5
ANALISIS KASUS Pasien seorang wanita 25 tahun datang ke poliklinik kebidanan RSUD Pasar Rebo dengan keluhan keluar flek (+) dengan diagnosis G2P1A0 Hamil 37-38 Minggu dengan PLR, HDK + Anemia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah. Dari hasil anamnesis pada pasien ini diketahui jika Os mengalami hipertensi sejak usia kandungan 6 bulan 140/90 mmHg saat memeriksakan kandungan di bidan dan dari pemeriksaan di RSUD Pasar Rebo pada tanggal 20 januari 2014 tekanan darah pasien 159/97 mmHg serta hasil pemeriksaan urinalisa menunjukkan protein (+1) menunjukkan bahwa pasien mengalami preeklampsia ringan. Preeklampsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu. Hipertensi : sistolik /diastolik >/ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik >/ 30 mmHg dan kenaikan diastolik >/ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria

Analisa Kasus Case I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

case

Citation preview

ANALISIS KASUSPasien seorang wanita 25 tahun datang ke poliklinik kebidanan RSUD Pasar Rebo dengan keluhan keluar flek (+) dengan diagnosis G2P1A0 Hamil 37-38 Minggu dengan PLR, HDK + Anemia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah. Dari hasil anamnesis pada pasien ini diketahui jika Os mengalami hipertensi sejak usia kandungan 6 bulan 140/90 mmHg saat memeriksakan kandungan di bidan dan dari pemeriksaan di RSUD Pasar Rebo pada tanggal 20 januari 2014 tekanan darah pasien 159/97 mmHg serta hasil pemeriksaan urinalisa menunjukkan protein (+1) menunjukkan bahwa pasien mengalami preeklampsia ringan. Preeklampsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu. Hipertensi : sistolik /diastolik >/ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik >/ 30 mmHg dan kenaikan diastolik >/ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia. Proteinuria : >/ 300 mg/24 jam atau >/ 1 +dipstik. Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata. Tidak ada riwayat kejang dan jatuh dalam koma selama kehamilan menyingkirkan diagnosis preeklampsia berat. Tujuan utama perawatan preeklampsia mencegah kejang, perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat. Pada preeklampsia tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang fungsi ginjal masih normal. Diet yang mengandung 2 g natrium atau 4-6 g NaCl (garam dapur) adalah cukup. Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya, dan roborantia pranatal. Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi, dan sedatif. Pemberian antihipertensi misalnya Belfort mengusulkan cut off yang dipakai adalah >160/110 mmHg dan MAP > 126 mmHg. Pada pasien ini tekanan darahnya 159/97 dan MAP 117 mmHg jadi tidak mesti diberikan obat antihipertensi. Pada kehamilan preterm (37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan; bila perlu memperpendek kala II.Anemia yang terjadi pada pasien ini bisa terjadi akibat perdarahan persalinan mengingat dari anmnesis pasien sudah mengeluarkan darah sebelum dibawa ke Rumah Sakit serta pada pemeriksaan USG pada tanggal 29 November 2013 menunjukkan plasenta letak rendah (PLR). Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan nilai hemoglobin (Hb) 8,7 gr/dl. Hematokrit (Ht) 28%. Nilai Hb 37 minggu, persalinan ditunggu sampai terjadi onset. Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Pada pasien ini lahir spontan dengan berat badan bayi 3300 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 32 cm, jenis kelamin laki-laki lahir jam 05.20 WIB. Setelah dilakukan observasi post partum selama 2 hari perawatan di rumah sakit keadaan pasien baik dan pemeriksaan tekanan darah 120/70 mmHg dalam batasan normal.

DAFTAR PUSTAKA1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi empat, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 2010.