Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS WACANA CITRA WARTAWAN
DALAM FILM SPOTLIGHT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
M. Alief Mumtaz Nadiby
NIM: 1112051100056
JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
ANALISIS WACANA CITRA WARTAWA}I DALAM T'ILM SPOTLIGHT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ihnu Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
M. Alief Mumtaz Nadibv
NIM: 1112051100056
Pembimbing
t*4Ade Rina Farida M.Si
IIIIP : 1 9770 5132007 012018
JURUS$I JTJRNALISTIK
FAI(JLTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMT]I\IKASI
I.]NTVERSITAS ISLAII,I NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA
2018
PtrNGESAHAN PANITIA UJIAN
Slc'ipsi berjudul Analisis wacana citra wartawan Dalam Film spotligttr oleh M.
Alief Murntaz Nadiby, dengan NIM 1112051100056 tetah diujikan dalam Sidang
Munaqasah Fakultas llmu Dakwah dan llmu I(omunikasi UN Syarif Hidayatullah
Jakarta, padatanggal 13 Novernber 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk mernperoleh gelar program Strata Satu (S1) pada.jurusan konsentrasi
Jurnalistik.
Tangerang Selatan, 13 Novernber 2018
Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Auggota Seliretaris Merangkap Anggota
N{.Si009 r 21 002
Anggota
Penguii IIo
NIP. r9781008200604r 002
NtP. 197104122000032001
4Rizaluddih Kurrriawan, M.SiNrDN.2026067905
Pembimbing
4*4Ade ttina Farida, M.Si
NrP. 1 9770s 1 32007 012018
LEMBARPERNTYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
Skipsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah J akarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
lakarta, 0l Oktober 2018
,vr. Alief Mumtaz Nadiby
ABSTRAK M. Alief Mumtaz Nadiby
NIM: 1112051100056
Analisis Wacana Citra Wartawan Dalam Film Spotlight
Film Spotlight merupakan film yang diangkat dari kisah nyata mengenai
sebuah tim investigasi dari harian The Boston Globe yaitu Spotlight, Spotlight
mengangkat kasus pelecehan anak yang dilakukan oleh pastur di Boston.
Perjuangan dan kegigihannya dalam mengungkap kasus ini digambarkan secara
jelas dan detail dalam film ini.
Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah ingin
mengetahui bagaimana struktur wacana makro, mikro, dan superstruktur yang terkandung dalam film Spotlight dan bagaimana citra wartawan yang digambarkan
dalam film Spotlight.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode penelitian analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun A. Van Dijk.
Pengumpulan data melalui premier dan sekunder, kemudian melakukan
pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki
kemudian mencatat dan memilih adegan yang sesuai dengan penelitian.
Tema besar dalam film ini adalah mengenai jurnalisme investigasi tentang
skandal pelecehan anak yang dilakukan oleh pastur di Boston. Citra wartawan
dalam film ini memiliki rasa ingin tahu yang besar, totalitas dalam bekerja,
mematuhi kode etik, kegigihan dalam menembus narasumber, dan berani
mengungkap kebenaran. Kemudian bagaimana citra tersebut dikaitkan dengan
wacana model Teun Van A. Dijk melalui level teks yang terdiri dari struktur
makro, mikro, dan superstruktur.
Film ini menunjukan bahwa menjadi wartawan sesungguhnya tidaklah
mudah, butuh tekad yang bulat serta mental yang kuat dalam menghadapi segala
kemungkinan yang akan terjadi di lapangan. Serta dalam menjalankan tugasnya
wartawan harus mematuhi kode etik yang berlaku seperti berpihak pada
kebenaran, independen yakni tidak berpihak pada siapapun, menjaga idenditas
narasumber, dan melaporkan kejadian sesuai fakta.
Kata kunci: Spotlight, Wacana, Citra, Film, wartawan
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta
shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
“Analisis Wacana Citra wartawan Dalam Film Spotlight” diharapkan mampu
menyumbang wawasan serta pengetahuan tentang narasi dalam film.
Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, maka penulis menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, bimbingan, doa serta dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi
ini, terutama kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Dr. Suparto. M.Ed. Ph.D, Selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag Selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, serta Dr. H. Suhaimi, M.Si Selaku Wakil Dekan III
BidangKemahasiswaan.
2. Kholis Ridho, M,Si Sebagai Ketua Jurusan Konsentrasi Jurnalistik dan
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA ,Selaku Sekertaris Jurusan Konsentrasi
Jurnalistik.
3. Ade Rina Farida M.Si Sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan ilmu serta meluangkan waktunya yang sangat berharga
untuk membimbing dan senantiasa memberikan pengarahan kepada
ii
penulis selama proses penulisan skripsi ini.
4. Dr. Rully Nasrullah M.Si Sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing penulis selama kurang lebih 5 tahun perkuliahan.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah mengajar dan
memberikan ilmu yang bermanfaat kepadapenulis.
6. Seluruh Staff Tata Usaha dan karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam hal peminjaman buku – buku yang digunakan
sebagai referensi dan memberikan pelayanan dengan baik kepada penulis
sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Ucapan terimakasih dan doa tiada henti penulis sampaikan kepada
ayahanda Achmad Sururi S.Pd, (alm) yang tak banyak penulis bisa
lakukan selain mengirim doa dan alfatihah untuknya semoga
ditempatkan di Surga-Nya. Serta ibunda Hj. Siti Mutmainnah S.Pd,
yang telah merawat dan membersarkan penulis dengan penuh cinta dan
kasih sayang serta selalu mendoakan penulis dengan penuh ikhlas, juga
memberikan motivasi kepada penulis.
8. Terimakasih banyak untuk adikku M. Fajrurrachman Nabil dan Aufa
Ziany Putri yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
9. Kepada nenek Ny. Umi Tuamah yang telah memberikan doa, semangat,
dan dukungan kepada penulis.
10. Terimakasih kepada pamanku Drs. Achmad Sulhi Chotib S.Ag, yang
iii
selalu memberikan semangat dan bantuan materi kepada penulis.
11. Terima kasih kepada sahabat-sahabat Angga, Eva, Fauzi, Fatur,
Parama, Harry, Roni, Yasir, Yusuf, Zaini, Badrus, Reza, Firman,
Asa, Farouq, dan lainnya atas saran, masukan, kritik, perhatian dan
pengertiannya.
12. Terimakasih sahabat perjuangan Jurnalistik B 2012 semoga silaturahmi
kita selalu terjaga.
13. Tak lupa kakak kelas dan adik kelas penulis yang telah melewati waktu
bersama penulis.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada seluruh pihak yang telah membantu. Semoga Allah membalas segala
kebaikan kalian semua. Amiin yaa Rabbal’Alamin. Tentu banyak sekali
kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Tiada yang sempurna karena
kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT.
Jakarta, 01 Oktober 2018
M. Alief Mumtaz Nadiby
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
D. Metodologi Penelitian ...................................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 8
F. Sitematika Penulisan ......................................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Citra ......................................................................................................... 11
1. Pengertian Citra ......................................................................................... 11
2. Jenis-jenis Citra ......................................................................................... 13
B. Wartawan ........................................................................................................... 15
C. Tinjauan Tentang Film ................................................................................... 20
1. Pengertian Film ......................................................................................... 20
2. Jenis-jenis Film ......................................................................................... 22
3. Film Dokumenter ...................................................................................... 25
D. Analisis Wacana .............................................................................................. 31
1. Pengertian Wacana ................................................................................... 31
2. Analisis Wacana Teun A. van Dijk ..................................................... 32
BAB III GAMBARAN UMUM FILM SPOTLIGHT
A. Sinopsis Film Spotlight .................................................................................. 38
v
B. Tokoh Film Spotlight ...................................................................................... 40
C. Penghargaan Film Spotlight .......................................................................... 43
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Teks Film Spotlight ........................................................................ 45
B. Citra Wartawan Dalam Film Spotlight ...................................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 70
B. Saran .................................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Struktur Wacana van Dijk .......................................................................... 37
2. Tabel 4.1 Opening Shoot ................................................................................................ 48
3. Tabel 4.2 Conflict Scene................................................................................................. 50
4. Tabel 4.3 Anti Klimaks (Solusi) .................................................................................. 51
5. Tabel 4.4 Ending .............................................................................................................. 52
6. Tabel 4.5 Detail................................................................................................................. 54
7. Tabel 4.6 Maksud ............................................................................................................. 56
8. Tabel 4.7 Praanggapan .................................................................................................... 58
9. Tabel 4.8 Koherensi ......................................................................................................... 59
10. Tabel 4.9 Bentuk Kalimat .............................................................................................. 61
11. Tabel 4.10 Kata Ganti ..................................................................................................... 63
12. Tabel 4.11 Grafis .............................................................................................................. 64
13. Tabel 4.12 Metafora ........................................................................................................ 66
14. Tabel 4.13 Ekspresi ......................................................................................................... 67
vii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 4.1 Potongan Adegan; Opening Shoot
2. Gambar 4.2 Potongan Adegan; Conflict Scene
3. Gambar 4.3 Potongan Adegan; Conflict Scene
4. Gambar 4.4 Potongan Adegan; Conflict Scene
5. Gambar 4.5 Potongan adegan; Conflict Scene
6. Gambar 4.6 Potongan Adegan; Anti Klimaks
7. Gambar 4.7 Potongan Adegan; Anti Klimaks
8. Gambar 4.8 Potongan Adegan; Ending
9. Gambar 4.9 Potongan Adegan; Detail
10. Gambar 4.10 Potongan Adegan; Detail
11. Gambar 4.11 Potongan Adegan; Detail
12. Gambar 4.12 Potongan Adegan; Detail
13. Gambar 4.13 Potongan Adegan; Maksud
14. Gambar 4.14 Potongan Adegan; Maksud
15. Gambar 4.15 Potongan Adegan; Praanggapan
16. Gambar 4.16 Potongan Adegan; Koherensi
17. Gambar 4.17 Potongan Adegan; Koherensi
18. Gambar 4.18 Potongan Adegan; Koherensi
19. Gambar 4.19 Potongan Adegan; Bentuk Kalimat
20. Gambar 4.20 Potongan Adegan; Bentuk Kalimat
21. Gambar 4.21 Potongan Adegan; Kata Ganti
22. Gambar 4.22 Potongan Adegan; Grafis
23. Gambar 4.23 Potongan Adegan; Grafis
24. Gambar 4.24 Potongan Adegan; Grafis
25. Gambar 4.25 Potongan Adegan; Grafis
26. Gambar 4.26 Potongan Adegan; Grafis
27. Gambar 4.27 Potongan Adegan; Metafora
28. Gambar 4.28 Potongan adegan; Ekspresi
29. Gambar 4.29 Potongan Adegan; Ekspresi
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jurnalisme investigasi diposisikan sebagai level teratas dalam
tingkatan kesulitan jurnalistik. Berita-berita yang berdasarkan investigasi
ini sering disebut dengan istilah berita ekslusif.1 Hal ini tidak berlebihan
karena sifat peliputannya yang berdeda dari peliputan reguler. Dalam
melakukan investigasi, jurnalis harus mampu mengungkap fakta dari
sebuah kasus yang tersembunyi maupun yang sengaja ditutup-tutupi. Sikap
yang independen dibutuhkan agar berita yang disajikan terbebas dari
pengaruh apapun. Pengaruh tersebut dapat berupa tekanan pemerintah,
kepentingan partai politik, tekanan golongan, kekuatan mayoritas,
subyektifitas pribadi, maupun tekanan dari media tempat sang jurnalis
bekerja.
Sangat menarik ketika bisa melihat kinerja jurnalisme investigasi
yang tidak mudak layaknya peliputan reguler. Hal ini dikarenakan
jurnalisme investigasi membutuhkan perjuangan wartawan dalam
mengungkap sebuah kasus yang tersembunyi dari sarat kepentingan.
Seperti dalam film Spotlight, film yang berdurasi 2 jam 9 menit ini
bertema drama atau misteri, menjelaskan tentang tim Spotlight yaitu
sebuah tim investigasi bentukan dari koran harian The Boston Globe.
Terdiri dari Walter Robinson (Michael Keaton), sebagai editor Spotlight
serta akrab dipanggil Robby. Disusul kemudian tiga reporter yakni
1 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (ROSDA, bandung, 2000), hal.53.
1
2
Michael Rezendes (Mark Rufallo), Sacha Pfeiffer (Rachel
McAdams), Matt Carroll (Brian d’Arcy James), dan ben Bradlee Jr. (John
Slattery) sebagai deputi editor. Spotlight sudah menjadi andalan dari koran
harian The Boston Globe, karena dikhususkan dalam menginvestigasi
kasus-kasus besar dan prosesnya mampu memakan waktu yang panjang.
Bermula pada saat editor baru The Boston Globe yaitu Marty
Baron, ingin menjadikan korannya penting bagi pembaca maka
memberikan tugas kepada tim Spotlight untuk melakukan investigasi
terhadap John Geoghan. Geoghan yang seorang pastur diduga telah
melakukan pelecehan seksual terhadap 80 anak laki-laki dan perempuan
yang sudah bertahun-tahun dan belum terugkap. Dimana pada kasus ini
juga, aparatur penegak hukum seperti Lembaga Peradilan, Jaksa Agung,
dan Kepolisian Boston tidak bisa berbuat banyak untuk kasus ini. Pada
akhirnya kasus ini tidak menjadi permasalahan yang harus diungkap lagi,
karena Gereja mempunyai sistem yang kuat dan diselimuti lembaga paling
sakral. Pada awalnya mendapat protes karena mengetahui sulitnya untuk
mengalahkan dominasi Gereja di masyarakat, namun kebenaran harus
tetap terungkap bagaimanapun rintangan yang akan menghadang nantinya.
Mulai itu tim Spotlight bekerja mencari dokumen-dokumen yang
sudah tertimbun bertahun-tahun.kemudian mulai mencari orang-orang
yang terlibat dari kasus tersebut, mulai dari korban pelecehan seksual,
pengacara yang menangani, pengadilan, dan pastur tersebut. Pertama
dimulai dari Mitchael Garabedian yang pernah menjadi pengacara bagi
para korban pelecehan seksual yang dalam pengungkapan kebenarannya ia
3
sering diancam oleh Gereja. Mike dengan ini menyebutkan bahwa The
Boston Globe salah satu media massa lokal yang paling kuat pada waktu
itu sehingga masyarakat akan percaya terhadap apapun hasilnya nanti.
Selanjutnya keempat tim Spotlight mulai wawancara terhadap para
korban. Pertama mengundang Phill Shaviano (korban) ke tempat The
Boston Globe. Phill menuturkan terdapat 13 pastur yang terlibat dalam
pelecehan seksual di Boston. Penuturan Phill selaku korban, ketika masa
kecilnya ia menuturkan disuruh oral seks oleh pastur karena pada waktu
itu Phill menganggap bahwa pastur adalah sesuatu yang Agung dan akan
menjadi penyelamat bagi dirinya. Menurutnya pastur telah melakukan
pelecehan seksual secara fisik dan spiritual, karena pastur telah merampok
keimanannya demi kepuasan nafsu semata.
Korban kedua yaitu Joe yang diwawancarai oleh Sacha, ia seorang
Gay lalu menuturkan bahwa ketika kecil diajak pastur dan terpaksa
melakukan apa yang diinginkan pastur yaitu berhubungan intim pada masa
kecil. Selanjutnya korban ketiga yaitu Patrick, dengan bantuan bantuan
Mitch akhirnya diwawancarai, salah satu korban dari pastur Geoghan
dalam pelecehan seksual terhadap anak-anak. Pada waktu itu Patrick
berusia 12 tahun. Selanjutnya Spotlight mendapat tambahan informasi
yang diterima dari Ricar Sipe, yaitu peneliti pencabulan yang dilakukan
pastur-pastur pada waktu itu. Ricard menjelaskan bahwa itu adalah sebuah
fenomena psikiatri sehingga harus benar-benar terungkap ketidak-adilan
ini. Dari hasil wawancara dengan korban, yang menjadi target pastur yaitu
keluarga miskin, tidak mempunyai ayah, dan memiliki watak pemalu
4
suapaya apa yang dilakukannya tidak disebarluaskan ke khalayak umum.
Tim Spotlight terkejut dengan penuturan dari Ricard Sipe yang
menyebutkan terdapat 90 pastur yang terlibat dalam jaringan kasus ini.
Setelah dicari data dan sumber yang valid akhirnya Spotlight menemukan
kebenarannya bahwa terdapat 87 pastur yang terindikasi melakukan
kejahatan tersebut.
Berita besar ini tidak terugkap tidak pernah terungkap, karena dari
pengacara, Gereja, pastur, uskup dan keluarga korban sering diselesaikan
dengan jalur kekeluargaan yaitu lebih teaptnya ganti rugi. Gereja di Boston
juga mempunyai peranan dalam membisukan jaksa, polisi, lembaga
peradilan dan lainnya. Sehingga ditengah penyelidikannya, Spotlight tidak
fokus terhadap kasus pastur melainkan fokus terhadap sistemnya yang
begitu menggurita dan sulit untuk diungkap. Dari sini juga mulai terlihat
daftar pelecehan seksual kemudian Spotlight mewawancarai korban pastur
yang sangat banyak, hal ini membuat kasus pelecehan seksual oleh pastur
semakin terang.
Spotlight mencari dokumen rahasia yang menunjukkan keterlibatan
pastur dan uskup pada kasus itu sejak bertahun-tahun, namun ketika
mencari dokumen rahasia tersebut banyak rintangan sehingga teramat sulit
untuk mendapatkannya. Dengan bantuan Mitch Garabedian, akhirnya
Mike mampu menemukan dan mengetahui isi dokumen tersebut yang
isinya mengatakan bahwa uskup yaitu Cardinal Law ternyata sudah
mengetahui akan pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastur tetapi
hanya diam saja mengetahui kejadian tersebut. Sudah jelaslah kasus
5
tersebut, ketika detik-detik akan diterbitkan berita ini, robby menyatakan
bahwa harus mencari lagi data yang lebih lengkap dan harus ada
konfirmasi dari pihak terkait sehingga berita ini akan penting bagi
khalayakdibalik kesucian pastur yang terlindungi oleh agama dan agar 87
pastur tersebut mengakui terhadap kejahatan yang dilakukannya.
Film yang disutradarai Tom McCharty ini berhasil mendapatkan 25
penghargaan di berbagai ajang festival film. salah satunya adalah Academy
Award untuk film terbaik (Oscar) 2016, Academy Award untuk naskah
Asli terbaik (Oscar), dan lain-lain.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan
penelitian pada film Spotlight melalui teks atau naskah apa saja yang
mengandung citra wartawan dalam film tersebut dengan judul
“ANALISIS WACANA CITRA WARTAWAN DALAM FILM
SPOTLIGHT.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah tentang citra
wartawan dalam melakukan liputan investigasi dan dibatasi dengan model
analisis wacana Teun A. Van Dijk.
1. Bagaimana struktur wacana makro, mikro dan superstruktur
yang terkandung dalam film “Spotlight”?
2. Bagaimana wacana citra wartawan dalam film “Spotlight”?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan khusus
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui wacana mengenai citra
wartawan dalam film Spotlight.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak informasi
mengenai analisis studi komunikasi khususnya analisis wacana
kritis pada film. Serta menjadi tambahan referensi untuk daftar
pustaka.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan para
mahasiswa jurnalistik yang tertarik melakukan penelitian mengenai
film serta memberikan pelajaran mengenai bagaimana menjadi
wartawan yang baik dan benar.
D. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan menggunakan
penelitian kualitatif dengan metode penelitian analisis wacana (Discourse
Analisis) yaitu studi tentang struktur pesan atau telah mengenai aneka
fungsi bahasa (Pragmatik).2
Model analisis wacana yang digunakan oleh penulis adalah analisis
wacana model Teun A. van Dijk. Menurutnya penelitian wacana tidak
2 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001) h.48
7
cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya
hasil dari suatu praktek produksi yang harus juga diamati.3
Analisis Van Dijk di sini menghubungkan analisis tekstual yang
memusatkan perhatian kepada teks kearah analisis yang komperhensif
bagaimana teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan
individu pembuat film maupun dari masyarakat.4
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah film Spotlight.
Sedangkan objek penelitian ini adalah potongan gambar visual
(scene) yang terdapat dalam film Spotlight, juga dari teks
dalam film Spotlight yang berkaitan dengan rumusan masalah
penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua, pertama adalah data primer diperoleh dari video
film Spotlight yang kemudian dipilih beberapa scene yang
dibutuhkan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Kedua
adalah data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
literatur yang mendukung data primer seperti internet, buku-
buku yang berhubungan dengan penelitian, dan artikel.
3. Teknik Penelitian
Teknik penelitian dalam penelitian ini terbagi menjadi dua.
Pertama adalah observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan
3 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, (Yogyakarta : LKIS, 2006), h.221. 4 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Media, (Yogyakarta : LKIS, 2006), h.225.
8
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.
Peneliti menggunakan metode pengamatan secara menyeluruh
dari semua adegan dalam film Spotlight kemudian mencatat
dan memilih adegan yang sesuai degan penelitian. Yang kedua
adalah dokumentasi, yaitu dengan membaca, dan mempelajari
berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah, atau jurnal) yang
terdapat di perpustakaan, internet, atau instansi lain yang dapat
dijadikan analisis dalam penelitian ini.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa tinjauan
pustaka yang pembahasannya mendekati apa yang diteliti oleh penulis.
Beberapa diantaranya yaitu skripsi dengan judul “Jurnalisme Invetigasi
Dalam Film (Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi Dalam Film “State
Of Play”)” oleh Barlian Anung Prabandono mahasiswa jurusan ilmu
komunikasi Universitas Sebelas Maret. Sama-sama meneliti film
bertemakan jurnlaisme investigasi dan menggunakan analisis wacana
model Teun A. Van Djik. Walaupun sama-sama melakukan penelitian
menegnai film jurnalistik menggunakan analisis wacana Teun A. Van Djik
namun, isi penelitian berbeda.
Skripsi oleh Siti Qoriatun Solihah mahasiswa jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang berjudul “Analisis Wacana pesan Dakwah Film Dalam Mihrab
Cinta” yang menggunakan analisis wacana teun A. Van Dijk.
9
Skripsi berjudul “Analisis Wacana Film Titian Serambut Dibelah
Tujuh Karya Chaerul Umam” oleh Zakka Abdul Malik mahasiswa jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, dalam skripsinya menggunakan analisis Teun A.
Van Dijk.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan
uraian skripsi ini, penulisan skripsi ini akan disusun secara sistematis
sesuai ketentuan dan aturan yang berlaku. Adapun bentuk penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini akan dikemukakan Latar Belakang Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan
Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan teori
Landasan teori meliputi pengertian teori citra, wartawan, tinjauan tentang
film, analisis wacana, dan analisis wacana model Teun A. Van Dijk.
BAB III Gambaran Film Spotlight
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum film Spotlight yang terdiri
dari sinopsis film dan penghargaan film Spotlight.
10
BAB IV Temuan dan Analisis Data
Bab ini membahas tentang temuan data mengenai analisis citra wartawan
dalam film Spotlight yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil penelitian.
BAB V Penututp
Pada bab terakhir merupakan kesimpulan dan saran penulis dari hasil
penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Citra
1. Pengertian Citra
Citra merupakan sebuah persepsi tentang suatu realitas dan
tidak harus selalu sesuai dengan realitas yang ada. Citra terbentuk
berdasarkan informasi yang diterima. Media massa bekerja untuk
menyampaikan informasi untuk khalayak di mana informasi tersebut
memebentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. 1
Citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap
perusahaan. Kesan ini diciptakan secara sengaja dari suatu obyek,
orang atau organisasi. 2
Landasan citra berakar dari nilai-nilai kepercayaan yang
diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau persepsi.
Proses akumulasi dan amanah kepercayaan yang telah diberikan oleh
individu-individu tersebut akan mengalami proses cepat atau lambat
untuk membentuk opini publik yang lebih luas, yaitu sering dinamakan
citra.
1 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 224.
2 Nur Kholisah, Strategi Komunikasi Public Relations dan Citra Positif Organisasi, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol 13, No. 3, September - Desember 2015, h. 20
11
12
Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi
dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat
(kehumasan) atau public relations. Pengertian citra itu sendiri
abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi
wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk. 3
Biasanya landasan citra itu berakar dari “nilai-nilai
kepercayaan” yang kongkretnya diberikan secara individual, dan
merupakan pandangan atau persepsi. Proses akumulasi dari amanah
kepercayaan telah diberikan oleh individu-individiu tersebut akan
mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu
opini publik yang lebih luas, yaitu sering dinamakan citra (image). 4
Dari pengertian di atas, dapat diartikan citra adalah sebuah
gambaran, kesan yang melekat pada seseorang ataupun kelompok.
Begitu juga dengan citra wartawan yang berarti adalah kesan terhadap
wartawan tersebut. Apakah citra yang buruk atau justru citra yang
baik.
3 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: Rajagrifindo,
2010), h. 75.
4 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: Rajagrifindo, 2010), h. 75.
13
2. Jenis-jenis Citra
Ada beberapa jenis citra yang dikenal dalam dunia kehumasan
atau public relations yaitu:5
1. Citra bayangan (mirror image)
Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam
mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini
seringkali tidaklah tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai
akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun
pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu
mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar.
2. Citra yang berlaku (current image)
Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku (current
image) ini adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh
pihak-pihak luar mengenai sesuatu organisasasi. Citra ini
sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang
dimiliki oleh mereka yang memepercayainya. Biasanya pula citra
ini cenderung negatif. Citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan
jarang, sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari
pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang biasanya
serba terbatas.
5 Frank Jefkins, Public Relations, Terj. Haris Munandar, (Erlangga, 2002), h. 21-23.
14
3. Citra yang diharapkan (wish image)
Citra yang diharapkan adalah suatu citra yang diinginan oleh
pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang
sebenarnya. Namun secara umum, yang disebut sebagai citra
harapan itu memang sesuatu yang berkonotasi baik.
4. Citra perusahaan
Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi
bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. Citra
perusahaan ini terbentuk dari banyak hal, seperti sejarah atau
riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan dan
stabilitas di bidang keuangan, kualitas produk, keberhasilan
ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta
lapangan pekerjaan, kesediaan memikul tanggung jawab sosial,
dan komitmen mengadakan riset.
5. Citra majemuk
Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan
sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Untuk
menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan, variasi citra yang
ditekan harus seminimal mungkin dan citra perusahaan secara
keseluruhan harus ditegakan.
15
6. Citra yang baik dan yang buruk
Sebelumnya sudah disebutkan bahwa citra public relations
yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan
pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang
sesungguhnya. Itu berarti citra tidak dapat “dipoles agar lebih
indah dari warna aslinya” (karena hal itu justru dapat
mengacaukannya). Suatu citra yang lebih baik sebenarnya bisa
dimunculkan kapan saja, termasuk di tengah terjadinya musibah
atau sesuatu yang buruk.
B. Wartawan
Wartawan adalah profesi mencari, mengumpulkan dan menulis berita
yang kemudian diserahkan kepada redaktur media untuk dipublikasikan
kepada masyarakat.
Wartawan sebagai profesi memiliki kebebasan yang disebut kebebasan
pers, yakni kebebasan mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan berita
yang berisi gagasan dan informasi. Kebebasan pers tidak berarti bahwa
wartawan dalam menjalankan tugasnya dapat berbuat semaunya. Di dalam
16
menjalankan profesinya tersebut, wartawan terikat dengan
peraturan perundang-undangan yang menyangkut delik pers. 6
Upaya-upaya untuk memperbaiki pendidikan kewartawanan
menunjukan bahwa “profesionalisasi” dapat diharapkan semakin
meningkat dalam lapangan pekerjaan jurnalistik, yang kemungkinan besar
mengarah pada otonomi yang lebih mantap dan kekuatan yang lebih besar
untuk menahan tekanan-tekanan dan pengaruh dari kelompok-kelompok
kepentingan dalam masyarakat.7
Bill Kovach dan Tom Rosentiel melakukan riset terhadap apa yang
seharusnya menjadi prinsip para wartawan. Kovach dan Rosentiel
menuliskan risetnya dalam buku 9 elemen jurnalistik antara lain: 8
1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran.
Elemen pertama yaitu jurnalisme diwajibkan patuh terhadap
etik pemberitaan, berita yang diberitakan tidak bias artinya tidak
menimbulkan pertanyaan yang membuat masyarakat ragu akan
kebenaran berita tersebut, menjalankan akurasi kebenaran atau
penyelidikan terhadap berita.
6 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 86.
7 Hikmat Kusumaningrat,dkk, Jurnalistik Teori Dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),h. 116.
8 Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-Elemen Jurnalisme, Terj. Yusi A. Pareanom, (Institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, 2003, h. 6.
17
2. Loyalitas pertama jurnalisme kepada warga.
Jurnalisme juga sebagai sosial kontrol, tidak boleh berpihak
pada pemerintah atau pada pihak manapun bahkan pada media di
tempat ia bekerja.
3. Intisari jurnalisme adalah disiplin dalam verifikasi.
Hal yang membedakan anatara mana produk jurnalisme, mana
prodak propaganda, mana prodak seni, mana prodak fiksi.
4. Para praktisnya harus menjaga independensi terhadap sumber
berita.
Elemen ini mengenai hal yang prinsipil. Wartawan mungkin
membayangkan bahwa dirinya bisa melaporkan dan menjadi
bagian dari peserta saat peristiwa berlangsung. Berita yang
disampaikan harus objektif dan tidak memihak pihak manapun.
5. Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan.
Peran jurnalisme sebagai penjaga (watchdog) harus
dilaksanakan untuk memantau kekuasaan dan peran ini tidak boleh
disalah gunakan. 9
9 Luwi Ishwara, Jurnalisme Dasar, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2005),h. 11.
18
6. Jurnalisme harus menyediakan forum publik untuk kritik maupun
dukungan warga.
Diskusi publik ini bisa melayani masyarakat dengan baik jika
mereka mendapatkan informasi berdasarkan fakta bukan atas dasar
prasangka atau dugaan-dugaan.
7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting menarik
dan relevan.
Apa yang menurut masyarakat inginkan dengan apa yang
masyarakat butuhkan walaupun tidak diinginkan haruslah
seimbang.
8. Jurnalisme harus menjaga agar berita komprehensif dan
proporsional.
Dari sebuah berita, hal-hal yang penting tidak boleh
dihilangkan dan berita harus sesuai fakta dan tidak menimbulkan
opini.
9. Para praktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka.
Setiap wartawan harus memiliki rasa etik dan tanggung jawab.
Wartawan harus mau, bila rasa keadilan dan akurasi mewajibkan,
untuk menyuarakan perbedaan dengan rekan-rekan kita, entah itu
di ruang redaksi ataupun di kantor eksekutif. 10
10 Luwi Ishwara, Jurnalisme Dasar, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2005),h. 13.
19
Dewasa ini, masyarakat menganggap pers dikuasai oleh para
pemilik media yang kebanyakan adalah penguasa suatu partai. Lebih
lanjut, prinsip anjing penjaga (watchdog) tengah terancam dalam
jurnalisme karena penggunaannya yang berlebihan, dan oleh peran
anjing penjaga palsu yang lebih ditunjukan untuk menyajikan sensasi
ketimbang pelayanan publik. Barangkali yang bahkan lebih serius lagi,
peran anjing penjaga terancam oleh jenis baru konglomerasi
perusahaan, yang secara efektif bisa merusak independensi yang
dibutuhkan pers untuk menjalankan peran pemantauan mereka. 11
Pada dasarnya wartawan harus independen terhadap apapun yang
mereka liput. Prinsip idenpendensi ini harus dijunjung tinggi di atas
identitas lain seorang wartawan. Misalnya, seorang wartawan
beragama Islam sedang meliput pereseteruan antara umat Kristen dan
umat Islam yang terbukti bersalah adalah umat Islam, sang wartawan
harus bersikap independen dengan memberitakan apa yang sebenarnya
terjadi dan tidak menutup-nutupi kebenaran tersebut.
Dua wartawan Washington Post yakni Bob Woodward dan Carl
Bernstein mendapat penghargaan Putlizer karena berupaya
mengungkap skandal politik besar Amerika, Watergate yang saat itu
ditutup-tutupi oleh para petinggi pemerintahan. Reportase
11 Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-Elemen Jurnalisme, Terj. Yusi A. Pareanom,
(Institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, 2003), h. 141.
20
investigative pun mendadak beroleh popularitas dan daya tarik dan
mendefinisi ulang citra profesi ini.12
Kewajiban yang diemban wartawan melahirkan tanggung jawab
yang harus mereka pikul. Akar dari tanggung jawab ini terutama
berasal dari kenyataan bahwa kita ini selain sebagai individu juga
menjadi anggota masyarakat, yang dengan keputusan, dan tindakan,
dapat mempengaruhi orang lain, semakin berat pula kewajiban
moralnya.13
C. Tinjauan Tentang Film
1. Pengertian Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput
tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang
akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan
di bioskop). 14
Film adalah potongan gambar berupa adegan yang
mempunyai jalan cerita maju, mundur atau campuran dan di dalamnya
memiliki pesan kepada penonton.
Lumiere bersaudara membuat penemuan yang dapat
menampilkan orang yang duduk dalam ruang gelap menonton gambar
bergerak yang diproyeksikan ke layar. Pada tahun 1985 melalui alat
12 Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Elemen-Elemen Jurnalisme, Terj. Yusi A. Pareanom,
(Institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, 2003), h. 140.
13 Luwi Iswara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2005), h. 15.
14 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),h. 316.
21
cinematographe sebuah alat berfungsi fotografi sekaligus alat
proyeksi. Thomas Edison (1896) kemudian menemukan Vitascope
yang diputar perdana di New York, sehingga dimulailah industri
film.15
Film seperti pabrik mimpi, yang membuat orang menonton
agar dapat merasakan dan mencari-cari apakah ada kesusuaian antara
pengalaman pribadi dengan cerita film, dengan itu banyak pelajaran
penting di dalamnya. Sehingga film dapat membentuk budaya
khalayak dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat meniru cara
berbicara, gaya, mode, dari para aktris di dalamnya, bahkan penonton
dapat memperoleh pengetahuan baru di dalamnya yang tidak pernah
terintas di benak sebelumnya. Ada tiga komponen penting dalam
industri fim di Amerika Serikat yakni: (1) produksi film, (2) distribusi
film, (3) pemutaran film.16
Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media
pembujuk, namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan
atau persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor
juga menunjukan bahwa sebenarnya film sangat berpengaruh. 17
15 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: CERDAS BERMEDIA KHALAYAK MEDIA MASSA,
(Depok: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 60-61.
16 Apriadi Tamburaka, Literasi Media: CERDAS BERMEDIA KHALAYAK MEDIA MASSA,
(Depok: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 63-64.
17 William L. Rivers, Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), ed.2, h. 252.
22
Dilihat dari sejarahnya, penemuan film sebenarnya berlangsung
cukup panjang. Ini disebabkan karena film melibatkan masalah-
masalah teknik yang cukup rumit, seperti masalah optik, lensa, kimia,
proyektor, kamera, roll film, bahkan sampai pada masalah psikologi.
Usaha untuk memepelajari bagaimana gambar dipantulklan lewat
cahaya, konon telah dilakukan sekitar 600 tahun sebelum masehi.
Ketika itu Archimedes berusaha memantulkan cahaya matahari kearah
kapal-kapal perang romawi untuk mempertahankan Syracuse. Benar
tidaknya cerita ini, yang jelas bahwa usaha memproyeksikan bayangan
gambar telah dilakukan pada tahun 1645 oleh seorang pendeta Jerman
bernama Athanasius Kinscher dengan memakai lentera untuk pelajaran
agama College Romano. Namun bayangan yang dibuat itu belum
pernah ada yang melihat sebelumnya, sehingga para murid-muridnya
menyebut sebagai permainan setan. 18
2. Jenis-jenis Film
Dalam perkembangannya, baik karena kemajuan teknik-teknik
yang semakin canggih maupun tuntutan masa penonton, pembuat film
semakin bervariasi. Untuk sekedar memperlihatkan variasi film yang
diproduksi, maka jenis-jenis film dapat digolongkan sebagai berikut:19
18 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.
137.
19 Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika Dalam Film, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No.1, April 2011, h. 133.
23
1. Teatrical Film (Film teaterikal)
Film teatrikal disebut juga film cerita, merupakan film yang
didalamnya terdapat unsur drama yang memainkan emosi
penonton. Film teatrikal ini digolongkan mejadi empat, yakni:
a. Film Aksi (Action film), film yang adegannya sebagian besar
menonjolkan kekutan fisik serta ketangkasan dalam bertarung
seperti peperangan, tembak-tembakan, perkelahian dan
adegan yang mendebarkan lainnya. Misalnya film Fast And
Furious, The Mechanic, dan film tentang superhero.
b. Film Spikodrama, semacam film horror yang bertemakan
mengenai kekuatan supernatural, maupun hal-hal yang gaib.
Misalnya film the conjuring, insidious, jelangkung.
c. Film komedi, film yang isi ceritanya tentang kelucuan para
aktor/aktris. Alur ceritanya penuh lelucon sehingga tidak kaku
dan membuat penonton tertawa. Misalnya film warkop,
Mr.Bean.
d. Film musik, dalam film musik ini beberapa dialog antar tokoh
biasanya dijadikan lagu hingga para aktor/aktris diharuskan
untuk bernyanyi. Misalnya film petualangan sherina, lala-
land.
24
2. Film Non-teaterikal (Non-teatrical film)
Film-film jenis ini lebih cenderung untuk menjadi alat
komunikasi untuk menyampaikan informasi (penerangan) maupun
pendidikan. Film non-teaterikal dibagi menjadi tiga jenis yakni:20
a. Film pendidikan, film ini adalah untuk para siswa yang
sudah tertentu bahan pelajaran yang akan diikutinya.
Sehingga film pendidikan menjadi pelajaran ataupun
instruksi belajar yang direkam dalam wujud visual. Isi yang
disampaikan sesuai dengan kelompok penontonnya, dan
dipertunjukkan di depan kelas. Setiap film ini tetap
memerlukan adanya guru atau instruktur yang membimbing
siswa. 21
b. Film animasi, atau film kartun ceritanya biasanya campur.
Ada yang drama, komedi, action, namun aktor/aktris yang
ditampilkan tidaklah nyata melainkan sebuah animasi.
Misalnya film produksi Walt Disney.
c. Film dokumenter, adalah film yang ceritanya diangkat dari
kisah nyata. Alur ceritanya dibuat semirip mungkin dengan
kejadian asli. Film dokumenter dibuat dengan tujuan
20 Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika Dalam Film, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No.1,
April 2011, h. 134.
21 Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika Dalam Film, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No.1, April 2011, h. 135.
25
tertentu misalnya untuk pendidikan, sosial, propaganda,
dan menyampaikan suatu informasi.
3. Film Dokumenter
Dibandingkan produksi film fiksi, produksi film dokumenter hanya
membutuhkan tim kecil, umunya dua hingga lima orang. Jumlah tim
yang sangat sedikit ini sangat efektif dan praktis jika saat syuting
diperlukan gerak yang cepat dan leluasa. Dengan begitu kamera selalu
siap merekam gambar peristiwa yang tiap saat dapat saja terjadi tanpa
diduga atau direncanakan.22
Dari beberapa jenis film yang ada, film dokumenter menjadi pilihan
cocok untuk dijadikan sumber belajar oleh guru di sekolah bagi siswa-
siswanya. Karena film dokumenter merupakan penuturan fakta-fakta
yang sebenarnya sehingga tidak ada perekayasaan dalam produksinya.
Film dokumenter yang dijadikan dalam proses pembelajaran adalah
film-film yang mengangkat tema kebudayaan baik adat istiadat maupun
kesenian-kesenian daerah dan juga tema yang berkaitan dengan
keilmuan, apapun bidang keilmuannya seperti biologi, sejarah, fisika
dan lainnya selagi pemaparan dalam film dokumenternya memberi
pengetahuan yang positif kepada penontonnya.23
22 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter, Dari Ide Sampai Produksi, (Jakarta: FFTV-IKJ Press,
2008), h.8.
23 Riki Rikarno, Film Dokumenter Sebagai Sumber Belajar Siswa, Jurnal Ekspresi Seni, Vol 17, No. 1, Juni 2015, h. 132.
26
Ada empat kriteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah
film nonfiksi.24
1. Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman
kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya
dalam film fiksi. Pada dokumenter latarbelakang harus spontan
otentik dengan situasi dan kondisi asli (apa adanya).
2. Yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa
nyata (realita), sedangkan pada film fiksi isi ceritanya
berdasarkan karangan (imajinatif).
3. Sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi
pada suatu peristiwa nyata lalu melakukan perekaman gambar
sesuai dengan apa adanya.
4. Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita
atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan
pemaparan.
Ada banyak tipe, kategori, dan bentuk penuturan dalam
dokumenter. Dalam beberapa hal terlihat adanya kemiripan; yang
membedakan adalah spesifikasinya. Belakang hari banyak juga
dokumenter yang menggabungkan gaya dan bentuk dari bermacam
24 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter, Dari Ide Sampai Produksi, (Jakarta: FFTV-IKJ Press,
2008), h.23-24.
27
pendekatan seni audio-visual. Beberapa contoh yang berdasarkan
gaya dan bentuk bertutur itu antara lain: 25
1. Laporan perjalanan.
Umumnya setiap perjalanan ekspedisi dibuat
dokumentasinya, baik berupa film maupun foto. Sekarang ini,
tipe laporan perjalanan memiliki variasi yang tidak selalu
berupa rekaman perjalanan petualangan tetapi juga perjalanan
seseorang ke berbagai negara yang dianggap memiliki
panorama dan budaya unik. Bentuk dokumenter ini juga
dikenal dengan nama travel film, travel documenterary,
adventure film, dan road movies.
2. Sejarah
Umunya dokumenter sejarah berdurasi panjang.
Dengan adanya siaran televisi, dokumenter sejarah dapat
direpresentasikan secara utuh, mengingat lewat tayangan
televisi dokumenter tersebut dapat ditayangkan secara
terperinci tanpa terikat oleh waktu sebagaimana film.
3. Potret/biografi
Isi film jenis ini merupakan representasi kisah
pengalaman hidup seorang tokoh terkenal ataupun anggota
masyarakat biasanya yang riwayat hidupnya diangap hebat,
25 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter, Dari Ide Sampai Produksi, (Jakarta: FFTV-IKJ Press,
2008), h.41-53.
28
menarik, unik, atau menyedihkan. Bentuk potret pada umunya
berkaitan dengan aspek human interest, sementara isi tuturan
bisa merupakan kritik, penghormatan, atau simpati.
4. Perbandingan
Dokumenter ini dapat dikemas ke dalam bentuk dan
tema yang bervariasi, selain dapat pula digabungkan dengan
bentuk penuturan lainnya, untuk mengetengahkan sebuah
perbandingan.
5. Kontradiksi
Dari sisi bentuk maupun isi, tipe kontradiksi memiliki
kemiripan dengan tipe perbandingan. Hanya saja tipe
kontradiksi cenderung lebih kritis dan radikal dalam mengupas
permasalahan. Perbedaan jelas anatara perbandingan dan
kontradiksi adalah: tipe perbandingan hanya memebrikan
alternative saja, sedangkan tipe kontradiksi lebih menekankan
pada visi dan solusi mengenai proses menuju suatu inovasi.
6. Ilmu pengetahuan
Dokumenter tipe ilmu pengetahuan terbagi dalam dua
bentuk kemasan, dengan tujuan publik berbeda. Bila
ditunjukan untuk publik khusus bisa disebut film edukasi,
sedangkan jika ditunjukan untuk publik umum dan luas disebut
film instruksional.
29
7. Nostalgia
Dokumenter nostalgia bisa mengenai seorang wartawan
perang, yang setelah sekian tahun kemudian kembali ke lokasi
tempat dia dulu pernah bertugas meliput berita peperangan
atau revolusi. Bentuk nostalgia terkadang dikemas dengan
menggunakan penuturan perbandingan, yang mengetengahkan
perbandingan mengenai kondisi dan situasi masa lampau dan
masa kini.
8. Rekonstruksi
Pada umunya, dokumenter bentuk ini dapat ditemui
pada dokumenter investigasi dan sejarah, termasuk pula pada
film etnografi dan antropologi visual. Dalam tipe ini, pecahan-
pecahan atau bagian–bagian peristiwa masa lampau maupun
masa kini disusun atau direkontruksi berdasarkan fakta sejarah.
9. Investigasi
Dokumenter invetigasi mencoba mengungkap misteri
sebuah peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap jelas.
Yang dipilih biasanya berupa peristiwa besar yang pernah
menjadi berita hangan dalam media massa. Tipe ini disebut
pula investigative journalism, karena metode kerjanya
dianggap berkaitan erat dengan jurnalistik, karena itu ada pula
yang menyebutnya dokumenter jurnalistik.
30
10. Association picture story
Disebut juga sebagai film eksperimen atau film seni.
Sejumlah pengamat film menganggap bentuk ini merupakan
jenis film seni atau eksperimen. Di sini dapat dilihat dan
dirasakan bahwa anasir musik memiliki peran penting, yakni
memberi nuansa gerak kehidupan yang dapat membangkitkan
emosi.
11. Buku harian
Dokumenter jenis ini disebut juga diary film. Dari
namanya, buku harian jelas bahwa bentuk penuturannya sama
seperti catatan pengalaman hidup sehari-hari dalam buku
harian pribadi. Karena buku harian bersifat pribadi, tak
mengherankan bila terlihat pula penuturan dokumenter sangat
subjektif, karena berkaitan dengan visi atau pandangan
seseorang terhadap komunitas atau lingkungan tempat dia
berada.
12. Dokudrama
Jenis dokumenter ini merupakan bentuk dan gaya
bertutur yang memiliki motivasi komersial. Karena itu subjek
yang berperan di sini adalah artis film. Cerita yang
disampaikan merupakan rekonstruksi suatu peristiwa atau
potret mengenai sosok sesorang, apakah seorang tokoh atau
masyarakat awam.
31
D. Analisis Wacana
1. Pengertian Wacana
Sejak zaman Yunani Kuno, bahasa telah menjadi bahan kajian,
walaupun bukan untuk kepentingan kebahasaan dan komunikasi. Pada
saat itu, bahasa dikaji karena bahasa dianggap sebagai sebuah alat
yang tepat untuk mengungkapkan konsep-konsep berpikir dan hasil
pemikiran filosofis. 26
Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa secara alamiah
tersebut dimaksudkan sebagai penggunaan bahasa yang terjadi dalam
peristiwa komunikasi sehari-hari secara nyata. 27
Wacana dalam bahasa Inggris disebut discourse. Secara
bahasa, wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak yang
artinya „berkata‟, „berucap‟. Kemudian, kata tersebut mengalami
perubahan menjadi wacana. Tambahan - na di belakang kata wac
adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna „membendakan‟.
26 Yoce Aliah, Analisis Wcana Kritis, (Bandung: Yrama Widya, 2009),h. 1.
27 Nurlaksana Eko, Analisis Wacana; Kajian Teoritis Dan Praktis, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2015),h. 4.
32
Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan
atau tuturan.28
Definisi lain yang berkaitan dengan wacana ialah definisi yang
dikemukakan oleh Cook, yaitu wacana adalah suatu penggunaan bahasa
dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Sedangkan
Halliday dan Hasan berpendapat wacana merupakan suatu kesatuan
semantik, dan bukan kesatuan gramatikal. Ada dua hal yang dapat
dikaji sehubungan dengan kesatuan bahasa yang dikemukakan Halliday
dan Hasan. Yang pertama adalah unsur yang abstrak digunakan untuk
mengajarkan bahasa dan mengetahui bagaimana aturan-aturan dalam
bahasa itu bekerja. Kedua, unsur yang digunakan untuk
berkomunikasi.29
2. Analisis Wacana Teun A. van Dijk
Van Dijk mengembangkan pendekatan Kognisi Sosial (Socio
Cognitive Approach). Pendekatan ini menitik beratkan pada masalah
etnis, rasialisme, dan pengungsi. Pendekatan ini disebut sebagai kognisi
sosial karena melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam
produksi wacana. 30
28 E. Zaenal Arifin dkk, Wacana Transaksional Dan Interaksional Dalam Bahasa Indonesia,
(Tangerang: Pustaka Mandiri, 2015), h. 20.
29 Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, Dan Penerapannya Pada Wacana Media,
(Jakarta: Kenacana Prenada Media Group, 2012),h. 16-17
30 E. Zaenal Arifin dkk, Wacana Transaksional Dan Interaksional Dalam Bahasa Indonesia, (Tangerang: Pustaka Mandiri, 2015), h. 6.
33
Titik perhatian van Dijk terutama pada studi mengenai
rasialisme. Banyak sekali rasialisme yang diwujudkan dan
diekspresikan melalui tulisan. Contohnya dapat dilihat dari percakapan
sehari-hari, wawancara kerja, rapat guru, debat di parlemen,
propaganda politik, periklanan, atikel ilmiah, editorial, berita, foto,
film, dan lain-lain.31
Melalui karyanya, van Dijk, membuat kearangka analisis
wacana yang dapat digunakan. Ia melihat suatu wacana terdiri atas
berbagai struktur dan tingkatan, yang masing-masing bagian saling
mendukung. Van Dijk membaginya dalam tiga tingkatan yaitu: 32
1. Struktur Makro
Makna umum dari teks yang dapat dilihat dari tema
pada suatu teks. Elemen tema masuk ke dalam struktur
makro karena dari tema kita dapat mengetahui apa yang
ingin disampaikan komunikator seacara umum.
Secara harfiah tema berarti “sesuatu yang telah
diuraikan” atau sesuatu yang telah ditempatkan”. Kata ini
berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti
“menempatkan” atau “meletakan”. Dilihat dari sudut sebuah
31 Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, (Bandung: Yrama Widya, 2009), h. 87.
32 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 73.
34
tulisan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama
yang ingin disamapaikan oleh penulis melalui tulisannya. 33
2. Superstruktur atau skematik
Struktur skematik memberikan tekanan bagian mana
yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa
dikemudiankan sebagai strategi untuk menyembunyikan
informasi penting. 34
Dalam meneliti sebuah film struktur
skematik dimulai dari opening bill board, lalu masuk ke
bagian scene-scene yang mulai terjadi konflik, kemudian
ada solusi dari konflik tersebut dan yang terakhir adalah
ending dari film tersebut.
3. Struktur mikro
Struktur mikro merupakan struktur yang mengamati
wacana dari kata, kalimat, dan bahasa. Struktur mikro terdiri
dari semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.
a. Semantik
Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang
menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal
maupun makna gramatikal. Semantik dalam skema van
33 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, dan Analisis Framing), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 75.
34 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 76.
35
Dijk dikategorikan sebagai makna lokal, yakni makna
yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan
antarproposisi yang membangun makna tertentu dalam
suatu bangunan teks. 35
b. Sintaksis
Sintaksis berasala dari kata Yunani sin
“dengan” + tattein “menempatkan”) berarti
menempatkan bersama-sama kata-kata mengenai
kelompok kata atau kalimat. Elemen sintaksis terbagi
menjadi kohersi, bentuk kalimat, dan kata ganti.
Koherensi alah pengaturan secara rapi kenyataan dan
gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis
sehingga mudah memahami pesan yg dikandungnya. 36
Bentuk kalimat yaitu bagaimana menempatkan
proporsisi pada awal atau akhir pada suatu kalimat.
Penempatan itu bertujuan agar khalayak dapat
mengetahui makna mana yang ingin ditonjolkan. Kata
ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa
35 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, dan Analisis Framing), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 78.
36 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 80.
36
dengan berbagai kata ganti yang berlainan digunakan
secara strategi sesuai dengan kondisi yang ada.37
c. Stilistik
Stilistik merupakan cabang linguistik yang mempelajari
gaya bahasa. Penggunaan gaya bahasa menimbulkan efek
tertentu yang berkaitan dengan aspek-aspek keindahan
yang merupakan ciri khas pengarang untuk mencapai suatu
tujuan yaitu mengungkapkan jiwa, pikiran, dan
kepribadiannya. 38
d. Retoris
Retoris merupakan elemen yang berfungsi untuk
mempengaruhi dengan suatu penekanan. Elemen retoris
terbagi menjadi tiga yaitu grafis, metafora, dan ekspresi.
Grafis melihat sesuatu yang ditonjolkan dari suatu teks.
Sedangkan metafora kata-kata kiasan yang memiliki makna
kedua dari makna sesungguhnya. Dan ekspresi bertujuan
untuk mengungkapkan sesuatu perasaan, maksud dan
sebagainya.
37 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 253.
38 “Pengertian Stalistika” diakses pada 29 Juni 2018 pukul 19.00 WIB di www.kajianteori.web.id/2015/12/pengertian-stilistika-menurut-ahli.html.
37
Table 2.1 Struktur Teks Analisis Wacana Teun A. van Dijk
Struktur wacana Hal yang diamati Elemen
Struktur makro Tematik Topik
(apa yang dikatakan?)
Superstruktur Skematik Skema
(bagaimana pendapat
disusun dan dirangkai?)
Struktur mikro Semantik Latar, detail, maksud,
(makna yang ingin praangapan,
ditekankan dalam teks nominalisasi.
berita)
Struktur mikro Sintaksis Bentuk kalimat,
(bagaimana pendapat koherensi, dan kata
disampaikan?) ganti.
Struktur mikro Stilistik
(pilihan kata apa yang Leksikon
dipakai?)
Struktur mikro Retoris
(bagaimana dan dengan Grafis, metafora, dan
acara apa penekanan ekspresi.
dilakukan?)
*Sumber : Eriyanto (2000a:7-8) dan Eriyanto (2001:228-229)
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM SPOTLIGHT
A. Sinopsis Film Spotlight
Spotlight adalah film drama biografi kriminal Amerika Serikat
tahun 2015 yang disutradarai oleh Tom McCarthy dan diproduseri oleh
Blye Pagon Faust, Steve Golin, Nicole Rocklin dan Michael Sugar. 1976,
di kantor polisi Boston, dua polisi membahas penangkapan pastur Katolik
John Geoghan dalam pelecehan seksual terhadap anak dan adanya
monsinyur berpangkat tinggi yang berbicara dengan ibu dari anak tersebut.
Seorang asisten jaksa wilayah masuk ke kantor polisi dan mengatakan
kepada polisi agar tidak membiarkan pers mengetahui kasus ini.
Penangkapan dibatalkan dan pastur dibebaskan.
Pada tahun 2001, The Boston Globe mempekerjakan editor baru,
Marty Baron. Marty bertemu dengan Walter "Robby" Robinson, editor tim
Spotlight dari surat kabar tersebut, sekelompok kecil jurnalis yang
membuat artikel investigasi yang membutuhkan waktu berbulan-bulan
untuk meneliti dan menerbitkan. Setelah Marty membaca sebuah kolom
The Boston Globe tentang seorang pengacara, Mitchell Garabedian, yang
menyatakan bahwa Kardinal Bernard Law, yang merupakan Uskup Agung
Boston, mengetahui bahwa John Geoghan telah melakukan pelecehan
terhadap anak-anak secara seksual dan tidak melakukan apapun untuk
menghentikannya, ia mendesak tim Spotlight, termasuk jurnalis Sacha
Pfeiffer, untuk menyelidiki kasus tersebut. Jurnalis Michael Rezendes
menghubungi Mitchell, yang awalnya menolak untuk diwawancarai.
Meskipun ia diberitahu untuk tidak
38
39
melakukannya, Michael mengungkapkan bahwa ia berada di tim
Spotlight, membujuk Mitchell untuk berbicara.
Percaya bahwa mereka mengikuti kisah seorang pastur yang
beberapa kali dipindahkan, tim Spotlight mulai membongkar pola
pelecehan seksual terhadap anak-anak oleh pastur Katolik di
Massachusetts, dan sebuah penutupan yang terus berlanjut oleh Keuskupan
Agung Boston. Melalui Phil Saviano (Neal Huff), ketua komunitas korban
pelecehan seksual oleh pastur, mereka memperluas pencarian mereka
hingga mencapai tiga belas pastur. Mereka mengetahui melalui Richard
Sipe (Richard Jenkins), mantan pastur yang bekerja untuk rehabilitasi
pastur pedofilia, bahwa secara statistik, sekitar 90 pastur yang melakukan
kekerasan di Boston (enam persen pastur). Melalui penelitian mereka,
mereka memperluas pencarian hingga mencapai 87 pastur dan mulai
menemukan korbannya untuk mendukung kecurigaan mereka.
Ketika serangan 11 September 2001 terjadi, tim Spotlight terpaksa
untuk tidak memprioritaskan ceritanya. Mereka mendapatkan kembali
momentum ketika Michael belajar dari Mitchell bahwa ada dokumen yang
tersedia untuk umum, yang memastikan bahwa Kardinal Bernard Law
sadar akan masalah tersebut dan mengabaikannya. Meskipun Michael
berargumen untuk merilis ceritanya segera sebelum banyak korban yang
menderita dan surat kabar saingan menerbitkannya, Robby tetap teguh
untuk meneliti lebih jauh sehingga masalah yang sistemik ini dapat
dipaparkan secara terbuka. Setelah The Boston Globe memenangkan
sebuah kasus untuk mendapatkan lebih banyak dokumen legal yang
40
dibuka yang memberi bukti gambaran kasus pelecehan yang lebih besar
itu, tim Spotlight akhirnya mulai menulis ceritanya dan berencana untuk
mempublikasikan penemuan mereka di awal tahun 2002.
Ketika mereka hendak mencetak, Robby mengaku kepada tim
Spotlight bahwa pada tahun 1993, pengacara Eric MacLeish (Billy
Crudup) memberikan daftar 20 pastur pedofilia kepadanya, di mana Robby
tidak mengikutinya. Namun Marty tetap memuji Robby dan usaha timnya
untuk mengungkapkan kejahatan sekarang. Ceritanya berlanjut dengan
mencetak tautan web ke dokumen yang mengungkapkan kelambanan
Kardinal Bernard Law dan nomor telepon korban pastur pedofilia.
Keesokan paginya, tim Spotlight mendapat banyak telepon dari para
korban yang datang untuk menceritakan kisah mereka.
Terakhir, daftar tempat di Amerika Serikat dan di seluruh dunia di
mana skandal besar pelecehan seksual oleh pastur ada dan terjadi, dan
sebuah pernyataan dibuat bahwa Kardinal Bernard Law mengundurkan
diri, namun akhirnya ia dipromosikan ke Basilika Santa Maria Maggiore di
Roma, salah satu gereja terbesar di dunia. 1
B. Tokoh Film Spotlight
Terdapat enam jurnalis yang tergabung dalam Team Spotlight,
pertama yaitu pria yang bernama lengkap Mark Alan Ruffalo, paling
dikenal melalui perannya sebagai Hulk dalam film seri “The Avengers”.
Di film ini ia memerankan jurnalis asal Portugal, Michael Rezendes. Saat
Mark pertama kali bertemu dengan Michael asli, ia membawa sebuah
1 “Sinopsis Film Spotlight” diakses pada 29 juni 2018 pukul 20.05 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Spotlight_(film)
41
buku catatan dan iPhone untuk merekam suara Michael agar bisa
mengikuti pola bicaranya. Terlebih lagi, setiap kali break syuting, Mark
mengajak Michael untuk membacakan script yang ada. Mungkin karena
hal-hal inilah yang membuat penampilan Mark sungguh meyakinkan
sebagai Michael dan membuahkan nominasi piala Oscar ke-3 untuknya di
kategori Aktor Pendukung Terbaik.
Kedua, Michael Keaton yang berperan sebagai Walter Robinson,
aktor yang tahun lalu mendapatkan nominasi Oscar untuk perannya di film
“Birdman” ini, sebenarnya tinggal tidak jauh dari rumah tokoh yang
diperankannya. Saat pertama kali bertemu Walter Robinson, Michael
meniru suara bicara Walter, yang ia dengar dari audio. Tiruan itu sangat
mirip, sampai-sampai Walter mengatakan, “Bagaimana Anda tahu semua
tentang saya? Bukankah kita baru bertemu?”. Michael juga
menyempatkan diri untuk menghabiskan beberapa hari untuk mengikuti
keseharian Walter agar ia bisa meniru gerak-gerik Walter dengan tepat.
Ketiga, Rachel McAdams lebih dikenal melalui peran-perannya di
film komedi romantis, seperti “The Notebook” dan “The Vow”. Kali ini
Rachel memerankan satu-satunya jurnalis wanita yang ada di Spotlight
Team sebagai Sacha Pfeiffer. Rachel mengaku sering menghubungi Sacha
Pfeiffer, baik telepon mau pun SMS intuk memerankan karakter Sacha
secara benar dan akurat. Kerja keras Rachel berbuah manis, ia masuk
daftar nominasi Aktris Pendukung Terbaik piala Oscar 2016.
42
Keempat, Liev Schreiber yang memerankan Marty Baron. berperan
sebagai Editor in Chief The Boston Globe, Marty Baron. Mereka pertama
kali bertemu saat Marty mengundang Liev untuk mengunjunginya di
kantor The Washington Post. Liev memakai kesempatan ini untuk
mengamati perilaku dan cara berbicara Marty. Marty sendiri memuji film
ini dan mengaku sangat puas dengan penampilan Liev.
Kelima ialah John Slattery, aktor kawakan ini memerankan Ben
Bradlee Jr., yang menduduki posisi sebagai Assistant Managing Director.
Di posisi inilah ia bertanggung jawab untuk mengedit artikel-artikel terkait
pelecehan seksual yang dilakukan oleh pendeta-pendeta Gereja Katolik
terhadap anak-anak di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat.
Dan keenam yaitu Bryan d’Arcy James, Brian adalah aktor yang
lebih dikenal di Broadway, namun di film “Spotlight“, ia memerankan
Matt Carroll, salah satu reporter yang bertanggung jawab menulis artikel-
artikel terkait kasus pelecehan seksual ini. Brian dan Matt hanya sekali
bertemu sebelum proses syuting dimulai, mereka menghabiskan waktu 2,5
jam untuk mengobrol. Setelahnya mereka secara konstan berhubungan
melalui email dan telepon. Melalui media-media inilah Brian berhasil
memerankan Matt dengan baik, bahkan dia menumbuhkan kumis yang
mirip dengan Matt.2
2 “Sinopsis Film Spotlight” diakses pada 29 juni 2018 pukul 20.55 WIB di https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/ini-dia-6-jurnalis-yang-tergabung-dalam-the-spotlight-team/
43
C. Penghargaan Film Spotlight
Film yang disutradai oleh Tom McCharty ini banyak mendapatkan
penghargaan antara lain :3
1. Academy Award untuk Film Terbaik
2. Academy Award untuk Naskah Asli Terbaik
3. Penghargaan Screen Actors Guild untuk Penampilan Terbaik
untuk Kelompok Pemeran Film
4. Critics’ Choice Movie Award untuk Best Cast
5. Critics’ Choice Movie Award untuk Skenario Terbaik
6. Critics’ Choice Movie Award untuk Film Terbaik
7. Film Independent Spirit Award untuk Film Terbaik
8. Film Independent Spirit Award untuk Sutradara Terbaik
9. Film Independent Spirit Award untuk Skenario Terbaik
10. Film Independent Spirit Award untuk Penghargaan Robert
Altman
11. Film Independent Spirit Award untuk Editing Terbaik
12. Gotham Award untuk Best Feature
13. Gotham Independent Film Award for Best Screenplay
14. Gotham Special Jury Award for Ensemble Performance
15. British Academy Film Award untuk Skenario Terbaik
16. Satellite Award untuk Film Terbaik
3 “Penghargaan Film Spotlight” diakses pada 29 juni 2018 pukul 22.20 WIB di https://www.google.co.id/search?sa=X&q=spotlight+penghargaan&stick=H4sIAAAAAAAAAONgF uLWz9U3MDSsMM41TVJC5mjJZidb6SeWJxalQMj48sy8vNQiKzCn-BFjFLfAyx_3hKUCJ605eY3Rmwu_eiEtLjbXvJLMkkohBS5-KWSbNBikeLmQBXgAFNN8K5gAAAA&npsic=0&ved=0ahUKEwjb5MO5lfnbAhUHcCsKHW0WAKM Q1i8IIzAT
44
17. Satelite Award untuk Sutradara Terbaik
18. Satellite Award untuk Penulis Cerita Terbaik
19. Satellite Special Achievement Award untuk Outstanding
Motion Picture Ensemble
20. Penghargaan National Society of Film Critics untuk Film
Terbaik
21. Penghargaan National Society of Film Critics untuk Skenario
Terbaik
22. Penghargaan Serikat Penulis Amerika untuk Skenario Asli
Terbaik
23. Penghargaan Lingkaran Kritikus Film New York untuk Aktor
Terbaik
24. AACTA International Award untuk Naskah Asli Terbaik
25. Festival Film Bandung untuk Film Impor Drama Terpuji
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Teks Film Spotlight
Sesuai dengan analisis wacana model Teun A. Van Dijk, dalam
analisis teks terdiri menjadi tiga bagian, yakni struktur makro,
superstruktur dan struktur mikro. Yang semuanya saling berkaitan dan
mendukung satu sama lain.1
1. Strruktur Makro / Tematik
Tema atau topik merupakan inti dari cerita yang mengandung
informasi penting yang ingin diungkapkan. Tema film Spotlight adalah
jurnalisme investigasi mengenai perang dingin antara media The
Boston Globe, khususnya tim Spotlight, dengan organisasi Gereja
Katolik Boston.
a. Jurnalisme Investigasi
Spotlight adalah nama sebuah team investigasi dari harian
The Boston Globe, tim Spotlight ini mengangkat kasus
pelecehan anak yang dilakukan oleh pastur di Boston.
Spotlight ini memang selalu ditugaskan untuk menyelidiki
suatu kasus tertentu yang akan ditayangkan secara khusus oleh
koran tersebut. Tim Spotlight mengupas sebuah kasus tentang
dugaan pelecehan seksusal yang dilakukan oleh banyak pastur
1 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 226.
45
46
di Boston. Lalu, mereka secara mendalam menggali
informasi karena menurutnya kasus ini memiliki kejanggalan.
Penyelidikan kasus tersebut memang rahasia, dan
diperlukan informasi yang sedalam-dalamnya. Mereka telah
melakukan penyelidikan ini hampir setahun lamanya dan telah
mendapatkan beberapa bukti yang kuat. Publik harus
mengetahui hal ini agar yang menjadi korban pelecehan seksual
yang dialami pihak terkait. Setelah kasus tersebut
dipublikasikan melalui surat kabar, banyak orang-orang yang
menghubungi tim Spotlight untuk melaporkan kasus yang sama
yaitu pelecehan seksual dibawah umur yang dilakukan oleh
Pastur. Hal ini bisa membuktikan bahwa hasil dari liputan
jurnalisme investigasi sangat berdampak positif bagi publik
untuk diketahui.
b. Skandal besar yang dilakukan pihak gereja
Film ini menunjukan bahwa di sebuah kota yang mayoritas
penduduknya beragama Katolik, tidak mudah untuk
mengajukan pertanyaan yang sensitif. Saat menggali bukti, tim
Spotlight menghadapi tembok kerahasiaan. Gereja
menyelasaikan kasus tersebut secara diam-diam. Spotlight
menunjukan bahwa dokumen-dokumen legal yang
membuktikan kasus pelecehan ini hilang dari gedung peradilan
Boston karena Organisasi Gereja mempunyai sistem yang kuat
dan menggurita. Tim ini juga mendapati bahwa Tim hukum
47
yang menyelesaikan kasus itu juga terlibat dalam upaya
menutup-nutupi.
Butuh keberanian yang besar dan ketelitian untuk meng-
investigasi kasus ini karena berususan dengan Gereja Katolik,
mayoritas masyarakat di Boston yang beragama sama, dan
pemimpin The Boston Globe pun beragama Katolik. Jika tidak
teliti atau salah sasaran, hukuman justu berbalik kepada
wartawan dan tim Spotlight tersebut.
2. Superstruktur
Dalam film Spotlight sang sutradara Tom McCharty mengemasnya
dalam lima tahap yakni:
a. Opening/billboard
Terlihat seorang Polisi berjalan lalu di kantor polisi dan
menunjukkan tulisan “Boston, MA – 1976”.
b. Opening shoot
Menunjukan perpisahan editor The Boston Globe di
kantornya yang dihadiri para karyawannya, lalu Robby editor
tim Spotlight mengucapkan salam perpisahan sambil sesekali
memberikan candaan terhadap rekannya yang telah mengabdi
bersama selama 20 tahun lebih dan akan berpisah.
48
Tabel 4.1
Potongan Adegan Keterangan
Terlihat Robby (kanan)
mengucapkan salam perpisahan
terhadap rekannya Steward
Scene 1 ; Gambar 4.1
(tengah) yang telah mengabdi
bersama selama 20 tahun lebih
dan akan berpisah.
c. Klimaks (conflict scene)
Dalam film ini terdapat beberapa bentruan kepentingan
diantara pemain sehingga menimbulkan konflik. Petama
konflik muncul ketika rapat redaksi dilakukan setelah
pergantian editor The Boston Globe, saat masing-masing tim
menyampaikan berita apa yang akan diangkat oleh mereka.
Namun editor mereka yaitu Marty Baron mempunyai pilihan
lain. Dia ingin sekali mengangkat isu pelecehan seksual yang
terjadi pada anak dibawah umur. Tentu saja banyak tanggapan
tidak setuju yang disampaikan pada rapat tersebut.
Konflik berikutnya terjadi ketika Spotlight mendapatkan
informan seorang ahli psikiatris yang menangani pastur-pastur
bermasalah. Pria ini bernama Ricard Sipe, ia telah melakukan
penelitian selama 30 tahun lamanya terkait fenomena
pencabulan yang dilakukan oleh pastur. Ia menyimpulkan
49
bahwa berdasarkan hasil temuannya terdapat 6% dari total
pastur di Boston yang melakukan pelecehan seksual. Jika di
Boston terdapat 1.500 pastur, maka hitungan matematikanya,
6% dari 1.500 adalah 90. Angka tersebut menghentak tim
Spotlight yang sebelumnya telah mendapatkan 13 nama pastur.
Kemudian terjadi konflik ketika penyelidikian Spotlight
tertunda beberapa pekan karena insiden 9/11 yang terjadi di
New York, sehingga menimbulkan kekecewaan dari para
korban Spotlight dianggap tidak serius untuk menyelesaikan
kasus ini.
Selanjutnya koflik muncul ketika mike berhasil
mendapatkan berkas rahasia di pengadilan Boston tentang
pengakuan pihak gereja telah mengetahui dan mengakui
tentang pastur Geoghan yang hanya dipindah tugaskan di
paroki lain, Mike merasa berita ini harus segera diterbitkan.
Namun mendapat penolakan dari Robby sang editor bahwa
belum saatnya, karena menurutnya spotlight fokus tentang
bagaimana sistem yang dilakukan gereja terus berulang
terhadap semua pastur yang dianggap gereja hanya masalah
sepele.
50
Tabel 4.2
Potongan Adegan Keterangan
Marty Baron ingin mengangkat
isu tentang pelecehan seksual
yang dilakukan oleh pastur, tetapi
Scene 4; Gambar 4.2
mendapat tanggapan tidak setuju
pada rapat tersebut.
Roby: benar 90 pastur?
Sacha: mungkinkah itu?
Sipe: dari sudut pandang standar
Scene 29; Gambar 4.3 perhitungan. Ya, itu cocok
dengan hasil temuanku.
Sacha: aku tahu itu, dan kami
akan kembali ke topik itu.
Phill: kapan?
Scene 44; Gambar 4.4
Mike: Baron meminta kita
mengejar Law, ini bukti tentang
Law.
Scene 51; Gambar 4.5 Robby: Baron meminta kita
mengejar sistem, kita perlu
cakupan penuh. Hanya itu yang
bisa membuat kasus ini selesai.
51
d. Anti klimaks (solusi)
Setelah terjadi konflik, scene selanjutnya adalah solusi atau
jalan keluar dari konflik yang telah terjadi. Berikut adalah
scene atau gambar dari solusi atau jalan keluar konflik.
Tabel 4.3
Potongan Adegan Keterangan
Sacha: selisih 3 dari perkiraan
sipe, luar biasa.
Mike: Robby?
Scene 31; Gambar 4.6 Robby: ada berapa?
Mike: 87 Pastur di Boston.
Robby mendatangi informannya
Jim Sullivan yang pernah
menjadi pastur di Boston, lalu
Scene 58; Gambar 4.7 meminta data kebenaran bahwa
87 itu memang terlibat pelecehan
seksual.
Pada scene 31 berbekal buku tahunan gereja, tim spotlight
menelusuri pastur-pastur yang terlibat dengan ciri-ciri yang
dibeberkan Sipe.
Kemudian scene 58 Robby mendatangi informannya Jim
Sullivan yang pernah menjadi pastur di Boston, lalu meminta
52
data kebenaran bahwa 87 itu memang terlibat pelecehan
seksual.
e. Ending
Setelah terjadi konflik dan menemukan solusi akhirnya film
memasuki bagian ending yang merupakan bagian penutup dari
sebuah film. berikut adalah ending dari film Spotlight :
Tabel 4.4
Potongan Adegan Keterangan
Spotlight mendapatkan banyak
panggilan telepon sehari setelah
menerbitkan berita, yang
Scene 65; Gambar 4.8 kebanyakan adalah pihak korban
yang belum melapor.
The Boston Globe, lebih tepatnya tim Spotlight memiliki
banyak panggilan melalui telepon dari masyarakat yang
kebanyakan dari pihak korban. Semakin banyak pengaduan-
pengaduan yang muncul mengenai kasus serupa dan tidak
melanjutkan ke ranah hukum. Hal ini membuktikan bahwa
hasil dari liputan jurnalisme investigasi sangat berdampak
positif bagi publik untuk diketahui.
3. Struktur Mikro
a. Semantik
1. Latar
53
Latar peristiwa yang dipilih akan menentukan ke arah mana
pandangan khalayak akan dibawa.2 Pada film ini, penulis
mencoba mengetahui latar yakni, latar dalam film Spotlight
mengarahkan penonton bagaimana praktik jurnalistik
khususnya kinerja jurnalisme investigasi yang dilakukan tim
Spotlight yang berfokus mencari kebobrokan sistem di Boston
yang dilakukan pihak gereja, pengadilan, kepolisian dan yang
lainnya sehingga menyebabkan terjadi berulang kali dan
dibiarkan begitu saja terhadap para pelaku yang terlibat.
Penulis menggambarkan bahwa menjadi wartawan
sesungguhnya diperlukan keberanian untuk mengungkap suatu
kasus dan harus menjunjung tinggi kebenaran dalam menulis
berita. Sehingga sepintar apapun menutup rapat rahasia
mengenai suatu kasus, jika wartawan melakukan jurnalisme
investigasi dilakukan dengan benar dan sesuai kode etik yang
berlaku maka kasus tersebut akan terbongkar.
2. Detail
Dalam film Spotlight yang digambarkan secara detail
adalah para wartawan dari Spotlight itu sendiri, yang terdiri
dari empat orang waratwan yaitu Walter Robinson sebagai
editor serta akrab dipanggil Robby, Mike Rezendez, Sacha
Pfeiffer, dan Mat Carroll ketiganya bertindak sebagai reporter.
2 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 235.
54
Tabel 4.5
Potongan Adegan Keterangan
Terlihat Sacha sedang
melakukan wawancara di
sebuah restoran, terhadap Joe
Scene 18; Gambar 4.9 yaitu korban yang masih
selamat dari korban pelecehan
seksual yang dilakukan oleh
pastur
Mike: keberatan jika aku
mencatat?
Patrick: kau akan tuliskan
Scene 19: Gambar 4.10 namaku?
Mike: tidak akan kulakukan jika
kau keberatan
Patrick: aku baru punya anak,
umurnya baru 1 tahun. Tapi aku
tak yakin dia ingin tahu soal ini.
Matt: hey lisa, bisa tolong
carikan arsip berita yang terkait
tentang ini?
Scene 6; Gambar 4.11 Lisa: yeah, ini untuk Spotlight?
Matt: tolong antarkan saja
padaku jika arsipnya sudah siap,
55
terima kasih.
Roby: eric berapa banyak pastur
yang kau selesaikan?
Eric: roby, kau tahu aku tidak
boleh menceritakan itu padamu. Scene 33; Gambar 4.12
Roby: kau harus berikan nama
mereka, juga nama para korban.
Eric: kau mengancamku?
Roby: ada dua kisah disini, ada
kisah tentang kebobrokan pastur
dan ada juga kisah tentang
sekelompok pengacara yang
mengubah pencabulan bocah
menjadi industri
menguntungkan. Sekarang,
kisah mana yang kau ingin kami
tuliskan?
Scene-scene diatas menggambarkan detail bahwa masing-
masing wartawan Spotlight sedang berada di lapangan untuk
memperoleh data dari berbagai narasumber, seberapapun sulitnya
mengejar narasumber, namun Spotlight selalu berusaha demi
mendapatkan fakta yang diperlukan. Serta memberikan gambaran
atas sikap jurnalis yang identik dengan pena dan memo.
56
3. Maksud
Elemen maksud melihat informasi yang menguntukan, yang
akan diuraikan secara tegas dan jelas. Serta menunjuk langsung
pada fakta.3
Tabel 4.6
Potongan Adegan Keterangan
Roby: kami kira ada 13 pastur di
Boston yang polanya sesuai, ini
akan jadi kasus yang sangat
besar. Benarkah begitu
Scene 29; Gambar 4.13
menurutmu? Dalam hal jumlah?
Ricard sipe: tidak, tidak begitu
Robby. Menurutku terlalu sedikit.
Perkiraanku 6% dari mereka
berhubungan seks dengan anak-
anak.
Mike: 6% dari apa?
Sipe: 6% dari total pastur.
Robby: ada berapa pastur di
Boston?
Matt: sekitar 1.500, 1% nya 15,
6% nya berarti 90.
Robby: benar 90 pastur,
3 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 240.
57
mungkinkah itu?
Sipe: dari sudut pandang standar
perhitungan. Ya itu cocok dengan
hasil temuanku.
Mike: sudah semua?
Matt: sudah semua. Sial! Robby?
Sacha: selisih 3 dari perkiraan
sipe, luar biasa. Scene 32; Gambar 4.15
Robby: ada berapa?
Matt: ada 87 pastur di Boston.
Dari gambar scene 29 di atas menunjukan ketika Ricard
Sipe menelpon tim Spotlight yang membeberkan informasi
hasil penelitiannya selama 30 tahun yang mengungkapkan
bahwa menurtut perkiraannya ada 60% dari total pastur di kota
Boston yang terlibat melakukan pelecehan seksual terhadap
anak dibawah umur.
Spotlight tidak percaya sepenuhnya terhadap apa yang
dibeberkan Ricard Sipe melalui telepon bahwa terdapat 90
pastur yang terlibat, maka Spotlight bergegas mencari dan
memverifikasi data melalui buku tahunan milik Gereja di
perpustakaan, lalu mencocokkan bebrapa daftar pastur yang
terlibat memiliki rata-rata pola yang sama, yaitu dengan
58
keterangan cuti sakit atau dipindah tugas, bukan diberhentikan
sebagai pastur.
4. Praanggapan
Elemen ini merupakam pernyataan yang digunakan untuk
mendukung makna suatu teks, dan biasanya pernyataan
tersebut dipandang terpercaya sehingga tidak perlu
dipertanyakan kembali. Disebut praanggapan karena
pernyataan tersebut merupakan kenyataan yang belum terjadi,
namun didasarkan pada anggapan yang masuk akal.
Tabel 4.7
Potongan Adegan Keterangan
Matt: 1980, tahun dimana
Geoghan (pastur) ditarik dari
Jamaica Plan. Tertulis, dia cuti
sakit.
Scene 25; Gambar 4.16 Mike: apa? Sungguh tertulis
begitu?
Robby: coba cari Liam Barrett.
Tahun 1991 dia ditarik dari
Charlestown.
Mike: Barrett, Liam?
Robby: yeah.
Mike: cuti sakit.
59
Scene 25 menjelaskan ketika Matt Carroll, Robby, dan
Mike sedang melihat daftar resmi buku tahunan Gereja berisi
data setiap pastur di Massachussets di paroki mana pastur
ditugaskan, kemudian mencocokkan nama pastur terlibat
pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur yang telah
diberikan sebelumnya melalui salah satu korban bernama Phill
Saviano, setelah itu Spotlight mendapatkan kejanggalan bahwa
pastur yang terlibat hanya tertulis cuti sakit dan menimbulkan
praanggapan diantara tim Spotlight.
b. Sintaksis
1. Koherensi
Koherensi adalah penyambung antar kata, atau kalimat
dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang
berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Kohersi
juga merupakan penghubung antar kata: dan, tapi, karena, lalu,
meskipun, dan lain sebagainya. Dalam film Spotlight,
koherensi dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.8
Potongan Adegan Keterangan
Mitch: Gereja memikirkan selama
berabad-abad, Tn. Rezendes. Kau
pikir koran mu sanggup untuk
Scene 7; Gambar 4.17 meliput kasus ini?
Mike: yeah, sanggup. Tapi jika
60
kau tidak keberatan, aku ingin
bertanya.
Sacha: mereka bilang kau
mencabuli mereka, benarkah itu?
Paquin: benar, aku lakukan
hubungan seks. Tapi aku tak
Scene 38; Gambar 4.18
pernah merasa puas.
Sacha: baik, tapi kau akui
mecabuli anak-anak di gereja St.
John the Baptist?
Paquin: ya, ya, tapi seperti yang
kubilang, aku tak pernah dapat
kepuasan dari mereka. Itu penting
untuk dipahami.
Matt: bagaimana bisa kau abaikan
surat semacam itu?
Mike: kita dapatkan dia. Kau tak
bisa membaca surat ini lalu
Scene 51; Gambar 4.19
berpikir lain. Ini bukti.
Scene 38 menunjukkan percakapan antara ketika Sacha
mendatangi rumah Ronal Paquin (mantan pastur) untuk
melakukan wawancara. Koherensi pada teks tersebut
ditunjukkan pada kata “tapi”, yang menghubungkan kalimat tak
61
pernah merasa puas, sehingga kalimat tersebut menjadi
koheren.
Koherensi pada teks selanjutnya terlihat pada kata “lalu” di
scene 51 yaitu pada saat Mike Rezendes, Matt, Sacha, dan
Robby melakukan rapat percakapan kapan berita itu akan
dipublikasikan. Kata “lalu” menjadi penghubung yang
diucapkan Mike.
2. Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan
dengan prinsip kausalitas.4 Dalam skenario, bentuk kalimat
dapat dilihat dalam film Spotlight yaitu:
Tabel 4.9
Potongan Adegan Keterangan
Robby: Baron ingin kita
menyelidiki kasus Geoghan.
Ada pengacara yang
Scene 5; Gambar 4.20
mengatakan Kardinal Law
tahu tentang kasus ini
Ben: Rezendes perlu waktu
untuk menulis beritanya,
jangan luncurkan berita ini
saat natal, tidak setelah
Scene 56; Gambar 4.21
peristiwa 9/11. kita bisa
4 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 251.
62
luncurkan beritanya setelah
Tahun Baru.
Pada scene 5 bentuk kalimat yang diucapkan Robby
termasuk kalimat deduktif yakni inti kalimat berada di awal
kalimat, dan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelas.
Scene 56 menunjukkan, bentuk kalimatnya adalah kalimat
induktif dimana inti dari kalimat tersebut berada di akhir
kalimat. Bentuk kalimat dalam teks tersebut menunjukkan
bahwa Ben menjelaskan perihal tentang kapan berita Spotlight
diterbitkan.
3. Kata Ganti
Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh penulis
skenario untuk menunjukkan di mana seseorang ditempatkan
dalam wacana. Berbagai kata ganti yang berlainan digunakan
secara strategi sesuai dengan kondisi yang ada.5 Dalam film
Spotlight, kata ganti yang digunakan yaitu:
5 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKis, 2001),h. 253.
63
Tabel 4.10
Potongan Adegan Keterangan
Robby: kau tak asing dengan
Spotlight?
Marty: tidak, tidak terlalu tahu.
Roby: kami tim investigasi,
Scene 3; Gambar 4.22 terdiri dari 4 orang. Kami
melapor pada Ben Bradlee Jr.
dan kami merahasiakan
pekerjaan kami.
Dari keterangan di atas, Robby menjelaskan kata ganti
“Spotlight” yang berarti sebuah tim investigasi yang
merahasiakan pekerjaannya.
c. Stalistik
Stalistik atau style dapat diterjemahkan sebagai gaya
bahasa.6 Gaya bahasa digunakan untuk maksud tertentu. Dalam
film Spotlight gaya bahasa yang digunakan merupakan bahasa
sehari-hari, sehingga mudah dipahami.
d. Retoris
Elemen terakhir yang diamati dalam level teks yakni
retoris yang berfungsi untuk mempengaruhi. Elemen retoris
dibagi menjadi tiga bagian yakni:
6 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), H. 81.
64
1. Grafis
Elemen pertama dalam retoris adalah grafis.
Grafis menampilkan bagian yang menonjol dari
sebuah film yang dilihat dari pengambilan gambar
seperti zoom in, zoom out, close up, medium shoot,
long shoot dan lain sebagainya. Grafis yang terdapat
dalam film Spotlight diantaranya yaitu:
Tabel 4.11
Potongan Adegan Keterangan
Pada gambar di
samping, elemen grafis
zoom in terlihat pada
Scene 31; Gambar durasi 1:03:34
4.23
Pada gambar di
samping, elemen zoom
out terlihat pada durasi
Scene 29; Gambar 1:01:51
4.24
Pada gambar di samping
elemen close up terlihat
pada durasi 1:07:19
65
Scene 32; Gambar
4.25
Pada gambar di samping
elemen medium shoot
terlihat pada durasi
Scene 32; Gambar 1:07:05
4.26
Pada gambar di samping
elemen long shoot
terlihat pada durasi
Scene 31; Gambar 1:04:01
4.27
2. Metafora
Metafora merupakan kata-kata kiasan yang
memiliki makna kedua dari makna sesungguhnya.
Metafora yang terdapat pada film Spotlight yaitu:
66
Tabel 4.12
Potongan Adegan Keterangan
Mike: seharusnya kau
Golf kan?
Robby: Golf bukan kata
Scene 14; Gambar 4.28 kerja, dan aku tak punya
waktu “tee time”.
Mike : itukah istilahnya
tee time?
Robby: mereka juga
menyebutnya, aktivitas
diwaktu luang. Kamu
harus mencobanya Mike.
Dalam skenario di atas, Robby menjelaskan kata
kiasan pada Mike istilah “tee time”. Tee time yang
dimaksud disini adalah waktu untuk bermain Golf.
3. Ekspresi
Elemen ekspresi merupakan bagian yang ditekankan
atau ditonjolkan oleh seseorang yang diamati dari teks.
Misalnya ekspresi wajah sedih, tersenyum, marah,
tertawa, bahagia, menangis, dan lain-lain. Berikut
elemen ekpresi yang terdapat dalam film Spotlight.
67
Tabel 4.13
Potongan Adegan Keterangan
Joe: itu benar-benar
membuatku kacau. Aku
sadar sekarang, tapi itu
adalah awal dari segalanya.
Scene 18; Gambar 4.29
Kau tahu itu sangat
membingungkan.
Dikenalkan dengan seks
semacam itu, lalu untuk
terpikat pada laki-laki.
Mike : kita harus tangkap
bajingan ini, kita harus
tunjukan pada orang-orang
tak ada yang bisa
menghindar dari ini. Tidak
pastur, tidak cardinal, atau
Paus sekalipun.
Robby: sudah selesai?
Mike: yeah, ini omong
kosong!
68
Scene 18 saat Joe menceritakan kisah pelecehan yang
dilakukan pastur terhadapnya kepada Sacha, ia
menunjukkan ekspresi menangis ketika menceritakan itu.
Kemudian scene 51 menunjukkan ekspresi marah, yang
dilakukan Mike terhadap Robby terkait perdebatan kapan
berita diterbitkan.
B. CITRA WARTAWAN DALAM FILM SPOTLIGHT
Film Spotlight merupakan film yang disutradarai ole Tom McCarthy
dan diproduseri oleh Blye Pagon Faust, Steve Goblin, Nicole Rocklin, dan
Michael Sugar. Film Spotlight mengandung citra wartawan yang
diwakilkan oleh tim Spotlight yakni Walter Robinson, Michael Rezendes,
Sacha Pfeiffer, Matt Carroll, dan Ben Bradlee Jr. Yang melakukan
investigasi jurnalisme terkait skandal pelecehan seksusal terhadap anak-
anak yang dilakukan oleh pastur di kota Boston. Dalam film Spotlight citra
wartawan ditunjukkan sebgai berikut:
1. Memiliki Rasa ingin tahu yang besar
Citra wartawan yang direpresentasikan dalam film Spotlight yaitu
memiliki rasa ingin tahu yang besar, hal itu merupakan sifat dasar dari
seorang wartawan. Selalu ingin mengetahui apa yang terjadi
sebenarnya, dengan begitu mereka mampu mengupas kasus hingga ke
akar. Spotlight dituntut oleh Marty Baron sang editor, agar mencari
informasi lebih dalam, karena investigasi merupakan sebuah berita
yang mendalam. Oleh karena itu wartawan harus benar-benar
69
mengetahui kasus tersebut hingga dalam, tidak hanya pada
permukaannya saja.
2. Totalitas dalam bekerja
Totalitas dalam bekerja sangat diperlukan sebagai seorang
wartawan investigasi yakni bekerja tanpa batas waktu dan berada di
bawah tekanan, baik dari redaktur maupun dari kasus yang mereka
selidiki. Karena jika mereka setengah-setengah dalam melakukan
tugasnya, informasi yang disajikan tidak akan menguak keseluruhan.
Totalitas dalam bekerja ditunjukkan wartawan Spotlight dalam
mencari berita, mereka tidak terikat waktu, mencari informasi pagi,
siang, sore, dan malam. Walaupun informasi menurut mereka sudah
dalam, namun tidak bagi editor The Boston Globe. Marty Baron
meminta Spotlight lebih keras dalam mencari informasi.
3. Mematuhi kode etik
Wartawan yang baik yakni yang mematuhi kode etik antara lain
seperti independen, jujur dalam menulis berita, dan menjaga identitas
narasumber. Independen berarti tidak berpihak pada siapa pun, berita
yang disajikan tidak boleh ada campur tangan maupun paksaan dari
pihak lain. Hal ini terlihat bagaimana wartawan Spotlight dalam
melakukan wawancara terhadap narasumber, mereka tidak mencatat
nama narasumber atau merahasiakan identitas narasumber jika
narasumber tersebut tidak mengijinkan untuk dicatat. Karena Spotlight
bekerja tanpa ada niat ingin menjatuhkan siapapun dan paksaan dari
siapapun.
70
4. Kegigihan menembus narasumber
Menjadi wartawan investigasi tidaklah mudah, apalagi berhadapan
dengan kasus besar yang melibatkan orang-orang penting. Dalam
mencari informasi mereka harus memiliki cara agar narasumber
bersedia memberikan informasi. Dalam film Spotlight citra
wartawannya yaitu kegigihan menembus narasumber dapat dilihat
salah satunya pada saat Mike Rezendes berusaha mencari informasi
dari pengacara para korban pelecehan yang terkenal dianggap tidak
peduli siapapun, ia berusaha agar terus dapat informasi darinya,
walaupun pertemuan awal ia ditolak tetapi Mike terus datang untuk
yang kedua kali dan seterusnya hingga Mike dan narasumber tersebut
menjadi akrab setelah beberapa kali bertemu.
5. Berani mengungkap kebenaran
Tugas wartawan adalah menyampaikan informasi kepada
masyarakat luas. Namun dalam menyampaikan informasi, haruslah
informasi yang sebenarnya, tidak ada yang ditutupi sedikit pun. Dalam
film ini, citra wartawan wajib menyampaikan informasi yang sebenar-
benarnya. Diakhir film menunjukkan setelah kasus tersebut
dipublikasikan melalui surat kabar, banyak orang-orang yang
menghubungi tim Spotlight untuk melaporkan kasus yang sama yaitu
pelecehan seksual dibawah umur yang dilakukan oleh Pastur. Hal ini
bisa membuktikan bahwa hasil dari liputan jurnalisme investigasi
sangat berdampak positif bagi publik untuk diketahui.
BAB V
A. KESIMPULAN
1. Analisis Teks Dalam Film Spotlight
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadp teks
dalam film Spotlight, maka hasil dari penelitian ini menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur Makro
Tema umum yang teradapat dalam film Spotlight
adalah mengenai jurnalisme investigasi. Dimana
kegigihan tim Spotlight mengupas sebuah kasus tentang
dugaan pelecehan seksusal yang dilakukan oleh banyak
pastur di Boston.
2. Superstruktur
Superstruktur merupakan skema atau alur. Skema
yang terdapat dalam film Spotlight yakni membahas
mengenai cerita dari awal hingga akhir. Diawali dengan
Opening Bill Board yang memperlihatkan seorang
Polisi berjalan lalu di kantor polisi dan menunjukkan
tulisan “Boston, MA – 1976”. Kemudian masuk ke
bagian conflict scene yang terjadi diantara pemain film
Spotlight. Anti Klimaks (solusi) terlihat ketika
wartawan tim Spotlight mencari data mengenai
investigasi yang dilakukan mencapai solusinya ketika
berhasil mendapatkan informan dari kubu gereja yang
71
72
memberikan sumber data yang kuat mengenai
investigasi pelecehan seksual terhadap anak-anak yang
dilakukan oleh pastur. Kemudian masuk pada ending
dari film Spotlight, yakni tim Spotlight mendapatkan
banyak panggilan melalui telepon dari masyarakat yang
kebanyakan dari pihak korban setelah berita diterbitkan.
3. Struktur Mikro
Struktur Mikro merupakan struktur terakhir yang
terdapat pada level teks. Struktur mikro terdiri dari
semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Semantik
terbagi tiga yaitu latar, detail, dan maksud. Sintaksis
terdiri dari tiga elemen yaitu koherensi, kata ganti, dan
bentuk kalimat. Stilistik yaitu gaya bahasa yang
digunakan dalam film Spotlight adalah gaya bahasa
yang digunakan sehari-hari dan mudah dimengerti.
Terakhir retoris terbagi menjadi tiga elemen yaitu
grafis, metafora, dan ekspresi. Grafis dilihat dari
pengambilan gambar yang terdapat pada film Spotlight
yakni zoom in, zoom out, close up, medium shoot, dan
long shoot.
2. Citra Wartawan Dalam Film Spotlight
Setelah mengamati dari bab sebelumnya, penulis
menyimpulkan citra wartawan dalam film Spotlight disampaikan
melalui tokoh-tokoh yang berperan dalam film tersebut merupakan
73
citra yang positif (baik) yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar,
mematuhi kode etik, totalitas dalam bekerja, berani mengungkap
kebenaran, dan kegigihan menembus narasumber. Film ini
menunjukan bahwa menjadi wartawan tidaklah mudah, butuh tekad
yang bulat serta mental yang kuat dalam menghadapi segala
kemungkinan yang akan terjadi di lapangan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian dalam film Spotlight,
penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk para jurnalis hendaknya bersikap sesuai dengan kode
etik yang ada dalam menjalankan profesi.
2. Dengan adanya film Spotlight ini hendaknya jurnalis Indonesia
ikut mengambil bagian untuk mengembangkan jurnalisme
investigasi di Indonesia, karena jurnalis investigasi di
Indonesia, karena karya jurnalisme investigasi di Indonesia
lebih sedikit dibandingkan dengan Amerika.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dkk. Wacana Transaksional Dan Interaksional Dalam Bahasa
Indonesia. Tangerang: Pustaka Mandiri, 2015.
Ayawaila, Gerzon. Dokumenter, Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTV-IKJ
Press, 2008.
Badara, Aris. Analisis Wacana: Teori, Metode, Dan Penerapannya Pada Wacana
Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika
dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.
Darma, Yoce Aliah. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya, 2009.
Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: ROSDA, 2000.
Eko, Nurlaksana. Analisis Wacana; Kajian Teoritis Dan Praktis. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2015.
Eriyanto. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKis, 2001.
Hartley, John. Communication, Culturalm & Media Studies: Konsep Kunci.
Yogyakarta : Jalasutra, 2010.
Indiwan Seto Wahyu, Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.
Ishwara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara, 2005.
Jefkins, Frank. Public Relations. Terj. Haris Munandar. Erlangga, 2002.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Kholisah, Nur. Strategi Komunikasi Public Relations dan Citra Positif Organisasi.
Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol 13. No. 3. September - Desember 2015.
Mudjiono, Yoyon. Kajian Semiotika Dalam Film. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 1.
No.1. April 2011.
Mulyana, Dedy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
cet ke-4, 2004.
Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel, Elemen-Elemen Jurnalisme, Terj. Yusi A.
Pareanom, Institute Studi Arus Informasi dan Kedutaan Besar Amerika
Serikat di Jakarta, 2003.
Kusumaningrat, Hikmat dkk. Jurnalistik Teori Dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Rivers, William L. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media
Group, 2003.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN
Jakarta Press, 2007.
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:
Rajagrifindo, 2010.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Tamburaka, Apriadi. Literasi Media: CERDAS BERMEDIA KHLAYAK MEDIA
MASSA. Depok: Raja Grafindo Persada, 2013.
Artikel diakses pada 20 April 2018 pukul 21.00 WIB di
www.kajianteori.web.id/2015/12/pengertian-stilistika-menurut-ahli.html
Artikel diakses pada 29 Juni 2018 pukul 21.25 WIB di
https://id.wikipedia.org/wiki/Spotlight(film)
Artikel diakses pada 29 Juni 2018 pukul 20.55 WIB di https://id.bookmyshow.com/blog-
hiburan