Upload
phamdang
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF
TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO MUSTAHIK
(STUDI KASUS BAZNAS)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Gessy Evelin Miranda
NIM. 1113086000042
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang betanda tangan dibawah ini:
Nama : Gessy Evelin Miranda
NIM : 1113086000042
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemalsuan atau pemanipulasian data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata
memang ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka
saya siap untuk dikenakan sangsi berdasarkan aturan yang berlaku di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya,
Jakarta, Januari 2018
Yang menyatakan,
Gessy Evelin Miranda
1113086000033
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Gessy Evelin Miranda
2. Tempat & Tanggal Lahir : Semarang, 4 Februari 1994
3. Agama : Islam
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Status : Belum Menikah
6. Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Golongan Darah : O
9. Tinggi & Berat Badan : 160cm & 42kg
10. Hobi : Masak, nonton film, baca buku
11. Alamat : Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Padang,
Sumatra Barat
12. Nomor Telepon : 0895-3472-6941-9
13. Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 17 Lubuk Basung Sumatera Barat Tahun 2001-2006
2. SMP Negeri 1 Lubuk Basung Sumatera Barat Tahun 2006-2009
3. SMA Negeri 1 Lubuk Basung Sumatera Barat Tahun 2009-2012
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017
v
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat periode
2014-2015.
2. Sekretaris LSO Club Bussines Koperasi Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2013-2014.
3. Bendahara LSO Club Bussines Koperasi Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2013-2014.
4. Divisi Acara Kuliah Kerja Nyata (KKN) MAHATMA 053 di Desa
Barengkok, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor 25 Juli- 25 Agustus
2016.
D. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar LDK KOMDA FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tema,
“Rahasia Mahasiswa Ideal”. Gedung FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2013.
2. Seminar Kewirausahaan dengan tema, “Menciptakan Entrepreneur yang
Sip dan Berprinsip”, Pekan Koperasi. Koperasi Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta., 2013.
3. Company Visit to Dana Reksa Sekuritas, PT Dana Reksa Sekuritas, 2015.
4. Talkshow BES (Bulan Ekonomi Syariah) yang diselenggarakan oleh
Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSenSi) pada 9 Oktober 2013.
5. Seminar sosialisasi kebijakan fiskan dengan tema “Kebijakan Fiskal
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Ekonomi Hijau
vi
(Green Hijau)” yang diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan Republik Indonesia pada 7 November 2013.
6. Talkshow Keputrian 2013 dengan tema “Be Succesful in The Sphere of
Enterpreneurship” yang diselenggarakan oleh Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama) pada tahun 2013.
7. Seminar internasional Ekonomi Islam dengan tema “Building Strategic
Alliance In Islamic Ekonomic, Finance dan Business Policies” yang
diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia pada 30 April
2015.
E. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Suchjar Yusuf
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 05 Maret 1956
3. Ibu : Yani Darwis
4. Tempat, Tanggal Lahir : Lubuk Basung, 14 Desember 1963
5. Alamat : Jl. Duren V No. 22 Rt 6/14 Desa Sukatani
Kecamatan Tapos, Depok.
6. Anak ke dari : 2 dari 3 bersaudara.
vii
ABSTRACT
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) provides financing through zakat
funds to mustahik micro enterprises. This study aims to analyze the effect of
productive zakat on the development of a mustakik micro enterprise of Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) in Jatinegara and to know the significant differences on
the development of micro business before and after receiving productive zakat. The
development of productive zakat recipient business can be seen from the earning of
micro.business.acquired.mustahik.
The study used a quantitative approach in which the sample was taken by
random sampling technique of 50 people who entered into the mustahik category.
The research data is obtained in the form of primary data obtained directly from the
respondents by using questionnaires. The analysis method used is descriptive
analysis, Ancova and Non-Paramterik. The results of this study indicate that the
variable of productive zakat has significant effect to the change of income before
and after receipt of productive zakat from Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
while gender, status, age, education, long receive productive zakat, type of business
and long running business have a significant effect on the increase of
mustahik.micro.business.income.
Keywords: BAZNAS, business development, productive zakat
viii
ABSTRAK
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) memberikan pembiayaan melalui
dana zakat kepada usaha mikro mustahik. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh zakat produktif terhadap perkembangan usaha mikro
mustahik Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di Jatinegara dan untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan atas perkembangan usaha mikro sebelum
dan setelah menerima zakat produktif. Adapun perkembangan usaha penerima
zakat produktif dapat dilihat dari pendapatan usaha mikro yang diperoleh mustahik.
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dimana sampel diambil
dengan teknik random sampling sebanyak 50 orang yang masuk kedalam kategori
mustahik. Data penelitian yang diperoleh yakni berupa data primer yang diperoleh
langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif , Ancova dan Non-Paramterik. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa variabel zakat produktif berpengaruh signifikan terhadap
perubahan pendapatan usaha sebelum dan sesudah menerima zakat produktif dari
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sedangkan jenis kelamin, status, usia,
pendidikan, lama menerima zakat produktif, jenis usaha dan lama menjalankan
usaha tidak berpengaruh signifikan pada peningkatan pendapatan usaha mikro
mustahik.
Kata kunci: BAZNAS, Perkembangan usaha, Zakat produktif
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
syarat untuk untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi (S.E). Shalawat beserta salam
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para
sahabat hingga para pengikutnya.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu penyusunan skripsi, yakni:
1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Yoghi Citra Pramata, M.Si., dan sekretaris
Jurusan Ekonomi Syariah Ibu RR Tini Anggraeni, ST., M.Si terima kasih atas
bimbingan dan ilmu yang diberikan selama penulis menempuh masa studi.
3. Bapak Burhanuddin Yusuf, Dr., MM., MA dan Ibu RR Tini Anggraeni, ST.,
M.Si selaku Dosen pembimbing I dan II. Terima kasih senantiasa meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan pemikirannya dengan
penuh kesabaran kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas ilmu yang
diberikan kepada kami.
5. Ayahanda Suchjar Yusuf dan ibunda Wismarni Darwis tercinta. Alfanza
Andromeda kakak terhebat dan Alvin Aryan adik tersayang. Terima kasih yang
tak terhingga selalu mendoakan, memberi motivasi, sabar, bekerja keras,dan
x
mencurahkan cinta dan kasih sayang yang tak terbatas sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
6. .............. yang tak jenuh menemani sejak penulis masih semester dua,
memotivasi, memberikan segala dukungan.
7. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Syariah angkatan 2013 yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu. Terutama sahabat-sahabat saya Ficky septiana dan
Zyra Yunka Aulia.
8. Kakak-kakak senior Ekonomi Syariah FEB UIN Jakarta yang sudah banyak
direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan penulis seputar skripsi, terutama kak
Dita yang sudah membuat penulis “melek” SPSS.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan yang
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Januari 2018
Gessy Evelin Miranda
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. v
ABSTRACT ................................................................................................ viii
ABSTRAK ................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Batasan Masalah ........................................................................ 9
C. Rumusan Masalah ..................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 12
A. Landasan Teori .......................................................................... 12
1. Zakat ..................................................................................... 12
2. Zakat Produktif ..................................................................... 24
3. Pendayagunaan Zakat ........................................................... 30
4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ...................... 33
5. Keterkaitan Antar Variabel ................................................... 41
B. Penelitian Terdahulu .................................................................. 45
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 49
D. Hipotesis Penelitian ....................................................... ............ 51
xii
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 52
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 52
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 52
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 54
D. Metode Analisis Data ................................................................. 55
E. Operasional Variable Penelitian ................................................. 57
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................... 60
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................... 60
1. Sejarah Singkat Lembaga Amil Zakat Nasional (BAZNAS) 60
2. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional ............................ 61
3. Fungsi dan Kewenangan Badan Amil Zakat Nasional .......... 62
4. Program Kerja BAZNAS ...................................................... 63
B. Hasil Analisis dan Pembahasan Penelitian ................................. 67
1. Hasil Deskriptif Karakteristik Profil Responden ................... 67
2. Hasil Deskriptif Karakteristik Usaha ..................................... 75
3. Hasil Uji Hipotesis ................................................................ 78
C. Analisis Ekonomi ....................................................................... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 89
A. Kesimpulan ................................................................................ 89
B. Saran .......................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 93
LAMPIRAN .............................................................................................. 97
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................. 45
Tabel 3.1. Variabel-variabel Bebas dalam Penelitian ................................ 57
Tabel 4.1. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68
Tabel 4.2. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Status ................ 69
Tabel 4.3. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Usia ................... 70
Tabel 4.4. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan ........ 72
Tabel 4.5. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Menerima
Zakat Produktif ......................................................................... 74
Tabel 4.6. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Usaha ....... 76
Tabel 4.7. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Usaha ...... 77
Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Varian Levene's ................................... 79
Tabel 4.9. Hasil Uji Signifikansi ................................................................ 81
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Hasil Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon ...................................
Test Statistics ............................................................................
84
uub 87
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Pendapatan Sebelum Menerima Zakat Produktif ............ 4
Gambar 1.2. Pendapatan Setelah Menerima Zakat Produktif ............... 8
Gambar 2.1. Pola Distribusi Dana Zakat Produktif .............................. 28
Gambar 2.2. Sistem Distribusi Dana Zakat .......................................... 29
Gambar 2.3. Bagan Kerangka Berpikir ................................................ 50
Gambar 4.1. Chart Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .... 68
Gambar 4.2. Chart Jumlah Responden Berdasarkan Status ................. 69
Gambar 4.3. Chart Jumlah Responden Berdasarkan Usia .................... 71
Gambar 4.4. Chart Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan ......... 73
Gambar 4.5. Chart Jumlah Responden Berdasarkan Lama Menerima
Zakat Produktif ................................................................ 75
Gambar 4.6. Chart Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Usaha .... 76
Gambar 4.7. Chart Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 78
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ....................................................... 97
Lampiran 2. Rekapitulasi Data Responden .......................................... 99
Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian dari Baznas ......................... 100
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak di dunia yang berada dalam urutan ke-empat setelah
Cina, India, dan Amerika Serikat. BPS (2010) menyebutkan bahwa “jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa,
yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan
sebanyak 118.320.256 jiwa (49,79 persen) dan di daerah desa sebanyak
119.321.070 jiwa (50,21 persen)”. Jumlah penduduk Indonesia yang
terbilang banyak tersebut memiliki berbagai permasalahan ekonomi, seperti
banyaknya jumlah penduduk miskin sebagaimana yang disebutkan oleh
Yahya, et al. dalam Garry (2011) yaitu salah satu permasalahan nyata yang
dihadapi bangsa ini adalah kemiskinan dan disparitas (ketimpangan)
distribusi pendapatan.
Pada Maret 2016, BPS (2016) menyebutkan “jumlah penduduk
miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,01 juta orang (10,86 persen),
berkurang sebesar 0,50 juta orang dibandingkan dengan kondisi September
2015 yang sebesar 28,51 juta orang (11,13 persen)”. Jumlah penduduk
miskin yang besar ini menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia.
Pemerintah menyadari bahwa masalah kemiskinan ini dapat berdampak
1
pada bidang sosial, ekonomi dan politik. Salah satunya adalah
meningkatnya tingkat kriminalitas.
Menurut Qadir (2001) kemiskinan merupakan ancaman besar umat
manusia. Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa kefakiran itu
mendekati pada kekufuran. Karena itu tidak sedikit manusia yang saling
membunuh karena kemiskinan. Dengan alasan ini, pemerintah selalu
mencari jalan keluar untuk menyelamatkan bangsa dari kemiskinan. Salah
satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah dengan memajukan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Salah satu contoh negara maju yang memiliki jumlah UMKM tinggi
adalah Amerika Serikat. Tambunan dalam Mursalina (2015) menyebutkan
bahwa “tingkat UMKM di Amerika Serikat mencapai 99% dari jumlah unit
usaha disemua kategori”.
Data penerimaan negara pada tahun 2011 menurut BPS (2011)
UMKM mampu berandil besar terhadap penerimaan negara dengan
menyumbang 61,9% pemasukan Produk Domestik Bruto (PDB) melalui
pembayaran pajak yang diuraikan sebagai berikut, yaitu : (1) sektor usaha
mikro menyumbang 36,28 persen PDB, (2) sektor usaha kecil 10,9 persen,
(3) sektor usaha menengah 14,7 persen melalui pembayaran pajak dan (4)
sektor usaha besar hanya menyumbang 38,1 persen PDB melalui
pembayaran pajak.
Menurut Partono dan Soejono dalam Wulansari (2014) beberapa
keunggulan UMKM terhadap usaha besar antara lain sebagai berikut :
2
1. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi
pengembangan produk.
2. Hubungan kemanusiaan yang akrab dalam usaha kecil.
3. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak.
4. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi
pasar yang berubah dengan cepat berbeda dengan perusahaan skala
besar yang pada umumnya birokratis.
5. Terdapatnya dinamisme managerial dan peranan kewirausahaan.
Menurut Wulansari (2014) bahwa “Saat ini para pelaku usaha usaha
kecil atau usaha mikro masih banyak menghadapi permasalahan dalam
mengakses modal”. UMKM memiliki potensi besar dalam pembangunan
ekonomi, karena besarnya kontribusi usaha mikro terhadap PDB nasional
dan kemampuannya yang tinggi dalam menyerap tenaga kerja. Tetapi
potensi ini tidak sejalan dengan kemudahan dalam mendapatkan modal
karena tingginya resiko yang dimiliki UMKM membuat lembaga keuangan
sangat berhati-hati dalam memberikan pinjaman, hal ini juga disebabkan
karena sedikit sekali pelaku UMKM yang memiliki aset untuk dijadikan
agunan sebagai dasar pinjaman.
3
Sumber: Hasil Kuesioner Mustahik BAZNAS di Jatinegara
Gambar 1.1. Pendapatan Sebelum Menerima Zakat Produktif
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebelum menerima
dana zakat produktif, mustahik memiliki tingkat pendapatan usaha yang
rata-rata hanya sekitar Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000. pendapatan yang
rendah ini membuat usaha mikro sering digambarkan sebagai kelompok
yang kemampuan permodalannya lemah atau kekurangan modal. Hal ini
membuktikan banyaknya usaha mikro yang masih memerlukan modal untuk
mengembangkan usahanya.
Kesulitan yang dihadapi para pelaku usaha kecil ini dapat diatasi
dengan dana zakat produktif. Dengan memberikan pembiayaan dari dana
zakat, masyarakat kecil akan mampu melakukan kegiatan produktif
sehingga mampu mambangun perekonomiannya secara mandiri dan
bertahan menghadapi persaingan ekonomi.
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
8000000
9000000
10000000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49
Pen
dap
atan
(R
p)
Responden ke-
Pendapatan Sebelum Menerima Zakat Produktif
4
Zakat menurut Zainal, et. al (2016) adalah salah satu instrumen
keuangan dan sumber daya pembangunan ekonomi Islam. Dana zakat
mampu membantu individu atau masyarakat yang membutuhkan. Menurut
Ridwan dan Mas’ud (2004) “Kandungan ajaran zakat ini memiliki dimensi
yang luas dan kompleks, bukan saja nilai-nilai ibadah, moral, spiritual dan
ukhrawi, melainkan juga nilai-nilai ekonomi dan duniawi”. Dengan adanya
zakat sebagai instrument islami, kesenjangan ekonomi dapat ditekan karena
adanya penyaluran dana dari muzaki kepada mustahik. Selain itu zakat juga
dapat diandalkan untuk mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia dengan
menggunakan zakat. Wulansari dan Setiawan (2014) menyatakan “Tujuan
zakat tidak hanya sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi
juga memiliki tujuan permanen yaitu mengentaskan kemiskinan dan dapat
mengangkat derajat fakir miskin dengan membantu keluar dari kesulitan
hidup”. Zakat dianggap sebagai salah satu sumber dana paling penting yang
di dalamnya tersedia sistem ekonomi dan keuangan Islam menurut
Suprayitno., et.al (2017).
Beberapa tujuan dan dampak zakat pada Kitab Fikih Zakat
Qardhawi dalam Pratama (2015) bagi mustahik yaitu :
1. Zakat akan membebaskan penerima dari kebutuhan, sehingga dapat
merasa hidup tentram dan dapat meningkatkan khusyu ibadat kepada
Tuhannya.
2. Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci. Karena sifat ini akan
melemahkan produktifitas. Islam tidak memerangi penyakit ini
5
dengan semata-mata nasihat dan petunjuk, akan tetapi mencoba
mencabut akarnya dari masyarakat melalui mekanisme zakat, dan
menggantikannya dengan persaudaraan yang saling memperhatikan satu
sama lain.
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga, mengharuskan bagi
muslim yang sudah memenuhi syarat untuk mengeluarkan zakat. Potensi
zakat di Indonesia sangat besar. Indonesia merupakan salah satu negara
berpenduduk muslim terbanyak di dunia. Menurut Fauzi (2012) “dari total
penduduk sebanyak 237 juta jiwa, 86% di antaranya atau 205 juta jiwa
beragama Islam.” Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) menyebutkan
potensi zakat di Indonesia mencapai Rp. 217 triliun. Namun yang mampu
terserap hanya sekitar satu persen (Republika 2013). Berdasarkan laporan
auditor independen terhadap laporan keuangan BAZNAS tahun 2016
diketahui bahwa pendapatan sektor zakat yaitu sebesar Rp. 97.637.657.910
(AR UTOMO AUDITOR. 2016). Jika potensi zakat di Indonesia bisa
terserap seluruhnya dan dapat dikelola dengan baik oleh para amil dan
mustahik, tentu UMKM dapat berkembang dengan pesat sehingga dapat
menjadi solusi dari masalah kemiskinan di Indonesia.
Lembaga keuangan syariah yang bertugas untuk menghimpun,
mengelola, lalu mendistribusikan zakat adalah Badan Amil Zakat maupun
Lembaga Amil Zakat yang beroperasi ditingkat nasional, propinsi ataupun
daerah.
6
Zakat dapat didayagunakan untuk kebutuhan konsumtif dan
produktif. Zakat untuk kegiatan konsumtif dapat didayagunakan untuk
pendidikan, kesehatan dan konsumsi mustahik sehari-hari. Sedangkan zakat
produktif adalah zakat yang dialokasikan untuk modal usaha yang
produktif. Dengan adanya zakat produktif ini, diharapkan mustahik dapat
hidup kreatif, inovatif dan mandiri sehingga mampu naik ke level muzaki.
Jika mustahik telah produktif dan menjadi muzaki maka seyogyanya ia
mampu merangkul mustahik-mustahik lainnya agar dikemudian hari bisa
menjadi muzaki yang selanjutnya.
Bariadi dan Hudri (2015) menyatakan “Potensi zakat untuk
pemberdayaan ekonomi dengan berupaya menciptakan iklim masyarakat
yang berjiwa usaha akan terwujud, apabila penyalurannya tidak langsung
diberikan kepada mustahik untuk keperluan konsumtif tetapi dihimpun,
dikelola dan didistribusikan oleh badan/lembaga yang amanah dan
profesional”.
Salah satu Badan Amil Zakat yang mendirikan divisi ekonomi
dengan jejaring yang tersebar di hampir seluruh pelosok Indonesia adalah
BAZNAS. Tujuannya adalah untuk mendampingi masyarakat melalui
berbagai program yang disesuaikan dengan daerahnya agar tercipta lahan-
lahan pekerjaan baru serta masyarakat yang berdaya sehingga mereka dapat
mandiri secara finansial.
7
Sumber: Hasil Kuesioner Mustahik BAZNAS di Jatinegara
Gambar 1.2. Pendapatan Setelah Menerima Zakat Produktif
Dengan gambar 1.2 terlihat bahwa setelah menerima dana zakat
produktif sebagai suntikan modal dari BAZNAS memberikan pengaruh bagi
peningkatan pendapatan usaha mikro mustahik. rata-rata pendapatan
mustahik meningkat yaitu berkisar Rp 1.000.000 – 7.000.000 sehingga
mustahik dapat mengembangkan usahanya agar lebih besar lagi. Hal
tersebut yang menjadi motivasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH PENDAYAGUNAAN
ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA
MIKRO MUSTAHIK (STUDI KASUS BAZNAS)”.
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
14000000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49
Pen
dap
atan
(R
p)
Responden Ke-
Pendapatan Setelah Menerima Zakat Produktif
8
B. Batasan Masalah
Mengingat bahwa persoalan dalam pendayagunaan zakat cukup luas
meliputi bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi serta pemberdayaan
perempuan maka peneliti fokus pada masalah ekonomi yaitu usaha mikro
mustahik yang memperoleh pembiayaan dari dana zakat produktif
BAZNAS. Melalui program ini, BAZNAS mengumpulkan data potensi
lokal yang kemudian diberi pembiayaan guna kemajuan usaha mustahik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka muncul pertanyaan yang akan
dijawab dalam penelitian ini:
1. Apakah ada perbedaan antara pendapatan sebelum sesudah menerima
zakat produktif dari BAZNAS?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan sebelum dan
sesudah menerima zakat produktif dari BAZNAS?
3. Bagaimana pengaruh karakteristik profil responden (usia, status, jenis
kelamin, pendidikan, lama menerima zakat produktif) terhadap
pendapatan usaha mikro responden?
4. Bagaimana pengaruh karakteristik usaha responden (jenis usaha dan
lama menjalankan usaha) terhadap pendapatan usaha mikro responden?
9
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian dari skripsi
ini adalah untuk :
1. Untuk menganalisis adanya perbedaan antara pendapatan sebelum dan
sesudah menerima zakat produktif dari BAZNAS.
2. Untuk menganalisis adanya pengaruh yang signifikan antara pendapatan
sebelum dan sesudah menerima zakat produktif dari BAZNAS.
3. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik profil responden (jenis
kelamin, status, usia, pendidikan, lama menerima zakat produktif)
terhadap pendapatan usaha mikro mustahik.
4. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik usaha responden (jenis
usaha dan lama menjalankan usaha) terhadap pendapatan usaha mikro
mustahik.
10
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagi pembaca dapat memperluas pemahaman dan pengetahuan
mengenai peran dana zakat produktif.
2. Bagi kalangan akademisi dapat menjadi bahan referensi untuk keperluan
studi dan penelitian selanjutnya mengenai peran dana zakat bagi usaha
mikro mustahik.
3. Dan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada
Lembaga Amil Zakat dalam menentukan kebijakannya dalam
memberdayakan kaum mustahik.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Zakat
a. Definisi Zakat
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai definisi
zakat, antara lain ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) memberikan dua definisi
zakat, yakni :
1) Jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan
yang telah ditetapkan oleh syarak.
2) Salah satu rukun Islam yang mengatur harta yang wajib
dikeluarkan kepada mustahik.
Qardhawi (1996) menjelaskan definisi zakat secara etimologi,
yakni “kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang
berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik”. Sedangkan secara
terminologi menurut Fakhruddin (2008) “Zakat adalah pemilikan
harta yang dikhususkan kepada mustahik (penerima) dengan syarat-
syarat tertentu”. Menurut Hafidhudin (2002) terminologi syariat
(istilah) dari zakat yakni “nama bagi sejumlah harta tertentu yang
telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT
12
untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya
dengan persyaratan tertentu pula”.
Al-Qur’an surat At-Taubah [9]:103 menjelaskan bahwa harta
yang sudah dikeluarkan oleh muzaki akan menjadi suci, berkembang,
baik, berkah, tumbuh dan bersih. Selain itu zakat akan mensucikan
orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahalanya.
Sebagaimana firman Allah SWT SWT dalam QS. At-Taubah [9]: 103
يهم بها وصل عليهم إن صلتك رهم وتزك خذ من أموالهم صدقة تطه
سميع عليم سكن لهم والل
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi
ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah SWT Maha Mendengar
lagu Maha Mengetahui.”
Dalam istilah ekonomi, Ridwan (2005) menjelaskan bahwa
“zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya
kepada golongan tidak punya”. Hafidhudin (2002) menambahkan
bahwa “Zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari
golongan kaya kepada golongan tidak punya”. Definisi tersebut
menyatakan salah satu instrument Islam untuk mendistribusikan
kekayaan dan meratakan pendapatan demi terciptanya kesejahteraan
umat adalah zakat.
13
Berdasarkan teori-teori yang dipaparkan maka dapat
disimpulkan bahwa zakat adalah rukun Islam ketiga yang merupakan
instrumen distribusi pendapatan dari harta golongan muzaki yang
telah mencapai nishab untuk diberikan kepada golongan mustahik.
Dengan zakat, diharapkan dapat meringankan beban mustahik.
b. Landasan Hukum Zakat
Landasan hukum mengenai zakat terdapat dalam nash yang
shahih baik Al-Qur’an maupun Al-Hadits, yakni
1) Qs Al-Baqarah (2): 110
كاة وما تقد موا لنفسكم من خير تجدوه عند لة وآتوا الز وأقيموا الص
بما تعملون بصير إن الل الل
Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan
apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat
pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-
apa yang kamu kerjakan”.
2) Qs Al-Baqarah (2): 43
اكعين كاة واركعوا مع الر لة وآتوا الز وأقيموا الص
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah
beserta orang-orang yang ruku’.
14
3) Qs Al-Baqarah (2): 83
وبالوالدين إحسانا وذي وإذ أخذنا ميثاق بني إسرائيل ل تعبدون إل الل
لة وآتوا القربى واليت امى والمساكين وقولوا للناس حسنا وأقيموا الص
كاة ثم توليتم إل قليل منكم وأنتم معرضون الز
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani
Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan
orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu
tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu,
dan kamu selalu berpaling”.
4) At-Taubah (9): 11
ل ين ونفص كاة فإخوانكم في الد لة وآتوا الز فإن تابوا وأقاموا الص
اليات لقوم يعلمون
Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan
zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan
Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui”.
Berdasarkan paparan Al-Qur’an diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Allah mewajibkan zakat setelah diwajibkannya
shalat atas harta hambanya yang sudah mencapai nisab. Hadits nabi
mengenai perintah diwajibkannya zakat diantaranya adalah sebagai
berikut.
15
1) Hadis Riwayat Bukhari (1422H, 104) Rasulullah saw bersabda:
“Ajaklah mereka kepada syahadah (persaksian) tak ada Illah
yang berhak disembah kecuali Allah & bahwa aku adalah utusan
Allah. Jika mereka telah mentaatinya, maka beritahukanlah
bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari
semalam. Dan jika mereka telah mena'atinya, maka
beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka
shadaqah (zakat) dari harta mereka yang diambil dari orang-
orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir
mereka”.
2) Hadits Riwayat Bukhari (1422H, 1398) bahwa Rasulullah Saw
bersabda: “Aku perintahkan kalian dengan empat perkara dan
aku larang dari empat perkara. (Yaitu) Iman kepada Allah &
persaksian (syahadah) tak ada ilah yang berhak disembah
kecuali Allah. Lalu Beliau Shallallahu'alaihiwasallam
mengisyaratkan dengan mengepalkan tangannya, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, shaum Ramadhan dan kalian
mengeluarkan seperlima dari harta rampasan perang. Dan aku
melarang kalian dari (meminum sesuatu) dari labu kering, guci
hijau, pohon kurma (yang diukir) dan sesuatu yang dilumuri tir.
Dan berkata, Sulaiman & Abu an-Nu'man dari Hammad: Iman
kepada Allah persaksian (syahadah) tak ada ilah kecuali Allah.”
16
c. Hikmah Zakat
Terdapat beberapa hikmah dari zakat, Al-Qur’an memaparkan
hikmah zakat yakni dalam Qs At – Taubah [9] : 71
والمؤمنون والمؤمنات بعضهم أولياء بعض يأمرون بالمعروف
ل وينهون عن المنكر ويقيمون الص
إن ئك سيرحمهم الل ورسوله أول كاة ويطيعون الل ة ويؤتون الز
عزيز حكيم الل
Artinya: “Dan orang – orang yang beriman, lelaki dan perempuan
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong dari sebahagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf mencegah dari
yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat dan
mereka taat kepada Allah dan rasulNya. Mereka itu akan diberikan
rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa Lagi Maha
Bijaksana.”
Sedangkan menurut Fakhruddin (2008) beberapa hikmah
zakat lain diantaranya meliputi :
1) Mensyukuri nikmat Allah, meningkat suburkan harta dan pahala
serta membersihkan diri dari kekotoran, kikir dan dosa.
2) Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan
kemelaratan dengan segala akibatnya.
3) Memerangi dan mengatasi kefakiran yang menjadi sumber
bencana dan kejahilan.
4) Membina dan mengambangkan stabilitas dan kehidupan sosial,
ekonomi, pendidikan dan sebagainya.
17
5) Mewujudkan rasa solidaritas dan belas kasih.
6) Merupakan manifestasi kegotongroyongan dan tolong
menolong.
Zakat sebagai instrumen Islam mengandung hikmah (makna
yang dalam, manfaat) yang bersifat rohaniah dan filosofis. Hikmah itu
digambarkan di dalam berbagai ayat Al-Qur’an (2):261, (2):267,
(9):103, (30):39 dan Al – Hadits. Hikmah-hikmah tersebut disebutkan
oleh Ali (1998), yakni :
1) Mensyukuri nikmat illahi, menumbuhsuburkan harta dan pahala
serta membersihkan diri dari sifat – sifat kikir dan loba, dengki,
iri, serta dosa.
2) Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat
kemelaratan.
3) Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama
manusia.
4) Manifestasi kegotongroyongan serta tolong menolong dalam
kebaikan dan takwa.
5) Mengurangi kefakirmiskinan yang merupakan masalah sosial.
6) Membina dan mengembangkan stabilitas sosial.
7) Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.
18
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa hikmah zakat
adalah untuk menyucikan jiwa, mencegah dari yang munkar,
mengembangkan stabilitas sosial, mengurangi kemiskinan dan
membawa umat Islam pada kemajuan. Zakat menjadi instrumen yang
mendorong, memperbaiki dan meningkatkan keadaan mustahik.
d. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat (Mustahiq)
Golongan manusia yang berhak menerima zakat telah diatur
dalam syariat Islam, yaitu ada delapan ashnaf sebagaimana yang
disebutkan dalam QS At-Taubah : 60
دقات للفقراء والمساكين والعاملين عليها والمؤلفة قلوبهم وفي إنما الص
وابن قاب والغارمين وفي سبيل الل الر والل السبيل فريضة من الل
عليم حكيم
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah SWT dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah SWT, dan Allah SWT Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana"
Delapan golongan yang berhak menerima zakat sebagaimana
yang dimuat dalam QS At-Taubah : 60 di rincikan oleh Hasan (1995)
yaitu :
19
1) Fakir
Fakir yaitu orang yang tidak berharta dan tidak pula
mempunyaipekerjaan atau usaha tetap guna mencukupi kebutuhan
hidupnya (nafkah), sedang orang yang menanggungnya (menjamin
hidupnya) tidak ada.
2) Miskin
Miskin yaitu orang yang tidak dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya, meskipun ia memiliki pekerjaan atau usaha tetap, tetapi
hasil usahanya itu belum mencukupi kebutuhannya, dan orang
yang menanggungnya tidak ada.
3) Amil
Amil yaitu mereka (panitia atau organisasi) yang melaksanakan
segala kegiatan urusan zakat , baik mengumpulkan, membagikan
(kepada para mustahik) maupun mengelolanya. Allah
menyediakan upah bagi mereka (amilin) dari harta zakat sebanyak
imbalan, dan tidak diambil selain harta zakat.
4) Muallaf
Muallaf yaitu orang yang masih lemah imannya karena baru
memeluk agama Islam atau ada orang yang ada keinginan untuk
masuk Islam tetapi masih ragu-ragu. Dengan bagian zalat, dapat
memantapkan hatinya di dalam Islam.
20
5) Riqab
Riqab secara bahasa berarti budak belian yang harus di
merdekakan. Jadi, riqab adalah hamba sahaya yang perlu diberikan
bagian zakat agar mereka dapat melepaskan diri dai belenggu
perbudakan.
6) Gharim
Gharim yaitu orang yang punya hutang karena sesuatu kepentingan
yang bukan untuk perbuatan maksiat dan ia tidak mampu untuk
membayar atau melunasinya.
7) Sabilillah
Sabilillah yaitu usaha-usaha yang tujuannya untuk meningkatkan
atau meninggikan syiar Islam, seperti membela atau
mempertahankan agama, mendirikan tempat ibadah, pendidikan,
rumah sakit, dan lain-lain.
8) Ibnussabil
Ibnussabil yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan
dengan maksud baik. Singkatnya orang mussafir yang memerlukan
bantuan.
Mas'udi, Djamil, Hafidhuddin, & Mulia (2004) menyebutkan
bahwa pemaknaan kontekstual terhadap ashnaf yang dapat didanai
zakat adalah sebagai berikut :
21
1) Membantu kelompok fakir dan miskin
Orang miskin disamping tidak mampu dibidang finansial, mereka
juga tidak memiliki pengetahuan dan akses. Semua upaya atau
kegiatan untuk membantu orang miskin dapat masuk dalam jatah
fuqara dan masakin.
2) Gharimin
Pemahaman terhadap gharimin dalam sebagian besar literatur tafsir
dan fikih dibatasi pada orang yang punya hutang untuk
keperluannya sendiri dan dana ddari zakat diberikan untuk
membebaskannya dari hutang. Namun beberapa pendapat
memdedakannya kepada dua kelompok, yaitu orang yang
berhutang untuk keperluannya sendiri dan orang yang berhutang
untuk keperluan orang lain.
3) Muallaf
Pada awal masa Islam, muallaf yang diberikan dana zakat dibagi
kepada dua kelompok, (1) orang kafir yang diharapkan dapat
masuk Islam. (2) orang Islam yang masih lemah imannya agar
dapat konsisten pada keimanannnya, muslim yang berada di daerah
musuh.
4) Amil
Amil bertugas mulai dari penentuan wajib zakat, perhitungan dan
pemungutan zakat. Mereka juga bertugas mendistribusikan harta
zakat tersebut kepada orang yang berhak menerimanya. Dalam
22
konteks kekinian, orang yang mengurusi kepentingan umum umat
Islam, apalagi untuk memperjuangkan nasib dan ketidakberdayaan
umat Islam dapat menggunakan dana zakat sebagai kompensasi
dari usaha mereka.
5) Riqab
Harta zakat diperuntukan bagi budak yang masuk Islam untuk
mendapatkan kemerdekaannya sebagai manusia.
6) Sabilillah
Dana zakat untuk sabilillah dapat diberikan kepada pribadi yang
mencurahkan perhatiannya untuk kepentingan umat Islam. Sebagai
kompensasi dari tugas yang mereka lakukan. Disamping itu juga
diberikan untuk melaksanakan program atau kegiatan untuk
mewujudkan kemashlahatan umum umat Islam.
7) Ibn Sabil
Ibn sabil sebagai penerima zakat sering dipahami dengan orang
yang kehabisan biaya diperjalanan ke suatu tempat bukan untuk
maksiat disebabkan ketidakmampuan yang sementara, apalagi
mereka yang benar-benar tidak mampu tentu saja mendapat
prioritas lebih.
Berdasarkan paparan diatas sudah jelas bahwa golongan
penerima zakat tidak hanya sekedar orang yang fakir dan miskin saja,
namun pengelolanya, orang yang berhutang, muallaf, budak, sabilillah
23
dan ibnu sabil pun berhak mendapatkannya. Semua ini untuk
meringankan beban himpitan ekonomi, membantu mereka
memperoleh haknya dan demi kegiatan yang bertujuan untuk
kemashlahatan umat Islam.
2. Zakat Produktif
a. Definisi Zakat Produktif
Zakat produktif terdiri dari dua kata yakni zakat dan produktif.
Definisi zakat telah dipaparkan diatas, sedangkan definisi produktif
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) adalah :
1) Bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar).
2) Mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya);
menguntungkan.
3) Mampu menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk
membentuk unsur-unsur baru.
Berdasarkan penjelasan KBBI diatas dapat disimpulkan bahwa
zakat produktif adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan
oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan
yang berhak menerimanya dengan tujuan agar zakat tersebut mampu
menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk
unsur – unsur baru.
24
Menurut pendapat Bariadi (2015) “Pola penyaluran secara
produktif adalah penyaluran zakat atau dana lainnya yang disertai
target mengubah keadaan penerima (lebih dikhususkan kepada
mustahik / golongan fakir miskin) dari kondisi kategori mustahik
menjadi kategori muzaki”. Sedangkan menurut Asnaini (2008)
“Zakat produktif adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang
diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan tetapi
dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka,
sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan
hidup secara terus menerus”.
Dengan demikian zakat produktif adalah dana zakat yang
didayagunakan untuk modal usaha agar nantinya dapat memenuhi
kebutuhan hidup mustahik secara terus menerus. Sehingga mustahik
dapat hidup mandiri dengan layak, dengan tidak menggantungkan
diri kepada muzaki.
b. Zakat Produktif Pada Masa Rasulullah
Hafidhudin (2002) memaparkan bahwa “penyaluran zakat
produktif yang pernah terjadi di zaman Rasulullah yang
dikemukakan dalam sebuah Hadits riwayat Imam Muslim dari Salim
Bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw telah
memberikan kepadanya zakat lalu menyuruhnya untuk
dikembangkan atau disedekahkan lagi”.
25
Kementerian agama (2012) memaparkan bahwa dalam sebuah
riwayat dijelaskan nabi pernah memerintah sahabat untuk
membagikan zakat ke daerah terpencil. Pada kali pertama
membagikan zakat, semua habis diberikan kepada yang berhak.
Untuk kali kedua membagikan zakat, sahabat kembali dengan
membawa ¼ dari harta zakat yang dibawannya. Pada tahun ketiga
sahabat membawa kembali hampir setengah dari zakat yang akan
dibagikan dan pada tahun berikutnya, sahabat kembali membawa
seluruh harta zakat yang akan dibagikan tersebut. Ternyata sejak
pertama kali sahabat membagikan zakat di kampung tersebut, ia
sudah berpesan agar harta zakat yang dibagikan itu, tidak habis begitu
saja, tapi bagaimana agar yang sedikit itu menjadi baerkah. Pesan
tersebut disambut baik oleh penduduk setempat. Sebagian dari
mereka ada yang menjadikan zakat tadi sebagai modal usaha
sehingga pada tahun-tahun berikutnya ia tidak lagi menerima zakat
karena telah naik ke tingkat muzaki.
Permono (1995) menjelaskan mengenai zakat produktif yang
pernah terjadi pada masa Rasulullah saw, yakni “Lalu Nabi saw
pernah memberikannya kepada seorang fakir sebanyak dua dirham
sambil memberikan anjuran agar mempergunakan uang tersebut, satu
dirham untuk dimakandan satu dirham lagi supaya dibelikan kapak
sebagai alat bekerja”.
26
Zakat produktif sebagai modal usaha sudah pernah terjadi
dimasa Rasulullah. Dengan dana zakat yang ada, rasul menganjurkan
penerimanya untuk mengembangkan dana zakat tersebut untuk
kemudian dikembangkan lalu disedekahkan lagi. Sehingga yang
tadinya mustahik bisa menjadi muzaki yang wajib mengeluarkan
zakat.
c. Pola Pemanfaatan Dana Zakat Produktif
Menurut Mufraini (2006) pola pemanfaatan dana zakat
produktif dapat dilihat pada skema qardul hasan. Dimana muzakki
membayar zakat kepada BAZ/LAZ. Kemudian BAZ/LAZ
menyalurkan kepada mustahik 1 untuk dimanfaatkan sebagai modal
usaha. Lalu jika Usaha untung maka mustahik mengembalikan
modalnya kepada BAZ/LAZ, namun jika seandainya usaha rugi
maka mustahik tidak perlu mengembalikan modalnya. Kemudian
seandainya BAZ/LAZ menerima modal kembali dari mustahik yang
mengalami keuntungan dalam usaha. Baz/laz memilih menyalurkan
kembali kepada mustahik untuk penambahan modal. Baz/laz
memilih menyalurkan kepada mustahik 2 untuk dimanfaatkan
sebagai modal usaha, dan begitu seterusnya. Pola ini dapat dilihat
pada skema berikut:
27
Gambar 2.1. Pola Distribusi Dana Zakat Produktif
Menurut Permono (1995) “sementara modal usaha yang
diberikan itu harus dikembalikan dalam waktu tertentu untuk
disalurkan lagi kepada mustahik berikutnya, yaitu merupakan
pinjaman modal tanpa bunga selama dua tahun, sebagai pendidikan
untuk meningkatkan penghidupan yang layak”.
Mas'udi, Djamil, et al., (2004) memaparkan bahwa sistem
zakat sudah diatur secara jelas dalam ketentuan yang digariskan
dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ketentuan-ketentuan ini sudah lengkap
dan komprehensif dan dapat dipakai untuk segala zaman, tidak
terikat waktu. Secara singkat, sistem zakat seperti yang diajarkan
oleh Rasulullah saw dapat digambarkan seperti dibawah ini.
Muzaki BAZ/LAZ Mustahik 1 Proyek
Usaha
Rugi
Untung
Mustahik 2
1
4
3
2
6
7
1
4
5
28
Gambar 2.2. Sistem Distribusi Dana Zakat
Dari sistem zakat diatas terlihat bahwa muzaki yang hartanya
telah memenuhi Syarat wajib zakat seperti telah mencapai nisab,
haul dan sebagainya mengeluarkan harta atau aset nya dalam bentuk
zakat mal dan zakat fitrah. Kemudian zakat tersebut dikumpulkan
oleh lembaga amil yang kemudian disebut baitul mal. Setelah itu
dana zakat tadi didistribusikan kepada delapan ashnaf dalam bentuk
harta/aset konsumtif maupun produktif.
Dari beberapa paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
pendayagunaan dana zakat produktif bersifat Qardul Hasan, yaitu
pinjaman yang baik. Mustahik yang diberi dana zakat, diberi waktu
untuk mengolah dana tersebut menjadi usaha yang produktif untuk
kemudian dikembalikan lagi kepada lembaga zakat yang
mengelolanya dengan tanpa bunuga, jika si mustahik mendapatkan
keuntungan. Yang nantinya pengembalian dana tersebut akan
kembali dipinjamkan kepada mustahik berikutnya. Namun ketika
usaha mustahik tidak mendapatkan keuntungan, maka hutang
tersebut diputihkan.
Harta/Aset
Mal & Fitrah
Nisab,
Haul, dll
Baitul
Mal
Delapan
Ashnaf
Harta/Aset:
Konsumtif
&
Produktif
Lembaga
Amil Mustahik Muzaki
29
3. Pendayagunaan Zakat
a. Definisi Pendayagunaan Zakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016)
“Pendayagunaan berasal dari kata daya guna yang artinya
kemampuan mendatangkan hasil dan manfaat; efisien; tepat guna”.
Sedangkan pendayagunaan sendiri berarti: mengusahakan agar
mampu mendatangkan hasil dan manfaat; mengusahakan agar
mampu menjalankan tugas dengan baik.
Menurut Permono (1995) “Pendayagunaan zakat adalah
penafsiran yang longgar terhadap distribusi dan alokasi (jatah) zakat
sebagaimana disebutkan dalam surah at-Taubah ayat 60, seiring
dengan tuntutan perkembangan zaman dan sesuai dengan cita dan
rasa syariat, pesan dan kesan ajaran Islam”. Lalu Mas'udi, Djamil,
Hafidhuddin, & Mulia (2004) memaparkan bahwa “pembicaraan
tentang sistem pendayagunaan zakat berarti membicarakan beberapa
usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan
tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah
sesuai dengan tujuan zakat itu disyariatkan”.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa pendayagunaan zakat produktif adalah memanfaatkan dana
zakat dengan mendistribusikannya secara tepat guna untuk usaha
produktif agar mendatangkan hasil dan manfaat.
30
b. Cara-Cara Yang Dapat Dilakukan Untuk Pendayagunaan Zakat
Ghazali et al (1998) menyatakan “Cara pendayagunaan antara
bentuk konsumtif dan produktif atau usaha untuk memajukan
pendidikan dan perbaikan ekonomi jangka lama misalnya perbaikan
pertanian dan sarana irigasi”.
Berkenaan dengan kebijaksanaan pendayagunaan zakat saat
ini, menurut Permono (1995) tim penelitian dan seminar zakat DKI
Jakarta antara lain memutuskan :
1) Pembagian zakat harus bersifat edukatif, produktif dan ekonomis,
sehingga pada akhirnya penerima zakat menjadi tidak
memerlukan zakat lagi, bahkan menjadi wajib zakat.
2) Hasil pengumpulan zakat selama sebulan dibagikan kepada
mustahik dapat merupakan dana yang bisa dimanfaatkan bagi
pembangunan dengan disimpan dalam bank pemerintah berupa
deposito, sertifikat atau giro biasa.
Kemudian cara-cara yang dapat dilakukan untuk
pendayagunaan zakat dibidang ekonomi menurut Ghazali et al (1998)
adalah :
1) Menyediakan lapangan kerja bagi fakir miskin sesuai keahlian
dan kemampuannya.
2) Memberikan pendidikan dan latihan keterampilan kepada remaja
drop out.
31
3) Memberikan modal kerja dan sarana bekerja bagi fakir miskin
dan remaja drop out.
4) Mengembangkan usaha pertanian, perkebunan, perikanan, dan
kerajinan bagi petani , nelayan dan pengrajin miskin.
5) Membantu persiapan dan pelaksanaan transmigrasi.
Menurut kementerian agama (2012) beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam pendayagunaan zakat adalah dengan
1) Memberikan motivasi kepada angkatan kerja dengan
memberikan keterampilan seperti menjahit, pertukangan, dan
lain-lain.
2) Melakukan kegiatan untuk memberi motivasi perniagaan dan
memberi pengetahuan tentang usaha dagang.
3) Memberikan permodalan sebagai bentuk tindak lanjut dari
kegiatan sebelumnya.
c. Tujuan Pendayagunaan Zakat
Menurut kementerian agama (2012) beberapa tujuan zakat
diantaranya adalah untuk memperbaiki taraf hidup dan mengatasi
ketenagakerjaan atau pengangguran. Sedangkan menurut Permono
(1995) “Arah dan kebijaksanaan pendayagunaan zakat bertujuan
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusiawinya para fakir
miskin, mengeluarkannya dari kurang menjadi cukup, dari sifat
32
kefakiran menjadi kaya. Dan pada akhirnya mereka meningkat
menjadi muzaki (wajib zakat).
Adapun tujuan pendayagunaan zakat telah dijelaskan dalam
Undang Undang No.23 Tahun 2011 sebagai berikut:
1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka
penanganan fakir miskin dan penigkatan kualitas umat.
2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar
mustahik telah terpenuhi.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan
zakat bertujuan untuk memperbaiki taraf hidup, meningkatkan
harkat dan martabat manusia serta mengatasi pengangguran.
4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Definisi dan Kriteria UMKM
Ada beberapa pendapat yang mendefinisi Usaha Mikro Kecil
dan Menengah, namun menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 UMKM memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Usaha Mikro
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
33
2) Usaha Kecil
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau
Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3) Usaha Menengah
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang
ini.
Ascarya dan Rahmawati (2015) memaparkan bahwa Badan
Pusat Statistik mendefinisikan UMKM menurut jumlah tenaga kerja.
Usaha yang mempekerjakan kurang dari 5 tenaga kerja
dikategorikan sebagai usaha mikro, usaha kecil memiliki 5 hingga
19 tenaga kerja, sedangkan usaha menengah memiliki 20 hingga 99
34
tenaga kerja. Klasifikasi itu didasarkan pada jumlah tenaga kerja
tanpa memperhatikan aset total maupun penjualan tahunan.
Menurut Aziz dan Rusland (2009) pada umumnya pendefinisian
UMKM didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang bekerja di unit
usaha, dapat juga didasarkan atas volume penjualan, permodalan,
neraca keuangan, atau besarnya aktiva/nilai asset. Definisi UMKM
menurut Korea Selatan telah ditetapkan di dalam undang-undang,
yaitu unit usaha dengan tenaga kerja kurang dari 1000 orang dan
memiliki total asset lebih kecil dari 500 juta won (mata uang Korea
Selatan).
b. Karakteristik UMKM
Ada banyak sumber yang mengklasifikasikan pembagian
karakteristik UMKM, diataranya menurut Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Usaha Mikro
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2) Usaha Kecil
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
35
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
3) Usaha Menengah
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima
puluh milyar rupiah).
Lalu menurut Menurut Pramiyanti (2008) memaparkan
karakteristik UMKM meliputi delapan hal, yakni:
1) Mempunyai skala yang kecil, baik modal, pengguna tenaga
kerja maupun orientasi pasar.
2) Banyak berlokasi di pedesaan, kota-kota kecil, atau daerah
pinggiran kota besar.
3) Status usaha milik perorangan atau keluarga.
36
4) Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya
(etnis, geografis) yang direkrut melalui pola pemagangan atau
melalui pihak ketiga.
5) Pola kerja sering kali part time atau sebagai usaha sampingan
dari kegiatan lainnya.
6) Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi tekhnologi,
pengelolaan usaha dan administrasi sederhana.
7) Struktur permodalan sangat terbatas dan kekurangan modal
kerja serta sangat tergantung terhadap sumber modal sendiri dan
lingkungan pribadi.
8) Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
yang sering berubah secara cepat.
Lalu menurut Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia
(2015) berdasarkan aspek komoditas yang dihasilkan, UMKM juga
memiliki karakteristik tersendiri antara lain:
1) Kualitasnya belum standar. Karena sebagian besar UMKM
belum memiliki kemampuan teknologi yang memadai. Produk
yang dihasil- kan biasanya dalam bentuk handmade sehingga
standar kualitasnya beragam.
2) Desain produknya terbatas. Hal ini dipicu keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman mengenai produk. Mayoritas
37
UMKM bekerja berdasarkan pesanan, belum banyak yang
berani mencoba berkreasi desain baru.
3) Jenis produknya terbatas. Biasanya UMKM hanya
memproduksi beberapa jenis produk saja. Apabila ada
permintaan model baru, UMKM sulit untuk memenuhinya.
Kalaupun menerima, membutuh- kan waktu yang lama.
4) Kapasitas dan daftar harga produknya terbatas. Dengan
kesulitan menetapkan kapasitas produk dan harga membuat
konsumen kesulitan.
5) Bahan baku kurang terstandar. Karena bahan bakunya diperoleh
dari berbagai sumber yang berbeda.
6) Kontinuitas produk tidak terjamin dan kurang sempurna. Karena
produksi belum teratur maka biasanya produk-produk yang
dihasilkan sering apa adanya.
c. Permasalahan UMKM
Ada beberapa pendapat mengenai permasalahan atau
kelemahan yang dihadapi oleh UMKM, diantaranya adalah menurut
Pramiyanti (2008), yaitu :
1) Kelemahan dibidang organisasi dan manajemen.
2) Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk
memperoleh jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan
38
3) Kelemahan dalam memperoleh peluang dan memperbesar
pangsa pasar.
4) Keterbatasan dalam kelemahan pemanfaatan akses dan
penguasaan teknologi, khususnya teknologi terapan.
5) Masih rendahnnya kualitas SDM yang meliputi aspek
kompetisi, keteramppilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan
pentingnya konsisten mutu dan standarisasi produk dan jasa ,
serta wawasan kewirausahaan.
6) Keterbatasan penyediaan bahan baku mulai dari jumlah yang
dapat dibeli, standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya
rantai distribusi bahan baku yang berakibat pada harga bahan
baku itu sendiri.
7) Sistem kemitraan yang pernah digulirkan selama ini, cenderung
mengalami distorsi di tingkat implementasi sehingga
berdampak pada sub-ordinasinya pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah dibandingkan dengan mitra usahanya (usaha besar).
Tambunan (2012) menyatakan ada cukup banyak hambatan
yang menghalangi perkembangan UMKM di negara berkembang.
Diantaranya adalah keterbatasan dalam modal kerja maupun
investasi, kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan
bahan baku dan input lainnya, keterbatasan akses informasi
mengenai peluang pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan
39
keahlian tinggi (kualitas SDM rendah) dan kemampuan teknologi,
biaya transportasi dan energi yang tinggi; birokrasi yang kompleks
khususnya dalam pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat
peraturan dan kebijakan ekonomi yang tidak jelas atau tidak
menentunya arah.
Kemudian menurut Lembaga Pengembangan Perbankan
Indonesia (2015) salah satu masalah Internal UMKM adalah
mengenai permodalan. Sekitar 60-70% UMKM belum mendapat
akses atau pembiayaan perbankan. Diantara penyebabnya, hambatan
geografis. Belum banyak perbankan mampu menjangkau hingga ke
daerah pelosok dan terpencil. Kemudian kendala administratif,
manajemen bisnis UMKM masih dikelola secara manual dan
tradisional, terutama manajemen keuangan. Pengelola belum dapat
memisahkan antara uang untuk operasional rumah tangga dan usaha.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa permasalahan yang dialami UMKM cukup kompleks.
Diantaranya adalah masalah mengakses modal, teknologi,
administrasi, manajemen usaha dan keuangan, kualitas SDM yang
rendah, serta kesulitan dalam pemasaran.
40
5. Keterkaitan Antar Variabel
a. Pengaruh Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha
Mikro Mustahik
Dalam upaya meningkatkan perkembangan usaha mikro
mustahik, seringkali para pelaku usaha mengalami kesulitan dalam
hal permodalan. Untuk memecahkan masalah ini adalah dengan
melakukan pembiayaan dengan memberikan dana zakat produktif.
Dengan melakukan pembiayaan dari dana zakat ini diharapkan dapat
meningkatkan perkembangan usaha mikro mustahik.
Menurut Sartika (2008) ada pengaruh yang signifikan antara
jumlah dana yang disalurkan terhadap pendapatan mustahik. ini
berarti bahwa jumlah dana zakat yang disalurkan benar-benar
mempengaruhi pendapatan mustahik, dengan kata lain semakin tinggi
dana yang disalurkan maka akan semakin tinggi pula pendapatan
mustahik.
Menurut Kusumawardani (2014) Modal berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pendapatan pedagang tekstil di Pasar Sentral
Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar. Hal ini disebabkan karena
semakin banyak modal yang digunakan, maka semakin variatif pula
jenis dagangan sehingga akan menarik lebih banyak konsumen untuk
membeli, yang pada akhirnya akan semakin banyak pula pendapatan
yang diperoleh.
41
b. Pengaruh Karakteritik Profil Responden Terhadap Pendapatan
Usaha Mikro
Dalam melihat perkembangan peningkatan usaha mikro
mustahik variabel yang tidak dapat di rubah dari setiap orang adalah
variabel individu itu sendiri. Setiap individu dengan individu lainnya
pasti berbeda, oleh karena itu menjadi sangat penting melihat
karakteristik responden para pelaku usaha untuk mengetahui secara
umum karakteristik dominan apa yang mempengaruhi pendapatan
setiap pelaku usaha mikro mustahik. Adapun karakteristik profil
responden dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, status pernikahan,
usia, tingkat pendidikan dan lama menerima zakat produktif.
Menurut sashmita ini putu ria (2017) tingginya tingkat
produktivitas laki-laki daripada perempuan, menyebabkan laki-laki
memiliki peluang lebih tinggi dalam memperoleh pendapatan
dibandingkan perempuan.
Menurut Septia Yeni (2013) orang yang sudah menikah akan
lebih hati-hati menggunakan dananya, karena orang yang sudah
menikah mempunyai tanggung jawab untuk menafkahi keluarganya.
Sehingga bisa dikatakan seseorang yang sudah menikah akan lebih
hati-hati dan memaksimalkan pendapatan usaha karena biaya-biaya
yang harus ditanggung dalam rumah tangga.
42
Peters dalam Rahayu (2016) menyatakan pendidikan formal
dan pengalaman kecil-kecilan yang dimiliki oleh seseorang dapat
menjadi potensi utama untuk menjadi wirausaha yang berhasil, oleh
sebab itu dikatakan “enterpreneur are not born-they develop”. Lalu
menurut Nainggolan (2016) semakin tinggi pendidikan usahawan
maka tinggi juga penghasilan yang diperoleh. Jadi ada hubungan
antara tingkat tingkat pendidikan dengan tingkat pendapatan dimana
sumber daya manusia mampu meningkatkan kualitas hidupnya
melalui suatu proses pendidikan, pelatihan dan pengembangan yang
menjamin produktifitas kerja yang semakin meningkat.
Menurut Rahayu (2016) salah satu faktor yang
mempengaruhi pemilihan karier sebagai wirausaha adalah usia. Sebab
seorang wirausaha membutuhkan fisik, mental yang kuat dan
dukungan financial untuk memulai usaha baru. Sehingga secara tidak
langsung usia mempengaruhi pemilihan karier sebagai seorang
wirausaha. Menurut Hisrich dalam Rahayu (2016) sebagai contoh
pada saat usia muda seseorang akan lebih bersemangat dan berani
mengambil risiko dalam menjalankan tugas-tugasnya karena ia
mempunyai fisik yang kuat, energi yang banyak dan rasa ingin tahu
yang besar. Dan semakin tua seseorang, tingkat energi dan fisiknya
akan semakin menurun, sehingga pekerjaan yang dilakukan pun
cenderung sedikit dan tidak mengeluarkan energi yang banyak.
43
Menurut Septia Yeni (2013) frekuensi pinjaman yang
diterima mustahik memiliki keterkaitan dengan penambahan omset
usaha mustahik. jadi semakin sering atau semakin lama mutahik
menerima dana zakat untuk modal usaha, akan semakin besar
peluangnya untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan
pendapatannya.
c. Pengaruh karakteritik usaha mustahik (jenis dan lama
menjalankan usaha) terhadap pendapatan mikro mustahik.
Karakteristik usaha setiap mustahik pasti berbeda jika dilihat
dari segi jenis usaha, lama menjalankan usaha, dan jumlah tenaga
kerja. Karenanya penting melihat variabel karakteristik usaha
mustahik untuk melihat variabel yang berpengaruh sigifikan terhadap
pendapatan usaha mikro mustahik.
Menurut Nainggolan (2016) lama pembukaan usaha dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan karena lamanya seorang pelaku
usaha atau bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi
produktifitasnya atau keahliannya, sehingga dapat menambah
efisiensi dan mampu menekan biaya produksi lebih kecil dari pada
hasil penjualan. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin lama seseorang
menjalankan usahanya, semakin banyak keterampilan serta
pengalaman yang diperoleh sehingga akan memicu peningkatan
pendapatan. Kemudian menurut Wardani, et.al., lamanya seorang
44
pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi
kemampuan profesionalnya. Semakin lama menekuni bidang usaha
perdagangan akan semakin meningkatkan pengetahuan tentang selera
(keinginan) ataupun perilaku dari konsumen
Penelitian Septia Yeni (2013) membuktikan bahwa jenis
usaha tidak signifikan berkorelasi dengan variabel penambahan omset
usaha yang berarti jenis usaha tidak memberikan pengaruh pada
bertambahnya omset usaha.
B. Penelitian Terdahulu
Untuk menghindari plagiat atau penelitian dengan objek yang sama,
maka diperlukan kajian penelitian terdahulu. Dalam penulisan skripsi ini,
penulis melakukan kajian pustaka berupa skripsi peneliti-peneliti sebelumnya
sebagai pembanding dari skripsi ini.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti dan
Judul
Penelitian
Metode dan Hasil
Penelitian Perbedaan
1. Syarifah
Mursalina
(2015) :
“Dampak
Pendayagunaan
Zakat Produktif
Terhadap
Menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode
Metode Ordinary Least
Square (OLS).
Penelitian menunjukan
bahwa jumlah pembiayaan
mempengaruhi
perkembangan aset dan
Perbedaannnya
adalah sampel,
studi kasus serta
indikator
variabel y yang
akan diteliti.
45
Perkembangan
Usaha Mikro
Mustahik
Kasus : Usaha
Mikro Binaan
BAZNAS Di
Kabupaten
Bogor.
keuntungan. Faktor lainnya
yang signifikan dan
berpengaruh positif ialah
omset usaha, lama usaha,
lama pendidikan dan
dummy usaha sedangkan
dummy jenis kelamin
berpengaruh negatif.
Dan faktor lain yang
berpengaruh positif
terhadap perkembangan
keuntungan ialah
perkembangan omset,
perkembangan modal,
sedangkan aset berpengaruh
negatif.
2 Mila Sartika
(2008) :
“Pengaruh
Pendayagunaan
Zakat Produktif
terhadap
Pemberdayaan
Mustahiq pada
LAZ Yayasan
Solo Peduli
Surakarta.”
Metode analisis yang
digunakan adalah Regresi
Sederhana.
Hasil penelitian
menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan
antara jumlah dana yang
disalurkan terhadap
pendapatan mustahiq.
Berdasarkan hasil analisis
data dengan program
Windows SPSS dari
variabel jumlah dana (zakat)
Variabel y,
sampel, serta
studi kasus yang
akan diteliti
46
yang disalurkan dan
variabel pendapatan
mustahiq ditemukan
besarnya pengaruh variabel
jumlah dana (zakat) yang
disalurkan sebesar 10,2 %.
yang berarti sebesar 89, 8%
dari pendapatan mustahiq
dipengaruhi oleh faktor lain.
Selain itu dari hasil uji
parsial yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa
koefisien konstanta (b) dan
koefisien variabel X (dana
yang disalurkan) sama-sama
mempunyai pengaruh
terhadap pendapatan
mustahiq.
3. Sintha Dwi
Wulansari dan
Achmad
Hendra
Setiawan,
(2014):
“Analisis
Peranan Dana
Zakat Produktif
Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif
untuk menganalisis sumber
dan penggunaan dana zakat
serta pengelolaan dana zakat
produktif yang disalurkan
pihak Rumah Zakat Kota
Semarang.
Penelitian menggunakan
metode analisis uji beda
untuk menganalisis peran
Alat analisis,
sampel, studi
kasus, serta
indikator
variabel y yang
akan diteliti
47
Terhadap
Perkembangan
Usaha Mikro
Mustahik
(Penerima
Zakat)
(Studi Kasus
Rumah Zakat
Kota
Semarang)”
dana zakat produktif
terhadap perubahan tingkat
konsumsi, penerimaan
usaha serta keuntungan
usaha masyarakat yang
mendapat saluran dana
zakat.
Dalam mendeskripsikan hal
tersebut akan dilakukan uji
beda terhadap variabel
modal, omzet penjualan,
dan keuntungan usaha
responden dengan
menggunakan uji paired T-
test
4. Lailiyatun
Nafiah (2015) :
“Pengaruh
Pendayagunaan
Zakat Produktif
Terhadap
Kesejahteraan
Mustahiq pada
Program
Ternak
Bergulir
BAZNAS
Kabupaten
Gresik.”
Metode analisis yang
digunakan adalah regresi
sederhana.
Hasil penelitian
menunjukkan adanya
pengaruh pendayagunaan
zakat produktif pada
program ternak bergulir
BAZNAS Kabupaten
Gresik terhadap
kesejahteraan mustahik
penerima program.
Pendayagunaan zakat
produktif dan kesejahteran
Variabel y,
sampel, serta
studi kasus yang
akan diteliti.
.
48
memiliki nilai korelasi yang
sedang (0,552). Adapun
nilai sumbangan pengaruh
pendayagunaan zakat
produktif terhadap
kesejahteraan mustahik
adalah sebesar 30,5%
sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak
dibahas dalam penelitian.
C. Kerangka Berpikir
Usaha mikro memiliki potensi besar dalam pembangunan ekonomi.
Yang merupakan salah satu instrumen pemerintah untuk menggerakan
perekonomian karena besarnya kontribusi usaha mikro terhadap PDB
nasional dan kemampuannya yang tinggi dalam menyerap tenaga kerja.
Potensi tersebut tidak sejalan dengan kemudahan dalam mendapatkan
modal. Padahal modal merupakan salah satu poin penting dalam perjalanan
suatu usaha. Pelaku usaha mikro masi dianggap belum memenuhi persyaratan
untuk mendapatkan pembiayaan dari bank karena tingginya resiko yang
dimiliki usaha mikro membuat lembaga keuangan sangat berhati-hati dalam
memberikan pinjaman, hal ini juga disebabkan karena sedikit sekali pelaku
usaha mikro yang memiliki aset untuk dijadikan agunan sebagai dasar
pinjaman.
49
Atas permasalahan ini, maka zakat produktif yang salah satunya
dikelola oleh Badan Amil Zakat Nasional berperan aktif untuk memberikan
kemudahan melalui program pembiayaan usaha mikro. Dengan adanya
pembiayaan dari dana zakat, mustahik akan mampu melakukan kegiatan
produktif untuk mengembangkan usahanya sehingga dapat mambangun
perekonomiannya secara mandiri dan bertahan menghadapi persaingan
ekonomi.
Hal ini nantinya dapat menjadi salah satu motivasi bagi muzaki untuk
lebih giat membayar zakat sehingga mustahik dapat dirangkul untuk naik ke
tingkat muzaki. Dengan begitu akan lahir muzaki-muzaki baru penggerak
ekonomi bangsa.
Gambar 2.3. Bagan Kerangka Berpikir
Motivasi bagi para muzaki untuk membayar zakat sehingga
mustahik yang lain dapat mandiri dan naik ke tingkat muzaki
Usaha Mikro Mustahik
Program Ekonomi Pembiayaan
Mikro Syariah
Kendala Usaha Mikro
(Permodalan)
Badan Amil Zakat Nasional
Perkembangan Usaha Mikro (Omset dan Keuntungan)
50
D. Hipotesis Penelitian
Penulis mencoba merumuskan hipotesis yang akan di uji
kebenarannya apakah hasil penelitian akan menerima atau menolak hipotesis
tersebut. Hipotesis itu adalah sebagai berikut:
a. H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
pendapatan usaha sebelum pembiayaan dengan rata-rata
pendapatan usaha setelah pembiayaan
H1: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pendapatan
usaha sebelum pembiayaan dengan rata-rata pendapatan usaha
setelah pembiayaan.
b. H0: Pembiayaan dari dana zakat produktif tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan usaha mikro mustahik
H1: Pembiayaan dari dana zakat produktif berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan usaha mikro mustahik
c. H0: Karakteristik profil mustahik tidak berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan usaha mikro
H1: Karakteristik profil mustahik berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan usaha mikro
d. H0: Karakteristik usaha mustahik tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan usaha mikro.
H1: Karakteristik usaha mustahik berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan usaha mikro.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
pendayagunaan zakat produktif terhadap perkembangan usaha mustahik.
Indikator perkembangan usaha dalam penelitian ini adalah pendapatan.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil studi kasus pada usaha mikro
mustahik yang bertempat di daerah Jatinegara, yang mana usaha mikro ini
mendapatkan dana zakat produktif dari BAZNAS. Program ini merupakan
bentuk pendayagunaan zakat terhadap sektor riil.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut
Purwoastuti. &.Walyani.(2014)“Pendekatan.kuantitatif.adalah.jenis.penelitian
yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur statistic atau cara-cara lain dari kuantifikasi
(pengukuran)”.
B. Teknik Penentuan Sampel
Priadana dan Muis (2009) menyatakan “populasi yaitu sekelompok
orang, kejadian atau gejala sesuatu yang mempunyai karateristik tertentu”.
Dalam penelitian ini menjadi populasi adalah mustahik BAZNAS yang
menerima dana zakat produktif pada wilayah administrasi Jatinegara Kota
Jakarta Timur. Data mustahik BAZNAS didapatkan melalui korespondensi
52
kepada koordinator lapangan Jatinegara. Sampel adalah bagian dari
sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk
penelitian Purwoastuti and Walyani (2014). Jadi dalam penelitian ini yang
menjadi sampel adalah mustahik di Jatinegara yang memperoleh zakat
produktif dari BAZNAS. Jumlah seluruh mustahik di Jatinegara yang
terdaftar sebagai penerima zakat produktif BAZNAS tercatat Maret 2016
adalah sebanyak 208 orang.
Menurut Arikunto (2008) pengambilan sampel jika subjeknya
kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semua, jika subjeknya besar atau
lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau lebih. Oleh karena itu
penulis membuat penelitian ini menggunakan 10-15% sampel dari jumlah
populasi atau penelitian mengambil sampel sebesar 50 responden yang
dianggap dapat mewakili populasi mustahik di Jatinegara yang memperoleh
zakat produktif BAZNAS.
Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple
random sampling. Menurut Priadana dan Muis (2009) Simple random
sampling adalah “penarikan sampel dengan cara random namun tetap
berdasarkan pada kriteria populasi dan karakteristik sampel sesuai dengan
kerangka konsep dalam penelitian”.
53
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
Berdasarkan cara perolehannya, cara pengambilan data terbagi menjadi
data primer dan data sekunder. Menurut Supranto (2008) data primer
adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi
atau perorangan langsung dari objeknya sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh
pihak lain. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer yang merupakan berupa data hasil kuesioner atau data yang
diperoleh langsung dari para mustahik BAZNAS di Jatinegara
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner
dan dokumentasi
a. Kuisioner atau Angket
Menurut Purwoastuti and Walyani (2014) ”kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada para responden untuk dijawab”. Dalam penelitian ini
peneliti akan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada para mustahik BAZNAS yang memperoleh
pembiayaan dari dana zakat produktif .
54
b. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data yang
bersifat sekunder dengan jalan mempelajari dokumen yang
diperlukan untuk mendukung validitas data.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan tiga analisis yaitu analisis deskriptif, ancova
dan non-parametrik dengan uji wilcoxon.
1. Metode Deskriptif
Menurut Sugiono dalam Andriana (2016) statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau
populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum. Metode deksriptif digunakan
untuk mengumpulkan informasi mengenai keadaan-keadaan yang
terjadi sekarang (sementara berlangsung). Analisis deskriptif dalam
penelitian ini digunakan untuk menjelaskan hasil kuesioner. Data
yang telah didapatkan dari kuesioner yang telah disebar akan disajikan
dalam bentuk tabel-tabel sederhana. Metode ini menggunakan satu
variabel yang tidak mengguanakan variabel lain sebagai pembanding
55
2. Metode Ancova
Menurut Rencher dalam Wulandari (2011) ancova adalah teknik
statistik yang merupakan perpaduan antara analisis regresi dengan
analisis varians atau ANAVA. Ancova merupakan teknik analisis yang
berguna untuk meningkatkan presisi sebuah percobaan karena
didalamnya dilakukan pengaturan terhadap pengaruh peubah bebas lain
yang tidak terkontrol. Ancova digunakan jika peubah bebasnya
mencakup variabel kuantitatif dan kualitatif. Dalam ancova digunakan
konsep anova dan analisis regresi. Bertujuan untuk mengetahui
perbedaan tentang nilai rata-rata dari variabel tak bebas terkait dengan
pengaruh dari variabel bebas terkontrol. Variabel bebas yang kategori
(non-metrik : nominal dan ordinal) disebut faktor sedangkan variabel
bebas yang metrik (interval atau rasio) disebut kovariat.
3. Metode Non-Parametrik
Metode non-parametrik merupakan suatu uji yang menghitung
tanda dan besarnya selisih dari dua buah rataan populasi. Uji ini lebih
peka dari pada uji tanda dalam menemukan perbedaan antara populasi.
Menurut Mutijah (2007) Statistik non-parametrik merupakan suatu
analisis data statistik yang cocok digunakan untuk menguji data ilmu-
ilmu sosial karena asumsi-asumsi yang digunakan dalam uji non-
parametrik adalah pengamatan-pengamatan yang bebas, tidak
mengikat, dan lebih longgar dibandingkan uji parametrik. Lulu menurut
Hidayah (2011), uji statistika
56
non-parametrik adalah statistika yang modelnya tidak
menetapkan syarat-syarat mengenai parameter – parameter populasi
yang merupan induk sampel penelitiannya.
E. Operasional Variable Penelitian
1. Variable Bebas
Variabel bebas (variabel independen) menurut Purwoastuti &
Walyani (2014) “variabel independen merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang mennjadi sebsb perubahannya atau timbulnya
variabel dependen”. Ada beberapa variabel independen dalam penelitian
ini yaitu.
Tabel 3.1. Variabel-variabel Bebas dalam Penelitian
Variabel Bebas Sub Variabel
Bebas Indikator
Dana zakat produktif Dana zakat
produktif
merupakan besarnya
pemberian modal
usaha yang diterima
mustahik
Karakteristik profil
Responden
Usia kategori berdasarkan
usia responden yang
terbagi menjadi tiga
kategori yaitu usia 20-
30 tahun, 31-50 tahun
dan >50 tahun
Status kategori berdasarkan
status pernikahan
57
responden yaitu: belum
menikah, sudah
menikah, janda/duda
Lama menerima
zakat produktif
Yaitu kategori
berdasarkan lama
menerima zakat
produktif BAZNAS
yang terbagi menjadi
beberapa kategori yaitu
< 1 tahun, 1-2 tahun, 3-
5 tahun, >5 tahun
Pendidikan kategori berdasarkan
pendidikan responden
yang terbagi menjadi 4
kategori variabel
dummy yaitu SD,
SMP, SMA,
S1/Diploma.
Jenis kelamin kategori berdasarkan
jenis kelamin
responden yaitu laki-
laki dan perempuan
Karakteristik usaha
responden
Jenis usaha yaitu kategori
berdasarkan jenis
usaha responden yang
terbagi menjadi 3
kategori variabel
dummy yaitu pedagang
kaki lima, pedagang
58
warung/toko, dan lain-
lain.
Lama
menjalankan
usaha
yaitu kategori
berdasarkan lama
responden
menjalankan usahanya
yang terbagi menjadi 3
kategori variabel
dummy yaitu 1-2
tahun, 2-4 tahun, >5
tahun.
2. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Menurut Purwoastuti & Walyani (2014) “variabel dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya
variabel bebas”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y)
adalah pendapatan usaha mikro mustahik.
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Lembaga Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan
resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan
Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan
fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS)
pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS
sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara
nasional.
Dalam undang-undang tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai
lembaga pemerintah non-struktural yang bersifat mandiri dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan
demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk
mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
60
2. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional
Sebagai lembaga yang memiliki sertifikasi ISO 9001:2015, BAZNAS
telah menetapkan.Visi.dan.Misi.sebagai.berikut:
a. Visi
“Menjadi pengelola zakat terbaik dan terpercaya di dunia.”
b. Misi :
1) Mengkoordinasikan BAZNAS provinsi, BAZNAS
kabupaten/kota, dan LAZ dalam mencapai target-target
nasional;
2) Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat nasional;
3) Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat
untuk pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan
masyarakat, dan pemoderasian kesenjangan sosial;
4) Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan
akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini;
a) Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh
pemangku kepentingan zakat nasional;
b) Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan zakat
nasional melalui sinergi ummat;
c) Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat dunia;
d) Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan
menuju masyarakat yang adil dan makmur, baldatun
thayyibatun warabbun ghafuur;
61
e) Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan
menjadi rujukan dunia.
3. Fungsi dan Kewenangan Badan Amil Zakat Nasional
Sebagai badan pengelola zakat yang dibentuk oleh negara,
BAZNAS menjalankan empat fungsi, yaitu:
a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat;
b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat;
c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat;
d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS
memiliki kewenangan:
a. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.
b. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi,
BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ
c. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah,
dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan
LAZ.
62
4. Program Kerja BAZNAS
a. Program Pemberdayaan Ekonomi
Program ini merupakan salah satu program Baznas untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat yang mandiri dan kreatif. Di
salurkan dengan cara memberikan dana zakat untuk digunakan sebagai
modal usaha bagi mustahik dalam jangka waktu tertentu. Dalam satu
wilayah terdapat beberapa koordinator untuk mengawasi mustahik.
Para mustahik dapat mendaftarkan diri kepada para koordinator
didaerah tersebut. Kemudian koordinator mustahik akan melaporkan
kepada pengurus pemberdayaan ekonomi di BAZNAS.
Dengan adanya dana zakat produktif ini diharapkan mustahik dapat
mengembalikan dana zakat produktif yang diberikan agar dana zakat
yang terkumpul dapat didayagunakan untuk kepentingan mustahik
selanjutnya. Sehingga mustahik lain dapat terangkat derajat hidupnya
menjadi muzaki. Namun jika mustahik tidak dapat membayarnya, maka
dana zakat tersebut diputihkan saja. (Hasil wawancara dengan
koordinator BAZNAS wilayah Jatinegara)
63
b. Program Zakat Community Development (ZCD)
Program Zakat Community Development (ZCD) adalah program
pengembangan komunitas dengan mengintegrasikan aspek sosial
(pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan, dan aspek sosial lainnya)
dan aspek ekonomi secara komprehensif yang pendanaan utamanya
bersumber dari zakat, infak, dan sedekah sehingga terwujud masyarakat
sejahtera dan mandiri.
Program ZCD meliputi kegiatan pembangunan masyarakat dalam
berbagai aspek kehidupan sehingga terwujud masyarakat yang
memiliki keberdayaan dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
kehidupan beragama yang disebut dengan “Caturdaya Masyarakat”.
Caturdaya Masyarakat dalam Program ZCD merupakan unsur utama
dan saling terkait satu dengan yang lain. Dengan demikian masyarakat
dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang sejahtera dan mandiri
apabila telah memenuhi empat daya tersebut.
c. Rumah Sehat BAZNAS
Rumah Sehat BAZNAS merupakan program layanan
kesehatan bersifat preventif, rehabilitatif, promotif, karitatif, yang
ditujukan gratis untuk mustahik, khususnya fakir miskin dengan sistim
membership. Rumah Sehat Baznas hany untuk masyarakat miskin
secara gratis dengan sistem membership. Model pelayanan Rumah
64
Sehat Baznas diberikan.dalam.bentuk:
1) Pelayanan Dalam Ruang,
2) Pelayanan Luar Ruang ( Unit Kesehatan Keliling)
d. Rumah Cerdas Anak Bangsa
Program ini merupakan program pendanaan dan bimbingan bagi siswa
dan mahasiswa dalam bidang pendidikan dan pelatihan sehingga
menjadi individu yang mandiri. Adapun tujuan dari program ini adalah
1) Mewujudkan tujuan nasional dibidang pendidikan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa
2) Memberi kesempatan kepada anak-anak dari keluarga kurang
mampu secara ekonomi untuk bersekolah hingga perguruan tinggi
3) Menyiapkan generasi penerus bangsa yang memiliki integritas
lifeskill (IQ, EQ dan SQ).
Program-program yang dilaksanakan yaitu
1) Rumah Cerdas Primagama
2) Satu Keluarga Satu Sarjana(SKSS)
3) Sekolah Anak Jalanan
4) Beasiswa Dinnar
5) PPSDMS
6) Program Sarana Pintar
65
e. Konter Layanan Mustahik (KLM)
Konter Layanan Mustahik (KLM) adalah tempat pelayanan
mustahik yang dibentuk BAZNAS untuk memudahkan mustahik
mendapatkan bantuan sesuai kebutuhannya. Bantuan yang
disalurkan PPM berbentuk hibah (program karitas), yang disalurkan
untuk perorangan maupun lembaga. Konter Layanan Mustahik
memberikan pelayanan kepada mustahik dengan prinsip cepat, tepat
dan akurat. Konter Layann Mustahik berlokasi di Kantor Pusat
BAZNAS, Jl. Kebon Sirih No 57, Jakarta Pusat. Buka setiap hari
kerja mulai pukul 9 pagi sampai dengan pukul 3 sore. Beberapa
bentuk bantuan yang diberikan yaitu berupa :
1) Bantuan kebutuhan hidup Mustahik
2) Bantuan kesehatan (bantuan pengobatan jalan)
3) Bantuan pendidikan (biaya tunggakan sekolah dll)
4) Bantuan ibnu sabil (bantuan untuk orang terlantar)
5) Bantuan Gharimin
6) Bantuan Mualaf
7) Bantuan fisabilillah
8) Bantuan advokasi pelayanan pendidikan, kesehatan dll.
66
Program Tanggap Bencana adalah program merespon untuk
memberikan bantuan kepada masyarakat yang tertimpa musibah
sesaat setelah terjadi bencana. Program Tanggap bencana meliputi
tanggap darurat, evakuasi, recovery, dan rekontruksi, pelaksanaan
kegiatan tanggap darurat bencana dilakukan makasimal 14 hari.
Program Tanggap Bencana dilakukan bekerjasama dengan instansi
pemerintah terkait penanggulangan bencana dan Jaringan Relawan
Indonesia ( JARI) yang tersebar di 33 propinsi dan berbagai lembaga
sosial. Dengan sisitem kemitraan, Program Tanggap Bencana dapat
dilaksanakan sesegera mungkin, setelah terjadinya bencana.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan Penelitian
1. Hasil Deskriptif Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pelaku usaha mikro yang
terdaftar sebagai mustahik pada badan amil zakat nasional (BAZNAS)
di Jatinegara. Mustahik tersebut menerima bantuan modal berupa dana
zakat produktif dari Baznas untuk usaha mikro. Berikut ini adalah
deskriptif statistik mengenai identitas responden penelitian yang berasal
dari jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan lama menerima dana
zakat produktif BAZNAS.
67
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Banyaknya responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.
Dapat disimpulkan bahwa mustahik penerima zakat produktif di
jatinegara mayoritas adalah wanita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada pie chart dibawah ini.
Gambar 4.1. Chart Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 12 24,0 24,0 24,0
Perempuan 38 76,0 76,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
24%
76%
Laki-Laki24%
Perempuan76%
68
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Status
Gambaran responden berdasarkan status pernikahan akan
dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Status
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
V
a
l
i
d
Menikah 42 84,0 84,0 84,0
Janda/Duda 8 16,0 16,0 100,0
Total
50 100,0 100,0
Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa sebanyak 42 orang
atau 84% adalah responden yang berstatus menikah, 8 orang atau
16% adalah responden berstatus janda/duda. Dapat disimpulkan
bahwa penerima dana zakat produktif BAZNAS didominasi oleh
mustahik yang bertatus menikah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
pie chart dibawah ini
Gambar 4.2. Chart Jumlah Responden Berdasarkan Status
Menikah84%
Janda/Duda16%
69
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Mengenai gambaran responden berdasarkan usia akan
dijelaskan pada tabel di bawah ini. Pembagian responden
berdasarkan usia terbagi menjadi empat, yaitu kurang dari 20 tahun,
20 tahun sampai dengan 30 tahun, 30 tahun sampai dengan 50 tahun,
dan lebih dari 50 tahun.
Tabel 4.3. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 20 s.d 30 7 14,0 14,0 14,0
31 s.d 50 22 44,0 44,0 58,0
>50 21 42,0 42,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa mayoritas
responden sebanyak 22 orang atau 44% adalah responden yang
berusia 31-50 tahun, kemudian responden yang berusia >50 tahun
sebanyak 21 orang atau 42% dan responden berusia 20-30 tahun
sebanyak 7 orang atau 14%. sementara untuk responden berusia
kurang dari 20 tahun adalah 0% atau tidak ditemukan.
Dapat disimpulkan bahwa penerima dana zakat produktif
BAZNAS lebih banyak didominasi oleh mustahik yang berusia
diatas 50 tahun. Dan paling sedikit didominasi oleh mustahik yang
70
berusia 20-30 tahun. Sedangkan mustahik yang berusia kurang dari
20 tahun tidak ditemukan. Lebih jelasnya dapat dilihat dapa pie chart
dibawah ini.
Gambar 4.3. Chart Jumlah Responden Berdasarkan Usia (Tahun)
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Hasil Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai pembagian
responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir.
Pembagian responden dibagi menjadi empat kategori, yaitu Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA), dan Strata satu/Diploma (S1/Diploma).
20 s.d 3014%
31 s.d 5044%
>5042%
71
Tabel 4.4. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 10 20,0 20,0 20,0
SLTP/sederajat 15 30,0 30,0 50,0
SLTA/sederajat 23 46,0 46,0 96,0
S1/Diploma 2 4,0 4,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Dari Tabel diatas diperoleh informasi bahwa mayoritas
responden berdasarkan pendidikan adalah di tingkat Sekolah Menengah
Atas (SMA) yaitu berjumlah 23 orang atau 46%, kemudian responden
berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 15 orang
atau 30%, lalu responden berpendidikan Sekolah Dasar (SD) berjumlah
10 orang atau 20%, dan paling sedikit responden di tingkat pendidikan
terakhir yaitu Strata1/Diploma (S1/Diploma) yaitu sebanyak 2 orang
atau 4% dengan ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
mustahik penerima zakat produktif Baznas di jatinegara lebih
didominasi oleh mustahik lulusan sma, lalu smp, sd dan paling sedikit
adalah lulusan S1/diploma, lebih mudahnya dapat dilihat pada pie chart
berikut.
72
Gambar 4.4. Chart Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan
e. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menerima Dana Zakat
Produktif BAZNAS
Pembagian responden berdasarkan lama menerima dana zakat
produktif BAZNAS terbagi menjadi empat kategori, yaitu kurang dari
1 tahun, 1-2 tahun, 3-5 tahun, dan lebih dari 5 tahun. Deskripsi
responden berdasarkan lama menerima dana zakat produktif
BAZNAS akan dijelaskan dalam tabel berikut ini.
SD20%
SLTP/Sederajat30%
SLTA/Sederajat46%
S1/Diploma4%
73
Tabel 4.5. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Lama
Menerima Zakat Produktif
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 s.d 2 tahun 14 28,0 28,0 28,0
3 s.d 5 tahun 33 66,0 66,0 94,0
>5 tahun 3 6,0 6,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Dari Tabel diatas diperoleh informasi bahwa mayoritas
responden telah cukup lama menerima dana zakat produktif
BAZNAS , hal ini dilihat dari jumlah responden yang sudah menjadi
nasabah selama 3-5 tahun sebanyak 33 orang atau 66%, lalu yang
sudah menjadi nasabah antara 1-2 tahun sebanyak 14 orang atau
28%, kemudian >5 tahun sebanyak 3 orang atau 6%, dan kurang dari
1 tahun tidak ditemukan.
Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas
mustahik menerima dana zakat produktif selama 3-5 tahun.
Selanjutnya adalah 1-2 tahun lalu lebih dari lima tahun. Sedangkan
mustahik yang menerima dana zakat kurang dari satu tahun tidak
ditemukan. dapat diperjelas dengan pie chart dibawah ini:
74
Gambar 4.5. Chart Jumlah Responden Berdasarkan Lama
Menerima Zakat Produktif
2. Hasil Deskriptif Karakteristik Usaha
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Mengenai gambaran responden berdasarkan jenis usaha akan
dijelaskan pada Tabel di bawah ini. Pembagian responden
berdasarkan jenis usaha terbagi menjadi empat kategori, yaitu
pedagang grosir, pedagang kaki lima, pedagang warung/toko dan lain-
lain.
1 s.d 2 Tahun28%
3 s.d 5 Tahun66%
>5 Tahun6%
75
Tabel 4.6. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Pedagang Grosir 1 2,0 2,0 2,0
Pedagang Kaki Lima 7 14,0 14,0 16,0
PedagangWarung/
Toko 38 76,0 76,0 92,0
Lain-Lain 4 8,0 8,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Dari Tabel diperoleh informasi bahwa jenis usaha para mustahik
didominasi oleh usaha warung/toko sebanyak 38 orang atau 76%, lalu 7
orang atau 14% responden melakukan jenis usaha sebagai pedagang kaki
lima, kemudian itu jenis usaha grosir sebanyak 1 orang atau 2%,
sementara kategori lain-lain sebanyak 4% sehingga dapat disimpulkan
bahwa mustahik Baznas di jatinegara lebih banyak menjalankan usaha
warung/toko. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pie chart berikut.
Gambar 4.6. Chart Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Pedagang Grosir2% Pedagang Kaki Lima
14%
Pedagang Warung/Toko
76%
Lain-lain8%
76
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menjalankan Usaha
Hasil Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai pembagian
responden berdasarkan lama menjalankan usaha. Pembagian responden
berdasarkan lama menjalankan usaha terbagi menjadi empat kategori,
yaitu kurang dari 1 tahun, 1-2 tahun, 3-5 tahun, dan lebih dari 5 tahun.
Dari Tabel diatas diperoleh informasi bahwa mayoritas
responden telah lama menjalankan usahanya, hasil yang diperoleh
menyatakan bahwa sebanyak 25 orang atau 50% responden telah
menjalankan usahanya sudah lebih dari lima tahun, lalu hanya sebanyak
24 orang atau 48% sudah menjalankan usaha selama 3-5 tahun,
kemudian sebanyak 1 orang atau 2% sudah menjalankan usaha selama
1- 2 tahun, sedangkan responden yang menjalankan usaha kurang dari
satu tahun tidak ditemukan.
Tabel 4.7. Hasil Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Lama
Usaha
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-2 tahun 1 2,0 2,0 2,0
3 s.d 5 tahun 24 48,0 48,0 50,0
>5 tahun 25 50,0 50,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
77
Jadi mustahik BAZNAS lebih banyak yang menjalan usaha
selama lebih dari satu tahun dan paling sedikit adalah yang
menjalankan usaha selama 1-2 tahun. Sedangkan yang menjalan usaha
selama kurang dari satu tahun tidak ditemukan. seperti yang dapat
dilihat pada pie chart berikut.
Gambar 4.7. Chart Deskripsi Responden Berdasarkan Lama
Usaha
3. Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Homogenitas Varian Levene's
Uji homogenitas varian Levene's digunakan untuk menguji
tingkat homogen varian dari kelompok variabel yang diteliti, apakah
kedua kelompok variabel yang diperbandingkan memiliki varians
yang sama atau tidak. Signifikansi harus lebih dari 0,05 agar varians
yang sama dapat terpenuhi. Berikut ini hasil pengujian homogenitas
1 s.d 2 Tahun
2%
3 s.d 5 Tahun48%
>5 Tahun50%
78
varian yang dilakukan terhadap variabel dependen pendapatan kotor
setelah pembiayaan.
Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Varian Levene's
Dependent Variable: PENDAPATAN KOTOR SETELAH
F df1 df2 Sig.
1,747 42 7 ,226
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent
variable is equal across groups.
a. Design:
intercept + usia + jenis_kelamin + pendidikan + status +
jenis_usaha + lama_usaha+ lama_menerima_zakat+
produktif+modal_setelah_pembiayaan
Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa signifikansi
penelitian adalah sebesar 0,226 > 0,05, maka dapat dikatakan varians
kedua kelompok sama dan uji Ancova dapat dilakukan.
b. Hasil Uji Signifikansi
Pengujian signifikansi ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh signifikan antar kelompok variabel penelitian yang
dibandingkan. Signifikansi penelitian harus lebih kecil dari 0,05 agar
variabel yang diperbandingkan dinyatakan memiliki pengaruh yang
79
signifikan. Jika signifikansi penelitian memiliki nilai lebih besar dari
0,05 maka variabel yang diperbandingkan dinyatakan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan.
Hipotesis:
1. H0: Karakteristik profil mustahik tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan usaha mikro
H1: Karakteristik profil mustahik berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan usaha mikro
2. H0: Karakteristik usaha mustahik tidak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan usaha mikro.
H1: Karakteristik usaha mustahik berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan usaha mikro.
3. H0: Pembiayaan dari dan zakat produktif tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha mikro
mustahik
H1: Pembiayaan dari dana zakat produktif berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan usaha mikro mustahik
80
Tabel 4.9. Hasil Uji Signifikansi
Dependent Variable: PENDAPATAN KOTOR SETELAH
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 349375083666541,560a 15 23291672244436,105 1,965 ,051
Intercept 809795560018,621 1 809795560018,621 ,068 ,795
USIA 905981479730,441 2 452990739865,220 ,038 ,963
JENIS_KELAMIN 7912748770132,297 1 7912748770132,297 ,668 ,420
PENDIDIKAN 32344552322954,010 3 10781517440984,670 ,910 ,447
STATUS 11998779342495,201 1 11998779342495,201 1,012 ,321
JENIS_USAHA 5139918889831,008 3 1713306296610,336 ,145 ,932
LAMA_USAHA 17118882922125,062 2 8559441461062,531 ,722 ,493
LAMA_MENERIMA_
ZAKAT_PRODUKTIF
59335835254635,200 2 29667917627317,600 2,503 ,097
MODAL_SETELAH_
PEMBIAYAAN
155448028715363,340 1 155448028715363,340 13,117 ,001
Error 402937116333458,300 34 11851091656866,422
Total 2414650000000000,000 50
Corrected Total 752312199999999,800 49
a. R Squared = ,464 (Adjusted R Squared = ,228)
81
Hasil pengujian signifikansi antar variabel penelitian diatas
menyatakan bahwa :
2) Variabel usia memiliki nilai signifikan sebesar 0.963 > 0,05. Ini
menandakan bahwa variabel usia tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan kotor usaha mustahik.
3) Variabel jenis kelamin memiliki nilai signifikan sebesar 0,420 >
0,05 yang menandakan bahwa variabel ini tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha mustahik.
Selanjutnya variabel pendidikan, memiliki nilai signifikasi
sebesar 0,447. Artinya variabel inipun tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha mustahik.
4) Variabel status. Memiliki nilai signifikasi sebesar 0,321 > 0,05.
Menandakan bahwa variabel ini juga tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pendapatan usaha mustahik.
5) Variabel jenis usaha memiliki nilai signifikan sebesar 0,932 >
0,05 berarti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan usaha mustahik.
6) Variabel pendidikan memiliki nilai signifikan sebesar 0,447 >
0,05 yang berarti tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan usaha mustahik.
82
7) Variabel lama menjalankan usaha memiliki nilai signifikan
sebesar 0,493 > 0,05. Tidak ada pengaruh yang signifikan
terhadap perkembangan usaha mustahik.
8) Variabel lama menerima zakat produktif memiliki nilai signifikan
sebesar 0,97 > 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan usaha mikro mustahik.
9) Variabel modal setelah pembiayaan yang memiliki nilai sigifikan
sebesar 0,01<0,05 yang berarti variabel ini memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pendapatan usaha mustahik.
Hipotesis karakteristik profil responden dalam penelitian ini
menerima H0 dan menolak H1. Karena nilai signifikan dari variabel
usia, jenis kelamin, pendidikan, status dan lama menerima zakat >
0,05%.
Hipotesis karakteristik usaha responden dalam penelitian ini
juga menerima H0 dan menolak H1 sebab, variabel jenis usaha dan
lama menjalankan usaha memiliki nilai signifikan > 0,05%
Dari pemaparan hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa
variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan
usaha mustahik BAZNAS di Jatinegara adalah variabel modal
setelah diberikan zakat produktif. H0 ditolak dan menerima H1
karena variabel modal setelah pemberian zakat produktif adalah <
0,05%.
83
c. Hasil Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon
Pengujian peringkat bertanda Wilcoxon digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penurunan nilai sebelum dan sesudah
menerima dana zakat produktif terhadap masing-masing variabel
penelitian yang diuji. Berikut hasil pengujian peringkat bertanda
Wilcoxon dalam penelitian ini.
Tabel 4.10. Hasil Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
PENDAPATAN
KOTOR SETELAH -
PENDAPATAN
KOTOR SEBELUM
Negative Ranks 0a ,00 ,00
Positive Ranks
50b 25,50
1275,0
0
Ties 0c
Total 50
a. Pendapatan kotor setelah < pendapatan kotor sebelum
b. Pendapatan kotor setelah > pendapatan kotor sebelum
c. Pendapatan kotor setelah = pendapatan kotor sebelum
84
Hasil dari pengujian peringkat bertanda Wilcoxon diatas
menyatakan bahwa :
1) Negative rank atau selisih (negatif) antara Hasil pendapatan
kotor usaha mustahik BAZNAS pada saat sebelum dan setelah
menerima dana zakat produktif adalah 0, baik itu pada nilai N,
mean rank, ataupun sum of ranks. Nilai 0 ini menunjukkan tidak
ada penurunan
atau pengurangan dari nilai sebelum menerima dana zakat
produktif ke nilai sesudah menerima dana zakat produktif.
2) Positive ranks atau selisih (positif) antara hasil pendapatan kotor
sebelum dan sesudah menerima dana zakat produktif . disini
terdapat 50 data positif (N) yang artinya ke-50 responden
mengalami peningkatan pendapatan kotor dari sebelum
menerima dana zakat produktif ke setelah menerima dana zakat
produktif. Mean rank atau rata-rata peningkatan tersebut adalah
sebesar 25,50. Sedangkan jumlah ranking positif atau sum of
ranks adalah sebesar 1275.
3) Ties adalah kesamaan nilai sebelum dan sesudah menerima dana
zakat produktif. Nilai ties pada penelitian ini adalah 0, sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak ada nilai yang sama antara
pendapatan sebelum dan setelah menerima dana zakat produktif.
85
Hipotesis:
H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata pendapatan usaha sebelum pembiayaan dengan
rata-rata pendapatan usaha setelah pembiayaan
H1: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
pendapatan usaha sebelum pembiayaan dengan rata-
rata pendapatan usaha setelah pembiayaan.
Berdasarkan hasil uji peringkat bertanda wilcoxon diatas
maka H0 ditolak dan menerima H1 karena terdapat perbedaan
antara rata-rata pendapatan usaha sebelum pembiayaan dengan
rata-rata pendapatan usaha setelah pembiayaan.
Uji peringkat bertanda wilcoxon ini membuktikan
bahwa dengan adanya pembiayaan dari dana zakat produktif,
usaha mikro mustahik di jatinegara menjadi lebih berkembang
ditandai dengan meningkatnya pendapatan usaha para mustahik
BAZNAS di Jatinegara.
86
Tabel 4.11. Test Statistics
Test Statisticsa
PENDAPATAN KOTOR SETELAH -
PENDAPATAN KOTOR SEBELUM
Z -6,215b
Asymp. Sig.
(2-tailed)
,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed)lebih kecil dari < 0,05, maka
H1 terima, sebaliknya jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) lebih besar
dari > 0,05 maka H1 ditolak.
Hipotesis:
H0: Pembiayaan dari dana zakat produktif tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan usaha mikro mustahik
H1: Pembiayaan dari dana zakat produktif berpengaruh
Signifikan terhadap pendapatan usaha mikro mustahik
berdasarkan ouput Test Statistics diketahui bahwa nilai asymp.
Sig. (2-tailed) adalah bernilai 0.00 < 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan menerima H1. Artinya ada perbedaan antara
pendapatan sebelum menerima dana zakat produktif dan pendapatan
setelah menerima dana zakat produktif. Sehingga dapat disimpulkan
87
bahwa zakat produktif BAZNAS memberikan pengaruh yang
signifikan pada pendapatan kotor mustahik di Jatinegara.
C. Analisis Ekonomi
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa zakat produktif
memberikan perbedaan dan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan
usaha mikro mustahik. Terbukti bahwa dengan adanya zakat produktif, 50
orang responden menyatakan bahwa pendapatannya meningkat. Jika
potensi zakat di Indonesia bisa terserap seluruhnya dan dapat dikelola
dengan baik oleh para amil dan mustahik, tentu UMKM dapat berkembang
dengan pesat sehingga dapat menjadi solusi dari masalah kemiskinan di
Indonesia. Dengan adanya zakat produktif ini, diharapkan mustahik dapat
hidup kreatif, inovatif dan mandiri sehingga mampu naik ke level muzaki.
Jika mustahik telah produktif dan menjadi muzaki maka sepantasnya ia
mampu merangkul mustahik-mustahik lainnya agar dikemudian hari bisa
menjadi muzaki berikutnya.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pendayagunaan zakat
produktif terhadap perkembangan usaha mikro mustahik, maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan dari apa yang telah dirumuskan dalam
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa ada perbedaan dalam hal
pendapatan yang didapat oleh para pelaku usaha dari kalangan mustahik
BAZNAS di Jatinegara antara sebelum dan sesudah mendapatkan zakat
produktif BAZNAS. Pendapatan setelah menerima zakakt produktif
lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan sebelum menerima zakat
produktif BAZNAS. Dapat dilihat pada uji wilcoxon. Pada tabel
RANKS dapat dilihat bahwa Positive ranks atau selisih (positif) antara
hasil pendapatan kotor sebelum dan sesudah menerima dana zakat
produktif . disini terdapat 50 data positif (N) yang artinya ke-50
responden mengalami peningkatan pendapatan antara sebelum
menerima dana zakat produktif dengan setelah menerima dana zakat
produktif. Mean rank atau rata-rata peningkatan tersebut adalah sebesar
25,50. Sedangkan jumlah ranking positif atau sum of ranks adalah
sebesar 1275. Kemudian hasil dari uji wilcoxon pada tabel TEST
STATISTICS yang membuktikan dengan nilai asymp. Sig. (2-tailed)
adalah 0.00 < 0,05 maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
89
bahwa zakat prooduktif BAZNAS memberikan pengaruh yang berarti
pada pendapatan kotor mustahik di Jatinegara.
2. Zakat produktif yang diberikan oleh BAZNAS memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pendapatan usaha mikro mustahik. Hal ini
dapat dilihat dari uji ANCOVA pada tabel Tests of Between-Subjects
Effects yang membuktikan bahwa variabel modal setelah pembiayaan
yang memiliki nilai sigifikan sebesar 0,01<0,05 yang berarti variabel
ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha
mikro mustahik.
3. Hasil dari uji yang dilakukan berdasarkan karakteristik profil responden
meliputi usia, status, jenis kelamin, pendidikan, dan lama menerima
zakat produktif tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pendapatan usaha mikro mustahik. uji Ancova pada tabel Tests of
Between-Subjects Effects membuktikan bahwa variabel usia memiliki
nilai signifikan sebesar 0.963 > 0,05. Ini menandakan bahwa variabel
usia tidak memiliki nilai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan
kotor usaha mustahik. Variabel Jenis kelamin memiliki nilai signifikan
sebesar 0,420 > 0,05 yang menandakan bahwa variabel ini tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha
mustahik. Selanjutnya variabel pendidikan, memiliki nilai signifikasi
sebesar 0,447. Artinya variabel ini pun tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pendapatan usaha mustahik. Lalu, variabel
status. Memiliki nilai signifikasi sebesar 0,321 > 0,05. Menandakan
90
bahwa variabel ini juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan usaha mustahik. Variabel lama menerima zakat
produktif memiliki nilai signifikan sebesar 0,97 > 0,05 yang berarti
tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha mikro
mustahik.
4. Hasil dari uji yang dilakukan berdasarkan karakteristik usaha responden
meliputi jenis usaha, lama menjalankan usaha dan jumlah tenaga kerja
juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan
usaha mikro mustahik. dapat dibuktikan dari uji Ancova pada tabel
Tests of Between-Subjects Effects membuktikan bahwa variabel jenis
usaha memiliki nilai signifikan sebesar 0,932 > 0,05 berarti tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha
mustahik. Variabel lama menjalan usaha memiliki nilai signifikan
sebesar 0,493 > 0,05. Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan usaha mustahik. sedangkan variabel tenaga kerja tidak
keluar pada output ancova karena jumlah tenaga kerja pada semua
responden di Jatinegara adalah berjumlah 1-3 orang. Tidak lebih dari
itu.
91
B. Saran
Berdasarkan uraian dari analisis dan kesimpulan serta keterbatasan
dalam penelitian ini, maka saran yang dapat dikemukakan oleh penulis
adalah sebagai berikut:
1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) diharapkan dapat terus
mendayagunakan zakat produktif karena sudah terbukti berpengaruh
signifikan untuk perkembangan usaha mikro mustahik dalam hal
pendapatan. Sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan sehingga
tumbuh muzaki-muzaki baru. Dan diharapkan BAZNAS dapat terus
membina mustahik dalam berwirausaha agar lebih terampil dan mandiri
agar lebih banyak lagi para mustahik bisa naik ke level muzaki.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk memakai sampel yang
lebih luas dan menambah variabel-variabel independen yang dapat
meningkatkan usaha mikro mustahik sehingga hasilnya dapat di
generalisasikan.
3. Diharapkan seluruh masyarakat khususnya golongan menengah keatas
untuk paham dan patuh membayar zakat di badan atau lembaga amil
zakat. Karena badan atau lembaga amil zakat bisa mendistribusikan
zakat lebih merata sehingga tidak terkonsentrasi paa satu wilayah saja.
Dan di sisi lain, badan atau lembaga amil zakat bisa mendayagunakan
dana zakat yang terkumpul agar lebih efektif salah satu contohnya
adalah dengan mendayagunakan zakat untuk modal usaha mustahik.
92
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, Jakarta: UI-press,
1998.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta. 2010.
Ascarya, and Siti Rahmawati. Analisis Determinan Kenaikan Usaha Mikro,
Jakarta: Bank Indonesia, 2015.
Asnaini. Zakat Produktif Dalam Persefektif Hukum Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
Aziz, Abdul , and A. Herani Rusland. Peranan Bank Indonesia di Dalam
Mendukung Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta:
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, 2009.
Bariadi, Lili, Muhammad Zen, and M. Hudri. Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CV.
Pustaka Amri, 2005.
. Zakat dan Wirausaha. Ed 1 cet, Jakarta: Center Of Entrepreneurship
Development, 2015.
Fakhruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, Malang: UIN Malang Press,
2008.
Fauzi, Yuslam. Memaknai Kerja. Bandung: Penerbit Mizan, 2012.
Garry Nugraha Winoto. Pengaruh Dana Zakat Produktif Terhadap Keuntungan
Usaha Mustahik Penerima Zakat (Studi Kasus BAZ (Kota Semarang),
Skripsi Fakultas Ekonomi UNDIP, 2011.
Ghozali, Syukri, et al. Pedoman Zaka,. Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana
Keagamaan Islam , Zakat dan Wakaf, 1998.
Hafidhhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema
Insani, 2002.
93
Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam Direktorat Pemberdayaan Islam. Pedoman Zakat 9 Seri. Jakarta :
Ikhlas Beramal, 2012.
Kusumawardani, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Tekstil Di Kabupaten Kepualuan Selayar, Skripsi Universitas
Hasanuddin, 2014.
Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia. Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM), Jakarta: Bank Indonesia, 2015.
Mas'udi, Masdar F., Fathurrahman Djamil, Didin Hafidhuddin, and Siti Musdah
Mulia. Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektifitas Pemanfaatan
ZAkat, Infak Sedekah, Jakarta: PIRAMEDIA, 2004.
Mursalina Syarifah, Dampak Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Mustahik Kasus : Usaha Mikro Binaan
BAZNAS di Kabupaten Bogor, 2015.
Mufraini, M. Arif. Akuntansi dan Manajemen Zakat, Jakarta: Kencana, 2006.
Nainggolan, Romauli. Gender, Tingkat Pendidikan dan Lama Usaha sebagai
determinan penghasilan umkm kota surabaya. Kinerja, vol 20, no.1, th 2016
Nugroho, Tulus Rahayu. Pengaruh kredit PNPM MP, Kemampuan wirausaha dan
faktor demografi terhadap kinerja usaha mikro (studi kasus pada kelompok
usaha mikro di kecamatan guntur kabupaten demak. Jurnal STIE Semarang
vol 8 No. 3 edisi oktober 2016.
Permono, Sjechul Hadi. Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan
Nasional. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.
Pramiyanti, Alila. Studi Kelayakan Bisnis Untuk UK, Yogyakarta: Media Presindo,
2008.
Pratama, Yoghi Citra . Peran Zakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi
Kasus: Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional). 2015.
94
Priadana, Moh Sidik, dan Saludin Muis. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Purwoastuti, TH. Endang, and Elisabeth Siwi Walyani. Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: PT Pustaka Baru, 2014.
Qadir, Abdurrachman. Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial), ed. 1, cet. 2.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Qardhawi Yusuf. Hukum Zakat, Jakarta: PT Pustaka Litera AntarNusa, 1996.
Ridwan, Muhammad dan Mas’ud. Zakat dan Kemiskinan Instrumen
Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: UII Press, 2005.
Sartika, Mila. Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan
Mustahik Pada LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta. Jurnal Ekonomi
Islam, Volume II, Nomor 1, Tahun 2008.
Sasmitha, Ni Putu Ria dan Ayuningsih, A.A Ketut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan pengrajin pada industri kerajinan bambu di
desa belega kabupaten gianyar. E-jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana vol.6, No. 1, Januari 2017.
Supranto, J. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga, 2008
Suprayitno, Eko. Aslam, Mohamed dan Harun, Azhar. Zakat and SDGs: Impact
Zakat on Human Development in the Five States of Malaysia. International
Journal of Zakat 2(1) 2017 page 61-69
Tambunan, Tulus. Usaha Mikro Kecil Dan Menengah di Indonesia: Isu-isu
Penting, Jakarta: LP3ES, 2012.
Wardani, Sri Teti, Hamzah, Abu Bakar dan Nasir, Muhammad. Analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi produk kecil di kabupaten aceh jaya. Jurnal ilmu
ekonomi pasca sarjana unversitas syiah kuala. Vol 3, No. 3, Agustus 2015
Wulansari, Sintha Dwi. Analisis Peranan Dana Zakat Produktif Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Penerima Zakat) Studi Kasus
Rumah Zakat Kota Semarang. DIPONEGORO JOURNAL OF
ECONOMICS , Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014.
95
Yeni Saptia. Faktor-faktor Peningkatan Usaha Perempuan Mustahik Dalam
Berwirausaha. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan vol 21, No.2, Desember
2013.
Zainal, Hafizah. Bakar, Azizi Abu dan Saad, Ram Al Jaffri. Reputation,
Satisfaction of Zakat Distribution, and Service Quality as Determinant of
Stakeholder Trust in Zakat Institutions. International Journal of Economics
and Financial Issues, 2016, 6(S7) 72-76.
Sumber Internet
Badan Amil dan Zakat Nasional. Profil Baznas (Online). http://pusat.baznas.go.id/,
Diakses pada Juni 2017.
Badan Pusat Statistik. Jumlah Penduduk (Online). http://sp2010.bps.go.id/, diakses
pada Desember 2016.
. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan,
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) Menurut Provinsi 2007-2012. http ://bps.go.id/jumlah-penduduk-
miskin. Diakses 17 Juni 2013.
. Produk Domestik Bruto, (online). http://www.bps.go.id/index,
Diakses
pada Juni 2011.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Daya Guna (online). http://kbbi.web.id , Diakses
pada Desember 2016.
. Kamus Besar Bahasa Indonesia (online). http://kbbi.web.id, Diakses
pada Desember 2016.
Republika. Potensi Zakat Rp 217 Triliun Terserap Satu Persen (online).
http://www.republika.co.id/berita, Diakses pada 18 Juni 2013.
96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kuisioner Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Perkembangan Usaha
Mikro Mustahik
A. Cara Pengisian
Profil responden diisi dengan keterangan diri.
Mohon diisi daftar pertanyaan di bawah ini sesuai dengan
pendapat anda.
Mohon isi jawaban sesuai dengan kondisi anda
Tandai jawaban anda dengan memberi tanda silang ( X ) pada
jawaban yang Bapak/Ibu pilih.
B. Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Usia :
a. < 20 Tahun c. 31-50 Tahun
b. 20-30 Tahun d. > 50 Tahun
4. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki b. Perempuan
5. Pendidikan :
a. SD c. SMA
b. SMP d. S1/Diploma
6. Status :
a. Belum menikah
b. Menikah
c. Janda/ duda
7. Jenis Usaha :
a. Pedagang Grosir c. Pedagang Warung/Toko
b. Pedagang Kaki Lima d. Dan lain-lain
Jenis/Nama Usaha
8. Lama Menjalankan Usaha :
a. < 1 Tahun c. 3-5 Tahun
b. 1-2 Tahun d. > 5 Tahun
9. Sudah berapa lama menerima dana zakat produktif :
a. < 1 Tahun c. 3-5 Tahun
b. 1-2 Tahun d. > 5 Tahun
97
C. Keberlangsungan Usaha Mikro (Pengaruh Pembiayaan terhadap
Kondisi Usaha)
I. Modal Usaha
1. Berapa modal yang digunakan untuk memulai usaha?
a. < Rp 1.000.000 c. Rp 2.100.000 – Rp 3.000.000
b. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 d. > Rp 3.000.000
2. Berapa bantuan modal (pembiayaan) dari Dompet Dhuafa yang
Bapak/Ibu terima?
a. < Rp 2.000.000 c. Rp 3.100.000 – Rp 4.000.000
b. Rp 2.000.00 – Rp 3.000.000 d. > Rp 4.000.000
3. Berapa modal yang digunakan untuk memulai usaha?
Modal Sebelum Modal Sesudah
II. Pendapatan
1. Berapa rata-rata pendapatan usaha Anda setiap bulannnya
sebelum menerima dana zakat produktif dari BAZNAS ?
a. < Rp. 500.000
b. Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000
c. Rp. 1.600.000 – Rp. 3.000.000
d. > Rp. 3.000.000
2. Berapa rata-rata pendapatan usaha Anda setiap bulannnya setelah
menerima dana zakat produktif dari BAZNAS ?
e. < Rp. 1000.000
f. Rp. 1000.000 – Rp. 2.500.000
g. Rp. 2.600.000 – Rp. 5.000.000
h. > Rp. 5.000.000
3. Apakah dengan adanya pendayagunaan dana zakat produktif dari
BAZNAS pendapatan usaha Anda meningkat dibandingkan
dengan sebelum Anda menerima dana zakat produktif?
a. Ya
b. Tidak
Pendapatan Sebelum Pendapatan Sesudah
98
100