Upload
lekiet
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS DAMPAK PENGEMBANGAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR TERHADAP MASYARAKAT
SEKITAR KAWASAN
RIANAH SARY
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Dampak Pengembangan
Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya penerbit maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2011
Rianah Sary H44070042
iii
RINGKASAN
RIANAH SARY. Analisis Dampak Pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL.
Seiring dengan perkembangan industrialisasi, semakin banyak orang yang
membutuhkan kompensasi untuk menikmati waktu senggangnya (leisure time), dengan melakukan aktivitas wisata. Saat ini pariwisata di Indonesia menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini diharapkan menjadi penghasil devisa nomor satu. Dengan demikian, pengembangan sektor wisata merupakan salah satu upaya dalam pembangunan nasional. Salah satu potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai penunjang pengembangan pariwisata adalah taman wisata alam
Pengembangan pariwisata yang memperlihatkan kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu menjadi pemicu banyaknya dampak yang ditimbulkan akibat dari adanya kegiatan wisata. Dampak tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan yaitu dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Masyarakat adalah salah satu obyek dari dampak yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan wisata. Pengembangan wisata yang dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Pancar dapat menjadi salah satu pembangunan pariwisata yang menimbulkan berbagai dampak terhadap masyarakat sekitar kawasan baik dampak positif maupun dampak negatif.
Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik masyarakat TWA Gunung Pancar, (2) mengestimasi pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar, (3) mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan TWA Gunung Pancar (4) menilai dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pengelola TWA Gunung Pancar, pihak desa dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, serta penyusuran data melalui internet. Analisis yang digunakan analisis perubahan pendapatan dan model regresi linier berganda dengan alat pengolah data Minitab 14 dan Microsoft Excel 2007.
Estimasi pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat dilihat dari rata-rata pendapatan masyarakat tanpa dan dari adanya TWA Gunung Pancar. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh perubahan pendapatan rata-rata masyarakat sebesar Rp 218.704,59,00. Perubahan pendapatan berdasarkan present value sebesar Rp -309.192,43,00. Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat yang mengalami peningkatan diperoleh jenis pekerjaan sebagai penjaga taman yaitu sebesar Rp 637.500,00. Perubahan pendapatan rata-rata kelompok penjaga taman berdasarkan present value menjadi Rp 377.369,70,00.
Hasil estimasi model menunjukkan terdapat tiga variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu : jumlah tanggungan, umur dan lama bekerja di kawasan
iv
TWA Gunung Pancar. Tanda koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan pendapatan masyarakat.
Penilaian dampak sosial terlihat dari adanya pergeseran profesi pekerjaan dan terserapnya tenaga kerja akibat adanya pengembangan wisata. Selain itu terdapat dampak sosial yang besifat negatif yaitu terjadinya kerawanan sosial. Dampak lingkungan terlihat dari adanya perubahan fisik kawasan baik di dalam maupun sekitar kawasan wisata. Adapun dampak lingkungan tersebut adalah terjadinya pencemaran akibat sampah, terjadi longsor dan perubahan terhadap udara disekitar kawasan. Kata kunci : pariwisata, taman wisata alam, pengembangan wisata, dampak
sosial, dampak ekonomi dan dampak lingkungan
v
ANALISIS DAMPAK PENGEMBANGAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR TERHADAP MASYARAKAT
SEKITAR KAWASAN
RIANAH SARY
H44070042
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
vi
Judul Skripsi : Analisis Dampak Pengembangan Taman Wisata Alam Gunung
Pancar terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan
Nama : Rianah Sary
NIM : H44070042
Disetujui
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr NIP. 19620604 199002 1 001
Diketahui
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus :
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan dukungan serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Alm.Ibunda (Hadijah), Ayahanda (Bapak Abdul Karim), Kakak-kakak tercinta
(Hajari Jamil, Badriah, Nuriah, Juhairiah, Marhani, Dahriah) dan keluarga
besar yang telah memberikan curahan kasih sayang, dukungan dan do’a yang
tulus.
2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis.
3. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc sebagai dosen penguji utama dan Novindra, SP,
M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah meluangkan waktu
untuk menguji dan memberikan saran serta pengarahan kepada penulis.
4. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, Ms. sebagai dosen pembimbing akademik
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam bidang
akademik.
5. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat I serta
pengelola Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang telah memberikan
informasi dalam skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.
viii
7. Teman-teman satu bimbingan, Devina Marcia, Fachrunnisa, Fiandra, Pristy,
Suci, dan Hezron, terima kasih atas segala dukungan, motivasi dan saran yang
telah diberikan.
8. Fauzi Iriawan yang telah memberikan semangat, do’a dan perhatian selama ini
9. Lidya R, Wikaniati, Nuzulia F, Vidya, Andrian I, Fatia Ajeng, Agung P,
Bahroin, Astrid, Dhani Ratmoko, Ario B.S dan keluarga ESL angkatan 44
yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala do’a,
semangat dan perhatian serta kebersamaan selama ini.
10. Sahabat BEM FEM, sahabat de-Lunix, sahabat Gege, teman-teman ITK,
teman kostan pondok Kemuning 25, teman Agric IPB terima kasih atas
kebersamaan dan do’a yang diberikan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga
penyusunan skripsi ini.
Bogor, Desember 2011
Penulis
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta
alam, Dzat penguasa seluruh kehidupan atas rahmat dan karunia-Nya. Limpahan
rahmat serta kemudahan dalam berpikir dan bertindak merupakan sumber
kekuatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Analisis Dampak Pengembangan Taman Wisata
Alam Gunung Pancar terhadap Masyarakat Sekitar Kawasan” disusun sebagai
suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini mengkaji dampak sosial, ekonomi dan lingkungan terhadap
masyarakat akibat adanya pengembangan wisata. Penelitian ini memberi
gambaran mengenai karakteristik masyarakat sekitar kawasan wisata,
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat serta
mengestimasi perubahan pendapatan masyarakat dan menilai dampak sosial dan
lingkungan akibat adanya pengembangan wisata di Taman Wisata Alam Gunung
Pancar.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan skripsi ini.
Bogor, Desember 2011
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL . ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR . ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 11 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 12 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 12 1.6 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 12 1.7 Daftar Istilah .................................................................................... 14 II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 15
2.1 Pariwisata ...................................................................................... 15 2.2 Wisata Alam ................................................................................... 16 2.3 Taman Wisata Alam ...................................................................... 17 2.4 Wisatawan ..................................................................................... 17 2.5 Pengertian Wisata yang Berkelanjutan .......................................... 18 2.6 Pengembangan Pariwisata Alam ................................................... 21 2.7 Pengembangan Pariwisata dan Dampaknya terhadap Sosial
Ekonomi ......................................................................................... 22 2.8 Pengembangan Pariwisata dan Dampak Lingkungan ..................... 24 2.9 Regresi Linier Berganda ................................................................ 26 2.10 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 28
III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................. 30
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 30 3.1.1 Kawasan yang Dilindungi ................................................. 30 3.1.2 Pengembangan Pariwisata pada Kawasan yang
Dilindungi .......................................................................... 31 3.1.3 Peran serta Masyarakat terhadap Dampak Pengembangan
Wisata ................................................................................. 32 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 33
IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 37
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 37 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 37 4.3 Metode Pengambilan Sampel .......................................................... 37 4.4 Analisis Data ................................................................................... 38
4.4.1 Identifikasi Karakteristik Masyarakat Sekitar Kawasan TWA Gunung Pancar ....................................................................... 39
xi
4.4.2 Estimasi Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Adanya Pengembangan Wisata ........................................................... 39
4.4.3 Mengidentifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat dalam Pengembangan Wisata ......... 41 4.4.4 Uji Statistik ............................................................................ 43 4.4.5 Uji Ekonometrik ..................................................................... 44 4.4.6 Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan
Wisata di TWA Gunung Pancar ............................................ 46
V. GAMBARAN UMUM ........................................................................... 48 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis ....................................................... 48 5.2 Sejarah Status Kawasan TWA Gunung Pancar ............................ 50 5.3 Potensi Kawasan ........................................................................... 52
5.3.1 Flora .................................................................................... 52 5.3.2 Fauna .................................................................................. 53 5.3.3 Hidrologi ............................................................................ 53 5.3.4 Geofisik .............................................................................. 53
5.3.5 Obyek Wisata ..................................................................... 54
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 55 6.1 Karakteristik Responden ............................................................... 55
6.1.1 Jenis Kelamin ....................................................................... 56 6.1.2 Status Pernikahan ................................................................. 56 6.1.3 Umur .................................................................................. 56 6.1.4 Pendidikan Terakhir ........................................................... 57
6.1.5 Tingkat Pendapatan ............................................................. 57 6.2 Estimasi Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Pengembangan Wisata .................................................................... 58
6.3 Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan . 64 6.4 Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di Kawasan TWA Gunung Pancar .................................................. 69 6.4.1 Dampak Sosial ...................................................................... 69 6.4.2 Dampak Lingkungan ............................................................. 79 VII. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 82 7.1 Simpulan ....................................................................................... 82 7.2 Saran .............................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84
LAMPIRAN ...................................................................................................... 88
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Data Kunjungan Wisatawan ke Taman Wisata Alam Gunung Pancar Tahun 2006-2010 ................................................................................... 7
2. Matrix Metode Analisis Data ................................................................. 38
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 55
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ..................... 56
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ......................................... 57
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................. 57
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan .................. 58
8. Perubahan Pendapatan Rata-rata Masyarakat Tanpa dan dari Adanya Kawasan TWA Gunung Pancar ............................................................. 59
9. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat dari Adanya Kawasan TWA Gunung Pancar Tahun 2011 ................................................................... 62
10. Hasil Estimasi Model Regresi Pendapatan Masyarakat Sekitar TWA Gunung Pancar ....................................................................................... 66
11. Data Pertumbuhan Penduduk Desa Karang Tahun 2002-2011 ............. 70
12. Penyerapan Tenaga Kerja Kawasan TWA Gunung Pancar Tahun 2011 73
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009 ................................................................................... 5
2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional .............................................. 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Responden Masyarakat Desa Karang Tengah ............................. 89
2. Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda dengan Minitab 14 ...... 92
3. Data Kegiatan Orientasi Batas Kawasan ................................................ 96
4. Dokumentasi Penelitian ........................................................................ 97
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan industrialisasi, semakin banyak orang yang
membutuhkan kompensasi untuk menikmati waktu senggangnya (leisure time),
dengan melakukan aktivitas wisata. Berbagai organisasi Internasional antara lain
PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui
bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Berawal dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir
orang-orang yang relatif kaya, kini wisata telah menjadi bagian dari hak azazi
manusia sebagaimana dinyatakan oleh John Naisbitt dalam bukunya Global
Paradox yakni bahwa “where once travel was considered a privilege of the
moneyed elite, now it is considered a basic human right”. Hal ini terjadi tidak
hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan oleh negara berkembang termasuk
Indonesia1.
Pembangunan pariwisata sebagai bagian dari pembangunan nasional yang
mempunyai tujuan, antara lain memperluas kesempatan berusaha dan lapangan
kerja. Seiring dengan tahap-tahap pembangunan nasional, pelaksanaan
pembangunan pariwisata nasional dilaksanakan secara menyeluruh, berimbang,
bertahap, dan berkesinambungan. Hal ini nampak jelas bahwa pembangunan di
bidang pariwisata mempunyai tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Harry et al, 1993).
1 http://www.pariwisata.jogja.go.id/index/extra.detail/1689/pengembangan-pariwisata-
indonesia.html. [30 Maret 2011 pukul 7.30]
2
Mengingat pentingnya pembangunan di bidang pariwisata tersebut, maka
dalam penyelenggaraannya harus berdasarkan asas-asas manfaat, usaha bersama,
kekeluargaan, adil, merata, perikehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan
(Suswantoro, 1997). Pariwisata termasuk dalam program pembangunan nasional
di Indonesia dan sebagai salah satu sektor pembangunan ekonomi (Soemardjan,
1974). Oleh karena itu, pembangunan pariwisata di Indonesia perlu ditingkatkan.
Sejak tahun 1978, pemerintah terus berusaha untuk mengembangkan
pariwisata. Hal ini dituangkan dalam TAP MPR No. IV/MPR/1978, yaitu
pariwisata perlu ditingkatkan dan diperluas untuk meningkatkan penerimaan
devisa, memperluas lapangan kerja, dan memperkenalkan kebudayaan.
Pembinaan serta pengembangan pariwisata dilakukan dengan tetap
memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional. Oleh karena
itu, perlu diambil langkah-langkah dan pengaturan yang lebih terarah berdasarkan
kebijaksanaan yang terpadu, antara lain bidang promosi, penyediaan fasilitas serta
mutu, dan kelancaran pelayanan.
Keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara, memberikan semangat bagi pemerintah untuk meningkatkan
persebaran wisatawan nusantara. Hal ini terbukti melalui program pariwisata
Tanah Air dengan tag line “Kenali Negerimu Cintai Negerimu” yang memperoleh
jumlah kunjungan sebanyak 229,95 juta orang dengan total pengeluaran lebih dari
Rp 128,7 triliun pada tahun 2009. Program tersebut dilanjutkan kembali sehingga
mampu menyebar wisatawan nusantara ke berbagai daerah tujuan wisata di
Indonesia. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) menyatakan
kunjungan wisatawan nusantara pada tahun 2010 menghasilkan pendapatan
3
sebesar Rp 137 triliun dengan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 240 juta
orang. Hal tersebut merupakan hasil yang baik diluar target yang diharapkan oleh
pemerintah yaitu sebanyak 225 juta orang2.
Indonesia memiliki beberapa provinsi yang kaya akan potensi wisata.
Salah satu provinsi yang berpotensi adalah Jawa Barat. Jawa Barat memiliki
potensi wisata berupa sumberdaya alam, adat istiadat, dan budaya serta
keramahtamahan yang merupakan ciri khas kepariwisataan di Jawa Barat. Selain
itu, Jawa Barat memiliki daya dukung wisata berupa sumberdaya alam seperti
pegunungan, pantai, cagar alam, hutan lindung, hutan buru, taman nasional dan
lain sebagainya. Daya dukung wisata tersebut tentu dapat menarik wisatawan
untuk berkunjung ke Jawa Barat.
Menyadari hal tersebut, Pemerintah Jawa Barat menjadikan Jawa Barat
sebagai salah satu daerah unggulan di Indonesia yang mampu bersaing dengan
daerah tujuan wisata lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2008-2009 jumlah
kunjungan wisatawan yang datang ke Jawa Barat meningkat sebesar 22,7% atau
wisnus sebanyak 32 juta orang dan wisman sebanyak 700 ribu orang.3
Menurut Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Kadisbudpar), pada tahun
2009 jumlah wisman mencapai 700 ribu orang sehingga pemerintah daerah
optimis untuk menargetkan jumlah wisatawan nusantara pada tahun berikutnya
2http://www.jurnas.com/_content&view=article&id=768:menbudpar-jumlah-wisatawan
naik&catid=100:indonesia&Itemid=475 [12 Oktober 2011 pukul 23.00]. 3http://www.jabarprov.com_content&view=article&id=768:kadisbudpar-jumlah-wisatawan-jawa
barat [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
4
sebanyak 800 ribu orang. Akan tetapi, realisasinya melampaui target yaitu
sebanyak 1,2 juta orang pada tahun 2010 4.
Peningkatan pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan ke Jawa Barat
tidak terlepas dari dukungan potensi pariwisata yang tersebar di Kabupaten dan
Kota di Jawa Barat. Daerah yang berpotensi meningkatkan pariwisata Jawa Barat
salah satunya adalah Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor merupakan daerah
tujuan wisata kedua setelah Kabupaten Bandung yang banyak dikunjungi oleh
wisatawan nusantara. Potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Bogor yaitu
wisata alam, wisata kuliner, wisata belanja, wisata seni dan budaya serta minat
khusus yaitu wisata pendidikan. Wisata alam merupakan salah satu daya tarik
wisata utama yang ditawarkan kepada wisatawan yang datang ke Kabupaten
Bogor.
Sebagian besar wisatawan yang datang ke Kabupaten Bogor melakukan
perjalanan wisata mereka ke atraksi wisata alam yang tersebar di Kabupaten
Bogor seperti taman wisata alam, taman nasional, cagar alam, pemandangan
Puncak, pegunungan, hutan lindung, perkebunan, dan agrowisata. Atraksi wisata
tersebut merupakan keunggulan pariwisata di Kabupaten Bogor sehingga mampu
menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Bogor terutama wisatawan
yang berasal dari Jakarta, Bekasi, Bandung, Tangerang, Depok, dan kota lainnya.
Berikut merupakan data pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara ke
Kabupaten Bogor tahun 2006-2009.
4http://www.jabarprov.com_content&view=article&id=768:kadisbudpar-jumlah-wisatawan-jawa
barat [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
5
Gambar 1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009
Sumber : Disbudpar Provinsi Jawa Barat 2009 Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bogor pada tahun 2009 sebanyak 2.393.598.
Pada tahun 2008 terjadi penurunan sebesar 0,27% dibandingkan tahun 2007.
Menurut Kepala Bidang Promosi Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bogor,
menurunnya jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2008 disebabkan oleh
pengelolaan atraksi wisata yang belum maksimal, kurangnya dana, dan kurangnya
fasilitas tempat wisata. Selain itu, kurangnya upaya pomosi dan informasi kepada
masyarakat sehingga atraksi wisata alam di Kabupaten Bogor kurang
mendapatkan perhatian dari wisatawan5. Oleh karena itu, saat ini Pemerintah
Kabupaten Bogor berupaya untuk mengembangkan wisata alam yang tersebar di
wilayah Kabupaten Bogor.
Wisata alam yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Bogor yaitu
kawasan pariwisata Puncak, Kabupaten Bogor bagian Barat, bagian Selatan dan
bagian Utara. Adapun obyek wisata alam yang tersebar di wilayah tersebut antara
lain Telaga Warna, Panorama Alam Riung Gunung, Curug Cilember, Curug
Nangka, Curug Luhur, Air Panas DSE, Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug 5http://www.sundaurang.com_content&view=article&id=768:kadisbudpar-jumlah-wisatawan-jawa
barat [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
6
Ngumpet, Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Goa Gondawang, Air Panas
Ciseeng, TWA Gunung Pancar, Bumi Perkemahan Sukamantri, Curug Cikaracak,
Kawah Ratu, Kawah Hitam Giri Tirta (Dinas Kehutanan Jawa Barat, 2011).
Berdasarkan data Dinas Kehutanan Jawa Barat (2011) tersebut, salah satu
wisata alam yang saat ini berpotensi untuk dikembangkan adalah Taman Wisata
Alam Gunung Pancar. Kawasan ini menyajikan suasana pegunungan yang cukup
kental dengan hamparan hutan pinus yang cukup luas.
Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar merupakan salah satu
kawasan lindung yang saat ini keberadaannya cukup penting bagi kehidupan
masyarakat sekitar kawasan. Selain menjadi penompang kegiatan ekonomi,
kawasan ini juga menjadi penompang ekologi di wilayah sekitar. Sebelumnya,
kawasan ini merupakan kawasan hutan gunung Hambalang yang berfungsi
sebagai hutan produksi, namun berubah fungsi menjadi taman wisata alam.
Kawasan ini mulai dikembangkan mulai tahun 2006 dimana di tahun tersebut
banyak kegiatan wisata alam yang dikembangkan serta tersedianya sarana dan
prasarana pendukung kegiatan wisata.
Selain itu, Taman Wisata Alam Gunung Pancar juga merupakan salah satu
kawasan wisata alternatif di Kabupaten Bogor selain Puncak. Suasana nyaman
dan hawa sejuk pada Taman Wisata Alam Gunung Pancar dapat dijadikan sebagai
sarana rekreasi sekaligus relaksasi bagi mereka yang datang berkunjung. Jika
mengunjungi taman wisata alam ini, bukan hanya pemandangan indah saja yang
ditawarkan tetapi sekaligus sarana olahraga bagi mereka yang ingin berolahraga
atau menyalurkan hobinya dan pemandian air panas bagi mereka yang ingin
berobat atau menjalankan terapi. Hal inilah yang menjadikan Taman Wisata Alam
7
Gunung Pancar cukup banyak diminati oleh wisatawan. Tabel 1 yang
menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Pancar selama tahun
2006-2010.
Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan ke Taman Wisata Alam Gunung Pancar Tahun 2006-2010
Tahun Jumlah Kunjungan (Orang) Persentase Peningkatan
2006 4.245 -2007 6.825 37,80%2008 10.662 35,98%2009 10.427 -2,25%2010 17.270 39,62%
Sumber: Balai Pengelolaan TWA Gunung Pancar (2011)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kunjungan wisatawan ke Taman Wisata
Alam Gunung Pancar pada tahun 2010 yaitu sebanyak 17.270 orang dengan
persentase peningkatan 39,62%. Jumlah kunjungan ini meningkat setiap tahun,
walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebanyak 2,25%, namun
mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2010. Peningkatan ini
disebabkan karena pada tahun 2010 pengelola wisata melakukan promosi di
Jakarta Conference Centre.
Promosi yang dilakukan pengelola tersebut menyebabkan pengembangan
wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terus berkembang dan
mempengaruhi masyarakat yang berada disekitar kawasan terutama penduduk asli
kawasan. Adanya kegiatan wisata tersebut, berdampak pada kondisi sosial,
ekonomi, maupun lingkungan masyarakat setempat.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, penelitian ini penting dilakukan untuk
melihat dampak pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung
Pancar terhadap kehidupan masyarakat disekitar kawasan baik secara sosial,
ekonomi, maupun lingkungan karena kawasan ini merupakan salah satu wisata
8
alam yang berada di kawasan lindung yang memadukan wisata alam dan sumber
air panas yang dimanfaatkan untuk pengobatan. Hingga saat ini penelitian yang
terkait dengan wisata hanya membahas nilai ekonomi dari wisata tersebut. Oleh
karena itu, diperlukan juga penelitian wisata yang juga berdampak terhadap
masyarakat serta perubahan secara fisik akibat kegiatan wisata yang dilakukan di
kawasan yang juga merupakan kawasan lindung.
1.2 Perumusan Masalah
Pariwisata dengan segala aspek kehidupan yang terkait di dalamnya akan
menuntut konsekuensi dari terjadinya pertemuan dua budaya atau lebih yang
berbeda, yaitu budaya para wisatawan dengan budaya masyarakat sekitar obyek
wisata. Budaya-budaya yang berbeda dan saling bersentuhan itu akan membawa
pengaruh yang menimbulkan dampak terhadap segala aspek kehidupan dalam
masyarakat sekitar obyek wisata. Pada hakekatnya ada empat bidang pokok yang
dipengaruhi oleh usaha pengembangan pariwisata, yaitu ekonomi, sosial, budaya,
dan lingkungan hidup. Dampak positif yang menguntungkan dalam bidang
ekonomi yaitu kegiatan pariwisata mendatangkan pendapatan devisa negara dan
terciptanya kesempatan kerja, serta adanya kemungkinan bagi masyarakat di
daerah tujuan wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup mereka.
Dampak positif yang lain adalah perkembangan atau kemajuan kebudayaan,
terutama pada unsur budaya, teknologi dan sistem pengetahuan yang maju.
Dampak negatif dari pengembangan pariwisata tampak menonjol pada bidang
sosial, yaitu pada gaya hidup masyarakat di daerah tujuan wisata. Gaya hidup ini
meliputi perubahan sikap, tingkah laku, dan perilaku karena kontak langsung
dengan para wisatawan yang berasal dari budaya berbeda (Pendit, 1990).
9
Sebagaimana yang diungkapkan Pendit (1990) tersebut, pengembangan
wisata menimbulkan berbagai dampak pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena
itu, diperlukan pengelolaan secara hati-hati dari berbagai pihak sehingga
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya dapat menjamin pengembangan
pembangunan wisata yang berkelanjutan.
Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar dengan statusnya sebagai
kawasan wisata telah meningkatkan dan memberikan kontribusi kepada
Pemerintah Kota Bogor dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pengelolaan kawasan ini dilakukan secara kolaborasi antara Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat dan PT Wana Wisata Indah
(WWI).
Sebelum kawasan ini berubah fungsi menjadi taman wisata alam,
kehidupan masyarakat di kawasan ini sebagian besar adalah petani. Seiring
dengan perkembangan wisata, kehidupan masyarakat di sekitar kawasan ini
mengalami pergeseran baik dari aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan.
Pergeseran dari aspek ekonomi terlihat dari kegiatan ekonomi yang dilakukan
masyarakat seperti mendirikan usaha-usaha yang menunjang wisata maupun
menjadi pekerja wisata yang dianggap lebih menjanjikan dari segi pendapatan.
Sementara dari aspek sosial dan lingkungan terlihat dari perubahan pola
kehidupan masyarakat seperti sikap dan perilaku masyarakat yang timbul akibat
adanya kegiatan wisata. Selain itu, pengembangan wisata di Taman Wisata Alam
Gunung Pancar menyebabkan perubahan secara fisik kawasan baik yang bersifat
positif maupun bersifat negatif. Perubahan fisik tersebut dapat dilihat dari dampak
visual yaitu terdapat sejumlah sampah akibat kegiatan wisata yang ditimbulkan
10
dari kedatangan wisatawan, adanya longsor akibat pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab dan munculnya polusi serta terjadinya perubahan udara
terhadap lingkungan sekitar kawasan.
Pengembangan wisata ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dalam menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan, standar hidup
serta merangsang penggunaan sumberdaya dalam jumlah yang lebih besar.
Penginapan dan warung merupakan salah satu contoh kegiatan ekonomi yang
timbul dari adanya kegiatan wisata di kawasan ini.
Munculnya kegiatan ekonomi juga dapat menimbulkan ancaman terhadap
kelangsungan ekosistem. Apabila pengelolaan tidak dilakukan secara bijaksana
akan menimbulkan bencana dan pencemaran yang pada akhirnya akan merugikan
masyarakat maupun pengelola di kawasan tersebut.
Sebagian besar masyarakat di sekitar kawasan Taman Wisata Gunung
Pancar masih berpendidikan rendah. Ketidakmampuan masyarakat dalam
mengidentifikasi manfaat pariwisata, disebabkan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman, masih lemahnya akses ke pasar, serta permodalan merubah pola
kehidupan masyarakat sehingga menimbulkan kesenjangan antar kelompok
masyarakat terhadap pengembangan wisata dikawasan ini. Oleh karena itu,
pengelolaan kawasan ini harus didukung oleh semua pihak baik pemerintah, dan
masyarakat yang berada disekitar kawasan serta pihak swasta sebagai pihak
penanam modal agar pengelolaan di kawasan Taman Wisata Alam Gunung
Pancar tetap berkelanjutan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan berbagai
permasalahan dari dampak yang terjadi akibat adanya pengembangan wisata di
11
kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap masyarakat sekitar sebagai
berikut:
1. Bagaimana karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam
Gunung pancar?
2. Bagaimana pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat akibat adanya
pengembangan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Pancar ?
3. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi pendapatan
masyarakat sebagai akibat adanya pengembangan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar?
4. Bagaimana dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Pancar?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata
Alam Gunung Pancar.
2. Mengestimasi pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat sebagai
akibat pengembangan wisata.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi
pendapatan masyarakat di Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
4. Menilai dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di Taman
Wisata Alam Gunung Pancar.
12
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat
selama menjalani studi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan.
2. Menjadi pelengkap khasanah keilmuan Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan.
3. Dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan oleh pengelola dalam
perencanaan pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang
berkelanjutan.
4. Institusi lingkungan dan sumberdaya terkait dengan pemahaman pentingnya
pengembangan wisata guna melibatkan masyarakat sekitar kawasan wisata.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar,
yang terletak di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten
Bogor. Penelitian ini membahas mengenai dampak sosial, ekonomi dan
lingkungan akibat adanya pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar terhadap masyarakat sekitar kawasan.
1.6 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat
dihindari. Hal ini memungkinkan terjadinya perbedaan hasil dengan penelitian
sebelumnya yang serupa. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain :
1. Sampel penelitian yang digunakan terbatas pada masyarakat Desa Karang
Tengah di sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar sehingga hasilnya
belum tentu dapat digeneralisasikan di tempat lain.
13
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat sebagai akibat
adanya pengembangan wisata berdasarkan karakteristik dan kondisi sosial
ekonomi hanya untuk masyarakat sekitar kawasan.
3. Estimasi perubahan pendapatan pada masyarakat dianalisis hanya dengan
melihat perubahan pendapatan yang diperoleh masyarakat tanpa dan dari
adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang dikembangkan mulai tahun
2006-2011. Perubahan pendapatan ini diasumsikan sebagai dampak
pengembangan wisata yang dirasakan masyarakat dari aspek ekonomi.
4. Penilaian dampak sosial berdasarkan perubahan yang dirasakan masyarakat.
Perubahan sosial tersebut adalah perubahan pola kehidupan seperti sikap dan
perilaku masyarakat. Perubahan sikap atas dasar orientasi ekonomi
menyebabkan munculnya penyerapan tenaga kerja di sekitar kawasan.
Sementara perubahan lainnya menimbulkan tingkat kerawanan sosial
sehingga mengancam kerusakan kawasan seperti pembuatan jalan, perluasan
enclave, perambahan kawasan, pendudukan kawasan dan pembangunan yang
dilakukan secara illegal.
5. Penilaian dampak lingkungan hanya dilihat dari perubahan secara fisik
kawasan baik di dalam kawasan wisata maupun lingkungan sekitar. Penilaian
tersebut dilihat dari dampak visual yaitu terdapat sejumlah sampah akibat
kegiatan wisata yang ditimbulkan dari kedatangan wisatawan, adanya longsor
akibat pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan munculnya polusi serta
terjadinya perubahan udara terhadap lingkungan sekitar kawasan.
14
1.7 Daftar Istilah
Daftar istilah dalam penelitian ini adalah pendapatan, present value,
interest rate, masyarakat sekitar kawasan serta pengertian tanpa dan dari adanya
TWA Gunung Pancar. Berikut penjelasan dari masing-masing istilah :
1. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan yang
diperoleh masyarakat yang berasal dari kegiatan wisata dan non wisata.
Pendapatan yang berasal dari wisata digunakan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor sosial ekonomi masyarakat akibat adanya pengembangan
wisata.
2. Present value yang dimaksud dalam penelitian ini adalah present value
(2011) dengan melihat pendapatan masyarakat tanpa adanya TWA (sebelum
2006).
3. Interest rate yang dimaksud dalam menghitung discount rate adalah rata-rata
Interest rate Bank Indonesia tahun 2006-2011 sehingga diperoleh social
discount rate sebesar 7,75%.
4. Masyarakat sekitar kawasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang tinggal dengan jarak kurang lebih 500 meter.
5. Tanpa dan dari adanya kawasan TWA Gunung Pancar yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tanpa, yaitu sebelum dilakukan pengembangan dan dari
adanya wisata, yaitu setelah terjadi pengembangan wisata yang dilakukan
pengelola. Pengembangan tersebut dimulai tahun 2006-2011. Hal tersebut
ditunjukkan pada tahun tersebut mulai dibangun sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan wisata (sejarah status kawasan).
15
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Menurut Soekadijo (1997) pengertian pariwisata adalah segala kegiatan
dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Menurut Damanik et al.,
(2006), pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri
dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia,
pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat
kompleks.
Leiper (1981) dalam Yoeti (2006) menyatakan pariwisata adalah suatu
sistem terbuka dari unsur-unsur yang saling berinteraksi dalam suatu lingkungan
luas, mulai dari unsur manusia seperti wisatawan, tiga unsur geografis: negara asal
wisatawan, negara yang dijadikan tempat transit, dan daerah tujuan wisata serta
unsur ekonomi, yaitu perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata.
Dalam batasan ini, Leiper (1981) menekankan pada empat unsur, yaitu:
pertama : wisatawan (tourist), yaitu orang yang melakukan perjalanan
pariwisata, yang tidak lain adalah manusia.
kedua : negara asal wisatawan (generating region), yaitu negara dimana
wisatawan berasal.
ketiga : daerah tujuan (destination region), yaitu daerah tujuan wisata
(DTW) yang merupakan negara atau kota tujuan yang semula
direncanakan.
keempat : industri pariwisata (tourist industry), yaitu perusahaan yang
menyediakan kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan pelayanan
(service) kepada wisatawan yang datang berkunjung.
16
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud
pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di
bidang tersebut. Pariwisata meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan
perjalanan wisata, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, seperti kawasan
wisata, taman rekreasi, peninggalan-peninggalan sejarah, museum, waduk, tata
kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi,
danau, dan pantai), serta pengusahaan jasa dan sarana pariwisata.
2.2 Wisata Alam
Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala
keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya dan taman
wisata alam (PHKA, 2010). Selain itu, wisata alam adalah bentuk kegiatan
rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam
keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan
wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah, mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap
alam (Anonymous, 1987)6.
Menurut Suswantoro (1997), wisata alam merupakan bentuk kegiatan
wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan.
Sementara itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Pasal 1
menyatakan bahwa wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
6http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1144&bih=642&q=definisi+wisata+alam&aq=f&aqi=&aql=&oq=&fp=b982c502b59c367d http [ 18 Maret 2011 pukul 21.30].
17
menikmati pada keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan
raya, dan taman wisata alam. Sumberdaya alam yang dimaksudkan adalah
sumberdaya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi wisatawan.
2.3 Taman Wisata Alam (TWA)
Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (PHKA, 2003a). Menurut PHPA
(1996), fungsi TWA adalah sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga
kehidupan dan sebagai pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan
keunikan alam.
PHPA (1995) menyatakan, TWA dalam penyelenggaraannya harus
didasarkan atas kelestarian dan merupakan usaha konservasi terhadap flora, fauna
serta ekosistemnya. Kehadiran pengunjung yang diharapkan sebagai sumber
pendapatan devisa dalam usaha pengembangan obyek wisata alam, perlu
perhatian dan pengelolaan yang baik dan benar. Hal ini demi terselenggaranya
obyek-obyek alamiah secara lestari dan tidak mengalami gangguan dan
kerusakan.
2.4 Wisatawan
Menurut Yoeti (2001) wisatawan adalah pengunjung sementara yang
paling sedikit tinggal selama 24 jam di tempat yang dikunjunginya dan yang
tujuan perjalanannya untuk mengisi waktu luang (rekreasi, liburan, kesehatan,
studi, keagamaan, dan olahraga) termasuk keperluan keluarga, bisnis dan
konferensi. Menurut Inpres No. 9 (1969) wisatawan (tourist) adalah setiap orang
yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan
menikmati perjalanan dan kunjungannya itu.
18
World Tourism Organization (WTO), menyatakan wisatawan sebagai
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau
beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan
tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki
tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup
penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan
kembali dengan catatan bermalam.
Wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang
mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk
perjalanan rekreasi dan berlibur dengan motivasi perjalanan yang pernah ia
lakukan, menambah pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang diberikan oleh
suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik pengunjung di masa yang akan
datang (Yoeti, 1993). Sedangkan menurut Pendit (1990) wisatawan adalah semua
orang yang memenuhi syarat, yaitu mereka meninggalkan rumah untuk jangka
waktu kurang dari satu tahun dan mereka mengeluarkan uang di tempat yang
mereka kunjungi tanpa dengan maksud mencari nafkah di tempat tersebut.
2.5 Pengertian Wisata yang Berkelanjutan
Wisata yang berkelanjutan (sustainable tourism) adalah perluasan dari
paradigma baru akan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)
sehingga dapat diaplikasikan pada peningkatan taraf ekonomi dan sosial
masyarakat (Fennel, 1999). Beberapa peneliti telah mengidentifikasi pasaran
untuk wisata alam berkelanjutan yang mengedepankan penggunaan sumberdaya
alam dan jasa lingkungan yang memiliki keuntungan jangka panjang, melindungi
kelestarian lingkungan hidup dan menstimulasikan pembangunan komunitas
lokal.
19
Menurut Epler (1996) ekowisata sebagai adanya tanggung jawab dalam
kunjungan ke tempat-tempat yang masih alami dimana dapat menjaga,
melindungi, dan melestarikan lingkungan sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lokal. Hall (2000) menyatakan bahwa wisata yang
berkelanjutan (sustainable tourism) adalah salah satu kegiatan wisata yang
mengusahakan agar kegiatannya itu seminimal mungkin tidak memberikan
dampak yang negatif bagi lingkungan dan budaya lokal. Selain itu, dapat
membantu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar dan juga dapat
menjaga kelestarian ekosistem. Wisatawan juga dituntut untuk bisa menjaga
lingkungan dan kebudayaan lokal. Wisata yang berkelanjutan juga mengarah
kepada periode jangka panjang dengan adanya potensi wisata alam yang lestari
namun belum terciptanya potensi jangka panjang bagi aktivitas manusia.
Sementara itu, perkembangan infrastruktur pada industri wisata juga belum bisa
dikembangkan kedalam perencanaan jangka panjang. Rasa tanggung jawab dan
bersikap adaptif adalah salah satu kunci yang dapat mengembangkan sektor
wisata yang berkelanjutan.
Adapun prinsip-prinsip wisata yang berkelanjutan (sustainable tourism)
adalah (Hall, 2000) :
1. Menyediakan informasi dan pendidikan lingkungan tentang kehidupan satwa
liar, habitat alami dan keadaan alam kepada wisatawan.
2. Melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan interpretasi lingkungan dan
kegiatan teknis di lapangan, serta mengenalkan kebudayaan lokal dan nilai-
nilai tradisional.
3. Menyempurnakan dalam memulihkan kondisi lingkungan.
20
4. Mengadakan penelitian dalam kegiatan ekowisata agar dapat mengurangi
dampak wisatawan yang ditimbulkan terhadap kelestarian lingkungan.
5. Memfasilitasi dalam kegiatan spiritual dan penyembuhan emosional.
6. Memfasilitasi kegiatan rekreasi dan relaksasi.
7. Memberikan pengetahuan kepada wisatawan tentang kearifan lokal dan nilai-
nilai lingkungan yang baik untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
8. Kegiatan wisata diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pekerjaan
berhubungan dengan masyarakat lokal.
9. Program pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk mengelola warisan
budaya dan menjaga kelestarian lingkungan serta sumberdaya alam agar tetap
terjaga.
Wisata berkelanjutan (Sustainable Tourism) meliputi segala segmen dalam
industri pariwisata dengan adanya panduan dan kriteria dalam mengurangi
dampak kerusakan lingkungan. Dalam hal ini adalah mengurai pemakaian
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, meningkatkan peran serta
wisatawan dalam menjaga dan melestarikan alam serta lingkungan.
Pariwisata berkelanjutan berdasarkan pengertian dari Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata adalah pembangunan yang mampu memenuhi
kebutuhan wisatawan dan masyarakat di daerah tujuan wisata dengan tetap
menjaga dan meningkatkan kesempatan pemenuhan kebutuhan di masa yang akan
datang. Pembangunan pariwisata berkelanjutan dicitrakan menjadi patokan dalam
pengaturan sumberdaya sehingga kebutuhan ekonomi, sosial, dan estetika tercapai
dengan tetap menjaga integritas budaya, proses-proses dan keanekaragaman
hayati.
21
2.6 Pengembangan Pariwisata Alam
Pengembangan pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan wisata alam, termasuk pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam
(ODTWA) serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pariwisata alam, unsur-unsur pengembangan dan
tahapan pengembangan (Direkotrat Wisata Alam dan Jasa Lingkungan, 2001).
Pengembangan ODTWA merupakan sub-sistem dari pengembangan pariwisata
daerah dan pengembangan wilayah pada umumnya yang secara langsung maupun
tidak langsung memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.
Direktorat Wisata Alam dan Jasa Lingkungan (2001) menjelaskan bahwa
kegiatan pengembangan suatu kawasan hutan sebagai suatu kawasan wisata alam
seyogyanya mencakup paling tidak lima prinsip pengembangan wisata alam :
1. Konservasi, keberhasilan suatu kawasan yang ditetapkan sebagai tujuan
kegiatan wisata alam akan bergantung pada sejauh mana upaya-upaya
konservasi kawasan tersebut dapat secara praktis dilaksanakan.
2. Ekonomi, aspek ini akan berdampak langsung maupun tidak langsung pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan khususnya, dan
pada pembangunan ekonomi regional secara umum. Kontribusi ekonomi
sektor wisata alam yang cukup signifikan dirasakan langsung terutama oleh
masyarakat setempat akan mampu mendorong dan menumbuhkan timbulnya
rasa memiliki masyarakat tersebut untuk secara bersama-sama menjaga
pelestarian kawasan yang selama ini sebagian dari sumber penghasilannya
sehari-hari.
22
3. Pendidikan dan Penelitian
Aspek ini mengarah pada upaya-upaya apa yang seharusnya dilakukan dalam
rangka mendidik masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian
kawasan dan mampu menunjukkan sikap menerima terhadap setiap
wisatawan yang datang.
4. Partisipasi, setiap tahapan kegiatan perencanaan pengembangan harus
dilakukan melalui proses dialog yang kreatif antara pengelola dan masyarakat
setempat. Pengembangan pariwisata alam di hutan produksi agar
memperhatikan hal-hal seperti berikut : masyarakat dilibatkan sejak tahap
perencanaan sampai tahap monitoring dan evaluasi, meningkatkan
keterampilan masyarakat dalam pengembangan pariwisata alam di hutan.
5. Produksi melalui pelatihan dan pendidikan, memperhatikan budaya setempat,
hak-hak masyarakat terasing, agama dan kepercayaan.
6. Rekreasi, adanya pengembangan dan perubahan trend pariwisata pada dewasa
ini lebih mengarah kepada resource-based recreation, keberadaan tour
operator, agen dan para peduli pelestarian alam diharapkan mampu
mempertemukan diri ke dalam satu wadah atau kepentingan, yaitu rekreasi
dan konservasi dimana kedua aspek tersebut harus berjalan secara sinergik
dan memberikan kontribusi yang positif antara yang satu dengan yang
lainnya.
2.7 Pengembangan Pariwisata dan Dampaknya terhadap Sosial Ekonomi
Menurut Spillane (1994) ada beberapa dampak positif yang ditimbulkan
dengan adanya jasa pariwisata:
1. Perubahan pada jangka panjang dalam struktur penerimaan yang dapat
mendorong perluasan dari sektor jasa dalam perekonomian, khususnya jasa-
23
jasa pariwisata. Semakin meningkat tingkat pendapatan nyata dan semakin
banyak waktu yang disediakan untuk liburan, maka semakin besar permintaan
akan rekreasi dan hiburan serta manfaat lain dari pariwisata.
2. Pariwisata merupakan industri yang padat karya, karena tenaga kerja sulit
digantikan dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu, pariwisata
merupakan sumber pokok dari pekerjaan pada tingkat regional. Terciptanya
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sebagai tenaga keamanan, kebersihan,
tenaga dapur (koki), tenaga cuci dan sebagainya.
3. Pariwisata sebagai sumber dalam neraca pembayaran.
4. Pariwisata mendistribusikan pembangunan dari pusat industri kearah wilayah
desa yang belum berkembang. Jadi, pariwisata dapat menjadi dasar
pembangunan regional.
Dalam pengembangan usaha jasa dan akomodasi juga dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap pembangunan ekonomi antara lain (Spillane, 1994):
1. Pariwisata sering dianggap tergantung pada pasar dan impor.
2. Terjadinya kebocoran pendapatan industri pariwisata.
3. Perkembangan fasilitas pariwisata cenderung berpolarisasi secara spasial
yaitu berkaitan dengan tempat.
4. Sifat dari pekerjaan dalam sektor pariwisata cenderung menerima gaji yang
rendah, menjadi pekerja musiman, tidak ada serikat buruh, hanya bekerja
pada sebagian waktu (part time) dan khusus untuk anggota keluarga.
5. Permintaan akan pariwisata dapat menaikkan harga tanah sehingga
menyebabkan kesulitan bagi penghuni tersebut yang tidak bekerja dalam
sektor pariwisata dan ingin membangun rumah atau mendirikan bisnis disana.
24
6. Perkembangan pariwisata dapat menimbulkan masalah besar terhadap
lingkungan misalnya : polusi udara dan air, keramaian lalu lintas dan
kerusakan dari pemandangan alam yang tradisional.
2.8 Pengembangan Pariwisata dan Dampak Lingkungan
Pengusahaan obyek wisata alam diijinkan untuk dilaksanakan dalam
zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam.
Pengusahaan obyek wisata alam ini mempunyai sasaran antara lain sebagai
berikut (Irwanto, 2006) :
• Terbukanya bidang usaha dalam bentuk industri wisata alam;
• Masuknya modal (BUMN, Swasta, Koperasi) di bidang wisata alam;
• Membuka kesempatan masyarakat di sekitar obyek wisata alam dalam
usaha jasa pariwisata.
Kegiatan pengelolaan obyek wisata alam dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip antara lain sebagai berikut :
• Pemanfaatan kawasan sesuai dengan fungsinya;
• Dipertahankannya lingkungan obyek wisata sealami mungkin;
• Pengaturan dan pengendalian dampak negatif akibat aktivitas
pengunjung.
Dengan demikian, pada umumnya dampak lingkungan kegiatan
pengusahaan obyek wisata alam bersifat positif, yaitu terhadap komponen sosial
ekonomi dan budaya. Dampak positif yang timbul antara lain : (a) penyerapan
tenaga kerja, (b) peningkatan pendapatan, (c) diversifikasi kesempatan berusaha,
(d) perkembangan ekonomi wilayah, (e) peningkatan pendidikan dan kesehatan
25
masyarakat, (f) perhubungan dan komunikasi, (g) perubahan orientasi nilai
budaya, dan (h) persepsi masyarakat terhadap kawasan konservasi.
Pengembangan pariwisata menciptakan lapangan kerja dan kesempatan
berusaha, mempertahankan dan meningkatakan lingkungan, serta meningkatakan
pertumbuhan ekonomi wilayah. Akan tetapi pengembangan pariwisata juga dapat
menjadi hal yang sangat merugikan, terutama jika berhubungan degan penurunan
nilai kelestarian lingkungan. Berikut dipaparkan dampak negatif yang dihasilkan
pariwisata terhadap lingkungan fisik alami (Hartanto, dalam Seminar Planning
Sustainable Tourism, 1996).
1. Flora dan fauna
• Adanya ganguan terhadap perkembangbiakan spesies tertentu yang
diakibatkan oleh aktivitas dan kegiatan para wisatawan.
• Lenyapnya populasi spesies tertentu.
• Perusakan vegetasi yang disebabkan oleh pembangunan.
2. Masyarakat setempat
Masyarakat lokal adalah pihak yang paling akan menerima dampak dari
kegiatan wisata yang dikembangkan di daerahnya. Oleh karena itu aspirasi
masyarakat sangat dibutuhkan dan merupakan salah satu komponen yang
sangat penting dalam pengembangan pariwisata.
3. Polusi
• Timbulnya polusi air karena kegiatan-kegiatan para wisatawan.
• Polusi udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor.
• Polusi suara yang disebabkan oleh sesaknya kegiatan manusia dan
kemacetan lalu lintas serta tidak terkontrolnya kehidupan malam.
26
4. Erosi
• Timbulnya landslide yang diakibatkan oleh terkontrolnya daerah terbangun
dan penggundulan hutan.
• Kerusakan tepi sungai diakibatkan oleh tak terawasinya aktivitas pelayaran
sungai.
5. Sumber daya alam
• Surutnya sumber daya air tanah dan penipisan tanah dikarenakan terlalu
padatnya daerah terbangun dan rusaknya sumber daya mata air.
• Bahaya kebakaran disebabkan oleh wisatawan yang tidak bertanggung
jawab.
6. Dampak visual
• Daerah terbangun yang tidak asri disebabkan oleh kurangnya perencanan
dan pengawasan.
• Pemandangan kumuh yang disebabkan oleh sampah dan kurangnya
kesadaran akan kebersihan.
2.9 Regresi Linier Berganda
Lind et al. (2008) menyatakan regresi digunakan untuk menunjukkan
hubungan antara 2 variabel yang menunjukkan pola keseluruhan dari variabel
terikat (Y) terhadap suatu variabel bebas/variabel penjelas (X). Gurajati (1998)
mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel
yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variable) dengan
satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory).
Pada regresi terdapat hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen merupakan
variabel penjelas sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang terikat
27
yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Jika variabel bebas hanya
satu, maka analisis regresi tersebut disebut regresi sederhana. Jika variabel bebas
lebih dari satu, maka analisis tersebut disebut regresi linier berganda.
Persamaan model regresi linier berganda secara umum dituliskan sebagai
berikut (Lind et al, 2008) :
Y β X β X β X … β X ε
dimana : Y = fungsi linier dari beberapa peubah bebas X1, X2, …, Xk, dan komponen
sisaan ε (error)
i = nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data populasi, atau sampai n
untuk data contoh (sample).
Xki = pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk.
Βk = intersep model regresi.
Menurut Juanda (2009), model regresi linier berganda didasarkan pada
asumsi-asumsi sebagai berikut :
a. Spesifikasi model ditetapkan seperti dalam persamaan umum regresi linier
berganda.
b. Peubah Xk merupakan peubah non-statistik (fixed), artinya sudah ditentukan,
bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linier sempurna antar
peubah bebas Xk.
c. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam
konstanta untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var(εi) = σ2.
d. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan sehingga Cov(εi,εj) =
0, untuk i ≠ j.
e. Komponen sisaan menyebar normal.
28
2.10 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, namun penelitian mengenai dampak sosial,
ekonomi, dan lingkungan pengembangan taman wisata masih sedikit dilakukan
karena hasilnya akan berbeda untuk tempat dan waktu yang berbeda.
Penelitian Wijaya (2007) mengenai kondisi sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat dari adanya perkembangan pariwisata. Penelitian ini dilakukan pada
masyarakat pesisir Desa Gili Indah, Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian ini
kesempatan kerja yang mampu diserap dari adanya kegiatan pariwisata di Gili
Indah sebanyak 4.320 orang di tahun 2005 dan proyeksi pada tahun 2006 dan
2007 masing-masing sebanyak 4.427 dan 4.533 orang. Nilai multiplier tenaga
kerja tahun 2005 adalah sebesar 75,28 sehingga pertumbuhan tenaga kerja pada
tahun 2005, yaitu sebesar 104 orang telah memberikan kesempatan kerja pada
sektor lainnya sebesar 7.800 orang. Analisis aspek mikroekonomi masyarakat
memperoleh hasil yaitu pariwisata mempengaruhi pendapatan masyarakat pesisir
Desa Gili Indah (Z=-6,401), akan tetapi tidak mempengaruhi pendapatan riil
masyarakat (Z=-0,361). Secara sosial budaya, masyarakat pesisir Desa Gili Indah
berada pada tingkat sikap apathy, yaitu sikap masyarakat yang menerima
wisatawan sebagai suatu yang lumrah dan hubungan antara masyarakat dengan
wisatawan didominasi oleh hubungan komersil.
Penelitian Rischa (2010). Penelitian tersebut mengenai analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dan dampak ekonomi kawasan
wisata galunggung Tasikmalaya. Hasil penelitian mengenai dampak ekonomi
kawasan wisata terhadap masyarakat menunjukkan perubahan pendapatan terbesar
sebagai dampak ekonomi langsung kawasan wisata galunggung dirasakan oleh
29
tukang ojek dengan peningkatan pendapatan Rp 1.076.000,00 per bulan.
Penyerapan tenaga kerja tertinggi terdapat pada kelompok pekerjaan pemilik
warung di kawasan gunung galunggung yaitu sebesar 39,91% dari total tenaga
kerja.
Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud
adalah mengenai dampak pengembangan wisata terhadap masyarakat. Hal yang
membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis
adalah penelitian pada kawasan ini merupakan penelitian yang mengkaji wisata
alam yang dikembangkan di kawasan lindung dengan konsep perpaduan
keindahan alam dan sumber air panas alami yang dimanfaatkan untuk pengobatan
dimana kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang selain berfungsi sebagai
tempat wisata juga berfungsi sebagai kawasan lindung.
30
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan
pada kawasan yang dilindungi, pengembangan pariwisata pada kawasan yang
dilindungi dan peran serta masyarakat terhadap pengembangan wisata.
3.1.1 Kawasan yang Dilindungi
Kawasan lindung adalah kawasan yang memiliki fungsi utama untuk
melindungi kelestarian lingkungan hidup bagi kepentingan pembangunan
berkelanjutan (BKTRN, 1996). Kawasan ini antara lain kawasan yang
memberikan perlindungan bagi kawasan di bawahnya seperti hutan lindung,
kawasan bergambut dan kawasan resapan air. Kawasan lindung termasuk pula
antara lain adalah kawasan suaka alam, kawasan pelestarian dalam dan cagar
budaya.
Secara umum, pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah
timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup, dengan sasaran mempertahankan
fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, nilai sejarah dan
budaya serta untuk mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe
ekosistem dan keunikan alam (BKTRN, 1996). Adapun penetapan sebuah
kawasan yang dilindungi memiliki tujuan sebagaimana dituangkan dalam
Undang-undang Nomor 5 pasal 3 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya, yakni untuk mengusahakan terwujudnya
kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga
dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu
kehidupan manusia. Sementara itu, tujuan perlindungan hutan dan konservasi
alam adalah untuk menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya agar fungsi
31
lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi tercapai secara optimal dan lestari
(UU No.41 tahun 1999). Bagi pembangunan, pengelolaan kawasan lindung
memberikan kontribusi sebagai dasar dan petunjuk cara pembangunan yang baik
agar manfaat pembangunan dapat dirasakan secara terus-menerus (Soemarwoto,
2001).
Mac Kinnon et al., (1993), mengkategorikan kawasan yang dilindungi
menjadi enam macam, yaitu : taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa,
taman wisata, taman buru dan hutan lindung. Agar dapat dikelola secara efektif,
kawasan tersebut harus memiliki dasar hukum yang pasti (Mac Kinnon et al,
1993). Mengacu pada Undang-undang Nomor 5 pasal 14 tahun 1990, konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diwujudkan dalam pengelolaan pada
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa,
sementara kawasan pelestarian alam terdiri dari taman nasional, taman hutan raya
dan taman wisata alam. Tiap-tiap jenis kawasan memiliki batasan kriteria dan
tujuan pengelolaan yang berbeda.
3.1.2 Pengembangan Pariwisata pada Kawasan yang Dilindungi
Sebagai suatu sistem, pariwisata kadang menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan sekitar, baik terhadap keberadaan sumber daya, keberlangsungan
habitat flora dan fauna serta kadang dapat menimbulkan potensi konflik dengan
masyarakat sekitar (Hammit et al, 1987). Selain itu, Hammit et al., (1987) juga
mengemukakan bahwa kegiatan wisata alam dapat menimbulkan dampak
penurunan kualitas tanah, tumbuhan, kehidupan liar dan sumber air di kawasan
tersebut. Di samping dampak terhadap lingkungan, pariwisata yang menghasilkan
wisata massal dapat pula berdampak negatif terhadap sosial budaya (Fandeli,
32
2002). Selain itu, untuk mengurangi/menekan terjadinya dampak terhadap
kawasan yang dilindungi tersebut, Dirjen Pariwisata dalam (Yoeti, 2000) telah
menetapkan dasar-dasar pengembangan wisata alam, yang secara umum sebagai
berikut: (1) bersifat ramah lingkungan, termasuk lingkungan sosial-budaya, (2)
tetap terjaganya fungsi dan daya dukung lingkungan, (3) ada tindakan untuk
mengantisipasi dampak, (4) merupakan tanggung jawab semua pihak terkait, (5)
ada pendidikan dan pelatihan bagi pekerja kepariwisataan dan (6) adanya akses
informasi ke masyarakat tentang konservasi alam.
3.1.3 Peran serta Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata
Secara normatif konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
menjadi tanggung jawab dan kewajiban pemerintah serta masyarakat (UU No. 5
tahun 1990 pasal 4), namun dalam implementasinya keterlibatan masyarakat
dalam pengelolaan taman wisata alam belum cukup jauh dijalankan. Berkaitan
dengan keberadaan masyarakat di kawasan pelestarian alam, Mac Kinnon et al.,
(1993) menyatakan beberapa hal penting dalam pengelolaan kawasan tersebut,
yakni sebagai berikut: (1) dalam penetapan kawasan, pemukiman kembali
penduduk asli sedapat mungkin dihindari, karena budaya asli akan tetap utuh
hanya di wilayahnya sendiri, di mana kapasitas produksi lingkungan telah benar-
benar dipahami, (2) kawasan harus cukup luas untuk berfungsi sebagai cagar alam
dan cagar bagi penduduk setempat, (3) perencanaan kawasan harus dapat
mengantisipasi pertambahan penduduk dan perubahan budaya, (4) pegawai
penjaga kawasan harus diambil dari penduduk setempat.
Berkaitan dengan itu perlu dilakukan upaya menghubungkan kembali
masyarakat dengan lingkungannya sebagai langkah strategis untuk membangun
dukungan terhadap pelestarian kawasan (Indriyastuti et al, 2001), di samping itu
33
tingkat peran serta masyarakat yang tinggi dapat menjamin dukungan sosial dan
politik yang sebesar-besarnya (Mac Kinnon et al, 1993). Berdasarkan kondisi ini
maka paradigma pengelolaan saat ini perlu diubah dari mengeluarkan manusia
dari alam menjadi mengintegrasikan kembali manusia ke dalam alam, dan peran
masyarakat harus dikembangkan tidak hanya sekedar pemberi informasi, namun
terlibat langsung dalam proses perencanaan.
Peran serta masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan dan rekreasi dalam
kawasan yang dilindungi juga telah tercantum dalam UU No. 5 tahun 1990 pasal
32 yang menyatakan bahwa untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi,
pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan atas zona pemanfaatan taman
nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam dengan mengikutsertakan
rakyat.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Taman Wisata Alam Gunung Pancar merupakan salah satu kawasan
pelestarian alam atau konservasi yang berada di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Selain menjadi kawasan pelestarian alam atau konservasi, kawasan ini juga
merupakan kawasan wisata yang saat ini diminati oleh berbagai wisatawan
khususnya wisatawan yang berasal dari Jakarta.
Potensi sumberdaya alam di Taman Wisata Alam Gunung Pancar, baik
ekosistem alam maupun buatan, yang kaya akan keanekaragaman hayati, air dan
mineral, menunjukkan potensi sumberdaya alam yang sangat tinggi. Oleh karena
itu, sumberdaya alam yang terdapat di taman wisata alam ini harus dapat
dimanfaatkan dengan baik dan berkelanjutan.
Taman Wisata Alam Gunung Pancar memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap perkembangan kondisi masyarakat sekitar kawasan. Perubahan
34
status hutan produksi menjadi taman wisata menimbulkan perubahan pola
kehidupan masyarakat yang menuntut kebutuhan hidup yang semakin beragam.
Pemerintah, pengelola dan masyarakat mempunyai peranan yang penting
dalam pelestarian sumberdaya alam sebagai kawasan wisata. Hal ini mengacu
pada Undang- Undang No.5 Tahun 1990 pasal 4, yaitu konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya menjadi tanggung jawab dan kewajiban pemerintah
serta masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan wisata ini diperlukan kerjasama
antara pemerintah maupun masyarakat.
Pengembangan yang terjadi di kawasan Taman Wisata Alam Gunung
Pancar merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan banyaknya
bermunculan warung-warung baik warung makanan maupun warung minuman
sehingga hal ini berdampak positif terhadap perputaran uang dari daerah lain ke
masyarakat yang ada disekitar kawasan wisata. Selain itu, juga memberikan
peluang usaha bagi masyarakat untuk bekerja. Hal ini terlihat dari bergesernya
pola hidup masyarakat yang dahulu petani menjadi pekerja wisata. Masyarakat
menjadikan kawasan ini sebagai sumber mencari nafkah.
Perubahan pendapatan masyarakat sekitar yang berhubungan langsung dan
tidak langsung dengan Taman Wisata Alam dilihat dengan mengestimasi
pendapatan masyarakat tanpa adanya kawasan dan dari adanya kawasan. Setelah
perubahan pendapatan masyarakat diperoleh, dapat diduga faktor-faktor sosial
ekonomi apa saja yang mempengaruhi pendapatan masyarakat. Faktor-faktor
sosial ekonomi yang diduga mempengaruhi pendapatan masyarakat yaitu jumlah
tanggungan, umur, lama bekerja di TWA, pendidikan akhir, jarak rumah ke TWA
dan jenis kelamin.
35
Pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut
berguna untuk melihat pengaruh perubahan pendapatan masyarakat akibat adanya
pengembangan wisata. Dengan demikian, kawasan wisata ini dapat dijadikan
alternatif sumber mata pencaharian oleh masyarakat.
Dampak sosial dan lingkungan dianalisis secara deskriptif untuk menilai
dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata yang terjadi di kawasan
TWA Gunung Pancar. Dampak sosial tersebut meliputi perubahan perilaku
masyarakat yang juga menyebabkan pergeseran profesi sehingga menimbulkan
penyerapan tenaga kerja dan kerawanan sosial yang terjadi di sekitar kawasan
sehingga menimbulkan kerusakan. Dampak lingkungan dilihat dari perubahan
secara fisik kawasan. Perubahan fisik tersebut dilihat dari dampak visual yaitu
terdapat sejumlah sampah akibat kegiatan wisata yang ditimbulkan dari
kedatangan wisatawan, adanya longsor akibat pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab dan munculnya polusi serta terjadinya perubahan udara terhadap
lingkungan sekitar kawasan. Diagram alir kerangka pemikiran ini dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut ini.
36
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
= Objek penelitian
Identifikasi karakteristik masyarakat
TWA Gunung Pancar
Analisis deskriptif kualitatif dan
kuantitatif
Menilai dampak sosial
dan lingkungan pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar
Pengembangan kawasan TWA Gunung Pancar
Aktivitas Wisata
Kawasan TWA Gunung Pancar
Dampak lingkungan
Dampak sosial
Dampak Ekonomi
Perubahan pendapatan masyarakat
Estimasi pendapatan dan
perubahan pendapatan
Faktor-faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi fungsi pendapatan
masyarakat akibat adanya pengembangan TWA Gunung Pancar
Analisis regresi linier berganda
Alternatif kebijakan pengembangan TWA Gunung Pancar
Perubahan pola perilaku dan kerawanan sosial
Perubahan fisik kawasan
37
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di kawasan Taman
Wisata Alam Gunung Pancar yang terletak di Desa Karang Tengah, Kecamatan
Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive), dengan pertimbangan bahwa Taman Wisata Alam Gunung Pancar
merupakan salah satu obyek wisata alam yang potensial untuk dikelola dan
dikembangkan serta keberadaannya sebagai hutan lindung. Pengambilan data
primer dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2011. Data diperoleh melalui survei
lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat dan pengelola di
Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
4.2 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui survei dan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti pada masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata
Alam Gunung Pancar sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari pihak lain, baik dari hasil penelitian lain maupun instansi-instansi yang terkait
dalam penelitian. Data tersebut diolah baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dan diinterpretasikan secara deskriptif.
4.3 Metode Pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja (Singarimbun et al,
1987). Pertimbangan yang dimaksud adalah masyarakat Desa Karang Tengah
yang berada di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Masyarakat
38
tersebut adalah masyarakat yang terlibat dalam aktivitas wisata di kawasan Taman
Wisata Alam Gunung Pancar baik secara langsung maupun tidak langsung.
Banyaknya sampel masyarakat yang diambil dalam penelitian ini sejumlah
60 orang. Penentuan jumlah sampel ini berdasarkan analisa teknik korelasi yaitu
jumlah sampel yang diambil minimal 30 orang (Singarimbun et al, 1995).
4.4 Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang akan
dilakukan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Matrix Metode Analisis Data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data
1 Identifikasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
Wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan Microsoft Office Excel.
2 Mengestimasi pendapatan dan perubahan pendapatan masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar
Wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Analisis perubahan pendapatan: ΔIGPC = IGPC2-IGPC1 %ΔIGPC= 100%
Analisis present value: FV = PV (1+z)^n
3 Mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi pendapatan masyarakat akibat adanya pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
Wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Analisis regresi linier berganda dengan Microsoft Office Excel dan Minitab 14.
4 Penilaian dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di Taman Wisata Alam Gunung Pancar
Wawancara mendalam dengan masyarakat dan pihak pengelola.
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Sumber : Penulis (2011)
39
4.4.1 Identifikasi Karakteristik Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar
Identifikasi karakteristik masyarakat diperoleh melalui wawancara dengan
masyarakat. Hasil identifikasi ini dijelaskan secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Analisis ini diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excell 2007.
Menurut Agung (2005), rangkuman statistik deskriptif dinyatakan sebagai salah
satu bagian terpenting dari laporan setiap hasil penelitian. Hasil analisis deskriptif
akan menyajikan rangkuman statistik dalam bentuk tabulasi dan/atau grafik,
berdasarkan kelompok-kelompok variabel terpilih.
4.4.2 Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat Adanya Pengembangan Wisata
Estimasi pendapatan dan perubahan pendapatan akibat adanya
pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar dianalisis
dengan mengkaji perubahan pendapatan masyarakat dari dan tanpa adanya Taman
Wisata Alam Gunung Pancar. Perubahan pendapatan masyarakat sekitar dilihat
dengan perhitungan pendapatan rata-rata berdasarkan kelompok pekerjaan.
Pendapatan rata-rata ini dihitung dengan mengurangi pendapatan masyarakat dari
adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar dan pendapatan masyarakat tanpa
adanya Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Rumus yang digunakan adalah:
ΔIGPC = IGPC2-IGPC1
dimana:
ΔIGPC = Perubahan pendapatan rata-rata masyarakat dari adanya TWA Gunung
Pancar
IGPC2 = Pendapatan rata-rata masyarakat dari adanya TWA Gunung Pancar
IGPC1 = Pendapatan rata-rata masyarakat tanpa adanya TWA Gunung Pancar
40
IGPC2 = Pendapatan total (pendapatan dari TWA + Non TWA)
IGPC1 = Total Pendapatan – pendapatan dari TWA
Selain itu, dilakukan juga perhitungan kedalam present value. Perhitungan
ini di asumsikan pada tahun pengembangan kawasan yaitu 2006-2011 dimana di
tahun tersebut dilakukan pengembangan wisata tidak hanya pemandian air panas
tetapi juga kegiatan wisata alam lain seperti camping ground, flying fox,
mountbikel downhill traking dan sebagainya. Penelitian ini merupakan penelitian
sosial sehingga dalam perhitungan present value menggunakan rata-rata suku
bunga Bank Indonesia sebesar 7,75 %. Perhitungan present value ini
menggunakan rumus compounding yaitu : FV = PV (1+z)^n, dimana z merupakan
return (dalam desimal), dan n adalah banyaknya waktu (tahun)
Selanjutnya analisis ini dilanjutkan dengan mencari besarnya proporsi
pendapatan yang diperoleh dari usaha maupun sebagai pekerja di TWA Gunung
Pancar. Hasil analisis dapat menunjukkan apakah pendapatan yang diperoleh dari
adanya kawasan merupakan pendapatan utama bagi masyarakat.
Soehadji (1995) dalam Soetanto (2002)7 menjelaskan persentase tipologi
usaha terhadap pendapatan total seseorang, yaitu:
1. Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan kurang dari 30 persen
(<30%) disebut sebagai usaha sambilan.
2. Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 30-70 persen (30-
70%) disebut sebagai cabang usaha.
3. Usaha yang mendatangkan proporsi pendapatan antara 70-100 persen (70,01-
100%) disebut sebagai usaha pokok. 7http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=78: makalah-utama&catid=50:prosiding&itemid=33. [03 Maret 2011 pukul 23.00]
41
Persentase proporsi pendapatan yang diperoleh dari adanya TWA Gunung
Pancar dapat dihitung dengan rumus: %ΔIGPC = 100%
dimana:
%ΔIGPC = Persentase proporsi pendapatan rata-rata masyarakat dari adanya
TWA Gunung Pancar terhadap total pendapatan
IGPC2 = Pendapatan rata-rata masyarakat dengan adanya TWA Gunung Pancar
IGPC = Total pendapatan rata-rata masyarakat
4.4.3 Mengidentifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat akibat Adanya Pengembangan Wisata
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat sekitar kawasan
TWA Gunung Pancar per individu per tahun berdasarkan karakteristik masyarakat
yang berada di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Adapun
fungsi pendapatan diestimasi dengan model regresi linier berganda dan estimasi
metode ordinary least squares (OLS) yaitu :
Y = β0 + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β 5X5 + β 6X6 + ε
dimana :
Y = Pendapatan (juta/tahun).
X1 = Jumlah tanggungan (juta/orang/tahun).
X2 = Umur (tahun)
X3 = Lama bekerja di kawasan TWA dengan asumsi mulai dari
perkembangan TWA Gunung Pancar 5 tahun terakhir (tahun)
X4 = Tingkat pendidikan responden, dihitung berdasarkan jumlah tahun
mengikuti pendidikan formal (tahun).
X5 = Jarak tempat tinggal responden ke TWA Gunung Pancar (km).
X6 = Jenis kelamin (1 = laki-laki, 0 = perempuan).
β 0 = Konstanta
β 1- β 6 = Koefisiensi regresi
ε = Error
42
Hipotesis dari model regresi linear berganda pendapatan masyarakat
sebagai berikut :
1. Tanda koefisien untuk jumlah tanggungan (X1) adalah positif. Artinya
peningkatan jumlah tanggungan akan meningkatkan pendapatan dimana
seseorang yang sudah memiliki jumlah tanggungan cenderung meningkatkan
pendapatan guna memenuhi kebutuhan yang ditanggung dan dirinya sendiri.
2. Tanda koefisien untuk umur (X2) adalah positif. Artinya peningkatan umur
seseorang akan meningkatkan pendapatan dimana seseorang yang umurnya
lebih dewasa cenderung pendapatannya lebih besar karena loyalitas atas
pekerjaan yang telah mereka lakukan selama ini.
3. Tanda koefisien untuk lama bekerja di kawasan TWA (X3) adalah positif.
Artinya lama bekerja masyarakat akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Hal tersebut karena masyarakat yang sudah lama bekerja di kawasan ini
cenderung lebih mengetahui kondisi kawasan wisata.
4. Tanda koefisien untuk tingkat pendidikan (X4) adalah positif. Artinya semakin
tinggi pendidikan seseorang akan meningkatkan pendapatan. Hal tersebut
karena semakin tinggi pendidikan, maka seseorang cenderung memiliki pola
pikir untuk memperoleh pekerjaan dengan pendapatan tinggi.
5. Tanda koefisien untuk jenis kelamin (X6) adalah positif. Artinya diantara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan, laki-laki berpeluang memiliki pendapatan
lebih tinggi. Hal tersebut karena jenis pekerjaan di kawasan ini cenderung
lebih banyak untuk pekerjaan laki-laki.
6. Tanda koefisien untuk jarak tempat tinggal responden ke TWA Gunung
Pancar (X5) adalah negatif. Artinya bertambahnya jarak tempat tinggal
43
masyarakat ke TWA akan menurunkan rata-rata pendapatan yang diperoleh.
Hal tersebut karena jika seseorang bertempat tinggal jauh dari kawasan, maka
ia akan mengeluarkan biaya untuk menuju kawasan sehingga mengurangi
pendapatan.
4.4.4 Uji Statistik
Setelah melakukan pendugaan parameter koefisien regresi, hasil estimasi
kemudian diuji menggunakan asumsi-asumsi dari model regresi tersebut.
Pengujian tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengujian mengenai masing-
masing koefisien regresi (uji-t) untuk mengetahui bagaimana hubungan antar
variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Pengujian yang dilakukan adalah
sebagai berikut (Juanda 2009):
1. Uji Keandalan
Uji keandalan digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang
dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Uji ini
juga digunakan untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan ke
dalam model dapat menerangkan model. Uji keandalan ini dapat dilihat dari
nilai R2 terkoreksi. Rumus menghitung R2 terkoreksi adalah:
R 1 Vâ εVâ Y
1 1 R
2. Uji F
Pengujian parameter secara keseluruhan, bertujuan untuk melihat pengaruh
bersama-sama antara variabel independen dengan variabel dependen secara
keseluruhan (Gujarati, 2002). Taraf nyata yang digunakan dalam pengujian ini
adalah 5 % (α = 0,05).
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini :
H0 : β1 = β 2 = β 3 = β 4 = i = 0
44
H1 : minimal ada satu β 1 ≠ 0
Uji statistik yang digunakan :
FJKR k 1⁄JKG n K⁄
dimana :
JKR = Jumlah kuadrat regresi
JKG = Jumlah kuadrat galat
k = Jumlah variabel terhadap intersep
n = Jumlah pengamatan / sampel
Kaidah pengujian :
Jika P-value dari uji F < α maka tolak H0
Jika P-value dari uji F > α maka terima H0
Jika hasil pengujian menolak H0, maka paling tidak ada satu atau seluruh
variabel independen di dalam model yang secara simultan berpengaruh
terhadap variabel dependennya atau signifikan secara statistik. Artinya model
tepat untuk meramalkan pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependen. Sebaliknya, jika hasil pengujian menerima H0, maka tidak ada
variabel independen yang mempengaruhi pendapatan masyarakat dan model
tidak tepat untuk meramalkan pengaruh antara independen dengan variabel
dependennya (Gujarati, 2002).
4.4.5 Uji Ekonometrik
Pengujian Ekonometrik yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari
tiga jenis pengujian. Pengujian ini meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas,
dan uji multikolinearitas. Uji autokorelasi tidak dilakukan karena data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section.
45
1. Uji Kenormalan
Uji normalitas atau uji kenormalan sisaan Kolmogorov- Smirnov dilakukan
untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal. Uji ini
bertujuan untuk membandingkan distribusi data yang akan diuji
normalitasnya dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah
data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-score dan diasumsikan
normal.
Hipotesis pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:
H0 : Error term terdistribusi normal
H1 : Error term tidak terdistribusi normal.
Dengan kriteria uji:
Jika P-value < α maka tolak H0
Jika P-value > α maka terima H0
Jika keputusan yang diperoleh menolak H0, artinya error term atau
sisaan yang diperoleh tidak menyebar normal. Sebaliknya, jika keputusan
yang diperoleh menerima H0 artinya sisaan yang diperoleh telah menyebar
normal (Daniel, 1990).
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas didefinisikan sebagai adanya korelasi yang kuat antar
variabel independen pada model. Adanya multikolinearitas dalam persamaan
regresi akan berdampak pada varian koefisien regresi menjadi besar yang
akan menyebabkan standar error terlalu tinggi sehingga kemungkinan
penduga koefisien regresi menjadi tidak signifikan secara statistik. Pengujian
multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung nilai
46
VIF. Jika nilai VIF ≤ 10 maka diasumsikan pada model tersebut tidak
terdapat multikolinearitas (Juanda, 2009).
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah ragam sisaan (εt) sama (homogen) atau
Var(εi)=E(εi2)=σ2 untuk pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam
regresi. Mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan
grafik. Heteroskedastisitas tidak terjadi jika grafik dari ragam sisaan tidak
membentuk pola atau menyebar normal. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : σ12= σ2
2=…= σN2= σε2= σ2 (ragam sisaan homogen)
Spesifikasi hipotesis alternatif yang diuji tergantung dari prosedur pendugaan
yang dipertimbangkan untuk koreksi heteroskedastisitas yang diinginkan.
4.4.6 Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di TWA Gunung Pancar
Penilaian dampak sosial dan lingkungan pengembangan wisata di Taman
Wisata Alam Gunung Pancar diidentifikasi dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dampak sosial dikaji dengan melihat
perubahan sikap atas dasar orientasi ekonomi menyebabkan munculnya
penyerapan tenaga kerja di sekitar kawasan. Sementara perubahan lainnya
menimbulkan tingkat kerawanan sosial sehingga mengancam kerusakan kawasan
seperti pembuatan jalan, perluasan enclave, perambahan kawasan, pendudukan
kawasan dan pembangunan yang dilakukan secara illegal. Dampak lingkungan
mengkaji perubahan kawasan secara fisik baik di dalam maupun di sekitar
kawasan yang dirasakan masyarakat. Dampak lingkungan tersebut dikaji dengan
melihat dampak visual yaitu terdapat sejumlah sampah akibat kegiatan wisata
yang ditimbulkan dari kedatangan wisatawan, adanya longsor akibat pihak-pihak
47
yang tidak bertanggung jawab dan munculnya polusi serta terjadinya perubahan
udara terhadap lingkungan sekitar kawasan.
48
V. GAMBARAN UMUM
5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis
Taman Wisata Alam Gunung Pancar mempunyai luas 447,50 hektar.
Secara administrasi pemerintahan, taman wisata alam ini terletak di wilayah Desa
Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Secara
astronomis berada pada koordinat 106o 52’ – 106o 54’ BT dan 06o 34’ – 06o 39’
LS. Batas Administratif Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebelah Utara
berbatasan dengan Kampung Leuwigoong dan Desa Karang Tengah; sebelah
Timur berbatasan dengan Kampung Cimandala dan Desa Karang Tengah; sebelah
Selatan berbatasan dengan Kampung Cibingbin dan Desa Bojong Koneng; dan
sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Karang Tengah dan Desa Karang
Tengah.
Ketinggian Taman Wisata Alam Gunung Pancar berkisar antara 300-800
meter di atas permukaan laut. Keadaan topografinya terdiri dari lapangan landai
sampai bergelombang dengan kemiringan sekitar 15-80%. Bagian tertinggi yaitu
pada puncak Gunung Pancar dengan ketinggian mencapai 800 meter di atas
permukaan laut. Adapun curah hujan di daerah ini berkisar 3.000-4.500 mm per
tahun dengan jumlah hari hujan per tahun berkisar antara 150-250 hari. Suhu
udara rata-rata 24oC pada malam hari dan 33oC pada siang hari dengan
kelembaban udara rata-rata 58-82%.
Cara untuk mencapai Taman Wisata Alam Gunung Pancar dapat di
tempuh melalui dua jalur, yaitu:
1. Lewat Pintu Tol Sentul menuju Desa Babakan Madang dan Desa Karang
Tengah dengan kondisi jalan beraspal yang cukup baik sejauh 13 km dengan
waktu tempuh 20 menit.
49
2. Melalui kota Bogor dengan melewati daerah Bogor Baru terus menuju Desa
Karang Tengah sejauh 25 km dengan waktu tempuh 1 jam.
Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan di Taman Wisata Alam
Gunung Pancar antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kantor pusat informasi dan pelayanan.
2. Fasilitas outbound: flyingfox, two-lines bridge, elvis walk, dan cargo net.
3. Sarana olahraga: arena air shootgun, arena panahan, arena berkuda, hiking
tracking, dan mountbike/downhill tracking.
4. Bumi perkemahan atau camping ground yang merupakan rerumputan asri
dengan dikelilingi pohon pinus dengan kapasitas 500 orang.
5. Aula atau hall semi terbuka dengan lantai kayu yang dapat digunakan sebagai
ruang pertemuan atau ruang kelas bagi pengunjung yang ingin belajar sambil
ditemani suara kicau burung.
6. Pemandian air panas yang bebas belerang dengan suhu 60oC.
7. Shelter yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati
pemandangan alam.
8. Fasilitas lainnya yaitu berupa mushola dan MCK (toilet).
Taman Wisata Alam Gunung Pancar adalah salah satu tempat wisata di
Kabupaten Bogor yang menyajikan suasana pegunungan yang cukup kental
dengan hamparan hutan pinus yang cukup luas. Taman Wisata Alam Gunung
Pancar juga merupakan kawasan wisata alternatif di Kabupaten Bogor selain
Puncak. Suasana nyaman dan hawa sejuk pada Taman Wisata Alam Gunung
Pancar dapat dijadikan sebagai sarana berekreasi sekaligus relaksasi bagi
wisatawan yang datang berkunjung. Taman Wisata Alam Gunung Pancar, tidak
50
hanya menawarkan pemandangan indah saja, tetapi juga sarana olahraga bagi
pengunjung yang ingin berolahraga atau menyalurkan hobinya dan pemandian air
panas bagi pengunjung yang ingin berobat atau menjalankan terapi. Hal inilah
yang menjadikan Taman Wisata Alam Gunung Pancar cukup banyak diminati
oleh wisatawan.
5.2 Sejarah Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar
Gunung Pancar merupakan bagian kelompok Hutan Gunung Hambalang
seluas 6.695,32 hektar yang berfungsi sebagai hutan produksi. Seiring waktu,
kawasan ini berubah fungsi menjadi taman wisata alam dan disahkan oleh Menteri
Pertanian tanggal 23 Maret 1976 dan pengelolaannya diserahkan kepada
Perhutani.
Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai salah satu kawasan
pelestarian alam ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 156/Kpts-II/1988 tanggal 21 Maret 1988 seluas 447,5 hektar. Taman
Wisata Alam Gunung Pancar selain mempunyai fungsi sebagai sarana pendidikan
dan penelitian dapat juga dikembangkan sebagai sarana rekreasi, khususnya
rekreasi di alam terbuka.
Guna mengoptimalkan fungsi Taman Wisata Alam Gunung Pancar, maka
berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 54/Kpts-II/1993 tanggal 8
Februari 1993 pengusahaan kawasan tersebut dipercayakan kepada PT Wana
Wisata Indah (WWI). PT Wana Wisata Indah memiliki hak Pengusahaan
Pariwisata Alam di areal kawasan seluas 447,5 hektar.
Sebelum dikembangkan menjadi kawasan taman wisata alam, kawasan ini
sudah dikenal dengan pemandian air panasnya. Pemandian air panas ini dikelola
oleh masyarakat. Pemandian air panas ini sudah ada sejak tahun 1950, lalu pada
51
tahun 1983 masyarakat membuat kolam pemandian dan tahun 1990 dibukalah
pemandian air panas tersebut untuk umum. Pada tahun tersebut harga tiket yang
diberlakukan sebesar Rp 3.000,00/orang. Berlakunya harga tiket sebesar
Rp 3.000,00/orang terjadi sampai tahun 1993.
Sejak berkembangnya pemandian air panas di kawasan Taman Wisata
Alam Gunung Pancar, menyebabkan banyaknya wisatawan yang berminat untuk
mengunjungi kawasan ini sehingga pada tahun 1994-1997 harga tiket menjadi
Rp 8.000,00/orang. Setelah itu pada tahun 1998-sekarang terjadi kenaikan harga
tiket yaitu sebesar Rp 10.000,00/orang. Pemandian air panas ini terus
dikembangkan dan sekarang telah didirikan pemandian air panas yang lebih
eksklusif dengan fasilitas yang lebih modern. Harga tiket Pemandian air panas
eksklusif ini sebesar Rp 100.000,00/orang.
Berkembangnya pemandian air panas ini juga menyebabkan
berkembangnya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Saat ini obyek
wisata yang berkembang di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar tidak
hanya pemandian air panas saja tetapi obyek wisata alam lain yang telah
dikembangkan PT Wana Wisata Indah (WWI) selaku pengusaha pemanfaatan
potensi hutan alam di Gunung Pancar di tahun 2006. Berbagai sarana dan
prasarana mulai dikembangkan di tahun 2006 guna mengoptimalkan fungsi taman
wisata alam ini.
Pada tahun 2006 dibangun gerbang masuk kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar. Selanjutnya pada tahun 2008 dibuka objek wisata alam camping
ground, flying fox, highrope dan lain sebagainya. Pada tahun 2009 dibangun 7
shelter (tempat peristirahatan) dan 6 buah lampu penerangan. Sarana dan
52
prasarana tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan serta mendukung kegiatan
wisata dikawasan ini.
5.3 Potensi Kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Pancar mempunyai berbagai macam potensi,
diantaranya adalah potensi flora dan fauna, hidrologi, geofisik dan obyek daya
tarik wisata alam. Berikut penjelasan mengenai potensi yang terdapat di kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
5.3.1 Flora
Tipe vegetasi hutan di Taman Wisata Alam Gunung Pancar terdiri dari
hutan alam pegunungan, hutan tanaman, dan semak belukar. Tipe vegetasi hutan
alam terletak di lereng sampai puncak Gunung Pancar yaitu sekitar 15 hektar
dengan jenis tumbuhan meliputi Rasamala (Altingia exelsa), Huru (Quercus sp.),
Beringin (Ficus benyamina), Puspa (Schima walichii), Saninten
(Castanopsisargentea), Jamuju (Podocaspus imbricatus), Rotan (Calamus sp.)
dan beberapa jenis liana. Selain itu terdapat tumbuhan epiphyt yang menempel
pada pohon besar seperti Anggrek, Paku Sarang Burung (Asplenium nidus), dan
Paku Tanduk Rusa (Platicerium coronarium).
Tipe vegetasi hutan tanaman menempati sebagian besar kawasan ini yaitu
sekitar 160 hektar dengan jenis tanaman meliputi Pinus (Pinus merkusii), Sengon
(Albizia falcatria), Kayu Afrika (Maesopsis emanii) dan Meranti (Shorea sp.)
yang ditanam pada tahun 1982-1983. Sedangkan jenis tanaman lainnya adalah
tanaman budi daya masyarakat seperti singkong, pisang, dan tanaman pertanian
lainnya. Tumbuhan semak belukar terdiri dari jenis Kirinyuh (Chromalalna
odorata), Harendong, Jarong, Saliara, Lantana (Lantana camara), dan Alang-
alang (Imperata cylindricaI).
53
5.3.2 Fauna
Fauna yang terdapat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar
antara lain adalah : Owa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis cornata), Kera
(Macaca fascicularis), Jelaran (Ratufabicolor), Kulibang (Pycnonotus aurigaster),
Babi Hutan (Sus scrofa), Kadal (Mabuaya multifasciata), Ular Hijau (Dryophis
prasinus), dan jenis-jenis burung seperti Jalak (Stunopastor jalla), Elang
(Haliasturindus), Kutilang (Pygnonotus aurigaster), Ayam Hutan Merah (Galus
bankiva), Jalak (Sturnus melanopterus), Srigunting (Dicrurus paradiseus), dan
Enggang (Buceros sp).
5.3.3 Hidrologi
Sumber air sungai-sungai yang ada di daerah ini berasal dari mata air di
Taman Wisata Alam Gunung Pancar dan Pegunungan Hambalang. Sungai-sungai
yang mengalir disekitar kawasan adalah Sungai Citeureup, Sungai Cibingin, dan
Sungai Ciherang yang merupakan sungai dengan debit terbesar, yang mengalir ke
arah utara dan bermuara di Laut Jawa. Di samping itu, terdapat sumber air panas
dengan suhu yang bisa mencapai 70oC yang berasal dari proses geothermal di
Gunung Pancar. Sumber air tersebut telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan
wisata dan pengobatan.
5.3.4 Geofisik
Bahan induk pembentuk tanah di kawasan Taman Wisata Alam Gunung
Pancar merupakan tuf volkan intermedier yang berasal dari aliran lava gunung tua.
Jenis tanah yang mendominasi kawasan ini adalah Latosol coklat dengan solum
dalam (>100 cm). Struktur tanah remah sampai gumpal remah dengan tekstur
halus, permeabilitas dan drainase sedang sampai cepat. Kepadatan berkisar antara
54
1,00 –1,39/cc dengan porositas antara 50 – 60%. Kesuburan tanah rendah sampai
sedang dengan pH tanah masam.
5.3.5 Obyek Wisata
Taman Wisata Alam Gunung Pancar memiliki keanekaragaman flora dan
fauna serta pemandangan alam yang indah dengan udara yang sejuk. Di samping
itu, di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terdapat sumber air
panas alami yang dikembangkan untuk keperluan wisata. Sumber air panas di
kawasan ini tidak berbau belerang sehingga sangat aman bagi pengunjung yang
ingin melakukan relaksasi dalam waktu yang lama. Selain pemandian air panas,
pengunjung juga dapat melakukan aktivitas outbound seperti camping dan
aktivitas olahraga lainnya seperti memanah, menembak, berkuda, dan bersepeda.
Khusus untuk olahraga sepeda gunung (downhill), di kawasan ini sudah
disediakan track khusus yang cukup menantang bagi mereka yang menyukai
olahraga ini.
55
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden
Penentuan karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar sebagai responden diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan
kuesioner dari 60 orang. Responden tersebut merupakan masyarakat Desa Karang
Tengah yang berdomisili di sekitar kawasan dan terlibat dalam kegiatan wisata,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Masyarakat yang secara langsung
memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata adalah masyarakat yang
mendirikan usaha atau bekerja secara langsung oleh pengelola. Sedangkan
masyarakat yang secara tidak langsung memperoleh manfaat dari adanya kegiatan
wisata adalah kelompok masyarakat yang berada diluar kawasan namun pekerjaan
yang dilakukannya secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan wisata seperti
tukang ojek dan supir angkot.
6.1.1 Jenis Kelamin
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, diperoleh 36 orang laki-laki dan
24 orang perempuan. Sebagian besar responden yang diwawancarai berjenis
kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan karena hampir sebagian besar responden
yang terlibat dalam kegiatan wisata di kawasan ini berjenis kelamin laki-laki.
Berikut Tabel 3 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin.
Tabel 3. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden Frekuensi Persentase
1. Laki-laki 36 60%2. Perempuan 24 40% Jumlah 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011)
56
6.1.2 Status Pernikahan
Status pernikahan berhubungan dengan jumlah tanggungan seseorang.
Seseorang yang sudah menikah kemungkinan besar mempunyai jumlah
tanggungan yang lebih banyak, misalnya anak dan istri, dibandingkan dengan
seseorang yang belum menikah. Jumlah tanggungan yang lebih banyak pada
akhirnya akan mempengaruhi besarnya biaya untuk konsumsi yang harus
dikeluarkan. Responden yang berstatus sudah menikah sebanyak 57 orang dan
yang belum menikah 3 orang. Berikut Tabel 4 yang menunjukkan karakteristik
responden berdasarkan status pernikahan.
Tabel 4. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan
No Status Pernikahan Jumlah Responden Frekuensi Persentase
1. Sudah Menikah 57 96%2. Belum Menikah 3 5% Jumlah 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011) 6.1.3 Umur
Berdasarkan karakteristik umur, sebagian besar responden berumur antara
24-33 tahun yaitu sebanyak 28 orang (46%). Responden yang berumur antara 34-
43 tahun sebanyak 19 orang (32%) dan yang berumur antara 14-23 tahun
sebanyak 6 orang (10%). Responden yang berumur antara 44-53 tahun sebanyak 4
orang (7%) dan sisanya berumur lebih dari 54 tahun sebanyak 3 orang (5%).
Berdasarkan hasil tersebut 46% dari responden berada pada umur produktif yaitu
24-33 tahun. Berikut Tabel 5 yang menunjukkan karakteristik responden
berdasarkan umur.
57
Tabel 5. Data Karakretistik Responden Berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Responden Frekuensi Persentase
1. 14-23 tahun 6 10%2. 24-33 tahun 28 46%3. 34-43 tahun 19 32%4. 44-53 tahun 4 7%5. >54 tahun 3 5% Jumlah 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011) 6.1.4 Pendidikan terakhir
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan
akhir SD yaitu sebanyak 49 orang (82%). Responden yang tidak sekolah sebanyak
8 orang (13%), yang berpendidikan akhir SMP sebanyak 2 orang (3%) dan
berpendidikan akhir SMA sebanyak 1 orang (2%). Sedangkan responden yang
lulusan Perguruan Tinggi tidak ada. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan
bahwa pendidikan responden tergolong masih rendah. Berikut Tabel 6 yang
menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir.
Tabel 6. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Frekuensi Persentase
1. Tidak Sekolah 8 13%2. SD/ Sederajat 49 82%3. SMP/ Sederajat 2 3%4. SMA/ Sederajat 1 2%5. Perguruan Tinggi 0 0% Jumlah 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011) 6..1.5 Tingkat Pendapatan
Berdasarkan tingkat pendapatan, sebagian besar responden memiliki
pendapatan antara Rp 850.000,01 – Rp 1.240.000,00 sebanyak 25 orang (42%).
Responden yang memiliki pendapatan antara Rp 1.240.000,01 – Rp 1.630.000,00
sebanyak 18 orang (30%). Responden yang memiliki pendapatan antara
Rp 1.630.000,01 – Rp 2.020.000,00 sebanyak 9 orang (15%), responden yang
58
memiliki pendapatan antara Rp 460.000,00 – Rp 850.000,00 sebanyak 5 orang
(8%) dan responden yang memiliki pendapatan antara Rp 2.020.000,01 –
Rp 2.410.000,00 sebanyak 3 orang (5%). Pendapatan pada penelitian ini adalah
pendapatan yang diperoleh masyarakat selama satu bulan. Berdasarkan hasil
tersebut menunjukkan bahwa pendapatan responden masih tergolong rendah.
Berikut Tabel 7 yang menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendapatan.
Tabel 7. Data Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
No Tingkat Pendapatan per bulan Jumlah Responden Frekuensi Persentase
1. Rp 460.000,00 – Rp 850.000,00 5 8%2. Rp 850.000,01 – Rp 1.240.000,00 25 42%3. Rp 1.240.000,01 – Rp 1.630.000,00 18 30%4. Rp 1.630.000,01 – Rp 2.020.000,00 9 15%5. Rp 2.020.000,01 – Rp 2.410.000,00 3 5% Jumlah 60 100%
Sumber: Data Primer, diolah (2011) 6.2 Estimasi Pendapatan dan Perubahan Pendapatan Masyarakat Akibat
Pengembangan Wisata Keberadaan suatu kawasan wisata telah memberikan perubahan terhadap
masyarakat, salah satunya adalah perubahan yang berdampak pada ekonomi
masyarakat. Terkait dengan pernyataan Spillane (1994) mengenai dampak positif
pengembangan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu
pariwisata merupakan industri padat karya, karena tenaga kerja sulit digantikan
dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu, pariwisata merupakan sumber
pokok dari pekerjaan regional sehingga menciptakan pekerjaan bagi masyarakat.
Berdasarkan pernyataan Spillane (1994) tersebut, saat ini pariwisata
menjadi salah satu sektor andalan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
khususnya masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
Penelitian ini mengestimasi besarnya kontribusi perubahan pendapatan
59
masyarakat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai dampak
ekonomi yang dirasakan masyarakat.
Perubahan tingkat pendapatan masyarakat dianalisis dengan cara
mengurangi tingkat pendapatan masyarakat dari dan tanpa adanya kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Jika pendapatan rata-rata masyarakat
meningkat karena adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, berarti
kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar memberikan dampak positif
terhadap masyarakat, begitupun sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk melihat
perubahan pendapatan rata-rata dapat dilihat pada Bab 4.4.2.1. Berikut Tabel 8
yang menunjukkan perubahan tingkat pendapatan masyarakat Taman Wsata Alam
Gunung Pancar karena adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
Tabel 8. Perubahan Pendapatan Rata-rata Masyarakat Tanpa dan Adanya Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar 2011
No Kelompok Pekerjaan
Pendapatan rata-rata perbulan (rupiah)
[Tanpa TWA]
Pendapatan rata-rata perbulan (rupiah) ‘Present value’
[Tanpa TWA]
Pendapatan rata-rata perbulan
(rupiah) [dari adanya
TWA]
Perubahan Pendapatan (rupiah/bln)
Perubahan Pendapatan (rupiah/bln)
setelah ‘Present value’
1. Penjaga karcis 1.250.000 1.815.500,64 1.375.000 125.000 -440.500,64 2. Pedagang 1.011.000 1.468.376,92 1.096.000 85.000 -372.376,92 3. Penjaga taman 575.000 835.130,29 1.212.500 637.500 377.369,70 4. Buruh wisata 611.538,46 888.198,77 919.230,77 307.692,30 31.031,99 5. Security 1.116.666,67 1.621.847,24 1.450.000 333.333,33 -171.847,24 6. Warung 1.312.500 1.906.275,67 1.312.500 0 -593.775,67 7. Tukang ojek 1.558.333,33 2.263.324,13 1.594.444,44 36 111.11 -668.879,69 8. Supir angkot 1.900.000 2.759.560,97 2.125.000 225.000 -634.560,97
Total peningkatan pendapatan rata-rata perbulan
218.704,59 -309.192,43
Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa pengembangan wisata di kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Pancar berkontribusi terhadap perubahan
pendapatan masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi
perubahan pendapatan rata-rata perbulan adalah Rp 218.704,59,00. Setelah
dilakukan perhitungan ke dalam present value, perubahan pendapatan rata-rata
60
masyarakat menjadi Rp -309.192,43,00. Berdasarkan perhitungan present value,
pendapatan rata-rata masyarakat mengalami penurunan. Hal tersebut karena
berdasarkan nilai nominal pendapatan masyarakat meningkat namun secara riil
tidak. Berdasarkan nilai riil, kenaikan upah yang meningkat namun adanya
kenaikan inflasi sebesar kenaikan upah, maka sesungguhnya daya beli dengan
kenaikan upah sama saja karena harga barang rata-rata juga naik. Hal tersebut
juga menunjukkan nilai kesejahteraan yang menurun.
Penelitian yang dilakukan terhadap perubahan pendapatan ini diasumsikan
mulai tahun 2006. Oleh karena itu, pendapatan tanpa adanya Taman Wisata Alam
Gunung Pancar dilakukan perhitungan ke dalam present value dengan suku bunga
rata-rata bank sebesar 7,75% (Bank Indonesia, 2011)8.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 8 jenis pekerjaan. Perubahan
pendapatan rata-rata yang mengalami peningkatan dirasakan oleh kelompok
pekerjaan sebagai penjaga taman yaitu sebesar Rp 637.500,00. Peningkatan yang
cukup besar ini disebabkan sebagian besar masyarakat yang berada pada
kelompok pekerjaan ini awalnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Selain itu, setelah
dilakukan perhitungan ke dalam present value, perubahan pendapatan kelompok
pekerjaan ini sebesar Rp 377.369,70,00.
Perubahan pendapatan rata-rata yang mengalami peningkatan juga
dirasakan oleh kelompok pekerjaan sebagai buruh wisata sebesar
Rp 307.692,30,00 disusul oleh kelompok pekerjaan security sebesar
Rp 333.333,33,00. Perubahan pendapatan pada kelompok supir angkot sebesar
8http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/ [25 Oktober 2011 pukul 12.30]
61
Rp 225.000,00, penjaga karcis sebesar Rp 125.000,00, pedagang sebesar
Rp 85.000,00, dan tukang ojek sebesar Rp 36.111,11,00. Kelompok pekerjaan
warung tidak merasakan perubahan pendapatan atau nol. Setelah dilakukan
perhitungan ke dalam present value, perubahan pendapatan masing-masing
kelompok pekerjaan tersebut sebesar Rp 31.031,99,00, Rp -171.847,24,00,
Rp -634.560,97,00, Rp -477.421,05,00, Rp -440.500,64,00, Rp -372.376,92,00,
Rp -668.879,69,00 dan Rp -593.775,67,00. Berdasarkan perhitungan ke dalam
present value menunjukkan terjadinya nilai negatif.
Secara keseluruhan, hampir semua jenis kelompok pekerjaan mengalami
perubahan pendapatan yang mengalami peningkatan namun kelompok pekerjaan
warung menjadi satu-satunya kelompok pekerjaan yang tidak mengalami
perubahan pendapatan. Hal tersebut karena pada kelompok pekerjaan ini
persaingan semakin kuat. Banyaknya warung menjadikan kelompok pekerjaan ini
harus bersaing satu sama lain. Selain itu, modal yang harus dikeluarkan oleh
kelompok warung untuk belanja menjadi alasan mereka merasa pendapatan yang
mereka peroleh selama ini sama saja. Hal tersebut terkait dengan adanya tingkat
inflasi yang juga mempengaruhi pendapatan mereka. Berdasarkan perhitungan
present value, perubahan pendapatan kelompok pekerjaan ini memperoleh hasil
sebesar Rp -593.775,67,00. Artinya nilai negatif menunjukkan penurunan nilai
nominal uang yang sesungguhnya.
Berdasarkan perhitungan present value, sebagian besar pendapatan
masyarakat sesungguhnya mengalami penurunan. Hal ini terkait dengan logika
dasar uang (nilai riil dan nominal). Sebagian besar orang cenderung
memperhatikan nilai nominal daripada nilai riil. Ini mengakibatkan perekonomian
62
menjadi tidak seimbang. Jika seorang pekerja menerima kenaikan upah sebesar
10%, namun tingkat inflasi tahun tersebut juga sebesar 10%, maka sebenarnya
daya belinya dengan upah sebelum kenaikan 10% (karena harga barang rata-rata
juga naik 10%). Namun, pekerja tersebut akan senang karena mengira upahnya
telah naik padahal daya beli riilnya tetap sama.
Perbedaaan pendapatan rata-rata masyarakat juga akan terlihat
berdasarkan proporsi pendapatan yang diperoleh dengan adanya kawasan Taman
Wisata Alam Gunung Pancar terhadap pendapatan total. Pengamatan proporsi
pendapatan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui apakah dengan adanya
keberadaan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar menjadikan pendapatan
dalam masyarakat menjadi usaha pokok, cabang usaha atau hanya sebagai usaha
sambilan. Berikut Tabel 9 menyajikan proporsi pendapatan masyarakat karena
adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
Tabel 9. Proporsi Pendapatan Rata-rata Masyarakat dengan Adanya Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Terhadap Pendapatan Total 2011
Pendapatan Rata-rata (rupiah /bln) No Kelompok
Pekerjaan Pendapatan dari
adanya TWA (rupiah)
Pendapatan total perbulan
(rupiah)
Persentase (%)
1. Penjaga karcis 1.250.000 1.375.000 90%2. Pedagang 1.011.000 1.096.000 92%3. Penjaga taman 575.000 1.212.500 47%4. Buruh wisata 611.538,46 919.230,76 66%5. Security 111.666,66 1.450.000 77%6. Warung 1.312.500 1.312.500 100%7. Tukang ojek 1.558.333,33 1.594.444,33 97%8. Supir angkot 1.900.000 2.125.000 89%
Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa proporsi pendapatan rata-rata masyarakat
dengan adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar paling besar
dirasakan oleh kelompok pekerjaan warung yang mencapai 100% sehingga dapat
63
dikatakan sebagai pendapatan pokok. Persentasi proporsi sebesar 100% yang
diperoleh kelompok pekerjaan ini sesuai dengan pernyataan Soehadji (1995)
dalam Soetanto (2002) yang menyatakan bahwa usaha yang mendatangkan
proporsi pendapatan lebih dari 70-100% disebut sebagai usah pokok. Selain itu,
pernyataan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan Spillane (1994) yang
menyatakan bahwa pengembangan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat yaitu pariwisata, merupakan industri padat karya, karena tenaga kerja
sulit digantikan dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu, pariwisata
merupakan sumber pokok dari pekerjaan regional sehingga menciptakan
pekerjaan bagi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dari jenis pekerjaan,
kelompok ini menyatakan bahwa pekerjaan ini memang pekerjaan pokok mereka.
Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar waktu mereka digunakan dan
dihabiskan untuk bekerja di sekitar kawasan wisata bahkan pada kelompok
pekerjaan warung menjadikan warungnya sebagai tempat tinggal.
Selain kelompok tersebut, berdasarkan proporsi pendapatan dan
wawancara yang diperoleh, kelompok pekerjaan penjaga karcis, pedagang, tukang
ojek, supir angkot, security, buruh wisata dan penjaga taman juga memperlihatkan
kelompok tersebut menjadikan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar
sebagai pendapatan pokok. Kelompok pekerjaan ini memang tidak mencapai
100% karena pada kelompok ini memiliki sumber pendapatan lain yang
proporsinya jauh lebih kecil diluar wisata. Sumber pendapatan lain oleh kelompok
pekerjaan ini adalah bertani.
Secara umum perubahan dari aspek ekonomi yang dirasakan oleh
masyarakat dengan adanya pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung
64
Pancar menunjukkan hasil yang positif. Adanya pengembangan kawasan Taman
Wisata Alam Gunung Pancar memberikan perubahan terhadap pendapatan
masyarakat, walaupun belum terjadi secara optimal dan merata. Masyarakat yang
secara signifikan mengalami perubahan pendapatan akibat adanya pengembangan
wisata adalah masyarakat kampung Cimandala, hal tersebut dikarenakan kampung
Cimandala terletak di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
Berbagai dampak dan manfaat yang dirasakan masyarakat sekitar kawasan
karena adanya pengembangan wisata dijadikan sebagai salah satu alternatif
strategis untuk memperbaiki perekonomian masyarakat. Hal tersebut juga
didukung dari potensi alam yang terdapat di dalam kawasan. Potensi yang
terdapat di dalam kawasan ini menjadikan kawasan ini ramai di kunjungi oleh
wisatawan.
6.3 Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat
Pengembangan wisata yang terjadi di kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar telah memberikan pengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh
oleh masyarakat sekitar kawasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
masyarakat akibat adanya pengembangan wisata diduga adalah jumlah
tanggungan (X1), umur (X2), lama bekerja di kawasan TWA (X3), tingkat
pendidikan (X4), jarak rumah ke TWA (X5), dan jenis kelamin (X6). Jumlah
tanggungan adalah jumlah anak dari masyarakat dimana rata-rata jumlah
tanggungan masyarakat dalam penelitian ini adalah 3 orang. Rata-rata umur dalam
penelitian ini adalah 32 tahun dimana umur tersebut menunjukkan usia produktif
seseorang untuk bekerja. Lama bekerja adalah lama kerja masyarakat selama
menjadi pekerja di kawasan wisata dimana rata-rata lama bekerja masyarakat
65
adalah 3 tahun (2006-2011). Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun mengikuti
pendidikan formal dimana rata-rata pendidikan masyarakat selama 4 tahun. Jarak
rumah ke TWA adalah jarak tempat tinggal masyarakat ke TWA dalam km
dimana rata-rata jarak tempat tinggal masyarakat sebesar 1,3 km. Jenis kelamin
merupakan dummy dimana dummy bernilai satu (1) adalah laki-laki dan dummy
bernilai nol (0) adalah perempuan. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, sebagian
besar masyarakat yang bekerja di kawasan ini berjenis kelamin laki-laki.
Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat dari
pengembangan wisata dilakukan dengan model regresi linier berganda dengan
menggunakan beberapa variabel sosial ekonomi dan diolah dengan menggunakan
software Minitab 14. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
masyarakat Desa Karang Tengah setelah adanya Taman Wisata Alam Gunung
Pancar dapat diduga dengan persamaan sebagai berikut :
Y = β0 + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β 5X5 + β 6X6 + ε
Berdasarkan hasil estimasi model regresi (Lampiran 2), maka didapatkan
persamaan sebagai berikut :
Y = - 0,344 + 0,134X1 + 0,1112X2 + 0,199X3 + 0,0208X4 – 0,062X5 + 0,068X6
Persamaan regresi diatas memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar
66,1% dan koefisien R2 (adjusted) sebesar 62,3%. Nilai R2 (adjusted) tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas yaitu jumlah tanggungan (X1),
umur (X2), lama bekerja di kawasan TWA (X3), tingkat pendidikan (X4), jarak
rumah ke TWA (X5), dan jenis kelamin (X6) dapat menjelaskan keragaman dari
variabel tak bebas yaitu pendapatan (Y) sebesar 66,1% dan sisanya sebesar 33,9%
dapat dijelaskan oleh variable lain diluar model (Tabel 10).
66
Jumlah tanggungan, umur, lama bekerja di kawasan TWA memiliki P-
value sebesar 0,008, 0,019 dan 0,000 lebih kecil dari taraf α sebesar 5%. Hal ini
menunjukan bahwa ketiga variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap
pendapatan masyarakat. Variabel pendidikan, jarak rumah ke TWA dan jenis
kelamin masing-masing memiliki P- value sebesar 0,261, 0,920, dan 0,518,
artinya pendidikan, jarak rumah ke TWA dan jenis kelamin tidak berpengaruh
nyata terhadap pendapatan pada taraf α 5%. Hal ini diduga karena untuk bekerja
dikawasan ini tidak memerlukan pendidikan tinggi, sebagian besar jenis pekerjaan
yang dilakukan masyarakat adalah jenis pekerjaan sektor informal sehingga jenis
kelamin pun tidak berpengaruh karena perempuan pun bisa bekerja di kawasan
tersebut dan jarak rumah ke TWA tidak berpengaruh karena secara tidak langsung
TWA ini memberikan perubahan pendapatan kepada masyarakat yang berada di
luar kawasan bukan hanya yang berada di dalam kawasan. Berikut Tabel 10 hasil
analisis estimasi model pendapatan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam
Gunung Pancar.
Tabel 10. Hasil Estimasi Model Pendapatan Masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar
Variabel Koefisien SE Koefisien T P-value VIF Konstanta -0,3438 0,2517 -1,37 0,178 Jumlah Tanggungan (X1) 0,13352 0,04865 2,74 0,008** 1,3 Umur (X2) 0,011178 0,004613 2,42 0,019** 1,2 Lama Bekerja di TWA (X3) 0,19902 0,03359 5,92 0,000** 1,7 Pendidikan (X4) 0,02078 0,01828 1,14 0,261 1,3 Jarak Rumah ke TWA (X5) -0,00622 0,06182 -0,10 0,920 1,3 Jenis Kelamin (X6) 0,0680 0,1045 0,65 0,518 1,5 R2 66.1% R2 (adj) 62.3% Sumber: Data Primer, diolah (2011)
dimana : * nyata pada taraf = 1% ** nyata pada taraf = 5% Hasil estimasi model regresi tersebut juga diuji masalah normalitas,
multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Pengujian normalitas atau asumsi sisaan
67
menyebar normal dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov.
Berdasarkan diagram residual plots of Y (Pendapatan (juta/tahun)) (Lampiran 2)
ditunjukan P-value sebesar 0,438517 lebih besar dari taraf α sebesar 5% yang
artinya residual atau eror menyebar normal. Masalah multikolinearitas diuji
berdasarkan nilai VIF. Nilai VIF (Tabel 10) untuk seluruh variabel tersebut
kurang dari 10, sehingga mengindikasikan tidak adanya multikolinearitas yang
serius antar peubah bebas (Juanda 2009). Pemeriksaan asumsi autokorelasi tidak
dilakukan karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross
section. Pengujian tidak adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat
hasil plot model apakah membentuk pola atau tidak. Pada model ini tidak terdapat
heteroskedastisitas karena plot model tidak membentuk pola atau menyebar bebas.
Artinya, model adalah homoskedastisitas. Adapun beberapa variabel yang secara
nyata berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Tanggungan
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka
diperoleh P-value sebesar 0,008 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor jumlah tanggungan mempengaruhi pendapatan
masyarakat. Faktor jumlah tanggungan berkaitan dengan tanggung jawab
seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan tanggungannya.
Hal ini sesuai dengan hasil studi lapang dimana sebanyak 57 orang
masyarakat telah menikah dan mempunyai tanggungan.
2. Umur
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka
diperoleh P-value sebesar 0,019 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor umur mempengaruhi pendapatan masyarakat.
68
Faktor umur berkaitan dengan loyalitas pekerjaan yang telah diberikan oleh
seseorang sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya selama
ini.
3. Lama Bekerja di TWA
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan alat analisis regresi maka
diperoleh P-value sebesar 0,000 yang lebih kecil daripada taraf α 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor lama bekerja di TWA mempengaruhi pendapatan
masyarakat. Hal ini terkait dengan pengetahuan masyarakat terhadap
keberadaan kawasan. Sebagian besar masyarakat yang sudah lama bekerja di
kawasan ini cenderung lebih mengetahui kondisi kawasan wisata.
Berdasarkan hasil tersebut dapat ditunjukan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan pendapatan masyarakat adalah jumlah tanggungan,
umur, dan lama bekerja di kawasan TWA. Tingkat pendidikan , jarak rumah ke
TWA dan jenis kelamin dalam persamaan regresi tersebut merupakan variabel
yang tidak berpengaruh nyata atau memberikan pengaruh yang kecil terhadap
perubahan pendapatan.
Variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan
pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar 0,261, artinya
pendidikan tidak signifikan pada taraf α 5% . Hal tersebut sesuai dengan kondisi
lapang karena pada kawasan ini sebagian besar jenis pekerjaan yang dilakukan
masyarakat adalah pekerjaan sektor informal sehingga tidak memerlukan
pendidikan tinggi.
Variabel jarak rumah ke TWA tidak berpengaruh nyata terhadap
perubahan pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar
0,920, artinya jarak rumah ke TWA tidak signifikan pada taraf α 5%. Hal tersebut
69
sesuai dengan kondisi lapang dimana sebagian masyarakat yang terlibat dalam
kegiatan wisata di kawasan TWA tidak hanya masyarakat yang berada di dalam
kawasan tetapi juga di luar kawasan.
Variabel jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan
pendapatan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan P-value sebesar 0,518, artinya
jenis kelamin signifikan pada taraf α sebesar 5%. Hal ini terkait bahwa jenis
pekerjaan di kawasan ini sebagian besar adalah jenis pekerjaan yang memang
diperuntukkan untuk laki-laki namun perempuan pun berpeluang untuk bekerja di
kawasan ini. Jenis pekerjaan yang diperuntukan untuk perempuan yaitu penjaga
warung.
6.4 Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Wisata di Kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Pancar
Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sebagai salah satu obyek
wisata alam di Kabupaten Bogor yang tak luput dari perhatian banyak pihak
menjadikan kawasan ini cukup komersil untuk dikembangkan. Pengembangan
kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar mempengaruhi kondisi sosial dan
lingkungan masyarakat.
6.4.1 Dampak sosial
Manusia yang dikaruniai akal dan pikiran oleh Tuhan dalam hidupnya
pasti akan mengalami suatu perubahan. Perubahan yang terjadi pada prinsipnya
merupakan suatu proses terus menerus. Artinya bahwa perubahan itu akan dapat
terjadi secara lambat maupun terjadi secara cepat. Perubahan sosial yang dialami
oleh setiap masyarakat pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi
semua aspek kehidupan masyarakat, yaitu perubahan dalam cara berpikir dan
70
interaksi sesama warga; perubahan dalam sikap dan orientasi kehidupan ekonomi;
perubahan tata cara kerja sehari-hari; perubahan dalam kelembagaan dan
kepemimpinan masyarakat; perubahan dalam tata cara dan alat-alat kegiatan yang
makin modern dan tradisional, dan lain-lainnya9.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penelitian ini mengkaji perubahan sosial
masyarakat akibat adanya pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar. Pengembangan wisata yang terjadi di kawasan ini menyebabkan
pertambahan penduduk di kawasan meningkat tiap tahunnya. Hal ini terkait
dengan banyaknya masyarakat yang bermigrasi ke kawasan ini baik yang hanya
bersifat sementara maupun menetap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bryden
(1973) dalam Soekadijo (1997) yaitu, pengembangan pariwisata di suatu daerah
akan membutuhkan investasi, yang dengan sendirinya mendorong tumbuhnya
perekonomian dan diikuti pula oleh mobilitas penduduk. Akibatnya daerah
pariwisata merupakan daerah penerimaan migran, dan merupakan beban daerah
yang bersangkutan. Berikut Tabel 11 yang menunjukkan pertumbuhan penduduk
di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar.
Tabel 11. Data Pertumbuhan Penduduk Desa Karang Tengah Tahun 2002-2011
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan (%) 2002 7.801 0 2003 8.518 0,0842 2004 9.236 0,0776 2005 9.953 0,0720 2006 10.670 0,0672 2007 1 1.580 0,0785 2008 12.490 0,0728 2009 13.400 0,0679 2010 14.310 0,0635 2011 15.220 0,0597
Rata-rata laju pertumbuhan 0,06 Sumber : Data Monografi Desa Diolah (2011)
9http://www.IPEM4439%20Perubahan%20Sosial%20dan%20Pembangunan.htm [12 oktober
2011 pukul 23.00]
71
Desa Karang Tengah pada tahun 2011 memiliki jumlah penduduk
sebanyak 15.220 jiwa dengan laju pertumbuhan 0,059 %. Jumlah penduduk ini
meningkat setiap tahunnya dimana pada tahun 2002 jumlah penduduk hanya
sebanyak 7.801 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk ini salah satunya disebabkan
karena adanya pengembangan kawasan wisata di Desa Karang Tengah. Rata-rata
laju pertumbuhan di kawasan ini sebesar 6%.
Pembangunan merupakan suatu usaha peningkatan kesejahteraan disegala
bidang dan proses mengakibatkan perubahan sosial. Proses perubahannya
menyangkut peningkatan daya guna sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan
teknologi. Interaksi ketiga faktor ini dalam proses perkembangannya tercermin
pada pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang pada gilirannya
akan mempengaruhi pandapatan masyarakat, lapangan kerja, taraf hidup, ekologi
dan tata lingkungan. Pariwisata sebagai salah satu jenis industri yang mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam penyediaan lapangan
kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi faktor-faktor
produktivitas lainnya (Pendit, 1999). Pengertian seperti diatas adalah bahwa
pariwisata mencakup sejumlah kegiatan yang ada kaitannya dengan kegiatan
perekonomian secara langsung berhubungan dengan pelaku-pelaku ekonomi,
yaitu produsen dan konsumen. Batasan ini lebih banyak menekankan pada aspek
sosiologi, psikologi, budaya maupun geografi pariwisata. Pengertian pariwisata
mencakup semua macam perjalanan, asal perjalanan yang dilakukan hanya untuk
rekreasi, serta tidak bermaksud untuk memangku jabatan.
Penelitian mengenai dampak dari pembangunan dan perkembangan
pariwisata telah banyak dilakukan tetapi masih lebih banyak menekankan pada
72
aspek fisik saja. Perhatian terhadap dampak sosial ekonomi dari perkembangan
pariwisata tersebut masih kurang, walaupun bukan berarti tidak ada. Sayangnya,
berbagai penelitian semacam ini ternyata dilakukan oleh mereka yang bukan para
pakar dalam bidang ilmu sosial. Tidak mengherankan bilamana hasil penelitian
semacam ini biasanya begitu saja menyatukan deskripsi dampak ekonomi
(Soekadijo, 1997).
Adanya pengembangan wisata ini juga menimbulkan perubahan pola
kehidupan masyarakat dan meningkatkan kegiatan masyarakat diberbagai bidang
pariwisata. Hal ini terkait pernyataan Karl Marx dalam Suwarsono (1991) yaitu,
pada dasarnya melihat perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan-perubahan
yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat, terutama sebagai akibat dari
pertentangan yang terus terjadi antara kelompok pemilik modal atau alat-alat
produksi dengan kelompok pekerja. Perubahan tata perekonomian yang dialami
masyarakat masyarakat Desa Karang Tengah terlihat dari adanya pergeseran
pekerjaan dari petani menjadi pekerja wisata serta penyedia jasa wisata.
Pergeseran pekerjaan ini menimbulkan terjadinya penyerapan tenaga kerja pada
sektor wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Berikut Tabel 12
yang menunjukkan penyerapan tenaga kerja di kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar.
73
Tabel 12. Penyerapan Tenaga Kerja Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar Tahun 2011
No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang/Unit
Usaha)
Jumlah Tenaga Kerja (Org)
Persentase (%)
1. Penjaga karcis 2 19 0,0862. Pedagang 10 10 0,0453. Penjaga taman 4 4 0,0184. Buruh wisata 13 13 0,0595. Security 29 29 0,1326. Warung 50 50 0,2287. Tukang Ojek 50 50 0,2288. Supir angkot 7 7 0,0319. Koreksi Piket 1 15 0,068
10. Kebersihan kamar 4 10 0,04511. Kebersihan lapangan 2 6 0,02712. Tiket kamar 1 6 0,027
Total 173 219 100%Sumber : Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei, 2011
Pada Tabel 12 dapat dilihat banyaknya tenaga kerja yang terserap akibat
adanya kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Jumlah penyerapan tenaga
kerja terbesar yang terserap dari adanya warung dan tukang ojek yaitu sebesar
22,8% dari total tenaga kerja. Keberadaan warung dan tukang ojek di kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Pancar tersebar mulai dari obyek Pemandian Air
Panas dan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Sebagian besar warung
yang ada dijaga oleh pemiliknya masing-masing tanpa adanya tenaga kerja
tambahan. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian masyarakat yang berada pada
kelompok pekerjaan ini dulunya bekerja sebagai petani dan sekarang bergeser
menjadi penyedia jasa wisata.
Menurut masyarakat setempat, jumlah tukang ojek di kawasan Taman
Wisata Alam Gunung Pancar sebanyak 50 orang, namun pada saat-saat tertentu
seperti hari libur nasional banyak masyarakat yang menjadi tukang ojek dadakan.
Jumlah tukang ojek bisa mencapai 100 orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Spillane (1994), berdasarkan sifat dari pekerjaan dalam sektor pariwisata
74
cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi pekerja musiman, tidak ada
serikat buruh, hanya bekerja pada sebagian waktu (part time) dan khusus untuk
anggota keluarga.
Berdasarkan studi lapang terdapat dua unit loket tiket pada kawasan ini,
loket awal berada pada saat memasuki kawasan dan yang kedua merupakan loket
pada saat memasuki obyek Pemandian Air Panas. Penjaga loket awal merupakan
wewenang dari pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA).
Pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) menempatkan 2
orang masyarakat asli Desa Karang Tengah untuk menjaga tiket. Selain itu, untuk
penjaga loket obyek Pemandian Air Panas telah menyerap tenaga kerja sebanyak
17 orang.
Kelompok tenaga kerja security yang terserap pada kawasan Taman
Wisata Alam Gunung Pancar sebanyak 29 orang. Adapun security yang sudah
terserap oleh PT Wana Wisata Indah (WWI) sebanyak 8 orang. Sementara itu
pengelola obyek Pemandian Air Panas juga telah menyerap tenaga kerja security
sebanyak 21 orang.
Kelompok tenaga kerja yang juga terserap oleh pengelola obyek
Pemandian Air Panas adalah kelompok koreksi piket, kebersihan kamar,
kebersihan lapangan, dan tiket kamar. Pihak pengelola pemandian air panas ini
juga telah menentukan pembagian kerja masing-masing untuk setiap tenaga kerja.
Pihak Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) juga kerap
kali merekrut tenaga kerja dadakan yang berasal dari masyarakat asli Desa Karang
Tengah. Hal ini dilakukan dalam rangka penanaman pohon di sekitar kawasan.
Pemilihan masyarakat yang direkrut diserahkan oleh pihak desa yang berwenang.
75
Masyarakat yang mengikuti kegiatan penanaman pohon ini biasanya bekerja
selama seminggu.
Penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu dampak positif yang
dirasakan oleh masyarakat namun pengembangan kawasan ini juga menyebabkan
perubahan sikap masyarakat yang memicu pada rusaknya kawasan yaitu
banyaknya masyarakat yang melakukan pembuatan jalan, adanya masyarakat
yang melakukan perluasan enclave, terjadinya perambahan lahan, adanya
pendudukan kawasan secara illegal serta terjadinya pembangunan illegal yang
dilakukan masyarakat di dalam kawasan. Berikut penjelasan mengenai hal tesebut.
1. Pembuatan Jalan
Pembuatan jalan yang dimaksud adalah pembuatan jalan secara illegal yang
dilakukan masyarakat di dalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung
Pancar. Masyarakat mengaspal lahan yang masih dalam status kawasan
konservasi. Berdasarkan hasil wawancara pada tahun 2006 di daerah Blok
Dorang dilakukan pembuatan jalan dengan menggunakan lahan kawasan
seluas 5 x 700 m dan pada tahun 2008 pihak pengelola Kehutanan melakukan
penutupan jalan tersebut.
2. Perluasan enclave
Enclave adalah tanah milik masyarakat yang berada di dalam kawasan. Saat
ini banyak masyarakat yang melakukan perluasan kawasan enclave secara
illegal. Berdasarkan hasil wawancara, pada tahun 2006 diperkirakan lahan
enclave yang sudah diperluas secara illegal luasannya masih sekitar 7.8 hektar
dari yang awalnya 5 hektar. Pada tahun 2011 kini sudah mencapai 20 hektar.
76
3. Perambahan lahan
Di dalam kawasan ini juga terjadi perambahan lahan secara illegal. Beberapa
masyarakat menggunakan lahan konservasi ini untuk menanam tanaman
singkong, pisang, pandan dan tanaman lainnya. Pada tahun 2006, perambahan
yang terjadi diperkirakan baru mencapai luasan sekitar 6 hektar sedangkan
2010 sudah mencapai 176 hektar dan itu dilakukan oleh 300 Kepala
Keluarga.
4. Pendudukan Kawasan
Pembangunan illegal memang juga sudah sering terjadi di kawasan ini namun
upaya penertiban juga sudah dilakukan oleh pihak Balai Besar Konservasi
Sumberdaya Alam (BBKSDA) agar masyarakat sendiri menjaga daerah
kawasan mereka. Pada dasarnya kawasan ini merupakan daerah yang menjadi
penopang bagi kehidupan masyarakat Desa Karang Tengah yaitu sebagai
sumber mencari nafkah juga sebagai pencegah longsor dan banjir.
5. Pembangunan Illegal
Pendudukan kawasan secara illegal memang sudah terjadi di kawasan ini
sejak berkembangnya menjadi daerah wisata. Pada bulan Maret 2010, pihak
Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) melakukan operasi
penertiban dan teridentifikasi 28 bangunan berdiri secara illegal.
Sejak adanya pengembangan wisata di kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Pancar, kawasan yang seluas 6.695,32 hektar diubah fungsi dan menjadi
kawasan wisata dengan luas 447,5 hektar membuat pihak Balai Besar Konservasi
Sumberdaya Alam (BBKSDA) melakukan kegiatan orientasi batas kawasan. Hal
ini tekait keberadaan kampung didalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung
77
Pancar yang menyebabkan gangguan terhadap keutuhan kawasan, antara lain
hilang dan bergesernya pal batas, penggarapan liar, penguasaan lahan oleh pihak-
pihak tertentu dan gangguan lainnya. Apabila gangguan tersebut tetap terjadi
maka akan mengganggu penataan blok yang dimanfaatkan oleh PT Wana Wisata
Indah (WWI) selaku pengusaha pemanfaatan potensi hutan alam.
Kegiatan orientasi batas kawasan yang dilakukan pihak Balai Besar
Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) bertujuan untuk memperoleh
gambaran data lapangan mengenai kondisi pal di lapangan. Selain itu, kegiatan ini
juga bertujuan untuk mengembalikan posisi/letak tanda batas kawasan hutan yang
telah dikukuhkan sehingga batas-batas kawasan hutan tersebut sesuai dengan
keadaan batas kawasan hutan. Pada tanggal 22 Mei 2006, pihak Kehutanan
melakukan orientasi batas kawasan (Lampiran 3).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Balai Besar Konservasi
Sumberdaya Alam (BBKSDA), pada tahun 2006 patok 69 s.d 70 sudah dibangun
rumah semi permanen ukuran 13.5 x 12.5 m. Patok 70 s.d 74 dikuasai oleh
pengelola pemandian air panas yang dibangun secara illegal dan patok 84 s.d 88
berdiri bangunan liar sebanyak 8 bangunan dengan luas 2 hektar. Saat ini daerah-
daerah yang digunakan secara illegal semakin meningkat seiring dengan
pengembangan kawasan. Tahun 2011 diidentifikasi hampir sebagian patok
tersebut sudah hilang.
Berdasarkan hasil wawancara, pada bulan Maret 2010 enam tim operasi
dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) di Taman Wisata
Alam Gunung Pancar bergerak melakukan langkah persuasif dalam upaya
menertibkan kawasan hutan konservasi Gunung Pancar. Tim operasi mendatangi
78
para pemilik bangunan di kawasan hutan Taman Wisata Alam Gunung Pancar dan
memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan membongkar bangunannya
sendiri dan keluar dari kawasan hutan tersebut.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat
mengidentifikasi di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar sudah berdiri
28 bangunan tanpa izin dan perambahan hutan mencapai 176 hektar. Sasaran
operasi tahap pertama adalah 17 titik berupa lapangan terbuka, warung, vila,
rumah, usaha pemandian umum, pondok, sekolah dasar, dan lahan garapan atau
galian batu/pasir. Bangunan dan lahan hutan yang dirambah diakui perambah
memiliki sertifikat dan izin mendirikan bangunan. Oleh karena itu, saat ini Balai
Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) lebih intensif melakukan
operasi dalam rangka penertiban kawasan.
Perubahan sosial yang menyebabkan rusaknya kawasan merupakan
dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya pengembangan wisata. Dalam hal
ini sesuai dengan teori Max Weber dalam Suwarsono (1991) bahwa perubahan
sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah akibat dari pergeseran nilai yang
dijadikan orientasi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat merasakan
kehidupan sosial ekonominya berkembang pesat akibat adanya pengembangan
wisata sehingga menyebabkan adanya sikap ketidakpedulian terhadap pelestarian
alam.
Perubahan yang menyebabkan kerusakan pada kawasan pada akhirnya
juga akan berdampak pada lingkungan kawasan tersebut. Lingkungan akan
mengalami kerusakan seiring dengan perkembangan wisata. Oleh karena itu,
79
diperlukan pengelolaan kawasan yang berkelanjutan agar pengembangan wisata
dapat berlangsung tanpa merusak kawasan
6.4.2 Dampak Lingkungan
Dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 menyebutkan bahwa
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab
dan kewajiban pemerintah beserta masyarakat. Selain itu, pasal 69 Undang-
undang Nomor 41 tahun 1999 menyebutkan bahwa masyarakat berkewajiban
untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan
pengrusakan. Berdasarkan bunyi kedua pasal tersebut, pengembangan dan
pengelolaan taman wisata dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya
apabila dijalankan dengan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait di
dalamnya.
Pengembangan dan pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang
selama ini dijalankan secara kolaborasi antara Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat dan PT Wana Wisata Indah (WWI) dimana
peran pengelolaan yang dijalankan masing-masing pihak disesuaikan dengan surat
keputusan yang ada. Semua pihak yang terkait di dalam kawasan ini memiliki
peran yang sangat mempengaruhi keberadaan kawasan terutama selain sebagai
tempat wisata juga sebagai kawasan konservasi.
Adanya Pengembangan wisata di kawasan ini memberikan dampak positif
dan negatif. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dampak positif
adanya pengembangan wisata memberikan peningkatan pendapatan terhadap
ekonomi masyarakat. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat adanya
pengembangan adalah perubahan sikap dan perilaku, salah satunya adalah
tindakan perambahan. Menurut Rusman (2008) kerugian negara akibat
80
perambahan hutan yang terjadi di berbagai kawasan, baik hutan konservasi, hutan
lindung, maupun taman nasional mencapai Rp 30 triliun/tahun. Selain
mengakibatkan kerugian negara, juga menimbulkan dampak buruk terhadap
ekonomi, ekologi, serta dampak lanjutan bidang sosial, dan budaya serta politik
dan keamanan.
Berdasarkan hal diatas, kegiatan perambahan hutan yang dilakukan
sebagian masyarakat disekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar
menyebabkan kawasan konservasi terganggu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
tanaman pertanian seperti singkong, pandan, pisang dan lain-lain. Penanaman
tanaman tersebut dilakukan di kawasan yang seharusnya menjadi kawasan
konservasi dan menyebabkan sebagian pohon disekitar kawasan berkurang.
Selain itu, menurut Rusman (2008), dampak ekologi akibat adanya
perambahan hutan berupa deforestasi dan peningkatan lahan kritis, kualitas
ekosistem dan biodiversiti menurun serta rawan bencana seperti kebakaran hutan,
banjir, longsor, dan kekeringan. Perambahan hutan juga telah mendorong
terjadinya pergeseran nilai sosial budaya warga setempat, hilangnya kearifan
sosial penduduk, cinta alam dan sadar lingkungan sirna dan menimbulkan
kesenjangan sosial ditengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, perambahan
yang dilakukan beberapa masyarakat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung
Pancar mengakibatkan adanya bencana longsor. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya bencana longsor yang terjadi pada tahun 2006 di kampung Cimandala
yang terletak di dalam kawasan. Bencana tersebut menyebabkan 45 rumah rusak
berat.
81
Pengembangan wisata dikawasan ini juga menyebabkan terjadinya
pencemaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya sampah yang dihasilkan oleh
wisatawan yang datang berkunjung. Selain itu berdasarkan hasil wawancara,
beberapa masyarakat pun merasakan perubahan udara yang terjadi disekitar
kawasan mereka. Saat ini udara di sekitar kawasan menjadi lebih panas dari
sebelumnya.
Oleh karena itu, dilakukan kegiatan orientasi kawasan oleh Balai Besar
Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) yang bertujuan untuk menjaga
kelestarian kawasan. Selain itu, pengelola kawasan Taman Wisata Alam Gunung
Pancar juga telah melakukan rehabilitasi lahan. Pada tahun 2003 telah dilakukan
penanaman pohon pinus, abasia, puspa, rasemala seluas 23 hektar. Penanaman
pohon ini dilakukan dalam rangka perayaan hari Bakti. Pada bulan Desember
tahun 2009 juga telah dilakukan kegiatan restorasi dengan menanam 500 dan 1000
pohon di blok Dorang dan 250 pohon di blok Cimandala.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjaga
kelestarian lingkungan kawasan karena kawasan ini merupakan salah satu
kawasan resapan air dan sumber airnya dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar
kawasan. Selain itu, kawasan ini merupakan salah satu sumber air DAS Cikeas
yang berfungsi untuk mandi, minum pengairan sawah dan kebutuhan hidup
sehari-hari. Kawasan ini juga berfungsi mencegah banjir, erosi dan longsor. Oleh
karena itu, dalam pengelolaan kawasan diperlukan kerjasama dari berbagai pihak
mengingat pentingnya kawasan ini sebagai penompang ekologi dan ekonomi
sehingga pengembangan wisata yang berkelanjutan dapat terwujud.
82
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Beberapa hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik responden terdiri dari 36 orang laki-laki dan 24 orang
perempuan berumur antara 24-33 tahun, sudah menikah, berpendidikan SD,
dengan tingkat pendapatan antara Rp 850.000,01 - Rp 1.240.000,00.
2. Perkembangan Kawasan TWA Gunung Pancar memberikan pengaruh positif
terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Estimasi pendapatan dan
perubahan pendapatan rata-rata masyarakat sebesar sebesar Rp 218.704,59,00
per bulan. Peningkatan pendapatan berdasarkan present value sebesar
Rp -309.192,43,00 per bulan. Peningkatan pendapatan rata-rata terbesar
dirasakan oleh kelompok pekerjaan penjaga taman dengan peningkatan
pendapatan Rp 637.500,00. Berdasarkan present value peningkatan
pendapatan rata-rata penjaga taman menjadi Rp 377.369,70,00.
3. Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi peningkatan pendapatan
masyarakat akibat adanya pengembangan wisata adalah jumlah tanggungan,
umur, dan lama bekerja di kawasan TWA. Pendidikan, jarak rumah ke TWA
dan jenis kelamin tidak mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat.
4. Penilaian dampak sosial dan lingkungan pengembangan kawasan Taman
Wisata Alam Gunung Pancar yaitu dampak sosial adanya pengembangan
kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar terhadap kehidupan
masyarakat adalah terjadinya pergeseran profesi pekerjaan dari petani
menjadi pekerja wisata maupun penyedia jasa wisata. Hal ini dilihat dari
adanya penyerapan tenaga kerja tertinggi pada kelompok pekerjaan pemilik
83
warung dan ojek yaitu sebesar 22,8% dari total tenaga kerja. Pengembangan
ini juga merubah sikap dan perilaku masyarakat yang juga merugikan
kawasan seperti adanya pembuatan jalan, perluasan enclave, perambahan
kawasan, pendudukan kawasan, dan pembangunan bangunan yang dilakukan
secara illegal. Dampak lingkungan adanya pengembangan wisata di kawasan
Taman Wisata Alam ini yaitu terjadinya bencana longsor akibat pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab, terjadi pencemaran akibat sampah dari
kegiatan wisata dan perubahan cuaca akibat perambahan pohon.
7.2 Saran
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan, dapat
disarankan beberapa hal yang terkait dengan pengembangan kawasan Taman
Wisata Alam Gunung Pancar sebagai berikut:
1. Ketidakmerataan manfaat kawasan untuk masyarakat sebaiknya diatasi
melalui kerjasama antara pengelola dan pihak terkait dalam meningkatkan
kualitas SDM masyarakat dan standar bekerja yang sesuai dengan kualifikasi
lapangan pekerjaan yang ada di kawasan Taman Wisata Alam Gunung
Pancar.
2. Pelaksanaan program pelatihan keterampilan masyarakat melalui kegiatan
kerajinan tangan harus dikembangkan untuk menunjang potensi dan
meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
3. Sebaiknya dilakukan atraksi wisata yang mengedepankan wisata alam yang
berkelanjutan.
4. Penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti sistem kelembagaan yang terdapat
di kawasan TWA Gunung Pancar agar pengembangan wisata di kawasan ini
bisa lebih optimal.
84
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I.G.N. 2005. Manajeman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Anonymous. 1987. Wisata Alam Berbasis Hutan. http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1144&bih=642&q=definisi+wisata+alam&aq=f&aqi=&aql=&oq=&fp=b982c502b59c367d http [ 18 Maret 2011 pukul 23.00].
Artikel Perubahan Sosial dan Pembangunan. 2011. Aspek-Aspek Perubahan Sosial dan Pembangunan. http://www.IPEM4439%20Perubahan%20Sosial%20dan%20Pembangunan.htm [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. 1996. Tentang Lingkungan hidup dan Tata Ruang.
Damanik et al. 2006. Perencanaan Ekowisata, Teori dan Aplikasi. C.V Andi Offset. Yogyakarta.
Daniel, W. 1990. Applied Nonparametric Statistics. Second Edition. PWS- KENT Publishing Company. Boston.
Departemen Kehutanan Propinsi Jawa Barat. 2011. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/INFPROP/Inf-Jbr.PDF dephut [18 Maret 2011 pukul 23.00].
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. 2009. http://www.jurnas.com/_content&view=article&id=768:menbudpar-jumlah-wisatawan naik&catid=100:indonesia&Itemid=475 [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2001. Kriteria Standar Pengembangan Pariwisata Alam di Hutan Produksi. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta.
Epler, W.M. 1996. The Evolution of Ecotourism as a Sustainable Development Tool. Paper presented at The Sixth International Symposium on Society and Natural Resource Management, Pennsylvania State University, 18-23 May 1996.
Fandeli, C. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan UGM dan PT. Perhutani (Persero). Yogyakarta.
Fennel, K. 1999. Convection and the timing of phytoplankton spring blooms in the western Baltic Sea. Estuarine Coastal and Shelf Science 49:113-128.
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Republik Indonesia tahun 1999-2004. Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.
Gurajati, D. 1998. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. PT Erlangga. Jakarta.
Hall, M.C. 2000. Tourism Planning : Policies, Processes, and Relationships. Singapore : Pearson Education Asia Ltd.
85
Hammit et al. 1987. Wildland Recreation : Ecology and Management. Kanada : Jhon Wiley and Sons, Inc.
Harry et al. 1993. Dukungan Budaya Terhadap Perkembangan Ekonomi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Hartanto. 1996. modul Seminar Planning Sustainable Tourism. http://www.cothm.ac.cy/Tourism%20Today%20No%204.pdf. [7 Desember 2011 pukul 10.30].
Indriyastuti et al. 2001. Menuju Pengelolaan Partisipatif dan Kolaboratif : Pengembangan Semangat Partisipatif dan Koaboratif dalam Pengelolaan Wisata Alam dan Pendidikan Lingkungan. Bina Usaha Lingkungan. UNDP.
Inpres No. 9. 1969. Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.
Interest rate Bank Indonesia. 2011. http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/ [25 Oktober 2011 pukul 12.30].
Irwanto. 2006. Penerapan AMDAL Pada Pembangunan di Bidang Kehutanan. http://saveforest.webs.com/amdal_kehutanan.html [ 20 Desember pukul 12.00]
Juanda, B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya. 2009. Artikel Jumlah wisatawan Jawa Barat. www.jabarprov.com_content&view=article&id=768:kadisbudpar-jumlah-wisatawan-jawa barat [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya. 2009. Artikel Sundaurang Jawa Barat. http://www.sundaurang.com_content&view=article&id=768:kadisbudpar-jumlah-wisatawan-jawa barat [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
Lind et al. 2008. Statistical Techniques In Business and Economic with Global Data Sets, 13th ed. The McGraw-Hill Companies. New York.
Mac Kinnon et al. 1993. Pengelolaan Kawasan Yang Dilindungi di Derah Tropika. Terjemahan Harry Harsono Amin. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. 2010. Artikel Jumlah wisatawan. http://www.jurnas.com/_content&view=article&id=768:menbudpar-jumlah-wisatawan naik&catid=100:indonesia&Itemid=475 [12 Oktober 2011 pukul 23.00].
Naisbit, J. 2011. Artikel Pengembangan Pariwisata di Indonesia. http://pariwisata.jogja.go.id/index/extra.detail/1689/pengembangan-pariwisata-indonesia.html. [30 Maret 2011].
Pendit, N.S. 1990. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT. Pradana Paramita Jakarta.
__________. 1999. Ilmu Pariwisata. Sebuah Pengantar Perdana. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
86
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Pasal 1. Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam [PHKA]. 2003a. Kumpulan Peraturan Perundangan Terkait dengan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. CV. Maestro Nusantara. Jakarta.
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam [PHKA]. 2010. Pengelolaan Taman Wisata Alam Carita. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Serang.
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam [PHPA]. 1995. Informasi dan Promosi Obyek Wisata Alam di Kawasan Taman Wisata Alam (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur). Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Bogor.
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam [PHPA]. 1996. Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Wisata Alam dan Hutan Lindung. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Bogor.
Rischa. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Wisata dan Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Galunggung Tasikmalaya. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rusman. 2008. Hutan, Perladangan dan Pertanian Masa Depan. PT. Aditya Media. Yogyakarta.
Singarimbun, M et al. 1987. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Yogyakarta.
__________________. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
Soekadijo, R.G. 1997. Anatomi Pariwisata. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Soemardjan, S. 1974. Pariwisata dan Kebudayaan, dalam Prisma No. 1 Tahun III Februari.
Soemarwoto, O. 2001. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Soetanto, H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya Dan Teknologi Tepat Guna Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi Potong. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=78: makalah-utama&catid=50:prosiding&itemid=33. [03 Maret 2011 pukul 23.00].
Spillane, J. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta.
__________. 1993. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta.
Suswantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta.
87
Suwarsono. 1991. Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia : Teori-teori modernisasi, dependensi dan sistem dunia. LP3ES. Jakarta.
TAP MPR No IV/MPR/1978. Tentang Pengembangan Wisata.
Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 pasal 1 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 5. 1990. Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 9. 1990. Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999. Tentang Kehutanan.
Wahab, S. 1976. Manajemen Kepariwisataan Terjemahan Frans Gromang. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Wijaya, D.P.M. 2007. Analisis Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya masyarakat Pesisir Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Yoeti, O.A. 2000. Ekowisata : Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup. PT. Pertja. Jakarta.
_________. 1993. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.
_________. 2001. Ilmu Pariwisata Sejarah Perkembangan dan Prospeknya. PT Perja. Jakarta.
_________. 2006. Tours and Travel Marketing. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
88
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Responden Masyarakat Desa Karang Tengah 2011
No Jenis pekerjaan Jenis kelamin (L=1 ; P=0)
Umur (thn)
Lama pendidikan
(thn)
Jumlah tanggungan
(org)
Lama bekerja
di kawasan
TWA (thn)
Jarak rumah
ke TWA (km)
Pendapatan dari adanya
TWA (rupiah/bulan)
Pendapatan non TWA
(rupiah /bulan)
Pendapatan total (Pendapatan
TWA+Non TWA)
1 Penjaga karcis 0 28 9 4 5 1 1.300.000 250.000 1.550.000 2 Pedagang 1 42 3 3 3 1 950.000 350.000 1.300.000 3 Pedagang 0 28 6 3 2 1 1.100.000 0 1.100.000 4 Penjaga taman 0 45 0 2 1 0,5 575.000 750.000 1.325.000 5 Penjaga taman 0 35 3 2 1 0,5 575.000 550.000 1.125.000 6 Penjaga taman 0 42 3 3 1 0,5 575.000 500.000 1.075.000 7 Penjaga taman 0 34 6 2 1 0,5 575.000 750.000 1.325.000 8 Buruh wisata 0 40 0 2 1 1 450.000 650.000 1.100.000 9 Pedagang 0 35 6 4 2 0,5 1.100.000 0 1.100.000
10 Pedagang 0 32 2 3 2 1 1.000.000 0 1.000.000 11 Buruh wisata 1 35 2 3 2 1 600.000 350.000 950.000 12 Security 1 28 0 4 4 0,5 1.400.000 0 1.400.000 13 Buruh wisata 0 22 3 3 2 1 750.000 0 750.000 14 Buruh wisata 1 31 6 3 3 1 650.000 0 650.000 15 Buruh wisata 0 26 2 2 1 0,5 750.000 300.000 1.050.000 16 Pedagang 1 25 6 2 1 0,5 1.200.000 0 1.200.000 17 Buruh wisata 0 35 1 2 2 1 550.000 350.000 900.000 18 Buruh wisata 0 30 3 2 1 0,5 600.000 450.000 1.050.000 19 Pedagang 1 25 6 3 2 0,5 900.000 0 900.000 20 Buruh wisata 1 50 4 2 1 0,5 750.000 0 750.000 21 Buruh wisata 0 18 3 2 1 0,5 600.000 350.000 950.000 22 Buruh wisata 0 30 0 2 2 1 550.000 450.000 1.000.000 23 Pedagang 1 44 6 3 4 1 1.100.000 200.000 1.300.000
89
24 Buruh wisata 0 25 0 2 2 1 550.000 350.000 900.000 25 Buruh wisata 0 23 3 2 2 0,5 650.000 450.000 1.100.000 26 Buruh wisata 0 20 6 2 2 1 500.000 300.000 800.000 27 Pedagang 1 29 6 3 2 0,5 1.100.000 300.000 1.400.000 28 Penjaga karcis 1 25 5 3 4 0,5 1.200.000 0 1.200.000 29 Warung 0 42 3 2 5 0,5 1.800.000 0 1.800.000 30 Warung 0 60 0 2 1 1 900.000 0 900.000 31 Warung 0 28 4 4 4 0,5 1.400.000 0 1.400.000 32 Warung 1 38 2 3 4 0,5 1.000.000 0 1.000.000 33 Warung 1 60 3 2 5 0,5 1.800.000 0 1.800.000 34 Warung 0 21 0 3 5 0,5 1.000.000 0 1.000.000 35 Warung 0 60 0 2 2 0,5 1.000.000 0 1.000.000 36 Warung 0 35 6 4 4 0,5 1.600.000 0 1.600.000 37 Tukang ojek 1 25 9 2 5 1 1.000.000 350.000 1.350.000 38 Tukang ojek 1 34 6 2 5 0,5 1.880.000 0 1.880.000 39 Tukang ojek 1 35 4 4 5 1 1.650.000 0 1.650.000 40 Tukang ojek 1 24 12 2 2 3 1.200.000 300.000 1.500.000 41 Tukang ojek 1 35 4 3 5 1 1.320.000 0 1.320.000 42 Tukang ojek 1 25 3 3 5 1,5 1.500.000 0 1.500.000 43 Tukang ojek 1 30 6 3 5 2 1.800.000 0 1.800.000 44 Tukang ojek 1 30 5 4 5 3 1.200.000 0 1.200.000 45 Tukang ojek 1 28 6 3 5 2 1.500.000 0 1.500.000 46 Tukang ojek 1 40 6 4 5 1,5 1.800.000 0 1.800.000 47 Tukang ojek 1 27 6 2 5 2 1.200.000 0 1.200.000 48 Tukang ojek 1 30 5 5 5 1 1.500.000 0 1.500.000 49 Tukang ojek 1 30 6 2 5 2 1.500.000 0 1.500.000 50 Tukang ojek 1 26 6 3 5 3 1.200.000 0 1.200.000 51 Tukang ojek 1 30 6 3 5 3 1.800.000 0 1.800.000 52 Tukang ojek 1 35 6 3 5 1 1.800.000 0 1.800.000 53 Tukang ojek 1 35 6 5 5 1 2.400.000 0 2.400.000
90
54 Tukang ojek 1 35 3 4 5 1 1.800.000 0 1.800.000 55 Supir angkot 1 25 3 4 5 1 2.000.000 150.000 2.150.000 56 Supir angkot 1 27 2 4 5 1,5 1.800.000 300.000 2.100.000 57 Pedagang 1 14 9 3 3 0,5 460.000 0 460.000 58 Pedagang 1 28 6 3 5 0,5 1.200.000 0 1.200.000 59 Security 1 45 6 2 3 0,5 1.150.000 450.000 1.600.000 60 Security 1 35 6 2 3 1 800.000 550.000 1.350.000
91
92
Lampiran 2. Hasil Estimasi Model Regrsi Linier Berganda dengan Minitab 14.
Welcome to Minitab, press F1 for help. Regression Analysis: Y (juta/thn) versus X1 (jml tang, X2 (umur/thn, ... Weighted analysis using weights in Y (juta/thn) The regression equation is Y (juta/thn) = - 0.344 + 0.134 X1 (jml tanggungan/org)+ 0.0112 X2 (umur/thn) +
0.199 (lama bekerja d TWA/thn) + 0.0208 (pendidikan akhir/thn)- 0.0062 (jarak rmh/km) + 0.068 (jenis kelamin l=1 ;p=0)
Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -0.3438 0.2517 -1.37 0.178 X1 (jml tanggungan/org) 0.13352 0.04865 2.74 0.008 1.3 X2 (umur/thn) 0.011178 0.004613 2.42 0.019 1.2 X3 (lama bekerja d TWA/thn) 0.19902 0.03359 5.92 0.000 1.7 X4 (pendidikan akhir/thn) 0.02078 0.01828 1.14 0.261 1.3 X5 (jarak rmh/km) -0.00622 0.06182 -0.10 0.920 1.3 X6 (jenis kelamin l=1 ;p=0) 0.0680 0.1045 0.65 0.518 1.5 S = 0.314527 R-Sq = 66.1% R-Sq(adj) = 62.3% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 6 10.2375 1.7063 17.25 0.000 Residual Error 53 5.2431 0.0989 Total 59 15.4806 Source DF Seq SS X1 (jml tanggungan/org) 1 3.8669 X2 (umur/thn) 1 0.5599 X3 (lama bekerja d TWA/thn) 1 5.5808 X4 (pendidikan akhir/thn) 1 0.1880 X5 (jarak rmh/km) 1 0.0000 X6 (jenis kelamin l=1 ;p=0) 1 0.0419 Unusual Observations Obs X1(jml tanggungan/org) Y(juta/thn) Fit SE Fit Residual St Resid 16 2.00 1.2000 0.5913 0.1252 0.6087 2.36R 40 2.00 1.2000 0.8883 0.1699 0.3117 1.35 X 53 5.00 2.4000 1.8966 0.1010 0.5034 2.86R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1.83165 Residual Plots for income Pengujian Hipotesis 1. Uji Multikolinearitas Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -0.3438 0.2517 -1.37 0.178 X1 (jml tanggungan/org) 0.13352 0.04865 2.74 0.008 1.3 X2 (umur/thn) 0.011178 0.004613 2.42 0.019 1.2 X3 (lama bekerja d TWA/thn) 0.19902 0.03359 5.92 0.000 1.7 X4 (pendidikan akhir/thn) 0.02078 0.01828 1.14 0.261 1.3 X5 (jarak rmh/km) -0.00622 0.06182 -0.10 0.920 1.3 X6 (jenis kelamin l=1 ;p=0) 0.0680 0.1045 0.65 0.518 1.5
Nilai VIF <10 maka artinya tidak terjadi pelanggaran Multikolinearitas
93
2. Kenormalan H0 = eror menyebar normal H1 = tidak menyebar normal
Standardized Residual
Per
cent
420-2-4
99.9
99
90
50
10
1
0.1
Fitted Value
Stan
dard
ized
Res
idua
l
2.01.51.00.5
2
0
-2
Standardized Residual
Freq
uenc
y
3210-1-2
12
9
6
3
0
Observation Order
Stan
dard
ized
Res
idua
l
605550454035302520151051
2
0
-2
Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values
Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data
Residual Plots for income
Nilai Probability (0,438517) > alpha 5% maka terima H0 artinya asumsi error menyebar normal terpenuhi
0
1
2
3
4
5
6
-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
Series: ResidualsSample 1 60Observations 60
Mean 2.00E-16Median 0.010221Maximum 0.689294Minimum -0.504994Std. Dev. 0.271660Skewness 0.347009Kurtosis 2.578309
Jarque-Bera 1.648713Probability 0.438517
94
3. Homoskedastisitas
H0 : Homoskedastisitas H1 : Heteroskedastisitas
Standardized Residual
Per
cent
420-2-4
99.9
99
90
50
10
1
0.1
Fitted Value
Stan
dard
ized
Res
idua
l
0.20.10.0
4
2
0
-2
Standardized Residual
Freq
uenc
y
3.62.41.20.0-1.2
20
15
10
5
0
Observation Order
Stan
dard
ized
Res
idua
l
605550454035302520151051
4
2
0
-2
Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values
Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data
Residual Plots for SRES1
Hasil plot model tidak membentuk pola atau menyebar bebas. Artinya, model adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi pelanggaran asumsi heteroskedastisitas. Regression Analysis: SRES1 versus X1 (jml tanggung, X2 (umur/thn), ... Weighted analysis using weights in Y (juta/thn) The regression equation is SRES1 = - 0.13 + 0.023 (jml tanggungan/org)+ 0.0031 X2 (umur/thn)+ 0.009 (lama
bekerja d TWA/thn) + 0.0129 (pendidikan akhir/thn) - 0.059 (jarak rmh/km) + 0.091 (jenis kelamin l=1 ;p=0)
Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -0.128 1.031 -0.12 0.902 X1 (jml tanggungan/org) 0.0229 0.1992 0.11 0.909 1.3 X2 (umur/thn) 0.00314 0.01889 0.17 0.869 1.2 X3 (lama bekerja di TWA/thn) 0.0090 0.1376 0.07 0.948 1.7 X4 (pendidikan akhir/thn) 0.01285 0.07484 0.17 0.864 1.3 X5 (jarak rmh/km) -0.0587 0.2532 -0.23 0.817 1.3 X6 (jenis kelamin l=1 ;p=0) 0.0905 0.4280 0.21 0.833 1.5 S = 1.28805 R-Sq = 0.4% R-Sq(adj) = 0.0% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 6 0.342 0.057 0.03 1.000 Residual Error 53 87.931 1.659 Total 59 88.272
95
Source DF Seq SS X1 (jml tanggungan/org) 1 0.055 X2 (umur/thn) 1 0.055 X3 (lama bekerja di TWA/thn) 1 0.037 X4 (pendidikan akhir/thn) 1 0.055 X5 (jarak rmh/km) 1 0.065 X6 (jenis kelamin l=1 ;p=0) 1 0.074 Unusual Observations Obs X1 (jml Tanggungan/org) SRES1 Fit SE Fit Residual St Resid 16 2.00 2.356 0.144 0.513 2.212 2.09R 29 2.00 1.780 0.104 0.512 1.676 2.06R 38 2.00 1.906 0.208 0.416 1.698 2.02R 40 2.00 1.347 0.080 0.696 1.267 1.34 X 53 5.00 2.858 0.250 0.414 2.608 3.62R 55 4.00 1.980 0.158 0.327 1.822 2.14R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1.83213 Residual Plots for SRES1
96
Lampiran 3. Data Kegiatan Orientasi Batas Kawasan
No Nama Pal Kegiatan Orientasi Batas Kawasan Keterangan
1. Patok E. 89 Patah 2. Patok E. 90 Hilang 3. Patok E. 91 Hilang 4. Patok E. 65 Ada 5. Patok E. 66 Hilang 6. Patok E. 67 Ada 7. Patok E. 68 Hilang 8. Patok E. 69 Ada 9. Patok E. 70 Hilang 10. Patok E. 71 Hilang 11. Patok E. 72 Ada 12. Patok E. 73 Hilang 13. Patok E. 74 Ada 14. Patok E. 75 Hilang 15. Patok E. 76 Ada 16. Patok E. 77 Hilang 17. Patok E. 78 Hilang 18. Patok E. 79 Hilang 19. Patok E. 80 Hilang 20. Patok E. 81 Hilang 21. Patok E. 82 Hilang 22. Patok E. 83 Ada 23. Patok E. 84 Hilang 24. Patok E. 85 Ada 25. Patok E. 86 Ada 26. Patok E. 87 Hilang 27. Patok E. 88 Hilang Sumber : Balai Pengelolaan TWA Gunung Pancar (2011)
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Gambar (a) Gerbang Kawasan TWA Gunung Pancar Gambar (b) Kantor Pusat Informasi BBKSDA Gambar (c) Tanda panah menunjukkan yang dibangun pada tahun 2006 kantor PT WWI
Gambar (d) Hamparan pohon pinus di kawasan TWA Gunung Pancar Gambar (e) Pesona keindahan Gunung Pancar
97
xv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Januari 1989. Penulis
merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara pasangan Abdul Karim dan
Hadijah (alm). Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2001
di SD Negeri 05 Pagi Jakarta. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) diselesaikan di SLTP Negeri 110 Jakarta tahun 2004 dan Pendidikan
SMA diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 90 Jakarta. Penulis diterima
masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2007, dan pada
tahun 2008 masuk pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
Selama menjalani perkuliahan di IPB, tahun 2008 penulis aktif dalam Unit
Kegiatan Mahasiswa Music Agriculture Expression (UKM MAX) sebagai staf
musik corner. Tahun 2008-2010 penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa
Basket (UKM Basket) sebagai pemain dan tahun 2009-2010 penulis aktif dalam
kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM
FEM) IPB sebagai staf Bidang Olahraga dan Seni. Selain itu, penulis juga aktif
mengikuti berbagai kepanitian dan seminar di lingkungan Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.