat diraba, sehingga

dengan demikian anak memperoleh kesan yang mendalam dari penggunaan alat

peraga miniatur, serta dapat memberikan arti yang sebenarnya dari masalah yang

dijelaskan, karena penggunaan imajinasi anak yang lebih hidup.

Kesimpulan alat peraga miniatur adalah alat pelajaran yang berupa benda

tiruan yang bentuknya sama atau lebih kecil dari benda sebenarnya yang

digunakan oleh guru guna memudahkan dalam penyampaian materi pelajaran agar

dapat diterima oleh anak didik dengan mudah.

b. Penggunaan Alat Peraga Miniatur dalam Pembelajaran IPA

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa anak

tunagrahita mampu didik adalah anak yang mempunyai tingkat kecerdasan di

bawah rata-rata anak normal pada umumnya yaitu sekitar 50/50-70/75 sehingga

memungkinkan anak mengalami kesulitan atau kelambanan dalam menerima

pelajaran. Untuk mengejar ketinggalan itu berbagai cara yaitu dengan

digunakannya miniatur sebagai alat bantu atau alat peraga pelajaran.

Prawiradilaga (2007:136) menyatakan ”Pembelajaran merupakan suatu

sistem yang terdiri atas tujuan pembelajaran, kajian isi/materi ajar, strategi

pembelajaran (metode, media, waktu, sistem penyampaian) serta asesmen

belajar”.

Sagala (2005:64) mengemukakan ”Pembelajaran merupakan suatu proses

yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Lebih lanjut

Sagala (2005:61) menyatakan bahwa ”Pembelajaran mengandung arti setiap

Page 25: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari sesuatu

kemampuan dan atau nilai yang baru”.

Dimyati dan Mujiono (1999:297) berpendapat bahwa ”Pembelajaran

adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk

membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada sumber belajar.”

Lanjutnya Dimyati dan Mujiono (1999:76) menyatakan bahwa pembelajaran tidak

mengabaikan karakteristik pembelajar dan prinsip-prinsip belajar. Oleh karena itu

dalam program pembelajaran guru perlu berpegang bahwa pembelajar adalah

”Primus motor” dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk memusatkan

perhatian, mengelola, menganalisis dan mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan

dengan (i) perhatian dan motivasi belajar siswa (ii) keaktifan siswa (iii)

optimalisasi keterlibatan siswa (iv) melakukan pengulangan-pengulangan belajar

(v) pemberian tantangan agar siswa bertanggung jawab (vi) memberikan balikan

dan penguatan terhadap siswa dan (vii) mengelola proses belajar sesuai perbedaan

individual siswa.

Penelitian ini mengggunakan alat peraga miniatur dalam pembelajaran

IPA. Adapun pertimbangan penggunaan alat peraga miniatur tersebut dengan

alasan bahwa :

1) Alat peraga miniatur memberikan sumbangan bagi pengertian yang lebih

hidup dan lebih menarik.

2) Alat peraga miniatur dapat mengembangkan pengertian lebih baik.

3) Alat peraga miniatur mudah dipelajari.

4) Alat peraga miniatur mudah dibawa ke dalam ruang kelas.

5) Alat peraga miniatur sangat membantu mewujudkan realitas yang tidak dapat

dilihat tetapi juga dapat diraba.

6) Alat peraga miniatur mudah digunakan.

Pada saat proses pembelajaran terhadap anak, langkah yang harus

ditempuh guru adalah berusaha untuk dapat memaksimalkan kemampuan anak

tanpa pemaksaan. Adapun dengan penggunaan alat peraga miniatur siswa dapat

mengamati, meraba dan melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan

atau didiskusikan dalam kelas, penyampaian pelajaran dengan alat peraga

Page 26: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

miniatur akan lebih lengkap daripada hanya dengan gambar. Lebih-lebih dalam

mengajar anak tunagrahita mampu didik, karena mereka akan mengalami

kesulitan menerima pelajaran bila penyampaiannya secara abstrak, mereka lebih

cepat menerima pelajaran apabila dalam pembelajarannya didukung dengan alat

peraga untuk mengkonkritkan apa yang dibicarakan dalam pelajaran.

Alat peraga miniatur yang berupa miniatur organ-organ tubuh manusia

dapat dibawa ke dalam kelas. Dalam hal ini membuktikan bahwa alat peraga

minitur yang berwujud organ tubuh manusia yang tidak dapat dijumpai dengan

bebas, dan hanya dimiliki setiap manusia dan terletak didalam tubuh manusia

bagian dalam, kemudian diwujudkan dalam bentuk tiruan dan dalam bentuk mini

dapat diberikan kepada anak di dalam kelas. Demikian juga terhadap obyek-obyek

sebenarnya yang tidak dapat dibawa ke dalam kelas dapat diwujudkan dalam

bentuk miniatur, misalnya pohon, candi dan lain-lain.

Penggunaan alat peraga miniatur dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

membuat anak lebih mudah dalam menerima tanggapan dari materi yang

disampaikan oleh guru. Perhatian anak terpusat pada alat peraga miniatur yang

digunakan oleh guru, sebab seolah-olah anak melihat obyek yang sebenarnya

walaupun dalam ukuran kecil, dan anak mudah mengingatnya.

Dalam penelitian mengambil pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan

pokok bahasan organ tubuh manusia. Dimana alat peraga miniatur dalam

penelitian ini sebagai alat peraga yang bisa memperjelas proses pembelajaran

tersebut dari pada penggunaan alat peraga gambar.

5. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar IPA

a. Pengertian Prestasi Belajar

Winkel (1991) menyatakan bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan

usaha yang dapat dicapai. Di dalam pengertian tersebut prestasi merupakan suatu

usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksanaan suatu

usaha tersebut. Menurut Arifin (1998), prestasi yang dimaksud tidak lain adalah

kemampuan ketrampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.

Page 27: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Dalam hal ini prestasi hanya dibatasi dalam bidang pendidikan, khususnya

pengajaran.

Menurut Roijakker (dalam Winkel, 1991) mengemukakan bahwa prestasi

belajar mampunyai pengertian:

1) Merupakan bukti kemampuan yang didapat melalui perubahan belajar.

2) Bukti perubahan diketahui dengan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan tes ini salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui

prestasi belajar.

Prestasi adalah hasil yang di capai dari yang telah dilakukan atau

dikerjakan. Prestasi belajar mempunyai arti penguasaan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, yang ditunjukkan dengan nilai tes, angka

aktivitas belajar dalam menerima, memahami dan menguasai materi yang

dipelajari, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan

hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu (Ahmadi

dan Supriyono, 2001).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan

prestasi belajar dalam penelitian ini adalah merupakan hasil usaha belajar yang

mencakup kemampuan dan sikap serta keterampilan siswa dalam menyelesaikan

belajarnya, yang dapat diketahui dari perubahan tingkah laku.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal)

maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengalaman terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali dalam rangka membantu

siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Ahmadi dan Supriyono (2001:27) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah:

a. Faktor internal adalah:

Page 28: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur

tubuh dan sebagainya.

2) Faktor psikologis yang bersifat bawaan yang di peroleh yang terdiri atas:

a) Faktor intelektual yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi belajar yang dimiliki.

b) Faktor non intelektual, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,

kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

c) Faktor kemampuan fisik maupun psikis.

b. Faktor eksternal ialah:

1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya seperti, adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesusilaan.

3) Faktor lingkungan fisik seperti rumah, fasilitas belajar dan iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau kemampuan.

5) Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak

langsung dalam mencapai prestasi belajar.

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak

langsung dalam mencapai prestasi belajar. Menurut Ngalim Purwanto (1994) hasil

belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu dari dalam dan

faktor dari luar peserta didik. Adapun faktor dari dalam individu siswa antara lain:

1) Faktor kematangan atau dukungan atau pertumbuhan, tiap orang dalam tubuh

manusia dapat dikatakan telah matang jika anak telah mencapai sesanggupan

menjalankan fungsi masing-masing.

2) Faktor kecerdasan atau inteligensi, berbagai macam daya jiwa erat

bersangkutan didalamnya (ingatan, fantasi, minat dan sebagainya yang turut

mempengaruhi inteligensi seseorang).

3) Faktor latihan dan motivasi, karena seringnya latihan dan seringnya

mengulang sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki dapat

menjadi makin menguasai dan makin mendalam.

Page 29: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

4) Faktor motivasi, berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang

memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu

tugas.

5) Faktor pribadi, tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadianya masing-

masing yang berbeda antara seseorang dengan yang lain.

Selanjutnya faktor dari luar individu antara lain:

1) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, suasana dan keadaan keluarga

yang bermacam-macam mau tidak mau menentukan bagaimana dan sampai

dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak peserta didik.

2) Guru dan cara mengajar, sikap kepribadian guru termasuk didalamnya cara

guru memberikan atau menyampaikan materi pelajaran dan bagaimana guru

dapat membawa kepada suasana yang kondusif agar peserta didik dapat

termotivasi dan berminat serta siap menerima materi, tinggi rendahnya

pengetahuan yang dimiliki guru.

1) Materi yang dipelajari, antara lain instrument atau pelengkapan belajar,

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal yang meliputi

faktor fisiologis dan psikologis, kecerdasan, kematangan dan motivasi dan faktor

ekternal yang meliputi kondisi lingkungan sosial atau non sosial yang masih

berada disekitar lingkungan belajar peserta didik yang termasuk sarana dan

prasarana pendukung proses belajar.

c. Pengukuran prestasi belajar

Pada dunia pendidikan, pengukuran prestasi belajar sangat diperlukan

karena dengan diketahui prestasi balajar anak dapat diketahui pada kemampuan

dalam keberhasilan anak didalam belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar dapat

dilakukan dengan cara memberikan penilaian atau evaluasi, dengan tujuan supaya

anak mengalami perubahan positif. Penilaian artinya usaha untuk mengetahui

sejauhmana perubahan yang telah terjadi melalui kegiatan belajar mengajar.

Pengajaran harus mengetahui sejauhmana anak telah mengetahui bahan

yang telah diajarkannya. Penilaian memberi informasi tentang hasil pengajarannya

Page 30: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

telah disajikan. Pengukuran prestasi belajar tersebut dapat menggunakan suatu

alat hasil mengajar dari pengajar.

Menurut Roijakker (1991 : 27) untuk mengetahui prestasi belajar maka

perlu digunakan suatu alat untuk mengukur prestasi belajar biasanya

menggunakan suatu alat tes atau ujian sebagai alat untuk mengadakan penilaian

atau evaluasi alat ujian ini dapat berupa ujian terbuka dan ujian tertutup. Ujian

terbuka yaitu pengajaran menyusun berbagai macam pertanyaan untuk keperluan

ujian atau testing, siswa harus merumuskan sendiri jawaban atas soal atau

pertanyaan ujian, misalnya ujian lesan, ujian essai. Sedangkan ujian tertutup

adalah jenis ujian dimana siswa dapat memperoleh kemungkinan jawaban yang

telah disediakan, misalnya ujian menjodohkan.

Menurut Arikunto (1998 : 56) pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan

dengan cara memberikan tes yang mempunyai fungsi untuk mengukur

kemampuan siswa dan keberhasilan program pengajaran. Tes tersebut dapat

dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

1) Tes diagnotik adalah tes yang digunakan untuk memenuhi kelemahan-

kelemahan anak sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat

dilakukan perlakuan yang tepat.

2) Tes formatif, dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana anak telah terbentuk

setelah mengikuti suatu program tertentu, tes formatif ini dapat digunakan

sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.

3) Tes sumatif, tes ini dilakukan setelah berakhir pemberian sekelompok

program atau sebuah program yang lebih besar. Tes ini dapat dilakukan pada

setiap kesempatan akhir catur wulan atau akhir semester.

Menurut Pasaribu dan Simandjuntak (1999:45) untuk mengetahui prestasi

belajar anak, dapat dilakukan dengan cara memberikan penilaian atau evaluasi

yaitu untuk memaksa kesesuaian antara apa yang diharapkan dan apa yang

tercapai. Hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki dan

mendekatkan tujuan yang diinginkan.

Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa dalam

penelitian ini menggunakan hasil tes sumatif, yaitu tes yang dilakukan setelah

Page 31: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

berakhir pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.

Tes ini dilakukan pada setiap kesempatan akhir catur wulan atau akhir semester

yang diperoleh dari dokumen guru wali kelas.

Kesimpulan dari pengukuran prestasi belajar yaitu cara untuk mengetahui

prestasi belajar siswa. Pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dengan cara

memberikan tes yang mempunyai fungsi untuk mengukur kemampuan siswa dan

keberhasilan program pengajaran.

d. Pengertian IPA

Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R.E Kaligis (1993: 3) IPA atau Ilmu

Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam

semesta dengan segala isinya. Sebagaimana dikemukakan Nash dalam Hendro

Darmojo dan Jenny R.E Kaligis (1993: 12) mengatakan bahwa IPA itu suatu cara

atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA mengamati alam dunia bersifat

analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan

fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang

baru tentang obyek yang diamatinya.

Wahyana (1986: 13) menyatakan bahwa sains atau Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) itu merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala

alam. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam

dengan segala isinya yang tersusun secara sistematis dan penggunaannya secara

umum terbatas pada gejala-gejala alam.

B. Kerangka Berpikir

Anak tunagrahita mampu didik adalah anak yang mengalami hambatan

dalam perkembangan mentalnya, mempunyai kemampuan berfikir rendah,

sehingga dalam hal menyampaikan materi pelajaran disesuaikan dengan tingkat

kemampuan yang dimiliki anak.

Page 32: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diberikan kepada

anak tunagrahita hendaknya menggunakan sesuatu yang konkrit, mudah dipahami,

menggunakan contoh-contoh sederhana dilengkapi dengan alat peraga, dilakukan

dalam situasi yang menarik, dan menyenangkan sehingga anak termotivasi untuk

belajar IPA. Penggunaan alat peraga hendaknya disesuaikan dengan kondisi anak,

mudah digunakan dan mudah didapat, serta dapat memperjelas materi pelajaran

yang disampaikan akan meningkatkan prestasi belajar anak tunagrahita mampu

didik.

Proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam di SLB terutama pada

materi yang berhubungan dengan organ tubuh manusia pada umumnya telah

menggunakan alat peraga visual yang berupa gambar, yang lebih dahulu

digunakan daripada alat peraga miniatur. Digunakannya alat peraga gambar perlu

diteliti efektifitasnya jika dibandingkan dengan alat peraga yang belum pernah

digunakan, dalam hal ini adalah alat peraga miniatur.

Sebagai alat peraga pendidikan alat peraga miniatur mempunyai beberapa

kelebihan yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar. Pada saat penggunaan

alat peraga miniatur ini anak dapat langsung mengamati obyek yang sedang

dipelajari karena miniatur tidak hanya dapat dilihat tetapi dapat diraba. Anak

tunagrahita mampu didik lebih dapat memahami dan akhirnya dapat membedakan

antara obyek yang satu dengan yang lain karena anak dapat dilibatkan dalam

proses pembelajaran yang menarik dan membuat anak tidak cepat bosan karena

mereka dapat belajar sambil bermain. Itulah sebabnya alat peraga ini sangat baik

untuk tujuan mengembangkan pengertian konsep abstrak menjadi lebih konkrit.

Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini besar kemungkinan bahwa

dalam menyampaikan pelajaran IPA dengan menggunakan alat peraga miniatur

akan lebih efektif dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Dengan demikian

penggunaan alat peraga miniatur akan lebih mendukung dalam meningkatkan

prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada anak tunagrahita mampu didik kelas

5 SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten.

Page 33: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Penjelasan kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan dengan skema

sebagai berikut:

C. Perumusan Hipotesa Tindakan

Agar permasalahan yang diajukan dalam penelitian dapat terjawab, maka

disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut:

”Penggunaan Alat Peraga Miniatur efektif dalam meningkatkan prestasi

belajar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Anak Tuna Grahita

Kelas 5 SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten”.

KBM tanpa alat Peraga miniatur

Penggunaan alat peraga miniatur efektif dalam meningkatkan prestasi

belajar

Prestasi belajar IPA pada siswa

kurang maksimal

KONDISI

AWAL

TINDAKAN

KONDISI

AHKIR

KBM menggunakan

alat peraga miniatur

Page 34: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

D. Penelitian Yang Relevan

Mrih Handayani, ”UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA PEMBELAJARAN KEGUNAAN

SINAR MATAHARI MELALUI ALAT PERAGA K3 BAGI SISWA KELAS IV

SEMESTER II SDLB N CILACAP TAHUN AJARAN 2008/2009” Skripsi

Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,

Agustus 2009.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar

IPA pada pembelajaran kegunaan sinar matahari melalui media alat peraga K3

bagi anak tunagrahita kelas lV SDLB Negeri Cilacap Tahun Ajaran 2008/2009.

Penelitian ini menggunakan metode diskriptif. Populasi adalah seluruh siswa kelas

IV SDLB Negeri Cilacap sejumlah 5 siswa. Sampel di ambil sejumlah 5 siswa.

Sumber data berupa informasi kemampuan siswa bidang studi IPA yang diambil

nilai ulangan harian siswa dan nilai raport. Tehnik pengumpulan data yang

digunakan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi

awal, niali tes setelah siklus I dan nilai siklus tes siklus II, kemudian hasil

pengamatan menggunakan analisis diskriptif kualitatif. Adapun hasil penelitian

berupa nilai ulangan harian siswa yang semakin baik/meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat matahari dalam kehidupan sehari hari,

akan menjadi lebih menarik bagi anak tunagrahita, karena disimpulkan: dengan

media alat peraga k3 dalam mempelajari kegunaan sinar matahari dalam

kehidupan sehari hari, akan menjadi lebih menarik bagi anak tunagrahita, karena

dengan alat peraga itu lebih disukai anak-anak. Sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajar anak.

Page 35: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten yang

beralamat di Jl. Karangwuni – Pedan, Kurung Baru, Ceper, Klaten. Dasar yang

dijadikan pertimbangan lain dalam memilih tempat untuk penelitian ini antara

lain:

1. Peneliti telah melakukan observasi dan awal pra penelitian sehingga peneliti

telah mengetahui situasi dan kondisi siswa di SLB C Dharma Anak Bangsa

Klaten.

2. Di SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten memiliki fasilitas yang cukup

lengkap, termasuk dalam alat peraga pembelajaran sehingga akan

memudahkan peneliti dalam melaksanakan perencanaan yang sudah

disiapkan.

Pelaksanaan tindakan pada siswa tunagrahita kelas V dengan alasan

berdasarkan penjelasan dari Kepala Sekolah bahwa siswa kelas V dalam

pembelajaran IPA termasuk kelas yang nilai prestasinya rendah apabila

dibandingkan kelas VI dan IV. Rendahnya nilai prestasi belajar IPA karena siswa

kelas V kurang berminat terhadap pelajaran IPA sehingga diperlukan bantuan alat

peraga untuk membangkitkan minat belajar siswa pada pelajaran IPA

Adapun pelaksanaan penelitian pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

dengan alat peraga miniatur dilaksanakan di dalam kelas. Penelitian bisa

dilaksanakan 2 kali seminggu setiap hari Senin dan Sabtu pada jam pelajaran IPA

semester I tahun ajaran 2009/2010. Waktu yang digunakan peneliti untuk

penelitian ini adalah dari bulan Maret sampai Juni tahun 2010.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan

kerja sama antara peneliti, guru, siswa, dan pihak-pihak lain yang terkait untuk

32

Page 36: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk

mendiskripsikan kesulitan-kesulitan di sekolah dan untuk memberikan alternatif

usaha guna mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

Suharsimi Arikunto Suhardjono, dan Supardi (2007: 62) mengartikan PTK

(Penelitian Tindakan Kelas)

1. Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan

cara dan aturan metodologi untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan

penting bagi peneliti.

2. Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas merupakan sekolompok peserta didik yang sama dan menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dari pengertian tiga kata tersebut dapat diketahui bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama.

Pada hakikatnya penelitian tindakan kelas merupakan suatu siklus yang

terdiri adanya masalah, rencana tindakan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Hal

ini disebabkan masalah yang dihadapi tidak langsung dapat diselesaikan dalam

suatu tindakan, sehingga perlu adanya tindakan perbaikan lanjutan terhadap

masalah yang belum terselesaikan. Dengan demikian pelaksanaan tindakan kelas

cenderung dilakukan lebih dari satu kali.

Menurut Arikunto Suhardjono, dan Supardi (2007: 62) menyatakan bahwa

PTK (Penelitian Tindakan Kelas) memiliki keunikan, di antaranya sebagai

berikut:

1. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya

memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.

PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional

guru, karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berfikir kritis dan

sistematis, mampu membiasakan membelajarkan guru untuk menulis

dan membuat catatan

Page 37: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2. Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoritis atau dan

hasil penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang

nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Dengan kata

lain PTK berfokus pada masalah praktis, bukan masalah teoretis atau

bersifat bebas konteks.

3. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas,

dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di kelas.

4. Adanya kolaborasi (kerjasama) antarpratisi (guru, kepala sekolah, siswa

dan lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang

permasalah, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan

kesamaan tindakan (action).

5. Di samping itu, PTK dilakukan hanya apabila ada: (a) keputusan

kelompok dan komitmen untuk pengembangan, (b) bertujuan

meningkatkan profesional guru (c) alasan pokok: ingin tahu, ingin

membantu, ingin meningkatkan, dan (d) bertujuan memperoleh

pengetahuan dan/ atau sebagai pemecahan masalah.

Arikunto (1998:16) mengemukakan bahwa secara garis besar terdapat

empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)

pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun penjelasan untuk masing-masing tahap

adalah sebagai berikut.

1. Rencana

Rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki,

meningkatkan atau mengubah sebagai suatu bentuk solusi.

2. Tindakan

Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan

peningkatan, atau perubahan yang diinginkan.

3. Observasi

Mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau

dikenakan terhadap siswa.

4. Refleksi

Penelitian mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak

dari tindakan yang dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi, ini, peneliti bersama

guru dapat melakukan revisi/perbaikan terhadap rencana awal yang mungkin saja

belum sesuai dengan apa yang diinginkan.

Keempat komponen tersebut merupakan langkah-langkah yang harus

ditempuh setiap peneliti yang akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.

Page 38: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan

(Sugiyono, “Penelitian Tindakan Kelas”. 2006: 16)

Keterangan:

1. Rencana

Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah membantu siswa untuk

meningkatkan prestasi belajar IPA dengan menggunakan alat peraga miniatur.

2. Tindakan

Pembelajaran IPA dengan menggunakan alat peraga miniatur yaitu

berupa benda tiruan yang bentuknya sama atau lebih kecil dari benda sebenarnya

yang digunakan oleh guru guna memudahkan dalam penyampaian materi

pelajaran agar dapat diterima oleh anak didik dengan mudah.

3. Observasi

Mengamati peningkatan keaktifan siswa saat pembelajaran IPA dengan

menggunakan alat peraga miniatur.

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Pelaksanaan Refleksi

Hasil

Page 39: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

4. Refleksi

Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan pelaksanaan pembelajaran

IPA dengan menggunakan alat peraga miniatur. Peneliti bersama guru melakukan

perbaikan terhadap kelemahan pembelajaran pada siklus I, siklus II, dan

seterusnya.

Searah dengan model alur PTK yang dikemukakan oleh Sugiyono (2006:

19) tersebut, maka dapat dibuat skema penelitian sebagai berikut:

Skema 1: Alur Penelitian tindakan Kelas

Perencanaan

Penyusunan rencana pembelajaran dengan

alat peraga miniatur

Pelaksanaan Tindakan

Menggunakan alat peraga miniatur dalam

pembelajaran IPA

Observasi

Seberapa besar pengaruh alat peraga miniatur

yang digunakan dalam pembelajaran IPA

Evaluasi Tes formatif diberikan setelah pelajaran telah

selesai diulas

Menganalisis: Diskusi tentang kelamahan dan kelebihan

penggunaan alat peraga saat pembelajaran

IPA

Perencanaan Perbaikan untuk

siklus berikutnya

Identifikasi Masalah yaitu prestasi belajar

IPA siswa rendah

Menganalisis dan merumuskan masalah: Guru masih menggunakan metode

pembelajaran konvensional

Refleksi

Peningkatan prestasi belajar

IPA

Page 40: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

C. Peneliti dan Subjek Penelitian

Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Khusus semester

VIII angkatan 2006.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa tunagrahita kelas V SLB C

Dharma Anak Bangsa Klaten. Adapun jumlah siswa kelas V SLB C Dharma

Anak Bangsa Klaten berjumlah 6 anak, yang antara lain :

1. Ingga Dwi Rahayu

2. Alvian Pramudya kusuma

3. Dwayasari

4. L.Desiana

5. Irfunanto

Selain siswa, subjek penelitian ini adalah guru kelas V SLB C Dharma

Bangsa Klaten.

D. Data dan Sumber Data Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah informasi tentang

kemampuan belajar siswa pada pelajaran IPA, minat dan motivasi belajar siswa

saat mengikuti pembelajaran IPA, dan kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas.

Data yang dikumpulkan, yaitu sebagai berikut:

1. Guru kelas saat mengajar pelajaran IPA, data yang diperoleh berupa penilaian

terhadap kondisi pembelajaran IPA di kelas, sebelum dan sesudah pelaksanaan

siklus. Nilai siswa sebelum pelaksanaan siklus diambil dari nilai formatif

siswa dan nilai sesudah pelaksanaan siklus I dan II. Minat siswa dari peneliti

ketika mengajar dalam bentuk lembar observasi minat siswa. Kegiatan

observasi pada siswa adalah perilaku siswa di dalam kelas saat pembelajaran

IPA, seperti menjawab atau mengajukan pertanyaan dan kerja kelompok

melaksanakan tugas pelajaran IPA.

2. Siswa kelas V SLB C Dharma Bangsa Klaten, data yang diperoleh berupa

penilaian terhadap kondisi pembelajaran IPA di kelas pada nilai sebelum

siklus, siklus I, dan siklus II

Page 41: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

E. Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian perlu memperoleh data yang akurat, maka harus

digunakan metode-metode pengumpulan data yang tepat, dengan metode yang

tepat maka akan mempermudah jalannya penelitian. Selain itu dengan penelitian

metode yang diharapkan dapat menemukan, mengembangkan dan menguji

kebenaran.

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai oleh peneliti

untuk memperoleh data yang diselidiki. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat

pengambilan data atau alat ukur pengukurnya . Sesuai dengan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses pembicaraan dalam situasi

komunikasi langsung terarah antara dua individu untuk menggali data melalui

tanya jawab atau percakapan. Wawancara yang dilakukan secara mendalam.

Wawancara mendalam menurut Sugiyono (2006:320) untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara

dimintai pendapat dan ide-idenya.

Angket (questionnaire) adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab atau

daftar isian yang harus diisi berdasarkan pada sejumlah subjek berdasarkan atas

jawaban dan isian itu peneliti mengambil keputusan mengenai subjek yang

diselidiki selain itu untuk mengungkap kondisi subjek, angket juga digunakan

untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan untuk

mendapatkan koefisien validitas dan reliabilitas tes setinggi mungkin (Sutrisno

Hadi, 1998: 28)

Sutrisno Hadi (2002: 193) berpendapat bahwa ada dua pihak dalam

wawancara, masing-masing mempunyai kedudukan yang berlainan. Pihak yang

satu dalam kedudukan sebagai pengejar informasi (information hunter), sedang

pihak lainnya dalam kedudukan sebagai pemberi informasi (information

supplyer) atau informan. Sebagai information hunter penginterview mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, menilai jawaban-jawaban, meminta penjelasan,

Page 42: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

mengadakan paraphrase, mencatat atau mengingat-ingat jawaban-jawaban, dan

mengadakan prodding (menggali keterangan yang lebih mendalam). Di pihak

lain, sebagai informan interview menjawab pertanyaan-pertanyaan, memberikan

penjelasan-penjelasan, dan kadang-kadang juga membalas mengajukan

pertanyaan-pertanyaan. Adanya dua pihak yang mempunyai kedudukan yang

berlainan itu merupakan ciri interview yang berbeda dengan metode free talk dan

metode diskusi. Hubungan antara interview adalah hubungan sepihak, hubungan

yang tidak timbal balik, a face to face nonreciprocal relations.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dari guru kelas V

SLB C Dharma Bangsa Klaten. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data

yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, kesulitan yang dihadapi subjek

dan juga pada faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran IPA dengan

alat peraga miniatur.

2. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara melihat

langsung subjek penelitiannya. Hadi Sutrisno (2002:19) mengemukakan bahwa

observasi sebagai alat pengumpul data yang banyak digunakan untuk mengukur

tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan, yang diambil baik

dari situasi yang sebenarnya ataupun dalam suatu buatan.

(Moleong, 1991:125) mengemukakan observasi adalah metode

pengumpulan data yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya dengan alasan:

a. Teknik observasi didasarkan atas pengamatan secara langsung dan

pengalaman langsung adalah alat yang ampuh untuk mengetes suatu

kebenaran.

b. Titik ini juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri

kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi

pada keadaan sebenarnya.

c. Observasi memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi

yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional, maupun

pengetahuan langsung dari data.

Kelebihan observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-

situasi rumit. Observasi dilakukan di dalam kelas yang menjadi subjek peneliti

Page 43: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dan diarahkan pada tindak peneliti atau siswa dalam pembelajaran. Adapun

kelemahan observasi menurut Hadi (2002: 138), antara lain:

a. Menyediakan waktu yang lebih banyak agar dapat melihat obyek yang

kompleks dari berbagai segi, dari berbagai jurusan secara berulang-

ulang.

b. Menggunakan orang (observers) yang lebih banyak untuk melihat

obyeknya dari segi-segi tertentu dan mengintegrasikan hasil-hasil

penyelidikan dari mereka itu untuk mendapatkan gambaran tentang

keseluruhan obyeknya.

c. Mengambil lebih banyak yang sejenis agar dalam jangka waktu yang

terbatas dapat disoroti obyek-obyek itu dari segi-segi yang berbeda-

beda oleh penyelidik yang terbatas jumlahnya.

Observasi yang digunakan dalam penelitian untuk pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan cara observasi partisipan, yaitu suatu proses

pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam

kehidupan orang-orang yang diobservasi (Hadari Nawawi, 2005:104). Menurut

Sugiyono (2006:310) observasi partisipan adalah peneliti terlibat dalam kegiatan

sehari-hari dengan orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian. Melalui observasi partisipan peneliti ikut serta atau ikut

ambil bagian dalam aktivitas/kegiatan yang ada yaitu ikut terlibat dalam

menggunakan alat peraga miniatur sehingga data yang diperoleh akan lebih

lengkap, tajam dan sampai mengetahui ada pada tingkat makna dari setiap

perilaku yang tampak.

Hal-hal yang diobservasi yaitu:

a. Perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA

b. Identifikasi kemampuan awal siswa dan sesudah dilaksanakan siklus.

c. Tindakan guru dalam pembelajaran.

3. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok (Arikunto, 1998 : 127).

Budiyono (2003:54) berpendapat “Tes adalah cara pengumpulan data yang

menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada

subyek penelitian.

Page 44: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda.

Mahfud Shalahuddin (1990 : 29) bahwa tes tertulis bentuk pilihan ganda

mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu:

a. Kelebihan:

1) Hanya memungkinkan satu jawaban yang benar. Hal ini akan

menimbulkan sifat objektif.

2) Tes objektif sangat mudah dikoreksi.

3) Hasil pekerjaan tes objektif dapat dikoreksi secara cepat dengan

hasil yang dapat dipercaya.

b. Kelemahannya:

1) Membutuhkan waktu yang relatif lama,

2) Adanya kecenderungan guru yang hanya menekankan

perhatiannya pada pokok bahasan tertentu sehingga tes tidak

bersifat komprehensif,

3) Memungkinkan siswa melakukan untung-untungan dalam

menjawab, dan

4) Penggandaan tes objektif memerlukan waktu yang lama.

Sedangkan usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi kelemahan tes

objektif yaitu:

a. Dalam penyusunan butir-butir soal tes objektif hendaknya

mendasarkan diri pada tabel spesifikasi yang telah dipersiapkan

sebelumnya, sehingga tidak berpusat pada satu pokok bahasan saja,

b. Kesulitan menyusun tes objektif dapat dilakukan dengan banyak

berlatih, mempelajari tes objektif yang disusun orang lain yang baik.

Tes dilakukan untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa sebelum dan

sesudah mendapatkan tindakan. Guna memudahkan pemahaman tentang tes yang

digunakan dalam penelitian ini disajikan tabel tentang kisi-kisi soal tes IPA kelas

V, yaitu sebagai berikut:

Page 45: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tabel 1

Kisi-Kisi Soal Tes IPA Kelas V

Variabel Sub Variabel Indikator Bentuk Soal Nomor

Item

Prestasi

Belajar IPA

Meningkatkan

prestasi

belajar IPA

dengan

menggunakan

alat peraga

miniatur

1.Menyebutkan

nama-nama

hewan

2.Menyebutkan

nama-nama

makanan

hewan

3.Menyebutkan

tempat hidup

hewan

Pilihan ganda 1,2,3,4

5,6,7

8,9,10

Tes disusun menggunakan validitas isi. Menurut Arikunto (2001: 67),

suatu tes atau instrumen dikatakan memiliki validitas isi jika mengukur tujuan

khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan,

validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara

merinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran

Tes disusun berdasarkan sumber dari kurikulum, mengkaji buku sumber

dan diminatkan bantuan ahli bidang studi. Untuk skoring penilaian sebaga berikut:

a) Setiap pilihan ganda bernilai 1 (satu) dengan jawaban benar, jika tidak

menjawab atau menjawab salah tidak dihitung sehingga bernilai 0 (nol)

Skor :

Jumlah soal pilihan ganda 10 x 1 = 10

Jumlah 10

Cara penilaian menurut Slameto (2001: 56) dengan menggunakan rumus tanpa

denda : N = B

N = Nilai

B = Jumlah soal yang dijawab benar

Jawaban kosong tidak diperhitungkan

Page 46: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Kriteria Penilaian :

Benar 9 – 10 = A (Istimewa)

Benar 7 – 8 = B (Baik)

Benar 5 – 6 = C (Cukup)

Benar 3 – 4 = D (Kurang)

Benar 0 – 2 = E (Sangat kurang)

Tabel 2

Penilaian tingkat penguasaan

No Tingkat Penguasaan Nilai Akhir

1

2

3

4

5

90 % ke atas

75 % - 89 %

60 % - 74 %

55 % - 59 %

Kurang dari 55 %

A

B

C

D

E

Tabel 3

Jenis evaluasi penilaian

No Jenis evaluasi Jumlah soal Bobot dalam % Bobot tiap soal

1 Pilihan ganda 10 100 1

Total 10 100 -

4. Dokumentasi

Metode dokumentasi dan catatan lapangan. Metode dokumentasi yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,

1998: 206). Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data berupa nama-

nama siswa dan daftar nilai tes awal dan tes akhir serta foto rekaman proses

tindakan. Dalam hal ini catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian –

kejadian yang muncul pada saat proses pembelajaran IPA berlangsung yang

belum terdapat pada pedoman observasi.

Page 47: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

F. Prosedur Penelitian

Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2)

pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interprestasi, dan (4) analisis dan refleksi

untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini, direncanakan dalam 2 siklus.

1. Rancangan tiap-tiap siklus

a. Tahap perencanaan

Perangkat pembelajaran berupa penentuan kompetisi dasar yang akan

dicapai, penentuan teman menulis pengalaman, menyiapkan hasil tulisan

pengalaman, dan menyiapkan tes penilaian keterampilan menulis pengalaman.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang

telah direncanakan. Dalam satu siklus, ada dua kali tatap muka dengan alokasi

waktu 2 × 45 menit, sesuai skenario pembelajaran. Tahap ini dilakukan

bersamaan dengan observasi terhadap dampak tindakan. Metode yang

digunakan yaitu tanya jawab dan diskusi.

c. Tahap Observasi

Tahap ini dilakukan dengan mengamati dan menginterprestasi aktivitas

penerapan pembelajaran konstekstual pada proses pembelajaran (aktivitas guru

dan siswa) maupun pada hasil pembelajaran keterampilan menulis ekposisi

yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan

kemajuan aplikasi tindakan pertama.

d. Tahap Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini, dilakukan analisis hasil observasi dan interprestasi

sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki atau

disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya

pengumpulan data (Analisis Proses dan Produk). Analisis yang dilakukan berupa

penilaian terhadap semua data kegiatan penelitian yang telah dilakukan di

Page 48: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

lapangan. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan di analisis secara

kualitatif. Kegiatan analisis data dilakukan dalam tiga komponen berurutan yaitu,

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman,

1994: 76).

Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, dalam

penelitian digunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data yang

memanfatkan sesuatu lain di luar data tersebut.

H. Indikator Ketercapaian

Indikator ketercapaian yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada

siklus terakhir saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk siswa tunagrahita

kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten tahun ajaran 2009/2010, sebagai

berikut:

Tabel 4

Deskripsi Indikator Ketercapaian

No Indikator Ketercapaian Keterangan

1 Keterlibatan siswa

dalam pembelajaran

Ilmu Pengetahuan

Alam

3 dari 5 siswa aktif Keaktifan siswa

diamati saat proses

pembelajaran sedang

berlangsung dari

jumlah sisswa yang

terlihat fokus dan

aktif

2 Ketuntasan belajar 3 dari 5 siswa Dihitung dari jumlah

siswa yang mampu

mendapat nilai ≥ 60

.

I. Uji Validitas Data

Keabsahan data atau kepercayaan hasil-hasil penelitian dapat diperoleh

dengan menggunakan beberapa kepercayaan atau langkah-langkah.Suatu

informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya

sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai

dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Ada banyak teknik yang digunakan

untuk memeriksa validitas dalam suatu penelitian.

Page 49: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Arikunto (1998: 79) menyatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kesahihan instrumen. Prinsip validitas adalah

mengkorelasikan antara nilai pengukuran item maupun faktor dan kriterianya.

Suatu tes tertulis atau instrumen dikatakan memiliki validitas isi jika mengukur

tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan

Validitas data atau keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik triangulasi. Moelong (1991: 195) berpendapat bahwa triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

data dan triangulasi metode. Moelong (1991: 201) menyatakan bahwa dalam

dalam penelitian mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik atau

metode pengumpulan data yang berbeda. Triangulasi dilakukan dengan cara

memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda beda untuk menggali data yang

sejenis, selain itu juga ada cara lain yaitu dengan menggali informasi dari suatu

narasumber tertentu, dari kondisi lokasinya, dari aktivitas yang menggambarkan

perilaku orang atau warga masyarakat atau dari sumber yang berupa catatan atau

arsip dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang

dimaksud peneliti.

Page 50: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal siswa kelas dasar 5 SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten

yang akan dideskripsikan adalah jumlah siswa ada 5 orang pada kemampuan

prestasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

pada kompetensi dasar mengenal macam-macam hewan dan makanannya. Dari

hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen yang berupa nilai kondisi awal

untuk mata pelajaran IPA. Terlihat bahwa siswa kelas 5 SLB C Dharma Anak

Bangsa Klaten mengalami kesulitan dalam macam-macam hewan dan

makanannya.

Penelitian yang dilakukan menggunakan nilai kondisi awal sebelum

tindakan dilakukan dan nilai ini yang digunakan sebagai nilai acuan pada saat

memberikan treatment. Berikut ini data nilai kondisi awal mata pelajaran IPA

siswa kelas 5 macam-macam hewan dan makanannya Tahun Ajaran 2009/2010.

Tabel 7. Perolehan Nilai Kondisi Awal

No. Nama Siswa Item Yang

Benar

Tingkat

Penguasaan

Keterangan

1. Alv 50 50% K (Kurang)

2. Dw 30 30% K (Kurang)

3. Ing 50 50% K (Kurang)

4. L.D 50 50% K (Kurang)

5. Irf 50 50% K (Kurang)

Jumlah 230 230%

Rata-rata Kelas 46 46% K (Kurang)

Nilai dalam tabel 7 tersebut diperoleh dari hasil ulangan kondisi awal yang

dilaksanakan guru bersama dengan peneliti. Soal yang dicetak dalam gambar

47

Page 51: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dan berjumlah 10 soal. Dalam soal tersebut telah dibagi – bagi. Masing – masing

soal mewakili pokok bahasan menge

nal macam-macam hewan dan jenis makanannya.. Dari tabel di atas dapat

dijelaskan, siswa hanya mampu menjawab dengan benar paling tinggi 5 dari 10

soal yang diberikan oleh guru.

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap

materi masih kurang. Hal ini dapat diketahui melalui hasil item yang benar

dijawab siswa paling tinggi 50% diperoleh empat siswa dan item terendah yang

dijawab siswa 30% oleh satu siswa. Hasil rata-rata persentase penguasaan siswa

terhadap materi yaitu jenis-jenis bianatang dan jenis makanannya sebesar 46%

termasuk kategori kurang.

Observasi awal penelitian ini selain mengetahui nilai siswa, peneliti juga

melakukan observasi terhadap keaktifan siswa. Dalam observasi ini, peneliti

menggunakan sistem observasi non partisipan. Peneliti tidak terlihat secara

langsung dalam kegiatan belajar mengajar serta mengusahakan sebisa mungkin

untuk tidak mempengaruhi proses alami dari kegiatan belajar mengajar pada hari

tersebut. Secara garis besar dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti

perhatian siswa terhadap penjelasan dan perintah guru serta perhatian yang

kurang.

Selain itu peneliti melakukan proses penelitian pembelajaran pada siswa

kelas V di SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten, peneliti melakukan observasi

untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Observasi dilaksanakan

pada hari Senin, 19 April 2010 pukul 09.15 WIB. Hasil observasi kondisi

pratindakan menunjukkan sebagai berikut:

a. Siswa terlihat kurang antusias mengikuti pelajaran IPA

Berdasarkan kegiatan observasi kelas, angket yang dilakukan peneliti

terhadap siswa dan guru, terungkap bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti

pelajaran IPA. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan observasi yang dilakukan

peneliti. Saat mengikuti pelajaran IPA, siswa menunjukkan kurang peduli dan

tidak memperhatikan pelajaran. Hal ini diketahui dari sikap siswa yang berbicara

Page 52: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

dengan temannya, tiduran di dalam kelas, bosan, menopang dagu, serta sibuk

beraktivitas sendiri.

b. Guru kesulitan menemukan media dalam pembelajaran IPA

Selama ini, guru dalam pembelajaran jarang menggunakan media sebagai

sarana pembelajaran. Guru lebih sering menggunakan media gambar. Keadaaan

ini membuat siswa kurang berminat terhadap pelajaran IPA. Ketidakminatan

siswa dalam pembelajaran IPA dapat diketahui dari aktivitas siswa yang kurang

merespon media pembelajaran yang digunakan guru, kurang memperhatikan

penjelasan guru, dan tidak aktif untuk bertanya. Siswa cenderung pasif, siswa

hanya menjawab apa yang ditanyakan guru. Selain itu, berdasarkan hasil prestasi

belajaran untuk pelajaran IPA termasuk rendah. Hal ini dapat diketahui dari rata-

rata nilai siswa hanya 55.

Dari dua permasalahan tersebut dapat diketahui bahwa siswa kurang

antusias dalam pembelajaran IPA dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam

menentukan metode dan menggunakan media yang kurang menarik minat untuk

belajar IPA.

Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing

terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi

dan interpretasi, analisis dan refleksi.

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan I

Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Senin, 26 April 2010 di

ruang kantor staff dan guru SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten. Peneliti dan

guru mata pelajaran IPA yang juga bertindak sebagai wali kelas 5, mendiskusikan

rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Kegiatan

perencanaan siklus I dilakukan berdasarkan permasalahan yang ditemui dalam

pra tindakan yaitu siswa kurang antusias dalam pembelajaran IPA dan guru yang

hanya menggunakan media gambar dalam menyampaikan materi IPA.

Dari hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti kemudian

mengajukan solusi alternatif dalam media pembelajaran yaitu media miniatur.

Page 53: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang telah dikumpulkan kemudian

bersama-sama dengan guru menentukan solusi yang dapat diambil.

Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:

2. Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

dengan materi ”Mengenal macam-macam hewan, dan makanan hewan

disekitar rumah/sekolah”. Pada kondisi awal dikemas dengan alokasi waktu 2

x 35 menit. (RPP Terlampir).

3. Peneliti dan guru mendiskusikan desain pembelajaran IPA dengan dengan

menggunakan media miniatur:

a) Langkah-langkah pada pertemuan pertama:

(1) Guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

dalam pembelajaran IPA mengenai macam-macam hewan, tempat

tinggal, dan makanan hewan, serta memberikan pertanyaan pancingan

yang mengarah ke pelajaran.

(2) Guru menjelaskan materi yang disampaikan dengan menggunakan

media miniatur, kemudian materi disampaikan melalui metode

ceramah, tanya jawab, dan diskusi pada pertemuan pertama materi

yang disampaikan macam-macam hewan, tempat tinggal, dan makanan

hewan. Adapun media miniatur hewan yang digunakan, antara lain

miniatur hewan ayam, bebek, dan kerbau. Untuk materi tempat tinggal

dan makanan hewan tersebut digunakan media gambar.

(3) Setelah materi disampaikan, guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya.

(4) Guru menutup proses belajar mengajar.

b) Langkah-langkah pertemuan kedua:

(1) Guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

dalam pembelajaran IPA mengenai materi mengenal macam-macam

hewan, tempat tinggal, dan makanan hewan, serta memberikan

apersepsi yang mengarah kepada pelajaran.

(2) Guru menjelaskan materi yang disampaikan dengan menggunakan

media miniatur, kemudian materi disampaikan melalui metode

Page 54: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

ceramah, tanya jawab, dan diskusi pada pertemuan pertama materi

yang disampaikan macam-macam hewan, tempat tinggal, dan makanan

hewan. Adapun media miniatur hewan yang digunakan, antara lain

miniatur kuda, babi, dan gajah. Untuk materi tempat tinggal dan

makanan hewan tersebut digunakan media gambar.

(3) Setelah materi disampaikan, guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya.

(4) Guru menutup proses belajar mengajar.

c) Langkah-langkah pertemuan ketiga:

(1) Guru memberikan tes sebanyak 10 soal dengan alokasi waktu 35

menit.

(2) Tes berbentuk dilakukan secara tertulis dalam bentuk pilihan ganda..

4. Peneliti dan guru menyiapkan media yang akan dipakai saat pembelajaran

yaitu miniatur ayam, bebek, kerbau, kuda, babi, dan gajah. Untuk materi

tempat tinggal dan makanan hewan tersebut digunakan media gambar. Seperti

gambar rumput untuk makanan kerbau dan kuda, gambar buah-buahan untuk

makanan gajah dan babi.

b. Pelaksanaan Tindakan I

Dalam kegiatan belajar mengajar guru dan peneliti melaksanakan

pembelajaran menggunakan media miniatur, pada siklus I ada 2 pertemuan 3

dengan pelaksanaannya sebagai berikut:

Pertemuan I: Senin, 3 Mei 2010

1) Mengkonsultasikan RPP bersama wali kelas dan kepala sekolah.

2) Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pembelajaran dengan

media miniatur hewan.

3) Membuka kegiatan belajar pembelajaran dengan berdoa dan memberikan

ucapan salam. Setelah itu menjelaskan standar kompetensi, kompetensi

dasar, indikator mengenai macam-macam dan jenis makanan hewan,

kepada siswa. Lalu setelah itu memberikan apersepsi sebelum masuk ke

materi pokok dan hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran di

lapangan.

Page 55: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

4) Mengajak siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran yaitu mengenal

macam-macam hewan dengan menggunakan media miniatur. Proses

pembelajarannya yaitu:

a) Mengenalkan nama-nama hewan dengan mengajak siswa untuk ikut

memegang media miniatur hewan yang digunakan dalam

pembelajaran.

b) Setelah selesai mengenalkan macam-macam jenis hewan, guru

menunjukkan kepada siswa tentang gambar makanan yang dimakan

oleh hewan.

c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

d) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran tadi dengan beberapa pertanyaan,

seperti:

- Guru : Hewan apa saja yang telah diajarkan tadi?

Siswa : ayam!

Siswa : bebek!

Siswa : kerbau!

- Guru : daru ketiga hewan tersebut, hewan apa yang paling besar?

Siswa : kerbau, Pak.

- Guru : kerbau makanannya apa?

Siswa : rumput, pak!

- Guru : kalau ayam dan bebek?

Siswa : Biji bijian pak!

e) Menutup kegiatan belajar mengajar dan memberikan salam.

- Dari hasil pada pertemuan pertama dengan menggunakan media

miniatur hewan dapat diambil satu kesimpulan: Siswa aktif dan

tidak bosan saat menerima materi dari guru. Terbukti saat sesi

evaluasi berlangsung, siswa ikut berpartisipasi.

Pertemuan II: Rabu, 5 Mei 2010

1) Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pembelajaran dengan

menggunakan media miniatur hewan kuda, babi, dan gajah.

Page 56: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

2) Membuka kegiatan belajar pembelajaran dengan berdoa dan memberikan

ucapan salam. Setelah itu menjelaskan standar kompetensi, kompetensi

dasar, dan indikator mengenai macam-macam hewan dan makanannya.

Lalu setelah itu memberikan apersepsi sebelum masuk ke materi pokok

dan hal - hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

3) Mengajak siswa ikut aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajarannya

yaitu:

a) Mengenalkan nama-nama hewan kuda, babi, dan gajah kepada siswa.

b) Siswa dilibatkan untuk aktif dalam pembelajaran dengan cara

menyuruh siswa untuk memegang miniatur hewan

c) Saat siswa memengang miniatur hewan, guru menanyakan hewan apa

yang sedang dipegang siswa.

d) Setelah selesai mengenalkan macam-macam hewan, lalu dilanjutkan

dengan jenis-jenis makanan hewan.

e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

f) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran tadi dengan beberapa pertanyaan,

seperti:

- Guru : Hewan apa yang memiliki belalai?

Siswa : ee… gajah!

- Guru : Hewan apa yang makanannnya buah-buahan?

Siswa : apa ya, pak!

Guru : Hewan yang makan buah-buahan yaitu gajah. Kalau kuda

makanannya apa?

Siswa : rumput ya, pak?

a) Menutup kegiatan belajar mengajar dan memberikan salam.

Pada pertemuan kedua, yaitu mengenal nama-nama hewan dan

makanannya. Pada pertemuan kedua ini siswa kurang paham nama

hewan gajah. Hal ini dikarenakan hewan gajah jarang ditemui oleh

siswa. Gajah hanya ditemui siswa di kebun binatang.

Page 57: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Pertemuan III: Sabtu, 8 Mei 2010

1) Pertemuan terakhir atau ke-III pada siklus ini, peneliti dan guru kelas

memanfaatkan seberapa jauh tingkatan pemahaman siswa tentang materi

yang telah diberikan.

2) Soal yang diberikan berbentuk pilihan ganda dengan sejumlah soal 10.

Dengan pembagian porsi 5 soal mewakili materi nama-nama hewan dan 5

soal mewakili jenis-jenis makanan hewan. ( Soal pada siklus 1 terlampir).

3) Siswa diberikan lembar soal dan jawaban lalu siswa langsung

mengerjakan.

4) Setelah waktu habis siswa mengumpulkan lembar jawabannya.

5) Guru dan peneliti menutup kegiatan belajar mengajar dan memberikan

salam.

6) Mencocokkan jawaban siswa dengan wali kelas.

- Setelah dicocokkan jawaban siswa dengan kunci jawaban, hasil yang

diperoleh adalah: Siswa mampu menjawab dengan benar 7 soal dan 3

soal dijawab salah. Soal yang dijawab dengan benar oleh siswa adalah

nomer ( 1, 2, 4, 6, 7, 9, 10 ). Dari hasil pre - test yang telah dilakukan

terjadi peningkatan sebesar 20 poin atau naik 20 %, fari nilai rata-rata

55 menjadi 75. Tapi hasil ini belum memenuhi indikator pencapaian

penelitian yaitu sebesar 80 %.

c. Observasi dan Interpretasi

Pada saat pembelajaran IPA berlangsung peneliti sebagai partisipan pasif

mengamati kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil

siklus I di dalam kelas didampingi guru. Pertemuan pertama dilaksanakan pada

hari Seni, 26 April 2010 dan berlangsung selama 2 x 35 menit. Guru mengawali

pembelajaran dengan melakukan apersepsi terhadap siswa, guru mengabsen

siswa, dan memberikan pertanyaan pancingan mengarah ke pelajaran mengenal

macam-macam hewan dan jenis makanannya.

Kemudian guru memberikan penjelasan dan pengarahan mengenai

pembelajaran IPA dengan menggunakan media miniatur hewan. Guru dan peneliti

Page 58: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

melakukan persiapan pembelajaran dengan menggunakan media miniatur hewan.

Media miniatur hewan yang digunakan terbuat dari bambu dan kayu maoni.

Pada kegiatan pembelajaran awal, guru mengenalkan hewan ayam, bebek,

dan kerbau, serta jenis makanan hewan itu tersebut. Agar siswa ikut aktif dalam

pembelajaran, guru melibatkan siswa untuk memegang jenis-jenis miniatur ayam,

bebek, dan kerbau. Setiap siswa yang memegang satu miniatur hewan diteruskan

oleh guru dengan menunjukkan gambar jenis makanan yang dimakan hewan

miniatur yang dipegang siswa.

Pada pertemuan kedua, pembelajaran dengan materi yang sama, tetapi

media miniatur yang digunakan berbeda hewannya, yaitu hewan kuda, babi, dan

gajah. Proses pembelajaran sama seperti pelaksanaan pembelajaran pada pertemua

yang pertama. Guru melibatkan siswa untuk memegang jenis-jenis miniatur kuda,

babi, dan gajah. Setiap siswa yang memegang satu miniatur hewan diteruskan

oleh guru dengan menunjukkan gambar jenis makanan yang dimakan hewan

miniatur yang dipegang siswa. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

bertanya tentang hal – hal yang belum dimengerti. Setelah materi disampaikan

semua, lalu pada pertemuan III guru dan peneliti mengadakan tes. Tes ini

dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa selama materi disampaikan.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I terhadap proses belajar

mengajar IPA dengan menggunakan media miniatur hewan, diperoleh hasil

sebagai berikut:

1) Siswa aktif selama kegiatan apersepsi berjumlah 2 siswa. Tapi masih belum

maksimal, kadang – kadang siswa sering main sendiri.

2) Siswa aktif dalam kegiatan tanya-jawab berjumlah 1 siswa. Tapi siswa harus

dipancing dahulu sebelum akhirnya siswa aktif dalam kegiatan tanya – jawab.

3) Rata-rata nilai siswa meningkat sebesar 16 % dari nilai kondisi awal yaitu 4,6

menjadi 5,4 pada siklus I.

Page 59: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 5. Peningkatan Prestasi siswa pada siklus I

No. Nama Siswa Kondisi Awal Siklus I Keterangan

1. Alv 50 50 Tetap

2. Dw 30 30 Tetap

3. Ing 50 60 Meningkat

4. L.D 50 70 Meningkat

5. Irf 50 60 Meningkat

Jumlah 230 270

Rata-rata Kelas 46 54

Rata – rata peningkatan 16%

Dari tabel 5 tersebut di atas dapat diketahui bahwa ada dua siswa yang

belum mengalami peningkatan nilai dan 3 siswa mengalami peningkatan nilai.

Besarnya peningkatan nilai siswa sebanyak 16%.

d. Analisis dan Refleksi

Secara umum terdapat beberapa kelemahan yang terjadi saat proses belajar

mengajar yaitu:

1) Guru masih kesulitan dalam membangkitkan antusias siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran IPA.

2) Guru kelihatan tidak percaya diri saat mengajar menggunakan media miniatur

hewan.

3) Keantusiasan, keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan belajar

mengajar masih rendah. Hal ini terlihat pada kegiatan apersepsi dan tanya-

jawab siswa masih kurang berpartisipasi.

4) Hanya satu siswa yang dapat menguasai materi sebesar 75 %. Hal ini

dikarenakan motivasi siswa saat mulai sampai akhir pembelajaran masih

rendah, sehingga banyak siswa yang tidak menaruh perhatian yang serius

saat proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, peneliti bersama guru

kolaborator mengadakan refleksi sebagai berikut:

Page 60: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

1) Agar siswa lebih antusias, aktif dan sungguh-sungguh dalam mengikuti

pembelajaran, sebaiknya guru lebih tegas dalam menjelaskan hal-hal jika

siswa tidak memperhatikan.

2) Guru berusaha meningkatkan percaya diri saat mengajar menggunakan media

miniatur hewan, supaya tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai.

3) Untuk mendorong siswa agar keantuasiasannya, keaktifannya dan

kesungguhannya dalam mengikuti pembelajaran meningkat, sebaiknya guru

lebih banyak memberikan reward kepada siswa yang telah berusaha aktif saat

pembelajaran berlangsung.

2. Siklus II

a. Perencanaan tindakan II

Berdasarkan hasil refleksi tindakan pada siklus I, maka pada siklus kedua

ini peneliti bersama guru kolaborator berdiskusi mengenai cara yang tepat untuk

memperbaiki kekurangan pada siklus I. Tahap ini dilakukan pada hari Senin, 10

Mei 2010 di kantor guru. Setelah melakukan diskusi dengan guru kolaborator,

akhirnya didapatkan solusi untuk memperbaiki siklus sebelumnya, yaitu dengan

cara sebagai berikut:

1. Guru memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswa.

2. Penampilan guru saat mengajar menggunakan menggunakan media miniatur

hewan sebaiknya lebih diperbaiki lagi.

3. Guru memberikan reward yang lebih banyak kepada siswa yang berani maju

presentasi di depan kelas, misalnya memberikan pujian dengan berkata

”pintar” sambil menunjukkan ibu jari kepada siswa sebagai wujud hasil bagus

yang telah dicapai siswa.

4. Memberikan hukuman kepada siswa yang tidak memperhatikan pada saat

proses pembelajaran IPA dengan menggunakan media miniatur hewan.

Page 61: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Peneliti bersama guru kolaborator mendiskusikan langkah-langkah

pembelajaran IPA dengan menggunakan media miniatur hewan, urutannya

sebagai berikut:

a) Langkah-langkah pada pertemuan pertama:

(1) Pertemuan pertama pada siklus 2 direncanakan akan dilakukan pada

Rabu, tanggal 12 Mei 2010.

(2) Guru mempersiapkan peralatan dan media yang akan digunakan untuk

pembelajaran IPA.

(3) Guru membuka kegiatan belajar mengajar dengan berdoa dan setelah

itu memberikan salam.

(4) Guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan

indikator dalam pembelajaran IPA mengenal macam-macam hewan

dan makanannya.

(5) Guru membagikan materi yang ber bentuk gambar beserta dengan

penjelasannya dan menyuruh siswa diberi waktu 15 menit untuk

membaca materi pelajaran yang sudah dibagikan.

(6) Setelah selesai membaca guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya.

(7) Lalu setelah selesai membaca materi dan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya, guru mulai mengenalkan macam-macam

hewan dengan media miniatur hewan.

(8) Guru bersama-sama dengan siswa aktif dalam pembelajaran dengan

media miniatur hewan yang digunakan masih sama seperti pada siklus

I yaitu: ayam, bebek, kerbau, kuda, babi, dan gajah.

(9) Setelah selesai menyampaikan materi guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya.

(10) Setelah selesai menyampaikan materi guru menutup kegiatan belajar

mengajar dengan berdoa dan memberikan salam.

b) Langkah-langkah pertemuan kedua:

Page 62: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

(1) Untuk pertemuan kedua pada siklus 2 peneliti merencanakan pada hari

Sabtu tanggal 15 Mei 2010.

(2) Pada pertemuan kedua ini peneliti merencanakan untuk melakukan tes

untuk mengetahui kemampuan siswa setelah ditreatment menggunakan

media miniatur hewan.

(3) Waktu yang disediakan untuk tes pada pertemuan kedua siklus 2 adalah 35

menit.

(4) Guru membagikan soal kepada siswa beserta dengan lembar jawabannya.

(5) Setelah selesai mengerjakan soal siswa mengumpulkan lembar jawaban

dan guru menutup kegiatan belajar mengajar.

(6) Lalu guru dan peneliti mengoreksi hasil tes siswa tadi.

b. Pelaksanaan tindakan II

Pelaksanaan tindakan II dilakukan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada

hari Senin tanggal 17 Mei 2010 dan Selasa, 18 Mei 2010 di ruang kelas 5 di SLB

C Dharma Anak Bangsa Klaten. Dalam pelaksanaan siklus ini, guru menerapkan

solusi yang telah didiskusikan dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan-

kekurangan pada siklus I.

Pertemuan I: Senin 17 Mei 2010

Adapun pelaksanaannya tindakan II pertemuan I dengan menerapkan

penggunaan media miniatur hewan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 Mei

2010 sebagai berikut:

1) Guru dan peneliti menyiapkan materi, alat dan bahan yang akan digunakan

untuk pembelajaran IPA dengan menggunakan media miniatuar hewan.

2) Guru mengajak siswa untuk masuk ke dalam kelas untuk memulai kegiatan

belajar mengajar. Lalu setelah itu guru membuka kegiatan belajar mengajar

dengan berdoa dan memberikan salam.

3) Setelah itu guru membacakan standar kompetensi, kompetensi dasar dan

indikator yang harus dicapai siswa.

Page 63: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

4) Guru membagikan materi yang sudah dicetak dalam bentuk gambar,

kemudian siswa diberi waktu 15 menit untuk membaca materi pelajaran

yang sudah dibagikan.

5) Setelah selesai membaca, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya. Pada siklus 2 ini siswa bertanya mengenai, ”Jenis-jenis hewan apa

saja yang banyak ditemui di sekitar lingkungan siswa” dan guru menjawab:

”hewan yang sering ditemui di sekitar lingkungan siswa adalah hewan ayam,

bebek, kuda.”

6) Lalu setelah selesai membaca materi dan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya, guru bersama-sama dengan siswa aktif dalam

pembelajaran dengan cara memegang miniatur hewan.

7) Saat siswa memegang miniatur hewan, guru menanyakan hewan apa yang

sedang dipegang siswa.

8) Setelah selesai mengenalkan macam-macam hewan, lalu dilanjutkan dengan

jenis-jenis makanan hewan.

9) Setelah selesai mengenalkan macam-macam hewan dan makanannya guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. ”Ada yang ingin

kamu tanyakan mengenai jenis-jenis hewan dan makanannya yang telah kita

pelajari tadi?” kata Guru. Siswa pun mengajukan satu pertanyaan, ”Pak,

kerbau makananya rumput?”, tanya siswa. Guru menjawab pertanyaan

siswa, ”sebab kerbau termasuk jenis pemakan rumput”.

10) Setelah selesai menyampaikan materi, guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya.

11) Setelah selesai tanya – jawab lalu guru menutup kegiatan belajar mengajar

dengan berdoa dan memberikan salam.

Pada siklus 2 pertemuan I, ada peningkatan yang cukup signifikan. Yaitu

pada saat apersepsi siswa antusias dalam memperhatikan. Dan pada saat

pengenalan macam-macam hewan hewan dan makanannya siswa aktif

mengikuti.

Page 64: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Pertemuan II: Selasa 18 Mei 2010

Pada pertemuan ke-II ini guru dan peneliti melakukan tes, untuk

mengetahui kemampuan siswa pada siklus 2 setelah diberikan treatment dengan

variasi yang berbeda dengan siklus I.

1) Pertemuan terakhir atau ke-II pada siklus 2 ini, peneliti dan guru kelas

memanfaatkan waktu ini untuk tes. Tes yang dimaksud adalah untuk

mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa tentang materi yang telah

diberikan.

2) Soal yang diberikan berbentuk pilihan ganda dengan sejumlah soal 10.

Dengan pembagian porsi 5 soal mewakili materi nama-nama hewan dan 5

soal mewakili jenis-jenis makanan hewan. ( Soal pada siklus 1 terlampir).

3) Siswa diberikan lembar soal dan jawaban lalu siswa langsung mengerjakan.

4) Setelah waktu habis siswa mengumpulkan lembar jawabannya.

5) Guru dan peneliti menutup kegiatan belajar mengajar dan memberikan salam.

6) Mencocokkan jawaban siswa dengan wali kelas.

Setelah dicocokkan jawaban siswa dengan kunci jawaban, hasil yang

diperoleh adalah: Siswa mampu menjawab dengan benar 7 soal dan 3 soal

dijawab salah. Soal yang dijawab dengan benar oleh siswa adalah nomer ( 1,

2, 4, 6, 7, 9, 10 ). Dari hasil pre - test yang telah dilakukan terjadi

peningkatan sebesar 15 poin atau 15% dari nilai rata-rata pada siklus I sebesar

75 menjadi 90. Hasil rata-rata tersebut telah memenuhi standar nilai lebih dari

80.

c. Observasi dan Interpretasi

Dalam kegiatan pelaksanaan tindakan II peneliti bertindak sebagai

partisipan pasif. Kegiatan observasi bertujuan untuk menjelaskan apakah

kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dapat teratasi dengan solusi-

solusi yang telah didiskusikan antara kolaborator.

Pertemuan pertama dilaksanakan Senin, 17 Mei 2010. Sebelum kegiatan

belajar mengajar dimulai guru dan peneliti menyiapkan bahan dan materi yang

nantinya akan digunakan. Pembelajaran diawali guru dengan berdoa dan

Page 65: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

mengucapkan salam, setelah itu guru menanyakan keadaan siswa dengan

menyuruh siswa untuk menuliskan perasaannya ke dalam kertas sebelum

pembelajaran dimulai dan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru

menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dalam

pembelajaran IPA tersebut.

Lalu setelah selesai membaca materi dan memberikan kesempatan untuk

bertanya, guru dan peneliti mengajak siswa ke luar kelas dan menuju halaman

tempat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Di halaman sekolah yang

sebelumnya telah dipersiapkan bahan – bahan dan alat yang akan digunakan untuk

kegiatan pembelajaran.

Guru mengenalkan hewan ayam, bebek, dan kelinci, serta jenis makanan

hewan itu tersebut. Agar siswa ikut aktif dalam pembelajaran, guru melibatkan

siswa untuk memegang jenis-jenis miniatur ayam, bebek, dan kerbau. Setiap

siswa yang memegang satu miniatur hewan diteruskan oleh guru dengan

menunjukkan gambar jenis makanan yang dimakan hewan miniatur yang

dipegang siswa.

Pada pertemuan kedua Selasa, 18 Mei 2010, guru mengawali pembelajaran

dengan tanya jawab tentang hal-hal menarik apa yang kalian dapatkan saat

kegiatan belajar mengenal macam-macam hewan dan makanannya? Siswa pun

mengajukan satu pertanyaan, ”Pak, kerbau makananya rumput?”, tanya siswa.

Guru menjawab pertanyaan siswa, ”sebab kerbau termasuk jenis pemakan

rumput”.Setelah selesai menyampaikan materi guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya.

Setelah tanya jawab guru dan siswa, guru memberikan lembar soal tertulis

dalam bentuk pilihan ganda, guru memberikan beberapa pengarahan. Pertama

pengarahan yang diberikan yaitu tentang tata cara menjawab soal pilihan ganda

yang sebelumnya telah dibaca tanpa harus menulis soalnya lagi dan menuliskan

jawabannya berupa pilihan jawaban yaitu a, b, c, atau d. Selanjutnya waktu yang

disediakan untuk siswa mengerjakan soal adalah 20 menit. Jadi waktu yang

dibutuhkan untuk mengerjakan satu soal adalah 2 menit. Kemudian guru

memberikan pengarahan kepada siswa, guru mulai membagikan lembar soal dan

Page 66: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

lembar jawaban kepada siswa. Kemudian guru mempersilakan siswa untuk

mengerjakannya. Setelah waktu 20 menit waktu berlalu, guru membunyikan

alarm tanda waktu telah habis dan siswa mengumpulkan lembar jawabannya dan

siswa pun diijinkan istirahat.

Guru bersama peneliti kemudian bersama – sama mengoreksi lembar

jawaban yang telah dijawab siswa. Setelah dicocokkan antara lembar jawaban

siswa dan kunci jawaban yang diperoleh hasil, 3 siswa mampu menjawab dengan

benar 8 soal dari 10 soal yang dikerjakan. Ini berarti, sebagian besar anak telah

mencapai indikator pencapaian 80 % .

Dari observasi terhadap proses kegiatan belajar - mengajar tersebut dapat

dinyatakan sebagai berikut:

1) Siswa aktif dalam kegiatan apersepsi.

2) Siswa yang aktif dalam kegiatan tanya – jawab.

3) Rata-rata nilai siswa meningkat sebesar 24 % dari nilai siklus I yaitu 5,4

menjadi 6,6 pada siklus II.

Tabel 6. Peningkatan Prestasi siswa pada siklus II

No. Nama Siswa Kondisi

Awal

Siklus I Siklus II Keterangan

1. Alv 50 50 50 Tetap

2. Dw 30 30 30 Tetap

3. Ing 50 70 90 Meningkat

4. L.D 50 60 80 Meningkat

5. Irf 50 60 80 Meningkat

Jumlah 230 270 330

Rata-rata Kelas 46 54 66

Rata – rata peningkatan 16% 24%

Dari tabel 6 tersebut di atas dapat diketahui bahwa ada dua siswa yang

belum mengalami peningkatan nilai dan 3 siswa mengalami peningkatan nilai.

Besarnya peningkatan nilai siswa dari siklus I ke siklus II sebanyak 24%,

sehingga peningkatan prestasi belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II sebesar

16% + 24% = 40%.

Page 67: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

d. Analisis dan Refleksi

Secara keseluruhan pembelajaran IPA berlangsung dengan lancar. Semua

kelamahan – kelemahan dapat diatasi dengan baik. Guru berhasil membangkitkan

keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA siswa pun meningkat saat

pembelajaran dengan menggunakan media miniatur hewan.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Siklus I

Hasil tes mata pelajaran IPA pada Siklus I

Dari tes yang mengungkap kemampuan siswa mengenal jenis-jenis hewan

dan makanannya diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 8. Perolehan Nilai IPA Siklus I

No. Nama Siswa Item Yang

Benar

Tingkat

Penguasaan

Keterangan

1. Alv 50 50% K (Kurang)

2. Dw 30 30% K (Kurang)

3. Ing 70 70% B (Baik)

4. L.D 60 60% B (Baik)

5. Irf 60 60% B (Baik)

Jumlah 270 270%

Rata-rata Kelas 54 54% K (Kurang)

Pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan

dalam prestasi belajarnya. Ini dapat dilihat dari jumlah soal yang mampu dijawab

dengan benar dan paling tinggi 7 soal. Jika meninjau dari hasil pada siklus I dapat

dikategorikan nilai siswa yang meningkat sebanyak anak dilihat dari nilai kondisi

awal ke siklus I sebesar 18 %. Ini terjadi karena siswa sebelumnya telah

mendapatkan perlakuan yaitu dengan media miniatur hewan. Sewaktu pelajaran

IPA dengan materi mengenal macam-macam hewan dan jenis makanannya

berlangsung guru dan peneliti menggunakan miniatur hewan.

Page 68: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

2. Deskripsi Kondisi Siklus II

Hasil tes mata pelajaran IPA pada Siklus 2

Setelah peneliti melihat pada siklus I indikator pencapaian tidak terpenuhi

maka siklus 2 dilakukan untuk peningkatan dari prestasi belajar IPA itu sendiri.

Berikut ini data nilai siklus 2 disajikan dalam bentuk tabel.

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang telah dilakukan di siklus 2

dapat dinyatakan bahwa indikator pencapaian yang telah ditetapkan telah

mencapai hasil yang optimal dan dapat dikatakan bahwa pembalajaran IPA

dengan menggunakan miniatur hewan telah berhasil dan menunjukkan

peningkatan dari segi proses maupun hasil belajar: Peningkatan tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Perolehan Nilai Siklus 2

No. Nama Siswa Item Yang

Benar

Tingkat

Penguasaan

Keterangan

1. Alv 50 5% K (Kurang)

2. Dw 30 30% K (Kurang)

3. Ing 90 90% A (Sangat baik)

4. L.D 80 80% B (Baik)

5. Irf 80 80% B (Baik)

Jumlah 330 330%

Rata-rata Kelas 66 66% C (Cukup)

Pada tabel 9 di atas menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan

prestasi belajar IPA setelah dilakukan siklus 2. Ini terlihat dari indikator

ketercapaian yang telah dilampaui siswa. Selain itu juga keaktifan siswa dalam

proses belajar mengajar juga meningkat. Ini terbukti dari keaktifan siswa yang

jauh lebih dibandingkan dengan siklus I. Besarnya peningkatan dari siklus 1 ke

siklus II sebesar 24%, dari nilai rata-rata kelas 5,4 menjadi 6,6.

Page 69: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Penyajian data hasil penelitian akan lebih jelas peningkatannya bila

menampilkan hasil tes observasi pada tiap siklusnya baik dalam bentuk tabel

maupun grafik, peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas 5 SLB C Dharma

Anak Bangsa Klaten Tahun Ajaran 2009/2010 dengan menggunakan media

miniatur hewan, anak Tunagrahita pada tiap siklusnya dapat dilihat pada tabel 12

dan disajikan dalam bentuk grafik dibawah ini.

Tabel 10. Perolehan Nilai Kondisi Awal – Siklus II Subjek Alv

Keterangan Kemampuan

Awal

Siklus I Siklus 2 Keterangan

Nilai 50 50 50 Tidak ada

peningkatan % Tuntas 0% 0% 0%

% Peningkatan 0% 0%

Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa siswa bernama Alvia P.K tidak

mengalami peningkatan prestasi belajar. Ketuntasan belajar siswa 0%, dari nilai

kondisi awal sampai ke siklus II nilai siswa tetap 5. Hal ini terjadi berdasarkan

hasil observasi selama pembelajaran siswa lebih banyak diam dan tidak aktif.

Guna mengetahui ketuntasan belajar siswa disajikan gambar 1, di bawah ini.

Grafik 1. Nilai Kondisi Awal – Siklus II Subjek Alv

100

90 80 70 60 50 40 30 20 10

0

KONDISI

AWAL

SIKLUS I

SIKLUS II

RATA-RATA

Page 70: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Tabel 11. Perolehan Nilai Kondisi Awal – Siklus II Subjek Dw

Keterangan Kemampuan

Awal

Siklus I Siklus 2 Keterangan

Nilai 30 30 30 Tidak ada

peningkatan % Tuntas 0% 0% 0%

% Peningkatan 0% 0%

Grafik 2. Perolehan Nilai Kondisi Awal – Siklus II Subjek Dw

Berdasarkan pada tabel 11 dan gambar 2 dapat diketahui bahwa siswa

yang bernama Dw selama pembelajaran tidak mengalami peningkatan. Nilai

kondisi awal siswa 3 sampai ke siklus II nilai tetap 3. Siswa tidak mengalami

peningkatan berdasarkan hasil observasi siswa sibuk sendiri dan tidak

memperhatikan pelajaran.

Selanjutnya, untuk siswa yang ketiga bernama Ing ada peningkatan dari

kondisi awal sampai siklus ke II sebesar 40% dari nilai kondisi awal 5 menjadi 9

pada siklus II. Hasil perolehan nilai keseluruhan siswa Ing disajikan di bawah ini.

Tabel 12. Perolehan Nilai Kondisi Awal – Siklus II Subjek Ing

Keterangan Kemampuan

Awal

Siklus I Siklus 2 Keterangan

Nilai 50 70 90 Ada

peningkatan % Tuntas 0% 70% 90%

% Peningkatan 20% 40%

100

90 80 70 60 50 40 30 20 10

0

KONDISI

AWAL

SIKLUS I

SIKLUS II

RATA-RATA

Page 71: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Berdasarkan tabel 12 tersebut dapat diketahui siswa Ing mengalami

peningkatan ketuntasan belajar secara bertahap sampai 40%. Perolehan nilai pada

tabel 8 tersebut dapat dibuat grafik untuk memperjelas keterangan, sebagai

berikut:

Grafik 3. Perolehan Nilai Kondisi Awal – Siklus II Subjek Ing

Subjek yang keempat yaitu siswa bernama L.D mengalami peningkatan

belajar dari kondisi awal sampai ke siklus II. Peningkatan prestasi L.D dari

kondisi awal nilai 5 dan siklus II nilai 8, berarti ketuntasan belajar L.D sebanyak

30%.

Tabel 13. Perolehan Nilai Kondisi Awal – Siklus II Subjek L.D

Keterangan Kemampuan

Awal

Siklus I Siklus 2 Keterangan

Nilai 50 60 80 Ada

peningkatan % Tuntas 0% 60% 80%

% Peningkatan 10% 30%

100

90 80 70 60 50 40 30 20 10

0

KONDISI

AWAL

SIKLUS I

SIKLUS II

RATA-RATA

Page 72: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Perolehan nilai pada tabel 13 tersebut dapat dibuat grafik untuk

memperjelas keterangan, sebagai berikut:

Grafik 4. Perolehan Nilai Kondisi Awal – Siklus II Subjek L.D

Berdasarkan grafik 4 tersebut dapat diketahui siswa L.D mengalami

peningkatan ketuntasan belajar secara bertahap sampai 30%. Besarnya

peningkatan ketutasan belajar siswa dapat diketahui melalui sikap siswa saat

diobservasi, siswa aktif dan memperhatikan penjelasan guru.

Siswa terkahir atau kelima yaitu Irf. Siswa tersebut dalam proses

pembelajaran berdasarkan hasil observasi terlihat aktif dan mau bertanya pada

guru sehingga hasil prestasi siswa selalu meningkat dan ketuntasan belajar juga

meningkat sebesar 30%. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan

ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 14. Perolehan Nilai Kondisi Awal – Siklus II Subjek Irf

Keterangan Kemampuan

Awal

Siklus I Siklus 2 Keterangan

Nilai 50 60 80 Ada

peningkatan % Tuntas 0% 60% 80%

% Peningkatan 10% 30%

100

90 80 70 60 50 40 30 20 10

0

KONDISI

AWAL

SIKLUS I

SIKLUS II

RATA-RATA

Page 73: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Perolehan nilai pada tabel 10 tersebut dapat dibuat grafik untuk

memperjelas keterangan, sebagai berikut:

Grafik 5. Perolehan Nilai Kondisi Awal – Siklus II Subjek Irf

Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, terlihat bahwa nilai tes

belajar IPA dari kondisi awal, kemudian dalam pelaksanaan tiap - tiap siklus

mengalami peningkatan. Peran guru dalam keterampilan mengelola kelas dan

menjelaskan juga sangat membantu tercapainya peningkatan prestasi belajar IPA

siswa kelas V. Terlihat dari kemampuan awal, presentase ketuntasan hanya

mencapai 0 %. Selanjutnya pada siklus I presentase tuntas mulai menampakkan

peningkatan persentase pada tiga siswa (Alvian D.R, L.D dan Muh Irfan Y),

dengan peningkatan ketuntasan belajar antara 30%-40%.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan dalam skripsi ini meliputi penjabaran mengenai peningkatan

prestasi belajar saat pembelajaran IPA dengan menggunakan media miniatur

hewan pada siswa dasar kelas 5 SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten Tahun

Ajaran 2009/2010. Melalui penguraian lebih lanjut berdasarkan data hasil

penelitian yang dikeluarkan dengan teori yang relevan. Disertai pembahasan

tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam peningkatan prestasi belajar dengan

menggunakan media miniatur hewan.

100

90 80 70 60 50 40 30 20 10

0

KONDISI

AWAL

SIKLUS I

SIKLUS II

RATA-RATA

Page 74: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

1. Peningkatan prestasi belajar IPA dengan Menggunakan media miniatur

hewan pada siswa kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten Tahun

Ajaran 2009/2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas dasar 5

dalam mengenal macam-macam hewan dan makanannya mengalami peningkatan

setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media miniatur hewan.

Dari tabel 5 dan grafik 1 di atas, merupakan bukti konkret adanya

peningkatan prestasi belajar siswa dasar kelas 5 SLB C Dharma Anak Bangsa

Klaten setelah mendapat perlakuan yaitu menggunakan media miniatur hewan.

Hasil tersebut relevan dengan pendapat Nana Sudjana (1987:99) mengemukakan

bahwa alat peraga sering disebut audio visual, yang memiliki arti bahwa alat

peraga berguna unuk memudahkan guru agar bahan pelajaran yang disampaikan

lebih mudah dipahami oleh para siswanya. Termasuk memudahkan guru yang

mengajar siswa tunagrahita.

Alat peraga mempunyai peran penting bagi siswa tungrahita yang

memiliki keterbatasan dalam penerimaan informasi visual. Keterbatasan ini,

membuat proses belajar mereka menjadi terhambat. Media akan membantu siswa

dalam pembelajaran. Melalui media, semua informasi yang seharusnya

tersampaikan dalam bentuk visual dapat disajikan dalam bentuk lain.

Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu

untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Metode dan alat

merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi

sebagai tehnik atau cara untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada

tujuan. Dalam proses belajar mengajar alat peraga digunakan dengan tujuan

membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Alat peraga

sebagai media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang

digunakan guru atau pendidik dalam rangka melakukan kegiatan pembelajaran

(Danim, 1994: 6).

Page 75: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Kenneth H. Hoover dalam Moh Uzer Usman (1989:28), memberikan

beberapa prinsip tentang penggunaan alat peraga sebagai berikut:

7) Merupakan alat bantu yang dianggap paling baik

8) Alat – alat tertentu tepat daripada yang lain berdasarkan jenis pengertian atau

dalam hubungannya dengan tujuan.

9) Audiovisual dan sumber-sumber yang digunakan merupakan bagian yang

integral dari pengajaran.

10) Perlu diadakan persiapan yang seksama oleh guru dan siswa mengenai alat

audiovisual

11) Siswa menyadari tujuan alat audiovisual dan merespon data yang diberikan.

12) Alat audiovisual dan sumber-sumber yang digunakan untuk menambah

kemampuan komunikasi kemungkinan belajar lebih leluasa karena adanya

hubungan antara alat dengan sumber.

Adanya prinsip tersebut berdampak pada fungsi alat peraga. Nana Sudjana

(1987:68), mengatakan bahwa fungsi alat peraga dalam proses belajar mengajar

adalah sebagai berikut:

5) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi

sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif.

6) Penggunaan alat peraga merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi

belajar.

7) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral / sesuai dengan tujuan

dari materi pelajaran.

8) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk

mempercepat proses belajar mengajar dalam membantu siswa dalam

menangkap pengertian dari pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Salah satu jenis alat peraga atau media pendidikan adalah miniatur. Alat

peraga miniatur adalah alat pelajaran yang berupa benda tiruan yang bentuknya

sama atau lebih kecil dari benda sebenarnya yang digunakan oleh guru guna

memudahkan dalam penyampaian materi pelajaran agar dapat diterima oleh anak

didik dengan mudah. Penggunaan alat peraga miniatur pada umunya digunakan

Page 76: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

untuk pelajaran Saint, sebab pada pelajaran tersebut lebih banyak kegiatan

praktikumnya dibanding dengan kegiatan teorinya.

Adapun kelebihan alat peraga miniatur seperti yang dikemukakan dalam

penataran lokakarya tahap III P3G (1981:23) adalah :

8) Alat peraga miniatur memberikan sumbangan bagi pengertian yang lebih

hidup dan lebih menarik.

9) Alat peraga miniatur dapat mengembangkan pengertian dengan lebih baik.

10) Alat peraga miniatur mudah dipahami

11) Alat peraga miniatur lebih mudah dibawa ke dalam ruang kelas.

12) Alat peraga miniatur sangat membantu dalam mewujudkan realitas yang tidak

dapat dilihat tetapi juga dapat diraba.

13) Alat peraga miniatur mudah untuk digunakan.

14) Alat peraga miniatur dapat menghilangkan verbalisme.

Guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan media miniatur

berarti guru memperhatikan karakteristik pembelajar dan prinsip-prinsip belajar.

Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mujiono (1999:76) bahwa

pembelajaran tidak mengabaikan karakteristik pembelajar dan prinsip-prinsip

belajar. Adanya karakateristik pembelajar dan prinsip-prinsip tersebut, maka guru

dituntut untuk memusatkan perhatian, mengelola, menganalisis dan

mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan (i) perhatian dan motivasi belajar

siswa (ii) keaktifan siswa (iii) optimalisasi keterlibatan siswa (iv) melakukan

pengulangan-pengulangan belajar (v) pemberian tantangan agar siswa

bertanggung jawab (vi) memberikan balikan dan penguatan terhadap siswa dan

(vii) mengelola proses belajar sesuai perbedaan individual siswa.

Alat peraga miniatur yang berupa miniatur hewan dapat dibawa ke dalam

kelas. Dalam hal ini membuktikan bahwa alat peraga minitur yang berwujud

hewan, kemudian diwujudkan dalam bentuk tiruan dan dalam bentuk mini dapat

diberikan kepada anak di dalam kelas. Demikian juga terhadap obyek-obyek

sebenarnya yang tidak dapat dibawa ke dalam kelas dapat diwujudkan dalam

bentuk miniatur, misalnya pohon, candi dan lain-lain.

Page 77: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Penggunaan alat peraga miniatur dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

membuat anak lebih mudah dalam menerima tanggapan dari materi yang

disampaikan oleh guru. Perhatian anak terpusat pada alat peraga miniatur yang

digunakan oleh guru, sebab seolah-olah anak melihat obyek yang sebenarnya

walaupun dalam ukuran kecil, dan anak mudah mengingatnya.

Nash dalam Hendro Darmojo dan Jenny R.E Kaligis (1963: 12)

mengatakan bahwa IPA itu suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara

IPA mengamati alam dunia bersifat analitis, lengkap, cermat, serta

menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain sehingga

keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang obyek yang

diamatinya.

Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diberikan kepada

anak tunagrahita telah dibuktikan menggunakan media yang konkrit yaitu media

miniatur, mudah dipahami. Media miniatur hewan, telah menarik siswa, dan siswa

memperoleh aktivitas yang menyenangkan sehingga anak termotivasi untuk

belajar IPA. Penggunaan media miniatur hewa sesuai dengan kondisi anak, mudah

digunakan dan mudah didapat, serta dapat memperjelas materi pelajaran yang

disampaikan akan meningkatkan prestasi belajar anak tunagrahita mampu didik.

2. Prestasi belajar siswa IPA meningkat

Winkel (1991) menyatakan bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan

usaha yang dapat dicapai. Di dalam pengertian tersebut prestasi merupakan suatu

usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksanaan suatu

usaha tersebut.

Prestasi belajar mempunyai arti penguasaan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, yang ditunjukkan dengan nilai tes, angka

aktivitas belajar dalam menerima, memahami dan menguasai materi yang

dipelajari, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan

hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.

Ahmadi dan Supriyono (1991) menyatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa dipengaruhi dari faktor eksternal. Faktor

eksternal merupakan faktor di luar individu. Faktor internal pada siswa di sekolah

Page 78: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

adalah guru. Guru dan cara mengajar, sikap kepribadian guru termasuk

didalamnya cara guru memberikan atau menyampaikan materi pelajaran dan

bagaimana guru dapat membawa kepada suasana yang kondusif agar peserta didik

dapat termotivasi dan berminat serta siap menerima materi, tinggi rendahnya

pengetahuan yang dimiliki guru. Materi yang dipelajari, antara lain instrument

atau pelengkapan belajar, kurikulum, program pembelajaran dan pedoman belajar

berpengaruh besar terhadap prestasi belajar.

Dari tes yang dilakukan pada observasi awal, diketahui hasil belajar siswa

rendah. Terbukti dengan siswa hasil tes siswa mendapatkan nilai 60. Hal ini

terlihat dari capaian tes yang telah dilakukan. Pada siklus I diketahui bahwa nilai

siswa meningkat menjadi 70, setelah dilakukan treatmen dengan menggunakan

media miniatur hewan. Dengan nilai ini, indikator ketercapaian dari penelitian

belum terpenuhi. Oleh karena itu diadakanlah siklus II dengan menggunakan dan

media yang sama. Setelah dilakukan peningkatan prestasi belajar ini terlihat saat

tes mengukur kemampuan setelah diberikan treatmen.

Peningkatan prestasi belajar dapat dilihat dari nilai yang melebihi indikator

ketercapaian yaitu 90. Peningkatan prestasi belajar dapat dilihat dari tabel

perolehan nilai berikut ini.

Tabel 15. Keseluruhan Perolehan Nilai Dari Mata Pelajaran IPA

No. Nama Kondisi

Awal

Siklus Siklus II Keterangan

1. Alv 50 50 50 Tetap

2. Dw 30 30 30 Tetap

3. Ing 50 70 90 Meningkat

4. L.D 50 60 80 Meningkat

5. Irf 50 60 80 Meningkat

Jumlah 230 270 330

Rata-rata 46 54 33

Presentase 16% 24%

Page 79: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Perolehan nilai pada tabel 15 tersebut dapat dibuat grafik untuk

memperjelas keterangan, sebagai berikut:

Grafik 6. Keseluruhan Perolehan Nilai Dari Mata Pelajaran IPA

Adanya peningkatan ketuntasan belajar dan tidak ada peningkatan

dikarenakan sikap siswa yang mengalami banyak perubahan sebelum

menggunakan media miniatur hewan dengan menggunakan media alam sekitar

siswa pasif, jarang bertanya dan gampang bosan, tapi setelah dilakukan treatmen

dengan menggunakan media miniatur sikap siswa sekarang menjadi aktif dan

sering bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dipahami, khususnya

dengan materi mengenal macam-macam hewan dan jenis-jenis makanannya.

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

KONDISI AWAL

SIKLUS I

SIKLUS II

RATA-RATA

Keterangan:

= Alvi = Ing = Irf

= Dw = L.D = Rata-rata kelas

Page 80: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Sedangkan sikap siswa yang tidak mengalami ketuntasan belajar karena bersikap

pasif, diam, sibuk sendiri, dan tidak bertanya pada guru.

Berdasarkan hasil dari data yang di dapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar anak tuna grahita kelas V di SLB C Dharma Anak Bangsa

meningkat,hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan nilai yang dicapai pada

saat dilakukan test.Dapat dilihat dari Rata rata nilai IPA pada kondisi awal yang

berkisar 30 kemudian setelah dilakukan siklus 1 meningkat menjadi 55 dan

terakhir setelah siklus ke 2 rata rata nilainya meningkat menjadi 70.

Page 81: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa

penggunaan alat peraga miniatur efektif dalam meningkatkan prestasi belajar Ilmu

pengetahuan Alam pada anak tunagrahita kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa

Klaten tahun ajaran 2009/2010.

B. Implikasi

Dari kesimpulan penelitian di atas bahwa alat peraga miniatur dapat

membantu dalam upaya peningkatan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada

anak tunagrahita kelas V SLB C Dharma Anak Bangsa Klaten tahun ajaran

2009/2010. Dari hasil kesimpulan tersebut dapat diimplikasikan bahwa alat peraga

miniatur hewan dapat digunakan dalam proses pembelajaran IPA untuk mengenal

jenis-jenis hewan dan makanannya bagi anak tunagrahita kelas V SLB C Dharma

Anak Bangsa Klaten, sehingga dapat diketahui bahwa alat peraga miniatur

merupakan alat peraga yang sesuai dengan kondisi siswa tunanetra. Kesesuaian

penggunaan alat peraga miniatur bagi siswa tunagrahita untuk pelajaran IPA dapat

dilihat dari proses kegiatan pembelajaran dengan alat peraga miniatur hewan

mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar karena siswa dapat

berinteraksi langsung dengan jenis-jenis hewan melalui alat peraga miniatur

hewan.

C. Saran

Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-

saran sebagai berikut :

2. Saran kepada Kepala Sekolah

a. Disarankan bagi Kepala Sekolah untuk menyediakan lebih lengkap alat

peraga pembelajaran miniatur dalam proses belajar mengajar terutama

pada saat pelajaran IPA. Adapun cara yang dapat dilakukan oleh pihak

Kepala Sekolah, diantaranya, yaitu

78

Page 82: Aman Nurdin Nawawi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …eprints.uns.ac.id/7138/1/192011011201112371.pdf · secara tepat guna dengan tenaga, waktu dan biaya sedikit. 2. Alat Peraga Miniatur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

1) memperbanyak alat peraga miniatur dengan membeli alat peraga

miniatur sesuai dengan kemampuan sekolah.

2) menekankan kepada guru untuk menggunakan alat peraga miniatur

dalam setiap pembelajaran yang dapat mengggunakan miniatur sebagai

alat peraga belajar.

3. Saran kepada Guru

Guru sebagai motivator belajar siswa diharapkan mampu memotivasi

siswa untuk belajar dan berdasarkan hasil penelitian ditemukan bukti bahwa

alat peraga pembelajaran dalam peningkatan minat siswa untuk belajar dan

siswa ikut aktif dalam pembelajaran, maka disarankan kepada guru siswa

tunagrahita untuk menggunakan alat peraga miniatur yang sesuai dengan

materi pelajaran. Misalnya, materi untuk mengenal macam-macam hewan

menggunakan miniatur hewan ayam, bebek, kerbau, kuda, babi, dan gajah atau

miniatur lainnya yang mudah diperoleh dan sesuai dengan materi pelajaran.

4. Saran kepada Peneliti lain

Kelemahan dalam penelitian ini yaitu keterbatasan dan pengetahuan

peneliti sehingga pembahasan kurang maksimal, masih ada kekurangan,

pembahasan kurang mendalam. Oleh sebab itu, bagi peneliti lain disarankan

untuk meningkatkan pemahaman penelitian tindakan kelas terlebih dahulu

secara mendalam sebelum dilakukan penelitian. Adapun cara untuk

meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dapat dilakukan oleh peneliti

selanjutnya dengan cara mencari sumber-sumber data dan teori tentang alat

peraga miniatur, yang dapat diperoleh melalui internet, majalah, dan surat

kabar. Selain itu, bagi para peneliti selanjutnya disarankan pula untuk

menggunakan alat peraga pelajaran yang berbeda, tidak hanya menggunakan

alat peraga miniatur hewan tetapi juga menggunakan miniatur lainnya, seperti

miniatur tumbuh-tumbuhan.