Upload
others
View
9
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU DI GAMPONGUJUNG PADANG, PULOE IE DAN BLOK 10 KECAMATAN KUALA
KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH :
VIDIAWATI09C10104001
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH ACEH BARAT
2013
ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU DI GAMPONGUJUNG PADANG, PULOE IE DAN BLOK 10 KECAMATAN KUALA
KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH :
VIDIAWATI09C10104001
Skripsi Diajukan Sebagai Salah Salah Satu Syarat Untuk memperolehGelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH ACEH BARAT
2013
ii
ABSTRAK
Vidiawati : Analisis Kandungan Formalin Pada Tahu Di Gampong UjungPadang, Puloe Ie Dan Blok 10 Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun2013. Di bawah Bimbingan Sariaman Sitanggang, S.Si.Apt, MARS, danZahari, SKM, MARS.Gampong Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok 10 terdapat beberapa pabrik pembuattahu yang sudah lama menekuni pada bidang tersebut diantaranya di gampongPuloe Ie terdapat 3 pabrik, di Gampong Ujung Padang terdapat 3 pabrik danGampong Blok 10 terdapat 4 pabrik dengan total keseluruhan 10 pabrik.Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah tahu yang diproduksi pada pabrikpembuatan tahu di gampong Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok 10 KecamatanKuala Kabupaten Nagan Raya mengandung formalin atau tidak.Sampel pada penelitian ini total populasi yaitu semua pabrik pembuatan tahu digampong Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok 10 berjumlah 10 pabrik, dengantehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil contoh tahudisetiap pabrik pembuatan tahu. Jenis penelitian ini Exsperimental dengan sifatdeskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan inidilakukan pada laboratorium FKH-UNSYIAH dengan Uji Hehner-Fulton danFerri Clorida, pada tanggal 10 September 2013.Hasil penelitian ini diperoleh negatif, artinya tidak mengandung zat kimiaformalin dalam tahu yang terdapat pada pabrik di gampong Ujung Padang, PuloeIe dan Blok 10 Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.Diharapkan untuk para pembuat tahu untuk tetap tidak menambahkan zat-zatkimia dalam bahan makanan kecuali sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta menjaga kualitas pembuatan tahu dari segikesehatan dan mutu yang berkualitas.
Kata Kunci : Formalin dan Tahu.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh
kualitas pangan yang dikonsumsi. Penggunaan pengawet pada bahan makanan
sampai saat ini masih banyak dijumpai akhir-akhir ini. Pengawet yang lagi ramai
dibicarakan dikalangan masyarakat adalah penggunaan formalin sebagai pengawet
bahan makanan (Elmitris, 2008).
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan
manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia
dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan
menyebabkan keracunan pada tubuh. Formalin dapat diperoleh dalam bentuk
sudah diencerkan, yaitu dengan kadar Formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen
serta alam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram
(Pakaya, 2009).
Keberadaan formalin dalam beberapa jenis makanan sebenarnya bukan hal
baru. Kurangnya informasi atau sosialisasi mengenai bahaya zat tersebut, dan
sulitnya membedakan produk yang diawetkan dengan formalin boleh jadi sebagai
salah satu penyebab masyarakat kita seperti bersikap tidak ambil peduli. Perilaku
sebagian konsumen yang masih senang memilih produk yang awet dan harga yang
murah ditenggarai juga menjadi penyebab lain, sehingga formalin masih
digunakan pada makanan (Hadi, 2011).
2
Penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan
bahwa formalin terdapat pada makanan yang sehari-hari kita konsumsi yaitu mie
basah, ikan asin dan tahu. Padahal seharusnya formalin dilarang digunakan pada
makanan karena dampak buruk akibat penggunaan dari zat beracun tersebut
(Alimul.A, 2007).
Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran
lain dibuat dan ciptakan untuk membuat pekerjan manusia dalam membuat
makanan lebih efektif dan efesien. Tetapi disamping untuk makanan dibuat juga
bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Dimana bahan kimia tersebut tidak
boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal (Pakaya,
2009).
Tahu merupakan pangan yang populer dimasyarakat Indonesia walaupun
asalnya dari China. Kepopuleran tahu tidak terbatas karena rasanya enak, tetapi
juga mudah membuatnya dan dapat diolah menjadi berbagai bentuk masakan serta
harganya murah. Selain itu, tahu merupakan salah satu makanan yang
menyehatkan karena kandungan proteinnya yang tinggi serta mutunya setara
dengan mutu protein hewani. Hal ini bisa dilihat dari nilai NPU (Net Protein
Utility) tahu yang mencerminkan banyaknya protein yang dapat dimanfaatkan
tubuh, yaitu sekitar 65 persen, disamping mempunyai daya cerna tinggi sekitar 85-
98 %. oleh karena itu, tahu dapat dikonsumsi oleh segala lapisan masyarakat.
Tahu juga mengandung zat gizi yang penting lainnya, seperti lemak, vitamin, dan
mineral dalam jumlah yang cukup tinggi. Selain memiliki kelebihan, tahu juga
mempunyai kelemahan, yaitu kandungan air yang tinggi sehingga mudah rusak
karena mudah ditumbuhi mikroba untuk memperpanjang masa simpan (Suwahono
dkk, 2009).
3
Kualitas tahu bukan saja dilihat dari bentuk fisiknya namun dibalik
kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu tersebut mengandung bahan
berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan tahu yang tidak mudah
hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu
tersebut mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks, Selain itu,
tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar 25˚C
dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es 10˚C. tahu juga akan
terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak menyengat, bau formalin (Pakaya,
2009).
BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan), mengumumkan bahwa
berdasarkan hasil penelitian terhadap 700 sampel produk makanan yang diambil
dari Pulau Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung, 56% diantaranya mengandung
formalin (Munarso, dkk, 2007).
Makanan yang mengandung formalin dan bahan kimia berbahaya lainnya
masih ditemukan pada makanan yang beredar bebas di Provinsi Aceh. Dari hasil
pemantauan dan pengujian terhadap 300 jenis makanan yang dijual pedagang
maupun produk industri rumah tangga di Aceh, sebagian masih menggunakan
formalin dan boraks pada bakso, tahu dan mie basah. Di Banda Aceh ditemukan
formalin dan boraks pada makanan yaitu mie basah disalah satu warung pasar
Peuniti, warung mie basah Pasar Baru dan mie basah Pasar Seutui yang juga
mengandung boraks (Muliawarman, 2009).
Tahu memang bukan merupakan suatu makanan wajib bagi masyarakat
Nagan Raya, namun tidak sedikit juga masyarakat Nagan Raya yang
mengkonsumsi makanan tahu tersebut sebagai kebutuhan rumah tangga, baik
4
penduduk yang bersuku Aceh sendiri maupun suku Jawa yang sudah menetap di
Kabupaten Nagan Raya seperti yang terdapat di gampong Ujung Padang, Puloe Ie
dan Blok 10 Keucamatan Kuala.
Gampong Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok 10 terdapat beberapa pabrik
pembuat tahu yang sudah lama bergelut pada bidang tersebut diantaranya di
gampong Puloe Ie terdapat 3 pabrik, di Gampong Ujung Padang terdapat 3 pabrik
dan Gampong Blok 10 terdapat 4 pabrik dengan total keseluruhan 10 pabrik.
Dengan beredarnya isu formalin pada tahu dan bahayanya menimbulkan
keresahan bagi masyarakat sebagai konsumen, sehingga hal ini perlu diteliti lebih
lanjut secara ilmiah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang :
“Analisis Formalin Pada tahu di gampong Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok
10 Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang dipaparkan di dalam latar belakang maka yang
menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah, adakah kandungan formalin
pada tahu yang terdapat pada pabrik tahu di gampong Ujung Padang, Puloe Ie dan
Blok 10 Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menguji apakah tahu yang diproduksi pada pabrik pembuatan tahu
di gampong Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok 10 Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya mengandung formalin atau tidak.
5
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tahu yang terdapat di pabrik pembuatan tahu di
gampong Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok 10 Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 yang menggunakan formalin.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian
tentang pengguna formalin dalam tahu.
2. Sebagai bahan masukan agar masyarakat mengetahui ciri-ciri tahu
yang mengandung formalin.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Pembuat tahu mengerti tentang bahaya formalin pada tahu demi
menjaga kesehatan masyarakat sekitar.
2. Sebagai bahan masukan untuk menggembangkan ilmu pengetahuan
mengenai penggunaan pengawet formalin pada makanan khususnya
tahu.
3. Sebagai bahan kajian dan informasi penggunaan formalin pada
makanan khususnya tahu pada BPOM.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Formalin
2.1.1 Pengertian
Formalin atau formaldehid merupakan bahan makanan tambahan kimia
yang efisien, tetapi dilarang ditambahkan pada bahan pangan (makanan), tetapi
ada kemungkinan formaldehid digunakan dalam pengawetan susu, tahu, mie, ikan
asin, ikan basah, dan produk pangan lainnya. Larutan formaldehid atau larutan
formalin mempunyai nama dagang formalin, formol, atau mikrobisida dengan
rumus molekul CH2O mengandung kira-kira 37% gas formaldehid dalam air.
Biasanya ditambahkan 10-15% methanol untuk menghindari polimerisasi.
Larutan ini sangat kuat dan dikenal dengan formalin 100 % atau formalin 40 %,
yang mengandung 40 gram formaldehid dalam 100 ml pelarut (Cahyadi, 2008).
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Di dalam Formalin terkandung sekitar 37 % Formaldehid dalam air, biasanya
ditambah Methanol hingga 15 % sebagai pengawet dalam bidang industri.
Formalin digunakan dalam produksi pupuk, bahan fotografi, parfum, kosmetika,
pencegahan korosi, perekat kayu lapis, bahan pembersih dan insektisida, zat
pewarna, cermin dan kaca (Benih Net, 2009).
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar
30-40 %. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah
diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta
dalam bentuk tablet yang beratnya masing - masing sekitar 5 gram. Formalin
7
adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam
formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan
metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin biasanya diperdagangkan di
pasaran dengan nama berbeda-beda (Ali, 2009).
Formaldehid murni tidaklah tersedia secara komersial, tetapi dijual dalam
30-50% (b/b) larutan mengandung air. Formalin (37% CH2O) adalah larutan yang
paling umum. Pada umumnya, methanol atau unsur-unsur lain ditambahkan
kedalam larutan sebagai alat penstabil untuk mengurangi polimerisasi
formaldehid, dalam bentuk padat, formaldehid dijual sebagai trioxane [(CH2O)3]
dan polimernya paraformaldehid, dengan 8-100 unit formaldehid (WHO, 2002).
Nama lain formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin,
Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform,
Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide,
Karsan, Trioxane, Oxymethylene, Methylene glycol (Villany, 2006).
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari
formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptik, germisida, dan
pengawet. Formalin mempunyai banyak nama kimia diantaranya adalah : Formol,
Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene
glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith,
Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan
Methylene glycol. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah
diencerkan, dengan kandungan formaldehid 10-40 % (Yudarwanto, 2006).
Formalin sebenarnya sudah dilarang sejak tahun 1982 dan kemudian
diperkuat dengan Undang - Undang No. 7 / 1996 tentang Perlindungan Pangan.
8
Beberapa petunjuk tentang ciri-ciri makanan yang terindikasi diberi formalin. Ciri
penggunaan formalin pada tahu antara lain : tidak rusak sampai dua hari pada
suhu kamar dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, bau agak
menyengat, tidak lengket dan tahu lebih mengkilap dibandingkan tahu normal,
teksturnya sangat kenyal (Santoso, 2008).
2.1.2. Kegunaan Formalin
Formalin adalah berupa cairan dalam suhu ruangan, tidak berwarna, bau
sangat menyengat, mudah larut dalam air dan alkohol. Penggunaan formalin
sebagai desinfektan, cairan pembalsem, pengawet jaringan, pembasmi serangga
dan digunakan di industri tekstil dan kayu lapis. Formalin tidak boleh digunakan
sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan
dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya
adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan
mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala lainnya (Syukur, 2006).
Menurut Cahyadi (2008), formaldehid digunakan sebagai obat pembasmi
hama untuk membunuh virus, bakteri, jamur, dan benalu yang efektif dalam
konsentrasi tinggi, ganggang, amuba (binatang bersel satu), dan organism
uniseluler lain, relatif sensitif terhadap formaldehid dengan konsentrasi yang
mematikan berkisar antar 0,3-22 mg/liter. Hewan vertebrata air menunjukkan
respon dengan cakupan yang luas. Beberapa binatang berkulit keras adalah yang
paling sensitif dengan nilai konsentrasi efektif menengah berkisar antara 0,4-20
mg/liter.
Formalin adalah bahan yang lazim digunakan untuk pengawet mayat.
Formalin mempunyai sifat khas dibanding desinfektan lain sehingga lebih dipilih
9
untuk mengawetkan mayat. Zat yang sebetulnya banyak memiliki nama lain
berdasarkan senyawa campurannya ini memiliki senyawa CH2OH yang reaktif
dan mudah mengikat air. Bila zat ini sudah bercampur dengan air barulah dia
disebut formalin. Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah
bereaksi dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu,
formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu hingga
terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur
kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal . Selain itu protein
yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan
senyawa asam, itulah sebabnya tahu atau makanan lainnya menjadi lebih awet
(Hasyim, 2006).
Formaldehid juga dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan
polimer, dimana salah satu hasilnya adalah menimbulkan warna produk menjadi
lebih cerah. Sehingga formalin dipakai di industri plastik. bahan pembuatan sutra
buatan, zat pewarna, cermin kaca. Sehingga formalin juga banyak dipakai di
produk rumah tangga seperti piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik
atau melamin maka bahan formalin yang terdapat dalam gelas atau piring akan
larut. Dari penelitian hasil air rebusan yang kemudian dibawa ke Laboratorium
Kimia Universitas Indonesia, ini didapatkan hasil, bahwa kandungan formalin
pada hampir semua produk yang diteliti, kandungan formalin sangat tinggi antara
4,76 - 9,22 miligram per liter (Yudarwanto, 2006).
Formalin adalah larutan formaldehida dalam air dan dilarang digunakan
dalam industri pangan sebagai pengawet. Formaldehida digunakan dalam industri
plastik, anti busa, bahan konstruksi, kertas, karpet, tekstil, cat dan mebel.
10
Formaldehida juga digunakan untuk mengawetkan mayat dan mengontrol parasit
pada ikan. Formalin diketahui dapat menyebabkan kanker dan bila terminum
dapat menyebabkan rasa terbakar pada tenggorokan dan perut. Sedikitnya 30 ml
(sekitar 2 sendok makan) formalin dapat menyebabkan kematian (BPOM, 2004).
Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam
bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan
membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh
bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di
bawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila desinfektan lainnya
mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara membunuh dan tidak bereaksi
dengan bahan yang dilindungi, maka formaldehida akan bereaksi secara kimiawi
dan tetap ada di dalam materi tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya.
Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak
terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih, bila formalin
yang masuk ke tubuh itu memiliki dosis tinggi (Hasyim, 2006).
Penggunaan formalin sebagai Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan
untuk pembersih untuk lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan
berbagai serangga lain, bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca
dan bahan peledak, dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras
lapisan gelatin dan kertas, bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea, bahan
pembuatan produk parfum, bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku,
pencegah korosi untuk sumur minyak, bahan untuk insulasi busa, bahan perekat
untuk produk kayu lapis (plywood), dalam konsentrasi yang sangat kecil (< 1 %)
digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih
11
rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil,
lilin dan karpet (Leni, 2005).
Sifat antimikrobal dari formaldehid merupakan hasil dari kemampuannya
menginaktivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan amino bebas dalam
protein menjadi pencampur lain. Kemampuan dari formaldehid meningkat dengan
peningkatan suhu. Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid
bereaksi dengan protein yang berdekatan. Akibat dari reaksi tersebut, protein,
protein mengeras dan tidak dapat larut. Formaldehid mungkin berkombinasi
dengan asam amino bebas dari protein pada sel protoplasma, merusak nucleus,
dan mengkougulasi protein (Fazier & Westhoff dalam Cahyadi 2008).
2.1.3 Efek Terhadap Kesehatan
Karakteristik risiko yang membahayakan bagi kesehatan manusia yang
berhubungan dengan formaldehid adalah berdasarkan konsentrasi dari substansi
formaldehid yang terdapat di udara dan juga dalam produk-produk pangan.
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir
semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian
sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Selain itu, kandungan formalin
yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat
kardiogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan
perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengkonsumsinya akan muntah,
diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan
adanya kegagalan peredaran darah. Formalin bisa menguap di udara, berupa gas
12
yang tidak bewarna, dengan bau yang tajam menyesakkan sehingga merangsang
hidung, tenggorokan dan mata (Cahyadi, 2008).
Menurut syukur (2006), pengaruh formalin terhadap kesehatan antara lain
jika terhirup rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernafas, nafas
pendek, sakit kepala, kanker paru-paru. Jika terkena kulit, maka terjadi
kemerahan, gatal, kulit terbakar. Jika terkena mata maka kemerahan, gatal, mata
berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan. Jika tertelan maka akan
terjadi mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung,
kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang,
koma dan kematian.
Dalam International Programme on Chemical Safety (IPCS) disebutkan
bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh dalam bentuk air
minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan
adalah 0.2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk
makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. Formaldehida
dapat dikeluarkan sebagai CO2 dari dalam tubuh. Tubuh juga diperkirakan bisa
memetabolisme formaldehida bereaksi dengan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid)
atau protein untuk membentuk molekul yang lebih besar sebagai bahan tambahan
DNA atau protein tubuh. Formaldehida tidak disimpan dalam jaringan lemak.
NIOSH (National Institute of Safety and Health), menyatakan formaldehida
berbahaya bagi kesehatan pada kadar 20 ppm. Sedangkan dalam Material Safety
Data Sheet (MSDS), formaldehida dicurigai bersifat kanker (Hasyim, 2006).
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar
30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah
13
diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta
dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. (Syam, 2007)
Pemakaian formalin pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada
tubuh manusia. Gejala yang biasa timbul antara lain sukar menelan, sakit perut
akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, timbulnya depresi susunan saraf,
atau gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi
diatas 660 ppm (1000 ppm setara 1 mg/liter), mengakibatkan konvulsi (kejang-
kejang), haematuri (kencing darah), dan haimatomesis (muntah darah) yang
berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat
mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam (Astrawan dalam Hamidah 2009).
Menurut Syam (2007), formalin merupakan zat toksik dan sangat iritatif
untuk kulit dan mata. Formalin bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun,
karsinogen (menyebabkan kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel,
jaringan tubuh), korosif dan iritatif. Uap dari formalin sendiri sangat berbahaya
jika terhirup oleh pernafasan dan juga sangat berbahaya dan iritatif jika tertelan
oleh manusia. Untuk mata, seberapa encerpun formalin ini tetap iritatif. Jika
sampai tertelan maka seseorang tersebut harus segera diminumkan air banyak-
banyak dan segera diminta untuk memuntahkan isi lambungnya. Dampak buruk
bagi kesehatan pada seorang yang terpapar dengan formalin dapat terjadi akibat
paparan akut atau paparan yang berlangsung kronik. Dampak buruk bagi
kesehatan jika terpapar formalin secara kronik dan berulang-ulang antara lain
sakit kepala, radang hidung kronis (rhinitis), mual-mual, gangguan pernafasan
baik berupa batuk kronis atau sesak nafas kronis. Gangguan pada persyarafan
14
berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan
menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas.
Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui, mulut dan pernapasan
sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi yang
dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak
mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air hujan yang
jatuh ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin. Formalin sangat
berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan
dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi
dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan
bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan
fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada
organ tubuh. Formalin merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau bisa
menyebabkan kanker (Yudarwanto, 2006).
Pada manusia penggunaan formalin jangka panjang dapat menyebabkan
kanker mulut dan tenggorokan. Pada penelitian binatang menyebabkan kanker
kulit dan kanker paru. Formalin juga dapat diserap oleh kulit dan seperti telah
disebutkan diatas juga dapat terhirup oleh pernafasan kita. Oleh karena itu dengan
kontak langsung dengan zat tersebut tanpa menelannya juga sudah dapat
berdampak buruk bagi kesehatan. Formalin juga dapat merusak persyarafan
tubuh manusia dan dikenal sebagai zat yang bersifat racun untuk persyarafan
tubuh kita (neurotoksik) (Syam, 2007).
Formalin adalah senyawa yang berbahaya dan beracun bagi kesehatan
manusia. Jika masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan, dan jika telah
15
terakumulasi banyak dalam tubuh, senyawa kimia tersebut akan bereaksi dengan
hampir semua senyawa di dalam sel tubuh, sehingga fungsi sel terganggu dan
dapat menyebabkan kematian karena tubuh teracuni. Selain itu, tubuh yang
mengkonsumsi formalin dapat mengalami: iritasi perut, alergi, karsinogenik
(menyebabkan kanker), mutagen (merusak fungsi dan jaringan sel), muntah-
muntah, diare campur darah, urin bercampur darah, kematian karena kegagalan
sirkulasi tubuh (Clay, 2009).
Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam
dosis tertentu jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran
cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus dan
adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan pengingkatan resiko
kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil
akibat paparan formalin melalui hirupan (Yudarwanto, 2006).
Penelitian terhadap pemberian formaldehid dengan cara pencernaan
(digestion) didapatkan bahwa proses pencernaan formaldehid akut menyebabkan
luka pada ginjal, disuria, anuria, piuria, haematuria, dan meningkatnya kadar
format dalam urine. Proses pencernaan (pemasukan) akut dapat menyebabkan
kematian karena oedama pada paru-paru, dan circulatory callapse (WHO 1989
dalam Cahyadi, 2008).
Selain itu, dampak buruk formalin bagi kesehatan bila terpapar formalin.
Formalin sangat berbahaya apabila terhirup, terkena kulit, bahkan sampai tertelan,
akibatnya dapat terjadi :
1. Luka bakar.
2. Iritasi saluran nafas.
16
3. Reaksi alergi.
4. Bahaya kanker.
5. Mual, muntah, diare.
6. Sakit perut yang hebat.
7. Sakit kepala.
8. Kejang.
9. Tidak sadar hingga koma.
10. Kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, system susunan syaraf
pusat dan ginjal.
11. Bila tertelan dapat terjadi iritasi saluran pernafasan, muntah-muntah,
pusing
2.1.4 Penanganan Bila Terkena Formalin
Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin, tindakan awal
yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke
tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker
berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Bila terkena
kulit lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cuci kulit
selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan
dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar,
lindungi luka dengan pakaian yang kering, steril dan longgar. Bilas mata dengan
air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada
lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan garam dapur 0,9 persen
(seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-
menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan
17
segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya
tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit. Yang
lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya hal
ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka
pendek akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan.
Jangka waktu tertentu gangguan dan gejala baru timbul (Yudarwanto, 2006).
2.1.5 Formaldehida
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida,
bentuknya gas, yang rumus kimianya H2CO. Formaldehida awalnya disintesa
oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh
Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari membakar bahan yang
mengandung karbon. Dikandung dalam asap dari kebakaran hutan, knalpot mobil,
dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi
cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di
atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai
metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
2.1.6 Analisis Kimia Formaldehid (SNI, 1992-1994 dan AOAC, 1995)
Menurut Cahyadi (2008) analisis kimia formaldehid adalah sebagai
berikut:
a. Uji Kuantitatif
1). Uji Hehner-Fulton
17
segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya
tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit. Yang
lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya hal
ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka
pendek akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan.
Jangka waktu tertentu gangguan dan gejala baru timbul (Yudarwanto, 2006).
2.1.5 Formaldehida
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida,
bentuknya gas, yang rumus kimianya H2CO. Formaldehida awalnya disintesa
oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh
Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari membakar bahan yang
mengandung karbon. Dikandung dalam asap dari kebakaran hutan, knalpot mobil,
dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi
cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di
atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai
metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
2.1.6 Analisis Kimia Formaldehid (SNI, 1992-1994 dan AOAC, 1995)
Menurut Cahyadi (2008) analisis kimia formaldehid adalah sebagai
berikut:
a. Uji Kuantitatif
1). Uji Hehner-Fulton
17
segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya
tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit. Yang
lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya hal
ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka
pendek akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan.
Jangka waktu tertentu gangguan dan gejala baru timbul (Yudarwanto, 2006).
2.1.5 Formaldehida
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida,
bentuknya gas, yang rumus kimianya H2CO. Formaldehida awalnya disintesa
oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh
Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari membakar bahan yang
mengandung karbon. Dikandung dalam asap dari kebakaran hutan, knalpot mobil,
dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi
cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di
atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai
metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
2.1.6 Analisis Kimia Formaldehid (SNI, 1992-1994 dan AOAC, 1995)
Menurut Cahyadi (2008) analisis kimia formaldehid adalah sebagai
berikut:
a. Uji Kuantitatif
1). Uji Hehner-Fulton
18
Larutan pereaksi yang dicampur air boron jenuh (a bagian) ditambahkan
ke dalam larutan asam sulfat dingin dan susu segar bebas aldehid, maka
adanya formaldehid ditunjukkan dengan adanya warna merah muda
ungu.
2). Uji dengan Ferri Clorida.
Dengan penambahan pereaksi asam asetat 4 N dan etil eter, bila terdapat
formaldehid maka akan berbentuk warna merah lambayung.
2.2 Tahu
Tahu atau tofu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang
difermentasikan dan diambil sarinya. Berbeda dengan tempe yang asli Indonesia,
tahu berasal dari Cina, seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Tahu
adalah kata serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) (Hamzi: hanyu pinyin: doufu)
yang secara harfiah berarti “ Kedelai yang difermentasi”. Tahu pertama kali
muncul di Tiongkok sejak zaman Dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya
adalah adalah Liu An (Hanzi) yang merupakan seorang bangsawan, cucu dari
Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan Dinasti Han (Anggraini, 2013).
Di Jepang dikenal dengan nama tofu. Di bawa para perantau China,
makanan ini menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga akhirnya
keseluruh dunia. Sebagaimana tempe, tahu dikenal sebagai makanan rakyat.
Beraneka ragam jenis tahu yang ada di Indonesia umumnya dikenal tempat
pembuatanya, misalnya tahu Semedang dan tahu Kediri (Anggraini, 2013).
Tahu tergolong makanan kuno. Berdasarkan pustaka kuno dari Cina dan
Jepang, pembuatan tahu dan susu kedelai pertama kali diperkenalkan oleh Liuan
pada tahun 164 SM. Di Jepang, nama tahu lazim disebut Tohu. Sedangkan di
19
Negara-negara yang berbahasa inggris, tahu juga disebut sebagai Soybeancurd
dan Tofu. Seperti tempe, tahu juga dikenal sebagai makanan rakyat karena
harganya yang murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat bawah sekalipun
(Hadi, 2011).
2.2.1. Kandungan Tahu
Sebagai hasil olahan kacang kedelai, tahu merupakan makanan adalah
untuk perbaikan gizi karena tahu mempunyai mutu protein nabati terbaik karena
mempunyai komposisi asam amino paling lengkap dan diyakini memiliki daya
cerna yang tinggi (sebesar 85% - 98%). Kandungan gizi dalam tahu, memang
masih kalah dibandingkan lauk pauk hewani, seperti telur, daging dan ikan.
Namun, dengan harga yang lebih murah, masyarakat cendrung lebih memilih
mengkonsumsi tahu sebagai makanan pengganti protein hewani untuk memenuhi
kebutuhan gizi (Hadi, 2011).
Pada tahu terdapat berbagai macam kandungan protein, lemak, atau zat
gizi lain, seperti karbohidrat, kalori dan mineral, fosfor, vitamin B-komplek
seperti thiamin, riboflavin, vitamin E, vitamin B12, kalium dan kalsium ( yang
bermanfaat terbentuknya kerangka tulang). Dan paling penting dengan kandungan
sekitar 80% asam lemak tak jenuh tahu tidak banyak mengandung kolesterol,
sehingga sangat aman bagi kesehatan jantung. Bahkan karena kandungan hidrat
arang dan kalorinya yang rendah, tahu merupakan salah satu menu diet rendah
kalori (Hadi, 2011).
Di balik kelezatannya, tahu menyimpan kasiat medis tersendiri. Sebuah
studi oleh tim medis dari Kanada membuktikan bahwa tahu dapat menurunkan
kolesterol jahat dalam tubuh. studi yang di publikasikan di American Journal of
20
Clinical Nutrition dilakukan pada 55 orang lelaki dan perempuan usia setengah
baya yang megindap kolesteril tinggi (Hadi, 2011).
Setelah mengikuti diet sehat, partisan tersebut diikutkan pada pola makan
beragam, mulai kacang almond, tahu, sayuran mentah, dan jenis makanan kedelai
lain. Setelah setahun, kolesterol mereka diukur. Hasilnya, mereka yang
mengonsumsi tahu mengalami menurunan kolesterol lebih besar dibanding
kelompok pengkonsumsi makanan lain. penurunan ini dapat mencapai 10-20
persen. Selain menurunkan kolesterol, tahu juga terbukti dapat mencegah kanker
payudara. Mereka yang mengonsumsi tahu 25 persen lebih banyak mengalami
peningkatan pembentukan estrogen dibanding yang tidak. tekanan darah mereka
juga lebih rendah ketimbang kelompok yang tidak mengonsumsi tahu
(Hadi, 2011).
Rahasia khasiat tahu ternyata ada pada kandungan isiflavon yang
mengandung hormon estrogen. Selain mencegah kanker payudara, isoflavon juga
memperlambat proses penuaan pada perempuan. Isoflavon bukan hanya
terkandung dalam tahu melainkan juga pada semua makanan berbahan dasar
kedelai seperti tempe, susu kedelai, kecap dan sejenisnya (dari berbagai sumber)
(Hadi, 2011).
2.2.2. Cara Mengurangi Kadar Formalin pada Tahu
Ada cara yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar formalin yaitu
dengan cara merendam tahu dalam air selama 60 menit yang mampu menurunkan
kadar formalin sampai 61,25 %, dengan air leri mencapai 66,03 %, sedang pada
air garam 89,53 %. Ini artinya hanya dengan perlakuan dan pengetahuan yang
baik sebelum dikonsumsi, kadar formalin akan hilang, (Agus, 2012).
21
Adapun untuk tahu sedikitnya ada beberapa tahap penanganan untuk
mengurangi kadar formalin, direndam dalam air biasa, dalam air panas, direbus
dalam air mendidih, dikukus kemudian direbus dalam air mendidih dan diikuti
dengan proses penggorengan (Agus, 2012).
2.2.3. Ciri Tahu Berfomalin dan Tidak Berfromalin
1. Mengandung Formalin
a. Tercium bau obat pada tahu yang semakin menyengat (dengan
kandungan formalin 0.5-1ppm)
b. Tahu mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal)
c. Tahu akan tahan lama
d. Tahu berwarna sangat homogen/seragam dan penampakan
mengkilap
e. Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (250 C) dan bertahan
lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 100 C).
2. Tidak Mengandung Formalin
a. Tahu akan tercium bau protein kedelai yang khas.
b. Tahu jika ditekan akan hancur
c. Tahu mudah rusak hanya tahan sekitar satu hari.
d. Tahu berwarna cenderung lebih buram (tidak cerah)
2.3 Karangka Teoritis
Berdasarkan landasan dari para ahli, seperti Cahyadi (2008) dan
Agus (2012), tentang cara menganalisis formalin pada pada tahu khususnya dan
pada makanan lain pada umumnya. Terlihat dari uji kuantitatif diantaranya,
dengan uji Hehner-Fulton dan uji dengan Ferri Clorida. Disamping itu,
22
penggunaan formalin juga bisa dilihat secara fisik, dengan ciri – ciri tidak akan
rusak sampai 3 hari pada suhu kamar 25˚C dan bertahan lebih 15 hari pada suhu
lemari es 10˚C, tahu juga akan terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak
menyengat, dan jika ditekan terasa sangat kenyal, tidak hancur dibandingkan tahu
yang tidak mengandung formalin. Maka dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian ini berdasarkan teori Cahyadi (2008) dan
Agus (2012), yang menyatakan bahwa formalin atau formaldehid merupakan
bahan makanan tambahan kimia yang efesien, tetapi dilarang ditambahkan pada
bahan pangan (makanan). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut
ini
Agus, 2012
- Bau obat pada Tahu- Kenyal- Tahan Lama- Mengkilap- Warna Homogen
Cahyadi, 2008
a. Uji kualitatif
- Uji Hehner-Fulton- Uji dengan Ferri Clorida
Analisis formalin padaTahu
23
Gambaran 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tahu
(+) Positif
(-) Negatif
Uji Kualitatif
- Uji Hehner-Fulton- Uji dengan Ferri Clorida
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini Exsperimental dengan sifat deskriptif dan menggunakan
metoda kualitatif untuk mengetahui penggunaan formalin pada tahu yang beredar di
Gampong Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok 10 Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan
Raya tahun 2013 positif atau negatif.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di gampong Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok 10
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya tahun 2013.
3.2.2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada 10 september 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pabrik pembuatan tahu di
gampong Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok 10 Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan
Raya tahun 2013 berjumlah 10 pabrik.
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini total populasi yaitu semua pabrik pembuatan tahu
di gampong Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok 10 Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya tahun 2013 berjumlah 10 pabrik dengan teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara mengambil contoh tahu disetiap pabrik pembuatan tahu
25
masing-masing sebanyak 10 gram disemua pabrik pembuatan tahu di gampong
Ujung Padang, Puloe Ie dan Blok 10 Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya tahun
2013.
3.4 Metode Pengerjaan Sampel
3.4.1. Data primer
Data primer dikumpulkan langsung dengan melakukan uji coba pada sampel
yang telah diambil untuk melihat penggunaan formalin pada tahu. Sampel tahu
diencerkan dan melihat hasil warna yang muncul berdasarkan hasil laboratorium.
1. Prosedur Uji Formalin pada Tahu
Menurut Hidayat, (2012), Prosedur Uji Formalin pada tahu adalah sebagai
berikut:
a. Bahan
1. Tahu sebanyak 10 gram
2. Air
3. Fehling A
4. Fehling B
b. Alat
1. Pipet
2. Gelas ukur
3. Pengaduk
4. Tabung reaksi
5. Rak Tabung Reaksi
6. Mortal Penumbuk
26
c. Langkah Kerja
Langkah kerja dalam menganalisis kandungan formalin :
1. Ambil sebagian sampel makanan yang akan diteliti yaitu Tahu sebanyak
10 gram.
2. Tumbuk dan hancurkan sample tersebut, beri sedikit air untuk
mendapatkan kaldu.
3. Sampel dimasukkan ke kedalam tabung reaksi yang berbeda.
4. Masukan pereaksi uji hehner fulton kedalam sampel dan tunggu beberapa
menit, apakah ada perubahan warna atau tidak.
5. Apabila tidak ada perubahan warna, masukan kembali pereaksi 2
Formalin menggunakan uji ferri clorida dan lihat perubahan yang terjadi.
6. Apabila mengandung Formalin terdapat endapan merah muda pada
sample tersebut.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder berupa data penelitian, dan data lain terkait penelitian yang
didapatkan dari Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan dari sumber-
sumber lain yang terkait dengan penelitian ini.
27
3.5 Tahap Pengumpulan Data
Tabel 3.1. Pabrik Tahu Yang Dijadikan Sampel
No Pabrik Tahu Positif(+)
Negatif(-)
Alamat Distribusi
1
U 1
UjungPadang
1. Pasar Selasa Alue Bilie2. Pasar Minggu Puloe
Teungoh3. Pasar Bina Usaha Meulaboh
2
U 2
UjungPadang
1. Pasar Selasa Alue Bilie2. Pasar Minggu Puloe
Teungoh3. Pasar Jeuram
3
U 3
UjungPadang
1. Pasar Selasa Alue Bilie2. Pasar Minggu Puloe
Teungoh3. Pasar Bina Usaha Meulaboh
4
P 1
Puloe Ie 1. Pasar Selasa Alue Bilie2. Pasar Jeuram3. Pasar Simpang 4
5
P 2
Puloe Ie 1. Pasar Jeuram2. Pasar Simpang 43. Pasar Bina Usaha Meulaboh
6P 3
Puloe Ie 1. Pasar Jeuram2. Pasar Simpang 4
7 B 1 Blok 10 1. Pasar Selasa Alue Bilie
8B 2
Blok 10 1. Pasar Bina Usaha Meulaboh2. Pasar Simpang 4
9B 3
Blok 10 1. Pasar Simpang 42. Pasar Jeuram
10 B 4 Blok 10 1. Pasar Jeuram
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium Kimiawi pada Laboratorium
Kesmavet Dan Epidemiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh pada tanggal 10 September Tahun 2013, dengan menggunakan
Uji Hehner-Fulton dan Ferri Clorida, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 : Hasil Pemeriksaan Formalin Pada Tahu Di Kecamatan KualaKabupaten Nagan Raya tahun 2013
No Pabrik Tahu Alamat Distribusi Hasil1
U 1UjungPadang
1. Pasar Selasa Alue Bilie2. Pasar Minggu Puloe Teungoh3. Pasar Bina Usaha Meulaboh
Negatif
2U 2
UjungPadang
1. Pasar Selasa Alue Bilie2. Pasar Minggu Puloe Teungoh3. Pasar Jeuram
Negatif
3U 3
UjungPadang
1. Pasar Selasa Alue Bilie2. Pasar Minggu Puloe Teungoh3. Pasar Bina Usaha Meulaboh
Negatif
4P 1
Puloe Ie 1. Pasar Selasa Alue Bilie2. Pasar Jeuram3. Pasar Simpang 4
Negatif
5P 2
Puloe Ie 1. Pasar Jeuram2. Pasar Simpang 43. Pasar Bina Usaha Meulaboh
Negatif
6P 3
Puloe Ie 1. Pasar Jeuram2. Pasar Simpang 4
Negatif
7 B 1 Blok 10 1. Pasar Selasa Alue Bilie Negatif
8B 2
Blok 10 1. Pasar Bina Usaha Meulaboh2. Pasar Simpang 4
Negatif
9B 3
Blok 10 1. Pasar Simpang 42. Pasar Jeuram
Negatif
10 B 4 Blok 10 1. Pasar Jeuram Negatif
Sumber Data Primer Hasil Laboratorium, Kesmavet Dan Epidemiologi FKH Unsyiah 2013
29
Berdasarkan tabel 4.1, hasil pemeriksaan formalin pada tahu yang berada
pada gampong Ujung Padang sebanyak 3 pabrik, Puloe Ie sebanyak 3 pabrik dan
blok 10 sebanyak 4 pabrik diperoleh hasil bahwa tidak mengandung formalin pada
tahu yang terdapat pada wilayah tersebut, berdasarkan pemeriksaan laboratorium
pada Laboratorium Kesmavet dan Epidemiologi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala.
4.2 Pembahasan
Tahu yang digunakan dalam Pengujian ini dilakukan pada 10 sampel yang
ada di Kecamatan Kuala kabupaten Nagan Raya dengan 3 gampong pembuatan
tahu, yaitu Puloe Ie sebanyak 3 pabrik, blok 10 sebanyak 4 pabrik dan Ujung
Padang sebanyak 3 pabrik yang di ambil langsung pada pabrik pembuatan tahu di
gampong tersebut.
Berdasarkan uji laboratorium yang dilakukan di laboratorium pada
Laboratorium KESMAVET DAN EPIDEMIOLOGI Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, pada tanggal 10 September tahun 2013
dengan menggunakan Uji Hehner-Fulton dan Ferri Clorida, terhadap sejumlah
sampel tahu dan diperoleh bahwa seluruh sampel ternyata tidak mengandung
formalin. Pada pengujian kali ini, peneliti menggunakan metode hehner fulton
dan ferri clorida untuk mengetahui keberadaan formalin dalam tahu dengan cara
kerja sebagai berikut:
1. Mempersiapkan 10 sampel tahu yang akan diperiksa dan masing-masing
sampel tahu diberikan kode
2. Masing-masing sampel yang sudah diberikan kode dihaluskan terlebih
dahulu menggunakan mortal, kemudian ditambahkan sedikit air agar
30
sampel menjadi lebih halus atau menjadi homogen dengan air lalu
dituangkan ke dalam cawan petri
3. Ambil air yang telah homogen dengan sampel menggunakan sphit
sebanyak 1 ml dan tanpa ada padatannya kemudian masukkan ke dalam
tabung reaksi, Lalu tambahkan 3 – 5 tetes pereaksi I formalin ke dalam
tabung reaksi tersebut secara hati – hati tetes demi tetes dan segera tutup
botolnya
4. Tambahkan Phenil Hydrazine sebanyak 0,5 ml kedalam tabung reaksi
dengan menggunakan ujung stik dan kocok hingga homogen, kemudian
tutup tabung menggunakan kapas dan diamkan selama 5 menit
5. Jika hasilnya positif, sampel akan berubah warnanya menjadi ungu
kebiruan.
Penggunaan formalin oleh para produsen tahu biasanya dikarenakan cara
produksinya masih manual, dan untuk membuat tahu tahan lama, kalau musim
hujan, dan distribusi yang lama, maka tahu akan akan tetap utuh tanpa hancur dan
perubahan warna sampai beberapa hari, selain itu juga dengan membubuhkan
formalin, bahan pengawet bukan untuk makanan maka tahu tidak ditumbuhi jamur
dan lebih awet, pemakaian formalin juga dipercaya dapat membuat tampilan fisik
tidak cepat rusak (Winarno,2004).
Penggunaan formalin oleh para produsen tahu juga cukup mudah, cukup
ditambahkan pada saat proses perendaman tahu. Hal ini dikarenakan formalin
sangat mudah larut dalam air. Jika dicampurkan dengan tahu misalnya, formalin
dengan mudah terserap oleh daging ikan. Formalin mempunyai sifat formaldehida
mudah larut dalam air sampai kadar 55%, sangat reaktif dalam suasana alkalis
31
serta bersifat sebagai zat pereduksi kuat, mudah menguap karena titik didihnya
yaitu - 21°C. secara alami formaldehida juga dapat ditemui dalam asap pada
proses pembakaran makanan yang bercampur fenol, keton dan resin (Winarno,
2004).
Formalin dapat masuk lewat mulut karena mengkonsumsi makanan yang diberi
pengawet formalin. Jika akumulasi formalin kandungan dalam tubuh tinggi, maka
bereaksi dengan hampir semua zat di dalam sel. Ini akibat sifat oksidator formalin
terhadap sel hidup. Dampak yag dapat terjadi tergantung pada berapa banyak kadar
formalin yang terakumulasi dalam tubuh. Semakin besar kadar yang terakumulasi, tentu
semakin parah akibatnya. Mulai dari terhambatnya fungsi sel hingga menyebabkan
kematian sel yang berakibat lanjut berupa kerusakan pada organ tubuh. Di sisi lain dapat
pula memicunya pertumbuhan sel-sel yang tak wajar berupa sel-sel kanker. Beberapa
penelitian terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka
panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti Adenocarcinoma
Pylorus, Preneoplastic Hyperplasia Pylorus dan Adenocarcinoma Duodenum. Penelitian
lainnya menyebutkan peningkatan resiko kanker Faring (tenggorokan), Sinus dan Cavum
Nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan (Takahashi et
al, 1986).
Di dalam tubuh, jika terakumulasi dalam jumlah besar, formalin merupakan
bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungan dalam tubuh
tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hamper semua zat di dalam sel, sehingga
menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada
tubuh. Akumulasi formalin yang tinggi di dalam tubuh akan menyebabkan berbagai
keluhan, misalnya iritasi lambung dan kulit, muntah, diare, serta alergi. Bahkan bisa
menyebabkan kanker, karena formalin bersifat karsinogenik. Formalin termasuk ke dalam
karsinogenik golongan IIA. Golongan I adalah yang sudah pasti menyebabkan kanker,
32
berdasarkan uji lengkap, sedangkan golongan IIA baru taraf diduga, karena data hasil uji
pada manusia masih kurang lengkap (Wispriyono, 2006).
4.2.1 Tahu Yang Mengandung Formalin
Tahu yang mengandung formalin dapat ditandai dengan hal berikut:
1. Semakin tinggi kandungan formalin, maka tercium bau obat yang
semakin menyengat, sedangkan tahu tidak berformalin akan tercium
bau protein kedelai yang khas.
2. Tahu berformalin mempunyai sifat membal jika ditekan, terasa sangat
kenyal, sedangkan tahu tanpa formalin jika ditekan akan hancur.
3. Tahu berformalin akan tahan lama, sedangkan tahu tanpa formalin
hanya tahan satu atau dua hari.
Selain itu Ciri khas tahu yang menggunakan formalin adalah, kalau
digoreng, bagian yang kering akan mengeras dan liat. Sementara tahu tanpa bahan
pengawet, kalau digoreng bagian yang kering akan renyah atau tetap empuk.
Dewasa ini, industri tahu yang tidak menggunakan bahan pengawet masih cukup
banyak. Industri skala kecil dan besar, kebanyakan tidak menggunakan bahan
pengewet. Sementara satu dua industri menengah yang menggunakan bahan
pengawet. Untuk kepastiannya, Departemen Perindustrian atau Pemkab/Pemkot
harus melakukan pengawasan secara ketat.
Gambar 4.1. bentuk tahu berformalin
33
4.2.2 Tahu Yang Tidak Mengandung Formalin
Tahu murni sebenarnya juga tidak akan cepat mengalami kerusakan,
apabila tetap terendam air atau telah digoreng. Tahu merupakan bahan pangan
berasal dari kedelai atau kacang hijau. Tahu dari bahan baku kacang hijau lebih
tinggi harganya dibanding yang dari bahan kedelai. Kalau pelaku industri tempe
lebih memilih bahan baku kedelai impor yang ukuran bijinya besar-besar, maka
industri tahu justru sebaliknya. Mereka lebih memilih kedelai lokal karena
rendemennya lebih tinggi dibanding kedelai impor.
Gambar 4.2. bentuk tahu tidak berformalin
4.2.3 Asumsi Penelitian
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sepuluh sampel tahu
yang terdapat di Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya dengan hasil bahwa
semua sampel negatif, artinya tidak mengandung zat tambahan formalin pada tahu
yang terdapat pada pabrik tahu di Kecamatan Kuala tahun 2013. Hal ini di
karenakan para produksi tahu memiliki niat baik dengan tujuan baik tanpa niat
untuk menambahkan bahan formalin tersebut ke dalam tahu.
34
Selain itu pemasaran yang terjangkau dengan waktu dekat dengan pasar
membuat tahu tetap tahan lama walaupun tanpa formalin yang di tambahkan ke
dalam tahu, selain itu juga peminat tahu yang begitu banyak membuat tahu cepat
laku dan tanpa niat untuk di sisakan untuk penjualan hari esok, hal ini menjadi
dasar bahwa semua pabrik pembuatan tahu tidak menambahkan unsur formalin ke
dalam tahu.
Teknik pembuatan tahu yang baik dan bersih membuat tahu tetap tahan
lama dan awet sehingga membuat tahu tidak peprlu penambahan zat kimia lain,
dan tahu tersebut juga di konsumsi untuk keluarga sendri, masyarakat terdekat dan
dipasarkan di pasar yang ada di Nagan Raya dan Meulaboh. Para pembuat tahu
juga mengerti tentang bahaya dari penggunaan zat formalin pada tahu, sehingga
tidak digunbakan untuk membuat tahu tahan lama, dan dengan warna yang bagus.
35
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kimia pada laboratorium Kesmavet dan
Epidemiologi pada FKH-UNSYIAH pada tanggal 10 september 2013, dengan
menggunakan Uji Hehner-Fulton dan Ferri Clorida, dengan tujuan melihat
kandungan formalin pada tahu, maka dapat di simpulkan bahwa, tidak terdapat
kandungan formalin pada tahu yang terdapat pada pabrik tahu yang berada di
gampong Puloe Ie, Blok 10, dan Ujung Padang Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya, tahun 2013.
5.2. Saran
Diharapkan untuk para pembuat tahu untuk tetap tidak menambahkan zat-
zat kimia dalam bahan makanan dalam hal ini formalin pada tahu yang terdapat
pada kecamatan kuala maupun kecamatan lainnya, dan tetap menjaga kualitas
tahu dengan aspek sehat dan berkualitas.
Selain itu juga masyarakat diharapakan untuk lebih peduli dan
mewaspadai terhadap bahan makanan, dengan memperhatikan aspek kebersihan,
gizi dan kesehatan baik individu maupu keluarga yang menjadi tanggungjawab
masyarakat bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2012, Makalah Formalin. Dalam : http://aguest-dradonizer.blogspot.com/2012/10/makalah-formalin_27.html. Diakses 01April 2013.
Alghifary. 2009, Hati-hati Makan Mie Basah. Diakses pada tanggal 20 Maret2013 dari http://www.ahmad-alghifary.co.cc/2009.
Alimul, A. 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data,Cetakan ketiga, penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Anggraini. 2013, Manfaat dan Kandungan Formalin. Dalam :http://ekstratjuskulitmanggis.wordpress.com/tag/pengertian-tahu/. Diakses01 April 2013).
Budiarto,Eko. 2002, Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
BPOM. 2004, Bahan Tambahan Ilegal - Boraks, Formalin dan Rhodamin B,Diproduksi untuk Sistem Keamanan Pangan Terpadu oleh BadanPengawas Obat dan Makanan R.I . diakses pada tanggal 15 maret 2013dari http://bpom. bahan-tambahan-ilegal-boraks-formalin-dan-rhodamin-b/.
BPOM. 2006, Keamanan Pangan Mie Basah: Mencari Jalan Keluar DariMasalah Formalin Dan Boraks, Jejaring Intelijen Pangan – BPOM RI.
Cahyadi. 2008, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Edisi 2,Cetakan 1. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Elmitris, 2008, Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Kandungan Formalin PadaBeberapa Bahan Makanan Yang Beredar Di Pasar Raya Padang DanSekitarnya, Diakses pada tanggal 20 Maret 2013 darihttp://lp.unand.ac.id/?pModule=penelitian&pSub=penelitian&pAct=detail&id=609&bi=35.
Hadi, Khairul. 2011, Cara Membuat Tahu. Dalam: http://Khairul.com/tahu_info318.html. Diakses 01 April 2013.
Hasyim. 2006, Formalin Bukan Formalitas, Buletin cp. Januari 2006.
Muliawarman. 2009, Makanan Berformalin Beredar di Aceh, Diakses padatanggal 20 Maret 2013 dari http://www. Google.com.
Munarso & Heryanto. 2007, Perkembangan Teknologi Pengolahan Mie, Diaksespada tanggal 20 Maret 2013
Pakaya, 2005. Makanan Rakyat Harus Bebas Kandungan Formalin. Diakses padatanggal 14 juli 2013 dari http://www.jurnal kesehatan.com/html.
Santoso, Urip. 2008, Kepedulian Terhadap Mutu Makanan, Diakses pada tanggal20 Maret 2013 dari http:www//uripsantoso. Jurnal kesehatan.com.
Syam, Ari F. 2007, Makanan Kita Sehari-hari, Diakses pada tanggal 20 Maret2013 dari http://www.jurnal kesehatan.com/html.
Villany. 2006, 97% Pabrik Tahu di Jabodetabek Gunakan Formalin, Diaksespada tanggal 20 Maret 2013 darihttp://www.menkokesra.go.id/content/view/13911/39/.
Yudarwanto. 2006, Pengaruh Formalin Bagi Sistem Tubuh, Diakses pada tanggal20 Maret 2013 dari Puterakembara.com.
WHO, 2002, Consise International Chemosal Assessment Dokument 40Formaldehyde, Geneva, World Health Organisation.
ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU DI GAMPONG UJUNG PADANGABSTRAKBAB I utuBAB II utuBAB III utuBAB IVBAB VDAFTAR PUSTAKA