20
1 ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG A. LATAR BELAKANG Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Siswono Yudo Husodo (dalam Gunarm Singgih 2004: 43-44) Faktor putus sekolah Pertama, pendidikan orang tua yang hanya tamat sekolah dasar apalagi tidak tamat sekolah dasar sangat berpengaruh terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya dan terhadap cara berpikir orang tua untuk menyekolahkan anaknya, dan cara pandangan orang tua tentu tidak sejauh dan seluas orang tua yang berpendidikan lebih tinggi. Orang tua yang hanya tamat sekolah dasar atau tidak tamat cenderung kepada hal- hal tradisional dan kurang menghargai arti pentingnya pendidikan. Mereka menyekolahkan anaknya hanya sebatas bisa membaca dan menulis saja, karena mereka beranggapan sekolah hanya membuang waktu, tenaga dan biaya, mereka juga beranggapan terhadap anak lebih baik ditujukan kepada hal-hal yang nyata bagi mereka, lagi pula sekolah harus melalui seleksi dan ujian yang di tempuh dengan waktu yang panjang dan amat melelahkan. Kedua, kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orang tua terpaksa bekerja keras mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga pedidikan anak kurang diperhatikan dengan baik dan bahkan anak ikut membantu orang tua dalam mencukupi keperluan pokok untuk makan sehari-hari misalnya anak membantu orang tua bekerja karena dianggap meringankan beban orang tua, anak diajak ikut orang tua ketempat kerja yang jauh dan meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, dan apalagi yang menjadi buruh tanpa tujuan untuk membantu pekejaan orang tua, setelah merasa enaknya membelanjakan uang hasil usaha sendiri akhirnya tidak terasa sekolahnya ditinggalkan begitu saja. Hal-hal tersebut diatas sangat mempengaruhi anak dalam mencapai suksesnya bersekolah.Lemahnya ekonomi keluarga juga karena banyaknya jumlah anggota keluarga yang menyebabkan kepala keluarga

ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

  • Upload
    dangque

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

1

ANAK PUTUS SEKOLAH DI

KELURAHAN TANJUNG UNGGAT

KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA

TANJUNGPINANG

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan pertama kali yang kita

dapatkan di lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat.

Siswono Yudo Husodo (dalam

Gunarm Singgih 2004: 43-44) Faktor putus

sekolah Pertama, pendidikan orang tua

yang hanya tamat sekolah dasar apalagi

tidak tamat sekolah dasar sangat

berpengaruh terhadap cara berpikir orang tua

untuk menyekolahkan anaknya dan terhadap

cara berpikir orang tua untuk

menyekolahkan anaknya, dan cara

pandangan orang tua tentu tidak sejauh dan

seluas orang tua yang berpendidikan lebih

tinggi. Orang tua yang hanya tamat sekolah

dasar atau tidak tamat cenderung kepada hal-

hal tradisional dan kurang menghargai arti

pentingnya pendidikan. Mereka

menyekolahkan anaknya hanya sebatas bisa

membaca dan menulis saja, karena mereka

beranggapan sekolah hanya membuang

waktu, tenaga dan biaya, mereka juga

beranggapan terhadap anak lebih baik

ditujukan kepada hal-hal yang nyata bagi

mereka, lagi pula sekolah harus melalui

seleksi dan ujian yang di tempuh dengan

waktu yang panjang dan amat melelahkan.

Kedua, kurangnya pendapatan

keluarga menyebabkan orang tua terpaksa

bekerja keras mencukupi kebutuhan pokok

sehari-hari, sehingga pedidikan anak kurang

diperhatikan dengan baik dan bahkan anak

ikut membantu orang tua dalam mencukupi

keperluan pokok untuk makan sehari-hari

misalnya anak membantu orang tua bekerja

karena dianggap meringankan beban orang

tua, anak diajak ikut orang tua ketempat

kerja yang jauh dan meninggalkan sekolah

dalam waktu yang cukup lama, dan apalagi

yang menjadi buruh tanpa tujuan untuk

membantu pekejaan orang tua, setelah

merasa enaknya membelanjakan uang hasil

usaha sendiri akhirnya tidak terasa

sekolahnya ditinggalkan begitu saja. Hal-hal

tersebut diatas sangat mempengaruhi anak

dalam mencapai suksesnya

bersekolah.Lemahnya ekonomi keluarga

juga karena banyaknya jumlah anggota

keluarga yang menyebabkan kepala keluarga

Page 2: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

2

menjadi sibuk untuk mecukupi keperluan

keluarga dan juga menyebabkan kurangnya

perhatian orang tua terhadap pendidikan

anak-anaknya.

Ketiga, yang meyebabkan anak

putus sekolah bukan hanya disebabkan latar

belakang pendidikan orang tua, juga

lemahnya ekonomi keluarga tetapi juga

datang dari dirinya sendiri yaitu kurangnya

minat anak untuk bersekolah atau

melanjutkan sekolah. Anak usia wajib

belajar semestinya menggebu-gebu ingin

menuntut ilmu pengetahuan namun karena

sudah terpengaruh oleh lingkungan yang

kurang baik terhadap perkembangan

pendidikan anak, sehingga minat anak untuk

bersekolah kurang mendapat perhatian

sebagaimana mestinya, adapun yang

menyebabkan anak kurang berminat untuk

bersekolah adalah anak kurang mendapat

perhatian dari orang tua terutama tentang

pendidikannya, juga karena kurangnya

orang-orang terpelajar sehingga yang

mempengaruhi anak kebanyakan adalah

orang yang tidak sekolah sehingga minat

anak untuk sekolah sangat kurang.

Kota Tanjungpinang tepatnya di

Kecamatan Bukit Bestari Kelurahan Tanjung

Unggat masih banyak terdapat anak yang

mengalami putus sekolah pada tingkat

Sekolah Dasar. Dapat dilihat terjadi

peningkatan angka anak putus sekolah yaitu

dari tahun 2011 hingga tahun 2014 yang

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel I.I

Jumlah Anak Putus Sekolah di

Kelurahan Tanjung Unggat

Tahun 2011 - 2014

No. Tahun Jumlah Anak

Putus Sekolah

1. 2011 57

2. 2012 62

3. 2013 65

4. 2014 89

Total 273

Sumber Kantor Lurah Tanjung Unggat,

Tahun 2014

Berdasarkan data di atas angka

anak putus sekolah dari tahun 2011- 2014

terjadi peningkatan setiap tahunnya. Dari

empat tahun terdapat 273 anak yang tidak

bisa menyelesaikan pendidikannya terutama

pada pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah

Menengah Pertama, padahal setiap warga

negara harus menyelesaikan pendidikan

wajib yaitu selama 9 tahun. Pendidikan

dasar wajib yang dipilih Indonesia adalah 9

tahun yaitu pendidikan SD dan SMP.

Pendidikan merupakan hak yang sangat

Page 3: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

3

fundamental bagi anak. Hak yang wajib

dipenuhi dengan kerjasama dari orang tua

masyarakat dan pemerintah, namun tidaklah

mudah untuk merealisasikan pendidikan

khususnya menuntaskan wajib belajar 9

tahun, karena pada kenyataannya sebelum

mengenyam pendidikan 9 tahun masih

banyak angka putus sekolah di Sekolah

Dasar khususnya yang terdapat di Kelurahan

Tanjung Unggat.

Dilihat dari kondisi ekonomi anak

yang mengalami putus sekolah di kelurahan

Tanjung Unggat, terdapat 162 anak yang

mengalami putus sekolah yang keluarganya

memiliki kemampuan secara finansial,

dengan pekerjaan orang tua sebagai Pegawai

Negeri Sipil (PNS), nelayan besar,

pengusaha, kontraktor, kerja kapal, yang

memiliki rumah bagus, penghasilan perbulan

melebihi 5 juta. Dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel I.II

Data Pekerjaan Orang Tua Anak Putus

Sekolah Yang Di Katagorikan Sebagai

Keluarga Yang Memiliki Kemanpuan

Secara Finansial

No. Pekerjaan Jumlah

1. PNS 26

2. Nelayan besar 28

3. Pengusaha 35

4. Kontraktor 17

5. Kerja Kapal 56

Jumlah 162

Sumber :Kelurahan Tanjung Unggat tahun

2014

Dilihat dari masalah anak putus

sekolah yang berjumlah 162 orang di

Kelurahan Tanjung Unggat faktor ekonomi

bukan merupakan suatu penghalang untuk

anak tetap melanjutkan pendidikan yang

tinggi. Orang tua mempunyai kemampuan

secara finansial untuk membiayai anak-anak

dalam bersekolah. Kebanyakan anak putus

sekolah di kelurahan Tanjung Unggat selalu

menghabiskan waktu dengan ngumpul

bersama teman-teman, mereka tidak berkerja

dengan alasan kondisi ekonomi keluarga

telah tercukupi sehingga masalah keuangan

mereka hanya minta dengan orang tua,

namun terdapat juga sebagian anak putus

sekolah yang memilih untuk bekerja karena

tidak mau ketergatungan dengan uang orang

tua atau karena kemauan orang tua yang

ingin anaknya bekerja.

Page 4: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

4

Sebagaimana kita ketahui bahwa

banyak sekali faktor-faktor yang bisa

menyebabkan angka putus sekolah terus

meningkat, faktor-faktor tersebut bisa

berasal dari dalam diri individu, maupun

pada sistem kultural. Dari permasalah yang

terjadi, peneliti tertarik mengangkat judul ini

sebagai usulan penelitian terkait

permasalahan yang diuraikan diatas dengan

judul“ Anak Putus Sekolah di Kelurahan

Tanjung Unggat “

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah

yang diuraikan di atas maka dapat di ambil

perumusan masalah yaitu “mengapa

jumlah anak putus sekolah di Kelurahan

Tanjung Unggat semakin meningkat?”

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN

PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan

penelitian ini adalah untuk

mengetahui penyebab

meningkatnya anak putus sekolah

di Kelurahan Tanjung Unggat.

2. Kegunaan penelitian

a. Secara praktis

Bagi peneliti dan peneliti

selanjutnya kegunaan

penelitian ini adalah dapat

menambah pengetahuan dan

pemahaman penyebab

meningkatnya anak putus

sekolah.

b. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan

berguna bagi pihak akademisi

yang tertarik pada masalah-

masalah yang berkaitan dengan

keberadaan anak putus sekolah

didalam masyarakat dan dapat

menambah pengetahuan dan

pemahaman tentang anak yang

putus sekolah serta dapat

meminimkan angka putus

sekolah.

D. KONSEP OPERASIONAL

Untuk melihat penyebab peningkatan jumlah

anak putus di kelurahan Tanjung Unggat,

maka digunakan konsep operasional sebagai

berikut:

1. Kultural yang

dimaksud dalam

penelitian ini yaitu

segala suatu penyebab

Page 5: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

5

anak putus sekolah

berasal dari pengaruh

budaya dari anggota

keluarga ada yang tidak

bersekolah.

2. Nilai merupakan suatu

yang dianggap berharga,

dalam penelitian ini

anak-anak mengalami

putus sekolah karena

mengganggap bahwa

sekolah bukan

merupakan suatu yang

bernilai, sekolah tidak

akan menjamin

mendapatkan

kebahagian sehingga

sugesti tersebut

berdampak pada putus

sekolah.

3. Norma merupakan

suatu aturan-aturan yang

sangat keras yang

diterapkan oleh keluarga

dan disetai hukuman

yang berat apabila tidak

mematuhi aturan tentang

sekolah membuat anak-

anak menjadi merasa

terkekang dan akhirnya

memilih untuk tidak

bersekolah

4. Kontrol yang

dimaksud yaitu orang

tua selalu dengan

kesibukan masing-

masing sehingga

pendidikan anak tidak

bisa terkontrol dengan

baik, hal tersebut

menjadikan faktor

pendorong bagi mereka

untuk tidak bersekolah.

E. METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif

yaitu berupa penyajian gambaran yang

terperinci mengenai suatu situasi khusus

dilokasi penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Berlokasi di Kelurahan Tanjung

Unggat Kecamatan Bukit Bestari Kota

Tanjungpinang tepatnya di RT 03 RW 02

dikarenakan Kelurahan Tanjung Unggat

tingginya angka putus sekolah, dan memiliki

Page 6: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

6

karakteristik yang mendukung pada topik

penelitian.

3. Populasi dan Sampel

Sesuai dengan jenis penelitian

bahwa penelitian kualitatif tidak

menggunakan pendekatan populasi dan

sampel tapi yang digunakan dengan

pendekatan secara intensif keinforman yang

akan dijadikan sebagai jenis data dalam

penelitian ini. Informan dalam penelitian ini

adalah anak-anak yang mengalami putus

sekolah pada tingkat Sekolah Dasar. Teknik

penentuan informan ini menggunakan

purposive sampling yaitu sampel yang

dipilih secara sengaja oleh peneliti karena

sampel ini memiliki ciri-ciri tertentu, yang

dapat memperkaya data penelitian (prasetya

Irawan, 2006:15).

4. Jenis Data

a. Data Primer, merupakan

sumber data yang diperoleh

langsung dari informan melalui

wawancara dan observasi.

b. Data Sekunder, merupakan

data yang dikumpulkan dari

pihak kedua atau dari sumber

lain yang tersedia sebelum

penelitian dilakukan. Dalam

penelitian ini data sekunder

berupa foto dan juga dokumen

dari sumber data tertulis yang

berasal dari Kelurahan Tanjung

Unggat Kecamatan Bukit

Bestari Kota Tanjungpinang.

5. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah segala

kegiatan yang dilakukan dalam usaha

mengumpulkan data-data atau informasi

yang menunjang penelitian diantaranya

pengetahuan mengenai permasalahan dan

data yang berhubungan dengan latar

belakang informan terhadap penelitian.

Adapun teknik dan alat pengumpul data

yaitu berupa observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

a. Observasi

Observasi yang penulis gunakan

yaitu Observasi partisipasi (participant

observation) adalah metode pengumpulan

data yang digunakan untuk menghimpun

data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan dimana peneliti benar-benar

terlibat dalam keseharian informan.

Page 7: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

7

b. Wawancara

Peneliti mewawancarai informan

atau narasumber secara langsung. Peneliti

megajukan pertanyaan-pertanyaan seputar

anak-anak yang putus sekolah serta masalah-

masalah penyebab anak-anak setempat

memilih untuk putus sekolah, yang

seharusnya anak-anak yang putus sekolah

mendapatkan pendidikan yang selayaknya.

c. Dokumentasi

Peneliti mendapatkan data-data

yang bersangkutan melalui dari hasil foto di

tempat penelitian serta dokumen-dokumen

yang diperlukan untuk hasil penelitian yang

lebih mendukung.

F. TEKNIK ANALISA DATA

Sesuai dengan jenis penelitian yang

digunakan berupa penelitian deskriptif

kualitatif, yaitu menganalisa data yang

diperoleh dilapangan dalam bentuk

kualitatif. Menurut Miles dan Huberman

(Husaini Usman, Sugiono dan Purnomo

Setiady Akbar, 2009:84), mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung

terus menerus sampai tuntas sehingga

datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam

analisis data, yaitu data reduction, data

display, dan conclusion

drawing/verification.

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting yang didapatkan

berdasarkan penelitian di lapangan,

sehingga memeberikan gambaran yang

lebih jelas terhadap penelitian tahap

selanjutnya, karena data yang diperoleh di

lapangan tentu jumlahnya cukup banyak

sehingga perlu dilakukan analisis data

melalui reduksi data.

2. Penyajian data

Penyajian data dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, maupun

hubungan antar kategori tetapi yang sering

dilakukan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dalam bentuk

teks yang bersifat narasi, sehingga

mempermudah memahami apa yang terjadi

di lapangan dan merencanakan apa yang

harus dilakukan selanjutnya.

3. Penarikan kesimpulan

Merupakan temuan yang didapat di

lapangan selama penelitian, Kesimpulan

Page 8: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

8

dan verifikasi merupakan langkah ketiga

analisis data penelitian kualitatif.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan mengalami

perubahan apabila tidak ditemukan bukti-

bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data selanjutnya.

Tetapi jika kesimpulan awal

ternyata valid dan konsisten saat peneliti

kembali kelapangan maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan

kredibel. Proses mengecek kebenaran data

awal yang diperoleh dengan melakukan

penelitian kembali di lapangan merupakan

proses verifikasi data. Temuan didapat

berupa deskripsi atau gambaran yang dapat

menjawab rumusan masalah yang

sebelumnya masih remang-remang

sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah dalam

penyususnan skripsi, maka penulis

menyusun sistematika penuisan terdiri dari 5

BAB sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB pertama ini berisikan

latar belkang masalah, perumusan masalah,

tujuan penulisan, kegunaan penulisan,

kerangka teori, konsep operasional, metode

penelitian.

BAB II KERANGKA TEORI

Pada BAB kedua ini berisikan

tinjauan pustaka yang mana literatur

berkaitan dengan judul yang akan diteliti,

kerangka teori yang akan digunakan penulis.

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

Pada BAB ketiga ini berisikan

tentang gambaran umum tentang lokasi

penelitian serta kehidupan msyarakat di

Kelurahan Tanjung unggat pada umumnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Pada BAB keempat ini berisikan

hasil penelitian dan pembahasan berupa

hasil dari penelitian dan analisis dengan

kessuaian terhadap teori.Bab ini berisi

tentang uaraian hasil penelitian dan

pembahasan mengenai penyebab terjadinya

anak putus sekolah di Kelurahan Tanjung

unggat.

BAB V PENUTUP

Pada bab lima ini berisiskan

kesimpulan dan keseluruhan objek

penelitian yang diteliti serta saran dari hasil

Page 9: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

9

penelitian. Peneliti menguraikan mengenai

kesimpulan dan saran yang dieroleh dari

keseluruhan hasil penelitian yang telah

dilakukan.

BAB II

KERANGKA TEORITIS

Ritzer (2004:120) Parson melihat

bahwa tindakan individu dan kelompok

dipengaruhi oleh 3 sistem, yaitu sistem

sosial, sistem budaya, dan sistem

kepribadian. Masing-masing individu kita

dapat meningkatkan individu dengan sistem

sosialnya melalui status dan perannya.

Dalam setiap sistem sosial individu

menduduki suatu tempat (status) tertentu dan

bertindak (berperan) sesuai dengan norma

atau aturan yang dibuat oleh sistem tersebut

dan perilaku individu ditentukan pula oleh

tipe kepribadiannya.

Ritzer (2004:122) Adapun struktur

sistem-sistem tindakan menurut Parson

dapat dilihat pada Gambar II.I dibawah ini:

Gambar II.I Struktur Sistem Tindakan

Sosial

L I

SISTEM

KULTURAL

SISTEM SOSIAL

ORGANISME

PRILAKU

SISTEM

KEPRIBADIAN

A G

Talcott Parsons juga mengatakan

bahwa dalam kehidupan masyarakat adalah

suatu susunan organisme yang hidup, dan

agar masyarakat itu sendiri bisa hidup harus

ada pencapaian dan suatu tujuan maka perlu

adanya 4 syarat fungsional yaitu :

1. Adaptation (Adaptasi) yang dimana

semua keseluruhan sistem sosial

yang berawal dan hubungan dua

orang sampai dengan sistem sosial

yang lebih besar, dan mampu

menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dan dengan

dihadapinya secara lingkungan fisik

dan sosial.

2. Goal Attainment (Pencapaian

Tujuan) Tindakan yang diarahkan

bukan untuk mencapai tujuan

pribadi individu, melainkan tujuan

bersama para anggota sistem sosial.

3. Integration agar dari suatu sistem

dapat bekerja secara baik maka

Page 10: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

10

harus diperlukan adanya tindakan

dari solidaritas diantara individu -

individu yang terlihat. Integration

mengarah pada akan kebutuhan

yang menjamin emosional yang

nantinya dapat dipertahankan dan

bisa dikembangkan.

4. Latent Patent Maintenance

(Pemeliharaan Susunan yang

Laten) sistem sosial yang

diharapkan mampu untuk

mengatasi kemungkinan bahwa

suatu saat para anggotanya akan

merasa jenuh sehingga mengarah

pada terhentinya interaksi. Hal ini

dapat dikatakan wajar, tetapi harus

diperhatikan secara utuh sehingga

interaksi sistem tersebut bisa dapat

dilanjutkan (Raho, 2007:54).

Abdullah Ali (2007:36) Kajian seorang

sosiolog dalam melihat sesuatu, senantiasa

berangkat dari bawah, berdasarkan fakta-

fakta dimasyarakat dengan pendekatan,

selalu berdasarkan sosial affect (fakta

dilapangan). Dengan demikian ketika akan

melihat bagaimana pendidikan berdasarkan

pendekatan sosiologis, maka tanyalah

bagaimana pendidikan kepada masyarakat

dengan menggunakan metode observasi,

karena tidak mungkin dapat mengetahui

social affact tanpa melakukan observasi.

Talcott Parsons, sebagai seorang sosiolog

yang termasuk tokoh utama aliran

fungsionalisme structural modern, telah

berjasa dalam memotret kondisi masyarakat

dengan teori sistem sosial, adaptasi sosial

dan tindakan sosial. Teori sosiologi tersebut

dapat digunakan untuk memotret realitas

sosial, dengan memahami secara obyektif

atas kondisi masyarakat.

Sistem Kultural

Kultur adalah kekuatan utama yang

mengikat sistem tindakan. Kultur menengahi

interaksi antara aktor, menginteraksikan

kepribadian, dan menyatukan sistem sosial.

Kultur mempunyai kapasitas khusus untuk

menjadi komponen sistem yang lain. Jadi

dalam sistem sosial, sistem diwujudkan

dalam norma dan nilai, dan dalam sistem

sosial kepribadian ia diinternalisasikan oleh

aktor. Namun, sistem kultural, tak semata-

mata menjadi bagian sistem yang lain, ia

juga mempunyai eksistensi yang terpisah

dalam bentuk pengetahuan, simbol-simbol

dan gagasan-gagasan. Aspek-aspek sistem

kultural ini tersedia untuk sistem sosial dan

Page 11: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

11

sistem personalitas, tetapi tidak menjadi

bagian dari kedua sistem itu (Morse dalam

Ritzer, (2004 :129).

Seperti yang dilakukannya terhadap

sistem sosial yang lain, persons

mendefenisikan kultur menurut

hubungannya dengan sistem tindakan yang

lain. Jadi kultur dipandang sebagai sistem

symbol yang terpola, teratur, yang menjadi

sasaran orientasi aktor, aspek-aspek sistem

kepribadian yang sudah terinternalisasikan,

dan pola-pola yang sudah terlembagakan

didalam sistem sosial (Parson 1990). Karena

sebagian besar bersifat subjektif dan

simbolik kultur dengan mudah ditularkan

dari satu sistem ke sistem yang lainnya.

Kultur dapat dipindahkan dari satu sistem

sosial kesistem sosial yang lain melalui

penyebaran (difusi) dan dipindahkan dari

satu sistem kepribadian kesistem

kepribadian lain melalui proses belajar dan

sosialisasi. Tetapi sifat simbolis, (subjektif )

kultur juga memberinya sifat lain, yakni

kemampuan mengendalikan sistem tindakan

yang lain, inilah salah satu alasan mengapa

Parson memandang dirinya sendiri sebagai

seorang determinis kultur.

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelurahan

Jika dilihat dari masalah pendidikan di

Kelurahan Tanjung Unggat yang setiap

tahunnya masih ada angka putus sekolah

terutama anak-anak dalam kategori umur

Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

Pertama. Padahal bisa dillihat dari Fasilitas

Pendidikan di Kelurahan Tanjung Unggat

yang sudah cukup memadai. Namun pada

kenyataannya masih saja terdapat anak yang

putus sekolah, yang diantara mereka

merupakan anak dari keluarga yang mampu.

1. Sarana dan Prasarana

Pendidikan

Tabel III.I

Fasilitas Pendidikan Di Kelurahan

Tanjung Unggat

N

O

TINGKAT

PENDIDIK

AN

TAHU

N

201

2

2013 201

4

01 SD 4 4 4

02 SLTP 1 1 1

03 SLTA 2 2 1

04 PERGURU

AN TINGGI

- - -

JUMLAH 7 7 6

Sumber: Kantor LURAH Tanjung Unggat,

Tahun 2014

Page 12: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

12

Dari tabel diatas, terlihat bahwa di

Kelurahan Tanjung Unggat dari tahun 2012

sampai 2014 memiliki fasilitas pendidikan

yang sama kecuali pada tingkat SLTA pada

tahun 2014 memiliki penurunan Fasilitas

pendidikan disebabkan menurunnya angka

masuk anak sekolah.

2. Penduduk Berdasarkan

Kelompok Umur

Tabel III.II

Komposisi penduduk Kelurahan

Tanjung Unggat

berdasarkan Kelompok Umur

Sumber: Data Kantor Lurah Tanjung unggat

tahun 2014

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa

penduduk usia 6 tahun sampai 15 tahun

memiliki jumlah 2.871 yang merupakan usia

penduduk kategori menempuh pendidikan

Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

Pertama.

3. Penduduk berdasarkan

pendidikan

Tabel III.III

Komposisi penduduk Kelurahan

Tanjung Unggat

Berdasarkan Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Jumlah

01 Tidak/Belum

Sekolah

3.045

02 Tamat SD 3.773

03 Tidak Tamat SD 1.521

04 Tamat SLTP 2.112

05 Tidak Tamat SLTP 619

06 Tamat SLTA 3.662

07 Tamat Diploma 277

08 Tamat Strata 1 428

09 Tamat Strata 2 18

10 Masih Sekolah 833

Jumlah 16.288

Sumber: data Kantor Lurah Tanjung

Unggat, tahun 2014

Pada tabel diatas, Sebagian besar dari

penduduk yang tidak tamat Sekolah Dasar

dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

adalah para anak yang lebih memilih untuk

bebas. Padahal dari mereka masih

mempunyai keluarga dan tidak sedikit

diantara mereka adalah dari keluarga yang

mampu.

4. Penduduk Berdasarkan Ekonomi

Penduduk berdasarkan Mata

Pencaharian di Kelurahan Tanjung Unggat

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Kelompok Umur J u m l a h

01. 0 – 01 Tahun 206

02. 01– 05 Tahun 1.294

03. 06– 12 Tahun 2.048

04. 13 – 15 Tahun 823

05. 16 – 18 Tahun 779

06. 19 – 25 Tahun 1.827

07. 26 – 40 Tahun 4.570

08. 41 – 55 Tahun 2.967

09. 56 - 70 Tahun 1.450

10 70 Tahun ke atas 470

J u m l a h 16.288

Page 13: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

13

Tabel III.IV

Komposisi Penduduk berdasarkan

mata pencaharian dan Jenis Pekerjaan di

Kelurahan Tanjung Unggat

Sumber data kelurahan Tanjung unggat

tahun 2014

Pada table di atas Bagi anak-anak

yang putus sekolah dimana orangtuanya

bekerja sebagai buruh lepas bisa dimaklumi

keadaan ekonominya, namun pada anak

yang putus sekolah yang orangtuanya

bekerja swasta atau wirausaha sangat

disayangkan karena sebagian besar dari

mereka adalah dari kalangan keluarga yang

mampu akan tetapi anak tersebut lebih

memilih untuk putus sekolah.

BAB IV

ANAK PUTUS SEKOLAH DI

KELURAHAN TANJUNG UNGGAT

a. Karakteristik Informan

Dalam penjelasan berikut ini akan

dibahas mengenai karakteristik informan

guna mendapat informasi yang akurat

dalam menganalisa tentang penyebab

terjadinya anak putus sekolah di

Kelurahan Tanjung Unggat. Kategori

dalam penelitian ini diambil 10 orang

informan yang merupakan anak putus

sekolah yang terdapat di Kelurahan

Tanjung Unggat, adapun karakteristik

informan dilihat dari informan

berdasarkan jenis kelamin, informan

penelitian berdasarkan umur, informan

berdasarkan pendidikan, informan

berdasarkan pekerjaan yang dapat dilihat

sebagai berikut:

1. Informan Berdasarkan Jenis

Kelamin

Table IV.I.

Informan Penelitian Berdasarkan Jenis

Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah

Informan

1 Laki-laki 8

2 Perempuan 2

Jumlah 10

Sumber: wawancara informan tahun 2016

Berdasarkan tabel IV.1 diatas

informan penelitian terdiri dari 10 orang

informan penelitian. Dalam menentukan

informan penelitian ini terdiri dari 8 orang

KATAGORI PEKERJAAN 0rang

Belum bekerja/ tidak Bekerja 3790 orang

Ibu Rumah Tangga 3737 orang

Petani 10 orang

Buruh 1462 orang

Guru/ Dosen 87 orang

Pegawai Negeri Sipil 312 orang

Perawat, Dokter, Apoteker, Bidan 22 orang

Nelayan 239 orang

Pedagang 248 orang

Buruh Harian Lepas 2326 orang

TNI/POLRI 48 orang

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 114 orang

Swasta/wiraswasta 1798 orang

Karyawan 2095 orang

Jumlah Total Penduduk 16.288

orang

Page 14: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

14

laki-laki dan 2 orang perempuan

dikarenakan adanya pembedaan antara anak

putus sekolah laki-laki dan perempuan yang

mana hasil temuan dilapangan bahwa lebih

banyaknya anak laki-laki yang putus sekolah

dari pada perempuan.

2. Informan Berdasarkan Umur

Tabel IV.II

Informan Penelitian Berdasarkan Umur

NO Nama

Informan

Umur Putus

Sekolah /

kelas

1 Rahmi 14 Tahun 3 SD

2 Supi 14 Tahun 3 SD

3 Uya 15 Tahun 2 SD

4 Angge 15 Tahun 5 SD

5 Rodianto 16 Tahun 6 SD

6 Rian 16 Tahun 4 SD

7 Rifanto 17 Tahun 3 SD

8 Ana 17 Tahun 2 SD

9 Anto 18 Tahun 6 SD

10 Rudi 18 Tahun 4 SD

Jumlah Informan : 10

Sumber: wawancara informan tahun 2016

Dari tabel IV.II diatas menunjukkan

bahwa berdasarkan hasil temuan informan

penelitian adalah dalam rentang usia 14 -18

tahun, karena mengingat bahwa dalam

rentang usia tersebut anak-anak telah

memasuki usia remaja, dan beranjak

memasuki usia dewasa, sehingga mereka

mempunyai pola pikir yang lebih luas dalam

tindakan yang mereka lakukan.

3. Informan Berdasarkan

Pendidikan

Peneliti sengaja mengambil

informan yang putus sekolah sejak Sekolah

Dasar (SD) karena Sekolah Dasar

merupakan jenjang awal dalam memasuki

pendidikan wajib, namun dari jenjang awal

tersebut anak-anak di Kelurahan Tanjung

Unggat telah mengalami putus sekolah.

4. informan Penelitian Berdasarkan

Pekerjaan

Tabel IV.III

Informan Penelitian Berdasarkan

Pekerjaan

NO Jenis Pekerjaan Jumlah

Informan

1. Nelayan 1

2. Swasta 1

3. Kerja Kapal 2

Pengganguran 6

Jumlah 10

Sumber: wawancara informan tahun 2016

Dari tabel IV.III diatas terlihat

bahwa jumlah informan berdasarkan

pekerjaan yang di ambil dari anak putus

sekolah yaitu berjumlah 10 orang, terlihat

bahwa 6 orang anak putus sekolah yang

terdapat di kelurahan Tanjung Unggat tidak

memiliki pekerjaan, mereka menggangur

dan tidak dapat menghasilkan perekonomian

sendiri, untuk 4 orang lainnya informan

tersebut telah bekerja dan dapat mencari

uang sendiri.

Page 15: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

15

b. ANAK PUTUS SEKOLAH DI

KELURAHAN TANJUNG UNGGAT

Di Kelurahan Tanjung Unggat terdapat

banyak anak yang mengalami putus sekolah,

dari tahun 2011 sampai dengan 2014 terjadi

peningkatan angka anak putus sekolah

dengan total keseluruhan terdapat 273 anak

yang mengalami putus sekolah. Dengan total

jumlah 129 anak yang putus sekolah di

tingkat Sekolah Dasar, 98 di tingakat

Sekolah Menengah Pertama dan 46 di

Tingkat Sekolah Mengah Atas. Jumlah anak

putus sekolah di Kelurahan Tanjung Unggat

setiap tahunnya selalu mengalami

peningkatan pernyataan tersebt berdasarkan

data yang di dapat dari Kantor Lurah pada

tahun 2014 yang menyatakan bahwa dari

tahun 2011 sampai dengan tahun 2014

jumlah anak putus sekolah di kelurahan

Tanjung unggat mengalami peningkatan.

Penyebab meningkatnya jumlah anak putus

sekolah dapat dilihat dari kultural, nilai,

norma, dan kontrol yang terjadi pada

lingkungan keluarga.

1. Kultural (pengaruh keluarga)

Dalam kehidupan keluarga budaya

bisa tercipta karena kebiasaan-kebiasaan

yang dilakukan oleh pihak keluarga saat

masyarakat mempunyai ekonomi yang

tinggi, segala kebutuhan keluarga bisa

tercukupi tentunya untuk masalah

pendidikan juga akan selalu teratasi

khususnya masalah pembiayaan, tapi pada

kenyataannya khususnya anak putus sekolah

di Kelurahan Tanjung Unggat hal tersebut

terjadi. Orang tua yang memiliki

kemampuan ekonomi dalam membiayai

pendidikan anak, namun terjadi juga putus

sekolah pada anak yang keluargannya tak

kekurangan masalah finansial. Ainul Yaqin

(2005: 6) berpendapat bahwa “budaya

adalah sesuatu yang general dan spesifik

sekaligus”. General dalam hal ini berarti

setiap manusia di dunia ini mempunyai

budaya, sedangkan spesifik berarti setiap

budaya pada kelompok masyarakat adalah

bervariasi antara satu dan lainnya.

Dalam hal ini salah satu penyebab

jumlah anak putus sekolah yaitu karena

pengaruh keluarga, pengaruh tersebut terjadi

karena pada keluaraga anak putus sekolah

tersebut ada anggota keluarga yang tidak

bersekolah, dalam hal ini tidak semua

anggota keluarga yang tidak bersekolah,

salah satu atau beberapa anggota keluarga

Page 16: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

16

pasti ada yang tidak bersekolah sehingga

terus diturunkan Menurut pandangan

Parsons (George Ritzer, Douglas J.

Goodman, 2013:263), kebudayaan

merupakan kekuatan utama yang mengikat

sistem tindakan. Hal ini disebabkan karena

didalam kebudayaan terdapat norma dan

nilai yang harus ditaati oleh individu untuk

mencapai tujuan dari kebudayaan itu sendiri.

Nilai dan norma itu akan diinternalisasikan

oleh aktor kedalam dirinya sebagai suatu

proses dalam sistem kepribadian agar

membentuk individu sesuai yang diinginkan

dalam sistem kultural.

2. Nilai (Penilaian buruk terhadap

sekolah)

Secara umum sekolah mempunyai

nilai yang sangat berharga, tanpa sekolah

masyarakat tidak akan bisa baca tulis,

masyarakat akan selalu terbelenggu dengan

kebodohan, sekolah mampu menggangkat

derajat seseorang menjadi lebih inggi,

sekolah juga mampu merubah perekonomian

masyarakat dengan mendapatkan posisi

pekerjaan yang jauh lebih baik.

Notoatmodjo (2007) Nilai adalah

merupakan suatu hal yang nyata yang

dianggap baik dan apa yang dianggap buruk,

indah atau tidak indah, dan benar atau salah.

Dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa

tingginya angka putus sekolah yang terjadi

di Kelurahan Tanjung Unggat, bagi anak-

anak yang orang tuanya mempunyai

ekonomi yang bercukupan di sebabkan

karena anggapan bahwa sekolah tidak akan

menjamin bisa mendapatkan pekerjaan yang

bagus.

3. Norma (Integrasi yang Sangat

Kuat Di Lihat Dari Aturan Yang

keras dalam Keluarga)

Setiap aturan yang dibuat tentunya

selalu berdampingan dengan sangsi, sangsi

merupakan segala bentuk hukuman yang

diberikan apabila seseorang telah melanggar

aturan yang telah ditetapkan. Dalam

lingkungan keluarga saat anak telah

menduduki bangku sekolah peraturan

tersebut terus saja berlaku. Pada anak yang

mengalami putus sekolah di Kelurahan

Tanjung Unggat juga terdapat aturan aturan

yang di buat oleh pihak keluarga.

Saat aturan dibuat, tentunya aturan

tersebut harus dijalankan apabila sebuah

aturan yang dibuat tidak dijalankan maka

timbal balik yang akan di dapat yaitu sangsi,

sangsi yang di dapat merupakan ganjaran

Page 17: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

17

dari sebuah perbiatan, namun ketika sangsi

di dapat tidak sebanding dengan kesalahan

yang hal tersebut merupakan suatu

kesalahan yang terjadi pada orang tua dalam

mendidik anak.

Antara pihak keluarga baik itu ayah dan

ibu mempunya integrasi yang kuat dalam

masalah pendidikan anak, integrasi yang

dimaksud yaitu penyatuan keluarga dalam

membuat segala aturan mengenai pendidikan

anak, dengan tujuan agar anak mau

bersekolah, disiplin dan mampu meraih cita

cita.

Sebuah aturan memang harus

dijalankan, hal tersebut bertujuan untuk

menciptakan suatu keteraturan dalam hidup.

Orang tua menerapkan aturan kepada anak,

khususnya orang tua dari anak yang putus

sekolah di Kelurahan Tanjung Unggat

tentunya mempunyai tujuan.

Menurut John Gray PhD (2000, 108 )

dalam buku Children Are From Heaven,

anak dibawah umur 9 tahun belum tahu

benar dan salah. Maka jangan harap mereka

ingat dan faham betul jika dilarang sesuatu,

dan jangan marah jika mereka melakukan

apa yang anda larang di lain waktu

walaupun saat anda marah-marah ketika dia

melakukannya dia akan berhenti sebentar.

Mereka juga belum punya kematangan

berpikir untuk memahami bahwa jika dia

dimarahi itu tanda disayang, karena jika

orang tua marah sikapnya berlawanan

dengan sikap sayang. Mereka tidak tahu

bahwa dibalik kemarahan orangtua, ada rasa

sayang yang terselip.

(Ian Crab, 1992: 69) Salah satu

system tindakan menurut Parson yaitu

Integration (integrasi) yaitu Sebuah sistem

harus mengatur antar hubungan bagian-

bagian yang menjadi komponennya,

tindakan koordinasi dan pemeliharaan antar

hubungan unit-unit sistem yang ada. Sistem

juga harus mengatur antara hubungan fungsi

lain (A,G,I,L). Dimana sistem ini harus

mampu mengatur hubungan-hubungan itu

sebaik mungkin, agar diantara sistem bisa

berjalan dengan semestinya. Dalam hal ini

hubungan antara orang tua dan anak dalam

masalah pendidikan terdapat aturan yang

keras, dari aturan yang keras tidak bisa

menciptakan suasana yang lebih baik,

sehingga dapat dilihat aturan yang dibuat

orang tua tidak menjadi berfungsi. Serta

hubungan diantara sistem (orang tua) dengan

Page 18: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

18

subsistem (anak) tidak lagi berjalan

semestinya.

4. Kontrol (Integrasi Lemah Di

Lihat Dari Kontrol Orang Tua)

Anak yang masih duduk dibangku

SD yang masih memerlukan kasih sayang

atau perhatian dari orang tua, karena

kesibukan ibu yang mementingkan

pekerjaan, demi membiayai keluarga

sehingga anak yang masih berusia dini tidak

mendapatkan perhatian dari keduanya

sehingga pendidikan anak tersebut tidak

berkembang dengan baik. Ketika oarang tua

terus menerus mengabaikan untuk

membantu mengerjakan tugas pelajaran

maka anak tersebut juga akan mengabaikan

pelajaran yang akan ia kerjakan.

Abdurrohman An Nahlawi (1996, 197)

Keluarga, yang kedua tiangnya adalah orang

tua, memikul tanggung jawab, kasih sayang

dan kecintaan kepada anak-anak, karena ini

semua termasuk asas pertumbuhan dan

perkembangan psikis serta sosial yang

kokoh dan lurus bagi mereka. Dalam hal ini

tingginya anak putus sekolah di Kelurahan

Tanjung Unggat juga terjadi karena faktor

ketidak pedulian orang tua terhadap anak,

ketidak pedulian terjadi yaitu orang tua

selalu disibukan dengan urusan luar rumah

seperti bekerja, sehingga waktu untuk anak

tidak ada, orang tua hanya mengontrol anak

lewat telpon dan hal tersebut di lakukan

hanya untuk bertanya tentang anak tersebut,

tanpa ada membimbing anak dalam segala

hal pendidikannya.

Orang tua sebagai keluarga

mempunyai tanggung jawab dan fungsi

untuk memberikan kasih sayang, perhatian

kepada anak, namun hal tersebut tidak di

rasakan oleh anak putus sekolah di

Kelurahan Tanggung Unggat, kasih sayang

yang di dapatkan hanya berupa kasih sayang

orang lain seperti pembantu dan anggota

keluarga lainnya yang tinggal satu rumah,

hal tersebut berdampak pada tidaknya minat

anak terhadap pendidikan lagi, sehingga

anak lebih memilih untuk tidak bersekolah,

dan fungsi orang tua sebagai pemberi kasih

pun tidak di jalankan oleh orang tua.

BAB V

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Di Kelurahan Tanjung Unggat terdapat

banyak anak yang mengalami putus

Page 19: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

19

sekolah.Faktor penyebab anak putus sekolah

di Kelurahan Tanjung Unggat tentunyatidak

akan terlepas dari beberapa hal yang

mempengaruhi sehingga mereka yang

bersekolah tidak dapat menyelasaikan

sekolah,karena dihadapkan oleh berbagai

faktor yang dapat dilihat dari :

a. Tingginya angga putus sekolah di

Kelurahan Tanjung Unggat di

pengaruhi oleh faktor adanya anggota

keluarga keluarga yang tidak

bersekolah, sehingga dikuti oleh

anggota kelurga lainnya.

b. Anak di Kelurahan Tanjung Unggat

yang orang tuanya memiliki

perekonomian yang meadai

menganggap bahwa sekolah tidak bisa

menjamin seseorang mendapatkan

kebahagian, kebahagian tersebut di

ukur dari bisa mendapatkan pekerjaan

yang bagus, sehingga mendapatkan

gaji yang tinggi, karena pada

kenyataannya banyak orang yang tidak

berpendidikan bisa kaya raya, hal

tersebut menjadi penilaian sehingga

menyebabkan tingginya angka putus

sekolah di Kelurahan tanjung Unggat.

c. Terdapat aturan yang keras yang dibuat

oleh orang ta apabila anak tidak mau

bersekolah, telat kesekolah, tidak

mengerjakan PR dan segala hal yang

berhubungan dengan tanggung jawab

sekolah, didikan yang keras tersebut

merupakan sebuah aturan yang apabila

di langgar akan mendapat sangsi

berupa di kurung di WC, di pukul oleh

orang tua, sehingga menjadikan anak

sebagai sosok yang pembangkang dan

tidak mau sekolah lagi.

d. Orang tua hanya melakukan

Kontrol lewat telpon, jarang bertatap

muka dengan anak, control tersebut

hanya dilakukan hanya sekedar dengan

pertanyaan pertanyaan tidak ada

kepedulian untuk membimbing dan

mengajarkan anak tentang

permasalahan yang di hadapi di

sekolah, sehingga membuat anak anak

kurang perhatian dan berhenti sekolah.

2. SARAN

Pendidikan adalah upaya sistematik

dalam membantu serta membimbing

pertumbuhan dan perkembangan anak,

pendidikan merupakan kebutuhan utama

yang harus dimiliki oleh setiap manusia,

Page 20: ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a...Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,

20

karena pendidikan adalah sarana untuk

meningkatkan taraf hidup manusia. Orang

tua berperan dalam menentukan masa depan

anak, serta orang tua juga harus memiliki

pengetahuan yang luas sehingga bisa

memberikan pemahaman tentang pendidikan

kepada anak-anaknya.

b. Didalam sebuah keluarga

sepantasnyalah orang tua memberikan

perhatian kepada anak-anak mereka,

terutama dalam masalah pendidikan.

Perhatian orangtua sangat diperlukan

oleh anak agar nak merasa lebih

terlindungi dan merasa lebih ada yang

memperdulikan mereka sehingga anak

lebih nyaman ketika saat berada

didalam rumah.

c. Anak-anak harus menanamkan sifat

bahwa pendidkan merupakan suatu hal

yang penting sehingga harus

diselesaikan, tidak mudah mengikuti

orang yang tidak bersekolah untuk

berhenti sekolah, selalu menjalankan

aturan yang di buat orang tua sehingga

tidak mendapatkan sangsi, dan mengerti

dengan keadaan orang tua yang bekerja

untuk mencari uang.