28
ANALISIS FLUKTUASI PENERIMAAN DAERAH DARI PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010-2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: MUHAMMAD RAFIQ AGUS HENDRAYADI WAHJOE PANGESTOETI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

ANALISIS FLUKTUASI PENERIMAAN DAERAH DARI PAJAK …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan penerimaan pajak

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS FLUKTUASI PENERIMAAN DAERAH

DARI PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

TAHUN 2010-2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

MUHAMMAD RAFIQ

AGUS HENDRAYADI

WAHJOE PANGESTOETI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

1

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa yang disebut

dibawah ini :

Nama : MUHAMMAD RAFIQ

NIM : 110563201077

Jurusan Prodi : Ilmu Administrasi Negara

Alamat : Perum. Lembah Asri blok B3 No.5 Km. X

Tanjungpinang.

Nomor Telp : 082284319499

Email : muhammadrafiqkepri@gmailcom

Judul Naskah : Analisis Fluktuasi Penerimaan Daerah Dari Pajak Hotel Di

Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2010-2014.

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah selesai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk

dapat diterbitkan.

Tanjungpinang, 03 Agustus 2016

Yang menyatakan

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

AGUS HENDRAYADI,M.Si WAHJOE PANGESTOETI.M,Si

NIDN. 1005087301 NIDN. 0713097001

2

ANALISIS FLUKTUASI PENERIMAAN DAERAH DARI PAJAK HOTEL DI KABUPATEN

KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010-2014

MUHAMMAD RAFIQ

AGUS HENDRAYADI

WAHJOE PANGESTOETI

Program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas telah menetapkan peraturan daerah nomor 02

tahun 2011 tentang pajka dan retribusi daerah yang berisikan tentang pembagian pajak atas

masing-masing jenis pajak tersebut. Salah satunya pajak hotel.Pajak hotel merupakan salah satu

dari sekian pajak yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas. Dimana keberadaannya sangat

penting sebagai sumber penerimaan daerah atau salah satu bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pemerintah daerah menetapkan 10% (persen) dari total pendapatan hotel.Keberadaan pajak hotel

ini diharapkan menjadi sumber penerimaan daerah yang cukup membantu daerah dalam

mengembangkan daerah. Namun dalam realisasinya pendapatan perhotelan sempat mengalami

peningkatan pada setiap tahunnya yaitu telihat dari tahun 2010-2013, kemudian mengalami

penurun pada tahun 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana terjadinya Fluktuasi penerimaan

daerah dari pajak hotel yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas dari tahun 2010-2014 yang

dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Kepulauan Anambas. Metode

penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitaif dimana pengumpulan data dilakukan dengan

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Kesimpulan dalam penelitian ini, bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan responden

dan key informan serta didukung dengan hasil observasi secara langsung dilapangan berkenaan

dengan judul Analisis Fluktuasi Penerimaan Daerah Dari Pajak Hotel di Kabupaten Kepulauan

Anambas Tahun 2010-2014, maka penyebab Fluktuasi penerimaan daerah yaitu : (1) Sumberdaya

manusia Pelaksana pajak perhotelan belum berfungsi dengan baik, (2) Terjadinya defisit anggaran

Kabupaten Kepulauan Anambas, (3) Kurangnya aktifitas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

di hotel-hotel, (4) kurangnya pengunjung lokal maupun non lokal, (5) Pembangunan daerah yang

belumdikelola dengan sebaik-baiknya dalam bidang pariwisata untuk membentuk suatu objek

wisata komersil yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Kata kunci: Pajak hotel, Fluktuasi, Penyebab Fluktuasi Penerimaan Daerah.

3

ABSTRACT

Anambas Island Government has set local regulation number 02 of 2011 on taxation and

levies that contains the distribution tax on each type of tax. One was the hotel tax. Hotel’s tax is

one of the tax which is there in the district of Anambas archipelago the location is wholly

important as a source of region earning or ine of the kind of the region indigenous earning. The

local government set a 10% (percent) of total hotel revenue. The placement of hotel’s tax is

expected to be the source of regiom earning which can help to deloved the region. However, in the

reality, the hotel earnings are inscreasing every year, it could can be seen in 2010-2013, then

decreased in 2014.

The aim of this research is to know about how was the fluktuation of the region earning

from hotel’s tax in the district of Anambas archipelago in 2010-2014 which was managed by

income office region (Dispenda), the district of Anambas archipelago. The method of this research

is qualitative descriptive which the data collection was done bay doing obsevation, interview and

documentation.

The conclusion of this study, that is based on interviews with respondents and key

informants and supported by the results of direct observation in the field's title Fluctuation

Analysis of Local Revenue From Tax Anambas Island Hotels in 2010-2014, it can be concluded

that the couses of the fluctuation region earning are : (1) Human resource as the people in change

to manage the hotel’s tax had not done their duties well, (2) The budget deficit in the district of

Anambas archipelago, (3) the lack of regional working unit (SKPD) in some hotels, (4) The

reduction of none or local visitors, (5) The region development which has not managed as well in

tourism departement to shape a comercial tourism object in the district of Anambas archipelago.

Keywords: Hotel’s Tax, The Fluctuation, Couses Of The Fluctuation Regional Earning.

4

A. PENDAHULUAN

Pendapatan Asli Daerah merupakan

penerimaan dari pungutan pajak

daerah, retribusi daerah, hasil dari

perusahaan daerah, penerimaan dari

Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) dan penerimaan pajak dan

retribusi lainnya yang kemudian

sebagian masuk untuk pembangunan

daerah serta Pendapatan Asli Daerah

(PAD) tersebut yang merupakan

pendapatan daerah yang sah. Menurut

Halim (2004:94), “Pendapatan Asli

Daerah (PAD) adalah penerimaan

yang diperoleh daerah dari sumber-

sumber dalam wilayahnya sendiri yang

dipungut berdasarkan peraturan

daerahsesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Sektor pendapatan daerah memegang

peranan yang sangat penting, karena

melalui sektor ini dapat dilihat sejauh

mana suatu daerah dapat membiayai

kegiatan pemerintah dan pembangunan

daerah.”

Untuk dapat membiayai dan

memajukan daerah dapat ditempuh

suatu kebijaksanaan dengan

mengoptimalkan penerimaan pajak,

dimana setiap orang wajib membayar

pajak sesuai dengan kewajibannya.

Pajak daerah adalah pajak yang

ditetapkan oleh daerah untuk

kepentingan pembiayaan rumah

tangga pemerintah daerah tersebut.

Pajak daerah di Indonesia

berdasarkan Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009,bahwa pajak daerah dan

retribusi daerah merupakan salah satu

sumber pendapatan daerah yang

penting guna membiayai pelaksanaan

pemerintahan daerah dalam rangka

meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dan kemandirian daerah,

perlu dilakukan perluasan objek pajak

daerah dan retribusi daerah dan

pemberian diskresi dalam penetapan

tarif, serta kebijakan pajak daerah dan

retribusi daerah dilaksanakan

berdasarkan prinsip demokrasi,

pemerataan dan keadilan, peran serta

masyarakat, dan akuntabilitas dengan

memperhatikan potensi daerah. Terbagi

menjadi dua, yaitu pajak Propinsi dan

pajak Kabupaten/Kota. Pembagian ini

dilakukan sesuai dengan kewenangan

pengenaan dan pemungutan masing-

masing jenis pajak daerah pada

wilayah administrasi Propinsi atau

Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Menurut Halim (2004:96) “bahwa

kelompok pendapatan Asli Daerah

(PAD) dipisahkan menjadi empat jenis

pendapatan, yaitu:

1) Pajak Daerah

a.Pajak Provinsi

b.Pajak Kabupaten/ Kota

2) Retribusi Daerah, terdiri dari:

a. Retribusi Jasa Umum

b. Retribusi Jasa Usaha,

dan

c. Retribusi Perijinan

tertentu.

5

3) Hasil Perusahaan milik daerah

dan hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan.

4) Lain-lain Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang sah, yaitu:

hasil penjualan kekayaan

daerah yang tidak

dipisahkan, hasil

pemanfaatanatau

pendayagunaan kekayaan

daerah yang tidak

dipisahkan, jasa giro,

pendapatan bunga, tuntutan

ganti rugi, keuntungan

selisih nilai tukar rupiah

terhadap mata uang asing,

dan komisi, potongan,

ataupun bentuk lain sebagai

akibat dari penjualan dan/

atau pengadaan barang dan

atau jasa oleh daerah.

Penerimaan potensial sumber

Pendapatan Asli Daerah hanya dari

beberapa pajak dalam arti disini pajak

daerah itu tidak semuanya terlaksana

secara efisien. Hal ini karena di

beberapa pemerintah daerah

penerimaan yang potensial hanya

berasal dari pajak hotel dan restoran,

pajak tontonan dan pajak reklame saja.

Salah satu pajak daerah yang

potensinya semakin berkembang

seiring dengan semakin

diperhatikannya komponen sektor jasa

dan pariwisata dalam kebijakan

pembangunan sehingga dapat

menunjang berkembangnya bisnis

rekreasi atau pariwisata adalah pajak

hotel.

Berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Kepulauan Anambas No. 02

tahun 2011 tentangPajak Daerah dan

Retribusi Daerah, dijelaskan bahwa

pajak hotel adalah pajak atas pelayanan

yang disediakan oleh hotel serta

mencakup seluruh persewaan di hotel,

yang merupakan penyempurnaan

Undang-Undang No. 28 tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

Dalam usaha menopang eksistensi

otonomi daerah yang maju, sejahtera,

mandiri dan berkeadilan, suatu daerah

dihadapkan pada suatu tantangan dalam

mempersiapkan strategi dalam

perencanaanpembangunan yang akan

diambil. Adanya Undang-Undang

Otonomi Daerah memberi peluang

lebih banyak bagi daerah untuk

menggali potensi sumber-sumber

penerimaan daerah dibanding

peraturan-peraturan sebelumnya yang

lebih banyak memberi keleluasaan

pada pemerintah di atasnya.

Meskipun harus diakui bahwa

kedua undang-undang itu dapat

merangsang daerah untuk melakukan

intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-

sumber penerimaannya. Untuk itu

diperlukan suatu perencanaan yang

tepat dengan memperhatikan potensi

yang dimiliki terutama dalam

mengidentifikasi keterkaitan antara

6

sektor perdagangan, hotel dan restoran

dengan sektor yang lainnya.

Kabupaten Kepulauan Anambas,

salah satu kabupaten yang masih

masuk kedalam propinsi Kepri,

memiliki potensi wisata yang indah

serta peradaban pantai yang air lautnya

sangat jernih dan hutan wisata yang

cukup potensial untuk dikembangkan

sehingga di sini sektor pariwisata dan

beberapa sektor terkait, misal sektor

perdagangan dan penyediaan jasa,

merupakan salah satu sumber

pendapatan daerah yang bisa digali dan

terus dikembangkan. Adanya potensi

wisata alam dan budaya yang

merupakan salah satu andalan

Kabupaten Kepulauan Anambas ini

sudah selayaknya memberikan

kontribusi terhadap beberapa

penerimaan pajak yang ada.

Kontribusi penerimaan daerah

tersebut dapat berasal dari pajak

maupun retribusi yang dipungut atas

dasar pemberian jasa dan pelayanan

oleh tempat wisata di Kabupaten

Kepulauan Anambas. Akan tetapi

kenyataan yang terjadi justru

penerimaan pajak daerah dari sisi pajak

hotelhanya memiliki nilai kontribusi

yang sedang bahkan penerimaan pajak

hotel yang ada memiliki angka

pertumbuhan yang mencukupi.

Penerimaan pajak daerah yang

dihasilkan salah satunya yaitu pajak

perhotelan yang dilihat semakin

melonjak setiap tahunnya. Namun

seketika pada tahun 2014 pendapatan

tersebut menurun drastis atau jauh

sekali dari tahun – tahun sebelumnya.

Untuk itu Pendapatan asli daerah pun

menurun bahkan sempat terjadinya

defisit anggaran yang sangat tinggi.

Terdapat beberapa kajian

terdahulu yang dapat dijadikan rujukan

untuk memahami bagaimana

implementasi kebijkan pajak

perhotelan yang dilakukan oleh

beberapa pihak. Pertama, penelitian

yang dilakukan oleh Rahayu (2011)

analisis potensi pajak hotel terhadap

realisasi penerimaan pajak hotel di

Kabupaten Gunung Kidul. Rahayu

mengemukakan bagaimana bentuk

perhatian pemerintah dalam menggali

potensi pajak yang ada serta bentuk

perhatian pemerintah dalam

meningkatkan pajak hotel, bentuk

perhatian pemerintah tersebut dalam

suatu perencanaan yang tepat dengan

memperhatikan potensi yang dimiliki

terutama dalam mengidentifikasi

keterkaitan antara sektor

perdagangan, hotel dan restoran

dengan sektor yang lainnya. Kedua,

penelitian Fahmi (2014) implementasi

peraturan daerah No.4 tahun 2010

tentang penyelenggaraan

kepariwisataan terhadap peningkatan

PAD dalam perspektif otonomi daerah

Yogyakarta. Fahmi mengemukakan

bagaimana meningkatkan daya tarik

kepariwisataan agar semakin banyak

wisatawan menggunakan jasa hotel dan

7

restoran agar PAD meningkat.

Peningkatan daya tarik wisatawan

dengan cara mendukung keberagaman

obyek pariwisata yang meliputi : wisata

budaya, wisata bangunan bersejarah,

wisata pendidikan, wisata konvensi,

wisata kuliner wisata khusus dan

wisata belanja.

Ketiga, penelitian Rahmi (2011)

implementasi kebijakan pajak hiburan

atas penyelenggaraan usaha SPA (studi

kasus pada pemerintah Kabupaten

Sleman tahun 2011). Rahmi

mengemukakan tentang permasalahan

yang terkait benturan antara pemerintah

pusat dengan PPN dan pemerintah

daerah dengan pajak hiburan atas usaha

SPA tersebut. Benturan yang dimaksud

dikarenakan pemungutan pajak oleh

pemerintah pusat yang memungkinkan

terjadinya pajak berganda karena

kurang maksimalnya upaya komunikasi

dan kurangnya sumber daya manusia.

Keempat, penelitian oleh Rui (2006)

implemtasi kebijakan pajak hotel dan

restoran sebagai upaya peningkatan

PAD di Kabupaten Sleman. Rui

mengemukakan perlu pembenahan

komunikasi, sumber daya keuangan ,

sikap pelaksana pajak , kondisi usaha

wajib pajak dan kebutuhan wajib pajak

agar dapat menciptakan hubungan baik

untuk kepedulian perlunya pajak

terhadap pendapatan aset daerah

(PAD).

Kelima, penelitian Sugiyanto

(2014) implementasi kebijkan

pelaksanaan pajak restoran kota

tanjung pinang (studi kasus pada

DPPKAD kota Tanjungpianang.

Sugiyanto mengemukakan bahwa

bagaimana bentuk perhatian DPPKAD

terhadap pajak restoran di Kota

Tanjungpinang kepada wajib pajak

restoran. Dimana DPPKAD mencari

terobosan-terobosan baru pagar

implementasi berjalan dengan baik

terutama dengan aturan yang ada

khususnya masalah penindakan tegas

bagi wajib pajak yang membandel dan

DPPKAD berperan dalam sosialisasi

yang bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran tentang pajak kepada wajib

pajak. Dari kajian terdahulu diatas

maka sebagai acuanpenulis ingin

membahas lebih dalam tentang

implementasi kebijakan pajak

perhotelan dalam menunjang

pendapatan asli daerah (PAD) di

Kabupaten anambas pada tahun 2014.

Sebagaimana permasalahan yang akan

dibahas untuk mengetahui seberapa

besar kontribusi pajak hotel terhadap

PAD dalam implenentasi kebijakan

pajak hotel tersebut.

Dari kajian terdahulu diatas

peneliti dapat disimpulkan bahwa dari

kajian terdahulu membahas hasil

penelitiannya lebih merujuk pada

analisis potensi pajak dan implementasi

peraturan daerah serta implementasi

kebijkan pajak hotel, restoran dan

kepariwisataan. Berdasarkan kajian

terdahulu penulis membedakan

8

rumusan masalah peneliti pada

fluktuasi penerimaan daerah serta

kontribusi pajak perhotelan yang ada di

Kabupaten Kepulauan Anambas. Maka

dari itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pengkajian dan

meneliti lebih lanjut yang dituangkan

dalam sebuah penelitian yang berjudul:

“Analisis Fluktuasi Penerimaan Daerah

Dari Pajak Hotel Di Kabupaten

Kepulauan Anambas Tahun 2010 -

2014”.

Menurut Sugiyono (2010:210)

“rumusan masalah merupakan fokus

penelitian yang masih bersifat

sementara dan akan berkembang

setelah peneliti masuk ke lapangan atau

situasi sosial tertentu.”

Sebagaimana diuraikan pada

bagian sebelumnya, mengapa

pendapatan Kabupaten Kepulauan

Anambas mengalami fluktuasi yang

cukup tajam pada tahun 2014 ?. Maka

dapat dirumuskan permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagaimana kontribusi pajak

hotel dari tahun 2010-2014

terhadap PAD Kabupaten

Kepulauan Anambas ?

b. Faktor-faktor apa saja yang

menyebabkan fluktuasi

Pendapatan Daerah dari pajak

hotel Kabupaten Kepulauan

Anambas pada tahun 2010-

2014 ?

Adapun Tujuan Dan Kegunaan

Penelitian adalah :

a. Berdasarkan latar belakang dan

rumusan masalah tersebut, maka

tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui kontribusi pajak

hotel dari tahun 2010-2014

terhadap PAD Kabupaten

Kepulauan Anambas dan faktor-

faktor apa yang menyebabkan

fluktuasi Pendapatan Daerah dari

pajak hotel Kabupaten

Kepulauan Anambas pada tahun

2010-2014.

Adapun kegunaan dari penelitian

ini diharapkan agar dapat :

a. Secara praktis hasil

penelitian ini diharapkan

dapat memberikan kejelasan

atau pemahaman secara

umum tentang kebijakan

pemerintah dalam

pengretribusian pajak

perhotelan di Kabupaten

Kepulauan Anambas.

b. Secara teoritis hasil

penelitian ini dapat

diharapkan memberikan

tambahan referensi bagi

peneliti berikutnya serta

sebagai ilmu pengetahuan

yang berhubungan dengan

pelaksanaan kebijakan pajak

perhotelan sebagai

penunjang pendapatan asli

daerah.

c. Sebagai penerapan ilmu

yang telah dipelajari

9

khususnya dalam bidang

administrasi negara.

A. KONSEP TEORITIS

1. Anggaran

Anggaran merupakan

pernyataan mengenai estimasi

kinerja yang hendak dicapai

selama periode waktu tertentu

yang dinyatakan dalam ukuran

finansial, sedangkan penganggaran

adalah proses atau metoda untuk

mempersiapkan suatu anggaran.

Anggaran juga dapat diartikan

sebagai istilah perencanaan untuk

pengendalian laba menyeluruh

dapat didefenisikan secara luas

sebagai suatu anggaran sistematis

dan formal untuk perencanaan,

pengkoordinasian dan

pengendalian tanggung jawab

manajemen. Menurut Munandar

(2001:11) anggaran adalah “suatu

rencana yang disusun secara

sistematis yang meliputi seluruh

kegiatan perusahaan, yang

dinyatakan dalam unit atau

kesatuan moneter yang berlaku

untuk jangka waktu yang akan

datang”.

Dalam organisasi sektor publik,

penganggaran merupakan suatu

proses politik. Pada sektor swasta,

anggaran merupakan bagian dari

rahasia perusahaan yang tertutup

untuk publik, sebaliknya pada

sektor publik anggaran justru harus

diinformasikan kepada publik

untuk dikritik, didiskusikan, dan

diberi masukan. Proses

penganggaran organisasi sektor

publik dimulai ketika perumusan

strategi dan perencanaan strategik

telah selesai dilakukan. Anggaran

merupakan managerial plan for

action untuk memfasilitasi

tercapainya tujuan organisasi.

Aspek-aspek yang harus tercakup

dalam anggaran sektor publik

meliputi :

a. Aspek perencanaan;

b. Aspek pengendalian dan

Aspek akuntabilitas

publik. Penganggaran

sektor publik harus

diawasi mulai tahap

perencanaan,

pelaksanaan, serta

pelaporan dan akan lebih

efektif jika diawasi oleh

lembaga pengawas

khusus (oversight body).

Penganggaran publik

merupakan Anggaran publik adalah

rencana kegiatan dalam bentuk

perolehan pendapatandan belanja

dalam satuan moneter. Secara

singkat dapat dinyatakan bahwa

anggaran publik merupakan suatu

rencana finansial yang menyatakan

biaya atas rencana-rencana yang

dibuat, dan bagaimana caranya

memperoleh uang untuk mendanai

rencana tersebut .

10

Menurut Mardiasmo (2005:62)

“anggaran sektor publik berisi

rencana kegiatan yang

dipresentasikan dalam bentuk

rencana perolehan pendapatan dan

belanja dalam suatu manometer,

dalam bentuk yang paling

sederhana, anggaran sektor publik

merupakan suatu dokumen yang

menggambarkan kondisi keuanggan

suatu organisasi yang meliputi

informasi mengenai pendapatan,

belanja dan aktifitas. Anggaran

berisi estimasi mengenai apa yang

dilakukan organisasi dimasa yang

akan datang, setiap anggaran

memberikan informasi mengenai

apa yang hendak dilakukan dalam

beberapa priode yang akan datang”.

Menurut Amin (2009:1)

mengemukakan anggaran sektor

publik adalah rencana terinci

tentang pemerolehan dan

sumberdaya keuangan dan

sumberdaya yang lainnya selama

suatu periode waktu tertentu,

anggaran sektor publik menunjukan

rencana masa depan yang

dinyatakan dalam kualitatif yang

normal”.

Sehubungan dengan teori-teori

yang dikemukakan oleh para ahli

tersebut maka penulis

menyimpulkan bahwa

penganggaran publik merupakan

salah satu keuangan negara dimana

penganggaran bersifat ekonomi dan

publik bersifat menyeluruh baik

pemerintahan itu sendiri maupun

masyarakat, untuk itu hubungan

administrasi negara dengan ilmu

ekonomi yaitu efisiensi merupakan

tujuan administrasi negara. efisiensi

dapat dicapai dengan kerjasama

yang kompetisi. Berdasarkan

definisi-definisi ilmu administrasi

negara bahwa administrasi negara

berfungsi melakukan penataan dan

pengaturan sistem ekonomi dalam

suatu otoritas pemerintahan agar

terwujud efisiensi dalam tata kelola

perekonomian. Sedangkan keadaan

ekonomi suatu negara menunjukkan

indikator keberhasilan penerapan

administrasi negara oleh

pemerintah negara tersebut.

Administrasi negara juga bertujuan

untuk mencapai kesejahteraan

umum.

2. Kebijakan Publik

Kebijakan pada dasarnya

merupakan ketentuan-ketentuan

yang harus dijadikan pedoman,

pegangan atau petunjuk bagi setiap

usaha dan kegiatan aparatur

pemerintahan sehingga tercapai

kelancaran dan keterpaduan dalam

upaya mencapai tujuan. Istilah

kebijakan itu sendiri sering kali

penggunaannya saling

dipertukarkan dengan istilah-

istilah seperti tujuan program,

keputusan, undang-undang,

ketentuan-ketentuan, usulan-

11

usulan dan rencana-rencana besar

bagi kalangan pembuat kebijakan

dan para sejawatnya. Hal ini tidak

menjadi masalah namun bagi

orang-orang yang berada diluar

struktur pengambilan kebijakan hal

itu mungkin akan

membingungkan.

Dewasa ini istilah kebijakan

sering dan secara luas

dipergunakan dalam kaitannya

dalam tindakan-tindakan atau

kegiatan-kegiatan pemerintah serta

perilaku-perilaku negara pada

umumnya. Hal ini diperjelas

dengan pendapat Fredrich yang

dikutip Winarno (2002:15) bahwa:

“kebijakan adalah suatu tindakan

yang mengarah pada tujuan yang

diusulkan oleh seseorang,

kelompok atau pemerintah dalam

lingkungan tertentu sehubungan

dengan adanya hambatan-hambatan

tertentu seraya mencari peluang-

peluang untuk mencapai tujuan atau

mewujudkan sasaran yang

diinginkan”

Kebijakan juga berbeda maknanya

dengan keputusan yang

mengandung arti pemilihan diantara

sejumlah alternatif yang tersedia.

Menurut Jenskins mengemukakan :

“public policy is a set of

interrelated decisions taken by a

political actor or group of actor

concerning the selection where

these decisions should, in principle,

be within the power of these actors

to archive” (kebijakan publik

adalah serangkaian keputusan yang

saling terkaityang ditetapkan oleh

seorang aktor politik berkenaan

dengan tujuan yang dipilih beserta

cara-cara untuk mencapainya dalam

situasi dimana keputusan-keputusan

itu pada dasarnya masih berada

dalam batas-batas kewenangan

kekuasaan dari para aktor)

(www.unitomi.ac.id diakses 3

Oktober 2015).

Pada dasarnya banyak para ahli

yang memberikan definisi tentang

kebijakan publik. Perbedaan ini

timbul karena masing-masing ahli

mempunyai latar belakang yang

berbeda-beda. Sementara di sisi

lain, pendekatan dan model yang

digunakan para ahli pada akhirnya

juga akan menentukan bagaimana

kebijakan publik tersebut hendak di

definisikan.

Anderson (dalam Winarno,

2007:20) mengartikan kebijakan

publik sebagai serangkaiaan

tindakan yang mempunyai tujuan

tertentu yang diikuti dan

dilaksanakan oleh pelaku atau

sekelompok pelaku guna

memecahkan masalah tertentu.

lebih lanjut dikatakan Anderson,

ada elemen-elemen penting yang

terkandung dalam kebijakan publik

antara lain mencakup:

12

a. Kebijakan selalu mempunyai

tujuan atau berorientasi pada

tujuan tertentu. Kebijakan

berisi tindakan atau pola

tindakan pejabat-pejabat

pemerintah.

b. Kebijakan adalah apa yang

benar-benar dilakukan oleh

pemerintah, dan bukan apa

yang bermaksud akan

dilakukan.

c. Kebijakan publik bersifat

positif (merupakan tindakan

pemerintah mengenai suatu

masalah tertentu) dan bersifat

negatif (Keputusan pejabat

pemerintah untuk tidak

melakukan sesuatu).

d. Kebijakan publik (positif)

selalu berdasarkan pada

peraturan perundangan

tertentu yang bersifat

memaksa.

Secara konseptual ditinjau

dari kamus administrasi publik,

chandler dan plano (dalam

Pasolong,2008:38) menegaskan

bahwa ”Kebijakan publik adalah

pemanfaatan yang strategis

terhadap sumber-sumber daya yang

ada untuk memecahkan masalah

publik atau pemerintah”. Akan

tetapi, hanya pemerintah sajalah

yang berbuat otoritatif untuk

seluruh masyarakat, dan semuanya

yang dipilih oleh pemerintah untuk

dikerjakan atau tidak dikerjakaan

adalah hasil-hasil dari nilai-nilai

tersebut. Selanjutnya, kebijakan

publik menurut Dye (dalam

Wahab,2001:4) merupakan apa saja

yang oleh pemerintah untuk

dilakukan ataupun untuk tidak

dilakukan (whatever gevernment

choose to do or not to do).

Dalam pengertian ini pusat

perhatian dari kebijakan publik

tidak hanya dilakukan oleh

pemerintah, melainkan termasuk

apa saja yang tidak dilakukan oleh

pemerintah. Apa saja yang tidak

dilakukan oleh pemerintah itulah

yang memberikan dampak cukup

besar bagi masyarakat seperti

halnya, dengan tindakan-tindakan

yang dilakukan pemerintah.

Dari berbagai definisi kebijakan

publik tersebut, dapat disimpulkan

bahwa :

1) Kebijakan publik dibuat oleh

pemerintah berupa tindakan-

tindakan pemerintah,

2) Kebijakan publik harus

berorientasi kepada

kepentingan publik, dan,

3) Kebijakan publik adalah

tindakan alternatif untuk

dilaksanakan atau tidak

dilaksanakan oleh

pemerintah demi

kepentingan publik.

3. Pendapatan asli daerah

Pendapatan asli daerah (PAD)

merupakan salah satu bentuk

13

pendapatan yang dihasilkan oleh

daerah itu sendiri yang berasal

dari hasil pajak daerah. Menurut

pendapat Yani (2008:51)

pendapatan daerah adalah

pendapatan yang diperoleh dari

daerah yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pendapatan asli daerah

merupakan pendapatan daerah

yang bersumber dari pajak

daerah, hasil retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, dan

pendapatan lain asli daerah yang

sah, bertujuan untuk memberikan

keleluasaan kepada daerah dalam

menggali pendanaan otonomi

daerah sebagai perwujudan asas

desentralisasi.

Petensi daerah yang dihasilkan

dari daerah itu sendiri,

sebagaimana salah satu bentuk

pendapatan asli daerah yang dapat

dikelola dengan sebaik-baiknya

akan mengahsilkan kontribusi

yang besar untuk daerah tersebut

dimana laju pembangnan daerah

akan semakin pesat. Dalam upaya

meningkatkan PAD, daerah

dilarang menetapkan peraturan

daerah tentang pendapatan yang

menyebabkan ekonomi biaya

tinggi dan dilarang menetapkan

peraturan daerah tentang

pendapatan yang menghambat

mobilitas penduduk, lalu lintas

barang dan jasa antar daerah, dan

kegiatan impor/ekspor.

Pendapatan daerah yang

menyebabkan ekonomi tinggi

yang dimaksud adalah peraturan

daerah yang mengatur pengenan

pajak dan retribusi oleh daerah

dan provinsi sehingga

menyebabkan menurunnya daya

saing daerah.

4. Pengertian pajak hotel

Hotel merupakan bangunan

yang menyediakan penginapan

sarana tempat tinggal umum

untuk wisatawan dengan

memberikan pelayanan jasa

kamar, penyedia makanan dan

minuman serta akomodasi dengan

syarat pembayaran.

Pajak hotel menurut Siahaan,

(2005:245) merupakan pajak atas

pelayanan hotel termasuk juga

rumah penginapan yang

memungut bayaran. Pajak hotel

tidak mutlak ada diseluruh

Kabupaten atau Kota yang ad di

Indonesia. Hal ini berkaitan

dengan kewenangan yang

diberikan kepada pemerintah

Kabupaten atau Kota untuk

mengenakan atau tidak

mengenakan suatu jenis pajak

Kabupaten atau Kota.

Pemungutan atas pajak hotel

yang dilakukan dengan pihak

terkait didasarkan dengan aturan-

14

aturan perundang-undangan

daerah. Siahaan, (2005:245)

mengemukakan dalam

pemungutan pajak hotel

pemerintah harus terlebih dahulu

menerbitkan peraturan daerah

tentang pajak hotel, peraturan itu

akan menjadi landasan hukum

operasional dalam teknis

pelaksanaan pengenaan dan

pemungutan pajak hotel didaerah

kabupaten atau kota yang

bersangkutan.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian Penelitian yang

dilakukan ini bersifat deskriptif

kualitatif, karena tujuannya adalah

untuk mendeskripsikan dan

menggambarkan apa adanya

mengenai suatu variable, gejala,

keadaan atau fenomena sosial

tertentu. Sebagaimana

dikemukakan oleh Sugiyono

(2013:11) berpendapat bahwa

“penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri,

baik suatu variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat

perbandingan, atau

menghubungkan antara satu

variabel dengan variabel yang

lain”.

Menurut Bogdan dan

Taylor sebagaimana dikutip

Moleong (2004:4) “ Metode

kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilakan

data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati”.

Ilmu pengetahuan sosial yang

secara fundamental bergantung

dari pengamatan pada manusia

baik dalam kawasan maupun

dalam peristilahannya.

Dari semua penjelasan tersebut

bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek

penelitian secara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa.

Sehingga dalam penelitian ini

mendeskripsikan tentang pajak

perhotelan yang menunjang

pendapatan asli daerah (PAD) di

Kabupaten Anambas.

Penelitian ini dilakukan pada

Dinas Pendapat Daerah

(DISPENDA) Kabupaten

Kepulauan Anambas. Alasan

peneliti mengambil lokasi

penelitian tersebut di Dinas

Pendapatan Daerah (DISPENDA)

Kabupaten Kepulauan Anambas

ini adalah :

a. Karena pajak perhotelan di

Kabupaten Kepulauan

Anambas ikut berperan

penting dalam menunjang

pendapatan Asli Daerah

guna untuk pemerataan

pembangunan.

15

b. Sepanjang pengetahuan

peneliti belum pernah ada

peneliti yang mengangkat

permasalahan

implementasi kebijakan

pajak perhotelan sebagai

penunjang pendapatan asli

daerah (PAD) di

Kabupaten Kepulauan

Anambas.

Sampel dalam penelitian

kualitatif bukan dinamakan

responden melainkan sebagai

narasumber atau partisipan

,informan dalam penelitian.

Menurut Sugiyono (2013:216)

dalam penelitian kualitatif tidak

menggunakan populasi karena

penelitian kualitatif berangkat dari

kasus tertentu yang ada pada

situasi sosial tertentu dan hasil

kajiannya tidakakan diberlakukan

ke populasi, tetapi ditransferkan

ketempat lain pada situasi sosial

yang memiliki kesamaan dengan

situasi sosial pada kasus yang

dipelajari. Sampel dalam

penelitian kualitatif, juga bukan

disebut statistik, tetapi sampel

teoritis, karena tujuan penelitian

kualitatif adalah untuk

menghasilkan teori.

Menurut Sugiyono (2013:91)

teknik sampling pada dasarnya

dapat di kelompokkan menjadi

dua yaitu: probably sampling dan

non probably sampling. Non

probably sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang atau

kesempatan sama bagi setiap

unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel. Teknik

sampel ini meliputi, sampling

sistematis, kuota, aksidental,

purposive, jenuh, snowball.

Dalam penelitian ini

menggunakan teknik snowball

sampling Menurut Sugiyono

(2013:97) snowball sampling

adalah teknik penentuan sampel

yang mula-mula jumlahnya kecil,

kemudian membesar. Dapat

ditarik kesimpulan bahwa yang

dimaksud oleh Sugiyono adalah

dimana teknik pengambilan

sampel ini apabila peneliti tidak

cukup satu atau dua orang sebagai

data maka peneliti harus

mendapatkan data lainnya kepada

orang orang yang dianggap

mengerti dengan permasalahan

tersebut. Apabila peneliti masih

merasa belum cukup maka

peneliti akan terus melakukan

pencarian data sampai data

tersebut dirasa cukup untuk

menghasilkan jawaban atas

penelitian yang diambil.

Dengan ini, peneliti mengambil

informan dan responden sebanyak

17 (tujuh belas) orang yaitu dari

pengusaha atau pengurus masing-

masing hotel sebanyak 14 (empat

16

belas) orang, dan Dinas

Pariwisata sebanyak 1 (satu)

orang, Badan Pusat Statistik

sebanyak 1 (satu) orang, pemilik

atau pengurus hotel sebanyak 14

(empat belas) orang. Dan

ditambah lagi dengan 1 (satu) key

informan yaitu Kepala Seksi

Pajak Dan Retribusi Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten

Kepulauan Anambas, yang

dianggap mengetahui dan dapat

dipercaya dalam penelitian ini.

Untuk memperoleh data yang

diperlukan maka dalam penelitian

ini penulis menggunakan jenis

data sebagai berikut :

a. Data primer

Data primer yaitu

data yang dikumpulkan

dan diolah sendiri oleh

peneliti yang diperoleh

melalui wawancara.

b. Data sekunder

Data yang

diperoleh secara tidak

langsung diperoleh oleh

peneliti dari subjek

penelitiannya yaitu studi

kepustakaan. Biasanya

berupa teknik

pengempulan data atau

informasi yang

menyangkut masalah yang

diteliti dengan

mempelajari dan menelaah

buku, majalah atau surat

kabar dan bentuk-

bentuktulisan lainnya yang

ada relevansinya dengan

masalah yang diteliti.

Untuk memperoleh data

yang akurat dan lengkap

sebagaimana diharapkan maka,

teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah :

a. Wawancara

Yakni pengumpulan data

yang dilakukan memalui

komunikasi langsung atau

tanya jawab antara peneliti,

responden dan key informan.

Teknik ini dilakukan secara

bebas dan terbuka dalam

penyampaian informasi dan

pemberian data yang

sesungguhnya. Wawancara

dilakukan dengan

menggunakan pedoman

wawancara yang telah

ditentukan. Menurut

sugiyono (2013:157)

wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan

data apabila peneliti ingin

melakukan studi

pendahuluan untuk

menemukan permasalahan

yang harus diteliti, dan juga

apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih

mendalam dan jumlah

17

respondennya sedikit atau

kecil.

b. Observasi

Observasi atau

pengamatan langsung

merupakan salah satu teknik

pengempulan data yang

dilakukan melalui

pengamatan langsung serta

mencatat gejala-gejala yang

nampak pada objek

penelitian. Pengamatan

dilakukan pada faktor-faktor

yang berkaitan dengan

pelaksanaan kebijakan yang

telah dilakukan. Penelitian

ini menggunakan observasi

partisipasi pasif. Menurut

sugiyono (2011:227)

mengemukakan “(passive

participation) means the

research is present at the

scane of action but does not

interac or participate. Jadi

dalam hal ini peneliti

mengamati ke lokasi

penelitian, tetapi tidak ikut

terlibat dalam kegiatan

tersebut.

c. Dokumentasi.

Menurut sugiyono

(2013:240) dokumentasi

merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk

tulisan gambar atau karya-

karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang

berbentuk tulisan misalnya

catatan harian, sejarah

kehidupan (life histories),

biografi, peraturan,

kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya

foto, gambar hidup, sketsa

dan lain-lain. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya

seni, yang dapat berupa

gambar, patung, film dan

lain-lain. Studi dokumen

merupakan perlengkap dari

penggunaan metode

obsercasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif.

Wawancara yang dilakukan

secara langsung ditujukan

kepada Kepala Seksi Pajak

dan Retribusi Kabupaten

Kepulauan Anambas.

C. SEJARAH SINGKAT DINAS

PENDAPATAN DAERAH

KABUPATEN KEPULAUAN

ANAMBAS.

Sejarah singkat mengenai Dinas

Pendapatan Daerah atau disingkat

(DISPENDA) Kabupaten Kepulauan

Anambas, didirikan pada tahun 2009.

Pada awalnya sebelum Dinas

pendapatan daerah berdiri di

Kabupaten Kepulauan Anambas, Dinas

Pendapatan Daerah tersebut

sebelumnya telah diduduki oleh kantor

pajak atau Dinas Pengelolaan

18

Pendapatan Keuangan Dan Aset

Daerah (DPPKAD) Kabupaten

Kepulauan Anambas. Kemudian

sejalan dengan dikeluarkannya

Undang-undang Nomor 28 tahun 2009

tentang dibentuknya retribusi daerah

maka pemerintah mengahadirkan

intansi yang terkait dalam pengelolaan

retribusi daerah yaitu Dinas Pendapatan

Daerah. Kemudian berhubung dengan

Keputusan Mentri Dalam Negeri

Nomor 50 tahun 2000 tentang Susunan

Organisasi Perangkat Daerah, maka

Pemerintah Kabupaten Kepulauan

Anambas menindaklanjuti dengan

Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2011

tentang pembentukan Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas

di lingkungan Pemerintah kabupaten

Kepulauan Anambas, termasuk Dinas

Pendapatan Daerah, dengan susunan

organisasi sebagai berikut:

Kepala Dinas

Wakil Kepala Dinas

Sekertaris Dinas

Sub Dinas Program

Sub Dinas Pendataan dan

Penetapan

Sub Dinas Penagihan

Sub Dinas Retribusi dan

Pendapatan lain-lain

Sub Dinas Bagi Hasil

Pendapatan

Kelompok Fungsional

D. PEMBAHASAN

1. Kontribusi pajak hotel

terhadap dari tahun 2010-

2014 terhadap PAD

Kabupaten Kepulauan

Anambas.

Yaitu melihat sebagaimana

penerimaan pajak hotel yang

dikelola oleh pemerintah yang

digunakan untuk pembangunan

daerah kabupaten kepulauan

anambas, dapat dilihat

penerimaan pajak hotel yang

telah disatukan ke PAD dari

tahun 2010 sampai tahun 2014

sebagain berikut.

Menurut sumber data Dinas

Pendapatan Daerah (DISPENDA)

Kabupaten Kepulauan Anambas,

pendapatan pajak hotel yang masuk

ke PAD yaitu pada tahun 2010

sebesar Rp. 60.760.980, tahun 2011

sebesar Rp.302.854.026, tahun 2012

sebesar Rp.520.937.811, tahun 2013

sebesar Rp.642.664.225 dan pada

tahun 2014 sebesar 436.863.234

Peningkatan pendapatan hotel

selama lima tahun terhakhir dapat

dijelaskan dalam hitungan target

pendapatan maksimal yaitu 100%

bahwa pada tahun 2010 pendapatan

hotel hanya dapat terkumpul 8 %

(persen) dari 100 % (persen) di

totalkan keseluruhan, pada tahun

2011 pajak hotel terkumpul mencapai

30 % kemudian tahun 2012

terkumpul hingga 51 % , tahun 2013

19

mencapai 65 % dan kemudian

menurun pada tahun 2014 yaitu 42

%.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendapatan hotel terus mengalami

peningkatan dari tahun 2010-2013

dengan perolehan angka persentase

semakin meningkat, kemudian

pnedapatan tersebut kembali

menurun pada tahun 2014 yang

terkumpul hanya 42 % . ini

menunjukkan bahwa pajak hotel

mengalami fluktuasi.

Pada trimulasi pendapatan pajak

hotel dengan menghitung jumlah

kontribusi pendapatan pajak hotel

terhadap PAD maka dapat dihitung

dengan pendapatan pajak hotel di

bagi jumlah PAD dan di kalikan

100%.

Pendapatan pajak perhotelan

terhadap PAD selama lima tahun

terakhir yaitu pada tahun 2010, 2011

menunjukkan angka persentase

(0.56% dan 0.81%) sedangkan pada

tahun 2012 menunjukkan angka

1,54% dan pada tahun 2013

menunjukkan angka persentasi yang

tinggi yaitu mencapai 2,06% dan

pada tahun 2014 kembali menurun

dengan angka persentase yaitu

1.98%.

2. Penyebab Terjadinya Fluktuasi

Pendapatan Daerah Terhadap

Pajak Hotel Tahun 2014.

a. Ketersediaan sumber daya

manusia

Yaitu cukup memadainya

ketersediaan sumber daya manusia

sebagai pelaksana program dalam

kebijkan sebagai mana memiliki

tugas dan fungsi dalam mendata atau

menagih pajak kepada wajib pajak di

Kabupaten Kepulauan Anambas.

Pada poin ini peneliti mengutip

pendapat dari hasil wawancara

dengan responden dengan pertanyaan

apakah sumberdaya manusia yang

tersedia untuk pelaksanaan pajak

perhotelan di Kabupaten Kepulauan

Anambas oleh Dinas Pendapatan

Daerah sudah cukup memadai,

pertanyaan tersebut dapat dilihat

sebagai yang telah dirangkum oleh

peneliti :

Dari hasil wawancara peneliti

kepada 14 (empat belas) responden,

dalam hal ini didapatkan hasil

sebagai berikut : “Berdasarkan hasil

wawancara dengan 14 (empat belas)

orang responden yang diwawancarai

rata-rata menjawab bahwa sumber

daya manusia yang ada di Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten

Kepulauan Anambas sudah memadai

sehingga tujuan pelaksanaan dalam

pembayaran pendataan serta

penagihan pajak sudah tercapai sesuai

aturan aturan yang ditetapkan .”

Dari hasil observasi yang

dilakukan peneliti dilapangan ialah

walaupun tingkat pendidikan

responden tidak sederajat, namun

ketersedian sumber daya manusia

20

mereka lebih paham. Sehingga dapat

diambil analisa dalam poin ini yaitu

sesuai dan memadainya sumber daya

manusia dalam menjalankan tugas

dan fungsi dalam pelaksanaan pajak

di Kabupaten Kepulauan Anambas.

penyampaian program mengenai

fungsi- fungsi pajak yang dilakukan

Dinas Pendapatan Daerah

(DISPENDA) belum mereta secara

berkala dan penyebab tidak merata

dikarenakan kurangnya sumber daya

manusia dari pihak Dinas Pendapatan

daerah dalam penugasan Sosialisasi

serta keterbatasan Transportasi untuk

kesetiap Hotel-hotel yang dikunjungi

yang ada di Kabupaten Kepulauan

Anambas. Maka seharusnya

diperlukannya sosialisasi ke masing-

masing hotel agar pihak wajib pajak

mengerti dengan tujuan dan fungsi

pajak agar tujuan bisa dicapai.

b. Pendapatan Pajak Hotel

Yaitu fluktuasi pada tahun 2014

turun jauh seketika dari tahun 2013

dan tahun-tahun sebelumnya.

Fluktuasi merupkan naik turunya

angka yaitu pada angka pendaptan

daerah yang saat ini terjadi di

Kabupaten Kepulauan Anambas

dalam contoh kecilnya yaitu pada

pendapatan hotel yang mulanya naik

setiap tahunnya kemudian turun

seketika pada tahun 2014.

Dari hasil observasi yang dilakukan

peneliti melihat bahwa pada tabel

pengunjung wisatawan serta daftar

kedatangan dan keberangkatan WNI

dan WNA yaitu mengalami

peningkatan dan penurunan data yang

tertera dari tahun 2009 sampai 2014

ungkapan yang disampaikan oleh

beberapa responden, dan informan

diatas pendapatan pajak perhotelan

menurun disebabkan oleh kurangnya

aktivitas pemerintah dalam

kunjungan ke hotel hotel untuk

melakukan rapat dan aktivitas lainnya

dan selain itu juga lemahnya tingkat

kunjungan wisatawan mulai tahun

2014 yang dikarenakan juga

kurangnya fasilitas ataupun objek

wisata yang kurang diperhatikan atau

dibenahi yang ada di Kabupaten

Kepulauan Anambas dan peningkatan

pendapatan perhotelan juga

tergantung tingkat hunian tamu hotel

yang berkunjung.

c. Pengawasan dan Pendamping

Yaitu adanya pengawasan dari

Dinas Pendapatan Daerah dalam

pendataan jumlah kunjungan

wisatawan ke setiap hotel-hotel di

Kabupaten Kepulauan Anambas.

Peneliti mengutip pendapat dari hasil

wawancara dengan responden dengan

pertanyaan apakah menurut

bapak/ibu sumber daya manusia

yang tersedia untuk pelaksanaan

pajak perhotelan di Kabupaten

Kepulauan Anambas oleh Dispenda

sudah cukup memadai dengan hasil

jawaban yang akan peneliti paparkan

dari 14 (empat belas) orang

21

responden yang mengatakan jawaban

hampir sama.

Dari hasil observasi yang dilakukan

oleh peneliti dilapangan juga

menyatakan bahwa berarti apa yang

disampaikan oleh responden dan

informan agak sedikit berbeda, dan

Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)

mengakui bawah kurangnya sumber

daya manusia dalam tenaga

pengawasan dan pendamping. Maka

untuk itu perlunya pengawasan dan

pendamping kepada setiap hotel

dalam pendataan jumlah kunjungan

dalam setiap bulannya agar tidak

terjadi kucurangan dalam pendataan

jumlah wisatawan hotel tersebut.

3. Alur Pemungutan Pajak Perhotelan

Dan Hasil Pendapatan Pajak Hotel.

a. Alur pemungutan pajak hotel

Yaitu sebagaimana pendapatan

pajak hotel merupakan suatu

kebijakan pemerintah yang telah

dirancang berdasarkan undang

undang dan peraturan daerah yang

disusun oleh pemerintah pusat dan

pemerintah daerah itu sendiri.

Berdasarkan peraturan daerah

tersebut maka di selenggarakan

perpajakan yang dikelola oleh intansi

yang bersangkutan. Untuk itu dalam

pajak perhotelan memiliki aturan

pemungutan pajak serta mempunyai

alur pemungutannya dengan

berdasarkan peraturannya.

Adapun informasi yang peneliti

dapatkan dilapangan dari Dinas

Pendapatan Daerah, pemungutan

pajak yang dilakukan berdasarkan

peraturan yang diterapkan oleh Dinas

Pendapatan Daerah yaitu :

1. Pajak hotel terutang dilunasi

dalam jangka waktu yang

ditentukan dalam peraturan

daerah, selambat-lambatnya pada

tanggal 10 bulan berikutnya dari

masa pajak yang terutang setelah

berakhirnya masa pajak.

Penentuan tanggal jatuh tempo

pembayaran dan penyetoran pajak

hotel ditetapkan oleh Bupati.

Apabila kepada wajib pajak

diterbitkan SKPDKB,

SKPDKBT, STPD, Surat

Keputusan Pembetulan, Surat

KeputusanKeberatan, dan Putusan

Banding yang menyebabkan

jumlah pajak yang harus dibayar

bertambah, Pajak Hotel harus

dilunasi paling lambat satu bulan

sejak tanggal diterbitkan.

2. Pembayaran Pajak Hotel yang

terutang dilakukan ke kas daerah,

bank, atau tempat lain yang

ditunjuk oleh bupati/walikota

sesuai waktu yang ditentukan

dalam SKPD, SKPDKB,

SKPDKBT, dan STPD. Apabila

pembayaran pajak dilakukan di

tempat lain yang ditunjuk, hasil

penerimaan pajak harus disetor ke

kas daerah paling lambat 1 x 24

jam atau dalam waktu yang

ditentukan oleh Bupati. Apabila

22

tanggal jatuh tempo pembayaran

pada hari libur, pembayaran

dilakukan pada hari kerja

berikutnya.

3. Pembayaran pajak dilakukan

dengan menggunakan Surat

Setoran Pajak Daerah (SSPD).

4. Angsuran pembayaran pajak yang

terutang harus dilakukan secara

teratur dan berturut-turut dengan

dikenakan bunga sebesar 2%

sebulan dari jumlah pajak yang

belum atau kurang dibayar.

5. Persyaratan untuk dapat

mengangsur atau menunda

pembayaran pajak serta tata cara

pembayaran angsuran ditetapkan

dengan keputusan Bupati.

Dari hasil observasi yang

dilakukan peneliti dapat disimpulkan

bahwa alur pemungutan pajak hotel

berdasarkan peraturan yang

diterapkan oleh Dinas Pendapatan

Daerah (Dispenda) dengan

memberikan surat keterangan

peringatan, penagihan dan lainnya

serta memberikan buku yang

berisikan nomor seri masing masing

hotel, dan melakukan pembayaran

kepada pihak yang bersangkutan

yang didasari dengan petunjuk dan

persetujuan oleh Bupati Kabupaten

Kepulauan Anambas.

b. Hasil pendapatan pajak hotel

Yaitu sebuah pengharapan

wajib pajak kepada pemerintah

dalam peningkatan pendapatan

hotel di Kabupaten Kepulauan

Anambas melalui strategi

pemerintah. Dalam strategi

peningkatan pajak perhotelan ini

peneliti mengutip pendapat dari

hasil wawancara bersama

responden, dengan pertanyaan

apakah dengan adanya kebijakan

pemungutan pajak perhotelan ini

sudah dapat membantu daerah

salah satunya sebagai

pembangunan daerah, dan dengan

hasil jawaban dari responden.

Dari hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti dilapangan

juga menyatakan bahwa para

wajib pajak tidak mengetahui apa

saja rencana pemerintah dari

pendapatan yang dihasil untuk

PAD Kabupaten Kepulauan

Anambas, namun para wajib

pajak mengharapkan pajak yang

selama ini dipungut tidak sia-sia

dimanfaatkannya dan pendapatan

pajak yang dihasilkan dari

perhotelan setidaknya sudah

membantu daerah walaupun tidak

terlalu besar.

c. Strategi Pemerintah

Yaitu pemerintah harus

mempunyai strategi atau cara

bagaimana meningkatkan

pendapatan daerah dari pajak

hotel yaitu dengan cara

mendatangkan wisatawan asing

maupun lokal ke Kabupaten

Kepulauan Anambas agar

23

pendapatan daerah meningkat dan

daerah Anambas semakin maju

dan berkembang.

Dari hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti,

dilapangan menyatakan bahwa

membenarkan apa yang telah

disampaikan oleh key informan

dan responden tersebut, sebagai

mana Dinas Pendapatan Daerah

sendiri dari salah satu instansi

pemerintah juga mengaharapkan

agar pemerintah bergerak dalam

membangun pariwisata dengan

kerjasama antara instansi terkait

serta wajib pajak selaku

responden dalam penelitian ini

mengharapkan perlunya

peningkatan pendapatan daerah

salah satunya yaitu

mempromosikan objek wisata

yang kini belum dikelola dan

melakukan pengembangan

tempat-tempat objek wisata yang

ada di Kabupaten Kepulauan

Anambas .

4. Kesimpulan hasil pembahasan

Analisis Fluktuasi Penerimaan

Daerah Dari Pajak Hotel Di

Kabupaten Kepulauan Anambas

Tahun 2010-2014.

Adapun hambatan atau kendala

yang ditemukan peneliti dalam analisis

fluktuasi penerimaan daerah ini adalah :

1. Bagian mengenai ketersediaan

sumber daya manusia sudah

mencukupi namun dalam

pelaksanaan penyampaian program

mengenai fungsi- fungsi pajak yang

dilakukan Dinas Pendapatan

Daerah (DISPENDA) belum mereta

secara berkala ke setiap hotel-hotel

yang ada di Kabupaten Kepulauan

Anambas.

2. Bagian dari penyebab fluktuasi

disebabkan oleh kurangnya

aktivitas pemerintah dalam

kunjungan ke hotel-hotel untuk

melakukan kegiatan-kegiatan

Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD), lemahnya tingkat

kunjungan wisatawan dan perlunya

pengawasan dan pendamping

kepada setiap hotel dalam

pendataan jumlah kunjungan dalam

setiap bulannya agar informasi

jumlah kunjungan dapat di hitung

dengan sebaik-baiknya agar tidak

terjadi kecurangan .

3. Bagian dari strategi pemerintah

dalam peningkatan pendapatan

daerah yang masih belum

terlaksana salah satunya dalam

mengembangkan objek wisata

komersil yang ada di Kabupaten

Kepulauan Anambas dengan kerja

sama antara intansi yang terkait

agar dapat meningkatkan jumlah

wisatawan asing maupun lokal serta

menarik investor untuk datang

mengelola daerah yang membagi

keuntungan antara investor dan

pemerintah dan disamping itu juga

untuk mengenalkan lebih jauh

24

keadaan wisata Kabupaten

Kepulauan Anambas yang memiliki

potensi yang jauh lebih baik apabila

dapat dikelola.

E. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisa

terhadap permasalahan-permasalahan

yang berkenaan dengan Judul Analisis

Fluktuasi Penerimaan Daerah Dari

Pajak Hotel Di Kabupaten Kepulauan

Anambas Tahun 2010-2014, maka

mendapatkan hasil sebagai berikut :

a. Pembahasan pada kontribusi pajak

perhotelan yang ada di Kabupaten

Kepulauan Anambas menunjukkan

bahwa pendapatan sangat minim

sekali karena angka kontribusi

pajak hotel terhadap PAD

semaksimalnya hanya 2,0 % saja.

b. Pada penilaian ketersedian

sumberdaya manusia yang

merupakan masukan yang

dibutuhkan oleh intansi pemerintah

yaitu Dinas Pendapatan Daerah

(DISPENDA), yang meliputi

Sumber Daya Manusia dan

sehingga Tenaga pelaksana

kebijakan belum bisa

melaksanakan tugas dengan baik

dalam penyampaian program atau

sosialisi fungsi pajak kepada wajib

pajak perhotelan.

c. Pada penaksiran penyebab

fluktuasi pendapatan pajak

perhotelan yang ditemukan

Defisitnya anggaran Kabupaten

Kepulauan Anambas pada tahun

2014, kurangnya aktivitas SKPD

dalam kegiatan kegiatan yang

biasa dilakukan disetiap hotel,

jumlah wisatawan domestik dan

non domestik yang menurun pada

tahun 2014, tempat wisata serta

pengawasan dan pendamping

lapangan juga mempengaruhi naik

turunnya pendapatan pajak

perhotelan.

d. Bahwa pada penaksiran hasil pajak

dalam pembangunan daerah serta

strategi pemerintah dalam

mengembangkan pendapatan yaitu

merupakan hal penting baik untuk

pemerintah sendiri maupun

masyarakat yang merasakan hasil

kebijkan tersebut.

1. Masih belum jelasnya bagi

wajib pajak mengenai

fungsi pajak yang

dihasilkan dari perhotelan

untuk pembangunan

daerah.

2. Dengan adanya kebijakan

pajak perhotelan,

pendapatan tersebut dapat

membantu PAD anambas

dan dampaknya yaitu

pengaspalan jalan-jalan

utama Kabupaten

Kepulauan Anambas.

3. Dampak pendapatan pajak

terealisasi dengan baik.

4. Pemerintah melakukan

kerjasama antara instansi

25

yang terkait baik Dinas

Pendapatan Daerah, Dinas

Pariwiasata, Badan

Perencanan Daerah dan

lainnya yang terkait untuk

mengelola pembangunan

daerah.

Adapun saran-saran yang dapat

disampaikan dari hasil penelitian ini,

menegenai Analisis Fluktuasi Penerimaan

Daerah Dari Pajak Hotel Di Kabupaten

Kepulauan Anambas Tahun 2010-2014, agar

berlangsung secara lebih optimal, maka

perlu diperhatikan beberapa hal seperti :

1. Dinas Pendapatan Daerah

(DISPENDA) selaku pelaksanaan

kebijakan pajak dan retribusi

daerah hendaknya lebih

memperhatikan apa saja yang

harus dibutuhkan untuk

kepentingan daerah, dalam hal ini

pajak merupakan salah satu peran

penting dalam pembangunan

daerah. Peran Dinas Pendapatan

Daerah yaitu bagaimana

penerimaan yang dihasilkan dari

pajak harus semaksimalnya

masuk kedaerah untuk itu agar

tercapai dengan baik, dinas

pendapatan daerah perlu

menambah sumber daya manusia

sebagai pelaksana program

khususnya dalam pelaksana

penyampaian program atau

sosialisai, pengawasan dan

pendamping ke hotel untuk

mendata jumlah kunjungan

wisatwan lokal maupun asing

agar tidak terjadi kecurangan saat

wajib pajak melakukan

pembayaran pajak dengan

pendapatan yang minim.

2. Wajib pajak harus lebih mengerti

arti dari peraturan yang

disampaikan Dinas Pendapatan

Daerah dalam fungsi pajak karena

ini merupakan pelaksana

kebijakan yang sudah sesuai

dengan aturan undang- undang

serta peraturan daerah pajak yang

ditetapkan oleh pemerintah daerah

itu sendiri agar tujuan pemerintah

serta masyarakat Kabupaten

Kepulauan Anambas terwujud

dan dapat dirasakan bersama-

sama.

3. Diharapkan kepada pemerintah

agar dalam penegelolaan pajak

yang dihasilkan dari sumber-

sumber terkait, dimanfaatkan

dengan sebaik-baiknya agar wajib

pajak maupun masyrakat dapat

merasakan hasilnya tersebut. Dan

disamping itu dengan

pemanfaatan yang baik maka

setidaknya mengurangi defisit

anggaran yang pernah terjadi dan

dialami oleh Kabupaten

Kepulauan Anambas sendiri.

4. Diharapkan kepada pemerintah

agar membantu wajib pajak

perhotelan yaitu dengan cara

meningkatkan promosi daerah ke

luar-luar daerah agar Kabupaten

26

Kepulauan Anamabas dapat

dikenal lebih jauh sebagai daerah

yang memiliki potensi yang baik.

Kemudian pemerintah

memberikan wacana serta

perencaraan dalam

pengembangan potensi daerah

salah satunya tempat-tempat

wisata yang sebagaimana dapat

dijadikan sebagai objek wisata

komersil. Dikarenakan Kabupaten

Kepulauan Anambas memiliki

potensi alam yang tidak dimiliki

oleh daerah lain, maka perlu

dimaanfaatkan dengan sebaik-

baiknya.

5. Penelitian ini belum komprehensif

karena hanya melihat kontribusi

dan faktor penyebab fluktuasi

penerimaan daerah, maka untuk

kebutuhan penelitian berikutnya

bagi yang berkeinginan meneliti

tentang fluktuasi penerimaan

daerah dapat melihat dari segi

output yaitu bagaimana melihat

hasil pendapatan daerah yang

telah terkumpul dan bagaimana

pemerintah daerah menggelola

hasil pendapatan daerah untuk

pembangunan yang dapat

memajukan daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Arif Fahmi. 2014. Implementasi Peraturan

Daerah No.4 Tahun 2010 Tentang

Penyelenggaraan Kepariwisataan

Terhadap Peningkatan PAD

Dalam Perspektif Ekonomi

Yogyakarta.

Bungin, Burhan. 2011. Metode penelitian

Kualitatif. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada.

Betty Rahayu. 2011. Analisis Potensi Pajak

Hotel Terhadap Realisasi

Penerimaan Pajak Hotel Di

Kabupaten Gunung Kidul.

DA Cruz Rui.2006. Implementasi Kebijakan

Pajak Hotel Dan Restoran

Sebagai Upaya Peningkatan PAD

Di Kabupaten Sleman.

Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan

Publik. Yogyakarta : Graha Widya.

Halim, Abdul. 2004. Manajement keuangan

Daerah. Jakarta : Bumi Aksara.

Mardiasmo.2005. Akutansi Sektor Publik.

Yogyakarta : Andi

------------.2006. Perpajakan. Yogyakarta :

Andi

Moleong,Lexy j. 2004. Metodelogi

Penelitian Kualitatif. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

Munandar, M. 2001. Budgeting,

Perencanaan Kerja

Pengkoodinasian Kerja

Pengawasan Kerja.

Yogyakarta: BPFE Universitas

Gajah Mada.

Musanef.1996. Manajemen Kepegawaian Di

Indonesia. Jakarta.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik,

Formulasi, Implementasi, dan

Evaluasi. Jakarta : PT.Elex

Media Komputindo

27

Pasolong, Harbani. 2008. Teori Administrasi

Publik. Bandung: Alfabeta

Prizka Anindya.2011. Implementasi

Kebijkan Pajak Hiburan Atas

Penyelenggaraan Usaha SPA.

Siahaan, Marihot P.2005. Pajak daerah

retribusi daerah. Jakarta: Raja Grafindo.

Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik

Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Media Pressindo.

Sugiyanto. 2014. Implementasi Kebijkan

Pelaksanaan Pajak Restoran

Kota Tanjungpinang

Sugiyono. 2005.Metode Penelitian

Administrasi, Bandung:

Alfabeta.

-----------. 2013. Metode Penelitian

Administrasi dilengkapi dengan

metode R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sulastiyono,Agus. 2011. Manajemen

Penyelenggaraan Hotel.Seri

manajemen. Usaha Jasa Sarana

Pariwisata dan Akomodasi.

Bandung: Alfabeta.

Sutedi, Adrian. 2013. Hukum Pajak. Jakarta:

Sinar Grafika.

Wahab, Solichin. 2001. Analisis Kebijakan

dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara.Jakarta: Bumi

Aksara.

Waluyo,2011.Perpajakan Indonesia

.Jakarta:Salemba Empat.

Widjaja,amin.2009. Akutansi Manajemen.

Jakarta: Harvindo

Winarno, Budi.2007. Kebijakan publik teori

dan proses .Yogyakarta: Media

Pressindo.

Yani, Ahmad.2008. Hubungan keuangan

antara pemerintah daerah dan

pemerintah pusat. Jakarta: Raja

grafindo.

Zainal,Said Abidin.2002, Kebijakan publik,

Jakarta: Suara Bebas.

Zuriah,Nuzul.2007. Metodologi Penelitian

Sosial Dan Pendidikan : Jakarta,

PT Bumi Aksara`

Peraturan perundang-undangan :

Peraturan Presiden RI Nomor. Nomor 32

Tahun 2004 tentang Perpajakan.

Peraturan Presiden RI Nomor. Nomor 28

tahun 2009 tentang Perpajakan .

Peraturan Daerah No. 02 Tahun 2011

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Website :

http:// www.unitomi.ac.id; diakses tanggal 3

Oktober 2015.

http://www.eprints.ung.ac.id diakses 20

Febuari 2016.

http://www.wardahcheche.blogspot.co.id

diakses 16 maret 2016.