18
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 1 ANALISIS KESEHATAN KINERJA KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DESA - LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (BUMDes LKM) KABUPATEN LOMBOK UTARA TAHUN 2012 I Gde Mandra ‡‡ Universitas Mataram ABSTRACT This study aims to determine the feasibility of BUMDes financial performance LKM in North Lombok when measured by analyzing the ratio of elements contained in the CAEL, such as: CAR, NPL, PPAP, ROA, ROA, LDR. In addition, to determine the health of the LKM’s financial performance during the year 2012 BUMDes using the method of CAMEL The research method is descriptive. Data analysing using ratio analysis Financial Management and the method of analysis methods CAEL. The results showed that, the financial performance of LKMs on BUMDes North Lombok, when measured by financial ratio analysis such as: CAR, Liquidity, Profitability including ROA can be said to have a decent performance, although aspects of the NPL and PPAP-WD not show decent results, but not too serious. Then based on the results of the analysis of CAEL, to 7 BUMDes MFI's in North Lombok 3 BUMDes attribute that LKMs have a pretty healthy performance BUMDes LKM is "new", BUMDes LKM "MALAKA", and BUMDes LKM "SUKADANA", while 4 BUMDes LKM the other has a healthy performance. Fourth BUMDes LKM's is BUMDes LKM "LOLOAN", BUMDes LKM "SENARU", BUMDes LKM "GONDANG", and BUMDes LKM "PEMENANG TIMUR". Key words: Capital Adequacy, Asset Quality, Earning Ability, Liquidity. ‡‡ Dosen Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Mataram, Alamat : Jalan Majapahit No. 62 Mataram, Gedung FE UNRAM, Lantai 1

Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 1

ANALISIS KESEHATAN KINERJA KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DESA -

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (BUMDes LKM) KABUPATEN LOMBOK UTARA

TAHUN 2012

I Gde Mandra‡‡

Universitas Mataram

ABSTRACT

This study aims to determine the feasibility of BUMDes financial performance LKM in North Lombok

when measured by analyzing the ratio of elements contained in the CAEL, such as: CAR, NPL,

PPAP, ROA, ROA, LDR. In addition, to determine the health of the LKM’s financial performance

during the year 2012 BUMDes using the method of CAMEL The research method is descriptive.

Data analysing using ratio analysis Financial Management and the method of analysis methods

CAEL. The results showed that, the financial performance of LKMs on BUMDes North Lombok, when

measured by financial ratio analysis such as: CAR, Liquidity, Profitability including ROA can be said

to have a decent performance, although aspects of the NPL and PPAP-WD not show decent results,

but not too serious. Then based on the results of the analysis of CAEL, to 7 BUMDes MFI's in North

Lombok 3 BUMDes attribute that LKMs have a pretty healthy performance BUMDes LKM is "new",

BUMDes LKM "MALAKA", and BUMDes LKM "SUKADANA", while 4 BUMDes LKM the other

has a healthy performance. Fourth BUMDes LKM's is BUMDes LKM "LOLOAN", BUMDes LKM

"SENARU", BUMDes LKM "GONDANG", and BUMDes LKM "PEMENANG TIMUR".

Key words: Capital Adequacy, Asset Quality, Earning Ability, Liquidity.

‡‡

Dosen Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Mataram, Alamat : Jalan Majapahit No. 62 Mataram, Gedung FE UNRAM, Lantai 1

Page 2: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan kinerja keuangan BUMDes LKM di Kabupaten

Lombok Utara bila diukur dengan analisa rasio unsur yang terdapat dalam CAEL , seperti : CAR,

NPL, PPAP, ROA, BOPO, LDR. Juga, untuk mengetahui kesehatan kinerja keuangan. Metode

penelitian yang digunakan adalah metoda deskriptif. Teknik analisis data penelitian menggunakan

analisis rasio Manajemen Keuangan Bank, dan metoda analisis metoda CAEL. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kinerja keuangan BUMDes LKM se Kabupaten Lombok Utara, bila diukur

dengan analisis rasio keuangan seperti : CAR, Likuiditas, Profitabilitas termasuk BOPO dapat

dikatakan memiliki kinerja yang layak, walaupun dari aspek NPL dan PPAP-WD belum

menunjukkan hasil yang layak, namun tidak terlalu serius. Kemudian berdasarkan hasil analisis

CAEL, ke 7 BUMDes LKM yang ada di Kabupaten Lombok Utara menujukan bahwa 3 BUMDes

LKM memiliki kinerja yang cukup sehat yaitu BUMDes LKM “ANYAR” , BUMDes LKM

“MALAKA” , dan BUMDes LKM “SUKADANA” , sedangkan 4 BUMDes LKM lainnya memiliki

kinerja sehat. Ke Empat BUMDes LKM tersebut adalah BUMDes LKM “LOLOAN” , BUMDes

LKM “SENARU” , BUMDes LKM “GONDANG”, dan BUMDes LKM “ PEMENANG TIMUR”.

Kata Kunci : Kecukupan Modal , Kualitas Aset, Earning Ability, Liquidity.

JEL classifications : G21

Page 3: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengentasan kemiskinan me-

rupakan salah satu agenda pem-

bangunan nasional yang sedang

digalakkan pemerintah Indonesia saat

ini. Desa merupakan tolak ukur dari

kemiskinan tidaknya suatu negara,

karena sampai saat ini desa merupakan

kantong kemiskinan yang paling besar

(Eko, 2005). Sesuai dengan konteks

sosial ekonomi boleh dibilang tipologi

masyarakat pedesaan memiliki ke-

seragaman dalam hal sebagian besar

penghasilan mereka rendah, tergan-

tung dari kegiatan pertanian, sempit-

nya lapangan kerja, jumlah pe-

ngangguran tinggi, serta kurangnya

ketersediaan infrastruktur dan akses

informasi. Namun demikian bukan

berarti perekonomian di desa tidak

memiliki potensi untuk bisa dikem-

bangkan kearah yang lebih baik, karena

itu perlu penciptaan system dan iklim

yang sehat dan berkesinambungan bagi

pelaku usaha di desa. Memang,

kegiatan perekonomian di pedesaan

sebagaimana adanya selama ini masih

didominasi oleh usaha-usaha skala

mikro dan kecil dengan pelaku utama

para petani, buruh tani, pedagang

sarana produksi dan hasil pertanian,

pengolah hasil pertanian, pengrajin,

buruh serta pengecer. Dalam ke-

nyataannya, para pelaku usaha ini

pada umumnya masih dihadapkan

pada masalah-masalah yang sangat

mendasar baik yang bersifat internal

maupun eksternal , yang secara umum

masalah-masalah tersebut terdiri antara

lain (Sri Lestari, 2007) : 1) manajemen,

2) permodalan, 3) teknologi, 4) bahan

baku, 5) informasi dan pemasaran, 6)

infrastruktur, 7) birokrasi dan pu-

ngutan, 8) kemitraan. Dari beragamnya

permasalahan yang dihadapi usaha

mikro, secara klasik nampaknya

permodalan tetap menjadi salah satu

kendala penting guna menjalankan

usahanya, baik kebutuhan modal kerja

maupun investasi. Keterbatasan modal

dapat membatasi ruang gerak aktivitas

sektor pertanian dan pedesaan (Hamid,

1986). Dalam jangka panjang,

kelangkaan modal bisa menjadi entry

point terjadinya siklus rantai

kemiskinan pada masyarakat pedesaan

yang sulit untuk diputus.

Di Nusa Tenggara Barat

(Transform, 2010), terdapat 29 LKM yang

berbentuk Badan Usaha Milik Desa atau

BUMDes yang tersebar di Empat

Kabupaten : Lombok Barat (2 LKM),

Lombok Utara (8 LKM) , Lombok Timur (9

LKM) , dan Sumbawa (10 LKM).

Keberadaan BUMDes LKM umumnya di

Provinsi Nusa Tenggara Barat telah

didukung seperangkat kebijakan dari

tingkat nasional maupun lokal. Di tingkat

nasional misalnya, terdapat UU Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

khususnya pasal 213. Ada pula Peraturan

Pemerintah (PP) 72 tahun 2005 tentang

Desa dan Keputusan Bersama Menkeu,

Mendagri, Menkop dan Gubenur BI pada

bulan September 2009 tentang Strategi

Pengembanan Lembaga Keuangan Mikro.

Sementara di tingkat provinsi NTB,

keberadaan BUMDes LKM menjadi salah

satu visi yang dijabarkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) NTB 2009-2013. Begitu pula di

tingkat kabupaten telah disahkan regulasi

tentang BUMDes LKM. Di Kabupaten

Page 4: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 4

Lombok Utara ada peraturan Nomor 29

Tahun 2009, di Kabupaten Lombok Barat

termaktub dalam peraturan Nomor 25

Tahun 2009, di Kabupaten Lombok Timur

tercantum dalam peraturan Nomor 22

Tahun 2009 dan di Kabupaten Sumbawa

termuat dalam peraturan Nomor 22 Tahun

2009.

Adapun kegiatan inti dari

BUMDes LKM pada umumnya adalah

mengelola dana yang didapat dari

menghimpun dana masyarakat desa ,dan

menyalurkan kembali dana-dana kepada

masyarakat dalam bentuk pinjaman

untuk mendukung kegiatan usaha mikro

di desa.

Untuk lebih mendapatkan gambaran

mengenai perkembangan BUMDes LKM

yang terdapat di Kabupaten Lombok

Utara dalam tabel berikut akan

disuguhkan data keuangan BUMDes

LKM sebagai berikut.

Tabel 1. Perkembangan Data Keuangan BUMDes LKM Kabupaten Lombok Utara

Tahun 2010 – 2011

BUMDDes

LKM

Total Assets (Rp.) Kredit Yang Disalurkan Tabungan Masyarakat Perolehan Laba

No. Tahun : Tahun : Tahun : Tahun :

2010 2011 2010 2011 2010 2011 2010 1011

1 Anyar 1,649,000,000 2,000,653,320 1,265,000,000 1,500,448,175 0 854,257,000 176,900,000 202,108,482

2 Gondang 95,100,000 177,342,255 66,800,000 108,686,000 16,400,000 93,174,800 7,500,000 12,069,004

3 Sukadana 286,000,000 238,463,168 215,800,000 172,365,900 107,600,000 56,372,279 25,500,000 12,333,389

4 Loloan 278,500,000 324,205,593 250,300,000 278,021,400 8,500,000 6,414,500 24,800,000 35,071,272

5 Santong 312,000,000 650,715,443 206,600,000 261,202,500 7,100,000 38,324,000 9,600,000 8,148,789

6 Senaru 610,000,000 621,410,611 474,400,000 491,614,150 282,000,000 256,134,081 50,100,000 45,511,649

7 Malaka 552,000,000 1,207,261,477 439,000,000 654,688,550 244,000,000 856,149,000 41,000,000 58,422,008

8 Pemenang Timur 95,100,000 74,684,471 66,800,000 70,121,700 4,400,000 9,877,895 4,500,000 679,464

Jumlah 3,877,700,000 5,294,736,338 2,984,700,000 3,537,148,375 670,000,000 2,170,703,555 339,900,000 374,344,057

Rata-rata 484,712,500 529,473,634 248,725,000 353,714,838 55,833,333 217,070,356 28,325,000 37,434,406 Sumber : Data Skunder di olah (Transform : 2011)

Data dalam tabel di atas dapat

dijelaskan bahwa dari aspek keuangan

seperti total asset, kredit yang disalurkan

(KYD), jumlah tabungan masyarakat, dan

perolehan laba BUMDes LKM se Kab.

Lombok Timur selama tahun 2010 – 2011

menunjukkan adanya perkembangan

yang positif, baik dari total aset, KYD,

tabungan, maupun perolehan laba. Hal

ini berarti bahwa keberadaan BUMDes

LKM di kabupaten ini memiliki prospek

untuk berkembang lebih baik pada masa

yang akan datang.

Tujuan penilaian tingkat kesehatan

bagi manajemen BUMDes LKM adalah

untuk menilai apakah pengelolaan BUMDes

LKM selama ini telah sejalan dengan asas-

asas lembaga keuangan mikro yang sehat

dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Berkaitan dengan penilaian tingkat kese-

hatan, banyak pihak yang berkepentingan

terhadap kesehatan BUMDes LKM yaitu

pemilik, pengawas, pengelola, masyarakat

pengguna jasa BUMDes LKM maupun

BAPPEDA Kabupaten selaku pembina dari

BUMDes LKM. Sehubungan dengan itu

kepada pihak-pihak yang berkepentingan

Page 5: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 5

terhadap keberlanjutan BUMDes LKM

sangat disarankan untuk memahami

penilaian kesehatan BUMDes LKM.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian,

tujuan penelitian adalah untuk :

1. Mengetahui kelayakan kinerja ke-

uangan BUMDes LKM di Kabupaten

Lombok Utara bila diukur dengan

analisa rasio terhadap unsur-unsur

yang terdapat dalam CAEL.

2. Mengetahui kesehatan kinerja ke-

uangan BUMDes LKM di Kabupaten

Lombok Utara yang dianalisis dengan

metoda CAEL.

LANDASAN TEORI

Definisi Lembaga Keuangan Mikro

Dalam Draft RUU Nomor XXX

tahun 2001 Tentang Keuangan Mikro dan

Draft kedua Nomor XXX Tahun 2007

tentang Lembaga Keuangan Mikro

didefinisikan sebagai “Badan Usaha

Keuangan” yang menyediakan layanan

“Jasa Keuangan Mikro”, tidak berbentuk

bank, koperasi, serta bukan pegadaian

tetapi termasuk Badan Kredit Desa (BKD)

dan Lembaga Dana Kredit Pedesaan

(LKPD) yang tidak memenuhi persyaratan

sebagai bank, selanjutnya disebut sebagai

LKM Bukan Bank Bukan Koperasi (LKB

B3K) atau selanjutnya disingkat LKM.

Menurut definisi yang dipakai

dalam Microcredit Summit (1997), kredit

mikro adalah program pemberian kredit

berjumlah kecil ke warga paling miskin

untuk membiayai proyek yang dia ker-

jakan sendiri agar menghasilkan penda-

patan, yang memungkinkan mereka peduli

terhadap diri sendiri dan keluarganya,

“programmes extend small loans to very poor

for sel-employment projects that generate

income, alowing them to care for themselves

and their family” (Kompas, 15 Maret 2005).

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di

Indonesia menurut Bank Pembangunan

Asia dan Bank Dunia (Gunawan, 2007)

memiliki ciri utama, yaitu:

1. Menyediakan beragam jenis pelayanan

keuangan yang relevan atau sesuai

dengan kebutuhan riil masyarakat

2. Melayani kelompok masyarakat yang

berpenghasilan rendah

3. Menggunakan prosedur dan meka-

nisme yang kontekstual dan fleksibel

agar lebih mudah dijangkau oleh ma-

syarakat miskin yang membutuhkan

Pola-pola Keuangan Mikro di Indonesia:

1. Saving ledd microfinance, yaitu pola

keuangan mikro yang berbasis

anggota (membership based). Dalam

pola ini, pendanaan atau pembiayaan

yang beredar berasal dari pengusaha

mikro. Contohnya: Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM), Credit

Union, dan Koperasi Simpan Pinjam.

2. Credit Ledd Microfinance, yaitu pola

keuangan mikro yang sumber

keuangannya bukan dari usaha mikro

tetapi dari sumber lain. Contohnya:

Badan Kredit Desa, Lembaga Dana

Kredit Pedesaan dan Grameen Bank.

3. Micro Banking, bank yang difungsikan

untuk melayani keuangan mikro.

Contohnya: BRI Unit Desa, Bank

Page 6: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 6

Perkreditan Rakyat dan Danamon

Simpan Pinjam

Pola hubungan bank dan kelompok

swadaya masyarakat

Lembaga keuangan mikro memiliki

kelebihan yang paling nyata, yaitu prose-

durnya yang sederhana, tanpa agunan,

hubungannya yang cair (personal relation-

ship), dan waktu pengembalian kredit yang

fleksibel (negotiable repayment). Karak-

teristik itu sangat sesuai dengan ciri pelaku

ekonomi di perdesaan (khususnya di

sektor pertanian) yang memiliki asset

terbatas, tingkat pendidikan rendah dan

siklus pendapatan yang tidak teratur

(bergantung panen). Karakter perdesaaan

seperti itulah yang ditangkap dengan baik

oleh pelaku lembaga keuangan mikro,

sehingga eksistensinya mudah diterima

oleh masyarakat kecil. Tetapi kelemahan

utama dari lembaga keuangan mikro,

yakni tingkat bunga kredit yang sangat

tinggi, harus diperbaiki sebab keberada-

annya cenderung eksploitatif kepada

masyarakat miskin. Pemerintah dapat

mendesain regulasi dengan jalan memba-

tasi tingkat suku bunga, atau memperluas

akses masyarakat miskin kepada kredit

formal sehingga dalam jangka panjang

tingkat bunga lembaga keuangan mikro

akan tertekan. Model inilah yang harus

diadopsi agar kepentingan masyarakat

kecil tidak dirugikan.

Metoda Penilaian Kesehatan Lembaga

Keuangan Mikro dengan menggunakan

analisis CAMEL.

Penilaian kesehatan lembaga ke-

uangan mikro seperti halnya dengan

penilaian kesehatan keuangan perbankan

menggunakan analisis CAMEL, karena

kegiatan operasional LKM BUMDes ini

memang menjalankan kegiatan sebagai

perantara keuangan di pedesaan, seperti

menarik dana dari masyarakat dalam

bentuk simpan : tabungan dan deposito,

dan menyalurkan dana-dana kepada

masyarakat dalam bentuk pinjaman atau

kredit yang disalurkan. Menurut analisis

metoda CAMEL, kesehatan lembaga

keuangan dikategorikan menjadi empat

tingkat yaitu : sehat, cukup sehat, kurang

sehat, dan tidak sehat.

Berdasarkan Uniform Financial Rating

System (UFRS) , ada 5 aspek penilaian

CAMEL, (Sudarto, 2007:144) , yaitu :

1. Capital Adequacy, adalah modal yang

cukup diperlukan sebagai penyangga

untuk menutup besarnya kerugian

yang mungkin timbul, juga dalam

rangka menambah kepercayaan untuk

para penabung dan deposan juga

dalam meningkatkan usaha bank.

Capital Adequacy dihitung dari

besarnya Aktiva Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR), dengan syarat mini-

mum rasio kecukupan modal (Capital

Adequacy Ratio/CAR) adalah sebesar

8%. Untuk menentukan nilai kredit

(credit point) dan nilai bobot aspek

Capital ini, haruslah dikalikan dengan

bobot aspek ini yaitu sebesar 30% (SK

DIR.BI No.30/12/KEP/DIR/1997).

2. Asset Quality, yaitu kualitas aktiva

produktif sehubungan dengan risiko

kredit yang dihadapi bank akibat

pemberian kredit dan investasi dana

bank pada portofolio yang berbeda.

Setiap penanaman dana bank dalam

aktiva produktif dinilai kualitasnya

dengan menentukan tingkat kolek-

tibilitasnya yaitu apakah : lancar,

Page 7: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 7

kurang lancar, diragukan, atau macet.

Pembedaan tingkat kolektibiltas

tersebut diperlukan untuk mengetahui

besarnya cadangan minimum peng-

hapusan aktiva produktif yang harus

disediakan oleh bank untuk menutup

kemungkian kerugin yang terjadi.

Penilaian tingkat kesehatan aktiva

produktif didasarkan pada penilaian

terhadap kualitas aktiva produktif

yang dikuantifikasi dan didasarkan

pada penilaian terhadap pada dua

rasio yaitu : (1) perbandingan aktiva

produktif yang diklasifikasi terhadap

jumlah seluruh aktiva produktif, dan

(2) perbandingan cdangan peng-

hapusan aktiva produktif terhadap

aktiva yang diklasifikasi.

3. Management Quality (kualitas mana-

jemen), menunjukkan kemampuan

manajemen bank untuk mengiden-

tifikasi, mengukur, mengawasi dan

mengontrol risiko-risiko yang timbul

melalui kebijakan strategis untuk

mencapai target. Keberhasilan dari

manajemen bank didasarkan pada

penilaian kualitatif terhadap mana-

jemen yang menyangkut beberapa

komponen. Komponen tersebut terdiri

dari manajemenpermodalan, manaje-

men kualitas aktiva, manajemen

umum, manajmen rentabilitas, dan

manajemen likuiditas yang kese-

luruhannya meliputi 250 aspek.

4. Earning (Rentabilitas) menunjukkan

tidak hanya jumlahkualitas dan trend

earningtetapi juga faktor-faktor yang

mempengaruhi ketersediaan dan

kualitas earning. Keberhasilan bank

didasarkan pada penilian kuantitatif

terhadap rentabilitas bank yang di-

ukur dengan dua rasio yang berbobot

sama. Rasio tersebut terdiri dari : (1)

rasio perbandingan laba dalam 12

bulan terakhir terhadap volume usaha

dalam periode yang sama ( Return on

Assets atau ROA), dam (2) rasio biaya

operasional terhadap pendapatan ope-

rsional dalam periode 12 bulan. Suatu

bank dapat dimasukkan dalam klasi-

fikasi sehat apabila : (1) rasio laba ter-

hadap volume usaha mencapai seku-

rang-kurangnya 1,2% ; dan (2) rasio

biaya operasional terhadap pendapa-

tan operasional tidak melebihi 93,5%.

5. Liquiduty (likuiditas) menunjukkan

ketersediaan dana bank pada saat ini

dan masa yang akan dating. Penga-

turan likuiditas terutama dimaksudkan

agar bank setiap saat dapat memenuhi

kewajiban-kewajiban yang harus segera

di bayar. Berdasarkan analisis CAMEL ,

bank wajib memelihara likuiditasnya

yang didasarkan pada dua rasio de-

ngan bobot yang sama. Rasio tersebut

adalah : (1) perbandingan jumlah

kewajiban bersih terhadap aktiva

lancar (kas, giro pada Bank Indonesia,

Sertifikat Bank Indonesia, dan surat-

surat baerharga pasar uang dalam

rupiah yang diendos oleh bank lain, (2)

perbandingan antara kredit yang

diberikan terhadap dana pihak ketiga,

termasuk pinjaman yang diterima de-

ngan jangka waktu lebih 3 bulan. Li-

kuiditas bank dapat diklasifikasi sehat

apabila : (1) rasio lancar kurang dari

19%, dan (2) rasio pinjaman terhadap

dana pihak ketiga kurang dari 89,8%.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian diskriptif. Penelitian

Page 8: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 8

diskriptif ini akan menjelaskan mengenai

kesehatan kinerja keuangan BUMDes

LKM yang ada di Kab. Lombok Utara

dengan pendekatan metoda CAEL.

Populasi dan sampel penelitian ini

adalah Badan Usaha Milik Desa Lembaga

Keuangan Mikro (BUMDes LKM) yang

ada di Kabupaten Lombok Utara yang

hingga tahun 2011 adalah sebanyak 8

buah yang menyebar di 6 kecamatan.

Nama ke 8 BUMDes LKM tersebut adalah

: BUMDes LKM ”ANYAR” (Kec. Bayan) ,

BUMDes LKM ”GONDANG” (Kec.

Gondang), BUMDes LKM ”SUKADANA”

(Kec. Bayan), BUMDes LKM ”LOLAN”

(Kec. Bayan), BUMDes LKM

”SANTONG” (Kec. Kayangan), BUMDes

LKM ”SENARU” (Kec. Bayan), BUMDes

LKM ”MALAKA” (Kec. Pemenang), dan

BUMDes LKM ”PEMENG TIMUR” (Kec.

Pemenang). Dari ke 8 BUMDes LKM

tersebut dipilih sebagai sampel penelitian

hanya 7 BUMDes LKM secara purposif

sampling atau sampling bersayarat. Syarat

dipilihnya ke 7 BUMDes LKM tersebut

menurut pertimbangan peneliti adalah

adalah memiliki laporan keuangan yang

memenuhi standar akuntansi yang

dianjurkan oleh lembaga pembina

(TRANSFORM). Hanya satu BUMDes

LKM yang belum menerapkan standar

akuntansi yang dimaksud yaitu BUMDes

LKM ”SANTONG”, sehingga BUMDes

LKM ini tidak dimasukkan sebagai

sampel penelitian.

Jenis dan sumber data yang

digunakan adalah data sekunder yang

diperoleh dari laporan keuangan BUMdes

LKM se Kabupaten Lombok Utara selama

10 bulan (Januari s.d Oktober) selama

Tahun 2012. Laporan Keuangan yang

dimaksud yaitu terdiri dari Laporan

Neraca, Laporan Rugi Laba, dan data

pendukung lainnya yang relevan dengan

alat analisis CAEL

Adapun prosedur analisis data dalam

penelitian kesehatan BUMDes LKM

ditempuh langkah-langkah perhitungan

sebagai berikut :

I. Untuk menganalisis masalah penelitian

yang pertama (1), yaitu apakah kinerja

keuangan BUMDes LKM di Kab.

Lombok Utara yang diukur dengan

analisa rasio terhadap unsur yang ada

dalam CAEL memang layak ? Dalam

hal ini, formula atau rumus maupun

indikator yang digunakan sekaligus

terdapat diprosedur analisis CAEL.

2. Untuk menganalisis penelitian yang

ke dua (2), digunakan seperangkat

prosedur analisis CAMEL sebagai

berikut.

A. Penentuan bobot masing-masing

komponen yang akan dinilai sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dalam

Metoda CAMEL sebagai berikut.

Perlu ditegaskan di sini bahwa dalam

penelitian ini hanya fokus pada

analisis yang bersifat kuantitatif saja

seperti faktor-faktor : Kecukupan

Permodalan (C), Mutu atau Kualitas

Aktiva (A), Earning atau Profitabilitas

(E), dan faktor Likuiditas (L).

Sedangkan faktor Manajemen (M),

karena bersifat kualitatif , maka faktor

tersebut tidak di teliti dalam

kesempatan ini. Selanjutnya untuk

pemberian bobot dari ke empat faktor

yang di analisis adalah mengikuti

bobot yang ditetapkan oleh lembaga

pembeina BUMDes LKM yaitu : CTZ

ProFi , dan Transform (Buku Panduan

Pelatihan) sebagai berikut.

Page 9: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 9

Tabel 2. Bobot masing-masing komponen dalam faktor yang dinilai dengan metoda

CAEL.

FAKTOR YANG DINILAI KOMPONEN BOBOT

1. Kecukupan Permodalan Perbandingan modal terhadap aktiva tertimbang

menurut risiko (ATMR )

20 %

2 .Mutu atau kualitas KYD

1) Perbandingan KYD dikelompokkan terhadap KYD

2) Perbandingan Penyisihan Penghapusan Akiva

Produktif (PPAP) terhadap PPAP wajib dibentuk

(PPAP WD)

25%

5 %

3. Manajemen (M) 1). Manajemen Umum

2). Manajemen Risiko

0%

0%

3. Rentabilitas atau Earning

atau Kemampuan

menghasilkan laba

1) Perbandingan Laba terhadap total asset

2) Perbandingan biaya terhadap pendapatan

10 %

5 %

4. Likuiditas atau

Kesanggupan membayar

hutang jangka pendek

1) Perbandingan alat likuid terhadap hutang lancar

2) Perbandingan Hutang Lancar terhadap Total Modal

5 %

10 %

25 % Sumber : Modul Pelatihan Standarisasi Pengelolaan BUMDes LKM (ProFi , NTB)

B. Teknik Perhitungan Penilaian Kesehatan dengan metoda CAEL sebagai berikut .

1. Penilaian Kesehatan Faktor Kecukupan Permodalan (Capital) Untuk menilai kesehatan

faktor kecukupan modal ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menghitung rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) , dengan

rumus :

Modal yang dimiliki BUMDes LKM

Kecukupan Modal (CAR) = --------------------------------------------------------- x 100 %

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

(Profi, NTB : 2009)

Indikator : untuk BUMDes LKM ditetapkan sebesar minimal = 12% dikatakan

sehat.

b. Menghitung Nilai Kredit (credit point) Kecukupan Modal (CAR) .

c. Menghitung Nilai Bobot CAR, dengan cara : Nilai x Bobot Kecukupan Modal

2. Penilaian Kesehatan Faktor Mutu atau Kualitas KYD (Asset Quality)

Faktor Mutu atau Kualitas KYD memiliki 2 komponen perhitungan yaitu :

2.1. Penilaian terhadap Kredit yang disalurkan bermasalah, dengan formula

KYD Dikelompokkan

Kredit Bermasalah = --------------------------------- x 100 % (Profi, NTB : 2009)

KYD

Page 10: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 10

Indikator : Besarnya hasil rasio yang dianggap sehat adalah (maksimal) = 0 - 5%

b. Menghitung Nilai kredit perbandingan KYD Dikelompokkan terhadap KYD

dengan ketentuan yang ada.

c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan KYD Dikelompokkan terhadap KYD= = Nilai

Kredit x Bobot

2.2. Penilaian terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib di Bentuk.

Dengan langkah perhitungan :

a. Menghitung rasio PPAP terhadap PPAP Wajib Dibentuk (PPAP -WD), dengan

rumus :

PPAP

PPAP-WD = ---------------------------- x 100 % (Profi, NTB : 2009)

PPAP WD

Indikatornya : Rasio PPAP-WD seharusnya lebih besar dari angka 100%.

Menghitung Nilai Kredit yang dicapai terhadap PPAP WD.

Menghitung Nilai Bobot Perbandingan PPAP terhadap PPAP WD, dengan

rumus :

Nilai Bobot Rasio PPAP terhadap PPAP -WD = Nilai kredit x

Bobot

b. Menggabungkan atau menambahkan Nilai Bobot komponen 1 (Perbandingan

KYD Dikelompokkan terhadap KYD) dengan Nilai Bobot komponen 2

(Perbandingan PPAP terhadap PPAP WD).

3. Penilaian Kesehatan Faktor Kemampuan BUMDes LKM menghasilkan Laba

(Earning).

Faktor Kemampuan menghasilkan Laba atau Earning memiliki 2 komponen

perhitungan yaitu :

3.1. Penilaian terhadap kemampuan mendapatkan Laba terhadap Total Asset (ROA).

a. Menghitung rasio kemampuan BUMDes LKM dalam mendapatkan Laba

dari Total Asset (ROA), dengan formula :

Page 11: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 11

Laba sampai dengan bulan bersangkutan (sdbs) disetahunkan

ROA = ------------------------------------------------------------------------------------------ x 100%

Rata-rata total Asset

Indikatornya : Bila hasil ROA ini melebihi rata-rata inflasi atau dapat juga

menggunakan rata-rata BI Rate pada bulan yang bersangkutan,

dikatakan sehat.

b. Menghitung Nilai kredit Rasio Laba terhadap Total Asset /ROA dengan

ketentuan penilaian.

c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan Laba terhadap Total Asset = Nilai

Kredit x Bobot

3.2. Penilaian terhadap perbandingan antara Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO).

Penilaian terhadap komponen ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

efisiensi dalam mengelola BUMDes LKM. Dengan langkah perhitungannya

adalah sebagai berikut.

a. Menghitung Perbandingan Biaya terhadap Pendapatan, dengan rumus :

Biaya sdbs disetahunkan

BOPO = ----------------------------------------- x 100% (Profi, NTB : 2009)

Pendapatan sdbs disetahunkan

Indikatornya : Agar dapat dikatakan BUMDes LKM memiliki tingkat

efisiensi yang sehat , maka semestinya rasio ini lebih kecil

dari 100%.

b. Menghitung Nilai kredit .

c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan Biaya terhadap Pendapatan= Nilai

kredit x Bobot

d. Membuat gabungan dari 2 komponen Earning tersebut.

4. Penilaian Kesehatan Faktor Likuiditas (Liquidity)

Penilaian faktor likuiditas memiliki 2 komponen perhitungan yaitu :

4.1. Penilaian terhadap unsur kemampuan membayar segera.

Page 12: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 12

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penilaian kesehatan faktor ini

adalah :

a. Menghitung rasio lancar /current ratio , dengan rumus sebagai berikut.

Kas + Tabungan di Bank

Current Ratio = ---------------------------------------------------------------------------------- x 100%

Kewajiban Segera + Tabungan Pihak Ketiga + Deposito Pihak Ketiga.

Indikatornya : pengalaman perbankan , perbandingan atau rasio lancar

minimal yang diisyaratkan adalah sebesar 5%.

b. Menghitung Nilai Kredit yang di peroleh dari rasio ini.

c. Menghitung Nilai Bobot rasio lancar , dengan rumus : Nilai Kredit x Bobot

4.2. Penilaian terhadap kemampuan BUMDes LKM dalam membayar kewajiban

segera terhadap Modal yang dimiliki.

Adapun langkah-langkah dalam penilaian kesehatan komponen ini ,

ditempuh melalui prosedur dibawah ini.

a. Menghitung rasio Hutang Lancar terhadap Total Modal, dengan rumus :

Kewajiban segera + Tabungan + Deposito

HL/MODAL = ---------------------------------------------------------------------- x 100%

Modal + Cadangan + Laba/Rugi tahun lalu + Laba/Rugi tahun berjalan

Indikator : Seharusnya rasio ini semakin kecil, lebih kecil dari angka

100%.

b. Menghitung Nilai Kredit dari rasio Hutang Lancar terhadap Total Modal .

c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan Hutang Lancar terhadap Total

Modal

Nilai Bobot Rasio HL terhadap Modal = Nilai Kredit x Bobot

5. Hasil Akhir Total Penilaian Kesehatan BUMDes LKM dengan metoda CAEL

6. Indikator Penilaian Kesehatan Keuangan BUMDes LKM dengan metoda CAEL :

Page 13: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 13

Tabel 3 : Indikator Penilaian Kesehatan BUMDes LKM

Nilai Predikat

81 – 100 SEHAT

66 – 80 CUKUP SEHAT

51 – 65 KURANG SEHAT

0 - 50 TIDAK SEHAT

Sumber : Peraturan Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR)

HASIL

5.1. Analisis Data dengan Metoda CAEL

Peringkat kesehatan pengelolaan keuangan BUMdes LKM dapat diklasifikasi

berdasarkan kriteria yang terdapat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4. Indikator Penilaian Kesehatan BUMDes LKM

Nilai Predikat

81 – 100 SEHAT

66 – 80 CUKUP SEHAT

51 – 65 KURANG SEHAT

0 - 50 TIDAK SEHAT

Sumber : Peraturan Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR)

Berdasarkan indikator nilai dan

predikat kesehatan dalam tabel di atas ,

maka nantinya dapatlah disimpulkan

pada peringkat mana BUMDes LKM yang

ada di Kabupaten Lombok Utara

tergolong sehat ataukah sebaliknya tidak

sehat?. Adapun hasil perhitungan

berbagai langkah dalam analisis CAEL

maka diperoleh angka-angka yang

terdapat dalam tabel dibawah ini . Angka

dalam tabel tersebut merupakan hasil

Total Nilai Bobot masing-masing BUMDes

LKM sebagai berikut.

Page 14: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 14

Tabel 5 Hasil Perhitungan Nilai Tertimbang berdasarkan bobot terhadap

No Nama

BUMDes LKM

Bulan Rata-

rata Ket

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1

ANYAR

a. Rasio

Kecukupan

Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

b. Mutu atau

Kualitas KYD

(A) 19.97 26.1 19.36 20.8 22.74 25.52 26.12 26.32 26.31 0 21.32

c. Rentabilitas

(E) 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

d. Likuiditas

(L) 27.3 29.33 26 25.99 26.64 23.56 17.72 10 10 10 20.65

NILAI CAEL 82.27 90.43 80.36 81.79 84.38 84.08 78.84 71.32 71.31 45 76.98

CUKUP

SEHAT

2 MALAKA

a. Rasio

Kecukupan

Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

b. Mutu atau

Kualitas KYD

(A) 26.9 28.05 27.74 27.74 27.63 27.34 27.56 27.3 27.27 27.29 27.48

c. Rentabilitas

(E) 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

d. Likuiditas

(L) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

NILAI CAEL 71.9 73.05 72.74 72.74 72.63 72.34 72.56 72.3 72.27 72.29 72.48

CUKUP

SEHAT

3 SUKADANA

a. Rasio

Kecukupan

Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 0 0 22.86

b. Mutu atau

Kualitas KYD

(A) 29.41 29.41 29.63 29.57 28.73 28.6 29.48 19.3 0 0 29.26

c. Rentabilitas

(E) 15 15 15 15 15 15 15 15 0 0 15

d. Likuiditas

(L) 10 10 10 10 10 10 10 35 0 0 15

NILAI CAEL 74.41 74.41 74.63 74.57 73.73 73.6 74.48 89.3 0 0 76.14

CUKUP

SEHAT

4 LOLOAN

a. Rasio

Kecukupan

Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 0 20 0 0 20

Page 15: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 15

b. Mutu atau

Kualitas KYD

(A) 11.91 12.7 15.26 13.14 22.13 26,96 0 19.3 0 0 13.49

c. Rentabilitas

(E) 15 0 13.64 14.78 15 15 0 15 0 0 7.34

d. Likuiditas

(L) 35 30 35 35 35 35 0 35 0 0 34,29

NILAI CAEL 81.91 62.7 83.9 82.92 92.13 70 0 89.3 0 0 81 SEHAT

5 SENARU

a. Rasio

Kecukupan

Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

b. Mutu atau

Kualitas KYD

(A) 27.33 27.48 27.19 24.48 30 30 30 30 30 30 28.65

c. Rentabilitas

(E) 0 13.27 13.44 14.21 15 14.66 14.27 14.14 13.96 14.27 12.72

d. Likuiditas

(L) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

NILAI CAEL 82.33 95.75 95.63 93.69 100 99.66 99.27 99.14 98.96 99.27 96.37 SEHAT

6 GONDANG

a. Rasio

Kecukupan

Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

b. Mutu atau

Kualitas KYD

(A) 26.9 30 30 30 30 30 30 30 30 30 27

c. Rentabilitas

(E) 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 13.5

d. Likuiditas

(L) 2,14 35 26.84 23.44 26.46 35 35 35 35 35 28.67

NILAI CAEL 61.9 100 91.84 88.44 91.46 100 100 100 100 100 89.17 SEHAT

7

PEMENANG

TIMUR

a. Rasio

Kecukupan

Modal ( C ) 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

b. Mutu atau

Kualitas KYD

(A) 26.12 26.57 26.3 26.25 26.01 25.86 25.74 25.72 25.68 25.35 25.96

c. Rentabilitas

(E) 14.83 15 15 15 13.9 7.49 0 0 0 0 8.122

d. Likuiditas

(L) 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35

NILAI CAEL 95.95 96.57 96.3 96.25 94.91 88.35 80.74 80.72 80.68 80.35 89.082 SEHAT

Sumber : Hasil Analisis Data

Page 16: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 16

Apabila kita menelaah data angka

hasil analisis dengan metoda CAEL di

atas, dapatlah diperoleh gambaran bahwa

dari ke 7 BUMDes LKM yang sedang

dinilai pada studi ini, ada 4 BUMDes LKM

yang mencapai predikat SEHAT, karena

memiliki nilai CAEL yang lebih besar atau

sama dengan angka 81. Keempat

BUMDess LKM berpredikat sehat tersebut

adalah BUMDes LKM “LOLOAN”, (Nilai :

81), BUMDes LKM “SENARU”, (Nilai :

96,37), BUMDes LKM “GONDANG”,

(Nilai : 89,17), dan BUMDes LKM

“PEMENANG TIMUR”, (Nilai : 89,08).

Sedangkan 3 BUMDes LKM lainnya

berpredikat CUKUP SEHAT , karena nilai

CAEL yang dicapai di bawah angka 81,

tapi lebih besar dari angka 65. Ke 3

BUMDes LKM yang memiliki predikat

CUKUP SEHAT tersebut adalah BUMDes

LKM “ANYAR”, (Nilai : 76,98), BUMDes

LKM “MALAKA”, (Nilai : 72,48), dan

BUMDes LKM “SUKADANA”, (Nilai :

76,14).

4.3. Pembahasan Hasil Analisis

Dari hasil analiisis dengan menggunakan

metoda CAEL di atas dapat diperoleh

jawaban bahwa pada dasarnya BUMDes

LKM yang ada di Kabupaten Lombok Utara

selama periode penilaian (Januari-Oktober)

Tahun 2012 memiliki kinerja keuangan yang

baik, karena predikat penilaiannya antara

cukup sehat , dan sehat. Dengan kata lain

tidak ada satupun BUMDes LKM yang

memiliki predikat Kurang Sehat , dan

bahkan Tidak Sehat.

Mengapa Ke Empat BUMDes LKM

tersebut memiliki pedikat SEHAT dengan

nilai CAEL sebesar 81 keatas, sedangkan

Tiga BUMDes LKM lainnya memiliki

predikat CUKUP SEHAT dengan nilai

CAEL di bawah angka 80 ? Jawabannya

adalah :

a. Dilihat dari rasio hutang lancar

terhadap modal ke 4 BUMdes LKM

tersebut memiliki rasio di bawah 100%.

Rasio di bawah angka 100% berarti

kepercayaan nasabah terhadap

BUMDes LKM ini sungguh besar,

karena kemampuan membayar kembali

kewajiban segera sangat besar. Lebih-

lebih bobot rasio ini sebesar 25 %,

sehingga menghasilkan angka kredit

yang besar pula. Tidak demikian halnya

dengan Tiga BUMDes LKM lainnya

yang mendapatkan predikat CUKUP

SEHAT, memiliki rasio hutang lancar

terhadap modal sangatlah tinggi yaitu

di atas 100%, sehingga kemungkinan

akan menimbulkan insolvency risk yaitu

risiko ketidakmampuan membayar

jangka pendek sangat tinggi. Ini sangat

berpengaruh terhadap kepercayaan

nasabah. (Periksa Tabel 4.4.b).

b. Dilihat dari rasio Kecukupan Permo-

dalan, ke empat BUMDes LKM ber-

predikat sehat memiliki angka rasio di

atas 50%, sementara 3 BUMDes LKM

yang berpredikat cukup sehat

memiliki angka rasio di bawah 50%.

Artinya, kalau rasio ini di atas 50% ,

sesungguhnya BUMDes LKM

memiliki cukup modal untuk

menutupi aktiva yang berpeluang

berisiko. Sedangkan kalau dibawah

50% kemampuan modalnya untuk

menutupi asset yang berisiko semakin

kecil. (Periksa Tabel 4.1).

Page 17: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 17

KESIMPULAN

1. Kinerja keuangan BUMDes LKM se

Kabupaten Lombok Utara , bila diukur

dengan analisis rasio keuangan

seperti: CAR, Likuiditas, Profitabilitas

termasuk BOPO dapat dikatakan

memiliki kinerja yang layak,

walaupun dari aspek NPL dan PPAP-

WD belum menunjukkan hasil yang

layak, namun tidak terlalu serius.

2. Berdasarkan hasil analisis CAEL, ke 7

BUMDes LKM yang ada di Kabupaten

Lombok Utara menujukan bahwa 3

BUMDes LKM memiliki kinerja yang

cukup sehat yaitu BUMDes LKM

“ANYAR”, BUMDes LKM

“MALAKA”, dan BUMDes LKM

“SUKADANA”, sedangkan 4

BUMDes LKM lainnya memiliki

kinerja sehat. Ke Empat BUMDes

LKM tersebut adalah BUMDes LKM

“LOLOAN”, BUMDes LKM

“SENARU”, BUMDes LKM

“GONDANG”, dan BUMDes LKM

“PEMENANG TIMUR”

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, 2006 , Potensi Lembaga Keuangan

Mikro (LKM) Dalam Pembangunan

Ekonomi Pedesaan Dan Kebijakan

Pengembangannya, Artikel Analisis

Kebijakan Pertanian, Volume 4 No.

2 Juni 2006, Bogor.

Bambang Ismawan, 2003, “ Peranan

Lembaga keuangan Mikro Dalam

Otonomi Daerah, Artikel

Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan

Indonesia , Vol 10 No 2 Januari

2012.

http://www.bi.go.id/web/id/Statisti

k/Statistik+Perbankan/Statistik+Per

bankan+Indonesia/

Dahlan Siamat, 1999, Manajemen Lembaga

Keuangan, Edisi Kedua, Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta.

Eko, Sutoro (ed). 2005. Manifesto

Pembaharuan Desa. APMD Press:

Yogyakarta.

Gatot Supramono, 1997, Perbankan Dan

Masalah Kredit (Suatu Tinjauan

Yuridis), Edisi Revisi, Penerbit

Djambatan, Jakrta.

Hamid,E.S, 1986, Rekaman dari Seminar,

Dalam Kredit Pedesaan di

Indonesia, Mubiyarto, dan Edy

Suandi Hamid (EDS), BPFE ,

Togyakarta.

Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan,

cetakan Pertama, Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Lincolin Arsyad, 2008, Lembaga Keuangan

Mikro :Institusi, Kinerja, dan

Sustanabilitas, Penerbit ANDI,

Yogyakarta.

Lukman Dendawijaya, 2001, Manajemen

Perbankan, Penerbit Ghalia

Indonesia, Jakarta

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002,

Manajemen Perbankan Teori dan

Aplikasi, BPFE UGM, Yogyakarta.

Riyadi Selamet, 2004, Banking Assets And

Liability Management, Edisi Kedua,

Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 18: Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa

Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...

DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2 18

Sudarto, 2007, Manajemen Risiko Untuk

BPR (Bank Perkreditan Rakyat),

Cetakan 1, Penerbit PT.Palem Jaya

Ariadne, Jakarta.

Sinungan , Muchdarsyah, 1992, Manajemen

Dana Bank, Edisi Kedua, Jakarta,

Rineka Cipta.

Suyanto,dkk,Thomas, 2002, Dasar-Dasar

Perkreditan, Edisi Keempat, Penerbit

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

-----------------, 2010, Pelatihan Standarisasi

Manajer BUMDes LKM, Modul

Pelatihan Tahap II, GTZ -

NTB,Mataram