32
ANAK BUKANLAH ORANG DEWASA DALAM UKURAN KECIL. ANAK ADALAH CIKAL BAKAL INDIVIDU DEWASA (BERTANGGUNG JAWAB SECARA KOGNITIF, EMOSI, MAUPUN SOSIAL) YANG JUGA MERUPAKAN GENERASI MUDA BANGSA YANG TENGAH DALAM PROSES PERTUMBUHAN FISIK DAN MENTAL DALAM SUATU SISTEM SOSIAL YANG MELINGKUPINYA (KELUARGA, TETANGGA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT SEKITAR) ANAK

ANAK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bahan ini merupakan sebuah materi presentasi dari rangkuman laporan kegiatan yang dilakukan Yayasan Kakak (1998) Di Solo dengan judul "Program Pemulihan Anak Yang Dilacurkan"

Citation preview

Page 1: ANAK

A N A K B U K A N L A H O R A N G D E WA S A D A L A M U K U R A N

K E C I L .

A N A K A D A L A H C I K A L B A K A L I N D I V I D U D E WA S A

( B E R TA N G G U N G J AWA B S E C A R A K O G N I T I F, E M O S I ,

M A U P U N S O S I A L ) YA N G J U G A M E R U PA K A N G E N E R A S I

M U D A B A N G S A YA N G T E N G A H D A L A M P R O S E S

P E R T U M B U H A N F I S I K D A N M E N TA L D A L A M S U AT U

S I S T E M S O S I A L YA N G M E L I N G K U P I N YA ( K E L U A R G A ,

T E TA N G G A , S E K O L A H D A N M A S YA R A K AT S E K I TA R )

ANAK

Page 2: ANAK

HAK ANAK

Hak – hak anak harus dilindungi dan diperjuangkan

Berdasarkan Konvensi Hak Anak Internasional, ada 4 kelompok hak anak yang sangat mendasar :

a. Hak kelangsungan hidup

b. Hak untuk tumbuh dan berkembang

c. Hak untuk memperoleh perlindungan

d. Hak untuk berpartisipasi dalam berbagai keputusan yang sangat mempengaruhi hidup dan

nasibnya

Anak juga butuh kesejahteraan psikologis, berupa :

a. Kebutuhan akan rasa aman

b. Kebutuhan atas perlindungan

c. Kebutuhan akan merasa disayangi

d. Kebutuhan untuk mengembangkan diri

Page 3: ANAK

PEMENUHAN/TANGGUNG JAWAB ATASHAK ANAK

Pemenuhan/Tanggung jawab atas hak anak, terletak pada : Peran orang tua (ibu dan ayah) yang memiliki kesadaran untuk

memenuhi/bertanggung jawab atas hak-hak anak, yang meliputi aspek :

a. Kondisi ekonomi

b. Kondisi pendidikan

c. Kondisi lingkungan sosial, dsb Peran masyarakat atau lingkungan yang lebih luas dalam membangun

dan membina lingkungan sosial yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak

Peran pemerintah (pusat/daerah) dalam menghasilkan regulasi-regulasi yang melindungi hak-hak anak dan meminimalisir permintaan atas pelacur anak, serta menindak pelaku-pelaku yang merampas hak-hak anak atau sindikat yang mengeksploitasi anak sebagai pekerja seks

Page 4: ANAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK-ANAK/REMAJA DILACURKAN/TERPAKSA MELACURKAN DIRI

Dari pengamatan Yayasan Kakak Solo (1998) melalui klinik medis dan psikologis, faktor-faktor penyebab anak-anak/remaja dilacurkan/terpaksa melacurkan diri adalah :

Kemiskinan, dimana anak-anak atau remaja yang dilacurkan/terpaksa melacurkan diri berasal dari keluarga miskin

Disharmonis. Disharmonisnya sebuah keluarga juga menjadi salah satu penyebab yang mendorong anak-anak/remaja dilacurkan/terpaksa melacurkan diri

Perilaku konsumtif dari si anak/remaja itu sendiri Pengalaman seksual dini yang terjadi melalui tindakan kekerasan

atau penipuan juga mendorong anak-anak/remaja (putri) terjun kedunia prostitusi, karena anggapan kepalang basah sudah tidak perawan

Page 5: ANAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LESTARINYA/MENINGKATNYA PRAKTIK PROSTITUSI

ANAK

Faktor Penawaran

a. Jaringan kerja prostitusi, yaitu : mucikari, pencari calon PSK perempuan (WPS), penghubung konsumen dengan WPS

b. Pihak yang memanfaatkan prostitusi sebagai arena bisnis yang menguntungkan, semisal birokrat, politisi, pengusaha dan preman

c. Keluarga. Tak jarang sebagian keluarga WPS yang berasal dari tingkat ekonomi menengah kebawah, menawarkan anak-anak gadisnya kepada mucikari, pencari calon WPS dan penghubung konsumen dengan WPS

Faktor Permintaan

a. Kepercayaan terkait bahwasannya berhubungan seks dengan anak-anak bisa membuat orang awet muda

b. Meningkatnya jumlah petualang seks yang selalu mencari obyek petualangan seks baru dan sensasi berhungan seks baru yang mereka kira lebih aman dari resiko terinfeksi penyakit menular seksual (termasuk HIV), dll

Page 6: ANAK

ASPEK-ASPEK SISTEM KEPRIBADIAN PENENTU DALAM PERILAKU PROSTITUSI

Berdasarkan penelitian dari Nitimiharjo (2000) terhadap PSK usia 18-22 tahun, aspek-aspek kepribadian yang berperan dan penentu dalam perilaku prostitusi adalah :

Sikap toleransi terhadap hubungan seks diluar nikah Nilai afeksi Locus of Control Eksternal, seperti terenggutnya

keperawanan mereka oleh pengkhianatan oleh pacar dan pemerkosaan yang mereka

Kesenangan Dorongan untuk berteman luas

Page 7: ANAK

ASPEK-ASPEK SISTEM LINGKUNGAN BERPERAN DAN PENENTU DALAM

PERILAKU PROSTITUSI

Berdasarkan penelitian dari Nitimiharjo (2000) terhadap PSK usia 18-22 tahun, aspek-aspek lingkungan yang berperan dan penentu dalam perilaku prostitusi adalah :

Kontrol orang tua terhadap hubungan seksual anak diluar nikah

Kontrol teman terhadap hubungan seksual diluar nikah Dukungan orang tua terhadap hubungan seksual diluar

nikah Norma susila yang ada disekitar tempat tinggal anak Kesenangan Dorongan untuk berteman luas

Page 8: ANAK

KEBERAGAMAN BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK

Hasil pengamatan Yayasan Kakak (1999), bentuk-bentuk eksploitasi seksual komersial yang dialami anak berupa :

Pelacuran Anak Anak “Simpanan” “Pelajar Plus-Plus” Anak Jalanan Korban Pemerkosaan

Yayasan Kakak dalam programnya menyebut anak-anak diatas tadi sebagai ANAK YANG DILACURKAN (AYLA)

Page 9: ANAK

DEFINISI PSK ANAK

Menurut Farid (1999), PSK Anak atau Anak Yang Dilacurkan merupakan terjemahan dari prostituted children, pengganti dari istilah pelacur anak (child prostitutes). Istilah “anak yang dilacurkan” merujuk pada subyek, yakni anak-anak yang terlibat dalam prostitusi, dimana mereka tidak punya kemampuan untuk memilih atau menolak prostitusi sebagai profesi

Konvensi Hak-hak Anak, menggunakan istilah eksploitasi seksual (kekerasan seksual), yaitu penggunaan seksualitas anak secara tidak sah

Menurut Kevin Ireland, eksploitasi seksual terhadap anak, adalah penggunaan seksualitas anak secara tidak sah yang melibatkan pelaku dan korban dengan rentang/jarak umur yang terpaut jauh

Prostitusi Anak menurut buku : Anak-anak yang dilacurkan MASA DEPAN YANG TERCAMPAKKAN, adalah : Tindakan mendapatkan atau menawarkan jasa sekssual dari seorang anak oleh seseorang atau kepada orang lainnya dengan mendapatkan imbalan uang atau imbalan lainnya

Page 10: ANAK

PERBEDAAN PERILAKU TAK BERMORAL DENGAN PERILAKU AMORAL

Menurut Hurlock (1990), perilaku tak bermoral ialah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. Perilaku tak bermoral disebabkan

a. Ketidaksetujuan dengan standar sosial

b. Kurangnya perasaan wajib menyesuaikan diri dengan standar sosial yang ada

Perilaku amoral/non moral, disebabkan oleh ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial

Page 11: ANAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORALITAS ANAK SEHINGGA MENJADI BERMORAL, TAK BERMORAL ATAU AMORAL

Prihartanti (1998) merangkum berbagai faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan moralitas anak, sehingga menjadi bermoral, tak bermoral atau amoral, yaitu :

1. Kebiasaan (habitual moral reaction). Pengertian habitual moral reaction mengacu pada teori Bandura tentang modelling, maksudnya orang tua, guru, tokoh-tokoh masyarakat atau public figure, dituntut menjadi model yang pantas ditiru bagi anak yang sedang tumbuh dan berkembang

2. Pengaruh Kelompok. Menurut Power&Reimer, berubahnya nilai suatu kelompok, maka tahap perilaku moral juga akan berubah. Artinya ada korelasi yang tinggi antara perilaku moral anak dengan orangtua atau saudaranya

Page 12: ANAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORALITAS ANAK SEHINGGA MENJADI BERMORAL, TAK BERMORAL ATAU AMORAL

Dalam menghadapi kelompok teman sebaya terdapat perbedaan ketaatan antara budaya yang berbeda dan tahap penilaian yang berbeda. Kohlberg membuktikan, anak dengan tahap perkembangan moral tinggi lebih tidak dipengaruhi oleh tekanan kelompok dibanding anak dengan tahap perkembangan moral rendah.

Menurut Bowers (1979), anak usia 3 s.d 6 thn, tidak akan terpengaruh oleh teman sebaya terhadap ketaatan kelompok. Sedangkan usia 7 s.d 10 th, seorang anak akan sangat taat terhadap konsensus

Page 13: ANAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORALITAS ANAK SEHINGGA MENJADI BERMORAL, TAK BERMORAL ATAU AMORAL

3. Motivasi. Perlin (Hetherinton&Parkers, ibid), menemukan tekanan/tuntutan orangtua untuk sukses dan ketakutan gagal, menimbulkan motivasi untuk berperilaku menipu. Tuntutan/tekanan iklan-iklan, juga memotivasi anak untuk berperilaku konsumtif, sedang pada satu sisi kondisi keuangannya (anak) dan keluarga jauh dari memungkinkan untuk memuaskan keinginan anak. Tuntutan-tuntutan tadilah yang akhirnya mendorong anak terjebak dalam dunia prostitusi

4. Emosi. Menurut Hurlock, emosi seperti marah, menyebabkan seseorang melanggar peraturan sebagai bentuk pengalihan rasa marah mereka, semisal anak yang tertekan oleh sikap orangtua yang keras dapat menyebabkan anak menjadi marah dan pergi meninggalkan rumah tanpa pertimbangan masak. Setelah jauh dari rumah, anak-anak tersebut kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini sering memicu anak untuk berperilaku tak bermoral, sebagaimana yang ditunjukkan anak-anak yang terlibat dunia prostitusi

Page 14: ANAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORALITAS ANAK SEHINGGA MENJADI BERMORAL, TAK BERMORAL ATAU AMORAL

5. Kebingungan. Menurut Hurlock, seseorang yang mengalami kebingungan akan peraturan yang harus diikuti, dapat melanggar peraturan tersebut. Kebingungan dapat berupa :

a. Keharusan menerapkan konsep moral yang abstrak pada situasi baru

b. Kesenjangan antara perkataan orangtua dengan perilaku orang dewasa

c. Kesenjangan antara perilaku tentang konsep baik dan buruk yang dilukiskan media massa dengan yang diajarkan kepada mereka

d. Konsep moral yang saling bertentangan, seperti konsep kejujuran dengan konsep loyalitas, akan memunculkan dilema antara membantu teman sebaya atau tidak

Page 15: ANAK

FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MENYEBABKAN/BERPOTENSI MENJERUMUSKAN ANAK DALAM DUNIA PELACURAN

Menurut Farid (1999), faktor-faktor resiko yang menyebabkan/berpotensi menjerumuskan anak ke dalam dunia pelacuran, meliputi :

1. Dimensi Sosiokultural. Semisal kepercayaan bahwa berhubungan seks dengan anak-anak bisa membuat orang menjadi awet muda, menciptakan permintaan (demand) akan pelacuran anak. Faktor-faktor lain pola-pola pematangan seksual yang telah melembaga secara sosiokultural dari generasi ke generasi dalam masyarakat tertentu juga menjadi faktor penyuplai bagi pelacuran usia dini (anak)

Page 16: ANAK

FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MENYEBABKAN/BERPOTENSI MENJERUMUSKAN ANAK DALAM DUNIA PELACURAN

2. Dimensi Ekonomi. Dimensi ini meliputi :

a. Faktor-faktor kemiskinan

b. Migrasi desa ke kota

c. Konsumtivisme

3. Lemahnya Legislasi. Legislasi yang lemah dan diiringi dengan implementasi yang tak sepadan, merupakan faktor yang memberi andil bagi perkembangan prostitusi anak

4. Disintegrasi keluarga&Penelantaran Anak. Ketidakharmonisan keluarga membuat anak-anak cenderung lari dari rumah dan mencari suasana lain diluar rumah yang memperbesar resiko terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Penelantaran dan pengabaian, juga mengakibatkan lemahnya perlindungan keluarga terhadap anak dan memperbesar anak terjerumus dalam dunia prostitusi

5. Kesempatan Pendidikan, Latihan Kejuruan dan Kerja Yang Tidak Memadai. Ketidakmampuan melanjutkan sekolah membuat anak-anak kehilangan kegiatan positif dan bisa menggiring anak menghabiskan waktu dalam lingkungan pergaulan yang beresiko menjerumuskan anak dalam dunia prostitusi

Page 17: ANAK

FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MENYEBABKAN/BERPOTENSI MENJERUMUSKAN ANAK DALAM DUNIA PELACURAN

6. Kekerasan Seksual dan Pengalaman Seks Usia Dini. Suatu studi WHO, menemukan bahwa sekitar 60 persen dari pekerja seks jalanan (umur tak dilaporkan) menyatakan pernah mengalami kekerasan seksual pada waktu kecil

7. Meningkatnya Permintaan Akan Pelacuran Anak. Meningkatnya permintaan ini, dipacu juga oleh ketakutan terhadap HIV/AIDS dari para petualang seks. Sehingga mereka mencari obyek petualangan seksual baru, yang menurut mereka lebih aman, yaitu anak-anak. Permintaan ini juga dipacu oleh jaringan kriminal pemasok pelacuran anak yang beroperasi hingga ke berbagai pelosok desa dan juga permintaan dari kaum pedofil internasional akan pelacuran anak yang mulai bergeser ke Indonesia, dikarenakan lemahnya sistem hukum dan ketiadaan masyarakat sipil yang kuat di Indonesia dalam memberikan tekanan kepada pemerintah untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelaku kejahatan seksual anak dan jaringannya

Page 18: ANAK

SKEMA DINAMIKA ANAK YANG DILACURKAN

Anak Yang Dilacurkan (AYLA)

Keluarga :• Kurang perhatian dan kasih sayang•Peran orangtua tidak berfungsi• Ekonomi•Kekerasan

Individu :• Lari dari rumah•Terlibat narkoba•Konsumtif•Kekerasan seksual

Kondisi sosial :• Kuatnya pengaruh teman• Banyak model tidak tepat• Norma tidak kuat

Permasalahan

Keluarga• Masalah ekonomi• Perilaku orangtua (neglect)

Lingkungan• Kesulitan melepaskan diri dari ayah asuh/germo• Razia aparat

Pribadi :• Perasaan tidak berharga• Bingung masa depan• Khawatir “cap” jelek• Khawatir kena AIDS• Germo

Page 19: ANAK

PENGETAHUAN PSK ANAK TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

Pengetahuan PSK Anak terkait dengan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, tidak menjamin mereka akan benar-benar menerapkan pengetahuan tersebut

Sebagian anak yang dilacurkan memang selalu menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual

Sebagian anak yang dilacurkan tau kondom dapat mencegah kehamilan dan penularan infeksi menular seksual

Sebagian anak yang dilacurkan lainnya, tidak menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual dan memilih cara-cara tradisional/cara-cara yang berbahaya agar tak hamil, seperti jongkok sehabis melakukan hubungan seksual, agar sperma yang masuk keluar lagi, minum-minuman bersoda setelah melakukan hubungan seksual, meminum obat-obatan/jamu untuk peluruh (dugunakan untuk memperlancar haids) sehabis melakuakan hubungan seksual, atau menyiramkan ramuan pembersih/pembunuh kuman sehabis hubungan seksual, dengan harapan sperma yang masuk bisa mati

Sebagian anak yang dilacurkan dan tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual, ketika mengetahui mereka hamil, akhirnya memilih menggugurkan kandungan mereka dengan cara-cara yang membahayakan kesehatan (keselamatan jiwa)/tradisional

Sebagian anak yang dilacurkan dan tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual, ketika mengalami infeksi menular seksual, biasanya mereka menyadarinya saat kondisi penyakit mereka sudah kronis (parah)

Page 20: ANAK

MENGETAHUI PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PELACUR/PELACURAN ANAK

Untuk mengetahui pandangan/persepsi masyarakat pelacur/pelacuran anak, Yayasan Kakak melakukan survei dengan menggunakan alat pengumpul data, berupa :

Survei tertutup dengan skala persepsi masyarakat terhadap keberadaan anak-anak yang dilacurkan. Skala ini mengungkapkan 4 (empat) hal, yaitu :

1. Akibat salah gaul, terlanjur tidak gadis/perawan lagi dan ekonomi lemah

2. Untuk kelangsungan biaya sekolah

3. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga

4. Eksploitasi seksual komersial terhadap anak-anak

Skala penilaian yang digunakan terhadap keberadaan anak-anak yang dilacurkan adalah : merugikan, buruk, tidak pantas dan terlarang

Page 21: ANAK

MENGETAHUI PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PELACUR/PELACURAN ANAK

Survei juga dilakukan dengan menyebarkan angket terbuka, kepada :

1. Kelompok pendidik, terdiri atas para ulama dan guru

2. Kelompok pemerintahan, terdiri atas aparat penegak hukum dan kepolisian

3. Kelompok legislatif, yaitu para anggota DPRD

4. Kelompok lingkungan terdekat, seperti tetangga, konsumen, petugas hotel, penjaga kafe/warung tempat PSK anak nongkrong

Page 22: ANAK

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PELACUR/PELACURAN ANAK

Dari hasil penelitian Yayasan Kakak kepada masyarakat Solo (2000) terhadap anak yang dilacurkan, adalah sebagai berikut :

1. Kelompok Ulama

a. Pembinaan mental dan spiritual

b. Pendidikan seks dan ekses-ekses yang ditimbulkannya

c. Orangtua wajib memberi contoh perilaku yang positif

d. Pemerintah memberantas peredaran film porno, VCD&DVD porno dan narkoba

e. Pondok pesantren perlu dilibatkan

f. Meningkatkan profesionalisme

g. Institusi keagamaan lebih gencar mengadakan pembinaan mental dan moral

h. Pendekatan manusiawi, tegas dan sungguh-sungguh memerangi penyakit sosial

Page 23: ANAK

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PELACUR/PELACURAN ANAK

2. Kelompok Guru

a. Pelajaran budi pekerti perlu dimasukkan dalam kurikulum

b. Larangan beredarnya gambar/film blue, bacaan porno dan lain sebagainya

c. Komunikasi yang harmonis dalam keluarga dan kontrol orangtua terhadap anak (bukan dengan cara-cara kekerasan)

d. Sebagai tindakan preventif, pendidikan seks atau yang sekarang lebih dikenal dengan pendidikan kesehatan reproduksi, harus terintegrasi dalam sekolah

e. Pendidikan moral terus-menerus di sekolah (mulai SD dan seterusnya)

f. Pembentukan undang-undang tentang seks dibawah umur dan peraturan-peraturan pelaksana lainnya di tingkat pemerintahan daerah

g. Dibentuknya organisasi yang mengatasi kesulitan biaya sekolah, seperti GNOTA

h. Bimbingan dan konseling

i. Orangtua harus bisa menjadi model yang baik bagi anak

j. Kerjasama dengan institusi kepolisian untuk menangani masalah anak bolos sekolah

k. Penyuluhan terhadap ibu-ibu yang memiliki anak (18 tahun kebawah), tentang bahayanya pergaulan bebas, seks bebas dan pentingnya pendidikan hak kesehatan seksual atau reproduksi sejak dini

Page 24: ANAK

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PELACUR/PELACURAN ANAK

3. Kelompok Aparat

a. Menanamkan pengertian dan pengetahuan seks sejak dini

b. Pendidikan moral dalam keluarga dan sekolah

c. Menciptakan dan mensosialisasikan UU Perlindungan Anak

d. Mengadakan program pendampingan

e. Mengajak semua pihak ikut menanggulangi masalah pendidikan anak, mulai dari kurikulum, biaya pendidikan bagi anak dari keluarga tak mampu, dll

Page 25: ANAK

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PELACUR/PELACURAN ANAK

4. Kelompok Polisi

a. Menghilangkan tempat-tempat yang dimungkinkan untuk prostitusi

b. Mengusulkan adanya UU yang menjerat pelaku

c. Pembinaan terhadap PSK (WPS dan PSK Laki-laki) oleh pemerintah, LSM, tokoh agama, dan masyarakat umum

d. Mengekspose setiap kasus di media massa (cetak maupun elektronik)

e. Penegakkan hukum, norma-norma agama dan kesusilaan

f. Sebagai tindakan preventif, perlu ada pembinaan pelajar disekolah-sekolah

g. Mengadakan razia

h. Pemberian pendidikan seks dan moral

i. Dimasukkan dalam wadah/lembaga yang mengurusi masalah tersebut

Page 26: ANAK

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PELACUR/PELACURAN ANAK

5. Kelompok DPRD

a. Penanganan komprehensif, lewat pengembangan program

b. Peningkatan pendidikan agama

c. Memperjuangkan hak anak

d. Pembinaan norma oleh dinas terkait

e. Mengagendakan pembahasan di dewan

f. Pemberian kegiatan/keterampilan

g. Membentuk wadah/forum untuk pembinaan

Page 27: ANAK

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PELACUR/PELACURAN ANAK

6. Kelompok Tetangga

a. Ada pendidikan

b. Pendidikan seks sebelum menginjak dewasa

c. Pendirian pusat pemulihan

d. Adanya produk perundangan dengan sanksi yang tegas

7. Kelompok Konsumen dan lain-lain

a. Bersedia menyalurkan ke pekerjaan yang lebih layak

b. Buatkan tempat penampungan

c. Memberi apa yang bisa dibantu

d. Membantu memberi informasi

e. Memberi pelatihan dan semacamnya

f. Sekolah ke kejuruan agar cepat kerja

g. Kalau bisa dientaskan

Page 28: ANAK

KEGIATAN-KEGIATAN PEMULIHAN ANAK YANG DILACURKAN DAN KELUARGANYA

Yayasan Kakak sepanjang Mei 1999 s.d Mei 2001, melakukan kegiatan-kegiatan dengan tujuan memulihkan anak yang dilacurkan dan keluarga mereka, berupa :

1. Kilini Medis dan Psikologis. Tujuannya menyediakan pelayanan pengobatan medis dan konsultasi bagi anak-anak yang beresiko tinggi menjadi anak yang dilacurkan beserta keluarganya. Yayasan Kakak juga bekerjasama dengan rumah sakit-rumah sakit, guna mengantisipasi keringan biaya bagi anak yang perlu pemeriksaan ke dokter spesialis/rawat inap. Selain itu Yayasan Kakak juga bekerjasama dengan Surat Kabar/Harian Lokal dalam menyediakan sarana konsultasi medis dan psikologis dengan segmen remaja, lewat surat, e-mail dan telepon

Page 29: ANAK

KEGIATAN-KEGIATAN PEMULIHAN ANAK YANG DILACURKAN DAN KELUARGANYA

2. Pelatihan Kesehatan Reproduksi dan Konsumerisme. Materi yang diberikan :

a. Perilaku konsumtif

b. Hak dan Tanggung Jawab Konsumen

c. Iklan

d. Perbedaan Laki-laki dengan Perempuan

e. Resiko Dalam Kesehatan Reproduksi dan Cara Menolak Ajakan Hubungan Seks Dini (Bebas)

f. Pelatihan Media Seni, sebagai media untuk mengkampanyekan masalah konsumen dan kesehatan reproduksi

Page 30: ANAK

KEGIATAN-KEGIATAN PEMULIHAN ANAK YANG DILACURKAN DAN KELUARGANYA

3. Pemberdayaan Keluarga dengan Program Beasiswa dan Income Generating, berupa :

a. Program Beasiswa. Menyediakan beasiswa bagi anak yang dilacurkan, adik perempuan yang dilacurkan, anak-anak korban pemerkosaan/pencabulan dan adik perempuannya. Harapannya bisa mencegah mereka terjerumus dalam dunia protitusi. Hasilnya, banyak anak yang dilacurkan ketika mengikuti program ini akhirnya drop out lagi dari sekolah, karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana tempat mereka disekolahkan lagi

b. Harm Reduction. Harm reduction yang dilakukan Yayasan Kakak adalah dengan memisahkan anak dengan sumber eksploitasi, lewat menyewakan kamar kost. Selain itu melakukan upaya pengurangan resiko anak dari eksploitasi seksual komersial dengan meminimalkan peluang mereka untuk berkencan, lewat kegiatan belajar dan “bekerja” di Yayasan Kakak. Hasilnya ada saja yang membuat anaka-anak tersebut kembali pada kegiatan awal, seperti : pengaruh pacar, keinginan mendapatkan uang dalam jumlah besar dan cepat dan ingin keluar malam

Page 31: ANAK

KEGIATAN-KEGIATAN PEMULIHAN ANAK YANG DILACURKAN DAN KELUARGANYA

C. Income Generating. Kegiatan ini memfasilitasi anak yang dilacurkan atau keluarganya guna meningkatkan pendapatan, seperti :

1. Menyediakan segala keperluan anak yang dilacurkan untuk membuka warung makan. Warang ini selain menyediakan makanan, juga sebagai pojok informasi kesehatan reproduksi, dengan meletakkan media-media pendidikan dan informasi kesehatan reproduksi

2. Memfasilitasi anak-anak yang ingin belajar menjahit dengan menyediakan mesin jahit berikut bahan-bahannya, serta staf pengajar

3. Kegiatan membuat dan memanfaatkan kertas daur ulang, menjadi beberapa barang hiasan, cenderamata dan kartu ucapan

4. Bantuan modal usaha bagi anak yang dilacurkan dan keluarganya untuk usaha warung, menjual makanan, sandal, dll

Hasilnya : Rasa bosan anak dan perilaku tidak sabar anak, menyebabkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan hanya berjalan sebentar. Ditambah mobilitas mereka yang tinggi, sehingga susah untuk mengumpulkan mereka

Page 32: ANAK

KESIMPULAN

Hasil dari program pencegahan dan pendampingan yang dilakukan selama 2 tahun oleh Yayasan Kakak, kesimpulannya adalah :

1. Perlunya kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk mengatasi anak korban kekerasan seksual, baik itu korban pemerkosaan ataupun eksploitasi seksual komersial

2. Perlunya metode yang cocok dalam pendampingan terhadap anak yang dilacurkan

3. Kegiatan yang sifatnya seni menarik anak untuk bergabung dalam kelompok-kelompok sadar kesehatan reproduksi dan konsumen muda

4. Teater merupakan media kampanye yang efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat tanpa kesan menggurui

5. Perlunya pendampingan terhadap anak korban kekerasan seksual baik dari segi medis, psikologis maupun hukum