Upload
nuklir-energi-massa-depan
View
43
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisa Reduksi emisi gas metan melalui proyek
Citation preview
ANALISIS REDUKSI EMISI GAS METAN MELALUI PROYEK MEKANISME PEMBANGUNAN BERSIH (CDM) PADA PABRIK
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
TESIS
Oleh SRI JULI HANDAYANI
067004015/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2008
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Judul Tesis : ANALISIS REDUKSI EMISI GAS METAN MELALUI PROYEK MEKANISME PEMBANGUNAN BERSIH (CDM) PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Nama Mahasiswa : Sri Juli Handayani Nomor Pokok : 067004015 Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Ir. Zulkifli Nasution. M.Sc., PhD) Ketua
(Prof.Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Dr. Zahari Zen, M.Sc.) Anggota Anggota Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH.,MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.,M.Sc)
Tanggal Lulus: 19 Juni 2008
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Telah diuji Pada Tanggal : 19 Juni 2008 PANITIA UJIAN TESIS
KETUA : Prof.Ir.Zulkifli Nasution, M.Sc., Ph.D
Prof.Dr.Retno Widhiastuti,MS
Dr. Zahari Zen, M.Sc
Prof.Dr. Erman Munir, M.Sc
Drs. Chairuddin, M.Sc
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
ABSTRAK
Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism (CDM) adalah insentif ekonomi bagi industri yang berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. CDM merupakan salah satu kebijakan mekanisme Protokol Kyoto 1997 untuk mitigasi perubahan iklim. CDM di Sumatera Utara sejauh ini belum berkembang disebabkan terbatasnya dana pemerintah untuk mensosialisasikannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan CDM di Sumatera Utara dan mengetahui seberapa besar pengurangan emisi gas metan pada pabrik pengolahan kelapa sawit setelah melaksanakan proyek CDM serta mengetahui peranan proyek CDM dalam pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Perkebunan Milano, Desa Pinang Awan Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.
Proyek CDM ini menggunakan teknologi biodigester dan untuk melakukan penghitungan pengurangan emisi gas metan digunakan metode yang disetujui UNFCCC yaitu AMS III H dengan cara menangkap dan membakar gas metan pada kolam anareobik untuk mereduksi emisi gas metan. Parameter yang diamati dalam penelitian adalah produksi TBS per tahun, volume limbah cair, dan COD limbah cair sawit. PKS PT Perkebunan Milano setelah melaksanakan proyek CDM dapat mereduksi emisi gas metan sebesar setara 31.895 tonCO2e/thn dan total pengurangan emisi gas metan selama periode pengkreditan yaitu 7 tahun diperkirakan sebesar 223.265 tonCO2e. Dari hasil pengurangan emisi gas metan tersebut, PKS PT Perkebunan Milano dapat memperoleh insentif ekonomi sebesar US$637.900,- bila diasumsikan dengan harga jual US$20 ton/CO2e. Dapat disimpulkan bahwa melaksanakan Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan tetapi juga bagi masyarakat dunia internasional. Kata Kunci: Emisi Gas Metan, Mekanisme Pembangunan Bersih, Pabrik Kelapa Sawit
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
ABSTRACT
Clean Development Mechanism (CDM) project is an economic insentive for potensial industry in order to reduction greenhouse gas (GHG) release to the atmosphere. CDM is one of Kyoto Protocol 1997 policy mechanism in mitigating climate change. CDM in Sumatera Utara has not been developed so far because of government budget to socialization. The research objectives are to examine the role of the CDM scheme in enviromental management of the industry, to look at the development of CDM in Sumatera Utara and to find out what extent an palm oil mill has reduced the emission of methane after the implementation of the CDM project. The research was carried out at the palm oil mill PT Perkebunan Milano, Pinang Awan Village, Torgamba Sub-district, Labuhan Batu District, Sumatera Utara. This CDM project employs the biodigester technology and the Approved Metodology Scenario (AMS) III H method which has been approved by (United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). AMS was used to calculate the reduction of methane emission by confining and burning the methane in an anaerobic pond. The parameters observed in this study were the number of stems of fresh fruit produced per year, waterwaste volume, the Chemical Oxygen Demand (COD) of oil palm waterwaste. After implementing the CDM schemes the palm oil mill of PT Perkebunan Milano is able to reduce the emission of methane equal to 31,895 tonnes CO2e per year. Total amount of methane emission reduction for the seven year crediting period is estimated to be equal to 223,265 tonCO2e. From the methane emission reduction, the palm oil mill of PT Perkebunan Milano could gain an economic insentive for US$637,900.00 if the price assumed of US$20 tonnes/CO2e. The conclusion of this study is that implementing of the CDM at PT. Perkebunan Milan prospectly would be beneficial not for the company itself, but also the world community.
Key words: Methane Gas Emission, Clean Development Mechanism, Palm Oil Mill
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan ridhoNya
tesis yang berjudul Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme
Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka
Pengelolaan Lingkungan Hidup ini dapat selesai. Tesis ini merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Magister Sains pada Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Dengan selesainya penulisan tesis ini penulis sampaikan hormat dan
terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc.,PhD
sebagai Ketua Pembimbing, Ibu Prof.Dr. Retno Widhiastuti, MS serta Bapak
Dr.Ir.Zahari Zen, M.Sc.,PhD masing-masing sebagai anggota pembimbing yang
penuh ketulusan dan kesabaran memberikan bimbingan dan arahan. Serta kepada
Bapak Prof.Dr. Erman Munir, M.Sc dan Drs. Chairuddin, M.Sc masing-masing
sebagai penguji yang telah memberikan saran guna kesempurnaan tesis ini.
Penulis ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B, M.Sc
selaku Direktur Program Pascasarjana USU dan Prof. Dr. Alvi Syahrin,SH,MS selaku
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan
pendidikan program magister.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Martua Sitorus selaku
Vice President PT WILMAR International beserta staf, Ibu Janti, SE selaku Kepala
Unit beserta staf, dan Ir. Toni Sulistyo selaku Mill Manager beserta staf PT.
Perkebunan Milano, yang telah memberikan ijin dan bantuan selama penulis
melakukan penelitian.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Haskarlianus Pasang
selaku Country Manager PT AES AgriVerde, Ir. Hidayati, MSi dan rekan-rekan psl
2006 yang telah memberi saran dan bantuan dalam penyelesaian tesis ini.
Salam hormat yang mendalam kepada kedua orangtua yang tiada henti
mengiringi penulis dengan doa, teristimewa buat suami tercinta Ir. Djoko Hidajat dan
anak saya Diva Lathifa Maharani atas kepercayaan dan kesempatan yang telah
diberikan kepada saya untuk menempuh studi pascasarjana. Semoga amal kebaikan
Bapak, Ibu dan rekan-rekan diberi balasan oleh Allah SWT. Amien.
Tesis ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran akan penulis terima
dengan besar hati dan rasa syukur. Semoga tesis ini memberi manfaat kepada yang
membacanya.
Medan, April 2008
Penulis
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 31 Juli 1971, dari ayah bernama
(Alm) T.Tjoek Haryanto dan ibu Soemiati, sebagai anak kedelapan dari sembilan
bersaudara. Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah SD Negeri 060870
Medan tahun 1978, SMP Negeri 9 Medan tahun 1984, SMA Negeri 3 Medan tahun
1987 dan pada tahun 1991 penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada Jurusan
Budidaya Pertanian Program Studi Teknologi Benih di Fakultas Pertanian Universitas
Andalas, Padang Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 2006 penulis mengikuti
Program S2 pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
Universitas Sumatera Utara, Medan Sumatera Utara
Penulis menikah pada tanggal 29 Juli 1999 dengan Ir. Djoko Hidajat dan
dikaruniai 1 orang putri bernama Diva Lathifa Maharani yang lahir di Pangkalan Bun
pada tanggal 2 September 2001.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
KATA PENGANTAR .. iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................ vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... xii
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 1.4. Hipotesis........................................................................................ 6 1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ............................................ 7 2.2. Sejarah dan Pengertian Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) ............................................................................ 14 2.3. Potensi Proyek CDM di Indonesia ............................................. 24 2.4. Hukum dan Perundang-undangan .............................................. 28 2.5. Limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit................................... 30
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
III. BAHAN DAN METODE ................................................................. 37 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 37 3.2. Bahan dan Alat Penelitian ......................................................... 37 3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 38 3.4. Metodologi Penelitian ................................................................ 38 3.5. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 44 3.6. Parameter yang diamati.............................................................. 45 3.7. Analisis Data .............................................................................. 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ....................................................... 46 4.1. Keadaan Umum Perkembangan CDM di Sumatera Utara........ 46 4.2. Keadaan Umum PKS PT Perkebunan Milano .......................... 50 4.3. Proyek CDM di PKS PT Perkebunan Milano........................... 52 4.4. Pengurangan Emisi gas CH4 pada PKS PT Perkebunan Milano... 54 4.5. Manfaat Proyek CDM Terhadap PKS PT Perkebunan Milano. 59 V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 62 5.1. Kesimpulan ............................................................................... 62 5.2. Saran.......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 65
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Enam Jenis Gas Rumah Kaca berdasarkan Protokol Kyoto .......... 18
2. Parameter yang diamati................................................................... 45
3. Faktor yang menjadi pendorong dan kendala perkembangan CDM di SUMUT...................................................................................... 48
4. Data Parameter (per tahun) ............................................................ 54
5. Emisi Awal .................................................................................... 55
6. Estimasi Emisi Awal selama periode pengkreditan 7 tahun .......... 56
7. Emisi Aktivitas Proyek (ton CO2e/tahun) ...................................... 57
8. Estimasi Emisi Aktivitas Proyek selama periode pengkreditan 7 tahun............................................................................................ 57
9. Total Pengurangan Emisi (tonCO2e/thn) ....................................... 58
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Diagram mekanisme kerja CDM ................................................... 19
2. Klassifikasi kegiatan Proyek CDM................................................ 21
3. Siklus Proyek CDM ....................................................................... 22
4. Skenario baseline ........................................................................... 23
5. Struktur DNA di Indonesia ............................................................ 29
6. Tahapan perombakan bahan organik limbah pada proses anaerobik 31
7. Tahapan fermentasi metana . 33
8. Proyek Gabungan CDM................................................................. 36
9. Kolam Anaerobik ........................................................................... 51
10. Bahan HDPE yang menutupi kolam Anaerobik ............................ 53
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian 69
2. Skema Proses Tandan Buah Segar di PKS PT Perkebunan Milano 70
3. Lay Out Kolam Limbah PKS PT Perkebunan Milano 71
4. Dokumentasi kegiatan fasilitasi dunia usaha untuk menjalankan proyek CDM di PT. Damai Abadi, PTPN3 dan PTPN4............... 72
5. Dokumentasi Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) di PKS PT Perkebunan Milano Pinang Awan................................ 73
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
DAFTAR SINGKATAN AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMS : Approved Metodologies Scenario BOD5 : Biological Oxygen Demand CDM : Clean Development Mechanism Mekanisme penurunan emisi GRK yang dapat dilakukan antara negara maju dan negara berkembang untuk menghasilkan CER CER : Certified Emission Reduction Unit penurunan emisi GRK yang dilakukan melalui proyek CDM CH4 : Metana Salah satu dari enam GRK yang diperhitungkan dalam Pasal 3 Protokol Kyoto yang memiliki GWP sekitar 20 kali CO2. CO2 : Karbon dioksida
Salah satu dari enam GRK yang diperhitungkan dalam Pasal 3 Protokol Kyoto. Merupakan GRK utama yang dijadikan se-
bagai referensi GRK yang lain sehingga GWP-nya diberi 1 COD : Chemical Oxygen Demand DNA : Designated National Authority Lembaga nasional yang ditunjuk pemerintah negara
berkembang untuk menangani CDM ESDM : Energi dan Sumberdaya Mineral ET : Emission Trading GHG : Greenhouse Gas GRK : Gas Rumah Kaca Gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan menyerap
radiasi gelombang panjang yang dipancarkan Bumi sehingga menimbulkan peningkatan suhu bumi
GWP : Global Warming Potential HDPE : High Density Polyethylene HFC : Hydrofluorocarbons
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
IGES : Institute for Global Enviroment Strategies INC : Intergovernmental Negotiating Committe IPCC : Intergovernmental Panel on Climate Change ISO : International Standardization Organization JI : Joint Implementation KEPMEN : Keputusan Menteri KEPRES : Keputusan Presiden KKPI : Kerangka Konvensi Perubahan Iklim KLH : Kementerian Lingkungan Hidup KomNas MPB: Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih KTT : Konferensi Tingkat Tinggi MENLH : Menteri Lingkungan Hidup MoE : Ministry of the Enviroment MPB : Mekanisme Pembangunan Bersih N2O : Nitrous oksida PDD : Project Design Document PKS : Pabrik Kelapa Sawit PP : Peraturan Pemerintah TBS : Tandan Buah Segar UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan UNEP : United Nations Enviromental Programme UNFCCC : United Nations Framework Convention on Climate Change UU : Undang-Undang WMO : World Meteorological Organization
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setelah revolusi industri, lingkungan global mengalami pencemaran udara yang
berdampak besar pada perubahan iklim global. Sumber energi yang digunakan
berasal dari bahan bakar fosil membuang limbah gas rumah kaca seperti
karbondioksida (CO2), metan (CH4), nitrous oksida (N2O) dan sebagainya. Gas
rumah kaca (GRK) yang terdapat di atmosfer secara alami menyerap radiasi matahari
di atmosfer bagian bawah yaitu pada lapisan troposfer. Akumulasi peningkatan emisi
GRK akibat kegiatan manusia (antropogenik) secara umum telah meningkatkan
konsentrasi GRK. Akibatnya suhu atmosfer bumi sekarang menjadi 0,5C lebih panas
dibanding pada zaman pra industri tahun 1860. Pemanasan global ini juga
mengakibatkan gunung es di kutub sebagian mencair yang menyebabkan tinggi air
permukaan laut saat ini meningkat sekitar 20 cm dibandingkan tahun 1880.
Adanya pengaruh antropogenik terhadap sistem iklim serta meningkatnya
kesadaran masyarakat akan isu lingkungan global, menyebabkan isu perubahan iklim
menjadi perhatian dalam agenda politik internasional pada tahun 1980-an. Adanya
kebutuhan dari para pembuat kebijakan akan informasi ilmiah yang terkini maka pada
tahun 1988, World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations
Environment Programme (UNEP) mendirikan Intergovernmental Panel on Climate
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Change (IPCC), sebuah lembaga yang terdiri dari para ilmuwan seluruh dunia yang
bertugas meneliti fenomena perubahan iklim serta solusi yang harus dilakukan.
Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) yang lebih dikenal dengan Clean
Development Mechanism (CDM) adalah salah satu mekanisme pada Kyoto Protokol
yang mengatur negara maju (Annex I) dalam upayanya menurunkan emisi gas rumah
kaca. Mekanisme ini merupakan satu-satunya mekanisme yang terdapat pada
Protokol Kyoto yang mengikutsertakan negara berkembang. Melalui mekanisme
CDM ini, diharapkan akan adanya transfer teknologi dari negara maju ke negara
berkembang untuk melakukan pembangunan yang berkelanjutan.
Indonesia sebagai negara berkembang telah meratifikasi Konvensi Perubahan
Iklim dan Protokol Kyoto melalui Undang-Undang (UU) No. 6/1994 dan UU
No.17/2004. Setiap konvensi internasional yang diratifikasi suatu negara harus
dipahami bahwa konvensi atau perjanjian tersebut adalah hasil pemikiran dan
komitmen global negara yang selanjutnya diimplementasikan secara nasional.
Pengertian nasional tentu saja memiliki implikasi hukum secara lintas sektoral dan
multi-stakeholder, artinya perlu diimplementasikan secara bersama-sama dengan
melibatkan berbagai kelompok dalam lapisan masyarakat yang terkait sehingga
banyak pihak dapat mengambil manfaat perjanjian tersebut (Murdiyarso, 2003a).
Dalam rangka implementasi proyek CDM di Indonesia, pengembang proyek
perlu mempertimbangkan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Salah satu wujud pengelolaan lingkungan hidup tersebut yang bertujuan
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
menciptakan standarisasi manajemen dan pengelolaan lingkungan yang telah menjadi
isu utama dalam transaksi perdagangan internasional adalah proyek CDM. Proyek
CDM dituntut untuk memelihara integritas lingkungan dalam hal mengurangi emisi
GRK. Pada masa yang akan datang, proyek CDM dapat diterima dan bermanfaat
bagi politisi dan manajer industri sebagai pemandu dalam rangka pembangunan yang
berkelanjutan.
Pemerintah Indonesia telah banyak menetapkan peraturan-peraturan dan
perundang-undangan tentang pengelolaan dan pemanfaatan limbah industri, tetapi
masih banyak para pelaku bisnis yang tidak menerapkannya. Dengan alasan biaya
investasi yang dikeluarkan untuk penanganan limbahnya sangat tinggi akibatnya
kerusakan lingkungan semakin meningkat. Ini merupakan masalah utama lingkungan
di Indonesia saat ini, dimana banyak peraturan tapi ketaatan masih lemah. Oleh
karena itu proyek CDM secara tidak langsung mensyaratkan ketaatan tersebut, baik
kelengkapan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), laporan
pemantauan dan terpenuhinya baku mutu lingkungan.
Pada kenyataanya saat ini masih banyak pihak industri di Sumatera Utara
belum sepenuhnya mengimplementasikan proyek CDM, diantaranya perusahaan
perkebunan kelapa sawit. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pemahaman
para pelaku bisnis tentang proyek CDM. Padahal keterlibatan sektor swasta atau
pelaku bisnis dan masyarakat madani (civil society) dalam mengimplementasikan
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
konvensi internasional tersebut merupakan kunci penting keberhasilan perlindungan
iklim.
Pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PT Perkebunan Milano, Pinang Awan
Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara yang merupakan
anak perusahaan perkebunan swasta WILMAR Group telah mengimplementasikan
konvensi internasional tersebut sejak tahun 2006. Perusahaan ini ikut berperan serta
dalam rangka pengelolaan lingkungan yang berguna untuk mereduksi (mengurangi)
emisi gas metan. Aktivitas proyek CDM yang dilakukan bertujuan untuk
memperbaiki sistem pengolahan air limbah PKS PT Perkebunan Milano dengan cara
menutup kolam anaerobik yang ada sehingga dapat menangkap gas metan yang
dihasilkan dari pembusukan bahan organik yang terkandung dari limbah cair PKS.
PKS ini yang baru pertamakali melaksanakan proyek CDM di Sumatera Utara
dengan menggunakan metode menangkap dan membakar gas metan.
Limbah pabrik pengolahan kelapa sawit mempunyai potensi untuk CDM
(baik limbah padat, maupun limbah cair yang dapat dikonversi untuk efisiensi energi
baik dari biomasa maupun emisi gas metan). Limbah pabrik pengolahan kelapa sawit
dapat menghasilkan gas metan (CH4) yang memberikan kontribusi terhadap efek
GRK mengakibatkan perubahan iklim global. Menurut Hazan (2007) bahwa gas
metan merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih
banyak bila dibandingkan karbondioksida.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Peningkatan gas metan sekecil apapun sebaiknya tetap harus dikendalikan.
Perusahaan pabrik pengolahan kelapa sawit berusaha untuk menghasilkan limbahnya
sesedikit mungkin (zero waste), dimana limbahnya dimanfaatkan untuk bernilai
ekonomis. Disamping itu dengan adanya proyek CDM pada industri minyak kelapa
sawit akan berpotensi mengurangi GRK atau penghematan energi di Indonesia serta
memberikan keuntungan bagi perusahaan berupa insentif ekonomi.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana perkembangan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih di
Sumatera Utara
2. Seberapa besar pengurangan emisi gas metan pada pabrik pengolahan kelapa
sawit setelah melaksanakan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih
3. Sejauhmana proyek Mekanisme Pembangunan Bersih berperan sebagai salah
satu alternatif instrument dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan Mekanisme Pembangunan Bersih di
Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui peranan Mekanisme Pembangunan Bersih dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengurangan emisi gas metan pada pabrik
pengolahan kelapa sawit setelah melaksanakan proyek Mekanisme
Pembangunan Bersih.
1.4. Hipotesis
1. Perkembangan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih belum berjalan
dengan optimal di Sumatera Utara
2. Melaksanakan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih dapat mengurangi
emisi gas metan pada pabrik pengolahan kelapa sawit
3. Melaksanakan Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih merupakan salah
satu alternatif instrumen dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut;
1. Sebagai informasi alternatif pendukung penanganan pencemaran limbah industri
dalam strategi pengelolaan limbah yang bijaksana, efektif dan ramah lingkungan.
2. Sebagai bahan data masukan bagi pengusaha atau pelaku bisnis.
3. Penerapan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih pada pihak industri
merupakan sarana dan insentif bagi perusahaan dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan sesuai dengan anjuran pemerintah melalui Undang-Undang No. 23
tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda daya,
keadaan,dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya
(Undang-Undang No.23 Tahun 1997). Dalam lingkungan hidup akan timbul interaksi
antara unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, jika tidak dikelola secara benar akan
menimbulkan masalah lingkungan. Menurut Soemarwoto (1990) masalah lingkungan
adalah perubahan dalam lingkungan hidup yang secara langsung atau tidak langsung
menyebabkan akibat negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Pembangunan lingkungan merupakan upaya sadar terencana dalam rangka
mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam guna mencapai tujuan. Pada
hakekatnya lingkungan hidup merupakan sumber kehidupan manusia, karena itu
manusia tidak mungkin hidup tanpa lingkungan. Namun pada saat manusia
memanfaatkan sumber daya alam untuk mencukupi kebutuhan hidupnya baik sengaja
maupun tidak maka manusia telah merusak atau mencemari lingkungan.
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999, pembangunan
lingkungan hidup bertujuan meningkatkann mutu, pemanfaatan sumberdaya
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
berkelanjutan, merehabilitasi kerusakan lingkungan mengendalikan pencemaran dan
meningkatkan kualitas lingkungan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam
penerapan kebijaksanaan pembangunan lingkungan hidup di Indonesia, Pemerintah
telah mengesahkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah
upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, dan
pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.
Kegiatan industri menjadi sorotan utama dalam pencemaran lingkungan,
dengan berbagai upaya pengelolaan sumberdaya alam sering mengesampingkan
pengelolaan limbahnya. Oleh karena itu sehubungan dengan semakin meningkatnya
kegiatan perkembangan industri yang akan berdampak negatif terhadap kelestarian
lingkungan maka diperlukan upaya pengelolaan dan pengendalian dampak
lingkungan. Hardjosoemantri (1993) mengemukakan bahwa kerusakan-kerusakan
lingkungan hidup yang telah terjadi akibat pembangunan harus diatasi yaitu dengan
melakukan pengelolaan lingkungan.
Di dalam Pasal 3 dari Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 ditetapkan bahwa
pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan azas tanggungjawab negara,
azas berkelanjutan dan azas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
Sasaran pengelolaan lingkungan hidup secara tegas ditetapkan pada Pasal 4
dalam UU No.23 Tahun 1997 antara lain adalah tercapainya keselarasan, keserasian
dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup, terwujudnya manusia
Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi
dan membina lingkungan hidup hidup, terjaminnya kepentingan generasi masa kini
dan generasi masa depan, tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana dan melindungi Negara
Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar
wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup.
Selanjutnya Pasal 5 butir 3 menetapkan bahwa setiap orang mempunyai hak
untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundang-undang yang berlaku. Penjelasan dari pasal ini mengemukakan bahwa
peran sebagaimana dimaksud dalam pasal ini meliputi peran dalam proses
pengambilan keputusan, baik dengan cara mengajukan keberatan, maupun dengan
pendapat atau dengan cara lain yang ditentukan dalam perundang-undangan. Peran
tersebut dilakukan antara lain dalam proses penilaian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup atau perumusan kebijakan lingkungan hidup. Pelaksanaannya
didasarkan pada prinsip keterbukaan. Dengan keterbukaan dimungkinkan masyarakat
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
ikut memikirkan dan memberikan pandangan serta pertimbangan dalam pengambilan
keputusan di bidang pengelolaan lingkungan hidup (UU No.23 Tahun 1997).
Ketentuan-ketentuan tersebut menunjukkan perlunya peran serta setiap orang sebagai
anggota masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Prinsip pengelolaan lingkungan hidup khususnya dalam bidang agroindustri
menurut Tobing dan Poeloengan (2000) adalah pada dasarnya mengacu pada empat
hal yakni: pertama, penerapan konsep intertemporal choice atau pilihan antar waktu
dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengerahan sumberdaya alam untuk menjamin
pembangunan berkelanjutan; kedua, penerapan internalized external cost,
menginternalisasikan biaya sosial yang selama ini ditanggung oleh masyarakat berupa
penurunan kualitas lingkungan ke dalam biaya perusahaan; ketiga, pengembangan
sumberdaya manusia pelaku agribisnis agar mampu melaksanakan pembangunan
pertanian berwawasan lingkungan; dan keempat, ialah pengembangan dan
pemanfaatan teknologi akrab lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah
upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk
sumberdaya alam ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan
kesejahteraan dan mutu generasi kini dan generasi masa depan (pasal 1 butir 3 UU
No. 23 Tahun 1997). Unsur penting yang terkandung dalam pembangunan yang
berwawasan lingkungan adalah penggunaan/pengelolaan sumberdaya alam secara
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
bijaksana yang menunjang pembangunan yang berkesinambungan serta
meningkatkan mutu hidup.
Pemerintah Indonesia mencanangkan pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development), yaitu pemerintah berupaya untuk
melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup pada setiap kegiatan
industrinya. Kemajuan teknologi di bidang industri seringkali disertai dengan
dampak negatif berupa limbah. Di pihak lain, kemajuan pola berpikir semakin
menyadarkan orang akan arti pentingnya kelestarian lingkungan hidup, dengan cara
mencari alternatif guna mengendalikan limbah buangan industri.
Konsep pembangunan berkelanjutan memiliki banyak persyaratan, salah
satunya adalah menuntut adanya produktivitas sumberdaya yang seefektif dan
seefisien mungkin, serta memanfaatkan produk samping (limbah) dari proses olah
sumberdaya tersebut. Selanjutnya menurut Kantor Menteri Lingkungan Hidup (1996)
bahwa pengelolaan limbah dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan
mempunyai prinsip bahwa limbah tidak boleh terakumulasi di alam sehingga
mengganggu siklus materi dan nutrien. Pembuangan limbah harus dibatasi pada
tingkat yang tidak melebihi daya dukung lingkungan untuk menyerap pencemaran
dan sistem tertutup seperti daur ulang harus dimaksimalisasi.
Selanjutnya Arifin (2001) berpendapat bahwa pembangunan berkelanjutan
adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan sendiri.
Beberapa prioritas awal untuk operasionalisasi pembangunan berkelanjutan yaitu:
1. diseminasi tanpa henti tentang keberlanjutan pembangunan ekonomi kepada
kaum elit dan masyarakat;
2. mulai menerapkan prinsip kesinambungan antar pembangunan ekonomi dan
pelestarian lingkungan hidup pada beberapa sektor vital serta peka terhadap
lingkungan hidup;
3. senantiasa mengkaitkan cakupan penelitian dan pengembangan teknologi
yang ramah lingkungan hidup pada setiap disiplin ilmu dengan melibatkan
sektor publik & perusahaan swasta terutama multinasional.
Menurut Soemarwoto (2004) bahwa berubahnya paradigma lama yaitu sistem
Atur Dan Awasi (ADA) menjadi paradigma baru yaitu sistem Atur-Diri-Sendiri
(ADS) yang dilakukan oleh pelaku bisnis merupakan bentuk implementasi tanggung
jawab pelaku bisnis terhadap lingkungan hidup dan sosial perusahaan. Dalam istilah
pelaku bisnis kelansungan hidup perusahaan ditentukan oleh the triple bottom line;
economic, enviroment and social. Artinya, perusahaan harus bersifat ramah
lingkungan hidup, baik lingkungan hidup fisik maupun lingkungan hidup sosial-
budaya dan ekonomi. Ada tiga cara untuk mengubah sikap dan kelakuan manusia
terhadap lingkungan hidup, yaitu dengan instrumen pengaturan dan pengawasan ;
instrumen ekonomi; dan instrumen suasif.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Prinsip instrumen ekonomi ialah usaha penanggulangan kerusakan lingkungan
secara preventif, bertujuan untuk mengubah nilai untung relatif terhadap rugi bagi
pelaku dengan memberikan insentif-disinsentif ekonomi. Dua instrumen ekonomi
utama ialah pemungutan biaya retribusi/pajak untuk limbah dan perdagangan emisi.
Perdagangan emisi ini bertujuan untuk mengurangi emisi dengan bekerjasama antara
pelaku pencemar sehingga pengurangan emisi yang ditentukan dapat dicapai dengan
cara yang lebih murah, pada umumnya dibedakan antara cap-and-trade dan baseline-
and-credit (Soemarwoto, 2004).
Makna Atur Diri Sendiri merupakan tanggungjawab menjaga kepatuhan dan
penegakan hukum lebih banyak ditanggung oleh masyarakat. Kode praktik
pengelolaan lingkungan hidup bersifat sukarela (voluntary environmental practice
code), dimana sebuah perusahaan bebas untuk mengadopsi atau tidak kode praktik
tersebut. Misalnya, ISO 14000 dan proyek CDM. Jadi melaksanakan proyek CDM
merupakan salah satu instrumen ekonomi dalam pengelolaan lingkungan hidup
berupa insentif bagi perusahaan yang melakukan penanggulangan kerusakan
lingkungan secara sukarela.
Murdiyarso (2003b) menambahkan bahwa dalam perspektif negara
berkembang, keberhasilan CDM terletak pada sumbangan proyek tersebut dalam
mencapai pembangunan berkelanjutan. Dana yang disalurkan melalui proyek CDM
dapat membantu negara berkembang mencapai beberapa tujuan pembangunan sosial,
ekonomi, dan lingkungan sebagai pilar pembangunan berkelanjutan.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Isu lingkungan yang utama dalam setiap penyusunan studi Analisis AMDAL
perkebunan dan pabrik pengolahannya adalah terjadinya penurunan kualitas air, tanah
dan udara akibat limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit. Diatur dalam Peraturan
Pemerintah RI Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL) serta Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
RI No.17/MENLH/5/2000 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep-86/MENLH/10/2002
tentang pedoman umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) memutuskan kegiatan yang tidak ada dampak
pentingnya, dan atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya, diharuskan
melakukan UKL dan UPL sesuai dengan yang ditetapkan di dalam syarat-syarat
perizinannya menurut peraturan berlaku (Kementerian Lingkungan Hidup, 2004).
2.2. Sejarah dan Pengertian Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM)
Adanya pengaruh antropogenik terhadap sistem iklim, serta meningkatnya
kesadaran masyarakat akan isu lingkungan global, menyebabkan isu perubahan iklim
menjadi perhatian dalam agenda politik internasional pada tahun 1980-an. Adanya
kebutuhan dari para pembuat kebijakan akan informasi ilmiah yang terkini, maka
pada tahun 1988, World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Environment Programme (UNEP) mendirikan Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC), sebuah lembaga yang terdiri dari para ilmuwan seluruh dunia yang
bertugas meneliti fenomena perubahan iklim serta solusi yang harus dilakukan.
Menurut Hart (2006) bahwa pada tahun 1990, IPCC menghasilkan laporan
pertamanya, First Assesment Report, yang menegaskan bahwa perubahan iklim
merupakan sebuah ancaman serius bagi seluruh dunia dan untuk itu diperlukan
adanya kesepakatan global untuk mengatasi ancaman tersebut. Untuk merespon
seruan IPCC, pada Desember 1990, Majelis Umum PBB membentuk sebuah komite,
Intergovernmental Negotiating Committee (INC), untuk memimpin pembuatan
Kerangka kerja Konvensi Perubahan Iklim (Framework Convention on Climate
Change/ FCCC).
Setelah INC melakukan beberapa kali pertemuan, sejak Februari 1991-Mei
1992, sehubungan dengan kerangka kerja konvensi tersebut, akhirnya pada tanggal 9
Mei 1992 INC mengadopsi sebuah konvensi yang dikenal dengan Konvensi PBB
untuk Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/
UNFCCC). Konvensi tersebut kemudian terbuka untuk ditandatangani pada KTT
Bumi di Rio de Janeiro, Juni 1992 dan mulai berkekuatan hukum sejak 21 Maret
1994. Konvensi Perubahan Iklim ini mempunyai tujuan utama untuk menstabilkan
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer hingga pada level yang aman. Namun pada
konvensi ini belum ada target-target yang mengikat, seperti target level konsentrasi
gas rumah kaca yang aman, serta kerangka waktu untuk mencapai target tersebut.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas
rumah kaca agar sistem iklim Bumi tidak terganggu dan terus memburuk. Murdiyarso
(2003a) mengemukakan bahwa di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro,
Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju
untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Kerangka
PBB tentang Konvensi Perubahan Iklim akhirnya diterima secara universal sebagai
komitmen politik international tentang perubahan iklim. Tujuan utama Konvensi ini
seperti tercantum dalam Pasal 2 adalah untuk: menstabilkan konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfer pada tingkat tertentu dari kegiatan manusia yang membahayakan
sistem iklim. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang
lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Protokol Kyoto yang merupakan persetujuan pelaksanaan Kerangka Konvensi
Perubahan Iklim (KKPI) mempunyai berbagai dampak penting bagi Indonesia.
Dalam Artikel 4.2a KKPI menyatakan bahwa pengurangan emisi oleh negara Annex I
dapat dilakukan berpatungan (jointly) dengan pihak lain dan dapat membantu pihak
lain untuk mencapai tujuan konvensi. Berdasarkan ketentuan ini dalam Protokol
Kyoto terdapat tiga mekanisme untuk mitigasi perubahan iklim, yaitu:
1. Implementasi patungan (IP) atau joint implementation (JI) antara negara Annex I;
2. Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) atau Clean Development Mechanism
(CDM) antara negara Annex I dan negara non-Annex;
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
3. Perdagangan Emisi Internasional (PEI) atau International Emissions Trading
(IET) antara negara Annex I.
Ketiga mekanisme bersifat lentur (flexible) serta terbuka untuk badan pemerintah
maupun swasta (Soemarwoto, 2004).
Mekanisme Pembangunan Bersih adalah sebuah mekanisme dimana negara-
negara yang tergabung dalam Annex I memiliki kewajiban untuk menurunkan emisi
gas-gas rumah kaca sampai angka tertentu pada tahun 2012 seperti yang telah diatur
dalam Protokol Kyoto, membantu negara-negara non-Annex I untuk melaksanakan
proyek-proyek yang mampu menurunkan atau menyerap emisi setidaknya satu dari
enam jenis gas rumah kaca. GRK yang dimaksud ialah seperti tertera dalam lampiran
A Protokol Kyoto yaitu karbondioksida (CO2), metan (CH4), nitrogen oksida (N2O),
hidroflorokarbon (HFCs), Perflorokarbon (PFCs) dan Sulfur heksaflorida (SF6) (lihat
pada Tabel 1). Negara-negara non Annex I yang dimaksud adalah yang
menandatangani Protokol Kyoto namun tidak memiliki kewajiban untuk menurunkan
emisinya. Satuan jumlah emisi GRK yang bisa diturunkan dikonversikan menjadi
sebuah kredit yang dikenal dengan istilah Certified Emissions Reduction (CERs)
satuan reduksi emisi yang telah disertifikasi (IGES, 2006).
Menurut Soemarwoto (2004) bahwa sebelum dapat dijual kredit reduksi emisi
(CERs) itu harus diverifikasi dulu kebenarannya. CERs adalah kredit reduksi emisi
yang telah diverifikasi. Verifikasi bertujuan untuk menghindari penipuan dan
dilakukan oleh badan yang diakreditasi oleh sebuah supervisory executive board.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Tabel 1. Enam jenis Gas Rumah Kaca berdasarkan Protokol Kyoto
Nilai potensi pemanasan global dari keenam gas rumah kaca ini persis sama (potensi pengukuran pemanasan global mengukur efek relatif dari radiasi yang ditimbulkan oleh GRK dibandingkan terhadap CO2). Misal: 1 ton CH4 samadengan 21 ton CO2.
GRK GWP 1. Karbondioksida (CO2) 1
2. Metan (CH4) 21
3. Nitrogenoksida (N2O) 310
4. Hidroflorokarbon (HFCs) 140 - 11.700
5. Perflorokarbon (PFCs) 6.500 - 9.200
6. Sulfur heksaflorida (SF6) 23.900
Sumber : IGES (2006)
Suatu proyek CDM dapat dikatakan menghasilkan kredit karbon apabila
proyek tersebut harus menunjukkan adanya pengurangan emisi jika dibandingkan
dengan kondisi awal (baseline scenario), dimana kondisi awal merupakan kondisi
yang terjadi saat ini pada proses yang normal (Gambar 1). Aspek penting lainnya
adalah proyek yang akan dijadikan proyek CDM harus sejalan dengan kebijakan
lingkungan yang berlaku di negara yang bersangkutan dan juga dengan tujuan akhir
pembangunan berkelanjutan yang telah ditetapkan oleh negara tersebut
(UNFCCC,2001b).
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Gambar 1. Diagram Mekanisme Kerja CDM (UNFCCC, 2001a)
Beberapa kriteria pembangunan berkelanjutan di sektor energi ditetapkan
melalui KepMen ESDM No.953.K/50/MEM/2003 adalah sebagai berikut:
a. Menekankan penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi
b. Memiliki kontribusi terhadap kelestarian lingkungan
c. Dapat memberikan peningkatan pendapatan
d. Adanya transfer teknologi
e. Pembangunan masyarakat
Soemarwoto (2004) mengemukakan bahwa CDM tertera dalam Artikel 112
dan merupakan mekanisme yang khusus mengatur perdagangan dengan negara
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
sedang berkembang (negara non Annex I). Tujuan CDM adalah untuk membantu
negara sedang berkembang untuk memberi kontribusi pada tercapainya stabilisasi
kadar GRK dalam atmosfer berupa pemindahan teknologi dan dana dari negara maju
ke negara sedang berkembang untuk melakukan pembangunan berkelanjutan.
Menurut Witoelar (2006) bahwa CDM merupakan satu peluang peningkatan
upaya alih teknologi bersih, pemasukan dana segar dari luar negeri serta sebagai
pembuktian akan komitmen Indonesia atas lingkungan global. CDM juga dapat
membantu pencapaian pembangunan berkelanjutan negara berkembang, seperti
Indonesia. Selain itu dapat mencegah, menekan, dan mengurangi emisi gas rumah
kaca.
Selanjutnya Melisa (2007) menambahkan bahwa mekanisme ini
menawarkan win-win solution antara negara maju dengan negara berkembang dalam
rangka pengurangan emisi GHGs, dimana negara maju menanamkan modalnya di
negara berkembang dalam proyek-proyek yang dapat menghasilkan pengurangan
emisi GHGs dengan imbalan CERs. Adapun pengurangan emisi tersebut sebesar
minimal 5 % dari tingkat emisi tahun 1990, selama tahun 2008 sampai tahun 2012.
Proyek CDM dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian utama: (1) Reduksi
Emisi GRK dan (2) Sekuestrasi (sink, penyerapan karbon). Di bawah 2 kategori
utama tersebut terdapat beberapa sub kategori yang digolongkan berdasarkan dari
besar/kecilnya proyek tersebut (dapat dilihat pada Gambar 2)
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Gambar 2. Klassifikasi Kegiatan Proyek CDM (IGES,2006)
Pada bulan Desember 2001 modaliti dan prosedur mekanisme fleksibel Protokol
Kyoto termasuk CDM diputuskan yang terangkum dalam Marrakesh Accords. Badan
Eksekutif CDM dibentuk untuk mengendalikan proses CDM. Untuk itu pengembang
proyek harus melalui tahapan seperti digambarkan pada bagan 3.
Penetapan baseline merupakan bagian krusial dalam merancang kegiatan
proyek CDM. Baseline sebagai dasar menentukan jumlah total pengurangan emisi
GRK dan CERs. Skenario baseline menggambarkan tingkat emisi GRK sebelum
adanya proyek CDM. Seperti ditunjukkan pada Gambar 4, berapapun jumlah
pengurangan emisi atau GRK yang diserap dalam batas proyek selama periode
penghitungan kredit akan dihitung sebagai pengurangan emisi yang merupakan hasil
aktivitas manusia dalam hal ini proyek CDM (IGES, 2006).
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Gambar 3. Siklus Proyek CDM (MOE and IGES, 2005)
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Gambar 4. Skenario baseline (IGES, 2006)
Untuk menghitung pengurangan emisi dan baseline ditentukan dengan
membuat batas proyek yang mencakup semua emisi dari sumber, yang berada di
bawah pengelolaan pengembang proyek, yang signifikan dan berkaitan dengan
kegiatan proyek CDM. Pengembang proyek perlu memperhitungkan ada/tidaknya
kebocoran (leakage) pada proyek yang direncanakan, yaitu emisi GRK yang terjadi di
luar batas proyek yang dapat diukur dan berkaitan dengan kegiatan proyek.
Penghitungan total pengurangan emisi (net) harus memperhitungkan kebocoran
(IGES, 2006).
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
CDM memiliki sifat unik yang membedakannya dengan proyek yang umum
ditemui, karena proyek CDM dapat mengurangi emisi GRK. Tingkat reduksi emisi
yang dihasilkan oleh sebuah proyek CDM diukur dengan menggunakan CO2eq,ton
(CO2 ekiuvalen). Suatu proyek CDM akan dapat memperoleh pemasukan tambahan
dari hasil penjualan CER. Proyek CDM dapat menguntungkan negara berkembang
karena kontribusi CER-nya diperkirakan dapat memberikan sekitar 7 - 40 %,
tergantung dari tipe proyek dan sektornya. Pembayaran CER dilakukan dengan
menggunakan hard currency (US$ atau ), sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan terhadap developer untuk proyek CDM ini. Potensi pasar CER dari
proyek CDM sangat signifikan. Uni Eropa memperkirakan sekitar 430 juta ton CO2
harus diturunkan di seluruh dunia untuk memenuhi target reduksi seperti yang telah
digariskan oleh Protokol Kyoto (UNEP FI, 2005).
Selanjutnya Soemarwoto (2004) mengemukakan bahwa dari sebuah laporan
studi strategi nasional implementasi CDM di Kolombia yang meliputi 28 jenis proyek
maka negara tersebut memperoleh nilai maksimum US$ 19/tCO2 dengan potensi
reduksi emisi sebesar 42MtCO2 per tahun. Hal ini berarti betapa besarnya potensi
CDM sebagai sumber dana pembangunan bagi negara berkembang.
2.3. Potensi Proyek CDM di Indonesia
Indonesia meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim melalui UU No. 6 tahun
1994. Ratifikasi Protokol Kyoto disetujui oleh DPR tanggal 28 Juni 2004 dan melalui
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
UU No. 17 tahun 2004 Indonesia meratifikasi Protokol Kyoto dan disampaikan ke
Sekretariat Konvensi Perubahan Iklim tanggal 3 Desember 2004 melalui Departemen
Luar Negeri. Dengan meratifikasi Protokol Kyoto berarti membuka peluang bagi
Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi untuk mengembangkan proyek
CDM, yang akan bermanfaat dalam upaya menuju pembangunan berkelanjutan.
Potensi kegiatan proyek CDM sektor energi diperkirakan sekitar 2,1% dari 1200 juta
ton CO2 per tahun pada harga 1,83 US$ per ton CO2. Pilihan mitigasi yang paling
layak untuk diterapkan di Indonesia adalah energi geotermal, pemanfaatan gas suar
bakar, kombinasi yang terpadu antara penggantian bahan bakar, kogenerasi, dam
sistem pemanasan. Sedangkan potensi kegiatan CDM sektor kehutanan diperkirakan
sekitar 28 juta ton CO2 per tahun (IGES, 2006).
Menurut Witoelar (2006) bahwa pemerintah Indonesia yang dipelopori
Kementerian Lingkungan Hidup menargetkan akan dapat mengurangi emisi gas
rumah kaca seperti CO2 sebanyak 180 juta ton dalam waktu 2008-2012, dengan
menerapkan CDM. Untuk mempromosikan dan memfasilitasi CDM, Indonesia telah
menandatangani beberapa kerjasama dengan beberapa negara maju seperti Belanda,
Denmark, Austria, dan Kanada. Upaya penurunan emisi gas rumah kaca yang bisa
dilakukan melalui kegiatan CDM meliputi proyek energi terbarukan (misalnya:
pembangkit listrik tenaga matahari, angin, gelombang, panas bumi, air dan
biomassa), menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar (efisiensi energi), mengganti
bahan bakar fosil dengan bahan bakar lain yang lebih rendah tingkat emisi gas rumah
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
kacanya (misal: mengganti minyak bumi dengan gas), kehutanan, dan pemanfaatan
gas metan dari pengelolaan sampah. Ada 13 proyek potensial untuk dijadikan CDM,
diantaranya Bali Biomass Power, Darajat Unit III Geothermal Project, Lampung
Rice Husk Power Project, Methane Extraction from Palm Oil Mill Effluent in
Sumatera.
Selanjutnya Arifin (2007) menambahkan potensi proyek CDM di Sumatera
Utara sangatlah besar. Daerah ini memiliki potensi besar di sektor energi yang cukup
diminati oleh negara-negara maju. Potensi energi yang dapat didesain dengan
teknologi rendah emisi adalah hydropower, panas bumi, biomasa, gas dan angin.
Sumut memiliki potensi signifikan untuk proyek CDM yang diperkirakan ada di
bidang energi hydropower sebesar 13 megawatt, panas bumi 2,5 megawatt, biomasa
2,3 megawatt, biogass mencapai 47 megawatt serta potensi energi angin dan lahan
gambut yang cukup memadai. Sumatera Utara juga memiliki lebih dari 80 pabrik
kelapa sawit yang mengkontribusi gas metan ke udara dengan basis setiap produksi
8,8 juta ton tandan buah segar (TBS) dihasilkan dari 680.000 Ha kebun sawit. Jadi
dengan luas perkebunan sawit 1,7 juta Ha akan berpotensi sebesar 8,7 milyar ton
setara CO2/thn untuk dijadikan proyek CDM. Satu unit pabrik dengan kapasitas 45
ton TBS dapat menghasilkan 18.000 ton setara CO2 per tahun.
Sumber utama emisi GRK di sektor energi adalah pembakaran bahan bakar
minyak dalam proses produksi dan prosesing sumber energi primer terutama minyak
dan gas, pembangkit tenaga, dan proses pembakaran di industri-industri lainnya.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Pengurangan emisi GRK di sektor energi umumnya didasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Mengurangi penggunaan bahan bakar berbasis carbon dengan bahan bakar
non-carbon atau kandungan carbon rendah
2. Meningkatkan efisiensi pembakaran
3. Meminimalkan kebocoran methane dan dekarbonisasi.
Studi nasional di bidang energi telah mengidentifikasi kegiatan produksi
potensial untuk mengurangi emisi GRK, diantaranya industri minyak sawit. Industri
minyak sawit pada saat ini menggunakan bahan bakar fosil berkarbon tinggi untuk
menghasilkan uap dan tenaga listrik. Dengan adanya opsi teknologi mitigasi GRK
potensial dapat melalui 1) penggunaan energi terbarukan untuk sistem kogenerasi,
dimana penggunaan tandan sawit dan biogas dalam tungku yang telah disesuaikan
desainnya; 2) produksi biogas melalui peningkatan sistem perlakukan limbah air.
Akibatnya potensi pengurangan GRK atau penghematan energi di Indonesia sebesar
14 juta ton CO2 (IGES, 2006).
Leslie (2007) mengemukakan bahwa Indonesia memiliki potensi pengurangan
emisi yang besar dan telah mengambil beberapa langkah maju yaitu telah memiliki
Komisi Nasional Pembangunan Bersih serta telah memproses dan menyetujui
proyek-proyek CDM. Adapun manfaat proyek CDM/ER (emission reduction) adalah:
1) bidang Sosial, dimana adanya sinergi internal dengan ekonomi lokal, persepsi
publik dan kepemimpinan; 2) Lingkungan meliputi reduksi GRK (gas metan), reduksi
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
bau dan vektor penyakit, serta reduksi GRK lainnya (gas nitrous oxide); 3) Ekonomi,
yaitu pembiayaan internasional (PMA), transfer teknologi bersih (Clean Technology).
Menurut Murdiyarso (2003b) bahwa Indonesia telah memiliki otoritas
nasional atau Designated National Authority (DNA). Otoritas nasional adalah sebuah
lembaga pada tingkat nasional yang ditunjuk pemerintah untuk mewakili
kepentingan nasional dalam implementasi CDM. Bagi para pihak di negara
berkembang, memiliki sebuah DNA dan meratifikasi Protokol Kyoto merupakan
syarat untuk dapat berpartisipasi di dalam CDM. Fungsi utama DNA yaitu
pengaturan dan promosi proyek CDM..
Komite Nasional untuk Mekanisme Pembangunan Bersih (KomNas MPB)
bertugas mengkoordinir penerapan proyek CDM di Indonesia. Komisi ini merupakan
organisasi pemerintah yang dibentuk melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No. 206 tahun 2005 (21 Juli 2005), yang berfungsi sebagai otoritas nasional
Indonesia untuk MPB. Komnas MPB didukung oleh sektretariat dan tim teknis, yang
akan melakukan kegiatan harian KomNas MPB (Melisa, 2007). Struktur DNA di
Indonesia dapat dilihat pada gambar 5.
2.4. Hukum dan Perundang-undangan
Hukum dan peraturan yang berkaitan dengan penerapan CDM di Indonesia
meliputi: Undang-Undang No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Undang-Undang No. 32/2004 tentang Otonomi Daerah, Undang-Undang No. 5/1960
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
tentang Agraria, Undang-Undang No.41/1999 tentang Kehutanan, dan Undang-
Undang No. 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing.
Komisi Nasional Perubahan Iklim
Komisi Nasional CDM
Komite Teknis
Sekretariat Team Ahli
Stakeholder Forum
Gambar 5. Struktur DNA di Indonesia (Pelangi, 2004)
Dalam rangka implementasi proyek CDM di Indonesia, pengembang proyek
perlu mempertimbangkan Undang-Undang No.23/1997 yang menjelaskan secara
rinci prinsip, tujuan, hak, kewajiban, peran masyarakat, otoritas manajemen
lingkungan dan sebagainya. Sebagai anggota UNFCCC dan Protokol Kyoto,
Indonesia telah meratifikasi UNFCCC terkait perubahan iklim dan Protokol Kyoto
melalui Undang-Undang No. 6/1994 dan Undang-Undang No. 17/2004. Dengan
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
prinsip UNFCCC common but differentiated, Indonesia telah menunjukkan
kontribusinya dalam mencapai tujuan akhir UNFCCC, yaitu stabilisasi konsentrai gas
rumah kaca di atmosfir dan pembangunan berkelanjutan (IGES, 2006).
2.5. Limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
Berdasarkan lokasi pembentukannya, limbah hasil perkebunan kelapa sawit
dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu limbah lapangan dan limbah
pengolahan. Tobing, et al. (1990) menyatakan bahwa asal dan jumlah bahan buangan
PKS terutama diperoleh dari:
a. Air kondesat rebusan (sterilizer condensat), dengan jumlah bahan buangan
sekitar 150 175 kg per ton tandan buah segar (TBS).
b. Lumpur (sludge water), karena adanya pengenceran, dengan jumlah bahan
buangan sekitar 350-400 kg/ton TBS.
c. Bak pemisah lumpur (clay bath) atau hydrocyclone separator, dengan
jumlah buangan sekitar 100 150 kg/ton TBS.
Untuk setiap ton TBS yang diolah akan menghasilkan 0,6 0,7 ton limbah pabrik
kelapa sawit. Pada umumnya PKS mengolah TBS dengan kapasitas 60 ton/jam
dengan jumlah jam kerja 20 per hari. Dengan demikian setiap hari PKS akan
menghasilkan limbah berkisar antara 720 840 ton limbah PKS/hari.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Limbah segar (raw effluen) PKS mengandung bahan organik majemuk dan
mineral dengan nilai BOD5 (Biological Oxigen Demand) berkisar antara 20.000
60.000 mg/l dan pH antara 4,0 4,6. Limbah PKS tidak beracun karena pengolahan
TBS menjadi minyak sawit segar secara mekanis tidak menggunakan bahan kimia
atau bahan beracun berbahaya (B3)(Widhiastuti, 2001).
Pengelolaan limbah merupakan salah satu proses perombakan bahan organik
majemuk menjadi bahan organik sederhana secara mikrobiologi dalam suasana
anaerobik dan aerobik. Pada tahap pertama, bahan organik majemuk diubah oleh
bakteri menjadi asam-asam organik yang mudah menguap, dan pada tahap kedua
asam organik diubah menjadi gas metan dan karbondioksida (Subagyo, 1989).
CO2, CH4 Bahan Asam CO2, CH4 Organik Organik Bakteri Fakultatif Bakteri Anaerob Obligat Gambar 6. Tahapan perombakan bahan organik limbah pada proses anaerobik (Sumber : Subagyo, 1989).
Perombakan anaerob dari limbah PKS merupakan proses yang sangat kompleks
yang pada dasarnya dapat dianggap sebagai dua fase yang dilakukan oleh kelompok-
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
kelompok bakteri yang menghasilkan asam-asam metana (Tobing, et al, 1988).
Bakteri yang terlibat dalam perombakan pada tahap pertama (Ngan, Ma Ah, 1984)
adalah : 1) Clostridium butirum, 2) Clostridium spp., 3) Peptococcus anaerobicus, 4)
Desulphofibrio spp., dan 5) Group bakteri yang menghasilkan enzim proteolitik,
lipolitik, ureolitik, selulitik, amilolitik.
Pada fase berikutnya kelompok bakteri kedua bertugas melanjutkan
perombakan asam-asam organik metana, karbondioksida dan gas hidrogen. Bakteri
kelompok kedua disebut bakteri penghasil metana (methana producing bacteria).
Dalam penggunaannya, bakteri metana bercampur dengan bahan organik, sehingga
massa keseluruhannya disebut juga sebagai lumpur. Perombakan di dalam kolam
perombakan utama anaerob cukup baik dengan efisiensi perombakan sampai sekitar
80 90 % (Tobing, et al., 1988).
Reaksi pada tahap kedua, yaitu pengubahan asam-asam mudah menguap
terutama asam asetat menjadi gas, seperti metana, karbondioksida, dan hidrogen
sulfida. Bakteri yang berperan pada tahap ini adalah bakteri anaerob obligat
penghasil metana, diantaranya: 1) Methanobacterium formikum, 2) M. mobilis, 3) M.
ruminartium, 4) M. soebagenii, 5) M. propionicum, 6) M. suboxidans, 7)
Methanococus mazei, 8) M. vannielli, 9) Methanosarcina barkeri, dan 10) M.
methanica. Proses fermentasi metan menjadi 3 tahapan, yaitu hidrolisis, asetogenesis
(dehidrogenesis), dan metanogenesis (Gambar 7).
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
65 %
35 % 15 %
72 %
20 % 17 %
13%
15 %
Asam asetat
Asam propionat
CH4
Intermediat lainnya
Bahan organik
Hidrolisis Asetogenesis Metanogenesis
Gambar 7. Tahapan fermentasi metana (Said, 1994)
Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwa asam asetat dan asam propionat merupakan
sumber utama pembentukan gas metana. Angka dalam persen menunjukkan
penurunan COD dan perubahan bahan organik. Reaksi-reaksi pembentukan metan
dapat dirinci sebagai berikut:
1. 4H2 + CO2 CH4 + 2H2O
2. Asam formiat : 4HCOOH CH4 + 3CO2 + 2H2O
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
3. Asam asetat : CH3COOH CH4 + CO2 4. Asam propionat : CH3CH2COOH + H2O CH3COOH + CO2 +
CH3COOH CH4 + CO2
CH3CH2COOH + H2O 5/4 CO2 + 7/4 CH4
5. Etanol : CH3CH2OH + H2O CH3COOH + 2H2
CH3COOH CH4 + CO2
CH3CH2OH + H2O CH4 + CO2 + 2H2
(Sumber : Subagyo, 1989)
Limbah PKS berupa gas CH4 dan CO2 dapat memberikan kontribusi GRK yang
dapat menimbulkan perubahan iklim global. Konstribusi gas CH4 terhadap GRK
sebesar 24%. Dimana nilai potensi pemanasan global dari 1 ton gas metan setara
dengan 21 ton CO2. Murdiyarso (2003a) mengemukakan bahwa konsentrasi CH4 dan
N2O relatif rendah, tapi kemampuan memperkuat radiasi (radiative forcing)
gelombang pendek menjadi gelombang panjang yang bersifat panas jauh lebih besar
dibanding CO2 yang konsentrasi dan pertumbuhannya jauh lebih besar. Kedua GRK
tersebut masing-masing mampu memperkuat radiasi sekitar 20 dan 200 kali
kemampuan CO2. Hal ini berarti bahwa kenaikan yang sekecil apapun dari kedua
GRK tersebut harus tetap dikendalikan.
Aktivitas proyek CDM yang dilakukan PKS bertujuan untuk menangkap gas
metan dari pembusukan bahan organik pada sistem pengolahan air limbah pabrik
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
pengolahan kelapa sawit dengan mengenalkan sistem penangkapan dan pembakaran
gas metan pada kolam an aerobik. Aktivitas proyek ini memanfaatkan teknologi yang
efektif, sederhana dan handal untuk menangkap biogas yang dihasilkan oleh kolam
penampungan, pemasangan penutup bersegel di atas kolam anareobik untuk
menciptakan sistem digester anareobik. Masing-masing penutup terdiri dari geo
membran poliethylene kerapatan tinggi sintesis atau Sintentic High Density
Polyethylene (HDPE) yang disegel.
Menurut Shirai et al (2003) bahwa teknologi yang digunakan untuk
menangkap dan bakar gas metan pada pabrik kelapa sawit adalah teknologi anaerobic
biodigester. Teknologi ini menggunakan bahan HDPE yang kuat dan tahan lama
untuk menangkap gas dari kolam limbah (termasuk metan), dilengkapi dengan
sistem pengadukan dan sensor kemudian biogas disalurkan lewat pipa dan
dihancurkan (flare).
Skema proyek gabungan dideskripsi dalam AMS III H, yang meliputi (1) dua
kolam anerobik (ditutup dengan HDPE), (2) dilengkapi sistem meteran (flowmeter)
dan peralatan pembakaran (flaring serta peralatan energi yang terbaharu untuk masa
datang) dan (3) pemantauan untuk pengaturan de sludge dan sludge (UNFCCC,
2007).
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Gambar 8. Proyek Gabungan CDM (UNFCCC,2007)
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai perkembangan CDM di Sumatera Utara telah dilakukan
pada perusahaan-perusahaan yang berpotensi mendapatkan kredit karbon yaitu PT
Milano, PT Multimas Nabati (PT MNA), PTP Nusantara III dan PTP Nusantara IV
di wilayah Sumatera Utara.
Penelitian untuk mengetahui lebih jauh pelaksanaan CDM di Sumatera Utara
dilakukan studi kasus pada perusahaan yang telah menerapkan CDM yaitu PT.
Perkebunan Milano. Penelitian ini telah dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit PT
Perkebunan Milano yang terletak di Desa Pinang Awan, Kecamatan Torgamba
Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara (peta lokasi dapat dilihat lampiran 1).
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2007 sampai dengan bulan
Maret 2008.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah air limbah, tabung
reaksi, botol, kertas hitam, gayung, flowmeter, stopwatch, pHmeter, ember, meteran
dan alat tulis.
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer untuk
analisis faktor pendorong dan kendala perkembangan CDM diperoleh dari hasil
wawancara dengan para pimpinan perusahaan dan para konsultan CDM, sedangkan
data primer untuk pengurangan emisi diperoleh dari PKS PT. Perkebunan Milano.
Data sekunder berupa informasi mengenai kegiatan sosialisasi, lokakarya dan
pelatihan CDM dari Bapedaldasu, sedangkan data untuk studi kasus diperoleh dari
PKS PT Perkebunan Milano.
3.4. Metodologi Penelitian
Untuk menggambarkan kondisi/perkembangan serta kendala CDM di
Sumatera Utara dilakukan observasi untuk mengetahui tingkat responsif dari peserta
sosialisasi, lokakarya dan pelatihan CDM yang diadakan oleh Bapedaldasu.
Kemudian untuk lebih mendalami faktor pendorong dan kendala dilakukan analisis
persepsi terhadap CDM, birokrasi dan kompetensi.
Metode yang digunakan untuk studi kasus adalah metode menangkap dan
membakar gas metan dalam pengolahan limbah cair yang disetujui oleh UNFCCC
yaitu: AMS III H (Shrestha et al, 2005). Metode tersebut meliputi sebagai berikut:
a. Emisi pada Kondisi Awal
Perhitungan Total Emisi Awal dengan sistem kolam limbah anaerobik tanpa
penangkapan dan pembakaran gas metan adalah sbb:
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
BEy = (MEP y,ww, pengolahan + MEP y,s, pengolahan) x GWP_CH4 ..1)
Dimana :
BEy = Emisi awal (ton CO2e/thn)
MEP y,ww, pengolahan = Potensi Emisi Gas Metan dari sistem pengolahan limbah cair pada tahun y (ton) MEP y,s,pengolahan = Potensi emisi gas metan dari sludge yang belum diolah pada tahun y (ton) GWP_CH4 = Potensi Pemanasan Global dari gas metan (Nilainya: 21) Langkah 1. Perhitungan Kolam Terbuka Emisi Awal MEPy,ww,pengolahan = Qy,ww x CODy,ww,belum diolah x Bo,ww x MCFww,pengolahan Dimana : MEPy,ww,pengolahan = Potensi Emisi Gas Metan dari sistem pengolahan limbah cair pada tahun y (ton) Qy,ww = Volume pengolahan limbah cair pada tahun y (m/thn) CODy,ww,belum diolah = COD dari limbah cair yang masuk ke kolam an aerobik pada tahun y (ton/m) Bo,ww = Kapasitas pembentukan gas metan dari limbah cair yang
diolah (0.21 kg CH4/kg COD) MCFww,pengolahan = Faktor koreksi gas metan (Ketetapan: 0.8) Langkah 2. Perhitungan Emisi dari Sludge MEP y,s,pengolahan = Sy,belumdiolahxDOCy,s,belumdiolah xDOCF x F x 16/12 x MCFs,pengolahan
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Dimana : MEP y,s,pengolahan = Potensi emisi gas metan dari sludge yang belum diolah pada tahun y (ton). Sy,belum diolah = Jumlah sludge yang dibentuk pada tahun y (ton) DOCy,s,belum diolah = Kandungan organik yang dihancurkan dari sludge yang yang dihasilkan pada tahun y. DOCF = Pecahan DOC yang diubah menjadi biogas (IPPC = 0,5) F = Pecahan CH4 dari ladang gas (IPCC = 0,5) 16/12 = Perbandingan mol CH4 dengan Karbon MCFs, pengolahan = Faktor Koreksi Gas Metan dari sistem pengolahan sludge
yang dilengkapi dengan pengumpulan gas metan dan pembakaran (Nilai terendah MCF = 0).
b. Emisi Setelah Aktivitas Proyek
PEy = PEy,power + PEy,ww, diolah + PEy,s,akhir + PEy,hilang + PEy,larut 2)
Dimana: PEy = Emisi setelah Proyek pada tahun y (ton CO2e/thn) PEy,power = Emisi melalui listrik atau penggunaan diesel pada tahun y (ton CO2e/thn) PEy,ww, diolah = Emisi melalui penurunan karbon organik pada limbah cair yang diolah pada tahun y (ton CO2e/thn) PEy,s,akhir = Emisi melalui kolam anaerobik dari produksi sludge akhir pada tahun y (ton CO2e/thn) PEy,hilang = Emisi melalui pelepasan gas metan dalam sistem penangkapan dan pembakaran pada tahun y (ton
CO2e/thn).
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
PEy,larut = Emisi melalui gas metan yang terlarut dalam limbah cair yang diolah pada tahun y (ton CO2e/thn) Langkah 1. Perhitungan Emisi dari Limbah Cair yang diolah untuk Proyek
PEy,ww, diolah = Qy,ww x CODy,ww,diolah x Bo,ww x MCFww,akhir x GWP_CH4 Dimana: PEy,ww, diolah = Emisi melalui karbon organik dalam limbah cair yang diolah pada tahun y (ton CO2e/thn) Qy,ww = Volume limbah cair yang diolah pada tahun y (m/thn) CODy,ww,diolah = COD dari limbah cair yang diolah pada tahun (ton/m) Bo,ww = Kapasitas pembentukan gas metan dari limbah cair yang
diolah (IPPC menetapkan:0.21 kg CH4/kg COD) MCFww,akhir `= Faktor koreksi gas Metan berdasarkan tipe pengolahan dan pelepasan limbah (Nilai MCF tertinggi untuk pengolahan an aerobik : 0,1) GWP_CH4 = Potensi Pemanasan Global dari gas metan (Nilainya: 21) Langkah 2. Perhitungan Jumlah Total Bahan Organik Dalam Kolam PEy,s,terakhir = Sy,terakhir xDOCy,s,terakhir xMCFs,terakhir x DOCF xFx 16/12xGWP_CH4 Dimana: PEy,s,terakhir = Emisi gas Metan dari pembusukan sludge akhir secara anaerobik yang dibentuk dlm sistem limbah cair pada tahun y (ton CO2e/thn)
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Sy,terakhir = Jumlah sludge terakhir yang dihasilkan oleh sistem limbah cair ada tahun y (ton) DOCy,s,terakhir = Kandungan organik yang hancur dari sludge terakhir yang dihasilkan oleh pengolahan limbah cair pada tahun y (pecahan) MCFs,terakhir = Faktor koreksi gas metan dari lahan yang menerima sludge terakhir diestimasikan dengan menunjukkan pada kategori AMS III G. DOCF = Pecahan DOC yang diubah menjadi biogas (Nilai IPCC = 0.5) F = Pecahan CH4 pada lahan gas (Nilai IPCC = 0.5) 16/12 = Perbandingan mol CH4 dengan Karbon GWP_CH4 = Potensi Pemanasan Global dari gas metan (Nilainya: 21) Langkah 3. Perhitungan Emisi yang Hilang dari Penangkapan dan pembakaran
yang tidak efisien
PEy,hilang,ww = (1 - CFEww) x MEP y,ww,pengolahan x GWP_CH4
Dimana: PEy,hilang,ww = Emisi yang hilang melalui penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien pada pengolahan limbahcair yang
anaerobik pada tahun y (ton CO2e/thn) CFEww = Efisensi penangkapan dan pembakaran gas metan pada pengolahan limbah cair. MEP y,ww,pengolahan = Potensi emisi gas metan dari pengolahan limbahcair pada tahun y (ton) GWP_CH4 = Potensi Pemanasan Global dari gas metan(Nilainya: 21)
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Langkah 4. Perhitungan Emisi yang hilang dari penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien pada pengolahan sludge
PEy,hilang,s = (1 - CFEs) x MEP y,s,pengolahan x GWP_CH4 Dimana: PEy,hilang,s = Emisi yang hilang melalui penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien dalam pengolahan sludge pada tahun y (ton CO2e/thn) CFEs = Penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien dari pengumpulan gas metan dan peralatan pembakaran pada sistem pengolahan sludge. MEP y,s,pengolahan = Potensi emisi metan dari sistem pengolahan sludge pada tahun y (ton) GWP_CH4 = Potensi Pemanasan Global dari gas metan(Nilainya: 21) Langkah 5. Perhitungan Total Emisi yang Hilang
PEy,hilang = PEy,hilang,ww + PEy,hilang,s Dimana: PEy,hilang = Emisi melalui pelepasan gas metan dalam sistem penangkapan dan pembakaran pada tahun y (ton CO2e/thn). PEy,hilang,ww = Emisi yang hilang melalui penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien pada pengolahan limbahcair yang anaerobik pada tahun y (ton CO2e/thn) PEy,hilang,s = Emisi yang hilang melalui penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien dalam pengolahan sludge pada tahun y (ton CO2e/thn)
Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008
Langkah 6. Perhitungan emisi dari gas metan yang terlarut dalam limbahcair.
PEy,terlarut = Qy,ww x [CH4]y,ww,diolah x GWP_CH4 Dimana: PEy,terlarut = Emisi melalui gas metan yang terlarut dalam limbah cair yang diolah pada tahun y (ton CO2e/thn) Qy,ww = Volume limbah cair yang diolah pada tahun y (m/thn) [CH4]y,ww,diolah= Kandungan gas metan yang larut dalam limbahcair yang diolah (ton/m). Limbahcair di kolam aerobic = 0; nilai limbah cair pada keadaan anaerobik dapat digunakan = 0,001 c. Perhitungan Pengurangan Emisi
ERy = BEy (PEy + Leakagey) ..3) Dimana : ERy = Pengurangan emisi (ton CO2e/thn) BEy = Emisi awal (ton C