21
Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat ditelusuri melaui makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai semacam pembahasan atau uraian. Yang dimaksud dengan pembahasan adalah proses atau cara membahas yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan memungkmkan dapat menemukan inti permasalahannya. Permasalahan yang ditemukan itu kemudian dikupas, dikritik. diulas, dan akhirnya disimpulkan untuk dipahami Moeliono[3] menjelaskan bahwa analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau pertentangan antara dua hal. Perbedaan inilah yang menarik untuk dibicarakan, diteliti. dan dipahami. Moeliono menjelaskan bahwa kontrastif diartikan sebagai bersifat membandingkan perbedaan. Secara khusus analisis kesalahan kontrastif atau lebih populer disingkat anakon adalah kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (Bl) dengan bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu yang lebih dikenal dengan bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa tersebut.Istilah kontrastif lebih dikenal dalam ranah kebahasaan (linguistik). Sehubungan dengan ini kemudian muncul istilah linguistik kontrastif yang merupakan cabang ilmu bahasa. Linguistik kontrastif membandingkan dua bahasa dari segala komponennya secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan dan kemiripan-kemiripan yang ada. Dari hasil temuan itu, dapat diduga adanya penyimpangan- penyimpangan,pelanggaran pelanggaran, atau kesalahan- kesalahan yang mungkin dilakukan para dwibahasawan. Sudah diterangkan di atas bahwa analisis kontrastif merupakan pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menggunakan teknik perbandingan antara Bl dengan B2. Perbandingan tersebut akan menghasilkan persamaan, kemiripan, dan perbedaan sehingga guru dapat memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan belajar, menyusun bahan pengajaran, dan mempersiapkan cara-cara menyampaikan bahan pengajaran. Di dalam pembelajaran B2 kepada siswa akan dijumpai kebiasaan- kebiasaan B1 digunakan ke dalam B2. Kebiasaan ini bisa berupa sistem B1 yang digunakan ke dalam B2. Padahal kedua bahasa tersebut memiliki sitem yang berbeda. Pentransferan ini disebut sebagai transfer negatif atau lebih dikenal dengan interferensi. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab kesalahan berbahasa bersumber pada transfer negatif. Transfer negatif ini sendiri terjadi

Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat ditelusuri melaui makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai semacam pembahasan atau uraian. Yang dimaksud dengan pembahasan adalah proses atau cara membahas yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan memungkmkan dapat menemukan inti permasalahannya. Permasalahan yang ditemukan itu kemudian dikupas, dikritik. diulas, dan akhirnya disimpulkan untuk dipahami Moeliono[3] menjelaskan bahwa analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau pertentangan antara dua hal. Perbedaan inilah yang menarik untuk dibicarakan, diteliti. dan dipahami. Moeliono menjelaskan bahwa kontrastif diartikan sebagai bersifat membandingkan perbedaan.

Secara khusus analisis kesalahan kontrastif atau lebih populer disingkat anakon adalah kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (Bl) dengan bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu yang lebih dikenal dengan bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa tersebut.Istilah kontrastif lebih dikenal dalam ranah kebahasaan (linguistik). Sehubungan dengan ini kemudian muncul istilah linguistik kontrastif yang merupakan cabang ilmu bahasa. Linguistik kontrastif membandingkan dua bahasa dari segala komponennya secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan dan kemiripan-kemiripan yang ada. Dari hasil temuan itu, dapat diduga adanya penyimpangan-penyimpangan,pelanggaran pelanggaran, atau kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan para dwibahasawan.

Sudah diterangkan di atas bahwa analisis kontrastif merupakan pendekatan dalam pengajaran bahasa yang menggunakan teknik perbandingan antara Bl dengan B2. Perbandingan tersebut akan menghasilkan persamaan, kemiripan, dan perbedaan sehingga guru dapat memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan belajar, menyusun bahan pengajaran, dan mempersiapkan cara-cara menyampaikan bahan pengajaran.

Di dalam pembelajaran B2 kepada siswa akan dijumpai kebiasaan-kebiasaan B1 digunakan ke dalam B2. Kebiasaan ini bisa berupa sistem B1 yang digunakan ke dalam B2. Padahal kedua bahasa tersebut memiliki sitem yang berbeda. Pentransferan ini disebut sebagai transfer negatif atau lebih dikenal dengan interferensi.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab kesalahan berbahasa bersumber pada transfer negatif. Transfer negatif ini sendiri terjadi sebagai akibat penggunaan sistem yang berbeda antara Bl dan B2. Perbedaan sistem bahasa itu dapat diidentifikasi melalui Bl dengan B2. Kesalahan berbahasa dapat dihilangkan dengan berbagai cara, antara lain menanamkan kebiasaan ber-B2 melalui latihan, pengulangan, dan penguatan.

Dengan demikian, analisis kontrastif dapat disebut sebagai prosedur kerja. Hal ini disebabkan karena analisis kontrastif meliputi suatu kegiatan membandingkan struktur B1 dengan struk B2 untuk menemukan perbedaan-perbedaan.

Setelah Anda memahami apa sebenarnya analisis kontrastif, Anda akan memasuki pembicaraan hipotesis analisis kontrastif. Hipotesis diartikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu persoalan. Nah, persoalan yang kita hadapi sekarang adalah persoalan analisis kontrastif. Agar kita mendapatkan gambaran apa dan bagaimana hipotesis analisis kontrastif, marilah kita perhatikan uraian di bawah ini.Perbandmgan antara struktur Bl dengan 82 yang akan dipelajari oleh para siswa menghasilkan identifikasi perbedaan antara kedua bahasa tersebut. Perbedaan itu merupakan dasar untuk memperkirakan butir-butir yang menimbulkan kesulitan belajar bahasa dan kesalahan berbahasa yang dihadapi oleh para siswa. Berpijak dari timbulnya kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa inilah muncul bipotesis analisis kontrastif.Ada dua jenis hipotesis analisis kontrastif.

Pertama, hipotesis bentuk lemah. Hipotesis ini menyatakan bahwa analisis kontrastif hanyalah bersifat diagnostik Karena itu analisis kontrastif dan analisis kesalahan harus saling melengkapi. Analisis kontrastif menetapkan kesalahan mana termasuk ke dalam kategori yang disebabkan oleh perbedaan Bl dan B2. Analisis kesalahan berbahasa mengidentifikasi kesalahan di dalam korpus bahasa siswa.

Page 2: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

Kedua, hipotesis bentuk kuat. Hipotesis ini menyatakan bahwa semua kesalahan dalam B2 dapat diramalkan dengan mengidentifikasi perbedaan antara Bl dengan B2 yang dipelajan oleh siswa. Hipotesis ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut.

(1) Penyebab utama kesulitan belajar dan kesalahan dalam pengajaran B2 adalah interferensi Bl (bahasa ibu).(2) Kesulitan belajar itu sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh perbedaan antara Bl dan B2.(3) Semakm besar perbedaan antara Bl dengan 62 semakin besar kesulitan belajar yang timbul.(4) Hasil perbandingan antara Bl dan B2 diperlukan untuk meramalkan kesulitan dan kesalahan yang akan terjadi dalam belajar B2. siswa.(6) Bahan pengajaran dapat disusun secara tepat dengan membandingkan kedua bahasa itu, sehingga apa yang harus dipelajan siswa merupakan sejumlah perbedaan yang disusun berdasarkan analisis kontrastif.

b. Satuan Sintaktis Satuan, unsur, atau unit sintaktis adalah unsur-unsur yang membentuk konastruksi sintaktis. Satuan sintaktis didasari oleh kelas kata, yang kemudian meningkat menjadi frasa, klausa, dan kalimat (periksa Tarigan, 1985:6). Kata merupakan satuan terkecil dalam kalimat yang dapat berpindah posisi. Kata yang dimaksud sebagai satuan sintaktis ialah kata yang sudah berkelas, yang lazim disebut kelas atau jenis kata. Kelas kata dapat dibedakan atas dua bagian: (1) kelas kata utama: nomina, verba, adjektiva, dan numeralia; (2) kelas kata sarana (partikel): adverbia, preposisi, konjungsi, dan interjeksi (Sudaryat, 1991). Frasa adalah satuan sintaktis yang berupa kelompok kata, yakni terdiri atas dua kata atau lebih yang bersifat non-predikatif, atau tidak memiliki ciri struktur klausa (Hockett, 1964:201), tidak memiliki subjek dan predikat. Subjek dan predikat merupakan unsur inti klausa (Ramlan, 1987:89). Klausa adalah satuan sintaktis yang tersusun dari kata-kata atau frasa dan bersifat predikatif, yakni memiliki struktur subjek dan predikat (Cook, 1970:65). Klausa dapat mengisi salah satu ruas dalam kalimat (Elson & Pickett, 1982:64). Di dalam klausa terdapat unsur-unsur yang memiliki fungsi sintaktis tertentu,

yang lazim disebut unsur fungsional seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Kalimat adalah satuan sintaktis yang terdiri atas sebuah konstituen dasar, biasanya klausa, dan intonasi final. Ciri utama kalimat ialah adanya intonasi (Cook, 1970:39). Oleh karena itu, Ramlan (1987:27) menyebutkan bahwa kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.

2.2.3.4 Metode Analisis Kontrastif Ada empat langkah metode analisis kontrastif sebagai berikut. Langkah I: Memperbandingkan struktur bahasa ibu siswa dengan bahasa kedua untuk mengidentifikasi perbedaan struktur bahasa ibu dan bahasa kedua. Langkah II: Memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang mungkin dialami siswa dalam belajar bahasa kedua. Langkah III: Memilih dan menentukan penekanan bahan ajar berdasarkan hasil predikasi. Langkah IV: Memilih cara penyajian bahan ajar seperti peniruan, pengulangan, latihan runtun, dan penguatan. 2.2.3.5 Hipotesis Analisis Kontrastif Hipotesis analisis kontrastif yang berupa bentuk kuat ada lima, yakni: (1) Penyebab utama kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa dalam mempelajari bahasakedua adaah interferensi. (2) Kesulitan itu disebabkan oleh perbedaan struktur bahasa ibu dan bahasa kedua yang dipelajari siswa. (3) Makin besar perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa kedua makin besar pula kesulitan belajar. (4) Perbedaan struktur bahasa pertama dan bahasa kedua diperlukan untuk memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang akan terjadi dalam belajar bahasa kedua. (5) Bahan ajar bahasa kedua ditekankan pada perbedaan bahasa pertama dan bahasa kedua yang disusun berdasarkan analisis kontrastif.

Rasional hipotesis analisis kontrastif adalah:

(a) Pengalaman guru, yang menggambarkan kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa dengan tenakan bahasa ibu terhadap bahasa kedua yang dipelajari siswa.

Page 3: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

(b) Kontak bahasa, yang mengambarkan pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua, atau sebaliknya bahasa kedua terhadap bahasa pertama. (c) Teori belajar, yang menggambarkan transfer positif dan transfer negatif dalam belajar bahasa kedua.

2.2.3.6 Aspek Analisis Kontrastif Perbandingan bahasa satu (B1) dan bahasa kedua (B2): (a) Aspek linguistik: (1) Tiada perbedaan (2) Fenomena konvergensi (keadaan menuju satu titik temu) B2 : B1 (3) Kekosongan (sifar) (4) Beda distribusi (5) Tiada persamaan (6) Fenomena divergensi (keadaan menunju satu titik beda) B1 : B2

(b) Aspek psikologis: (1) Asosiasi kontak (assoiciation by contiguity):

kopi + susu kopi susu (2) Asosiasi kesamaan (association by similarity):

kitab -- buku (3) Asosiasi kontras (association by contrast):

susah X senang 2.2.3.7 Sumber dan Penyebab Kesalahan Kesalahan bersumber pada (1) pemilihan bahan, (2) pengajaran, (3) contoh bahasa yang digunakan sebagai acuan, dan (4) pembelajar (Norrish, dalam Pateda, 1987). Pendapat lain menyebutkan bahwa kesalahan bersumber pada (a) strategi belajar, (b) teknik mengajar, (c) sistem bahasa yang dipelajari, (d) usia pembelajar, dan (e) distuasi sosiolinguistik (Jain, dalam Pateda, 1987).

B. Teori Ilmu Bahasa (Linguistik) Perbedaan dalm cara atau mengajarkan bahasa dipengaruhi pula oleh perbedaan pandangan terhadap hakekat bahasa dan perbedaan dalam cara menganalisis dan mendeskripsikan bahasa. Pada bagian ini akan dikemukakan dua aliran paling penting saat ini dalam ilmu bahasa (linguistic), yaitu aliran strukturalisme dan aliran transformasi-generatif.

1. Aliran StrukturalismeAliran ini dipelopori oleh linguis dari Swiss, Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan dikembangkan lebih lanjut oleh Leonard

Bloomfield. Aliran strukturalisme ini memiliki pandangan tentang hakekat bahasa, antara lain:a) Bahasa itu adalah ujaran (lisan)b) Kemampuan bahasa diperoleh melalui kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan penguatanc) Setiap bahasa memilki sistemnya sendiri yang berbeda dari bahasa lain. Oleh karena itu, menganalisis suatu bahasa tidak bisa memakai kerangka yang digunakan untuk menganalisis bahasa lainnyad) Setiap bahasa memiliki system yang utuh dan cukup untuk mengekspresikan maksud dari penuturnya. Oleh karena itu, tidak ada suatu bahasa yang unggul atas bahasa lainnya.e) Semua bahasa yang hidup berkembang mengikuti perubahan zaman terutama karena terjadinya kontak dengan bahasa lain. Oleh karena itu, kaidah-kaidahnya pun bisa mengalami perubahan.f) Sumber pertama dan utama kebakuan bahasa adalah penutur bahasa tersebut, bukan lembaga ilmiah, pusat bahasa, atau mazhab-mazhab gramatika.Berdasarkan teori-teori bahasa tersebut, ditetapkan beberapa prinsip mengenai pengajaran bahasa, antara lain:a) Karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan, maka latihan menghafalkan dan menirukan berulang-ulang harus diintensifkan. Guru harus mengambil peran utama dalam proses pembelajaran bahasa.b) Karena bahasa lisan merupakan sumber utama bahasa, maka guru harus memulai pelajaran dengan menyimak kemudian berbicara, sedangkan membaca dan menulis dilatihkan kemudian.c) Hasil analisis kontrastif (perbandingan antara bahasa ibu dan bahasa yang dipelajari) dijadikan dasar pemilihan materi pelajaran dan latihan-latihan.d) Diberikan perhatian yang besar kepada wujud luar dari bahasa, yaitu pengucapan yang fasih, ejaan dan pelafalan yang akurat, struktur yang benar, dan sebagainya.Teori-teori linguistic structural ini seiring dengan teori-teori psikologi behaviorisme dan menjadi landasan teoritis bagi metode audiolingual dalam pengajaran bahasa.

2. Aliran Generatif-TransformatifAliran Generatif-Transformatif ini dipelopori oleh seorang pakar linguistic Amerika yang bernama Noam Chomsky. Dia membagi kemampuan kemampuan berbahasa menjadi dua, yaitu kompetensi dan performansi. Kompetensi

Page 4: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

(competence) adalah kemampuan ideal yang dimiliki oleh seorang penutur bahasa. Kompetensi menggambarkan pengetahuan tentang system bahasa yang sempurna, yaitu pengetahuan tentang system kalimat (sintaks), system kata (morfologi), system bunyi (fonologi), dan system makna (semantic). Sedangkan performansi (performance) adalah ujaran-ujaran yang bisa didengar atau dibaca, yang merupakan tuturan seseorang apa adanya tanpa dibuat-buat. Oleh karena itu, performansi bisa saja tidak sempurna, dan oleh karena itu pula, menurut Chomsky, suatu tata bahasa hendaknya memerikan kompetensi dan bukan performansi.Dalam beberapa hal, teori kebahasaan dalam aliran geberatif-transformatif ini memiliki kesamaan dengan aliran structural. Pertama, Pada dasarnya bahasa itu adalah ujaran (lisan). Kedua, bahasa memiliki system yang utuh dan cukup memadai untuk mengekspresikan maksud dari penuturnya, oleh karena itu, tidak ada suatu bahasa yang lebih unggul atas bahasa lainnya.Namun demikian, terdapat beberapa perbedaan di antara keduanya, antara lain:a) Menurut aliran structural, kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan penguatan. Sedangkan aliran transformatif-generatif menekankan bahwa kemampuan berbahasa adalah sebuah proses kreatif.b) Aliran structural menekankan adanya perbedaan system antara satu bahasa dengan bahasa lainnya, sementara aliran transformatif-generatif menegaskan adanya banyak unsur kesamaan di antara bahasa-bahasa, terutama pada tataran struktur dalamnya.c) Aliran structural berpandangan bahwa semua bahasa yang hidup berkembang mengikuti perubahan zaman, terutama karena terjadinya kontak dengan bahasa lain, oleh karena itu, kaidah-kaidah bahasa pun bisa mengalami perubahan. Sedangkan aliran transformatif-generatif menyatakan bahwa perubahan itu hanya menyangkut struktur luar, sedangkan struktur dalamnya tidak berubah sepanjang masa dan tetap menjadi dasar bagi setiap perkembangan yang terjadi.Berdasarkan teori-teori kebahasaan tersebut, dirumuskan prinsip-prinsip mengenai pengajaran bahasa, antara lain:a) Karena kemampuan berbahasa adalah sebuah proses kreatif, maka pembelajar harus diberi kesempatan yang luas untuk mengkreasi ujaran-ujaran dalam situasi komunkatif yang sebenarnya, bukan sekedar menirukan dan menghafalkan.

b) Pemilihan materi pelajaran tidak ditekankan pada hasil analisis kontrastif, melainkan pada kebutuhan komunikasi dan penguasaan fungsi-fungsi bahasa.c) Kaidah nahwu dapat diberikan sepanjang hal itu diperlukan oleh pembelajar sebagai landasan untuk dapat mengkreasi ujaran-ujaran sesuai dengan kebutuhan komunikasi.Tata Bahasa Generatif Transformatif

8 Maret , 2008 at 5:51 pm (Chomsky, Filsafat, Linguistik, Tokoh)

Oleh: Harry Prasetyo*

Tata bahasa Generatif Trasformasi (TGT) adalah sebuah konsep kajian kebahasaan yang dipelopori oleh Chomsky. Namun, sebelum kita membahas lebih jauh tentang TGT ini, penulis akan mengajak pembaca untuk “melihat” kondisi kebahasaan yang berkembang sebelum TGT ini lahir.Dalam tulisan ini, penulis akan menyajikan beberapa hal sebagai bahan diskusi, (1) latar belakang munculnya TGT, (2) Konsep TGT, (3) Tokoh dalam TGT, dan (4) simpulan tentang fungsi TGT.

PendahuluanPada tahun 1931-1951, kajian linguistik pada saat itu diwarnai oleh aliran structural, yang kita kenal dengan nama Tata Bahasa Deskriptif. Dalam Tata Bahasa Deskriptif, ada 2 tokoh yang memengaruhinya, yaitu Bloomfield dan Harris. Bloomfield adalah salah satu tokoh strukturalisme Amerika yang pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Boaz. Dalam tata bahasa jenis ini, kajian yang dikembangkan adalah kajian linguistik yang berhubungan dengan masalah-masalah praktis, dan langsung menjelaskan komponen serta struktur bahasa tertentu berdasarkan realitas formalnya sebagai ujaran. Oleh karena itu, model kajian semacam ini disebut dengan istilah Tata bahasa Struktural.Model kajian semacam ini sesuai dengan konsep pengembangan teori yang sedang “menjamur” di Amerika Serikat, yaitu logika positivistisme. Bagi logika ini, sebuah teori bisa dianggap benar atau salah, jika telah diujikan pada data kajian secara konkrit.Pada tahun 1957, Chomsky mengenalkan gagasan barunya melalui sebuah buku yang berjudul Syntactic Structure. Gagasan barunya yang tertuang dalam buku itulah yang kemudian oleh

Page 5: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

para linguist disebut degnan Tata bahasa Generatif Transformasi.

Konsep Tata Bahasa Generatif TranformasiDalam uraian di atas disebutkan bahwa gagasan Chomsky tentang TGT tertuang dalam bukunya Syntactic Structure. Dalam tersebut, Chomsky menjelaskan bahwa dia melakukan penolakan terhadap asumsi utama strukturalisme yang beranggapan bahwa kelayakan kajian kebahasaan ditentukan oleh diskripsi data kebahasaan secara induktif.Data kebahasaan secara induktif di sini diartikan oleh penulis sebagai data-data kebahasaan yang sudah paten dan dianggap selesai. Menurut Chomsky (dalam Samsuri, 1988:99) kajian linguistik berkaitan dengan aktivitas mental yang berkaitan dengan probabilitas, bukan berhadapan dengan data kajian tertutup dan selesai, sehingga dapat dianalisis dan didiskripsikan secara pasti. Oleh karena itu, teori linguistic seharusnya dikembangkan dengan bertolak dari cara kerja secara deduktif yang dibangun oleh konstruk hipotetik tertentu.Akibat dari konsep dasar tersebut di atas, dalam TGT teori diartikan sebagai seperangkat hipotesis yang memiliki hubungan secara internal antara yang satu dengan yang lainya. Dalam hal ini, hipotesis memiliki 2 ciri utama, (1) berisi pernyataan yang berfungsi untuk memahami sesuatu yang bersifat sementara, (2) merupakan kreasi intelek yang sistematis, teliti, tetapi bersifat tentatif sehingga memungkinkan untuk dikembangkan atau ditolak.

Tokoh Tata Bahasa Generatif tranformasi; Noam ChomskyDalam uraian di atas, terlihat jelas kontribusi pemikiran Chomsky dalam TGT. Dalam subjudul ini, penulis akan mengajak pembaca untuk berkenalan dengan Chomsky.Nama lengkapnya adalah Avram Noam Chomsky. Dia lahir pada tanggal 7 Desember 1928 di Philadelphia. Ayahnya, bernama William Chomsky, adalah seorang ahli bahasa Yahudi yang terkenal pada saat itu. Ketekunan Chomsky dalam membantu kegiatan kebahasaan ayahnya sangat membantu daya intelektualnya dalam kajian kebahasaan di kemudian hari.Chomsy dahulukala belajar di Universitas Pennsylvania. Pada awalnya ia berguru pada salah satu tokoh aliran struktural, yaitu Harris. Walaupun Haris adalah salah satu tokoh pengembang strukturalisme, tapi gagasannya tidak selalu mengekor pada konsep pemula

strukturalisme, yaitu Bloomfield. Oleh karena itu, Harris disebut dengan …”who is a significant transitional figure between structural and generative transformational linguistics (Macly dalam Samsuri, 1988:100).Dalam studinya, Chomsky tidak hanya mengambil jurusan lingusitik saja, namun ia juga mengambil jurusan Matematika dan Filsafat. Kajian bidang matematikanya memengaruhi Chomsky dalam model penyusunan aksioma linguistik yang diformulasikan. Sedangkan filsafat memengaruhi Chomsky dalam menilai wawasan folisofis tata bahasa strukturalisme yang banyak bertumpuh pada paham empiris.

Fungsi Tata Bahasa Generatif TransformasiBerdasarkan uraian tentang TGT di atas, kita mengetahui bahwa Chomsky telah menuangkan idenya dalam sebuah buku yang berjudul Syntactic Structure. Setelah ia mengungkapkan konsep TGT secara mendalam, akhirnya Chomsky berkesimpulan bahwa tugas teori linguitik adalah menangkap perangkat kaidah yang terbatas, yang secara tuntas mampu menjelaskan ciri gramatikal dari sejumlah kalimat yang tak terbatas.Jadi dengan adanya TGT ini, kita bisa mengetahui seperangkat kaidah kalimat secara jelas.

PenutupDemikianlah diskusi kita tentang Tata Bahasa Generatif Transformasi. Singkatnya, dari gagasan tersebut, kita mengetahui bahwa mengkaji suatu bahasa tidak harus dihadapkan pada komponen-komponen kebahasaan yang sudah paten. Namun, pengkajian bahasa bisa dimulai dari cara kerja secara deduktif yang dibangun oleh konstruk hipotetik tertentu.

Linguistik Strukturalis8.2.1 Ferdinand de SaussureDianggap sebagai Bapak Linguistik Modern, karena dalam bukunya Course deLinguistique Generate, memuat :1. Sinkronik : mempelajari bahasa dalam kurun waktu tertentu. Ex: bahasasansekertaDiakronik : mempelajari bahasa sepanjang masa bahasa itu digunakan ex : bahasaSriwijaya sampai sekarang.2. La langue : seluruh sistem tanda sebagai alat komunikasi verbal antar anggotamasyarakat (bersifat abstrak).La parole : pemakaian langue oleh masyarakat (bersifat konkret)

Page 6: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

3. Signifiant : citra bunyi yang timbul dalam pikiran kita.Signifie : makna yang ada dalam pikiran kita.4. Hubungan sintagmatik : hubungan antar unsur (fonologi, morfologi, sintaksis)dalam tuturan, yang tersusun berurutan dan bersifat linier. Jika urutannya diubahmaka maknanya ikut berubah atau malah tak bermakna sama sekali.Ex : kata “kita” dapat diubah menjadi kiat, kait, kati, ikat, dllEx : kal. “Ini baru bir”→“ini bir baru”Hubungan paradigmatik : hubungan antar unsur dalam tuturan dengan unsursejenis yang tidak ada dalam tuturan (dengan cara hubungan substitusi padafonologi, morfologi, atau sintaksisnya).Ex fonologi : huruf “r” dlm kata “rata” disubstitusi dgn “d”,”m”,”k”,”b” menjadidata, mata, kata,bata.Ex morfologi : prefiks me- dlm kata “me-rawat” diganti prefiks di-,pe- te-,menjadi di-rawat, pe-rawat,te-rawat.8.2.2 Aliran PrahaDengan tokohnya Vilem Mathesius, Nikolai S. Trubetskoỷ, Roman Jakobson, danMorris Halle, membedakan fonologi (mempelajari bunyi dalam suatu sistem) danfonetik (mempelajari bunyi itu sendiri). Struktur bunyi dijelaskan dengan kontras atauoposisi.Ex : baku X paku, tepas X tebas.Aliran ini mengembangkan istilah morfonologi (meneliti perubahan fonologisyang terjadi akibat hubugan morfem dgn morfem. Ex: kata “jawab” dgn “jawap” biladitambahi sufiks –an, maka akan terjadi perbedaan.Kalimat dapat dilihat dari struktur formal dan struktur informasinya, Formal(subjek dan predikat), informasi (tema dan rema). Tema adalah apa yang dibicarakan,sdngkn rema adalah apa yang dikatakan mengenai tema.Ex : kal. “this argument I can’t follow”→ “I” sbg subjek, “this argument” sbg objek,namun menurut aliran praha “this argument” juga merupakan tema, sedangkan “Ican’t follow” juga merupakan rema.8.2.3 Aliran GlosematikAliran ini lahir di Denmark, dengan tokohnya Louis Hjemslev. Hjemslev menganggapbahasa mengandung segi ekspresi (Signifiant) dan segi isi(signifie). Masing2 segi

mengandung forma dan substansi : forma ekspresi, substansi ekspresi, forma isi, dansubstansi isi.8.2.4 Aliran Firthiandengan tokohnya Joh R. Firth (London, 1890-1960). Dikenal dengan teori fonologiprosodi, yaitu cara menentukan arti pada tataran fonetis. Ada tiga macam pokokprosodi : 1). Menyangkut gabungan fonem, struktur kata, suku kata, gab.konsonan,dan gab.vokal, 2). Prosodi dari sandi atau jeda, 3).prosodi yang realisasi fonetisnyalebih besar daripada fonem2 suprasegmentalnya.8.2.5 Linguistik Sistemik (M.A.K Haliday)Pokok pandangan Linguistik sistematik adalah :1. Memberi perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa, terutama padafungsi dan penerapannya dalam bahasa.2. Memandang bahasa sebagai “pelaksana”. Pembedaan langue (jajaran pikirantergantung penutur bahasa) dan parole (perilaku kebahasaan sebenarnya).3. Mengutamakan ciri bahasa tertentu dan variasinya.4. Mengenal gradasi atau kontinum.5. Menggambarkan tiga tataran utama bahasa :a. Substansi : bunyi yang diucapkan waktu berbicara (fonis), dan lambang yangdigunakan saat menulis (grafis).b. Forma : susunan substansi pada pola bermakna.↘ Leksis : butir lepas bahasa dan tempat butir terletakGramatika : kelas butir bahasa dan pola tempat terletaknya.c. Situasi, meliputi : tesis (apa yang dibicarakan), situasi langsung (waktututuran itu diucapkan), situasi luas (tuturan pengalaman pembicara ataupenulis yang mempengaruhi tuturan yang diucapkan atau ditulisnya.8.2.6 Leonard Bloomfield dan Strukturalis AmerikaFaktor yang menyebabkan berkembangnya aliran ini :1. Mereka memerikan bahasa indian dengan cara sinkronik.2. Bloomfield memerikan bahasa aliran strukturalisme berdasarkan fakta objektifsesuai dengan kenyataanyang diamati.3. Hubungan baik antar linguis. Sehingga menerbitkan majalah Language, sebagaiwadah melaporkan hasil karya mereka.Aliran ini sering juga disebut aliran taksonomi, karena aliran ini menganalisis dan

Page 7: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

mengklasifikasikan unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya.8.2.7 Aliran TagmemikDipelopori oleh Kenneth L. Pike. Yang dimaksud tagmem adalah korelasi entarafungsi gramatikal (slot) dengan kelompok bentuk kata yang dapat dipertukarkan utnukmengisi slot tsb.8.3 Linguistik Transformasional Dan Aliran-Aliran Sesudahnya8.3.1 Tata Bahasa TransformasiDengan tokohnya Noam Chomsky, menciptakan buku Syntactic Structure, yangmemuat pengertian bahwa tata bahasa merupakan teori bahasa itu sendiri. Dan tatabahasa harus memenuhi dua syarat :1. Kalimat yang dihasilkan harus dapat diterima oleh pemakai bahasa, wajar dantidak dibuat-buat.2. Berbentuk sedemikian rupa, artinya semua satuan dan istilah harus sejajar denganteori linguistik tertentu.Teori ini membedakan antara kemampuan dan perbuatan berbahasa.- Kemampuan : pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenaibahasanya.- Perbuatan berbahasa : pemakaian bahasa itu sendiri dalam keadaan yangsebenarnya.Sehingga dalam tata bahasa generatif yang menjadi objek adalah kemampuan.Tata bahasa dari setiap bahasa terdiri dari 3 komponen :1. SintaksisMerupakan sentral tata bahasa karena menentukan arti kalimat danmenggambarkan aspek kreativitas bahasa.2. SemantikArti kalimat ditentukan oleh komponen ini. Arti sebuah morfem digambarkandengan memberi unsur makna atau ciri semantik yang membentuk arti morfemitu.Ex : kata “Adik” mempunyai ciri semantik /+makhluk/ sedangkan kata “Rumah”punya ciri /-makhluk/, sehingga dalam kalimat : “Adik menendang bola” dapatkita terima, sedangkan kalimat “Rumah menendang bola” tidak bisa kita terimakarena kata kerja “menendang” hanya bisa dilakukan oleh benda yang punya cirisemantik /+makhluk/.3. FonologisMemberi interpretasi pada kaidah transformasi.

8.3.2 Semantik GeneratifStruktur ini serupa dengan struktur logika, berupa ikatan tak berkala antara predikatdengan argumen dalam suatu proposisi.Ex : dalam kalimat “Nenek minum kopi” (preposisi)→ mempunyai predikatberargumen dua yakni : nenek dan kopi atau dpt dirumuskan: MINUM(nenek,kopi).Dalam kalimat “Nenek marah” predikatnya punya satu argumen yakni : nenek. /MARAH(nenek).8.3.3 Tata Bahasa KasusDengan tokohnya Charles J. Fillmore, dalam bukunya “The Case for Case” Fillmoremembagi kalimat atas modalitas (berupa unsur negasi, kala, aspek,dan adverbia), danproposisi (verba + sejumlah kasus). Tata bahasa ini mempunyai persamaan denganSemantik generatif yaitu sama-sama menumpukkan teorinya pada predikat atau verba.Ex : dalam kalimat “Toni memukul bola dengan tongkat”, mempunyai argumen1Toni berkasus “pelaku”, argumen2 bola “tujuan” dan argumen3 tongkat “alat”.Rumus : + ( --X,Y,Z)X = pelaku, Y= alat, Z = tujuanMisal dalam kalimat diatas : MEMUKUL, + (--X,Y,Z)X = nenek, Y = tongkat, Z = bola.Fillmore membatasi kasus atas agen (pelaku), experiencer (yang mengalamiperistiwa), object (yang dikenai perbuatan), means, source (keadaan, tempat, waktuyang lalu), goal (keadaan, tempat, waktu yang kemudian), referential (acuan).8.3.4 Tata Bahasa RelasionalTokohnya : David M. Perlmutter dan Paul M. Postal. Tata bahasa ini juga berusahamencari kaidah kesemestaan bahasa.Menurut teori ini klausa terdiri dari tiga wujud :1. Simpai (nodes), menmpilakn elemen dalam struktur.2. Tanda relasional (relational sign) menunjukkan nama relasi gramatikal dalamhubungan antar elemen.3. “coordinates” menunjukkan tataran elemen yang menyandang relasi gramatikalthdp elemen lain.Ex : klausa “Ali memberi buku itu kepada saya” → punya 3 nomina dan 1 verba.- Nomina ali berelasi “subjek dari”- Nomina buku itu berelasi “objek langsung dari”- Nomina saya berelasi “objek tak langsung dari”- Verba beri berelasi “predikat dari”

Page 8: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

Konstruksi yang terlibat pada klausa diatas adalah :1. Konstruksi kalimat inti (Ali memberi buku itu kepada saya)2. Konstruksi hasil transformasi datif (Ali memberikan saya buku itu)3. Konstruksi hasil trnasormasi pasif dari datif (Saya diberikan buku itu oleh Ali)8.4 Tentang Linguistik Di IndonesiaSebagai negeri yang sangat luas Indonesia sudah lama menjadi kajian penelitianlinguis. Para pemerintah kolonial mempelajari bahasa untuk menguasai pemerintahan dansebagai media penyebaran agama nasrani. Pada zaman itu penelitian tentang bahasa masihbersifat observasi dan klasifikasi. Buku yang dibuat Biblipgraphical Series dari Institut voorTaal, Land, en Volkenkunde Belanda, oleh (Teeuw;1961, Uhlenbeck;1964, dll)Sejak kepulangan sejumlah linguis Indonesia dari Amerika, seperti Anton M.Moeliono dan T.W. Kamil, mulai diperkenalkan konsep fonem, morfem, frase dan klausa.Konsep linguistik modern yang melihat bahasa secara deskriptif sukar diterima paraguru besar dan pakar bahasa.Ex : konsep modern menganggap bentuk merubah = mengubah karena hal itu terdapat dalambahasa masyarakat sehari-hari. Padalah bentuk merubah adalah bentuk yang salah.Kridalaksana dalam bukunya Pembentukan Kata Bahasa Indonesia (1989),mempertanyakan akhiran –in seperti pd kata abisin dan awalan –nge (ngebantu) termasukafiks bahasa Indonesia ? ?. Padahal itu adalah bentuk yang salah, sehingga seharusnya tidakdimuat dalam buku.Datangnya guru besar Prof. Verhaar dari Belanda menjadikan studi linguistik terhadapbahasa daerah dan nasional Indonesia semakin marak.Sejalan dengan perkembangan studi linguistik, pada tanggal 15 November 1975dibentuk MLI (Masyarakat Linguistik Indonesia), sebagai wadah berdiskusi, bertukarpengalaman, dan publikasi penelitian. MLI mengadakan Musyawarah Nasional tiap tiga tahunsekali untuk membicarakan masalah organisasi dan linguistik. MLI menerbitkan jurnalLinguistik Indonesia mulai tahun 1983 untuk laporan dan publikasi penelitian.Penyelidikan terhadap bahasa daerah banyak dilakukan oleh orang luar Indonesia.Kajian terhadap bahasa Jawa dipelajari Uhlenbeck. Voorhove, Teeuw, Rlvink, dan Grijns

dengan kajian bahasa Jakarta. Serta Robins (London) dengan kajian bahasa Sunda.Sesuai dengan fungsinya sbg bahasa nasional, bahasa Indonesia menduduki sentraldalam kajian linguistik dewasa ini. Dalam kajian bahasa Indonesia tercatat nama-nama sepertiKridalaksana, Kaswanti Purwo, Darjdowidjojo, dan Soedarjanto yang telah menghasilkantulisan pelbagai segi dan aspek bahasa Indonesia.erkembangan terakhir, dalam kajian linguistik, terbitnya buku Chomsky Syntactic Structures pada tahun 1957, dan diperbaikinya dengan karyanya Aspects of the Theory of Syntax pada tahun 1965. Dalam buku-bukunya tersebut, Noam Chomsky dan pemikutnya mengatakan bahwa pendekatan lama, yang pada saat itu didominasi oleh Aliran Struktural dan Taxonomic Grammar yang di-motori Bloomfield dan kawan-kawan memiliki berbagai kelemahan dan tidak sanggup menyelesaikan masalah-masalah morfosintaksis tanpa mengadakan kai-dah-kaidah secara ad hoc atau dengan mengadakan klasifikasi yang rumit sekali. Maka dari itu menurut Chomsky diperlukan tambahan tingkatan ilmu bahasa yang disebut transformasi, untuk bisa menyelesaikan berbagai masalah morfosin-taksis. Kajian yang dikembangkan Chomsky ini yang dikenal dengan nama Tatabahasa Generatif Transformasi (Generative Transformational Grammar).

Pengembangan Tatabahasa Generatif Transformasi yang dilakukan Chomsky, selain dilandasi oleh rasionalisme dan diapengaruhi oleh Zelling Harris, juga banyak dipengaruhi hasil pemikiran Roman Jakobson yang berang-gapan bahwa berbagai bentuk struktur fonologis yang terdapat di dunia ini hanya merupakan variasi bentuk superfisial. Variasi bentuk itu hanya merupakan perlu-asan baru dari satu sistem umum yang mendasari semua bentuk varian fonologis yang beraneka ragam. Anggapan demikian, mendorong Jakobson untuk melahir-kan gagasan tentang “kesemestaan fonologi” yang pada dasarnya juga dapat dite-rapkan pada tataran linguistik lain di luar fonologi.

Jika ditarik hubungan jauh ke belakang wawasan demikian , seperti di-ungkapkan sendiri oleh Chomsky dalam Current Issues in Linguistic Theory su-dah dapat ditemukan dalam karya Humboldt, yang beranggapan bahwa wujud ba-hasa dalam pemakaian hanya merupakan Parasitic Systems, sebagai perluasan da-ri inti yang bersifat terbatas. Inti yang bersifat terbatas itu ada dalam seperangkat kalimat “apik” yang sifatnya juga

Page 9: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

terbatas. Dan tugas seorang linguis ialah me-nentukan kalimat-kalimat yang gramatikal dan menyisihkan kalimat-kalimat yang tidak gramatikal.

Bahkan, Chomsky menyebutkan dalam kata pengantar bukunya Aspects of the Theory of Syntax (1965), bahwa pengembangan Tatabahasa Generatif terkait erat dengan wawasan Tatabahasa Panini atau Panini’s Grammar di India. Dalam perkembangannya, Tatabahasa Generatif Transformasi terus menerus mengalami pengembangan dan penyempurnaan. Ada empat fase perkembangan Tatabahasa Generatif Transformasi, meliputi (1) fase syntactic structure, antara 1951 –1964, (2) fase teori standar, 1965 – 1966, (3) fase teori standar yang diperluas, antara 1967 – 1972, dan (4) fase sesudah teori standar yang diperluas, antara 1973 sam-pai sekarang. Namun dalam pembahasan ini hanya ditekankan pada Tatabahasa Generataif Transformasi yang dikembangkan oleh Chomsky.

Pada fase pertama Chomsky mengartikan bahasa sebagai seperangkat ka-limat yang apabila ditinjau dari pola struktur dasarnya bersifat terbatas, dan seka-ligus bersifat takterbatas apabila ditinjau dari perwujudannya dalam bahasa kese-harian. Dari setiap pola struktur yang sifatnya terbatas, dapat dikembangkan suatu kalimat yang panjangnya relatif tak terbatas. Perhatikan kalimat berikut.

(3) Pria itu mahasiswa.

(4) Pria ini mahasiswa.

itu

Pria mahasiswa

(a) mahasiswa

ini

Kalimat tersebut dapat dikembangkan menjadi:

(5) Pria jangkung itu mahasiswa.

(6) Pria jangkung ini mahasiswa.

jangkung itu

(b) Pria mahasiswa

mahasiswa

ini

Menggunakan pola seperti contoh di atas, pada bahasa alami akan menda-patkan kesulitan, karena kalimat-kalimat dalam bahasa sehari-hari tidak semata-mata muncul dalam bentuk yang sederhana. Hal ini bisa kita contohkan dalam ka-limat, Eh, ternyata pria jangkung yang berdiri di sudut halaman itu ternyata seo-rang mahasiswa. dan seterusnya. Oleh karena itu komponen yang paling menda-lam dalam Tatabahasa Generatif Transformasi adalah masalah sintaksis – studi penyusunan kalimat. Bahkan, dalam sintaksis para linguis dapat menyusun suatu kaidah yang disebut kaidah kaidah rekursif. Untuk itu dalam komponen sintaksis ini Tatabahasa Generatif Transformasi juga mengembangkan kaidah pokok, yaitu (1) Phrase Structure rule (kaidah struktur frasa) dan (2) tran-formational rules (kaidah transformasional).

Kaidah struktur frasa bisa juga diartikan sebagai teori unsur bawahan langsung atau unsur langsung saja. Hal ini memperlihatkan bagaimana suatu kalimat disusun berdasarkan tataurutnya. Tujuan analisis menghasilkan kalimat, maka kaidah dalam bentuk rumus dimulai dengan kailmat. Kaidah itu sendiri dinyatakan dengan simbol atau seperangkat simbol sebelah kanan menggunakan tanda panah. Tanda panah tersebut berarti tertulis kembali atau terdiri atas, seba-gaimana contoh berikut ini.

1. K (kalimat) FN (Frasa Nomina) + FV (Frasa Verba)

2. FN N (Nomina) + Det. (Determinan)

3. FN N

4. FV V (Verba) + FN

5. FV V

6. FV V + Adj. (Adjektiva)

7. N Jono, manusia, laki-laki, dan sebaginya.

8. V membaca, datang, menyukai, dan sebaginya

9. Adj. Baik, cantik, merah, dan sebagainaya

10. Det. Itu, ini

Page 10: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

Dimulai dengan aksioma K dan terus mengikuti simbol akhir, kita akan menghasilkan kalimat semau kita. Sebagai contoh kita ambil kalimat Orang itu membaca buku. Maka perangkat kaidahnya adalah sebagai berikut.

K

FN + FV (kaidah 1)

FN + V + FN (kaidah 4)

N + Det + V + N (kaidah 2)

N + Det + membaca + N (kaidah 8)

N + itu + membaca + N (Kaidah 10)

Orang + itu + membaca + buku (kaidah 7)

Seperangkat aturan di atas berasal dari kalimat Orang itu membaca buku. Dalam pembahasan itu sering ditemukan istilah string, yaitu deretan simbol dan terminal string, yaitu deretan simbol terakhir yang tidak bisa diurai lebih jauh. Pada contoh tersebut terminal stringnya adalah; Orang + itu + membaca + buku.

Kalimat Orang itu membaca buku apabila didiagramkan akan nampak seperti berikut ini.

K

FN FV

N Det. V N

Orang itu membaca buku

Salah satu ciri Tatabahasa Generatif Transformasi adalah adanya des-kripsi struktur untuk setiap kalimat (struktur dalam), dan kaidah-kaidah transfor-masi yang mengubah struktur dalam (deep structure) menjadi struktur permukaan (surface structure). Struktur dalam telah memiliki semua unsur yang diperlukan untuk interpretasi semantik dan fonologis, maka kalimat yang berbeda artinya, akan mempunyai struktur dalam yang berbeda pula. Perbedaan arti ini biasanya tercermin dalam perbedaan morfem urutannya dan jumlahnya. Pentingnya struk-tur dalam, jika kita menjumpai kalimat yang mempunyai jumlah morfem yang sa-ma, bunyi dan urutan yang sama, tetapi mempunyai arti yang berbeda. Kalau kita mengandalkan struktur permukaan saja, maka kita

akan mengalami kesulitan me-nunjukkan perbedaan struktur yang mengakibatkan perbedaan arti. dengan kata lain, kalimat yang berarti dua itu sebenarnya berasal dari struktur dalam yang ber-beda.

Dalam tatabahasa transformasi versi 1957, terdapat dua macam transfor-masi, yaitu (1) transformasi wajib (obligatory transformation), mengacu pada ciri-ciri sintaksis dalam kalimat dan (2) transformasi pilihan (optional transfor-mation), mengacu pada transformasi yang boleh dilakukan dan boleh juga tidak, seperti transformasi aktif menjadi aktif, transformasi kalimat deklaratif menjadi negatif dan interogatif.

Transformasi pilihan tidak diperlukan untuk pembentukan kalimat, tetapi tergantung pada pilihan si penutur. Transformasi ini terbagi dua, yaitu (1) singular transformation, yaitu transformasi dari suatu rangkaian, seperti transformasi pasif, kalimat negatif dan interogatif dan (2) generalized transformation, yaitu yang dipakai untuk mengubungkan rangkaian-rangkaian yang mendasari dua atau lebih dari dua kalimat untuk membentuk kalimat majemuk setara atau bertingkat.

Untuk memberikan gambaran tentang struktur dalam dan kaidah transfor-masi, perhatikan kalimat berikut.

(7) Guru itu menyukai buku itu

Struktur dalam kalimat tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

K

FN FV

N Det. V FN

Guru itu menyukai

N Det

Buku itu

(K=kalimat; FN=frasa nomina; FV=frasa verba; N=nomina; V=verba; Det.= determinan).

Penggambaran diagram di atas memberikan keterangan tentang fungsi kata yang terdapat dalam kalimat tersebut dengan apa yang disebut

Page 11: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

“dominasi”. Dalam hal ini kita dapat mengatakan pokok kalimat ialah FN yang langsung dido-minasi K dan objek FN yang didominasi FV. Kaidah kalimat Guru itu menyukai buku itu ditulis dengan memakai kaidah pemisah kembali, seperti:

K FN + FV

Kaidah ini dibaca “tulis kalimat itu kembali sebagai frasa nomina dan frasa ver-ba” yang berarti kalimat tersebut terdiri dari frasa nomina dan frasa verba. Kita juga memerlukan kaidah kalimat yang dapat diperluas sepanjang yang kita ingin-kan, seperti

(8) Orang itu tinggal di Malang dan tinggal di sana selama setahun dan

saya pergi ke Jakarta.

(9) Dia harus membayar utangnya atau dia msuk penjara.

Kalimat di atas dapat ditulis dengan kaidah:

dan

K K . n

atau

Kalimat yang lain yang juga dapat tidak terbatas panjangnya ialah kalimat yang mempunyai kata yang.

(10) Ibu mencuci pakaian yang baru dibelinya

Kaidah kategori akan menghasilkan “diagram pohon” seperti berikut ini.

K1

FN FV

N V FN

Ibu N K2

mencuci

pakaian FN FV

N Asp. V FN

Ibu baru membeli N

Pakaian

Beradasarkan diagram pohon di atas, dihasilkan kaidah rekursif sebagai berikut.

(1) K FN + FV

(2) FV Asp. + V + (N)

(3) FV N + (V) + (Ket.)

Kaidah rekursif (1) diartikan sebagai: Ibu mencuci pakaian dan ibu baru membeli pakaian yang dicucinya itu. Pengertian inilah yang terkandung dalam ka-limat (10). Barangkali arti kalimat (10) sudah digambarkan dalam diagram pohon di atas, tetapi kesulitan kita adalah bagaimana kita mengubahnya, sehingga dapat diucapkan seperti kalimat (10). Untuk maksud inilah kita memerlukan transforma-si.

Kaidah transformasi yang lain dalam bahasa Indonesia adalah transfor-masi pasif atau transformasi yang berupa kalimat pasif. Kalimat pasif adalah kali-mat transformasi atau kalimat jadian dari kalimat aktif. Keduanya mempunyai struktur batin sebagai berikut.

(11) Ibu baru membeli pakaian.

K

FN FV

N Asp. FV

Ibu baru V FN

Membeli N

pakaian

Diagram transformasi di atas struktur pasifnya adalah sebagai berikut.

(12) Pakaian baru dibeli ibu

K

FN FV

N Asp. V FN

Pakaian baru dibeli N

Page 12: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

Ibu

Kemudian kita memakai kaidah transformasi kedua yang berbunyi “kalau terdapat dua nomina yang sama di dalam struktur seperti terlihat pada diagram pohon kalimat (10), maka nomina yang kedua harus diganti dengan yang, sehing-ga menghasilkan kalimat (13) berikut ini.

(13) Ibu mencuci pakaian yang baru dibeli ibu.

Selanjutnya, kita masih memerlukan satu lagi kaidah transformasi yang mengubah ibu pada K2 menjadi nya, karena ibu pada K2 sama dengan ibu yang langsung didominasi K1. Kita sebut saja namanya kaidah pronominalisasi, se-hingga memperoleh kalimat (10). Struktur seperti pada kalimat (10) disebut struk-tur dalam dan struktur yang diperoleh setelah pemakaian kaidah transformasi yang terakhir disebut struktur permukaan.

Dalam kaidah tatabahasa transformasi, komponen sintaksis sebagaimana telah diuraikan di atas merupakan komponen terpenting. Namun demikian masa-lah semantik dan fonologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kaidah tatabahasa generatif transformasi. Bahkan pada pengembangan selanjutnya kaji-annya berkembang pada masalah fonologi generatif, morfologi generatif, dan se-mantik generatif.

Komponen semantik memberikan interpretasi semantik pada deretan un-sur yang dihasilkan oleh kaidah-kaidah kategori. Arti dari kalimat yang dihasilkan ditentukan komponen semantik ini. Persoalan semantik merupakan persoalan yang rumit. Sedangkan komponen fonologi memberikan interpretasi fonologis pada deretan unsur yang dihasilkan oleh kaidah transformasi. Dengan mema-kai kaidah fonologi, suatu deretan unsur dapat diucapkan dan penggambaran bu-nyi itu dila-kukan dengan menggunakan ciri-ciri pembeda. Kaidah tatabahasa transformasi tersebut secara dapat digambarkan sebagai berikut.

Adalah tidak mungkin, untuk membicarakan transformasi secara mendetail di sini. Berdasarkan uraian tentang struktur frasa, kaidah transformasi, struktur dalam dan struktur permukaan dalam diagram sebagai berikut.

Komponen

Sintaksis

Struktur struktur

Dalam permukaan

Interpretasi Semantik Interpretasi Fonetik

Diagram di atas dapat dibaca sebagai berikut: sintaksis merupakan kompo-nen terpenting dalam tatabahasa generatif transformasi. Sintaksis membawahi dua komponen lainnya yaitu semantik dan fonologi. Antara sintaksis dan semantik ter-dapat struktur batin dan antara sintaksis dan fonologi terdapat struktur permukaan. Kemudian dari komponen semantik timbul interpretasi semantik dan dari kompo-nen fonologi timbul interpretasi fonetik (pelambangan fonetik) (Alwasilah, 1992).

9. TATABAHASA RELASIONAL

Tatabahasa Relasional (relational grammar) merupakan pecahan dari Tatabahasa Transformasional (Transformational Grammar). Kedua aliran ini se-banarnya mengupayakan menggali kaidah yang dapat dipakai pada semua bahasa di dunia, yang disebut kaidah universal language atau kaidah bahasa semesta. Ta-tabahasa transformasional menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa garapannya, tetapi setelah dicoba oleh kelompok Aliran Tatabahasa Relasional terhadap baha-sa-bahasa selain bahasa Inggris, kaidah-kaidah tersebut tidak dapat diterima seba-gai semesta bahasa.

Tatabahasa Relasional dikembangkan oleh David M. Perlmulter dan Paul M. Postal pada tahun tujuh puluhan. Tatabahasa Relasional lahir sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap Tatabahasa Transformasional (Transformational Grammar) mengenai struktur klausa yang dijabarkan melalui urutan linear (linear order) dan relasi dominansi (dominance relation) di antara unsur-unsur suatu klausa. Hal ini akan menghalangi Tatabahasa Transformasi menjadi teori sejagat (semesta

Page 13: Analisis Kontrastif sebagai Prosedur Kerja

bahasa). Menurut Tatabahasa Relasional, teori sintaksis semesta harus dianalisis berdasarkan relasi-relasi gramatikal.

Masalah Subjek dan Objek langsung berdasarkan relasi dominasi, Tataba-hasa Transformasional menjelaskan sebagai berikut: subjek adalah FN (Frasa Nomina) yang secara langsung didominasi oleh K (Kalimat), dan objek langsung adalah FN yang secara langsung didominasi oleh FV (Frasa Verba). Hal ini dapat digambarkan dalam diagram pohon sebagai berikut.

K

FN FV

V FN

Subjek objek (langsung)

Menurut Aliran Tatabahasa Relasional, Tatabahasa Transformasi dengan struktur klausa yang dijabarkan dengan urutan linear dan relasi dominasi, telah mengalami kegagalan dalam penerapannya terhadap bahasa-bahasa tertentu, mi-salnya bahasa Indonesia, bahasa Turki, bahasa Nitinah, dan sebagainya (Samsuri, 1988:111). Oleh karena bahasa yang berbeda-beda, pastilah menggunakan ciri susunan kata (different characteristics word orders) yang berbeda pula.

Prinsip dasar Tatabahasa Relasional adalah bahwa relasi-relasi gramatikal, seperti “subjek dari” dan “objek dari” memegang peranan penting dalam sintaksis bahasa alami. Relasi-relasi gramatikal diperlukan untuk mencapai tiga sasaran teori bahasa, yaitu (1) merumuskan kesejagatan bahasa (kesemestaan bahasa), (2) menetapkan karakteristik setiap konstruksi gramatikal yang ada pada bahasa-bahasa alami, dan (3) membangun suatu tatabahasa yang memadai untuk setiap bahasa.

Ketiga sasaran teori bahasa tersebut, dicapai oleh Tatabahasa Relasional melalui tiga unsur linguistik, (1) seperangkat simpai (nodes) yang menggambar-kan semua unsur linguistik (klausa, frasa, kata, dan morfem), (2) seperangkat tan-da relasi (relational signs), yang menggambarkan relasi-relasi gramatikal, (seperti subjek, predikat, objek) di antara unsur-unsur, dan (3) seperangkat koordinat (coordinates) (K1, K2, K3, dst) yang menggambarkan tataran-tataran yang berbe-da

dari relasi-relasi yang dihasilkan (Samsuri, 1988:12; Djunaidi dalam Purwo,2000:458).

Daftar Rujukan

Alwasilah, A. Chaedar. 1992. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik.

Bandung: Angkasa.

Bloofield, Leonard. 1980. Language. New York: Harcourt Brace Javanovich, Inc.

Busri, Hasan. 2007. Kajian Linguistik: Pengantar Memahami Hakikat Bahasa. Malang: Universitas Islam Malang.

Comsky, Noam. 1965. Aspets of the Theory of Syntax. Cambridge: Marsachusetts M.I.T Press.

Comsky, Noam. 1965. Language and Mind. New York: Harcourt Brace Javanovich.

Lyons, John. 1982. Language and Linguistics. Cambridge: Cambridge University

Press.