92
ANALISIS REDUKSI EMISI GAS METAN MELALUI PROYEK MEKANISME PEMBANGUNAN BERSIH (CDM) PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TESIS Oleh SRI JULI HANDAYANI 067004015/PSL SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008

Analisa Reduksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisa Reduksi emisi gas metan melalui proyek

Citation preview

  • ANALISIS REDUKSI EMISI GAS METAN MELALUI PROYEK MEKANISME PEMBANGUNAN BERSIH (CDM) PADA PABRIK

    PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

    TESIS

    Oleh SRI JULI HANDAYANI

    067004015/PSL

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

    2008

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Judul Tesis : ANALISIS REDUKSI EMISI GAS METAN MELALUI PROYEK MEKANISME PEMBANGUNAN BERSIH (CDM) PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

    Nama Mahasiswa : Sri Juli Handayani Nomor Pokok : 067004015 Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

    Menyetujui Komisi Pembimbing

    (Prof. Ir. Zulkifli Nasution. M.Sc., PhD) Ketua

    (Prof.Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Dr. Zahari Zen, M.Sc.) Anggota Anggota Ketua Program Studi Direktur

    (Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH.,MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.,M.Sc)

    Tanggal Lulus: 19 Juni 2008

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Telah diuji Pada Tanggal : 19 Juni 2008 PANITIA UJIAN TESIS

    KETUA : Prof.Ir.Zulkifli Nasution, M.Sc., Ph.D

    Prof.Dr.Retno Widhiastuti,MS

    Dr. Zahari Zen, M.Sc

    Prof.Dr. Erman Munir, M.Sc

    Drs. Chairuddin, M.Sc

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • ABSTRAK

    Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism (CDM) adalah insentif ekonomi bagi industri yang berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. CDM merupakan salah satu kebijakan mekanisme Protokol Kyoto 1997 untuk mitigasi perubahan iklim. CDM di Sumatera Utara sejauh ini belum berkembang disebabkan terbatasnya dana pemerintah untuk mensosialisasikannya.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan CDM di Sumatera Utara dan mengetahui seberapa besar pengurangan emisi gas metan pada pabrik pengolahan kelapa sawit setelah melaksanakan proyek CDM serta mengetahui peranan proyek CDM dalam pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Perkebunan Milano, Desa Pinang Awan Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.

    Proyek CDM ini menggunakan teknologi biodigester dan untuk melakukan penghitungan pengurangan emisi gas metan digunakan metode yang disetujui UNFCCC yaitu AMS III H dengan cara menangkap dan membakar gas metan pada kolam anareobik untuk mereduksi emisi gas metan. Parameter yang diamati dalam penelitian adalah produksi TBS per tahun, volume limbah cair, dan COD limbah cair sawit. PKS PT Perkebunan Milano setelah melaksanakan proyek CDM dapat mereduksi emisi gas metan sebesar setara 31.895 tonCO2e/thn dan total pengurangan emisi gas metan selama periode pengkreditan yaitu 7 tahun diperkirakan sebesar 223.265 tonCO2e. Dari hasil pengurangan emisi gas metan tersebut, PKS PT Perkebunan Milano dapat memperoleh insentif ekonomi sebesar US$637.900,- bila diasumsikan dengan harga jual US$20 ton/CO2e. Dapat disimpulkan bahwa melaksanakan Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan tetapi juga bagi masyarakat dunia internasional. Kata Kunci: Emisi Gas Metan, Mekanisme Pembangunan Bersih, Pabrik Kelapa Sawit

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • ABSTRACT

    Clean Development Mechanism (CDM) project is an economic insentive for potensial industry in order to reduction greenhouse gas (GHG) release to the atmosphere. CDM is one of Kyoto Protocol 1997 policy mechanism in mitigating climate change. CDM in Sumatera Utara has not been developed so far because of government budget to socialization. The research objectives are to examine the role of the CDM scheme in enviromental management of the industry, to look at the development of CDM in Sumatera Utara and to find out what extent an palm oil mill has reduced the emission of methane after the implementation of the CDM project. The research was carried out at the palm oil mill PT Perkebunan Milano, Pinang Awan Village, Torgamba Sub-district, Labuhan Batu District, Sumatera Utara. This CDM project employs the biodigester technology and the Approved Metodology Scenario (AMS) III H method which has been approved by (United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). AMS was used to calculate the reduction of methane emission by confining and burning the methane in an anaerobic pond. The parameters observed in this study were the number of stems of fresh fruit produced per year, waterwaste volume, the Chemical Oxygen Demand (COD) of oil palm waterwaste. After implementing the CDM schemes the palm oil mill of PT Perkebunan Milano is able to reduce the emission of methane equal to 31,895 tonnes CO2e per year. Total amount of methane emission reduction for the seven year crediting period is estimated to be equal to 223,265 tonCO2e. From the methane emission reduction, the palm oil mill of PT Perkebunan Milano could gain an economic insentive for US$637,900.00 if the price assumed of US$20 tonnes/CO2e. The conclusion of this study is that implementing of the CDM at PT. Perkebunan Milan prospectly would be beneficial not for the company itself, but also the world community.

    Key words: Methane Gas Emission, Clean Development Mechanism, Palm Oil Mill

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan ridhoNya

    tesis yang berjudul Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme

    Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka

    Pengelolaan Lingkungan Hidup ini dapat selesai. Tesis ini merupakan syarat untuk

    memperoleh gelar Magister Sains pada Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

    Lingkungan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

    Dengan selesainya penulisan tesis ini penulis sampaikan hormat dan

    terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc.,PhD

    sebagai Ketua Pembimbing, Ibu Prof.Dr. Retno Widhiastuti, MS serta Bapak

    Dr.Ir.Zahari Zen, M.Sc.,PhD masing-masing sebagai anggota pembimbing yang

    penuh ketulusan dan kesabaran memberikan bimbingan dan arahan. Serta kepada

    Bapak Prof.Dr. Erman Munir, M.Sc dan Drs. Chairuddin, M.Sc masing-masing

    sebagai penguji yang telah memberikan saran guna kesempurnaan tesis ini.

    Penulis ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B, M.Sc

    selaku Direktur Program Pascasarjana USU dan Prof. Dr. Alvi Syahrin,SH,MS selaku

    Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan yang telah

    memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan

    pendidikan program magister.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Martua Sitorus selaku

    Vice President PT WILMAR International beserta staf, Ibu Janti, SE selaku Kepala

    Unit beserta staf, dan Ir. Toni Sulistyo selaku Mill Manager beserta staf PT.

    Perkebunan Milano, yang telah memberikan ijin dan bantuan selama penulis

    melakukan penelitian.

    Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Haskarlianus Pasang

    selaku Country Manager PT AES AgriVerde, Ir. Hidayati, MSi dan rekan-rekan psl

    2006 yang telah memberi saran dan bantuan dalam penyelesaian tesis ini.

    Salam hormat yang mendalam kepada kedua orangtua yang tiada henti

    mengiringi penulis dengan doa, teristimewa buat suami tercinta Ir. Djoko Hidajat dan

    anak saya Diva Lathifa Maharani atas kepercayaan dan kesempatan yang telah

    diberikan kepada saya untuk menempuh studi pascasarjana. Semoga amal kebaikan

    Bapak, Ibu dan rekan-rekan diberi balasan oleh Allah SWT. Amien.

    Tesis ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran akan penulis terima

    dengan besar hati dan rasa syukur. Semoga tesis ini memberi manfaat kepada yang

    membacanya.

    Medan, April 2008

    Penulis

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 31 Juli 1971, dari ayah bernama

    (Alm) T.Tjoek Haryanto dan ibu Soemiati, sebagai anak kedelapan dari sembilan

    bersaudara. Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah SD Negeri 060870

    Medan tahun 1978, SMP Negeri 9 Medan tahun 1984, SMA Negeri 3 Medan tahun

    1987 dan pada tahun 1991 penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada Jurusan

    Budidaya Pertanian Program Studi Teknologi Benih di Fakultas Pertanian Universitas

    Andalas, Padang Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 2006 penulis mengikuti

    Program S2 pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,

    Universitas Sumatera Utara, Medan Sumatera Utara

    Penulis menikah pada tanggal 29 Juli 1999 dengan Ir. Djoko Hidajat dan

    dikaruniai 1 orang putri bernama Diva Lathifa Maharani yang lahir di Pangkalan Bun

    pada tanggal 2 September 2001.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ii

    ABSTRACT iii

    KATA PENGANTAR .. iv

    RIWAYAT HIDUP ................................................................ vi

    DAFTAR ISI .......................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xi

    DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... xii

    PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 1.4. Hipotesis........................................................................................ 6 1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7 2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup ............................................ 7 2.2. Sejarah dan Pengertian Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) ............................................................................ 14 2.3. Potensi Proyek CDM di Indonesia ............................................. 24 2.4. Hukum dan Perundang-undangan .............................................. 28 2.5. Limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit................................... 30

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • III. BAHAN DAN METODE ................................................................. 37 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 37 3.2. Bahan dan Alat Penelitian ......................................................... 37 3.3. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 38 3.4. Metodologi Penelitian ................................................................ 38 3.5. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 44 3.6. Parameter yang diamati.............................................................. 45 3.7. Analisis Data .............................................................................. 45

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ....................................................... 46 4.1. Keadaan Umum Perkembangan CDM di Sumatera Utara........ 46 4.2. Keadaan Umum PKS PT Perkebunan Milano .......................... 50 4.3. Proyek CDM di PKS PT Perkebunan Milano........................... 52 4.4. Pengurangan Emisi gas CH4 pada PKS PT Perkebunan Milano... 54 4.5. Manfaat Proyek CDM Terhadap PKS PT Perkebunan Milano. 59 V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 62 5.1. Kesimpulan ............................................................................... 62 5.2. Saran.......................................................................................... 63

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 65

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • DAFTAR TABEL

    No Judul Halaman

    1. Enam Jenis Gas Rumah Kaca berdasarkan Protokol Kyoto .......... 18

    2. Parameter yang diamati................................................................... 45

    3. Faktor yang menjadi pendorong dan kendala perkembangan CDM di SUMUT...................................................................................... 48

    4. Data Parameter (per tahun) ............................................................ 54

    5. Emisi Awal .................................................................................... 55

    6. Estimasi Emisi Awal selama periode pengkreditan 7 tahun .......... 56

    7. Emisi Aktivitas Proyek (ton CO2e/tahun) ...................................... 57

    8. Estimasi Emisi Aktivitas Proyek selama periode pengkreditan 7 tahun............................................................................................ 57

    9. Total Pengurangan Emisi (tonCO2e/thn) ....................................... 58

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • DAFTAR GAMBAR

    No Judul Halaman

    1. Diagram mekanisme kerja CDM ................................................... 19

    2. Klassifikasi kegiatan Proyek CDM................................................ 21

    3. Siklus Proyek CDM ....................................................................... 22

    4. Skenario baseline ........................................................................... 23

    5. Struktur DNA di Indonesia ............................................................ 29

    6. Tahapan perombakan bahan organik limbah pada proses anaerobik 31

    7. Tahapan fermentasi metana . 33

    8. Proyek Gabungan CDM................................................................. 36

    9. Kolam Anaerobik ........................................................................... 51

    10. Bahan HDPE yang menutupi kolam Anaerobik ............................ 53

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • DAFTAR LAMPIRAN

    No Judul Halaman

    1. Peta Lokasi Penelitian 69

    2. Skema Proses Tandan Buah Segar di PKS PT Perkebunan Milano 70

    3. Lay Out Kolam Limbah PKS PT Perkebunan Milano 71

    4. Dokumentasi kegiatan fasilitasi dunia usaha untuk menjalankan proyek CDM di PT. Damai Abadi, PTPN3 dan PTPN4............... 72

    5. Dokumentasi Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) di PKS PT Perkebunan Milano Pinang Awan................................ 73

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • DAFTAR SINGKATAN AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMS : Approved Metodologies Scenario BOD5 : Biological Oxygen Demand CDM : Clean Development Mechanism Mekanisme penurunan emisi GRK yang dapat dilakukan antara negara maju dan negara berkembang untuk menghasilkan CER CER : Certified Emission Reduction Unit penurunan emisi GRK yang dilakukan melalui proyek CDM CH4 : Metana Salah satu dari enam GRK yang diperhitungkan dalam Pasal 3 Protokol Kyoto yang memiliki GWP sekitar 20 kali CO2. CO2 : Karbon dioksida

    Salah satu dari enam GRK yang diperhitungkan dalam Pasal 3 Protokol Kyoto. Merupakan GRK utama yang dijadikan se-

    bagai referensi GRK yang lain sehingga GWP-nya diberi 1 COD : Chemical Oxygen Demand DNA : Designated National Authority Lembaga nasional yang ditunjuk pemerintah negara

    berkembang untuk menangani CDM ESDM : Energi dan Sumberdaya Mineral ET : Emission Trading GHG : Greenhouse Gas GRK : Gas Rumah Kaca Gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan menyerap

    radiasi gelombang panjang yang dipancarkan Bumi sehingga menimbulkan peningkatan suhu bumi

    GWP : Global Warming Potential HDPE : High Density Polyethylene HFC : Hydrofluorocarbons

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • IGES : Institute for Global Enviroment Strategies INC : Intergovernmental Negotiating Committe IPCC : Intergovernmental Panel on Climate Change ISO : International Standardization Organization JI : Joint Implementation KEPMEN : Keputusan Menteri KEPRES : Keputusan Presiden KKPI : Kerangka Konvensi Perubahan Iklim KLH : Kementerian Lingkungan Hidup KomNas MPB: Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih KTT : Konferensi Tingkat Tinggi MENLH : Menteri Lingkungan Hidup MoE : Ministry of the Enviroment MPB : Mekanisme Pembangunan Bersih N2O : Nitrous oksida PDD : Project Design Document PKS : Pabrik Kelapa Sawit PP : Peraturan Pemerintah TBS : Tandan Buah Segar UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan UNEP : United Nations Enviromental Programme UNFCCC : United Nations Framework Convention on Climate Change UU : Undang-Undang WMO : World Meteorological Organization

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Setelah revolusi industri, lingkungan global mengalami pencemaran udara yang

    berdampak besar pada perubahan iklim global. Sumber energi yang digunakan

    berasal dari bahan bakar fosil membuang limbah gas rumah kaca seperti

    karbondioksida (CO2), metan (CH4), nitrous oksida (N2O) dan sebagainya. Gas

    rumah kaca (GRK) yang terdapat di atmosfer secara alami menyerap radiasi matahari

    di atmosfer bagian bawah yaitu pada lapisan troposfer. Akumulasi peningkatan emisi

    GRK akibat kegiatan manusia (antropogenik) secara umum telah meningkatkan

    konsentrasi GRK. Akibatnya suhu atmosfer bumi sekarang menjadi 0,5C lebih panas

    dibanding pada zaman pra industri tahun 1860. Pemanasan global ini juga

    mengakibatkan gunung es di kutub sebagian mencair yang menyebabkan tinggi air

    permukaan laut saat ini meningkat sekitar 20 cm dibandingkan tahun 1880.

    Adanya pengaruh antropogenik terhadap sistem iklim serta meningkatnya

    kesadaran masyarakat akan isu lingkungan global, menyebabkan isu perubahan iklim

    menjadi perhatian dalam agenda politik internasional pada tahun 1980-an. Adanya

    kebutuhan dari para pembuat kebijakan akan informasi ilmiah yang terkini maka pada

    tahun 1988, World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations

    Environment Programme (UNEP) mendirikan Intergovernmental Panel on Climate

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Change (IPCC), sebuah lembaga yang terdiri dari para ilmuwan seluruh dunia yang

    bertugas meneliti fenomena perubahan iklim serta solusi yang harus dilakukan.

    Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) yang lebih dikenal dengan Clean

    Development Mechanism (CDM) adalah salah satu mekanisme pada Kyoto Protokol

    yang mengatur negara maju (Annex I) dalam upayanya menurunkan emisi gas rumah

    kaca. Mekanisme ini merupakan satu-satunya mekanisme yang terdapat pada

    Protokol Kyoto yang mengikutsertakan negara berkembang. Melalui mekanisme

    CDM ini, diharapkan akan adanya transfer teknologi dari negara maju ke negara

    berkembang untuk melakukan pembangunan yang berkelanjutan.

    Indonesia sebagai negara berkembang telah meratifikasi Konvensi Perubahan

    Iklim dan Protokol Kyoto melalui Undang-Undang (UU) No. 6/1994 dan UU

    No.17/2004. Setiap konvensi internasional yang diratifikasi suatu negara harus

    dipahami bahwa konvensi atau perjanjian tersebut adalah hasil pemikiran dan

    komitmen global negara yang selanjutnya diimplementasikan secara nasional.

    Pengertian nasional tentu saja memiliki implikasi hukum secara lintas sektoral dan

    multi-stakeholder, artinya perlu diimplementasikan secara bersama-sama dengan

    melibatkan berbagai kelompok dalam lapisan masyarakat yang terkait sehingga

    banyak pihak dapat mengambil manfaat perjanjian tersebut (Murdiyarso, 2003a).

    Dalam rangka implementasi proyek CDM di Indonesia, pengembang proyek

    perlu mempertimbangkan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

    Hidup. Salah satu wujud pengelolaan lingkungan hidup tersebut yang bertujuan

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • menciptakan standarisasi manajemen dan pengelolaan lingkungan yang telah menjadi

    isu utama dalam transaksi perdagangan internasional adalah proyek CDM. Proyek

    CDM dituntut untuk memelihara integritas lingkungan dalam hal mengurangi emisi

    GRK. Pada masa yang akan datang, proyek CDM dapat diterima dan bermanfaat

    bagi politisi dan manajer industri sebagai pemandu dalam rangka pembangunan yang

    berkelanjutan.

    Pemerintah Indonesia telah banyak menetapkan peraturan-peraturan dan

    perundang-undangan tentang pengelolaan dan pemanfaatan limbah industri, tetapi

    masih banyak para pelaku bisnis yang tidak menerapkannya. Dengan alasan biaya

    investasi yang dikeluarkan untuk penanganan limbahnya sangat tinggi akibatnya

    kerusakan lingkungan semakin meningkat. Ini merupakan masalah utama lingkungan

    di Indonesia saat ini, dimana banyak peraturan tapi ketaatan masih lemah. Oleh

    karena itu proyek CDM secara tidak langsung mensyaratkan ketaatan tersebut, baik

    kelengkapan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), laporan

    pemantauan dan terpenuhinya baku mutu lingkungan.

    Pada kenyataanya saat ini masih banyak pihak industri di Sumatera Utara

    belum sepenuhnya mengimplementasikan proyek CDM, diantaranya perusahaan

    perkebunan kelapa sawit. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pemahaman

    para pelaku bisnis tentang proyek CDM. Padahal keterlibatan sektor swasta atau

    pelaku bisnis dan masyarakat madani (civil society) dalam mengimplementasikan

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • konvensi internasional tersebut merupakan kunci penting keberhasilan perlindungan

    iklim.

    Pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PT Perkebunan Milano, Pinang Awan

    Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara yang merupakan

    anak perusahaan perkebunan swasta WILMAR Group telah mengimplementasikan

    konvensi internasional tersebut sejak tahun 2006. Perusahaan ini ikut berperan serta

    dalam rangka pengelolaan lingkungan yang berguna untuk mereduksi (mengurangi)

    emisi gas metan. Aktivitas proyek CDM yang dilakukan bertujuan untuk

    memperbaiki sistem pengolahan air limbah PKS PT Perkebunan Milano dengan cara

    menutup kolam anaerobik yang ada sehingga dapat menangkap gas metan yang

    dihasilkan dari pembusukan bahan organik yang terkandung dari limbah cair PKS.

    PKS ini yang baru pertamakali melaksanakan proyek CDM di Sumatera Utara

    dengan menggunakan metode menangkap dan membakar gas metan.

    Limbah pabrik pengolahan kelapa sawit mempunyai potensi untuk CDM

    (baik limbah padat, maupun limbah cair yang dapat dikonversi untuk efisiensi energi

    baik dari biomasa maupun emisi gas metan). Limbah pabrik pengolahan kelapa sawit

    dapat menghasilkan gas metan (CH4) yang memberikan kontribusi terhadap efek

    GRK mengakibatkan perubahan iklim global. Menurut Hazan (2007) bahwa gas

    metan merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih

    banyak bila dibandingkan karbondioksida.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Peningkatan gas metan sekecil apapun sebaiknya tetap harus dikendalikan.

    Perusahaan pabrik pengolahan kelapa sawit berusaha untuk menghasilkan limbahnya

    sesedikit mungkin (zero waste), dimana limbahnya dimanfaatkan untuk bernilai

    ekonomis. Disamping itu dengan adanya proyek CDM pada industri minyak kelapa

    sawit akan berpotensi mengurangi GRK atau penghematan energi di Indonesia serta

    memberikan keuntungan bagi perusahaan berupa insentif ekonomi.

    1.2. Perumusan Masalah

    Permasalahan dalam penelitian ini adalah

    1. Bagaimana perkembangan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih di

    Sumatera Utara

    2. Seberapa besar pengurangan emisi gas metan pada pabrik pengolahan kelapa

    sawit setelah melaksanakan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih

    3. Sejauhmana proyek Mekanisme Pembangunan Bersih berperan sebagai salah

    satu alternatif instrument dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui perkembangan Mekanisme Pembangunan Bersih di

    Sumatera Utara.

    2. Untuk mengetahui peranan Mekanisme Pembangunan Bersih dalam

    Pengelolaan Lingkungan Hidup.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengurangan emisi gas metan pada pabrik

    pengolahan kelapa sawit setelah melaksanakan proyek Mekanisme

    Pembangunan Bersih.

    1.4. Hipotesis

    1. Perkembangan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih belum berjalan

    dengan optimal di Sumatera Utara

    2. Melaksanakan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih dapat mengurangi

    emisi gas metan pada pabrik pengolahan kelapa sawit

    3. Melaksanakan Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih merupakan salah

    satu alternatif instrumen dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

    1.5. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut;

    1. Sebagai informasi alternatif pendukung penanganan pencemaran limbah industri

    dalam strategi pengelolaan limbah yang bijaksana, efektif dan ramah lingkungan.

    2. Sebagai bahan data masukan bagi pengusaha atau pelaku bisnis.

    3. Penerapan proyek Mekanisme Pembangunan Bersih pada pihak industri

    merupakan sarana dan insentif bagi perusahaan dalam menjaga dan melestarikan

    lingkungan sesuai dengan anjuran pemerintah melalui Undang-Undang No. 23

    tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup

    Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda daya,

    keadaan,dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang

    mempengaruhi prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya

    (Undang-Undang No.23 Tahun 1997). Dalam lingkungan hidup akan timbul interaksi

    antara unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, jika tidak dikelola secara benar akan

    menimbulkan masalah lingkungan. Menurut Soemarwoto (1990) masalah lingkungan

    adalah perubahan dalam lingkungan hidup yang secara langsung atau tidak langsung

    menyebabkan akibat negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia.

    Pembangunan lingkungan merupakan upaya sadar terencana dalam rangka

    mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam guna mencapai tujuan. Pada

    hakekatnya lingkungan hidup merupakan sumber kehidupan manusia, karena itu

    manusia tidak mungkin hidup tanpa lingkungan. Namun pada saat manusia

    memanfaatkan sumber daya alam untuk mencukupi kebutuhan hidupnya baik sengaja

    maupun tidak maka manusia telah merusak atau mencemari lingkungan.

    Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999, pembangunan

    lingkungan hidup bertujuan meningkatkann mutu, pemanfaatan sumberdaya

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • berkelanjutan, merehabilitasi kerusakan lingkungan mengendalikan pencemaran dan

    meningkatkan kualitas lingkungan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam

    penerapan kebijaksanaan pembangunan lingkungan hidup di Indonesia, Pemerintah

    telah mengesahkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997

    tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah

    upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi

    kebijaksanaan penataan, pemanfaatan pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, dan

    pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.

    Kegiatan industri menjadi sorotan utama dalam pencemaran lingkungan,

    dengan berbagai upaya pengelolaan sumberdaya alam sering mengesampingkan

    pengelolaan limbahnya. Oleh karena itu sehubungan dengan semakin meningkatnya

    kegiatan perkembangan industri yang akan berdampak negatif terhadap kelestarian

    lingkungan maka diperlukan upaya pengelolaan dan pengendalian dampak

    lingkungan. Hardjosoemantri (1993) mengemukakan bahwa kerusakan-kerusakan

    lingkungan hidup yang telah terjadi akibat pembangunan harus diatasi yaitu dengan

    melakukan pengelolaan lingkungan.

    Di dalam Pasal 3 dari Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 ditetapkan bahwa

    pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan azas tanggungjawab negara,

    azas berkelanjutan dan azas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan

    berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia yang beriman

    dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

    Sasaran pengelolaan lingkungan hidup secara tegas ditetapkan pada Pasal 4

    dalam UU No.23 Tahun 1997 antara lain adalah tercapainya keselarasan, keserasian

    dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup, terwujudnya manusia

    Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi

    dan membina lingkungan hidup hidup, terjaminnya kepentingan generasi masa kini

    dan generasi masa depan, tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan

    terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana dan melindungi Negara

    Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar

    wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

    hidup.

    Selanjutnya Pasal 5 butir 3 menetapkan bahwa setiap orang mempunyai hak

    untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan

    perundang-undang yang berlaku. Penjelasan dari pasal ini mengemukakan bahwa

    peran sebagaimana dimaksud dalam pasal ini meliputi peran dalam proses

    pengambilan keputusan, baik dengan cara mengajukan keberatan, maupun dengan

    pendapat atau dengan cara lain yang ditentukan dalam perundang-undangan. Peran

    tersebut dilakukan antara lain dalam proses penilaian analisis mengenai dampak

    lingkungan hidup atau perumusan kebijakan lingkungan hidup. Pelaksanaannya

    didasarkan pada prinsip keterbukaan. Dengan keterbukaan dimungkinkan masyarakat

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • ikut memikirkan dan memberikan pandangan serta pertimbangan dalam pengambilan

    keputusan di bidang pengelolaan lingkungan hidup (UU No.23 Tahun 1997).

    Ketentuan-ketentuan tersebut menunjukkan perlunya peran serta setiap orang sebagai

    anggota masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.

    Prinsip pengelolaan lingkungan hidup khususnya dalam bidang agroindustri

    menurut Tobing dan Poeloengan (2000) adalah pada dasarnya mengacu pada empat

    hal yakni: pertama, penerapan konsep intertemporal choice atau pilihan antar waktu

    dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengerahan sumberdaya alam untuk menjamin

    pembangunan berkelanjutan; kedua, penerapan internalized external cost,

    menginternalisasikan biaya sosial yang selama ini ditanggung oleh masyarakat berupa

    penurunan kualitas lingkungan ke dalam biaya perusahaan; ketiga, pengembangan

    sumberdaya manusia pelaku agribisnis agar mampu melaksanakan pembangunan

    pertanian berwawasan lingkungan; dan keempat, ialah pengembangan dan

    pemanfaatan teknologi akrab lingkungan.

    Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah

    upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk

    sumberdaya alam ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan

    kesejahteraan dan mutu generasi kini dan generasi masa depan (pasal 1 butir 3 UU

    No. 23 Tahun 1997). Unsur penting yang terkandung dalam pembangunan yang

    berwawasan lingkungan adalah penggunaan/pengelolaan sumberdaya alam secara

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • bijaksana yang menunjang pembangunan yang berkesinambungan serta

    meningkatkan mutu hidup.

    Pemerintah Indonesia mencanangkan pelaksanaan pembangunan

    berkelanjutan (sustainable development), yaitu pemerintah berupaya untuk

    melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup pada setiap kegiatan

    industrinya. Kemajuan teknologi di bidang industri seringkali disertai dengan

    dampak negatif berupa limbah. Di pihak lain, kemajuan pola berpikir semakin

    menyadarkan orang akan arti pentingnya kelestarian lingkungan hidup, dengan cara

    mencari alternatif guna mengendalikan limbah buangan industri.

    Konsep pembangunan berkelanjutan memiliki banyak persyaratan, salah

    satunya adalah menuntut adanya produktivitas sumberdaya yang seefektif dan

    seefisien mungkin, serta memanfaatkan produk samping (limbah) dari proses olah

    sumberdaya tersebut. Selanjutnya menurut Kantor Menteri Lingkungan Hidup (1996)

    bahwa pengelolaan limbah dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan

    mempunyai prinsip bahwa limbah tidak boleh terakumulasi di alam sehingga

    mengganggu siklus materi dan nutrien. Pembuangan limbah harus dibatasi pada

    tingkat yang tidak melebihi daya dukung lingkungan untuk menyerap pencemaran

    dan sistem tertutup seperti daur ulang harus dimaksimalisasi.

    Selanjutnya Arifin (2001) berpendapat bahwa pembangunan berkelanjutan

    adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan sendiri.

    Beberapa prioritas awal untuk operasionalisasi pembangunan berkelanjutan yaitu:

    1. diseminasi tanpa henti tentang keberlanjutan pembangunan ekonomi kepada

    kaum elit dan masyarakat;

    2. mulai menerapkan prinsip kesinambungan antar pembangunan ekonomi dan

    pelestarian lingkungan hidup pada beberapa sektor vital serta peka terhadap

    lingkungan hidup;

    3. senantiasa mengkaitkan cakupan penelitian dan pengembangan teknologi

    yang ramah lingkungan hidup pada setiap disiplin ilmu dengan melibatkan

    sektor publik & perusahaan swasta terutama multinasional.

    Menurut Soemarwoto (2004) bahwa berubahnya paradigma lama yaitu sistem

    Atur Dan Awasi (ADA) menjadi paradigma baru yaitu sistem Atur-Diri-Sendiri

    (ADS) yang dilakukan oleh pelaku bisnis merupakan bentuk implementasi tanggung

    jawab pelaku bisnis terhadap lingkungan hidup dan sosial perusahaan. Dalam istilah

    pelaku bisnis kelansungan hidup perusahaan ditentukan oleh the triple bottom line;

    economic, enviroment and social. Artinya, perusahaan harus bersifat ramah

    lingkungan hidup, baik lingkungan hidup fisik maupun lingkungan hidup sosial-

    budaya dan ekonomi. Ada tiga cara untuk mengubah sikap dan kelakuan manusia

    terhadap lingkungan hidup, yaitu dengan instrumen pengaturan dan pengawasan ;

    instrumen ekonomi; dan instrumen suasif.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Prinsip instrumen ekonomi ialah usaha penanggulangan kerusakan lingkungan

    secara preventif, bertujuan untuk mengubah nilai untung relatif terhadap rugi bagi

    pelaku dengan memberikan insentif-disinsentif ekonomi. Dua instrumen ekonomi

    utama ialah pemungutan biaya retribusi/pajak untuk limbah dan perdagangan emisi.

    Perdagangan emisi ini bertujuan untuk mengurangi emisi dengan bekerjasama antara

    pelaku pencemar sehingga pengurangan emisi yang ditentukan dapat dicapai dengan

    cara yang lebih murah, pada umumnya dibedakan antara cap-and-trade dan baseline-

    and-credit (Soemarwoto, 2004).

    Makna Atur Diri Sendiri merupakan tanggungjawab menjaga kepatuhan dan

    penegakan hukum lebih banyak ditanggung oleh masyarakat. Kode praktik

    pengelolaan lingkungan hidup bersifat sukarela (voluntary environmental practice

    code), dimana sebuah perusahaan bebas untuk mengadopsi atau tidak kode praktik

    tersebut. Misalnya, ISO 14000 dan proyek CDM. Jadi melaksanakan proyek CDM

    merupakan salah satu instrumen ekonomi dalam pengelolaan lingkungan hidup

    berupa insentif bagi perusahaan yang melakukan penanggulangan kerusakan

    lingkungan secara sukarela.

    Murdiyarso (2003b) menambahkan bahwa dalam perspektif negara

    berkembang, keberhasilan CDM terletak pada sumbangan proyek tersebut dalam

    mencapai pembangunan berkelanjutan. Dana yang disalurkan melalui proyek CDM

    dapat membantu negara berkembang mencapai beberapa tujuan pembangunan sosial,

    ekonomi, dan lingkungan sebagai pilar pembangunan berkelanjutan.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Isu lingkungan yang utama dalam setiap penyusunan studi Analisis AMDAL

    perkebunan dan pabrik pengolahannya adalah terjadinya penurunan kualitas air, tanah

    dan udara akibat limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit. Diatur dalam Peraturan

    Pemerintah RI Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

    Lingkungan Hidup (AMDAL) serta Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

    RI No.17/MENLH/5/2000 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib

    dilengkapi dengan AMDAL.

    Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep-86/MENLH/10/2002

    tentang pedoman umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

    Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) memutuskan kegiatan yang tidak ada dampak

    pentingnya, dan atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya, diharuskan

    melakukan UKL dan UPL sesuai dengan yang ditetapkan di dalam syarat-syarat

    perizinannya menurut peraturan berlaku (Kementerian Lingkungan Hidup, 2004).

    2.2. Sejarah dan Pengertian Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM)

    Adanya pengaruh antropogenik terhadap sistem iklim, serta meningkatnya

    kesadaran masyarakat akan isu lingkungan global, menyebabkan isu perubahan iklim

    menjadi perhatian dalam agenda politik internasional pada tahun 1980-an. Adanya

    kebutuhan dari para pembuat kebijakan akan informasi ilmiah yang terkini, maka

    pada tahun 1988, World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Environment Programme (UNEP) mendirikan Intergovernmental Panel on Climate

    Change (IPCC), sebuah lembaga yang terdiri dari para ilmuwan seluruh dunia yang

    bertugas meneliti fenomena perubahan iklim serta solusi yang harus dilakukan.

    Menurut Hart (2006) bahwa pada tahun 1990, IPCC menghasilkan laporan

    pertamanya, First Assesment Report, yang menegaskan bahwa perubahan iklim

    merupakan sebuah ancaman serius bagi seluruh dunia dan untuk itu diperlukan

    adanya kesepakatan global untuk mengatasi ancaman tersebut. Untuk merespon

    seruan IPCC, pada Desember 1990, Majelis Umum PBB membentuk sebuah komite,

    Intergovernmental Negotiating Committee (INC), untuk memimpin pembuatan

    Kerangka kerja Konvensi Perubahan Iklim (Framework Convention on Climate

    Change/ FCCC).

    Setelah INC melakukan beberapa kali pertemuan, sejak Februari 1991-Mei

    1992, sehubungan dengan kerangka kerja konvensi tersebut, akhirnya pada tanggal 9

    Mei 1992 INC mengadopsi sebuah konvensi yang dikenal dengan Konvensi PBB

    untuk Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/

    UNFCCC). Konvensi tersebut kemudian terbuka untuk ditandatangani pada KTT

    Bumi di Rio de Janeiro, Juni 1992 dan mulai berkekuatan hukum sejak 21 Maret

    1994. Konvensi Perubahan Iklim ini mempunyai tujuan utama untuk menstabilkan

    konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer hingga pada level yang aman. Namun pada

    konvensi ini belum ada target-target yang mengikat, seperti target level konsentrasi

    gas rumah kaca yang aman, serta kerangka waktu untuk mencapai target tersebut.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas

    rumah kaca agar sistem iklim Bumi tidak terganggu dan terus memburuk. Murdiyarso

    (2003a) mengemukakan bahwa di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro,

    Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju

    untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Kerangka

    PBB tentang Konvensi Perubahan Iklim akhirnya diterima secara universal sebagai

    komitmen politik international tentang perubahan iklim. Tujuan utama Konvensi ini

    seperti tercantum dalam Pasal 2 adalah untuk: menstabilkan konsentrasi gas rumah

    kaca di atmosfer pada tingkat tertentu dari kegiatan manusia yang membahayakan

    sistem iklim. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang

    lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.

    Protokol Kyoto yang merupakan persetujuan pelaksanaan Kerangka Konvensi

    Perubahan Iklim (KKPI) mempunyai berbagai dampak penting bagi Indonesia.

    Dalam Artikel 4.2a KKPI menyatakan bahwa pengurangan emisi oleh negara Annex I

    dapat dilakukan berpatungan (jointly) dengan pihak lain dan dapat membantu pihak

    lain untuk mencapai tujuan konvensi. Berdasarkan ketentuan ini dalam Protokol

    Kyoto terdapat tiga mekanisme untuk mitigasi perubahan iklim, yaitu:

    1. Implementasi patungan (IP) atau joint implementation (JI) antara negara Annex I;

    2. Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) atau Clean Development Mechanism

    (CDM) antara negara Annex I dan negara non-Annex;

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • 3. Perdagangan Emisi Internasional (PEI) atau International Emissions Trading

    (IET) antara negara Annex I.

    Ketiga mekanisme bersifat lentur (flexible) serta terbuka untuk badan pemerintah

    maupun swasta (Soemarwoto, 2004).

    Mekanisme Pembangunan Bersih adalah sebuah mekanisme dimana negara-

    negara yang tergabung dalam Annex I memiliki kewajiban untuk menurunkan emisi

    gas-gas rumah kaca sampai angka tertentu pada tahun 2012 seperti yang telah diatur

    dalam Protokol Kyoto, membantu negara-negara non-Annex I untuk melaksanakan

    proyek-proyek yang mampu menurunkan atau menyerap emisi setidaknya satu dari

    enam jenis gas rumah kaca. GRK yang dimaksud ialah seperti tertera dalam lampiran

    A Protokol Kyoto yaitu karbondioksida (CO2), metan (CH4), nitrogen oksida (N2O),

    hidroflorokarbon (HFCs), Perflorokarbon (PFCs) dan Sulfur heksaflorida (SF6) (lihat

    pada Tabel 1). Negara-negara non Annex I yang dimaksud adalah yang

    menandatangani Protokol Kyoto namun tidak memiliki kewajiban untuk menurunkan

    emisinya. Satuan jumlah emisi GRK yang bisa diturunkan dikonversikan menjadi

    sebuah kredit yang dikenal dengan istilah Certified Emissions Reduction (CERs)

    satuan reduksi emisi yang telah disertifikasi (IGES, 2006).

    Menurut Soemarwoto (2004) bahwa sebelum dapat dijual kredit reduksi emisi

    (CERs) itu harus diverifikasi dulu kebenarannya. CERs adalah kredit reduksi emisi

    yang telah diverifikasi. Verifikasi bertujuan untuk menghindari penipuan dan

    dilakukan oleh badan yang diakreditasi oleh sebuah supervisory executive board.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Tabel 1. Enam jenis Gas Rumah Kaca berdasarkan Protokol Kyoto

    Nilai potensi pemanasan global dari keenam gas rumah kaca ini persis sama (potensi pengukuran pemanasan global mengukur efek relatif dari radiasi yang ditimbulkan oleh GRK dibandingkan terhadap CO2). Misal: 1 ton CH4 samadengan 21 ton CO2.

    GRK GWP 1. Karbondioksida (CO2) 1

    2. Metan (CH4) 21

    3. Nitrogenoksida (N2O) 310

    4. Hidroflorokarbon (HFCs) 140 - 11.700

    5. Perflorokarbon (PFCs) 6.500 - 9.200

    6. Sulfur heksaflorida (SF6) 23.900

    Sumber : IGES (2006)

    Suatu proyek CDM dapat dikatakan menghasilkan kredit karbon apabila

    proyek tersebut harus menunjukkan adanya pengurangan emisi jika dibandingkan

    dengan kondisi awal (baseline scenario), dimana kondisi awal merupakan kondisi

    yang terjadi saat ini pada proses yang normal (Gambar 1). Aspek penting lainnya

    adalah proyek yang akan dijadikan proyek CDM harus sejalan dengan kebijakan

    lingkungan yang berlaku di negara yang bersangkutan dan juga dengan tujuan akhir

    pembangunan berkelanjutan yang telah ditetapkan oleh negara tersebut

    (UNFCCC,2001b).

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Gambar 1. Diagram Mekanisme Kerja CDM (UNFCCC, 2001a)

    Beberapa kriteria pembangunan berkelanjutan di sektor energi ditetapkan

    melalui KepMen ESDM No.953.K/50/MEM/2003 adalah sebagai berikut:

    a. Menekankan penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi

    b. Memiliki kontribusi terhadap kelestarian lingkungan

    c. Dapat memberikan peningkatan pendapatan

    d. Adanya transfer teknologi

    e. Pembangunan masyarakat

    Soemarwoto (2004) mengemukakan bahwa CDM tertera dalam Artikel 112

    dan merupakan mekanisme yang khusus mengatur perdagangan dengan negara

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • sedang berkembang (negara non Annex I). Tujuan CDM adalah untuk membantu

    negara sedang berkembang untuk memberi kontribusi pada tercapainya stabilisasi

    kadar GRK dalam atmosfer berupa pemindahan teknologi dan dana dari negara maju

    ke negara sedang berkembang untuk melakukan pembangunan berkelanjutan.

    Menurut Witoelar (2006) bahwa CDM merupakan satu peluang peningkatan

    upaya alih teknologi bersih, pemasukan dana segar dari luar negeri serta sebagai

    pembuktian akan komitmen Indonesia atas lingkungan global. CDM juga dapat

    membantu pencapaian pembangunan berkelanjutan negara berkembang, seperti

    Indonesia. Selain itu dapat mencegah, menekan, dan mengurangi emisi gas rumah

    kaca.

    Selanjutnya Melisa (2007) menambahkan bahwa mekanisme ini

    menawarkan win-win solution antara negara maju dengan negara berkembang dalam

    rangka pengurangan emisi GHGs, dimana negara maju menanamkan modalnya di

    negara berkembang dalam proyek-proyek yang dapat menghasilkan pengurangan

    emisi GHGs dengan imbalan CERs. Adapun pengurangan emisi tersebut sebesar

    minimal 5 % dari tingkat emisi tahun 1990, selama tahun 2008 sampai tahun 2012.

    Proyek CDM dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian utama: (1) Reduksi

    Emisi GRK dan (2) Sekuestrasi (sink, penyerapan karbon). Di bawah 2 kategori

    utama tersebut terdapat beberapa sub kategori yang digolongkan berdasarkan dari

    besar/kecilnya proyek tersebut (dapat dilihat pada Gambar 2)

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Gambar 2. Klassifikasi Kegiatan Proyek CDM (IGES,2006)

    Pada bulan Desember 2001 modaliti dan prosedur mekanisme fleksibel Protokol

    Kyoto termasuk CDM diputuskan yang terangkum dalam Marrakesh Accords. Badan

    Eksekutif CDM dibentuk untuk mengendalikan proses CDM. Untuk itu pengembang

    proyek harus melalui tahapan seperti digambarkan pada bagan 3.

    Penetapan baseline merupakan bagian krusial dalam merancang kegiatan

    proyek CDM. Baseline sebagai dasar menentukan jumlah total pengurangan emisi

    GRK dan CERs. Skenario baseline menggambarkan tingkat emisi GRK sebelum

    adanya proyek CDM. Seperti ditunjukkan pada Gambar 4, berapapun jumlah

    pengurangan emisi atau GRK yang diserap dalam batas proyek selama periode

    penghitungan kredit akan dihitung sebagai pengurangan emisi yang merupakan hasil

    aktivitas manusia dalam hal ini proyek CDM (IGES, 2006).

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Gambar 3. Siklus Proyek CDM (MOE and IGES, 2005)

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Gambar 4. Skenario baseline (IGES, 2006)

    Untuk menghitung pengurangan emisi dan baseline ditentukan dengan

    membuat batas proyek yang mencakup semua emisi dari sumber, yang berada di

    bawah pengelolaan pengembang proyek, yang signifikan dan berkaitan dengan

    kegiatan proyek CDM. Pengembang proyek perlu memperhitungkan ada/tidaknya

    kebocoran (leakage) pada proyek yang direncanakan, yaitu emisi GRK yang terjadi di

    luar batas proyek yang dapat diukur dan berkaitan dengan kegiatan proyek.

    Penghitungan total pengurangan emisi (net) harus memperhitungkan kebocoran

    (IGES, 2006).

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • CDM memiliki sifat unik yang membedakannya dengan proyek yang umum

    ditemui, karena proyek CDM dapat mengurangi emisi GRK. Tingkat reduksi emisi

    yang dihasilkan oleh sebuah proyek CDM diukur dengan menggunakan CO2eq,ton

    (CO2 ekiuvalen). Suatu proyek CDM akan dapat memperoleh pemasukan tambahan

    dari hasil penjualan CER. Proyek CDM dapat menguntungkan negara berkembang

    karena kontribusi CER-nya diperkirakan dapat memberikan sekitar 7 - 40 %,

    tergantung dari tipe proyek dan sektornya. Pembayaran CER dilakukan dengan

    menggunakan hard currency (US$ atau ), sehingga dapat meningkatkan

    kepercayaan terhadap developer untuk proyek CDM ini. Potensi pasar CER dari

    proyek CDM sangat signifikan. Uni Eropa memperkirakan sekitar 430 juta ton CO2

    harus diturunkan di seluruh dunia untuk memenuhi target reduksi seperti yang telah

    digariskan oleh Protokol Kyoto (UNEP FI, 2005).

    Selanjutnya Soemarwoto (2004) mengemukakan bahwa dari sebuah laporan

    studi strategi nasional implementasi CDM di Kolombia yang meliputi 28 jenis proyek

    maka negara tersebut memperoleh nilai maksimum US$ 19/tCO2 dengan potensi

    reduksi emisi sebesar 42MtCO2 per tahun. Hal ini berarti betapa besarnya potensi

    CDM sebagai sumber dana pembangunan bagi negara berkembang.

    2.3. Potensi Proyek CDM di Indonesia

    Indonesia meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim melalui UU No. 6 tahun

    1994. Ratifikasi Protokol Kyoto disetujui oleh DPR tanggal 28 Juni 2004 dan melalui

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • UU No. 17 tahun 2004 Indonesia meratifikasi Protokol Kyoto dan disampaikan ke

    Sekretariat Konvensi Perubahan Iklim tanggal 3 Desember 2004 melalui Departemen

    Luar Negeri. Dengan meratifikasi Protokol Kyoto berarti membuka peluang bagi

    Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi untuk mengembangkan proyek

    CDM, yang akan bermanfaat dalam upaya menuju pembangunan berkelanjutan.

    Potensi kegiatan proyek CDM sektor energi diperkirakan sekitar 2,1% dari 1200 juta

    ton CO2 per tahun pada harga 1,83 US$ per ton CO2. Pilihan mitigasi yang paling

    layak untuk diterapkan di Indonesia adalah energi geotermal, pemanfaatan gas suar

    bakar, kombinasi yang terpadu antara penggantian bahan bakar, kogenerasi, dam

    sistem pemanasan. Sedangkan potensi kegiatan CDM sektor kehutanan diperkirakan

    sekitar 28 juta ton CO2 per tahun (IGES, 2006).

    Menurut Witoelar (2006) bahwa pemerintah Indonesia yang dipelopori

    Kementerian Lingkungan Hidup menargetkan akan dapat mengurangi emisi gas

    rumah kaca seperti CO2 sebanyak 180 juta ton dalam waktu 2008-2012, dengan

    menerapkan CDM. Untuk mempromosikan dan memfasilitasi CDM, Indonesia telah

    menandatangani beberapa kerjasama dengan beberapa negara maju seperti Belanda,

    Denmark, Austria, dan Kanada. Upaya penurunan emisi gas rumah kaca yang bisa

    dilakukan melalui kegiatan CDM meliputi proyek energi terbarukan (misalnya:

    pembangkit listrik tenaga matahari, angin, gelombang, panas bumi, air dan

    biomassa), menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar (efisiensi energi), mengganti

    bahan bakar fosil dengan bahan bakar lain yang lebih rendah tingkat emisi gas rumah

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • kacanya (misal: mengganti minyak bumi dengan gas), kehutanan, dan pemanfaatan

    gas metan dari pengelolaan sampah. Ada 13 proyek potensial untuk dijadikan CDM,

    diantaranya Bali Biomass Power, Darajat Unit III Geothermal Project, Lampung

    Rice Husk Power Project, Methane Extraction from Palm Oil Mill Effluent in

    Sumatera.

    Selanjutnya Arifin (2007) menambahkan potensi proyek CDM di Sumatera

    Utara sangatlah besar. Daerah ini memiliki potensi besar di sektor energi yang cukup

    diminati oleh negara-negara maju. Potensi energi yang dapat didesain dengan

    teknologi rendah emisi adalah hydropower, panas bumi, biomasa, gas dan angin.

    Sumut memiliki potensi signifikan untuk proyek CDM yang diperkirakan ada di

    bidang energi hydropower sebesar 13 megawatt, panas bumi 2,5 megawatt, biomasa

    2,3 megawatt, biogass mencapai 47 megawatt serta potensi energi angin dan lahan

    gambut yang cukup memadai. Sumatera Utara juga memiliki lebih dari 80 pabrik

    kelapa sawit yang mengkontribusi gas metan ke udara dengan basis setiap produksi

    8,8 juta ton tandan buah segar (TBS) dihasilkan dari 680.000 Ha kebun sawit. Jadi

    dengan luas perkebunan sawit 1,7 juta Ha akan berpotensi sebesar 8,7 milyar ton

    setara CO2/thn untuk dijadikan proyek CDM. Satu unit pabrik dengan kapasitas 45

    ton TBS dapat menghasilkan 18.000 ton setara CO2 per tahun.

    Sumber utama emisi GRK di sektor energi adalah pembakaran bahan bakar

    minyak dalam proses produksi dan prosesing sumber energi primer terutama minyak

    dan gas, pembangkit tenaga, dan proses pembakaran di industri-industri lainnya.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Pengurangan emisi GRK di sektor energi umumnya didasarkan pada prinsip-prinsip

    sebagai berikut:

    1. Mengurangi penggunaan bahan bakar berbasis carbon dengan bahan bakar

    non-carbon atau kandungan carbon rendah

    2. Meningkatkan efisiensi pembakaran

    3. Meminimalkan kebocoran methane dan dekarbonisasi.

    Studi nasional di bidang energi telah mengidentifikasi kegiatan produksi

    potensial untuk mengurangi emisi GRK, diantaranya industri minyak sawit. Industri

    minyak sawit pada saat ini menggunakan bahan bakar fosil berkarbon tinggi untuk

    menghasilkan uap dan tenaga listrik. Dengan adanya opsi teknologi mitigasi GRK

    potensial dapat melalui 1) penggunaan energi terbarukan untuk sistem kogenerasi,

    dimana penggunaan tandan sawit dan biogas dalam tungku yang telah disesuaikan

    desainnya; 2) produksi biogas melalui peningkatan sistem perlakukan limbah air.

    Akibatnya potensi pengurangan GRK atau penghematan energi di Indonesia sebesar

    14 juta ton CO2 (IGES, 2006).

    Leslie (2007) mengemukakan bahwa Indonesia memiliki potensi pengurangan

    emisi yang besar dan telah mengambil beberapa langkah maju yaitu telah memiliki

    Komisi Nasional Pembangunan Bersih serta telah memproses dan menyetujui

    proyek-proyek CDM. Adapun manfaat proyek CDM/ER (emission reduction) adalah:

    1) bidang Sosial, dimana adanya sinergi internal dengan ekonomi lokal, persepsi

    publik dan kepemimpinan; 2) Lingkungan meliputi reduksi GRK (gas metan), reduksi

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • bau dan vektor penyakit, serta reduksi GRK lainnya (gas nitrous oxide); 3) Ekonomi,

    yaitu pembiayaan internasional (PMA), transfer teknologi bersih (Clean Technology).

    Menurut Murdiyarso (2003b) bahwa Indonesia telah memiliki otoritas

    nasional atau Designated National Authority (DNA). Otoritas nasional adalah sebuah

    lembaga pada tingkat nasional yang ditunjuk pemerintah untuk mewakili

    kepentingan nasional dalam implementasi CDM. Bagi para pihak di negara

    berkembang, memiliki sebuah DNA dan meratifikasi Protokol Kyoto merupakan

    syarat untuk dapat berpartisipasi di dalam CDM. Fungsi utama DNA yaitu

    pengaturan dan promosi proyek CDM..

    Komite Nasional untuk Mekanisme Pembangunan Bersih (KomNas MPB)

    bertugas mengkoordinir penerapan proyek CDM di Indonesia. Komisi ini merupakan

    organisasi pemerintah yang dibentuk melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

    No. 206 tahun 2005 (21 Juli 2005), yang berfungsi sebagai otoritas nasional

    Indonesia untuk MPB. Komnas MPB didukung oleh sektretariat dan tim teknis, yang

    akan melakukan kegiatan harian KomNas MPB (Melisa, 2007). Struktur DNA di

    Indonesia dapat dilihat pada gambar 5.

    2.4. Hukum dan Perundang-undangan

    Hukum dan peraturan yang berkaitan dengan penerapan CDM di Indonesia

    meliputi: Undang-Undang No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

    Undang-Undang No. 32/2004 tentang Otonomi Daerah, Undang-Undang No. 5/1960

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • tentang Agraria, Undang-Undang No.41/1999 tentang Kehutanan, dan Undang-

    Undang No. 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing.

    Komisi Nasional Perubahan Iklim

    Komisi Nasional CDM

    Komite Teknis

    Sekretariat Team Ahli

    Stakeholder Forum

    Gambar 5. Struktur DNA di Indonesia (Pelangi, 2004)

    Dalam rangka implementasi proyek CDM di Indonesia, pengembang proyek

    perlu mempertimbangkan Undang-Undang No.23/1997 yang menjelaskan secara

    rinci prinsip, tujuan, hak, kewajiban, peran masyarakat, otoritas manajemen

    lingkungan dan sebagainya. Sebagai anggota UNFCCC dan Protokol Kyoto,

    Indonesia telah meratifikasi UNFCCC terkait perubahan iklim dan Protokol Kyoto

    melalui Undang-Undang No. 6/1994 dan Undang-Undang No. 17/2004. Dengan

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • prinsip UNFCCC common but differentiated, Indonesia telah menunjukkan

    kontribusinya dalam mencapai tujuan akhir UNFCCC, yaitu stabilisasi konsentrai gas

    rumah kaca di atmosfir dan pembangunan berkelanjutan (IGES, 2006).

    2.5. Limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

    Berdasarkan lokasi pembentukannya, limbah hasil perkebunan kelapa sawit

    dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu limbah lapangan dan limbah

    pengolahan. Tobing, et al. (1990) menyatakan bahwa asal dan jumlah bahan buangan

    PKS terutama diperoleh dari:

    a. Air kondesat rebusan (sterilizer condensat), dengan jumlah bahan buangan

    sekitar 150 175 kg per ton tandan buah segar (TBS).

    b. Lumpur (sludge water), karena adanya pengenceran, dengan jumlah bahan

    buangan sekitar 350-400 kg/ton TBS.

    c. Bak pemisah lumpur (clay bath) atau hydrocyclone separator, dengan

    jumlah buangan sekitar 100 150 kg/ton TBS.

    Untuk setiap ton TBS yang diolah akan menghasilkan 0,6 0,7 ton limbah pabrik

    kelapa sawit. Pada umumnya PKS mengolah TBS dengan kapasitas 60 ton/jam

    dengan jumlah jam kerja 20 per hari. Dengan demikian setiap hari PKS akan

    menghasilkan limbah berkisar antara 720 840 ton limbah PKS/hari.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Limbah segar (raw effluen) PKS mengandung bahan organik majemuk dan

    mineral dengan nilai BOD5 (Biological Oxigen Demand) berkisar antara 20.000

    60.000 mg/l dan pH antara 4,0 4,6. Limbah PKS tidak beracun karena pengolahan

    TBS menjadi minyak sawit segar secara mekanis tidak menggunakan bahan kimia

    atau bahan beracun berbahaya (B3)(Widhiastuti, 2001).

    Pengelolaan limbah merupakan salah satu proses perombakan bahan organik

    majemuk menjadi bahan organik sederhana secara mikrobiologi dalam suasana

    anaerobik dan aerobik. Pada tahap pertama, bahan organik majemuk diubah oleh

    bakteri menjadi asam-asam organik yang mudah menguap, dan pada tahap kedua

    asam organik diubah menjadi gas metan dan karbondioksida (Subagyo, 1989).

    CO2, CH4 Bahan Asam CO2, CH4 Organik Organik Bakteri Fakultatif Bakteri Anaerob Obligat Gambar 6. Tahapan perombakan bahan organik limbah pada proses anaerobik (Sumber : Subagyo, 1989).

    Perombakan anaerob dari limbah PKS merupakan proses yang sangat kompleks

    yang pada dasarnya dapat dianggap sebagai dua fase yang dilakukan oleh kelompok-

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • kelompok bakteri yang menghasilkan asam-asam metana (Tobing, et al, 1988).

    Bakteri yang terlibat dalam perombakan pada tahap pertama (Ngan, Ma Ah, 1984)

    adalah : 1) Clostridium butirum, 2) Clostridium spp., 3) Peptococcus anaerobicus, 4)

    Desulphofibrio spp., dan 5) Group bakteri yang menghasilkan enzim proteolitik,

    lipolitik, ureolitik, selulitik, amilolitik.

    Pada fase berikutnya kelompok bakteri kedua bertugas melanjutkan

    perombakan asam-asam organik metana, karbondioksida dan gas hidrogen. Bakteri

    kelompok kedua disebut bakteri penghasil metana (methana producing bacteria).

    Dalam penggunaannya, bakteri metana bercampur dengan bahan organik, sehingga

    massa keseluruhannya disebut juga sebagai lumpur. Perombakan di dalam kolam

    perombakan utama anaerob cukup baik dengan efisiensi perombakan sampai sekitar

    80 90 % (Tobing, et al., 1988).

    Reaksi pada tahap kedua, yaitu pengubahan asam-asam mudah menguap

    terutama asam asetat menjadi gas, seperti metana, karbondioksida, dan hidrogen

    sulfida. Bakteri yang berperan pada tahap ini adalah bakteri anaerob obligat

    penghasil metana, diantaranya: 1) Methanobacterium formikum, 2) M. mobilis, 3) M.

    ruminartium, 4) M. soebagenii, 5) M. propionicum, 6) M. suboxidans, 7)

    Methanococus mazei, 8) M. vannielli, 9) Methanosarcina barkeri, dan 10) M.

    methanica. Proses fermentasi metan menjadi 3 tahapan, yaitu hidrolisis, asetogenesis

    (dehidrogenesis), dan metanogenesis (Gambar 7).

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • 65 %

    35 % 15 %

    72 %

    20 % 17 %

    13%

    15 %

    Asam asetat

    Asam propionat

    CH4

    Intermediat lainnya

    Bahan organik

    Hidrolisis Asetogenesis Metanogenesis

    Gambar 7. Tahapan fermentasi metana (Said, 1994)

    Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwa asam asetat dan asam propionat merupakan

    sumber utama pembentukan gas metana. Angka dalam persen menunjukkan

    penurunan COD dan perubahan bahan organik. Reaksi-reaksi pembentukan metan

    dapat dirinci sebagai berikut:

    1. 4H2 + CO2 CH4 + 2H2O

    2. Asam formiat : 4HCOOH CH4 + 3CO2 + 2H2O

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • 3. Asam asetat : CH3COOH CH4 + CO2 4. Asam propionat : CH3CH2COOH + H2O CH3COOH + CO2 +

    CH3COOH CH4 + CO2

    CH3CH2COOH + H2O 5/4 CO2 + 7/4 CH4

    5. Etanol : CH3CH2OH + H2O CH3COOH + 2H2

    CH3COOH CH4 + CO2

    CH3CH2OH + H2O CH4 + CO2 + 2H2

    (Sumber : Subagyo, 1989)

    Limbah PKS berupa gas CH4 dan CO2 dapat memberikan kontribusi GRK yang

    dapat menimbulkan perubahan iklim global. Konstribusi gas CH4 terhadap GRK

    sebesar 24%. Dimana nilai potensi pemanasan global dari 1 ton gas metan setara

    dengan 21 ton CO2. Murdiyarso (2003a) mengemukakan bahwa konsentrasi CH4 dan

    N2O relatif rendah, tapi kemampuan memperkuat radiasi (radiative forcing)

    gelombang pendek menjadi gelombang panjang yang bersifat panas jauh lebih besar

    dibanding CO2 yang konsentrasi dan pertumbuhannya jauh lebih besar. Kedua GRK

    tersebut masing-masing mampu memperkuat radiasi sekitar 20 dan 200 kali

    kemampuan CO2. Hal ini berarti bahwa kenaikan yang sekecil apapun dari kedua

    GRK tersebut harus tetap dikendalikan.

    Aktivitas proyek CDM yang dilakukan PKS bertujuan untuk menangkap gas

    metan dari pembusukan bahan organik pada sistem pengolahan air limbah pabrik

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • pengolahan kelapa sawit dengan mengenalkan sistem penangkapan dan pembakaran

    gas metan pada kolam an aerobik. Aktivitas proyek ini memanfaatkan teknologi yang

    efektif, sederhana dan handal untuk menangkap biogas yang dihasilkan oleh kolam

    penampungan, pemasangan penutup bersegel di atas kolam anareobik untuk

    menciptakan sistem digester anareobik. Masing-masing penutup terdiri dari geo

    membran poliethylene kerapatan tinggi sintesis atau Sintentic High Density

    Polyethylene (HDPE) yang disegel.

    Menurut Shirai et al (2003) bahwa teknologi yang digunakan untuk

    menangkap dan bakar gas metan pada pabrik kelapa sawit adalah teknologi anaerobic

    biodigester. Teknologi ini menggunakan bahan HDPE yang kuat dan tahan lama

    untuk menangkap gas dari kolam limbah (termasuk metan), dilengkapi dengan

    sistem pengadukan dan sensor kemudian biogas disalurkan lewat pipa dan

    dihancurkan (flare).

    Skema proyek gabungan dideskripsi dalam AMS III H, yang meliputi (1) dua

    kolam anerobik (ditutup dengan HDPE), (2) dilengkapi sistem meteran (flowmeter)

    dan peralatan pembakaran (flaring serta peralatan energi yang terbaharu untuk masa

    datang) dan (3) pemantauan untuk pengaturan de sludge dan sludge (UNFCCC,

    2007).

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Gambar 8. Proyek Gabungan CDM (UNFCCC,2007)

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • III. BAHAN DAN METODE

    3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian mengenai perkembangan CDM di Sumatera Utara telah dilakukan

    pada perusahaan-perusahaan yang berpotensi mendapatkan kredit karbon yaitu PT

    Milano, PT Multimas Nabati (PT MNA), PTP Nusantara III dan PTP Nusantara IV

    di wilayah Sumatera Utara.

    Penelitian untuk mengetahui lebih jauh pelaksanaan CDM di Sumatera Utara

    dilakukan studi kasus pada perusahaan yang telah menerapkan CDM yaitu PT.

    Perkebunan Milano. Penelitian ini telah dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit PT

    Perkebunan Milano yang terletak di Desa Pinang Awan, Kecamatan Torgamba

    Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara (peta lokasi dapat dilihat lampiran 1).

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2007 sampai dengan bulan

    Maret 2008.

    3.2. Bahan dan Alat Penelitian

    Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah air limbah, tabung

    reaksi, botol, kertas hitam, gayung, flowmeter, stopwatch, pHmeter, ember, meteran

    dan alat tulis.

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • 3.3. Jenis dan Sumber Data

    Jenis data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer untuk

    analisis faktor pendorong dan kendala perkembangan CDM diperoleh dari hasil

    wawancara dengan para pimpinan perusahaan dan para konsultan CDM, sedangkan

    data primer untuk pengurangan emisi diperoleh dari PKS PT. Perkebunan Milano.

    Data sekunder berupa informasi mengenai kegiatan sosialisasi, lokakarya dan

    pelatihan CDM dari Bapedaldasu, sedangkan data untuk studi kasus diperoleh dari

    PKS PT Perkebunan Milano.

    3.4. Metodologi Penelitian

    Untuk menggambarkan kondisi/perkembangan serta kendala CDM di

    Sumatera Utara dilakukan observasi untuk mengetahui tingkat responsif dari peserta

    sosialisasi, lokakarya dan pelatihan CDM yang diadakan oleh Bapedaldasu.

    Kemudian untuk lebih mendalami faktor pendorong dan kendala dilakukan analisis

    persepsi terhadap CDM, birokrasi dan kompetensi.

    Metode yang digunakan untuk studi kasus adalah metode menangkap dan

    membakar gas metan dalam pengolahan limbah cair yang disetujui oleh UNFCCC

    yaitu: AMS III H (Shrestha et al, 2005). Metode tersebut meliputi sebagai berikut:

    a. Emisi pada Kondisi Awal

    Perhitungan Total Emisi Awal dengan sistem kolam limbah anaerobik tanpa

    penangkapan dan pembakaran gas metan adalah sbb:

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • BEy = (MEP y,ww, pengolahan + MEP y,s, pengolahan) x GWP_CH4 ..1)

    Dimana :

    BEy = Emisi awal (ton CO2e/thn)

    MEP y,ww, pengolahan = Potensi Emisi Gas Metan dari sistem pengolahan limbah cair pada tahun y (ton) MEP y,s,pengolahan = Potensi emisi gas metan dari sludge yang belum diolah pada tahun y (ton) GWP_CH4 = Potensi Pemanasan Global dari gas metan (Nilainya: 21) Langkah 1. Perhitungan Kolam Terbuka Emisi Awal MEPy,ww,pengolahan = Qy,ww x CODy,ww,belum diolah x Bo,ww x MCFww,pengolahan Dimana : MEPy,ww,pengolahan = Potensi Emisi Gas Metan dari sistem pengolahan limbah cair pada tahun y (ton) Qy,ww = Volume pengolahan limbah cair pada tahun y (m/thn) CODy,ww,belum diolah = COD dari limbah cair yang masuk ke kolam an aerobik pada tahun y (ton/m) Bo,ww = Kapasitas pembentukan gas metan dari limbah cair yang

    diolah (0.21 kg CH4/kg COD) MCFww,pengolahan = Faktor koreksi gas metan (Ketetapan: 0.8) Langkah 2. Perhitungan Emisi dari Sludge MEP y,s,pengolahan = Sy,belumdiolahxDOCy,s,belumdiolah xDOCF x F x 16/12 x MCFs,pengolahan

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Dimana : MEP y,s,pengolahan = Potensi emisi gas metan dari sludge yang belum diolah pada tahun y (ton). Sy,belum diolah = Jumlah sludge yang dibentuk pada tahun y (ton) DOCy,s,belum diolah = Kandungan organik yang dihancurkan dari sludge yang yang dihasilkan pada tahun y. DOCF = Pecahan DOC yang diubah menjadi biogas (IPPC = 0,5) F = Pecahan CH4 dari ladang gas (IPCC = 0,5) 16/12 = Perbandingan mol CH4 dengan Karbon MCFs, pengolahan = Faktor Koreksi Gas Metan dari sistem pengolahan sludge

    yang dilengkapi dengan pengumpulan gas metan dan pembakaran (Nilai terendah MCF = 0).

    b. Emisi Setelah Aktivitas Proyek

    PEy = PEy,power + PEy,ww, diolah + PEy,s,akhir + PEy,hilang + PEy,larut 2)

    Dimana: PEy = Emisi setelah Proyek pada tahun y (ton CO2e/thn) PEy,power = Emisi melalui listrik atau penggunaan diesel pada tahun y (ton CO2e/thn) PEy,ww, diolah = Emisi melalui penurunan karbon organik pada limbah cair yang diolah pada tahun y (ton CO2e/thn) PEy,s,akhir = Emisi melalui kolam anaerobik dari produksi sludge akhir pada tahun y (ton CO2e/thn) PEy,hilang = Emisi melalui pelepasan gas metan dalam sistem penangkapan dan pembakaran pada tahun y (ton

    CO2e/thn).

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • PEy,larut = Emisi melalui gas metan yang terlarut dalam limbah cair yang diolah pada tahun y (ton CO2e/thn) Langkah 1. Perhitungan Emisi dari Limbah Cair yang diolah untuk Proyek

    PEy,ww, diolah = Qy,ww x CODy,ww,diolah x Bo,ww x MCFww,akhir x GWP_CH4 Dimana: PEy,ww, diolah = Emisi melalui karbon organik dalam limbah cair yang diolah pada tahun y (ton CO2e/thn) Qy,ww = Volume limbah cair yang diolah pada tahun y (m/thn) CODy,ww,diolah = COD dari limbah cair yang diolah pada tahun (ton/m) Bo,ww = Kapasitas pembentukan gas metan dari limbah cair yang

    diolah (IPPC menetapkan:0.21 kg CH4/kg COD) MCFww,akhir `= Faktor koreksi gas Metan berdasarkan tipe pengolahan dan pelepasan limbah (Nilai MCF tertinggi untuk pengolahan an aerobik : 0,1) GWP_CH4 = Potensi Pemanasan Global dari gas metan (Nilainya: 21) Langkah 2. Perhitungan Jumlah Total Bahan Organik Dalam Kolam PEy,s,terakhir = Sy,terakhir xDOCy,s,terakhir xMCFs,terakhir x DOCF xFx 16/12xGWP_CH4 Dimana: PEy,s,terakhir = Emisi gas Metan dari pembusukan sludge akhir secara anaerobik yang dibentuk dlm sistem limbah cair pada tahun y (ton CO2e/thn)

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Sy,terakhir = Jumlah sludge terakhir yang dihasilkan oleh sistem limbah cair ada tahun y (ton) DOCy,s,terakhir = Kandungan organik yang hancur dari sludge terakhir yang dihasilkan oleh pengolahan limbah cair pada tahun y (pecahan) MCFs,terakhir = Faktor koreksi gas metan dari lahan yang menerima sludge terakhir diestimasikan dengan menunjukkan pada kategori AMS III G. DOCF = Pecahan DOC yang diubah menjadi biogas (Nilai IPCC = 0.5) F = Pecahan CH4 pada lahan gas (Nilai IPCC = 0.5) 16/12 = Perbandingan mol CH4 dengan Karbon GWP_CH4 = Potensi Pemanasan Global dari gas metan (Nilainya: 21) Langkah 3. Perhitungan Emisi yang Hilang dari Penangkapan dan pembakaran

    yang tidak efisien

    PEy,hilang,ww = (1 - CFEww) x MEP y,ww,pengolahan x GWP_CH4

    Dimana: PEy,hilang,ww = Emisi yang hilang melalui penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien pada pengolahan limbahcair yang

    anaerobik pada tahun y (ton CO2e/thn) CFEww = Efisensi penangkapan dan pembakaran gas metan pada pengolahan limbah cair. MEP y,ww,pengolahan = Potensi emisi gas metan dari pengolahan limbahcair pada tahun y (ton) GWP_CH4 = Potensi Pemanasan Global dari gas metan(Nilainya: 21)

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Langkah 4. Perhitungan Emisi yang hilang dari penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien pada pengolahan sludge

    PEy,hilang,s = (1 - CFEs) x MEP y,s,pengolahan x GWP_CH4 Dimana: PEy,hilang,s = Emisi yang hilang melalui penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien dalam pengolahan sludge pada tahun y (ton CO2e/thn) CFEs = Penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien dari pengumpulan gas metan dan peralatan pembakaran pada sistem pengolahan sludge. MEP y,s,pengolahan = Potensi emisi metan dari sistem pengolahan sludge pada tahun y (ton) GWP_CH4 = Potensi Pemanasan Global dari gas metan(Nilainya: 21) Langkah 5. Perhitungan Total Emisi yang Hilang

    PEy,hilang = PEy,hilang,ww + PEy,hilang,s Dimana: PEy,hilang = Emisi melalui pelepasan gas metan dalam sistem penangkapan dan pembakaran pada tahun y (ton CO2e/thn). PEy,hilang,ww = Emisi yang hilang melalui penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien pada pengolahan limbahcair yang anaerobik pada tahun y (ton CO2e/thn) PEy,hilang,s = Emisi yang hilang melalui penangkapan dan pembakaran yang tidak efisien dalam pengolahan sludge pada tahun y (ton CO2e/thn)

    Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository 2008

  • Langkah 6. Perhitungan emisi dari gas metan yang terlarut dalam limbahcair.

    PEy,terlarut = Qy,ww x [CH4]y,ww,diolah x GWP_CH4 Dimana: PEy,terlarut = Emisi melalui gas metan yang terlarut dalam limbah cair yang diolah pada tahun y (ton CO2e/thn) Qy,ww = Volume limbah cair yang diolah pada tahun y (m/thn) [CH4]y,ww,diolah= Kandungan gas metan yang larut dalam limbahcair yang diolah (ton/m). Limbahcair di kolam aerobic = 0; nilai limbah cair pada keadaan anaerobik dapat digunakan = 0,001 c. Perhitungan Pengurangan Emisi

    ERy = BEy (PEy + Leakagey) ..3) Dimana : ERy = Pengurangan emisi (ton CO2e/thn) BEy = Emisi awal (ton C