Upload
buidang
View
238
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FUNGSI WILAYAH
KABUPATEN TANGERANG
DALAM FUNGSI PENDIDIKAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
CITRA GIA NOURIFIANA
NIM. 072692
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
2011
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Citra Gia Nourifiana
NIM : 072692
Tempat, Tanggal Lahir : Banyumas, 11 Mei 1989
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten
Tangerang Dalam Fungsi Pendidikan adalah hasil karya sendiri, dan seluruh
sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka
gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, Juni 2011
Materai Rp. 6.000
Citra Gia Nourifiana
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : CITRA GIA NOURIFIANA
NIM : 072692
Judul skripsi : ANALISIS FUNGSI WILAYAH KABUPATEN
TANGERANG DALAM FUNGSI PENDIDIKAN
Serang, 06 Juni 2011 Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Agus Ajafari., M.Si Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si Mengetahui
Dekan FISIP UNTIRTA
Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si
PROGRAM ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : CITRA GIA NOURIFIANA NIM : 072692 Judul skripsi : ANALISIS FUNGSI WILAYAH KABUPATEN TANGERANG
DALAM FUNGSI PENDIDIKAN Telah dipertahankan dalam ujian Sidang dan Komprehensif pada Program Stusi Ilmu Administasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada tanggal 6, bulan Juni Tahun 2011, dan dinyatakan LULUS.
Serang, Juni 2011 Ketua Penguji Rina Yulianti, S.IP, M.Si NIP: 197407052006042011 (…………………) Anggota Arenawati S.Sos, M.Si NIP: 197004102006042001 (…………..…..…) Anggota Ipah Ema Jumiati, M.Si NIP: 197501312005012004 (………………….)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si NIP:196507042005011002
ABSTRAK
Citra Gia Nourifiana. NIM.072692. SKRIPSI. Penelitian ini disusun atas terjadinya diskriminisi penerimaan siswa baru di Kabupaten Tangerang dengan adanya pengkuotaan. Pendidikan adalah hak bagi seluruh warga nagara Indonesia khususnya penduduk usia sekolah untuk mendapatkannya dengan akses yang mudah dan bermutu baik. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya kepada daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang dalam menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih bermutu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan dan untuk menganalisis kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk mendukung terpenuhinya daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang atas fasilitas pendidikan di Kabupaten Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik settlement function analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Tangerang belum mampu menyediakan daya tampung sekolah yang cukup memadai dan menunjukkan bahwa daya dukung Kabupaten Tangerang dalam menyediakan wilayah untuk pelayanan umum berupa fungsi pendidikan masih kurang. Oleh karena itu, pembangunan gedung sekolah baru ataupun penambahan ruang kelas sangat dibutuhkan di setiap Kecamatan yang ada di kabupaten Tangerang. Penambahan dana harus mendukung karena pendidikan bersifat darurat dan merupakan hak dasar warga negara Kabupaten Tangerang.
ABSTRACT
Citra Gia Nourifiana. NIM.072692.SKRIPSI. This research was based on the discrimination in the admission of new student in Tangerang Regency by limiting the number of new students entering at the beginning of the new school year (quota). Education is a right for every Indonesian citizen, especially school-age citizens to have good quality education without obstacles. The problem statement of this research was How Tangerang Regency Function Analysis in the Role of Education is. The purpose of this study was to analyze how significant the Tangerang Regency function analysis in the role of education is and to analyze the policies that could be carried out for the fulfilment of the Tangerang Regency carrying capacity of educational facilities. The method used in this research was qualitative method. The data collection technique utilized in this research was the study of documentation and the data was analyzed using settlement function analysis technique. The results showed that Tangerang Regency had not been able to provide adequate school capacity and it indicated that Tangerang Regency still lacks in providing territory for public services in the form of educational units. Consequently, the construction of new school buildings or additional classrooms is needed in every district in Tangerang Regency. The injection of additional fund for education is essential because education is crucial for everybody and it is one of the basic rights to all citizens of Indonesia, which also includes the people of Tangerang Regency.
Motto dan Persembahan
Our greatest glory is not in never falling but in rising everytime we fall (buku 5cm)
because The man with the greatest soul
will always face the greatest war with the low minded person (orang yang berjiwa besar
akan selalu menghadapi perang besar dengan orang yang berpikiran rendah dan pendek)
karya tulis ini ku persembahkan untuk mama dan ayahku tercinta
serta adikku tanpa mereka tak mungkin saya menjadi pribadi seperti ini
tak mungkin seberuntung ini dan tak mungkin terberkati dengan begitu banyak kasih sayang
Ya ALLAH terima kasih atas rahmatMU ini
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Kegiatan Strategis Pemerintah dengan Masyarakat........................ 21
TABEL 2 Jenis-Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kegiatan Strategis................... 21
TABEL 3 Instrumen Penelitian....................................................................... 38
TABEL 4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian........................................................ 45
TABEL 5 Matriks Jarak Antara Kabupaten Tangerang dengan Kota/Kabupaten
Lainnya............................................................................................................ 73
TABEL 6 Perhitungan settlement function analysis jenjang TK dan RA....... 74
TABEL 7 Perhitungan settlement function analysis jenjang SD dan MI........ 77
TABEL 8 Perhitungan settlement function analysis jenjang SMP dan MTS.. 80
TABEL 9 Perhitungan settlement function analysis jenjang SMA.MA,SMK.. 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Siklus Skematik dari Kebijakan Publik........................................... 22
Gambar 2 Tugas-Tugas Organisasi dalam Masyarakat.................................... 25
Gambar 3 Kerangka Berpikir............................................................................ 35
Gambar 4 Peta Kabupaten Tangerang............................................................... 58
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajara 2009-2010
2. Dokumen Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tangerang
3. Pedoman Wawancara
4. Dokumen Foto
5. Panduan Bimbingan Skripsi
6. Surat Ijin Penelitian Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hasil penelitian ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syrat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada
Program Studi Ilmu Administrasi Negara dengan judul “Analisis Fungsi Wilayah
Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan”. Maka dengan ketulusan hati
peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Orangtua tercinta yang memeberi dukungan baik materil ataupun
imateril.
2. Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc sevagai Rektor Untirta
3. Prof. Dr. Ahamad Sihabudin, M.Si sebagai Dekan FISIP Untirta
4. Dr. Agus Sjafari., M.Si sebagai Pembantu Dekan I dan sebagai
Pembimbing pertama
5. Rahmi Winangsih., M.Si sebagai Pembantu Dekan II
6. Idi dimiati, M.Si sebagai Pembantu Dekan III
7. Kadung Sapto Nugroho M.Si ketua Prodi FISIP Untirta.
8. Rina Yulianti M.Si sebagai Sekretaris Prodi FISIP Untirta
9. Ibu Ipah Ema Jumiati M.Si sebagai dosen pembimbing kedua
10. Teman-teman tercinta
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, kritik dan saran
diharapkan oleh penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat.
Tangerang, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI….………………………………………………….......……….. iii
BAB I PENDAHULUAN………………………….....………………………. 1
1.1. Latar Belakang Masalah.………………......…………………….. 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................…………...…....... 8
1.3. Perumusan Masalah.………………......….......………………….. 9
1.4. Tujuan Penelitian..............................................…………...…....... 9
1.5. Kegunaan Penelitian…..........................................………...…....... 9
1.5.1. Kegunaan teoritis.………………......………………….. 9
1.5.2. Kegunaan Praktis.................................………….......... 10
1.6. Sistematika Penulisan..............................................….…...…....... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....….………………...…………………...….. 12
2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah...........………..………......... 12
2.2. Analisis Fungsi Wilayah...............................….....………...... 15
2.2.1. Profil Wilayah.........................………..………….…...... 17
2.2.2. Analisis Jarak..................................................………..... 19
2.2.3. Teori Sektor.....................................………..…..…......... 19
2.3. Kebijakan Publik.....................................................................…..... 20
2.3.1. Pengertian Kebijakan Publik..............................……..... 20
2.3.2. Kebijakan Publik Paling Dasar............................…......... 24
2.4. Konsep Pendidikan...............................................................…......... 27
2.4.1 Konsep Manajemen Pendidikan...........................…......... 28
2.5. Kerangka Berpikir...............................................................…......... 29
BAB III METODE PENELITIAN.............….……………....……………...….. 32
3.1. Metode Penelitian................................................................…......... 32
3.2. Instrumen Penelitian............................................................…......... 32
3.2.1 Jenis dan Sumber Data..........................................…......... 33
3.3. Informan Penelitian.............................................................…......... 36
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.................................…......... 37
3.4.1. Teknik Pengolahan Data.......................................…......... 37
3.4.2. Analisis Data.........................................................…......... 38
3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ..........................…........... 41
3.6. Lokasi dan Jadwal Penelitian...........................................…........... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN..................….……………....……………...….. 45
4.1. Deskripsi Objek Penelitian...................................................…......... 45
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang.............…......... 45
4.1.1.1 Visi Kabupaten Tangerang............….................. 47
4.1.1.2 Misi Kabupaten Tangerang............…..............................
48
4.1.1.3 Sejarah Kabupaten Tangerang..........................................
52
4.1.1.4 Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Tangerang........
56
4.1.2 Dinas Pendidikan .................................................................. 58
4.1.2.1 Visi Dinas Pendidikan........................................... 58
4.1.2.2 Misi Dinas Pendidikan................................…..................
59
4.1.2.3 Dasar Hukum ..............................................…..................
60
4.1.2.4 Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kabupaten
Tangerang.......................................................................................
61
4.1.2.5 Ruang Lingkup Dinas Pendidikan............…......................
62
4.1.2.5.1 Jalur Horizontal............................…..................
62
4.1.2.5.2 Jalur Vertikal................................…..................
63
4.1.2.6 Sistem Pendidikan Nasional.....................…......................
64
4.1.2.7 Jalur Pendidikan.......................................…......................
64
4.1.2.7.1 Pendidikan Dasar........................................... ....
65
4.1.2.7.2 Pendidikan Menengah................................... ....
65
4.1.2.7.3 Pendidikan Tinggi........................................... ..
66
4.1.2.7.4 Pendidikan Nonformal.......................................
66
4.1.2.7.5 Pendidikan Informal...........................................
67
4.1.2.7.6 Pendidikan Anak Usia Dini................................
67
4.1.2.7.7 Pendidikan Kedinasan................................... ....
68
4.1.2.7.8 Pendidikan Keagamaan......................................
68
4.1.2.7.9 Pendidikan Jarak Jauh........................................
68
4.1.2.7.10 Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan
Khusus...............................................................................
69
4.2. Informan Penelitian............................................................................. 70
4.3. Deskripsi dan Analisis Data ....................................................…......... 71
4.3.1. Deskripsi Data .............................................................….........
71
4.3.2. Analisis Data ........................................................................….........
71
4.4. Interpretasi Hasil Penelitian .................................................................….........
89
4.4.1. Masalah Pemerataan Pendidikan............….......................................
90
4.4.2.Pemecahan Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi
Pendidikan............…...................................................................................
96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................………....……………...….. 101
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 106
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 1,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 ). Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 ayat 2,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003).
Tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan undang-undang
dasar 1945 adalah mencakup empat hal, yaitu :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum dan
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa serta
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Berdasarakan keempat poin di atas maka dapat kita simpulkan bahwa
negara Indonesia melindungi negara tanah air dan seluruh warga negara indonesia
baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Selain itu negara kita
menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, sentosa, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa salah satunya adalah dengan pendidikan. Selain
itu negara Indonesia turut berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia untuk
kepentingan bersama serta tunduk pada perserikatan bangsa-bangsa.
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Bagian Kedua Fungsi dan Tujuan Pasal 3
Perda No. 11 Tahun 2007).
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan tidak boleh ada
yang terbatasi dalam akses untuk mendapatkan pendidikan tersebut tapi pada
kenyataannya, dengan adanya otonomi daerah yang memisahkan satu daerah
menjadi dua daerah yaitu Kabupaten dan Kota (Contoh Kota Tangerang dan
Kabupaten Tangerang) menjadi penghalang bagi warga negara terutama siswa
untuk mengakses pendidikan yang lebih bermutu seperti tertera pada Bab III
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4 ayat 1 yang berbunyi Pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
Kota biasanya selalu menjadi pusat berbagai kegiatan bahkan semua
kegiatan termasuk pendidikan yang lebih bermutu begitu juga Kota Tangerang
dimana kota ini menjadi sasaran para siswa yang berasal dari Kabupaten
Tangerang karena selain pusat segala kegiatan, pendidikan yang ada di Kota
Tangerang memang sudah terbukti kualitasnya dari mulai gedung sekolah, guru
sampai kepada alumninya sedangkan Kabupaten Tangerang sendiri belum bisa
lebih bermutu dalam segi pendidikan, fasilitas yang ada pada sekolah belum bisa
sebagus dan bermutu seperti di Kota Tangerang sehingga menyebabkan siswa
yang ada di Kabupaten Tangerang ingin bersekolah di sekolah yang berkualitas.
Keinginan ini berbenturan dengan peraturan daerah dimana para orangtua
yang ingin anaknya bersekolah di tempat yang lebih bermutu di batasi dengan
(kuota) sebanyak 5 % bagi siswa yang berasal dari Kabupaten Tangerang (luar
Kota, baik daerah Kabupaten atau daerah lainnya) sehingga menimbulkan
ketidakadilan terhadap para siswa yang ingin mendapatkan fasilitas pendidikan
yang lebih bermutu. Kuota ini diberlakukan dengan alasan ingin memberikan hak
kepada warga Kota Tangerang secara penuh untuk menikmati APBD yang berasal
dari berbagai pajak dan pungutan dari masyarakat Kota Tangerang tersebut.
Kuota sebasar 5 % ini seperti yang tertera pada Perda Kota Tangerang no.
11 Tahun 2007 Bagian Keenam, Penerimaan Peserta Didik Baru Pasal 18 ayat 4 “
Bila sekolah tidak mungkin menerima seluruh calon peserta didik pendaftar
karena terbatasnya daya tampung, maka dilaksanakan seleksi”. Ayat 7, “Biaya
pendaftaran penerimaan peserta didik baru tingkat TK, SD, SMP, SMA dan SMK
Negeri yang sekolahnya berasal dari Kota dibebankan pada APBD”. Ayat 8
“Calon peserta didik yang berasal dari luar Kota pendaftarannya langsung ke
sekolah yang dituju dengan jumlah kuota untuk siswa yang diterima dari luar Kota
ditetapkan dalam jumlah tertentu dari daya tampung sekolah yang telah
ditetapkan” dan ayat 10 Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (9), diatur lebih lanjut oleh Dinas.
Peneliti tertarik pada permasalahan perbedaan hak yang terjadi pada siswa
yang tinggal di Kabupaten Tangerang dengan siswa yang tinggal di Kota
Tangerang. Perbedaan ini sangat menyalahi aturan Undang-Undang pendidikan
karena setiap siswa berhak memilih dimana ia bersekolah demi mendapatkan
haknya untuk mengenyam pendidikan yang terbaik untuk hidupnya dan hak itu
dilindungi negara. Perbedaan hak atas penerimaan siswa baru terhadap fasilitas
pendidikan yang terjadi di daerah satu dengan daerah yang lain sangat tidak
pantas dalam dunia pendidikan karena pendidikan adalah hak setiap warga negara
selain itu siswa yang ada di Kabupaten Tangerang belum tentu tidak berprestasi
dibandingkan dengan siswa Kota Tangerang sehingga pemberian kuota ini bisa
membatasi kreatifitas dan hak para siswa.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti
menunjukkan bahwa gedung sekolah yang ada di Kabupaten Tangerang memang
belum memenuhi standar bahkan banyak yang rusak atau dalam masih direnovasi,
tidak seperti yang ada di daerah Kota Tangerang. Jumlah peserta dan jumlah
siswa yang lulus yang ada di Kabupaten Tangerang juga terdapat selisih yang
banyak, pada tahun 2009 di jenjang SD/MTS terdapat 49401 peserta ujian dan
siswa yang lulus sebanyak 45218 dan yang tidak lulus sebanyak 4189 siswa, di
tingkat SMP/MTS sebanyak 22057 peserta ujian dan yang lulus sebanyak 20819
siswa dan yang tidak lulus sebanyak 1238 siswa. Pada jenjang SMS/MTS/SMK
diketahui jumlah peserta ujian sebanyak 20742 siswa dan yang lulus sebanyak
14949 siswa sedangkan yang tidak lulus sebanyak 5793 siswa (sumber data:
Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010). Data
ini menunujukkan bahwa memang mutu pendidikan di Kabupaten Tangerang
masih kurang karena masih banyak ribuan siswa yang tidak lulus pada setiap
jenjang. Selain kualitas yang kurang dan fasilitas yang belum memenuhi syarat,
pada jenjang SD dan RA tidak terdapat fasilitas seperti perpustakaan, sedangkan
pada jenjang SMP dan MTS terdapat 421 sekolah hanya terdapat 171 jumlah
laboratorium, pada jenjang SMA,SMK dan MA terdapat 233 sekolah dan hanya
memiliki 153 laboratorium (Sumber Data : Dokumen Data Pendidikan Kabupaten
Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010). Jumlah perguruan tinggi yang ada di
Tangerang berjumlah 48 perguruan tinggi, perguruan tinggi yang berada
Kabupaten Tangerang hanya berjumlah sepuluh (sumber:
http://bantenprov.go.id/get_page.php?link=dtl&id=3140)
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun
usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah
penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu
(Persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan
penduduk kelompok usia sekolah). Misalnya, APK SD sama dengan jumlah siswa
yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 7
sampai 12 tahun. Makin tinggi APK berarti makin banyak anak usia sekolah yang
bersekolah disuatu daerah, atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia
sekolah tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. Nilainya APK bisa
lebih besar dari 100% karena adanya sisiwa di luar usia sekolah, daerah kota, atau
daerah perbatasan. Pada tahun 2008 APK di Kabupaten tangerang rata-rata telah
mencapai 96,18% (sumber: http://www.scribd.com/doc/7174670/APM-SD).
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan indikator yang berguna untuk
mengukur daya serap penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu
untuk bersekolah di jenjang pendidikan yang sesuai dengan batasan usianya
(Persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan
penduduk kelompok usia sekolah). Apabila dibandingkan dengan APK, APM
merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi
penduduk kelompok usia tertentu dijenjang pendidikan yang sesuai. Makin tinggi
APM berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah,
atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia sekolah tertentu bersekolah di
tingkat pendidikan tertentu. Nilainya APK bisa lebih besar dari 100% karena
adanya sisiwa di luar usia sekolah, daerah kota, atau daerah perbatasan. Kegunaan
APM adalah untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah
disuatu jenjang pendidikan. Angka Partisipasi Murni SD/MI yang ada di
Kabupaten Tangerang diketahui sebesar 95,27 %. Angka melek huruf yang ada di
Kabupaten Tangerang pada tahun 2002 diketahui sebesar 93.7% , tahun 2003
sebesar 93.7%, tahun 2004 sebesar 94.0% , tahun 2005 sebesar 94.7% , tahun
2006 sebesar 94.7% , tahun 2007 sebesar 95.3% dan pada tahun 2008 95.3%
(sumber : http://www.scribd.com/doc/7174670/APM-SD) .
Jumlah TK/RA pada tahun 2009 di Kabupaten Tangerang diketahui
sebanyak 556 bangunan, memiliki kelas sebanyak 20 dan ruang kelas sebanyak
1512. Jumlah anak baru yang mendaftar pada TK/RA ini diketahui sebanyak
22.627 siswa dan yang menjadi anak baru sebanyak 23.945. Jumlah rencana
penerimaan atas siswa SD di Kabupaten Tangerang sebanyak 26.086 siswa,
sedangkan siswa yang mendaftar baik perempuan dan laki-laki yang mendaftar
sebanyak 70.623 dan yang tercatat menjadi siswa SD di Kabupaten Tangerang
sebanyak 67.133. Jumlah SMP yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat
pada tahun 2009 sebanyak 411 SMP baik negeri maupun swasta, sedangkan
rencana penerimaan siswa pada tahun 2009 sebanyak 53833 siswa, dan yang
mendaftar adalah sebanyak 56317 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama
di SMP yang ada di Kabupaten Tangerang sebanyak 47846 siswa. Jumlah
SMA/MA yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat pada tahun 2009
sebanyak 158 sekolah baik negeri maupun swasta, sedangkan rencana penerimaan
siswa pada tahun 2009 sebanyak 17392 siswa, dan yang mendaftar adalah
sebanyak 17550 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama di SMA yang ada
di Kabupaten Tangerang sebanyak 14483 siswa yang diterima pada tahun
pertama. Jumlah SMK yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat pada
tahun 2009 sebanyak 46 sekolah baik negeri maupun swasta, sedangkan rencana
penerimaan siswa pada tahun 2009 sebanyak 10095 siswa, dan yang mendaftar
adalah sebanyak 10614 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama di SMK
yang ada di Kabupaten Tangerang sebanyak 7929 siswa yang masuk pada tahun
pertama (Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tangerang). Berdasarkan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
meneliti masalah yang ada di Kabupaten Tangerang secara khusus dan di
Indonesia secara umum serta mengapa hal ini bisa terjadi dilihat dari sudut fungsi
wilayah atas fungsi pendidikan karena pendidikan merupakan hal yang sangat
penting dalam pembangunan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, indentifikasi masalah
penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Implementasi otonomi daerah atas dana APBD yang berasal dari rakyat
berupa pajak dan lain-lain menyebabkan pengkuotaan terhadap PSB
(Penerimaan Siswa Baru).
2. Kuota 5 % atas penerimaan siswa baru dari daerah Kabupaten Tangerang
ke daerah Kota Tangerang menimbulkan ketidakadilan.
3. Daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang dalam menyediakan gedung
sekolah dan fasilitasnya yang lebih bermutu untuk masyarakat daerahnya
masih kurang.
Pembatasan masalah dalam penelitian Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten
Tangerang dalam Fungsi Pendidikan ini hanya kepada daya dukung wilayah
Kabupaten Tangerang dalam menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih
bermutu.
1.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Analisis Fungsi
Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis bagaimana Analisis Fungsi
Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan.
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
pengambil kebijakan mengenai analisis fungsi wilayah dan seberapa besar daya
dukung wilayah Kabupaten Tangerang terhadap fungsi pendidikan sehingga dapat
meningkatkan pembangunan daerah Kabupaten Tangerang.
1.5.1. Kegunaan teoritis
Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah khazanah
ilmu pengetahuan yang ada, khususnya bidang perencanaan pembangunan dan
kebijakan publik.
1.5.2. Kegunaan praktis
Kegunaan praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk
pengambilan keputusan oleh para pengambil keputusan di Kabupaten Tangerang,
dengan penelitian ini para pengambil keputusan bisa mencarikan jalan keluar atas
kuota dan juga meningkatkan mutu pendidikan di daerah Kabupaten Tangerang.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab merupakan bagian-bagian
yang berkesinambungan secara sistematis. Sistematika ini disusun untuk
memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan, sistematika
penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisikan keterangan umum latar belakang masalah yang
menjadi dasar penelitian, kemudian identifikasi masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun
manfaat secara praktis, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan mengenai deskripsi teori, kerangka berpikir, dan
hipotesis penelitian. Dalam deskripsi teori akan dijelaskan tentang
beberapa pendapat ahli mengenai teori yang berkaitan dengan analisis
fungsi wilayah, kebijakan publik dan analisis kebijakan publik.
Selanjutnya dalam kerangka berpikir digambarkan alur pemikiran
penulisan dalam penelitian ini. Kemudian dalam hipotesis penelitian,
disajikan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji melalui
penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, instrumen penelitian,
populasi dan sampel penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data,
dan tempat dan waktu penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang deskripsi data hasil penelitian, pengujian
hipotesis serta analisis data yang terdiri dari deskripsi objek penelitian,
deskripsi data, pengujian hipotesis, interpretasi hasil penelitian dan
pembahasan atas penelitian yang dilakukan.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan Pembangunan Wilayah
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang
bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja
diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan
daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan
(Riyadi dan Supriyadi, 2005:4).
Menurut Siagian (Riyadi dan Supriyadi, 2005:4), pembangunan diartikan
sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah,
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Ginanjar
Kartasasmita (Riyadi dan Supriyadi, 2005:4) memberikan pengertian yang lebih
sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui
upaya yang dilakukan secara terencana”. Sebagaimana dikemukakan para ahli,
pembangunan adalah suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-
upaya secara sadar dan terencana.
Wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh
kriteria tertentu yang bagian-bagiannya bergantung secara internal. Wilayah
tersebut dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu wilayah homogen,wilayah nodal,
wilayah perencanaan dan wilayah administrasi (Budiharsono, 2005:18-19)
Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk
perencanaan penggerakan di dalam ruang wilayah) dan perencanaan kegiatan pada
ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur dalam
bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam
wilayah diatur dalam perencanaan pembangunan wilayah. (Tarigan, 2005: 32-33)
Tujuan dari perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang
efisien, nyaman serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang
menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan, baik oleh pihak
pemerintah ataupun oleh pihak swasta. Lokasi yang dipilih memberikan efisiensi
dan keserasian lingkungan yang paling maksimal, setelah memperhatikan
benturan kepentingan dari berbagai pihak (Tarigan, 2005:10). Menurut Blair
dalam menganalisis wilayah secara umum dikenal tiga tipe (Tarigan, 2005:10).
Pertama, wilayah fungsional. Wilayah tipe ini dicirikan oleh adanya derajat
integrasi antara komponen-komponen di dalamnya yang berinteraksi ke dalam
wilayah alih-alih berinteraksi ke wilayah luar.
Terbentuknya wilayah fungsional ini akan tampak dalam keadaan pelaku –
pelaku ekonomi lokal saling berinteraksi di antara mereka sendiri pada derajat
atau tingkatan (kualitas dan kuantitas) lebih dari interaksi pelaku ekonomi lokal
dengan pelaku dari luar wilayah. Salah satu wujud wilayah fungsional yang paling
umum adalah wilayah nodal. Wilayah nodal (wilayah pendukung) didasarkan
pada susunan (sistem) yang berhierarki dari suatu hubungan di antara simpul –
simpul perdagangan. Suatu pusat atau simpul perdagangan kecil diikat
(tergantung) oleh pusat perdagangan yang lebih besar dan keduanya diikat lagi
oleh pusat perdagangan yang lebih besar. Wilayah nodal (nodal region) adalah
wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan
daerah belakangnya Konsep wilayah nodal berimplikasi bahwa ada wilayah di
dalam wilayah yang lebih besar atau kota – kota menengah memiliki kota – kota
kecil sebagai wilayah pinggiran dari suatu kota besar sebagai inti (core). Dengan
demikian, wilayah nodal lebih dibatasi dari aspek kekuatan interaksi dan
hubungan ekonomi, bukan dari aspek wilayah dalam arti fisik geografis. Campbell
dan Fainstain dalam Tarigan (2005) menyatakan bahwa dalam pembangunan Kota
atau daerah dipengaruhi sistem ekonomi kapitalis atau demokratis. Dalam konteks
tersebut maka pada prakteknya perencanaan tidak dapat dipisahkan dengan
suasana politik kota atau daerah sebab keputusan-keputusan publik mempengaruhi
kepentingankepentingan lokal. Hal ini menjadi relevan apabila kekuasaan
mempengaruhi perencanaan.
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-
sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap
keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial
(Tarigan, 2006:77). Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah
pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi
lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang
memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih
ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan
besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat
tersebut.
2.2 Analisis Fungsi Wilayah
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk
menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara
untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan
Rochmin Dahuri, 2004). Perencanaan pembangunan jangka pendek maupun
jangka panjang harusnya berbasis data agar tidak salah sasaran. Salah satu teknik
yang dipakai dalam perencanaan pembangunan adalah analisis fungsi wilayah.
Menurut Budiharsono (2005) wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi
yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya bergantung secara
internal. Analisis fungsi wilayah sendiri merupakan analisis terhadap fungsi-
fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah perencanaan dalam kaitannya dengan
berbagai aktivitas masyarakat untuk dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas
pelayanan tersebut (Riyadi dan Supriyadi, 2005 :110)
Analisis fungsi wilayah merupakan alat yang efektif melihat berbagai
macam kegiatan ekonomi masyarakat yang dikonsentrasikan dalam suatu area
tertentu (aglomeration) pada lingkungan wilayah perencanaan sehingga
mempermudah para perencana untuk menentukan prioritas yang mendorong
masyarakat untuk fasilitas pelayanan secara mudah.( Riyadi dan Supriyadi, 2005
:111).
Tujuan dari analisis fungsi wilayah adalah :
(1) Mengetahui pengelompokkan wilayah menurut fungsinya, seperti : pusat kota,
pusat perekonomian, pusat pendidikan,dll
(2) Mengetahui ketersediaan fungsi – fungsi pelayanan pada wilayah perencanaan
(3) Mengetahui nilai strategis suatu wilayah terhadap perkembangan daerah
(4) Memetakan potensi wilayah yang dapat dikembangkan secara ekonomis di
masa depan
(5) Memetakan kawasan hinterland yaitu kawasan yang berada di bawah standar
tingkat pelayanan sehingga harus dirancang sebagai pusat-pusat terpencil
(hinterland).
(6) Mengetahui wilayah yang mempunyai nilai batas yang dibutuhkan untuk
mendukung pelayanan dan fasilitas sekarang atau masa yang akan datang
(Riyadi dan Supriyadi, 2005 :111)
Adapun teknik – teknik dalam analisis fungsi wilayah adalah settlement
function analysis, centrality index analysis, dan scalogram. settlement function
analysis merupakan alat yang digunakan untuk melakukan analisis mengenai
struktur/hirarki fungsi – fungsi pelayanan yang ada dalam suatu wilayah (Riyadi
dan Supriyadi, 2005 :116).
Settlement function analysis merupakan suatu alat yang digunakan untuk
melakukan analisis mengenai struktur / hirarki dan fungsi – fungsi pelayanan yang
ada dalam suatu wilayah. Melalui analisis ini diharapkan akan diketahui hal – hal
mengenai tata jenjang dan distribusi pusat – pusat pelayanan dalam suatu wilayah
dengan instrument ini tingkat-tingkat pelayanan sosial, ekonomi, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya dapat dilihat, sampai sejauh mana mampu
memberikan fungsi pelayanan, terutama dalam daya jangkau pelayanannya.
2.2.1 Profil Wilayah
Profil wilayah merupakan gambaran umum suatu wilayah dengan
menggambarkan keadaan lam, sosial, ekonomi, budaya politik, kelembagaan dan
sebagainya yang pada umumnya dituangkan dalam bentuk data-data baik bersifat
kualitatif ataupun kuantitaif (angka-angka). Dalam perumusan perencanaan
pembangunan daerah dan anaisis fungsi wilayah, profil wilayah merupakan salah
satu bahan yang sangat penting karena dari profil wilayah akan mendapatkan
informasi-informasi awal yang relatif lengkap tentang gambaran umum suatu
wilayah perencanaan. Profil wilayah juga merupakan salah satu data sekunder
bagi setiap perencana pembangunan daerah, karena dalam proses perencanaan
pembangunan daerah profil wilayah merupakan data yang cukup penting, setap
perencana pembangunan daerah harus menelaan profil wilayah tersebut secara
intensif. Analisis profil wilayah itu merupakan suatu proses yang sistematis guna
mengetahui ciri-ciri dan kondisi obyektif suatu wilayah yang diperlukan dalam
rangka mempersiapkan proses perencanaan daerah (Riyadi dan Supriyadi,
2005:84)
Data-data yang pada umumnya diperlukan dalam rangka menyusun profil
wilayah, antara lain dapat dilihat dalam tabel berikut:
DATA MANFAAT SUMBER
Data Kependudukan:
*Jumlah penduduk dan
Untuk mengetahui potensi
tenaga kerja dan fasilitas
* Biro Pusat Statistik
* Departemen Pendidikan
perkembangannya
*Penyebaran penduduk
* Susunan Umur
* Pendidikan
* Angkatan Kerja
* Mata Pencaharian
(analisis kependudukan)
pelayanan yang perlu
disediakan untuk
masyarakat
Untuk mengetahui apakah
fasilitas pendidikan yang
ada sudah cukup atau
belum dengan
membandingkan data
dengan gedung/ruangan
sekolah
yang menernitkan Statistik
Sekolah
* Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan
Data Fasilitas Pendidikan:
*Jumlah Sekolah (SD, SMP,
SMU, Kejuruan)
*Jumlah Murid
*Jumlah Gedung dan
Ruangan
* Jumlah Tenaga Guru
(analisis Fungsi)
Apakah prasarana yang
tersedia sudah mencukupi
serta bagaimana
pemanfaatannya.
* Biro Pusat Statistik
* Departemen Pendidikan
yang menerbitkan Statistik
Sekolah
* Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan
Sumber: Modul Diklat PRDP 1999, setelah diolah kembali (Riyadi dan Supriyadi,
2005: 87).
2.2.2 Analisis Jarak
Analisis jarak merupakan salah satu teknik dalam perencanaan
embangunan wilayah yang cukup penting. Analisis jarak yang dituangkan dalam
bentuk matriks jarak diperlukan untuk mengukur jarak dari wilayah-wilayah
pemukiman lainnya yang memungkinkan bagi terlaksananya proses interaksi dari
anggota masyarakat, dalam proses perencanaan pembangunan daerah
dititikberatkan di daerah Kabupaten/Kota dengan sasa desentralisasi (otonomi
daerah) yang ditetapkan di Indonesia (Riyadi dan Supriyadi, 2005: 124).
2.2.3 Teori Sektor
Teori sektor (Sector Theory) menurut Humer Hoyt yang mengatakan bahwa
kota tersusun sebagai berikut: (Jayadinata, 1999:130)
(1) Pada lingkaran pusat terdapat pusat kota;
(2) Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan kawasan
perdagangan;
(3) Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut di atas, pada bagian sebelah
menyebelahnya, terdapat sektor murbawisma, yaitu kawasan tempat tinggal
kaum murba atau kaum buruh;
(4) Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak
sektor madyawisma;
(5) Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, kawasan tempat tinggal golongan
atas.
2.3 Kebijakan Publik
2.3.1 Pengertian Kebijakan Publik
Menurut Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai segala
sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang
membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda. Harold Laswell
mendefinisikannya sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-
tujuan tertentu nilai-nilai tertentu, dan praktek-praktek tertentu. Carl I. Friedrick
mendefinisikannya sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seorang,
kelompok atau pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman
dan peluang yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk
memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka
mencapai tujuan tertentu (dalam Riant Nugroho, 2003:4).
Definisi sederhana dari kebijakan publik adalah segala sesuatu yang
dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah. Pembagian pertama dari
kebijakan publik adalah dari makna dari kebijakan publik, bahwa kebijakan
publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal
yang diputuskn pemerintah untuk tidak dikerjakan- atau dibiarkan. Kebijakan
publik ”memilih dan tidak memilih” dapat dipahami dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1
Kegiatan Strategis Pemerintah dengan Masyarakat
Kegiatan
Strategis
Kegiatan Tidak/
Kurang Strategis
Masyarakat mampu
melaksanakan
I
Pemerintah
(dengan masyarakat)
II
Masyarakat
Masyarakat tidak mampu
untuk melaksanakan
III
Pemerintah
IV
Pemerintah (dibiarkan)
Sumber: Riant Nugroho (2003:56)
Disini tampak bahwa pemerintah hanya mengerjakan seluruh pekerjaan
pada Kuadran III dan sebagian pada Kuadran I. Secara detail jenis-jenis pekerjaan
pada masing-masing kuadran dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2
Jenis-Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kegiatan Strategis
Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV
Pendidikan Perdagangan Persenjataan Perintisan
Transportasi Produksi Mie
instan
Bendungan Catatan Sipil
Sumber: Riant Nugroho (2003:56)
Pembagian jenis kebijakan publik yang kedua adalah bentuknya.
Kebijakan publik dalam arti luas dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kebijakan dalam bentuk peraturan-peraturan pemerintah yang tertulis dalam
bentuk peraturan perundangan, dan peraturan-peratura yang tidak tertulis namus
disepakati yang disebut sebagai konvensi-konvensi.
Gambar 1
Siklus Skematik dari Kebijakan Publik
Sumber: Riant Nugroho (2003:73)
Dari gambar diatas tersebut dapat dijelaskan dalam sekuensi sebagai
berikut:
1. Terdapat isu atau masalah publik. Disebut isu apabila masalahnya bersifat
strategis yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak orang atau bahkan
keselamatan bersama, (biasanya) berjangka panjang, tidak bisa
diselesaikan oleh orang-seorang dan memang harus diselesaikan. Isu ini
diangkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan.
2. Isu ini kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuskan kebijakan
publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan kebijakan
output
Perumusan Kebijakan
Publik
Implementasi Kebijakan
Publik
Evaluasi Kebijakan
Publik
outcome
Isu/Masalah Publik
ini akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan warganya-termasuk
pimpinan negara.
3. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik ini dilaksanakan baik oleh
pemerintah, masyarakat atau pemerintah bersama-sama dengan
masyarakat.
4. Namun di dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan,
diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru sebagai penilaian
apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan benar dan
diimplementasikan dengan baik dan benar pula.
5. Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang dapat berupa
kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan olen
pemanfaat.
6. Di dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam
bentuk impak kebijakan yang diharapkan semakin meningkatkan tujuan
yang hendak dicapai dengan kebijakn tersebut.
Dengan melihat skema diatas kita melihat bahwa terdapat tiga kegiatan
pokok yang berkenaan dengan kebijakan publik, yaitu:
1. Perumusan Kebijakan
2. Implementasi Kebijakan
3. Evaluasi Kebijakan
2.3.2 Kebijakan Publik Paling Dasar
Seperti diketahui dalam masyarakat, terdapat tiga jenis tugas pokok
(bahkan bisa disebut ”misi”) yang diperlukan agar masyarakat hidup, tumbuh, dan
berkembang, yaitu tugas pelayanan, tugas pembangunan, tugas pemberdayaan.
Ketiga tugas ini dilaksanakan oleh organisasi-organisasi yang memang dilahirkan
untuk tugas-tugas tersebut. Setiap organisasi mengemban satu tugas dan kemudian
menjadi misi atau rasion d’etre atau ”alasan keberadaan”. Pembagiannya sebagai
berikut:
1. Tugas pelayanan publik adalah tugas memberikan pelayanan kepada
umum tanpa membeda-bedakan dan diberikan secara cuma-cuma atau
dengan sedemikian rupa sehingga kelompok paling tidak mampu pun bisa
menjangkaunya. Tugas ini diemban oleh negara yang dilaksanakan
melalui salah satu lengannya, yaitu lengan eksekutif (pelaksana
pemerintah).
2. Tugas pembangunan adalah tugas untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan masyarakat. Tugas ini fokus kepada upaya pembangunan
produktivitas dari masyarakat dan mengkreasikan nilai ekonomi atas
produktivitas ekonomi tersebut. Tugas pembangunan menjadi misi dari
organisasi ekonomi atau lembaga bisnis.
3. Tugas pemberdayaan adalah peran untuk membuat setiap warga
masyarakat mampu meningkatkan kualitas kemanusiaan dan
kemasyarakatan. Tugas ini adalah tugas yang non-profiy. Organisas-
organisasi nirlaba adalah organisasi yang memiliki kompetensi pokok
(core competence) di bidang pemberdayaan.
Gambar 2
Tugas-Tugas Organisasi dalam Masyarakat
Sumber: Riant Nugroho (2003:76)
Dengan melihat pemilahan ini, kita melihat bahwa tugas pokok dari
pemerintah adalah memberikan pelayanan, di dalam arti pelayana umum atau
pelayanan publik. Di sini menjadi relevan untuk menilai seberapa jauh pemerintah
sudah melakukan pelayanan sebagaimana misi yang diembannya. Hal ini
berkenaan dengan masalah akuntabilitas dari pelaksanaan misi dari pemerintah,
dimana akuntabilitas adalah salah satu inti yang paling inti dari prinsip good
governance.
Penilaian akan sejauh mana pemerintah telah menyelenggarakan
pelayanannya hanya bisa dilakukan jika terdapat alat ukur yang sesuai dengan
Pelayanan (publik)
Pembangunan (ekonomi)
Pemberdayaan (masyarakat)
Adminstrasi Publik
Dunia Usaha
Nirlaba
tugas yang diberikan atau misi yang diemban. Alat ukur ini diantarany diberi
”label” standar pelayanan minimum.
Pada prinsipnya, terdapat banyak jenis pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah, khususnya yang diletakkan dalam konteks kebijakan publik yang
dapat berbentuk distributif, redistributif, dan regulatif. Namun, secara generik,
pelayanan yang diberikan kepada pemerintah dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Pelayanan primer, yaitu pelayanan yang paling mendasar.
2. Pelayanan sekunder, yaitu pelayanan pendukung namun bersifat kelompok
spesifik.
3. Pelayanan tersier, yaitu pelayanan yang berhubungan secara tidak
langsung kepada publik.
Disini kita melihat bahwa pelayanan primer atau pelayanan paling
mendasar pada hakikatnya adalah pelayanan minimum. Secara sederhana, terdapat
tiga jenis pelayanan minimum yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu:
1. Pelayanan kewargaan
2. Pelayanan kesehatan
3. Pelayanan pendidikan
4. Pelayanan ekonomi
Pada keempat jenis pelayanan minimum inilah kita dapat meletakkan
standar-standar pokok yang menjadi standar acuan pelaksanaan dan standar pokok
audit implementasi kebijakan pelayanan minimum. Standarisasi sendiri dapat
dikelompokkan menjadi tiga isu, yaitu kebijakan yang terbagi kedalam dua hal,
yaitu:
1. Kebijakan dari pelayanan minimum, yaitu kebijakan yang sudah ada dan
kebijakan yang akan dibuat.
2. Implementasi pelayanan minimu, yang terdiri dari manusia (SDM),
organisasi, infrastruktur, mekanisme dan pembiayaan.
3. Nilai pelayanan minimum, yang terdiri dari indikator akubtabilitas,
transparansi, keadilan, dan responsivitas.
2.4. Konsep Pendidikan
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan
adalah segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyahardjo,
2002:3). Menurut Hamalik (2008:75), pendidikan merupakan suatu dimensi
pembangunan. Proses pendidikan terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan
pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan pembangunan di bidang ekonomi yang saling
menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
nasional.
Proses pendidikan berkenaan dengan semua upaya untuk mengembangkan
mutu sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang bermutu itu pada
hakikatnya telah dijabarkan dan dirumuskan secara jelas dalam rumusan tujuan
pemdidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri searah dengan tujuan pembangunan
secara keseluruhan.
2.4.1 Konsep Manajemen Pendidikan
Menurut Hamalik (2008:76), pengertian manajemen pendidikan itu
sendiri adalah sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan pendidikan. Kegiatan-
kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk
keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik, yang mencakup:
1. Program kurikulum yang meliputi administrasi kurikulum, metode
penyampaian, sistem evaluasi dan sistem bimbingan.
2. Program ketenagaan pendidikan.
3. Program pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat pendidikan
4. Program pembiayaan.
5. Program hubungan dengan masyarakat.
2.5 Kerangka Berpikir
Pendidikan adalah hak dasar setiap warga negara Indonesia yang
tercantum dalam tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan undang-
undang dasar 1945 adalah mencakup tiga hal, yaitu :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Ikut melaksanakan ketertiban
Sejalan dengan pembukaan undang-undang dasar 1945, undang-undang
No.20 tahun 2003 pasal 4 juga menyebutkan bahwa Pendidikan diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa, tetapi di beberapa Kota/Kabuapten di Indonesia terjadi di Indonesia, salah
satunya di Kabupaten Tangerang yang terkena dampak kuota tersebut. Kuota yang
diterapkan sebesar 5% yang tercantum pada Perda Kota Tangerang No.11 tahun
2007 pasal 18 ayat 4 pada daerah luar kota Tangerang (termasuk Kabupaten
Tangerang) menunjukkan bahwa Kota Tangerang dapat memberikan pelayanan
dasar (pelayanan primer) terhadap masyarakat dalam hal pendidikan dengan baik,
sebaliknya Kabupaten belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang dasar
tersebut yaitu berupa pendidikan sehingga keluarnya peraturan daerah tentang
kuota penerimaan siswa baru atas daerah di luar kota Tangerang.
Analisi jarak dengan menggunakan matriks jarak digunakan sebagai data
untuk melihat seberapa dekat Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang
ataupun Kota/Kabupaten lainnya sedangkan Teknik settlement function analysis
ini digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan yang dapat diberikan sekaligus
memetakan daya jangkau fungsi pelayanan pendidikan, yang menggunakan data
yang berasal dari profil wilayah dimana nilai bobot menunjukkan bahwa semakin
tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil pula frekuensi
pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin rendah suatu
fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.
Hasil dari penghitungan settlement function analysisi dan analisis
kebijakan diharapkan dapat memecahkan masalah ini dan menghasilkan
kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
1. Peningkatan kesejahteraan guru.
2. Penggunaan APBD secara maksimal untuk bidang pendidikan
3. Peningkatan mutu sekolah dengan pemberian fasilitas yang lengkap
4. Pemerataan pendidikan
Tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan undang-undang dasar 1945
UU No. 20 tahun 2003
Pasal 4 ayat 1
Kuota 5% atas PSB kepada Kabupaten Tangerang berdasarkan Perda Kota Tangerang no.11 tahun
2007 pasal 18 ayat 4 .
Jumlah Subfungsi : Jumlah Fungsi X 100% Jumlah Total Fungsi Jumlah Indeks Fungsi : Jumlah Total Subfungsi Jumlah Total Jenis fungsi
dimana nilai bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil
pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin rendah suatu fungsi maka
semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya
Gambar 3
Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Kebijakan-kebijakn alternatif • Peningkatan kesejahteraan guru • Penggunaan APBD secara maksimal
untuk bidang pendidikan • Peningkatan mutu sekolah dengan
pemberian fasilitas yang lengkap • Pemerataan pendidikan
Analisis Fungsi Wilayah
Settlement Function Analysis
1. Analisis Jarak * matriks jarak 2. Profil Wilayah
* Jumlah sekolah berdasarkan Kecamatan * Jumlah sekolah berdasarkan jenjang SD sampai SMA
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Analisis
Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan ini adalah
metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan bidang penyelidikan
yang berdiri sendiri. Penelitian ini menyinggung aneka disiplin ilmu, bidang, dan
tema. Kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak
dikaji secara ketat atau belum diukur (jika memang diukur) dari sisi kuantitas,
jumlah intensitas atau frekuensinya. Menurut Denzin, para peneliti kualitatif
menekankan sikap realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara
peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk
penyelidikan. Peneliti mencari jawaban atas pertanyaan yang menyoroti cara
munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya (Denzin dan
Lincoln, 2009:1)
3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian tentang Analisis Fungsi Wilayah
Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan adalah peneliti sendiri. Menurut
Maleong, pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak
bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Adapun alat-alat bantu
yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari; panduan wawancara,
buku catatan, dan handphone untuk memotret.
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang dibutuhkan untuk penelitian ini berupa:
1. Jenis Data
a. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data utama yang digunakan
untuk penghitungan dalam teknik settlement function analysis. Data
sekunder ini berupa data dari Dinas yang dibutuhkan (data dari Pemerintah
Kabupaten Tangerang berupa data dari BPS Tahun 2009 dan data dari
Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang ) serta dari website yang
menyediakan data yang diperlukan. Data sekunder yang diperlukan yaitu
berupa jumlah sekolah berdasarkan Kecamatan. Data lainnya berupa
ketersediaan fungsi pelayanan yaitu berupa jumlah sekolah dari jenjang
TK/RA(Taman Kanak-kanak/Radhatul Athfal), SD/MI (Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah), SMP/MTS (Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah), dan SMA/MA/SMK (Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan).
b. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini menjadi data pendukung dalam
membantu hasil dari data sekunder. Data primer berupa:
1. Wawancara dengan informan yang memiliki peran dalam
bidang pendidikan.
2. Observasi terhadap keadaan beberapa keadaan sekolah baik
prasarana maupun sarana.
2. Sumber Data
a. Informan, yaitu masyarakat yang memiliki peran dalam bidang
pendidikan yaitu Kepala Dinas Pendidikan, Anggota DPRD, Tokoh
masyarakat dan masyarakat sendiri.
b. Literatur, yaitu data kepustakaan yang memiliki hubungan dengan
penelitian.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Secara teknis dalam penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data berupa:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah serangkaian pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung terhadap subyek atau obyek penelitian dengan melihat
fakta-fakta fisik dari obyek yang diteliti. Fakta-fakta dan informasi yang
diperoleh secara langsung di lapangan, kemudian dicatat dan dirangkum
untuk dijadikan data sekunder dan data primer .
2. Metode Wawancara
Menurut Denzin, wawancara adalah pertukaran percakapan dengan tatap
muka dimana seseorang memperoleh informasi dari yang lain. Melalui
wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (indepth
interview) karena peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak
dimengerti responden, peneliti dapat mengajukan pertanyaan, informan
cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan, dan informan dapat
menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa mendatang
(Alwasilah, 2006:154). Adapun wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara tidak berstruktur. Dalam wawancara tidak
berstruktur, pertanyaan-pertanyaan tidak diatur dalam suatu urutan atau
aturan yang khusus. Apa yang ditanyakan dalam wawancara mungkin
dimulai dari tengah atau dari bagian akhir. Dalam penelitian ini peneliti
melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak terkait yang
memiliki kaitan dengan bidang pendidikan dan pengambil kebijakan
dalam hal pendidikan di Kabupaten Tangerang sebagai bahan yang
mendukung data utama.
3. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan digunakan dalam penelitian ini, gunanya adalah
untuk mendapatkan uraian yang benar dari buku-buku, literatur serta karya
ilmiah yang pernah dibuat dan dipublikasikan sebagai bahan referensi
yang ada hubungan dengan penulisan penelitian ini
Dari ketiga metode diatas, metode kepustakaan sebagai metode primer,
sedangkan metode pengumpulan data lainnya tetap relevan untuk mendapatkan
data sekunder yang dibutuhkan dalam kerangka penulisan skripsi ini, agar hasil
penelitian dapat mewujudkan adanya konsep penelitian faktual dan dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya.
3.3. Informan Penelitian
Setelah mempelajari tentang Analisis Fungsi Wilayah dalam Fungsi
Pendidikan, peneliti akan mampu menentukan informan yang cocok untuk
penelitiannya. Menurut Morse, seorang informan yang baik adalah seorang yang
mampu menangkap, memahami, dan memenuhi permintaan peneliti, memiliki
kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk wawancara,
dan bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian. Penentuan informan
dalam penelitian mengenai Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam
Fungsi Pendidikan menggunakan teknik Purposive Sampling (sampel
bertujuan). Purposif atau purposeful sering juga diistilahkan dengan interactional,
theoretical, atau emergent yakni bukan representative sampling (Alwasih,
2006:155). Menurut Patton, alasan logis di balik teknik sampel bertujuan dalam
penelitian kualitatif merupakan prasyarat bahwa sampel yang dipilih sebaiknya
memiliki informasi yang kaya (rich information) (Bungin, 2007:53). Prosedur
penentuan informan yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana
menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat
informasi sesuai dengan fokus penelitian (Bungin, 2007:53).
Tabel 3
Informan Penelitian
No Informan Keterangan 1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Tangerang Key Informan
2. Ketua DPRD Kabupaten Tangerang Komisi II Bidang Kesejahteraan Rakyat
Key Informan
3. Masyarakat di Kabupaten Tangerang di Key Informan
Kecamatan Teluknaga 4. Masyarakat di Kabupaten Tangerang di
Kecamatan Kosambi Key Informan
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.4.1. Teknik Pengolahan Data
Irawan Soehartono (1998) memberikan pengertian metode yang berbeda
dengan teknik. Metode diartikan sebagai ”cara atau strategi menyeluruh untuk
menemukan atau memperoleh data yang diperlukan sedangkan teknik
pengumpulan data merupakan teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data”.
Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan daerah/wilayah, pengertian
mengenai metode pengumpulan data sebagai strategi yang digunakan oleh
perencana pembangunan wilayah untuk memperoleh data-data dan informasi yang
diperlukan dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan wilayah/daerah
sedangkan teknik pengumpulan data diartikan sebagai cara operasional yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi (Riyadi dan Supriyadi, 2005 :
235). Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data, proses
pengolahan data merupakan data tahapan, dimana data dipersiapkan,
diklasifikasikan, dan diformat menurut aturan tertentu untuk keperluan proses
berikutnya yaitu analisis data. Data yang dikumpul diolah menjadi beberapa
proses:
a. coding, yaitu tahap mengklasifikasikan data berdasarkan kategori tertentu.
b. Editing, yaitu tahap mengkoreksi kesalahan yang ada pada data yang harus
dilakukan dengan cermat.
c. Tabulating, yaitu penyusunan data berdasarkan jenis data, serta
perhitungan kualitas dan frekuensi data serta fungsi data.
3.4.2 Analisis Data
Analisis data merupakan dalam penelitian yang dilakukan untuk menguji
data yang bersifat kuantitatif. Maka analisis data yang dilakukan dalam penelitian
disesuaikan dengan objek penelitian. Teknik yang digunakan untuk menganalisis
daya dukung Kabupaten yang dipakai adalah Teknik Settlement Function
Analysis. Teknik atau metode ini merupakan alat yang digunakan untuk
melakukan analisis mengenai struktur/hirarki fungsi-fungsi pelayanan yang ada
dalam suatu wilayah (Riyadi dan Supriyadi, 2005:116), dengan analisis ini dapat
diketahui tingkat pelayanan yang dapat diberikan sekaligus memetakan daya
jangkau fungsi-fungsi pelayanan tersebut. Dimana nilai bobot menunjukkan
bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil
pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin
rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.
Settlement Function Analysis
Jumlah Subfungsi : Jumlah Fungsi X 100%
Jumlah Total Fungsi
Jumlah Indeks Fungsi : Jumlah Total Subfungsi
Jumlah Total Jenis fungsi
Nilai bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka
semakin kecil pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana
semakin rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.
Teknik analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan model yang
telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis data (data analysis)
terdiri dari tiga sub proses yang saling terkait yaitu reduksi data, penyajian data,
dan pengambilan kesimpulan atau verifikasi. Proses ini dilakukan sebelum tahap
pengumpulan data, persisnya pada saat menentukan rancangan dan perencanaan
penelitian, sewaktu proses pengumpulan data, sementara dan analisis awal, serta
setelah tahap pengumpulan data (Denzin dan Lincoln, 2009:592).
Gambar
Analisis Data Menurut Miles dan Huberman Sumber: Denzin, 2009
Kegiatan analisis data di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data (data reduction), berarti bahwa kesemestaan potensi yang
dimiliki oleh data disederhanakan dalam sebuah mekanisme antisipatoris. Hal ini
dilakukan ketika peneliti menemukan kerangka kerja konseptual (conceptual
framework), pertanyaan penelitian, kasus, dan instrument penelitian yang
digunakan. Jika hasil catatan lapangan, wawancara, rekaman, dan data lain telah
tersedia, tahap seleksi data berikutnya perangkuman data (data summary),
pengodean (coding), merumuskan tema-tema, pengelompokan (clustering), dan
penyajian cerita secara tertulis (Denzin dan Lincoln, 2009:593).
b. Penyajian Data (Data Display)
Denzin dan Lincoln mendefinisikan penyajian data (data display) sebagai
konstruk informasi padat terstruktur yang memungkinkan pengambilan
kesimpulan dan penerapan aksi. Penyajian data merupakan bagian kedua dari
tahap analisis. Seorang peneliti perlu mengkaji proses reduksi data sebagai dasar
pemaknaan. Penyajian data yang lebih terfokus meliputi ringkasan terstruktur dan
sinopsis, deskripsi singkat, diagram-diagram, matrik dengan teks daripada angka
dalam set (Denzin dan Lincoln, 2009:593).
c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah ketiga dalam tahapan analisis interkatif menurut Miles
&Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Tahap pengambilan
kesimpulan dan verifikasi ini melibatkan peneliti dalam proses interpretasi
penetapan makna dari data yang tersaji. Cara yang digunakan akan semakin
banyak; metode konspirasi, merumuskan pola dan tema, pengelompokan
(clustering), dan penggunaan metafora tentang metode konfirmasi seperti
triangulasi, mencari kasus-kasus negatif, menindaklanjuti temuan-temuan, dan cek
silang hasilnya dengan responden. Menurut Gherardi dan Turner, ketika data
informasi telah dirangkum, dikelompokan, diseleksi, dan saling dihubungkan, kita
bisa melakukan proses transformasi data (Denzin dan Lincoln, 2009:594).
3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Pada umumnya dikenal dua macam standar validitas, yaitu validitas
internal dan eksternal. Validitas internal dalam penelitian kualitatif disebut
kredibilitas, yaitu hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai
dengan fakta di lapangan. Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif
disebut transferabilitas. Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas
yang tinggi bilamana para pembaca memperoleh gambaran dan pemahaman yang
jelas temtang konteks dan fokus penelitian. Sedangkan reliabilitas menunjuk pada
keterandalan alat ukur atau instrument penelitian (Bungin, 2007:59). Menurut
Selltiz, keterandalan dari suatu alat pengukuran didefinisikan sebagai kemampuan
alat untuk mengukur gejala secara konsisten yang dirancang untuk mengukur
(Denzin dan Lincoln, 2009:204). Adapun untuk pengujian keabsahan datanya,
penelitian ini menggunakan dua cara yaitu sebagai berikut:
a. Triangulasi (Triangulation)
Menurut Campbel dan Fiske istilah yang sering digunakan untuk
mengaitkan proses analisis dengan proses konfirmasi adalah triangulasi. Istilah
yang memiliki beragam makna, istilah asalnya adalah multi-operasionalime.
Istilah triangulasi juga bisa berarti konvergensi antar peneliti (penentuan catatan
lapangan satu peneliti dengan hasil observasi peneliti lain) sekaligus konvergensi
antara berbagai teori yang digunakan (Denzin dan Lincoln, 2009:605).. Teknik
triangulasi biasanya merujuk pada suatu proses pemanfaatan persepsi yang
beragam untuk mengklarifikasi makna, memverifikasi kemungkinan pengulangan
dari suatu observasi maupun interpretasi. Namun harus dengan prinsip bahwa
tidak ada observasi atau interpretasi yang 100% dapat diulang. Untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan interpretasi, Denzin menggunakan prosedur-
prosedur yang beragam termasuk pengumpulan data hingga mencapai titik jenuh
(redundancy of data gathering). Triangulasi dimaksudkan lebih sebagai perangkat
pembantu bagi seorang peneliti. Denzin merangkum lima tipe dasar dari teknik
triangulasi, yaitu sebagai berikut:
a. Triangulasi data (Data triangulation), yaitu menggunakan sejumlah sumber data dalam penelitian.
b. Triangulasi peneliti (Investigator triangulation), yaitu menggunakan sejumlah peneliti atau evaluator.
c. Triangulasi teori (Theory triangulation), yaitu menggunakan beragam perspektif untuk menginterpretasikan sekelompok data tunggal.
d. Triangulasi metodologis (Methodological triangulation), yaitu menggunakan beragam metode untuk mengkaji problem tunggal.
e. Triangulasi interdisipliner (Interdisciplinary triangulation), yaitu dengan memanfaatkan lintas disiplin keilmuan.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik triangulasi.
Pertama, teknik triangulasi data. Proses triangulasi dilakukan terus-menerus
sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti
yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang
perlu dikonfirmasikan kepada informan (Bungin, 2007:204). Kedua, teknik
triangulasi teori. Proses triangulasi menggunakan konsep analisis fungsi wilayah
untuk menghitung ketersediaan pelayanan sehingga bisa dijadikan acuan untuk
mengambil kebijakan oleh para stakeholders.
Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian
kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-
alat uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran
alat sehingga substansi kebenaran tergantung pada kebenaran intersubjektif. Oleh
karena itu, sesuatu yang dianggap benar apabila kebenaran itu mewakili
kebenaran orang banyak atau kebenaran stakeholder (Bungin, 2007:205).
Format Matriks Fungsi Wilayah Dengan Analisis Pola Pemukiman
Kabupaten / Kota ”X”, Provinsi ”Y” Tahun ”Z”
NO KECAMATAN N FUNGSI PENDIDIKAN Indeks
TK SD SMP SMA PT Fungsi (�y) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL 10 TOTAL %
Sumber : Manfred Poppe dalam Perencanaan Sebagai Suatu Dialog, setelah dimodifikasi 2002 (dalam Riyadi dan Supriyadi, 2005 : 117) Keterangan Tabel 5 : X : Jumlah Fungsi; Jumlah Total Fungsi; Y1: Total % (100 %) Y : Presentase fungsi (dari total fungsi) Rumus : y = x x 100 % X1
Cara pengisian matriks fungsi dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Kolom (1) diisi dengan nomor urut untuk wilayah (kecamatan). 2) Kolom (2) diisi dengan nama – nama kecamatan yang di daerah Kabupaten /
Kota terkait. Upayakan urutannya didasarkan pada jumlah populasi, dimana yang terbesar diurutan pertama, dan seterusnya (hal ini bukan merupakan keharusan)
3) Pada kolom (3), tulislah jumlah populasi untuk setiap kecamatan. 4) Pada kolom jenis fungsi, pengisian dilakukan dengan memberikan angka
sesuai dengan jumlah fungsi yang ada di daerah tersebut. Dalam kolom ini, pengisian dilakukan dengan dua bagian; pertama, di sudut kiri atas diisi dengan jumlah fungsi (tanda X); kedua, pada sudut kanan bawah diisi dengan angka persentase (tanda Y) yang dihitung berdasarkan rumus di atas.
5) Selanjutnya kolom indeks fungsi diisi dengan jumlah persentase dari masing – masing baris seluruh fungsi yang ada. Skor tertinggi menunjukkan frekuensi kegiatan suatu fungsi pelayanan yang tinggi, dan sebaliknya. Nilai rata – rata dari penjumlahan persentase dari masing – masing baris dapatlah dilakukan dengan membagi hasil penjumlahan tersebut dengan jumlah kolom terkait (terisi) dalam baris tersebut. Hasilnya dapat juga menjadi indeks fungsi dalam bentuk persentase rata – rata.
6) Pada garis terakhir (total persentase) dapat diisi dengan menjumlahkan seluruh persentase yang diperoleh dari setiap kolom.
3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tangerang sebagai salah satu
kabupaten di indonesia yang berada dalam masa pembangunan. Penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan Oktober 2010 sampai dengan Juli 2011 sebagaimana
digambarkan dalam tabel 3.1 berikut:
Kegiatan
Tahun 2010-2011
Oktober Nopember Desember Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli
2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
Observasi Awal
Pengumpulan Data awal
Pengajuan Judul Proposal
Penyusunan Proposal
Bimbingan Proposal
Pengujian Proposal
Revisi Proposal Penelitian Lapangan Bimbingan dan Revisi Skripsi
Ujian Skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang
Pemerintahan adalah suatu sistem yang mengatur segala kegiatan
masyarakat dalam suatu daerah/wilayah/negara yang meliputi segala aspek
kehidupan berdasarkan norma-norma tertentu. Kabupaten Tangerang sebagai
salah satu kabupaten di Propinsi Banten mempunyai pemerintahan yang sama
dengan kabupaten lainnya. Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah
tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada
posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa,
sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di sebelah selatan berbatasan
dengan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat
berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang. Jarak antara Tangerang dengan
pusat pemerintahan Republik Indonesia, Jakarta, sekitar 30 km, yang bisa
ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu
lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas
perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dari 200 Juta lebih
penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di kedua pulau tersebut (Pulau Jawa
120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa).
Pertumbuhan penduduk daerah ini cukup pesat. Total penduduk 2.959.600
jiwa, rata-rata pertumbuhan 4,32% per tahun yang didominasi oleh kelompok
umur berusia muda. Kelompok umur 0-14 tahun berjumlah 1.195.589 jiwa atau
sebesar 40%. Kelompok umur 15-64 tahun sebesar 1.709.158 jiwa atau 57,6%.
Sedangkan pada kelompok umur 65 tahun ke atas sebanyak 65.853 jiwa atau
2,2%.Luas wilayah Kabupaten Tangerang 111.038 ha. Dibagi ke dalam 29
kecamatan dan 316 desa dan kelurahan. Keseluruhan kondisi wilayah memiliki
topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun.
Ketinggian wilayah sekitar antara 0-85 m di atas permukaan laut. Curah hujan
setahun rata-rata 1.475 mm dan temperatur udara berkisar antara 23 °C - 33 °C.
Iklim ini dipengaruhi oleh wilayah di bagian utara yang merupakan daerah pesisir
pantai sepanjang kurang lebih 50 km.
Wilayah Tangerang juga dibagi ke dalam tiga wilayah pusat pertumbuhan,
yaitu Serpong (sekarang menjadi Kota Tangerang Selatan), Balaraja dan
Tigaraksa serta Teluknaga. Pusat Pertumbuhan Serpong meliputi enam
kecamatan, yaitu Serpong, Ciputat, Pondok Aren, Legok dan Curug yang menjadi
pusat pertumbuhan pemukiman (menjadi daerah Kota Tangerang Selatan estela
pemkeran). Pusat Pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa berupa kawasan industri,
pemukiman dan pusat pemerintahan. Meliputi delapan kecamatan, yaitu Balaraja,
Rajeg, Pasar Kemis, Tigaraksa, Kresek, Cisaka, Cikupa, Kronjo, Jayanti, Jambe
dan Panongan. Pusat Pertumbuhan Teluknaga meliputi lima kecamatan, yaitu
Teluknaga, Kosambi, Sepatan, Mauk, Pakuhaji, Kemiri dan Sukadiri. Diarahkan
untuk pengembangan sektor pariwisata bahari dan alam, industri maritim,
pelabuhan laut, perikanan dan pertambakan.
4.1.1.1 Visi Kabupaten Tangerang
Visi Kabupaten Tangerang, berdasarkan pertimbangan kondisi obyektif
seluruh sumber daya dan komitmen untuk meraih masa depan yang lebih baik
maka ditetapkan visi sebagai berikut :
”Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman, Sejahtera,
Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan”
Yang dimaksud dengan :
Masyarakat kabupaten Tangerang; adalah kelompok orang dengan segala aspek
kehidupannya, yang meliputi sikap perilaku dan pola pikir dalam sosial budaya,
agama, politik, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan teknologi yang memanfaatkan
sumbar daya alam dan sumber daya buatan yang ada di Kabupaten Tangerang;
Beriman; adalah percaya, yakin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta hidup
rukun antar umat manusia.Terpenuhinya kebutuhan manusia dari segi meteri
memerlukan penyeimbang dari sisi rohani, sehingga terjamin keseimbangan
mental dan spiritual;
Maju; berarti cerdas, sehat dan dinamis menuju taraf hidup yang lebih baik,
proaktif, kreatif, dan disiplin sesuai dengan fungsi, peran dan kedudukan masing-
masing anggota masyarakat;
Mandiri; berarti mampu mengatasi permasalahan dan hidup bertanggung jawab
dengan tidak ada ketergantungan pada pihak lain atau dikendalikan oleh pihak
lain. Visi kemandirian adalah tetap berada koridor Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945;
Berorientasi Industri; berarti perilaku yang mengarah pada pertimbangan
ekonomis dengan memperhitungkan tenaga, waktu, biaya, dan sumber daya
teknologi yang terus berkembang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
sendiri tapi beriorentasi pasar;
Berwawasan Lingkungan; berarti orientasi pembangunan mempertimbangkan
kondisi lingkungan yang harus dipatuhi oleh setiap pelaku pembangunan karena
pembangunan berwawasan lingkungan akan memberi manfaat bagi kelangsungan
hidup dan pembangunan.
4.1.1.2 Misi Kabupaten Tangerang
Misi Kabupaten Tangerang, untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka
ditetapkan misi Pemerintah Kabupaten Tangerang sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan pengamalannya dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Membangun sumberdaya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan
diseluruh jenjang secara bertahap serta peningkatan derajat kesehatan yang
menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta peningkatan kesejehteraan
sosial.
3. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi melalui fasilitasi
pengembangan usaha di bidang industri, agribisnis, agro industri, dan
jasa, serta memberikan akses lebih besar pengembangan koperasi, usaha
kecil dan menengah, dan sektor informal.
4. Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang
berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian tata
ruang yang terstruktur.
5. Menciptakan tata kepemerintahan yang bersih, transparan, dan
bertanggung jawab (good governance).
6. Meningkatkan pembangunan infra struktur bagi percepatan aspek-aspek
pembangunan.
7. Memenuhi hak-hak politik dan sosial warga untuk melakukan partisipasi
kritis dalam proses pembangunan.
8. Memberdayakan perempuan dan kesetaraan gender dalam pembangunan.
Nilai-nilai yang tekandung dalam visi misi dapat diidentifikasi sebagai berikut :
Ketakwaan, masyarakat kabupaten Tangerang yang bertakwa merupakan
komponen yang sangat penting untuk mewujudkan suatu perubahan yang hakiki
dalam mencapai visi misi yang telah ditetapkan;
Partisipatif, rasa tanggungjawab dari semua komponen pemerintahan yang terdiri
eksekutif, legislatif dan masyarakat serta swasta berperan serta mengambil bagian
mulai dari tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan
dalam rangka mempercepat tajuan dan sasaran pembangunan yang efisien dan
efektif;
Transparansi, merupakan salah satu unsur dari good government yang harus
ditingkatkan agar dapat mendorong partisipasi masyarakat dan swasta untuk
mencapai suatu kemajuan seperti yang tercantum dalam sasaran dan tujuan
pembangunan.
Berkelanjutan, prinsip berkelanjutan dalam aspek lingkungan mengandung
makna bahwa pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan dampak
negatif terhadap lingkungan sehingga pembangunan yang akan dipacu tidak hanya
untuk kepentingan sesaat.
Guna mencapai keberhasilan pembangunan sebagimana yang diharapkan dalam
Visi dan Misi kepala daerah, maka rumusan Strategi yang akan dilakukan oleh
pemerintah kabupaten Tangerang dalam kurun waktu 2008-2013 adalah:
"Menuju Masyarakat Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi
Industri, dan Berwawasan Lingkungan"
Arah dari strategi pembangunan ini adalah pertumbuhan ekonomi yang
berbasiskan ekonomi lokal khususnya sektor industri, perdagangan dan jasa serta
mampu mendukung terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat. Dengan
pertumbuhan ekonomi berbasis ekonomi lokal ini diharapkan dapat hak-hak dasar
masyarakat terutama di prioritaskan terhadap upaya peningkatan daya beli
masyarakat, akses kesehatan, akses pendidikan, akses pekerjaan dan berusaha.
Dalam menjalankan strategi pembangunan Kabupaten Tangerang diperlukan
dukungan birokrasi dalam peningkaan pelayanan publik melalui upaya penataan
struktur organisasi agar yang efisien dan efektif, serta pembenahan kebijakan
publik dan regulasi agar tercipta iklim kondusif yang dapat peningkatan kinerja
investasi dan ekonomi.
Dari rumusan strategi tersebut sedikitnya terdapat tiga strategi pokok
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di masa datang, yakni
1. Strategi mendorong pertumbuhan/kinerja ekonomi berbasis ekonomi lokal
untuk peningkatan daya beli masyarakat.
2. Strategi peningkatan kualitas Hidup masyarakat dengan pemenuhan hak
dasar masyarakat.
3. Strategi Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah, yang meliputi :
a. Kapasitas Sistem,
b. Kapasitas Kelembagaan, dan
c. Kapasitas Sumber Daya Manusia Aparatur.
4.1.1.3 Sejarah Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang sejak ratusan tahun lalu sudah menjadi daerah
perlintasan perniagaan, perhubungan sosial dan interaksi antardaerah lain. Hal ini,
disebabkan letak daerah ini yang berada di dua poros pusat perniagaan Jakarta –
Banten. Berdasarkan catatan sejarah, daerah ini sarat dengan konflik kepentingan
perniagaan dan kekuasaan wilayah antara Kesultanan Banten dengan Penjajah
Belanda.Secara tutur-tinular, masa pemerintahan pertama secara sistematis yang
bisa diungkapkan di daerah dataran ini, adalah saat Kesultanan Banten yang terus
terdesak agresi penjajah Belanda lalu mengutus tiga maulananya yang berpangkat
aria untuk membuat perkampungan pertahanan di Tangerang.
Ketiga maulana itu adalah Maulana Yudanegara, Wangsakerta dan
SAntika. Konon, basis pertahanan merka berada di garis pertahanan ideal yang
kini disebut kawasan Tigaraksa dan membentuk suatu pemerintahan. Sebab itu, di
legenda rakyat cikal-bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksasa [sebutan
Tigaraksasa, diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga maulana sebagai tiga
pimpinan = tiangtiga = Tigaraksa]. Pemerintahan ketiga maulana ini, pada
akhirnya dapat ditumbangkan dan seluruh wilayah pemerintahannya dikuasai
Belanda, berdasar catatan sejarah terjadi tahun 1684. Berdasar catatan pada masa
ini pun, lahir sebutan kota Tangerang. Sebutan Tangerang lahir ketika Pangeran
Soegri, salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten
membangun tugu prasasti di bagian barat Sungai Cisadane [diyakini di kampung
Gerendeng, kini]. Tugu itu disebut masyarakat waktu itu dengan Tangerang
[bahasa Sunda=tanda] memuat prasasti dalam bahasa Arab Gundul Jawa Kuno,
“Bismillah peget Ingkang Gusti/Diningsun juput parenah kala Sabtu/Ping Gangsal
Sapar Tahun Wau/ Rengsenaperang netek Nangeran/Bungas wetan Cipamugas
kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsun Parahyang”
Arti tulisan prasasti itu adalah: “Dengan nama Allah tetap Yang Maha
Kuasa/Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu/Tanggal 5 Sapar Tahun
Wau/Sesudah perang kita memancangkan tugu/Untuk mempertahankan batas
timur Cipamugas [Cisadae] dan barat Cidurian/ Semua menjaga tanah kaum
Parahyang”. Diperkirakan sebutan Tangeran, lalu lama-kelamaan berubah sebutan
menjadi Tangerang. Desakan pasukan Belanda semakin menjadi-jadi di Banten
sehingga memaksa dibuatnya perjanjian antar kedua belah pihak pada 17 April
1684 yang menjadikan daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Penjajah
Belanda. Sebagai wujud kekuasaannya, Belanda pun membentuk pemerintahan
kabupaten yang lepas dari Banten dengan dibawah pimpinan seorang bupati.
Para bupati yang sempat memimpin Kabupaten Tangerang periode tahun
1682–1809 adalah Kyai Aria Soetadilaga I-VII. Setelah keturunan Aria
Soetadilaga dinilai tak mampu lagi memerintah kabupaten Tangerang dengan
baik, akhirnya penjajah Belanda menghapus pemerintahan di daerah ini dan
memindahkan pusat pemerintahan ke Jakarta. Lalu, dibuat kebijakan sebagian
tanah di daerah itu dijual kepada orang-orang kaya di Jakarta, sebagian besarnya
adalah orang-orang Cina kaya sehingga lahir masa tuan tanah di Tangerang.
Pada 8 Maret 1942, Pemerintahan Penjajah Belanda berakhir di gantikan
Pemerintahan Penjajah Jepang. Namun terjadi serangan sekutu yang mendesak
Jepang di berbagai tempat, sebab itu Pemerintahan Militer Jepang mulai
memikirkan pengerahan pemuda-pemuda Indonesia guna membantu usaha
pertahanan mereka sejak kekalahan armadanya di dekat Mid-way dan Kepulauan
Solomon. Kemudian pada tanggal 29 April 1943 dibentuklah beberapa organisasi
militer, diantaranya yang terpenting ialah Keibodan [barisan bantu polisi] dan
Seinendan [barisan pemuda]. Disusul pemindahan kedudukan Pemerintahan
Jakarta Ken ke Tangerang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat
Tihoo Nito Gyoosieken atas perintah Gubernur Djawa Madoera. Adapun
Tangerang pada waktu itu masih berstatus Gun atau kewedanan berstatus ken
(kabupaten).
Berdasar Kan Po No. 34/2604 yang menyangkut pemindahan Jakarta Ken
Yaskusyo ke Tangerang, maka Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang
menetapkan terbentuknya pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Sebab itu ,
kelahiran pemerintahan daerah ini adalah pada tanggal 27 Desember 1943.
Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II
Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984. Dalam
masa-masa proklamasi, telah terjadi beberpa peristiwa besar yang melibatkan
tentara dan rakyat Kabupaten Tangerang dengan pasukan Jepang dan Belanda,
yaitu Pertempuran Lengkong dan Pertempuran Serpong. Pertumbuhan
perekonomian Kabupaten Tangerang sebagai daerah lintasan dan berdekatan
dengan Ibukota Negara Jakarta melesat pesat. Apalagi setelah diterbitkannya
Inpres No.13 Tahun 1976 tentang pengembangan Jabotabek, di mana kabupaten
Tangerang menjadi daerah penyanggah DKI Jakarta.
Tanggal 28 Pebruari 1993 terbit UU No. 2 Tahun 1993 tentang
Pembentukan Kota Tangerang. Berdasarkan UU ini wilayah Kota Administratif
Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari
Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah No. 14
Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari
Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa. Akhirnya, pada
awal tahun 2000, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang pun di pindahkan
Bupati H. Agus Djunara ke Ibukota Tigaraksa. Pemindahan ini dinilai strategis
dalam upaya memajukan daerah karena bertepatan dengan penerapan otonomi
daerah, diberlakukannya perimbangan keuangan pusat dan daerah, adanya revisi
pajak dan retribusi daerah, serta terbentuknya Propinsi Banten.
Keadaan kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Tangerang sampai
dengan tahun 2002, dari 651.254 KK yang ada di Kabupaten Tangerang, mereka
yang dikategorikan sebagai penduduk pra sejahtera sebanyak 105.245 KK,
sejahtera I sebanyak 156.953 KK, sejahtera II sebanyak 206.040 KK, sejahtera III
sebanyak 130.356 KK dan sejahtera III Plus sebanyak 52.660 KK. Pada tahun
2008 jumlah penduduk Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan dimana
pada tahun 2007 jumlah penduduk sebesar 3.502.226 jiwa menjadi 3.585.269
jiwa. Angka kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2008, kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang sebesar 3.229
orang per Km² dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 3.154 orang per
Km². Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur yang terbesar terdapat pada
kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebesar 409.310 jiwa.
4.1.1.4 Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada
koordinat 106°20'-106°43' Bujur Timur dan 6°00'-6°20' Lintang Selatan. Luas
wilayah Kabupaten Tangerang 1.110,38 Km2 atau 12,62 % dari seluruh luas
wilayah Propinsi Banten dengan Batas wilayah, dari sebelah Utara wilayah ini
berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi DKI
Jakarta dan Kota Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor
dan Kota Depok, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang
dan Lebak.
Secara Topografi, Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran
yang terdiri dari wilayah dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah
sebagian besar berada di wilayah Utara yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk,
Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji, dan Sepatan. Dataran tinggi berada di
wilayah Bagian Tengah ke arah Selatan.
Gambar 4
Peta Kabupaten Tangerang
Sumber: http://www.google.co.id/imglanding?imgurl
Secara administratif, Kabupaten Tangerang terdiri dari 29 Kecamatan.
Kecamatan tersebut terdiri dari Kecamatan Tigaraksa dengan luas wilayah 48,74
Km², Kecamatan Cisoka dengan luas wilayah 55,99 Km², Kecamatan Solear
merupakan pemekaran dari Kecamatan Cisoka, Kecamatan Jambe dengan luas
wilayah 26,02 Km², Kecamatan Cikupa dengan luas wilayah 42,68 Km²,
Kecamatan Panongan dengan luas wilayah 34,93 Km², Kecamatan Curug dengan
luas wilayah 40,97 Km², Kecamatan Kelapa Dua merupakan pemekaran dari
Kecamatan Curug, Kecamatan Legok dengan luas wilayah 41,06 Km², Kecamatan
Pagedangan dengan luas wilayah 50,57 Km², Kecamatan Cisauk dengan luas
wilayah 43,38 Km², Kecamatan Pasar Kemis dengan luas wilayah 60,53 Km²,
Kecamatan Sindang Jaya merupakan pemekaran dari Kecamatan Pasar Kemis,
Kecamatan Rajeg, Kecamatan Mekarbaru merupakan pemekaran dari Kecamatan
Kronjo, Kecamatan Balaraja dengan luas wilayah 57,48 Km², Kecamatan
Sukamulya merupakan pemekaran dari Kecamatan Balaraja, Kecamatan Jayanti
dengan luas wilayah 26,91 Km², Kecamatan Kresek dengan luas wilayah 55,60
Km², Kecamatan Gunungkaler merupakan pemekaran dari Kecamatan Kresek,
Kecamatan Kronjo dengan luas wilayah 68,05 Km², Kecamatan Mauk dengan
luas wilayah 51,42 Km², Kecamatan Kemiri dengan luas wilayah 32,70 Km²,
Kecamatan Sukadiri dengan luas wilayah 24,14 Km², Kecamatan Sepatan dengan
luas wilayah 56,24 Km², Kecamatan Sepatan Timur dengan luas wilayah 35,59
Km² pemekaran dari Kecamatan Sepatan , Kecamatan Pakuhaji dengan luas
wilayah 51,87 Km², Kecamatan Teluknaga dengan luas wilayah 40,58 Km²,
Kecamatan Kosambi dengan luas wilayah 29,76 Km² .
4.1.2 Dinas Pendidikan
4.1.2.1 Visi Dinas Pendidikan
Berdasarkan Visi Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang yaitu menuju
masyarakat yang beriman, sejahtera, berorientasi industri, dan berwawasan
lingkungan dan dengan mempertimbangkan kondisi obyektif seluruh sumber daya
serta komitmen untuk meraih masa depan yang lebih baik, visi Dinas Pendidikan
Kabupaten Tangerang yaitu terunggul dalam mutu lulusan dalam rangka
menyiapkan sumber daya manusia kabupaten tangerang yang cerdas, terampil,
dan berdaya saing.
4.1.2.2 Misi Dinas Pendidikan
Untuk mewujudkan visi tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang
menetapkan misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan kompetensi kinerja tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan, tenaga struktural dan lainnya;
2. Meningkatkan pengembangan kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan
Nonformal dan Informal;
3. Meningkatkan standar sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung
proses pembelajaran;
4. Meningkatkan peran serta masayarakat, dunia industri jasa dalam bidang
pendidikan;
5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pendidikan.
4.1.2.3 Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi
Banten
2. (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4048);
3. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan
Lembaran Negara No. 4048);
4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 115, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4425);
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 No. 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437);
7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar
(Lembaran Negara Tahun 1990 No. 72, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3848) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 55 Tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 No. 90, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3763);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah (Lembaran Negara Tahun 1990 No. 37, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3413), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 56 tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 No. 91,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3764);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta
Masyarakat dalam Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1992
No. 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2876);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
10. Negara Tahun 2000 No. 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3952);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor : 17 Tahun 2004 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah
Tahun 2004, Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1704);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor : 02 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah
Kabupaten Tangerang Tahun 2008, Nomor 0802);
14. Peraturan Bupati Tangerang Nomor : 14 Tahun 2008 tentang Rincian
Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang
(Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008, Nomor 14).
4.1.2.4 Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang
Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang secara resmi berdiri sesuai surat
keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tangerang Nomor : 11 Tahun 2000
tanggal 29 November 2000. Sebelum Otonomi Daerah digulirkan, Dinas
Pendidikan Kabupaten Tangerang adalah bagian dari beberapa keputusan yang
telah dilebur menjadi satu Dinas di bawah naungan Pemerintah Daerah, antara
lain; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, dan sebagian kecil Departemen lainnya yang tergabung dalam satu
Kedinasan ( Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang ).
Sesuai Tugas Pokok dan Fungsi, serta Struktur Organisasi dan Tata
Kerjanya , Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang terbagi menjadi 7 ( Tujuh )
Sub Dinas dan Bagian Umum, dengan garapan program yang berbeda, namun
dalam satu kesatuan Program Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang
sebagaimana tertera dalam lampiran Struktur Organisasi dan Tata Kerjanya. Sub
Dinas tersebut adalah; Sub Dinas Pendidikan Dasar, Sub Dinas Pendidikan
Menengah Umum, Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan, Sub Dinas
Pendidikan Luar Sekolah, Sub Dinas Ketenagaan, Sub Dinas SIS GEMOR, Sub
Dinas Sarana dan Prasarana, Bagian Umum ( Ketatausahaan / TU ).
4.1.2.5 Ruang Lingkup Dinas Pendidikan
Setelah Otonomi Daerah digulirkan, Dinas Pendidikan Kabupaten
Tangerang memiliki ruang lingkup sebagai berikut :
4.1.2.5.1 Jalur Horizontal
1. Kinerja Dinas Pendidikan melalui jalur horizontal bertanggungjawab
sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten
Tangerang (Bupati), sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah).
2. Mekanisme kegiatannya diselenggarakan melalui pelimpahan
wewenang kepada Kantor Cabang Dinas (KCD) di tingkat Kecamatan
dan Persekolahan (Sekolah-sekolah) TK, SD, SMP, SMA dan SMK,
serta Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan Kursus-kursus di
lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, serta peran serta
masyarakat peduli pendidikan.
4.1.2.5.2 Jalur Vertikal
1. Kebijakan Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional, bersifat Koordinatif dan Stimulatif, artinya peran pusat
dalam menyelenggarakan program pendidikan sepenuhnya diserahkan
kepada daerah.
2. Program yang langsung ditangani Pemerintah pusat melalui
Departemen Pendidikan Nasional antara lain dalam bentuk kabijakan
Perundang-undangan, pembiayaan, pembinaan, pengawasan,
monitoring dan evaluasi.
Secara teknis dan kewenangan ruang lingkup ini mungkin berbeda, namun
subtansi dan esensi programnya sama, bahkan satu sama lain sangat erat kaitannya
dan tidak dapat dipisahkan. Artinya bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab
Pemerintah Pusat maupun Daerah serta masyarakat dan Dunia Usaha dan Industri.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
4.1.2.6 Sistem Pendidikan Nasional
Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan
nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
4.1.2.7 Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Jalur Pendidikan Formal Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi Jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi (pendidikan tinggi yang
mencakup program diploma 1 sampai diploma empat), keagamaan, dan khusus.
4.1.2.7.1 Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan
lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pemerintah dan Pemerintah
Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga negara yang
berusia 6 (enam) tahun pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut
biaya. Pendidikan dasar berbentuk:
1. Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat; serta
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat.
4.1.2.7.2 Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum, dan pendidikan menengah
kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
4.1.2.7.3 Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan
tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau
universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi
4.1.2.7.4 Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga
kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,
dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan
bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal
dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui
proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
4.1.2.7.5 Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal
diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus
ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
4.1.2.7.6 Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan
Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
4.1.2.7.7 Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.
4.1.2.7.8 Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau
kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan
diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.
4.1.2.7.9 Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan
pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan
secara tatap muka atau reguler. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam
berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan
belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar
nasional pendidikan.
4.1.2.7.10 Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil,
dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi
ekonomi.
**Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4.2 Informan Penelitian
Pada bab sebelumnya mengenai metode penelitan, peneliti telah
menjelaskan dalam pemilihan informan penelitiannya, peneliti menggunakan
teknik purposive sampling. Adapun informan-informan yang peneliti tentukan,
merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, karene informan-informan tersebut dalam
kesehariannya berurusan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam
penelitian ini, peneliti menetapkan beberapa informan untuk penelitian ini, adapun
nama-nama informan tersebut adalah:
a. Bapak Sapri S.Sos, Anggota DPRD Komisi II bidang
Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Tangerang dan sebagai tokoh
masyarakat.
b. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang.
c. Ibu Titin dan Ibu Siti Julaeha, masyarakat di kabupaten Tangerang.
4.3 Deskripsi dan Analisis Data
4.3.1 Deskripsi Data
Dalam penelitian mengenai Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten
Tangerang dalam Fungsi Pendidikan, data utama yang peneliti butuhkan yaitu
data pendidikan berupa jumlah sekolah, jumlah siswa dan seluruh gambaran
pendidikan di Kabupaten Tangerang mulai dari jenjang TK/RA (Taman Kanak-
kanak/Radhatul Athfal), SD/MI (Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah), SMP/MTS
(Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah), dan SMA/MA/SMK
(Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan).
Sumber data ini didapat dari Dinas terkait yaitu Dinas Pendidikan, BPS dan Dinas
lainnya. Selain data tersebut, dalam penelitian ini juga menggunakan wawancara
dengan beberapa informan yang memiliki hubungan dengan bidang pendidikan.
4.3.2 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan melihat matriks jarak antara Kabupaten
Tangerang dengan Kota/Kabupaten sekitarnya, matriks ini dibuat untuk
mengetahui Kota/Kabupaten terdekat yang menjadi daerah sasaran dalam
ketersediaan fungsi pelayanan pendidikan dan juga data pendidikan yang dihitung
dengan menggunakan Teknik settlemen function analysis. Teknik ini menjelaskan
tentang keadaan sekolah mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak sampai jenjang
Sekolah Menengah Atas dan sederajat. Teknik settlemen function analysis
memberikan gambaran tentang daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang dalam
menyediakan fungsi pelayanan pendidikan. Di bawah ini tabel matriks untuk
mengetahui jarak antara Kabupaten Tangerang dengan Kota/Kabupaten lainnya.
Tabel 5
Matriks Jarak Antara Kabupaten Tangerang
dengan Kota/Kabupaten di sekitarnya
Kota/Kabupaten Tigaraksa Tangerang Jakarta Serang Pandeglang Rangkasbitung Cilegon
Tigaraksa 0 32 57 33 54 74 51
Tangerang 32 0 25 65 86 106 83
Jakarta 57 25 0 90 111 131 108
Serang 33 65 90 0 21 41 18
Pandeglang 54 86 111 21 0 20 39 Rangkasbitung 74 106 131 41 20 0 59
Cilegon 51 83 108 18 39 59 0
Keterangan Tabel dari perhitungan Settlement Function Analysis pada
jenjang TK dan RA dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Tabel di isi oleh data dari Dokumen Data Pendidikan Tahun Ajaran 2009-
2010.
2. Kolom jumlah daya tampung di dapat dari kolom jumlah total kelas dikali
kolom kapasitas kursi.
3. Kolom selisih didapat dari kolom jumlah penduduk dikurangi kolom daya
tampung.
4. Kolom subfungsi didapat dari kolom jumlah total sekolah per satu tabel
dibagi dengan jumlah total secara keseluruhan dikali 100.
5. Kolom indeks fungsi didapat dari jumlah total subfungsi dibagi dengan
jumlah jenis fungsi (TK dan RA).
Taman Kanak-kanak dibagi dua bagian A untuk anak umur 4 tahun dan B
untuk anak 5 tahun, dan merupakan kelas-kelas persiapan bagi Sekolah Dasar.
Dilihat dari tabel, dapat diuraikan bahwa dalam jenjang ini, semua sekolah
TK/RA di Kabupaten Tangerang belum memiliki daya tampung yang cukup
(bahkan sangat kurang) dibanding jumlah penduduk usia sekolah TK/RA.
Ketidakmampuan sekolah dalam menyediakan daya tampung yang cukup dihitung
dari jumlah selisih penduduk usia TK/RA dengan jumlah daya tampung sekolah.
Tetapi jika dilihat dari jumlah seluruh siswa TK/RA yang bersekolah, jumlahnya
sangat jauh dibandingkan daya tampung yang ada. Hal ini juga berarti partisapasi
masyarakat untuk menyekolahkan anaknya pada jenjang ini masih kurang karena
masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa pendidikan pada jenjang ini belum
terlalu penting.
Kecamatan yang sangat kurang dalam menyediakan daya tampung siswa
pada jenjang ini berada di Kecamatan Teluknaga karena, sebanyak 7044
penduduk tidak bisa terlayani. Kecamatan Gunung Kaler menjadi Kecamatan
yang tidak memiliki daya tampung sama sekali karena tidak memiliki sekolah TK
maupun RA. Kecamatan Sepatan Timur memiliki jumlah penduduk sebanyak
4893 jiwa memiliki satu sekolah TK dan hanya memiliki 13 siswa dari daya
tampung sebanyak 50 kursi dan memiliki selisih sebanyak 4843 penduduk usia
TK/RA yang tidak bersekolah di jenjang ini. Hal ini juga terjadi di Kecamatan
Pakuhaji yang memiliki sekolah TK sebanyak satu sekolah dan murid sebanyak
26 siswa dan sebanyak 6770 jiwa tidak terlayani. Berdasarkan jumlah seluruh
siswa dibandingkan dengan jumlah penduduk maka dapat diketahui bahwa
partisipasi masyarakat untuk bersekolah di jenjang ini masih kurang.
Keterangan Tabel dari perhitungan Settlement Function Analysis pada
jenjang SD dan MI dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Tabel di isi oleh data dari Dokumen Data Pendidikan Tahun Ajaran 2009-
2010.
2. Kolom jumlah daya tampung di dapat dari kolom jumlah total rencana
penerimaan dikali 6 (jumlah tingkat SD).
3. Kolom selisih didapat dari kolom jumlah penduduk dikurangi kolom daya
tampung.
4. Kolom subfungsi didapat dari kolom jumlah total sekolah per satu tabel
dibagi dengan jumlah total secara keseluruhan dikali 100.
5. Kolom indeks fungsi didapat dari jumlah total subfungsi dibagi dengan
jumlah jenis fungsi (SD dan MI).
Hasil analisis yang didapat dari penghitungan dengan menggunakan
Teknik Settlement Function Analysis diatas yaitu diketahui bahwa semua SD/MI
di Kabupaten Tangerang belum memiliki daya tampung yang memenuhi
dibanding jumlah penduduk usia sekolah SD/MI. Ketidakmampuan sekolah dalam
menyediakan kursi dihitung dari jumlah selisih penduduk usia SD/MI dengan
jumlah daya tampung sekolah. Kecamatan yang sangat kurang dalam
menyediakan daya tampung siswa pada jenjang ini berada di Kecamatan Cikupa
karena memiliki jumlah penduduk usia SD/MI (usia 7-12 tahun) paling banyak
yaitu sebesar 24250 jiwa dibanding dengan Kecamatan yang lain, disusul dengan
Kecamatan Pakuhaji, Rajeg dan Pasar Kemis. Terdapat beberapa Kecamatan yang
mempunyai daya tampung yang lebih dibanding jumlah penduduk yaitu
Kecamatan Cisauk memiliki 834 kursi lebih, kemudian Kecamatan Jambe
memiliki daya tampung siswa lebih sebanyak 1430 kursi. Hal ini terjadi karena
Kecamatan ini termasuk Kecamatan yang masih memiliki keterbatasan akses
seperti jalan dan keadaan geografis. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sapri,
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Tangerang.
“.....memang ada beberapa Kecamatan yang belum maju dibandingin yang lain,
seperti Kecamatan Kresek, Jambe, Panongan, Gunung Kaler, Solear...jadi
memang tingkat akses kayak jalan yang belum baik, kondisinya memang jalannya
rusak, buat ketempat pelayanan seperti sekolah dari daerah pemukiman jauh dan
hampir tidak angkutan umum, transportasinya ya berjalan kaki”
Keterangan Tabel dari perhitungan Settlement Function Analysis pada
jenjang SMP dan MTS dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Tabel di isi oleh data dari Dokumen Data Pendidikan Tahun Ajaran 2009-
2010.
2. Kolom jumlah daya tampung di dapat dari kolom jumlah total rencana
penerimaan dikali 3 (jumlah tingkat SMP dan MTS).
3. Kolom selisih didapat dari kolom jumlah penduduk dikurangi kolom daya
tampung.
4. Kolom subfungsi didapat dari kolom jumlah total sekolah per satu tabel
dibagi dengan jumlah total secara keseluruhan dikali 100.
5. Kolom indeks fungsi didapat dari jumlah total subfungsi dibagi dengan
jumlah jenis fungsi (SMP dan MTS).
Pada jenjang ini, semua SMP/MTS di Kabupaten Tangerang memiliki
masalah yang sama seperti pada jenjang TK dan jenjang SD yaitu belum memiliki
daya tampung yang memenuhi dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah
SMP/MTS. Ketidakmampuan sekolah dalam menyediakan kursi dihitung dari
jumlah selisih penduduk usia SD/MI dengan jumlah daya tampung sekolah.
Kecamatan yang paling banyak memiliki selisih antara jumlah penduduk dengan
daya tampung adalah Kecamatan Mauk dengan junlah selisih 18509 jiwa yang
tidak bisa terlayani dalam jenjang SMP/MTS. Kecamatan Cikupa menempati
tempat kedua yaitu Kecamatan yang tidak bisa melayani penduduk usia
SMP/MTS yaitu sebanyak 6649 jiwa tidak bisa terlayani, terdapat beberapa
Kecamatan yang memiliki daya tampung yang lebih yaitu Kecamatan Cisoka,
Kecamatan Panongan, Kecamatan Legok, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan
Kosambi, Kecamatan Cisauk, Kecamatan Kemeri, Kecamatan Jambe, Kecamatan
Tigaraksa dan Kecamatan Solear. Beberapa dari Kecamatan ini merupakan
Kecamatan yang kurang maju karena fasilitas pelayanan seperti jalan kurang
memadai seperti yang diungkapakan oleh Bapak Sapri S.Sos sebagai pejabat di
Kabupaten Tangerang, Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Panongan, Jambe,
Solear, Cisauk, Kemeri dan Kecamatan yang lainnya berbatsa sangat dekat
dengan Kota Tangerang seperti Kecamatan Legok, Kecamatan Kosambi dan
Kecamatan Tigaraksa.
Keterangan Tabel dari perhitungan Settlement Function Analysis pada
jenjang SMA, MA dan SMK dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Tabel di isi oleh data dari Dokumen Data Pendidikan Tahun Ajaran 2009-
2010.
2. Kolom jumlah daya tampung di dapat dari kolom jumlah total rencana
penerimaan dikali 3 (jumlah tingkat SMA, MA dan SMK).
3. Kolom selisih didapat dari kolom jumlah penduduk dikurangi kolom daya
tampung.
4. Kolom subfungsi didapat dari kolom jumlah total sekolah per satu tabel
dibagi dengan jumlah total secara keseluruhan dikali 100.
5. Kolom indeks fungsi didapat dari jumlah total subfungsi dibagi dengan
jumlah jenis fungsi (SMA, MA dan SMK).
Hasil analisis yang didapat dari penghitungan dengan menggunakan
Teknik Settlement Function Analysis dapat disimpulkan bahwa di jenjang ini,
semua SMA/MA/SMK di Kabupaten Tangerang belum memiliki daya tampung
yang memenuhi dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah
SMA/MA/SMK. Ketidakmampuan sekolah dalam menyediakan kursi dihitung
dari jumlah selisih penduduk usia SD/MI dengan jumlah daya tampung sekolah.
Dilihat dari jumlah selisih daya tampung dengan jumlah penduduk usia
SMA/MA/SMK maka dapat dilihat bahwa Kecamatan Pasar Kemis dan
Kecamatan Cikupa merupakan Kecamatan yang memiliki selisih yang paling
besar yaitu sebesar 8225 dan 5960, artinya Kecamatan Cikupa memiliki daya
tampung yang sangat kurang dalam jenjang sekolah ini dibanding dengan
Kecamatan lain. Kecamatan Teluknaga juga memiliki penduduk yang melebihi
kapasitas daya tampung, sebesar 4800 penduduk tidak bisa terlayani dalam
fasilitas pendidikannya karena daya tampung yang kurang, Kecamatan Pakuhaji
juga mengalami hal yang sama pada jenjang ini yaitu sebanyak 5027 penduduk
belum bisa terlayani. Terdapat empat Kecamatan yang memiliki daya tampung
yang lebih yaitu Kecamatan Sepatan, Kecamatan Jayanti dan Kecamatan Balaraja.
Berdasarkan Uji statistik Settlement Function Analysis dapat dibuat tabel
frekuensi yang menunjukkan nilai fungsi dan frekuensi pelayanannya dimana nilai
bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi,
maka semakin kecil pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku
sebaliknya dimana semakin rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula
frekuensi pelayanannya.
Tabel 10
Tabel Frekuensi Settlement Function Analysis Pada Jenjang TK,RA dan Jenjang SD,MI
Jenjang TK,RA Jenjang SD,MI
NO KECAMATAN SUBFUNGSI INDEKS FUNGSI
NO KECAMATAN
SUB FUNGSI
INDEKS FUNGSI
1 Cisoka 2,7210884 1,360544 1 Cisoka 3,3539 1,676964 2 Cikupa 7,8231293 3,911565 2 Cikupa 5,1192 2,559576 3 Panongan 4,2517007 2,12585 3 Panongan 3,3539 1,676964 4 Legok 4,0816327 2,040816 4 Legok 3,3539 1,676964 5 Pagedangan 3,0612245 1,530612 5 Pagedangan 4,5896 2,294793 6 Pasar Kemis 15,136054 7,568027 6 Pasar Kemis 5,2074 2,603707 7 Kresek 2,2108844 1,105442 7 Kresek 3,9718 1,9858788 Kronjo 1,1904762 0,595238 8 Kronjo 2,9126 1,456311 9 Mauk 5,1020408 2,55102 9 Mauk 3,6187 1,80935610 Rajeg 4,4217687 2,210884 10 Rajeg 5,4722 2,736099 11 Sepatan 1,8707483 0,935374 11 Sepatan 2,3831 1,191527 12 Pakuhaji 0,170068 0,085034 12 Pakuhaji 4,06 2,030009 13 Teluk Naga 2,0408163 1,020408 13 Teluk Naga 4,8544 2,427184 14 Kosambi 4,2517007 2,12585 14 Kosambi 4,2365 2,11827 15 Jayanti 2,0408163 1,020408 15 Jayanti 2,3831 1,191527 16 Cisauk 2,5510204 1,27551 16 Cisauk 2,1183 1,059135 17 Kemeri 0,3401361 0,170068 17 Kemeri 1,8535 0,926743 18 Sukadiri 0,5102041 0,255102 18 Sukadiri 2,2948 1,147396 19 Jambe 0,8503401 0,42517 19 Jambe 1,9417 0,970874 20 Balaraja 4,9319728 2,465986 20 Balaraja 3,2657 1,632833 21 Tigaraksa 5,7823129 2,891156 21 Tigaraksa 4,5896 2,29479322 Curug 7,1428571 3,571429 22 Curug 4,7661 2,383054 23 Sukamulya 0,8503401 0,42517 23 Sukamulya 2,03 1,01500424 Kelapa Dua 9,6938776 4,846939 24 Kelapa Dua 4,6778 2,338923 25 Sindang Jaya 2,3809524 1,190476 25 Sindang Jaya 2,5596 1,279788 26 Sepatan Timur 0,170068 0,085034 26 Sepatan Timur 2,5596 1,279788 27 Solear 4,0816327 2,040816 27 Solear 2,9126 1,456311 28 Gunung Kaler 0 0 28 Gunung Kaler 2,7361 1,368049 29 Mekar Baru 0,3401361 0,170068 29 Mekar Baru 2,8244 1,41218
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai bobot menunjukkan suatu
fungsi, maka dari tabel tersebut secara umum dapat dilihat bahwa fungsi
pelayanan TK dan RA dan SD/MI di semua kecamatan memiliki fungsi rendah
yang berarti semakin tinggi frekuensi pelayanannya. Hanya satu kecamatan pada
jenjang TK/RA yang tidak memiliki fungsi sehingga tidak memiliki fungsi
pelayanan yaitu Kecamatan Gunung Kaler. Kecamatan Kelapa Dua pada jenjang
TK/RA menjadi kecamatan yang memiliki fungsi paling tinggi dibanding
Kecamatan lainnya, sehingga frekuensinya pelayanannya kecil.
Nilai frekuensi yang tinggi juga menunjukkan bahwa suatu fungsi yaitu
jumlah sekolah sangat tinggi tingkat pelayanannya dimana masyarakat bisa
menjangkau dan menggunakannya, nilai yang tinggi ini dikarenakan memang
banyaknya penduduk usia sekolah pada tingkat TK/RA dan SD/MI di Kabupaten
Tangerang, dilihat dari perhitungan Settlement Function Analysis juga
menunjukkan bahwa terdapat selisih yang besar antara jumlah pelayanan yang
tersedia yaitu daya tampung dibanding dengan jumlah penduduk yang harus
dilayani.
Tabel 11
Tabel Frekuensi Settlement Function Analysis Pada Jenjang SMP,MTS dan
SMA,MA,SMK
Jenjang SMP,MTS Jenjang SMA,MA,SMK
NO KECAMATAN SUB
FUNGSI INDEKS FUNGSI NO KECAMATAN
SUB FUNGSI
INDEKS FUNGSI
1 Cisoka 4,038 2,019 1 Cisoka 4,292 1,431 2 Cikupa 4,988 2,4941 2 Cikupa 5,579 1,863 Panongan 3,563 1,7815 3 Panongan 3,004 1,001 4 Legok 3,088 1,5439 4 Legok 3,004 1,001
5 Pagedangan 3,325 1,6627 5 Pagedangan 2,575 0,858 6 Pasar Kemis 6,888 3,4442 6 Pasar Kemis 6,867 2,289 7 Kresek 5,463 2,7316 7 Kresek 5,15 1,7178 Kronjo 2,85 1,4252 8 Kronjo 1,288 0,429 9 Mauk 2,138 1,0689 9 Mauk 1,717 0,572
10 Rajeg 5,463 2,7316 10 Rajeg 3,004 1,001 11 Sepatan 3,325 1,6627 11 Sepatan 6,009 2,003 12 Pakuhaji 2,613 1,3064 12 Pakuhaji 2,146 0,715 13 Teluk Naga 4,751 2,3753 13 Teluk Naga 4,292 1,431 14 Kosambi 3,563 1,7815 14 Kosambi 2,146 0,715 15 Jayanti 3,325 1,6627 15 Jayanti 6,438 2,146 16 Cisauk 1,9 0,9501 16 Cisauk 1,717 0,572 17 Kemeri 2,375 1,1876 17 Kemeri 2,146 0,715 18 Sukadiri 3,088 1,5439 18 Sukadiri 3,433 1,144 19 Jambe 2,375 1,1876 19 Jambe 1,288 0,429 20 Balaraja 3,088 1,5439 20 Balaraja 6,009 2,003 21 Tigaraksa 4,988 2,4941 21 Tigaraksa 6,867 2,28922 Curug 5,226 2,6128 22 Curug 4,721 1,574 23 Sukamulya 2,138 1,0689 23 Sukamulya 1,288 0,42924 Kelapa Dua 4,276 2,1378 24 Kelapa Dua 5,15 1,717 25 Sindang Jaya 1,425 0,7126 25 Sindang Jaya 1,288 0,429 26 Sepatan Timur 1,9 0,9501 26 Sepatan Timur 1,288 0,429 27 Solear 3,088 1,5439 27 Solear 2,146 0,715 28 Gunung Kaler 2,613 1,3064 28 Gunung Kaler 2,575 0,858 29 Mekar Baru 2,138 1,0689 29 Mekar Baru 2,575 0,858
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai bobot menunjukkan suatu
fungsi, maka dari tabel tersebut secara umum dapat dilihat bahwa fungsi
pelayanan SMP,MI dan SMA,MA,SK di semua kecamatan memiliki fungsi
rendah yang berarti semakin tinggi frekuensi pelayanannya. Dimana semua
sekolah dapat dijangkau dengan baik oleh masyarakat sehingga nilai frekuensi
pelayananya tinggi. Nilai frekuensi menunjukkan frekuensi yang tinggi karena
memang banyaknya penduduk usia sekolah yang menggunakan fungsi pelayanan
pendidikan ini.
4.4 Analisis Fungís Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan
Berdasarkan analisis data dengan melihat matriks jarak antara Kabupaten
Tangerang dengan Kota/Kabupaten disekitarnya, diketahui bahwa jarak
Kabupaten Tangerang paling berdekatan dengan Kota Tangerang sehingga Kota
Tangerang menjadi daerah yang dituju masyarakat Kabupaten Tangerang dalam
fungsi pelayanan pendidikan, seperti yang dijelaskan dalam teori lokasi yaitu ilmu
yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang
menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta
hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam
usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77). Salah satu
hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas
orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat
dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas
wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki
daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut
dan jarak antara lokasi dengan pusat tersebut. Dengan semakin bertambahnya
penduduk setiap tahunnya maka kebutuhan akan pendidikan baik dari segi daya
tampung sekolah, gedung sekolah baru maupun mutu sekolah yang baik semakin
meningkat pula. Tidak tersedianya daya tampung yang tidak cukup ini
menyebabkan banyaknya kuota yang ditetapkan di Kota/Kabupaten di Indonesia
atas siswa baru yang ingin mendaftar di Kota/Kabupaten lain, dalam penelitian ini
kuota diberlakukan kepada siswa yang ingin mendaftar di Kota Tangerang yang
berasal dari luar Kota Tangerang termasuk Kabupaten Tangerang yang memiliki
jarak terdekat dengan Kota Tangerang. Kota Tangerang
Pengkuotaan ini sangat menyalahi kebebasan hak masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan yang seluas-luasnya sebagai wujud demokrasi. Hal ini
dikarenakan kurangnya daya tampung Kabupaten Tangerang secara umum dalam
setiap jenjang pendidikan. Kurangnya daya tampung sekolah di setiap jenjang
pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan pemerintah. Pemerataan
di bidang pendidikan harus ditangani secara serius dan berkesinambungan karena
pendidikan adalah salah satu faktor penggerak pembangunan.
4.4.1 Masalah Pemerataan Pendidikan
Kurangnya daya tampung siswa merupakan masalah pemerataan
pendidikan di Kabupaten Tangerang. Hal ini disebabkan bertambahnya penduduk
di Indonesia. Sistem Pendidikan belum dapat menyediakan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan,
sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya
manusia untuk menunjang pembangunan. Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar
merupakan jenjang penting bagi warga negara yaitu sebagai bekal dasar
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung agar dapat mengikuti
perkembangan kemajuan sehingga tidak terbelakang dan menjadi penghambat
kemajuan. Oleh karena itu jenjang ini sangat vital dan harus didapat oleh warga
negara sebagai sumber daya untuk pembangunan
Hal ini juga dikemukakan oleh informan penelitian Bapak Sapri S.sos
Anggota DPRD Komisi II. Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Sapri pada
tanggal 1 Mei 2011 dengan kisi-kisi wawancara berupa kebijakan yang diambil
pemerintah mengenai masalah kurangnya daya tampung di bidang pendidikan dan
Kebijakan pemerintah tentang jenjang TK/RA.
Kutipan wawancara dengan Bapak Sapri, anggota DPRD Kabupaten
Tangerang Komisi II.
“Daya tampung sekolah yang kurang kan memang akibat semakin bertambahnya penduduk, pemerintah sendiri sudah mengeluarkan dana sebesar 42 miliar untuk pendidikan, dana tersebut asalnya dari DAK (Dana Alokasi Khusus), APBD dan dana pusat, dana itu bisa untuk pembangunan fisik, yaitu membangun gedung sekolah baru, atau menambah gedung yang sudah ada, bisa perbaikan ruang kelas dan perlengkapannya. Perluasan lahan untuk membangun pendidikan juga harus dikaji. Untuk membangun gedung sekolah baru juga kan harus dilihat tempatnya, tidak bisa semua kecamatan dibangun gedung baru tapi harus dilihat juga infrastrukturnya, tidak semua kecamatan jalannyas udah bagus, ada juga yang aksesnya masih sulit. Sekarang ini juga di Kabupaten Tangerang pembangunan fisik dan mutu pendidikan sudah dibedakan, jadi dinas pendidikan sudah tidak lagi mengurusi pembangunan fisik, semua pembangunan fisik di Kabupaten sekarang dipegang oleh PT Cipta Karya, dinas pendidikan hanya mengurusi masalah mutu saja. Kalau jenjang TK itu lebih ke partisipasi masyarakatnya, swadaya masyarakat, kalau pemerintah sendiri jarang mendapat laporan masalah TK karena mereka kan kebanyakan swasta ya itu tadi lebih ke swadaya masyarakatnya, ada gedung, ada guru, ada murid nah baru pemerintah bisa membantu kalau ada laporannya. Jadi kalau TK lebih ke partispasi masyarakatnya, kan juga pemerintah sendiri lebih fokus kepada wajib belajar sembilan tahun dari SD sampai SMA. (wawancara dilakukan pada tanggal 1 Mei 2011 pukul 10.00 WIB di kediaman Bapak Sapri, Pangkalan Kecamatan Teluknaga)
Partisipasi masyarakat dalam jenjang TK, peneliti simpulkan melalui
wawancara dengan masyarakat Kabupaten Tangerang yaitu dua orang ibu yang
tinggal di Kecamatan Kosambi yaitu Ibu Titin dan Ibu Siti Julaeha. Wawancara
dengan Ibu Titin dengan kisi-kisi alasan mengapa tidak menyekolahkannya
anaknya di jenjang TK/RA dan Ibu Siti Julaeha yang memilih menyekolahkan
anaknya di TK.
Kutipan wawancara dengan Ibu Titin :
“Yah gimana, TK kan mahal, beli seragamnya aja ada banyak, belum lagi suka jalan-jalan, ditambah lagi saya kan jualan, ga ada yang anterin, abang-abangnya juga bayaran sekolahnya kan banyak” . (wawancara dilakukan pada tanggal 2 Mei 2011 pukul 09.00 WIB di kediaman Ibu Titin, Benda Baru Kecamatan Kosambi).
Kutipan wawancara dengan Ibu Siti Julaeha:
“Biar pinter kak, kan sekarang mesya (anak pertamanya) udah punya adik jadinya saya ga bisa ngajarin ataupin nemenin dia belajar, kan kalau disekolah di TK ada temennya, bisa main sambil belajar jadinya nanti di SD udah lancar baca, nulis, hitung-hitungan” . (wawancara dilakukan pada tanggal 2 Mei 2011 pukul 09.00 WIB di kediaman Ibu Titin, Benda Baru Kecamatan Kosambi)
Kesimpulan dari kutipan wawancara khusus dalam jenjang TK/RA,
kekurangan daya tampung bukan satu-satunya masalah dalam jenjang ini karena
dalam jenjang TK/RA, sebagian masyarakat memang kurang berpartisipasi
dengan berbagai alasan salah satunya yaitu alasan ekonomi, waktu dan di
beberapa Kecamatan tertentu masyarakatnya tidak berpartisipasi untuk
mengadakan ataupun membangun sekolah TK/RA sedangkan pemerintah sendiri
lebih fokus kepada wajib belajar sembilan tahun yaitu dari jenjang SD sampai
SMA.
Kebijakan yang diambil oleh Dinas Pendidikan mengenai masalah daya
tampung sekolah di Kabupaten Tangerang bisa diketahui melalui kutipan
wawancara dengan Sekretaris Dinas Pendidikan Bapak Ajat Sudrajat MM.
Berikut ini kutipan wawancara dengan Bapak Ajat Sekretaris Dinas Pendidikan
Kabupaten Tangerang mengenai masalah daya tampung sekolah di Kabupaten
Tangerang.
“Kalau di dinas pendidikan sendiri, ngambil kebijakannya ya biasanya penambahan ruang kelas, terus bisa juga membangun USB (unit sekolah baru), ya bisa di Kecamatan mana saja asalkan ada yang melapor jadi dari dinas ada kordinasi dengan Kecamatan dan Kelurahan setempat, dimana lokasi yang strategis untuk menambah USB sehingga antara sekolah yang baru dengan sekolah yang lain tidah terlalu lebar perbedaannya dari segi jarak maupun pelajaran yang diberikan, bisa juga dengan menanmbah jam sekolah, jadi satu sekolah ada sekolah pagi dan sekolah siang, hal ini bisa dikoordinir sama UPT-UPT di Kecamatan. Selain itu di sektor non formal dinas pendidikan juga menyelenggarakan pendidikan Kesetaraan, ada Paket A untuk SD, Paket B untuk SMP dan Paket C untuk SMA. Pendidikan Kesetaraan diadakan karena ternyata banyak masyarakat yang tidak bisa mengikuti jalur formal dengan alasan ekonomi, geografis dan alasan yang lain. (wawancara dilakukan pada tanggal 4 Mei 2011 pukul 13.30 WIB di Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan Cikokol).
Selain kutipan wawancara dengan Bapak Sekretaris Dinas Pendidikan dan
Bapak Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, dibawah ini terdapat kutipan artikel
mengenai masalah daya tampung sekolah di Kabupaten Tangerang.
Sumber kutipan artikel dari Tempo Interaktif http://www.tempointeraktif.com/hg/layanan_publik/2010/06/29/brk,20100629-259397,id.html. Diakses tanggal 11 Juni 2011 pukul 10.30 WIB
Kabupaten Tangerang Tambah Daya Tampung Siswa SMP Dan SMA Selasa, 29 Juni 2010 | 12:22 WIB
TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO Interaktif, Tangerang-Pemerintah Kabupaten Tangerang menambah daya tampung kursi tempat duduk di sekolah negeri pada tingkat SMP dan SMA pada penerimaan siswa baru tahun ini. Penambahan ini dilakukan sehubungan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai 10 persen pada tahun ini. Tahun lalu jumlah daya tampung siswa SMP sebanyak 15.744 siswa yang terbagi dalam 59 SMP negeri, siswa SMA sebanyak 6.825 orang yang terbagi di 28 SMA Negeri dan sebanyak 2.087 siswa SMK yang akan dibagi dalam 8 SMK negeri. Peningkatan daya tampung tersebut, akan dilakukan dengan cara penambahan ruang kelas baru, pembukaan unit sekolah baru. Selain itu, Kabupaten Tangerang juga melakukan penambahan program keahlian di sekolah menengah kejuruan yang membutuhkan banyak kursi baru dan ruang belajar baru. Secara umum peningkatan terjadi pada SMP 10 persen, SMK 15 persen dan SMA 5 persen. Menurut Undang, ada dua permasalahan mendasar yang terjadi di Kabupaten Tangerang pada proses penerimaan siswa baru yaitu animo yang besar pada anak yang melanjutkan sekolah sementara kapasitasnya terbatas dan ini cenderung terjadi diwilayah perkotaan seperti Kelapa Dua, Sepatan, Curug, Cikupa dan Balaraja. Di sini kapasitas kursi sangat terbatas. Disisi lain, diwilayah pedesaan animo masyarakat untuk melanjutkan sekolah sangat kurang sehingga kapasitas tempat duduk yang disediakan selalu berlebih, bahkan tidak terisi. Ini terjadi di SMA Mekar Baru, dua tahun dibuka siswanya tidak ada, sehingga tahun ini tidak membuka pendaftaran. Biasanya wilayah yang sepi peminat, wilayah yang jauh dari perkotaan seperti Kresek, Kronjo, Kemiri, Mekar Baru dan Gunung Kaler.”
Definisi sederhana dari kebijakan publik adalah segala sesuatu yang
dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah. Pembagian pertama dari
kebijakan publik adalah dari makna dari kebijakan publik, bahwa kebijakan
publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal
yang diputuskan pemerintah untuk tidak dikerjakan atau dibiarkan.
Berdasarkan kutipan wawancara dan artikel maka hal yang harus tindakan
yang diambil pemerintah yaitu yang disebut kebijakan adalah mengenai masalah
daya tampung adalah dengan cara mempersiapkan masyarakat untuk dapat
berpartisipasi dalam pembangunan dan secara konvensional Pemerintah
Kabupaten Tangerang dapat membangun gedung sekolah di Kecamatan yang
jumlah sekolahnya memiliki daya yang sangat kurang seperti Kecamatan Pasar
Kemis, Cikupa dan Kecamatan lainnya ataupun Kecamatan yang menerima siswa
yang melebihi daya tampung dengan persyaratan dan kajian serta kordinasi dari
pemerintah yang terkait baik dari DPRD, Dinas Pendidikan, Kecamatan,
Kelurahan dan Unit Pelaksana teknis (UPT) setempat. Selain membangun gedung
sekolah Pemerintah juga menetapkan kebijakan untuk menambah waktu
penyelenggaraan pendidikan yaitu pagi dan sore dan yang paling penting adalah
membangkitkan kemauan belajar masyarakat atau keluarga yang kurang mampu
agar mau menyekolahkan anaknya.
Pada jenjang TK/RA, pemerintah tidak memfokuskan karena jenjang
TK/RA lebih dominan oleh partisipasi masyrakat atau swadaya masyrakat itu
sendiri dalam hal mengadakan penyelenggaraan pendidikan jenjeng TK.
Pemerintah hanya membantu jika masyarakat dalam hal ini disebut (swasta) sudah
menjalankan operasionalnya sehingga pihak pemerintah hanya membantu dalam
hal pendanaan. Pemerintah juga menyediakan Paket Kesetaraan untuk
memberikan fasilitas bagi masyarakat yang mengalami kesulitan baik dalam hal
ekonomi ataupun geografis.
Cara inovatif juga dapat digunakan antara lain dengan Sistem Pamong
yaitu pendidikan oleh masyarakat, orangtua dan guru. Semua kebijakan yang yang
sudah diambil ataupun akan diambul oleh pembuat kepeutusan dilaksanakan
dengan berkesinambungan dalam arti pendanaan untuk membangun sekolah
ataupen memperbaikinya harus ditingkatkan secara seimbang karena pendidikan
adalah pelayanan publik yang paling mendasar dimana tugas pelayanan publik ini
harus diberikan lepada publik tanpa membeda-bedakan sehingga publik yaitu
masyarakat bisa merasakan pelayanan ini di setiap lapisan masyarakat.
4.4.2 Pemecahan Masalah Mutu, efisiensi dan relevansi pendidikan
Pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran pada perbaikan kualitas
komponen pendidikan serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan dapat
meningkatkan hasil atau output pendidikan. Peningkatan mutu yang dilakukan
oleh pemerintah Kabupaten Tangerang dapat dilihat dari hasil wawancara oleh
Ketua Komisi II Anggota DPRD Kabupaten Tangerang dan Sekretaris Dinas
Pendidikan serta Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Kabupaten
Tangerang.
Kutipan wawancara dengan Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Tangerang
mengenai masalah mutu pendidikan.
”Kalau masalah mutu pendidikan, pemerintah sudah menyediakan 42 miliar tersebut, dana tersebut untuk pengadaan buku, penambahan lab, untuk membeli alat peraga, dengan menambahnya alat-alat fisik ini diharapkan bisa menambah mutu pendidikan. Selain hal tersebut pemerintah sendiri khususnya DPRD mengambil kebijakan supaya Dinas Pendidikan tidak lagi mengurusi pembangunan fisik seperti sekolah jadi sebatas mengurusi mutu pendidikan, selain itu tahun ini Pemerintah juga sudah menggodok Perda tentang Penyelenggaraan pendidikan dan tinggal
tunggu pengesahannya saja. Di dalam Perda ini akan dimuat semua tentang penyelenggaraan pendidikan.” (wawancara dilakukan pada tanggal 4 Mei 2011 pukul 13.30 WIB di Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan Cikokol).
Kutipan wawancara dengan Sekretaris Dinas Pendidikan mengenai mutu pendidikan:
”Masalah mutu pendidikan bisa dimulai dari kajian bahan ajar yang sesuia kurikulum dan kurikulum harus mengikuti zaman yang lebih penting ya dari tenaga pendidik yaitu guru. Guru harus sejahtera agar bisa berkonsentrasi mengajar, guru juga harus dibekali ilmu, bisa dengan Diklat, Seminar, Simposium, untuk memacu agar guru juga lebih berprestasi bisa, ada lomba guru berprestasi dari tingkat kecamatan, kemudian tingkat kabupaten sampai tingkat nasional. Kemudian ada sertifikasi guru, agar guru-guru mengalami peningktan kesejahteraan, ada tunjangan profesi.....terus dari segi sarana dan prasarana, kita menambah jumlah perpustakaan yang disesuaikan kebutuhan sekolah masing-masing, penambahan laboratorium, lab-lab seperti lab bahasa, terus alat-alat olahraga, ada juga penambahan bahan pelajaran, seperti pengadaan buku dan lain-lain. Semuanya dilakukan bertahap karena berkaitan dengan dana. Selain itu juga peningkatan dari segi tenaga kependidikan....seperti pengawas sekolah, staf, tata usaha sampai penjaga sekolah karena tenaga kependidikan ini juga sangat penting, kalau ga ada mereka sekolah pasti ga berjalan dengan baik kan,yang terakhir ya dana, dananya harus jelas untuk apa saja penggunaannya biar tepat sasaran, biar bisa mendanai untuk meningkatkan mutu pendidikan” (wawancara dilakukan pada tanggal 4 Mei 2011 pukul 13.30 WIB di Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan Cikokol).
Kesimpulan dari kutipan wawancara mengenai masalah mutu pendidikan
dapat disimpulkan bahwa peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan
pengembangan kurikulum berkelanjutan di semua jenjang dan jenis pendidikan
yang meliputi pengembangan kurikulum pendidikan dasar yang dapat
memberikan kemampuan dasar secara merata disertai dengan penguatan lokal,
mengembangkan keteladanan dalam pendidikan. Peningkatan dalam kesejahteraan
guru bisa dilakukan dengan pembinaan prrofesionalisme melalui berbagai
pelatihan dan studi lanjut selain itu juga menata sistem jenjang karier guru dan
tenaga kependidikan lainnya. Selain kurikulum dan mutu guru pengadaan dan
pendayagunaan sarana dan prasarana sangat penting seperti menjamin tersedianya
buku pelajaran, melengkapi kebutuhan ruang dan peralatan laboratorium, alat
peraga, bengkel kerja serta perpustakaan dan lain-lain, menyediakan dana untuk
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
Selain mutu pendidikan efisiensi pendidikan juga menjadi salah satu hal
yang harus diperhatikan yaitu bagaimana sistem pendidikan mendayagunakan
sumber daya yang ada untuk mancapai tujuan pendidikan. Jika penggunannya
hemat dan tepat sasaran maka efisiensi tinggi jika tidak tepat sasaran maka
sebaliknya. Beberapa masalah efisiensi pendidikan berkaitan dengan bagaimana
tenaga kependidikan difungsikan, bagaimana prasarana dan sarana difungsikan
dan bagaimana pendidikan diselenggarakan. Tenaga kependidikan harus dengan
tepat pengangkatan, penempatan dan pengembangan tenaganya, setiap guru
bidang studi harus sesuai dengan bidangnya, akan lebih baik jika guru bidang
studi tidak mengajar studi yang bukan keahliannya.
Prasarana dan sarana di setiap sekolah harus sesuai standar dan
difungsikan dengan optimal oleh pihak sekolah dengan baik sehingga menunjang
ilmu siswa agar bisa menjadi output (luaran) yang siap pakai. Pergantian
kurikulum harus diimbangi dengan persiapan prasarana dan sarana dari pihak
sekolah baik guru dan semua sarana penunjang pembelajaran seperti buku-buku
yang sesuai kurikulum harus sudah dipersiapkan serta memberikan pembelajaran
yang dapat dipahami oleh setiap siswa.
Relevansi pendidikan juga harus diperhatikan yaitu mencakup sejauh
mana sistem pendidikan menghasilkan output (luaran) yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan. Output pendidikan diharapkan dapat mengisi semua
sektor pembangunan baik dari sektor produksi, sektor jasa dan sektor lainnya.
Sistem pendidikan hampir tidak bisa menghasilkan output yang siap pakai
melainkan lebih banyak yang siap kembang. Jika sistem pendidikan manghasilkan
output yang dapat mengisi semua sektor pembangunan baik yang aktual maupun
yang potensial dengan memenuhi kriteria oleh lapangan kerja, maka relevansi
sangat penting perannya untuk membangun warga negara menjadi output yang
siap pakai dalam siap berperan dalam pembangunan. Pendidikan adalah segala
situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyahardjo, 2002:3).
Menurut Hamalik (2008:75), pendidikan merupakan suatu dimensi pembangunan.
Proses pendidikan terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan
diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan pembangunan di bidang ekonomi yang saling menunjang satu
dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional.
Relevansi pendidikan karena dipengaruhi oleh perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan seni yang semakin berkembang, oleh
karena itu pendidikan harus bisa menjawab tantangan dalam mencetak output
yang berkualitas dan siap pakai untuk kemajuan pembangunan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian mengenai Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten
Tangerang dalam Fungsi Pendidikan yaitu menunjukkan bahwa memang
Kabupaten Tangerang mengalami masalah pendidikan berupa kurangnya daya
tampung terhadap jumlah penduduk usia sekolah. Hal ini terjadi karena memang
semakin bertambahnya penduduk tiap tahunnya, hal ini menyebabkan terjadinya
pengkuotaan di Kota Tangerang terhadap Kabupaten Tangerang karena Kota
Tangerang memiliki jarak terdekat, pengkuotaan menyebabkan terbatasnya akses
yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam menggunakan fungsi pelayanan
pendidikan.
Daya tampung yang kurang di setiap jenjang pendidikan terjadi di
Kabupaten Tangerang dapat diatasi dengan penambahan ruang kelas yang ada di
setiap jenjang pendidikan yang ada ataupun membangun Unit Sekolah Baru
(USB) di setiap daerang secara berkesinambungan, karena memang setiap jenjang
pendidikan sangat memerlukan penambahan ruang kelas yang layak serta sarana
dan prasarana yang lengkap untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mutu
pendidikan sendiri ditingkatkan melalui peningkatkan kesejahteraan guru dan
tenaga pendidik baik dari segi profesionalisme maupun dari segi ekonomi agar
setiap guru dan tenaga pendidik dapat fokus untuk memberikan yang terbaik bagi
anak didik agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dalam
meningkatkan pembangunan.
Kebijakan yang dapat diambil oleh Pemerintah mengenai masalah daya
tampung adalah dengan cara mempersiapkan masyarakat untuk dapat
berpartisipasi dalam pembangunan dan secara konvensional Pemerintah
Kabupaten Tangerang dapat membangun gedung sekolah di Kecamatan yang
jumlah sekolahnya memiliki daya yang sangat kurang seperti Kecamatan Pasar
Kemis, Cikupa dan Kecamatan lainnya ataupun Kecamatan yang menerima siswa
yang melebihi daya tampung dengan persyaratan dan kajian serta kordinasi dari
pemerintah yang terkait baik dari DPRD, Dinas Pendidikan, Kecamatan,
Kelurahan dan Unit Pelaksana teknis (UPT) setempat. Selain membangun gedung
sekolah Pemerintah juga menetapkan kebijakan untuk menambah waktu
penyelenggaraan pendidikan yaitu pagi dan sore dan yang paling penting adalah
membangkitkan kemauan belajar masyarakat atau keluarga yang kurang mampu
agar mau menyekolahkan anaknya.
Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan pengembangan
kurikulum berkelanjutan di semua jenjang dan jenis pendidikan yang meliputi
pengembangan kurikulum pendidikan dasar yang dapat memberikan kemampuan
dasar secara merata disertai dengan penguatan lokal, mengembangkan
keteladanan dalam pendidikan. Peningkatan dalam kesejahteraan guru bisa
dilakukan dengan pembinaan prrofesionalisme melalui berbagai pelatihan dan
studi lanjut selain itu juga menata sistem jenjang karier guru dan tenaga
kependidikan lainnya. Selain kurikulum dan mutu guru pengadaan dan
pendayagunaan sarana dan prasarana sangat penting seperti menjamin tersedianya
buku pelajaran, melengkapi kebutuhan ruang dan peralatan laboratorium, alat
peraga, bengkel kerja serta perpustakaan dan lain-lain, menyediakan dana untuk
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
Selain mutu pendidikan efisiensi pendidikan juga menjadi salah satu hal
yang harus diperhatikan yaitu bagaimana sistem pendidikan mendayagunakan
sumber daya yang ada untuk mancapai tujuan pendidikan. Jika penggunannya
hemat dan tepat sasaran maka efisiensi tinggi jika tidak tepat sasaran maka
sebaliknya. Beberapa masalah efisiensi pendidikan berkaitan dengan bagaimana
tenaga kependidikan difungsikan, bagaimana prasarana dan sarana difungsikan
dan bagaimana pendidikan diselenggarakan. Tenaga kependidikan harus dengan
tepat pengangkatan, penempatan dan pengembangan tenaganya, setiap guru
bidang studi harus sesuai dengan bidangnya, akan lebih baik jika guru bidang
studi tidak mengajar studi yang bukan keahliannya.
Prasarana dan sarana di setiap sekolah harus sesuai standar dan
difungsikan dengan optimal oleh pihak sekolah dengan baik sehingga menunjang
ilmu siswa agar bisa menjadi output (luaran) yang siap pakai. Pergantian
kurikulum harus diimbangi dengan persiapan prasarana dan sarana dari pihak
sekolah baik guru dan semua sarana penunjang pembelajaran seperti buku-buku
yang sesuai kurikulum harus sudah dipersiapkan serta memberikan pembelajaran
yang dapat dipahami oleh setiap siswa.
Relevansi pendidikan juga harus diperhatikan yaitu mencakup sejauh
mana sistem pendidikan menghasilkan output (luaran) yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan. Output pendidikan diharapkan dapat mengisi semua
sektor pembangunan baik dari sektor produksi, sektor jasa dan sektor lainnya.
Sistem pendidikan hampir tidak bisa menghasilkan output yang siap pakai
melainkan lebih banyak yang siap kembang. Jika sistem pendidikan manghasilkan
output yang dapat mengisi semua sektor pembangunan baik yang aktual maupun
yang potensial dengan memenuhi kriteria oleh lapangan kerja, maka relevansi
sangat penting perannya untuk membangun warga negara menjadi output yang
siap pakai dalam siap berperan dalam pembangunan. Relevansi pendidikan karena
dipengaruhi oleh perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan
seni yang semakin berkembang, oleh karena itu pendidikan harus bisa menjawab
tantangan dalam mencetak output yang berkualitas dan siap pakai untuk kemajuan
pembangunan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang bisa diberikan adalah
tidak hanya dengan membangun gedung sekolah ataupun menambah ruang kelas
secara bertahap akan tetapi dana yang disediakan harus bisa menghasilkan mutu
pendidikan dan keluaran (sumber daya manusia) yang bermutu dan siap dalam
pembangunan dan kemajuan jaman. Pendidikan tidak hanya tanggung jawab
pemerintah akan tetapi tanggung jawab masyarakat pula yang harus ikut terlibat
untuk meningkatkan pendidikan agar siap terlibat dalam pembangunan dan
memajukan Kabupaten Tangerang secara khusus dan Indonesia secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan.
Jakarta: Graha Ilmu.
Budiharsono, Sugeng. 2007. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah
Pesisir dan Lautan. Jakarta: PT Pradnyaparamita.
Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Chaedar, Alwasilalah. 2002. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Data Pendidikan Tahun 2009, Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang.
Denzin, Norman dan Yvonno Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative
Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University.
Faisal, Sanapiah. 2003. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kuanti Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
DIA FISIP UI
Jayadinata, T. Yohara. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan
Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB.
Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tangerang.
Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan
Tesis. Jakarta : Penerbit Manajemen PPM.
Moleong, Lexy. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Posdakarya.
Mudyahardjo, Redja. 2002. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Nagi, Hessel. 2003. Evaluasi Kebijakan Publik Penjelasan, Analisis dan
Transformasi. Yogyakarta: Baliarun & Co.
Nawawi, H.Hadari. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Nugroho, Iwan dan Rokhmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah
(Perspektif ekonomi, sosial dan Lingkungan ). Jakarta : Penerbit
Pustaka LP3ES.
Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Robinson, Tarigan. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta :
Bumi Aksara.
Riyadi, Supriady 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Lainnya
http://disdik-tangerangkab.org:8080/sma.statistik.html?id=1.Diunduh pada
tanggal 30 juni 2010, pada pukul 15.00 WIB.
http://www.scribd.com/doc/7174670/APM-SD. Diunduh pada tanggal 30
juni 2010, pada pukul 15.00 WIB.
http://dispendiktangerang.wordpress.com/2009/05/25/bos-dan-sekolah-
gratis/. Diunduh pada tanggal 30 juni 2010, pada pukul 15.00 WIB.
http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/1917402-tujuan-nasional-
indonesia/. Diunduh pada tanggal 29 juni 2010, pada pukul 17.00
WIB
http://tangerangkab.dapodik.org/rekap.php?ref=siswa&data=&tipe=5.
diunduh pada 10 Maret 2010
http://nisn.jardiknas.org. Diunduh pada 29 juni 2010, pukul 17.00 WIB.
http://www.inherent dikti.net/files/sisdiknas.pdf. Diuduh pada tanggal 7
Januari 2011, pada pukul 08.00 WIB.
http://blog.unila.ac.id/young/metode-penelitian-kuantitatif. Diunduh pada
7 januari 2011, pukul 08.00 WIB.
http://dony.blog.uns.ac.id/2010/06/29/konsep-wilayah/. Diunduh pada 7
Januari 2001, pukul 08.00 WIB.
Tabel 6Penghitungan Settlement Function Analysis pada Jenjang TK dan RA
JUMLAH SELURUH SISWA JUMLAH KELAS JUMLAH SEKOLAHPENDUDUK TK & RA TK & RA KAPASITAS DAYA SELISIH TK & RA INDEKS
NO KECAMATAN USIA 4-6 JUMLAH JUMLAH KURSI TAMPUNG JUMLAH SUBFUNGSI FUNGSI TK RA TOTAL TK RA TOTAL TK RA TOTAL
1 Cisoka 4703 249 206 455 19 15 34 50 1700 3003 10 6 16 2.72108844 1.3605442 Cikupa 12807 961 1146 2107 59 66 125 50 6250 6557 19 27 46 7.82312925 3.9115653 Panongan 4584 730 466 1196 42 26 68 50 3400 1184 16 9 25 4.25170068 2.125854 Legok 5620 628 214 842 41 14 55 50 2750 2870 19 5 24 4.08163265 2.0408165 Pagedangan 5384 525 362 887 31 18 49 50 2450 2934 10 8 18 3.06122449 1.5306126 Pasar Kemis 12760 2817 962 3779 163 58 221 50 11050 1710 63 26 89 15.1360544 7.5680277 Kresek 4211 148 153 301 10 17 27 50 1350 2861 5 8 13 2.21088435 1.1054428 Kronjo 3814 149 76 225 8 4 12 50 600 3214 5 2 7 1.19047619 0.5952389 Mauk 5279 137 741 878 9 54 63 50 3150 2129 4 26 30 5.10204082 2.55102
10 Rajeg 7393 360 523 883 24 30 54 50 2700 4693 14 12 26 4.42176871 2.21088411 Sepatan 5095 371 104 475 25 6 31 50 1550 3545 9 2 11 1.8707483 0.93537412 Pakuhaji 6870 26 0 26 2 0 2 50 100 6770 1 0 1 0.17006803 0.08503413 Teluk Naga 8544 358 177 535 18 12 30 50 1500 7044 7 5 12 2.04081633 1.02040814 Kosambi 7261 824 293 1117 45 17 62 50 3100 4161 17 8 25 4.25170068 2.1258515 Jayanti 3888 253 158 411 11 13 24 50 1200 2688 5 7 12 2.04081633 1.02040816 Cisauk 3020 565 0 565 36 0 36 50 1800 1220 15 0 15 2.55102041 1.2755117 Kemeri 2861 50 0 50 3 0 3 50 150 2711 2 0 2 0.34013605 0.17006818 Sukadiri 3677 50 0 50 4 0 4 50 200 3477 3 0 3 0.51020408 0.25510219 Jambe 2616 82 77 159 5 5 10 50 500 2116 3 2 5 0.85034014 0.4251720 Balaraja 6843 608 654 1262 33 44 77 50 3850 2993 12 17 29 4.93197279 2.46598621 Tigaraksa 6607 565 467 1032 46 32 78 50 3900 2707 19 15 34 5.78231293 2.89115622 Curug 9350 1131 616 1747 70 37 107 50 5350 4000 26 16 42 7.14285714 3.57142923 Sukamulya 4035 111 53 164 5 3 8 50 400 3635 4 1 5 0.85034014 0.4251724 Kelapa Dua 9114 2947 428 3375 146 26 172 50 8600 514 48 9 57 9.69387755 4.84693925 Sindang Jaya 4678 394 113 507 25 10 35 50 1750 2928 8 6 14 2.38095238 1.19047626 Sepatan Timur 4893 13 0 13 1 0 1 50 50 4843 1 0 1 0.17006803 0.08503427 Solear 4491 540 187 727 38 11 49 50 2450 2041 18 6 24 4.08163265 2.04081628 Gunung Kaler 3554 0 0 0 0 0 0 50 0 3554 0 0 0 0 029 Mekar Baru 2537 82 0 82 4 0 4 50 200 2337 2 0 2 0.34013605 0.170068
JUMLAH 166489 15674 8176 23850 923 518 1441 72050 365 223 588
Sumber Data: Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010
Tabel 7Penghitungan Settlement Function Analysis pada jenjang SD dan MI
PEN JUMLAH SELURUH SISWA JUMLAH SEKOLAH DA RENCANA RENCANA JUMLAH
DUDUK SD/MI TTL YA SE SUB INDEKS PENE PENE RENCANA SISWA SISWA JUMLAH SE
NO KECAMATAN USIA JUMLAH SD MI SE TAM LISIH FUNG FUNGSI RIMAAN RIMAAN PENERI BARU BARU TOTAL LISIH
sekolah SD MI TOTAL KOLAH PUNG SI SD MI MAAN SD MI SISWA
1 Cisoka 8905 9492 1388 10880 30 8 38 4992 3913 3.3539 1.676964 669 163 832 1598 297 1895 3097
2 Cikupa 24250 21760 1043 22803 53 5 58 10806 13444 5.1192 2.559576 1761 40 1801 4051 194 4245 6561
3 Panongan 8680 11518 744 12262 32 6 38 480 8200 3.3539 1.676964 0 80 80 2197 157 2354 -1874
4 Legok 10638 10021 1951 11972 28 10 38 7230 3408 3.3539 1.676964 1005 200 1205 1851 399 2250 4980
5 Pagedangan 10194 7420 4024 11444 31 21 52 3558 6636 4.5896 2.294793 440 153 593 1493 879 2372 1186
6 Pasar Kemis 24161 24407 3215 27622 47 12 59 13362 10799 5.2074 2.603707 2167 60 2227 4405 586 4991 8371
7 Kresek 7972 7294 2024 9318 31 14 45 4062 3910 3.9718 1.985878 522 155 677 1338 390 1728 2334
8 Kronjo 7223 6772 509 7281 30 3 33 4692 2531 2.9126 1.456311 782 0 782 1154 158 1312 3380
9 Mauk 9996 8848 1431 10279 29 12 41 2454 7542 3.6187 1.809356 299 110 409 1575 276 1851 603
10 Rajeg 13999 15909 2241 18150 48 14 62 2562 11437 5.4722 2.736099 380 47 427 2857 467 3324 -762
11 Sepatan 9688 9416 1888 11304 20 7 27 9510 178 2.3831 1.191527 1205 380 1585 1772 317 2089 7421
12 Pakuhaji 13006 12946 1296 14242 35 11 46 540 12466 4.06 2.030009 0 90 90 2178 291 2469 -1929
13 Teluk Naga 16176 15686 2653 18339 41 14 55 8040 8136 4.8544 2.427184 939 401 1340 2558 608 3166 4874
14 Kosambi 13747 14834 1450 16284 38 10 48 9990 3757 4.2365 2.11827 1417 248 1665 2783 288 3071 6919
15 Jayanti 7360 6418 897 7315 20 7 27 3144 4216 2.3831 1.191527 424 100 524 1098 194 1292 1852
16 Cisauk 5718 6537 1648 8185 16 8 24 6552 -834 2.1183 1.059135 703 389 1092 1379 368 1747 4805
17 Kemeri 5416 5814 576 6390 16 5 21 1200 4216 1.8535 0.926743 60 140 200 910 177 1087 113
18 Sukadiri 6962 6151 901 7052 18 8 26 1572 5390 2.2948 1.147396 175 87 262 1016 229 1245 327
19 Jambe 4954 4901 698 5599 16 6 22 6384 -1430 1.9417 0.970874 915 149 1064 894 188 1082 5302
20 Balaraja 12959 13109 1453 14562 31 6 37 5778 7181 3.2657 1.632833 923 40 963 2387 273 2660 3118
21 Tigaraksa 12508 14040 1785 15825 43 9 52 4860 7648 4.5896 2.294793 535 275 810 2428 329 2757 2103
22 Curug 17701 13623 3266 16889 42 12 54 11646 6055 4.7661 2.383054 1323 618 1941 2704 636 3340 8306
23 Sukamulya 7641 6758 377 7135 20 3 23 4470 3171 2.03 1.015004 725 20 745 1232 78 1310 3160
24 Kelapa Dua 17164 18654 228 18882 51 2 53 4536 12628 4.6778 2.338923 716 40 756 3330 51 3381 1155
25 Sindang Jaya 8858 9518 440 9958 26 3 29 5748 3110 2.5596 1.279788 938 20 958 1825 96 1921 3827
26 Sepatan Timur 9265 8979 1473 10452 19 10 29 4302 4963 2.5596 1.279788 687 30 717 1671 359 2030 2272
27 Solear 8503 10471 432 10903 28 5 33 1212 7291 2.9126 1.456311 202 0 202 1921 102 2023 -811
28 Gunung Kaler 6730 5958 1337 7295 23 8 31 4188 2542 2.7361 1.368049 615 83 698 985 261 1246 2942
29 Mekar Baru 4805 5288 1601 6889 22 10 32 3090 1715 2.8244 1.41218 255 260 515 753 258 1011 2079
JUMLAH 315179 312542 42969 355511 884 249 1133 150960 20782 4378 56343 8906 65249
Sumber Data: Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010
Tabel 8Penghitungan Settlement Function Analysis pada Jenjang SMP dan MTS
JML JUMLAH SELURUH IN SISWA SISWA SISWA SISWA JUM REN REN JUMPEN TO SISWA SMP/MTS JUMLAH SEKOLAH SUB DEKS DA USIA USIA USIA USIA LAH CANA CANA LAH
NO KECAMATAN DUDUK TAL JUM JUM FUNG FUNG YA SELI <13 <13 >15 >15 TO PENE PENE TOUSIA PEN LAH SMP MTS LAH SI SI TAM SIH SMP MTS SMP MTS TAL RIMAAN RIMAAN TAL13-15 DUDUK SMP MTS TOTAL TOTAL PUNG SMP MTS
1 Cisoka 4270 5470 3578 1043 4621 12 5 17 4.038 2.019 6156 -686 867 279 49 5 1200 1672 320 20522 Cikupa 11690 14113 5755 2053 7808 13 8 21 4.9881 2.4941 7464 6649 1821 422 104 76 2423 2212 380 24883 Panongan 4171 5225 3380 767 4147 11 4 15 3.5629 1.7815 5409 -184 796 74 145 39 1054 1311 276 18034 Legok 5109 6270 3446 1325 4771 8 5 13 3.0879 1.5439 6816 -546 665 197 192 107 1161 1372 492 22725 Pagedangan 4904 6003 2026 2407 4433 7 7 14 3.3254 1.6627 5709 294 407 488 74 130 1099 1161 900 19036 Pasar Kemis 11657 14399 6939 2263 9202 20 9 29 6.8884 3.4442 12882 1517 2151 365 117 109 2742 3214 742 42947 Kresek 3835 5057 1867 2923 4790 7 16 23 5.4632 2.7316 4176 881 398 570 98 156 1222 783 1080 13928 Kronjo 3481 4362 1442 1649 3091 5 7 12 2.8504 1.4252 1206 3156 263 278 276 64 881 221 609 4029 Mauk 25811 26750 2939 778 3717 5 4 9 2.1378 1.0689 8241 18509 452 147 274 66 939 1356 181 274710 Rajeg 6736 8559 3496 3532 7028 7 16 23 5.4632 2.7316 7368 1191 864 783 112 64 1823 1550 1391 245611 Sepatan 4631 6786 4964 2485 7449 8 6 14 3.3254 1.6627 6303 483 1206 639 256 54 2155 1761 906 210112 Pakuhaji 6248 7266 3914 822 4736 7 4 11 2.6128 1.3064 8085 -819 467 164 299 88 1018 1689 340 269513 Teluk Naga 7777 9698 4715 2572 7287 12 8 20 4.7506 2.3753 6633 3065 1092 399 241 189 1921 2091 1006 221114 Kosambi 6614 7903 4702 270 4972 13 2 15 3.5629 1.7815 7959 -56 1066 27 181 15 1289 2076 120 265315 Jayanti 3540 4365 2448 1453 3901 7 7 14 3.3254 1.6627 4350 15 443 239 61 82 825 1110 577 145016 Cisauk 2745 3291 1813 782 2595 5 3 8 1.9002 0.9501 4758 -1467 209 148 163 26 546 1368 340 158617 Kemeri 2604 3274 2373 586 2959 7 3 10 2.3753 1.1876 4809 -1535 270 65 266 69 670 1063 218 160318 Sukadiri 3373 4257 1946 1223 3169 8 5 13 3.0879 1.5439 3363 894 438 285 103 58 884 770 540 112119 Jambe 2380 2867 1632 954 2586 5 5 10 2.3753 1.1876 3741 -874 231 150 75 31 487 720 351 124720 Balaraja 6233 8195 4446 1601 6047 9 4 13 3.0879 1.5439 6357 1838 293 263 1256 150 1962 1466 527 211921 Tigaraksa 6011 7798 5456 1254 6710 15 6 21 4.9881 2.4941 9882 -2084 1428 227 100 32 1787 2230 653 329422 Curug 8510 9999 3872 2967 6839 12 10 22 5.2257 2.6128 7032 2967 749 531 142 67 1489 1770 1064 234423 Sukamulya 3679 4230 942 1751 2693 4 5 9 2.1378 1.0689 2019 2211 219 253 46 33 551 508 574 67324 Kelapa Dua 8334 9527 5062 407 5469 16 2 18 4.2755 2.1378 6969 2558 915 70 188 20 1193 2163 165 232325 Sindang Jaya 4260 4752 1587 423 2010 5 1 6 1.4252 0.7126 2463 2289 362 58 46 26 492 621 160 82126 Sepatan Timur 4457 5096 2333 331 2664 5 3 8 1.9002 0.9501 3663 1433 437 46 109 47 639 971 200 122127 Solear 4087 5140 2740 647 3387 9 4 13 3.0879 1.5439 5850 -710 945 58 50 0 1053 1550 250 195028 Gunung Kaler 3238 3879 1652 776 2428 7 4 11 2.6128 1.3064 3621 258 278 224 109 30 641 752 400 120729 Mekar Baru 2311 2837 1209 1034 2243 3 6 9 2.1378 1.0689 2298 539 168 304 34 20 526 766 455 766
JUMLAH 172696 92674 41078 133752 252 169 421 100 50 165582 41786 19900 7753 5166 1853 40297 15217
Sumber Data: Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010
Tabel 9Penghitungan Settlement Function Analysis pada Jenjang SMA, MA dan SMK
JUMLAH SELURUH SISWA JUMLAH SEKOLAH JUM JUM DA REN REN REN JUMKECA PEN SMA/MA/MK SMA/MA/MK JUM JUM JUM JUM LAH LAH YA SE SUB IN CANA CANA CANA LAH
NO MATAN DUDUK JML JUM JUM LAH LAH LAH LAH TOTAL TOTAL TAM LI FUNG DEKS PENE PENE PENE TOUSIA TTL LAH LAH KE TO KE TO SEKO KE PUNG SIH SI FUNG RIMAAN RIMAAN RIMAAN TAL16-18 SMA MA SMK SMA KLS TTL MA LAS TAL SMK LAS TAL LAH LAS SI SMA MA SMK
1 Cisoka 4328 947 455 1199 2601 3 2 6 5 2 10 2 2 4 10 20 4017 311 4.292 1.4306152 394 295 650 13392 Cikupa 11786 1418 0 3414 4832 6 2 12 0 2 0 7 1 7 13 19 5826 5960 5.579 1.8597997 840 0 1102 19423 Panongan 4218 402 0 2497 2899 4 2 8 0 2 0 3 3 9 7 17 3630 588 3.004 1.0014306 210 0 1000 12104 Legok 5171 1275 16 2605 3896 3 2 6 1 2 2 3 1 3 7 11 4275 896 3.004 1.0014306 477 16 932 14255 Pagedangan 4954 375 406 237 1018 2 2 4 3 2 6 1 2 2 6 12 1707 3247 2.575 0.8583691 220 149 200 5696 Pasar Kemis 11744 1357 368 1072 2797 7 2 14 3 2 6 6 1 6 16 26 3519 8225 6.867 2.2889843 518 163 492 11737 Kresek 3875 1384 955 386 2725 3 2 6 7 2 14 2 1 2 12 22 3567 308 5.15 1.7167382 520 479 190 11898 Kronjo 3511 684 393 0 1077 1 2 2 2 2 4 0 0 0 3 6 1203 2308 1.288 0.4291845 241 160 0 4019 Mauk 4859 1526 0 472 1998 3 2 6 0 2 0 1 2 2 4 8 1188 3671 1.717 0.5722461 396 0 0 396
10 Rajeg 6804 978 9 461 1448 5 2 10 1 2 2 1 1 1 7 13 2265 4539 3.004 1.0014306 515 0 240 75511 Sepatan 4690 2304 1592 3426 7322 5 2 10 5 2 10 4 3 12 14 32 9843 -5153 6.009 2.0028612 918 633 1730 328112 Pakuhaji 6320 912 184 0 1096 3 2 6 2 2 4 0 0 0 5 10 1293 5027 2.146 0.7153076 361 70 0 43113 Teluk Naga 7863 1184 532 1087 2803 3 2 6 2 2 4 5 1 5 10 15 3063 4800 4.292 1.4306152 500 222 299 102114 Kosambi 6682 1070 59 640 1769 2 2 4 1 2 2 2 1 2 5 8 2784 3898 2.146 0.7153076 490 40 398 92815 Jayanti 3578 2524 1039 680 4243 6 2 12 7 2 14 2 1 2 15 28 5898 -2320 6.438 2.1459227 1170 486 310 196616 Cisauk 2779 717 0 190 907 3 2 6 0 2 0 1 1 1 4 7 1197 1582 1.717 0.5722461 319 0 80 39917 Kemeri 2633 875 142 115 1132 3 2 6 1 2 2 1 1 1 5 9 1251 1382 2.146 0.7153076 327 90 0 41718 Sukadiri 3410 980 554 360 1894 5 2 10 2 2 4 1 3 3 8 17 3081 329 3.433 1.1444921 467 200 360 102719 Jambe 2407 260 0 640 900 1 2 2 0 2 0 2 3 6 3 8 1410 997 1.288 0.4291845 120 0 350 47020 Balaraja 6299 3395 496 4883 8774 7 2 14 1 2 2 6 1 6 14 22 9594 -3295 6.009 2.0028612 1578 200 1420 319821 Tigaraksa 6079 1710 605 2516 4831 5 2 10 3 2 6 8 3 24 16 40 6474 -395 6.867 2.2889843 807 335 1016 215822 Curug 8604 1821 94 1976 3891 6 2 12 1 2 2 4 1 4 11 18 4398 4206 4.721 1.5736767 622 40 804 146623 Sukamulya 3713 0 91 329 420 0 2 0 1 2 2 2 1 2 3 4 819 2894 1.288 0.4291845 0 40 233 27324 Kelapa Dua 8117 1241 41 1321 2603 5 2 10 1 2 2 6 3 18 12 30 4182 3935 5.15 1.7167382 540 15 839 139425 Sindang Jaya 4306 1116 0 0 1116 3 2 6 0 2 0 0 0 0 3 6 1335 2971 1.288 0.4291845 445 0 0 44526 Sepatan Timur 4504 210 62 0 272 1 2 2 2 2 4 0 0 0 3 6 570 3934 1.288 0.4291845 100 90 0 19027 Solear 4133 253 87 164 504 2 2 4 2 2 4 1 2 2 5 10 1557 2576 2.146 0.7153076 299 100 120 51928 Gunung Kaler 3270 449 0 509 958 3 2 6 0 2 0 3 2 6 6 12 1425 1845 2.575 0.8583691 175 0 300 47529 Mekar Baru 2335 98 164 458 720 1 2 2 1 2 2 4 1 4 6 8 915 1420 2.575 0.8583691 0 80 225 305
JUMLAH 152972 31465 8344 31637 71446 101 54 78 233 13569 3903 13290
Sumber Data: Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010