92
ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERSSkripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: DAHLIANA SYAHRI NIM. 207051000611 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.

ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

DAHLIANA SYAHRI

NIM. 207051000611

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M.

Page 2: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS“

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

DAHLIANA SYAHRI

NIM. 207051000611

Pembimbing:

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1432 H / 2011 M.

Page 3: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS
Page 4: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

EMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar starta satu (S1) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat

atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 10 Juni 2011

Dahliana Syahri

Page 5: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

i

ABSTRAK

Nama : Dahliana Syahri

NIM : 207051000611

ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS”

Film merupakan komunikasi massa yang menggunakan audio visual,

dalam pembuatan film tidak semudah yang kita bayangkan dan sesingkat saat kita

melihat di televisi atau XXI. Membutuhkan waktu yang sangat panjang dari masa

pra produksi, produksi dan paska produksi, biaya banyak, SDM yang memadai.

Para ahli tersebut terbentuk dalam satu tim kerja atau tim work semuanya

mempunyai peran masing-masing, dan saling mengisi satu sama lain.

Film freedom Writers, sebuah film drama kriminal yang diangkat

berdasarkan kisah nyata, kehidupan seorang guru bernama Erin Gruwell. Ia

terjebak dalam kehidupan anak-anak muridnya yang terlibat konflik antar ras,

mereka sama sekali tidak menghargai Erin sebagai guru bahasa Inggris, karena

dalam kehidupan mereka hanya terbersit bagaimana mempertahankan hidup dan

terhindar dari kematian. Film yang disutradarai Richard LaGravenese ini benar-

benar mampu menghanyutkan penonton dalam setiap adegannya. Alur maju

mundur dan adegan-adegan perkelahian serta dramatis mampu membawa

penonton terlarut di dalamnya.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan deskriptis analisis, serta

teori semiotika Roland Barthes. Melalui teori semiotika Roland Barthes dengan

denotasi, konotasi dan mitos, peneliti dapat memahami pesan atau simbol-simbol

yang tersurat maupun tersirat melalui dialog, pengambilan gambar dan gerak para

pemain Freedom Writers. Sehingga penyampaian pesan yang disampaikan

Richard LaGravenese selaku penulis skenario sekaligus sutradara mampu

tersampaikan secara cermat kepada penonton. Berdasarkan salah satu analisis, ada

pesan tersirat mengenai layaknya seorang guru bukan hanya sebagai pengajar tapi

hendaknya juga sebagai pendidik dan mampu menggunakan metode pengajaran

yang tepat berdasarkan latar belakang muridnya.

Page 6: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat, HidayahNya, kepada kita, serta memberikan kesehatan lahir

dan batin, segala puji kepadanya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,

yang tak pernah henti-hentinya menghujamkan Kasih Sayangnya kepada seluruh

umat di muka bumi ini.

Dan tidak lupa pula, sholawat serta salam untuk baginda kita Muhammad

SAW. Yang telah memberikan pencerahan kepada kita semua. Serta untuk

kelurga dan sahabat-sahabat beliau, semoga Allah memuliakan mereka. Amin

Adapun dalam pembuatan skripsi ini banyak sekali rintangan dan kesulitan

yang penulis telah lewati, sehingga terkadang rasa putus asa, malas, jenuh, bosan,

tawaran pekerjaan yang menggiurkan dan ketidak tahuan peneliti selalu

membayangi. Namun berkat doa, motivasi, bantuan, bimbingan dan pengarahan

dari berbagai pihak akhirnya dengan susah payah skripsi ini dapat terselesaikan.

Begitu banyak ucapan terima kasih yang ingin penulis sampaikan, penulis

sadar betul tanpa ada bantuan dari berbagai pihak, mungkin skripsi ini masih

belum selesai. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan, perkenankan penulis

untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang

terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan MA, dan Pembantu Dekan I

Page 7: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

iii

Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.Ag, Pembantu Dekan II Bapak Drs.

H.Mahmud Jalal, M.A, Pembantu Dekan III Bapak Study Rizal LK, M.A.

Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, dan Ibu Umi Musyarofah , MA selaku Sekretaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

2. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M,Hum dan Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A,

selaku Kordinator dan Sekretaris Program Non Regular Komunikasi

Penyiaran Islam , dan seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Karena telah banyak memberikan Ilmu Pengetahuan baik

pada saat penulis kuliah maupun saat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dosen pembimbing Ibu Umi Musyarrofah, MA, yang telah membimbing

dan memberiakan arahan kepada penulis dalam tahapan pembuatan skripsi

sampai selesai skripsi ini dengan baik.

4. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan referensi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Kedua orang tua penulis, Ny. Zahriah dan Bapak. Syahri. Ucapan

terimakasih yang begitu dalam untuk ibunda tercinta yang sangat penulis

sayangi, yang mana telah memberikan doa dan kasih sayang yang begitu

besar, mengasuh penulis dari kecil sampai detik ini, memberikan motivasi

dan semangat yang membuat penulis begitu optimis dalam menyelesaikan

skripsi. Beliau adalah my hero, sumber inspirasi, sumber kekuatan, bagi

Page 8: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

iv

penulis. Ibunda adalah segala-galanya buat penulis karena dari kecil

beliaulah yang mendidik dan membesarkan penulis. “ Ibu jasamu takkan

pernah terlupakan, dan ini aku persembahkan untukmu, semoga kelak aku

bisa memberikan kebahagiaan dan kebanggaan, amin. Pelukan hangat dan

ciuman kasih sayang untuk dirimu Ibunda”. Teruntuk ayahanda tercinta

Alm. Syahri, semoga Allah melapangkan kubur, dan membukakan pintu

SurgaNya untuk beliau, amin. Walaupun raganya tidak bisa hadir

menyaksikan penulis memakai toga namun penulis yakin dengan izin

Allah beliau bisa melihat dan menyaksikan penulis wisuda.

6. Adikku tercinta Arie Hidayat Syahri, dan adik-adik sepupu penulis yakni:

Suhendra, Zulrian Syah, Rozi Irawan, Fahrur Rozi, Yesi Selviana Fitri,

Ernando, Nurul Anisa Zahra, Alba Fatan, dan Fajar, yang tanpa kalian

sadari telah memberikan motivasi yang begitu besar kepada penulis,

karena kalian semua penulis ingin kuliah dan sukses. Sebagai cucu

pertama penulis ingin menjadi contoh yang baik untuk kalian semua,

semoga saja kalian bisa lebih baik dan lebih sukses dari kakak.

7. Untuk keluarga besar di Lampung yakni : tamong (nenek) yang telah andil

mengasuh dan membesarkan penulis, Minan Suryanah, Khotimah, Mat

Sobri, Herman, dan seluruh keluarga besar Sulaiman Alm, serta tak lupa

pula keluarga besar Abdurrahman Alm.

8. Sahabat-sahabat perjuangan penulis, Juliani, Nurrina Desiani, sahabat

yang senantiasa menjalani suka dan duka bersama. Serta buat kelurga

besar pak Yanto dan pak Karel, yang sudah penulis anggap sebagai

Page 9: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

v

keluarga sendiri. Serta buat Amin Rois, sahabat sekalian rekan penulis

dalam menuntuk ilmu dan pengalaman, sukses buat kalian semua.

9. Sahabat-sahabat IKJ, Denadon Caniago yang telah membantu dan

memotivasi penulis dalam menyelesaian skripsi ini, serta mengajari

penulis dalam dunia perfilman. Fhilip Tobing (om Boy) yang telah

meminjamkan buku dan mengajari memberikan pelajaran dan pengalaman

bagi penulis. Serta buat keluarga besar Teater Café (TIM).

10. Sahabat-sahabat PMII Cabang Ciputat khususnya KOMFAKDA, mas

Didi, Firman, Sofian, Abel, Samlawi dan untuk semuanya, yang telah

mengajarkan penulis dalam berorganisasi, Berani memimpin dan siap

dipimpin.

11. Sahabat-sahabat Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2007 Non

Regular. Zaarasy , Nila, Rizka, Lulu, Icha, Indah, Neneng, Cahaya,

Mutiara, mba Puji, Farida, Ayni, Ajriny, Aldy, Nanto, Ongko, Ferdom,

Aan, Pa haji Sulaiman, Bima, Doni, Zeptri, Rio, Syarif, Samlawi dan

Teman-teman KKN 2010 Kelompok 88 Pameungpek Garut. Yang telah

memberikan nuansa persahabatan, kekeluargaan, dan pengalaman selama

lebih dari tiga tahun menuntut Ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sukses buat sahabat-sahabatku, semangat terus demi meraih masa depan

sukses buat kita semua.

12. Buat adek-adek kelas Non Regular angkatan 2008 terima kasih banyak

buat doanya dan dukungannya.

Page 10: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

vi

13. Semua pihak yang telah memberi bantuan baik moril maupun materil

kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.

Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah SWT

akan membalas semua kebaikan para pendidik, keluarga dan sahabat-sahabatku

tercinta Amin ya Rabbal Alamin.

Ciputat, 10 Juni 2011

Dahliana Syahri

Page 11: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 6

D. Metodologi Penelitian ............................................................................ 6

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 10

F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 11

Page 12: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

viii

BAB II LANDASAN TEORI

A. Analisis ................................................................................................... 12

B. Pengertian Semiotik ............................................................................... 12

C. Teori Semiotik Roland Bartes ............................................................... 16

D. Definisi Film .......................................................................................... 22

E Sejarah Perkembangan Film Dunia ......................................................... 24

F. Sejarah Perkembangan Film Indonesia .................................................. 25

G. Jenis-Jenis Film ...................................................................................... 27

H. Teknik Pengambilan Gambar ................................................................. 29

BAB III GAMBARAN UMUM FILM “FREEDOM WRITERS”

A. Gambaran Umum ................................................................................... 33

B. Profile Sutradara Film Freedom Writers ................................................ 33

C. Profile Pemain ........................................................................................ 36

1. Pemeran Utama Hilary Swank ................................................. 36

2. Pemeran Pembantu Utama Lee Hernandez ............................... 39

3. Jason Finn ................................................................................. 40

Page 13: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

ix

4. Patrick Galen Dempsey ............................................................. 41

5. Imelda Mary Philomena Bernadette Staunton .......................... 43

6. Scott Glenn ............................................................................... 44

D. Sinopsis Film Freedom Writers .............................................................. 46

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA LAPANGAN

A Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos .................................................... 49

1. Sikap Optimism dan Pantang Menyerah ............................................. 50

2. Kekerasan Antar Ras .......................................................................... 54

3. Toleransi Antar Ras ........................................................................... 57

4. Semangat Belajar ................................................................................ 61

5. Sikap Jujur .......................................................................................... 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 70

B. Saran .................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 77

Page 14: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

x

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1: Peta Tanda Rolan Barthes ....................................................... 19

2. Tabel 2: Peta Tanda Rolan Barthes ....................................................... 20

3. Tabel 3: Sikap optimism dan pantang menyerah .................................. 51

4. Tabel 4: kekerasan antar ras .................................................................. 55

5. Tabel 5: Toleransi antar ras ................................................................... 59

6. Tabel 6: Semangat belajar ..................................................................... 62

7. Tabel 7: Sikap jujur ............................................................................... 67

Page 15: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi

dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV.1 Film

merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual dan sifatnya

sangat rumit. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi

yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat

menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai

penyebarluasan nilai-nilai budaya baru.2 Film bisa disebut sebagai sinema atau

gambar hidup yang mana diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari

hiburan, juga produksi industri atau barang bisnis. Film sebagai karya seni lahir

dari proses kreativitas yang menuntut kebebasan berkreativitas.3

Dalam pembuatan film tidak mudah dan tidak sesingkat yang kita tonton,

membutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang diperlukan proses pemikiran

dan proses teknik. Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan, dan cerita

yang akan digarap, sedangkan proses teknik berupa keterampilan artistik untuk

mewujudkan ide, gagasan menjadi sebuah film yang siap ditonton. Pencarian ide

atau gagasan ini dapat berasal dari mana saja, seperti novel, cerpen, puisi,

1. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008)

hal. 136.

2 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, ( Jakarta: Panitia hari

Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal.26.

3Ibid, hal. 40

Page 16: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

2

dongeng, bahkan dari buku catatan ataupun diary. Salah satu film yang diangkat

dari buku catatan adalah The Freedom Writers. Film ini didasarkan kepada buku

The Freedom Writers Diary yang disusun oleh seorang guru bernama Erin

Gruwell. Film ini adalah kisah nyata yang dialami oleh sejumlah remaja

California yang hidup dalam ancaman kerusuhan rasial setelah terjadinya

kerusuhan di Los Angeles 1992

Film ini menceritakan perjuangan seorang guru bahasa Inggris bernama Erin

Gruwell, yang terjebak masalah sentimental ras murid-muridnya. Di ruang 203

tempat ia mengajar terdapat beragam gang ras yang selalu mengelompok, ras

Kamboja, ras Hispanic, kulit hitam dan seorang kulit putih di mana mereka saling

berselisih paham dan tidak sedikitpun tertarik dengan pelajaran. Keadaan ini

membuat ia semakin prihatin, Gruwell mencari cara metode pembelajaran apa

yang akan diterapkan. Pada suatu hari, ia menceritakan tentang Holocaust tragedi

pemusnahan ras Yahudi pada saat Hitler berkuasa, dan ia terkejut murid-muridnya

belum pernah mendengar Holocaust.

Gruwell kemudian membelikan mereka buku The Diary of a Young Girl

karangan Anne Frank, yang mengisahkan tentang korban Holocaust, Zlatá’s

Diary: A Child’s Life in Sarajevo untuk dijadikan bahan bacaan, ternyata metode

ini membuat murid-muridnya semakin tertarik akan bidang akademisi. Untuk

membeli lebih banyak buku Gruwell bekerja paruh waktu, karena pihak sekolah

tidak mau meminjamkan buku-buku yang terdapat di perpustakaan. Namun hal itu

menjadi masalah dalam kehidupannya, ia diceraikan sang suami karena suaminya

Page 17: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

3

keberatan semenjak ia mengajar ia tidak punya waktu untuk sang suami dan

suaminyapun tidak bisa mengerti akan situasinya saat itu.4

Semula ayahnyapun tidak mendukung, namun karena kesungguhan dan

keseriusan ayahnya bersedia membantu dan mendukungnya. Mereka melakukan

perjalanan mengunjungi Museum of Tolerance di Los Angeles untuk memberi

gambaran tentang bagaimana peristiwa rasial yang paling mengerikan pernah

terjadi, yakni peristiwa Holocaust. Dia juga memberikan setiap siswa jurnal agar

mereka memiliki tempat untuk menuangkan perasaan mereka, ketakutan mereka,

dan pengalaman mereka. Serta mendatangkan beberapa korban Holocaust untuk

menceritakan pengalaman mereka kepada murid-murinya.

Pada akhirnya para siswa ingin mendatangkan Miep Gries, wanita yang

menyembunyikan keluarga Anne Frank dari Eropa kesekolah mereka, untuk

mewujudkan itu, mereka mengadakan penggalangan dana, pada akhirnya mereka

berhasil mengundang wanitia tua itu datang dan bercerita dihadapan mereka. Pada

akhir smester Gruwell menugaskan mereka untuk mengetik jurnal harian yang

masing-masing mereka buat, terkumpul menjadi satu dan diberi judul Freedom

Writers Diary.

4 “sinopsis-the-freedom-writers-diary “Artikel, diakses Senin, 17 Januari 2011 pukul

15.00 WIB dari http://orthevie.wordpress.com/2010/02/14/.

Page 18: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

4

Mungkin ini merupakan puncak kesuksesan mereka. Siswa-siswi melakukan

perjalanan ke New York untuk menerima penghargaan. Pada tahun 1999, Siswa-

siswi ini juga pergi ke Eropa bersama-sama dimana mereka mengunjungi Anne

Frank House dan berbagai kamp konsentrasi. Ini bukanlah suatu mukjizat bahwa

semua 150 dari The Freedom Writers lulus dari SMA dan melanjutkan ke

perguruan tinggi. Suatu hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin, ini semua

berkat ketekunan dan tekad Gruwell’s.5

Film ini dikemas begitu menarik, alur cerita yang maju, mundur, serta

pengisahan konflik-konflik membuat andrenalin para penonton semakin

dipermainkan, membuat film ini semakin bagus dan berkualitas. Catatan-catatan

yang mereka buat selama sekolah itulah yang dijadikan buku catatan atau diary,

dan dari buku tersebut kemudian diadaptasi menjadi skenario film oleh Richard

LaGravenese yang ia sendiri yang melakoni sebagai sutradaranya. Namun sebuah

film yang bagus dan berkualitas bukan hanya dilihat dari alur ceritanya saja tetapi

harus mempunyai pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton. Melalui

tanda-tanda, simbol, dan ikon yang terdapat di dalamnya. Film ini layak untuk

ditonton, selain karena sinematografisnya bagus, penonton akan mendapat

pelajaran berharga dari film tersebut.

Kadang kala, pesan moral pada sebuah film kurang diperhatikan oleh

penonton. Banyak di antara mereka hanya menikmati alur cerita dan visualisasi

5 Ibid.

Page 19: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

5

film tersebut. Jika diperhatikan secara seksama dalam suatu film dapat menjadi

inspirator bagi penontonnya. Mereka dapat mengambil hikmah, serta pelajaran

berharga dari film tersebut, yang dapat di realisasikan dalam kehidupan nyata.

Dalam film Freedom Writers banyak pesan moral yang ingin disampaikan kepada

penonton. Dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai makna simbolis mengenai pesan moral yang

ingin disampaikan pada film Freedom Writers.

Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka penulis ingin melakukan

penelitian sekaligus dijadikan sebagai judul skipsi yaitu: ANALISIS SEMIOTIK

FILM “FREEDOM WRITERS“

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penulis sengaja membatasi pengambilan adegan-adegan dalam film Freedom

Writers yang memiliki pesan moral dan simbol untuk mewakili bagaimana

seorang pengajar mengatasi carut-marut yang terjadi dalam sebuah sekolah,

Seperti Sikap optimisme dan pantang menyerah. Ditunjukan oleh Gruwell dalam

mengajar murid-muridnya. Semangat belajar, konflik antar geng atau kekerasaan

antar gang, sikap toleransi antar ras, semangat belajar dan sikap jujur dalam

memperjuangkan keadilan.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana makna denotasi dalam film Freedom Writers?

2. Bagaimana makna konotasi dalam film Freedom Writers?

Page 20: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

6

3. Bagaimana makna mitos dalam film Freedom Writers

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara spesifik penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat

dalam film Freedom Writers. Serta mengetahui pesan yang terdapat dalam film

Freedom Writers.

a. Kegunaan Akademisi

Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya khasanah ilmu

komunikasi massa melalui film untuk Fakultas Ilmu Komunikasi khusunya

Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam.

b. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan konstribusi positif bagi

para tim produksi, sutradara, dan akademisi yang mengambil bidang

komunikasi khususnya yang berminat di dunia perfilman.

D. Metodelogi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang

memberikan gambaran secara objektif, dengan menggambarkan pesan-pesan

secara simbolis dalam film Freedom Writers.

Page 21: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

7

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif

yang kemudian menggunakan model Roland Barthes, yang berfokus pada

gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Yang

mana signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifer

(penanda) dan signinified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas

eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata

dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk

menunjukan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang

berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah

bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang

realitas atau gejala alam.6

2. Objek Penelitian dan Unit analisis

Adapun objek penelitian ini ialah film Freedom Writers. Sedangkan

unit analisnya adalah potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film

Freedom Writers yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

3. Sumber Data

Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Data primer yakni data yang diperoleh dari rekaman vidio film

6 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal.127-128.

Page 22: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

8

Freedom Writers yang berupa DVD, kemudian dipilih gambar dari

adegan-adegan yang berkaitan dengan penelitian.

b. Data sekunder yakni data yang diperoleh dari literatur yang

mendukung data primer, seperti kamus, internet, artikel, koran, buku-

buku yang berhubungan dengan penelitian, catatan kuliah dan

sebagainya.

4. Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang dipakai ada dua yaitu:

a. Observasi adalah sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa

mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang

dilakukan objek tersebut7. Secara langsung peneliti menonton dan

mengamati dialog- dialog peradegan dalam film Freedom writers.

Kemudian mencatat, memilih serta menganalisis sesuai dengan model

penelitian yang digunakan.

b. Studi komunikasi atau dokument research, yakni penulis

mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai

literatur yang sesuai dengan materi penelitian untuk dijadikan bahan

argumentasi, seperti DVD film Freedom Writers, arsip, majalah,

surat kabar, buku, catatan perkulihan, internet dan lain sebaginya.

7 Irawan, Soehartono, Metode Penelitian Sosil, Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahtraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),hal.106.

Page 23: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

9

5. Waktu

Penelitian ini dilakukan dari Desember 2010 sampai Juni 2011. Peneliti

sengaja menggunakan pisau analisis semiotika, karena film merupakan objek yang

penuh dengan tanda-tanda atau simbol, baik dari segi gambar, suara, atau dialog

yang disampaikan. Sehingga penelitian ini lebih tepat menggunakan analisis

semiotika.

6. Teknik analisis Data

Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian diklarifikasikan

sesuai pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Kemudian, dilakukan

analisi data dengan menggunakan teknik analisis semiotik Roland Barthes. Yang

mana Roland mengembangkan semiotik menjadi dua, yakni denotasi dan konotasi

yang menghasilkan makna secara objektif untuk memahami makna tersirat dalam

film freedom writer yang menjadi objek dalam penelitian ini.

7. Teknik penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulisan berpedoman pada buku “

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang ditulis oleh:

Hamid Nasuhi, dkk. Yang ditrbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2007.

Page 24: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

10

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang menginspirasi peneliti dari skripsi-skripsi terdahulu

di antaranya:

1. “Analisis semiotik film A Mighty Heart“, oleh Risky Akmalsyah, tahun

2010, jururan Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. “Analisis Semiotik Pesan Dakwah Dalam Poster Narkotika Badan

Narkotika Nasional (BBN)“, oleh Afaf Sholihin, 2010, Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. “Analisis Semiotik Foto Daily Life Stories Pada World Press Photo

2009“, oleh Aida Islamie, 2010, Konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ketiga skripsi di atas memiliki objek berbeda. kedua skripsi diposisi atas

menggunakan objek film, dan yang ketiga menggunakan objek poster, serta

terakhir menggunakan objek foto. Masing-masing menggunakan teknik analisis

Roland Barthes.

Walau dalam penelitian ini penulis merujuk pada skripsi di atas, namun

tetap ada perbedaan. Dari objek penelitian saja sudah berbeda walaupun sama-

sama meneliti film, gambar dan poster serta menggunakan teori Roland Barthes

tapi gambar-gambar yang dianalisis berbeda-beda.

Film ini sengaja dipilih penulis untuk diteliti karena menurut penulis

banyak pesan moral yang terdapat dalam film ini. Salah satunya membiasakan diri

Page 25: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

11

untuk menulis hal apapun yang dialami setiap hari, karena itu bisa dijadikan hasil

karya yang menarik, contohnya novel, cerpen, bahkan film. Seperti halnya film

Freedom Writers yang diangkat dari kisah nyata, tepatnya dari dokumen catatan-

catatan jurnal harian yang diberi judul, Freedom Writers Diary. Harapan penulis

semoga penelitian ini bisa menambah referensi penelitian film, Khususnya film

Internasional.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian yang akan dibahas dalam skripsi ini terdiri dari lima Bab dan

masing-masing bab terdiri dari Sub Bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN: dalam bab ini membahas latar belakang masalah,

rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI: dalam bab ini ini membahas definisi film, sejarah

perkembangan film dunia, sejarah perkembangan film Indonesia, jenis-jenis film,

teknik pengambilan gambar, pengertian semiotika dan teori semiotika Rolan

Barthes.

BAB III GAMBARAN UMUM FILM “FREEDOM WRITERS”: pada bab ini

profile sutradara, para pemain, sinopsis film Freedom writers.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN: pada bab ini

Membahas makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film Freedom Writers.

BAB V PENUTUP: penulis mengakhiri skripsi ini dengan kesimpulan dan Saran.

Page 26: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Analisis

Definisi analisis menurut kamus besar bahasa Indonesia “Analisis adalah

penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagaian itu

sendiri serta hubungan anatar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan

pemahaman arti keseluruhan“. Sedangkan merurut rektor UIN Jakarta

Komaruddin Hidayat analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu

keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen,

hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan

yang terpadu“1. Sedangkan menurut penulis analis adalah mengurai secara

mendalam dan menyeluruh tentang suatu objek.

B. Pengertian Semiotika

Secara etimologis istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion yang

berarti “tanda“. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar

konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu

yang lain. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau

aklepiadik denagn perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial.

Sedangkan secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan

1 Artikel, diakses minggu, 24 Juli 2011 pukul 11.15 WIB dari

http://dspace.widyatama.ac.id/jspui/bitstream/10364/515/4/bab2.pdf

Page 27: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

13

sebagai tanda2. Pengertian paling sederhanamengenai semiotika dapat diuraikan

sebagai studi mengenai tanda dan bagimana tanda-tanda itu bekerja.3

Sedangakan ahli sastra Teew (1984:6) mendefinisikan semiotik adalah tanda

sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model

sastra yang mempertanggung jawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk

pemahaman gejala sastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat

manapun. Semiotik merupakan cabang ilmu yang relatif masih baru. Penggunaan

tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih

sistematis pada abad kedua puluh.4

Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure

melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant

yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada

hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara „yang ditandai‟ (signified)

dan „yang menandai‟ (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda

(signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda

adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. “Penanda dan

petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas,” kata Saussure.5

2 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal.95.

3 Andry Masri, Stategi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hal. 166.

4 Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Semiotik.pdf

5 Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika

Page 28: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

14

Berbeda dengan Saussure, Charles Sanders Peirce, seorang filsuf

berkebangsaan Amerika, mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian

semiotik. Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for

something in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa

berfungsi disebut ground. Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu:

sintaksis semiotik, semantik semiotik, dan pragmatik semiotik. Sintaksis semiotik

mempelajari hubungan antar tanda, Semantik semiotik mempelajari hubungan

antara tanda, objek, dan interpretretasi, sedangkan Pragmatik semiotik

mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda.

Semiotik itu sendiri mengkaji tentang makna-makna atau simbol-simbol, baik

yang berupa bahasa (linguistik) dan tanda fisik. Istilah makna dan simbol itu

sendiri memiliki makna yang spesifik, seperti yang dikemukan oleh Raymond

Firth (1973), tanda merupakan bagian dari bahasa tersendiri yang, “...sangat

penting bagi pengoprasian yang efisien sehingga pembuat (fabrikator) dan

penafsir menggunakan kode yang sama.“6 Sedangkan bahasa menurut Ferdinand

de Saussure, menyatakan bahasa sebagai sistem tanda yang mengekspresikan

gagasan-gagasan: Language is a system of signs that express ideas, and is

therefore comparable to a system of writing, the alphabet of deaf – mutes,

symbolic rites, polite formulas, military signals, etc. but is the most important of

6 Susann Vihma & Seppo Vakena, Semiotika Visual dan Semantika Produk, (Yogyakarta:

Jalasutra: 2009), hal.14.

Page 29: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

15

all these systems.7 Artinya bahasa adalah sistem tanda yang mengekpresikan ide-

ide yang sebanding dengan penulisan, seperti bahasa orang-orang bisu, tuli, ritus

simbolik kode-kode militir dan lain-lain, tetapi yang paling penting dari semua

sistem adalah bahasa.

Pusat perhatian semiotika dalam kajian komunikasi itu sendiri menggali apa

yang tersembunyi dibalik bahasa, karena bahasa beroprasi sebagai simbol yang

mengartikan atau merepresentasikan makna yang ingin dikomunikasikan oleh

pelakunya, atau dalam istilah yang dipakai Stuart Hall untuk menyatakan hal ini,

…”fungsi bahasa adalah sebagai tanda. Tanda mengartikan atau

merepresentasikan (menggambarkan) konsep-konsep, gagasan atau perasaan

sedemikian rupa yang memungkinkan seseorang „membaca‟, men-decode atau

menginterpretasikan maknanya.” Kalau dalam film yakni bagaimana sang

Sutradara menyampaikan maksud atau pesan yang akan disampaikan pada

penonton, melalui gambar atau bahasa ilmiahnya melalui media audio visual,

sehingga khalayak mengerti maksud dari film yang ditontonnya tersebut.

Kemudian dalam pengertian umum, baik dalam sebuah karya seni atau dalam

hubungan sehari-hari yang paling biasa, sebuah lambang adalah sesuatu yang

mewakili sesuatu yang lain dan yang mengkomunikasikan “sesuatu yang lain“ itu

dengan jalan merangsang, mencetuskan atau menghidupkan ide-ide yang

berpadanan dalam fikiran orang yang menerima lambang tersebut.

7Artikel, di akses Senin, 21 Februari 2011 pukul 11.45 WIB dari

http://abunavis.wordpress.com/2007/12/31/mitos-dan-bahasa-media-mengenal-semiotika-roland-

barthes/

Page 30: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

16

Macam-macam Semiotik Sampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat

sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004).

Jenis -jenis semiotik ini antara lain:

1. Semiotik analitik adalah merupakan semiotik yang menganalisis sistem

tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan

menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan

sebagai lambangsedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam

lambang yang mengacu pada obyek tertentu.

2. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda

yang dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu

tetap seperti yang disaksikan sekarang.

3. Semiotik faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memper

hatikan sistem tanda yangdihasilkan oleh hewan.

4. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang ada dalam kebudayaan masyarakat.

5. Semiotik naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam

narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).

6. Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh alam.

7. Semiotik normatif merupakan semiotik yang khusus membahas sistem

tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.

Page 31: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

17

8. Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata

maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat.

9. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.8

C. Teori Semiotik Roland Barthes

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada

cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan

makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja

menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland

Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks

dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi

dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.

Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi

(makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari

pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan

Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang

diusung Saussure.

8 Artikel, di akses Rabu 7 Januari 2011 pukul 13.30 WIB dari

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Semiotik.pdf

Page 32: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

18

Teori Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya Barthes

mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi

dan konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa latin connotare, „„ menjadi

makna“ dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang terpisah atau bebeda

dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-

simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. Roland Barthes,

semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya Mythologies (1972)

memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang

Prancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya,

tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa-yang terjadi-tanpa-

mengatakan“ dan menunjukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis

idiologinya.

Sedangkan denotasi, di pihak lain, menunjukan arti literatur atau yang

eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh Boneka Barbie

menunjukan boneka mainan, yang dipasarkan pertama kali pada tahun 1959,

dengan tinggi 11,5 inci, dengan ukuran dada 5,25 inci, tinggi pinggang 3 inci dan

pinggul 4,25 inci. Sementara konotasi dari barbie, secara kontras penuh

kontroversi. 9 Karna menurut sebagian orang bahwa boneka Barbie tersebut

adalah lambang atau simbol dari emansipasi wanita. Di bawah ini bisa kita lihat

ada gambar mengenai teori Roland Barthes.

9 Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, (Yogyakarta: Penerbitan Universitas

Atma Jaya Yogyakarta, 1999), hal.15.

Page 33: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

19

Gambar 1. Peta Tanda Roland Barthes

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai

suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan,

jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi

penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.

Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang

menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi

keramat karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi keramat

ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol

pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi

sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua.

Page 34: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

20

Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah

Mitos.10

Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang

tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat

asli tanda, membutuhkan keaktivan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara

lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-

dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke-dua

ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya

secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.

Gambar 2. Peta Tanda Roland Barthes

1. Signifier

(penanda)

2. signified

(petanda)

3. denotative sign (tanda denotatif)

4. CONNOTATIVE SIGNIFER

(PENANDA KONOTATIF)

5. CONNOTATIVE SIGNIFED

(PETANDA KONOTATIF)

1. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

10

“Teori semiotik“ diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/teori-semiotik.html

Page 35: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

21

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas

penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif

adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif

tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian

tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya, ada perbedaan

antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan

konotasi yang dipahami oleh Barthes.

Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan

sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua.

Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna.

Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini,

Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah

konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu

yang bersifat alamiah (Budiman, 1999:22). Dalam kerangka Barthes, konotasi

identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai „mitos‟ dan berfungsi

untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan

yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga

dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik,

mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau

dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di

dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.11

Page 36: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

22

D. Definisi Film

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah-satu media

komunikasi massa audio visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang

direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil penemuan

teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi,

proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat

dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan

sistem lainnya. Film berupa media sejenis plastik yang dilapisi emulsi dan sangat

peka terhadap cahaya yang telah diproses sehingga menimbulkan atau

menghasilkan gambar ( bergerak ) pada layar yang dibuat dengan tujuan tertentu

untuk ditonton.12

Proses pembuatan film sendiri membutuhkan waktu yang sangat panjang

yakni masa pra produksi, produksi sampai paska produksi. Pada masa pra

produksi yang dilakukan biasanya Hunting lokasi, pengambilan shot-shot lokasi

yang akan dipakai, break down scenario, Reading, serta menyiapkan equipment

yang akan dipakai saat shoting. Kemudian pada saat produksi waktunya untuk

eksekusi, yakni merealisasikan jadwal yang sudah dibuat oleh menejer produksi

agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan literature yang sudah disepakati,

sebab kalau shoting tidak sesuai jadwal maka resikonya berkaitan dengan dana.

11

Artikel, di akses Rabu 7 Januari 2011 pukul 13.30 WIB dari

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Semiotik.pdf

12Artikel, diakses Rabu, 15 Desember 2010 pukul 23.00 WIB dari

http://www.scribd.com/doc/32637180/Definisi-Film

Page 37: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

23

Sedangkan paska produksi biasanya insan perfilman menyebutnya post, berkaitan

dengan proses editing yang dilakukan oleh editor. Barulah kemudian film tersebut

bisa dipasarkan, mau ketelevisikah atau bioskop-bioskop atau yang sekarang lebih

dikenal dengan 21/ XXI.

Dalam membuat film setidaknya melibatkan tujuh departement di bawah ini

yang masing-masing mempunyai andil dan peran tersendiri, namun perlu dicatat

bahwa dalam pembuatan film merupakan kerja kolektif, saling melengkapi satu

sama lainnya. Tujuh departemen itu ialah:

1. Departemen Produksi

2. Penyutradaraan

3. Penulis skenario

4. Penata Kamera ( Director of Photography/ DOP)

5. Penata Artistik ( Art Director)

6. Penata suara ( Sound designer)

7. Penyunting gambar (Editor)13

Fungsi dari film itu sendiri sebagai media hiburan, namun bukan hanya media

hiburan saja tetapi dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif bahkan

13

Prima, Rusdi, Bikin Film Kata 40 Pekerja Film, ( Jakarta: PT. Penerbit Majalah BoBo,

2007 ) hal.vi-vii.

Page 38: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

24

persuasif. Ini sesuai dengan misi perfilman nasional, bahwa selain sebagai media

hiburan tetapi bisa dijadikan sebagai media pembelajaran dan sarana informasi.

Film mempunyai karakteristik tersendiri yakni menggunakan layar lebar,

pengambilan gambar karena menggunakan layar lebar maka memungkinkan

pengambilan gambar jarak jauh atau long shot bahkan extrem long shot,

konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi yang mana saat kita menonton

pikiran dan perasaan kita larut dalam alur cerita yang disuguhkan.14

E. Sejarah Perkembangan Film Dunia

Dilihat dari sejarah, penemuan film sebenarnya berlangsung cukup panjang.

Ini disebabkan karena film melibatkan masalah-masalah teknis yang cukup rumit,

seperti masalah optik, lensa, kimia, proyektor, kamera, roll film bahkan sampai

pada masalah psikologi. Usaha untuk mempelajari bagaimana gambar dipantulkan

lewat cahaya, konon telah dilakukan sekitar 600 tahun sebelum masehi.

Perkembangan film baru keliatan setelah abad ke-18 melalui percobaan kombinasi

cahaya lampu dengan kaca lensa padat, tetapi belum berupa gambar hidup yang

bisa bergerak. Setelah Louis Dagurre bekerjasama dengan Joseph Niepce maka

perkembangan kearah seni fotografi terus dilanjutkan. Setelah Niepce meninggal

dunia, kemudian dilanjutkan oleh Dagurre dan George Easman dalam bentuk

celluloid. Uji coba untuk menggerakan gambar berhasil dilakukan dengan

memakai selinder yang nantinya berkembang menjadi proyektor.

14 Elvinaro, Ardianto, Dkk, Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media,

2007, h. 145-147.

Page 39: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

25

Joseph Plateau adalah seorang ilmuan yang telah banyak memberikan

perhatian untuk mempelajari rahasia gambar hidup dengan seksama, terutama

dalam hal kecepatan, waktu dan pewarna. Penyempurnaan baru dicapai lewat

kamera oleh asisten ahli listrik terkenal Thomas Alva Edison yang bernam

William Dickson pada tahun 1895. Setelah itu barulah orang Amerika berhasil

membuat film bisu yang berdurasi 25 menit, diantaranya film A Trip to the Moon

(1902), Life of an America Fireman (1903) dan The Great Train Robbery (1903).

Kemudian perusahaan film Warner Brothers dengan bekerjasama dengan Amerika

telephon dan telegraf berusaha mempelajari bagaimana cara memindahkan suara

yang ada dalam telepon ke dalam film. Usaha ini berhasil pada tahun 1928

melalui film The Jazz Singer. Masa keemasan film berlangsung cukup lama,

barulah televisi muncul sebagai media hiburan.15

F. Sejarah Perkembangan Film Indonesia

Hari film Nasional yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia adalah

tanggal 30 Maret 1950, sebagaimana yang telah menjadi aspirasi masyarakat

perfilman dan telah menjadi Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25

Tahun 1999, semasa pemerintah BJ Habibie yang berbunyi: butir a. Bahwa

tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari bersejarah bagi perfilman Indonesia

15 Hafied Cangara, M.Sc, Pengantar Ilmu Komunikasi, (PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta:2008) hal.137-138.

Page 40: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

26

karena pada tanggal tersebut pertama kalinya film cerita dibuat oleh orang dan

perusahaan Indonesia.16

Dalam beberapa buku dan artikel ada yang menyatakan di Indonesia, sejarah

„gambar idoep‟ muncul tahun 1900, dilihat dari sejumlah iklan di surat kabar

masa itu. De Nederlandshe Bioscope Maatschappij memasang iklan di surat

kabar Bintang Betawi mengabarkan dalam beberapa hari lagi akan diadakan

pertunjukan gambar idoep . Di surat kabar terbitan yang sama pada Selasa 4

Desember 1900 itu, ada iklan berbunyi ”… besok Rebo 5 Desember Pertunjukan

Besar yang Pertama di dalam satu rumah di Tanah Abang Kebondjae moelain

pukul 7 malam …”

Tahun 1926 merupakan tonggak bersejarah bagi perfilman Indonesia.

Dengan dibuatnya film cerita pertama dongeng Sunda Loetoeng Kasaroeng,

kemudian (1927) Java Film menggarap film kedua Eulis Atjih. Sebuah drama

rumah tangga modern, bukan lagi cerita dongeng,17

kemudian Gadis Desa (1949),

film berjudul Harta Karoen (1949) dan film yang berjudul Tjitra (1949). Namun

semua film tersebut tidak diakuialasanya, film-film tersebut bukan oleh orang dan

perusahaan pribumi melainkan oleh perusahaan asing meskipun sutradaranya

orang Indonesia.

16

Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, ( Jakarta: Panitia hari

Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal.5-7.

17 Artikel, di akses Senin, 21 Februari 2011 pukul 11.40 WIB dari, Sejarah Film 1900-

1950: Bikin Film di Jawa, http://indonesiabuku.com/?p=2537

Page 41: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

27

Sejarah mencatat bawasannya film Indonesia yang dibuat oleh orang

pribumi dan perusahaan Indonesia adalah film yang berjudul The Long March

atau Darah dan Doa, diproduksi oleh perusahaan bernama PERFINI (Perusahaan

Film Nasional Indonesia) yang merupakan perusahaan film nasional pertama,

dengan produser Djamaluddin Malik dan Sutradara Usmar Ismail. Sedangkan

tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar atau syuting

film Darah dan Doa. Usmar Ismail adalah tokoh yang paling bersemangat untuk

mewujudkan adanya film nasional.18

Untuk itu ia dinobatkan sebagai bapak

perfilman Indonesia.

G. Jenis-Jenis Film

1. Film cerita (Story film)

Film cerita jelas film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim

dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar.

Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan diperuntukan semua

publik di mana saja. Film cerita terbagi menjadi dua bagian yakni film panjang

dan film pendek, tidak ada perbedaan yang signifikan hanya durasi, buget, dan

tingkat kesulitan dalam penyampaian pesan kepada khalayak dikarnakan dalam

waktu sesingkat itu sutradara harus bisa memberikan pemahaman arti akan film

yang dibuatnya kepada publik.

18

Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, ( Jakarta: Panitia hari

Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal 7-9.

Page 42: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

28

2. Film Berita (newsreel)

Film berita atau newsreel adalah film mengeanai fakta, peristiwa yang

benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada

publik harus mengandung nilai berita (newsvalue).

3. Film Dokumenter (Dokumentary Film)

Menurut Grierson definisi film dokumnter adalah “ karya ciptaan

mengenai kenyataan (creative treatment of actuality“). Berbeda dengan film

berita yang merupakan rekaman-rekaman kenyataan, maka film dokumenter

menurut Flaherty merupakan interpretasi yang puitis yang bersifat pribadi

dari kenyataan-kenyataan.

4. Film Kartun (Cartoon Film)

Film kartun atau biasa kita sebut sebagai film anak-anak ini, seperti

yang kebanyakan kita lihat di layar televisi banyak film-film kartun yang

dibuat oleh Production Hause (PH) Walt Disney dari Amerika, yang diantara

karyanya Mickey Mause ,Donal Duck dan Snow White. Gagasan awal

pembuatan film kartun ini bermula dari para seniman pelukis. Ditemukannya

cinematopografy telah menimbulkan gagasan untuk menghidupkan gambar-

gambar yang mereka lukis.19

19

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra

aditya Bakti, 1993), hal.210-216.

Page 43: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

29

H. Teknik Pengambilan Gambar

Ada lima hal yang perlu diperlukan dalam pengambilan gambar untuk

jurnalistik Televisi, yaitu:

2. Camera angle (sudut pengambilan gambar), yakni posisi kamera pada

saat pengambilan gambar. Masing-masing angle punya makna

tertentu. Camera angle Dalam sudut pengengambilan gambar ada

lima bagian:

a. Bird eye view teknik pengambilan gambar yang dilakukan

kameramen dengan posisi kamera di atas ketinggian objek yang

direkam. Tujuan sudut pengmbilan gambar ini untuk

memperliahtkan objek-objek yang lemah dan tak berdaya.

b. High angle pengambilan gambar dari atas objek. Kesan yang

ditampilkan dari pengambilan gambar ini kesan lemah, tak

berdaya, kesendirian, dan kesan lain yang mengandung konotasi

dilemahkan atau dikerdilkan.

c. Low angle mengambarkan seseorang yang berwibawa atau

berpengaruh, memberikan kesan berkuasa.

d. Eye level teknik pengambilan gambar yang sejajar dengan objek,

tidak ada kesan dramastis tertentu, yang ada memperlihatkan

pandangan mata seseorang yang berdiri.

Page 44: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

30

e. Frog eye teknik pengambilan gambar yang dilakukan kameramen

dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan

objek dengan ketinggian yang lebihrendah dari dasar (alas)

kedudukan objek.

3. Frame size (ukuran gambar),20

yakni ukuran shot untuk

memperlihatkan situasi objek bersangkutan. Frame size yang

menjadi kekuatan gambar baik dalam film maupun acara audio visual

lainnya. Ada dua belas bagian dalam freme size yaitu:

a. ECU ( extreme clouse-up) pengambilan gambar menunjukan

detail suatu objek seperti hidung, mata, telinga, bibir pemain.

b. BCU (big clouse-up) Menonjolkan objek untuk menimbulkan

ekpresi tertentu, seperti pengambilan gambar dari batas kepal

hingga bahu objek.

c. CU (clouse-up) memberi gambaran objek secara jelas, seperti dari

batas kepala sampai leher bagian bawah.

d. MCU (medium clouse-up) menegaskan profile seseorang dari

batas kepala hingga dada atas.

e. MS (mid shot) memperlihatkan seseorang dengan sososknya

yakni pengambilan gambar dari atas kepala sampai pinggang.

20

“Teknik Pengambilan Gambar” diakses pada tanggal kamis 9 Juni 2011 pukul 10 30

WIB dari http://www.thinktep.wordpress.com

Page 45: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

31

f. KS (knee shot) memperlihatkan sososk objek yakni dari batas

kepal hingga lutut.

g. FS (full shot) memperlihatkan objek secara penuh dari batas

kepala hingga kaki.

h. LS (long shot) memperlihatkan objek deangan latar

bealakangnya.

i. Medium Long Shot (MLS) yakni gambar objek diambil dari jarak

yang wajar, misalnya terdapat tiga objek maka semuanya akan

terlihat sedangkan jika objeknya hanya satu orang maka tampak

dari kepala sampai lutut.

j. Extreme Long shot (XLS) gambar diambil dari jarak yang sangat

jauh, sehingga latar belakang terlihat nampak jelas. Dengan

demikian terlihat posisi objek dengan lingkungan sekitarnya.

k. One Shot (1S) pengambilan gambar dengan satu objek..

l. Two Shot (2S) pengambilan gambar dengan dua objek.

m. Three Shot (3S) pengambilan gambar dengan tiga objek.

n. Group Shot (GS) pengambilan gambar dengan sekelompok orang.

4. Gerakan kamera, yakni posisi kamera bergerak, sementara objek

bidikan diam. Gerakan kamera ada tiga yaitu:

a. Zoom in/zoom out (mendekat dan menjauh)

Page 46: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

32

b. Tilting (dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah)

c. Panning ( gerakan kamera dari kiri ke kanan dan dari kanan ke

kiri).

5. Gerakan objek, yakni posisi kamera diam, sementara objek bidikan

bergerak. Gerakan Objek

a. Objek sejajr dengan kamera

b. Walk-in/walk-away (menjauh atau mendekat dengan kamera)

c. Freming

6. Komposisi, yakni seni menempatkan gambar pada posisi yang baik

dan enak dilihat. Komposisi ada tiga yakni:

a. Headroom (H), yakni mengatur frem di atas kepal objek

b. Noseroom (N), jarak pandang seseorang terhadap objek lainnya,

baik ke kiri maupun ke kanan.

c. Looking space (L), yakni ruangan depan maupun belakang

objek.21

21

. Askurifai, Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006), hal.120-137.

Page 47: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

33

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM “FREEDOM WRITERS”

A. Gambararan Umum

Dalam bab ini peneliti membahas tentang gambaran umum mengenai

beberapa profile orang-orang yang terlibat di dalam pembuatan film tersebut dan

sinopsis dari film Freedom Writers. Diawali dari Sutradara dan dilanjutkan profile

beberapa pemain, kenapa sutradara yang peneliti bahas pertama kali? Karena

menurut peneliti peran sutradara disini adalah motor penggerak produksi ini

berlangsung, Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di

lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus

inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemain, bagaimana dan akan seperti

apa film itu akan dibuat sutradaralah yang mempunyai andil besar dalam

menentukannya, namun tidak mengindahkan departement lainnya, ini adalah

pekerjaan kolektif dan saling bergantung satu sama lain. Masing-masing

mempunyai peranan dalam pembuatan film, mempunyai jobdes masing-masing

dalam perannya.

B. Profile Sutradara Film Freedom Writers

Page 48: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

34

Richard LaGravenese, seorang anak yang terlahir dari Ras kulit putih. Ia

lahir di Brooklyn pada 30 Oktober 1959. Ia berkebangsaan Amerika Serikat,

memiliki satu putri dari istrinya yang bernama Ann Weiss. Pertama kali ia

menulis dan dihargai yakni menulis untuk pertunjukan tari-tarian Off Broadway

musik, Richard LaGravenesa memulai karirnya di dunia entertainment sebagai

penulis skenario, ia menulis skenario film The King Fisher yang disutradarai oleh

Terry Gilliam. Film ini berhasil mendapatkan lima nominasi Academy Award,

Termasuk best scenario, pemenang Aktris Pendukung Terbaik untuk Mercedes

Ruehl. Kemudian skenario berikutnya meliputi: A Little Princess (disutradarai

oleh Alfonso Cuaron), The Horse Whisperer (disutradarai oleh Robert Redford),

dan Beloved (disutradarai oleh Jonathan Demme). Richard juga meraih nominasi

Emmy film dokumenter terbaik , dalam National Board of Review Award.1 Serta

masih banyak hasil karya-karya lainya.

Kemudian pada tahun 2007, Richard menulis skenario film Freedom

Writers, yang diangkat dan diadaptasi dari kisah nyata dari buku Freedom Writers

Diary, dalam pembuatan film freedom writers ini, ia sendiri yang bertindak

sebagai sutradara. Sebagai Sutradara Richard berhasil memberikan nuansa film

drama kriminal yang menarik dan menurut peneliti pesan yang disampaikan

melalui film Freedom Writers ini sangat inspiratif. Ia mampu menggambarkan

realitas social yang terjadi di Amerika pada masa itu, dimana status sosial

1 Artikel, di akses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://www.playscripts.com/author.php3?authorid=917

Page 49: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

35

masyarakat Amerika masih kental, ras kulit putih merasa mendominasi Negara

tersebut, sehingga ras kulit hitam dan kelompok lainya dimarjinalkan atau

dipinggirkan.

Film freedom writers memiliki alur cerita maju-mundur, sangat ringan dan

mudah dicerna makna pesan yang terkandung di dalamnya. Richard begitu piawai

memvisualisasikan adegan demi adegan, dimulai dari konflik di mana seorang

anak kecil sedang duduk di depan pintu menunggu ayahnya yang akan

mengantarnya ke sekolah, di hadapannya terlihat kakanya sedang mencuci mobil,

tiba-tiba sebuah mobil melintas dan menembaknya. Kemudian ia melihat

kekerasan yang dilakukan polisi kulit putih terhadap sang ayah, ayahnyapun

diseret dan ditangkap sedangkan ia tidak bersalah.

Dari awal sutradara sudah memperlihatkan adegan kekerasan yang mana

konflik pada cerita tersebut dimulai dari awal. Dasar cerita ini yakni gambaran

latar belakang anak-anak didik Gruwell kelak, itu pula yang membuat anak-anak

menjadi ikut terlibat dalam konflik rasisme, karena semenjak kecil sudah

ditanamkan dalam benak mereka tentang kebencian, dan perlawanan, mereka

dituntut untuk ikut serta memperjuangkan kemerdekaan kaumnya, sehingga

tertanam di benak mereka mereka melakukan perlawanan itu demi membela

keluarga dan merasa rasnyalah yang paling benar.

Page 50: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

36

C. Profile Pemain

Di sini peneliti tidak mencantumkan semua profile pemain freedom writers

hanya beberapa pemain yang dianggap pemain utama dan beberapa pemain

pendukung saja, di antarnya adalah:

1. Pemeran Utama Hilary Swank

Tokoh utama dalam film Freedom Writers adalah Erin Gruwell yang

diperankan oleh Hilary Swank, wanita kelahiran 30 Juli 1974 ini memulai

karirnya pada usia 16 tahun, ia bermain dalam film Harry And The Henderson.

Banyak serial TV yang dibintangi di antaranya: Evening Shade dan Growing

Pains (ABC) tahun 1991-1992, Sarah Michel Gellar, Buffythe Vampire slayers

(1992),Swank juga berhasil menyisihkan ribuan aktris dalam audisi untuk film

The Next Karate Kid (1994), Serta masih banyak yang lainya.

Akting Swank mendapatkan perhatian besar ketika bermain sebagai single

parent dalam serial terkenal Beverly Hills, (1997). Lewat serial itu, Namanya

yang tidak dikenal tiba-tiba menjadi pembicaraan ketika dirinya memerankan

Teena Brandon, perempuan Nebraska yang memilih untuk hidup sebagai laki-laki

dalam film Boys Don't Cry (1999). Film yang diangkat berdasarkan pada kisah

Page 51: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

37

nyata ini, memberikan sejumlah tantangan bagi Swank. Berkat persiapannya yang

baik, akhirnya berhasil memerankan karakter tersebut dengan sempurna dan

meraih penghargaan, Academy Award untuk kategori aktris terbaik. Swank

kemudian berhasil meraih nominasi Golden Globe untuk kategori aktris terbaik

mini seri atau film televisi atas aktingnya dalam film produksi HBO, Iron Jawed

Angels (2004) dan untuk kedua kalinya ia memenangkan nominasi golden Globe

dalam film Million Dollar Baby (2004).2

Sebagai pemeran utama dalam film freedom writers ini Hilary Swank

memiliki karakter penyabar, gigih, pantang menyerah dan kuat melawan berbagai

rintangan. Swank cukup piawai memerankan tokoh Erin Gruwell, yakni seorang

guru bahasa Inggris yang mengajar di ruang 203, yang mana ruangan tersebut

dihuni oleh murid-murid kriminal. Ia pun terjebak pada situasi kerusuhan rasial

murid-muridnya, namun keadaan demikian membuat ia semakin simpati terhadap

anak asuhnya. Tidak seperti guru-guru lain yang tidak sanggup menghadapi

tingkah pola kelas tersebut bahkan mereka sama sekali tidak peduli dengan

keadaan tersebut. Gruwell menunjukan sikap sebaliknya, ia begitu simpati bahkan

disaat mereka tidak tertarik sedikitpun dengan pelajaran dan dirinya, ia pantang

menyerah, sabar, dan terus mencari cara untuk bisa masuk ke dalam kehidupan

mereka. Ia bahkan mau melakukan apapun demi murid-muridnya, agar mereka

2 Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://selebriti.kapanlagi.com/hollywood/h/hilary_swank/

Page 52: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

38

bisa tertarik dalam dunia akademis, dan merubah pandangan hidup mereka yang

membenci ras lain.

Bahkan Gruwell rela mengorbankan kepentingan pribadinya, sehingga ia

kerap kali pulang terlambat dan tidak ada waktu untuk sang suami, sampai

akhirnya ia diceraikan oleh sang suami. Terbukti dalam alur cerita tersebut ia

bekerja separuh waktu untuk membeli buku-buku yang mengisahkan tentang

pengalaman orang-orang yang pernah terlibat dalam konflik rasisme, buku-buku

tersebut kemudian dibagikan kepada anak didiknya, bahkan ia membeli buku

jurnal yang kemudian wajib diisi setiap harinya, mereka boleh menuliskan

pengalaman mereka, perasaan, dan apa yang mereka alami saat ini. Ternyata

metode tersebut membuahkan hasil, anak asuhnya begitu antusias dalam

membaca, dan mulai membuka diri untuk bercerita kepadanya.

Kepiawaian Swank dalam peran menambah daya tarik tersendiri,

memberikan motivasi bagi setiap pengajar bahwa banyak cara dan metode yang

dapat digunakan dalam mengajar, seperti halnya Swank menggunakan

komunikasi antar pribadi dalam metode pengajarannya. Pada dasarnya, sebagai

seorang guru bukan hanya piawai dalam mengajar, tapi alangkah baiknya melihat

juga latar belakang anak didiknya dan mencari cara ikut serta mengikat psikologis

mereka agar bias tahu metode apa yang pantas digunakan dalam mengajar, seperti

yang ditunjukan Swank dalam film tersebut.

Ternyata bukan hanya sekedar pemain dalam film ini Swankpun bertindak

sebagi Eksekutif Produser (EP), yakni sepengetahuan peneliti EP adalah

Page 53: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

39

seseorang yang mendanai produksi dalam sebuah film, dari awal pembuatan

sampai akhir jelasnya dari praproduksi, produksi dan paska produksi, pendanaan

tersebut datangnya dari Eksekutif Produser.

2. Pemeran Pembantu Utama Lee Hernandez

April Lee Hernenandes lahir di New York pada 31 Januari 1980. Lee

Hernandes adalah salah satu pemeran pendukung utama dalam dalam film

freedom Writers, ia berperan sebagai Eva. Karakter Eva disini seorang anak yang

dididik keras, dan penuh rasa benci serta dendam, keras kepala dan pemberani. Di

mana ia merupakan salah satu murid dari Erin Gruwell yang bersal dari gang kulit

hitam, ia anak dari salah satu ketua gang, dari kecil ia didik oleh ayahnya untuk

melawan dan memperjuangkan ras mereka. Sewaktu kecil ia melihat dengan mata

kepalanya sendiri saudara laki-lakinya ditembak oleh sebuah mobil yang melintas

disaat ia sedang mencuci mobil di luar rumah. Kemudian ia juga melihat ayahnya

ditangkap polisi kulit putih dengan paksa, sang ayah diseret dan dimasukan

penjara, sedangkan sang ayah tidak bersalah. Berawal dari itulah, ia begitu

membenci dan menaruh dendam kepada kawanan orang-orang kulit putih, dan

kelompok lainnya. Di saat ia dinobatkan sebagai anggota gang yang mana ia

Page 54: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

40

merupakan generasi ke-3 dalam geng tersebut, ia dihajar, dipukul, ditendang oleh

senior-seniornya dengan alasan agar ia tahan banting.

Sampai akhirnya ia bersekolah di Long Beach dan mendapati teman-teman

kelas yang berbeda-beda rasnya, kulit putih, korea, kamboja, dan kulit hitam.

Mereka hidup berkelompok dan tidak saling bergaul satu sama lain, hanya

berkumpul dengan teman-teman rasnya saja. Eva bersekolah di Long Beach bukan

keinginanya melainkan karena terpaksa dari pada masuk penjara anak-

anak.3Sampai akhirnya guru bahasa Inggris yakni Gruwell merubah cara

pandangnya, ia bisa berbaur dengan kelompok lain, dan berani memperjuangkan

kebenaran walaupun menentang keluarganya sendiri.

3. Jason Finn

Jason Finn lahir di Los Angeles, California pada 16 Januari 1986. Selain

freedom Writers ia pernah main di film Mercy Street. Ia merupakan salah satu dari

pemain film Freedom Writers ini, yakni murid dari Erin Gruwell. Ia di sini

berperan sebagai Marcus, karakter yang dimilikinya, cenderung pendiam, dewasa,

dan brutal. Dikisahkan semenjak ia bergabung dalam kelompok gang ia diusir

orang tuanya, dan hidupnya semakin berantakan, ia pernah masuk penjara karena

pernah melakukan tindakan kriminal dengan kelompok gangnya.

Di dalam kelas ia cenderung pendiam dan dewasa tidak seperti murid

lainnya, ia begitu antusias terhadap guru bahasa Inggrisnya, baginya sang guru

3 Artikel, di akses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://translate.google.co.id/?client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-

Page 55: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

41

telah memberikan pemahaman dan pelajaran berharga kepada mereka khususnya

kepada dirinya sendiri. Diceritakan dalam penulisan jurnal harian ia kerap kali

mengungkapkan isi hatinya yang merindukan pulang kerumah dan bertemu

dengan sang ibu. Namun karena kesalahan yang pernah dibuat ia tidak berani

pulang, karena sering membaca buku-buku yang diberikan Gruwell dan apa yang

diciptakan Gruwell pada kelas yang menyatukan mereka dan mengikat mereka

dalam sebuah rumah dan keluarga, memberikan pemahaman untuknya akan

pentingnya arti keluarga. Akhirnya pada suatu malam ia memberanikan diri untuk

pulang dan menemui sang ibu, Ibunya terkejut saat itu dan ia kembali menerima

Marcus. Disaat mereka mengundang Miep Gies datang kesekolah, ia meminta

kepada Gruwell untuk menjemput dan menuntun wanita tua tersebut, ia begitu

mengidolakan Miep Gies baginya wanita tua tersebut adalah sumber inspirasi

dalam kehidupannya.

4. Patrick Galen Dempsey

Patrick Galen Dempsey lahir di Amerika Serikat pada 13 Januari 1966, ia

pindah ke Hollywood pada pertengahan 1980-an, namanya mencuat dan terkenal

saat ia berperan sebagai Dr. Derek Shepherd didrama kedokteran Grey's Anatomy,

Page 56: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

42

dia berkarier di dunia film sejak tahun 1985. Sebagai seorang actor banyak film

yang pernah dibintanginya di antaranya: Sweet Home Alabama, The Emperor's

Club, Freedom Writers, Enchanted, Made of Honor, dan Valentine's Day.4

Dalam film freedom writers ia berperan sebagai Scott Casey yakni suami

dari Erin Gruwell. Karakter yang dilakoninya dalam film ini, seorang suami

penyabar, baik, cenderung pendiam, bahkan lebih tepatnya diam-diam

menghanyutkan. Pada mulanya sebagai seorang suami ia mendukung dengan

sepenuh hati keputusan istrinya untuk mengajar di sekolah Long Beach, tapi

entah mengapa setelah istrinya mengajar dan ia merasakan banyak perubahan

pada Gruwell, istrinya begitu sibuk memperhatikan kondisi anak didiknya,

sehingga sering pulang terlambat, dan waktu di rumahpun sang istri masih sibuk

membicarakan anak-anak didiknya, ia pun merasa sang istri tidak ada waktu

untuknya lagi seperti sebelum ia mengajar, perubahan ini membuat ia merasa

terganggu, menurutnya sang istri lebih mementingkan kondisi anak didiknya

dibandingkan kehidupan rumah tangganya sendiri, perhatian Gruwell sepenuhnya

ditujukan untuk murid-muridnya, tidak sedikitpun ia memperhatikan sang suami,

karena tidak merasa sanggup lalu ia memutuskan untuk berpisah dan

meninggalkan istrinya, walaupun terlihat jelas ia masih sangat mencintai Gruwell.

4 Artikel, di akses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Patrick_Dempsey

Page 57: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

43

5. Imelda Mary Philomena Bernadette Staunton

Imelda Mary, lahir di Inggris 9 Januari 1956, ia mengawali keartisannya di

serial komedi yang berjudul Up the Garden Path. Kemudian beberapa film yang

telah dibintanginya Harry Potter, ia pernah masuk dalam nominasi aktris terbaik

dalam Best Actress Oscar nomination, dan pernah pula meraih aktris pendukung

wanita terbaik dalam Venice Film Festival.5

Di film freedom writers ini ia berperan sebagai Margaret Compbell, yakni

salah seorang guru di sekolah tempat Erin Gruwell mengajar. Ia berperan sebagai

guru antagonis, yang tidak memperdulikan ruang 203 karena kelas tersebut

merupakan kelas anak-anak terbuang, anak-anak tersebut mempunyai latar

belakang yang kurang baik, banyak di antaranya pernah masuk penjara anak-

anak dan pernah melakukan tindakan kriminal. Pada mulanya ia baik-baik saja

dengan Erin Gruwell yang waktu itu merupakan guru baru di sekolahan tersebut,

ia mengira Erin tidak akan bertahan lama seperti guru-guru sebelumnya. Namun

perkiraannya meleset Erin mampu bertahan dan berusaha memperjuangkan

5 Artikel, di akses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Imelda_Staunton

Page 58: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

44

kelasnya agar disamakan dengan kelas lain, diperbolehkan menggunakan

pasilitas sebagaimana anak-anak lain, contohnya diperbolehkan untuk meminjam

buku-buku perpustakaan yang oleh Margaret dilarang anak-anak tersebut masuk

perpustakaan karena mereka dianggap tidak layak dan hanya mengacaukan

perpustakaan.

Namun Erin tidak gentar menghadapi tantangan tersebut lantas ia berusaha

bertemu dengan kepala sekolah bahkan dinas pendidikan setempat, sampai

akhirnya media mencium kegigihan Erin dalam memperjuangkan hak anak

didiknya, mediapun meliput beberapa kegiatan yang dilakukan Gruwell dan anak

muridnya. Sehingga tindakan dan pemberitaan itu mengancam kedudukan

Margaret.

6. Scott Glenn

Scott Glenn, lahir di Pennsylvania 26 Januari 1941, ia pada mulanya tidak

tertarik pada dunia akting, bahkan ia pernah mengambil jurusan bahasa inggris,

serta selama tiga tahun bergabung di marinir, ia pernah bekerja pula sebagai

reporter selama lima bulan. Sehingga pada tahun 1966 ia memutuskan untuk

belajar akting, semenjak itu sampai sekarang ini ia masih bergelut di dunia akting.

Page 59: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

45

Film yang pernah dibintanginya di antaranya, dalam film Urban Cowboy (1980),

The Right Stuff (1983), The Hunt for Red October (1990), dan The Silence of the

Lambs (1991).6

Dalam film ini ia berperan sebagai Steve Gruwell yakni ayah dari Erin

Gruwell. Aktor senior ini pada mulanya sama sekali tidak mendukung keinginan

anaknya untuk mengajar di sekolah Long Beach tidak terlihat jelas penyebab

ketidak setujuannya mendukung sang anak untuk mengajar, yang jelas nampak ia

tidak suka apalagi setelah Erin Gruwell bercerai dengan suaminya karena alasan

tersebut. Namun setelah sang anak bercerai ia kerap kali mengunjungi Erin dan di

situlah Erin menjelaskan alasanya kenapa ia begitu simpati terhadap keadaan

murid-muridnya. Erinpun mengajak sang ayah bertemu mereka, pada akhirnya

setelah beberapa kali bertemu dan melihat sendiri kegigihan sang anak

memperjuangkan nasib murid-muridnya, iapun luluh dan berbalik mendukung

Gruwell, bahkan ia sendiri ikut serta membantu sang anak mengantar mereka

mengunjungi beberapa tempat, seperti halnya museum dan bertemu dengan orang-

orang yang pernah terlibat dalam komflik Holocaust yakni tragedi pemusanahan

ras yahudi pada kekuasaan Hitler.

Di sini terlihat sekali kepiawaiannya dalam melakoni peran seorang ayah,

karakter keras yang dimilikinya luluh setelah melihat kegigihan dan kondisi anak

didik putrinya.

6 Artikel, di akses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari

http://www.imdb.com/name/nm0001277/

Page 60: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

46

D. Sinopsis Film Freedom Writers

Freedom Writers merupakan film yang didasarkan atas kisah nyata

kehidupan seorang guru di Long Beach, California, Erin Gruwell (diperankan oleh

Hillary Swank). Erin berprofesi sebagai guru bahasa Inggris ketika isu rasisme di

Amerika begitu mencuat. Ia memasuki dunia pendidikan yang rasis setelah dua

tahun keributan L.A menjadi pembicaraan hangat dimasyarakat. Dengan penuh

harapan, Erin mengajar bahasa Inggris di kelas 203, di mana terdapat beragam

gank ras yang selalu mengelompok, seperti ras Kamboja, kulit hitam, Hispanic,

dan seorang kulit putih.

Pada awal kedatangan Erin, para murid sama sekali tidak tertarik dengan

kehadirannya. Mereka sangat sentimen terhadap orang berkulit putih. Mereka

menganggap bahwa Erin tidak mengerti apapun tentang kehidupan mereka yang

keras, kehidupan yang selalu berada di bawah bayang-bayang perang dan

Page 61: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

47

kekerasan. Bagi mereka, kehidupan adalah bagaimana caranya mereka selamat

dari kekerasan, hingga penembakan yang mengatasnamakan ras.

Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Erin, baik dari pihak sekolah

yang rasis, hingga pihak suami dan ayahnya. Diskriminasi yang dilakukan oleh

pihak sekolah, seperti pemisahan kelas, serta perbedaan fasilitas yang begitu

terlihat antara ras kulit putih dan ras di luar itu membuat Erin miris. Agar diterima

oleh anak-anak didiknya, Erin mencari cara untuk melakukan pendekatan dan

metode pengajaran yang tepat. Namun, sejak Erin disibukkan dengan pendekatan

terhadap anak-anak didiknya dan bekerja paruh waktu, timbul masalah baru, ia

diceraikan oleh suaminya. Hingga pada akhirnya, ayahnya yang semula tidak

mendukung, berbalik mendukung pekerjaan Erin.

Erin paham dengan kondisi anak-anak didiknya yang selalu berkelompok

dengan ras mereka masing-masing. Akhirnya, ia menemukan cara untuk

“menjangkau” kehidupan mereka dengan memberikan mereka buku, dan meminta

mereka mengisinya dengan jurnal harian. Bahkan, ketika sekolah

mendiskriminasikan fasilitas buku, Erin memberikan buku baru tentang

kehidupan gank yang lekat dengan keseharian mereka. Buku-buku itu di

antaranya The Diary of a Young Girl karangan Anne Frank . Zlatá’s Diary: A

Child’s Life in Sarajevo,7 yang isi buku-buku tersebut cerita pengalaman orang-

orang yang terlibat konflik antar ras. Ia pun membagikan buku jurnal harian

7 Artikel, di akses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://hannanoeryanti.wordpress.com/2008/10/11/presentasi-konflik-di-labsos/

Page 62: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

48

kesemua murid-muridnya, setiap hari mereka harus menuliskan kisah hidup

mereka masing-masing dalam buku tersebut. Sejak membaca jurnal harian yang

bercerita tentang kehidupan mereka yang keras, Erin semakin bersemangat untuk

mengubah kehidupan anak-anak didiknya, serta menghapus batas tak terlihat yang

secara kultur memisahkan mereka dengan cara-cara yang mengagumkan.

Dalam film ini juga kita bisa melihat bagaimana usaha Erin mengajak

anak muridnya mengunjungi musium dan mendatangi beberapa korban kekerasan

Holocaust, pada akhirnya Erin dan anak didiknya berinisiatif mengadakan

semacam bazar untuk mengumpulkan uang guna mendatangkan Miep Gies

seorang wanita penolong Anne Frank, anak Yahudi yang hidup pada zaman Hitler

dan holocaust-nya. Ia mendatangkan Miep Gies untuk berbagi cerita kepada anak-

anak didiknya tentang sebuah “bencana” yang terjadi karena rasisme, Mereka juga

dikunjungi oleh Zlatá Filipovic. Serta kegigihan Erin memperjuangkan keadilan di

sekolah yang mendapat tantangan dari pihak-pihak sekolah.

Akhirnya, keteguhan Erin dalam mendidik mereka berbuah hasil. Anak-

anak tersebut, yang semula benci satu sama lain Karena perbedaan ras, akhirnya

menjadi berteman dan mendobrak sekat-sekat ras di antara mereka. Bahkan,

ketika ada kasus penembakan yang menimpa seorang teman anak didiknya, yang

mana salah seorang muridnya sebagai saksi mata, disitu ia mengajarkan tentang

arti kejujuran dan keberanian mengungkap kebenaran.8

8 Artikel, di akses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://azzkee.multiply.com/journal/item/144

Page 63: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

49

Siswa-siswi ini mendapatkan pengakuan yang luar biasa dari media dan

pemerintah, kisah mereka menarik perhatian dari banyak kalangan dan merekapun

mendapatkan penghargaan dari New York. Pada tahun 1999, mereka juga pergi ke

Eropa mengunjungi Anne Frank House dan berbagai kamp konsentrasi mungkin

semacam Lembaga Permasyarakatan (LP). Ini bukanlah suatu mukjizat bahwa

semua 150 dari The Freedom Writers lulus dari SMA dan melanjutkan ke

perguruan tinggi. Suatu hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin, ini semua

berkat ketekunan dan tekad Gruwell’s.9

9 Artikel, di akses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://orthevie.wordpress.com/2010/02/14/sinopsis-the-freedom-writers-diary/

Page 64: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

49

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA LAPANGAN

Film merupakan Salah satu hasil karya estetika yang dibuat oleh insan

perfilman, proses yang panjang serta banyaknya biaya yang dibutuhkan, dari ide

cerita sampai bagaimana menumpahkan ide tersebut dalam bentuk audio visual.

Seharusnya tidak asal-asalan dalam membuat film, hasil akhirnya harus sesuai

dengan proses yang dilewati. Sejatinya banyak pesan moral yang disampaikan

melalui film dan itu bisa menjadi pelajaran berharga bagi kahalayak pencinta film.

Namun, film yang berkualitas belum tertentu semua pesan moral bisa dipahami

penontonnya.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mencoba mengupas makna

denotasi, konotasi dan mitos dari sebuah film Freedom Writers dalam pandangan

Roland Barthes.

A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos

Barthes menyebut denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi

adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua.

Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui

mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami

beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.

Dalam penelitian dengan menggunakan metode semiotik pada filam

Freedom Writers telah ditemukan beberapa bentuk pesan moral yang terdapat

Page 65: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

50

dalam film tersebut. Adapun pesan moral yang disampaikan dalam film tersebut

adalah ajaran tentang sikap optimisme dan pantang menyerah, toleransi antar ras,

kekerasan antar geng, semangat belajar, sikap jujur dalam memperjuangkan

keadilan. Secara semiotik hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sikap Optimisme dan Pantang Menyerah

Potongan shot-shot adegan berikut ini gambar guru yang penuh dengan

kegigihan dan sikap optimis dalam mendidik anak muridnya, yakni pesan yang

terdapat pada film Freedom Writers terkait dengan sikap optimisme yang

ditunjukan Gruwell, dalam mengajar anak-anaknya yang tidak begitu simpati

terhadapnya serta upaya Gruwell dalam menyatukan murid-muridnya tanpa

melihat ras dan membangkitkan semangat belajar mereka. Dengan berbagai cara

dan metode, akhirnya kegigihan Gruwell membuahkan hasil, antusiasme murid-

muridnyapun begitu memukau, dengan pendekatan komunikasi antar pribadi

akhirnya mereka bisa simpati terhadap usaha Gruwell.

Disini penonton bisa mengambil pelajaran bahwa sebuah kegigihan dan

kesabaran serta sikap percaya diri akan mendapatkan hasil yang maksimal,

walaupun dalam proses pencapaiananya banyak sekali hambatan dan rintangan,

seperti halnya Gruweel tidak mulus dalam menjalankan misinya disaat ia sedang

berusaha sungguh-sungguh memperjuangkan anak didiknya, tiba-tiba sang suami

menceraikannya. Hambatan yang lain yakni datang dari ayahnya yang tidak

sedikitpun mendukung profesinya, pihak sekolahpun kurang menyukai sepak

Page 66: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

51

terjang yang dilakukan Gruweel. Namun semua itu bisa dilalui Gruwell dan

usahanyapun tidak sia-sia, membuahkan hasil yang maksimal.

Visual Dialog/ Suara Type of Shot

Erin Gruwell, (memberikan

pelajaran kepada murid-

muridnya), Aku ingin kalian

dengar kalimat yang kutulis di

papan

Gruwell: mereka awalnya

miskin, marah dan semua orang

meremehkan mereka. (Gruwell

menceritakan tentang holoscust,

untuk menyemangati muridnya).

Gruwell: kita masing-masing

akan bersulang untuk perubahan.

(Gruwell menyambut muridnya

untuk memulai semester baru).

Medium Long Shot:

gambar diambil setengah

badan dari jarak jauh,

namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Medium Long Shot:

gambar diambil setengah

badan dari jarak jauh,

namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Medium Close up:

diambil dari jarak dekat

objek gambar diambil

separuh badan.

Page 67: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

52

Gruwell: aku mau kalian

menulis surat untuk Miep Gies.

(Gruwell menyuruh muridnya

untuk menulis surat untuk Miep

Gies yang menyelamatkat

keluarga Anna Frenk).

(Tidak ada dialog)

Medium Long Shot:

gambar diambil setengah

badan dari jarak jauh,

namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Long shot: gambar

diambil dari jarak jauh,

sehingga objek dan latar

belakngnya nampak

jelas

Denotasi

Gambar pertama terlihat Erin Gruwell Memberikan

pelajaran di hadapan murid-muridnya.

Gambar kedua terlihat Gruwell sedang bercerita di hadapan

murid-muridnya.

Gambar ketiga Ia memberikan senyuman selamat datang

kepada anak didiknya.

Gambar keempat terlihat Gruwell berjalan diantara murid-

muridnya.

Gambar kelima Gruwel sedang berdiri di antara murid-

muridnya.

Erin Gruwell Memberikan pelajaran pada murid-muridnya,

Page 68: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

53

Konotasi

walaupun murid-muridnya tak memperhatikan dan tidak

simpati terhadapnya, namun ia tetap mengajar dengan sikap

optimis, namun ia tetap semangat dalam menjelaskan

pelajaran.

Ia begitu antusias menceritakan kisah tentang holocaust

yakni pembantaian yang dilakukan Hitler pada kaum

Yahudi di zaman kekuasaannya.

Gruwell menyambut murid-muridnya dengan menyiapkan

minuman dan hadiah dalam rangka mengawali smester dua

dengan bersulang untuk perubahan.

Karena semangat, akhirnya murid-muridnyapun simpati dan

senang akan metode pelajaran yang diberikannya, ia

menyuruh murid-muridnya untuk menulis surat untuk Miep

Gies yang menyembunyikan keluarga Anna Frenk, tepatnya

wanita yang membantu keluarga Anna Frenk pada saat

konflik holocaust.

Gruweel sedang melakukan permainan kata, di mana murid

laki-laki dan perempuan diadu kemampuannya dan ia

menjadi intruktur dalam permainan tersebut.

Mitos

Dilihat dari penggambaran di atas bahwa adegan-adegan

tersebut memperlihatkan sikap optimis dan pantang

menyerah, dengan kegigihan dan kesabaran akan

membuahkan hasil yang memadai. Pengajar harus bisa

Page 69: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

54

memberikan metode pembelajaran yang sesuai dengan

kondisi dan latar belakang murid-muridnya.

2. Kekerasan Antar Ras

Adegan berikut ini adalah adegan kekerasan yang dilakukan sekelompok

gang dengan kelompok lainnya, Karena mereka mengganggap bawasannya hidup

mereka dalam peperangan, dan orang yang memperjuangkan kaumnya dianggap

sebagai pejuang. Pesan yang disampaikan pada publik bawasannya kriminalisasi

dan sentimental ras saat itu begitu kental, banyak di antara mereka menjadi

korban peperangan tersebut. Karena tidak adanya toleransi dan jalinan komunikasi

antar mereka, maka kebencian terhadap kelompok lain secara turun temurun

mereka rasakan, bahkan dalam suatu kelaspun mereka tidak saling mengenal,

bahkan saling membenci dan menantang.

Ternyata sentimental antar ras itu terjadi di mana-mana dan zaman yang

berbeda-beda bukan hanya di Indonesia, dengan alasan dan sebab yang berbeda-

beda pula. Entah apa penyebab dari semua itu, mungkin karena paham yang

berlebihan terhadap kelompok sendiri dan menganggap paham lain di luar itu

salah. Itu fakta, contohnya saja yang terjadi di masyarakat kita saat ini, banyak

kelompok agama yang berselisih dengan agama-agama lainnya dengan alasan

ajaran kelompok agama di luar mereka merupakan ajaran sesaat dan ajaran

merekalah yang paling benar. Peneliti menggap permasalahan tersebut bisa terjadi

karena tidak adanya komunikasi, dan pendidikan yang memadai, sehingga

Page 70: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

55

wawasan mereka begitu sempit. Seandainya saja pendidikan dan wawasan mereka

terbuka luas maka mereka akan saling menghormati dan toleransi antar agama,

budaya dan ras akan tercipta.

Visual Dialog/ Suara Type of Shot

(Tidak ada dialog)

Pria botak: Karena yang kau

lakukan hari ini kau pantas mati.

(mengancam Eva)

Salah seoarang berkata: Perang

telah dinyatakan. (menendang dan

memukuli Eva)

(Tidak ada dialog)

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek

tetap terlihat jelas beserta

latar belakangnya.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek

tetap terlihat jelas beserta

latar belakangnya.

Long Shot: Gambar diambil

dari jarak jauh, sehingga

objek dan latar belakangnya

nampak jelas.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek

tetap terlihat jelas beserta

Page 71: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

56

Denotasi

Gambar pertama terlihat seorang pria sedang menodongkan

senjata kepada seseorang di hadapanya.

Gambar kedua Eva diancam oleh ketiga pria yang ada di

hadapanya.

Gambar ketiga sekelompok orang sedang memukuli Eva.

Gambar keempat terlihat dua orang saling menyerang, dengan

pistol ditangan keduanya.

Gambar kelima telihat dua orang siswa sedang berkelahi dan

yang lain menonton keduanya.

Konotasi

Seorang pria sedang menodongkan sebuah pistol kepada seorang

anak kulit hitam, disebabkan karena anak tersebut mengikuti gaya

gang mereka, namun tembakan itu meleset dan mengenai anak

lain yang berasal dari ras kamboja saat ia sedang belanja di toko

tersebut.

Eva diancam oleh ketiga pria yang merupakan kelompok gangnya

sendiri, karena Eva dianggap mengkhianati kaumnya. Disaat

(Tidak ada dialog)

latar belakangnya.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek

tetap terlihat jelas beserta

latar belakangnya.

Page 72: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

57

persidangan ia menjadi saksi mata penembakan yang dilakukan

teman-temannya terhadap ras kamboja, saat itu ia telah

menyadadari arti kejujuran berkat pengajarnya Gruwell, ia

memberi tahu kepada hakim siapa pelaku sebenarnya, walaupun

pelakunya adalah temannya sendiri.

Sekelompok gang terlihat memukuli Eva karena ia berasal dari

gang yang berbeda mereka menyatakan peperangan antar geng.

Saat Eva dan kawannya sedang berjalan menuju sekolah, tiba-tiba

sekelompok orang menyerang mereka, Eva lari dan temannyapun

melawan kawanan tersebut.

Dua orang murid terlihat sedang bertengkar di halaman sekolah,

dan murid-murid yang lain hanya bisa menyaksikan. Kejadian

tersebut terjadi saat jam pelajaran sedang berlangsung, sehingga

seisi sekolah keluar

Mitos

Bahwa mereka hidup dalam peperangan antar gang untuk

memperebutkan kekusaan. Serta rela mati demi memperjuangkan

kaumnya walaupun gangnya salah, dengan begitu mereka

dianggap pejuang bagi kaumnya.

3. Toleransi Antar Ras

Adegan berikutnya adalah toleransi antar ras, yang mana murid-murid

telah menyadari apa yang mereka jalani saat ini sentimental antar ras banyak sisi

negatifnya. Dengan kegigihan Gruwell, akhirnya mereka bisa saling menyatu dan

Page 73: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

58

menghormati satu sama lainnya, mereka saling toleren dan saling membantu

bahkan Gruwell telah menyatukan mereka dalam suatu keluarga yang saling

menghormati.

Pesan yang kita bisa petik dalam adegan-adegan berikut adalah indahnya

rasa toleransi, kita harus sadar bahwa kita tercipta di dunia ini terdiri dari berbagai

suku, bangsa, dan bahasa yang berbeda-beda. Nah bagaimana perbedaan itu

jangan sampai menjadi penghalang untuk kita bergaul dan mengenal satu sama

lainnya, semua itu bisa diatasi dengan pendidikan, dan komunikasi, dengan

pendidikan kita akan mendapatkan wawasan luas yang mana bisa merubah cara

pandang seseorang yang telah tertanam dalam benaknya semenjak kecil,

kemudian setelah memiliki pandangan luas lakukan dengan komunikasi yang

baik, dengan berkomunikasi kita akan saling mengerti dan memahami satu sama

lain, setelah itu pasti akan saling menghormati serta akan tercipta rasa toleransi.

Adapun ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang toleransi antar manusia adalah:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),

karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari

keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang

diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka

Page 74: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

59

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.“

Visual Dialog/Suara Type of Shot

(Tidak ada dialog)

(Tidak ada dialog)

(Tidak ada dialog)

(Tidak ada dialog)

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek tetap

Page 75: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

60

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Denotasi

Gambar pertama terlihat Marcus dan seorang anak kulit putih

sedang berpelukan.

Gambar kedua Eva sedang menari di kelilingi oleh kawan-kawan

kulit hitam, ras kamboja dan kulit putih.

Gambar ketiga murid-murid sedang menari bersama dengan guru

merka tanpa melihat ras dan status sosialnya.

Gambar keempat seorang anak terlihat sedang bercerita di

samping Gruwell dan murid lain mendengarkan.

Konotasi

Marcus memeluk seorang murid keturunan kulit putih saat

pertama kali masuk sehabis liburan smester, sesuatu yang

sebelumnya tidak pernah mereka lakukan karena sentimental ras.

Eva menari di antara murid-murid yang lain yang berasal dari ras

yang berbeda.

Murid-murid menari bersama dengan Gruwell selaku guru

mereka yang berasal dari ras kulit putih, untuk mengdakan acara

dance guna mengumpulkan dana untuk mengundang Miep Gies.

Salah satu murid sedang menceritakan kisah hidupnya yang

penuh dengan kekerasan, sedangkan kawan-kawan yang lain

mendengarkan dan menunggu giliran setelah itu mereka saling

berpelukan.

Page 76: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

61

4. Semangat Belajar

Adegan berikut ini adalah tentang semangat belajar yang dilakukan oleh

anak didik Gruwell. Mereka begitu antusias membaca buku-buku yang dibelikan

Gruwell terhadap mereka, buku-buku tersebut kebanyakan kisah-kisah orang-

orang yang pernah mengalami konflik rasisme. Sehingga pengalaman tersebut

mampu merubah cara pandang mereka yang selama ini begitu sempit. Dengan

cara dan metode seperti itu ternya Gruwell berhasil menumbuhkan minat murid-

muridnya membaca, mengisi jurnal harian, bahkan giat dalam semua pelajaran.

Sehingga nilai mereka membaik dan kelas tersebut mengalami perkembangan

dalam ilmu akademis, ini membuat guru-guru lain tercengan dan tidak percaya

akan realitas yang mereka saksikan. Kelas yang slama ini mereka anggap kelas

anak-anak buangan bisa menstarakan kelas tersebut dengan yang lainnya.

Dan semangat belajar itupun tertuang dalam ayat Al-Quran At-Taubah

ayat 122.

Mitos

Dilihat dari adegan di atas bahwa toleransi antar suku dan budaya

itu terlihat indah dan penuh dengan kedamaian, tujuan yang sama

akan menciptakan rasa toleransi antar suku dan budaya, terbukti

mereka bahu membahu dalam mengumpulkan dana untuk

mengundang Miep Gies. Pendidikan dan komunikasi yang baik

akan membuat semua orang saling mengerti, dan menghargai satu

sama lain.

Page 77: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

62

“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa

tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk

memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan

kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu

dapat menjaga dirinya.“

Visual Dialog/Suara Type of Shot

Di antara anak-anak itu adalah

Lilian Barenstein berumur 11 tahu

Orang Yahudi dilarang kunjungi

teater, bioskop dan tempat hiburan

lainnya

Tidak ada yang bisa menghindari

konflik. Seluruh dunia dalam

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

Page 78: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

63

perang

Aku juga takut kami ketahuan dan

ditembak.

(Tidak ada dialog)

Kami adalah penulis dengan suara

dan kisah send

...untuk melakukan pekerjaan

jarak jauh, namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Long shot: gambar diambil

dari jarak jauh, sehingga

objek dan latar belakngnya

nampak jelas.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

Page 79: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

64

budak, tak seperti yan

jarak jauh, namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Denotasi

Gambar pertama anak-anak dididk Gruwell sedang menyaksikan

film dokumenter di musium.

Gambar kedua seorang murid sedang membaca buku

Gambar ketiga Eva sedang membaca buku di kamrnya.

Gambar keempat seorang murid sedang membaca buku di bawah

jembatan di pinggir sungai.

Gambar kelima Marco sedang menulis di dalam kelas.

Gambar keenam murid-murid sedang mengetik jurnal harian.

Gambar ketujuh muurid-murid sedang mendengarkan seseorang

bercerita.

Konotasi

Terlihat anak-anak dididik Gruwell sedang menonton film

dokumenter tentang kisah anak-anak korban perangan, di sebuah

musium.

Seorang anak didik Gruwell sedang membaca buku di sebuah

plataran gedung, ia membaca buku yang diberikan Gruwell

Eva sedang membaca kisah peperangan di kamarnya, ia begitu

tertarik dengan buku tersebut.

Salah seorang murid sedang membaca buku di bawah jembatan dan

Page 80: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

65

5. Sikap Jujur

Adegan berikut ini adalah adegan-adegan dimana keberanian dalam

menggungkapkan kejujuran, diceritakan bahwa Eva menjadi saksi mata

di pinggir sungai, seolah ia sedang bersembunyi, dan kata-kata

yang dibacanya yaitu: Aku juga takut kami ketahuan dan ditembak.

Marco sedang mengerjakan PR di kelasnya ia datang lebih awal di

situ hanya ada Gruwell, kemudian datang Eva.

Gruwell mengajak anak didiknya untuk menuliskan catatan-catatan

yang selama ini mereka tulis, Ia bermaksud menyatukan tulisan

tersebut dalam sebuah buku.

Gruweel mengajak mereka menemui saksi mata kekerasan

holoscaust pada zaman Hitler, dengan tujuan agar anak didiknya

bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang tersebut.

Mitos

Faktanya setelah Gruwell memberikan buku-buku yang berkisah

tentang konflik rasisme yang terjadi pada zaman Hitler, mereka

begitu antusias dan mulai membuka pandangan mereka tentang

sentimental antar ras yang mereka jalani saat ini. Itu semua

merubah sudut pandang mereka saat ini, mereka tahu bahwa

perlakuan mereka tersebut banyak sisi negatif. Sejatinya dengan

banyak membaca membuka wawasan dan sudut pandang kita.

Page 81: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

66

pembunuhan yang dilakukan teman gangnya di sebuah toko. Temannya

menembak pria kulit hitam namun naas peluru tersebut salah sasaran dan

mengenai korban lain yang berasal dari ras kamboja, yang saat itu sedang

berbelanja di toko tersebut. Tapi yang ditangkap polisi pria kulit hitam merupakan

teman kelas Eva yang saat itu menjadi sasaran utama, di sini Eva di panggil

pengadilan untuk menjadi saksi.

Kita bisa membayangkan bagaiman perasaan Eva saat itu, pasti penuh

dengan kebimbangan, laksana dihadapkan pada kedua pilihan yang berat, jujur

berarti mengkhianati ras dan kelurganya, bohong berarti menjerumuskan teman

kelasnya sendiri. Sedangkan Gruwell telah menciptakan toleransi di antara teman-

teman kelasnya, Gruwell menciptakan kelas sebuah rumah dan penghuninya

adalah keluarga. Bak makan buah si mala kama itu mungkin yang dirasakan Eva,

tapi ia berani mengatakan kejujuran dan menegakkan keadilan tapi semua itu

mengancam kehidupannya, ia dibenci kaumnya sendiri bahkan mau dibunuh oleh

kelompoknya.

Di sini penonton bisa mengambil pesan yang disampaikan bahwa

keberanian menggungkapkan kejujuran penuh dengan resiko tapi akan berbuah

baik. Dalam sebuah kata-kata bijak dalam islam menyatakan katakan kejujran

walaupun itu pahit. Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah dan Rasul-Nya

memuji orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang

berlimpah untuk mereka.

Page 82: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

67

Adapun ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang kejujuran adalah surat

Al-Maidah ayat :199.

Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang

benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-

sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya.

Itulah keberuntungan yang paling besar".

Visual Dialog/Suara Type of Shot

Paco yang melakukannya

Paco membunuh orang itu

Ayahku tak mau lagi bicara

padaku.

Medium Close UP: gambar

diambil dari jarak yang dekat,

objek diambil hanya separuh

badan.

Medium Close UP: gambar

diambil dari jarak yang dekat,

objek diambil hanya separuh

badan.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek tetap

Page 83: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

68

Dan aku harus bersembunyi

sementara sebab ada kabar

aku mau dibunuh.

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Medium Long Shot: gambar

diambil setengah badan dari

jarak jauh, namun objek tetap

terlihat jelas beserta latar

belakangnya.

Denotasi

Gambar pertama dan kedua Eva sedang menjadi saksi di

pengadilan.

Gambar ketiga dan keempat Eva sedang curhat kepada gurunya

di kelas.

Konotasi

Eva sedang menjadi saksi pembunuhan di toko saat mereka

sedang belanja yang pelakunya adalah teman gangnya sendiri,

di sini terlihat ia begitu bimbang yang mana harus ia bela

apakah kaumnya ataukah kebenaran. Kalau ia jujur berarti dia

mengkhianati kaumnya dan kalau ia bohong bertentangan

dengan hati nuraninya yang sudah sadar akan arti keadilan.

Eva curhat dengan Gruwell tentang apa yang dialaminya setelah

Page 84: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

69

ia jujur di pengadilan, ia di buru-buru gangnya sendiri, karena

ia dituduh mengkhianati ras dan keluarganya sendiri dan

parahnya lagi Ayahnyapun tidak mau lagi berbicara kepadanya.

Mitos

Sejatinya Eva menemukan keberanian untuk mengungkapkan

kebenaran karena Gruwell berhasil menanamkan itu terhadap

anak didiknya, kelas bagi mereka adalah rumah dan teman-

teman mereka merupakan keluarga.

Kejujuran bagi sebagian orang dianggap kesalahan, ini terbukti

disaat Eva mengatakan bawasannya yang membunuh adalah

Paco yang merupakan teman gangnya, dan itu membuat

kelompok gangnya marah terhadap Eva. Ia diburu, di hajar

bahkan ingin dibunuh karena ia dianggap mengkhianati

kaumnya sendiri.

Page 85: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari temuan dan hasil analisis data pada film

Freedom Writers karya Richard LaGravenese, selaku sutradara sekaligus penulis

skenario adalah sebagai berikut:

Makna denotasi dari film yang diangkat dari kisah nyata ini berawal dari

kisah seorang guru bahasa Inggris Erin Gruwell yang terjerumus dalam kehidupan

anak-anak muridnya. Kemudian, tindakan dan empati Gruwell terhadap mereka

menumbuhkan kesadaran akan arti dari saling menghormati dan menghargai.

Makna konotasi dari film Freedom Writers ini yakni sang sutradara sengaja

mengangkat kisah peperangan antar ras yang mana banyak sisi negatif, tidak

berguna dan tidak layak. Metode pembelajaran dari seorang guru mampu

meningkatkan dan merangsang para muridnya untuk giat belajar.

Sedangkan pada tahap ini, makna mitos dari film ini didedikasikan kepada

remaja-remaja California yang terlibat dalam kerusuhan rasial setelah terjadinya

kerusuhan di Los Angeles 1992. Yang mana Erin Gruwell mampu mengajarkan

kepada mereka arti toleransi antar ras dan menumbuhkan minat belajar mereka

sehingga mereka bisa lulus dari sekolahan tersebut.

Page 86: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

71

B. Saran

Saran-saran yang bisa diberikan peneliti yang bisa dijadikan bahan masukan

dan evaluasi terhadap film Freedom Writers. Saran-saran ini ditujukan oleh

penulis kepada:

1. Sutradara

Seharusnya Sutradara dalam mengemas film ini, lebih banyak memberikan

efek dramatis sehingga emosional penonton terbawa dalam keharuan. Contohnya

pada adegan Marcus menemui ibunya dan ingin pulang kerumah setelah sekian

lama tidak bertemu, harusnya diberiakn adegan yang dramatis sampai sang ibu

menangis karena kepulangan anaknya. Namun disitu hanya adegan biasa yang

tidak menunjukan rasa rindu setelah sekian lama berpisah.

2. Penonton

Untuk khalayak pecinta film harus lebih teliti melihat kualitas film yang

ditonton. Serta harus cermat dalam memaknai pesan yang disampaikan sebuah

film, karena sejatinya banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari pesan yang

disampaikan film yang ditonton.

3. Universitas

Diharapkan universitas menyediakan sarana yang memadai untuk

mendukung, perkuliahan khususnya dalam bidang broadcast dan perfilman. Agar

mahasiswa bisa mempraktekkan teori-teori yang sudah didapatkannya, serta

mempunyai skill yang memadai untuk terjun dalam dunia broadcast dan

Page 87: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

72

perfilman. Serta memberikan dosen yang mumpuni dibidangnya, memang

berkompenten dibidang Broadcast dan perfilman.

Page 88: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

73

DAPTAR PUSTAKA

A. Buku

Ardianto, Elvinaro. Dkk. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media. 2007.

Asa Berger, Arthur. Media Analysis Techniques. Yogyakarta: Penerbitan

Universitas Atma Jaya Yogyakarta 1999.

Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan praktik. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya. 2006.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo.

2008.

Onong Uchjana, Efefendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi . Bandung:

PT Citra aditya Bakti. 1993.

Hartono, Agustinis. Imaji Musik Teks, Terjemahan Esai-esai terpilih

Roland Barthes. Yogyakarta: Jalasutra Anggota Ikapi. 1990.

Masri, Andry. Stategi Visual. Yogyakarta: Jalasutra. 2010.

Suryapati, Akhlis. Hari Film Nasional Tinjauan dan Restrospeksi. Jakarta:

Panitia Hari Film Nasional ke-60 Direktorat Perfilman 2010.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis framing. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2006.

Page 89: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

74

Soehartono, Irawan. Metode penelitian Sosil, Suatu teknik penelitian

bidang kesejahtraan sosial dan ilmu sosial lainnya. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya. 2004.

Rusdi, Prima. Bikin Film Kata 40 Pekerja Film. Jakarta: PT. Penerbit

Majalah Bobo. 2007.

Vihma, Susan & Seppo Vakena. Semiotika Visual dan Semantika Produk.

Yogyakarta: Jalasutra. 2009.

B. Media Online

Artikel diakses Senin 17 Januari 2011 pukul 15.00 WIB dari

http://orthevie.wordpress.com/2010/02/14/sinopsis-the-

freedom-writers-diary

Artikel diakses Rabu 15 Desember 2010 pukul 23.00 WIB dari

http://www.scribd.com/doc/32637180/Definisi-Film

Artikel diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%

20tentang%20Semiotik.pdf

“Teori semiotik“ diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/teori-semiotik.html.

Artikel, diakses Rabu, 15 Desember 2010 pukul 23.00 WIB dari

http://www.scribd.com/doc/32637180/Definisi-Film

Artikel diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://www.playscripts.com/author.php3?authorid=917

Page 90: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

75

Artike diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://selebriti.kapanlagi.com/hollywood/h/hilary_swank.

Artikel diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://translate.google.co.id/?client=firefox-

a&rls=org.mozilla:en-

Artikel diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://orthevie.wordpress.com/2010/02/14/sinopsis-the-

freedom-writers-diary.

Artikel, diakses Senin, 21 Februari 2011 pukul 11.40 WIB dari, Sejarah

Film 1900- 1950: Bikin Film di Jawa,

http://indonesiabuku.com/?p=2537

Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%

20tentang%20Semiotik.pdf

Artikel, diakses Senin, 21 Februari 2011 pukul 11.45 WIB dari

http://abunavis.wordpress.com/2007/12/31/mitos-dan-bahasa-

media-mengenal-semiotika-roland-barthes/

Artikel, diakses Rabu 7 Januari 2011 pukul 13.30 WIB dari

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%

20tentang%20Semiotik.pdf

Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://www.playscripts.com/author.php3?authorid=917

Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://translate.google.co.id/?client=firefox-

a&rls=org.mozilla:en-

Page 91: ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS

76

Artikel, diakses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Patrick_Dempsey

Artikel, diakses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Imelda_Staunton

Artikel, diakses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari

http://www.imdb.com/name/nm0001277/

Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://hannanoeryanti.wordpress.com/2008/10/11/presentasi-

konflik-di-labsos/

Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://azzkee.multiply.com/journal/item/144

Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari

http://orthevie.wordpress.com/2010/02/14/sinopsis-the-

freedom-writers-diary/

Artikel “Teknik Pengambilan Gambar” diakses pada tanggal kamis 9 Juni

2011 pukul 10 30 WIB dari http://www.thinktep.wordpress.com

Artikel, diakses minggu, 24 Juli 2011 pukul 11.15 WIB dari

http://dspace.widyatama.ac.id/jspui/bitstream/10364/515/4/bab

2.