Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN
RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEULIMBANG
KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2019
TESIS
Oleh:
CUT NURNAHAYATI
NIM. 1602011242
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
ANALISIS PENEREPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN
RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEULIMBANG
KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2019
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memeroleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Ibu dan Anak Kesehatan Reproduksi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
Oleh :
CUT NURNAHAYATI
NIM: 1602011242
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Telah diuji Pada Tanggal: 22 Juni 2019
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : 1. Dr. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes
Anggota : 2. Dr. Anto, SKM, M.Kes., M.M
3. Dr. Asriwati, S.Kep., Ns., S.Pd., M.Kes
4. Endang Maryanti, S.K.M., M.Si
i
ii
ABSTRAK
ANALSIS PENERAPAN PRINSIP SADAR GIZI PADA TATANAN
RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEULIMBANG
KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2019
CUT NURNAHAYATI
NIM.1602011242
Masalah gizi merupakan masalah yang terjadi di setiap siklus kehidupan,
dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi anak, dewasa dan usia lanjut.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisi faktor yang
berhubungan dengan penerapan prinsip dar gizi pada tatanan rumah tangga
terhadap status gizi balita
Jenis penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan cross
sectional study. Penelitian di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang.
dengan menggunakan teknik total Smpling yaitu sebanyak 50 orang ibu yang
memiliki balitas. Untuk menganalisi data ersebut di gunakan uji regresi logistik.
Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa status gizi berhubungan
dengan pengetahuan (p=0,020), sikap (p=0,012), keterampilan (p=0,000),
ekonomi (p=0,000), dukungan keluarga (p=0,005) riwayat kecacingan (p=0,001),
pantangan makanan (p=0,000) dan penyuluhan petugas kesehatan (p=0,000).
Berdsarkan hasil penelitian, dapat disimpulak bahwa faktor –faktor yang
berhubungan dengan status gizi balita ada 98 faktor pengetahuan, sikap,
keterampilan, ekonomi, dekungan keluarga, riwayat kecacingan, pantangan
makanan, dan penyuluhan petugas kesehatan. Sehingga adapun saran dalam
penelitian ini diharapkan agar ibu hamil dan keluarga mampu mmeluangkan
waktunya untuk mengikuti penyuluhan tentang gizi yang di adakan oleh petugas
ksesehatan untuk menambah pengetahuan ibu tentang bagaimana cara mengatasi
maslah gizi kurang serta rtin mencari informasi seputas gizi yang baik untuk
balitas.
Kata Kunci : Prinsip Sadar Gizi, Status Gizi, Balita
Daftar Pustaka : Buku 14 Jurnal 15 Internet 6 (2012-2018)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan
Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul:
“Analisis Penerapan Prinsip Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga
Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019”
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M) pada Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Gizi Kesehatan Keluarga dan
Kesehatan Reproduksi di Institut Kesehatan Helvetia Medan. Dalam penyusunan
tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes selaku Pembina Yayasan
Helvetia.
2. Iman Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes, Selaku ketua Yayasan
Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia.
4. Dr. Asriwati, S. Kep, Ns, S.Pd, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan dan Selaku Penguji I
yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga tesis ini
dapat diselesaikan.
5. Dr. Anto, S.K.M, M.Kes, M.M, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat dan sekaligus
Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta
meluangkan waktu, perhatian ide dan motivasi selama penyusunan untuk
kesempurnaan tesis ini.
6. Dr. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, kritik dan saran sehingga tesis ini dapat
diselesaikan.
iv
7. Endang Maryati, S.K.M., M.Si selaku Penguji II yang telah Memberikan
bimbingan, kriti dan saran sehingga tesis ini dapat diselesaikan .
8. Dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan
Helvetia Medan yang telah memberiakb ilmu pengetahuan selama peneliti
menempuh pendidikan.
9. Kedua orangtua tercinta ayahanda dan ibunda yang setiap saat selalu
memberiakn doa dan semengat kepada penulis.
10. Kepada suami yang setiap saat selalu memberikan dukungan cinta, kasih
sayang, pengertian dan semngat kepada penulis.
11. Keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada
penulis dalam menyelessaikan tesis.
12. Seluruh teman-teman Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masayrakat
Institut Kesehatan Helvetia Medan yang selalu membantu dalam suka dan
duka.
Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih, semoga bimbingan,
dorongan dan bantuan yang diberikan kepda penulis dapat membawa berkah .
Medan, Juni 2019
Penulis,
Cut Nurnahayati
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Cut Nurnahayati, lahir di Aceh tanggal 23 Oktober 1994,
beragama Islam. Orangtua penulis bernama Ajilah dan Safriana, S.Pdi. Anak ke-
1(satu) , beralamat di Jalan Medan Banda Aceh, Dusun Garuda Desa Mns Pulo
Peudada Kabupaten Bireuen. Pada tahu 2000-2006 penulis melanjutkan
pendidikan di SD Al-Azhar Bireue, tahun 2006-2009 penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 11 Bireuen, tahu 2009-2012 penulis melanjutkn
pendidikan di SMA Negeri Bireuen, tahun 2012-2015 penulis melanjutkan
pendidikan Akademi Kebidanan Munawarah Bireuen, tahu 2015-2016 penulis
melanjutkan pendidikan di D-IV kebidanan Institut Kesehatan, sampai dengan
selesai penulis melanjutkan pendidikan di S2 Magister Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................
ABSTRACT.................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar belakang.............................................................................. 1
1.2. Perumusan masalah ...................................................................... 8
1.3. Tujuan penelitian ......................................................................... 9
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 9
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
1.4.1 Manfaat Teoretis ................................................................ 10
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 12
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu .................................................. 12
2.2. Telaah Teori .............................................................................. 15
2.2.1 Status Gizi ........................................................................ 15
2.2.2 Pengertian ........................................................................ 15
2.2.3 Penilaian Status Gizi ......................................................... 17
2.2.4 Angka Kecukupan Gizi ..................................................... 19
2.2.5 Klasifikasi Gizi ................................................................. 20
2.2.5.1 Gizi Buruk ............................................................ 21
vii
2.2.5.2 Gizi Kurang .......................................................... 23
2.2.5.3 Gizi Lebih ............................................................. 24
2.2.6 Tingakat Konsumsi ............................................................ 24
2.2.6.1 Konsumsi Energi ................................................... 25
2.2.6.2 Konsumsi Protein .................................................. 26
2.2.6.3 Konsumai Vitamin A ........................................... 26
2.3 Landasan Teori ........................................................................... 27
2.3.1 Perilaku ............................................................................. 27
2.3.1.1. Defenesi Perilaku ................................................. 27
2.3.1.2 Bentuk Perilaku ...................................................... 28
2.3.1.3 Pembentukan Perilaku ........................................... 29
2.3.1.4 Klasifikasi Perilaku ............................................... 29
2.3.1.5 Model Perilaku Precede-Proceed Green ................. 30
2.3.1.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku ............ 34
2.3.2 Keluarga Sadar Gizi .......................................................... 39
2.3.3 Perilaku Sadar Gizi ........................................................... 42
2.3.4 Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) .......................... 42
2.3.4.1 Menimbang Berat Badan Secara Teratur ................ 42
2.3.4.2 Memberikan ASI Eksklusif ................................... 43
2.3.4.3 Makanan Beraneka Ragam Makanan...................... 45
2.3.4.4.Menggunakan Grama Beryodium Dalam
Makananya ............................................................. 45
2.3.4.5 Pemberian Kapsul Viatami A pada Balita .............. 46
2.3.5 Kerangka Teori Penelitian ................................................. 48
2.4 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 50
2.5 Hipotesis Penelitian........................................................................ 50
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 52
3.1 Desain penelitian........................................................................... 52
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian .......................................................... 52
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................... 52
viii
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................. 52
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian..................................................... 53
3.3.1 Populasi ................................................................................ 53
3.3.2 Sampel .................................................................................. 54
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 55
3.4.1 Jenis Data ............................................................................. 55
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 55
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilita ................................................. 56
3.5 Variabel dan Definisi Operasional .................................................. 57
3.5.1 Variabel Penelitian ............................................................... 57
3.5.2 Definisi Operasional ............................................................ 57
3.6 Metode Pengukuran ....................................................................... 58
3.7 Metode Pengolahan Data................................................................ 61
3.8 Analisis Data ................................................................................. 62
BAB IV HASILPENELITIAN .................................................................. 64
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian.......................................................... 64
4.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner ........................................................ 65
4.2.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan ............................. 65
4.2.2 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap ........................................ 65
4.2.3 Hasil Uji Validitas Vareiabel Ketrampilan ........................... 66
4.2.4 Hasil Uji Validitas Variabel Sosial Ekonomi ........................ 66
4.2.5 Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga ................. 67
4.2.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pantangan Makanan ................ 67
4.2.7 Hasil Uji Validitas Varaibel Riwayat Kecacingan ................. 68
4.2.8 Hasil Uji Validitas Varaibel Penyuluhan Kesehatan ............. 69
4.3. Analisis Data ................................................................................ 69
4.3.1 Data Univariat ...................................................................... 69
4.3.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasrkan Umur, Pendidikan dan pekerjaan ............ 70
ix
4.3.1.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pengetahuan ........................................ 71
4.3.1.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Sikap .................................................. 71
4.3.1.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Keterampilan ....................................... 72
4.3.1.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Sosial Ekonomi ................................... 72
4.3.1.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Dukungan Keluarga ............................ 73
4.3.1.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pantangan Makanan ............................ 73
4.3.1.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Riwayat Kecacingan ............................ 74
4.3.1.9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Penyuluhan Tenaga Kesehatan ........... 74
4.3.1.10 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Status Gizi ........................................... 75
4.3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Responden ............................................................................ 75
4.3.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jawaban Pengetahuan ............................................... 75
4.3.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jawaban Sikap ......................................................... 77
4.3.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jawaban
Keterampilan ............................................................ 78
4.3.2.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jawaban Sosial Ekonomi ......................................... 80
x
4.3.2.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jawaban Dukungan Keluarga ..................................... 81
4.3.2.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jawaban Pantangan Makanan ..................................... 82
4.3.2.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jawaban
Riwayat Kecacingan ................................................ 84
4.3.2.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jawaban Penyuluhan Kesehatan ................................ 85
4.3.3 Analisis Data Bivariat .................................................................... 87
4.3.3.1 Hubungan Pengetahuan Gizi Pada Tatanan Rumah
Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
Tahun 2019 .............................................................. 87
4.3.3.2 Hubungan Sikap Gizi Pada Tatanan Rumah
Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
Tahun 2019 .............................................................. 88
4.3.3.3 Hubungan Keterampilan Pengetahuan Sadar Gizi
Pada Tatanan Rumah Tangga dengan Status Gizi
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ................................ 89
4.3.3.4 Hubungan Sosial Ekonomi Sadar Gizi Pada
Tatanan Rumah Tangga dengan Status Gizi
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten BireuenTahun 2019 ................................. 90
4.3.3.5 Hubungan Dukungan Keluarga Gizi Pada
Tatanan Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ................................ 91
xi
4.3.3.6 Hubungan Riwayat Kecacingan Sadar Gizi Pada
Tatanan Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ................................ 92
4.3.3.7 Hubungan Pantangan Makanan Sadar Gizi Pada
Tatanan Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ................................ 93
4.3.3.8 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan Sadar
Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga dengan Status
Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupate Bireuen Tahun 2019 .............. 94
4.3.4 Analisis Multivariat ............................................................... 95
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 99
5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 . 99
5.2 Hubungan Sikap dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 . 101
5.3 Hubungan Faktor Keterampilan dengan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
Tahun 2019 ............................................................................... 103
5.4 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 . 106
5.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
Tahun 2019 ............................................................................... 108
5.6 Hubungan Riwayat Kecacingan dengan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
Tahun 2019 ................................................................................. 109
xii
5.7 Hubungan Pantangan Makanan dengan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
Tahun 2019 .............................................................................. 111
5.8 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan dengan Status Gizi
Balitadi Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten
Bireuen Tahun 2019 .................................................................. 114
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 117
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 117
6.2 Implikasi .................................................................................... 118
6.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 119
6.4 Saran ......................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 121
LAMPIRAN .................................................................................................. 123
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 49
2.2 Kerangka Konsep ........................................................................... 50
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1 Berat Badan Patokan Berdasakan Kelompok Umur Untuk
Indonesia .................................................................................... 20
2.2 Klasifikasi Status Gizi Anak Balita ............................................. 20
3.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan
Dalam Kabupaten Bireuen ........................................................ 53
3.2 Jumlah Sampel Penelitian ......................................................... 54
3.3 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................. 57
3.4 Metode Pengukukuran ................................................................ 60
4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan ................................... 65
4.2 Hasil Uji ValiditasVariabel Sikap ............................................... 66
4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Keterampilan .................................. 66
4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Sosial Ekonomi ............................... 67
4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga ........................ 67
4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pantangan Makanan ........................ 68
4.7 Hasil Uji ValiditasVariabel Riawayat Kecacingan ...................... 68
4.8 Hasil Uji Validitas Penyuluhan Tenaga Kesehatan ...................... 69
4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasrkan Umur, Pendidikan
dan Pekerjaan ............................................................................ 70
4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan ......... 71
4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap .................... 72
4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keterampilan ....... 72
4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi .... 73
4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga 73
4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasrkan Pantangan Makanan 74
4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasrkan Riwayat Kecacingan 74
xv
4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasrkan Penyuluh
Tenaga Kesehatan ....................................................................... 75
4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasrkan Status Gizi ............ 75
4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Pengetahuan ............................................................................... 76
4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Sikap ...... 77
4.21 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Keterampilan .............................................................................. 79
4.22 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Sosial Ekonomi ........................................................................... 80
4.23 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Dukungan Keluarga .................................................................... 81
4.24 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Pantangan Makanan .................................................................... 83
4.25 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Riwayat Kecacingan ................................................................... 84
4.26 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Penyuluhan Tenaga Kesehatan .................................................... 86
4.27 Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ... 84
4.28 Hubungan Sikap dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ... 88
4.29 Hubungan Keterampilan dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ... 89
4.30 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 ... 90
4.31 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
Tahun 2019 ................................................................................. 91
xvi
4.32 Hubungan Riwayat Cacingan dengan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbanng Kabupaten Bireuen
Tahun 2019 ................................................................................. 92
4.33 Hubungan Pantangan Makanan dengan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
Tahun 2019 ................................................................................. 93
4.34 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan Makanan dengan
Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019............................... 94
4.35 Seleksi Variabel Yang Menjadi Kandidat Model Dalam
Uji Regresi Logistik Berdsarkan Analisis Bivariat ...................... 95
4.36 Hasil Tahapan Pertama Analisis Regersi Logistik ....................... 96
4.37 Hasil Tahapan Akhir Analisis Regresi Logistik .......................... 97
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian .......................................................... 123
2 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 127
3 OUTPUT SPSS ................................................................. 137
4 Dokumentasi ..................................................................... 155
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang terjadi di setiap siklus kehidupan,
dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut.
Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada
masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan
gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan
walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (1).
Berdasarkan data World Health Organization tahun 2018, masalah gizi
dalam pembangunan masih merupakan persoalan yang dianggap menjadi masalah
utama dalam tatanan kependudukan dunia. Oleh karena itu, persoalan ini
menjadi salah satu butir penting yang menjadi kesepakatan global dalam
Sustainable Development Goals (SDGs), dimana setiap negara secara bertahap
harus mampu mengurangi jumlah balita yang bergizi buruk atau gizi kurang
hingga mencapai 15% pada tahun 2030 (2).
Berdasarkan data Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 tahun 2015, adapun sasaran dan target upaya peningkatan
status gizi masyarakat, yaitu: 1) prevalensi gizi kurang/kekurangan gizi
(underweight) pada anak balita menurun dari 19,6% menjadi 17,0%; 2)
prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (di bawah 2
tahun) menurun dari 32,9% menjadi 28,0%; 3) prevalensi wasting (kurus)
2
anak balita menurun dari 12% menjadi 9,5%; 4) prevalensi anemia pada
ibu hamil menurun dari 37,1% menjadi 28,0%; dan 5) persentase bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) menurun dari 10,2% menjadi 8,0%
(3).
Kegiatan pembinaan gizi masyarakat diarahkan untuk meningkatnya
pelayanan gizi masyarakat dengan sasaran program pada tahun 2019: 1)
persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) mencapai 95,0%; 2) persentase bayi kurang dari
6 bulan yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif mencapai 50,0%; (3)
persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90
tablet selama masa kehamilan mencapai 98,0%; 4) persentase Balita kurus yang
mendapat makanan tambahan mencapai 90,0%; 5) persentase bayi baru lahir
mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 50%; dan 6) persentase
remaja puteri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) mencapai 30,0% (3).
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017, diketahui
prevalensi balita Indonesia yang mengalami gizi buruk sebesar 3,8 persen. Selain
itu, balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 14,0 persen. Sedangkan gizi baik
pada balita sebanyak 80,4 persen dan obesitas 1,8 persen (4).
Berdasarkan Survey Pemantauan Status Gizi (PSG) dan pemantauan
Konsumsi Gizi (PKG) di provinsi Aceh, indikator status gizi untuk masalah balita
kurus (BB/TB) terjadi penurunan prevalensi secara bertahap dari tahun 2014 –
2017. Namun jika dibandingkan dengan rerata nasional, prevalensi balita kurus
Aceh yaitu sebesar (12.8%) hampir dua kali dari prevalensi Nasional yaitu (6,9%).
3
Untuk masalah underweight BB/U (buruk dan kurang) terjadi peningkatan
kasus yang cukup signifikan yaitu 8,1%. Untuk masalah stunting (pendek) terjadi
peningkatan kasus yaitu sebesar 9,3 % dan berada jauh di atas rerata nasional.
Sedangkan untuk masalah obesitas hampir semua kabupaten kota berada dalam
kategori tidak bermasalah dan masalah ringan (5).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, diketahui bahwa proporsi
bayi baru lahir yang mendapatkan inisiasi menyusui dini (IMD) sebesar 63,9 %,
jika dibandingkan dengan hasil PSG tahun 2016 terjadi penurunan yang
mendapatkan IMD. Proporsi bayi yang mendapatkan ASI pada usia kurang dari 5
bulan sebesar 46,5%, keadaan ini jika dibandingkan dengan hasil PSG 2016
(59%), terjadi penurunan, sebesar 2,5% (5). Proporsi balita yang mendapatkan
kapsul Vitamin A sebesar 97,2% keadaan ini jika dibandingkan dengan hasil PSG
2016 (93,5%), terjadi peningkatan, sebesar 6,7%. Proporsi balita yang
mendapatkan buku KIA sebesar 88,8% keadaan ini jika dibandingkan dengan hasil
PSG 2016 (88,1%), terjadi peningkatan, sebesar 0,7%. Proporsi balita yang
melakukan penimbangan selama lebih dari 4 kali dalam 6 bulan terakhir sebesar
81,3%, jika dibandingkan dengan hasil PSG 2016 (67,4%), terjadi peningkatan,
sebesar 13,9%. Proporsi Balita dalam kategori kurus yang mendapatkan makanan
tambahan sebesar 45,5%, keadaan ini jika dibandingkan dengan hasil PSG 2016
(19,0%), terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 26,5% (6).
Secara nasional rerata kecukupan konsumsi energi pada anak balita sebesar
83,2%, sedangkan untuk provinsi Aceh sebesar 72,4% atau posisi Aceh berada
pada posisi terendah dari seluruh Indonesia, rerata kecukupan konsumsi Protein
4
sebesar 107,3 %, sedangkan untuk provinsi Aceh sebesar 105,3% atau posisi
berada pada posisi 10 terendah dari seluruh Indonesia, rerata kecukupan konsumsi
Lemak sebesar 80.2 %, sedangkan untuk provinsi Aceh sebesar 71,9% atau berada
pada posisi 10 terendah dari seluruh Indonesia, rerata kecukupan konsumsi
karbohidrat nasional sebesar 83,6 %, sedangkan untuk provinsi Aceh sebesar
71,5% posisi konsumsi kecukupan Karbohidrat aceh berada pada posisi 2 terendah
dari seluruh Indonesia setelah Provinsi Papua,rerata kecukupan konsumsi Natrium
nasional sebesar 78,7 %, sedangkan untuk Aceh sebesar 68,5% Kondisi ini
menunjukkan bahwa posisi konsumsi kecukupan natrium balita aceh berada pada
posisi 2 terendah dari seluruh Indonesia setelah Provinsi Sumatera Barat (6).
Berdasarkan besarnya masalah gizi dan kesehatan serta variasi faktor
penyebab masalah antar wilayah, maka diperlukan program yang komprehensif
dan terintegrasi, baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun tingkat nasional.
Kadarzi merupakan salah satu yang diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pembangunan kesehatan khususnya dan pembangunan masyarakat pada
umumnya. Masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga erat kaitannya dengan
perilaku keluarga (7).
Keluarga Sadar Gizi merupakan keluarga yang mampu mengenal,
mencegah, dan mengatasi masalah gizi di tingkat keluarga/rumah tangga melalui
perilaku penimbangan berat badan secara teratur, memberikan hanya ASI saja
kepada bayi 0-6 bulan, makan beranekaragam, memasak menggunakan garam
beryodium, dan mengkonsumsi suplemen zat gizi mikro sesuai anjuran (7).
5
Kadarzi diwujudkan dengan cara meningkatkan pengetahuan gizi, merubah
sikap dan perilaku gizi keluarga yang kurang mendukung dan menumbuhkan
kemandirian keluarga untuk mengatasi masalah gizi yang ada dalam keluarga.
Rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat khususnya ibu-ibu rumah
tangga terhadap gizi dan kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh pada pencapaian program kadarzi (7).
Pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal
maupun informal. Pengetahuan ibu yang didasari dengan pemahaman yang tepat
akan menumbuhkan perilaku baru yang diharapkan, khususnya perilaku sadar gizi
pada keluarganya (8).
Menurut Green, perilaku seseorang yang berhubungan dengan kesehatan
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan
faktor pendorong. Faktor perilaku ini pula dapat memengaruhi keberhasilan dalam
melakukan perilaku sadar gizi. Pertama, predisposing factor atau faktor
predisposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku yang
berasal dari dalam diri individu (diantaranya seperti pengetahuan, sikap,
keterampilan). Kedua, enabling factor atau faktor pemungkin merupakan
faktor yang memungkinkan individu atau kelompok berperilaku tertentu
(diantaranya ketersediaan akses pelayanan kesehatan). Ketiga, reinforcing
factor atau faktor pendorong adalah faktor yang memperkuat terjadinya perilaku
(di antaranya dukungan keluarga) (9).
6
Pada tingkat individu, keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan
penyakit infeksi yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan
gizi yang cukup, maka akan mengalami kekurangan gizi dan mudah sakit.
Demikian juga bila seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu
makan dan selanjutnya akan mengakibatkan gizi kurang.
Di tingkat keluarga dan masyarakat, masalah gizi dipengaruhi oleh
kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya, baik jumlah
maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya. Pengetahuan, sikap dan keterampilan
keluarga dalam hal memilih, mengolah dan membagi makanan antar anggota
keluarga sesuai dengan kebutuhan gizinya, memberikan perhatian dan kasih
sayang dalam mengasuh anak, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dan
gizi yang tersedia, terjangkau dan memadai (Posyandu, Pos Kesehatan Desa,
Puskesmas), tersedianya pelayanan kesehatan dan gizi yang terjangkau dan
berkualitas, kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan pribadi
dan lingkungan (7).
Penelitian tentang kadarzi ini pernah dilakukan oleh Hariyadi dan
Ekayanti dengan judul “Analisis perilaku keluarga sadar gizi terhadap
stunting di Propinsi Kalimantan Barat”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa rumah tangga dengan perilaku kadarzi yang kurang baik berpeluang
untuk meningkatkan risiko kejadian stunting pada anak balita 1,22 kali lebih
besar daripada rumah tangga dengan perilaku kadarzi yang baik (10).
7
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2018, yaitu dengan melakukan
pengukuran antropometri terhadap 20 balita, ditemukan 13 balita yang mengalami
gizi kurang dan 7 balita lainnya memiliki status gizi baik. Gizi kurang tersebut
ditandai dengan ukuran BB dan TB yang tidak sesuai dengan umur balita.
Setelah melakukan pengukuran, peneliti memberikan kuesioner kepada 10
orang ibu yang memiliki anak balita yang telah di ukur tersebut untuk dijawan,
tentang indikator Keluarga Sadar Gizi atau belum, seperti: menimbang berat badan
secara teratur, 2) memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam
bulan (ASI eksklusif), 3) makan beraneka ragam, 4) menggunakan garam
beryodium, 5) memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A pada balita) sesuai
anjuran. Setelah kuesioner dikumpulkan dan di koreksi, maka diketahui bahwa
hanya 4 orang ibu yang melaksanakan indikator Keluarga Sadar Gizi, sedangkan 6
ibu lainnya mengaku tidak menjalankan indikator tersebut.
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa pemenuhan kecukupan gizi pada
balita oleh sebagian besar rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang
Bireuen tahun 2018 masih rendah. Oleh sebab itu diperlukan adanya penelitian
tentang penerapan prinsip sadar gizi pada tatanan rumah tangga dengan status gizi
balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen.
8
Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Penerapan Prinsip Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga Dengan Status
Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen dengan
judul “Analisis Penerapan Prinsip Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga
Dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen tahun 2019”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pengetahuan berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?
2. Apakah sikap ibu berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?
3. Apakah keterampilan berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?
4. Apakah sosial ekonomi berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?
5. Apakah dukungan keluarga berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?
6. Apakah pantangan makanan berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?
7. Apakah riwayat kecacingan berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?
9
8. Apakah penyuluhan tenaga kesehatan berhubungan dengan status gizi balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?
9. Variabel apakah yang paling berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan prinsip sadar gizi
pada tatanan rumah tangga terhadap status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menilai hubungan pengetahuan dengan status gizi balita.
2. Untuk menilai hubungan sikap dengan status gizi balita.
3. Untuk menilai hubungan keterampilan dengan status gizi balita.
4. Untuk menilai hubungan sosial ekonomi dengan status gizi balita.
5. Untuk menilai hubungan dukungan keluarga dengan status gizi balita.
6. Untuk menilai hubungan pantangan makanan dengan status gizi balita.
7. Untuk menilai hubungan riwayat kecacingan dengan status gizi balita.
8. Untuk menilai hubungan penyuluhan tenaga kesehatan dengan status gizi
balita.
9. Untuk menilai variabel yang paling berhubungan dengan status gizi balita.
10
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat secara teoritis
maupun secara praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Mahasiswa di Institut Kesehatan Helvetia
Untuk menerapkan teori-teori dan pengetahuan tentang keluarga sadar gizi
pada tatanan rumah tangga dengan status gizi yang diperoleh di bangku kuliah
ke dalam masalah yang sebenarnya terjadi.
2. Bagi Akademik
Digunakan sebagai bahan acuan dan perbandingan bagi penelitian lain yang
berminat mengembangkan topik bahasan ini yaitu tentang keluarga sadar gizi
pada tatanan rumah tangga dengan status gizi dan melakukan penelitian lebih
lanjut.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Puskesmas
Pemerintah dapat memberikan akses terhadap informasi pelayanan
kesehatan dan gizi, serta dapat mempertimbangkan dalam merumuskan
kebijakan serta menyediakan sumber daya untuk perbaikan kesehatan dan
gizi masyarakat.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan serta harapan perilaku gizi seimbang, mampu
mengenali dan memecahkan masalah gizi anggota keluarganya.
11
3. Bagi Peneliti lain
Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian
tentang hubungan keluarga sadar gizi terhadap tumbuh kembang balita.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut ini dipaparkan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan judul penelitian yaitu tentang penerapan prinsip sadar gizi pada
tatanan rumah tangga, yaitu:
Ranika dengan judul penelitian “Perilaku Sadar Gizi pada Keluarga yang
Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa
Lalang Tahun 2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara
perilaku sadar gizi pada keluarga yang memiliki balita gizi kurang dan gizi buruk
di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014, yaitu keluarga melakukan
penimbangan balita (68%), makan beraneka ragam (41,9%), menggunakan garam
beryodium (9,3%), dan pemberian kapsul vitamin A (74,4%) (11)
Ratnasari dengan judul penelitian “Analisis Hubungan Penerapan Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi) Dengan Status Gizi Balita”. Hasil uji Chi-Square dengan
taraf kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan (α) 0,05 diperoleh p value = 0,000,
lebih kecil dari 0,05 (p value < 0,05) a Ha diterima dan disimpulkan bahwa ada
hubungan penerapan keluarga sadar gizi dengan status gizi balita di Puskesmas
Gabus II Kabupaten Pati (12).
13
Galuh dengan judul penelitian “Hubungan Perilaku Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi) dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Kecamatan Wonosari
Kabupaten Klaten Tahun 2014”. Pada penelitian ini, analisis data perilaku Kadarzi
dan status gizi balita berdasarkan tb/u akan diuji terlebih dahulu untuk mengetahui
jenis data apakah berdistribusi normal atau tidak normal. uji kenormalan data
menggunakan kolmogorov-smirnovtest, dengan tingkat signifikan 0,05 atau 5%.
Analisis mengenai hubungan dari perilaku Kadarzi dengan kejadian stunting di
Desa Sidowarno Kecamatan Klaten Kabupaten Klaten menggunakan pearson
product moment jika data normal atau rank spearman jika data tidak normal
melalui software spss 17.0 dan akan disimpulkan berdasarkan nilai p value ho
diterima jika nilai p value ≥0,05 dan ho ditolak jika nilai p value <0,05.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai r (correlation coefficient):
berkolerasi dengan nilai r = 0 (13).
Antik dan Triska dengan judul penelitian “Hubungan Penerapan Perilaku
Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) dengan Status Gizi Balita di Kabupaten
Tulungagung 2016”. Hasil dari penelitian menunjukkan terhadap hubungan antara
perilaku Kadarzi dengan status gizi balita BB/U (p=0,010) dan TB/U (p=0,000)
namun tidak dengan BB/TB (p=0,368) (14).
Silvera dengan judul penelitian “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Status Gizi Buruk Pada Balita di Kota Semarang Tahun 2017 (Studi di Rumah
Pemulihan Gizi Banyumanik Kota Semarang)”. Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui bahwa ada hubungan antara pendidikan Ibu dengan tingkat kecukupan
energi dan protein balita Rumah Gizi Kota Semarang. Ada hubungan status
14
ekonomi keluarga dengan tingkat kecukupan energi dan protein balita Rumah Gizi
Kota Semarang, Ada hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan
status gizi buruk balita Rumah Gizi Kota Semarang, Ada hubungan riwayat
penyakit infeksi dengan status gizi buruk balita Rumah Gizi Kota Semarang, ada
hubungan antara riwayat BBLR dengan dengan status gizi buruk balita rumah
Gizi Kota Semarang (15).
Fatmah dengan judul penelitian “Pengetahuan dan Praktek Keluarga Sadar
Gizi Ibu Balita”. Hasil studi menyatakan bahwa pengetahuan ibu balita pada 4
indikator Kadarzi cukup baik, kecuali konsumsi aneka ragam makanan. Praktek 3
indikator Kadarzi juga sudah baik, kecuali pemberian ASI eksklusif dan konsumsi
aneka ragam makanan. Tokoh masyarakat dan kader posyandu belum mengenal
indikator Kadarzi dengan baik. Mereka hanya sebatas mendengar dan tidak
familiar dengan istilah Kadarzi. Kadarzi identik dengan makanan 4 sehat 5
sempurna bagi balita dan ibu hamil untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan
masyarakat (16).
Noveri, dkk dengan judul penelitian “Hubungan Perilaku Kadarzi (Keluarga
Sadar Gizi) Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah 1
Demak)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pada
kategori usia <30 tahun sebanyak 60 responden (63,2%), pendidikan mayoritas
SMP sebanyak 41 responden (43,2%) dan dengan pendapatan mayoritas <UMR
sebanyak 62 responden (65,30%). Responden mayoritas memiliki perilaku tidak
kadarzi sebanyak 60 responden (63%) dan mayoritas balita dengan status gizi baik
sebanyak 66 responden (69,50%). Responden yang perilaku kadarzi mayoritas
15
status gizi balita baik dan lebih sebanyak 32 responden (91,4%), responden yang
perilaku tidak kadarzi mayoritas status gizi balita lebih dan baik sebanyak 35
responden (58,3%) dan status gizi balita kurang dan buruk 25 responden (41,7%)
berperilaku tidak kadarzi. Dari uji statistik p sebesar = 0,001 yang berarti p < 0,05
(17).
Dewanti dengan judul penelitian “Implementasi Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi) Di Puskesmas Gantrung Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Program Kadarzi di
Puskesmas Gantrung masih belum cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari minimnya
sosialisasi dan jumlah tenaga medis serta kurangnya fasilitas yang mendukung.
Selain itu juga kurangnya pemahaman kader terkait Program Kadarzi dan insentif
yang kurang sepadan. Dengan demikian maka perlu adanya sosialisasi yang
merata dan penyediaan fasilitas yang menunjang. Serta penambahan tenaga medis
baru yang tentunya sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan. Selain itu ada
penambahan biaya insentif mengingat banyaknya jenis pekerjaan yang harus
dikerjakan (18).
2.2 Telaah Teori
2..2.1 Status Gizi
2.2.2 Pengertian
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu. Menurut Almatsier, status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan
antara status gizi kurang, baik dan lebih. Status gizi adalah keadaan kesehatan
16
anak ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik, energi, dan zat-zat gizi lain,
serta dampak fisiknya diukur secara antropometri (19).
Secara umum, status gizi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu (19) :
1. Kecukupan gizi (gizi seimbang)
Dalam hal ini asupan gizi, seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang
seimbang.
2. Gizi kurang
Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat yang timbul karena tidak
cukup makan dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang
selama jangka waktu tertentu.
3. Gizi lebih
Keadaan tidak sehat disebabkan kebanyakan makan mengkonsumsi lebih
dari pada yang diperlukan tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan dengan
proses tubuh
a. Pemberian energi
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat,
lemak,protein. Oksidasi zat gizi tersebut menghasilkan energi yang
diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktifitas.
b. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh
Protein mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh,ketiga zat gizi
tersebut dinamakan zat pembangun.
17
c. Pengatur proses tubuh
Protein, mineral air dan vitamin diperlukan untuk mengatur prosese
tubuh. Protein mengatur keseimbangan air didalam sel. Mineral dan
vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi.
Air di perlukan untuk melarutkan bahan bahan didalam tubuh serta
didalam darah, cairan pencernaan dan proses tubuh yang lain (19).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, status
gizi adalah kesehatan tubuh seseorang sebagai pencapaian konsumsi zat
makanan dan penggunaanya oleh tubuh serta kesesuaian gizi yang dikonsumsi
dengan zat gizi yang dikonsumsi dengan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
2.2.3 Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa, penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu,
secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung
dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu, klinis, biokimia, biofisik, dan
antropometri, sedangkan pemeriksaan status gizi tidak langsung dapat dibagi
tiga yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (20).
Penelitian ini menggunakan penilaian status gizi secara langsung,
dengan menggunakan antropometri. Antropometri berasal dari kata antropos
dan metros. Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Antropometri
adalah ukuran dari tubuh. Antropometri sangat umum digunakan untuk
mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan
energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Indeks
18
antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks antropometri tinggi badan
menurut umur (TB/U) mempunyai kelebihan dan kekurangan (21).
Kelebihan TB/U yaitu, menurunkan indikator yang baik untuk
mengetahui kekurangan gizi pada waktu lampau, pengukuran objektif apabila
diulang memberikan hasil yang sama, peralatan dapat dibawa kemana-mana,
ibu-ibu jarang merasa keberatan apabila anaknya diukur, dan paling baik
untuk anak diatas dua tahun (21).
Kelemahan TB/U dalam menilai hasil intervensi harus disertai indikator
lain seperti BB/U, karena panjang badan tidak banyak terjadi dalam waktu
singkat dan membutuhkan beberapa tehnik pengukuran seperti alat ukur
panjang badan. Untuk anak umur lebih dua tahun, lebih sulit dilakukan oleh
kader atau petugas yang belum pengalaman, dan untuk mengukurnya
diperlukan dua orang. Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan tubuh sketal, pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan bertambahnya umur (22).
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif terhadap masalah kurang gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi
zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak pada waktu yang relatif lama
Standar deviasi unit disebut juga z-score. Untuk meneliti dan
memantau pertumbuhan anak, WHO menyarankan menggunakan cara sebagai
berikut (23) :
19
𝑍 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑆𝑢𝑏𝑦𝑒𝑘 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
2.2.4 Angka Kecukupan Gizi
Angka kecukupan gizi (AKG) adalah banyaknya masing-masing zat gizi
essensial yang harus dipenuhi dari makanan, untuk mencegah defisiensi zat gizi.
AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat badan, genetika,
keadaan fisiologis seperti kehamilan atau menyususi. Kecukupan gizi lebih
menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masing-masing
individu. Anjuran kecukupan gizi didasarkan pada patokan berat badan menurut
kelompok umur dan jenis kelamin. Kecukupan zat gizi pada bayi dan balita relatif
lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut
pertumbuhan masih sangat pesat (22).
Adapun kegunaan AKG yang dianjurkan adalah (22):
a. Untuk perencanaan penyediaan pangan tingkat regional atau nasional.
b. Untuk menilai data konsumsi makanan perorangan atau kelompok
masyarakat, bila hasil survei menunjukkan penyimpangan berat badan dari
berat badan patokan, perlu dilakukan penyesuaian angka kecukupan.
c. Untuk perencanaan pemberian makanan bagi institusi seperti rumah sakit,
perkantoran, industri, sekolah, panti sosial, dan lembaga pemasyarakatan perlu
diperhatikan berat badan rata-rata dan aktivitas.
d. Untuk menetapkan standar bantuan pangan dalam keadaan darurat seperti
bencana alam, perang, kekeringan, kerusuhan, transmigran, pemberian
20
makanan tambahan golongan rawan (balita, anak sekolah, ibu hamil, dan lain-
lain).
e. Untuk menetapkan pedoman keperluan label gizi makanan yang dikemas.
f. Untuk bahan penyuluhan atau pendidikan gizi yang berkaitan dengan
g. kebutuhan gizi menurut kelompok umur dan kegiatan maupun jenis kelamin.
Tabel 2.1
Berat Badan Patokan Berdasar Kelompok Umur Untuk Indonesia,
WHO, dan USA (23)
2.2.5 Klasifikasi Status Gizi
Pengukuran antropometri yang digunakan menurut WHO.
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Anak Balita (22)
No Indeks Status Gizi Ambang Batas
1 BB menurut Umur Gizi Lebih
Gizi Baik
Gizi Kurang
Gizi Buruk
>+2.0SD baku WHO-NCHS
-2.0SD sd +2.0SD
<-2.0SD
<-3.0SD
2 TB menurut Umur Normal
Pendek
>=-2.0SD baku WHO-NCHS
<-2.0SD
3 BB menurut TB Gemuk
Normal
Kurus
Sangat Kurus
>2.0SD baku WHO-NCHS
-2.0SD sd +2SD
<-2.0SD
<3.0SD
No Golongan Umur Indonesia (kg) WHO (kg) USA (kg)
1. 0-6 bulan 5,5 - 6
2. 7-12 bulan 8,0 - 9
3. 1-3 tahun 12,0 16 13
4. 4-5 tahun 18 ,0 - 20
21
Pengelompokan gizi kurang menurut ≥ -skore dalam 3 kategori (22):
1. Gizi kurang tingkat ringan (nilai ≥ _BBU z-2.5SD dan <-2.0SD).
2. Gizi kurang tingkat sedang (nilai ≥ _BBU z3.0SD dan <2.5SD).
3. Gizi kurang tingkat buruk ( nilai ≥ _BBU <-3.0SD).
2.2.5.1 Gizi Buruk
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat
akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit
dalam waktu lama. Gizi buruk ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut
berat badan terhadap tinggi badan) dan atau hasil pemeriksaan klinis
menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Balita
disebut gizi buruk apabila indeks berat badan menurut umur (BB/U) 3,0 SD (20).
Gizi buruk atau malnutrisi adalah asupan protein dan energi yang tidak
adekuat dalam jangka waktu yang lama dan menyebabkan hilangnya cadangan
lemak tubuh dan atau pengerutan otot termasuk malnutrisi yang berkaitan dengan
kelaparan, malnutrisi terkait penyakit kronis dan malnutrisi terkait penyakit akut
atau injury/trauma (20). Ada beberapa hal yang menjadi penyebab gizi buruk pada
balita, yaitu :
a. Balita tidak mendapat ASI ekslusif atau ASI saja atau sudah mendapat
makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan.
b. Balita berhenti menyusu sebelum umur 2 tahun.
c. Balita tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6
bulan atau lebih.
d. MP-ASI kurang atau tidak bergizi.
13
e. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui Balita menderita sakit dalam
waktu lama, seperti diare, campak, TBC, batuk pilek.
f. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.
Klasifikasi gizi buruk berdasarkan gejala kliniknya dapat dibagi menjadi 3
bagian:
a. Marasmus
Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan protein dan kilo kalori yang
kronis. Karakteristik dari marasmus adalah berat badan sangat rendah. Gejala
umum marasmus antara lain kurus kering, tampak hanya tulang dan kulit, otot dan
lemak bawah kulit atropi atau mengecil, wajah seperti orang tua, berkerut/keriput,
layu dan kering, diare umum terjadi. Penyebab marasmus terjadi karena diet yang
kurang kilo kalori dan protein dalam jangka waktu lama (kronis).
Marasmus biasanya terjadi pada bayi umur 6-18 bulan. Adapun ciri-ciri
marasmus adalah anak sangat kurus, cengeng dan rewel, rambut tipis, jarang, dan
kusam, wajah seperti orang tua, kulit keriput, tulang iga tampak jelas, pantat
kendur dan keriput, perut cekung (20).
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah istilah pertama dari Afrika, artinya sindroma
perkembangan anak dimana anak tersebut disapih tidak mendapatkan ASI sesudah
1 tahun karena menanti kelahiran bayi berikutnya. Makanan pengganti ASI
sebagian besar terdiri dari pati atau air gula, tetapi kurang protein baik kualitas
maupun kuantitasnya. Gejala kwashiorkor sebagai berikut pertumbuhan dan
mental mundur, edema, otot menyusut (kurus), depigmentasi rambut dan kulit,
14
karakteristik dikulit timbul sisik, hipoalbuminemia, diare dan infeksi, anemia,
menderita kekurangan vitamin A (20).
Perubahan metabolisme karena kekurangan protein adalah kekurangan
pengaruh cairan dan elektrolit, protein, lemak, vitamin dan mineral. Karakteristik
kwashiorkor adalah gangguan spesifik terhadap metabolisme cairan dan elektrolit.
Ciri-ciri lain kwashiorkor adalah wajah bulat dan sembab, cengeng dan rewel,
apatis, kedua punggung kaki bengkak, bercak merah kehitaman ditungkai atau
pantat, rambut tipis, warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit.
c. Marasmik-Kwashiorkor
Penyakit marasmik-kwashiorkor mempunyai gejala klinis adalah
campuran/gabungan dari tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor seperti sangat
kurus, rambut seperti warna jagung dan mudah rontok, perut buncit, punggung
kaki bengkak, cengeng. Berat badan penderita marasmik-kwashiorkor < 60 dari
berat badan normal. Tanda-tanda khas terdapat dari kedua penyakit tersebut
seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit (20).
2.2.5.2 Gizi Kurang
Gizi kurang adalah terjadi akibat ketidaksesuaian antara asupan dan
kebutuhan tubuh akan zat gizi. Penilaian status gizi dilakukan dengan
membandingkan kesesuaian jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi terhadap
kebutuhan tubuh akan zat gizi yang berbeda-beda sesuai kondisi sehat, sakit dan
berbagai tahap pertumbuhan dan apabila asupan zat gizi kurang adekuat dapat
menyebabkan kurang gizi (20).
15
2.2.5.3 Gizi Lebih
Gizi lebih atau Obesitas adalah kelebihan berat badan akibat dari
penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Terdapat perkecualian yaitu
kegemukan dapat berkembang pada wajah yang terjadi pada keseimbangan energi
positif. Obesitas pada anak-anak mempunyai kecenderungan menuju ke tinggi
badan per umur. Penelitian pada anak, remaja, dan dewasa menunjukkan porsi
kelebihan berat (10-30%) terdiri dari Basis lemak bebas atau Lean Body Mass
(LBM). Bukti-bukti saat ini menunjukkan bahwa banyak anak-anak overweigh
memiliki faktor resiko penyakit kardiovaskuler, seperti hyperlipidemia, hipertensi,
atau hyperinsulinemia (20).
2.2.6 Tingkat Konsumsi
Makanan yang dikonsumsi harus memperhatikan nilai gizi makanan dan
kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat di tempuh dengan
penyajian hidangan yang bervariasi dan dikombinasi, ketersediaan pangan,
macam serta jenis bahan makanan diperlukan untuk mendukung usaha
tersebut. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi juga menjamin
tercukupinya kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (19).
Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan.
Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh
dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain.
Kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah kecukupan rata-rata zat gizi
setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (19).
16
2.2.6.1 Konsumsi Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan tubuh, cara
memperoleh energi adalah dari makanan yang dimakan, dan energi dari
makanan ini terdapat energi kimia yang diubah menjadi energi bentuk lain.
Bentuk energi yang berkaitan dengan proses-proses biologi adalah energi
kimia, energi mekanik, energi panas, dan energi listrik (22).
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang
pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat,
lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya.
Zat gizi merupakan makanan yang diserap tubuh. Status gizi merupakan hasil
masukan zat gizi makanan dan pemanfaatannya didalam tubuh sebagai keadaan
kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan
oleh konsumsi. Penyerapan (absorpsi) makanan dan penggunaan (utilization) zat
gizi makan yang ditentukan berdasarkan ukuran tertentu juga dapat
mempengaruhi status gizi. Energi yang masuk kedalam tubuh dan energi
yang dikeluarkan dari tubuh mempengaruhi status gizi balita. Energi yang
masuk kedalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak, dan zat
gizi lainya.
2.2.6.2 Konsumsi Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat
digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh (19). Protein diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan
17
jaringan tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku. Angka
kecukupan protein tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati
dan hewani yang dikonsumsi manusia setiap harinya.
Ada dua jenis protein, yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein
hewani mengandung lemak jenuh, sedangkan protein nabati mengandung lemak
tak jenuh (19). Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik,
dalam jumlah maupun mutu, tetapi hanya 18,4% rata-rata penduduk
Indonesia mengkonsumsi protein hewani. Sedangkan bahan makanan nabati yang
kaya akan protein adalah kacang-kacangan, dengan kontribusi konsumsi
protein nabati hanya 9,9% rata-rata penduduk Indonesia. Kekurangan protein
banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein
pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima
tahun (22)
2.2.6.3 Konsumsi Vitamin
Vitamin adalah zat–zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam
jumlah sangat sedikit dan pada umumnya tidak dapat dibentuk dalam tubuh,
oleh karenanya harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat
pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai
tugas spesifik bagi kesehatan didalam tubuh. Dasar kesehatan seumur hidup
dimulai dari masa balita. Komponen penting yang menunjang kesehatan
seumur hidup pada balita salah satu vitamin adalah vitamin A.
18
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang terbesar di
seluruh dunia, terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua
umur, terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan
berbagai jenis penyakit yang termasuk “Nutrition Related Diseases”, yang
dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh, seperti
menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitalisme sel-sel kulit.
Salah satu dampak KVA adalah kelainan pada mata, yang umumnya terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun, yang menjadi penyebab utama kebutaan
di negara berkembang (22).
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Perilaku
2.3.1.1 Defenisi Perilaku
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan jika dilihat dari segi biologis. Oleh sebab itu semua
makhluk hidup berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas sendiri-sendiri.
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (24).
Definisi lain menyebutkan perilaku merupakan respon atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/rangsangan dari luar. Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya organisme. Kemudian, organisme
tersebut merespon, atau stimulus,organisme, respon (24).
19
2.3.1.2 Bentuk Perilaku
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme
atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) 10 dari luar subyek tersebut.
Perilaku merupakan hasil dari hubungan antara perangsang (stimulus) dengan
tanggapan (respon) dari respon. Perilaku membedakan adanya dua respon, yakni
(24):
a. Responden
Respon atau reflexive response yaitu respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Respondent response (respondent behavior)
ini mencakup emosi respon atau emotional behavior.
b. Operant response atau instrumental response Operant response
Yaitu respon yang timbul dan perkembangannya diikuti oleh perangsang
tertentu. Perangsang tersebut mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku
tertentu yang telah dilakukan. Operant response atau instrumental response
berbentuk dua macam yaitu :
1) Bentuk pasif
Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain.
2) Bentuk aktif
Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung atau yang dapat dilihat oleh orang lain.
20
2.3.1.3 Pembentukan Perilaku
Perilaku manusia sebagian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat
dipelajari. Berikut adalah cara terbentuknya perilaku seseorang (24):
a. Kebiasaan, terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang dilakukan. Misal
menggosok gigi sebelum tidur, bangun pagi dan sarapan pagi.
b. Pengertian, terbentuknya perilaku ditempuh dengan pengertian.
c. Penggunaan Model, pembentukan perilaku melalui contoh atau model.
Model yang dimaksud adalah pemimpin, orangtua dan tokoh panutan lainnya.
2.3.1.4 Klasifikasi Perilaku
Berdasarkan bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku
dibedakan menjadi dua (24):
a. Perilaku tertutup
Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
b. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
21
2.3.1.5 Model Perilaku Precede-Proceed Green
Teori atau model yang digunakan dalam penelitian untuk mengungkap
determinan perilaku individu, khususnya perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan dan proses terjadinya perubahan perilaku adalah precede-proceed
(Predisposing, Reinforcing, Enabling Causes) dengan alasan di dalamnya
terdapat pengkajian, perencanaan intervensi dan evaluasi yang menjadi satu
kerangka kerja. Dan teori yang lain untuk menjelaskan penyebab perilaku
secara individu adalah Theory of Planned Behavior (TPB) dan Health Belief
Model (HBM) precede – proceed model (9).
Precede (Predisposing, Reinforcing, Enabling Causes), pendekatan ini
direkomendasikan untuk evaluasi keefektifan intervensi dan memfokuskan target
utama dalam intervensi. Kerangka dalam model precede, terdapat 6 (enam)
tahapan, yaitu diagnosis sosial, diagnosis epidemiologi, identifikasi faktor non
perilaku, identifikasi faktor predisposing, reinforcing dan enabling yang
berhubungan dengan perilaku kesehatan, rencana intervensi dan diagnosis
administratif dan lainnya untuk pengembangan dan pelaksanaan program
intervensi (9). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
22
Sumber : Green, Lawrence, dan Marshall W, Kreuter
Gambar 2.1 Perilaku Teori Precede procede
a. Fase satu: diagnosis sosial merupakan penekanan pada identifikasi
masalah sosial yang berdampak pada masyarakat. Diagnosis ini juga
sebagai proses penentuan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau
terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan
kualitas hidupnya. Indikator yang digunakan terkait masalah sosial adalah
indiaktor sosial yang penilaiannya didasarkan data sensus ataupun statistik
vital yang ada maupun dengan melakukan pengumpulan data secara
langsung dari masyarakat.
23
b. Fase dua: diagnosis epidemiologi yaitu melakukan identifikasi terkait
dengan aspek kesehatan yang berpengaruh terhadap kualitas hidup. Pada
fase ini dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup yang
dapat digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada baik berasal
dari data lokal, regional maupun nasional. Pada fase ini diidentifikasi
siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis
kelamin, lokasi, suku dan lainnya), bagaimana pengaruh atau akibat
dari masalah kesehatan tersebut (kematian, kesakitan, ketidakmampuan,
dan tanda gejala yang ditimbulkannya) dan bagaimana cara untuk
menanggulangi masalah kesehatan (imunisasi, perawatan/ pengobatan,
perubahan lingkungan dan perubahan perilaku). Informasi ini sangat
dibutuhkan untuk menetapkan prioritas masalah yang biasanya
didasarkan atas pertimbangan besarnyamasalah dan akibat yang
timbulkannya serta kemungkinan untuk diubah.
c. Fase tiga: merupakan kegiatan identifikasi/diagnosis terhadap faktor-
faktor perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan masalah-
masalah kesehatan yang ditunjukkan pada fase sebelumnya. Identifikasi
dilakukan terhadap faktor risiko yang secara spesifik terkait masalah-
masalah kesehatan yang terkait dengan perilaku. Demikian juga
dilakukan identifikasi terhadap faktor lingkungan sebagai faktor dari
luar yang berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan dan kualitas
hidup. Faktor lingkungan dapat dikontrol dan dimodifikasi sedemikian
rupa untuk dapat menanggulangi masalah kesehatan dan kualitas hidup.
24
d. Fase empat: di dalam fase ini melakukan diagnosis terhadap faktor-faktor
secara spesifik dan potensial mempengaruhi perilaku kesehatan lingkungan.
Perubahan perilaku kesehatan dan lingkungan sebagai tujuan promosi
kesehatan yang memperhatikan 3 aspek yaitu: faktor predisposisi
(meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi), faktor
pendukung (meliputi sumber daya) dan faktor-faktor pendorong (meliputi
tokoh masyarakat, petugas kesehatan atau pihak yang sudah terlebih
dahulu berubah perilakunya). Fase ini menilai faktor-faktor yang secara
langsung berdampak terhadap perilaku dan lingkungan untuk kepentingan
membantu perencana dalam melaksanakan intervensi dengan sumber
daya yang ada. Upaya intervensi, selanjutnya dilakukan penentuan
prioritas berdasarkan seleksi terhadap faktor-faktor yang ada.
e. Fase kelima: adalah merupakan tahapan penilaian terhadap organisasi/
kebijakan dan kemampuan administrasi serta sumber daya untuk
mengembangkan program
f. Fase keenam: berhubungan dengan pengembangan dan pelaksanaan
program intervensi seperti program kampanye (cetak dan audiovisual,
modifikasi perilaku, pemodelan, pengembangan masyarakat dan lain
sebagainya.
g. Fase ketujuh: fokus pada evaluasi yang diarahkan pada evaluasi proses,
dampak
h. Fase kedelapan: evaluasi yang dilakukan terhadap hasil intervensi pada fase
sebelumnya (9).
25
2.3.1.6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku
Perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau rangsangan
yang berupa pengetahuan. Adapun beberapa faktor yang di duga berhubungan
dengan Perilaku Penerapan Prinsip Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga
dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten
Bireuen tahun 2019, adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (25).
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam proses tumbuh
kembang anak. Keadaan tingkat pendidikan orang tua yang rendah terutama ibu
berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam mengelola rumah tangga terutama pola
konsumsi pangan sehari-hari. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan
lebih mudah menerima pesan dan informasi gizi dan kesehatan anak. Sehingga
orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih mengerti dan memperhatikan
26
tentang pemilihan pengolahan pangan serta pemberian makan yang sehat dan
bergizi bagi anggota keluarganya.
Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah
satunya melalui pendidikan gizi sehingga akan memperbaiki kebiasaan konsumsi
pangan dirinya dan keluarganya. Tingkat pengetahuan ibu bermakna dengan sikap
positif terhadap perencanaan dan persiapan makan. Semakin tinggi pengetahuan
ibu, maka semakin positif sikap ibu terhadap gizi makanan. Kurangnya
pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari merupakan sebab penting gangguan gizi. Sebagaimana hasil penelitian
Nazaruddin yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan gizi dan perilaku Kadarzi pada keluarga balita. Tingkat pengetahuan
ibu bermakna dengan sikap positif terhadap perencanaan dan persiapan makan.
Semakin tinggi pengetahuan ibu, maka semakin positif sikap ibu terhadap gizi
makanan (25).
Masalah gizi selain merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya
dengan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga juga menyangkut aspek
pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung perilaku hidup sehat.
Pengetahuan sangat penting dalam menentukan bertindak atau tidaknya seseorang
yang pada akhirnya sangat akan mempengaruhi status kesehatan anggota
keluarganya (26).
Seseorang yang mempunyai pendidikan rendah belum tentu kurang
mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan
dengan orang lain yang berpendidikan lebih tinggi. Karena sekalipun
27
berpendidikan rendah kalau orangtersebut rajin mendengarkan informasi tentang
gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik (26).
2. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu
objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang
paling dekat. Sikap gizi merupakan cara membuat seseorang terhadap gizi. Sikap
positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan
nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain (26):
1) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat
itu.
2) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada
pengalaman orang lain.
3) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
4) Nilai (Value) di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai
yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup
bermasyarakat.
3. Keterampilan Gizi
Keterampilan merupakan respon terhadap rangsangan yang bersifat aktif,
dan dapat diamati. Keterampilan yang dimaksud adalah bagaimana cara ibu
menyediakan makanan di rumah. Apakah keterampilan ibu tersebut berdampak
baik atau buruk bagi status gizi balita pada tatanan rumah tangga. Keterampilan
28
dalam hal ini misalnya, seperti mengolah makanan bergizi menjadi sebuah
makanan yang menarik dan di sukai balita (26).
4. Sosial Ekonomi
Seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki waktu lebih
banyak dalam mengasuh serta merawat anak dibandingkan ibu yang bekerja di
luar rumah. Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan
serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan
dengan faktor lain seperti kesehatan. Salah satu penyebab terjadinya gizi kurang
adalah karena status pekerjaan ibu sehingga ibu yang bekerja di luar rumah
cenderung menelantarkan pola makan keluarganya sehingga mengakibatkan
menurunnya keadaan gizi keluarga, hal ini akan berakibat pada keadaan status gizi
anggota keluarga terutama anak-anaknya (17).
Pendapatan merupakan faktor yang terpenting menentukan kualitas
dan kuantitas hidangan keluarga. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula
persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayur dan beberapa
jenis bahan makanan lainnya (15).
5. Dukungan Keluarga
Pada keluarga yang sangat miskin, pemenuhan kebutuhan makanan akan
lebih mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang
sedang tumbuh dari suatu keluarga miskin adalah yang paling rawan terhadap gizi
kurang diantara semua anggota keluarga, anak yang paling kecil biasanya yang
paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi semacam ini sering terjadi
sebab seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak
29
berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang
tumbuh memerlukan pangan relatif lebih tinggi daripada golongan yang lebih tua.
Tahun-tahun awal masa kanak-kanak yaitu pada umur 1-6 tahun berada dalam
situasi yang rawan (26).
6. Riwayat Kecacingan
Kecukupan gizi yang baik pada anak akan meningkatkan daya tahan
terhadap penyakit, anak yang memiliki riwayat kecacingan akan mudah terkena
penyakit terutama penyakit infeksi. Hubungan infeksi dengan status gizi sangat
erat, demikian juga sebaliknya. Kecukupan gizi yang baik pada anak akan
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, anak yang mengalami kurang gizi
akan mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Seperti diketahui, bahwa
hubungan infeksi dengan status gizi sangat erat, demikian juga sebaliknya (14).
Balita yang mengalami kecacingan biasanya mengalami keluhan-keluhan
batuk-batuk akibat yang ditimbulkan oleh telur cacing serta keluhan yang
ditimbulkan cacing dewasa seperti gangguan usus ringan : mual, nafsu makan
berkurang, diare dan konstipasi. Balita yang menderita cacingan biasanya lesu,
tidak bergairah. Perut sering sakit, Diare, nafsu makan berkurang, sehingg balita
yang mengalami kecacingan dianjur minum obat cacing sebanyak 2 kali dalam
setahun atau 1 kali dalam 6 bulan.
30
7. Penyuluhan Tenaga Kesehatan
Penyuluhan tenaga kesehatan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan
ibu dalam memberikan asupan gizi melalui permberian makanan. Misalnya
bagaimana cara untuk memberikan makanan seimbang, bagaimana cara
sebagainya (21).
2.3.2 Keluarga Sadar Gizi
Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah suatu keluarga yang mampu
mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu
keluarga disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan
minimal dengan menimbang berat badan secara teratur, memberikan air susu ibu
(ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif), makan
beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi (kapsul
vitamin A dosis tinggi) (7).
Dalam hal ini, keluarga merupakan tatanan masyarakat terkecil dan paling
inti dengan beranggotakan bapak, ibu, dan anak-anak. Di sinilah tata cara nilai,
norma, kepedulian dan kasih sayang terbina sejak dini. Dalam keluarga, sumber
daya dimiliki dan dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk
kebutuhan fisik yang paling dasar yaitu makan dan minum. Ditingkat keluarga
juga dilakukan pengambilan keputusan tentang makanan, gizi dan kesehatan
dilaksanakan.
Masalah yang terjadi ditingkat keluarga seperti gizi kurang, gizi buruk,
anemia dan sebagainya, sangat erat kaitannya dengan perilaku keluarga yang
bersangkutan selain akar masalah adalah kemiskinan. Pemahaman Kadarzi oleh
31
semua yang bertujuan mewujudkan keluarga sehat, cerdas dan mandiri sangat
diperlukan untuk menjadikan bangsa sehat dan negara kuat. Diharapkan bahwa
dalam satu keluarga sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga yang
dengan sadar bersedia melakukan perubahan kearah keluarga yang berperilaku
gizi baik dan benar. Bisa seorang ayah, ibu, anak, atau siapa pun yang terhimpun
dalam keluarga itu (7).
Konsumsi makanan akan menggambarkan perubahan berat badan atau
pertumbuhan. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh (fisik)
dari waktu ke waktu. Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh seperti
pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab. Kegunaan dari
pemantauan ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
balita, mencegah memburuknya keadaan gizi, mengetahui kesehatan ibu hamil
dan perkembangan janin, mencegah ibu melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah dan terjadinya pendarahan pada saat melahirkan, dan mengetahui
kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut (7).
Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam yaitu pangan yang
dikonsumsi memenuhi tiga guna makanan yaitu makanan sebagai sumber
tenaga (karbohidrat, lemak), yang terdiri dari empat macam kelompok bahan
makanan. Kelompok bahan makanan tersebut adalah makanan pokok,
sebagai sumber zat tenaga seperti beras, jagung, ubi, singkong, dan mie.
Lauk pauk, sebagai sumber zat pembangun seperti ikan, telur, ayam, daging,
tempe, kacang-kacangan, dan tahu. Sayuran dan buah-buahan sebagai
sumber zat pengatur seperti bayam, kangkung, wortel, buncis, kacang
32
panjang, sawi, daun singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka,dan
nanas (27) .
Mengkonsumsi garam beriodium sangat penting karena iodium adalah
sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah, maupun di air dan
merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan serta
perkembangan makhluk hidup. Garam beriodium adalah garam yang telah
ditambah zat iodium yang diperlukan oleh tubuh. Fungsi Iodium dalam tubuh
manusia yaitu untuk membentuk hormon tiroksin yang diperlukan oleh tubuh
yang bermanfaat dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari
janin sampai dewasa.
ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir
sampai bayi berusia 6 bulan tanpa minuman dan makanan lain selain ASI.
Pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat, karena ASI merupakan makanan
yang paling sempurna untuk bayi, bahkan sangat mudah dan murah
memberikannya kepada bayi. ASI juga dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi
sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (28).
Standar pencapaian Kadarzi yaitu 80% keluarga menjadi Kadarzi. Target
jumlah balita yang dipantau pertumbuhanya setiap bulan dengan cara
penimbangan berat badan yaitu 90%, jumlah bayi 0-6 bulan yang
memperoleh ASI eksklusif 80%, keluarga menggunakan garam beryodium
90%, keluarga makan beraneka ragam 80%, balita mengkonsumsi vitamin A usia
6-11 bulan 90% (28).
33
2.3.3 Perilaku Sadar Gizi
Umumnya keluarga telah memiliki pengetahuan dasar mengenai gizi.
Namun demikian, sikap dan keterampilan serta kemauan untuk bertindak
memperbaiki gizi keluarga masih rendah. Sebagian keluarga menganggap
asupan makanannya selama ini cukup memadai karena tidak ada dampak buruk
yang mereka rasakan. Sebagian keluarga juga mengetahui bahwa ada jenis
makanan yang lebih berkualitas, namun mereka tidak ada kemauan dan tidak
mempunyai keterampilan untuk penyiapannya (10).
2.3.4 Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Indikator Keluarga Sadar Gizi digunakan untuk mengukur tingkat sadar
gizi keluarga. Menurut Depkes, ada lima indikator Kadarzi yang meliputi: 1)
Menimbang berat badan secara teratur, 2) memberikan ASI saja kepada bayi
sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif), 3) makan beraneka ragam,
4) menggunakan garam beryodium, 5) memberikan suplemen gizi (kapsul
vitamin A pada balita) sesuai anjuran (10).
2.3.4.1 Menimbang berat badan secara teratur
Tujuan dari penimbangan secara teratur yaitu untuk mengetahui perubahan
berat badan dalam menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan
kesehatan, dengan mengetahui perubahan berat badan yang terjadi keluarga dapat
mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota keluarganya serta mampu
mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau dengan bantuan petugas. Cara
memantau berat badan anak (29) :
34
a. Anak dapat ditimbang di rumah atau di posyandu atau di tempat lain,
b. Berat badan anak dimasukkan ke dalam KMS,
c. Bila grafik berat badan KMS Naik (sesuai garis pertumbuhnnya), berarti anak
sehat, bila tidak naik berarti ada penurunan konsumsi makanan atau gangguan
kesehatan dan perlu ditindak lanjuti oleh keluarga atau meminta bantuan
petugas kesehatan.
Berat badan balita dapat dipantau dengan melihat catatan penimbangan
pada KMS selama enam bulan terakhir yaitu bila bayi berusia > 6 bulan ditimbang
empat kali atau lebih berturut-turut dinilai baik dan jika kurang dari empat kali
dianggap belum baik. Bila bayi 4-5 bulan ditimbang tiga kali atau lebih dinilai
baik dan jika kurang dari tiga kali dinilai belum baik. Bila bayi berusia 2-3 bulan
ditimbang dua kali atau lebih berturut-turut dinilai baik dan jika kurang dinilai
belum baik, dan pada bayi yang masih berumur 0-1 bulan, baik jika pernah
ditimbang dan belum baik jika tidak pernah ditimbang (29).
2.3.4.2 Memberikan ASI Eksklusif
ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi. Pemberian ASI
Eksklusif adalah menyusui bayi secara murni. Bayi hanya diberi ASI saja tanpa
cairan lain seperti susu, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.
ASI sangat baik diberikan kepada bayi segera setelah dia lahir karena ASI
merupakan gizi terbaik bagi bayi dengan komposisi zat-zat gizi didalamnya secara
optimal mampu menjamin pertumbuhan tubuh bayi. Kualitas zat gizi ASI juga
terbaik karena mudah diserap dicerna oleh usus bayi. Pemberian makanan
35
padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI Eksklusif
serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Tidak ditemukan bukti yang
menyokong bahwa pemberian makanan tambahan sebelum 4 atau 6 bulan lebih
menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak negatif
terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk pertumbuhan dan
perkembangan. ASI yang juga merupakan makanan yang sempurna, seimbang,
bersih sehat. Dapat diberikan setiap saat dan mengandung zat kekebalan serta
dapat menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi. Namun masih banyak
ibu yang tidak memberikan bayinya ASI Eksklusif dengan faktor penyebab antara
lain (29):
a. Produksi ASI yang kurang atau tidak keluar sama sekali
b. Umur; dimana ibu yang berusia muda kurang mengetahui manfaat
pemberian ASI Eksklusif.
c. Penghasilan keluarga; keluarga dengan penghasilan besar menginginkan
anak yang sehat sehingga mereka membeli dan memberikan susu atau
makanan lain kepada bayinya tanpa mereka sadari bahwa ASI dapat
mencukupi sampai berumur 6 bulan.
d. Status kesehatan ibu; pikiran kacau dan emosi saat menyusui
mengakibatkan bayi cengeng.
e. Kurang persiapan ibu saat menghadapi masa laktasi sehingga ASI tidak
keluar pada masa 1-3 hari setelah melahirkan, sehingga pemberian ASI
tidak lancar dan ibu memilih memberi bayinya susu formula dengan
sendirinya ASI Eksklusif terabaikan (29).
36
2.3.4.3 Makan Beraneka ragam Makanan
Makanan beragam artinya makanan yang bervariasi (tidak monoton).
Variasi berarti susunan hidangan itu berubah dari hari-kehari. Jenis makanan atau
masakan yang tersusun menjadi hidangan juga harus menunjukkan kombinasi,
artinya dalam satu kali hidangan, misalnya makan siang, susunan tersebut terdiri
dari masakan yang berlain-lainan. Untuk mencapai kondisi demikian maka bahan
makanan yang dipergunakan dan juga jenis masakannya atau cara memasaknya
harus selalu beraneka ragam.
Menurut Kemenkes RI, makan beraneka ragam makanan adalah keluarga
mengonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah setiap hari. Susunan
makanan menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Departemen
Kesehatan RI yaitu (4) :
a. Beragam, apabila dalam setiap kali makan hidangan terdiri dari makanan
pokok + lauk pauk, sayur, buah atau makanan pokok + lauk pauk +sayur.
b. Tidak Beragam, apabila dalam setiap kali makan hanya terdiri dari 2 atau 1
jenis pangan.
2.3.4.4 Menggunakan Garam Beryodium dalam Makanannya
Garam beryodium baik adalah garam yang mempunyai kandungan
yodium dengan kadar yang cukup (>30 ppm kalium yodat). Garam beryodium
sangat perlu dikonsumsi oleh keluarga karena zat yodium diperlukan tubuh setiap
hari. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) menimbulkan penurunan
kecerdasan pada anak-anak, gangguan pertumbuhan dan pembesaran kelenjar
gondok (4).
37
Namun demikian garam juga tidak dianjurkan dikonsumsi secara
berlebihankarena garam mengandung natrium, yang mana kelebihan natrium
dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi
merupakan pencetus terjadinya stroke yaitu pecahnya pembulu darah di otak.
Stroke merupakan penyebab kematian pada orang dewasa di atas 40 tahun.
Sedangkan penyakit tekanan darah tinggi membawa resiko timbul penyakit
jantung pada orang dewasa. Karena itu konsumsi garam yang dianjurkan tidak
lebih dari 6 gram atau satu sendok setiap harinya (3).
Untuk mengetahui garam yang digunakan oleh keluarga mengandung
yodium atau tidak secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melihat
ada tidaknya label garam beryodium atau melakukan test yodina. Disebut baik
jika berlabel dan bila ditest dengan yodina berwaran ungu, tidak baik jika tidak
berlabel dan bila ditest dengan yodina warna tidak berubah (6).
2.3.4.5.Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita
Telah lama dikenal persenyawaan dengan aktifitas vitamin A, misalnya
vitamin A1 yang terdapat dalam jaringan mamalia dan ikan laut, vitamin A2 pada
ikan tawar. Vitamin A larut dalam lemak, stabil terhadap suhu yang tinggi dan
tidak dapat diekstraksi oleh air yang dipakai untuk merebus makanan. Akan tetapi
vitamin A dapat dihancurkan oleh pengaruh oksidasi, cara memasak bahan
makanan secara biasa tidak mempengaruhi keadaan vitamin A (29).
Kekurangan vitamin A menyebabkan Xerofthalmia, kekurangan tersebut
tersebar luas dan merupakan penyakit gangguan gizi pada manusia yang sangat
penting. Di Indonesia penyakit tersebut merupakan salah satu diantara 4 masalah
38
gizi utama, prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak dibawah 5 tahun. Sering
kali kebutuhan vitamin A tidak terpenuhi dengan makan sehari-hari. Kebutuhan
ini dapat dipenuhi dengan pemberian vitamin A dosis tinggi 100.000 SI (kapsul
biru) untuk balita umur 6-11 bulan dan vitamin A dosis tinggi 200.000 SI (kapsul
merah) untuk balita umur 12-59 bulan. Pemberian vitamin A dilakukan setiap
bulan Februari dan Agustus dan dapat diperoleh di posyandu maupun di
puskesmas (6).
Untuk mewujudkan perilaku Kadarzi, sejumlah aspek perlu dicermati.
Aspek ini berada di semua tingkatan yang mencakup: tingkat keluarga yaitu
pengetahuan dan keterampilan keluarga, kepercayaan, nilai dan norma yang
berlaku; tingkat masyarakat yang perlu diperhatikan sebagai faktor pendukung
perubahan perilaku keluarga adalah norma yang berkembang di masyarakat dan
dukungan pemangku kepentingan (stakeholders) yang mencakup eksekutif,
legislatif, tokoh agama/masyarakat, LSM, ormas, media massa, sektor swasta
dan donor; 3) tingkat pelayanan kesehatan mencakup pelayanan preventif dan
promotif, dan; 4) tingkat pemerintah mencakup adanya kebijakan pemerintah
yang mendukung dan pelaksanaan kebijakan yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Sebagaimana hasil penelitian Nazaruddin bahwa pemberdayaan
masyarakat berhubungan secara signifikan dengan praktek Kadarzi. Kepedulian
kepala puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat melalui pemantauan secara
langsung ke masyarakat baik pada waktu tugas maupun diluar tugas akan
terjalin hubungan sosial antara kepala puskesmas dengan tokoh-tokoh
39
masyarakat dan tokoh agama serta ibu PKK yang sangat menunjang tenaga
kesehatan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
peningkatan partisipasi masyarakat terutama dalam hal penerapan praktek
Keluarga Sadar Gizi (26).
2.3.5. Kerangka Teori Penelitian
Adapun kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
40
41
2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
2.5 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini yaitu, sebagai berikut:
10. Ada hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi balita.
11. Ada hubungan sikap gizi dengan status gizi balita.
12. Ada hubungan faktor keterampilan dengan status gizi balita.
13. Ada hubungan sosial ekonomi dengan status gizi balita.
14. Ada hubungan dukungan keluarga berhubungan dengan status gizi balita.
Status Gizi
Balita
Perilaku
Kadarzi
Pengetahuan
Sikap
Keterampilan
Dukungan
Keluarga
Pantangan
Makanan
Riwayat
Kecacingan
Penyuluhan
Tenaga
Kesehatan
Sosial Ekonomi
42
15. Ada hubungan pantangan makanan dengan status gizi balita.
16. Ada hubungan riwayat kecacingan dengan status gizi balita.
17. Ada hubungan penyuluhan tenaga kesehatan dengan status gizi balita.
18. Ada faktor yang paling berhubungan dengan status gizi balita.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik
dengan rancangan cross sectional study yang bertujuan untuk menganalisis
perilaku penerapan prinsip sadar gizi yang berhubungan dengan status gizi balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 yang
diamati pada periode waktu yang sama (30).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan
karena masih banyak ditemukan perilaku keluarga sadar gizi di bawah standar
yang berdampak pada status gizi balita.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Januari sampai dengan 27
Februari 2019.
44
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 sebanyak
129 orang ibu. Berikut ini dipaparkan jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin
menurut Kecamatan dalam Kabupaten Bireuen.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan
Dalam Kabupaten Bireuen
Nomor Sub Distrik Gampong/
Gampong
Penduduk (jiwa)/ Populasi Rasio
Jenis
Kelamin Laki-
laki Perempuan
L + P/
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Samalanga 46 15 561 15 642 31 203 99.48
2 Sp Mamplam 41 14 063 14 028 28 091 100.25
3 Pandrah 19 4 248 4 443 8 691 95.61
4 Jeunieb 43 12 509 13 094 25 603 95.53
5 Peulimbang 22 5 635 6 127 11 762 91.97
6 Peudada 52 13 274 14 015 27 289 94.71
7 Juli 36 16 301 16 592 32 893 98.25
8 Jeumpa 42 18 531 18 346 36 877 101.01
9 Kota Juang 23 25 323 25 387 50 710 99.75
10 Kuala 20 8 776 9 537 18 313 92.02
11 Jangka 46 14 047 15 037 29 084 93.42
12 Peusangan 69 25 965 27 954 53 919 92.88
13 Peusangan Selata 21 7 236 7 733 14 969 93.57
14 Psg Siblah
Krueng 21 5 761 6 179 11 940 93.24
15 Makmur 27 7 590 8 154 15 744 93.08
16 Gandapura 40 11 254 12 404 23 658 90.73
17 Kuta Blang 41 11 031 11 850 22 881 93.09
Jumlah/Total 609 217 105 226 522 443 627 95.84
45
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang memiliki balita yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 yaitu
sebanyak 50 ibu yang memiliki balita yang diperoleh dengan menggunakan teknik
purposive sampling, sebagai berikut:
𝑛 =N
1 + N(d)2
n = Besar sampel
N = Jumlah Populasi
d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0,10), 5%
(0,05), atau 1% (0,01).2
𝑛 =129
2,6
n= 49,61
𝑛 =129
1 + 129(0,10)2
46
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian
No Nama Desa Jumlah Balita
1 Balee Daka 2
2 Cot Geulumpang 3
3 Garab 2
4 Jambo Dalam 3
5 Krueng Baro 2
6 Kuta Trieng 2
7 Lancok Bungo 3
8 Matang Kule 3
9 Padang Kasab 2
10 Paloh Pupu 3
11 Pu Uk 2
12 Rampong Payong 2
13 Seuneubok Aceh 2
14 Seuneubok Nalan 3
15 Seuneubok Plimbang 2
16 Seuneubok Punti 2
17 Seuneubok Semumawe 2
18 Teungoh Seuneubok 3
19 Teupian Panah 2
20 Uteun Sikumbong 3
21 Kuede Plimbang 2
Total 50
Adapun sampel dalam penelitian ini menggunakan kriteria inklusi dan
yaitu:
1. Menerapkan Kadarzi
2. Memiliki balita
3. Memiliki KMS
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Jenis Data
Adapun cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan data yaitu :
47
1. Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden langsung
melalui kuesioner yang telah disiapkan.
2. Data sekunder merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh atau
data-data yang telah ada di Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen.
3. Data tertier adalah data riset yang sudah dipublikasikan secara resmi
seperti jurnal dan laporan penelitian (report) yang berhubungan dengan
judul penelitian.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari
Institut Kesehatan Helvetia, selanjutnya surat izin tersebut diberikan kepada
kepala puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen agar diberikan izin untuk
mengumpulkan data. Setelah itu peneliti mendatangi responden untuk
menjelaskan tujuan penelitian dan meminta responden untuk menandatangani
informen consent dengan jumlah responden 50 ibu. Dengan ditandatanganinya
informen consent tersebut maka ibu yang memiliki balita di wilayah kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen telah bersedia menjadi responden
pada penelitian ini.
Selanjutnya peneliti mengumpulkannya kembali dan disimpan sebagai
bukti persetujuan responden pada saat melakukan penelitian. Dalam penelitian ini,
peneliti memberikan lembar kuesioner untuk menganalisis perilaku keluarga sadar
gizi di wilayah Puskesmas Peulimbang tahun 2019.
48
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu akan dilakukan uji coba
untuk mengetahui validitas dan realibilitas alat ukur. Uji coba kuesioner dilakukan
pada 20 orang diluar sampel yaitu wilayah kerja Puskesmas Juli Kabupaten Aceh
Bireuen. Uji Validitas bertujuan untuk mengetahui suatu ukuran atau nilai yang
menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variabel dan item. Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran
antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk
mengetahui kesejajaran adalah tehnik korelasi product moment, dimana r hitung
lebih besar daripada r tabel dengan batas signifikan 5%.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas data berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes
dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Untuk mengetahui taraf kepercayaan pada kuesioner
dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu
metode pengkuran untuk menganalisis reliabilitas kuesioner dari satu kali
pengukuran.
49
Adapun hasil uji reliabilitas pada penelitian ini yaitu :
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Penelitian Nilai Alpha Cronbach
1 Pengetahuan 0,737
2 Sikap 0,840
3 Keterampilan 0,855
4 Sosial Ekonomi 0,840
5 Dukungan Keluarga 0,704
6 Pantangan Makanan 0,866
7 Riwayat Kecacingan 0,856
8 Penyuluhan Tenaga Kesehatan 0,701
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional
3.5.1 Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap,
keterampilan, sosial ekonomi, dukungan keluarga, pantangan makanan, riwayat
kecacingan, penyuluhan kesehatan
3.5.2 Defenisi Operasional
1. Pengetahuan adalah pemahaman ibu tentang pemenuhan gizi pada
balita.
2. Sikap adalah bagaimana sikap keluarga dalam menanggapi
pemilihan dan penyediaan makanan yang bergizi
3. Keterampilan adalah tindakan yang langsung dilakukan oleh
keluarga dalam memilih makanan yang bergizi.
4. Sosial Ekonomi adalah pendapatan yang menentukan kualitas dan
kuantitas hidangan keluarga.
50
5. Dukungan Keluarga adalah pemenuhan kebutuhan makanan dalam
keluarga.
6. Pantangan makanan adalah larangan makan suatu makanan
berdasarkan budaya.
7. Riwayat Kecacingan adalah apakah balita pernah mengalami
penyakit cacingan.
8. Penyuluhan Tenaga Kesehatan adalah apakah ibu pernah menerima
informasi tentang gizi oleh petugas kesehatan.
9. Status Gizi Balita ialah keadaan gizi balita, yaitu:
a. Gizi kurang tingkat ringan (nilai ≥ _BBU z-2.5SD dan <-2.0SD).
b. Gizi kurang tingkat sedang (nilai ≥ _BBU z3.0SD dan <2.5SD).
c. Gizi kurang tingkat buruk ( nilai ≥ _BBU <-3.0SD).
3.6 Metode Pengukuran
Metode pengukuran variabel penelitian adalah sebagai berikut:
51
Tabel 3.4 Metode Pengukuran
Variabel
Independen
Jumlah
Pertanyaan
Cara dan
Alat Ukur
Skala
Pengukuran
Kategori/
Bobot nilai
Skala
Ukur
Pengetahuan 5 Kuisioner
(skor min=1,
skor max=10)
Skor 6-10
Skor 1-5
Baik (1)
Kurang (0)
Ordinal
Sikap 5 Kuisioner
(skor min=2,
skor max=10)
Skor 6-10
Skor 0-5
Positif (1)
Negatif (0)
Ordinal
Keterampila
n
5 Kuisioner
(skor min=1,
skor max=10)
Skor 6-10
Skor 1-5
Baik (1)
Kurang (0)
Ordinal
Sosial
Ekonomi
5 Kuisioner
(skor min=2,
skor max=10)
Skor 6-10
Skor 1-5
Tinggi
>Rp.2.500.00
0 (1) Rendah
<Rp.2.500.00
(0)
Nominal
Dukungan
Keluarga
5 Kuisioner
(skor min=1,
skor max=10)
Skor 6-10
Skor 1-5
Baik (1)
Kurang (0)
Ordinal
Pantangan
Makanan
5 Kuisioner
(skor min=2,
skor max=10)
Skor 6-10
Skor 0-5
Ada (1)
Tidak Ada (0)
Nominal
Riwayat
Kecacingan
5 Kuisioner
(skor min=2,
skor max=10)
Skor 6-10
Skor 0-5
Ada (1)
Tidak Ada (0)
Ordinal
Penyuluhan
Tenaga
Kesehatan
5 Kuisioner
(skor min=1,
skor max=10)
Skor 6-10
Skor 1-5
Baik (1)
Kurang (0)
Ordinal
Variabel
Dependen
Status Gizi
Balita
1
Kuisioner
(skor min=3,
skor max=15)
Skor 1
Skor 0
Baik (1)
Kurang (0)
Ordinal
52
3.7 Metode Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data kembali dengan
memeriksa semua lembar checklist apakah jawaban sudah lengkap dan benar.
Menurut Iman (31), data yang terkumpul diolah dengan cara komputerisasi
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari lembar checklist
2) Checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan pengisian lembar checklist dengan
tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan
hasil yang valid dan realiabel, dan terhindar dari bias.
3) Coding
Pada langkah ini peneliti melakukan pemberian kode pada variable-variabel
yang diteliti, nama responden dirubah menjadi nomor.
4) Entering
Data entry yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih
dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program komputer yang digunakan
peneliti yaitu SPSS.
5) Data Processing
Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai
dengan kebutuhan. Setelah dilakukan pengolahan data seperti yang telah
diuraikan di atas, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data (31).
53
3.8 Analisis Data
Adapun jenis-jenis dalam menganalisis data adalah pada penelitian ini
sebagai berikut (31):
1) Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis untuk menggambarkan distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat, sehingga
diperoleh gambaran variabel penelitian.
2) Analisis Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen.Uji yang digunakan pada analisis bivariat ini
adalah uji chi-square dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%. Uji chi-
Square dapat digunakan untuk melihat hubungan. Dalam uji ini kemaknaan
hubungan dapat diketahui, pada dasarnya uji chi-square digunakan untuk
melihat antara frekuensi yang diamati (observed) dengan frekuensi yang
diharapkan (expected) dengan tingkat kesalahan 5 % .
3) Multivariat
Analisis ini digunakan untuk melihat faktor yang paling berhubungan perilaku
penerapan prinsip sadar gizi pada tatanan rumah tangga dengan status gizi
balita di wilayah kerja puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.
Pada penelitian ini untuk variabel independen terdapat delapan variabel yang
berjenis numeric/kontiniu, sedangkan variabel dependennya berjenis
kategorik. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis multivariat yang tepat
untuk menganalisa data tersebut adalah menggunakan uji regresi logistic (30).
54
P = 1
Y 1-e-- (a+b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 b7x7......)
y = Peluang terjadinya prestasi belajar rendah pada siswa SD
a = kostanta
e = epsilon
b1= ....bn = koefisien regresi logistik
x1 = Pengetahuan
x2= Sikap
x3 = Keterampilan
x4 = Sosial ekonomi
x5 = Dukungan keluarga
x6 = pantangan makanan
x7 = riwayat kecacingan
x8 = penyuluhan tenaga kesehatan
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Tempat Penelitian
4.1.1 Data Geografi
Puskesmas Peulimbang merupakan bagian dari Dinas Kesehatan Kota
Bireuen yang berdiri pada tanggal 23 Nopember 1986. Puskesmas Peulimbang
memiliki luas wilayah sekitar 212,08 km. Puskesmas Peulimbang menaungi 17
desa dengan jumlah penduduk sebanyak 29.983.
Adapun visi dan misi Puskesmas Peulimbang yaitu mengadakan
penyelenggaraan kesehatan, Puskesmas Peulimbang selalu mendahulukan
kepentingan masyarakat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat dalam
memberikan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang tanpa
membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi. Program
kesehatan di Puskesmas Juli selalu diupayakan agar sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan masyarakat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan, situasi
kondisi, serta sosial budaya dan kondisi geografis di Wilayah Kerja Puskesmas
Peulimbang
Batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang adalah:
Sebelah utara : Berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya
Sebelah Timur : Berabatasan dengan Kabupaten Aceh Utara
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah.
56
4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner
Untuk mengetahui suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat
kehandalan atau kesahihan kuesioner pada penelitian ini, maka peneliti mengukur
korelasi antara variabel dan item. Adapun hasil uji validitas penelitian ini adalah
sebagai berikut:
4.2.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan
Adapun hasil uji validitas untuk mengukur variabel pengetahuan, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan
No Variabel r tabel r hitung Keterangan
1 Pertanyaan 1 0,444 0,888 Valid
2 Pertanyaan 2 0,444 0,830 Valid
3 Pertanyaan 3 0,444 0,744 Valid
4 Pertanyaan 4 0,444 0,830 Valid
5 Pertanyaan 5 0,444 0,601 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel
pengetahuan dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dibandingkan r
tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.
4.2.2 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap
Adapun hasil uji validitas untuk mengukur variabel sikap, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
57
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap
No Variabel r table r hitung Keterangan
1 Pertanyaan 1 0,444 0,888 Valid
2 Pertanyaan 2 0,444 0,830 Valid
3 Pertanyaan 3 0,444 0,744 Valid
4 Pertanyaan 4 0,444 0,830 Valid
5 Pertanyaan 5 0,444 0,601 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel sikap
dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar dibandingkan r tabel
atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.
4.2.3 Hasil Uji Validitas Variabel Keterampilan
Adapun hasil uji validitas untuk mengukur variabel keterampilan, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Keterampilan
No Variabel r tabel r hitung Keterangan
1 Pertanyaan 1 0,444 0,781 Valid
2 Pertanyaan 2 0,444 0,793 Valid
3 Pertanyaan 3 0,444 0,690 Valid
4 Pertanyaan 4 0,444 0,721 Valid
5 Pertanyaan 5 0,444 0,501 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel
keterampilan dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar
dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.
4.2.4 Hasil Uji Validitas Variabel Sosial Ekonomi
Adapun hasil uji validitas untuk mengukur pertanyaan variabel sosial
ekonomi, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
58
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Sosial Ekonomi
No Variabel r tabel r hitung Keterangan
1 Pertanyaan 1 0,444 0,914 Valid
2 Pertanyaan 2 0,444 0,844 Valid
3 Pertanyaan 2 0,444 0,855 Valid
4 Pertanyaan 3 0,444 0,782 Valid
5 Pertanyaan 4 0,444 0,855 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel sosial
ekonomi dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar
dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.
4.2.5 Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga
Adapun hasil uji validitas untuk mengukur pertanyaan variabel dukungan
keluarga, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga
No Variabel r tabel r hitung Keterangan
1 Pertanyaan 1 0,444 0,906 Valid
2 Pertanyaan 2 0,444 0,855 Valid
3 Pertanyaan 3 0,444 0,782 Valid
4 Pertanyaan 4 0,444 0,855 Valid
5 Pertanyaan 5 0,444 0,553 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel
dukungan keluarga dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar
dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.
4.2.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pantangan Makanan
Adapun hasil uji validitas untuk mengukur pertanyaan variabel pantangan
makanan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
59
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pantangan Makanan
No Variabel r tabel r hitung Keterangan
1 Pertanyaan 1 0,444 0,888 Valid
2 Pertanyaan 2 0,444 0,830 Valid
3 Pertanyaan 3 0,444 0,789 Valid
4 Pertanyaan 4 0,444 0,830 Valid
5 Pertanyaan 5 0,444 0,683 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel
pantangan makanan dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar
dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.
4.2.7 Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Riwayat Kecacingan
Adapun hasil uji validitas untuk mengukur pertanyaan variabel riwayat
kecacingan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Riwayat Kecacingan
No Variabel r tabel r hitung Keterangan
1 Pertanyaan 1 0,444 0,781 Valid
2 Pertanyaan 2 0,444 0,793 Valid
3 Pertanyaan 3 0,444 0,690 Valid
4 Pertanyaan 4 0,444 0,721 Valid
5 Pertanyaan 5 0,444 0,501 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel riwayat
kecacingan dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung lebih besar
dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.
60
4.2.8 Hasil Uji Validitas Variabel Penyuluhan Tenaga Kesehatan
Adapun hasil uji validitas untuk mengukur pertanyaan variabel
penyuluhan tenaga kesehatan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Penyuluhan Tenaga Kesehatan
No Variabel r tabel r hitung Keterangan
1 Pertanyaan 1 0,444 0,906 Valid
2 Pertanyaan 2 0,444 0,855 Valid
3 Pertanyaan 3 0,444 0,782 Valid
4 Pertanyaan 4 0,444 0,855 Valid
5 Pertanyaan 5 0,444 0,553 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel
penyuluhan tenaga kesehatan dinyatakan valid karena mempunyai nilai r hitung
lebih besar dibandingkan r tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Data Univariat
Pada penelitian ini, analisis data univariat dilakukan untuk
mendistribusikan karakteristik responden yang berhubungan dengan perilaku
keluarga sadar gizi pada tatanan rumah tangga terhadap status gizi balita di
wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019. Distribusi
frekuensi responden dalam penelitian ini meliputi : Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Pengetahuan, Sikap, Keterampilan, Sosial Ekonomi, Dukungan Keluarga,
Pantangan Makanan, Riwayat Kecacingan dan Penyuluhan Tenaga Kesehatan.
Distribusi frekuensi responden tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
61
4.3.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur,
Pendidikan dan Pekerjaan
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, pendidikan, dan
pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan,
dan Pekerjaan
No Umur n %
1 17-25 Tahun 8 16,00
2 26-35 Tahun 19 38,00
3 36-45 Tahun 23 46,00
Total 50 100
No Pendidikan n %
1 SD 2 4,00
2 SMP 11 22,00
3 SMA 25 50,00
4 PT 12 24,00
Total 50 100
No Pekerjaan n %
1 IRT 13 26,00
2 Petani 9 18,00
3 Wiraswasta 15 30,00
4 PNS 13 26,00
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian
besar responden berumur 36-45 tahun yaitu sebanyak 23 (46,00 %) responden.
Sedangkan responden lainnya berumur 17-25 tahun yaitu sebanyak 8 (16,00%)
responden dan berumur 26-36 tahun sebanyak 19 (38,00%) responden.
Untuk distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan diketahui bahwa
sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 25 (50,00%)
responden Sedangkan responden lainnya berpendidikan hingga Perguruan Tinggi
ada sebanyak 12 (24,00%) responden, berpendidikan SMP ada sebanyak 11
62
(22,00%) responden dan berpendidikan SD ada sebanyak 2 (4,00%) responden.
Sementara untuk distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan, diketahui
bahwa dari 50 responden, sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta
yaitu sebanyak 13 (26,00%) responden. Sedangkan responden lainnya bekerja
sebagai Petani yaitu sebanyak 9 (18,00%) responden, PNS ada sebanyak 13
(26,00%) responden dan hanya sebagai ibu rumah tangga ada sebanyak 13
(26,00%) responden.
4.3.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
No Pengetahuan n %
1 Baik 10 20,00
2 Kurang 40 80,00
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian
besar responden memiliki pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 40 (80,00%)
responden. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang baik hanya
ada sebanyak 10 (20,00%) responden.
4.3.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan sikap
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
63
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap
No Sikap n %
1 Positif 18 36,00
2 Negatif 32 64,00
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian
besar responden bersikap negatif yaitu sebanyak 32 (64,00%) responden.
Sedangkan responden yang memiliki sikap positif hanya ada sebanyak 18
(36,00%) responden.
4.3.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keterampilan
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan keterampilan gizi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keterampilan
No Keterampilan n %
1 Baik 21 42,00
2 Kurang 29 58,00
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian
besar responden memiliki keterampilan gizi kurang yaitu sebanyak 29 (58,00 %)
responden. Sedangkan responden yang memiliki keterampilan baik hanya ada
sebanyak 21 (42,00%) responden.
4.3.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan sosial ekonomi dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
64
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi
No Sosial Ekonomi n %
1 Tinggi >Rp.2.500.000 21 42,00
2 Rendah <Rp.2.500.00 29 58,00
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian
besar responden memiliki penghasilan dibawah Rendah <Rp.2.500.00 yaitu
sebanyak 29 (58,00%) responden. Sedangkan responden yang berpenghasilan
Tinggi >Rp.2.500.000 ada sebanyak 21 (42,00%) responden.
4.3.1.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan
Keluarga
No Dukungan Keluarga n %
1 Baik 19 38,00
2 Kurang 31 62,00
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian
besar responden memiliki dukungan keluarga kurang yaitu sebanyak 31 (62,00%)
responden. Sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik
hanya ada sebanyak 19 (38,00%) responden.
4.3.1.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pantangan Makanan
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan pantanagan makanan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
65
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pantangan
Makanan
No Pantangan Makanan n %
1 Ada 15 30,00
2 Tidak Ada 35 70,00
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian
besar responden memiliki pantangan makanan yaitu sebanyak 35 (70,00%)
responden. Sedangkan responden yang memiliki pantangan makanan ada
sebanyak 15 (30,00%) responden.
4.3.1.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Kecacingan
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat kecacingan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Kecacingan
No Riwayat Kecacingan n %
1 Ada 31 62,00
2 Tidak Ada 19 38,00
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian
besar responden tidak memiliki ada yaitu sebanyak 31 (62,00%) responden.
Sedangkan responden yang tidak memiliki riwayat kecacingan ada sebanyak 19
(62,00%) responden.
4.3.1.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyuluhan Tenaga\
Kesehatan
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan penyuluhan tenaga
kesehatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
66
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyuluhan
Tenaga Kesehatan
No Penyuluhan Tenaga
kesehatan
n %
1 Baik 13 26,00
3 Kurang 37 74,00
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden, sebagian
besar responden tidak mendapatkan penyuluhan tenaga kaesehatan yang kurang
yaitu sebanyak 37 (74,00%) responden. Sedangkan responden yang mendapatkan
penyuluhan yang baik dari petugas kesehatan hanya ada sebanyak 13 (26,00%)
responden.
4.3.1.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi
No Status Gizi n %
1 Baik 19 38,00
3 Kurang 31 62,00
Total 50 100
4.3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Responden
4.3.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pengetahuan
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban pengetahuan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
67
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Pengetahuan
No Pengetahuan Setuju
Tidak
Setuju
Total
n % n % n %
1 Ibu harus membiasakan Balita
mengkonsumsi makanan yang
bergizi
15 30,0 35 70,0 50 100%
2 Ibu harus memberikan ASI
selama 6 bulan.
17 34,0 33 66,0 50 100%
3 Balita harus mendapatkan
suplemen disamping makanan
utamanya.
10 20,0 40 80,0 50 100%
4 Dalam keluarga harus
menggunakan garam yodium
sesuai takaran karena
merupakan salah satu indikator
untuk mencapai gizi yang baik.
21 42,0 29 58,0 50 100%
5 Menyediakan makanan
tambahan yang bergizi pada
balita.
9 18,0 41 82,0 50 100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 orang ibu yang menjadi
responden dalam penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten
Bireuen tahun 2019, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang
kurang. Pengetahuan yang kurang tersebut diketahui berdasarkan jawaban
responden yang menyatakan bahwa responden tidak setuju dengan membiasakan
balita mengkonsumsi makanan yang bergizi. Adapun responden yang tidak setuju
tersebut ada sebanyak 35 (70,0%) responden. Sedangkan ibu yang setuju ada
sebanyak 15 (30,0%) responden.
Untuk pertanyaan kedua, sebagian besar responden memiliki pengetahuan
yang kurang dengan tidak membenarkan ibu harus memberikan ASI selama 6
bulan yaitu sebanyak 33 (66,0%) responden. Untuk pertanyaan ketiga, sebagian
besar responden memiliki pengetahuan yang kurang dengan mengatakan bahwa
68
balita tidak harus mendapatkan suplemen disamping makanan utamanya. Adapun
ibu yang menyatakan demikian ada sebanyak 40 (80,0%) responden.
Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden memiliki pengetahuan
yang kurang dengan mengatakan bahwa dalam keluarga tidak harus menggunakan
garam yodium sesuai takaran karena merupakan salah satu indikator untuk
mencapai gizi yang baik yaitu sebanyak 29 (58,0%) responden. Untuk pertanyaan
kelima, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang dengan
mengatakan bahwa tidak perlu menyediakan makanan tambahan yang bergizi
pada balita, yaitu sebanyak 41 (82,0%) responden.
4.3.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban sikap
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Sikap
No Sikap Ya
Tidak Total
n % n % n %
1 Ibu selalu memilih bahan
makanan yang segar untuk diolah
dan dikonsumsi balita
8 16,0 42 84,0 50 100%
2 Menerapkan konsep lima sehat empat sempurna dalam agar ASI
yang dihasilkan sehat dan bergizi.
17 34,0 33 66,0 50 100%
3 Tidak memberikan susu/ makanan yang basi kepada balita.
22 44,0 28 56,0 50 100%
4 Selau menyediakan makanan yang
(apabila dalam setiap kali makan hidangan terdiri dari makanan
pokok + lauk pauk, sayur, buah
atau makanan pokok + lauk pauk
+sayur).
24 48,0 26 52,0 50 100%
5 Selalu membuat stok makanan
yang bergizi bagi Balita.
20 40,0 30 60,0 50 100%
69
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 orang ibu yang
menjadi responden di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
tahun 2019, sebagian besar responden bersikap negatif dimana ibu tidak memilih
bahan makanan yang segar untuk diolah dan dikonsumsi balita yaitu sebanyak 42
(84,00%) responden. Untuk pertanyaan kedua, sebagian besar responden bersikap
negatif dimana ibu tidak menerapkan konsep lima sehat empat sempurna dalam
agar ASI yang dihasilkan sehat dan bergizi, sebanyak 33 (66,0%) responden.
Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden bersikap negatif
dimana ibu tidak memberikan susu/makanan yang basi kepada balita 28 (56,0%)
ibu. Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden bersikap negatif
dimana ibu tidak selau menyediakan makanan yang (apabila dalam setiap kali
makan hidangan terdiri dari makanan pokok + lauk pauk, sayur, buah atau
makanan pokok + lauk pauk +sayur) yaitu sebanyak 26 (52,0%) responden. Untuk
pertanyaan kelima, sebagian besar responden bersikap negatif dimana ibu tidak
selalu membuat stok makanan yang bergizi bagi balita yaitu sebanyak 30 (60,0%)
responden.
4.3.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Keterampilan
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban keterampilan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
70
Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Keterampilan
No Keterampilan Ya
Tidak Total
n % n % n %
1 Mengolah makanan yang
bervariasi setiap hari
21 42,0 29 58,0 50 100%
2 Membuat menu yang
berbeda dalam satu hari
11 22,0 39 78,0 50 100%
3 Membuat makanan
semenarik mungkin
10 20,0 40 80,0 50 100%
4 Mewarnai makanan dengan
pewarna alami, misalnya
wortel, buah naga dengan
tujuan agar balita tertarik
untuk mengonsumsinya
15 30,0 35 70,0 50 100%
5 Menyajikan Makanan dalam
bentuk yang unik dan
menarik
17 34,0 33 66,0 50 100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019, sebagian besar
responden memiliki keterampilan gizi kurang dimana responden tidak mengolah
makanan yang bervariasi setiap hari yaitu sebanyak 29 (58,0 %) responden. Untuk
pertanyaan kedua, sebagian besar responden memiliki keterampilan gizi kurang
dimana responden tidak membuat menu yang berbeda dalam satu hari yaitu
sebanyak 39 (78,0%) responden.
Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden memiliki keterampilan
gizi kurang dimana responden tidak membuat makanan semenarik mungkin,
sebanyak 40 (80%) responden. Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar
responden memiliki keterampilan gizi kurang dimana responden tidak mewarnai
makanan dengan pewarna alami, misalnya wortel, buah naga dengan tujuan agar
71
balita tertarik untuk mengonsumsinya yaitu sebanyak 35 (70,0%) responden.
Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden memiliki keterampilan gizi
kurang dimana responden tidak menyajikan makanan dalam bentuk yang unik dan
menarik, sebanyak 33 (66,0%) responden.
4.3.2.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Sosial
Ekonomi
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban sosial
ekonomi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Sosial
Ekonomi
No Sosial Ekonomi Ya
Tidak Total
n % n % n %
1 Penghasilan keluarga kurang
atau sama dengan UMR
21 42,0 29 58,0 50 10
0%
2 Kebutuhan pokok keluarga
selalu terpenuhi
23 46,0 27 54,0 50 10
0%
3 Keluarga mampu membeli
baahan makanaan yang
mahal
22 44,0 28 56,0 50 10
0%
4 Setiap hari menu makanan
berganti
19 38,0 31 62,0 50 10
0%
5 Keluarga mampu membiayai
balita ketika sakit
24 48,0 26 52,0 50 10
0%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 ibu yang menjadi
responden di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun
2019, sebagian besar responden memiliki penghasilan rendah di bawah yaitu
<Rp.2.500.00 sedangkan responden yang memiliki penghasilan setara atau sama
dengan UMR ada sebanyak 29 (58,0%) responden. Untuk pertanyaan kedua,
sebagian besar responden memiliki penghasilan rendah dibawah UMR
72
<Rp.2.500.000, dimana kebutuhan pokok keluarga tidak terpenuhi yaitu sebanyak
27 (54,0%) responden.
Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden memiliki penghasilan
rendah dibawah UMR <Rp.2.500.000, dimana keluarga tidak mampu membeli
bahan makanaan yang mahal yaitu sebanyak 28 (56,0%) responden. Untuk
pertanyaan keempat, sebagian besar responden memiliki penghasilan di bawah
<Rp.2.500.000, dimana setiap hari menu makanan tidak berganti yaitu sebanyak
31 (62,0%) responden. Untuk pertanyaan kelima, sebagian besar responden
memiliki penghasilan di bawah <Rp.2.500.000, dimana keluarga tidak mampu
membiayai balita ketika sakit yaitu sebanyak 26 (52,0%) responden.
4.3.2.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan
Keluarga
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Dukungan
Keluarga
No Dukungan Keluarga Ya
Tidak Total
n % n % n %
1 Mengutamakan kebutuhan balita
daripada yang lainnya
23 46,0 27 56,0 50 100%
2 Berusaha mencari sumber informasi yang mendukung
proses tumbuh kembang balita?
19 38,0 31 62,0 50 100%
3 Menciptakan suasana yang
harmonis karena bisa berdampak
pada psikologi balita?
21 42,0 29 58,0 50 100%
4 Memperhatikan kesehatan ibu
karena ibu factor utama penentu
kesehatan balita?
20 40,0 30 60,0 50 100%
5 Mengingatkan iibu tentang jadwal
kunjungan ke posyandu ?
22 44,0 28 56,0 50 100%
73
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019, sebagian besar
responden memiliki dukungan keluarga kurang yaitu tidak mengutamakan
kebutuhan balita daripada yang lainnya yaitu sebanyak 27 (56,0%) responden.
Untuk pertanyaan kedua, sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga
kurang yaitu keluarga tidak berusaha mencari sumber informasi yang mendukung
proses tumbuh kembang balita yaitu sebanyak 31 (62,0%) responden.
Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden memiliki dukungan
keluarga kurang yaitu keluarga tidak menciptakan suasana yang harmonis karena
bisa berdampak pada psikologi balita yaitu sebanyak 29 (58,0%) responden.
Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden memiliki dukungan
keluarga kurang yaitu keluarga tidak memperhatikan kesehatan ibu karena ibu
faktor utama penentu kesehatan balita yaitu sebanyak 30 (60,0%) responden.
Untuk pertanyaan kelima, sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga
kurang yaitu tidak mengingatkan ibu tentang jadwal kunjungan ke posyandu yaitu
sebanyak 28 (56,0%) responden.
4.3.2.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pantangan
Makanan
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban pantanagan
makanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
74
Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Pantangan Makanan
No Pantangan Makanan Ya
Tidak Total
n % n % n %
1 Apakah anda memiliki
pantangan makanan ?
18 36,0 32 64,0 50 100%
2 Apakah anda memakan
makanan yang telah dilarang
?
20 40,0 30 60,0 50 100%
3 Apakah makanan pantangan
tersebut adalah makanan
yang mengandung gizi?
28 56,0 22 44,0 50 100%
4 Apakah makanan pantangan
tersebut bukan berupa
makanan yang mengandung
gizi?
19 38,0 31 62,0 50 100%
5 Apakah makanan pantangan
tersebut sering anda
konsumsi?
21 42,0 29 56,0 50 100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 ibu yang menajdi
responden di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun
2019, sebagian besar responden memiliki pantangan makanan yaitu sebanyak 18
(36,0%) responden. Untuk pertanyaan kedua, sebagian besar responden memiliki
pantangan makanan dengan mengatakan bahwa responden tersebut sering
memakan makanan yang telah dilarang yaitu sebanyak 30 (60,0%) responden.
Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden memiliki pantangan
makanan dengan menyatakan makanan pantangan tersebut adalah makanan yang
mengandung gizi yaitu sebanyak 22 (44,0%) responden. Untuk pertanyaan
keempat, sebagian besar responden memiliki pantangan makanan dengan
mengatakan bahwa makanan pantangan tersebut bukan berupa makanan yang
75
mengandung gizi yaitu sebanyak 31 (62,0%) responden. Untuk pertanyaan
kelima, sebagian besar responden memiliki pantangan makanan yaitu dengan
mengatakan bahwa makanan pantangan tersebut sering anda konsumsi yaitu
sebanyak sebanyak 29 (56,0%) responden.
4.3.2.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Riwayat
Kecacingan
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban riwayat
kecacingan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Riwayat Kecacingan
No Riwayat Kecacingan Ya
Tidak Total
n % n % n %
1 Apakah balita anda
cacingan?
21 42,0 29 58,0 50 100%
2 Apakah anda mengetahui
bahwa anak anda menderita
cacingan?
18 36,0 32 64,0 50 100%
3 Apakah cacingan
membahayakan kesehatan
balita anda?
20 40,0 30 60,0 50 100%
4 Apakah anda berusaha
mengobati anak anda dari
kecacingan?
22 44,0 28 56,0 50 100%
5 Apakah anak anda selera
makan?
20 40,0 30 60,0 50 100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 ibu yang menjadi
responden di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun
2019, sebagian besar responden memiliki riwayat kecacingan yaitu sebanyak 29
(58,0%) responden. Untuk pertanyaan kedua, sebagian besar responden memiliki
76
riwayat kecacingan yaitu tidak mengetahui bahwa anak menderita kecacingan yaitu
sebanyak 32 (64,0%) responden.
Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden memiliki riwayat
kecacingan dengan mengatakan bahwa kecacingan tidak membahayakan kesehatan
balita anda tidak mengetahui bahwa anak anda menderita cacingan sebanyak 30
(60,0%) responden. Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden memiliki
riwayat kecacingan yaitu tidak berusaha mengobati anak anda dari kecacingan
sebanyak 28 (56,0%) responden. Untuk pertanyaan kelima, sebagian besar
responden memiliki riwayat kecacingan yaitu tidak mengetahui bahwa anak selera
tidak makan sebanyak 30 (60,0%) responden.
4.3.2.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Penyuluhan
Tenaga Kesehatan
Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban penyuluhan
tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
77
Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban
Penyuluhan Tenaga Kesehatan
No Penyuluhan Tenaga
Kesehatan
Ya
Tidak Total
n % n % n %
1 Apakah pernah dilakukan
penyuluhan tentang gizi ?
20 40,0 30 60,0 50 100%
2 Apakah anda pernah
mengikuti penyuluhan
tentang gizi ?
19 38,0 31 62,0 50 100%
3 Apakah anda mendapatkan
informasi melalui
penyuluhan tentang gizi ?
21 42,0 29 58,0 50 100%
4 Cukupkah informasi yang
disampaikan oleh petugas
kesehatan ?
18 36,0 32 64,0 50 100%
5 Apakah penyuluhan yang
dilakukan oleh petugas
kesehatan cukup membuat
anda mengerti bagaimana
status gizi balita yang
seharusnya?
22 44,0 28 56,0 50 100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 50 ibu yang menjadi
responden di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun
2019, sebagian besar responden tidak mendapatkan penyuluhan tenaga
kaesehatan dengaan mengatakan bahwa tidak pernah dilakukan penyuluhan
tentang gizi yaitu sebanyak 30 (60,0%) responden. Untuk pertanyaan kedua,
sebagian besar responden tidak mendapatkan penyuluhan tenaga kaesehatan
dengaan mengatakan bahwa tidak pernah mengikuti penyuluhan tentang gizi yaitu
sebanyak 31 (62,0%) responden.
Untuk pertanyaan ketiga, sebagian besar responden tidak mendapatkan
penyuluhan tenaga kaesehatan dengaan mengatakan bahwa tidak mendapatkan
informasi melalui penyuluhan tentang gizi yaitu sebanyak 29 (58,0%) responden.
78
Untuk pertanyaan keempat, sebagian besar responden tidak mendapatkan
penyuluhan tenaga kaesehatan dengaan mengatakan bahwa tidak cukupkah
informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan yaitu sebanyak 32 (64,0%)
responden. Untuk pertanyaan kelima, sebagian besar responden tidak
mendapatkan penyuluhan tenaga kaesehatan dengaan mengatakan bahwa
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan tidak cukup membuat
mengerti bagaimana status gizi balita yang seharusnya yaitu sebanyak 28 (56,0%)
responden.
4.3.3 Analisis Data Bivariat
4.3.3.1 Hubungan Pengetahuan Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga
dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan sadar gizi pada tatanan rumah
tangga dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen tahun 2019, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.27 Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Pengetahua
n
Status gizi p value
Baik Kurang Total
n % n % n %
0,020
Baik 7 14,0
0
3 6,00 10 100
Kurang 12 24,0
0
28 56,00 40 100
Total 19 38,0
0
31 62,00 50 100
79
Berdasarkan tabel 4.27, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,
sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 40
responden. Dari 40 responden tersebut, ada sebanyak 12 (24,00%) respoden yang
memiliki pengetahuan kurang dengan status gizi balita baik, sedangkan 28
(56,00%) responden memiliki pengetahuan kurang dengan status gizi balita
kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy
yaitu 0,020 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen tahun 2019.
4.3.3.2 Hubungan Sikap Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga dengan
Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Untuk mengetahui hubungan sikap sadar gizi pada tatanan rumah tangga
terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten
Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.28 Hubungan Sikap Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.28, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,
sebagian besar responden memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 32 responden.
Dari 32 responden tersebut, ada sebanyak 8 (16,00%) respoden yang memiliki
Sikap
Status gizi p value
Baik Kurang Total
n % n % n %
0,012 Positif 11 22,00 7 14,00 18 100
Negatif 8 16,00 24 48,00 32 100
Total 19 38,00 31 62,00 50 100
80
sikap negatif dengan status gizi balita baik, sedangkan 24 (48,00%) responden
memiliki pengetahuan kurang dengan status gizi balita kurang. Berdasarkan hasil
perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,012 < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan status gizi
balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019
4.3.3.3 Hubungan Keterampilan Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga dengan
Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Untuk mengetahui hubungan keterampilan gizi dengan Sadar Gizi Pada
Tatanan Rumah Tangga Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.29 Hubungan Keterampilan Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga
dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan tabel 4.29, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,
sebagian besar responden memiliki keterampilan kurang yaitu sebanyak 29
responden. Dari 36 responden tersebut, ada sebanyak 5 (10,00%) respoden yang
memiliki keterampilan kurang dengan status gizi balita baik, sedangkan 24
Keterampil
an
Status gizi p value
Baik Kurang Total
n % n % n %
0,000
Baik 14 28,0
0
7 14,00 18 100
Kurang 5 10,0
0
24 48,00 29 100
Total 19 38,0
0
31 62,00 50 100
81
(48,00%) responden memiliki keterampilan kurang dengan status gizi balita
kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy
yaitu 0,000 < 0,05, Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
keterampilan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen tahun 2019.
4.3.3.4 Hubungan Ekonomi Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah Tangga dengan
Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi sadar gizi pada tatanan rumah
tangga terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.30 Hubungan Sosial Ekonomi Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.30, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,
sebagian besar responden memiliki sosial ekonomi rendah < Rp. 2.500.000 yaitu
sebanyak 29 responden. Dari 29 responden tersebut, ada sebanyak 4 (8,00%)
respoden yang memiliki sosial ekonomi rendah < Rp. 2.500.000 dengan status gizi
balita baik, sedangkan 25 (50,00%) responden memiliki sosial ekonomi rendah <
Sosial
Ekonomi
Status gizi p value
Baik Kurang Total
n % n % n %
0,000
Tinggi
>Rp.2.500.00
0
15 30,00 6 12,00 21 100
Rendah
<Rp.2.500.00
0
4 8,00 25 50,00 29 100
Total 19 38,00 31 62,00 50 100
82
Rp. 2.500.000 dengan status gizi balita kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji
statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan status gizi balita di wilayah
kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.
4.3.3.5 Hubungan Dukungan Keluarga Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah
Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga sadar gizi pada tatanan
rumah tangga dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.31 Hubungan Dukungan Keluarga Sadar Gizi Pada Tatanan
Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.31, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,
sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga yang kurang yaitu
sebanyak 31 responden. Dari 31 responden tersebut, ada sebanyak 9 (18,00%)
respoden yang memiliki dukungan keluarga kurang dengan status gizi balita baik,
sedangkan 22 (44,00%) responden memiliki dukungan keluarga rendah dengan
status gizi balita kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh
Dukungan
Keluarga
Status gizi p value
Baik Kurang Total
n % n % n %
0,005 Baik 10 20,00 9 38,00 19 100
Kurang 9 18,00 22 44,00 31 100
Total 19 38,00 31 62,00 50 100
83
nilai p significancy yaitu 0,005 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.
4.3.3.6 Hubungan Riwayat Cacingan Sadar Gizi Pada Tatanan Rumah
Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Untuk mengetahui hubungan riwayat cacingan sadar gizi pada tatanan
rumah tangga dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.32 Hubungan Riwayat Cacingan dengan status gizi balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.32, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,
sebagian besar responden memiliki riwayat kecacingan yaitu sebanyak 37
responden. Dari 37 responden tersebut, ada sebanyak 9 (18,00%) respoden yang
memiliki riwayat kecacingan dengan status gizi balita baik, sedangkan 28
(56,00%) responden memiliki riwayat kecacingan dengan status gizi balita
kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy
yaitu 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
riwayat kecacingan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.
Riwayat
Cacingan
Status gizi p value
Baik Kurang Total
n % n % n %
0,001 Tidak Ada 10 20,00 3 6,00 13 100
Ada 9 18,00 28 56,00 37 100
Total 19 38,00 31 62,00 50 100
84
4.3.3.7 Hubungan Pantangan Makanan Pada Tatanan Rumah Tangga
dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Untuk mengetahui hubungan pantangan makanan dengan sadar gizi pada
tatanan rumah tangga terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.33 Hubungan Pantangan Makanan dengan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.33, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,
sebagian besar responden memiliki pantangan makanan rendah yaitu sebanyak 35
responden. Dari 35 responden tersebut, ada sebanyak 6 (12,00%) respoden yang
memiliki pantangan makanan dengan status gizi balita baik, sedangkan 29
(58,00%) responden memiliki pantangan makanan dengan status gizi balita
kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy
yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pantangan makanan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.
Pantangan
Makanan
Status gizi p value
Baik Kurang Total
n % n % n %
0,000 Tidak Ada 13 26,00 2 4,00 15 100
Ada 6 12,00 29 58,00 35 100
Total 19 38,00 31 62,00 50 100
85
4.3.3.8 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan Sadar Gizi Pada Tatanan
Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Untuk mengetahui hubungan penyuluhan tenaga kesehatan sadar gizi pada
tatanan rumah tangga dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.34 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan pada tatanan Rumah
Tangga dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan tabel 4.34, diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,
sebagian besar responden memiliki informasi penyuluhan tenaga kesehatan yaitu
sebanyak 37 responden. Dari 37 responden tersebut, ada sebanyak 8 (16,00%)
respoden yang memiliki informasi penyuluhan tenaga kesehatan dengan status
gizi balita baik, sedangkan 29 (58,00%) responden memiliki penyuluhan tenaga
kesehatan dengan status gizi balita kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji
statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyuluhan petugas kesehatan dengan
status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen
tahun 2019.
Penyuluhan
Tenaga
Kesehatan
Status gizi p value
Baik Kurang Total
n % n % n %
0,000 Baik 11 22,00 2 4,00 13 100
Kurang 8 16,00 29 58,00 37 100
Total 19 38,00 31 62,00 50 100
86
4.3.4 Analisis Multivariat
Analisis multavariat menyeleksi variabel yang p value < 0,05 pada uji
bivariat (chi-square) dimasukkan secara bersamaan dalam uji multivariat.
Kemudian setelah tahap pertama selesai maka variabel yang nilai p value < 0,25
akan dimasukkan dalam uji multivariat yang bertujuan untuk mengetahui variabel
mana yang paling berhubungan dengan sadar gizi pada tatanan rumah tangga
terhadap status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten
Bireuen Tahun 2019.
Tabel 4.35 Seleksi Variabel yang Menjadi Kandidat Model dalam Uji Regresi
Logistik Berdasarkan Analisis Bivariat
No Variabel p value Seleksi
1 Pengetahuan 0,002 Kandidat
2 Sikap 0,012 Kandidat
3 Keterampilan 0,000 Kandidat
4 Sosial Ekonomi 0,000 Kandidat
5 Dukungan keluarga 0,005 Kandidat
6 Riwayat Kecacingan 0,001 Kandidat
7 Pantangan Makanan 0,000 Kandidat
8 Penyuluhan tenaga Kesehatan 0,000 Kandidat
Berdasarkan 4.35 diatas dapat diketahui bahwa semua variabel yakni 8
(delapan) variabel berhak menjadi kandidat model dalam uji regresi logistik
dimana p value < 0,25. Kemudian delapan variabel tersebut dianalisis dengan
menggunakan uji regresi logistik. Adapun hasil analisis regresi logistik dapat
dilihat pada tabel berikut:
87
Tabel 4.36 Hasil Tahapan Pertama Analisis Regresi Logistik
No Variabel B P vlue Exp(B)OR 95%CI for
Exp(B)
1 Pengetahuan -0,681 0,031 0,506 0,022-11,697
2 Sikap
-
17,272 0,999 0,000 0,000-0
3 Keterampilan 17,153 0,999 28161776,52 0,000-0
4 Sosial Ekonomi 2,738 0,006 15,449 0,344-694,726
5 Dukungan
keluarga -3,208 0,082 0,040 0,001-1,502
6 Riwayat
Cacingan 3,912 0,050 50,016 1,001-2499,373
7 Pantangan
Makanan 4,609 0,035 100,408 1,377-7321,706
8 Penyuluhan
Tenaga
Kesehatan
-0,686 0,733 0,503 0,010-25,850
Berdasarkan tabel 4.36 di atas dapat dilihat bahwa analisis regresi logistik
dari variabel bivariat yang dimasukkan ke dalam analisis regresi logistic, hanya
ada 3 (tiga) variabel yang memiliki nilai p value < 0,25 yaitu variabel
pengetahuan, variabel sosial ekonomi, dan variabel pantangan makanan.
Selanjutnya ketiga variabel tersebut dianalisis kembali untuk melihat variabel
mana yang lebih dominan berpengaruh terhadap status gizi balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019. Adapun hasil
analisis tahap terakhir regresi logistik untuk melihat variabel yang paling
berpengaruh dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.37 Hasil Tahapan Akhir Analisis Regresi Logistik
No Variabel B P vlue Exp(B)OR 95%CI for Exp(B)
1 Pengetahuan 0,022 0,984 1,023 0,116-8,979
2 Sosial
Ekonomi
2,544 0,005 12,731 2,119-76,498
3 Pantangan
Makanan
3,247 0,003 25,711 2,980-221-865
88
Berdasarkan tabel 4.37 di atas dapat dilihat bahwa analisis regresi logistik
menghasilkan 2 (dua) variabel yang mempunyai hubungan dengan status gizi
balita di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
dengan p value < 0,05. Adapun variabel yang paling berhubungan dengan status
gizi balita adalah variabel pantangan makanan dengan signifikan 0,003, dengan
nilai OR = 25,711 (95% CI = 2,980-221-865) yang artinya, keluarga yang
memiliki balita yang memiliki pantangan makanan mempunyai peluang 25,711
kali lebih besar mengalami status gizi kurang di Wilayah Kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019 dibandingkan dengan keluarga yang
memiliki balita yang tidak memiliki pantangan makanan. Adapun Nilai koefisien
B pada analisis ini yaitu 0,022. yang artinya hubungan tersebut bernilai positif,.
Oleh sebab itu dapat diartikan bahwa semakin banyak pantangan makanan
seorang balita, maka semakin tinggi pula peluang status gizi kurang pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019.
Adapun hasil persamaan regresi logistik yang diperoleh yaitu:
f (z)
=1
1 + 2,72 ⎺⎺(0,022 + 2,544 (Sosial ekonomi) + 3,247 (pantangan makanan) )
Apabila variabel sosial ekonomi rendah diberi kode 1, dan pantangan
makanan tidak diberi kode 1, maka peluang balita mengalami status gizi buruk
dapat dihitung yaitu:
f (z) =1
1 + 2,72 ⎺⎺(0,022 + 2,544 (1) + 3,247 (1) )
f (z) = 8,62%
89
Berdasarkan rumus di atas yaitu ekonomi rendah dan pantangan makanan ,
berpeluang balita mengalami status gizi kurang sebesar 8,62%.
Selanjutnya peluang sosial ekonomi tinggi diberi kode 0, dan pantangan
makanan diberi kode 0, maka peluang balita mengalami status gizi buruk, maka
dengan cara yang sama diperoleh:
f (z) =1
1 + 2,72 ⎺⎺(0,022 + 2,544 (0) + 3,247 (0) )
f (z) = 11%
Peluang kejadian ekonomi rendah dan pantangan makanan, berpeluang
balita mengalami status gizi buruk sebesar 11%
90
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Pengetahuan akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan
mengimplentasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Faktor-faktor
yang memengaruhi pengetahuan seseorang dalam berperilaku sehat adalah seperti
umur, pendidikan, dan pengalaman. Semakin cukup umur, tingkat pematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang, baik itu dalam berpikir, belajar, dan
bekerja, sehingga pengetahuan pun akan bertambah. Demikian juga halnya
pengetahuan ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi balitanya kerap dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan yang berdampak pada peran dalam penyusunan makan
keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak (32).
Hasil penelitian terdahulu Fatmah menyatakan bahwa pengetahuan ibu
balita pada 4 indikator Kadarzi cukup baik, kecuali konsumsi aneka ragam
makanan. Praktek 3 indikator Kadarzi juga sudah baik, kecuali pemberian ASI
eksklusif dan konsumsi aneka ragam makanan. Tokoh masyarakat dan kader
posyandu belum mengenal indikator Kadarzi dengan baik. Mereka hanya sebatas
mendengar dan tidak familiar dengan istilah Kadarzi. Kadarzi identik dengan
makanan 4 sehat 5 sempurna bagi balita dan ibu hamil untuk meningkatkan status
gizi dan kesehatan masyarakat (16).
91
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diketahui bahwa dari 50
responden yang diteliti, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang
yaitu sebanyak 40 responden. Dari 40 responden tersebut, ada sebanyak 12
(24,00%) respoden yang memiliki pengetahuan kurang dengan status gizi balita
baik, sedangkan 28 (56,00%) responden memiliki pengetahuan kurang dengan
status gizi balita kurang. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh
nilai p significancy yaitu 0,020 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.
Berdasarkan asumsi peneliti, pengetahuan ibu berperan penting dalam
menentukan perilaku dan keterampilan dalam melakukan pemilihan makanan
sehari-hari pada tatanan rumah tangga. Tingkat pengetahuan gizi seseorang
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi balitanya”.
Apabila tingkat pengetahuan seorang ibu tinggi, maka dapat
menunjukkan perilaku yang teliti dalam pemilihan makanan, baik untuk
dikonsumsi oleh diri sendiri maupun anggota keluarga. Tingkat pengetahuan
sangat berpengaruh terhadap perhatian ibu tersebut dalam menentukan
bahan makanan dan memilih makanan yang baik bagi kesehatan.
Selain itu, pengetahuan ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen tahun 2019 yang kurang dipengaruhi oleh pekerjaan.
Pekerjaan ibu yang sebagian besar adalah wiraswasta atau berdagang di pasar
menjadikan ibu tidak dapat mengikuti berbagai penyuluhan yang diadakan oleh
92
petugas kesehatan seputar gizi yang baik dikonsumsi oleh balita, padahal hal
tersebut sangat berguna untuk menambah wawasan atau pengetahuan ibu tentang
asupan makanan yang baik atau tidak baik dikonsumsi oleh balita. Oleh sebab itu,
sebagai ibu yang memiliki balita, ada baiknya jika ibu tersebut mengikuti
penyuluhan-penyuluhan minimal 1 kali dalam sebulan, karena dengan
meluangkan waktu untuk mengikuti penyuluhan kesehatan, maka ibu akan
mendapatkan informasi yang banyak tentang kesehatan balita.
Selain itu faktor yang memengaruhi kurangnya perhatian ibu terhadap
status gizi balita adalah faktor usia, dimana usia ibu sebagian besar adalah berusia
36-45 tahun. Banyak ibu-ibu yang susah mendapatkan anak, namun ketika
diberikan anak, seharusnya ibu tersebut memprioritaskan anaknya daripada segala
urusan lainnya. Usia ibu yang mayoritas adalah 36-45 tahun, membuat ibu-ibu
tersebut kurang paham bagaimana caranya membuka akses internet yang berguna
untuk menambah wawasan ibu tentang makanan yang baik untuk status gizi
balita. Yang ibu-ibu tersebut tahu adalah bertanya kepada orang-orangtua yang
telah terlebih dahulu memiliki balita. Tanpa ibu sadari bahwa zaman telah banyak
berubah, daya tahan tubuh manusia juga berbeda.
5.2 Hubungan Sikap dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap suatu
objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang
paling dekat. Sikap gizi merupakan cara membuat seseorang terhadap gizi. Sikap
93
positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan
nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain (33).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,
sebagian besar responden memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 32 responden.
Dari 32 responden tersebut, ada sebanyak 8 (16,00%) respoden yang memiliki
sikap negatif dengan status gizi balita baik, sedangkan 24 (48,00%) responden
memiliki pengetahuan kurang dengan status gizi balita kurang.
Hasil pengamatan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten
Bireuen tahun 2019, menunjukkan bahwa Sebagian besar ibu bersikap apatis
terhadap pertumbuhan anaknya. Tidak banyak ibu yang tertarik untuk mencari
tahu bagaimana caranya memenuhi gizi balitanya. Ibu-ibu tersebut cenderung
lebih memilih untuk mengikuti tradisi keluarga, yaitu apa yang di sarankan oleh
nenek balita itulah yang akan di konsumsi balita tersebut dan tentu saja diberikan
oleh ibu balita.
Sikap ibu balita tersebut, jelas sangat bertentangan dengan ilmu pengetahuan
dan perkembangan teknologi. Seharusnya ibu balita melakukan konsultasi dengan
dokter atau bidan atau ahli gizi yang ada di puskesmas, atau menanyakan kepada
kader-kader posyandu bagaimana cara memenuhi kebutuhan gizi balitanya, agar
balita tersebut tumbuh sehat.
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy
yaitu 0,012 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
sikap dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten
Bireuen tahun 2019.
94
Pendidikan diperlukan agar seseorang memiliki pengetahuan, dan
pengetahuan tersebut dimaksudkan agar seseorang dapat lebih tanggap terhadap
adanya masalah gizi di dalam keluarga dan dapat mengambil tindakan
kesehatannya. Pengetahuan ibu tentang gizi juga sangat diperlukan agar dapat ibu
mengetahui harus bersikap bagaimana dalam mengatasi masalah yang timbul
akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya yang memiliki bayi harus bertanggung
jawab terhadap konsumsi makanan bagi dirinya sendiri. Ibu harus memiliki sikap
positif tentang gizi, baik melalui pendidikan formal maupun informal.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ranika bahwa ada
hubungan antara perilaku sadar gizi pada keluarga yang memiliki balita gizi
kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Tahun 2014, yaitu
keluarga melakukan penimbangan balita (68%), makan beraneka ragam (41,9%),
menggunakan garam beryodium (9,3%), dan pemberian kapsul vitamin A (74,4%)
(11).
Berdasarkan asumsi peneliti, sikap gizi yang baik akan menciptakan sikap
positif seseorang dalam menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin
banyak pengetahuan gizi ibu, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan
jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi oleh keluarganya.
5.3 Hubungan Faktor Keterampilan Dengan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun
2019
Keterampilan adalah kegiatan psikomotor yang dilakukan oleh seseorang.
Keterampilan dalam memilih makanan dapat diartikan sebagai kecakapan
95
yang dimiliki seseorang dalam memilih makanan mulai dari memilih menu
sampai pada pola dan frekuensi makan khususnya balita (34).
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 50 responden yang
diteliti, sebagian besar responden memiliki keterampilan kurang yaitu sebanyak
29 responden. Dari 29 responden tersebut, ada sebanyak 5 (10,00%) respoden
yang memiliki keterampilan kurang dengan status gizi balita baik, sedangkan 24
(48,00%) responden memiliki keterampilan kurang dengan status gizi balita
kurang.
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy
yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
keterampilan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang
Kabupaten Bireuen tahun 2019
Hal ini sejalan dengan penelitian Antik dan Triska (2015) menunjukkan
terhadap hubungan antara perilaku Kadarzi dengan status gizi balita BB/U
(p=0,010) dan TB/U (p=0,000) namun tidak dengan BB/TB (p=0,368) (14).
Silvera (2017) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan Ibu
dengan tingkat kecukupan energi dan protein balita Rumah Gizi Kota Semarang.
Ada hubungan status ekonomi keluarga dengan tingkat kecukupan energi dan
protein balita Rumah Gizi Kota Semarang, Ada hubungan tingkat kecukupan
energi dan protein dengan status gizi buruk balita Rumah Gizi Kota Semarang,
Ada hubungan riwayat penyakit infeksi dengan status gizi buruk balita Rumah
Gizi Kota Semarang, ada hubungan antara riwayat BBLR dengan dengan status
gizi buruk balita rumah Gizi Kota Semarang (15).
96
Berdasarkan asumsi peneliti, keterampilan tersebut diharapkan dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang, khususnya ibu dalam memilih
makanan yang dikonsumsi sehari-hari agar dapat memenuhi kebutuhan dan
kecukupan nutrisi keluarganya sehari-hari. Dari uraian yang dikemukakan
diatas, maka pengertian pengetahuan dan keterampilan pemilihan makanan
sehari-hari adalah kemampuan yang dimiliki ibu untuk mencukupi status gizi
balita sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang meliputi
pengetahuan dan keterampilan dalam memilih makanan yang dikonsumsi
sehari-hari.
Pemilihan makanan merupakan suatu proses atau cara dalam memilih
makanan yang baik dan benar mengacu pada pendapat yang dikemukakan
Suhardjo tentang “cara seseorang atau kelompok memilih dan memakannya
sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisologi, psikologi, budaya dan
sosial”. Khususnya dalam hal ini berarti memilih makanan yang sesuai
dengan kebutuhan dan kecukupan gizi yang seimbang. Sebelum memilih menu
makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari diperlukan perhatian yang
cermat. Adakalanya seseorang telah menemukan dan memilih suatu bentuk
makanan yang bergizi, namun zat gizi yang diharapkan tidak tercapai karena
kesalahan dalam memilih bahan makanan yang akan dikonsumsi
97
Pemilihan makanan sehari-hari yang seimbang ditentukan setelah
mengetahui kebutuhan gizi sesuai yang dianjurkan. Pemilihan makanan
sehari-hari ini memperhatikan kecukupan gizi, mengacu kepada pedoman Empat
Sehat Lima Sempurna dengan memperhatikan variasi dan kombinasi dari
hidangan tersebut serta kegemaran seseorang.
5.4 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Pendapatan merupakan faktor yang terpenting menentukan kualitas
dan kuantitas hidangan keluarga. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula
persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayur dan beberapa
jenis bahan makanan lainnya (12).
Seorang ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki waktu lebih
banyak dalam mengasuh serta merawat anak dibandingkan ibu yang bekerja di
luar rumah. Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan
serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki keterkaitan
dengan faktor lain seperti kesehatan. Salah satu penyebab terjadinya gizi kurang
adalah karena status pekerjaan ibu sehingga ibu yang bekerja di luar rumah
cenderung menelantarkan pola makan keluarganya sehingga mengakibatkan
menurunnya keadaan gizi keluarga, hal ini akan berakibat pada keadaan status gizi
anggota keluarga terutama anak-anaknya (13).
98
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 responden yang
diteliti, sebagian besar responden memiliki sosial ekonomi rendah < Rp.
2.500.000 yaitu sebanyak 29 responden. Dari 29 responden tersebut, ada sebanyak
4 (8,00%) respoden yang memiliki sosial ekonomi rendah < Rp. 2.500.000 dengan
status gizi balita baik, sedangkan 25 (50,00%) responden memiliki sosial ekonomi
rendah < Rp. 2.500.000 dengan status gizi balita kurang.
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy
yaitu 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
sikap dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten
Bireuen tahun 2019
Penelitian yang dilakukan oleh Aryanda (2017) yang meneliti tentang
hubungan antara pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu, dan pola makan
dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Sidoarjo Kabupaten Sragen
di dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara pendapatan
keluarga terhadap status gizi balita.
Berdasarkan asumsi peneliti apabila akses pangan ditingkat rumah tangga
terganggu, terutama akibat kemiskinan, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi)
pasti akan muncul. Kemiskinan atau pendapatan keluarga yang rendah sangat
berpengaruh kepada kecukupan gizi keluarga. Kekurangan gizi berhubungan
dengan sindroma kemiskinan. Tanda-tanda sindroma kemiskinan antara lain
berupa penghasilan yang sangat rendah sehingga tidak dapat mencukupi
kebutuhan sandang, pangan, kualitas dan kuantitas gizi makanan yang rendah.
99
5.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Pada keluarga yang sangat miskin, pemenuhan kebutuhan makanan akan
lebih mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang
sedang tumbuh dari suatu keluarga miskin adalah yang paling rawan terhadap gizi
kurang diantara semua anggota keluarga, anak yang paling kecil biasanya yang
paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi semacam ini sering terjadi
sebab seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak
berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang
tumbuh memerlukan pangan relatif lebih tinggi daripada golongan yang lebih tua.
Tahun-tahun awal masa kanak-kanak yaitu pada umur 1-6 tahun berada dalam
situasi yang rawan (28).
Berdasarkan ahsil penelitian, diketahui bahwa dari 50 responden yang
diteliti, sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga yang kurang yaitu
sebanyak 31 responden. Dari 31 responden tersebut, ada sebanyak 9 (18,00%)
respoden yang memiliki dukungan keluarga kurang dengan status gizi balita baik,
sedangkan 22 (44,00%) responden memiliki dukungan keluarga rendah dengan
status gizi balita kurang.
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy
yaitu 0,005 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.
100
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khasanah (2017) mengenai
pola asuh keluarga dan status gizi, dikatakan disana bahwa pola asuh keluarga
yang baik memiliki kaitan yang erat dengan status gizi anak karena orang tua akan
memberikan perlindungan, pendidikan, dan akan merawat dengan anaknya
dengan penuh kasih sayang, oleh karena itu dibutuhkansosialisasi akan pentingnya
peran keluarga bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, selain itu pula
dikatakan juga bahwa tingkat pendidikan orang tua menunjang orang tua dalam
mendapatkan berbagai macam pengetahan mengenai informasi gizi yang
dibutuhkan anak.
Berdasarkan asumsi peneliti, dalam penanganan status gizi anak, keluarga
memiliki peran yang sangat penting hal ini dikarenakan di dalam lingkungan
keluarga menjadi tempat bagi anak untuk memaksimalkan tumbuh kembangnya,
serta memenuhi gizinya. Keluarga yang memiliki fungsi keluargayang baik dan
memiliki ikatan emosional yang baik dapat menunnjang pertumbuhan dan
perkembangan.
5.6 Hubungan Riwayat Kecacingan dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Status gizi anak selain dipengaruhi oleh adanya infeksi kecacingan dapat
juga dipengaruhi oleh adanya faktor lain yaitu kurangnya higiene individu, tingkat
pengetahuan orang tua, kependudukan atau demografi individu. Selain faktor
tersebut, kebiasaan makan anak-anak usia sekolah juga berperan terutama saat
sarapan dan makan siang sering kali tidak teratur dan tidak pada tempatnya.
101
Kebiasaan tersebut dapat memberikan dampak yang merugikan seperti kecukupan
gizi yang berkurang, serta daya tahan tubuh menurun.
Berdasarkan analisis data diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti,
sebagian besar responden memiliki riwayat kecacingan yaitu sebanyak 37
responden. Dari 37 responden tersebut, ada sebanyak 9 (18,00%) respoden yang
memiliki riwayat kecacingan dengan status gizi balita baik, sedangkan 28
(56,00%) responden memiliki riwayat kecacingan dengan status gizi balita
kurang. Sedangkan 13 orang lainnya tidak memiliki riwayat kecacingan. Dari 13
orang tersebut, 10 (20,0%) balita yang memiliki status gizi yang baik dan 3 (6%)
balita yang memiliki status gizi kurang.
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy
yaitu 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
riwayat kecacingan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.
Berdasarkan asumsi peneliti, kecacingan adalah masalah kesehatan yang
masih banyak ditemukan di seluruh dunia. Salah satu penyakit kecacingan adalah
penyakit cacing usus yang ditularkan melalui tanah. Infeksi cacing dapat
menimbulkan kerugian zat gizi berupa kekurangan kalori dan protein serta
kehilangan darah. Selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan
produktivitas kerja, juga dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah
terkena penyakit lainnya Gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
sumber daya manusia.
102
5.7 Hubungan Pantangan Makanan dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun 2019
Setiap balita memiliki daya tahan tubuh yang berbeda-beda, dan memiliki
masing-masing pantangan makanan. Misalnya, balita yang sering diberikan telur
akan mudah mengalami alergi pada seluruh badannya. Atau memberikan
hidangan laut dapat juga menyebabkan alergi. Oleh sebab itu, dalam pemberian
makanan si ibu harus melihat kondisi tubuh anak (28).
Dalam kepercayaan masyarakat Aceh, ada beberapa jenis makanan yang
harus dihindari, misalnya seperti : 1) garam, memberikan garam pada makanan
balita yang berusia di bawah 1 tahun tidak diperlukan. Asupan garam yang
berlebihan justru dapat merusak ginjal bayi karena ginjalnya belum mampu untuk
mengolah kelebihan garam di tubuhnya. Selain garam, penyedap rasa maupun
saus pada makanan balita. Berdasarkan Angka Kecukupan Mineral Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, jumlah garam maksimum yang disarankan untuk
balita adalah: 1 – 3 tahun: 1 gram per hari, 4 – 6 tahun: 1,2 gram per hari, 7 – 9
tahun: 1,2 per hari, 10 tahun dan di atasnya: 1,5 gram per hari. 2) Gula, sama
halnya dengan garam, asupan gula pada makanan balita yang berusia di bawah 1
tahun belum diperlukan. Ini karena asupan gula justru akan membuat kalori
makanan balita semakin banyak dan tak baik juga untuk kesehatan gigi serta
mulutnya. Bahkan dalam beberapa penelitian disebutkan jika terlalu banyak
makan gula dan makanan manis saat kecil, akan meningkatkan risiko
obesitas serta penyakit kronis pad anak di kemudian hari. Itu sebabnya berikanlah
gula sesuai dengan rekomendasi gula harian untuk anak.
103
Konsumsi gula tidak boleh lebih dari 5 persen dalam menu makan harian. 3)
Madu, walaupun madu dikenal memiliki banyak manfaat, sayangnya madu tidak
dianjurkan bagi balita. Madu mengandung bakteri penghasil racun dalam usus
yang dapat menyebabkan botulisme pada bayi. 5) Semua jenis kacang, termasuk
kacang tanah, tidak dianjurkan untuk dikonsumsi balita karena kacang sering kali
membuat anak tersedak. Selama tidak menimbulkan alergi, 5) Makanan mentah
makanan mentah meningkatkan risiko balita menderita gastoenteritis. Akibatnya,
balita akan mengalami gejala seperti mual, muntah, kram
perut, diare, demam, sakit kepala, panas dingin, dan darah di feses. Beberapa
makanan yang harus dihindari adalah daging, unggas, dan seafood mentah. Selain
itu, bayi juga tidak dianjurkan untuk mengonsumsi telur mentah.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hasil penelitian ini yang
dilakukan Galuh (2014) mengenai kepercayaan terhadap mitos makanan, status
ekonomi dan pengetahuan zat gizi ibu hamil dengan status gizi balita di
Puskesmas Welahan I Kota Jepara Provinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan bermakna antara mitos makan dengan
status balita. Semakin banyak mitos pantangan dalam makanan maka semakin
kecil peluang untuk mengkonsumsi makanan yang beragam.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa dari 50 responden yang
diteliti, sebagian besar responden memiliki pantangan makanan rendah yaitu
sebanyak 35 responden. Dari 35 responden tersebut, ada sebanyak 6 (12,00%)
respoden yang memiliki pantangan makanan dengan status gizi balita baik,
104
sedangkan 29 (58,00%) responden memiliki pantangan makanan dengan status
gizi balita kurang.
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy
yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pantangan makanan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.
Berdasarkan asumsi peneliti terkadang mitos turut memengaruhi
timbulnya masalah gizi pada ibu hamil, seperti adanya beberapa kepercayaan,
seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok tertentu yang
sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok
tersebut, seperti makan garam dengan jumlah yang banyak. Tidak sedikit
masyarakat percaya akan mitos khususnya masyarakat yang memiliki balita,
mereka masih cendrung percaya kepada mitos-mitos yang mengharuskan adanya
pantangan makanan.
Berdasarkan asumsi peneliti, adanya pantangan makanan terhadap jenis
makanan tertentu yang jika dilihat dari nilai gizi bahan makanan tersebut mungkin
saja dibutuhkan oleh balita. Secara umum, tidak ada pantangan makanan bagi
balita tidak mengalami komplikasi ataupun mengalami penyakit lain. Adanya
pantangan seperti itu akan menghambat pemenuhan kebutuhan gizi balita yang
akhirnya berbahaya bagi kesehatan balita serta pertumbuhan dan
perkembangannya, sehingga perlu penjelasan kepada ibu tentang manfaat
makanan serta bahaya pantangan.
105
5.8 Hubungan Penyuluhan Tenaga Kesehatan dengan Status Gizi Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen Tahun
2019
Petugas kesehatan sebagai pendidik harus mampu memberikan pendidikan
kesehatan dan konseling kepada masyarakat tentang seputar mitos yang
berkembang di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang, kelas ibu yang di
kembangkan tidak hanya memberikan pengetahuan kepada ibu tapi juga harus
mampu meluruskan keluarga dan masyarakat tentang mitos-mitos yang
berkembang dimasyarakat, meskipun ini agak sulit mengingat masyarakat pelosok
sangat kental dengan kepercayaan mistis tapi proses pencerahan itu harus terus
dilakukan.
Hasil penelitian Ranika (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan antara
penyuluhan tenaga kesehatan dengan perilaku sadar gizi pada keluarga yang
memiliki balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Desa
Lalang Tahun 2014, yaitu keluarga melakukan penimbangan balita (68%), makan
beraneka ragam (41,9%), menggunakan garam beryodium (9,3%), dan pemberian
kapsul vitamin A (74,4%) (11).
Berdasarkan hasil diketahui bahwa dari 50 responden yang diteliti, sebagian
besar responden memiliki informasi penyuluhan tenaga kesehatan yaitu sebanyak
37 responden. Dari 37 responden tersebut, ada sebanyak 8 (16,00%) respoden
yang memiliki informasi penyuluhan tenaga kesehatan dengan status gizi balita
baik, sedangkan 29 (58,00%) responden memiliki penyuluhan tenaga kesehatan
dengan status gizi balita kurang.
106
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik diperoleh nilai p significancy
yaitu 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
penyuluhan petugas kesehatan dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019.
Kader adalah tenaga suka rela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang
bertugas dimasyarakat. Kegiatan gizi di posyandu merupakan salah satu kegiatan
utama dan umumnya menjadi prioritas dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu.
Kegiatan pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Kegiatan yang
dilakukan meliputi penimbangan berat badan, pencatatan hasil penimbangan pada
KMS (kartu menuju sehat) untuk deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan
gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A. Dalam kegiatan posyandu, kader
memegang peranan penting, selain sebagai pelaksana kegiatan posyandu
(administrator) dan memberikan penyuluhan (edukator), kader juga
menggerakkan keaktifan ibu yang mempunyai balita untuk datang ke posyandu
(motivator). Kader posyandu merupakan healt provider yang berada di dekat
kegiatan sasaran posyandu, tatap muka kader lebih sering daripada petugas
kesehatan lainnya. Peranan kader sangat penting karena kader bertanggung jawab
dalam pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak aktif maka pelaksanaan
posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi bayi dan balita
(bawah lima tahun) tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas.
Adanya peran kader dapat membantu masyarakat dalam mengurangi angka
gizi buruk, selain itu adanya peran kader juga membantu dalam mengurangi angka
kematian ibu juga balita, dengan memanfaatkan keahlian serta fasilitas penunjang
107
lainnya yang berhubungan dengan peningkatan status gizi balita. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa peran serta kader berpengaruh terhadap status gizi balita yang
berarti semakin tinggi peran kader, maka semakin tinggi pula angka penurunan
gizi buruk pada balita. Dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan
dengan adanya informasi yang didapatkan melalui pengambilan data, bahwa
terdapat hubungan peran serta kader dengan status gizi balita.
Adapun hubungan pantangan makanan dengan sadar gizi pada tatanan
rumah tangga, dengan kateogori tidak ada-baik yaitu sebanyak 9 responden
(18,75%) dengan kategori tidak ada-cukup yaitu sebanyak 6 responden (12,50%),
dan dengan kategori tidak ada-kurang yaitu sebanyak 5 responden (10,42%).
Adapun hubungan pantangan makanan dengan status gizi ibu hamil dengan
kategori ada-baik yaitu sebanyak 4 responden (8,33%), kategori ada-cukup yaitu
sebanyak 8 responden (16,67%) dan dengan kategori ada-kurang yaitu sebanyak
16 responden (33,33%).
Seorang perugas kesehatan selain kompeten dibidangnya, pengalaman dan
wawasan juga harus memadai dan komunikatif sehingga dapat memudahkan
seorang ibu untuk berdiskusi tentang segala hal yang menyangkut kesehatan diri
dan balitnya. Peran penting dukungan tenaga kesehatan sangat berpengaruh
terhadap perilku ibu dalam memberikan MPASI kepada bayinya. Dukungan
tersebut memang sangat berarti untuk seorang ibu yang mempunyai bayi, tapi
lebih baik lagi jika dukungan tersebut disertai dengan pengetahuan yang baik
tentang pentingnya pemberian makanan pendamping ASI sesuai waktu yang tepat.
108
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p
significancy 0,020
2. Ada hubungan antara sikap dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p
significancy 0,012 .
3. Ada hubungan antara keterampilan dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p
significancy 0,000.
4. Ada hubungan antara ekonomi dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p
significancy 0,000.
5. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan status gizi balita di wilayah
kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p
significancy 0,005.
109
6. Ada hubungan antara riwayat kecacingan dengan status gizi balita di wilayah
kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p
significancy 0,001.
7. Ada hubungan antara pantangan makanan dengan status gizi balita di wilayah
kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 dengan nilai p
significancy 0,000.
8. Ada hubungan antara penyuluhan petugas kesehatan dengan status gizi balita
di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019
dengan nilai p significancy 0,000.
9. Adapun faktor yang paling berhubungan dengan status gizi balita di wilayah
kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019 adalah faktor
pantangan makanan.
6.2 Implikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 8 faktor yang berhubungan
dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten
Bireuen tahun 2019. Adapun faktor yang paling berhubungan adalah pantangan
makanan. Hal ini mengandung implikasi agar kedepannya pihak-pihak terdekat
ibu yang memiliki balita dapat memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan
dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Peulimbang Kabupaten
Bireuen.
110
6.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:
1. Faktor-faktor yang behubungan dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Peulimbang Kabupaten Bireuen tahun 2019an dalam penelitian ini
hanya terdiri dari delapan variabel, sedangkan masih banyak faktor lain yang
mempengaruhinya.
2. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu
terkadang jawaban yang diberikan oleh sampel tidak menunjukkan keadaan
sesungguhnya.
6.4 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan
1. Agar ibu mampu meluangkan waktunya untuk mengikuti penyuluhan tentang
gizi yang di adakan oleh petugas kesehatan untuk menambah pengetahuan ibu
tentang bagaimana cara mengatasi masalah gizi kurang.
2. Agar ibu mau membuka diri bersikap positif, yaitu menerima semua anjuran
petugas kesehatan terkait gizi, karena petugas kesehatan yang memberikan
seminar gizi biasanya adalah petugas kesehatan yang telah mengikuti berbagai
pelatihan.
3. Agar ibu belajar untuk meningkatkan keterampilan ibu tentang cara mengolah
makanan, agar balita tidak mengalami kebosanan dengan menu dan bentuk
yang sama.
111
4. Agar ibu mampu menggunakan pendapatan perbulan sebijak mungkin, agar
asupan makanan dapat terpenuhi secara terus menerus.
5. Agar keluarga dapat mencari informasi terkait gizi balita, misalnya dengan
cara bergantian mengikuti penyuluhan yang di adakan oleh puskesmas atau
mencari informasi terkait gizi melalui internet.
6. Agar ibu dapat meminimalisir penyakit kecacingan dengan cara,
menghentikan pemberian makanan yang dapat menyebabkan penyakit
kecacingan pada balita dan rutin mengonsumsi obat cacingan yaitu sebanyak 2
kali dalam setahun.
7. Agar ibu tidak memberikan makanan yang telah dipantangkan.
8. Agar ibu dan keluarga dapat memberikan waktu untuk terus mengikuti
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan tentang perkembangan
ilmu pengetahuan tentang gizi anak.
112
DAFTAR PUSTAKA
1. Adriani M, Wirjatmadi B. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta
Kencana Prenada Media Gr. 2012;2:245–78.
2. Organization WHO. Sustainable Development Goals (SDGs). 2018;
3. Nasional BPP. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor.
2014;2.
4. Kementerian Kesehatan. Pemantauan Status Gizi (PSG). 2018;
5. Poltekes Kemenkes Aceh. Pemantauan Status Gizi Provinsi Aceh. 2017;
6. Aceh D Kesehatan Provinsi. Studi Monitoring dan Evaluasi Program Gizi.
2017;
7. Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2017;
8. S S. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
9. Green LW. Health Promotion Planning An Educational and Environmental
Approach. Mountain View. 2011;24.
10. Hariyadi D, Ekayanti I. Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi
Terhadap Stunting Di Propinsi Kalimantan Barat. Teknologi Dan Kejuruan
Jurnal Teknologi Kejuruan Dan Pengajarannya. 2012;34(1).
11. Harahap R, Lubis Z, Ardiani F. Gambaran Perilaku Sadar Gizi Pada
Keluarga Yang Memiliki Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Wilayah
Kerja Puskesmas Desa Lalang. Gizi, Kesehatan Reproduksi Dan
Epidemiologi. 2015;1(4).
12. Riyayawati R. Analisis Hubungan Penerapan Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi) Dengan Status Gizi Balita (Studi Kasus di Wilayah Kerja
Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati). Universitas Negeri Semarang; 2013.
13. Kirana GA. Hubungan Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.
Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.
14. Wijayanti S, Nindya TS. Hubungan Penerapan Perilaku Kadarzi (Keluarga
Sadar Gizi) dengan Status Gizi Balita di Kabupaten Tulungagung. Amerta
Nutrition. 2017;1(4):379–88.
15. Oktavia S, Widajanti L, Aruben R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Buruk Pada Balita Di Kota Semarang Tahun 2017
(Studi Di Rumah Pemulihan Gizi Banyumanik Kota Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat . 2017;5(3):186–92.
16. Fatmah. Pengetahuan dan Praktek Keluarga Sadar Gizi Ibu Balita
Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara. 2017;
17. Aisyaroh N, Zulfa SA, Zulaikhah ST. Hubungan Perilaku Kadarzi
(Keluarga Sadar Gizi) dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Gajah 1 Demak. Motorik Jurnal Ilmu Kesehatan. 2016;9(19).
113
18. Septianingrum D. Implementasi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Di
Puskesmas Gantrung Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun. Publika.
2016;4(6).
19. Sunita A. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2009;51–75.
20. Supariasa IDN, Nyoman D. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta EGC.
2012;
21. Walgito B. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi
Pustaka; 2014.
22. Khomsan A. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Jurusan GMSK
Faperta IPB; 2004.
23. Organization. WH. WHO Anthro Survey Analyser And Other Tools.
24. Bloom BS, Englehart MD, Furst EJ, Hill WH, Krathwohl DR. Taxonomy
Of Educational Objectives: The Classification Of Goals. Handb I Cogn
Domain New York, NY David McKay Co. 1956;
25. Notoatmodjo S. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2003;16:15–49.
26. Nazaruddin. Pemberdayaan Perilaku Masyarakat Berhubungan Secara
Signifikan Dengan Praktek Kadarzi. Jurnal Kesehatan Masyarakat; 2014;
27. Rudzikzani D. Pengaruh Pola Makan Terhadap Perkembangan Gizi Anak.
Jurnal Kesehatan Masyarakat . 2013;
28. Hidayat NN. Hubungan ASI eksklusif dan Simulasi Ibu Dengan
Perkembangan Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemranjen Kabupaten
Banyumas. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2014;
29. Kemenkes RI. Penilaian Status Gizi Anak. Direktorat Bina Gizi. 2015;
30. Notoatmodjo S. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta
Indonesia. 2013;
31. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan
Menggunakan Metode Ilmiah Hal 92-98. GEN, Bandung Cipta Pustaka
Media Perintis. 2016;
32. Octaviani IA, Margawati A. Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Ibu
Buruh Pabrik Tentang KADARZI (Keluarga Sadar Gizi) Dengan Status
Gizi Anak Balita (Studi Di Kelurahan Pagersari, Ungaran). Jurnal
Nutrition Coll. 2012;1(1):46–54.
33. Azwar A. Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang.
Disampaikan Pada Pertem Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju
Keluarga Sadar Gizi Jakarta Hotel Sahid Jaya. 2004;
34. Yulianingsih P. Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Sikap Anak Sekolah
Dasar Dalam Memilih Makanan Jajanan Di Madrasah Ibtidaiyah
Tanjunganom, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri. Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2009.
114
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI PADA TATANAN
RUMAH TANGGA TERHADAP STATUS GIZI BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEULIMBANG
KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2019
A. Identitas Responden
Nama Ibu/ Pengasuh :......................................................................
Umur :......................................................................
Pendidikan : .....................................................................
Pekerjaan : .....................................................................
Pendapatan : .....................................................................
Status Perkawinan : .....................................................................
B. Identitas Balita
Nama Ibu/ Pengasuh :......................................................................
Umur :......................................................................
Pendidikan : .....................................................................
Pekerjaan : .....................................................................
Pendapatan : .....................................................................
Status Perkawinan : .....................................................................
Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan tepat dan benar, kemudian pilih
jawaban menurut anda benar.
2. Jawaban yang menurut anda benar berikan tanda silang (√)
3. Mohon dijawab dengan jujur dan benar .
4. Jika ingin mengganti jawaban, coret yang salah dan beri tanda pada
jawaban saudara ganti.
5. Setiap jawaban akan dijaga kerahasian nya.
115
I. PENGETAHUAN
No PERNYATAAN Benar Salah
1 Ibu harus membiasakan balita mengkonsumsi makanan
yang bergizi ?
2 Ibu harus memberikan ASI selama 6 bulan ?
3 Balitas harus mendapatkan suplemen disamping makanan
utamanya ?
4 Dalam keluarga harus menggunakan garam yodium sesuai
takaran karena merupakan salah satu indikator untuk
mencapai gizi yang baik ?
5 Menyediakan makanan tambahan yang bergizi pada balita
?
II. SIKAP
No PERNYATAAN Ya Tidak
1 Ibu selalu memlih bahan makanan yang segar untuk diolah
dan dikonsumsi balita?
2 Menerapkan konsep lima sehat empat sempurna dalam agar
ASI yang dihasilkan sehat dan bergizi?
3 Tidak memberikan susu/makanan yang basi kepada balita ?
4 Selalu menyediakan makanan yang (apabila dalam setiap kali
makan hidangan terdir dari makanan pokok + lauk pauk ,
sayur, buah atau makanan poko + lauk pauk + sayur) ?
5 Selalu membuat stok makanan yang bergizi bagi balita ?
III. KETERAMPILAN
No PERNYATAAN Ya Tidak
1 Mengolah makanan yang bervariasi setiap hari ?
2 Membuat menu yang berbeda dalam satu hari ?
3 Membuat makanan semenarik mungkin ?
4 Mewarnai makan dengan pewarna alami, misalnya wortel,
buah naga dengan tujuan agar balita teratarik untuk
mengonsumsinya ?
5 Menyajikan Makana dalam bentu yang unik untuk
menarik?
116
IV. SOSIAL EKONOMI
No PERNYATAAN Ya Tidak
1 Penghasilan keluarga kurang atau sama dengan UMR
2 Kebutuhan poko keluarga selalu terpenuhi
3 Keluarga mampu membeli bahan makanan yang mahal
4 Setiap hari menu makan berganti
5 Keluarga mampu membiayai balita ketika sakit
V. DUKUNGAN KELUARGA
No PERNYATAAN Ya Tidak
1 Mengutamakan kebutuhan balita daripada yang lainnya?
2 Berusaha mencari sumber informasi yang mendukung proses
tumbuh kembang balita?
3 Menciptakan suasanan yang harmonis karena biasa
berdampak pada psikologi balita?
4 Memperhatiak kesehatan ibu karena ibu faktor utama penentu
kesehatan balita ?
5 Mengingat ibu tentang jadwal kunjungan ke posyandu?
VI. PANTANGAN MAKANAN
No PERNYATAAN Ya Tidak
1 Apakah anda memiliki pantangan makanan?
2 Apakah anda memakan makanan yang telah dilarang?
3 Apakah makanan pantangan tersebut adalah makanan
yang mengandung gizi?
4 Apakah makanan pantangan tersebut bukan berupa
makann yang mengandung gizi?
5 Apakah makanan pantangan tersebut sering anda
konsumsi ?
117
VII. RIWAYAT KECACINGAN
No PERNYATAAN Ya Tidak
1 Apakah balita anda cacingan?
2 Apakah anda memberikan obat cacing kepada balita anda
3 Apakah cacingan membahayakan kesehatan balita anda
4 Apakah anda berusaha mengobati anak anda dari kecacingan?
5 Berapa kali dalam setahun anda memberikan obat cacing
pada balita anda?
VIII. PENYULUHAN PETUGAS KESEHATAN
No PERNYATAAN Ya Tidak
1 Aapakah pernah dilakukan penyuluhan tentang gizi?
2 Apakah anda pernah mengikuti penyuluhan tentang gizi?
3 Iapakah anda mendapatkan informais melalui penyuluhan
tentang gizi.?
4 Cukupkah informasi yang disampaikan oleh petugas
kesehatan?
5 Apakah penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan
membuat anda mengerti bagaimna status gizi balita yang
seharusnya.
Aceh, Februari 2019
Responden
(...................................)
118
LAMPIRAN 2
UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS
1. UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS PENGETAHUAN
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.737 5
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 Total
P1
Pearson Correlation 1 .780** .545* .780** .341 .888**
Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .142 .000
N 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation .780** 1 .545* .560* .341 .830** Sig. (2-tailed) .000 .013 .010 .142 .000
N 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation .545* .545* 1 .545* .303 .744** Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .195 .000
N 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation .780** .560* .545* 1 .341 .830** Sig. (2-tailed) .000 .010 .013 .142 .000
N 20 20 20 20 20 20
P5
Pearson Correlation .341 .341 .303 .341 1 .601**
Sig. (2-tailed) .142 .142 .195 .142 .005 N 20 20 20 20 20 20
Total
Pearson Correlation .888** .830** .744** .830** .601** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .005
N 20 20 20 20 20 20
119
2. UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS SIKAP
Correltions
P1 P2 P3 P4 P5 Total
P1
Pearson Correlation 1 .780** .545* .780** .341 .888*
*
Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .142 .000
N 20 20 20 20 20 20
P2
Pearson Correlation .780** 1 .545* .560* .341 .830*
*
Sig. (2-tailed) .000 .013 .010 .142 .000
N 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation .545* .545* 1 .545* .303
.744*
*
Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .195 .000 N 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation .780** .560* .545* 1 .341
.830*
*
Sig. (2-tailed) .000 .010 .013 .142 .000 N 20 20 20 20 20 20
P5
Pearson Correlation .341 .341 .303 .341 1 .601*
* Sig. (2-tailed) .142 .142 .195 .142 .005
N 20 20 20 20 20 20
Total
Pearson Correlation .888** .830** .744** .830** .601** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .005
N 20 20 20 20 20 20
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.840 5
120
3. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KETRAMPILAN
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 Total
P1
Pearson
Correlation 1 .739** .290 .616** .032 .781**
Sig. (2-tailed) .000 .215 .004 .895 .000
N 20 20 20 20 20 20
P2
Pearson Correlation
.739** 1 .471* .287 .257 .793**
Sig. (2-tailed) .000 .036 .220 .274 .000
N 20 20 20 20 20 20
P3
Pearson
Correlation .290 .471* 1 .406 .303 .690**
Sig. (2-tailed) .215 .036 .076 .195 .001 N 20 20 20 20 20 20
P4
Pearson
Correlation .616** .287 .406 1 .179 .721**
Sig. (2-tailed) .004 .220 .076 .450 .000
N 20 20 20 20 20 20
P5
Pearson Correlation
.032 .257 .303 .179 1 .501*
Sig. (2-tailed) .895 .274 .195 .450 .024
N 20 20 20 20 20 20
Total
Pearson
Correlation .781** .793** .690** .721** .501* 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .024
N 20 20 20 20 20 20
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.855 5
121
4. UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS SOSIAL EKONOMI
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.840 5
correlations
P1 P2 P3 P4 P5 Total
P1
Pearson Correlation 1 .882** .577** .733** .378 .914*
*
Sig. (2-tailed) .000 .008 .000 .100 .000
N 20 20 20 20 20 20
P2
Pearson Correlation .882** 1 .491* .630** .286 .844*
*
Sig. (2-tailed) .000 .028 .003 .222 .000 N 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation .577** .491* 1 .577** .218
.718*
*
Sig. (2-tailed) .008 .028 .008 .355 .000 N 20 20 20 20 20 20
P4
Pearson Correlation .733** .630** .577** 1 .378 .846*
*
Sig. (2-tailed) .000 .003 .008 .100 .000 N 20 20 20 20 20 20
P5
Pearson Correlation .378 .286 .218 .378 1 .588*
*
Sig. (2-tailed) .100 .222 .355 .100 .006 N 20 20 20 20 20 20
Total
Pearson Correlation .914** .844** .855** .782** .855** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .006
N 20 20 20 20 20 20
122
5. UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS DUKUNGAN KELUARGA
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 Total
P1
Pearson Correlation 1 .882** .577** .733** .378 .906**
Sig. (2-tailed) .000 .008 .000 .100 .000
N 20 20 20 20 20 20
P2
Pearson Correlation .882** 1 .491* .630** .286 .855**
Sig. (2-tailed) .000 .028 .003 .222 .000
N 20 20 20 20 20 20
P3
Pearson Correlation .577** .491* 1 .577** .218 .782**
Sig. (2-tailed) .008 .028 .008 .355 .000 N 20 20 20 20 20 20
P4
Pearson Correlation .733** .630** .577** 1 .378 .855**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .008 .100 .000
N 20 20 20 20 20 20
P5
Pearson Correlation .378 .286 .218 .378 1 .553**
Sig. (2-tailed) .100 .222 .355 .100 .006 N 20 20 20 20 20 20
Total
Pearson Correlation .906** .855** .782** .855** .553** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .006
N 20 20 20 20 20 20
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.704 5
123
6. UJI VALIDITAS DAN RELIABLITAS PANTANG MAKANAN
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 Total
P1
Pearson Correlation 1 .780** .545* .780** .419 .888*
*
Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .066 .000
N 20 20 20 20 20 20
P2
Pearson Correlation .780** 1 .545* .560* .419 .830*
*
Sig. (2-tailed) .000 .013 .010 .066 .000 N 20 20 20 20 20 20
P3
Pearson Correlation .545* .545* 1 .545* .577*
*
.789*
* Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .008 .000
N 20 20 20 20 20 20
P4
Pearson Correlation .780** .560* .545* 1 .419 .830*
*
Sig. (2-tailed) .000 .010 .013 .066 .000
N 20 20 20 20 20 20
P5
Pearson Correlation .419 .419 .577** .419 1 .683*
*
Sig. (2-tailed) .066 .066 .008 .066 .001
N 20 20 20 20 20 20
Total
Pearson Correlation .888** .830** .789** .830** .683*
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001
N 20 20 20 20 20 20
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.866 5
124
7. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS RIWAYAT KECACINGAN
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 Total
P1
Pearson Correlation 1 .780** .545* .780** .419 .781*
*
Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .066 .000
N 20 20 20 20 20 20
P2
Pearson Correlation .780** 1 .545* .560* .419 .793*
*
Sig. (2-tailed) .000 .013 .010 .066 .000 N 20 20 20 20 20 20
P3
Pearson Correlation .545* .545* 1 .545* .577*
*
.690*
* Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .008 .000
N 20 20 20 20 20 20
P4
Pearson Correlation .780** .560* .545* 1 .419 .721*
*
Sig. (2-tailed) .000 .010 .013 .066 .000
N 20 20 20 20 20 20
P5
Pearson Correlation .419 .419 .577** .419 1 .501*
*
Sig. (2-tailed) .066 .066 .008 .066 .001
N 20 20 20 20 20 20
Total
Pearson Correlation .781** .793** .690** .721** .501*
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001
N 20 20 20 20 20 20
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.856 2
125
8. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENYULUHAN TENAGA
KESEHATAN
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 Total
P1
Pearson Correlation 1 .780** .545* .780*
* .419 .906**
Sig. (2-tailed) .000 .013 .000 .066 .000
N 20 20 20 20 20 20
P2
Pearson Correlation .780** 1 .545* .560* .419 .855**
Sig. (2-tailed) .000 .013 .010 .066 .000
N 20 20 20 20 20 20
P3
Pearson Correlation .545* .545* 1 .545* .577** .782**
Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .008 .000
N 20 20 20 20 20 20
P4
Pearson Correlation .780** .560* .545* 1 .419 .855**
Sig. (2-tailed) .000 .010 .013 .066 .000 N 20 20 20 20 20 20
P5
Pearson Correlation .419 .419 .577** .419 1 .553**
Sig. (2-tailed) .066 .066 .008 .066 .001 N 20 20 20 20 20 20
Total
Pearson Correlation .906** .855** .782** .855*
* .553** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001
N 20 20 20 20 20 20
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.701 5
126
127
128
LAMPIRAN 3
OUPUT SPSS
Umur Pendidi
kan
Pekerjaa
n
Pengetah
uan
Sikap KZ SE DK RC PM TK SG
Valid
N
Missing
50
0
50
0
50
0
50
0
50
0
50
0
50
0
50
0
50
0
50
0
50
0
50
50
0
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
17-25 Tahun
8 16.0 16.0 16.0
26-23 tahun
36-45 tahun
Total
19
23
50
38.0
46.0
100.0
38.0
46.0
100.0
54.0
100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
SD 2 40.0 40.0 4.0
SMP
SMA
PT Total
11
25
12 50
22.0
50.0
24.0 100,0
22.0
50.0
24.0 100,0
26.0
76.0
100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
IRT 13 26.0 26.0 26.0
Petani Wiraswasta
PNS
Total
9 15
13
50
18.0 30.0
26.0
100,0
18.0 30.0
26.0
100,0
44.0 74.0
100,0
129
PM
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Ada 15 30.0 30.0 30.0
Ada Total
35 50
70.0 100,0
70.0 100,0
100,0
PTK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ada 13 26.0 26.0 26.01
Tidak Ada
Total
37
50
74.0
100,0
74.0
100,0
100,0
SG
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 19 38.0 38.0 38.0
Kurang Total
31 50
62.0 100,0
62.0 100,0
100,0
130
CROSSTABS
/TABLES=Pengetahuan Sikap KZ SE DK RC PM PTK BY SG
/FORMAT= A VALUE TABLES
/STATISTIC=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL
Notes
Output Created 05-APR-2019 06:13:09
Comments
Input
Data
C:\Users\ACER\Desktop\Tesis
helvet fix\Proposal
iis\Untitled2.sav Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 50
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on cases
with no missing values for any
variable used.
Syntax
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF
OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05)
POUT(.10) CIN(95)
/NOORIGIN
/DEPENDENT KPSB
/METHOD=ENTER TT TS
Keluarga
/SAVE MCIN RESID.
Resources
Processor Time 00:00:00.03 Elapsed Time 00:00:00.03
Memory Required 2100 bytes
Additional Memory Required
for Residual Plots 0 bytes
Variables Created or Modified
RES_1 Unstandardized Residual
LMCI_1
95% Mean Confidence
Interval Lower Bound for
KPSB
UMCI_1
95% Mean Confidence
Interval Upper Bound for
KPSB
131
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
Sikap * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
KZ * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
SE* SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
RC * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
PM * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
PTK * SG 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
Pengetahuan *SG
Crosstab
SG Total
Baik Kurang
Pengetahuan
Baik
Count 7 3 10
Expected Count 3.8 6.2 10.0
% within Pengetahuan 70.0% 30.0% 100.0%
Kurang
Count 12 28 40
Expected Count 15.2 24.8 40.0
% within Pengetahuan 30.0% 70.0% 100.0%
Total
Count 19 31 90
Expected Count 19.0 31.0 50.0
% within Pengetahuan 38.0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.433 1 .020 Continuity Correctionb 3.868 1 .049
Likelihood Ratio 5.320 1 .021
Fisher's Exact Test .0.30 .026
Linear-by-Linear Association
5.324 1 .021
N of Valid Cases 50 a I Cell (25.0%) Have Expected Count less than 5. The Minimum Expected Count Is 3.80
132
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Pengetahuan (Baik /
Kurang)
.5.444 1.200 24.698
For cohort SG = Baik 2.333 1.251 4.353
For cohort SG = Kurang .429 .163 1.129
N of Valid Cases 50
Sikap*SG
Crosstab
SG Total
Baik Kurang
Sikap
Positif
Count 11 7 18
Expected Count 6.8 11.2 18.0
% within Sikap 61.1% 38.9% 100.0%
Negatif
Count 8 24 32
Expected Count 12.2 19.8 32.0
% within Sikap 25.0% 75.0% 100.0%
Total
Count 19 31 50
Expected Count 19.0 31.0 50.0
% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.376 1 .012
Continuity Correctionb 4.936 1 .026
Likelihood Ratio 6.360 1 .012 Fisher's Exact Test .0.16 .013
Linear-by-Linear
Association 6.249 1 .012
N of Valid Cases 50
a I Cell (25.0%) Have Expected Count less than 5. The Minimum Expected Count
Is 3.80
b.Computed only for a 2x2 table
133
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Sikap(Postif
/ Negatif) .4714 1.364 16.295
For cohort SG = Baik 2.444 1.209 4.943 For cohort SG = Kurang .519 .281 .957
N of Valid Cases 50
KG*SG
Crosstab
SG Total
Baik Kurang
Sikap
Baik
Count 14 7 21
Expected Count 8.0 13.2 21.0
% within Sikap 66.7% 33.3% 100.0%
Kurang
Count 5 24 29
Expected Count 11.0 18.0 29.0
% within Sikap 17.2% 82.8% 100.0%
Total
Count 19 31 50
Expected Count 19.0 31.0 50.0
% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.629 1 .000
Continuity Correctionb 10.618 1 .001
Likelihood Ratio 13.011 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000 Linear-by-Linear
Association 12.376 1 .000
N of Valid Cases 50
a I Cell (25.0%) Have Expected Count less than 5. The Minimum Expected Count
Is 3.80
b.Computed only for a 2x2 table
134
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Sikap(Postif / Negatif) 9.600 2.556 36.061
For cohort SG = Baik 3.867 1.648 9.072 For cohort SG = Kurang .403 .215 .754
N of Valid Cases 50
SE*SG
Crosstab
SG Total
Baik Kurang
SE
Tinggi>Rp. 2.500.00
Count 15 6 21
Expected Count 8.0 13.0 21.0
% within Sikap 71.4% 28.6% 100.0%
Kurang
Count 4 25 29
Expected Count 11.0 18.0 29.0
% within Sikap 13.8% 86.2% 100.0%
Total
Count 19 31 50
Expected Count 19.0 31.0 50.0
% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 17.173 1 .000
Continuity Correctionb 14.814 1 .000
Likelihood Ratio 18.010 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear
Association 16.830 1 .000
N of Valid Cases 50
a I Cell (25.0%) Have Expected Count less than 5. The Minimum Expected Count Is 3.80
b.Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
SE(Tinggi>Rp 2.500.00 /
Rendah <Rp 2.500.00
15.625 3.785 64.505
For cohort SG = Baik 5.179 2.004 13.380
For cohort SG = Kurang .331 .166 .662
N of Valid Cases 50
135
DK*SG
Crosstab
SG Total
Baik Kurang
DK
Baik
Count 10 9 19
Expected Count 7.2 11.8 19.0
% within Sikap 52.6% 47.4% 100.0%
Kurang
Count 9 22 31
Expected Count 11.8 19.2 31.0
% within Sikap 29.0% 71.0% 100.0%
Total
Count 19 31 50
Expected Count 19.0 31.0 50.0
% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.785 1 .095 Continuity Correctionb 1.873 1 .171
Likelihood Ratio 2.768 1 .096
Fisher's Exact Test .135 0.86 Linear-by-Linear
Association 2.729 1 .099
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
SE(Tinggi>Rp 2.500.00 /
Rendah <Rp 2.500.00
2.716 .828 8.914
For cohort SG = Baik 1.813 .904 3.637
For cohort SG = Kurang .667 .395 1.128
N of Valid Cases 50
136
RC*SG
Crosstab
SG Total
Baik Kurang
RC
Tidak ada
Count 10 3 13
Expected Count 4.9 8.1 13.0
% within Sikap 76.9% 23.1% 100.0%
Ada
Count 9 28 37
Expected Count 14.1 22.9 17.0
% within Sikap 24.2% 73.7% 100.0%
Total
Count 19 31 50
Expected Count 19.0 31.0 50.0
% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.295 1 .001
Continuity Correctionb 9.174 1 .002
Likelihood Ratio 11.307 1 .001 Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear
Association 11.071 1 .001
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
RC(Lengkap/Tidak Lengkap)
10.370 2.31 46.146
For cohort SG = Baik 3.162 1.665 6.007
For cohort SG = Kurang .305 .111 .837
N of Valid Cases 50
137
PM*SG
Crosstab
SG Total
Baik Kurang
DK
Tidak ada
Count 13 2 15
Expected Count 5.7 9.3 15.0
% within Sikap 86.7% 13.3% 100.0%
Ada
Count 6 29 35
Expected Count 13.3 21.7 35.0
% within Sikap 17.1% 82.9% 100.0%
Total
Count 19 31 50
Expected Count 19.0 31.0 50.0
% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 21.542 1 .000
Continuity Correctionb 18.692 1 .000 Likelihood Ratio 22.556 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association
21.111 1 .000
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for RC(Baik/Kurang)
31.417 5.576 177.007
For cohort SG = Baik 5..056 2.376 10.755
For cohort SG = Kurang .161 0.44 5.90 N of Valid Cases 50
138
PTK*SG
Crosstab
SG Total
Baik Kurang
13D
K
Ada
Count 11 2 15
Expected Count 4.9 8.1 13.0
% within Sikap 84.6% 15.4% 100.0%
Tidak Ada
Count 8 29 37
Expected Count 14.1 22.9 37.0
% within Sikap 21.6% 78.4% 100.0%
Total
Count 19 31 50
Expected Count 19.0 31.0 50.0
% within Sikap 38,0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 16.203 1 .000
Continuity Correctionb 13.640 1 .000 Likelihood Ratio 16.610 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association
15.879 1 .000
N of Valid Cases 50
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
PTK(Baik/Kurang) 19.938 3.650 108.899
For cohort SG = Baik 3.913 2.031 7.540 For cohort SG = Kurang .196 0.54 .710
N of Valid Cases 50
139
Notes
Output Created 05-APR-2019 06:13:09
Comments
Input
Data
C:\Users\ACER\Desktop\Te
sis helvet fix\Proposal iis\Untitled2.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none> Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File
50
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for
any variable used.
Syntax
REGRESSION /MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF
OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) CIN(95)
/NOORIGIN
/DEPENDENT KPSB /METHOD=ENTER TT
TS Keluarga
/SAVE MCIN RESID.
Resources
Processor Time 00:00:00.05
Elapsed Time 00:00:00.06
Memory Required 2100 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots
0 bytes
Variables Created or
Modified
RES_1 Unstandardized Residual
LMCI_1
95% Mean Confidence
Interval Lower Bound for KPSB
UMCI_1
95% Mean Confidence
Interval Upper Bound for
KPSB
140
Case Processing Summarry
Unwegthted N Precent
Included in Analysis 50 100.0
Selected Cases Missing Case 0 0
Total 50 100.0
Unsekected Cases 0 0
Total 50 100.0
a. If weight is in effect, see lassification table for the total number of cases
Dependent Variabele Ecoding
Original Value Internal Value
Baik 0
Kurang 1
Block 0: Beginning Block
Orserved Predicted
SG Precentaged
Baik Kurang
SG Baik 0 19 0
Step 0 Kurang 0 31 100.0
Overall Precentage 62.0
a. Constant is Included in the model
b. The cut value is 500
Variabels in the Equation
B S.E Wald df Sig Exp(B)
Step 0 Constant 1.63
.490 .291 2.823 12.823 .093
2
141
Variabels not in The Equation
Score df Sig.
Pengetahuan 5.433 1 .020
Sikap 6.376 1 .012
KZ 12.629 1 .000
Variables SE 17.173 1 .000
Step 0 DK 2.785 1 .095
RC 11.297 1 .001
PM 21.542 1 .000
PTK 16.203 1 .000
Overall Statistics 31.682 8 .000
Block 1: Method=Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 39.404 8 .000
Step 0 Block 39.404 8 .000
Model 39.404 8 .000
Model Summary
Step -2 Log Likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 27.002 .545 .742
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has
been reached. Final solution be found
Classification Table
Orserved Predicted
SG Precentaged
Baik Kurang
SG Baik 17 2 89.5
Step 0 Kurang 3 28 90.3
Overall Precentage 90.0
a. The cut value is.500
142
Variables in the Equation
B S.E Wald df Sig. Exp
(B)
95% C.I. for
EXP (B)
Lower Upper
Pengetah
uan
-681 1.602 .180 1 .031 .506 .022 11.697
232025.
4
1
Sikap -17.272
.000 1 .999 .000 .000
37 1
1 28161 23205.4 1
KZ 17.153 .000 1 .999 776.52 .000
37 1 5
Step 1
SE 2.738 1.942 1.987 1 .006 15.449 .344 694.726
DK -3.208 1.844 3.026 1 .082 .040 .001 1.502
2499.37 RC 3.912 1.996 3.843 1 .050 50.016 1.001
3
100.40 7321.70
PM 4.609 2.188 4.436 1 .035 1.377 8 6
PTK -686 2.009 117 1 .733 .503 .010 25.850
Constant -10520 3.795 7.686 1 .006 .000
a. Variable (s) entered on step 1 Pengetahuan, Sikap, KZ, SE,DK,RC,PM,PTK
143
[DataSet] C:/User/ACER/Desktop/cut chi-square.sav
LOGISTIC REGRESSION VARABLES SG
/METHOD=ENTER Pengetahuan SE PM
/SAVE=RESID
/PRINT=CI(95) /CRITERIA=PI (0.05) POUT (0.10) ITERA (20) CUT(0.05)
Notes
Output Created 05-APR-2019 06:13:09 Comments
Input
Data
C:\Users\ACER\Desktop\Tes
is helvet fix\Proposal iis\Untitled2.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none> Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 50
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on cases
with no missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION
/MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF
OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) CIN(95)
/NOORIGIN
/DEPENDENT KPSB
/METHOD=ENTER TT TS Keluarga
/SAVE MCIN RESID.
Resources
Processor Time 00:00:00.05 Elapsed Time 00:00:00.06
Memory Required 2100 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots
0 bytes
Variables Created or
Modified
RES_1 Unstandardized Residual
LMCI_1
95% Mean Confidence
Interval Lower Bound for
KPSB
UMCI_1 95% Mean Confidence Interval Upper Bound for
KPSB
144
Case Processing Summary
Unwegthted N Precent
Included in Analysis 50 100.0
Selected Cases Missing Case 0 0
Total 50 100.0
Unsekected Cases 0 0
Total 50 100.0
a. If weight is in effect, see lassification table for the total number of cases
Dependent Variabele Ecoding
Original Value Internal Value
Baik 0
Kurang 1
Block 0: Beginning Block
Orserved Predicted
SG Precentaged
Baik Kurang
SG Baik 0 19 0
Step 0 Kurang 0 31 100.0
Overall Precentage 62.0
a. Constant is Included in the model
b. The cut value is 500
Variabels in the Equation
B S.E Wald df Sig Exp(B)
Step 0 Constant .490 .291 2.823 1 .093 1.632
Variabels not in the Equation
Score df Sig.
Pengetahuan 5.433 1 .020
Variables SE 17.173 1 .000
Step 0 PM 221.542 1 .000
Overall Statistics 27.474 3 .000
Block 1: Method=Enter
145
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 31.935 3 .000
Step 0 Block 31.935 3 .000
Model 31.935 3 .000
Model Summary
Step -2 Log Likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R Square
1 34.471 .472 .642
b. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has
been reached. Final solution be found
Classification Table
Orserved Predicted
SG Precentaged
Baik Kurang
SG Baik 13 6 68.4 Step 0 Kurang 2 29 93.5
Overall Precentage 84.0
b. The cut value is.500
Variabels in the Equation
B S.E Wald df Sig. Exp
(B)
95% C.I. for
EXP (B)
Lower Upper
Pengeta
huan
0.22 1.108 .000 1 .984 1.023 .116 8.97
Step 1
SE 2.544 .915 7.732 1 .005 12.731 2.119 76.49
PM 3.247 1.100 8.720 1 .003 25.711 2.980 221.86
Constan
t
-8.876 2.725 10.610 1 .001 .000
a. Variable (s) entered on step 1 Pengetahuan, SE,PM
146
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165