6
ETIKA BISNIS ANALISIS FILM “AVATAR” Keterkaitan dengan Corporate Sosial Responsibility dan Lingkungan Hidup OLEH KELOMPOK 2: Kelas D DEDY ISKANDAR 3103007337 EVA ROSDIANA 3103007349 ARVIN LEONARDO 3103008038 SOFYAN SIDIN 3103008258 ADI LINGGA 3103008316 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Analisis Film

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Film

Citation preview

Page 1: Analisis Film

ETIKA BISNIS

ANALISIS FILM

“AVATAR”

Keterkaitan dengan

Corporate Sosial Responsibility dan

Lingkungan Hidup

OLEH

KELOMPOK 2:

Kelas D

DEDY ISKANDAR 3103007337

EVA ROSDIANA 3103007349

ARVIN LEONARDO 3103008038

SOFYAN SIDIN 3103008258

ADI LINGGA 3103008316

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Fakultas Bisnis – Jurusan Manajemen

2010

Page 2: Analisis Film

Analisis Film

Judul Film : AVATAR

Durasi : 162 Menit / 2 jam, 42 Menit

Produksi : 21th Century Fox

Sutradara : James Cameron

Pemain : Sam Worthington, Zoe Saldana, Sigourney Weaver,....

Film Avatar mengambil setting masa depan, tepatnya di tahun 2154 di sebuah satelit seukuran planet bumi yang bernama Pandora. Manusia bumi menjelahi planet ini untuk menambang sumber daya alam mineral yang sangat mahal, disebut Unobtanium. Pandora sendiri merupakan planet purba yang juga memiliki kehidupan seperti layaknya di bumi. Perbandingan seperti kehidupan bumi ketika jaman prasejarah ketika keadaan bumi ketika masih dihuni dinosaurus dengan hutan yang sangat lebat yang berisi tumbuhan-tumbuhan aneh dan hewan-hewan buas.

Seperti halnya kehidupan di Bumi, planet ini juga dihuni mahluk seperti manusia yang disebut Na'vi. Mereka hidup alami layaknya manusia zaman dulu yang belum tersentuh peradaban, pekerjaannya berburu binatang dengan peralatan yang masih primitif (pisau, tombak, panah) dan belum berpakaian selayaknya suku-suku primitif di Bumi. Bentuk fisik mereka sama sperti manusia dengan pengeculian yakni tinggi badan yang mencapai 3 meter, berambut panjang, memiliki ekor, bertubuh ramping, memiliki mata yang besar dan berkilau seperti kucing, berkuping lancip dan panjang, dan berkulit biru. Jika diibaratkan, penampilan mereka mirip seperti suku-suku Indian di Benua Amerika.

Manusia yang menjelajahi planet Pandora menyadari bahwa mereka tidak bisa hidup terlalu lama di atmosfer planet Pandora. Lalu mereka menciptakan Avatar. Avatar adalah sebutan untuk Na'vi buatan tanpa nyawa yang dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan manusia dengan menggabungkan DNA Na'vi original dengan DNA manusia. Karena tak bernyawa, Avatar harus dikendalikan dengan sebuah alat yang mensinkronasi antara kontak mental manusia masuk kedalam fisik avatar.

Alur ceritanya mengisahkan tentang seorang marinir cacat bernama Jake Sully yang baru mendapat tugas sebagai pengendali Avatar. Tugas ini didapatkan secara tidak sengaja karena menggantikan posisi saudara kembarnya yang seharusnya pengendali original avatar mati dibunuh perampok di Bumi. Karena Avatarnya dikembangkan melalui DNA saudaranya dan berhubungan DNA mereka sama maka Jake Sully harus menerima tugas sebagai pengendali Avatar. Dengan adanya program Avatar maka memudahkan manusia menjelajahi hutan-hutan dan alam Pandora yang memiliki atmosfer yang tidak bersahabat dengan manusia karena udara di alam Pandora tidak mengandung oksigen.

Tugas Jake adalah berbaur dengan suku Na’vi dan menggali informasi mengenai sumber unobtanium yang besar dari mereka. Unobtanium adalah bahan tambang pengganti energi fosil di Bumi yang harganya sangat mahal. Setelah melalui perjuangan yang mendebarkan, akhirnya Jake Sully yang mulai diterima di salah satu desa suku Na'vi, dia pun ditugaskan untuk masuk lebih dalam lagi guna mempelajari cara hidup mereka, terutama untuk mendapatkan informasi-informasi penting seputar tempat-tempat yang banyak menyimpan kandungan Unobtanium. Tapi lama-lama Jake Sully malah menaruh simpati terhadap makhluk Na'vi karena dengan tubuh Na'vi dia tidak cacat. Bukan hanya itu, Jake juga mulai terlibat asmara dengan salah satu Na'vi lokal bernama Neytiri, anak kepala suku.

Page 3: Analisis Film

Puncak dari film ini adalah pertempuran dahsyat yang terjadi antara manusia melawan Na’vi. Manusia ingin menggali unobtanium di pohon Eywa yang merupakan pohon keramat bagi suku Na’vi. Manusia memandang rendah bangsa Na’vi dan bahkan tidak segan membantai mereka yang menghalangi niat mereka. Dari sinilah timbul pertentangan dalam diri Jake antara memilih Manusia atau membela bangsa Na’vi. Bangsa Na’vi menyalahkan dia dan tidak mempercayai dia lagi karena dianggap menhianati kepercayaan mereka terhadap dirinya. Untuk membuktikan bahwa dia peduli dan menentang ulah semena-mena manusia terhadap bangsa Na’vi/ akhirnya dia mampu menjinakkan seekor burung purba raksasa bernama Toruk, yang mana disebutkan bahwa hanya pernah ada  5 orang (Na'vi) yang pernah menaklukkan burung jenis tersebut dan kesemuanya adalah ksatria dan pemimpin besar. Ini membuat seluruh Na'vi percaya pada Jake dan secara resmi mengangkat dia menjadi pemimpin mereka.

Segelintir pertempuran sengit antara bangsa Na’vi yang dipimpin Jake melawan manusia akhirnya membawa kemenangan bagi bangsa Na’vi. Manusia yang jahat pun diusir pulang ke bumi. Dari kejadian ini pun akhirnya membuat Jake memutuskan untuk menjadi Na’vi seutuhnya dan mengabdi kepada bangsa Na’vi dan Pandora.

Hubungan dengan Etika dalam Bisnis:

Plot utama dalam film ini adalah kerakusan manusia dalam menggali sumber daya alam. Terlihat bahwa manusia menghalalkan segala cara agar mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa mempedulikan dampak atau efek buruk yang dihasilkan kemudian. Efek buruk yang dihasilkan antara lain pengrusakan lingkungan hidup berupa deforestasi dan penggurunan, pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh proses penambangan yang akhirnya memaksa penduduk asli untuk menjauhi tempat yang berbahaya itu dan akhirnya memperkecil ruang lingkup hidup mereka. Ditambah lagi reaksi negatif penduduk yang berujung pada penolakan dan rasa kebencian. Manusia pada awalnya beretikat baik ketika bermaksud mengambil sumber daya dan menambangnya. Awalnya dirasa cukup namun lama kelamaan wilayah yang diambil sumber dayanya dianggap tidak mencukupi permintaan lagi. Akhirnya manusia pun melanggar kesepakatan awal yang hanya mengambil di satu wilayah saja dengan mengekspansi wilayah perburuannya lebih luas lagi bahkan melanggar batas wilayah teritori yang tidak boleh dilewati

Dari sini dilihat pada awalnya manusia menganggap bahwa lingkungan hidup dan ekonomi merupakan dua hal yang berbeda. Jika pada awalnya hanya sekedar mencukupi kebutuhan maka tidak akan berdampak buruk pada lingkungan hidup. Namun kenyataan terjadi pelanggaran etika ketika manusia mulai melakukan ekspansi dan mulai bersikap menjajah dan berkuasa terhadap wilayah tersebut. Seluruh sumber daya diambil sebisa mungkin, dampak pada lingkungan pun diabaikan dan berimbas pada penolakan oleh warga lokal atau sekitar. Walaupun tidak seekstrim pada kejadian di dunia nyata, penggambaran bagaimana kerakusan perusahaan bisa dilihat secara nyata. Seperti hal pada PT. Freeport Indonesia di tanah Papua. Walaupun mereka menutupinya dengan berbagai pemberian fasilitas modern kepada orang-orang pedalaman Papua namun tetap saja, kesejahteraan hidup penduduk sekitar areal beroperasinya mereka belum terpenuhi malahan terpinggirkan. Yang menjadi sejahtera justru bagi mereka yang bekerja di PT Freeport, yang notabene mayoritas berasal dari luar Papua. Dampak lingkungan hidup memang kurang terlihat, namun penolakan masyarakat terhadap mereka jelas nyata. Namun tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sumber pajak negara terbesar didapatkan dari industri pertambangan apalagi pertambangan emas. Walaupun terjadi penolakan oleh segilintir orang namun tetap suara mayoritas yang memegang kendali yaitu pemerintahan.

Page 4: Analisis Film

Lingkungan hidup tidak lagi eksternalitas, sumber-sumber daya alam itu tak terbatas. Mau tidak mau, perlu diakui lingkungan hidup dan komponen-komponen didalamnya tetap terbatas, sumber daya alam yang langka ditandai dengan jumlah permintaan yang besar namun tersedianya bahan sangat sedikit. Yang pada awalnya gratis menjadi langka dan karena itu tidak bisa lagi dipakai dengan gratis. Akibatnyam faktor lingkungan hidup pun termasuk urusan ekonomi, karena ekonomi adalah usaha untuk memanfatkan barang yang langka dengan cara paling efisien , sehingga bisa dinikmati oelh semua peminat.

Ketika belum berdampak lingkungan hidup secara nyata, lingkungan hidup diperlakukan secara eksternalitas, namun sekarang tidak dapat lagi diperlakukan secara demikian. Jika perusahaan menambang maka perlu memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, daerah yang sudah tereksplorasi di reforestasi kembali agar kembali ke keadaan semula. Sumber air bersih tidak boleh di eksplorasi walaupun terkandung bahan tambang didalamnya karena demi kelangsungan hidup di daerah tersebut. Sekarang lebih mudah disetujui bahwa efek atas lingkungan hidup itu tidak lagi boleh diperlakukan sebagai eksternalitas ekonomis. Bukan saja dari sudut moral, tetapi dari sudut ekonomis pun hal seperti itu tidak sehat. Namun demikan, belum disetujui sebaiknya faktor lingkungan diperhitungkan secara ekonomis.

Problema lain dari film ini terkait isu dalam etika bisnis adalah mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Manusia diceritakan hanya mempelajari kebiasaan dan tata cara hidup penduduk lokal tanpa maksud memberikan bantuan berarti kepada mereka. Tujuan mereka adalah menggali informasi terkait lokasi potensial sumber daya yang paling melimpah bukan memberikan suatu bantuan. Justru yang berinisiatif positif adalah pihak dari luar perusahaan yang dibayar perusahaan untuk mempelajari kehidupan penduduk lokal. Disini terlihat bahwa perusahaan hanya melakukan tanggung jawab diluar dari kemampuannya dan menggunakan citra dari pihak lain untuk menutupi kekurangan yang dimiliki oleh mereka. Perusahaan menggunakan status moral namun pelaku moral tidak demikian. Memang ada argumen antara status moral dan pelaku moral. Keputusan tetap berada pada individu yang memegang tampuk kepemimpinan tertinggi. Jika pada awalnya terlihat bermoral maka akan menjadi sebaliknya jika keputusannya bersifat kontroversi dan berakibat pada pengrusakan lingkungan secara makro.

Pada film ini, tanggapan masyarakat pada awalnya positif terhadap perusahaan karena perusahaan melakukan kegiatan pada teritori yang jauh dari penduduk. Namun ketika titik tersebut sudah tidak dapat digali lagi potensinya maka perusahaan pun bertindak lebih jauh. Ekspansi pun berujung pada penjajahan. Sama seperti yang terjadi di Indonesia ketika masih dijajah Belanda, rakyat Indonesia sama sekali tidak menikmati hasil kekayaan bumi milik mereka sendiri. Segala hasil bumi dipegang oleh Belanda tanpa membaginya sepersen pun penghasilannya kepada masyarakat pribumi. Justru rakyat ditindas, diperlakukan semena-mena, dijadikan pekerja paksa, tanah dikenakan pajak yang tinggi, dan wajib membayar upeti kepada pemerintah kolonial. Ini dirasakan merugikan dan puncaknya adalah perlawanan terhadap bangsa Belanda pada agresi militer Belanda ke dua pada tahun 1948. Rakyat Indonesia tidak mau dijajah lagi oleh mereka. Dan ujungnya adalah pengusiran tentara NICA pada Indonesia merdeka penuh pada tahun 1948.

Jika perusahaan ingin terus bertahan dan diterima oleh masyarakat, maka perlu bagi bagi perusahaan meluangkan sedikit waktu dan dana untuk membantu masyarakat. Wajib bagi perusahaan apalagi perusahaan besar yang berhubungan langsung dengan lingkungan hidup untuk menyejahterakan lingkungan disekitar dimana perusahaan itu berada. Mulai dari masyarakatnya dan akhirnya pada lingkungan hidupnya. Penindasan dan pengrusakaan harus dihidari karena akan berefek buruk pada kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan tidak boleh melihat dari sisi ekonomisnya saja. Karena untuk bertahan lama disuatu lokasi, faktor sosial dan lingkungan justru memiliki sisi strategis yang paling penting.

Page 5: Analisis Film