Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
SENTRA 2020 IV - 19
ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN
PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM DENGAN METODE
QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) DAN OCCUPATIONAL
REPETITIVE ACTION (OCRA) INDEX
Dian Palupi Restuputri1, Yoga A. Wijaya
2
Universitas Muhammadiyah Malang / Teknik Industri, Malang
Kontak Person: Dian Palupi Restuputri
Jalan Raya Tlogomas 246 Malang, (0341) 464318/Teknik Industri E-mail: [email protected]
Abstrak Pekerja pada stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) diketahui merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus dan monoton (repetitive) dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat mengakibatkan otot-otot pekerja menjadi tegang yang mengakibatkan rasa sakit akibat kerja. Dari hasil wawancara awal dengan pekerja didapatkan hasil pekerja mengeluhkan sakit mengeluhkan sakit pada bahu 76%, lengan atas 75%, lengan bawah 81% dan pergelangan tangan 88%. Tujuan dari analisa ini untuk mengetahui postur kerja pada saat ini apakah dapat menimbulkan resiko cedera atau tidak terhadap pekerja mengingat terdapat beberapa pekerja yang mengeluhkan rasa pegal dibagian tertentu dari anggota tubuh
seperti bahu dan pergelangan tangan dengan menggunakan metode QEC dan OCRA. Kedua metode ini dianggap efektif untuk mengukur resiko cedera pada pekerjaan yang berhubungan dengan tangan. Dari hasil perhitungan dalam pengolahan data didapatkan bahwa hasil kuisioner QEC bernilai 60,49 yang menunjukkan jika pekerjaan perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan.. Sedangkan dengan menggunakan metode OCRA didapatkan faktor-faktor OCRA Index pada operator pengisian BBM untuk tangan kanan bernilai 1 (green) dan tangan kiri bernilai 1 (green) yang berarti pekerjaan ini tidak berisiko terhadap musculoskeletal atau repetitive strain injury. Kata kunci: Musculoskeletal Disorders, Repetitive Srain Injury, Occupational Repetitive Action, Quick Exposure Check
1. Pendahuluan
Kegiatan Manual Material Handling pada suatu pekerjaan diidentifikasi memiliki resiko besar
sebagai penyebab low back pain, itu berakibat dari penanganan material secara manual yang cukup berat
dan posisi tubuh yang salah pada saat melakukan pekerjaan [1]. Faktor psikososial berupa gerakan kerja yang dilakukan secara terus menerus dengan gerakan yang sama, lingkungan kerja yang terisolasi,
tuntutan performa kerja yang tinggi, kurangnya kontrol dalam bekerja serta hubungan pengawas dengan
pegawai yang rendah berhubungan dengan timbulnya keluhan muskuloskeletal pada pekerja.[2]. Pekerja pada stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) diketahui merupakan pekerjaan yang dilakukan
secara terus-menerus dan monoton (repetitive) dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat
mengakibatkan otot-otot pekerja menjadi tegang yang mengakibatkan rasa sakit, atau Repetitive Strain
Injuries (RSI)[3, 4]. Resiko gangguan atau keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) dan Repetitive Strain
Injuries (RSI) adalah kerusakan otot, tendon, tulang atau sistem saraf yang dicetuskan oleh pengerahan
tenaga yang kuat secara berulang [5]. Dengan tuntutan efektifitas dari pekerja yang diharuskan secara maksimal maka pekerjaan tersebut dapat menimbulkan kelelahan dan dapat dimungkinkan terjadi cedera
terutama pada tubuh bagian atas meliputi jari, pergelangan, siku dan bahu [6]. Pekerjaan di SPBU
merupakan salah satu pekerjaan yang menggunakan anggota tubuh tangan secara repetitif. Setelah
dilakukan kuesioner dan wawancara awal, pekerja di SPBU di kota Malang mengeluhkan sakit pada bahu 76%, lengan atas 75%, lengan bawah 81% dan pergelangan tangan 88%. Sehingga dengan adanya
keluhan pekerja ini diperlukan analisis terkait dengan postur kerja yang dilakukan oleh pekerja di SPBU.
Tujuan dari analisa ini untuk mengetahui postur kerja pada saat ini apakah dapat menimbulkan resiko cedera atau tidak terhadap pekerja mengingat terdapat beberapa pekerja yang mengeluhkan rasa pegal
dibagian tertentu dari anggota tubuh seperti bahu dan pergelangan tangan.
Metode yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dengan kondisi seperti ini ada banyak maka penulis mangambil 2 metode yaitu QEC (Quick Exposure Check) dan OCRA (Occupational Repetitive
Action). Untuk metode QEC yang mempunyai konsep dasar mencari seberapa besar exposure
score untuk beberapa bagian tubuh punggung, leher, bahu untuk memberikan skor akhir dan
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
IV - 20 SENTRA 2020
menentukan tindak lanjut sesuai keterangan dari hasil skor tersebut [7]. QEC membantu untuk mencegah terjadinya WMSDs seperti gerak repetitive, gaya tekan, postur yang salah, dan durasi kerja [8]. Penilaian
pada QEC dilakukan pada tubuh statis (body static) dan kerja dinamis (dynamic task) untuk
memperkirakan tingkat resiko dari postur tubuh dengan melibatkan unsur pengulangan gerakan, tenaga/beban dan lama tugas untuk area tubuh yang berbeda [7]. Penggunaan metode QEC terbukti
efektif untuk penilaian postur kerja yang banyak melakukan pekerjaans secara manual [9-11]. Metode
OCRA ini merupakan salah satu tool ergonomi yang digunakan untuk melihat ada dan tidaknya resiko dalam suatu pekerjaan tersebut khusus untuk alat gerak tubuh bagian atas yang dilakukan secara
berulang atau repetitive [12, 13]. Penggunaan metode OCRA terbukti efektif untuk analisa postur kerja
khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan tangan [14-16].
2. Metode Penelitian
Objek penelitian dilakukan di Stasiun bahan bakar umum (SPBU) yang terletak di area kampus
Universitas Muhammadiyah Malang. Terdapat empat mesin pengisian bahan bakar dengan total 6 orang pekerja pengisiannya, namun untuk penelitian ini penulis hanya menganalisa 1 mesin pengisian dan 1
orang pekerja saja. Langkah-langkah pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan: (1)
Pemberian dan pengambilan kuesioner QEC, (2) Pengambilan Dokumentasi, berupa dokumentasi foto
dan video pekerja pada saat melakukan pekerjaan untuk mengetahui postur kerja pada saat melakukan aktivitas pekerjaan, elemenya yaitu gaya, kekakuan, getaran, kecepatan dalam bekerja dan aktivitas
berulang, (3) Pencatatan waktu kerja.
Perhitungan Quick Exposure Check (QEC) Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data-data kuesioner yang diisi oleh pengamat dan juga operator pada area
pekerjaan pengisian Bahan Bakar Minyak di daerah jetis. 2. Mengolah data kuesioner yang telah diambil untuk menghitung exposure score pada setiap
anggota tubuh yang diamati yaitu punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher.
Tingkat risiko terjadinya cedera pada anggota tubuh berdasarkan dari nilai exposure score yang
diperokeh dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Exposure Score QEC
3. Menghitung exposure level untuk menentukan tindakan apa yang dilakukan berdasarkan dari
hasil perhitungan total exposure score . Tindakan yang harus diambil berdasarkan nilai yang dihasilkan dalam perhitungan exposure level dapat dilihat pada Tabel 2. Berikut persamaan yang
digunakan untuk mencari exposure level.
E (%) = 𝑋/𝑋𝑚𝑎𝑥 ×100% (1)
Tabel 2 Action Level QEC
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
SENTRA 2020 IV - 21
4. Memperbaiki stasiun kerja yang diteliti jika exposure level menghasilkan nilai yang tinggi karena berisiko terjadinya cedera pada operator yang bekerja di dalamnya.
5. Menganalisis kembali usulan perbaikan yang diberikan untuk mengetahui apakah usulan sudah
baik atau belum.
Perhitungan OCRA (Occupational Repetitive Action)
Menentukan Actual Technical Actions (ATA) Untuk menentukan jumlah tindakan teknis yaitu yang pertama hasil dari rekaman video
penelitian pada pekerjaan diputar kembali dengan gerakan lambat (slow motion) untuk mengidentifikasi
tindakan teknis serta menghitung jumlah tindakan teknis. Kedua menentukan frekuensi per menit
dengan membagi jumlah tindakan teknis dengan waktu dalam satu siklus.Ketiga menentukan durasi pekerjaan repetitif yaitu selang waktu pekerjaan repetitif tersebut dilakukan oleh operator dalam satu
shift kerja dalam satuan menit.Keempat menentukan ATA dengan mengalikan frekuensi per menit dan
durasi pekerjaan repetitif.Sehingga dalam mencari nilai ATA menggunakan rumus sebagai berikut :
Frekuensi = Jumlah tindakan teknis x 60 detik
Waktu Siklus (dalam detik) (2)
ATA = Frekuensi x Total waktu pekerjaan repetitive (3)
Menentukan Recommended Technical Actions (RTA)
Untuk menentukan nilai RTA (Recommended Technical Actions) diperlukan langkah – langkah
sebagai berikut:
a. Menentukan faktor kekuatan berdasarkan hasil wawancara dengan operator dengan menggunakan skala CR-10 Borg.
Proporsi waktu dalam 1 siklus = Waktu pekerjaan dalam 1 siklus
Waktu Siklus (4)
Skor rata-rata = Skor Skala Borg x Proporsi waktu dalam 1 siklus (5)
b. Menentukan faktor postur dan gerakan operator dengan memperhatikan gerakan segmen tangan yaitu
bahu, pergelangan tangan, siku, dan genggaman tangan. Kemudian pilih skor faktor pengali terkecil
dari keempat segmen tangan tersebut sebagai skor faktor postur dan gerakan. c. Menentukan faktor risiko tambahan berdasarkan pengamatan langsung. Faktor ini tidak selalu ada
pada situasi kerja tertentu. Jika faktor tambahan tidak ada, maka faktor risiko tambahan adalah 1.
Proporsi dari Waktu Siklus = Total Waktu
Waktu Siklus x100 % (6)
d. Menentukan faktor periode pemulihan yaitu dengan cara menggolongkan setiap jam kerja sebagai
jam “berisiko” atau jam “tanpa-risiko” dengan acuan pada setiap jam “tanpa-risiko” memiliki perbandingan antara waktu kerja (dengan gerakan berulang) dan waktu pemulihan minimal 5:1.
e. Menentukan faktor durasi. Selang waktu selama pekerjaan repetitif tersebut dilakukan dalam satu
shift kerja dicocokkan dengan kriteria untuk menentukan faktor durasi.
Waktu Istirahat Mikro = Waktu siklus - Waktu total melakukan tindakan teknik (7)
Total Waktu Istirahat Mikro = Waktu Kerja
Waktu Siklus𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐼𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡 𝑀𝑖𝑘𝑟𝑜 (8)
Waktu Istirahat Aktual = Waktu Istirahat Makro + Total Waktu Istirahat Mikro (9)
Waktu Kerja Aktual = 60 menit – Waktu Istirahat Aktual (10)
f. Menentukan RTA dengan mengalikan frekuensi konstan (30 tindakan/menit), faktor kekuatan, faktor
postur, faktor tambahan, durasi total, faktor periode pemulihan, dan faktor durasi.
g. Sehingga dalam mencari nilai RTA menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah RTA = ∑ [CF x (Ff𝑛
𝑖=𝐼𝑖 x Fp𝑖 x Fc𝑖) x D𝑖] x Fr x Fd (11)
Menghitung Occupational Repetitive Action (OCRA) Index
Menurut Neville Stanton OCRA Index merupakan hasil dari perbandingan antara jumlah
tindakan teknis aktual selama shift kerja, dan jumlah tindakan teknis yang direkomendasikan.
Menghitung OCRA Index yaitu dengan membagikan ATA (Actual TechnicalActions) dengan RTA (Recommended Technical Actions).
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
IV - 22 SENTRA 2020
Rumus OCRA Index:
OCRA = Jumlah tindakan teknis yang dilakukan dalam 1 shift (Σ ATA)
Jumlah tindakan teknis yang direkomendasikan dalam 1 shift (Σ RTA) (12)
Mengklasifikasikan hasil perhitungan Occupational Repetitive Action (OCRA) index
Setelah dilakukan perhitungan OCRA Index, Menurut Neville Stanton [17] maka arti dari hasil
perhitungan OCRA Index, dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 3 berikut
Tabel 3 Klasifikasi Hasil OCRA Index
OCRA Index Area Keterangan
≤ 1,5 Green Optimal
1,6 – 2,2 Green Keadaan dapat diterima
2,3 – 3,5 Yellow Keadaan perlu diperiksa atau ditingkatkan
3,6 – 4,5 Red-Low Keadaan yang berisiko rendah
4,6 – 9,0 Red-Medium Keadaan yang berisiko menengah
> 9 Red-High Keadaan yang berisiko tinggi
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Perhitungan Quick Exposure Check (QEC)
Setelah memberikan kuisioner QEC maka didapatkan hasilnya seperti pada tabel 4 dan 5.
Tabel 4 Rekapitulasi Kuesioner Pengamat
Jenis Pekerjaan Punggung Bahu/Lengan Pergelangan Tangan Leher
1 2 1 2 1 2
Pengisian BBM A2 B2 C1 D3 E1 F1 G2
Tabel 5 Rekapitulasi Kuesioner Responden
Jenis Pekerjaan Pertanyaan
H J K L M N P Q
Pengisian BBM H1 J3 K2 L1 M1 N3 P2 Q2
Jawaban-jawaban yang didapat dari kuesioner kemudian akan dihitung nilai exposure score pada keempat bagian anggota tubuh dari operator yang diteliti. Contoh perhitungan dilakukan pada
lembar skor QEC seperti pada tabel 6 dan 7.
Tabel 6. Skor QEC
Punggung Bahu/Lengan
Posisi Punggung (A) & Beban (H)
Score 1
Tinggi (C) & Beban (H)
Score 1
A1 A2 A3 C1 C2 C3
H1 2 4 6 H1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8
H3 6 8 10 H3 6 8 10
H4 8 10 12 H4 8 10 12
4 2
Posisi Punggung (A) Durasi (J)
Score 2
Tinggi (C) & Durasi (J)
Score 2 A1 A2 A3 C1 C2 C3
J1 2 4 6 J1 2 4 6
J2 4 6 8 J2 4 6 8
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
SENTRA 2020 IV - 23
J3 6 8 10 J3 6 8 10
8 6
Durasi (J) & Beban (H)
Score 3
Durasi (J) & Beban (H)
Score 3
J1 J2 J3 J1 J2 J3
H1 2 4 6 H1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8
H3 6 8 10 H3 6 8 10
H4 8 10 12 H4 8 10 12
6 6
Untuk pekerjaan statis menggunkana scoring 4
untuk pekerja manual handling gunakan scoring 5
dan 6
Frekuensi (D) & Beban (H)
Score 4
D1 D2 D3
H1 2 4 6
Posisi Statis (B) &
Durasi (J)
Score 4
H2 4 6 8
B1 B2 H3 6 8 10
J1 2 4 H4 8 10 12
J2 4 6 6
J3 6 8
8 Frekuensi (D) & Durasi (J)
Score 5
D1 D2 D3
J1 2 4 6
Frekuensi (B) & Beban (H)
Score 5
J2 4 6 8
B3 B4 B5 J3 6 8 10
H1 2 4 6 10
H2 4 6 8
H3 6 8 10 Total skor bahu lengan = Total skor 1
sampai 5
H4 8 10 12 30
Frekuensi (B) & Durasi (J)
Score 6
B3 B4 B5
J1 2 4 6
J2 4 6 8
J3 6 8 10
Total skor punggung = total skor 1 sampai 4 atau
total skor 1 sampai 3 di tambah skor 5 dan 6
26
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
IV - 24 SENTRA 2020
Tabel 7 Skor QEC Lanjutan
Pergelangan Tangan Leher
Gerakan Berulang (F) & Kekuatan (K)
Score 1
Posisi Leher (G) & Durasi
(J)
Score 1
F1 F2 F3 G1 G2 G3
K1 2 4 6 J1 2 4 6
K2 4 6 8 J2 4 6 8
K3 6 8 10 J3 6 8 10
4 8
Gerakan Berulang (F) & Durasi (J)
Score 2
Kebutuhan Visual (L) &
durasi (J)
Score 2
F1 F2 F3 L1 L2
J1 2 4 6 J1 2 4
J2 4 6 8 J2 4 6
J3 6 8 10 J3 6 8
6 6
Total skor lebar = total skor
1 dan 2
Durasi (J) & Kekuatan (K)
Score 3
14
J1 J2 J3
K1 2 4 6 Mengemudi
K2 4 6 8 M1 M2 M3
K3 6 8 10 1 4 9
8 Total
Mengemudi 1
Posisi Pergelangan Tangan
(E) & kekuatan (K)
Score 4
Getaran
E1 E2 N1 N2 N3
K1 2 4 1 4 9
K2 4 6 Total Getaran 9
K3 6 8
4
Kecepatan Bekerja
P1 P2 P3
Posisi Pergelangan Tangan
(E) & Durasi (J)
Score 5
1 4 9
E1 E2 Total Getaran 4
J1 2 4
J2 4 6
J3 6 8 Stress
6 Q1 Q2 Q3 Q4
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
SENTRA 2020 IV - 25
1 4 9 16
Total skor pergelangan Tangan = Total Skor 1 sampai 5 Total Stress 4
28
Hasil dari rekapitulasi disesuaikan dengan tabel maka didapat nilai-nilai skor seperti pada tabel
8. Dengan menggunakan persamaan 1 maka untuk hasil exposure level didapat seperti tabel 8.
Tabel 8 Hasil Rekapitulasi Exposure Score dan Exposure Level
Objek Pengamatan Score Score
Maksimal
Exposure
Level
Action
Level Tindakan
Punggung 26 42 High
60,49
Perlu penelitian lebih
lanjut dan dilakukan
perubahan
Bahu/Lengan 30 56 Moderate
Pergelangan Tangan 28 46 Moderate
Leher 14 18 High
Mengemudi 1 9 Low
Getaran 9 9 High
Kecepatan Bekerja 4 9 Moderate
Stress 4 16 Moderate
3.2 Menentukan Actual Technical Actions (ATA)
Dalam penentuan ATA maka yang harus dilakukan menghitung frekuensi dan Total waktu
pekerjaan repetitive yaitu sebesar 425 menit didapat dari total waktu repetitive dalam 1 shif kerja. a. Tindakan Teknis dalam Satu Siklus
Berdasarkan hasil rekaman video yang diputar kembali. Sebagai contoh, tindakan memencet
tombol nominal pengisian, jumlah tindakan teknisnya adalah 1 karena diperlukan satu operasi dasar untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. Waktu untuk menyelesaikan tindakan teknis ini adalah 3 detik.
Jumlah tindakan teknis 7 dan waktu untuk setiap tindakan teknis tangan kiri 39 detik, sedangkan jumlah
tindakan teknis 7 dan waktu untuk setiap tindakan teknis tangan tangan 59 detik.
b. Frekuensi
Dari hasil pengamatan durasi kerja operator pencucian jagung, diperoleh rata-rata waktu siklus
sebesar 59 detik. Sedangkan jumlah siklus untuk tangan kanan dan kiri seperti perhitungan tindakan teknis, sehingga Frekuensi per menit dapat dihitung sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan 2 yaitu
FrekuensiTangan Kanan = 7 x 60 detik
59 = 7,12 tindakan/menit
FrekuensiTangan Kiri = 7 x 60 detik
59 = 7,12 tindakan/menit
c. Actual Technical Action (ATA)
Setelah menghitung frekuensi maka langkah selanjutnya menghitung ATA dengan mengkalikan hasil perhitungan frekuensi dengan total waktu pekerjaan repetitive 425 menit durasi kerja operator
pengisian BBM, sehingga jumlah tindakan teknis aktual dapat dihitung sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan 3 yaitu
ATATangan Kanan = 7,12 tindakan/menit x 425 menit = 3025.42 tindakan ATATangan Kiri = 7,12 tindakan/menit x 425 menit = 3025.42 tindakan
3.3 Menentukan Recommended Technical Action (RTA)
Untuk menentukan nilai RTA (Recommended Technical Actions) diperlukan 7 langkah
perhitungan:
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
IV - 26 SENTRA 2020
a. Faktor Kekuatan Kekuatan yang dikeluarkan diperkirakan dengan skala yang diusulkan oleh Borg (skala CR-10
Borg). Misal pada tindakan memencet tombol nominal pengisian, yaitu pada tangan kanan.
Berdasarkan persamaan 4 yaitu
= 3
59 = 0,05
Berdasarkan persamaan 5 yaitu
= 0,3 x 0,05 = 0,02 Total skor rata-rata skala Borg tangan kanan adalah 2.05 maka faktor kekuatan (Ff) dan dapat dihitung
dengan cara: Skala Borg = 2 → Ff = 0,65
Skala Borg = 2,5 → Ff = 0,55
Skala Borg = 2,05→Ff = 0,55+2,5−2,05
2,5−2x (0,65-0,55) = 0,64
b. Faktor Postur Penilaian postur dan gerakan dikonsentrasikan pada masing-masing segmen tunggal tubuh
bagian atas (bahu, siku, pergelangan tangan, dan jenis genggaman) dan dihubungkan dengan waktu
gerakan. Penilaian postur hanya dilakukan pada gerakan yang berbahaya saja. Sebagai contoh untuk tangan kanan dan tangan kiri, dibawah ini diberikan contoh pada saat operator Mengisi Tanki Motor
seperti pada Gambar didapat nilai faktor tubuh sebesar 0,5 untuk tangan kanan & kiri untuk operator
pengisian BBM.
Gambar 1. Operator Mengisi Tanki Motor
c. Faktor Risiko Tambahan
Setelah menghitung faktor postur maka selanjutnya menghitung faktor resiko tambahan.Faktor tambahan merupakan faktor yang penting untuk diperhitungkan tetapi faktor ini tidak selalu ada. Faktor
resiko tambahan yang ada pada saat tangan kanan& kiri bekerja adalah:
1. Getaran dari mesin 2. Permukaan objek licin
Berikut adalah contoh untuk tangan kanan, berdasarkan persamaan 6 yaitu
= 35+9
59 x100 % = 74,58 %
Karena proporsi dari waktu siklus diantara 51%-80%, maka skor faktor tambahan (Fc) adalah 0,90
d. Faktor Periode Pemulihan
Setelah menghitung faktor tambahan maka langkah selanjutnya menghitung periode pemulihan,
yaitu waktu selama satu atau lebih tangan pada posisi diam atau istirahat.Gambar distribusi waktu kerja
dan istirahat makro dapat dilihat pada Tabel 9.
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
SENTRA 2020 IV - 27
Tabel 9 Jadwal Kerja Dan Istirahat Makro
Jam ke 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu
kerja 55 60 60 60 60 15 60 55
Allowance 5 (Briefing dan
pergantian shift)
30 (Istirahat)
dan 15 (Sholat)
5 (Briefing dan
pergantian shift)
Berikut contoh perhitungan untuk tangan kanan berdasarkan persamaan 7 yaitu
Waktu Istirahat MikroTangan Kanan = 61.02 detik - 59 detik = 2.02 detik
Dibawah ini adalah contoh cara penentuan waktu kerja dan istirahat aktual untuk jam ke 1: Berdasarkan persamaan 8 yaitu
Total Waktu Istirahat MikroTangan Kanan = 55
61.02𝑥 2.02 = 0.17 menit
Berdasarkan persamaan 9 yaitu
Waktu Istirahat AktualTangan Kanan = 5 menit + 0.17 menit = 5.17 menit
Berdasarkan persamaan 10 yaitu
Waktu Kerja AktualTangan Kanan = 60 menit – 5.17 menit = 54.83 menit
Penentuan waktu kerja dan istirahat aktual pada setiap jam kerja dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Waktu Kerja dan Istirahat Aktual Operator Pengisian BBM
Waktu Kerja dan Istirahat Aktual Operator Pengisian BBM
Jam
ke-
Waktu
Kerja
(menit)
Waktu
Istirahat
Makro
(menit)
Waktu Istirahat
Mikro Total (menit)
Waktu Istirahat
Aktual (menit)
Waktu Kerja
Aktual (menit)
Tangan
Kiri
Tangan
Kanan
Tangan
Kiri
Tangan
Kanan
Tangan
Kiri
Tangan
Kanan
1 55 5 19,85 0,17 24,85 5,17 35,15 54,83
2 60 0 21,65 0,00 21,65 0,00 38,35 60,00
3 60 0 21,65 0,00 21,65 0,00 38,35 60,00
4 60 0 21,65 0,00 21,65 0,00 38,35 60,00
5 60 0 21,65 0,00 21,65 0,00 38,35 60,00
6 15 45 5,41 1,49 50,41 46,49 9,59 13,51
7 60 0 21,65 0,00 21,65 0,00 38,35 60,00
8 55 5 19,85 0,17 24,85 5,17 35,15 54,83
Jika perbandingan antara waktu kerja aktual dengan waktu istirahat aktual diantara 5:1 sampai 6:1 atau dibawah 5:1, maka nilai resiko adalah 0. Jika perbandingannya antara 7:1 sampai 11:1, maka
nilai resiko adalah 0,5. Jika perbandingannya lebih besar dari 11:1, maka nilai resiko adalah 1. Sebagai
contoh, pada tangan kanan jam ke I, perbandingannya adalah 50.18menit:9.82menit atau 5,11:1. Maka nilai resiko pada jam ke I adalah 0. Penentuan nilai faktor resiko dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 11 Penentuan Nilai Resiko Kekurangan Waktu Pemulihan Operator Pengisian BBM
Penentuan Nilai Risiko Kekurangan Waktu Pemulihan Operator Pengisian BBM
Jam ke- Tangan Kiri Tangan Kanan
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
IV - 28 SENTRA 2020
Waktu
Istirahat
Aktual
(menit)
Waktu
Kerja
Aktual
(menit)
Nilai
Risiko
Waktu
Istirahat
Aktual
(menit)
Waktu
Kerja
Actual
(menit)
Nilai
Risiko
1 24.85 35.15 0 5.17 54.83 0.5
2 21.65 38.35 0 0.00 60.00 0
3 21.65 38.35 0 0.00 60.00 0
4 21.65 38.35 0 0.00 60.00 0
5 21.65 38.35 0 0.00 60.00 0
6 50.41 9.59 0 46.49 13.51 0
7 21.65 38.35 0 0.00 60.00 0
8 24.85 35.15 0 5.17 54.83 0.5
0 1
Nilai resiko dalam hal kekurangan periode pemulihan adalah 1 untuk tangan kiri. Karena nilai
resiko kekurangan periode pemulihan adalah 0 maka faktor pemulihan (Fr) adalah 1 untuk tangan kiri
dan Nilai resiko dalam hal kekurangan periode pemulihan adalah 0,9 untuk tangan kanan.
e. Faktor Durasi
Durasi pekerjaan berulang adalah 425 menit. Karena durasi pekerjaan berulang >480 menit, maka faktor durasi (Fd) adalah 1 untuk tangan kanan dan kiri dan cara perhitungannya dengan melihat
tabel durasi pekerjaan repetitif dan faktor durasi (fd).
f. Recommended Technical Action (RTA) Hasil perhitungan faktor pengali RTA dari perhitungan – perhitungan sub bab sebelumnya dapat dilihat
pada Tabel berikut
Tabel 12 Faktor Pengali RTA Operator Pengisian BBM
Rekapan Nilai Akhir RTA
Faktor
Pengali
Tangan
Kiri
Tangan
Kanan
CF 30 30
Ff 1.03 0.64
Fp 0.5 0.5
Fc 0.90 0.90
D 425 425
Fr 1 0.9
Fd 1 1
Berdasarkan persamaan 11 yaitu
RTATangan Kiri = 30 Tindakan/menit x 1,03 x 0,5 x 0,90 x 425 menit x 1 x 1
= 5909,625 tindakan
RTATangan Kanan = 30 Tindakan/menit x 0,64 x 0,5 x 0,90 x 425 menit x 0.90 x 1
= 3303,92 tindakan
3.4 Menghitung Occupational Repetitive Action (OCRA) Index
Dalam menghitung besar terjadinya risiko maka dari data sebelumnya sudah diperoleh yaitu
data perhitungan ATA dan RTA, data tersebut untuk menghitung besar terjadinya risiko. Perhitungan OCRA Index adalah sebagai berikut:
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
SENTRA 2020 IV - 29
Berdasarkan persamaan 12 yaitu
OCRA IndexTangan Kanan= 3025.42 tindakan
3303,92 tindakan = 0,51 ≈ 1
OCRA IndexTangan Kiri= 3025.42 tindakan
5909,625 tindakan = 0,92 ≈ 1
3.5 Mengklasifikasikan hasil perhitungan Occupational Repetitive Action (OCRA) index Selanjutnya yaitu mengklasifikasikan hasil perhitungan OCRA index sebelumnya. OCRA Index
tangan kanan bernilai 1 sedangkan tangan kiri bernilai 1. Hasil perhitungan OCRA Index dapat
diklasifikasikan seperti Tabel 13.
Tabel 13 Klasifikasi Hasil Perhitungan OCRA Index Operator Pengisian BBM
Klasifikasi Hasil OCRA Index
Alat Gerak OCRA Index Area Keterangan
Tangan Kiri 1 Green Optimal
Tangan Kanan 1 Green Optimal
Dari hasil klasifikasi hasil perhitungan OCRA Index, dapat disimpulkan bahwa pada alat gerak
tubuh bagian kanan dan kiri (tangan kanan dan tangan kiri) bahwa pekerjaan ini sudah bisa dibilang baik sehingga untuk tidak perlu dilakukan perbaikan postur kerja.
4. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dalam pengolahan data didapatkan bahwa hasil kuisioner QEC bernilai
60,49 yang menunjukkan perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan. Sedangkan dengan
menggunakan metode OCRA didapatkan faktor-faktor OCRA Index pada operator pengisian BBM
untuk tangan kanan bernilai 1 (green) dan tangan kiri bernilai 1 (green). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pekerjaan ini tidak berisiko terhadap musculoskeletal atau repetitive strain injury. Dari
hasil penelitian, pekerjaan ini bisa dianggap aman atau tidak memerlukan perbaikan terhadap posisi
pekerja.
Daftar Notasi
CF = Frekuensi konstan = 30 tindakan/menit
Ff = Faktor kekuatan
Fp = Faktor postur
Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang memiliki gerakan repetitive
Fr = Faktor kekurangan waktu pemulihan
Fd = Faktor durasi
Referensi
[1] M. P. Stephens, Manufacturing facilities design and material handling: Purdue University
Press, 2019.
[2] D. Mayasari, "Ergonomi sebagai Upaya Pencegahan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja,"
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Universitas Lampung, vol. 1, pp. 369-379, 2016. [3] T. W. Cheung, L. Clemson, K. O’Loughlin, and R. Shuttleworth, "Erognomic education on
housework for women with upper limb repetitive strain injury (RSI): a conceptual
representation of therapists’ clinical reasoning," Disability and rehabilitation, vol. 40, pp. 3136-3146, 2018.
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
IV - 30 SENTRA 2020
[4] D. Restuputri and I. Masudin, "The Risk Assessment of Repetitive Strain Injury (RSI) Disorder Using Occupational Repetitive Action (OCRA) Index Method," in IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering, 2019, p. 012029.
[5] P. Bongers, H. de Vet, and B. Blatter, "Repetitive strain injury (RSI): occurrence, etiology, therapy and prevention," Nederlands tijdschrift voor geneeskunde, vol. 146, pp. 1971-1976,
2002.
[6] E. Peper, K. H. Gibney, and V. E. Wilson, "Group training with healthy computing practices to prevent repetitive strain injury (RSI): a preliminary study," Applied psychophysiology and
biofeedback, vol. 29, pp. 279-287, 2004.
[7] G. David, V. Woods, G. Li, and P. Buckle, "The development of the Quick Exposure Check
(QEC) for assessing exposure to risk factors for work-related musculoskeletal disorders," Applied ergonomics, vol. 39, pp. 57-69, 2008.
[8] J. A. Bidiawati and E. Suryani, "Improving The Work Position of Worker's Based on Quick
Exposure Check Method to Reduce the Risk of Work Related Musculoskeletal Disorders," Procedia Manufacturing, vol. 4, pp. 496-503, 2015.
[9] S. Ramasamy, K. Adalarasu, and N. P. Trupti, "Evaluation of driving-related musculoskeletal
disorders in motorbike riders using Quick Exposure Check (QEC)," 2017.
[10] S. Oliv, E. Gustafsson, A. N. Baloch, M. Hagberg, and H. Sandén, "The Quick Exposure Check (QEC)—Inter-rater reliability in total score and individual items," Applied Ergonomics, vol. 76,
pp. 32-37, 2019.
[11] N. Monjezi, "Analysis of occupational risk factors for musculoskeletal injuries in the sugarcane workers using QEC and Nordic questionnaire," Journal of Agricultural Engineering Soil
Science and Agricultural Mechanization,(Scientific Journal of Agriculture), vol. 42, pp. 97-112,
2019. [12] E. Occhipinti, "OCRA: a concise index for the assessment of exposure to repetitive movements
of the upper limbs," Ergonomics, vol. 41, pp. 1290-1311, 1998.
[13] R. Paulsen, T. Gallu, D. Gilkey, R. Reiser II, L. Murgia, and J. Rosecrance, "The inter-rater
reliability of Strain Index and OCRA Checklist task assessments in cheese processing," Applied ergonomics, vol. 51, pp. 199-204, 2015.
[14] A. D. Fridayati, H. N. Amrullah, M. Shah, U. Mudjiono, and E. P. Hidayat, "Assessment of
exposure packaging worker and designing work methods using OCRA index in fertilizer producer company," in MATEC Web of Conferences, 2018, p. 03013.
[15] C. W. Dhadhari and H. N. Amrullah, "Assessment Of Worker Posture In Herbicides Production
And Break Time Determination Using OCRA Index Method," in 2019 1st International Conference on Engineering and Management in Industrial System (ICOEMIS 2019), 2019.
[16] L. Tiacci and M. Mimmi, "Integrating ergonomic risks evaluation through OCRA index and
balancing/sequencing decisions for mixed model stochastic asynchronous assembly lines,"
Omega, vol. 78, pp. 112-138, 2018. [17] N. A. Stanton, A. Hedge, K. Brookhuis, E. Salas, and H. W. Hendrick, Handbook of human
factors and ergonomics methods: CRC press, 2004.