Upload
chakra-pratama
View
84
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis Kasus melalui artikel “The Current Stauts of the Korean Peninsula” karya Zhang Liangui
Take Home Test
Ujian Akhir Semeter Pendek mata kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional
Oleh:
Chakra Pratama
2009330043
Program S-1
Jurusan Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Katolik Parahyangan
Bandung
2012
Kata Pengantar
The Korean peninsula merupakan wilayah semenanjung yang di dalamnya terbagi
menjadi dua negara yang memiliki budaya, bahasa dan nilai sejalah leluhur yang dapat
dikatakan serupa, kedua negara tersebut adalah korea Utara dan Korea Selatan. Pecahnya
kedua Korea’s tersebut dipicu dengan berakhirnya perang dunia kedua dimana bagian utara
Korea dipengaruhi oleh Komunisme, sedangkan bagian selatan Korea di pengaruhi oleh
paham Liberlisme. Perbedaan Paham tersebut menyebabkan pecahnya Perang Korea, dan
membuat terbagi Korea menjadi Comunist north and Liberlist South.
Dalam Academic Paper ini, penulis akan mencoba menjelaskan Melalui Tingkat
Analisa yang dipelajari dalam Mata kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional mengenai
permasalahan Korea Utara dan Selata. Penulis Berharap Academic paper ini dapat menambah
wawasan pembaca yang sedang mengkaji topik Korean Peninsula. Penulis juga ingin
meminta maaf apabila dalam pembuatan paper ini terdapat kesalahan baik yang disengaja
ataupun tidak. Kesempurnaan hanya Milik Allah SWT Semata.
Bandung, 29 July 2012
Chakra Pratama
Pendahuluan
The Current Status of Korean Peninsula merupakan sebuah artikel yang di karang
oleh Zhang Liangui dari Central Party School of The comunist party of China yang mencoba
menjelaskan situasi/kondisi dari semenanjung Korea. Zhang Liangui memberikan empat ide
pokok tentang apa yang sedang terjadi/ bergolak di Korean Peninsula Yaitu, dengan
terjadinya ketegangan, maka tindak balasan dari kedua korea’s akan sebanding, Walapun
adanya kebijakankedua negara untuk perang, tetapi kedua Korea selama ini menjalan kan
Cold peace, Anggota six party talk bersiap untuk menghadapi kegagalan dan Kelanjutan
perkembangan senjata korea utara membuat Asia memasuk sebuah krisis.
Artikel tersebut memiliki sebuah perspective yang berbeda dengan perspective barat
pada umunya, dikarenakan artikel ini mengkaji dari sisi Cina, sebagai pengamat, bukan dunia
barat, atau negara yang di pengaruhi oleh kekuatan Barat seperti Korea Selatan dan Jepang.
Sebelum memeberikan analisis mengenai kasus korean peninsula dari segi China’s
perspective, penulis ingin menjabarkan secara singkat tentang permasalah yang terjadi di
Korean Peninsula. Sperti halnya tertulis pada kata pengantar, Permasalahan awal muncul
antara kedua Korea’s ini berasal dari berakhirnya perang dunia kedua dan masuknya dua
pengaruh global yang pada saat itu sedang mencari mitra/pendukung sebanyak-banyaknya
yaitu pengaruh Komunisme dan Liberlisme.
Sebagai bahan acuan tambahan pada pembahasan analisas kasur Korean Peninsula,
penulis akan menggunakan artikel sebagai acuan utama, beserta buku Global Studies, Japan
and The Pacific rim, Ninth Edition karya Dean W.Collinwood dan buku Introduction to
International Relations karya Robert Jackson dan Goreg Sorensen sebagai bahan acuan
tambahan.
Kerangka Pemikiran
Perang Korea yang berlangsung selama 1950- 1953 menyebabkan terjadinya
perpecahan antara Korea Utara dan Selatan. Korea Utara yang pada saat itu tidak memiliki
kekuatan/tentara apapun terengah-engah ketika mereka menghadapi serangan dari Korea
Utara yang dibekali dengan bantuan militer dan personil dari China dan Rusia.1 Jendral
tertinggi Amerika Serikat pada Wilayah Asia Pasifik, Douglas Mc Arthur menerima perintah
langsung dari presiden Trumman untuk mengerahkan pasukan Amerika yang di tempat kan di
pasifik untuk membantu korea Selatan Melawan Kekuatan Komunis Korea Utara2.
Pada Akhirnya Pasukan Korea Selatan dibantu oleh pasukkan Amerika berhasil
melawan serangan dari Korea Utara dan memukul mundur pasukkan Korea Utara hingga
perbatasan yang kini disebut sebagai DMZ (Demiliterized zone). Namun dengan berakhirnya
perang fisik antara Korea Utara dan Korea selatan tidak menjamin berakhirnya perang dan
terjadinya perdamaian. Kasus untuk Korean peninsula ini dapat dikatakan mirip dengan kasus
perang dingin, hanya saja keberlangsungan “ketegangan” berlangsung hingga sekarang ini.
Kedua Korea’s ,mengalami berkembangan yang sangat berbeda, Korea Utara, berkembang
menjadi negara komunis dibawah bayang-bayang China dan Russia sedangkan Korea Selatan
berkembang menjadi sebuah “macan” Asia, dengan menjadi negara Modern yang memiliki
pemerintahan yang democratis serta rakyat yang makmur, dan menjadi allies dari Amerika
Serikat.
Akan tetapi, walaupun terlihat sepertinya Korea utara merupakan “anak tiri”, akan
tetapi Korea utara memiliki barganing power yaitu, Nuclear. Nuclear di Korea Utara
membuat Amerika Serikat beserta Korea Selatan dan Jepang kebakaran jenggot ketika pada
tahun 1993 dan 1994 Korea Utara menolak masuknya Inspector dari IAEA(International
Atomic Energy Agency) 3. Buntut dari penolakkan Korea terhadap inspektor tersebut
menyebabkan Presiden Jimmy Carter yang ketika masa itu menjabat sebagai presiden
Amerika Serikat terbang ke Pyongyang untuk melaksanakan Private goodwill Visit.4
Kembali ke Artikel Zhang Liangui, mengenai Stauts Korean Peninsula, Penulis akan
menjelaskan secara singkat tentang metode unit analisis, unit eksplasani serta teori yang
1 Collinwood, Dean W, Global Studies Japan and The pacific Rim ninth Edition, McGraw-hill Contemporat, Dubuque, IA, hal. 92 dengan terjemahan 2 Ibid, hal 93 dengan terjemahan 3 Ibid, hal 94 dengan terjemahan 4 Ibid
dikaitkan ke kasus pada artikel Korean Peninsula pada bagian pendahuluan, penjelasan lebih
terperinci akan jelaskan di Bab analisis. Penulisa menganggap unit analisis yang paling tepat
adalah melihat dari Segi Negara/bangsa (pemerintah) “ Mengambil Parameter/sub topik
bahasan dari empat point yang di kemukan oleh Zhang Liangui, lalu unit eksplanasi adalah
melihat dari kebijakan luar negri yang dikeluarkan oleh pemerintah Korea Utara serta melihat
dari segi keadaan Negara Korea Utara Tersebut, dikaji dari kebijakan dalam negri dan
tanggapan dari kebijakan Sunshine Policy yang di lakukan Korea Selatan Terhadap Korea
Utara pada masa pemerintahan Kim Dae Jun. Tingkat analisis menggunakan analisa
induksionis di karenakan tingkat eksplanai berada pada posisi yang lebih tinggi yaitu sistem
regional dan global, . Untuk Teori yang di kaitkan menggunakan teori Realisme.
Pembahasan The Current Status of The Korean Penisnsula
Unit Analisis
Untuk mengkaji permasalah yang di tulis oleh Zhang liangui mengenai Korean
Peninsula penulis ingin membahas menggunakan unit Analisis negara/bangsa (Pemerintah)
dilihat dari sudut Pandang Korea Utara. Zhang Liangui mengemukakan ada empat Bahasan
utama .Di dalam artikel di katakan bahwa kebijaka politik korea Utara yang ,all out total
warfare di tanggapi dengan takut-takut oleh pemerintah Korea Selatan, akan tetapi semenjak
pemerintah Presiden Lee Myung-bak menjabat menjadi presiden dari Korea Selatan,
hubungan kedua nehara sepertinya menjadi berimbang. Tanggapan Korea Selatan yang Mulai
berani untuk “melawan” Korea Utara apabila Korea Utara melontarkan ancaman, mulai
membuat pemerintah Kim Jong Il (alm) nerpikir dua kali tentang gretak sambal atau
melakukan operasi reconisance di wilayah perbatasan, Ketakutan baru muncul dari Korea
Utara di karenakan, faktor bahwa Korea Selatan modern ini mulai memperbarui perlengkapan
persenjataan demi meghadapi apabila suatu saat terjadi perang dengan korea Utara.
Walaupun apabila dilihat dari Segi persenjataan Senjata Korea Utara itu obselete, akan tetapi
jumlah persenjataan Korea Utara sangat banyak.
Korea Utara dapat dikatakan sebagai sebuah negara yang sangat sedikit sekali
memilik ally di dalam dunia internasioal, perwakilan diplomatic yang di miliki oleh Korea
Utara juga terbatas pada beberapa negara saja, tidak mencakup seluruh dunia di karenakan
sikap Korea Utara yang Hostile dan keterbatasan Dana dikarenaka perekonomian di korea
Utara yang tidak menunjang. Point Kedua yang di utarakan oleh Zhang Lingui mengenai
Cold Peace yang di pertahankan oleh Kedua negara walau kedua negara memiliki kebijakan
Brink of war. Hal ini terkait dengan pont pertama mengenai stalemate yang menciptakan
hubungan yang balance. Dengan South Korea raising The stakes towards north korea, maka
Korea Utara mulai cemas dan merasa perlu berpikir dua kali apabila ingin melakukan
reconisance atau skirmish ke wilayah DMZ.
Dikatakan oleh Antony Faiola dalam Artikel yang berjudul North Korea’s Double
Edge Sword Semenjak Kebijakan Korea utara untuk membuat kebijakan Free market
Reforms, walaupun mensejahterakan rakyatnya, akan tetapi pengaruh Free Market reform
yang meberikan akses Clientel di China dan Korea Selatan bagi pengusaha di Korea Utara,
menciptakan pembelotan dalam jumlah yang bear akibat ketersediaan informasi mengenai
betapa miskin dan terbelakangnya Korea Utara5. Publisitass buruk dari luar tentu membawa
dampak positif dan negatid bagi korea utara, akan tetapi apabila Korea Utara dengan serta
merta melarang atau menghentikan kebijakan tersebut maka akan terjadi suatu gejolak yang
tentunya lebih merugikan daripada kasus warga yang membelot.
Kasus ketiga dan ke-empat yang di utarakan oleh Ahang Liungui mengenai six- Party
Talks dan Arms Development memiliki keterkaitan yang sangat erat. Six Parties talk adalah
“pembicaraan” yang dilakukan oleh Amerika Serikat, China, Jepang, Russia, Korea Selatan
dengan Korea Utara untuk menghentikan Program pengembangan Nuclear demi menciptakan
nuclear free world. Keinginan dunia luar untuk “memaksa” Korea Utara menghentikan
selamanya program Nuclear adalah keinginan yang sekarang ini di Pandang sebagai suatu
yang masih jauh dari kenyataan untuk terjadi, mengapa demikian? Mengutip dari artikel
karangan Nicholas Eberstadt, dikatakan alasa utama kepemilikan Nuclear Korea Utara adalah
sebagai detterance dari America’s fersome firepower – resources that could be trained on
North korea from land, air, sea and space- are by themselves adequate to guarentee not only
the anihilation of the KPA, but the cimplete undoing of the North Koreaa regime6” di
lanjutkan dengan kutipan To deter, coerce and punish the United states, the DPRK must
poses nucelaer weaponary and balistic missles capable of delivering them into the heartland
of the American Enemy7 . Alasan yang di kemukakan oleh Nicholas Eberstadt sudah sangat
cukup menjelaskan mengapa Korea Utara sepertinya uringa-uringan dalam keinginanya
untuk menghentikan program Nuclear. Semenjak kedatangan Presiden Jimmy Carter secara
Pribadi ke Korea Utara untuk bertemu dengan Kim- Il Sung, sepertinya terlihat keseriusan
Korea Utara untuk menghentikan Program Nuclearnya, akan tetapi pada akhir tahun 2006
Korea Utara meledakkan bom nuclear di pangkalan militer di wilayah Utara Korea Utara8.
Good will yang dimaksud Jimmy Carter pada Kim Il Sung sepertinya tidak dirasakan sama
oleh Kim Jong Il.
Permasalahan mengenai keberlangsungan korea Utara yang terus dengan gencar
melakukan ekpansi senjata dapat dikaitan dari segi blackmail diplomacy yang dilaksanakan
oleh Korea Utara, yaitu dengan menciptakan ketakutan demi mendapatkan bantuan dari
negara asing, di karenakan jumlah ally dari Korea utara sedikit sekali, akan tetapi apabila
dilihat dari DPRK Conseption of and Strategy for its Weapons of Mass destructions, dapat
5 Ibid, hal 146 6 Ibid,hal 140 7 ibid8 Ibid, hal 94 dengan terjemahan
diseimpulkan empat hal yaitu; Pertama, efek ketegangan yang diciptakan dari kebijakan
Korea Utara yang terus mengembangkan persenjataanya merupakan sebuah efek samping
yang menguntungkan bagi Korea Utara karean mereka dapat menerpkan blackmail
Diplomacy untuk mendapatkan hadiah Bantuan Economic dan Politic dari negara lain9.
Kedua, Keberadaan nuclear korea utara menjadi baragaining too terutama buat Amerika
Serikat agar merak menyetujui proposal atau keputusan yang di buat oleh Pyongyang10.
Ketiga adalah sebagai kebijakan keamana yang mengarah pada deterrance pada Amerika
Serikat, dan yang ke-empat adalah bagi kalangan yang berasumsi bahwa sebuah win-win
solution akan dihasilkan oleh Korea Utara, asumsi tersebut adalah salah. Pyongyang
mempercayai Zero sum solution, dimana solusi tersebut membawa Korea Utara pada
keberhasilan dan membawa musuhnya pada kehancuran11.
Unit Eksplanasi
Pada bagian Unit Eksplanasi, Penulis akan menggunakan pendekatan Induksionis,
yaitu unit yang eksplanasinya pada tingkatan yang lebih tinggi. Penulis akan mengkaji dari
segi Sistem Regional dan Global, memfokuskan pada kebijakan Luar dan dalam Negri
Pemerintahan Korea Utara dikaitkan denga Justifikasi keadaan negara tersebut sebagai
pembenaran.
Apabila dikaji dari tujuan utama negara Korea Utara, dapat di jabarkan menjadi tiga poin
yaitu sebagai berikut12.
1. To Fullfill a grand ideology vision, the reunification of the now divided Korean
Peninsula under the unfettere “independent Rule of the Pyongyang Reigme”
2. To Settle a historical grievance, namely the failiure of the famous June 1950 Suprise
attack against South Korea. An assault that might reunify both nations if only the
United States did not interfere
3. To conduct war, and war is not some Future theoritical contigency. Rather in the view
of North Korean Leaders, their Country is at war today here and now.
9 Ibid, hal 140 dengan terjemahan 10 ibid11 Ibid 12 Ibid, hal 139
Poin ketiga diatas menjelaskan alasan mengenapa Korea Utara memiliki jumlah
pasukkan Tentara aktif 1 juta plus anggota, menempatkan Korea sebagai negara dengan
kekuatan militer terbesar ke-empat di seluruh Dunia, mengalahkan Russia. Kebijakan
pemerintah Korea Utara dimana Korea Utara menganggap negaranya dalam Kondisi perang
(is in a state of war) juga menjelaskan Pandang Zhang Liangui dengan empat poin utamanya.
Negara yang sedang dalam Kondisi Perang, tentu harus mempertimbangkan PESTEL dan
SWOT ( Strength, Weakness, Opportunites and Threats). Dalam scope Negara Korea Utara,
Kepemilikan Nuclear , WMD (weapons of mass destructions) serta pemutakhiran alutsista/
persenjataan merupakan sebuah Strength dan opportunities. Merupakan sebuah kekuatan,
karena jelas, persenjataan tersebut akan memperkuat pasukan militer aktif Korea Utara. Dapst
dikatakan sebagai Sebuah Peluag juga, karena di katakan diatas, efek samping dari
kepemilikan senjata nuclear dan weapons of Mass destruction adalah blackmail Diplomacy,
dan hadiah- hadiah berupa bantuan Economi dari Negara Lain. Hal ini dapat di justifikasi
karean Korea Utara, sepertinya terperangkap dalam presepsi reunification and Zero sum
solution dimana Korea Utara amemilih Gun ketibangkan Butter. Good Military capability but
bad economic Outcomes.
Sunshine Policy, kebijakan yang dijalankan oleh Mantan Presiden Korea Selatan Kim
Dae Jun, juga mendapat tanggapan dari Kore Utara, walau perihal yang di maksud Kim Dae
Jun untuk “mempererat” hubungan Korea Utara dan Selatan, tetapi dalam pelaksanaan nya,
Sunshine Policy menurut penulis hanya sebagai cover up, megapa Demikian, terkait
kebijakan pemerintah korea utara yang Zero Sum Solutions, dimana total Victory untuk Korea
Utaram dan Total anihilation untuk musuhnya, maka kebijakan Sunshine Policy yang
bertujuan mempererat kemudian mempersatukan Korea Utara dan Selatan, tetapi
menggunakan sistem politik dan ideologi Korea Selatan. Tentu Kim Jong Un yang sekarang
menjabat sebagai pemimpin militer tertinggi/ presiden Korea utara akan berpikir apabila
Korea Selatan dan utara bersatu kembali menggunakan ideologi Korea Selatan, akan di
kemanakan saya dan penjahat-penjahat perang lainya?
Teori yang di Gunakan
Teori yang menurut penulis paling tepat untuk mendeskripsikan serta menjelaskan
tindak yang dilakukan oleh Korea Utara adalah terori Realisme. Seperti dikatakan dalam The
Great debates, teori realisme dapat digambarkan dengan isitilah-isitilah seperti Power
Politics, Security, Aggression Conflict and War. Ideolgi yang di terapkan oleh pemerintahan
Korea Utara adalah Ideologi Komunis, akan tetapi teroi yang paling tepat diggambarkan yang
di gunakan oleh Pemerintahan Korea Utara adalah Realisme.
Menurut Morgenthau, Human nature was the base of international relations13.
Kemabli ke sifat dasar manusia, yang haus akan pemerintahan dan kekuasaan, sikap ini yang
tergambar dari pola pemerintahan serta tindakan-tindakan yang di laksanakan/ di perintahkan
oleh Kim Il Sung, Kim Jon Il dan kemungkinan Kim Jong Un. Sama halnya seperti yang
Dilakukan Hitler, Mussolini dan Tojo, yang mengeluarkan kebijakan luar negri yang
bertujuan pada konflik bukan kerja sama, akan tetapi dalam kasus Korea Utara, apabila
konflik di lakukan akan tercipta kekacuan dunia, sehingga isitlah yang tepat di gunakan
sebagai pengganti kata kerja sama adalah blackmail diplomacy. Dimana tetap menciptakan
konflik dengan memaksa negara lain untuk memberi bantuan.
Elemen kedua yang penting dalam pandangan realis adalah bahwa Politik
International adalah perebutan kekuasaan, apapun embel-embel tujuan mulia kebijakan
tersebut, secara tersirat power/ kekuasaan adalah salah satu tujuan utamanya. Sama halnya
dengan Kasus Korea utara, Korea utara secara explicit menunjukkan bahwasanya kekuasaan
atas negara yang lain yang di inginkan, dengan mempertahankan nuclear, dan memperbarui/
mengupdate alutisista, yang secara tidak langsung menciptakan rasa takut negara lain
terhadap Korea Utara sehingga korea Utara memiliki Kekuasaan.
Pandangan ketiga mengenai Realisme adalah dikatakan bahwa “the Realis View is a
cyclical view of History14 Realisme menekankan kontinuitas dan pengulang, Setiap generasi
sepertinya akan melakukan kesalahan yang sama, seperti halnya dengan perang dunia kesatu,
maka muncul perang dunia kedua. Paham Repetisi dan kontinuitas terlihat dalam sistem
pemerintahanan Korea Utara Melalui Kim Il Sung dan Kim Jong Il, Kim Jong Un
kemungkinan besar juga akan melakukan kesalahan-kesalahan yang sama seperti ayah dan
kakeknya, tetapi dengan cara yang berbeda dan dampak yang lebih fatal.
13 Jackson, Robert & Sorenson, Georg, Introduction to International Relations Theories and approaches Third edition,Oxfor University Press, Oxford hal 38 14 Ibid, hal 39
Kesimpulan
Dari artikel karangan Zhang liangui berjudul The current Status of Korean Peninsula
dapat disimpulkan untuk menganalisa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Korea
Utara, maka unti analisa yang paling tepat adalah dianalisis melalu negara bangsa dan sistem
pemerintahanya. Hal ini karena untuk memahami tindakan yang dilakukan Korea Utara kita
harus pertama mengerti alasan yang mendasar Korea Utara melakukan Hal tersebut. Belajar
dari sistem pemerintahan dan hal-hal apa yang terdapat dalam agenda kerja Korea Utara,
maka akan menjadi jelas alasan meraka bersifat Hostile adalah karena mereka berada dalam
posisi terjepit oleh kekuatan-kekuatan liberalisme (Amerika Serikat, Jepang dan Korea
Selatan) dan mereka memiliki Agenda yang Tujuan yang wajib Dilaksanakan.
Unit ekplanasi mengambil penjelasan dari segi kbijakan dalam dan Luar Negri Korea
Utara, dikarenakan dengan melihat kebijakan politik Korea utaram kita dapatmenjelaskan
alasan mengapa (terkait dengan unit analisa) mereke mengambil kebijakan untuk bersifat.
Hostile . Teori yang digunakan adalah terori Realisme dikarenakan Terori Realisme adalah
terori yang paling tepat menggambarkan Perilaku/ Tindakan yang mendasari Perilaku Korea
Utara.
Daftar Pustaka
Collinwood, Dean W, Global Studies Japan and The pacific Rim ninth Edition,
McGraw-hill Contemporat, Dubuque, IA
Jackson, Robert & Sorenson, Georg, Introduction to International Relations Theories
and approaches Third edition,Oxfor University Press,
Tiurma, Dra. Rosida, 2010, Penggunaan Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Bandung, Dana Martha Sejahtera Utama