Upload
lebao
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 33
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA DENGAN MOTIVASI KERJA DAN
KEMAMPUAN KERJA GURU
(Studi Kasus di SMA Negeri 10 Kota Bekasi)
Wakhyudin1
1Dosen Tetap STIE PBM Jakarta
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji pengaruh variabel motivasi kerja dan kemampuan kerja
terhadap kinerja guru. Penelitian dilaksanakan pada Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Kota
Bekasi. Dalam pelaksanaannya, penelitian membutuhkan waktu sekitar 6 bulan yakni mulai
Juli 2015 sampai Desember 2015. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survai
dengan cara mengumpulkan informasi dari responden dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuesioner) yang terstruktur dan terpola sesuai dengan kebutuhan serta mengacu
pada judul penelitian. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel motivasi
kerja (X1) dan kemampuan kerja (X2) sebagai variabel bebas dan variabel kinerja (Y)
sebagai variabel tak bebas/terikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel motivasi kerja dan kemampuan kerja terhadap kinerja guru SMA Negeri
10 Kota Bekasi, baik secara bersama maupun secara sendiri-sendiri. Oleh karena itu, analisis
statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausalitas atau hubungan pengaruh.
Teknik analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM) yang
dioperasikan melalui program Smart-PLS versi 3.30. Untuk menguji pengaruh motivasi
kerja dan kemampuan kerja secara sendiri-sendiri digunakan uji t. Sedangkan untuk menguji
pengaruh motivasi kerja dan kemampuan kerja secara bersama-sama digunakan uji F (Uji
Simultan).
Hasil analisis statistik terhadap data yang terkumpul memberikan hasil bahwa variabel
motivasi kerja dan kemampuan kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja guru SMA Negeri
10 Kota Bekasi, baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri. Berdasarkan Path
Coefficients diperoleh kesimpulan bahwa : 1) terdapat hubungan antara motivasi kerja
dengan kinerja guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi dengan nilai t hitung sebesar 7.714 ≥
1,96, dan P value 0,000 ≤ 0,05. 2) terdapat hubungan antara kemampuan kerja dengan
kinerja guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi dengan nilai t hitung sebesar 7,064 ≥ 1,96 dan P
value 0,000 ≤ 0,05 dan 3) terdapat hubungan antara motivasi kerja dan kemampuan kerja
secara bersama-sama dengan kinerja guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi dengan F hitung
sebesar 108 ≥ F tabel 3,16.
Manajemen SMA Negeri 10 Kota Bekasi, disarankan lebih memotivasi para guru,
salah satunya adalah memberikan rasa aman dalam bekerja dengan mengkondisikan suasana
kerja menjadi nyaman dan aman untuk para guru SMA Negeri 10 Kota Bekasi, baru
kemudian meningkatkan kemampuan kerja para guru dengan meningkatkan kemampuan
fisik, diantaranya memberikan pengalaman dan jam terbang yang lebih kepada para guru
SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Kata kunci : Motivasi Kerja, Kemampuan Kerja dan Kinerja.
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 34
Latar Belakang Penelitian.
Semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur negara dengan tuntutan
untuk mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan
keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara dan
pembangunan, dengan mempraktekkan prinsip-prinsip good governance (Pemerintah yang
baik). Selain itu, masyarakat menuntut agar pemerintah memberikan perhatian yang
sungguh-sungguh dalam menanggulangi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), sehingga
tercipta pemerintahan yang bersih dan mampu menyediakan public goods dan services
sebagaimana yang diharapkan masyarakat.
Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan
meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat, disamping adanya pengaruh globalisasi.
Untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka perlu pembangunan
sumber daya manusia yang dalam hal ini aparatur negara.
Dalam suatu organisasi, manusia merupakan sumber daya yang sangat penting
peranannya. Manusia merupakan elemen yang selalu ada di dalam setiap organisasi. Setiap
organisasi tergantung kepada manusia. Cepat atau lambat setiap hubungan, setiap masalah
dan setiap keputusan mencakup pula unsur manusia (Sarwoto, 1988 ; 68).
Dalam konsep atau teori maupun dalam hasil-hasil kajian tampaknya semuanya baik
dan lancar, namun dalam praktek yang namanya pelayanan prima ternyata tidak semudah
atau seideal yang ada dalam teori. Apalagi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
pengguna dalam hal ini orang tua murid yang sangat beragam kepentingannya dalam
berbagai hal perilaku kehidupan termasuk segi intelektualnya, maka dalam memberikan
pelayanan untuk memenuhi semua harapan masyarakat pengguna jasa ini yang dilaksanakan
SMA Negeri 10 Bekasi dirasakan belum memuaskan semua pihak. Bahkan masyarakat
pengguna masih ada yang menganggap birokrasi kurang tanggap, berbelit- belit, untuk
menyelesaikan suatu masalah memerlukan waktu yang lama. Sebaliknya pihak sekolah
menganggap telah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat pengguna dan harapan
kiranya semua unsur masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan yang diberikan pihak
sekolah dengan sebaik-baiknya. Namun demikian keluhan masyarakat pengguna, bukan
tidak beralasan dan bukan tidak ada bukti. Berbagai kajian, bahkan dalam kehidupan sehari-
hari dapat diamati, kualitas pelayanan di sekolah SMA Negeri 10 Bekasi memang masih ada
yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan.
Untuk menciptakan pegawai dan guru SMA Negeri 10 Bekasi yang efesien, efektif,
bersih, kuat dan berwibawa serta mampu melaksanakan tugas dengan baik maka perlu
ditingkatkan kemampuan, kesejahteraan dan sistem kerja serta perlu penyediaan sarana dan
prasarana. Pembinaan, penyempurnaan dan pemberdayaan guru juga perlu menjadi perhatian
pimpinan dalam hal ini kepala sekolah SMA Negeri 10 Bekasi.
Berdasarkan permasalahan di atas telah mendorong penulis untuk melakukan
penelitian tentang kinerja guru pada SMA 10 Negeri Bekasi, yang sehari-harinya selalu
berhubungan langsung dengan anak didik, masyarakat pengguna dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawab selaku pendidik, pelaksana pembangunan dan pembina kemasyarakatan.
Meskipun pimpinan atau kepala sekolah telah melakukan upaya peningkatan kualitas
pelayanan namun masih ada komplain masyarakat pengguna disebabkan rendahnya motivasi
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 35
dan kurangnya kemampuan kerja guru, baik secara individual maupun kelompok. Hal itu
penulis menduga motivasi dan kemampuan kerja memiliki hubungan positif dan signifikan
dengan kinerja guru pada SMA Negeri 10 Bekasi.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang, indentifikasi masalah dan pembatasan masalah, dapat
dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1) Apakah terdapat hubungan antara Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru pada SMA
Negeri 10 Bekasi?
2) Apakah terdapat hubungan antara Kemampuan Kerja dengan Kinerja Guru pada SMA
Negeri 10 Bekasi?
3) Apakah terdapat hubungan antara Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja secara
bersama-sama (simultan) dengan Kinerja Guru pada SMA Negeri 10 Bekasi?
Kajian Teori.
Kinerja (Performance).
Kinerja sebenarnya merupakan alih bahasa performance, yang menurut Webster
Dictionary memiliki arti tugas, dikutip oleh Ruky, (2001 : 14) sebagai berikut: 1) adalah
“prestasi” yang digunakan dalam konteks atau kalimat misalnya tentang “mobil yang sangat
cepat” (high performance car); 2) adalah “pertunjukan” yang biasanya digunakan dalam
kalimat “folk dance performance” atau pertunjukan tari-tarian rakyat.
Maryoto dalam Narmodo (2000 : 2) kinerja adalah hasil kerja selama periode tertentu
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misal standar, target atau kinerja yang telah
disepakati bersama.
Gibson (2000 : 70) kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku. Kinerja individu
merupakan dasar dari kinerja organisasi.
Sedangkan menurut Dessler (2001 : 536) penilaian kinerja mempunyai peranan
penting dalam peningkatan motivasi kerja. Masih menurut Dessler ada lima (5) faktor dalam
penilaian kinerja, yaitu : 1) Kualitas pekerjaan meliputi; akuisi ketelitian, penampilann
penerimaan keluaran; 2) Kuantitas pekerjaan meliputi; volume keluaran dan distribusi; 3)
Supervisi yang diperlukan meliputi; membutuhkan saran, arahan atau perbaikan; 4)
Kehadiran meliputi; regularitas, dapat dipercaya/diandalkan dan ketepatan waktu; 5)
Konservasi meliputi; pencegahan, pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan.
Menurut Klingner dan Nalbandian, hal 197 dalam Gomes (2003 : 167) terdapat faktor-
faktor determinan kinerja karyawan, yaitu : 1) Kemampuan pekerja untuk bekerja, 2)
Motivasi pekerja untuk bekerja, 3) Kesempatan untuk berkarya, 4) Kejelasan sasaran/tujuan
Mangkunegara (2001 : 67) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Hariandja (2002 : 195) Kinerja atau unjuk kerja merupakan hasil kerja yang
dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan peranannya
dalam organisasi. Kinerja atau unjuk kerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus
dilakukan organisasi untuk meningkatkannya.
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 36
Mangkunegara (2001 : 67) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Smith sebagaimana dikutip Sedarmayati (2001 : 50) “Performance is output
drive from processes human or otherwise.” Definisi ini membatasi pengertian kerja
sebagai hasil atau keluaran dari suatu proses manusia atau lainnya.
Menurut Hariandja (2001 : 195) Kinerja atau unjuk kerja merupakan hasil kerja yang
dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan peranannya
dalam organisasi. Kinerja atau unjuk kerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus
dilakukan organisasi untuk meningkatkannya.
Penilaian kinerja dilakukan terhadap karyawan sejak diterima bekerja. Penilaian
menurut Sikula adalah "...the procces a estimating or judging the values, excellence,
qualities or status of some object, person, or thing" yang artinya proses untuk menaksir atau
menentukan nilai-nilai, keunggulan, kualitas atau status dari beberapa objek, orang, atau
benda" (Triton: 2005: 94).
Menurut Hasibuan (2002:87) pengertian penilaian prestasi adalah kegiatan manajer
untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan
selanjutnya, dan penilaian prestasi kerja adalah menilai hasil kerja nyata dengan standar
kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan oleh setiap karyawan.
Hasibuan, (2002:87) disertakannya performance appraisal dan penjelasan perilaku
yang mencakup aspek menyeluruh dari kesetiaan, kejujuran, kemampuan, kerjasama,
loyalitas, dedikasi, dan paitisipasi karyawan, maka penilaian prestasi kerja yang
dimaksudkan oleh Hasibuan di atas dapat disamakan maknanya dengan penilaian kinerja.
Bemardin dan Russel (Triton: 2005: 96) mendefenisikan penilaian kinerja sebagai "...a
way of measuring the contributions of individuals to their organization..", atau suatu cara
untuk mengukur berbagai kontribusi yang diberikan oleh setiap individu bagi organisasinya.
Kinerja (performance) sendiri oleh Bemardin dan Russel (Triton, 2005:94)
didefinisikan sebagai "..the record of outcomes produced on a specified job function or
activity during a specify field time periods" (riwayat pekerjaan pada penciptaan hasil pada
sebuah fungsi kerja yang khusus atau aktivitas selama sebuah spesifikasi periode waktu).
Berdasarkan seluruh uraian beberapa definisi di atas, maka penulis mendefinisikan
penilaiaji kinerja sebagai kegiatan evaluasi terhadap kesetiaan, kejujuran, Kemampuan,
kerjasama, loyalitas, dedikasi, dan partisipasi sebagai kontribusi keseluruhan yang diberikan
oleh setiap individu bagi organisasinya.
Hakikat Motivasi Kerja.
Istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan bahasa latin, yakni Movere, yang
berarti „menggerakkan” (to move). Ada berbagai macam rumusan untuk istilah motivasi,
seperti yang disampaikan oleh Mitchell dan Winardi (2001:1) yaitu “….motivasi mewakili
proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya
presentasi kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke-arah tujuan tertentu”.
Sedangkan kata dasar motivasi (motivation) adalah motif (motive) yang berarti
dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Oleh karena itu motivasi dapat
berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu
perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara sadar.
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 37
Dari pengertian tersebut, berarti semua teori motivasi bertolak dari prinsip utama
bahwa manusia hanya melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan.
Prinsip motivasi tersebut tidak menutup kondisi bahwa dalam keadaan terpaksa seseorang
mungkin saja melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Dalam kenyataannya kegiatan yang
didorong oleh sesuatu yang tidak disukai berupa kegiatan yang terpaksa dilakukan,
cenderung berlangsung tidak efektif dan efisien.
Menurut Nawawi (2000:351) prinsip utama motivasi dari segi psikologis, bagi
manajemen adalah menciptakan kondisi yang mampu mendorong setiap pekerja agar
melaksanakan tugas – tugasnya dengan rasa senang dan puas.
Motivasi merupakan akibat dari interaksi individu dan situasi. Jelas, individu-individu
memiliki dorongan motivasi dasar yang berbeda. Jadi dengan menganalisis konsep motivasi,
hendaknya diingat bahwa tingkat motivasi itu berbeda, baik antar individu maupun di dalam
diri individu pada waktu-waktu yang berlainan.
Motivasi adalah proses menimbulkan dan meneruskan perilaku mengarah sasaran.
(Motivation the process of arousing and sustaining goal directed behavior). Menurut
Robbins yang dikutip Buyung A. Syafei (2007:53) "Motivation is the willingness to do
something, conditioned by this action's ability to satisfy some need for the individual.
Motivasi adalah kemauan untuk melakukan sesuatu yang dikondisikan oleh kemampuan
tindakan untuk memuaskan beberapa kebutuhan individual.
Menurut Wursanto (2002 : 302) semua tingkah laku manusia pada dasarnya
mempunyai motivasi tertentu. Motivasi merupakan penggerak, alasan, dorongan yang ada
didalam diri manusia yang menyebabkan orang itu berbuat sesuatu. Oleh karena itu motivasi
memberi tujuan dan arah pada pribadi seseorang.
Menurut Ishak Arep dan Hendri Tanjung (2003 : 217) motivasi sebagai sesuatu pokok,
yang menjadi dorongan bagi seseorang untuk bekerja.
Menurut Hasibuan (2005 : 92) pimpinan harus memotivasi bawahannya, karena
pimpinan membagi-bagikan pekerjaannya kepada para bawahan untuk dikerjakan dengan
baik. Adanya bawahan yang mampu untuk mengerjakan pekerjaannya namun ia malas atau
kurang bergairah mengerjakannya. Untuk memelihara dan meningkatkan kegairahan kerja
bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Untuk memberikan penghargaan dan
kepuasan kerja kepada bawahannya.
Dalam memotivasi pegawainya, seorang pimpinan harus menyadari bahwa orang akan
bekerja keras dengan harapan ia akan dapat memenuhi kebutuhan (needs) dan keinginan-
keinginanya (wants) dari hasil pekerjaannya.
Dari pengertian motivasi tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi
adalah kondisi di dalam dan dari luar diri seseorang yang mendorong dan mempengaruhi
perilakunya dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi dapat datang dari dalam dan dari luar
diri seseorang, meskipun tidak semua motivasi dapat dijalankan. Motivasi seorang pegawai
dalam melakukan pekerjaan, adalah dengan memenuhi apa yang orang butuhkan.
Hakikat Kemampuan Kerja.
Kemampuan atau kecakapan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
untuk melakukan pekerjaan. Kemampuan individu dapat diperoleh melalui pendidikan,
latihan, bakat maupun proses lainnya.
Pengertian mampu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 707) adalah
kesanggupan atau kecakapan. Kemampuan berarti seseorang memiliki kecakapan atau
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 38
kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya untuk
meningkatkan produktivitas kerja.
Kemampuan (abilities) seseorang akan turut serta menentukan perilaku dan hasilnya.
Yang dimaksud dengan kemampuan atau abilities ialah bakat yang melekat pada seseorang
untuk melakukan sesuatu kegiatan secara phisik atau mental yang ia peroleh sejak lahir,
belajar, dan dari pengalaman (Soehardi, 2003:24). Sedangkan menurut Robbins (2003:52)
kemampuan adalah kapasitas individu untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan
tertentu.
Menurut Robert Kreitner (2005:185) yang dimaksud dengan kemampuan adalah
karakteristik stabil yang berkaitan dengan kemampuan maksimum phisik dan mental
seseorang.
Menurut Stepen P. Robbins (2006:46) kemampuan (ability) adalah suatu kapasitas
individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan
seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan
intelektual dan kemampuan phisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Kemampuan phisik adalah kemampuan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan,
kekuatan dan keterampilan serupa.
Soelaiman (2007:112) kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang
memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental
ataupun fisik. Pegawai dalam suatu organisasi, meskipun dimotivasi dengan baik, tetapi
tidak semua memiliki kemampuan atau keterampilan untuk bekerja dengan baik.
Kemampuan dan keterampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan kinerja
individu. Keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang di miliki
dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat.
Menurut Kreitner (2005:185) yang dimaksud dengan kemampuan adalah karakteristik
stabil yang berkaitan dengan kemampuan maksimum phisik dan mental seseorang. Gibson
et. al. (1999:15) memberikan batasan kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau
dipelajari yang memungkinkan seseorang menyelesaikan pekerjaannya. Kemampuan dan
keterampilan memainkan peranan utama dalam prilaku dan prestasi individu. Kemampuan
itu sendiri terdiri dari kemampuan bersifat mental atau pisik.
Menurut Robbins (2003 : 46) kemampuan (ability) adalah suatu kapasitas individu
untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan seorang
individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual
dan kemampuan fisik.
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan
kegiatan mental dan kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang menurut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan
serupa.
Selanjutnya menurut Kreitner (2005 : 187-188), kecerdasan merupakan suatu
kapasitas dalam individu dalam membangun cara berpikir, melakukan penalaran dan
memecahkan persoalan dan terdapat tujuh kemampuan mental yang penting yang melandasi
prestasi yaitu adalah : a) Kemampuan verbal (kemampuan untuk memahami arti kata-kata
dan mengerti apa yang dibaca), b) Kefasihan kata (kemampuan untuk menghasilkan kata-
kata khusus yang memenuhi persyaratan simbolis atau struktural khusus), c) Numerik
(kemampuan untuk membuat perhitungan aritmatika dengan cepat dan akurat seperti
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 39
penambahan dan pengurangan), d) Ruang (mampu untuk merasakan pola ruang dan
memvisualisasikan bagaimana bentuk-bentuk geometris akan terlihat jelas ditransformasikan
dalam bentuk atau posisi), e) Memori (memiliki memori yang baik untuk kata berpasangan,
lambang, daftar angka, item-item lain yang terkait), f) Penalaran induktif (kemampuan untuk
melakukan penalaran dari hal yang khusus menuju kesimpulan umum).
Menurut Terry dalam Winardi (2001:141) kemampuan pegawai di dalam
melaksanakan pekerjaan dapat dilihat dari adanya keahlian, kecakapan, dan kesanggupan
dalam manajemen organisasi. Lebih lanjut kemampuan kerja pegawai ditunjukkan adanya
keahlian dalam bidang : a) Konsep, meliputi kemampuan mendapatkan, menganalisa dan
menginterprestasikan informasi yang dibutuhkan, b) Human relation merupakan kemampuan
untuk mengerti orang lain dan berinteraksi dengan mereka, c) Administrasi, meliputi semua
kemampuan merencanakan, mengorganisasi, dan mengawasi hasil kerja, d) Teknik, meliputi
kemampuan menggunakan pengetahuan alat dan teknik dalam bidang pekerjaan.
Pengertian kemampuan yang diberikan Hersey dan Blanchard (2006 : 137) yaitu:
”Kemampuan merupakan salah satu unsur dari kematangan, dikaitkan dengan pengetahuan
dan keterampilan yang didapat dari pendidikan, pelatihan dan pengalaman”. Menurut Hersey
dan Blanchard pada dasarnya paling tidak terdapat tiga bidang kemampuan yang diperlukan
untuk melaksanakan proses manajemen seperti yang dikemukakan sebagai berikut : a)
Kemampuan teknis (technical skill), Kemampuan menggunakan pengetahuan, metode,
teknik, dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu yang diperoleh dari
pengalaman, pendidikan dan training, b) Kemampuan sosial (Social/human skill),
Kemampuan dalam bekerja dengan melalui orang lain, yang mencakup pemahaman tentang
motivasi dan penerapan kepemimpinan yang efektif, c) Kemampuan Konseptual
(Conceptual skill), Kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi dan penyesuaian
bidang gerak unit kerja masing-masing ke dalam bidang operasi organisasi. Kemampuan ini
memungkinkan seseorang bertindak selaras dengan tujuan dan kebutuhan kelompok sendiri.
Robbins (2003:16) menjelaskan bahwa Kemampuan merujuk kepada kapasitas
individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan
seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor : kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik.
Menurut Syamsi (1999 : 44), kemampuan kerja adalah ”kesanggupan untuk
melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai yang bersangkutan”. Untuk itu
berhasil tidaknya pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai tersebut tergantung dari
kesanggupannya dalam melaksanakan pekerjaan. Kemampuan kerja menurut Moenir (2001 :
44) adalah ”suatu keadaan seseorang yang secara penuh kesungguhan, berdaya guna dan
berhasil guna melaksanakan pekerjaan sehingga menghasilkan suatu hasil yang optimal”.
Dalam kemampuan kerja terdapat unsur kecakapan dan unsur fisik. Pendapat yang
dikemukakan Moenir tersebut menjelaskan bahwa dalam melaksanakan suatu pekerjaan
membutuhkan adanya personil atau pegawai yang dapat memadukan unsur kecakapan dan
unsur fisik dalam menyelesaikan pekerjaan.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesis kemampuan kerja adalah bakat
yang melekat pada diri seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan baik secara mental
atau fisik yang ia peroleh sejak lahir, dipelajari dan dari pengalamannya.
Hipotesis Penelitian.
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 40
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir sebagai titik tolak dalam melakukan
penelitian ini, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja guru
SMA Negeri 10 Bekasi.
2) Terdapat hubungan positif dan sigifikan antara kemampuan kerja dengan kinerja guru
SMA Negeri 10 Bekasi.
3) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja dan kemampuan kerja
secara bersama-sama dengan kinerja guru SMA Negeri 10 Bekasi.
Tujuan Penelitian.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui apakah terdapat ;
1) Hubungan positif dan signifika antara motivasi kerja dengan kinerja guru SMA Negeri
10 Bekasi.
2) Hubungan positif dan sigifikan antara kemampuan kerja dengan kinerja guru SMA
Negeri 10 Bekasi.
3) Hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja dan kemampuan kerja secara
bersama-sama dengan kinerja guru SMA Negeri 10 Bekasi.
Metode Penelitian.
Metode yang digunakan adalah metode survey yaitu metode penelitian yang
menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data. Hal-hal
esensial yang harus diperhatikan dalam survey adalah penulisan kuesioner, penentuan daftar
pertanyaan, serta format rancangan kuesioner. Hal ini sesuai pendapat Sugiyono (2008:21)
bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini, data yang sudah dikumpulkan akan dianalisis
terlebih dahulu dengan pendekatan statistik deskriptif-kualitatif dengan bantuan program
SPSS versi 18.0.
Analisis hubungan kausalitas diperlukan dalam penelitian ini untuk menyelidiki
hubungan variabel-variabel endogen dengan variabel-variabel exogen, sehingga hipotesis
dapat teruji secara empirik melalui teknik statistik. Analisis kuantitatif-inferensial
menggunakan pendekatan analisis model Structural Equation Modeling (SEM) dengan
bantuan program komputer Partial Least Square (PLS) versi 3.30.
Penelitian ini didesain untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu
motivasi kerja (X1) dan kemampuan kerja (X2) dengan variabel terikatnya yaitu kinerja (Y).
Dengan demikian alur pikir/paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
H1
H3
H2
Kinerja Y
Motivasi Kerja
X1
Kemampuan Kerja
X2
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 41
Gambar Kerangka Penelitian
Teknik Analisis Data
Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Haryono (2007:76) statistik deskriptif adalah statistik yang dipergunakan
untuk menggambarkan hasil data penelitian tapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan
yang lebih luas. Selanjutnya, Sugiyono (2008:21) menyatakan bahwa dalam statistik
deskriptif, cara-cara penyajian data antara lain melalui tabel biasa maupun distribusi
frekuensi, grafik histogram, penjelasan kelompok melalui modus, median, mean, dan variasi
kelompok melalui rentang dan simpangan baku.
Sedangkan untuk menganalisis data secara deskriptif, akan digunakan bantuan
program komputer software SPSS Statistic 18.
Analisis Menggunakan Partial Least Square (PLS)
Partial Least Square (PLS) dapat digunakan pada setiap jenis skala data (nominal,
ordinal, interval maupun rasio) serta mempunyai syarat yang lebih fleksibel. Partial Least
Square juga digunakan untuk mengukur pengaruh setiap indikator dengan konstruknya.
Dalam PLS lebih mengutamakan sebagai eksplorasi daripada sebagai konfirmasi. Adapun
tujuan utama dari Partial Least Square adalah menjelaskan pengaruh antar konstruk dan
menekankan pengertian tentang nilai pengaruh tersebut. Dalam hal ini hal penting yang
harus diperhatikan adalah keharusan adanya teori-teori yang memberikan asumsi-asumsi
untuk menggambarkan model, pemilihan variabel, pendekatan analisis dan interpretasi hasil.
Desain Partial Least Square dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan Ordinary Least
Square (OLS) regression ketika data mengalami masalah, yaitu; ukuran data kecil, adanya
missing values, data tidak normal dan adanya multikolinearitas (Pirouz, 2006 dalam
Mustafa, Zainal dan Wijaya Tony, 2012:11).
Adapun penelitian ini didesain untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas yaitu
motivasi kerja (X1), kemampuan kerja (X2), dengan variabel terikatnya yaitu kinerja guru
(Y). Konstelasi pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat dapat digambarkan
diagram jalur di bawah ini:
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 42
Gambar Diagram Jalur (Path Diagram)
Evaluasi Model Struktural
Pada tahap ini evaluasi model struktural akan dianalisis dengan melihat signifikansi
hubungan antar konstrak yang ditunjukkan oleh nilai t statistic dengan melihat out put dari
options Calculate PLS Bootstrapping untuk melihat nilai T Statistic. Dimana indikator
yang memiliki nilai T Statistic ≥ 1,96 dikatakan valid. Indikator juga dapat dikatakan valid
jika memiliki P Value ≤ 0,05. Hasil berdasarkan pengolahan PLS adalah seperti terlihat pada
Tabel 4.13. di bawah ini.
Tabel Path Coefficients
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 43
Pengujian Hipotesis.
Selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis penelitian yang telah diajukan pada bab
sebelumnya. Pengujian dilakukan terhadap 3 hipotesis penelitian. Pengujian dilakukan menggunakan
nilai kritis t-values sebesar 1,96 dengan tingkat signifikansi 5% untuk uji parsial dan menggunakan uji
F untuk untuk uji simultan. Nilai t-values dari setiap hipotesis yang diajukan, dapat diperoleh dari
tabel path coefficient di atas. Sedangkan nilai F hitung menggunakan formula Fhit =
.
Adapun nilai F kritisnya diperoleh dari tabel dengan formulasi Ftabel = Fα(k,n-k-1) dimana k
merupakan jumlah variable bebas, R2 meupakan koefisien deteminasi, dan n merupakan jumlah
sampel.
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai t-values ≥ 1,96 untuk uji parsial dan tolak H0
jika nilai Fhit ≥ Ftabel untuk uji simultan. Adapun hasil pengujian terhadap seluruh hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Hipotesis pertama :
H0 : Tidak terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru di SMA Negeri 10
Kota Bekasi.
Ha : Terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru di SMA Negeri 10 Kota
Bekasi.
Kesimpulan:
Berdasarkan tabel 4.15 Path Coefficients nilai t statistik adalah 7.714 ≥ 1,96, dan P value 0,000 ≤
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja
guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Hipotesis kedua :
H0 : Tidak terdapat hubungan antara kemampuan kerja dengan kinerja guru di SMA Negeri
10 Kota Bekasi.
Ha : Terdapat hubungan antara kemampuan kerja dengan kinerja guru di SMA Negeri 10
Kota Bekasi.
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel 4.15 Path Coefficients nilai t statistik adalah 7.064 ≥ 1,96, dan P value 0,000 ≤
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Terdapat hubungan antara kemampuan kerja dengan
kinerja guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Hipotesis ketiga :
H0 : Tidak terdapat hubungan antara motivasi kerja dan kemampuan kerja secara bersama-
sama dengan kinerja guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Ha : Terdapat hubungan antara motivasi kerja dan kemampuan kerja secara bersama-sama
dengan kinerja guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Berdasarkan R Square diperoleh R2 sebesar 0,807. Sedangkan jumlah variabel bebas (k) sebanyak 2
dan jumlah sampel penelitian (n) sebanyak 57 dengan taraf signifikansi α sebesar 5% maka dapat
diperoleh nilai Fhit dan Ftabel sebagai berikut :
Fhit =
0,80 (57-2-1) = 43,2 = 108
(1-0,80)2 0,4
Ftabel = Fα(k,n-k-1) = F0,05(2,57-2-1) = F0,05(2,54) = 3,16 (diperoleh dari Tabel F).
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 44
Kesimpulan : Karena Fhit sebesar 108 ≥ Ftabel sebesar 3,16 maka Ho ditolak, yang berarti
Terdapat hubungan antara motivasi kerja dan kemampuan kerja secara bersama-sama dengan
kinerja guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Kesimpulan.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dipaparkan pada Bab IV maka peneliti dapat
menarik beberapa kesimpulan diantaranya ;
1) Terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik motivasi kerja semakin baik pula kinerja guru SMA
Negeri 10 Kota Bekasi. Koefisien korelasi untuk hubungan kedua variabel ini diperoleh
berdasarkan nilai t statistik adalah 7,714 ≥ 1,96, dan P value 0,000 ≤ 0,05.
2) Terdapat hubungan antara kemampuan kerja dengan kinerja guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Hal ini mempunyai arti semakin baik kemampuan kerja semakin baik pula kinerja guru SMA
Negeri 10 Kota Bekasi. Koefisien korelasi untuk hubungan kedua variabel ini diperoleh
berdasarkan nilai t statistik adalah 7.064 ≥ 1,96, dan P value 0,000 ≤ 0,05.
3) Terdapat hubungan antara motivasi kerja dan kemampuan kerja secara bersama-sama dengan
kinerja guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi. Hal ini artinya semakin baik motivasi kerja dan
kemampuan kerja guru maka semakin tinggi pula kinerja guru SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Koefisien korelasi untuk hubungan ketiga variabel diperoleh berdasarkan tabel R Square
diperoleh R2 sebesar 0,807 (80,7%). Sehingga diperoleh Fhit sebesar 108 ≥ Ftabel sebesar 3,16.
Implikasi Kebijakan.
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa semua variabel penelitian yang diajukan
berdasarkan hipotesis penelitian dapat diterima dan semua positif signifikan. Kemudian selanjutnya
akan dikemukakan beberapa upaya untuk meningkatkan kinerja guru SMA Negeri 10 Kota Bekasi,
dengan melihat dimensi dan indikator yang memiliki Loading Factor (LF) yang tertinggi dari masing-
masing variabel penelitian berdasarkan tabel hasil outer loading.
1. Upaya meningkatkan Kinerja Guru SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Upaya untuk meningkatkan kinerja guru SMA Negeri 10 Kota Bekasi, dapat dilakukan dengan
melihat koefisien korelasi dari variabel motivasi kerja dan kemampuan kerja, dari kedua variabel
tersebut, variabel mana yang memiliki koefisien korelasi terbesar dalam mempengaruhi kinerja guru
SMA Negeri 10 Kota Bekasi. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.15. Path Coefficients
diketahui bahwa motivasi kerja mempunyai koefisien terbesar dengan koefisien t statistik sebesar
7,714 dan P sebesar 0,000, dibanding dengan kemampuan kerja yang mempunyai t statistik sebesar
7,064 dan P sebesar 0,000. Hal ini menjelaskan bahwa upaya untuk meningkatkan kinerja guru SMA
Negeri 10 Kota Bekasi dapat dilakukan dengan lebih dahulu meningkatkan motivasi kerja guru, baru
kemudian meningkatkan kemampuan kerja guru SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
2) Upaya meningkatkan Motivasi Kerja guru SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru SMA Negeri 10 Kota Bekasi, dapat dilakukan
dengan melihat dimensi dan indikator dari motivasi kerja yang mempunyai koefisien loading factor
terbesar diantaranya adalah dimensi X1.2. “Kebutuhan Rasa Aman” dengan indikatornya MK5
dengan keterangan “Kondisi kerja yang baik” yang mempunyai koefisien sebesar 0,922. Hal ini
menjelaskan bahwa para guru membutuhkan rasa aman dalam menjalankan pekerjaannya, dan pihak
manajemen sekolah harus menjamin dengan memberikan kondisi kerja yang baik untuk para guru
SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 45
3) Upaya meningkatkan Kemampuan guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan guru di SMA Negeri 10 Kota Bekasi, dapat dilakukan
dengan melihat dimensi dan indikator dari kemampuan kerja yang mempunyai koefisien loading
factor terbesar diantaranya adalah dimensi X2.2. “Fisik” dengan indikatornya KK9 dengan keterangan
“Kekuatan statis” yang mempunyai koefisien sebesar 0,905. Hal ini menjelaskan bahwa seorang guru
harus mempunyai kekuatan fisik yang baik untuk menunjang pekerjaannya. Kemudian juga seorang
guru harus mempunyai pengalaman yang baik dan mempunyai jam terbang dalam mengajar sehingga
diharapkan kinerja akan meningkat.
Keterbatasan Penelitian.
Akhirnya peneliti sadar diri bahwa dalam pelaksanaan penelitian masih terdapat kekurangan,
hal ini tentunya membuat hasil penelitian ini bukan merupakan satu-satunya refrensi atau gambaran
umum bagi pihak manajemen SMA Negeri 10 Kota Bekasi apabila akan mengambil tindakan dalam
peningkatan kinerja guru. Keterbatasan penelitian yang mungkin terjadi dikarenakan menyangkut
persiapan peneliti dalam hal tenaga, waktu dan biaya. Berdasarkan itu peneliti berharap mudah-
mudahan penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti berikutnya dengan pembahasan yang lebih
mendalam dengan ditambah variabel-variabel di luar daripada penelitian ini.
Saran-saran.
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah diuraian di atas, berikut akan diajukan saran-
saran kepada manajemen SMA Negeri 10 Kota Bekasi yaitu ;
1) Manajemen SMA Negeri 10 Kota Bekasi, disarankan lebih mendalukan memberikan motivasi
kerja kepada para guru, salah satunya adalah memberikan rasa aman dalam bekerja dengan
mengkondisikan suasana kerja menjadi nyaman dan aman untuk para guru SMA Negeri 10 Kota
Bekasi.
2) Kemudian setelah diberikan motivasi kerja kepada para guru SMA Negeri 10 Kota Bekasi,
langkah berikutnya adalah meningkatkan kemampuan kerja para guru dengan meningkatkan
kemampuan fisik, diantaranya memberikan pengalaman dan jam terbang yang lebih kepada para
guru SMA Negeri 10 Kota Bekasi.
Daftar Pustaka.
Achmad S. Ruky, 2001, Sistem Manajemen Kepuasan kerja, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama,
Anggota IKAPI.
Arep, Ishak dan Tanjung, Hendri, 2003, Manajemen Motivasi. Jakarta. Grasindo,
Gary Desler, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Indonesia,Diterjemahkan : Benyamin
Molan, Jakarta. PT. Prenhallindo,
Gomes, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta. Penerbit Andi.
Gibson, Inancevich, Donnely, 2000, Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses, Edisi 8, Jakarta. Banurupa
Aksara,
Gibson, James.L..John M.Ivanchevich & James H.Donnelly.Jr., 1999, Organisasi Prilaku, Struktur,
Proses (Terjemahan, Nurul Andiarni, Jakarta. PT.Bina Aksara,
Hariandja, Marihot Tua Efendi, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta. Grasindo,
Hadari Nawawi. 2000. Pengawasan Melekat di lingkungan Aparatur Pemerintah.: Surabaya.
Erlangga.
Hersey, Paul, 2006, Kunci Sukses Pemimpin Situasional, terjemahan Dwi Astuti, Jakarta. Grasindo,
Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. I No. 2 Juli 2016 | STIE YPN 46
Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo, 2005, Perilaku Organisasi, Edisi Kelima, Jakarta. Salemba
Empat,
Melayu S. Hasibuan, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Cetakan Ke 3, Jakarta.
Penerbit CV. Mas Agung,
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung.
Rosdakarya,
Nawawi, Hadari, 2008, MSDM untuk Bisnis yang Kompetitif, Jogyakarta. Gadjahmada University
Press,
Nurmi, Raimo W., Darling, John R, 2000, International Management Leadership, Jaico Publishing
House.
Rivai, Veithzal, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada,
Rivai, Veithzal dan Mulyadi, Dedy, 2010, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta, Rajawali
Press,
Robbins dan Coulter, 2003, Manajemen, Jakarta. PT Indeks Kelompok Gamedia,
Robbins, Stephen P, 2006, Organizational Behavior, New Jersey: Prentice Hall International.
Syamsi, Ibnu, 1999, Sistem dan Prosedur Kerja, Jakarta. Bumi Aksara,
Siagian, Sondang, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta. Bumi Aksaara,
Sukmalana, Soelaiman, 2007, Manajemen Kinerja, Langkah efektif untuk Membangun,
Mengendalikan dan Evaluasi Kerja, Jakarta. Intermedia Personalia Utama.
Sukmalana, Soelaiman, 2010, Perencanaan SDM, Jakarta. PT. Intermedia Personalia Utama.
Triton, PB, 2005, Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta. Tugu Publisher,
Winardi, 2004, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta. Kencana,
Winardi, 2001, Manajemen Perilaku Organisasi, Cet Pertama, Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.