12
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020 ISSN (Cetak) 2527-6042 eISSN (Online) 2527-6050 SENTRA 2020 IV - 19 ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) DAN OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION (OCRA) INDEX Dian Palupi Restuputri 1 , Yoga A. Wijaya 2 Universitas Muhammadiyah Malang / Teknik Industri, Malang Kontak Person: Dian Palupi Restuputri Jalan Raya Tlogomas 246 Malang, (0341) 464318/Teknik Industri E-mail: [email protected] Abstrak Pekerja pada stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) diketahui merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus- menerus dan monoton (repetitive) dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat mengakibatkan otot-otot pekerja menjadi tegang yang mengakibatkan rasa sakit akibat kerja. Dari hasil wawancara awal dengan pekerja didapatkan hasil pekerja mengeluhkan sakit mengeluhkan sakit pada bahu 76%, lengan atas 75%, lengan bawah 81% dan pergelangan tangan 88%. Tujuan dari analisa ini untuk mengetahui postur kerja pada saat ini apakah dapat menimbulkan resiko cedera atau tidak terhadap pekerja mengingat terdapat beberapa pekerja yang mengeluhkan rasa pegal dibagian tertentu dari anggota tubuh seperti bahu dan pergelangan tangan dengan menggunakan metode QEC dan OCRA. Kedua metode ini dianggap efektif untuk mengukur resiko cedera pada pekerjaan yang berhubungan dengan tangan. Dari hasil perhitungan dalam pengolahan data didapatkan bahwa hasil kuisioner QEC bernilai 60,49 yang menunjukkan jika pekerjaan perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan.. Sedangkan dengan menggunakan metode OCRA didapatkan faktor-faktor OCRA Index pada operator pengisian BBM untuk tangan kanan bernilai 1 (green) dan tangan kiri bernilai 1 (green) yang berarti pekerjaan ini tidak berisiko terhadap musculoskeletal atau repetitive strain injury. Kata kunci: Musculoskeletal Disorders, Repetitive Srain Injury, Occupational Repetitive Action, Quick Exposure Check 1. Pendahuluan Kegiatan Manual Material Handling pada suatu pekerjaan diidentifikasi memiliki resiko besar sebagai penyebab low back pain, itu berakibat dari penanganan material secara manual yang cukup berat dan posisi tubuh yang salah pada saat melakukan pekerjaan [1]. Faktor psikososial berupa gerakan kerja yang dilakukan secara terus menerus dengan gerakan yang sama, lingkungan kerja yang terisolasi, tuntutan performa kerja yang tinggi, kurangnya kontrol dalam bekerja serta hubungan pengawas dengan pegawai yang rendah berhubungan dengan timbulnya keluhan muskuloskeletal pada pekerja.[2]. Pekerja pada stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) diketahui merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus dan monoton (repetitive) dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat mengakibatkan otot-otot pekerja menjadi tegang yang mengakibatkan rasa sakit, atau Repetitive Strain Injuries (RSI)[3, 4]. Resiko gangguan atau keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) dan Repetitive Strain Injuries (RSI) adalah kerusakan otot, tendon, tulang atau sistem saraf yang dicetuskan oleh pengerahan tenaga yang kuat secara berulang [5]. Dengan tuntutan efektifitas dari pekerja yang diharuskan secara maksimal maka pekerjaan tersebut dapat menimbulkan kelelahan dan dapat dimungkinkan terjadi cedera terutama pada tubuh bagian atas meliputi jari, pergelangan, siku dan bahu [6]. Pekerjaan di SPBU merupakan salah satu pekerjaan yang menggunakan anggota tubuh tangan secara repetitif. Setelah dilakukan kuesioner dan wawancara awal, pekerja di SPBU di kota Malang mengeluhkan sakit pada bahu 76%, lengan atas 75%, lengan bawah 81% dan pergelangan tangan 88%. Sehingga dengan adanya keluhan pekerja ini diperlukan analisis terkait dengan postur kerja yang dilakukan oleh pekerja di SPBU. Tujuan dari analisa ini untuk mengetahui postur kerja pada saat ini apakah dapat menimbulkan resiko cedera atau tidak terhadap pekerja mengingat terdapat beberapa pekerja yang mengeluhkan rasa pegal dibagian tertentu dari anggota tubuh seperti bahu dan pergelangan tangan. Metode yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dengan kondisi seperti ini ada banyak maka penulis mangambil 2 metode yaitu QEC (Quick Exposure Check) dan OCRA (Occupational Repetitive Action). Untuk metode QEC yang mempunyai konsep dasar mencari seberapa besar exposure score untuk beberapa bagian tubuh punggung, leher, bahu untuk memberikan skor akhir dan

ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

SENTRA 2020 IV - 19

ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN

PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM DENGAN METODE

QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) DAN OCCUPATIONAL

REPETITIVE ACTION (OCRA) INDEX

Dian Palupi Restuputri1, Yoga A. Wijaya

2

Universitas Muhammadiyah Malang / Teknik Industri, Malang

Kontak Person: Dian Palupi Restuputri

Jalan Raya Tlogomas 246 Malang, (0341) 464318/Teknik Industri E-mail: [email protected]

Abstrak Pekerja pada stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) diketahui merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus dan monoton (repetitive) dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat mengakibatkan otot-otot pekerja menjadi tegang yang mengakibatkan rasa sakit akibat kerja. Dari hasil wawancara awal dengan pekerja didapatkan hasil pekerja mengeluhkan sakit mengeluhkan sakit pada bahu 76%, lengan atas 75%, lengan bawah 81% dan pergelangan tangan 88%. Tujuan dari analisa ini untuk mengetahui postur kerja pada saat ini apakah dapat menimbulkan resiko cedera atau tidak terhadap pekerja mengingat terdapat beberapa pekerja yang mengeluhkan rasa pegal dibagian tertentu dari anggota tubuh

seperti bahu dan pergelangan tangan dengan menggunakan metode QEC dan OCRA. Kedua metode ini dianggap efektif untuk mengukur resiko cedera pada pekerjaan yang berhubungan dengan tangan. Dari hasil perhitungan dalam pengolahan data didapatkan bahwa hasil kuisioner QEC bernilai 60,49 yang menunjukkan jika pekerjaan perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan.. Sedangkan dengan menggunakan metode OCRA didapatkan faktor-faktor OCRA Index pada operator pengisian BBM untuk tangan kanan bernilai 1 (green) dan tangan kiri bernilai 1 (green) yang berarti pekerjaan ini tidak berisiko terhadap musculoskeletal atau repetitive strain injury. Kata kunci: Musculoskeletal Disorders, Repetitive Srain Injury, Occupational Repetitive Action, Quick Exposure Check

1. Pendahuluan

Kegiatan Manual Material Handling pada suatu pekerjaan diidentifikasi memiliki resiko besar

sebagai penyebab low back pain, itu berakibat dari penanganan material secara manual yang cukup berat

dan posisi tubuh yang salah pada saat melakukan pekerjaan [1]. Faktor psikososial berupa gerakan kerja yang dilakukan secara terus menerus dengan gerakan yang sama, lingkungan kerja yang terisolasi,

tuntutan performa kerja yang tinggi, kurangnya kontrol dalam bekerja serta hubungan pengawas dengan

pegawai yang rendah berhubungan dengan timbulnya keluhan muskuloskeletal pada pekerja.[2]. Pekerja pada stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) diketahui merupakan pekerjaan yang dilakukan

secara terus-menerus dan monoton (repetitive) dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat

mengakibatkan otot-otot pekerja menjadi tegang yang mengakibatkan rasa sakit, atau Repetitive Strain

Injuries (RSI)[3, 4]. Resiko gangguan atau keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) dan Repetitive Strain

Injuries (RSI) adalah kerusakan otot, tendon, tulang atau sistem saraf yang dicetuskan oleh pengerahan

tenaga yang kuat secara berulang [5]. Dengan tuntutan efektifitas dari pekerja yang diharuskan secara maksimal maka pekerjaan tersebut dapat menimbulkan kelelahan dan dapat dimungkinkan terjadi cedera

terutama pada tubuh bagian atas meliputi jari, pergelangan, siku dan bahu [6]. Pekerjaan di SPBU

merupakan salah satu pekerjaan yang menggunakan anggota tubuh tangan secara repetitif. Setelah

dilakukan kuesioner dan wawancara awal, pekerja di SPBU di kota Malang mengeluhkan sakit pada bahu 76%, lengan atas 75%, lengan bawah 81% dan pergelangan tangan 88%. Sehingga dengan adanya

keluhan pekerja ini diperlukan analisis terkait dengan postur kerja yang dilakukan oleh pekerja di SPBU.

Tujuan dari analisa ini untuk mengetahui postur kerja pada saat ini apakah dapat menimbulkan resiko cedera atau tidak terhadap pekerja mengingat terdapat beberapa pekerja yang mengeluhkan rasa pegal

dibagian tertentu dari anggota tubuh seperti bahu dan pergelangan tangan.

Metode yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dengan kondisi seperti ini ada banyak maka penulis mangambil 2 metode yaitu QEC (Quick Exposure Check) dan OCRA (Occupational Repetitive

Action). Untuk metode QEC yang mempunyai konsep dasar mencari seberapa besar exposure

score untuk beberapa bagian tubuh punggung, leher, bahu untuk memberikan skor akhir dan

Page 2: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

IV - 20 SENTRA 2020

menentukan tindak lanjut sesuai keterangan dari hasil skor tersebut [7]. QEC membantu untuk mencegah terjadinya WMSDs seperti gerak repetitive, gaya tekan, postur yang salah, dan durasi kerja [8]. Penilaian

pada QEC dilakukan pada tubuh statis (body static) dan kerja dinamis (dynamic task) untuk

memperkirakan tingkat resiko dari postur tubuh dengan melibatkan unsur pengulangan gerakan, tenaga/beban dan lama tugas untuk area tubuh yang berbeda [7]. Penggunaan metode QEC terbukti

efektif untuk penilaian postur kerja yang banyak melakukan pekerjaans secara manual [9-11]. Metode

OCRA ini merupakan salah satu tool ergonomi yang digunakan untuk melihat ada dan tidaknya resiko dalam suatu pekerjaan tersebut khusus untuk alat gerak tubuh bagian atas yang dilakukan secara

berulang atau repetitive [12, 13]. Penggunaan metode OCRA terbukti efektif untuk analisa postur kerja

khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan tangan [14-16].

2. Metode Penelitian

Objek penelitian dilakukan di Stasiun bahan bakar umum (SPBU) yang terletak di area kampus

Universitas Muhammadiyah Malang. Terdapat empat mesin pengisian bahan bakar dengan total 6 orang pekerja pengisiannya, namun untuk penelitian ini penulis hanya menganalisa 1 mesin pengisian dan 1

orang pekerja saja. Langkah-langkah pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan: (1)

Pemberian dan pengambilan kuesioner QEC, (2) Pengambilan Dokumentasi, berupa dokumentasi foto

dan video pekerja pada saat melakukan pekerjaan untuk mengetahui postur kerja pada saat melakukan aktivitas pekerjaan, elemenya yaitu gaya, kekakuan, getaran, kecepatan dalam bekerja dan aktivitas

berulang, (3) Pencatatan waktu kerja.

Perhitungan Quick Exposure Check (QEC) Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data-data kuesioner yang diisi oleh pengamat dan juga operator pada area

pekerjaan pengisian Bahan Bakar Minyak di daerah jetis. 2. Mengolah data kuesioner yang telah diambil untuk menghitung exposure score pada setiap

anggota tubuh yang diamati yaitu punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher.

Tingkat risiko terjadinya cedera pada anggota tubuh berdasarkan dari nilai exposure score yang

diperokeh dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Exposure Score QEC

3. Menghitung exposure level untuk menentukan tindakan apa yang dilakukan berdasarkan dari

hasil perhitungan total exposure score . Tindakan yang harus diambil berdasarkan nilai yang dihasilkan dalam perhitungan exposure level dapat dilihat pada Tabel 2. Berikut persamaan yang

digunakan untuk mencari exposure level.

E (%) = 𝑋/𝑋𝑚𝑎𝑥 ×100% (1)

Tabel 2 Action Level QEC

Page 3: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

SENTRA 2020 IV - 21

4. Memperbaiki stasiun kerja yang diteliti jika exposure level menghasilkan nilai yang tinggi karena berisiko terjadinya cedera pada operator yang bekerja di dalamnya.

5. Menganalisis kembali usulan perbaikan yang diberikan untuk mengetahui apakah usulan sudah

baik atau belum.

Perhitungan OCRA (Occupational Repetitive Action)

Menentukan Actual Technical Actions (ATA) Untuk menentukan jumlah tindakan teknis yaitu yang pertama hasil dari rekaman video

penelitian pada pekerjaan diputar kembali dengan gerakan lambat (slow motion) untuk mengidentifikasi

tindakan teknis serta menghitung jumlah tindakan teknis. Kedua menentukan frekuensi per menit

dengan membagi jumlah tindakan teknis dengan waktu dalam satu siklus.Ketiga menentukan durasi pekerjaan repetitif yaitu selang waktu pekerjaan repetitif tersebut dilakukan oleh operator dalam satu

shift kerja dalam satuan menit.Keempat menentukan ATA dengan mengalikan frekuensi per menit dan

durasi pekerjaan repetitif.Sehingga dalam mencari nilai ATA menggunakan rumus sebagai berikut :

Frekuensi = Jumlah tindakan teknis x 60 detik

Waktu Siklus (dalam detik) (2)

ATA = Frekuensi x Total waktu pekerjaan repetitive (3)

Menentukan Recommended Technical Actions (RTA)

Untuk menentukan nilai RTA (Recommended Technical Actions) diperlukan langkah – langkah

sebagai berikut:

a. Menentukan faktor kekuatan berdasarkan hasil wawancara dengan operator dengan menggunakan skala CR-10 Borg.

Proporsi waktu dalam 1 siklus = Waktu pekerjaan dalam 1 siklus

Waktu Siklus (4)

Skor rata-rata = Skor Skala Borg x Proporsi waktu dalam 1 siklus (5)

b. Menentukan faktor postur dan gerakan operator dengan memperhatikan gerakan segmen tangan yaitu

bahu, pergelangan tangan, siku, dan genggaman tangan. Kemudian pilih skor faktor pengali terkecil

dari keempat segmen tangan tersebut sebagai skor faktor postur dan gerakan. c. Menentukan faktor risiko tambahan berdasarkan pengamatan langsung. Faktor ini tidak selalu ada

pada situasi kerja tertentu. Jika faktor tambahan tidak ada, maka faktor risiko tambahan adalah 1.

Proporsi dari Waktu Siklus = Total Waktu

Waktu Siklus x100 % (6)

d. Menentukan faktor periode pemulihan yaitu dengan cara menggolongkan setiap jam kerja sebagai

jam “berisiko” atau jam “tanpa-risiko” dengan acuan pada setiap jam “tanpa-risiko” memiliki perbandingan antara waktu kerja (dengan gerakan berulang) dan waktu pemulihan minimal 5:1.

e. Menentukan faktor durasi. Selang waktu selama pekerjaan repetitif tersebut dilakukan dalam satu

shift kerja dicocokkan dengan kriteria untuk menentukan faktor durasi.

Waktu Istirahat Mikro = Waktu siklus - Waktu total melakukan tindakan teknik (7)

Total Waktu Istirahat Mikro = Waktu Kerja

Waktu Siklus𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐼𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡 𝑀𝑖𝑘𝑟𝑜 (8)

Waktu Istirahat Aktual = Waktu Istirahat Makro + Total Waktu Istirahat Mikro (9)

Waktu Kerja Aktual = 60 menit – Waktu Istirahat Aktual (10)

f. Menentukan RTA dengan mengalikan frekuensi konstan (30 tindakan/menit), faktor kekuatan, faktor

postur, faktor tambahan, durasi total, faktor periode pemulihan, dan faktor durasi.

g. Sehingga dalam mencari nilai RTA menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah RTA = ∑ [CF x (Ff𝑛

𝑖=𝐼𝑖 x Fp𝑖 x Fc𝑖) x D𝑖] x Fr x Fd (11)

Menghitung Occupational Repetitive Action (OCRA) Index

Menurut Neville Stanton OCRA Index merupakan hasil dari perbandingan antara jumlah

tindakan teknis aktual selama shift kerja, dan jumlah tindakan teknis yang direkomendasikan.

Menghitung OCRA Index yaitu dengan membagikan ATA (Actual TechnicalActions) dengan RTA (Recommended Technical Actions).

Page 4: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

IV - 22 SENTRA 2020

Rumus OCRA Index:

OCRA = Jumlah tindakan teknis yang dilakukan dalam 1 shift (Σ ATA)

Jumlah tindakan teknis yang direkomendasikan dalam 1 shift (Σ RTA) (12)

Mengklasifikasikan hasil perhitungan Occupational Repetitive Action (OCRA) index

Setelah dilakukan perhitungan OCRA Index, Menurut Neville Stanton [17] maka arti dari hasil

perhitungan OCRA Index, dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 3 berikut

Tabel 3 Klasifikasi Hasil OCRA Index

OCRA Index Area Keterangan

≤ 1,5 Green Optimal

1,6 – 2,2 Green Keadaan dapat diterima

2,3 – 3,5 Yellow Keadaan perlu diperiksa atau ditingkatkan

3,6 – 4,5 Red-Low Keadaan yang berisiko rendah

4,6 – 9,0 Red-Medium Keadaan yang berisiko menengah

> 9 Red-High Keadaan yang berisiko tinggi

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Perhitungan Quick Exposure Check (QEC)

Setelah memberikan kuisioner QEC maka didapatkan hasilnya seperti pada tabel 4 dan 5.

Tabel 4 Rekapitulasi Kuesioner Pengamat

Jenis Pekerjaan Punggung Bahu/Lengan Pergelangan Tangan Leher

1 2 1 2 1 2

Pengisian BBM A2 B2 C1 D3 E1 F1 G2

Tabel 5 Rekapitulasi Kuesioner Responden

Jenis Pekerjaan Pertanyaan

H J K L M N P Q

Pengisian BBM H1 J3 K2 L1 M1 N3 P2 Q2

Jawaban-jawaban yang didapat dari kuesioner kemudian akan dihitung nilai exposure score pada keempat bagian anggota tubuh dari operator yang diteliti. Contoh perhitungan dilakukan pada

lembar skor QEC seperti pada tabel 6 dan 7.

Tabel 6. Skor QEC

Punggung Bahu/Lengan

Posisi Punggung (A) & Beban (H)

Score 1

Tinggi (C) & Beban (H)

Score 1

A1 A2 A3 C1 C2 C3

H1 2 4 6 H1 2 4 6

H2 4 6 8 H2 4 6 8

H3 6 8 10 H3 6 8 10

H4 8 10 12 H4 8 10 12

4 2

Posisi Punggung (A) Durasi (J)

Score 2

Tinggi (C) & Durasi (J)

Score 2 A1 A2 A3 C1 C2 C3

J1 2 4 6 J1 2 4 6

J2 4 6 8 J2 4 6 8

Page 5: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

SENTRA 2020 IV - 23

J3 6 8 10 J3 6 8 10

8 6

Durasi (J) & Beban (H)

Score 3

Durasi (J) & Beban (H)

Score 3

J1 J2 J3 J1 J2 J3

H1 2 4 6 H1 2 4 6

H2 4 6 8 H2 4 6 8

H3 6 8 10 H3 6 8 10

H4 8 10 12 H4 8 10 12

6 6

Untuk pekerjaan statis menggunkana scoring 4

untuk pekerja manual handling gunakan scoring 5

dan 6

Frekuensi (D) & Beban (H)

Score 4

D1 D2 D3

H1 2 4 6

Posisi Statis (B) &

Durasi (J)

Score 4

H2 4 6 8

B1 B2 H3 6 8 10

J1 2 4 H4 8 10 12

J2 4 6 6

J3 6 8

8 Frekuensi (D) & Durasi (J)

Score 5

D1 D2 D3

J1 2 4 6

Frekuensi (B) & Beban (H)

Score 5

J2 4 6 8

B3 B4 B5 J3 6 8 10

H1 2 4 6 10

H2 4 6 8

H3 6 8 10 Total skor bahu lengan = Total skor 1

sampai 5

H4 8 10 12 30

Frekuensi (B) & Durasi (J)

Score 6

B3 B4 B5

J1 2 4 6

J2 4 6 8

J3 6 8 10

Total skor punggung = total skor 1 sampai 4 atau

total skor 1 sampai 3 di tambah skor 5 dan 6

26

Page 6: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

IV - 24 SENTRA 2020

Tabel 7 Skor QEC Lanjutan

Pergelangan Tangan Leher

Gerakan Berulang (F) & Kekuatan (K)

Score 1

Posisi Leher (G) & Durasi

(J)

Score 1

F1 F2 F3 G1 G2 G3

K1 2 4 6 J1 2 4 6

K2 4 6 8 J2 4 6 8

K3 6 8 10 J3 6 8 10

4 8

Gerakan Berulang (F) & Durasi (J)

Score 2

Kebutuhan Visual (L) &

durasi (J)

Score 2

F1 F2 F3 L1 L2

J1 2 4 6 J1 2 4

J2 4 6 8 J2 4 6

J3 6 8 10 J3 6 8

6 6

Total skor lebar = total skor

1 dan 2

Durasi (J) & Kekuatan (K)

Score 3

14

J1 J2 J3

K1 2 4 6 Mengemudi

K2 4 6 8 M1 M2 M3

K3 6 8 10 1 4 9

8 Total

Mengemudi 1

Posisi Pergelangan Tangan

(E) & kekuatan (K)

Score 4

Getaran

E1 E2 N1 N2 N3

K1 2 4 1 4 9

K2 4 6 Total Getaran 9

K3 6 8

4

Kecepatan Bekerja

P1 P2 P3

Posisi Pergelangan Tangan

(E) & Durasi (J)

Score 5

1 4 9

E1 E2 Total Getaran 4

J1 2 4

J2 4 6

J3 6 8 Stress

6 Q1 Q2 Q3 Q4

Page 7: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

SENTRA 2020 IV - 25

1 4 9 16

Total skor pergelangan Tangan = Total Skor 1 sampai 5 Total Stress 4

28

Hasil dari rekapitulasi disesuaikan dengan tabel maka didapat nilai-nilai skor seperti pada tabel

8. Dengan menggunakan persamaan 1 maka untuk hasil exposure level didapat seperti tabel 8.

Tabel 8 Hasil Rekapitulasi Exposure Score dan Exposure Level

Objek Pengamatan Score Score

Maksimal

Exposure

Level

Action

Level Tindakan

Punggung 26 42 High

60,49

Perlu penelitian lebih

lanjut dan dilakukan

perubahan

Bahu/Lengan 30 56 Moderate

Pergelangan Tangan 28 46 Moderate

Leher 14 18 High

Mengemudi 1 9 Low

Getaran 9 9 High

Kecepatan Bekerja 4 9 Moderate

Stress 4 16 Moderate

3.2 Menentukan Actual Technical Actions (ATA)

Dalam penentuan ATA maka yang harus dilakukan menghitung frekuensi dan Total waktu

pekerjaan repetitive yaitu sebesar 425 menit didapat dari total waktu repetitive dalam 1 shif kerja. a. Tindakan Teknis dalam Satu Siklus

Berdasarkan hasil rekaman video yang diputar kembali. Sebagai contoh, tindakan memencet

tombol nominal pengisian, jumlah tindakan teknisnya adalah 1 karena diperlukan satu operasi dasar untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. Waktu untuk menyelesaikan tindakan teknis ini adalah 3 detik.

Jumlah tindakan teknis 7 dan waktu untuk setiap tindakan teknis tangan kiri 39 detik, sedangkan jumlah

tindakan teknis 7 dan waktu untuk setiap tindakan teknis tangan tangan 59 detik.

b. Frekuensi

Dari hasil pengamatan durasi kerja operator pencucian jagung, diperoleh rata-rata waktu siklus

sebesar 59 detik. Sedangkan jumlah siklus untuk tangan kanan dan kiri seperti perhitungan tindakan teknis, sehingga Frekuensi per menit dapat dihitung sebagai berikut:

Berdasarkan persamaan 2 yaitu

FrekuensiTangan Kanan = 7 x 60 detik

59 = 7,12 tindakan/menit

FrekuensiTangan Kiri = 7 x 60 detik

59 = 7,12 tindakan/menit

c. Actual Technical Action (ATA)

Setelah menghitung frekuensi maka langkah selanjutnya menghitung ATA dengan mengkalikan hasil perhitungan frekuensi dengan total waktu pekerjaan repetitive 425 menit durasi kerja operator

pengisian BBM, sehingga jumlah tindakan teknis aktual dapat dihitung sebagai berikut:

Berdasarkan persamaan 3 yaitu

ATATangan Kanan = 7,12 tindakan/menit x 425 menit = 3025.42 tindakan ATATangan Kiri = 7,12 tindakan/menit x 425 menit = 3025.42 tindakan

3.3 Menentukan Recommended Technical Action (RTA)

Untuk menentukan nilai RTA (Recommended Technical Actions) diperlukan 7 langkah

perhitungan:

Page 8: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

IV - 26 SENTRA 2020

a. Faktor Kekuatan Kekuatan yang dikeluarkan diperkirakan dengan skala yang diusulkan oleh Borg (skala CR-10

Borg). Misal pada tindakan memencet tombol nominal pengisian, yaitu pada tangan kanan.

Berdasarkan persamaan 4 yaitu

= 3

59 = 0,05

Berdasarkan persamaan 5 yaitu

= 0,3 x 0,05 = 0,02 Total skor rata-rata skala Borg tangan kanan adalah 2.05 maka faktor kekuatan (Ff) dan dapat dihitung

dengan cara: Skala Borg = 2 → Ff = 0,65

Skala Borg = 2,5 → Ff = 0,55

Skala Borg = 2,05→Ff = 0,55+2,5−2,05

2,5−2x (0,65-0,55) = 0,64

b. Faktor Postur Penilaian postur dan gerakan dikonsentrasikan pada masing-masing segmen tunggal tubuh

bagian atas (bahu, siku, pergelangan tangan, dan jenis genggaman) dan dihubungkan dengan waktu

gerakan. Penilaian postur hanya dilakukan pada gerakan yang berbahaya saja. Sebagai contoh untuk tangan kanan dan tangan kiri, dibawah ini diberikan contoh pada saat operator Mengisi Tanki Motor

seperti pada Gambar didapat nilai faktor tubuh sebesar 0,5 untuk tangan kanan & kiri untuk operator

pengisian BBM.

Gambar 1. Operator Mengisi Tanki Motor

c. Faktor Risiko Tambahan

Setelah menghitung faktor postur maka selanjutnya menghitung faktor resiko tambahan.Faktor tambahan merupakan faktor yang penting untuk diperhitungkan tetapi faktor ini tidak selalu ada. Faktor

resiko tambahan yang ada pada saat tangan kanan& kiri bekerja adalah:

1. Getaran dari mesin 2. Permukaan objek licin

Berikut adalah contoh untuk tangan kanan, berdasarkan persamaan 6 yaitu

= 35+9

59 x100 % = 74,58 %

Karena proporsi dari waktu siklus diantara 51%-80%, maka skor faktor tambahan (Fc) adalah 0,90

d. Faktor Periode Pemulihan

Setelah menghitung faktor tambahan maka langkah selanjutnya menghitung periode pemulihan,

yaitu waktu selama satu atau lebih tangan pada posisi diam atau istirahat.Gambar distribusi waktu kerja

dan istirahat makro dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 9: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

SENTRA 2020 IV - 27

Tabel 9 Jadwal Kerja Dan Istirahat Makro

Jam ke 1 2 3 4 5 6 7 8

Waktu

kerja 55 60 60 60 60 15 60 55

Allowance 5 (Briefing dan

pergantian shift)

30 (Istirahat)

dan 15 (Sholat)

5 (Briefing dan

pergantian shift)

Berikut contoh perhitungan untuk tangan kanan berdasarkan persamaan 7 yaitu

Waktu Istirahat MikroTangan Kanan = 61.02 detik - 59 detik = 2.02 detik

Dibawah ini adalah contoh cara penentuan waktu kerja dan istirahat aktual untuk jam ke 1: Berdasarkan persamaan 8 yaitu

Total Waktu Istirahat MikroTangan Kanan = 55

61.02𝑥 2.02 = 0.17 menit

Berdasarkan persamaan 9 yaitu

Waktu Istirahat AktualTangan Kanan = 5 menit + 0.17 menit = 5.17 menit

Berdasarkan persamaan 10 yaitu

Waktu Kerja AktualTangan Kanan = 60 menit – 5.17 menit = 54.83 menit

Penentuan waktu kerja dan istirahat aktual pada setiap jam kerja dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Waktu Kerja dan Istirahat Aktual Operator Pengisian BBM

Waktu Kerja dan Istirahat Aktual Operator Pengisian BBM

Jam

ke-

Waktu

Kerja

(menit)

Waktu

Istirahat

Makro

(menit)

Waktu Istirahat

Mikro Total (menit)

Waktu Istirahat

Aktual (menit)

Waktu Kerja

Aktual (menit)

Tangan

Kiri

Tangan

Kanan

Tangan

Kiri

Tangan

Kanan

Tangan

Kiri

Tangan

Kanan

1 55 5 19,85 0,17 24,85 5,17 35,15 54,83

2 60 0 21,65 0,00 21,65 0,00 38,35 60,00

3 60 0 21,65 0,00 21,65 0,00 38,35 60,00

4 60 0 21,65 0,00 21,65 0,00 38,35 60,00

5 60 0 21,65 0,00 21,65 0,00 38,35 60,00

6 15 45 5,41 1,49 50,41 46,49 9,59 13,51

7 60 0 21,65 0,00 21,65 0,00 38,35 60,00

8 55 5 19,85 0,17 24,85 5,17 35,15 54,83

Jika perbandingan antara waktu kerja aktual dengan waktu istirahat aktual diantara 5:1 sampai 6:1 atau dibawah 5:1, maka nilai resiko adalah 0. Jika perbandingannya antara 7:1 sampai 11:1, maka

nilai resiko adalah 0,5. Jika perbandingannya lebih besar dari 11:1, maka nilai resiko adalah 1. Sebagai

contoh, pada tangan kanan jam ke I, perbandingannya adalah 50.18menit:9.82menit atau 5,11:1. Maka nilai resiko pada jam ke I adalah 0. Penentuan nilai faktor resiko dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 11 Penentuan Nilai Resiko Kekurangan Waktu Pemulihan Operator Pengisian BBM

Penentuan Nilai Risiko Kekurangan Waktu Pemulihan Operator Pengisian BBM

Jam ke- Tangan Kiri Tangan Kanan

Page 10: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

IV - 28 SENTRA 2020

Waktu

Istirahat

Aktual

(menit)

Waktu

Kerja

Aktual

(menit)

Nilai

Risiko

Waktu

Istirahat

Aktual

(menit)

Waktu

Kerja

Actual

(menit)

Nilai

Risiko

1 24.85 35.15 0 5.17 54.83 0.5

2 21.65 38.35 0 0.00 60.00 0

3 21.65 38.35 0 0.00 60.00 0

4 21.65 38.35 0 0.00 60.00 0

5 21.65 38.35 0 0.00 60.00 0

6 50.41 9.59 0 46.49 13.51 0

7 21.65 38.35 0 0.00 60.00 0

8 24.85 35.15 0 5.17 54.83 0.5

0 1

Nilai resiko dalam hal kekurangan periode pemulihan adalah 1 untuk tangan kiri. Karena nilai

resiko kekurangan periode pemulihan adalah 0 maka faktor pemulihan (Fr) adalah 1 untuk tangan kiri

dan Nilai resiko dalam hal kekurangan periode pemulihan adalah 0,9 untuk tangan kanan.

e. Faktor Durasi

Durasi pekerjaan berulang adalah 425 menit. Karena durasi pekerjaan berulang >480 menit, maka faktor durasi (Fd) adalah 1 untuk tangan kanan dan kiri dan cara perhitungannya dengan melihat

tabel durasi pekerjaan repetitif dan faktor durasi (fd).

f. Recommended Technical Action (RTA) Hasil perhitungan faktor pengali RTA dari perhitungan – perhitungan sub bab sebelumnya dapat dilihat

pada Tabel berikut

Tabel 12 Faktor Pengali RTA Operator Pengisian BBM

Rekapan Nilai Akhir RTA

Faktor

Pengali

Tangan

Kiri

Tangan

Kanan

CF 30 30

Ff 1.03 0.64

Fp 0.5 0.5

Fc 0.90 0.90

D 425 425

Fr 1 0.9

Fd 1 1

Berdasarkan persamaan 11 yaitu

RTATangan Kiri = 30 Tindakan/menit x 1,03 x 0,5 x 0,90 x 425 menit x 1 x 1

= 5909,625 tindakan

RTATangan Kanan = 30 Tindakan/menit x 0,64 x 0,5 x 0,90 x 425 menit x 0.90 x 1

= 3303,92 tindakan

3.4 Menghitung Occupational Repetitive Action (OCRA) Index

Dalam menghitung besar terjadinya risiko maka dari data sebelumnya sudah diperoleh yaitu

data perhitungan ATA dan RTA, data tersebut untuk menghitung besar terjadinya risiko. Perhitungan OCRA Index adalah sebagai berikut:

Page 11: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

SENTRA 2020 IV - 29

Berdasarkan persamaan 12 yaitu

OCRA IndexTangan Kanan= 3025.42 tindakan

3303,92 tindakan = 0,51 ≈ 1

OCRA IndexTangan Kiri= 3025.42 tindakan

5909,625 tindakan = 0,92 ≈ 1

3.5 Mengklasifikasikan hasil perhitungan Occupational Repetitive Action (OCRA) index Selanjutnya yaitu mengklasifikasikan hasil perhitungan OCRA index sebelumnya. OCRA Index

tangan kanan bernilai 1 sedangkan tangan kiri bernilai 1. Hasil perhitungan OCRA Index dapat

diklasifikasikan seperti Tabel 13.

Tabel 13 Klasifikasi Hasil Perhitungan OCRA Index Operator Pengisian BBM

Klasifikasi Hasil OCRA Index

Alat Gerak OCRA Index Area Keterangan

Tangan Kiri 1 Green Optimal

Tangan Kanan 1 Green Optimal

Dari hasil klasifikasi hasil perhitungan OCRA Index, dapat disimpulkan bahwa pada alat gerak

tubuh bagian kanan dan kiri (tangan kanan dan tangan kiri) bahwa pekerjaan ini sudah bisa dibilang baik sehingga untuk tidak perlu dilakukan perbaikan postur kerja.

4. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dalam pengolahan data didapatkan bahwa hasil kuisioner QEC bernilai

60,49 yang menunjukkan perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan. Sedangkan dengan

menggunakan metode OCRA didapatkan faktor-faktor OCRA Index pada operator pengisian BBM

untuk tangan kanan bernilai 1 (green) dan tangan kiri bernilai 1 (green). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pekerjaan ini tidak berisiko terhadap musculoskeletal atau repetitive strain injury. Dari

hasil penelitian, pekerjaan ini bisa dianggap aman atau tidak memerlukan perbaikan terhadap posisi

pekerja.

Daftar Notasi

CF = Frekuensi konstan = 30 tindakan/menit

Ff = Faktor kekuatan

Fp = Faktor postur

Fc = Faktor tambahan D = Durasi total dari setiap pekerjaan yang memiliki gerakan repetitive

Fr = Faktor kekurangan waktu pemulihan

Fd = Faktor durasi

Referensi

[1] M. P. Stephens, Manufacturing facilities design and material handling: Purdue University

Press, 2019.

[2] D. Mayasari, "Ergonomi sebagai Upaya Pencegahan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja,"

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Universitas Lampung, vol. 1, pp. 369-379, 2016. [3] T. W. Cheung, L. Clemson, K. O’Loughlin, and R. Shuttleworth, "Erognomic education on

housework for women with upper limb repetitive strain injury (RSI): a conceptual

representation of therapists’ clinical reasoning," Disability and rehabilitation, vol. 40, pp. 3136-3146, 2018.

Page 12: ANALISA RISIKO KERJA OPERATOR STASIUN PENGISIAN …

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2020

ISSN (Cetak) 2527-6042

eISSN (Online) 2527-6050

IV - 30 SENTRA 2020

[4] D. Restuputri and I. Masudin, "The Risk Assessment of Repetitive Strain Injury (RSI) Disorder Using Occupational Repetitive Action (OCRA) Index Method," in IOP Conference Series:

Materials Science and Engineering, 2019, p. 012029.

[5] P. Bongers, H. de Vet, and B. Blatter, "Repetitive strain injury (RSI): occurrence, etiology, therapy and prevention," Nederlands tijdschrift voor geneeskunde, vol. 146, pp. 1971-1976,

2002.

[6] E. Peper, K. H. Gibney, and V. E. Wilson, "Group training with healthy computing practices to prevent repetitive strain injury (RSI): a preliminary study," Applied psychophysiology and

biofeedback, vol. 29, pp. 279-287, 2004.

[7] G. David, V. Woods, G. Li, and P. Buckle, "The development of the Quick Exposure Check

(QEC) for assessing exposure to risk factors for work-related musculoskeletal disorders," Applied ergonomics, vol. 39, pp. 57-69, 2008.

[8] J. A. Bidiawati and E. Suryani, "Improving The Work Position of Worker's Based on Quick

Exposure Check Method to Reduce the Risk of Work Related Musculoskeletal Disorders," Procedia Manufacturing, vol. 4, pp. 496-503, 2015.

[9] S. Ramasamy, K. Adalarasu, and N. P. Trupti, "Evaluation of driving-related musculoskeletal

disorders in motorbike riders using Quick Exposure Check (QEC)," 2017.

[10] S. Oliv, E. Gustafsson, A. N. Baloch, M. Hagberg, and H. Sandén, "The Quick Exposure Check (QEC)—Inter-rater reliability in total score and individual items," Applied Ergonomics, vol. 76,

pp. 32-37, 2019.

[11] N. Monjezi, "Analysis of occupational risk factors for musculoskeletal injuries in the sugarcane workers using QEC and Nordic questionnaire," Journal of Agricultural Engineering Soil

Science and Agricultural Mechanization,(Scientific Journal of Agriculture), vol. 42, pp. 97-112,

2019. [12] E. Occhipinti, "OCRA: a concise index for the assessment of exposure to repetitive movements

of the upper limbs," Ergonomics, vol. 41, pp. 1290-1311, 1998.

[13] R. Paulsen, T. Gallu, D. Gilkey, R. Reiser II, L. Murgia, and J. Rosecrance, "The inter-rater

reliability of Strain Index and OCRA Checklist task assessments in cheese processing," Applied ergonomics, vol. 51, pp. 199-204, 2015.

[14] A. D. Fridayati, H. N. Amrullah, M. Shah, U. Mudjiono, and E. P. Hidayat, "Assessment of

exposure packaging worker and designing work methods using OCRA index in fertilizer producer company," in MATEC Web of Conferences, 2018, p. 03013.

[15] C. W. Dhadhari and H. N. Amrullah, "Assessment Of Worker Posture In Herbicides Production

And Break Time Determination Using OCRA Index Method," in 2019 1st International Conference on Engineering and Management in Industrial System (ICOEMIS 2019), 2019.

[16] L. Tiacci and M. Mimmi, "Integrating ergonomic risks evaluation through OCRA index and

balancing/sequencing decisions for mixed model stochastic asynchronous assembly lines,"

Omega, vol. 78, pp. 112-138, 2018. [17] N. A. Stanton, A. Hedge, K. Brookhuis, E. Salas, and H. W. Hendrick, Handbook of human

factors and ergonomics methods: CRC press, 2004.