Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA TUGAS PADA TEKS
KARANGAN KARYA SISWA KELAS VIII SMPN 1 SLEMAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh :
Oswaldus Resinov Lamudin
NIM : 141224097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA TUGAS PADA TEKS
KARANGAN KARYA SISWA KELAS VIII SMPN 1 SLEMAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh :
Oswaldus Resinov Lamudin
NIM : 141224097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTO
Hanya karena Anda membutuhkan waktu yang lebih lama daripada yang lain,
bukan berarti Anda gagal
(Eufrasia Restanti Kristiani)
Jangan sesekali kamu mengucap selamat tinggal bila kamu masih mau mencoba,
Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup
(Oswaldus Resinov Lamudin)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Lamudin, Oswaldus Resinov. 2019. Analisis Kesalahan Penggunaan Kata
Tugas Pada Teks Karangan Karya Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sleman
Tahun Ajaran 2018/2019. Skripsi. Yogyakarta : PBSI. FKIP.
Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji penggunaan kata tugas serta kesalahan penggunaan
kata tugas pada karangan karya siswa-siswi SMPN 1 Sleman tahun ajaran
2018/2019. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kata tugas yang
digunakan dan yang salah penggunaannya dalam karangan siswa-siswi. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa kalimat yang
mengandung kata tugas yang diambil dari 63 karangan. Data diperoleh dengan
mengumpulkan kalimat-kalimat yang mengandung unsur kata tugas kemudian
diidentifikasi, klasifikasi, intepretasi serta menambahkan kalimat pembenaran
pada kesalahan penggunaan kata tugas.
Dari analisis data dapat ditarik kesimpulan : pertama, kata tugas yang
digunakan dalam karangan siswa meliputi preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel,
dan partikel. Preposisi monomorfemis di, oleh, untuk, bagi, dari, ke, tentang,
dengan,pada, karena, sejak(565 Kalimat ), preposisi polimorfemis dengan afiks
bersama, menuju, sekitar, selama, sepanjang, terhadap(71 Kalimat), preposisi
gabungan preposisi dengan preposisi daripada, kepada, oleh karena(27 Kalimat),
preposisi gabungan preposisi dengan bukan peposisi di atas, di bawah, di
belakang, di tengah, ke dalam, ke luar, ke tengah, ke depan(24 Kalimat).
Konjungsi meliputi konjungsi koordinatif dan, atau, tetapi(254 Kalimat),
konjungsi subordinatif sampai, ketika, selama, sejak, setelah, sebelum, sambil,
selesai, jika, kalau, bila, agar, supaya, walaupun, meskipun, seolah-olah, seperti,
seakan-akan, oleh karena, sebab, karena, hingga, sehingga, bahwa, dengan(214
Kalimat), konjungsi antar kalimat walaupun begitu, setelah itu, kemudian, selain
itu, bahkan, malahan, namun, tetapi(56 Kalimat). Interjeksi meliputi
alhamdulilah, astagafirulah, nah,ya,eh,halo,hem,hai,ah,aduh(21 Kalimat). Artikel
meliputi sang, para, si(28 Kalimat). Partikel meliputi kah, lah, pun(62 Kalimat).
Kedua, 173 kesalahan penggunaan kata tugas. Kesalahan terdapat pada preposisi
di (102 kesalahan), preposisi ke(19 kesalahan), preposisi untuk (3 kesalahan),
preposisi dengan (2 kesalahan), preposisi dari (3 kesalahan), preposisi menuju (1
kesalahan), preposisi daripada(2 kesalahan), preposisi gabungan kata ke (5
kesalahan), preposisi gabungan kata di (6 kesalahan) konjungsi dan (25
kesalahan), konjungsi dengan (4 kesalahan), partikel pun (1 kesalahan).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti berharap agar
guru bahasa Indonesia hendaknya memperhatikan penggunaan kata tugas
(preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel) oleh siswa dalam menulis
karangan. Siswa-siswi SMPN 1 Sleman lebih menguasai penggunaan kata tugas
sesuai dengan fungsinya. Peneliti juga berharap bagi peneliti selanjutnya
diharapkan dapat menganalisis lebih detail penggunaan serta kesalahan
penggunaan kata tugas pada karangan siswa-siswi sehingga dapar meningkatkan
kemampuan menulis siswa-siswi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Lamudin, OswaldusResinov. 2019. The Analysis of Task Words Mistaken on
Writing Text of SMPN 1 Sleman’s Students Class VIII in 2018/2019
School Periods. Essay. Yogyakarta: PBSI. FKIP.Sanata Dharma
University
This study aims to review the using of task words and the mistakes of it on
writing text of SMPN 1 Sleman’s Students in 2018/2019 school periods. This study
also looking for the descriptions of task words mistaken which be used on
student’s writing text. This study is qualitative descriptive research. The data that
uses in this study is some sentences which includes the task words from 63 writing
texts. The data have obtained by collected some sentences that uses task words
include to identificated. clarificated, get interpretation and changes the wrong
one with the right words.
The result of this study shows that: First, the task words that uses in the
student’s writing text include the preposition, conjunction, interjection, article
and particle. Monomorfemis preposition that is in, by, for, for, from, to, about,
with, on, because, since (565 words), polimorfemis preposition that is together,
headed for, around, during, as long as, toward (71 words), combined prepositions
with preposition that is of the, to, therefore (27 words), combined prepositions
with no preposition that is in the above, in the below, in the behind, in the middle,
into the, exit, to the middle, to the foward (24 words). Conjunction pervade
coordinative conjunction that is and, or, but (254 words), subordinative
conjunction that is up to, when, during, since, after, before, while, finish, if, if,
when, so, so that, although, even though, as if, like, as though, because of,
because, because, until, until, that, with(214 words), conjunction between
sentences that is even though, after that, then, other than that, even, instead,
however, but (56 words). Interjections that is alhamdulilah, astagafirulah,
nah,ya,eh,halo,hem,hai,ah,aduh (21 words). Article that is the, para, si (28
words). Particle that is kah, lah, pun (62 words). Second, there are 173 task
words mistaken. The mistaken on preposition in (102 mistakes), preposition to(19
mistakes), preposition for(3 mistakes), preposition with (2 mistakes), preposition
from(3 mistakes), preposition headed for (1 mistake), preposition of the (2
mistakes), preposition of to words combined (5 mistakes), preposition of in words
combined (6 mistakes), conjunction and (25 mistakes), conjunction with (4
mistakes) particle pun (1 mistake).
Based on the results of this study, the researcher hopes that teacher of
Indonesia Language should be to pay attention on task words uses (preposition,
conjunction, interjection, article and particle) by students on their writing text.
Students of SMPN 1 Sleman are have to more capable on using task words consist
with the purpose. The researcher also hopes for the next study will detailly to
analysis the uses and the mistaken of task words on students writing text so that
can improve students’ skills on writing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahkamt dan berkat-Nya sehingga skripsi yang berjudul
“Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Tugas Pada Teks Karangan Karya Siswa
Kelas VIII SMPN 1 Sleman Tahun Ajaran 2018/2019” dapat peneliti selesaikan
dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak
mendapat bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.
1. Tuhan Yesus Kristus untuk segala penyertaan dan perlindungan-Nya
dalam menghadapi masa sulit menyusun skripsi ini.
2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku dosen pembimbing, terimakasih atas
bimbingan, dorongan, solusi, bantuan, serta kesabaran yang telah
dilimpahkan kepada saya selama melewati masa sulit menyusun skripsi
ini.
5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku triangulator, terimakasih karena
telah bersedia memeriksa analisis data penelitian skripsi ini.
6. Sekolah SMPN 1 Sleman yang sudah mengijinkan saya untuk meneliti
serta memperoleh data di SMPN 1 Sleman.
7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk ilmu, pengalaman dan inspirasi selama masa perkuliahan.
8. Kedua orang tua, bapak Gervasius Ludovikus Lamudin dan ibu Theresia
Welalilia Anggal yang telah memberikan dukungan berupa biaya, doa,
dorongan penyemangat, dan kasih sayang selama proses penyusunan
skripsi ini.
9. Eufrasia Restanti Kristiani yang dengan setia selalu mendampingi dalam
suka maupun duka, serta dukungan doa, memberikan semangat dengan
tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
10. Pemberian terindah dari Tuhan, Maria Navalia Lamudin yang selalu
menjadi penghibur dan penyemangat di kala merasa lelah dalam
menyusun skripsi ini.
11. Claudhio Gilbertus Lamudin yang menemani penulis begadang bersama
menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
kelas B angkatan 2014 yang menjadi teman belajar selama masa
perkuliahan
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak bisa disebutkan satu per satu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………..iii
MOTO …………………………………………………………………………...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………...v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………vi
ABSTRAK ……………………………………………………………………...vii
ABSTRACK…………………………………………………………………….viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………... 2
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………….. 3
1.5 Definisi Istilah ………………………………………………………………. 4
1.6 Sistematika Penyajian ………………………………………………………. 5
BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………………….. 6
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan …………………………………………. 6
2.2 Kata Tugas …………………………………………………………………... 7
2.2.1 Batasan dan Ciri Kata Tugas ………………………………………. 8
2.2.2 Klasifikasi Kata Tugas …………………………………………….. 9
2.2.2.1 Preposisi …………………………………………………. 9
2.2.2.2 Konjungsi ………………………………………………. 13
2.2.2.3 Interjeksi ………………………………………………... 21
2.2.2.4 Artikel ………………………………………………….. 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2.2.2.5 Partikel …………………………………………………. 24
2.3 Analisis Kesalahan dan Kekeliruan Bahasa ……………………………….. 26
2.4 Jenis-Jenis Karangan ………………………………………………………. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 35
3.1 Jenis Penelitian …………………………………………………………….. 35
3.2 Sumber Data dan Data ……………………………………………………... 35
3.3 Instrumen Penelitian ………………………………………………………... 36
3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………. 36
3.5 Analisis Data ……………………………………………………………….. 37
3.6 Triangulasi Data ……………………………………………………………. 37
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………………...... 39
4.1 Deskripsi Data ……………………………………………………………… 39
4.2 Analisis Data ……………………………………………………………….. 39
4.2.1 Kesalahan Penggunaan Kata Tugas ……………………………………… 40
4.2.2 Penjelasan dan Pembenaran Kesalahan Penggunaan Kata Tugas ………. 45
4.2.3 Faktor-Faktor Terjadinya Kesalahan Penggunaan Kata Tugas ………….. 51
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………. 55
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… 55
5.2 Implikasi …………………………………………………………………… 56
5.3 Saran ……………………………………………………………………….. 56
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 58
LAMPIRAN …………………………………………………………………… 60
BIOGRAFI PENULIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,
digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri (Abdul Chaer, 2011: 1). Bahasa mempunyai sistem yang
sifatnya mengatur. Bahasa merupakan suatu lembaga yang memiliki poa-pola atau
aturan-aturan yang dipatuhi dan digunakan (kadang-kadang tanpa sadar) oleh
pembicara dalam komunitas saling memahami. Jadi kehidupan manusia tidak
terlepas dari bahasa karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan
untuk menyampaikan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tulisan.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan
dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata.
Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan
unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan
kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide.
Menurut KBBI, menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti
mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati
si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui
banyak orang orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan seseorang dalam
menuangkan isi hatinya ke dalam sebuah tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi
oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau kualitas tulisan setiap
penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal yang penting bahwa terkait
dengan aktivitas menulis, seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan
kebutuhan pembacanya.
Keterampilan menulis harus dimiliki oleh siswa agar dapat menulis
dengan baik. Guru harus memperhatikan, salah satu yang perlu diperhatikan ialah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pemilihan kata-kata yang digunakan siswa sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
penulisannya.Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain
bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu
afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi
(penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam
kalimat. Salah satu kelas kata dalam Bahasa Indonesia, yaitu kata tugas. Kata
tugas adalah kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki makna
leksikal, sehingga maknanya bisa menjadi jelas jika dihubungkan dengan kata
lain. Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga
menjadi kalimat transformasi. Pada umumnya bentuk kata tugas selalu tetap (tidak
bisa mengalami perubahan). Ada lima jenis kata tugas yang perlu di perhatikan
penulis yaitu preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel.
Berkaitan dengan penggunaan kata tugas peneliti akan menganalisis
karangan siswa kelas VIII dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata
Tugas Dalam Teks Karangan Karya Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sleman Tahun
Ajaran 2018/2019”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian diatas, rumusan masalah
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan penggunaan kata tugas apa sajakah yang terdapat dalam teks
karangan karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman ?
b. Bagaimana pembenaran dan penjelasan pada kesalahan penggunaan kata tugas
yang terdapat dalam teks karangan karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman ?
c. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan penggunaan
kata tugas dalam teks karangan karya siswa kelas VIII SMPN Sleman ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan
penelitiannya sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
a. Mendeskripsikan kata tugas yang digunakan dalam karangan deskripsi siswa
kelas VIII SMPN 1 Sleman.
b. Mengidentifikasi, menjelaskan, dan membetulkan kesalahan penggunaan kata
tugas dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman.
c. Menemukan faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan penggunaan kata
tugas dalam teks karangan karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, pihak sekolah, peneliti
maupun peneliti lain. Hasil dari penelitian ini akan menjadi bahan koreksi khusus
dalam kata tugas.
a. Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberi masukan dan mampu
membantu mengatasi kesalahan berbahasa siswa terkhusus pada kesalahan
penggunaan kata tugas dalam karangan siswa.
b. Bagi sekolah
Hasil dari penelitian ini dapat menambah bahan referensi dalam ilmu
pendidikan tentang kesalahan penggunaan kata tugas pada karangan siswa,
sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan.
c. Bagi peneliti
Peneliti mampu menganalisis kesalahan penggunaan kata tugas pada
karangan siswa. Serta peneliti mempunyai pengetahuan dan wawasan mengenai
kesalahan penggunaan kata tugas.
d. Bagi peneliti lain
Manfaat penelitian ini bagi peneliti lain yaitu dapat menjadi rujukan,
sumber informasi dan bahan referensi penelitian selanjutnya agar bisa lebih
dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.5 Definisi Istilah
Untuk memberikan gambaran tentang judul dan keseluruhan isi penelitian
ini, maka peneliti memberikan beberapa definisi istilah dalam penelitian ini :
a) Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,
digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasi diri (Abdul Chaer, 2011: 1).
b) Kata Tugas
Menurut Masnur Muslich (2010 : 107) kata tugas merupakan kelas kata
yang tertutup. Dapatlah dikatakan kata tugas adalah kata atau gabungan kata yang
tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain berperan dalam kalimat.
c) Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsur
pembentuk frasa preposisional. Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi ada
dua macam : monomorfemis dan polimorfemis ( Masnur Muslich, 2010 : 108).
d) Konjungsi
Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua
klausa atau lebih (TBBI, 1988 : 235)
e) Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati
manusia. Untuk memperkuat rasa hati, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata
tertentu di samping kalimat yang mengandung makna pokok yang dimaksud
(TBBI, 1988 : 243)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
f) Artikel
Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Dalam
bahasa Indonesia ada tiga kelompok artikel : (1) artikel yang menyatakan jumlah
tunggal, (2) artikel yang mengacu ke makna kelompok, (3) artikel yang
menyatakan makna netral (Masnur Muslich, 2010 : 119).
g) Partikel
Kelompok kata tugas yang terakhir sebenarnya berupa klitika, karena
selalu dilekatkan pada kata yang mendahuluinya (TBBI, 1988 : 247)
1.6 Sistematika Penyajian
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab 1 adalah pendahuluan berisi latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi istilah, dan yang terkahir sistematika penyajian. Bab II Landasan Teori,
berisi penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III Metodologi Penelitian,
terdiri dari jenis penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, analisis data, dan triangulasi data. Bab IV Hasil Penelitian dan
Pembahasan, berisi deskripsi data dan hasil penelitian yang meliputi kata tugas
yang dipakai dan kesalahan penggunaan kata tugas dalam karangan deskripsi
siswa. Bab V Penutup, berisikan kesimpulan, implikasi, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Peneliti menemukan penelitian terdahulu yang relevan dengan topik
penelitian yang akan dilakukan. Dalam bagian ini, diuraikan dua penelitian yang
relevan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fransiska Dwi Angga Rosiana
(2018) dan penelitian yang dilakukan oleh Jenilda Rosana Louis (2017).
Penelitian Fransiska Dwi Angga Rosiana berjudul Analisis Kesalahan
Struktur Kalimat dan Ejaan dalam Teks Cerita Pendek Karya Siswa Kelas VIII
SMP Kanisius Pakem Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan struktur kalimat dan ejaan dalam
cerita pendek karangan siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Sleman
Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data
penelitian berupa kalimat yang mengalami kesalahan struktur dan ejaan. Dalam
penelitian ini instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hasil penelitian
menunjukan bahwa dalam teks cerita pendek karya siswa kelas VIII SMP
Kanisius Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 terdapat 31 kesalahan
struktur kalimat dan 4 jenis kesalahan ejaan.
Penelitian Jenilda Rosana Louis berjudul Analisis Penggunaan Konjungsi
pada Karangan Narasi Pengalaman Pribadi Siswa Kelas X Gama Yogyakarta
Tahun Ajaran 2016/2017. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan konjungsi yang
digunakan dan yang salah penggunaannya dalam karangan narasi siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa
kalimat yang mengandung konjungsi yang diambil dari 32 karangan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dalam karangan narasi siswa kelas X SMA Gama
Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 terdapat 89 kesalahan penggunaan konjungsi.
Kesalahan itu terdiri dari penggunaan dan (58 kesalahan), penggunaan atau (1
kesalahan), penggunaan namun (10 kesalahan), penggunaan sehingga (1
kesalahan), dan terdapat pengulangan konjungsi (6 kesalahan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti memiliki persamaan
dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya yaitu sama-
sama menganalisis kesalahan berbahasa dalam karangan siswa dan dalam
penelitian ini membahas juga kesalahan penggunaan konjungsi, seperti penelitian
Jenilda Rosana Louis. Perbedaannya pada penelitian terdahulu yang pertama
mengkaji struktur kalimat dan ejaan dalam teks karya cerita pendek siswa kelas
VIII. Penelitian terdahulu yang kedua mengkaji hanya penggunaan konjungsi
dalam teks karangan narasi siswa kelas X. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti
mengkaji tentang kata tugas dalam teks karangan bebas karya siswa kelas VIII.
Kebaruan penelitian ini adalah memfokuskan pada kajian tentang
kesalahan penggunaan kata tugas dalam teks karangan karya siswa kelas VIII
SMPN 1 Sleman. Dua penelitian sebelumnya mengkaji tentang struktur kalimat
dan ejaan pada penelitian terdahulu pertama dan kedua mengkaji konjungsi.
Kedua peneliti sebelumnya berfokus pada cerita pendek dan karangan narasi.
Peneliti saat ini akan menganalisis penggunaan kata tugas pada teks karangan
karya siswa.
2.2 Kata Tugas
Menurut Masnur Muslich (2010 : 107) kata tugas merupakan kelas kata
yang tertutup. Dapatlah dikatakan kata tugas adalah kata atau gabungan kata yang
tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain berperan dalam kalimat. Menurut
Gorys Keraf (dalam Masnur Muslich. 2008 : 113), kata tugas adalah semacam
kata yang tidak termasuk salah satu jenis kata, atau menjadi subgolongan jenis-
jenis kata. Dilihat dari segi bentuk, pada umumnya kata tugas sulit mengalami
perubahan bentuk. Ditinjau dari segi kelompok kata, kata tugas hanya memiliki
tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat. Kata tugas tidak
bisa menduduki fungsi-fungsi pokok dalam sebuah kalimat. Diluar kata verba,
nomina, ajektiva, dan adverbia, ada kata lagi, yakni kata tugas. Kata ini hanya
mempunyai arti gramatikal, tetapi tidak memiliki arti leksikal. Ini berarti bahwa
arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, tetapi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat. Di samping itu, hampir
semua kata tugas tidak bisa mengalami perubahan bentuk (TBBI, 1988 : 229).
Dapat disimpulkan bahwa kata tugas ialah salah satu jenis kata dalam bahasa
Indonesia yang hanya memiliki makna gramatikal “maknanya berubah sesuai
konteksnya” dan tidak memiliki makna leksikal “makna tetap” artinya makna dari
kata tugas akan menjadi jelas ketika dia dihubungkan dengan kata lain dalam
sebuah kalimat, sebagian besar kata tugas bentuknya tetap dan hanya sedikit yang
dapat mengalami perubahan bentuk.
Dalam penelitian ini, peneliti lebih menitikberatkan pada pendapat atau
pandangan kata tugas dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Moeliono
(penyunting) yang mengatakan bahwa di luar kata verba, nomina, ajektiva, dan
adverbia, ada kata lagi, yakni kata tugas. Kata ini hanya mempunyai arti
gramatikal, tetapi tidak memiliki arti leksikal. Ini berarti bahwa arti suatu kata
tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, tetapi oleh kaitannya dengan
kata lain dalam frasa atau kalimat. Di samping itu, hampir semua kata tugas tidak
bisa mengalami perubahan bentuk (TBBI, 1988 : 229).
2.2.1 Batasan dan Ciri Kata Tugas
Kata tugas tidak mempunyai makna leksikal, melainkan hanya makna
gramatikal. Ini berarti bahwa arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu
secara lepas, tetapi oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.jika
dalam nomina seperti buku kita dapat memberikan arti berdasarkan kodrat kata itu
sendiri : benda yang terdiri atas kumpulan kertas yang bertulisan, dan
sebagainya. Untuk kata tugas kita tidak dapat berbuat yang sama. Kata tugas
seperti dan atau ke baru akan mempunyai arti apabila dirangkai dengan kata lain
untuk menjadi, misalnya, ayah dan ibu, ke pasar (TBBI, 1988 : 229).
Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semua kata tugas tidak dapat
mengalami perubahan bentuk. Jika dari verba datang kita dapat mengubahnya
menjadi mendatangi, mendatangkan, kedatangan, dari kata tugas seperti dan dan
dari kita tidak dapat menurunkan kata lain. Beberapa perkecualian adalah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
beberapa kata tugas seperti sebab, sampai dan oleh yang dapat berubah menjadi
kata lain : menyebabkan, menyampaikan, memperoleh (TBBI, 1988 : 229).
Seperti halnya dalam bahasa-bahasa lain, kata tugas dalam bahasa
Indonesia tidak mudah terpengaruh oleh unsur asing. Dalam kelompok utama kita
mudah menerima kata asing sebagai kata baru atau pengganti kat yang telah ada.
Dengan masuknya benda yang dapat melakukan berbagai kegiatan dan
penghitungan, kita menerima pula kata yang mengiringinya, yakni komputer. Kita
juga mengenal kata klasifikasi di samping kata kita sendiri pengelompokan.
Dalam hal kata tugas, hal seperti itu jarang terjadi. Dengan kata lain, kata tugas
adalah kelas kata yang tertutup (TBBI, 1988 : 229-230).
Dengan ciri-ciri di atas dapatlah disimpulkan bahwa kata tugas adalah kata
atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain berperan
dalam kalimat.
2.2.2 Klasifikasi Kata Tugas
(TBBI, 1988 : 230) Berdasarkan peranannya dalam frasa dan kalimat, kata
tugas dibagi menjadi lima kelompok. Yang dimaksud adalah preposisi, konjungsi,
interjeksi, artikel, dan partikel. Jenis-jenis kata tugas yang dipakai dalam
penelitian ini adalah pandangan-pandangan para ahli yang terdapat pada buku
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dimana
Moeliono sebagai penyunting buku ini.
2.2.2.1 Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsur
pembentuk frasa preposisional. Preposisi terletak dibagian awal frasa dan unsur
yang mengikutinya dapat berupa nomina, adjektiva, atau verba. Jika ditinjau dari
segi bentuknya, preposisi ada dua macam : monomorfemis dan polimorfemis
(TBBI, 1988 : 230).
a) Preposisi Monomorfemis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri hanya atas satu
morfem dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya (TBBI, 1988 : 230).
Preposisi monomorfemis memiliki beberapa fungsinya yaitumenandai hubungan
peruntukan : bagi, untuk, buat, guna.Menandai hubungan asal, arah dari suatu
tempat, atau milik : dari.Menandai hubungan kesetaraan atau cara :
dengan.Menandai hubungan tempat berada : di.Menandai hubungan sebab :
karena, sebab.Menandai hubungan arah menuju suatu tempat : ke.Menandai
hubungan pelaku atau yang dianggap pelaku : oleh.Menandai hubungan tempat
atau waktu : pada.Menandai hubungan ihwal peristiwa : tentang.Menandai
hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain : sejak.
Berikut adalah contoh penggunaan kata tugas preposisi monomorfemis :
Air sangat berarti bagi petani. Ibu membeli rokok untuk ayah. Yang kecil itu buat
adikmu.VOC menyerbu Ambon guna perebutan rempah-rempah.Pak Eko dari
Manggarai. Dari nyanyian itu dapat kita petik filsafat hidup orang Barat.Ada
hikmah yang dapat kita petik dari masalah ini.Saya akan pergi dengan Ali. Dia
membelah kayu dengan memakai kapak.Saya dilahirkan di Ruteng tanggal 27
November 1996.
b) Preposisi Polimorfemis
Preposisi polimorfemis adalah preposisi yang berwujud beberapa
morfem. Preposisi ini terbagi lagi atas (1) preposisi yang terbentuk dari bentuk
dasar + afiks dan (2) preposisi yang terbentuk dari gabungan kata. Jenis preposisi
kedua terbagi lagi atas (1) preposisi yang terbentuk dari preposisi + preposisi dan
(2) preposisi + nonpreposisi (TBBI, 1988 : 231).
1. Preposisi Polimorfemis dangan Afiks
Preposisi polimorfemis yang berafiks dibentuk dengan menempelkan afiks
pada dasar. Dasar itu merupakan morfem bebas (sama, serta), atau morfem terikat
(Jelang, kitar) (TBBI, 1988 : 231-232). Bentukya adalah : dasar + afiks
(bagaikan) atau afiks + dasar (beserta).Menandai hubungan kesertaan : bersama,
beserta. Berikut beberapa fungsi dari preposisi polimorfemis dengan afiks yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menandai hubungan waktu sesaat sebelum : menjelang.Menandai hubungan
tujuan atau arah ke suatu tempat : menuju.Menandai hubungan sumber :
menurut.Menandai hubungan ruang lingkup geografis : sekeliling.Menandai
hubungan ruang lingkup geografis atau waktu : sekitar.Menandai hubungan kurun
waktu : selama.Menandai hubungan kurun waktu atau bertentangan lokasi :
sepanjang.Menandai hubungan sasaran atau objektif : mengenai.Menandai
hubungan arah : terhadap.Manandai hubungan pemiripan : bagaikan.
Berikut adalah contoh penggunaan kata tugas di atas :
Ibu berangkat bersama ayah ke Jakarta.Pak Eko beserta rombongannya bertugas
menjaga keamanan.Mereka mencapai puncak Gunung Sinabung menjelang
subuh.Jalan menuju desa Compang rusak berat.Menurut siaran televisi, cuaca
besok amat cerah.Pepohonan sekeliling kampus itu tumbuh subur.Pedagang
sekitar asrama ini baik-baik semua.Dia akan datang sekitar jam lima.Mikel
bertugas di Ruteng selama tiga tahun.Sepanjang ingatan saya, anak itu tidak
pernah sakit.Banyak toko yang menjual roti sepanjang Jalan Moses
Gatotkaca.Sekarang tidak ada lagi pembicaraan mengenai kasus itu.
2. Preposisi Polimorfemis Berupa Gabungan Kata
Preposisi polimorfemis yang terdiri atas morfem bebas dapat berupa (a)
gabungan preposisi dan preposisi, atau (b) gabungan preposisi dan yang bukan
preposisi (TBBI, 1988 : 232).
a. Gabungan Preposisi dan Preposisi
Ada kalanya preposisi dan preposisi dapat digabung sehingga merupakan
preposisi gabungan. Fungsi dari gabungan preposisi dan preposisi, menandai
hubungan perbandingan : daripada.Menandai hubungan arah ke suatu tempat :
kepada.Menandai hubungan penyebaban : oleh karena, oleh sebab.Menandai
hubungan batas waktu : sampai dengan/ke.Menandai hubungan perkecualian :
selain dari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Contoh preposisi masing-masing dapat dilihat di bawah ini Adiknya justru
lebih pandai daripada kakaknya.Kepada siapa lagi aku dapat mencurahkan isi hati
kalau bukan kepadamu.Oleh karena perbuatannya sendiri, dia menderita batin
seumur hidup.Sampai dengan detik ini kami belum juga menerima kabar dari
Manado. Oleh sebab keramahannya, dia disenangi oleh semua warga desa.Selain
dari Paman, tidak akan ada orang yang mau menolongmu.
Perlu kiranya diperhatikan benar pemakaian preposisi daripada yang
sering disalahgunakan orang. Seperti dinyatakan di atas, daripada dipakai untuk
menyatakan perbandingan dan bukan untuk milik atau arah. Karena itu, daripada
hanya dipakai jika ada dua hal yang dibandingkan, baik secara eksplisit maupun
implisit. Perhatikan contoh-contoh berikut :
Ali lebih tinggi daripada Ahmad.
Harga baju di Pasar Klitikan lebih murah daripada di Distro Pirates
Daripada adiknya, kenapa kamu tidak memilih kakaknya ?
Pada dua contoh pertama perbandingan itu dinyatakan secara eksplisit,
tetapi pada contoh berikutnya secara implisit. Meskipun demikian, pada contoh
terakhir pun masih tampak adanya dua hal yang dibandingkan, yakni kakak-adik.
Jika tidak ada perbandingan, maka preposisi daripada tidak digunakan.
Sebagai gantinya, orang boleh memakai preposisi dari. Berikut adalah beberapa
contoh pemakaian yang keliru dengan perbaikan diberikan dalam tanda kurung.
Masalah daripada penduduk (Masalah penduduk) harus dipecahkan secara
nasional.
Contoh daripada setiap soal (Contoh setiap soal/contoh dari setiap soal) harus
dipelajari baik-baik dahulu.
Kita melihat daripada semua ini (dari semua ini) satu hal yang baik.
Dalam rapat yang lalu jawaban daripada Pemerintah (jawaban
Pemerintah/jawaban dari Pemerintah) tidak memuaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Kita harus dapat menyimak keluhan-keluhan daripada rakyat kecil (keluhan-
keluhan rakyat kecil/keluhan-keluhan dari rakyat kecil).
b. Gabungan Preposisi dan Bukan Preposisi
Ada pula kalanya preposisi dan yang bukan preposisi dapat digabung
sehingga merupakan preposisi gabungan.
Contoh :
di atas ke dekat dari balik
di bawah ke depan dari samping
di muka ke dalam dari samping
di belakang ke luar dari luar
di tengah ke tengah dari tengah
Berikut ini contoh pemakaiannya di dalam kalimat :
Di atas meja Ayah berjejer buku-buku tebal.Koran itu terletak di bawah tas
saya.Di muka sekolah kami banyak orang berjualan makanan.Ada kolam renang
di belakang gedung baru itu.Di tengah lapangan itu terdapat sumur yang
dalam.Ayah akan berangkat ke luar kota besok pagi.Tolong antarkan adikmu ke
depan kantor pos itu.Saya mendengarkan percakapan mereka dari balik
pintu.Dari samping gedung ini terlihat keindahan pantai Sanur
Perlu kiranya diperhatikan lagi adanya kemungkinan perbedaan antara di
dan di atas, di dan di dalam, dan sebagainya. Frasa di meja dan di atas meja dapat
berarti sama, tetapi di lemari dan di atas lemari mempunyai arti yang berbeda.
2.2.2.2 Konjungsi
Kata Sambung (Konjungsi) adalah kata yang menghubungkan kata-kata,
bagian-bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat (Gorys Keraf, 1972
: 78). Konjungsi adalah kategori kata yang bertugas menghubungkan kata dengan
kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
juga paragraf dengan paragraf (Abdul Chaer 2011 : 103). Dalam (TBBI, 1988 :
235) menyatakan bahwa konjungsi (Kata Sambung) adalah kata tugas yang
menghubungkan dua klausa atau lebih. Kata seperti dan, kalau, dan atau adalah
kata konjungsi. Perhatikan contoh kalimat berikut :
Irwan sedang membaca dan adiknya sedang bermain catur
Saya mau pergi kalau pekerjaan rumah saya selesai
Engkau berangkat sekarang atau engkau ketinggalan kereta.
Dari contoh di atas tampak bahwa yang dihubungkan oleh konjungsi
adalah klausa. Meksipun demikian, kita ketahui pula bahwa ada konjungsi yang
juga dapat menghubungkan dua kata atau frasa. Konjungsi seperti dan serta atau
di atas dapat pula membentuk frasa seperti Toni dan Ali, hidup atau mati. Jika kita
sekarang kembali pada kelompok preposisi, maka akan kita dapati bahwa
sebagian dari preposisi ada pula yang dapat bertindak sebagai konjungsi. Preposisi
seperti sebab, karena, dan sejak dapat menghubungkan kata maupun klausa. Pada
contoh di bawah ini ditemukan preposisi yang dapat pula bertindak sebagai
konjungsi.
A. Dia tidak kuliah karena kematian ayahnya. (Preposisi)
B. Dia tidak kuliah karena ayahnya meninggal. (Konjungsi)
A. Dia sudah dapat membaca sejak bulan Agustus. (Preposisi)
B. Dia sudah dapat membaca sejak dia berumur lima tahun. (Konjungsi)
Dari uraian di atas jelaslah bahwa ada kata yang mempunyai keanggotaan
ganda, yakni sebagai preposisi maupun sebagai konjungsi. Jika kata itu dipakai
sebagai pembentuk frasa, maka statusnya adalah preposisi. Jika yang dihubungkan
adalah klausa, maka statusnya berubah menjadi konjungsi.
Dilihat dari perilaku sintatiknya, konjungsi dibagi menjadi lima kelompok
: (a) konjungsi koordinatif, (b) konjungsi subordinatif, (c) konjungsi korelatif, (d)
konjungsi antarkalimat, dan (e) konjungsi antarparagraf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
a) Konjungsi Koordinatif.
Konjungsi Koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan
bahasa (kata, frasa, klausa atau kalimat) dalam kedudukan yang setara (Abdul
Chaer, 2011 : 115). Konjungsi kordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan
dua unsur atau lebih dan kedua unsur itu memiliki status sintaksis yang sama
(TBBI, 1988 : 236). Anggota dari kelompok itu adalah :Menandai hubungan
penambahan: dan.Menandai hubungan pemilihan: atau.Menandai hubungan
perlawanan: tetapi.
Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain karena
konjungsi itu, di samping menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan
kata. Meskipun demikian, frasa yang dihasilkan bukanlah frasa preposisional.
Perhatikan contoh berikut :
Dia menangis dan istrinya oun tersedu-sedu.Dia mencari saya dan adik saya.Aku
yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku.Saya atau kamu
yang menjemput Ibu ?Dia menangis, tetapi istrinya hanya terdiam
saja.Sebenarnya Kartini pandai, tetapi malas.Yang kita cari adalah hotel yang
sederhana, tetapi bersih.
Jika salah satu atau kedua hal dihubungkan bersama-sama, maka sering
kata dan/atau (sering dibaca : dan atau) dipakai bersama-sama pula. Contoh : Para
Kepala Sekolah dan/atau Wakil Kepala Sekolah diminta hadir.Kami mengundang
Ketua dan/atau Sekretaris.
b) Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah
satuan bahasa secara tidak sederajat (Abdul Chaer, 2011 : 103). Dalam (TBBI,
1988 : 237) menyatakan konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang
menghubungkan dua klausa atau lebih yang tak memiliki status sintaksis yang
sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat dari kalimat induknya.
Jika dilihat dari perilaku sintaktis dan semantisnya, konjungsi subordinatif dapat
dibagi menjadi sepuluh kelompok kecil, seperti bagian berikut ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Konjungsi Subordinatif waktu: sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai,
ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga,
sampai.Konjungsi Subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila,
manakala.Konjungsi Subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, andaikan,
umpamanya, sekiranya.Konjungsi Subordinatif tujuan: agar, supaya, agar
supaya, biar.Konjungsi Subordinatif konsesif: biarpun, meski(pun), sekalipun,
walau(pun), sungguhpun, kendati(pun).Konjungsi Subordinatif pemiripan:
seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana.Konjungsi
Subordinatif penyebaban : sebab, karena, oleh karena.Konjungsi Subordinatif
pengakibatan : (se)hingga, sampai(-sampai), maka(nya).Konjungsi Subordinatif
penjelasan: bahwa.Konjungsi Subordinatif cara: dengan.
Seperti halnya dengan kelompok konjungsi koordinatif, dalam kelompok
subordinatif ada pula anggota yang termasuk dalam kelompok preposisi. Kata
seperti sebelum dan karena dapat diikuti oleh klausa tetapi dapat pula diikuti oleh
kata. Dalam hal yang pertama kata-kata itu bertindak sebagai konjungsi, dalam
hal yang kedua sebagai preposisi.
Berikut adalah contoh kelompok masing-masinng :
Pak Manuel sudah meninggal ketika dokter datang. Saya akan naik haji jika tanah
saya laku terjual.Saya pasti akan memaafkannya seandainya dia mau
mengakuikesalahannya.Narto harus belajar giat agar naik kelas.Pembangunan
tetap berjalan terus meskipun dana makin menyempit.Dia takut kepada saya
seolah-olah saya ini musuhnya.Hari ini dia tidak masuk kantor karena sakit.Ayah
belum mengirim uang sehingga kami belum dapat membayar uang kuliah.Ali
tidak mau membayar utangnya, padahal dia mempunyai uang.Orang yang
mendatanginya bertampang seram, maka dia jadi takut.Mereka berkata bahwa
mereka akan berkunjung besok.Dia memukul dengan tangan kirinyaa melayang
terlebih dahulu.
Dari uraian dan contoh di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
karena banyak orang yang belum menyadarinya. Pertama, pada umumnya klausa
yang didahului oleh konjungsi dapat berdiri di tengah atau depan kalimat. Karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
itu, jika klausa anak itu berada di tengah kalimat tentu saja tulisan konjungsinya
memakai huruf kecil seperti pada contoh di atas. Kedua, jika subjek klausa anak
sama dengan subjek kalimat”Narto harus belajar giat agar naik kelas.” dan ”Hari
ini dia tidak masuk kantor karena sakit.” di atas. Pada kalimat pertama di atas
kata dia telah dihilangkan sesudah konjungsi agar karena subjek itu sama dengan
subjek Narto pada klausa induk. Demikian pula pada kalimat keduakarena sakit
adalah kependekan dari karena dia sakit.
c) Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, dua
buah frasa, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama (Abdul Chaer,
2011 : 124). Dalam (TBBI, 1988 : 238) menyatakan konjungsi korelatif adalah
konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa; dan kedua unsur itu
memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian
yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.
Berikut adalah contohnya.
Baik ..... maupun ....., (maupun) .....
Tidak hanya ....., tetapi (....) juga .....
Demikian (rupa) ...... sehingga .....
Apa(kah) ..... atau .....
Entah ..... entah .....
Jangankan ...., .... pun .....
Contoh-contoh dalam kalimat.
Baik Pak Irwan maupun istrinya tidak suka merokok.
Tidak hanya dia tetapi saya juga ikut.
Tidak hanya kita harus setuju, tetapi kita juga harus patuh
Mobil itu larinya demikian cepatnya sehingga sangat sukar untuk dipotret
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
d) Konjungsi Antarkalimat
(Abdul Chaer, 2011 : 103) Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan yang kalimat lain yang berada dalam
satu paragraf. Berbeda dengan konjungsi di atas, konjungsi antarkalimat
menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Karena itu, konjungsi
macam itu selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf
pertamanya ditulis dengan huruf kapital (TBBI, 1988 : 239). Berikut adalah
anggota subkelompok konjungsi antarkalimat.Menyatakan kesedian untuk
melakukan sesuatu yang berbeda atau pun bertentang dengan yang dinyatakan
pada kalimat sebelumnya : Biarpun demikian/begitu, Sekalipun demikian/begitu,
sungguhpun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu.Menyatakan kelanjutan
dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya : Meskipun demikian/begitu,
kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.Menyatakan adanya hal, peristiwa,
atau keadaan lain diluar dari yang telah dinyatakan sebelumnya : Tambahan pula,
lagi pula, selain itu.Mengacu ke kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya :
SebaliknyaMenyatakan keadaan yang sebenarnya : Sesungguhnya,
bahwasanya.Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya : Malah(an),
bahkan.Menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya : (akan) tetapi,
namun.Menyatakan keeksklusifan dari hal yang dinyatakan sebelumnya : Kecuali
itu.Menyatakan konsekuensi : Dengan demikian. Menyatakan akibat : Oleh
karena itu, oleh sebab itu.Menyatakan kejadian yang mendahului hal yang
dinyatakan sebelumnya : Sebelum itu.
Berikut contoh-contoh konjungsi antarkalimat :
Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan
menghalanginya.Mereka berbelanja ke Glodok. Sedudah itu, mereka pergi ke
saudaranya di Ancol. Pak Atma kena penyakit kecing manis. Selain itu, dia juga
mengidap tekanan darah tinggi.Penjahat itu tidak mengindahkan tembakan
peringatan. Sebaliknya, dia melawan polisi menggunakan belati.Masalah yang
dihadapinya memang gawat. Sesungguhnya, masalah ini sudah dia ramalkan
sebelumnya.Pak Didin sudah tahu soal/tentang itu. Bahkan, dia sudah mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menanganinya. Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap
waspada.
Dari contoh di atas jelaslah bahwa konjungsi antarkalimat
menghubungkan dua kalimat yang utuh. Karena kedua kalimat itu terpisah, maka
subjek pada kalimat kedua tetap dipertahankan meskipun subjeknya sama dengan
kalimat sebelumnya. Dengan demikian, dalam bahasa baku kalimat seperti nomor
(91b) tidak dapat diubah menjadi Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun
demikian, tidak akan menghalanginya. Dalam bahasa yang tidak baku dan bahasa
lisan penghilangan subjek seperti itu sering dilakukan orang. Perhatikan pula
bahwa konjungsi tetapi dalam bahasa baku tidak dipakai untuk memulai suatu
kalimat. Sebagai gantinya, dipakailah konjungsi akan tetapi seperti terlihat pada
contohdi atas (TBBI, 1988 : 240-241).
e) Konjungsi Antarparagraf
Jika konjungsi antarkalimat menghubungkan dua kalimat dan memulai
suatu kalimat baru, konjungsi antarparagraf pada umumnya memulai suatu
paragraf. Hubungannya dengan paragraf sebelumnya berdasarkan makna yang
terkandung pada paragraf sebelumnya itu (TBBI, 1988 : 241).Berikut kelompok
konjungsi antarparagraf :
Adapun Alkisah
Akan hal Arkian
Mengenai Sebermula
Dalam pada itu Syahdan
Contoh penggunaan konjungsi antarparagraf :
Adapun terbongkarnya rahasia bahwa di bawah pohon itu tersimpan harta karun,
bermula dari cerita Pak Colin yang pernah menjadi pembantu raja dan turut
menanam harta tersebut beberapa puluh tahun yang lalu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Alkisah maka pada masa dulu memerintahlah seorang raja yang arif dan bijaksana
di daerah ini.
Dari uraian mengenai berbagai konjungsi di atas dapat kita simpulkan bahwa :
Konjungsi koordinatif menggabungkan kata atau klausa yang setara.
Kalimat yang dibentuk dengan cara itu dinamakan kalimat majemuk setara.
Melalui koordinatif digabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing
mempunyai kedudukan yang sama dalam struktur konstituen kalimat dengan
menghasilkan satuan yang sama juga kedudukannya. Jika hubungan antara klausa
tidak menyangkut satuan-satuan yang membentuk hierarki (klausa yang satu
bersama dengan konjungsinya bukan konstituen dari klausa yang lain), maka
hubungan itu disebut hubungan koordinasi.
Konjungsi subordinatif membentuk anak kalimat. Dengan penggabungan
klausa itu dengan klausa induk menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.
Menghubungkan dua klausa yang tidak mempunyai kedudukan yang sama dalam
struktur konstituennya. Dengan kata lain, jika sebuah klausa berfungsi sebagai
konstituen klausa lain, maka hubungan yang terdapat diantara kedua klausa itu
disebut subordinasi. Hubungan subordinasi dapat bersifat melengkapi
(komplementif) dan dapat bersifat mewatasi atau menerangkan (atributif).
Konjungsi korelatif dapat membentuk frasa atau kalimat. Unsur frasa yang
dibentuk dengan konjungsi itu memiliki status sintaksis yang sama. Apabila
konjungsi itu membentuk kalimat, maka kalimatnya agak rumit dan bervariasi
wujudnya. Ada kalanya terbentuk kalimat majemuk setara, ada pula yang
bertingkat. Bahkan, dapat terbentuk pula kalimat yang mempunyai dua subjek
dengan satu predikat.
Konjugsi antarkalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing
merupakan kalimat sendiri-sendiri. Konjungsi antarparagraf menghubungkan
paragraf tempat konjungsi itu dipakai dengan paragraf sebelumnya. Walaupun
demikian, ada konjungsi tertentu (adapun dan oleh karena itu), yang dapat
dipakai sebagai konjungsi antarkalimat ataupun antarparagraf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.2.2.3 Interjeksi
Menurut Kridalaksana dalam (Masnur Muslich, 2008 : 121), interjeksi
adalah kategori kata yang bertugas mengungkapkan perasaan dan secara sintaksis
tidak berhubungan dengan kata lain dalam ujaran. Ia dibedakan atas interjeksi : (a)
seruan, (b) keheranan, (c) kesakitan, (d) kekecewaan, (e) kekagetan, (f) kelegaan,
dan (g) kejijikan. Dalam (TBBI, 1988 : 243) interjeksi atau kata seru adalah kata
tugas yang mengungkapkan rasa hati manusia. Untuk memperkuat rasa hati,
sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang
mengandung makna pokok yang dimaksud.
Di samping interjeksi yang asli, dalam bahasa indonesia ada pula interjeksi
yang berasal dari bahasa asing, kedua-duanya biasanya dipakai di permulaan
kalimat dan diikuti oleh tanda koma. Pada umumnya interjeksi mengacu ke sikap
yang (a) negatif : cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan, (b) positif : aduhai,
amboi, asyik, alhamdulilah, insya Allah, syukur, (c) menggambarkan keheranan :
ai, lo, astagafirulah, masyaallah, dan (d) netral atau bercampur : ayo, hai, halo,
he, wahai, astaga, wah, nah, ah, eh, oh, ya, aduh, hem, bergantung pada makna
kalimat yang menggiringnya (TBBI, 1988 : 243).
Berikut adalah beberapa contoh dari kelompok masing-masing :
a. Cih, tidak tahu malu mengemis belas kasihan orang. Cis, muak aku melihat
rupamu lagi. Bah, pergi kau dari rumah ini. Ih, gigimu mengapa sudah ompong ?
b. Aduhai, indahnya pemandangan tahun ini. Amboi, akhirnya sampai juga kita
dengan selamat. Asyik, nikmatnya kita duduk-duduk di pantai seperti ini.
c. Ai, kurusnya kamu sekarang ini. Lo, kamu ‘kan teman saya di SMP dulu ?.
Astagafirullah, seluruh keluarganya ditembak perampok ?!. Masyaallah,
pamanmu kawin lagi pada umur setua itu ?
d. Ayo, kita pergi sekarang. Hai, kapan kamu datang ?. He, di mana Bu Hartini
tinggal sekarang ?. Wahai, mahal benar durian di Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Pada contoh kelompok (d) di atas dapat kita lihat bahwa interjeksi seperti
ah, hai, astaga, dan wah dapat dipakai di berbagai situasi. Perlu kiranya
diperhatikan bahwa banyak dari interjeksi itu dipakai dalam bahasa lisan atau
bahasa tulis yang berbentuk percakapan. Karena itu, umumnya interjeksi seperti
itu lebih bersifat tidak formal. Interjeksi seperti brengsek, asyik, aduhai, ih, dan
idih termasuk dalam kategori itu. Pada bahasa tulis yang bukan merupakan
percakapan, khususnya yang bersifat formal, interjeksi jarang dipakai.
2.2.2.4 Artikel
Menurut versi tradisional dalam (Masnur Muslich, 2008 : 111) artikel
(kata sandang) ialah kata yang berfungsi menentukan kata benda dan
membedakan suatu kata. Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah
nomina. Dalam bahasa indonesia ada tiga kelompok artikel : (1) artikel yang
menyatakan jumlah tunggal, (2) artikel yang mengacu ke makna kelompok, dan
(3) artikel yang menyatakan makna netral (TBBI, 1988 : 245).
a) Artikel yang Mengacu ke Makna Tunggal
Artikel yang menyatakan jumlah tunggal pada umumnya mengacu ke
konsep atau hal yang lama atau unik. Berikut ini adalah contoh-contohnya (TBBI,
1988 : 245):
Sang : Untuk manusia atau benda unik dengan maksud untuk meninggikan
martabat. Sering pula dipakai sebagai gurauan atau sindiran.
Sri : Untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan dan
kerajaan.
Hang : Untuk manusia laki-laki yang dihormati, tetapi pemakaiannya terbatas
pada hal dan cerita kesusastraan lama.
Dang : Untuk manusia wanita yang dihormati, tetapi pemakaiannya terbatas
pada hal dan cerita kesusastraan lama.
Berikut ini adalah contoh pemakaian artikel di atas :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Sang juara, Ellyas Pical, dapat merobohkan petinju Australia.Sang Merah Putih
berkibardengan jaya di seluruh tanah air.Sang Suami mengapa tidak ikut ?.
Karena pertanyaan siswa tadi rupanya sang guru menjadi marah.Baru-baru ini Sri
Paus berkunjung ke Australia.Kedatangan Sri Baginda dan Sri Ratu disambut
dengan meriah.Segera Hang Tuah pergi merantau.DangMerdu adalah toko
terkenal dalam hikayat sastra melayu.
b) Artikel yang Mengacu ke Makna Kelompok : Para
Artikel yang mengacu ke makna kelompok adalah para. Karena artikel ini
mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan
dalam bentuk kata ulang (TBBI, 1988 : 246). Jadi, untuk menyatakan kelompok
guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah para guru bukan para guru-
guru.
(TBBI, 1988 : 246) Para dipakai untuk menegaskan makna kekelompokan
bagi manusia yang memiliki sifat tertentu, khususnya yang berkaitan dengan
pekerjaan dan kedudukan. Dengan demikian, kita dapati bentuk seperti paraanak,
para orang, dan para manusia tidak kita temukan dalam bahasa kita. Adapula
kata lain seperti kaum dan umat yang juga menyatakan kekelompokan, tetapi
kedua kata itu termasuk nomina, bukan artikel. Dengan demikian, kita temukan
klausa seperti Kita adalah umat/kaum yang beragama.
c) Artikel yang Bermakna Netral : Si
Di samping artikel yang menyatakan makna ketunggalan dan
kekelompokan, ada pula artikel yang sifatnya netral. (TBBI, 1988 : 246) Artikel si
dapat mengacu ke makna tunggal atau generik, bergantung pada konteks
kalimatnya. Frasa simiskin dalam kalimat Tak sampai hatiku melihat si miskin
mengambil makanan dari tumpukan sampah itu mengacu ke pengertian generik,
yakni kaum miskin di dunia ini.
(TBBI, 1988 : 246) Artikel si dipakai untuk mengiringi nama orang,
membentuk nomina adjektiva atau verba, dan dalam bahasa yang tak formal untuk
mengiringi pronomina dia. Berikut adalah contoh-contoh pemakaiannya :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Si Ovan akan meminang si Wulan tahun depan.
Aduh, cantiknya si hitam manis itu.
2.2.2.5 Partikel : -kah, -lah, pun, dan –tah
(TBBI, 1988 : 247) Kelompok kata tugas yang terakhir sebenarnya berupa
klitika, karena selalu dilekatkan pada kata yang mendahuluinya. Ada empat
partikel, yakni –kah, -lah, -pun, dan –tah.
a) Partikel –kah
Partikel –kah kadang-kadang bersifat manasuka dan kadang-kadang wajib,
bergantung pada macam kalimatnya. Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya
(TBBI, 1988 : 247) :
Partikel –kah membentuk kalimat tanya.
Contoh : Dia yang akan datang – Diakah yang akan datang ?
Hari ini pekerjaan itu harus selesai – Hari inikah pekerjaan itu harus
selesai ?
Jika dalam kalimat tanya suda ada kata tanya seperti apa, di mana, bagaimana,
maka –kah bersifat manasuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih
formal dan sedikit lebih halus.
Contoh : Apakah ayahmu sudah datang ?
Bagaimanakah penyelesaian soal ini jadinya ?
Ke manakah anak-anak pergi ?
Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya maka –kah akan memperjelas bahwa
kalimat itu adalah kalimat tanya. Kadang-kadang urutan katanya dibalik. Tanpa –
kah, arti kalimatnya bergantung pada cara kita mengucapkan-dapat berupa kalimat
berita atau kalimat tanya.
Contoh : Dia akan datangkah nanti malam ?
Haruskah aku yang mulai dahulu ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tidak dapatkah dia mengurus soal sekecil itu ?
b) Partikel –lah
(TBBI, 1988 : 247-248) Partikel –lah dipakai dalam kalimat perintah atau
kalimat berita. Berikut adalah kaidah pemakaiannya :
Dalam kalimat perintah, -lah dipakai utuk sedikit menghaluskan perintahnya.
Contoh : Pergilah sekarang, sebelum hujan turun.
Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi.
Kalau Anda mau, ambillah satu atau dua buah.
Dalam kalimat berita, -lah dipakai untuk memberikan tegasan yang sedikit keras.
Contoh : Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
Ambil berapa sajalah yang Saudara perlukan.
Cara seperti itu tidaklah pantas.
Dialah yang menggugat soal itu.
c) Partikel pun
(TBBI, 1988 : 248) Partikel pun hanya dipakai dalam kalimat berita.
Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut :
Pun dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya. Dalam tulisan, pun
dipisahkan dari kata depannya.
Contoh : Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
Yang tidak perlu pun dibelinya juga.
Perlu diperhatikan bahwa partikel pun pada konjungsi ditulis serangkai,
jadi, ejaannya walaupun, meskipun, kendatipum, adapun, biarpun, dan
sungguhpun.
Dengan arti yang sama seperti di atas, pun sering pula dipakai bersama –lah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Contoh : Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.
Para demonstran itu pun berbarislah dengan teratur.
d) Partikel –tah
(TBBI, 1988 : 249) Partikel –tah dipakai dalam kalimat tanya, tetapi si
penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya-
tanya pada diri sendiri tentang hal yang dikemukakannya. Partikel –tah itu banyak
dipakai dalam sastra lama. Tetapi tidak banyak dipakai lagi sekarang.
Contoh : Apatah artinya hidup ini tanpa engkau ?
Siapatah gerangan orangnya yang mau menolongku.
2.3 Analisis Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa
Subbab ini menguraikan tiga hal pokok, yaitu pengertian kesalahan
berbahasa, klasifikasi kesalahan berbahasa, dan pengertian analisis kesalahan
berbahasa. Penjelasan masing-masing hal pokok yang berhubungan dengan teori
analisis kesalahan berbahasa adalah sebagai berikut:
2.3.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa
Kegiatan komunikasi baik secara lisan maupun tertulis tidak terlepas dari
kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa adalah terjadinya penyimpangan
kaidah dalam tindak bahasa, baik secara lisan maupun tertulis (Suwandi,
2008:165). Sedangkan Setyawati (2010:13) menjelaskan bahwa “Kesalahan
berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang
menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari
norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.”
Setyawati (2010:13-14) mengemukakan bahwa ada tiga kemungkinan
penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa, yaitu terpengaruh bahasa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
lebih dahulu dikuasai, kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang
dipakainya, dan pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.
Berikut ini merupakan uraian masing-masing penyebab kesalahan berbahasa,
yaitu:
1) Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Penyebab pertama ini
dapat diartikan bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi
bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang
dipelajari si pembelajar (siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan terletak
pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2.
2) Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.
Pemakai bahasa yang kurang memahami kaidah bahasa dapat menimbulkan
kesalahan berbahasa. Pemakai bahasa salah atau keliru menerapkan kaidah
bahasa karena ia tidak paham mengenai kaidah tersebut. Kesalahan berbahasa
karena kekurangpahaman kaidah bahasa misalnya kesalahan generalisasi,
aplikasi kaidah bahasa secara tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari
kondisi- kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan semacam itu sering
disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan
tersebut disebabkan oleh: (a) penyamaran berlebihan, (b) ketidaktahuan
pembatas kaidah, (c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah
menghipotesiskan konsep.
3) Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Kesalahan
berbahasa dapat disebabkan oleh pengajaran bahasa yang kurang tepat. Hal
tersebut berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau yang dilatihkan dan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber,
pemilihan, penyusunan, pengurutan, dan penekanan. Sementara itu, cara
pengajaran menyangkut masalah penelitian teknik penyajian, langkah-langkah
dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat
bantu dalam pengajaran.
Selain tiga kemungkinan penyebab kesalahan berbahasa yang
diungkapkan oleh Setyawati tersebut, kesalahan berbahasa dapat pula terjadi
karena penghilangan salah satu atau beberapa unsur bahasa. Menurut Slamet
(2014:34), faktor penyebab penghilangan unsur bahasa oleh penutur dapat
bermacam- macam, misalnya penutur malas menggunakan bentuk kata atau
kalimat yang panjang, penutur tidak menguasai struktur bahasa, penutur meniru
bahasa yang digunakan orang lain (pejabat), dan penutur terpengaruh struktur
bahasa daerah.
Bahasa yang mengandung kesalahan dapat dikatakan sebagai bahasa yang
tidak baku karena kesalahan berbahasa berkaitan dengan pelanggaran kaidah
berbahasa. Penggunaan bahasa tidak baku tidak dibenarkan dalam situasi resmi.
Bahasa yang seharusnya digunakan dalam situasi resmi adalah bahasa baku yang
tidak mengandung kesalahan berbahasa. Bahasa baku ialah suatu bentuk
pemakaian bahasa yang menjadi model yang dapat dicontoh oleh setiap pemakai
bahasa yang hendak berbahasa secara benar. Sementara itu, Moeljono (1989:43)
berpendapat bahwa “Bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu ragam bahasa
yang berkekuatan sanksi sosial dan yang diterima oleh masyarakat bahasa sebagai
acuan atau model.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Sabariyanto (2001:3) merangkum beberapa pendapat ahli mengenai
pengertian bahasa baku, yaitu (1) bahasa baku merupakan sebuah ragam bahasa,
(2) dalam ragam itu harus tercermin penggunaan kaidah yang benar, (3) bahasa
yang benar akan dijadikan acuan atau model oleh masyarakat pemakai bahasa,
dan (4) ragam baku itu digunakan dalam situasi resmi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
kesalahan berbahasa adalah penyimpangan kaidah atau tata bahasa dalam tindak
bahasa, baik secara lisan maupun tertulis. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadi kesalahan berbahasa, diantaranya pengaruh bahasa pertama,
kekurangpahaman terhadap struktur bahasa yang dipakai, pengajaran bahasa yang
kurang sempurna, penghilangan unsur bahasa, dan kemalasan si penutur.
2.3.2 Klasifikasi Kesalahan Berbahasa
Dalam menganalisis kesalahan berbahasa terdapat perbedaan antara kata
kesalahan dan kekeliruan. Istilah kesalahan (“error”) dan kekeliruan (“mistake”)
dalam pengajaran bahasa yaitu penyimpangan dalam pemakaian bahasa (Tarigan,
1988: 75). Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis
kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya
dilakukan oleh guru melalui pengajaran remidial, latihan, praktek, dan
sebagainya. Jadi, dapat dikatakan bahwa kesalahan yang terjadi merupakan
cerminan akan pemahaman siswa terhadap pembelajaran bahasa yang belum
dikuasai. Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi, yaitu
keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan
dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sebagainya. Guru perlu menganalisis kesalahan sejak awal agar mampu
memperbaiki kesalahan-kesalahan sehingga bisa mencegah dan memperbaiki.
Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam berbagai tataran linguistik dan
berbagai jenis kegiatan berbahasa. Jenis kesalahan berbahasa sangat beragam dan
bervariasi karena banyak hal yang membedakan jenis kesalahan berbahasa.
Menurut Tarigan (1987:48-49), kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia
dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu berdasarkan tataran linguistik,
berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa, berdasarkan sarana
atau jenis bahasa yang digunakan, berdasarkan penyebab kesalahan berbahasa,
dan berdasarkan frekuensi kesalahan berbahasa.
1) Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan
menjadi lima, yaitu kesalahan di bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa,
klausa, kalimat), semantik, dan wacana.
2) Berdasarkan kegiatan atau keterampilan berbahasa, kesalahan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi empat, yaitu kesalahan berbahasa dalam menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
3) Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan, kesalahan berbahasa
dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan maupun tertulis.
4) Berdasarkan penyebab kesalahan, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan
berbahasa karena interferensi.
5) Berdasarkan frekuensi terjadinya kesalahan, kesalahan berbahasa dapat dibagi
menjadi kesalahan yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
terjadi.
Penelitian ini difokuskan pada kesalahan berbahasa pada teks karangan
karya siswa SMPN 1 Sleman Kelas VIII. Adapun aspek yang ditinjau yakni
konjungsi, preposisi, interjeksi, artikel, dan partikel.
2.3.3 Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan sering disingkat Anakes. Analisis kesalahan adalah
metode dalam memberikan dan menjelaskan kesalahan berbahasa siswa (Parera,
1986:48). Sementara itu, Suwandi (2008:166) menjelaskan bahwa “Analisis
kesalahan adalah suatu kegiatan mengidentifikasi kesalahan, mengklasifikasikan
kesalahan, menentukan tingkat keseriusan kesalahan, dan menjelaskan penyebab
kesalahan itu terjadi.” Dalam penelitin ini, analisis kesalahan yang dimaksud
adalah analisis kesalahan berbahasa. Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu
prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang
meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel, menjelaskan kesalahan tersebut,
mengklasifikasikan kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan
itu (Tarigan dan Sulistyaningsih, 1997: 25).
Analisis kesalahan berbahasa sangat bermanfaat dalam bidang pendidikan.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suwandi (2008: 169), “Analisis kesalahan
berbahasa memberikan banyak keuntungan, terutama yang berkaitan dengan
kegiatan pengajaran bahasa dan juga pelatihan yang berkaitan dengan pembinaan
bahasa. Manfaat yang diperoleh dari analisis kesalahan berbahasa dapat berupa
manfaat praktis dan teoretis. Manfaat praktis analisis kesalahan adalah untuk
memperbaiki kesalahan bahasa siswa pelajar bahasa dan mungkin bagi guru
sebagai alat penjelas tentang kesalahan itu. Sedangkan manfaat teoretis ialah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
usaha untuk memberikan landasan yang lebih kuat tentang bahasa anak atau
bahasa perolehan dalam menguasai bahasa ibunya sendiri (Parera, 1986: 48).
Selain itu, analisis kesalahan berbahasa sangat bermaanfaat bagi keberhasilan
pembelajaran bahasa.
Tarigan dan Tarigan (1988: 142) menjelaskan bahwa analisis kesalahan
berbahasa mengandung beberapa keuntungan. Keuntungan analisis kesalahan
berbahasa, antara lain: (1) untuk mengetahui penyebab terjadinya kesalahan; (2)
untuk memahami latar belakang kesalahan; (3) untuk memperbaiki kesalahan
yang dibuat oleh para pelajar; dan (4) untuk mencegah atau menghindari
kesalahan yang sejenis pada waktu yang akan datang, agar para pelajar dapat
menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
2.4 Pengertian dan Jenis Karangan
Karangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil
mengarang; cerita; buah pena. Sedangkan mengarang adalah suatu kegiatan
penyampaian pikiran dan perasaan dengan menggunakan tulisan sebagai
mediumnya. Tulisan itu sendiri terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna
dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan. “Menulis atau
mengarang pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke
dalam bentuk lambang-lambang bahasa” (Semi, 1990:8). Secara umum tulisan
dapat dikembangkan ke dalam lima jenis.
(1) Narasi
Menurut Pamungkas (2012:58), “narasi adalah jenis tulisan yang bertujuan
untuk menceritakan suatu pokok persoalan”. Rahardi (2009:167) menyatakan
bahwa “naratif berkaiatan sangat erat dengan penceritaan atau pendongengan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
sesuatu”. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa narasi merupakan
penyampaian atau penceritaan suatu peristiwa atau pengalaman dalam kurun
waktu tertentu.
(2) Eksposisi
“Eksposisi adalah tulisan untuk menerangkan suatu pokok masalah atau
pikiran yang dapat memperluas pengetahuan seorang pembaca” (Pamungkas,
2012:58). Rahardi (2009:166) menyatakan bahwa “eksposisi adalah tulisan untuk
menampilkan atau memaparkan sosok objek tertentu yang hendak dituliskan”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan eksposisi
adalah karangan yang menjelaskan atau memaparkan suatu informasi bagi
pembaca.
(3) Deskripsi
“Karangan deskripsi bersifat informatif, pembaca diajak menikmati apa
yang telah dinikmati penulis, susunan peristiwa tidak menjadi pertimbangan
utama, yang penting pesan sampai kepada pembaca” (Pamungkas, 2012:58).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan karangan
deskripsi adalah karangan yang memberikan gambaran sesuatu, seolah-olah kita
dapat melihat, mendengar, serta merasakan objek yang dipaparkan oleh penulis.
(4) Argumentasi
Pamungkas (2012: 59) mengatakan bahwa “argumentasi adalah jenis
tulisan yang berisi ide atau gagasan yang dilengkapi dengan bukti-bukti kesaksian
yang dijalin menurut proses penalaran yang kritis dan logis, dengan tujuan
mempengaruhi atau meyakinkan pembaca untuk menyatakan persetujuannya”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan argumentasi
adalah karangan yang bertujuan meyakinkan dan mempengaruhi pembaca tentang
suatu pendapat sehingga pembaca percaya dan bertindak sesuai apa yang
diinginkan oleh penulis.
(5) Persuasi
Menurut Pamungkas (2012:59), “persuasi adalah karangan yang
disampaikan dengan cara-cara tertentu, bersifat ringkas, menarik, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
mempengaruhi secara kuat kepada pembaca sehingga si pembaca terhanyut oleh
siratan isi”. Karangan persuasi digunakan untuk mengajak, mempengaruhi, dan
membujuk pembaca agar mengikuti kemauan penulisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Menurut
Bogdan dan Taylor 1975 (dalam Rulam Ahmadi, 2014 : 15) metode kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan
dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri. Menurut
Patton 1980 (dalam Rulam Ahmadi, 2014 : 15) Metode kualitatif adalah untuk
memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah. Menurut Kirk dan
Miller (dalam Moleong, 1988 : 2) Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Penelitian ini
termaksud penelitian kualitatif karena data yang dianalisis adalah kata-kata tugas
yang terdapat dalamteks karangan karya siswa.
Deskriptif adalah sifat data penelitian kualitatif. Wujud datanya berupa
deskripsi objek penelitian. Dengan kata lain, wujud data penelitian kualitatif
adalah kata-kata, gambar, dan angka-angka yang tidak dihasilkan melalui
pengolahan statistika. Data deskriptif ini bisa jadi dihasilkan dari transkrip (hasil)
wawancara, catatan lapangan melalui pengamatan, foto-foto, video-tape, dokumen
pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi yang lain. Data yang banyak itu
dirajut, diulas satu-satu, dianalisis secara rinci sehingga diperoleh laporan
komprehensif (Muhammad, 2016 : 34-35). Penelitian ini termaksud penelitian
kualitatif bersifat deskriptif karena peneliti akan mendeskripsikan penggunaan
kata tugas apa saja yang terdapat dalamteks karangan karya siswa.
3.2 Sumber Data dan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalahteks karangan karya siswa kelas
VIII SMPN 1 Sleman. Data penelitian berupa kalimat-kalimat yang mengandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kata tugas dalamteks karangan karya siswa. Objek penelitiannya berupateks
karangan karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman.
3.3 Instrumen Penelitian
Dalampenelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah manusia, yakni
peneliti itu sendiri atau orang lain yang terlatih. Data yang akan diperoleh dalam
penelitian kualitatif berupa kata-kata (bahasa), tindakan, atau bahkan isyarat atau
lambang (Rulam Ahmadi, 2014 : 103). Untuk dapat menangkap atau menjelaskan
data yang demikian, yang paling tepat sebagai instrumen penelitian adalah
manusia. Dalam penelitian ini peneliti memilih penelitian kualitatif instrumen atau
alat penilitian adalah peneliti itu sendiri.Dalam penelitian ini peneliti sebagai
instrumen penelitian membutuhkan adanya alat bantu. Peneliti membutuhkan alat
bantu yakni laptop, alat tulis, serta bahan dalam penelitian yakni buku referensi
dan karangan deskripsi siswa.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Mahsun (2007 : 92) menyatakan metode simak adalah metode yang
digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan
bahasa. Metode simak yang sesuai dengan penelitian ini adalah teknik simak
bebas cakap. Muhammad (2016 : 208) untuk menjalankan metode simak, peneliti
hanya menjadi pengamat atau penyimak. Peneliti tidak ikut angkat bicara dengan
mitranya. Teknik ini sangat mungkin dilakukan bila data penelitiannya adalah
data tertulis atau dokumen. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati hasil
tekskarangan karya siswakelas VIII SMPN 1 Sleman yang mengandung kata
tugas.
Peneliti juga menggunakan teknik catat. Sudaryanto (dalam Muhammad
2016 : 211) meyatakan teknik catak adalah proses pencatatan pada kartu data yang
telah disediakan atau akan disediakan. Setelah pencatatan dilakukan, peneliti
melakukan klasifikasi atau pengelompokan.Dalam teknik catat ini, peneliti
mencatat data-data yang berupa kalimat-kalimat yang mengandung kata tugas
padateks karangan karya siswa, lalu di klasifikaikan berdasarkan jenis kata tugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Berdasarkan teknik diatas, maka prosedur pengumpulan data dilakukan
dalam beberapa tahap: mengumpulkanteks karangan siswa, membaca dan
menandai kalimat-kalimat yang mengandung kata tugas, mengumpulkan kalimat-
kalimat yang mengandung kata tugas yang sudah ditandai, mencatat data dalam
file dan selanjutnya melakukan klasifikasi. Data dalam penelitian ini berupa
kalimat-kalimat yang mengandung kata tugas padateks karangankarya siswa yang
diketik pada file komputer sesuai dengan jenis-jenis kata tugas.
3.5 Analisis Data
Peneliti dalam penelitian ini tidak menggunakan analisis statistik dan tidak
mengarah pada penerimaan atau penolakan hipotesis. Peneliti akan
mengemukakan kesalahan penggunaan kata tugas padateks karangan karya siswa.
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisis data deskriptif
kualitatif. Berdasarkan pandangan dan penjelasan di atas, maka peneliti
melakukan langkah-langkah analisis data sebagai berikut :
Mengidentifikasi hasil teks karangan karya siswa yang mengandung unsur
kata tugas.
Mengklasifikasikan kata tugas berdasarkan jenisnya: Konjungsi, preposisi,
interjeksi, artikel, partikel. Selanjutnya teks karangan karya siswa yang
mengandung kata tugas dicermati satu-persatu.
Peneliti menghitung dan menjelaskan kata tugas yang salah dalam teks
karangan karya siswa.
Peneliti membetulkan kata tugas yang salah dalam karangan deskripsi
siswa.
3.6 Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moloeng 2006 : 330). Menurut Moloeng
(2006 : 331), triangulasi jenis penyidik adalah dengan jalan memanfaatkan
penelitian atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi
kekeliruan dalam proses pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan
triangulasi jenis penyidik. Agar temuan peneliti yang diperoleh itu benar, peneliti
melakukan pemerikasaan keabsahan data kepada pakar. Langkah yang dilakukan
peneliti dalam triangulasi ini yakni peneliti mencari pengamat lain, yaitu Dr. R.
Kunjana Rahardi, M.Hum dosen Prodi PBSI di Universitas Sanata Dharma.
Selanjutnya peneliti memberikan kepada beliau seluruh hasil analisis data
penelitian untuk diperiksa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini berupa kalimat yang mengandung kesalahan
penggunaan kata tugas. Data diperoleh dari karangan siswa kelas VIII SMPN 1
Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019. Teks karangan bebas ini seluruhnya
berjumlah 63 judul, dengan pembagian kelas VIII C 32 judul dan kelas VIII G 31
judul. Teks karangan yang dibuat siswa berupa karangan bebas sesuai kreasi
siswa-siswi. Pada teks karangan kelas VIII C terdapat 3 jenis teks, yaitu 9 teks
deskripsi, 22 teks narasi, dan 1 teks eksposisi. Sedangkan pada kelas VIII G
sebanyak 31 siswa-siswi membuat teks narasi.
Kata tugas meliputi preposisi, konjungsi, artikel, interjeksi, dan partikel.
Dalam penggunaannya pasti terdapat kesalahan-kesalahan yang disebabkan
kekeliruan maupun faktor lain. Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis
kesalahan penggunaan kata tugas dalam 63 judul teks karangan oleh siswa SMPN
1 Sleman Yogyakarta. Dari 63 teks karangan diperoleh kalimat yang mengandung
unsur kata tugas sebanyak 1318 kalimat, preposisi 684 kalimat, konjungsi 523
kalimat, interjeksi 21 kalimat, artikel 28 kalimat, partikel 62 kalimat.
Berdasarkan langkah-langkah yang terdapat pada Bab III, peneliti akan
menyajikan data yang terkumpul mengenai kesalahan penggunaan kata tugas yang
terdapat dalam 63 teks karangan siswa-siswi SMPN 1 Sleman. Kesalahan
penggunaan kata tugas yang di analisis diperoleh dari kalimat yang mengandung
kata preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel.
4.2 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yang di
dalamnya menjelaskan data menggunakan pemaparan kata-kata bukan dengan
angka-angka. Dalam analisis data ini, peneliti mengklasifikasikan penggunaan
kata tugas pada karangan siswa preposisi, konjungsi, artikel, interjeksi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
partikel, serta memaparkan dan menganalisis kesalahan penggunaan kata tugas
yang diperoleh dari 63 teks karangan siswa.
4.2.1 Kesalahan Penggunaan Kata Tugas
Pada pembahasan ini data akan diuraikan serta dianalasis kesalahan-
kesalahan penggunaan kata tugas dalam kalimat-kalimat yang terdapat dalam
karangan siswa-siswi SMPN 1 Sleman Kelas VIII. Dalam 1318 kalimat yang
mengandung unsur kata tugas, terdapat 171 kesalahan penggunaannya. Kesalahan
pada kalimat tersebut meliputi aspek preposisi monorfemis dan, ke, untuk, dari,
polimorfemis menuju, gabungan kata daripada, ke, di. Konjungsi koordinatif
dan, subordinatif cara dengan. Yang terakhir partikel pun. Pada pembahasaan ini
peneliti memberi kode XC dan XG sebagai kode kelas mereka dan juga angka
pada awal kode kelas tersebut, angka itu berdasarkan urutan data yang sudah
diklasifikasi di atas, contoh (12XC) artinya nomor 12 kelas VIII C. Berikut ini
analisis kesalahan penggunaan kata tugas pada karangan siswa Kelas VIII SMPN
1 Sleman :
1. Kesalahan Penggunaan Preposisi
1) Kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis di
Kesalahan penulisan preposisi di yang terdapat dalam kalimat-kalimat ini
berupa preposisi di yang seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa serangkai
dengan kata yang mengikutinya. Serta penggunaan preposisi yang tak sesuai
dengan kalimat yang mengikutinya, atau melanggar tugas dari preposisi di yaitu
menandai hubungan tempat berada. Berikut ini peneliti paparkan kesalahannya.
(1) Pada suatu hari mereka berencana mendatangi rumah itu, sesampainya
dirumah itu, mereka mendekati pintu rumah itu(87XC).
(2) Kali ini aku bosan sekali dirumah(111XC).
(3) Banyak sekali hal menarik yang bisa Radit nikmati disini(160XC).
(4) Setelah menikmati perjalanan kurang lebih dua jam akhirnya sampai
disana(174XC).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(5) Saat aku mengarahkan lensaku menuju sebuah gua aku mendapati sebuah
portal disana(176XC).
(6) Kota Magelang adalah daerah dimana hawa dan suasana alamnya masih
sejuk dan alami(272XC).
2) Kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis ke.
Chaer (2009:112) mengatakan bahwa preposisi ke adalah preposisi yang
menyatakan arah menuju suatu tempat. Pada kalimat berikut ini ditemukan
kesalahan penggunaan preposisi ke. Kesalahan penulisan preposisi ke yang
terdapat dalam kalimat-kalimat ini berupa preposisi ke yang seharusnya ditulis
terpisah, ditulis oleh siswa serangkai dengan kata yang mengikutinya. Serta
penggunaan preposisi yang tak sesuai dengan kalimat yang mengikutinya, atau
melanggar tugas dari preposisi ke yaitu menyatakan arah menuju suatu tempat.
Berikut ini peneliti paparkan kesalahannya.
(7) Saat itu aku dan teman-teman bingung mau kemana(21XC).
(8) Setelah meneguk habis sebotol air tadi, akupun segera pulang kerumah
(170XC).
(9) Para wisatawan asing yang tertarik datang kesini karena ingin melihat
keindahan Candi Borobudur secara langsung (289XC).
(10) Tak lama setelah itu ibu pergi kewarung (392XG).
(11) Saat perjalanan mau kekamar mami malah encok tiba-tiba karena tadi
terpleset (433XG).
3) Kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis untuk.
Preposisi untuk dan bagi merupakan preposisi monomorfemis penanda
hubungan peruntukan. Pada kalimat berikut ini ditemukan kesalahan penggunaan
preposisi untuk dan bagi.
(12) Setelah itu aku pamit untuk pergi ke kamar untuk mandi dan istirahat
(44XC).
(13) Mereka mulai berjalan untuk ke hutan tersebut (73XC).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(14) Tetapi putri Marya dibebaskan untuk keluar rumah untuk menikmati
Negeri Sembilan (219XC).
4) Kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis dengan.
Preposisi dengan merupakan preposisi monomorfemis penanda hubungan
kesetaraan atau cara. Pada kalimat berikut ini ditemukan kesalahan penggunaan
preposisi dengan
(15) Kami pergi dengan naik motor(26XC).
5) Kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis dari.
Chaer (2009:111) mengatakan bahwa preposisi tempat asal adalah
preposisi yang menyatakan tempat berasalnya nomina yang mengikuti, contoh
preposisi tempat asal adalah preposisi dari.Pada kalimat berikut ini ditemukan
kesalahan penggunaan preposisi dari
(16) Kami bersahabat dari kecil (362XG).
(17) Tapi akhirnya, mereka semua paham yang aku dan Riska lakukan
karena kami sudah bersahabat dari kecil (363XG).
(18) Tapi asal kau tahu, aku sahabatan dari kecil itu tulus (374XG).
6) Kesalahan penggunaan preposisi polimorfemis afiks menuju.
Preposisi menuju merupakan preposisi polimorfemis dengan afiks penanda
hubungan tujuan atau arah ke suatu tempat. Pada kalimat berikut ini ditemukan
kesalahan penggunaan preposisi menuju
(19) Setelah itu kami menuju mobil untuk menuju paslon milik keluarga
kami (569XC).
7) Kesalahan penggunaan preposisi polimorfemis gabungan kata daripada.
Chaer (2009:115) mengatakan bahwa preposisi daripada adalah preposisi
yang menyatakan perbandingan antara dua tindakan atau dua hal. Pada kalimat
berikut ini ditemukan unsur preposisi daripada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
(20) Tapi paslon yang ada di Indonesia ini llima kali lebih besar dari pada
di New York(635XC).
(21) Hana pun sadar, persahabatan itu lebih penting dari pada cinta yang
tak selamanya bisa membuat kita bahagia (660XG).
8) Kesalahan penggunaan preposisi gabungan kata ke.
Preposisi polimorfemis gabungan kata yang terbentuk dari preposisi +
bukan preposisi. Pada kalimat di bawah ini ditemukan kesalahan penggunaan
preposisi gabungan kata ke.
(22) 5 sekawan itu membawa masyarakat kedalam hutan itu untuk melihat
keeksotisan alam didalam hutan itu dan ditambah hujan gerimis disertai
pelangi yang sangat indah (666XC).
(23) Si tuyul yang kena tendang mami pun nyungsep kedepan belum lagi
mami yang gak sengaja nginjak kaki si tuyul (678XG).
9) Kesalahan penggunaan preposisi gabungan kata di.
Preposisi polimorfemis gabungan kata yang terbentuk dari preposisi +
bukan preposisi. Pada kalimat di bawah ini ditemukan kesalahan penggunaan
preposisi gabungan kata di.
(24) Dari uraian diatas, mampu membuktikan bahwa SMPN 1 Sleman patut
dijadikan sebagai sekolah rujukan (675XC).
(25) Dipantai Indrayanti kita dapat bermain pasir putih, mencari ikan di
sela-sela karang, foto dari atas tebing dan duduk santai dibawah payung
(676XC).
2. Kesalahan Penggunaan Konjungsi
1) Kesalahan penggunaan konjungsi koordinatif dan
Konjungsi koordinatif dan menyatakan penambahan digunakan untuk
menggabungkan dua bagian kalimat (kata, frase, atau klausa) dengan kedudukan
yang setara atau sederajat (Chaer, 2011:116). Pada kalimat berikut ini ditemukan
kesalahan penggunaan konjungsi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
(26) Dan di kantin lagi-lagi aku mendapat cacian dan sindiran dari geng
cabe di sini (746XC).
(27) Dan orang yang kemarin mencaciku berubah jadi memujiku (747XC).
(28) Dan ketika putra melihat foto itu tiba-tiba ia ditangkap oleh
sekelompok orang (756XC).
(29) Dan hutan itu di juluki hutan rain and rainbow (757XC).
(30) Dan yang membuat Pak Arjuna kagum adalah kemampuan Dendi
yang berkembang dengan sangat pesat (765XC).
(31) Dan dia menjadi juara dan mengharumkan nama bangsa, sekaligus
mengangkat derajat keluarganya (766XC).
2) Kesalahan penggunaan konjungsi subordinatif cara dengan.
Konjungsi subordinatif yang menyatakan penanda hubungan cara yang
digunakan dalam kalimat di bawah ini adalah dengan. Pada kalimat berikut ini
ditemukan kesalahan penggunaan konjungsi subordinatif cara
(32) Pagi yang indah di Desa Hetregen, tempat tinggal Lady Lyndiss
dengan saudara kembarnya Lord Eliwood (1122XC).
(33) Terlihat bahwa Lyn dengan saudaranya Eliwood sedang menyiapkan
sesuatu (1123XC).
(34) Tetesan embun di pagi itupun menjadi saksi di antara diriku dengan
dirinya (1125XG).
(35) Ayah Lira mengetahui bahwa antara dia dengan ayahku hanya diadu
domba (1138XG).
3. Kesalahan Penggunaan Partikel
Partikel penegas merupakan kategori kata yang berguna untuk memberi
penekanan atau memperkuat intonasi pada kata yang diikuti.(TBBI, 1988 : 248)
Partikel pun hanya dipakai dalam kalimat berita. Pada kalimat di bawah ini
ditemukan kesalahan penggunaan partikel pun
(36) Tetesan embun di pagi itupun menjadi saksi di antara diriku dengan
dirinya (1317XG).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4.2.2 Pembenaran dan Penjelasan Kesalahan Penggunaan Kata Tugas
Kesalahan penggunaan kata tugas yang terdapat dalam karangan siswa
kelas VIII SMPN 1 Sleman mencakup kesalahan pada penggunaan preposisi : di,
ke, untuk dan bagi, dengan, dari, daripada, menuju, gabungan kata ke, gabungan
kata di. Konjungsi : koordinatif dan, subordinatif cara dengan. Partikel : pun.
Berikut pemaparan pembenaran dan penjelasan kesalahan penggunaan kata tugas
pada teks karangan karya siswa.
1. Kesalahan Penggunaan Preposisi Monomorfemis di.
Penggunaan Preposisi pada kalimat (1) sampai (6) tidak sesuai kaidah
pemakaiannya. Preposisi di digunakan untuk menyatakan tempat berada.
Preposisi pada contoh di atas digunakan tidak sesuai kaidah yang berlaku,
Kesalahan penulisan preposisi di yang terdapat dalam kalimat-kalimat ini berupa
preposisi di yang seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa serangkai dengan
kata yang mengikutinya. Perbaikan kesalahan penggunaan preposisi di pada
kalimat (1) sampai (6) adalah sebagai berikut.
(1) Pada suatu hari mereka berencana mendatangi rumah itu, sesampainya di
rumah itu, mereka mendekati pintu rumah itu (87XC).
(2) Kali ini aku bosan sekali dirumah (111XC).
(3) Banyak sekali hal menarik yang bisa Radit nikmati di sini(160XC).
(4) Setelah menikmati perjalanan kurang lebih dua jam akhirnya sampai di
sana(174XC).
(5) Saat aku mengarahkan lensaku menuju sebuah gua aku mendapati sebuah
portal di sana(176XC).
(6) Kota Magelang adalah daerah di mana hawa dan suasana alamnya masih
sejuk dan alami(272XC).
2. Kesalahan Penggunaan Preposisi Monomorfemis ke.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Penggunaan Preposisi monomorfemis ke pada kalimat (7) sampai (11)
tidak sesuai kaidah pemakaiannya. Chaer (2009:112) mengatakan bahwa preposisi
ke adalah preposisi yang menyatakan arah menuju suatu tempat. Pada kalimat
berikut ini ditemukan kesalahan penggunaan preposisi ke. Preposisi pada contoh
di atas digunakan tidak sesuai kaidah yang berlaku, Kesalahan penulisan preposisi
ke yang terdapat dalam kalimat-kalimat ini berupa preposisi ke yang seharusnya
ditulis terpisah, ditulis oleh siswa serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Perbaikan kesalahan penggunaan preposisi ke pada kalimat (7) sampai (11)
adalah sebagai berikut.
(7) Saat itu aku dan teman-teman bingung mau kemana(21XC).
(8) Setelah meneguk habis sebotol air tadi, akupun segera pulang ke rumah
(170XC).
(9) Para wisatawan asing yang tertarik datang ke sini karena ingin melihat
keindahan Candi Borobudur secara langsung (289XC).
(10) Tak lama setelah itu ibu pergi ke warung (392XG).
(11) Saat perjalanan mau ke kamar mami malah encok tiba-tiba karena tadi
terpleset (433XG).
3. Kesalahan Penggunaan Preposisi Monomorfemis untuk.
Penggunaan preposisi monomorfemis untuk bertugas sebagai penanda
hubungan peruntukan. Kesalahan pada kalimat (12) dan ketiga (14) yaitu
penggunaan preposisi untuk yang berlebihan, sehingga kalimat menjadi tidak
efektif. Kesalahan kedua pada kalimat (13) yaitu penggunaan preposisi untuk
yang tidak tepat atau tidak efektif dalam kalimat tersebut. Selayaknya kalimat
tersebut diubah menjadi.
(12) Setelah itu aku pamit pergi ke kamar untuk mandi dan istirahat.
Pada kalimat pembenaran di atas preposisi untuk yang berada di antara kata
[pamit] [pergi] dihilangkan karena membuat kalimat menjadi tidak efektif.
(13) Mereka mulai berjalan ke hutan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pada kalimat di atas preposisi untuk dihilangkan karena kehadirannya tidak sesuai
dengan konteks kalimat,
(14) Tetapi Putri Marya dibebaskan keluar rumah untuk menikmati Negeri
Sembilan.
Pada kalimat pembenaran di atas preposisi untuk yang berada di antara kata
[dibebaskan] [keluar] dihilangkan karena membuat kalimat menjadi tidak efektif.
4. Kesalahan Penggunaan Preposisi Monomorfemis dengan.
Preposisi monomorfemis dengan merupakan preposisi monomorfemis
penanda hubungan kesetaraan atau cara. Pada kalimat berikut ini ditemukan
kesalahan penggunaan preposisi dengan yang tidak sesuai dengan konteks
kalimat, sehingga pada kalimat tersebut harus mendapatkan penambahan kata.
Selayaknya, kalimat di atas diubah menjadi.
(15) Kami pergi dengan menggunakan motor.
Pada pembenaran di atas dihilangkan kata [naik] yang tidak sesuai jika
dipasangkan dengan preposisi dengan, kemudian digantikan dengan kata
menggunakan, agar kalimat menjadi efektif, serta preposisi yang ditempatkan juga
sesuai.
5. Kesalahan Penggunaan Preposisi Monomorfemis dari.
Chaer (2009:111) mengatakan bahwa preposisi tempat asal adalah
preposisi yang menyatakan tempat berasalnya nomina yang mengikuti, contoh
preposisi tempat asal adalah preposisi dari. Pada kalimat pada pembahasan
sebelumnya ditemukan kesalahan penggunaan preposisi dari. Seharusnya
preposisi dari tidak digunakan dalam kalimat ini, karena tidak sesuai dengan
konteks kalimat, maka harus di ganti dengan preposisi sejak. Selayaknya, kalimat
ttersebut diubah menjadi.
(16) Kami bersahabat sejak kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
(17) Tapi akhirnya, mereka semua paham yang aku dan Riska lakukan
karena kami sudah bersahabat sejak kecil.
(18) Tapi asal kau tahu, aku sahabatan sejak kecil itu tulus.
6. Kesalahan Penggunaan Preposisi Polimorfemis menuju.
Preposisi menuju merupakan preposisi polimorfemis dengan afiks penanda
hubungan tujuan atau arah ke suatu tempat. Pada kalimat tersebut ditemukan
kesalahan penggunaan preposisi menuju yang menyebabkan kalimat menjadi tidak
efektif. Preposisi menuju yang diapit kata [kami] dan [mobil] diganti dengan kata
[masuk] sehingga kalimat tersebut menjadi efektif. Selayaknya kalimat tersebut
diubah menjadi.
(19) Setelah itu kami masuk mobil untuk menuju paslon milik keluarga
kami.
7. Kesalahan Penggunaan Preposisi Gabungan Kata daripada.
Chaer (2009:115) mengatakan bahwa preposisi daripada adalah preposisi
yang menyatakan perbandingan antara dua tindakan atau dua hal. Pada kalimat
berikut ini ditemukan unsur preposisi daripada yang seharusnya ditulis sambung
bukan terpisah, karena kedua kata tersbut merupakan gabungan antar preposisi
dan preposisi. Jadi penulisan gabungan preposisi dan preposisi harus disambung.
Selayaknya, kalimat di atas di ubah menjadi.
(20) Tapi paslon yang ada di Indonesia ini lima kali lebih besar daripada di
New York.
(21) Hana pun sadar, persahabatan itu lebih penting daripada cinta yang tak
selamanya bisa membuat kita bahagia.
8. Kesalahan Penggunaan Preposisi Gabungan Kata ke.
Preposisi polimorfemis gabungan kata yang terbentuk dari preposisi +
bukan preposisi. Pada kalimat tersebut ditemukan kesalahan penggunaan preposisi
gabungan kata ke pada penulisan preposisi [kedalam] dan [kedepan] yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai kaidah yang ada kata tersebut
merupakan kekhususan dari preposisi. Penulisannya harus dipisah, maka
seharusnya diganti menjadi [ke dalam] dan [ke depan]. Selayaknya, kalimat
tersebut diubah menjadi.
(22) 5 sekawan itu membawa masyarakat ke dalam hutan itu untuk melihat
keeksotisan alam didalam hutan itu dan ditambah hujan gerimis disertai
pelangi yang sangat indah (666XC).
(23) Si tuyul yang kena tendang mami pun nyungsep ke depan belum lagi
mami yang gak sengaja nginjak kaki si tuyul (678XG).
9. Kesalahan Penggunaan Preposisi Gabungan Kata di.
Preposisi polimorfemis gabungan kata yang terbentuk dari preposisi +
bukan preposisi. Pada kalimat tersebut ditemukan kesalahan penggunaan preposisi
gabungan kata di pada penulisan preposisi [diatas] dan [dibawah] yang
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai kaidah yang ada kata tersebut
merupakan kekhususan dari preposisi. Penulisannya harus dipisah, maka
seharusnya diganti menjadi [di atas] dan [di bawah]. Selayaknya, kalimat tersebut
diubah menjadi.
(24) Dari uraian di atas, mampu membuktikan bahwa SMPN 1 Sleman patut
dijadikan sebagai sekolah rujukan (675XC).
(25) Dipantai Indrayanti kita dapat bermain pasir putih, mencari ikan di sela-
sela karang, foto dari atas tebing dan duduk santai di bawah payung
(676XC).
10. Kesalahan Penggunaan Konjungsi dan.
Konjungsi koordinatif dan menyatakan penambahan digunakan untuk
menggabungkan dua bagian kalimat (kata, frase, atau klausa) dengan kedudukan
yang setara atau sederajat (Chaer, 2011:116). Pada kalimat tersebut ditemukan
kesalahan penggunaan konjungsi dan pada kesalahan atau ketidaksesuaian
penenempatan konjungsi dan. Kata hubung dan bersifat menggabungkan dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kata, frasa, klausa, atau kalimat yang memiliki sifat setara alias sederajat.
Sedangkan pada kalimat di atas konjungsi dan diletakan sebagai awal kata dalam
sebuah kalimat. Maka konjungsi dan dalam kalimat tersebut dihilangkan saja.
Selayaknya, tersebut diubah menjadi.
(26) Dan di kantin lagi-lagi aku mendapat cacian dan sindiran dari geng
cabe di sini (746XC).
(27) Dan orang yang kemarin mencaciku berubah jadi memujiku (747XC).
(28) Dan ketika putra melihat foto itu tiba-tiba ia ditangkap oleh
sekelompok orang (756XC).
(29) Dan hutan itu di juluki hutan rain and rainbow (757XC).
(30) Dan yang membuat Pak Arjuna kagum adalah kemampuan Dendi
yang berkembang dengan sangat pesat (765XC).
(31) Dan dia menjadi juara dan mengharumkan nama bangsa, sekaligus
mengangkat derajat keluarganya (766XC).
11. Kesalahan Penggunaan Konjungsi Subordinatif cara dengan.
Konjungsi subordinatif yang menyatakan penanda hubungan cara yang
digunakan dalam kalimat tersebut adalah dengan. Pada kalimat tersebut
ditemukan kesalahan penggunaan konjungsi subordinatif cara dengan. Konjungsi
dengan bertindak sebagai penanda hubungan cara, tetapi pada kalimat tersebut
yang dibutuhkan yaitu kata hubung dan yang bersifat menggabungkan dua kata,
frasa, klausa, atau kalimat yang memiliki sifat setara alias sederajat. Jadi,
konjungsi dengan yang terdapat pada kalimat tersebut dianti dengan konjungsi
dan. Selayaknya, tersebut diubah menjadi.
(32) Pagi yang indah di Desa Hetregen, tempat tinggal Lady Lyndiss dan
saudara kembarnya Lord Eliwood.
(33) Terlihat bahwa Lyn dan saudaranya Eliwood sedang menyiapkan
sesuatu.
(34) Tetesan embun di pagi itu pun menjadi saksi di antara diriku dengan
dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
(35) Ayah Lira mengetahui bahwa antara dia dan ayahku hanya diadu
domba.
12. Kesalahan Penggunaan Partikel pun.
Partikel penegas merupakan kategori kata yang berguna untuk memberi
penekanan atau memperkuat intonasi pada kata yang diikuti. (TBBI, 1988 : 248)
Partikel pun hanya dipakai dalam kalimat berita. Pada kalimat di bawah ini
ditemukan kesalahan penggunaan partikel pun. Pada kalimat di atas terdapat
kesalahan pada penulisan partikel pun dalam kata [itupun] yang seharusnya di
tulis terpisah menjadi [itu pun] karena dalam tulisan partikel pun dipisahkan dari
kata depannya. Partikel pun dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya.
Selayaknya, kalimat di atas diubah menjadi.
(36) Tetesan embun di pagi itu pun menjadi saksi di antara diriku dengan
dirinya.
4.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kesalahan Penggunaan Kata Tugas
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya siswa
memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya.
Kesalahan berbahasa biasanya terjadi secara konsisten dan sistematis. Sering
dikatakan bahwa kesalahan berbahasa merupakan gambaran terhadap pemahaman
siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajarinya. Bila tahap pemahaman siswa
tentang sistem bahasa yang sedang dipelajari olehnya ternyata kurang, kesalahan
berbahasa tentu sering terjadi. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor kompetensi
ini yang banyak terjadi pada kesalahan penggunaan kata tugas pada teks karangan
karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman.
Kesalahan berbahasa yang dibuat siswa merupakan suatu bagian belajar
yang tidak terhindarkan. Semakin tinggi tingkat kesalahan berbahasa siswa, maka
semakin rendah tingkat pencapaian tujuan pengajaran berbahasanya. Begitu pula
sebaliknya. Untuk itu, diperlukan adanya upaya untuk meminimalkan kesalahan
berbahasa tersebut. Hal ini baru dapat tercapai bila seluk-beluk kesalahan itu
dikaji secara mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
analisis kesalahan. Berikut penjelasan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kesalahan penggunaan kata tugas pada teks karangan karya siswa kelas
VIII SMPN 1 Sleman.
1. Faktor Kesalahan Penggunaan Preposisi di dan ke.
Kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis di dan ke pada teks
karangan karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman sangat dominan. Preposisi
monomorfemis di terdapat 102 kesalahan sedangkan preposisi monomorfemis ke
hanya 18 kesalahan. Pada subbab ini peneliti telah menganalisis dan menentukan
bahwa faktor atau penyebab terjadinya kesalahan penggunaan preposisi
monomorfemis di dan ke adalah error (kesalahan) biasanya terjadi secara
konsisten, jadi secara sistematis kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila
tidak diperbaiki. Kesalahan penggunaan preposisi monoorfemis di dan ke yang
sering terjadi berulang-ulang dan semua siswa melakukan kesalahan yang sama,
maka peneliti menetapkan bahwa ini merupakan kesalahan atau error yang harus
segera diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru melalui pengajaran
remidial, latihan, praktek, dan sebagainya. Jadi, dapat dikatakan bahwa kesalahan
yang terjadi merupakan cerminan akan pemahaman siswa terhadap pembelajaran
bahasa yang belum dikuasai.
2. Faktor Kesalahan Penggunaan Preposisi untuk, dengan, dari, menuju,
daripada.
Kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis untuk, dengan, dari,
preposisi polimorfemis menuju, dan gabungan kata daripada sangat minim
terjadi dan hanya terjadi pada 1 sampai 3 siswa. Preposisi monomorfemis untuk
terdapat 3 kesalahan, preposisi monomorfemis dengan 1 kesalahan, preposisi
monomorfemis dari 3 kesalahan, preposisi polimorfemis menuju 1 kesalahan,
preposisi gabungan kata daripada 2 kesalahan. Faktor atau penyebab terjadinya
kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis untuk, dengan, dari, preposisi
polimorfemis menuju, dan gabungan kata daripada adalah kekeliruan siswa-siswi
serta kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Pemakai bahasa yang kurang memahami kaidah bahasa dapat menimbulkan
kesalahan berbahasa. Pemakai bahasa salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa
karena ia tidak paham mengenai kaidah tersebut. Faktor atau penyebab kekeliruan
ini mungkin kurang fokus atau konsentrasi siswa yang terganggu dan juga bisa
karena keterbatasan pola pikir siswa. Kekeliruan ini bisa dengan cepat diperbaiki
Guru perlu menganalisis kesalahan sejak awal agar mampu memperbaiki
kesalahan-kesalahan sehingga bisa mencegah dan memperbaiki.
3. Faktor Kesalahan Penggunaan Preposisi Gabungan Kata di dan ke.
Kesalahan penggunaan preposisi gabungan kata di dan ke sangat minim
terjadi pada teks karangan karya siswa. Preposisi gabungan kata di 6 kesalahan
sedangkan preposisi gabungan kata ke 5 kesalahan. Faktor atau penyebab
terjadinya kesalahan penggunaan preposisi gabungan kata di dan ke adalah
kekeliruan siswa-siswi menggunakan kata tugas sesuai dengan kaidah kata tugas
tersebut. Faktor atau penyebab kekeliruan ini mungkin kurang fokus atau
konsentrasi siswa yang terganggu dan juga bisa karena keterbatasan pola pikir
siswa. Kekeliruan ini bisa dengan cepat diperbaiki Guru perlu menganalisis
kesalahan sejak awal agar mampu memperbaiki kesalahan-kesalahan sehingga
bisa mencegah dan memperbaiki.
4. Faktor Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dan.
Kesalahan penggunaan konjungsi dan pada teks karangan karya siswa
kelas VIII SMPN 1 Sleman sangat dominan. Konjungsi dan terdapat 25 kesalahan
penggunaannya. peneliti telah menganalisis dan menentukan bahwa faktor atau
penyebab terjadinya kesalahan penggunaan konjungsi dan adalah error
(kesalahan) biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis kesalahan itu
dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki serta kekurangpahaman terhadap
struktur bahasa yang dipakai. Kesalahan penggunaan konjungsi dan sering terjadi
berulang-ulang dan semua siswa melakukan kesalahan yang sama merupakan
bentuk penerapan kaidah yang tidak sempurna yang didasari oleh
kekurangpahaman terhadap struktur bahasa yang dipakai. Tentunya kesalahan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
harus segera diperbaiki dengan cara yang biasanya dilakukan oleh guru melalui
pengajaran remidial, latihan, praktek, dan sebagainya. Jadi, dapat dikatakan
bahwa kesalahan yang terjadi merupakan cerminan akan pemahaman siswa
terhadap pembelajaran bahasa yang belum dikuasai.
5. Faktor Kesalahan Penggunaan Konjungsi Subordinatif dengan dan
Partikel pun.
Kesalahan penggunaan konjungsi subordinatif dengan dan partikel pun
sangat minim terjadi pada teks karangan karya siswa. Konjungsi subordinatif
dengan terdapat 4 kesalahan, sedangkan partikel pun terdapat hanya 1 kesalahan
saja. Kesalahan pada bagian ini adalah kekeliruan siswa-siswi dalam penggunaan
konjungsi subordinatif dengan dan juga kesalahan penulisan pada partikel pun.
Faktor atau penyebabnya adalah Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap
bahasa yang dipakainya yang terjadi pada kesalahan penggunaan konjungsi
subordinatif dengan serta kekeliruan yang mungkin tidak disengajai oleh siswa
dalam penulisan partikel pun. Tentunya kesalahan ini harus segera diperbaiki
dengan cara Guru perlu menganalisis kesalahan sejak awal agar mampu
memperbaiki kesalahan-kesalahan sehingga bisa mencegah dan memperbaiki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil analisis penggunaan kata tugas pada karangan siswa tahun
2018/2019 menunjukan bahwa kata tugas yang digunakan dalam karangan siswa-
siswi terdiri dari preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel.
Dalam karangan siswa-siswi ditemukan 1318 kalimat penggunaan kata
tugas, dalam penggunaan kata tugas terdapat 171 kesalahan penggunaan kata
tugas. Penggunaan preposisi meliputi Preposisi monomorfemis di, oleh, untuk,
bagi, dari, ke, tentang, dengan,pada, karena, sejak(562 Kalimat), preposisi
polimorfemis dengan afiks bersama, menuju, sekitar, selama, sepanjang, dan
terhadap(71 Kalimat), preposisi gabungan preposisi dengan preposisi daripada,
kepada, oleh karena(27 Kalimat), preposisi gabungan preposisi dengan bukan
peposisi di atas, di bawah, di belakang, di tengah, ke dalam, ke luar, ke
tengah, ke depan(24 Kalimat). Konjungsi meliputi konjungsi koordinatif dan,
atau, tetapi(253 Kalimat), konjungsi subordinatif sampai, ketika, selama, sejak,
setelah, sebelum, sambil, selesai, jika, kalau, bila, agar, supaya, walaupun,
meskipun, seolah-olah, seperti, seakan-akan, oleh karena, sebab, karena,
hingga, sehingga, bahwa, dengan(214 Kalimat), konjungsi antar kalimat
walaupun begitu, setelah itu, kemudian, selain itu, bahkan, malahan, namun,
tetapi(56 Kalimat). Interjeksi meliputi alhamdulilah, astagafirulah, nah, ya, eh,
halo, hem, hai, ah, aduh (21 Kalimat). Artikel meliputi sang, para, si (28
Kalimat). Partikel meliputi kah, lah, pun(62 Kalimat).
Dalam karangan siswa-siswi ditemukan 171 kesalahan penggunaan kata
tugas. Kesalahan terdapat pada penggunaan preposisi di (102 kesalahan),
penggunaan preposisi ke (18 kesalahan), penggunaan preposisi untuk (3
kesalahan), penggunaan preposisi dengan (1 kesalahan), penggunaan preposisi
dari (3 kesalahan), penggunaan preposisi menuju (1 kesalahan), penggunaan
preposisi daripada (2 kesalahan), penggunaan preposisi gabungan kata ke (5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kesalahan), penggunaan preposisi gabungan kata di (6 kesalahan) penggunaan
konjungsi dan (25 kesalahan), penggunaan konjungsi dengan (4 kesalahan),
penggunaan partikel pun (1 kesalahan).
5.2 Implikasi
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan. Penelitian
ini memberi banyak manfaat karena menambah pengetahuan akan penggunaan
kata tugas (preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel) yang bervariasi.
Dari keseluruhan penggunaan kata tugas (preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel,
dan partikel) dalam karangan siswa belum sepenuhnya benar, masih terdapat
banyak kesalahan. Berbagai kesalahan yang ada dapat dijadikan pertimbangan
bagi para guru bahasa Indonesia khususnya dalam hal menulis karangan.
Penggunaan kata tugas (preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel) yang
tidak tepat akan membuat kalimat menjadi tidak efektif.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan koreksi oleh guru agar
lebih memperhatikan penggunaan kata tugas (preposisi, konjungsi, interjeksi,
artikel, dan partikel) yang masih salah. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan
dalam proses pembelajaran. Pengajar dapat menggunakan contoh kalimat yang
mengandung kata tugas dalam karangan siswa-siswi untuk dijadikan contoh
dalam membuat kalimat yang baik.
5.3 Saran
Penelitian ini tidak terlepas dari segala keterbatasan dan kekurangan.
Walaupun demikian, peneliti dengan segala keterbatasan dan kekurangannya
memberikan saran kepada guru, siswa-siswi SMPN 1 Sleman, dan peneliti lain.
1) Guru Bahasa Indonesia
Setiap guru bahasa Indonesia harus lebih memperhatikan penggunaan
kata tugas (preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel) yang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dan benar dalam karangan siswa-siswi. Guru bahasa Indonesia hendaknya
memberikan latihan-latihan yang cukup dalam membuat karangan sehingga
siswa-siswi terbiasa menggunakan kata tugas (preposisi, konjungsi, interjeksi,
artikel, dan partikel) secara tepat dan siswa-siswi dapat membedakan kata
tugas sesuai dengan fungsinya.
2) Siswa-Siswi SMPN 1 Sleman
Siswa-siswi SMPN 1 Sleman diharapkan lebih menguasai penggunaan
kata tugas serta mengetahui masing-masing fungsi dari kata tugas (preposisi,
konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel). Peneliti menekankan kesalahan
penggunaan preposisi di dan penggunaan konjungsi dan yang sering
dilakukan siswa-siswi, siswa-siswi diharapan mempelajari lebih dalam
mengenai penggunaan preposisi di dan konjungsi dan. Penggunaan kata tugas
yang baik dan benar dalam sebuah karang akan menghasilkan karangan yang
berkualitas bagi siswa-siswi SMPN 1 Sleman.
3) Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini masih terbatas pada penelitian penggunaan kata tugas
dalam karangan siswa-siswi SMPN 1 Sleman tahun ajaran 2018/2019. Peneliti
selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih detail penggunaan serta
kesalahan penggunaan kata tugas pada karangan siswa-siswi sehingga dapar
meningkatkan kemampuan menulis siswa-siswi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Daftar Pustaka
Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Alo, Marieta Crissanty. 2017. Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa
Kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Yogyakarta :
PBSI, FKIP, USD.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekan Praktik. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:
Rineka Cipta
http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-karangan-dan-jenis-
karangan.html
http://www.kajianteori.com/2015/03/pengertian-karangan.html
http://www.kajianteori.com/2015/03/ciri-ciri-karangan-yang-baik.html
http://kakakpintar.com/pengertian-karangan-deskripsi-ciri-ciri-dan-jenisnya-
adalah/
http://www.kelasindonesia.com/2015/04/5-jenis-karangan-dalam-bahasa-
indonesia-penjelasan-lengkap.html
https://www.gurupendidikan.co.id/karangan-pengertian-jenis-fungsi-manfaat-
unsur/
https://nahulinguistik.wordpress.com/2009/05/29/analisis-kesalahan-berbahasa/
Keraf, Gorys. 1982. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Louis, Jenilda Rosana. 2017. Analisis Penggunaan Konjungsi pada Karangan
Narasi Pengalaman Pribadi Siswa Kelas X SMA GAMA Yogyakarta Tahun
Ajaran 2016/2017. Skripsi. Yogyakarta : PBSI, FKIP, USD.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muslich, Masnur. 2010. Garis-Garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Muhammad. 2016. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Moloeng, Lexi. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Nasucha, Y., Rohmadi, M., dan Wahyudi, AB. 2014. Bahasa Indonesia untuk
Pemilihan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pamungkas, S. 2012. Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta:
Andi Offset.
Parera, J.D. 1986. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.
Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rahardi, K. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang- Mengarang.
Jakarta: Erlangga.
Rosiana, Francisca Dwi Angga. 2018. Analisis Kesalahan Struktur Kalimat dan
Ejaan dalam Teks Cerita Pendek Karya Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem
Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Yogyakarta : PBSI, FKIP,
USD.
Sabariyanto, Dirgo. 2001. Kebakuan dan Ketidakbakuan dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta :
Yuma Pustaka.
Slamet. 2014. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suryaningsi, Disti. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Interaksi
Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII MTs DDI Walimpong
Kabupaten Soppeng. Skripsi. Makassar : PBSI, FKIP, UNM
Suwandi, I Nengah. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung : Offset Angkasa.
Tarigan, Djago dan Lilis Sitti Sulistyaningsih. 1997. Analisis Kesalahan
Berbahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Yulianti. 2010. “Analisis Kesalahan Berbahasa Lisan pada Kegiatan Diskusi
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Lappariaja Kabupaten Bone”. Skripsi.
Makassar. FBS UNM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
TRIANGULASI DATA
Berikut ini merupakan tabel analisis data dari penelitian yang berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Tugas Pada Teks
Karangan Karya Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sleman Tahun Ajaran 2018/2019”. Berilah tanda √ pada kolom setuju apabila Anda
setuju atau berilah tanda X pada kolom tidak setuju apabila anda tidak setuju.
Keterangan :
P = Preposisi, K = Konjungsi, I = Interjeksi, A = Artikel, Pa = Partikel.
S = Setuju, TS = Tidak Setuju, Ket = Keterangan
Tabel . Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Tugas
NO DATA JENIS KATA
TUGAS
ANALISIS TRIAN
GULA
TOR
KET
P K I A P
a
1. Salah satunya kejadian yang hits
dikalangan remaja adalah, K-POP
(4XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dikalangan
2. Remaja adalah tahap dimana Kesalahan penulisan preposisi di yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
seorang anak yang sedang mencari
jati dirinya. Karena di dunia
Kpopers mereka menjalin suatu
pertemanan Kpopers diluar daerah
atau bahkan diluar negeri (9XC).
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimana diluar
3. “Stray Kids” merupakan grup asal
Korea Selatan yang debut di tahun
2017 (18XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penggunaan preposisi [di tahun 2017] yang
seharusnya diganti dengan preposisi pada,
menjadi [pada tahun 2017]. Preposisi di
merupakan preposisi yang bertugas sebagai
penanda hubungan keterangan tempat. Preposisi
yang cocok sesuai dengan kata yang diikutinya
adalah pada. Karena preposisi pada bertugas
sebagai penanda hubungan keterangan waktu.
4. Tapi aku bukan yang paling muda
diantara mereka (23XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah diantara
5. Sekitar pukul 5 kami sampai disana
(32XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
6. Kami menghabiskan waktu disana
untuk bersantai (33XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
7. Kami juga shalat maghrib disana
(34XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
8. Kami pulang dan membeli oleh-
oleh untuk keluarga dirumah
(35XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dirumah
9. Sesampainya disekolah cacian dan
sindiran yang aku terima (45XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disekolah
10. Nah, kesialanku dimulai disini
(53XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disini
11. Di siang yang terik itu, tiba-tiba si
cungkring mendapat uang yang
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penggunaan preposisi [di siang] yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
seperti dijatuhkan (63XC). seharusnya diganti dengan preposisi pada,
menjadi [pada siang]. Preposisi di merupakan
preposisi yang bertugas sebagai penanda
hubungan keterangan tempat. Preposisi yang
cocok sesuai dengan kata yang diikutinya
adalah pada. Karena preposisi pada bertugas
sebagai penanda hubungan keterangan waktu.
12. Putra terheran-heran karena ia
berada ditempat yang asing dan ia
mencoba keluar dari rumah itu
(82XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah di tempat
13. Disebuah kota terdapat sebuah
rumah tua yang letaknya di pinggir
kota (86XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disebuah
14. Pada suatu hari mereka berencana
mendatangi rumah itu, sesampainya
dirumah itu, mereka mendekati
pintu rumah itu (87XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dirumah
15. Kalian harus berjalan ke belakang
gunung itu, disana terdapat rumah
tua yang sama dan kalian harus
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
membuka buku itu (91XC). kalimat di samping adalah disana
16. Disana Dendi mendapat teman-
teman baru dari cabang olahraga
yang berbeda (101XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
17. Sebuah keluarga sedang
bermusyawarah untuk menentukan
dimana mereka menghabiskan
waktu liburan akhir tahun (105XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimana
18. Ia masih duduk dibangku SMA
(110XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dibangku
19. Kali ini aku bosan sekali dirumah
(111XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dirumah
20. Disana kami sibuk mencari buku
favorit masing-masing (113XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
21. Sesampai dirumah, pikiranku kacau Kesalahan penulisan preposisi di yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
sekali (115XC). seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dirumah
22. Ia hanya ingin di hari ulang
tahunnya ia dihadiai kado istimewa,
yaitu peringkat yang bagus
(127XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penggunaan preposisi [di hari ulang tahun] yang
seharusnya diganti dengan preposisi pada,
menjadi [pada hari ulang tahun]. Preposisi di
merupakan preposisi yang bertugas sebagai
penanda hubungan keterangan tempat. Preposisi
yang cocok sesuai dengan kata yang diikutinya
adalah pada. Karena preposisi pada bertugas
sebagai penanda hubungan keterangan waktu.
23. Peter pun mengajak Corie untuk
mencari dimana keberadaan putri
Sofie (139XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimana
24. Sebenarnya dimana aku ? Radit
benar-benar meminta penjelasan, ia
sangat bingung (155XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimana
25. Banyak sekali hal menarik yang
bisa Radit nikmati disini (160XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disini
26. Sampailah aku dirumah, berjalan
melewati setiap ruangan menuju
kamarku (165XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dirumah
27. Tiba-tiba semua kota berguncang,
bangunan-bangunan hancur, orang-
orang disekitar lenyap (168XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disekitar
28. Sesampainya dirumah aku langsung
kekamar untuk membersihkan
diriku (171XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dirumah
29. Setelah menikmati perjalanan
kurang lebih dua jam akhirnya
sampai disana (174XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
30. Saat aku mengarahkan lensaku
menuju sebuah gua aku mendapati
sebuah portal disana (176XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
31. Saat Kumala sedang makan
makanan yang ada dimeja, manusia
sang pemilik rumah melihatnya dan
ia sangat marah sehingga ia
membuang Kumala (186XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimeja
32. Perjalanan yang sangat panjang
menjadi tidak terasa karena setelah
sampai kami berempat langsung
disuguhi pemandangan sungai dan
air terjun yang ada disana (190XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
33. Sesampainya disana kami langsung
mempersiapkan peralatan untuk
mencari ikan (191XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
34. Ikan yang ada disana sangatlah
banyak (192XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
35. Setelah sampai dikelas aku
bertanya kepada teman-temanku
siapakah adik kelas itu (201XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dikelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
36. Namun dia disana bertemu anak
yang sedang bermain dengan
hewan-hewan (221XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
37. Ternyata burung itu memberikan
petunjuk dimana mereka bisa
masuk ketaman rahasia itu
(225XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimana
38. Karena penasaran ia langsung
memasuki cahaya itu dan dia
langsung terbawa ke kerajaan
dimana dia ingin pulang (228XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimana
39. Oleh-oleh yang ada tidak hanya
makanan oleh-oleh seperti
cinderamata dan kaos khas Jogja
ada juga disana (249XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
40. Disana banyak penjual makanan,
jajanan ringan dan yang paling seru
adalah mobil yang dikayuh
(250XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
41. Disinilah banyak terdapat museum- Kesalahan penulisan preposisi di yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
museum sejarah seperti Kraton, dan
museum pahlawan-pahlawan
seperti museum Soeharto (256XC).
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disinilah
42. Didalam Kraton terdapat benda-
benda sejarah seperti gamelan,
lukisan, dll (257XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah didalam
43. Kota Magelang adalah daerah
dimana hawa dan suasana alamnya
masih sejuk dan alami (272XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimana
44. Disana pun juga terdapat beberapa
wisata alam yang indah (276XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
45. Disana kita dapat bersepeda,
ataupun berjalan keliling danau dan
memanjakan mata kita dengan
pemandangan yang elok nan indah
(277XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
46. Disana pun juga sangat cocok untuk
berfoto-foto, terutama dengan latar
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
belakang air pancur yang terdapat
di pusat danau (278XC).
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
47. Sedangkan pada bagian utara
terdapat banyak café dan juga
disana merupakan daerah yang
berada di pinggir sungai (281XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
48. Disana, para wisatawan dapat
bersantai-santai di café dan
menikmati pemandangan sungai
yang indah (282XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
49. Tua atau muda, banyak yang
menyukai tempat-tempat disana
(284XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
50. Waktu saya kelas 5 SD saya
berkunjung ke Candi Borobudur,
disana banyak terdapat wisatawan
asing yang berkunjung kesini
(288XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
51. Disana kita dapat melihat
keindahan kota Magelang, tempat
ini juga banyak dikunjungi berbagai
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
wisatawan (293XC). kalimat di samping adalah disana
52. Disana kita dapat melihat
pemandangan sambil berbincang-
bincang dan bersantai dengan
minum air kopi (294XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
53. Disana juga terdapat warung makan
disekitarnya, jika anda lapar bisa
memesan makanan disana
(295XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
54. Disana terdapat banyak spot wisata
untuk berfoto-foto dengan spot
utama pohon pinus, sesuai dengan
nama tempat wisatanya (297XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
55. Organisasi OSIS dan Dewan
Penggalang menjadi organisasi
yang diandalkan disana (303XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
56. Disana terdapat hambaran pasir
putih, bukit karang, dan air yang
sangat jernih (309XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
57. Disana juga terdapat penyewaan jet Kesalahan penulisan preposisi di yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
ski dan jasa penyewaan tikar dan
payung (310XC).
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
58. Disana juga terdapat gazebo-gazebo
untuk duduk-duduk dan menikmati
keindahan pantai Indrayanti
(312XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
59. Dipantai Indrayanti kita dapat
bermain pasir putih, mencari ikan
di sela-sela karang, foto dari atas
tebing dan duduk santai dibawah
payung (313XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dipantai
60. Disana disediakan warung makan
untuk orang-orang yang baru saja
dari pantai Indrayanti (314XC).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
61. Di malam hari pantai Indrayanti
menghadirkan suasana yang
berbeda (315XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penggunaan preposisi [di malam hari] yang
seharusnya diganti dengan preposisi pada,
menjadi [pada malam hari]. Preposisi di
merupakan preposisi yang bertugas sebagai
penanda hubungan keterangan tempat. Preposisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
yang cocok sesuai dengan kata yang diikutinya
adalah pada. Karena preposisi pada bertugas
sebagai penanda hubungan keterangan waktu.
62. Pada malam itu pula laga Piala
Dunia antara Spanyol VS Perancis
di mulai (318XG)
Kesalahan penulisan kata di sebagai afiksasi
yang seharusnya di tulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, ditulis terpisah oleh siswa.
Kesalahan pada kalimat di samping adalah di
mulai
63. Berawal dari Desa Mayudan,
tempat dimana diriku menemukan
cinta yang indah (325XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimana
64. Tetesan embun di pagi itu pun
menjadi saksi diantara diriku
dengan dirinya (327XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah diantara
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penggunaan preposisi [di pagi itu] yang
seharusnya diganti dengan preposisi pada,
menjadi [pada pagi itu]. Preposisi di merupakan
preposisi yang bertugas sebagai penanda
hubungan keterangan tempat. Preposisi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
cocok sesuai dengan kata yang diikutinya
adalah pada. Karena preposisi pada bertugas
sebagai penanda hubungan keterangan waktu.
65. Akupun membuka mata, tiba-tiba
aku sudah berada dirumahku,
akupun bersyukur (338XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah
66. Akhirnya tibalah hari dimana anak
tersebut merasa sama sekali bisa
mengendalikan amarahnya dan
tidak cepat kehilangan
kesabarannya (348XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimana
67. Dia memberitahukan hal ini kepada
ayahnya, yang kemudian
mengusulkan agar dia mencabut
satu paku untuk setiap harinya
dimana dia tidak marah (349XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimana
68. Disaat itu aku baru sadar, jika
dikamarku tidak ada jendelanya
(355XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dikamarku
69. Hari sudah sore, aku sudah dirumah Kesalahan penulisan preposisi di yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dan tidak ada kerjaan, aku hanya
melihat TV yang isinya acara yang
berisi sampah (358XG).
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dirumah
70. Alasanku kepada Riska karena akan
liburan disana, “padahal
sebenarnya aku pergi kesana bukan
untuk liburan tapi untuk berobat”,
kataku dalam hati (372XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
71. Bunda sering menasehati Fisya
meletakkan barang-barangnya
dikamar dan memaklumi adiknya
yang masih berusia dua tahun,
tetapi Fisya salah mengartikan
nasihat Bundanya (375XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dikamar
72. Sekarang aku duduk dibangku SMP
(380XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dibangku
73. Lira adalah temanku disekolah dan
dirumah (381XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disekolah dirumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
74. Disana ada banyak kenanganku
dengan lira (382XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
75. Akhir-akhir ini aku lebih banyak
menghabiskan waktu dirumah
pohon (385XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dirumah
76. Terdengar suara ban mobil
berhenti, sebuah mobil fortuner
terparkir dihalaman depanku
(389XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dihalaman
77. Usiaku saat itu 7 tahun dan yang
kulakukan hanya duduk dikamar
dan menumpahkan air mataku pada
ibu (390XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dikamar
78. Aku masih duduk termenung
dimeja makan dan bertanya pada
diriku sendiri “bagaiamana ibu
akan membeli makanan, uang 1
perakpun ibu tak membawanya
(393XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimeja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
79. Mereka bersahabat sejak duduk
dibangku Sekolah Dasar (404XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dibangku
80. Oh iya, habis ini pada mau lanjut
kuliah dimana ? (405XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dimana
81. Tapi disini Alvaro seakan-akan tak
punya salah apa-apa ke Retta
(423XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disini
82. Aera hanya duduk termenung bosan
didepan meja belajarnya (425XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah didepan
83. Suaranya tak asing lagi, orang yang
diluar kamar adalah mami Aera
(426XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah diluar
84. Saat itu dipinggir jalan yang
mereka lalui ada beberapa pohon
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pisang dengan daun yang cukup
lebar (451XG).
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dipinggir jalan
85. Sesampainya disana, ternyata
tempat wisata tersebut sudah tutup
(456XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
86. Di sebuah kota, terdapat sebuah
SMA yang cukup bagus disana
(472XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
87. Disana mereka duduk di satu
tempat (473XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
88. Hana yang tidak sempat menjawab
pertanyaan Riska, langsung berlari
ke arah ayahnya yang sudah ada
diluar gerbang untuk
menjemputnya (479XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah diluar
89. Kemudian, Riska yang sudah
sampai dirumahnya, masih
kebingungan atas sikap Ara tadi,
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
yang tidak seperti biasanya
(480XG).
kalimat di samping adalah dirumahnya
90. Tibalah mereka di suatu café yang
cukup hitz disana (486XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
91. Melihat kejadian itu, Hana yang
juga ada dilapangan, langsung
berlari menjauhi Ara dan Fano
(495XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dilapangan
92. Aku memiliki kelebihan, yaitu bisa
berkelanan didalam mimpi yang
berkelanjutan (499XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah didalam
93. Berat juga meninggalkan orang tua
dan sahabat-sahabat disekolah yang
selalu ada (505XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disekolah
94. Semilir angin menemani seorang
gadis yang duduk sendirian
dibangku taman belakang
rumahnya (509XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dibangku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
95. Malam ini terasa begitu cerah,
bulan purnama terpampang indah
ditemani gemerlap bintang yang
bertebaran diluar sana (510XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah diluar
96. Laki-laki paling pendiam diantara
laki-laki di kelas kita yang heboh
saat aku datang (512XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah diantara
97. Tepat sebelum meninggal, Joohyun
berkata “ Jennie Kim, berjanjilah
padaku, saat kompetisi dance kau
harus menang dan buat aku bangga
disana.” (530XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disana
98. Disebuah hutan hiduplah 3 ekor
rusa kecil yang hidup bersama
ibunya (537XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah disebuah hutan
99. Pada suatu hari mereka berjalan,
didalam perjalanan mereka
bertemulah dengan seorang yang
membawa jerami (540XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah didalam
100. Mulai dari berjumpa dikebun lobak Kesalahan penulisan preposisi di yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
jam 4 sore (545XG). seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah dikebun
101. Rusa ketiga yang benar-benar
cerdas, dengan sigap memanaskan
air dalam panci tidak tertutup tidak
bertutup serta ditempatkan pas
diatas tungku sampai panas, dan
tungku itu berada dibawah
cerobong asap (547XG).
Kesalahan penulisan preposisi di yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah ditempatkan
102. Di hari senin ada mapel MTK,
PKN, dan Agama (548XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penggunaan preposisi [di hari senin] yang
seharusnya diganti dengan preposisi pada,
menjadi [pada hari senin]. Preposisi di
merupakan preposisi yang bertugas sebagai
penanda hubungan keterangan tempat. Preposisi
yang cocok sesuai dengan kata yang diikutinya
adalah pada. Karena preposisi pada bertugas
sebagai penanda hubungan keterangan waktu.
103. Saat itu aku dan teman-teman
bingung mau kemana (21XC).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
kalimat di samping adalah kemana
104. Putra dengan penuh keberanian
masuk kedalam rumah tua itu
(79XC).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kedalam
105. Masuk kedalam ruangan demi
ruangan ia masuki hingga
menemukan 5 ransel di salah satu
kamar dan ransel itu terdapat foto 5
sekawan (80XC).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kedalam
106. Mereka mengantarkan Putra pulang
kerumahnya (85XC).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kerumahnya
107. Akhirnya lukisan penyihir itu
dibuang jauh dari istana, dan
lukisan Sofie hilang entah kemana
(137XC).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kemana
108. Setelah meneguk habis sebotol air
tadi, akupun segera pulang
kerumah (170XC).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kerumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
109. Mendengar perkataan Andi yang
sombong, Nopo langsung
mengukuhkan niat untuk mencari
ikan sampai kedasar sungai
(194XC).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kedasar
110. Ternyata burung itu memberikan
petunjuk di mana mereka bisa
masuk ketaman rahasia itu
(225XC).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah ketaman
111. Para wisatawan asing yang tertarik
datang kesini karena ingin melihat
keindahan Candi Borobudur secara
langsung (289XC).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kesini
112. Alasanku kepada Riska karena akan
liburan disana, “padahal sebenarnya
aku pergi kesana bukan untuk
liburan tapi untuk berobat”, kataku
dalam hati (372XG).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kesana
113. Biasanya aku dan Lira kesana
hanya untuk sekedar bertemu atau
bermain basket (383XG).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kesana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
114. Aku juga sudah pergi kerumahnya,
tetapi kenapa rumah Lira kosong ?
apa dia pindah ? mengapa tak
bilang padaku ? (384XG).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kerumahnya
115. Apa dia juga pindah sekolah ? aku
lari menuju ruang Kepala Sekolah,
dan masuk keruanngannya untuk
bertanya apakah Lira pindah
sekolah (388XG).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah keruangannya
116. Tak lama setelah itu ibu pergi
kewarung (392XG).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kewarung
117. Saat perjalanan mau kekamar mami
malah encok tiba-tiba karena tadi
terpleset (433XG).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kekamar
118. “ya,” Jawabku” tapi ada keperluan
apa kau kesini ? (502XG).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kesini
119. Baru setengah mereka minum, Kesalahan penulisan preposisi ke yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
mereka mendengar seseorang
memanggil nama mereka untuk
kesana (556XG).
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kesana
120. Adi, Indra tolong kesini sebentar
nak (557XG).
Kesalahan penulisan preposisi ke yang
seharusnya ditulis terpisah, ditulis oleh siswa
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada
kalimat di samping adalah kesini.
121. Setelah itu aku pamit untuk pergi
ke kamar untuk mandi dan istirahat
(44XC).
kesalahan pada penggunaan preposisi untuk
yang bertugas sebagai penanda hubungan
peruntukan. Penggunaan preposisi untuk yang
berlebihan, sehingga kalimat menjadi tidak
efektif.
122. Mereka mulai berjalan untuk ke
hutan tersebut (73XC).
kesalahan pada penggunaan preposisi untuk
yang bertugas sebagai penanda hubungan
peruntukan. Penggunaan preposisi untuk yang
tidak tepat atau tidak efektif dalam kalimat
tersebut.
123. Tetapi putri Marya dibebaskan
untuk keluar rumah untuk
menikmati Negeri Sembilan
(219XC).
kesalahan pada penggunaan preposisi untuk
yang bertugas sebagai penanda hubungan
peruntukan. Penggunaan preposisi untuk yang
berlebihan, sehingga kalimat menjadi tidak
efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
124. Kami pergi dengan naik
motor(29XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penggunaan preposisi dengan yang tidak sesuai
dengan konteks kalimat, sehingga pada kalimat
tersebut harus mendapatkan penambahan kata.
Pada kalimat di samping dihilangkan kata
[naik] yang tidak sesuai dipasangkan dengan
preposisi dengan, kemudian digantikan dengan
kata menggunakan, agar kalimat menjadi
efektif, serta preposisi yang ditempatkan juga
sesuai.
125. Kami bersahabat dari kecil
(362XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penggunaan preposisi dari. Seharusnya
preposisi dari tidak digunakan dalam kalimat
ini, karena tidak sesuai dengan konteks kalimat,
maka harus di ganti dengan preposisi sejak.
126. Tapi akhirnya, mereka semua
paham yang aku dan Riska lakukan
karena kami sudah bersahabat dari
kecil (363XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penggunaan preposisi dari. Seharusnya
preposisi dari tidak digunakan dalam kalimat
ini, karena tidak sesuai dengan konteks kalimat,
maka harus di ganti dengan preposisi sejak.
127. Tapi asal kau tahu, aku sahabatan
dari kecil itu tulus (374XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penggunaan preposisi dari. Seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
preposisi dari tidak digunakan dalam kalimat
ini, karena tidak sesuai dengan konteks kalimat,
maka harus di ganti dengan preposisi sejak.
128. Setelah itu kami menuju mobil
untuk menuju paslon milik
keluarga kami (569XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penggunaan berulang preposisi menuju yang
menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif.
Preposisi menuju yang diapit kata [kami] dan
[mobil] diganti dengan kata [masuk] sehingga
kalimat tersebut menjadi efektif.
129. Tapi paslon yang ada di Indonesia
ini llima kali lebih besar dari pada
di New York (635XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penulisan preposisi daripada [dari pada] yang
seharusnya ditulis sambung bukan terpisah,
karena kedua kata tersbut merupakan gabungan
antar preposisi dan preposisi. Jadi penulisan
gabungan preposisi dan preposisi harus
disambung.
130. Hana pun sadar, persahabatan itu
lebih penting dari pada cinta yang
tak selamanya bisa membuat kita
bahagia (660XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penulisan preposisi daripada [dari pada] yang
seharusnya ditulis sambung bukan terpisah,
karena kedua kata tersbut merupakan gabungan
antar preposisi dan preposisi. Jadi penulisan
gabungan preposisi dan preposisi harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
disambung.
131. Putra dengan penuh keberanian
masuk kedalam rumah tua itu
(664XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan preposisi [kedalam] yang
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai
kaidah yang ada kata tersebut merupakan
kekhususan dari preposisi.
132. Dan masuk kedalam ruangan demi
ruangan ia masuki hingga
menemukan 5 ransel di salah satu
kamar dan ransel itu terdapat foto 5
sekawan (665XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan preposisi [kedalam] yang
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai
kaidah yang ada kata tersebut merupakan
kekhususan dari preposisi.
133. 5 sekawan itu membawa
masyarakat kedalam hutan itu
untuk melihat keeksotisan alam di
dalam hutan itu dan ditambah hujan
gerimis disertai pelangi yang sangat
indah (666XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan preposisi [kedalam] yang
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai
kaidah yang ada kata tersebut merupakan
kekhususan dari preposisi.
134. Si tuyul yang kena tendang mami
pun nyungsep kedepan belum lagi
mami yang gak sengaja nginjak
kaki si tuyul (678XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan preposisi [kedepan] yang
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai
kaidah yang ada kata tersebut merupakan
kekhususan dari preposisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
135. Dan saat harimau itu terjatuh dia
langsung masuk kedalam panci
yang sudah terisi air panas dan
harimau itu mati dalam keadaan
terebus air mata (684XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan preposisi [kedalam] yang
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai
kaidah yang ada kata tersebut merupakan
kekhususan dari preposisi.
136. Kota yang tingkat kriminalitasnya
diatas rata-rata (667XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan preposisi [diatas] yang
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai
kaidah yang ada kata tersebut merupakan
kekhususan dari preposisi.
137. Dari uraian diatas, mampu
membuktikan bahwa SMPN 1
Sleman patut dijadikan sebagai
sekolah rujukan (675XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan preposisi [diatas] yang
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai
kaidah yang ada kata tersebut merupakan
kekhususan dari preposisi.
138. Di pantai Indrayanti kita dapat
bermain pasir putih, mencari ikan
di sela-sela karang, foto dari atas
tebing dan duduk santai dibawah
payung (676XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan preposisi [dibawah] yang
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai
kaidah yang ada kata tersebut merupakan
kekhususan dari preposisi.
139. Nera, gadis dengan rambut coklat
sepundak dan poni yang menutupi
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan preposisi [diatas] yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
air, serta jepit rambut kucing diatas
telinga kirinya (680XG).
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai
kaidah yang ada kata tersebut merupakan
kekhususan dari preposisi.
140. Ku katakan pada bulan diatas sana,
medali itu untukmu (682XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan preposisi [diatas] yang
penulisannya seharusnya di pisah karena sesuai
kaidah yang ada kata tersebut merupakan
kekhususan dari preposisi.
141. Rusa ketiga yang benar-benar
cerdas, dengan sigap memanaskan
air dalam panci tidak tertutup tidak
bertutup serta ditempatkan pas
diatas tungku sampai panas, dan
tungku itu berada dibawah
cerobong asap (683XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan preposisi [diatas] dan [dibawah]
yang penulisannya seharusnya di pisah karena
sesuai kaidah yang ada kata tersebut
merupakan kekhususan dari preposisi.
142. Dan di kantin lagi-lagi aku
mendapat cacian dan sindiran dari
geng cabe di sini (746XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
143. Dan orang yang kemarin
mencaciku berubah jadi memujiku
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
(747XC). sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
144. Dan ketika putra melihat foto itu
tiba-tiba ia ditangkap oleh
sekelompok orang (756XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
145. Dan hutan itu di juluki hutan rain
and rainbow (757XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
146. Dan yang membuat Pak Arjuna
kagum adalah kemampuan Dendi
yang berkembang dengan sangat
pesat (765XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
147. Dan dia menjadi juara dan
mengharumkan nama bangsa,
sekaligus mengangkat derajat
keluarganya (766XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dari satu.
148. Dan disaat itulah Peter dan Corie
mulai dekat (784XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
149. Dan akhirnya lukisan penyihir itu
dibuang jauh dari istana dan lukisan
Putri Sofie entah hilang kemana
(790XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
150. Dan lukisan itu masih sangat indah,
dan terdapat putri yang sangat
cantik di dalamnya (800XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
151. Dan mereka menyerahkan lukisan
tua tersebut kepada keluarga
kerajaan (802XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
152. Dan memberikan hadiah kepada Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Peter dan Corie (803XC). kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
153. Dan ia tidak mungkin menolak
perintah itu, lagipula itu hanya
perintah yang ringan (805XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
154. Dan yang kedua adalah Manda
meskipun cewe Manda adalah
orang yang pantang menyerah
(812XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
155. Dan perjuanganku mulai disini
(817XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
156. Dan menyebabkan keduanya tewas
seketika disertai dengan prajurit-
prajurit yang mengawalinya
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
(822XC). kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
157. Dan akhirnya mereka dapat masuk
ke taman rahasia itu (824XC).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
158. Dan pada saat itu Rogy dan Naswa
tidak pernah saling berkomunikasi
dikarenakan lost kontak (859XG).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
159. Dan percakapan mereka harus
berakhir karena Gita sudah
dijemput oleh papinya (863XG).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
160. Dan percakapan mereka berlanjut
di WA (864XG).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
161. Dan Retta yang dikejar-kejar
banyak cowok (871XG).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
162. Dan lama-kelamaaan Retta tidak
nyaman dan akhirnya memutuskan
Alvaro (872XG).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
163. Dan kini ia sadar hidupnya tak
selalu happy ending seperti novel-
novel di Gramedia (873XG).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
164. Dan kebetulan Hera membawa
cutter di dalam tempat pensilnya,
yang setidaknya bisa membantu
mereka memotong daun pisang
tersebut (888XG).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
165. Dan kau hanya bisa memilih
sekarang karena waktu saya tidak
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
banyak (909XG). sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
166. Dan saat harimau itu terjatuh dia
langsung masuk ke dalam panic
yang sudah terisi air panas
(932XG).
Konjungsi dan tidak tepat berposisi pada awal
kalimat. Konjungsi dan hanya di letakkan
sebelum kata, frasa, atau klausa terakhir jika
kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan lebih
dari satu.
167. Pagi yang indah di Desa Hetregen,
tempat tinggal Lady Lyndiss
dengan saudara kembarnya Lord
Eliwood (1122XC).
Pada kalimat-kalimat di samping terdapat
kesalahan penggunaan konjungsi dengan.
Konjungsi dengan bertindak sebagai penanda
hubungan cara, tetapi pada kalimat di atas yang
dibutuhkan yaitu kata hubung dan yang bersifat
menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau
kalimat yang memiliki sifat setara alias
sederajat
168. Terlihat bahwa Lyn dengan
saudaranya Eliwood sedang
menyiapkan sesuatu (1123XC).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penggunaan konjungsi dengan. Konjungsi
dengan bertindak sebagai penanda hubungan
cara, tetapi pada kalimat di samping yang
dibutuhkan yaitu kata hubung dan yang bersifat
menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
kalimat yang memiliki sifat setara alias
sederajat
169. Tetesan embun di pagi itupun
menjadi saksi di antara diriku
dengan dirinya (1125XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penggunaan konjungsi dengan. Konjungsi
dengan bertindak sebagai penanda hubungan
cara, tetapi pada kalimat di samping yang
dibutuhkan yaitu kata hubung dan yang bersifat
menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau
kalimat yang memiliki sifat setara alias
sederajat
170. Ayah Lira mengetahui bahwa
antara dia dengan ayahku hanya
diadu domba (1138XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
penggunaan konjungsi dengan. Konjungsi
dengan bertindak sebagai penanda hubungan
cara, tetapi pada kalimat di samping yang
dibutuhkan yaitu kata hubung dan yang bersifat
menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau
kalimat yang memiliki sifat setara alias
sederajat
171. Tetesan embun di pagi itupun
menjadi saksi di antara diriku
dengan dirinya (1317XG).
Pada kalimat di samping terdapat kesalahan
pada penulisan partikel pun dalam kata [itupun]
yang seharusnya di tulis terpisah menjadi [itu
pun] karena dalam tulisan partikel pun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
dipisahkan dari kata depannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
BIOGRAFI PENULIS
Oswaldus Resinov Lamudin
lahir di Kumba, Manggarai NTT pada tanggal
27 November 1996. Ia menempuh Pendidikan
Dasar di SDK Ruteng 1, Manggarai NTT pada
tahun 2002-2008. Pada tahun 2008- 2011 ia
melanjutkan pendidikan Menengah Pertama di
SMPN 1 Langke Rembong Manggarai.NTT.
Ia melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMAK Setia Bhakti Ruteng
pada tahun 2011-2014. Pada tahun 2014 ia melanjutkan studi ke Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada tahun 2019 ia berhasil menyelesaikan studi S1, dengan skripsi yang
berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Tugas Pada Teks Karangan
Karya Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sleman Tahun Ajaran 2018/2019”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI