Upload
joris-pasang
View
2.434
Download
26
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skripsi peledakan
Citation preview
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 1
ANALISIS PENGARUH POLA RANGKAIAN
PELEDAKAN TERHADAP TINGKAT GETARAN TANAH
(GROUND VIBRATION LEVEL) PADA
PT. CIPTA KRIDATAMA JOBSITE
PT. MULTI HARAPAN UTAMA,
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA,
KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Oleh :
JORIS PASANG
0709045069
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
734-TB1-10/11
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 2
ANALISIS PENGARUH POLA RANGKAIAN
PELEDAKAN TERHADAP TINGKAT GETARAN TANAH
(GROUND VIBRATION LEVEL) PADA
PT. CIPTA KRIDATAMA JOBSITE
PT. MULTI HARAPAN UTAMA,
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA,
KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Pada Program Studi Strata 1 Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman
Oleh :
JORIS PASANG
0709045069
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 3
ANALISIS PENGARUH POLA RANGKAIAN PELEDAKAN
TERHADAP TINGKAT GETARAN TANAH (GROUND VIBRATION
LEVEL) PADA PT. CIPTA KRIDATAMA JOBSITE
PT. MULTI HARAPAN UTAMA,
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA,
KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
JORIS PASANG
0709045069
Samarinda, 16 Februari 2013
Disahkan oleh :
Pembimbing I,
Revia Oktaviani, ST.MT
NIP. 19681002 200501 2 001
Pembimbing II,
Retno Anjarwati, ST.MT
NIP. 19720302 200012 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman
Dr. Ir. H. Dharma Widada, MT
NIP. 19690706 199512 1 004
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 4
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak
bersungut-sungut dan berbantah-bantah
(Filipi 2 : 14)
Skripsi ini saya persembahkan kepada
Bapak Petrus Tandi Dena’, mama Ruth Pasang
serta kakak dan adik Attyn Pasang dan Megi Wanti Petrus
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 5
Joris Pasang Dosen Pembimbing.
0709045069 I. Revia Oktaviani, ST. MT
Program Studi S1 Teknik Pertambangan II. Retno Anjarwati, ST. MT
2012, 49
ANALISIS PENGARUH POLA RANGKAIAN PELEDAKAN TERHADAP TINGKAT
GETARAN TANAH (GROND VIBRATION LEVEL) PADA
PT. CIPTA KRIDATAMA JOBSITE PT. MULTI HARAPAN UTAMA,
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
ABSTRAK
Getaran tanah (ground vibration) adalah gelombang yang bergerak didalam tanah disebabkan oleh adanya
sumber energi. Sumber energi tersebut dapat berasal dari alam, seperti gempa bumi atau adanya aktivitas
manusia, salah satu diantaranya adalah kegiatan peledakan. Getaran tanah ini pada tingkat tertentu bisa
menyebabkan terjadinya kerusakan struktur disekitar lokasi peledakan. Tingkat getaran peledakan
bervariasi tergantung pada rancangan peledakan dan kondisi geologi dari batuannya. Apabila pola
peledakan tidak tepat atau seluruh lubang diledakkan sekaligus, maka akan terjadi sebaliknya yang
merugikan, yaitu peledakan yang mengganggu lingkungan dan hasilnya tidak efektif dan tidak efisien.
Zig-zag (staggered),dan row by row adalah pola rangkaian yang digunakan di Pit B1L3. Pada proses
peledakannya tidak dilakukan sekali peledakan (jika lubang ledak banyak), melainkan dirangkai menjadi
beberapa kali inisiasi. Ini dilakukan untuk meminimalisir vibrasi yang dihasilkan pada peledakan
tersebut. Alat ukur getaran yang digunakan adalah BlasmateIII
sedangkan untuk mengetahui jarak dari
lokasi peledakan ke alat ukur getaran digunakan GPS Garmin 60CSx. Acuan yang digunakan untuk
menentukan jarak pengukuran adalah rumah warga terdekat dengan lokasi peledakan yaitu 645 meter.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan dilapangan, untuk rangkaian row by row didapat nilai
getaran (PPV) yang paling besar terjadi pada 6 Juni 2012 yaitu 1.38 mm/s dengan charge weight sebesar
60.76 kg/delay pada jarak 755 meter. Sedangkan Pada rangkaian zig-zag nilai getaran yang didapat relatif
kecil dan tidak ada yang mencapai nilai 1 mm/s. Nilai getaran yang terbesar adalah 0.883 mm/s terjadi
pada 9 Juni 2012 dengan jumlah muatan tiap lubang 60.00 kg dan jarak pengukuran 765 meter dari lokasi
peledakan. Pada rangkaian row by row didapatkan hasil keakuratan prediksi rata-rata sebesar 69.59 %,
sedangkan untuk rangkaian zig-zag keakuratan prediksi yaitu 80.19 %.
Kata Kunci : Getaran tanah, Zig-zag, Row by row, Blasmate
III, PPV
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 6
Joris Pasang Lecturers.
0709045069 I. Revia Oktaviani, ST. MT
Mining Engineering II. Retno Anjarwati, ST. MT
2012, 49
CIRCUIT PATTERN ANALYSIS OF INFLUENCE OF BLASTING GROUND VIBRATION LEVEL
AT PT. CIPTA KRIDATAMA JOBSITE PT. MULTI HARAPAN UTAMA, KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA,
EAST KALIMANTAN
ABSTRACT
Ground vibration is a wave that moves in the soil caused by the energy source. Energy sources can be
derived from nature, such as earthquakes or any human activity, one of which was blasting activities.
Ground vibration at a certain level can cause structural damage around the detonation site. Blasting
vibration levels vary depending on the design of blasting and geological conditions of the rock. If the
pattern is not appropriate or all blasting holes detonated at once, it will happen otherwise harmful, ie
blasting disturb the environment and the result is ineffective and inefficient.
Zig-zag (staggered), and row by row is a pattern of circuit used in the Pit B1L3. In the process of blasting
explosions was not done at all (if the explosive hole lot), but strung together a few times initiation. This
was done to minimize vibration generated in the detonation. Vibration measuring instruments used were
BlasmateIII
while to know the distance from the blasting vibration measuring devices used Garmin GPS
60CSx. References used to determine the distance measurement is closest to the location of the houses
blasting the 645 meters.
Based on the results of measurements made in the field, for a series of row by row obtained vibration
value (PPV) is the greatest place on June 6, 2012 is 1.38 mm/sec with a charge weight of 60.76 kg / delay
at a distance of 755 meters. While the series of zig-zag vibration values obtained are relatively small and
none reached a value of 1 mm/sec. Vibration greatest value is 0.883 mm/sec occurred on June 9, 2012 to
the charge on each hole distance of 60.00 kg and measuring 765 meters from the blasting site. In a series
of row by row results obtained prediction accuracy on average by 69.59%, while for a series of zig-zag is
the prediction accuracy of 80.19%.
Key words : Ground Vibration, Zig-zag, Row by row, BlasmateIII
, PPV
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 7
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sedalam – dalamnya penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus
yang telah memberikan rahmat dan kasih – Nya, sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan tahap
Sarjana di Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Mulawarman. Judul Skripsi ini
adalah “ Analisis Pengaruh Pola Rangkaian Peledakan Terhadap Tingkat Getaran
Tanah (Ground Vibration Level) pada PT. Cipta Kridatama Jobsite PT. Multi
Harapan Utama Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur ”.
Pada Kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada :
1. Bapak Moh. Haris Domili, selaku Superintendent Drill & Blast dan juga sebagai
pembimbing lapangan yang telah membimbing selama melakukan praktek di PT.
Cipta Kridatama – MHU.
2. Bapak Mat Pahri dan Bapak Muniri selaku Supervisor Drill & Blast juga telah
banyak member masukan – masukan dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan.
3. Bapak Elyas, Bapak Irwan Arifin selaku foreman dan Bapak Feryanto selaku Drill
& Blast enginner serta para crew Drill & Blast dan teman – teman dari PT. MCB
selaku subcontractor D&B.
4. Bapak Dr. Ir. H. Dharma Widada MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman
5. Bapak Agus Winarno ST, MT selaku Ketua Program Studi S1 dan D3 Teknik
Pertambangan Universitas Mulawarman.
6. Ibu Revia Oktaviani, ST. MT selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Retno Anjarwati, ST. MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan masukkan dalam penulisan skripsi ini.
8. Staf pengajar prodi teknik pertambangan yang telah memberikan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang pertambangan.
9. Bapak dan Ibu tercinta serta Kakak-Adik dan keluarga besar yang tidak ada henti-
hentinya memberikan semangat dan doanya.
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 8
10. Spesial untuk yang tersayang Corryana Yaneta Simanjuntak yang selalu setia
menemani, mendoakan, dan memberikan semangat serta memberikan kritik dan
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
11. Sahabat satu atap “Gemini”, Oberlin P.S. Purba, Andi Firdaus, ST., Alpan Firdaus,
Arther Wenses, Dongan Sio P. Simorangkir, Reynold Tupamahu, Desky Kurniawan
Akin, atas saran-sarannya untuk penyelesaian skripsi ini.
12. Seluruh teman-teman “Buaya Tambang ’07” atas kebersamaan dan dukungannya
baik selama menjalani masa kuliah maupun dalam membantu penyelesaian skripsi
ini.
13. Teman-teman anggota PPGT JBMKK, Asdar Daud, Andi, Jusniwati, Megi Wanti,
Darman, atas doa dan dukungannya.
14. Seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amiinn.
Samarinda, Februari 2013
Penulis
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 9
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...................................................................................................... ii
Pernyataan Keaslian Skripsi ................................................................................ iii
Halaman Pengesahan ............................................................................................ iv
Halaman Persembahan ......................................................................................... v
Abstrak .................................................................................................................. vi
Abstract .................................................................................................................... vii
Kata Pengantar ..................................................................................................... viii
Daftar Isi ................................................................................................................ x
Daftar Gambar ...................................................................................................... xii
Daftar Tabel .......................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup Masalah ........................................................................ 2
1.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah ............................................................. 2
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................. 3
BAB II. DASAR TEORI
2.1 Pola Pemboran ........................................................................................ 5
2.2 Pola Peledakan ....................................................................................... 6
2.3 Geometri Peledakan ............................................................................... 9
2.4 Energi Pada Peledakan ........................................................................... 14
2.4.1 Work Energy ........................................................................................... 14
2.4.2 Waste Energy .......................................................................................... 14
2.5 Mekanisme Pecahnya Batuan ................................................................. 16
2.6 Getaran dan Gelombang ......................................................................... 18
2.6.1 Getaran Tanah (Ground Vibration) ........................................................ 18
2.6.2 Gelombang ............................................................................................. 24
2.7 Kontrol Vibrasi ....................................................................................... 28
2.8 Standar Vibrasi ....................................................................................... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Teknik Pengambilan Data ...................................................................... 33
3.1.1 Metode langsung (Primer) ...................................................................... 33
3.1.2 Metode Tidak Langsung (Sekunder) ...................................................... 35
3.2 Pengolahan Data ..................................................................................... 36
3.3 Analisa Data ........................................................................................... 37
3.4 Kesimpulan .. ........................................................................................ 37
3.5 Diagram Alir .. ........................................................................................ 38
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 10
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Penelitian .................................................................................... 39
4.2 Pemboran dan Peledakan ........................................................................ 39
4.3 Geometri Peledakan ............................................................................... 42
4.4 Pola Rangkaian Peledakan ..................................................................... 43
4.5 Pengukuran Ground Vibration ............................................................... 44
4.6 Analisa Data .......................................................................................... 46
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 48
5.2 Saran ...................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 49
LAMPIRAN .......................................................................................................... 50
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Peta Lokasi Tambang ...................................................................................... 3
2.1 Sketsa pola pengeboran pada tambang terbuka ................................................ 5
2.2 Pola peledakan Corner Cut (Echelon) .............................................................. 7
2.3 Pola peledakan V-Cut ....................................................................................... 8
2.4 Pola peledakan Box Cut .................................................................................... 8
2.5 Geometri Peledakan ......................................................................................... 12
2.6 Distribusi energi bahan peledak ....................................................................... 16
2.7 Proses pecahnya batuan akibat peledakan ....................................................... 17
2.8 Contoh rekaman getaran tanah pada arah transversal, longitudinal dan
vertikal .............................................................................................................. 21
2.9 BlasmateIII
........................................................................................................ 22
2.10 Variasi pergerakan partikel karena bentuk gelombang getaran (dowding
1985) a). Tekan – longitudinal, b). Geser – transversal, c). Reyleigh –
mewakili vertikal ............................................................................................. 22
2.11 Cara monitor getaran oleh BlasmateIII
............................................................. 23
2.12 Mekanisme pengukuran getaran dan kebisingan ............................................. 24
2.13 Lintasan tempuh gelombang ........................................................................... 27
2.14 Grafik baku tingkat getaran peledakan pada tambang terbuka
terhadap bangunan (SNI) ................................................................................. 32
3.1 Bagan alir penelitian ........................................................................................ 38
4.1 Alat bor Jun Jin SD-1300E .............................................................................. 40
4.2 Pola Pemboran Stagerred ................................................................................ 40
4.3 Mobile Mixing Unit (MMU) ............................................................................. 41
4.4 Perlengkapan Peledakan ................................................................................... 41
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 12
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Nilai konstanta .................................................................................................. 30
2.2 Baku Tingkat Getaran Peledakan terhadap Bangunan (SNI). .......................... 31
2.3 Kriteria pembatasan kecepatan partikel ............................................................ 31
2.4 Acuan kriteria kerusakan .................................................................................. 32
4.1 Geometri Peledakan bulan Mei 2012. .............................................................. 42
4.2 Geometri Peledakan bulan Juni 2012. .............................................................. 43
4.3 Hasil perhitungan PPV prediksi untuk pola rangkaian row by row ................. 45
4.4 Hasil perhitungan PPV prediksi untuk pola rangkaian zig-zag ....................... 45
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Getaran tanah (ground vibration) adalah gelombang yang bergerak didalam tanah
disebabkan oleh adanya sumber energi. Sumber energi tersebut dapat berasal dari alam,
seperti gempa bumi atau adanya aktivitas manusia, salah satu diantaranya adalah
kegiatan peledakan. Getaran tanah (ground vibration) terjadi pada daerah elastic (elastic
zone). Didaerah ini tegangan yang diterima material lebih kecil dari kekuatan material
sehingga hanya menyebabkan perubahan bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat elastis
material maka bentuk dan volume akan kembali ke keadaan semula setelah tak ada
tegangan yang bekerja. Perambatan tegangan pada daerah elastis akan menimbulkan
gelombang getaran. Getaran tanah ini pada tingkat tertentu bisa menyebabkan terjadinya
kerusakan struktur disekitar lokasi peledakan. Karena itu keadaan bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh operasi peledakan tidak bisa diabaikan.
Tingkat getaran peledakan bervariasi tergantung pada rancangan peledakan dan kondisi
geologi dari batuannya. Untuk itu penerapan metode peledakan harus benar dan sesuai
dengan kondisi batuan yang akan diledakkan. Getaran peledakan yang dihasilkan harus
berada pada kondisi aman bagi keadaan sekelilingnya. Hal ini berarti bahwa pengaruh
dari getaran peledakan yang berada di luar standar ukuran peledakan yang diijinkan
akan menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan, kesehatan manusia, dan keamanan
bangunan-bangunan atau lereng-lereng tambang di sekitarnya. Dalam kegiatan
penambangan bahan galian, khususnya yang dilakukan secara tambang terbuka, untuk
membongkar batuan yang keras biasanya dilakukan dengan peledakan. Peledakan pada
kegiatan penambangan, selain menimbulkan hancurnya batuan (pemberaian) juga akan
menimbulkan rambatan seismik yang menggambarkan perjalanan energi melalui bumi
dan mengakibatkan getaran pada massa batuan atau material di sekitarnya.
Pada salah satu tambang yang dikelola PT. Cipta Kridatama site MHU, Pit B1L3,
pembongkaran overburden dilakukan dengan menggunakan metode pemboran dan
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 14
peledakan. Hal ini dilakukan mengingat lapisan batuan disini mempunyai tingkat
kekerasan yang cukup tinggi sehingga tidak ekonomis lagi apabila menggunakan
metode ripping-dozing. Dikarenakan lokasi pit B1L3 yang berdekatan dengan wilayah
pemukiman penduduk, oleh karenanya pada saat melakukan kegiatan peledakan di pit
tersebut maka harus melakukan pengukuran tingkat getaran tanah diwilayah pemukiman
penduduk. Besarnya tingkat getaran yang ditimbulkan akan mempengaruhi bangunan-
bangunan yang ada didaerah pemukiman tersebut.
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui pengaruh pola rangkaian peledakan dan penggunaan bahan peledak
terhadap tingkat getaran tanah yang dihasilkan pada jarak tertentu yang sesuai dengan
SNI 7571:2010.
1.3 BATASAN MASALAH
Ruang lingkup dibatasi pada :
1. Menentukan pola rangkaian peledakan yang akan digunakan
2. Mengukur tingkat getaran tanah dari rangkaian yang digunakan dengan
menggunakan alat BlastmateIII
.
3. Mengetahui banyaknya lubang yang meledak secara bersamaan dalam satu waktu
4. Menganalisis hasil pengukuran terhadap pola rangkaian yang digunakan.
1.4 LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH
PT. Multi Harapan Utama (MHU) yang bekerja sama dengan PT. Cipta Kridatama
sebagai kontraktor, memiliki beberapa wilayah KP dengan luas daerah keseluruhan
47.232,35 ha. Pit B1L3 merupakan salah satu wilayah Kuasa Pertambangan yang
dimiliki oleh PT. Multi Harapan Utama (MHU) dengan luas daerah penambangan
sekitar 20.77 ha. Lokasi KP terletak di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Tenggarong,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur. Secara astronomis lokasi
penambangan PT. Multi Harapan Utama terletak pada 116º35’30”BT - 117º05’55”BT
dan 0º26’35”LS - 0º26’39,31”LS. (Gambar 1.1)
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 15
Lokasi pertambangan PT. Cipta Kridatama berjarak ± 15 km dari ibukota Kabupaten
Kutai Kartanegara, Tenggarong. Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh
melalui jalur darat yaitu :
1. Menggunakan transportasi darat dari Samarinda ke Desa Bukit raya dengan waktu ±
1,5 – 2 jam.
2. Menggunakan transportasi darat dari Tenggarong ke Desa Bukit raya dengan waktu ±
1 jam.
Gambar 1.1. Peta Lokasi Tambang
1.5 Sistematika Penulisan Laporan
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, tujuan, ruang lingkup, tujuan dari penelitian, ruang lingkup
masalah, lokasi dan kesampaian daerah yang menjelaskan secara singkat tempat
penelitian dilaksanakan, serta sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Menjelaskan mengenai pola pemboran, pola peledakan, geometri peledakan, getaran
dan gelombang, kontrol vibrasi, dan standart vibrasi.
PT. MULTI HARAPAN
UTAMA
Agreement Area
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisikan uraian tentang teknik pengambilan data, pengolahan data, analisa data dan
kesimpulan sementara.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisikan kajian langsung mengenai kegiatan peledakan serta berisikan mengenai data
geometri peledakan, rancangan pola peledakan, hasil pengukuran ground vibration,
analisa data.
BAB V PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran yang merupakan hasil pencapaian penelitian yang
dilakukan dengan mengacu pada tujuan awal.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan buku-buku literatur yang dipakai sebagai penunjang laporan ini.
LAMPIRAN
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 17
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pola Pemboran
Keberhasilan suatu peledakan salah satunya terletak pada ketersediaan bidang bebas
yang mencukupi. Minimal dua bidang bebas yang harus ada. Peledakan dengan hanya
satu bidang bebas, disebut crater blasting, akan menghasilkan kawah dengan lemparan
fragmentasi ke atas dan tidak terkontrol. Dengan mem-pertimbangkan hal tersebut,
maka pada tambang terbuka selalu dibuat minimal dua bidang bebas, yaitu dinding
bidang bebas dan puncak jenjang (top bench). Selanjutnya terdapat tiga pola pengeboran
yang mungkin dibuat secara teratur, yaitu: (Gambar 2.1)
1) Pola bujursangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi sama
2) Pola persegipanjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi dalam satu baris lebih
besar dibanding burden
3) Pola zigzag (staggered pattern), yaitu antar lubang bor dibuat zigzag yang berasal
dari pola bujursangkar maupun persegipanjang.
Gambar 2.1 Sketsa pola pengeboran pada tambang terbuka.
Bidang bebas Bidang bebas
Bidang bebas Bidang bebas
a. Pola bujursangkar b. Pola persegipanjang
c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang
3 m
3 m
3 m
2,5 m
3 m
3 m
3 m
2,5 m
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 18
Baik buruknya hasil peledakan akan sangat ditentukan oleh kualitas lubang bor.
Kualitas lubang bor dalam hal ini ditinjau dari segi :
a. Keteraturan tata letak lubang bor
Tujuan pemboran adalah untuk meletakkan bahan peledak pada posisi (tempat)
yang sudah direncanakan. Setiap bantuan akan memberikan reaksi (respon) yang
berbeda terhadap peledakan. Reaksi ini bervariasi sangat luas dan dipengaruhi oleh
banyak faktor diantaranya : perlapisan, struktur geologi alamiah, dan lain-lain yang
selalu berubah dari titik ke titik. Tidaklah mungkin untuk menyusun suatu pola
peledakan yang dapat mengakomodasi semua variasi itu. Untuk itu, didalam
prakteknya lubang bor dirancang dengan pola yang teratur sedemikian rupa
sehingga bahan peledak dapat terdistribusi secara merata dan dengan demikian,
setiap kolom bahan peledak akan mempunyai beban yang sama.
b. Penyimpangan arah dan sudut pemboran
Hal ini perlu dicermati terutama pada pemboran miring. Pada pemboran miring
maka posisi alat bor akan sangat menentukan. walaupun tata lubang bor
dipermukaan sudah sempurna, namun bila posisi alat bor tidak benar-benar sejajar
dengan posisi alat bor pada lubang sebelumnya maka dasar (ujung) lubang bor akan
menjasi tidak teratur. Hal yang sama akan dihasilkan bila sudut kemiringan batang
bor juga tidak sama. Penyimpangan arah dan sudut pemboran dipengaruhi oleh
struktur batuan, keteguhan (stiffness) batang bor dan kesalahan awal pemboran
(collaring).
c. Kedalaman dan kebersihan lubang
lantai (permukaan) bor biasanya tidak rata dan datar sehingga kedalaman lubang
bor juga tidak akan seluruhnya sama. Untuk itu area yang akan dibor sebaiknya
disurvey dahulu agar kedalaman masing-masing lubang bor dapat ditentukan.
2.2 Pola Peledakan
Secara umum pola peledakan menunjukkan urutan atau sekuensial ledakan dari
sejumlah lubang ledak. Pola peledakan pada tambang terbuka dan bukaan di bawah
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 19
tanah berbeda. Banyak faktor yang menentukan perbedaan tersebut, diantaranya adalah
faktor yang mempengaruhi pola pengeboran. Adanya urutan peledakan berarti terdapat
jeda waktu ledakan diantara lubang-lubang ledak yang disebut dengan waktu tunda atau
delay time. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu tunda pada
sistem peledakan antara lain adalah:
1) Mengurangi getaran
2) Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock)
3) Mengurangi getaran akibat airblast dan suara (noise).
4) Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan
5) Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan
Apabila pola peledakan tidak tepat atau seluruh lubang diledakkan sekaligus, maka akan
terjadi sebaliknya yang merugikan, yaitu peledakan yang mengganggu lingkungan dan
hasilnya tidak efektif dan tidak efisien. Beberapa pola peledakan yang sering digunakan
adalah sebagai berikut :
a) Pola Peledakan Corner Cut (Echelon)
Pola peledakan ini diterapkan untuk lokasi peledakan yang memiliki tiga bidang
bebas (free face), arah lemparan hasil peledakan dengan menggunakan pola
peledakan ini adalah kearah pojok (corner).
Gambar 2.2 Pola Peledakan Corner Cut (Echelon)
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 20
b) Pola Peledakan V-Cut
Pola peledakan ini diterapkan untuk lokasi peledakan yang memiliki dua bidang
bebas (free face), arah lemparan hasil peledakan dengan menggunakan pola ini
adalah kearah tengah (center) dengan pola peledakan menyerupai huruf V.
Gambar 2.3 Pola Peledakan V-Cut
c) Pola Peledakan Box Cut
Pola peledakan ini diterapkan untuk lokasi peledakan yang hanya mempunyai satu
bidang bebas (free face) yakni permukaan yang bersentuhan langsung dengan udara
kearah vertical. Pola peledakan ini bertujuan untuk menghasilkan bongkahan awal
seperti kotak (box) dengan control row ditengah-tengah membagi dua rangkaian.
Gambar 2.4 Pola Peledakan Box Cut
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 21
2.3 Geometri Peledakan
Kondisi batuan dari suatu tempat ketempat yang lain akan berbeda walaupun mungkin
jenisnya sama. Hal ini disebabkan oleh proses genesa batuan yang akan mempengaruhi
karakteristik massa batuan secara fisik maupun mekanik. Perlu diamati pula
kenampakan struktur geologi, misalnya retakan atau rekahan, sisipan (fissure) dari
lempung, bidang diskontinuitas dan sebagainya. Kondisi geologi semacam itu akan
mempengaruhi kemampu-ledakan (blastability).
Geometri peledakan adalah hubungan antara berbagai jenis dimensi yang digunakan
dalam perencanaan peledakan. Berapa jumlah bahan peledak yang harus diisikan pada
setiap lubang ledak dan bagaimana susunannya merupakan salah satu pokok dalam
merancang peledakan. salah satu cara merancang geometri peledakan adalah dengan
“Rule Of Thumb” atau trial and error atau rule of thumb dengan menggunakan R.L.
Ash (1963).
Tinggi jenjang (H) dan diameter (d) merupakan pertimbangan pertama yang disarankan.
Jadi cara ini menitikberatkan pada alat yang tersedia atau yang akan dimiliki, kondisi
batuan setempat, peraturan tentang batas maksimum ketinggian jenjang yang diizinkan
oleh Pemerintah, serta produksi yang dikehendaki.
1. Burden (B)
Burden didefinisikan sebagai jarak terdekat antara lubang bor dan tegak lurus
terhadap bidang bebas (free face) pada operasi peledakan. Jarak burden yang baik
adalah jarak yang memungkinkan energy ledakan bisa secara maksimal bergerak
keluar dari kolom isian menuju bidang bebas dan dipantulkan kembali dengan
kekuatan yang cukup untuk melampaui kuat tarik batuan sehingga terjadi
penghancuran batuan. Untuk menentukan ukuran Burden digunakan rumus sebagai
berikut :
B = (25 - 40) x d ………………………………………..………….(3.1)
Dimana : B : Burden (m)
d : diameter lubang ledak (m)
2. Spacing (S)
Spacing didefinisikan sebagai jarak antar lubang ledak dalam satu row (baris),
relative horizontal terhadap free face. Apabila spasi terlalu kecil akan
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 22
mengakibatkan batuan hancur menjadi halus, disebabkan karena energi yang
menekan terlalu kuat, sedangkan bila jarak spasi terlalu besar akan mengakibatkan
bongkah atau bahkan batuan hanya mengalami keretakan, karena energi ledakan
dari lubang yang satu tidak mampu berinteraksi dengan energi dari lubang lainnnya.
Untuk menghitung jarak spasi digunakan rumus sebagai berikut :
S = (1 – 1,5) x B……………………………………………………..(2.2)
Dimana : S : Spacing (m)
B : Burden (m)
3. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah penambahan kedalaman daripada lubang bor diluar rencana
lantai jenjang. Pemboran lubang ledak sampai batas bawah dari lantai bertujuan
agar seluruh permukaan jenjang bisa terbongkar secara ful face setelah dilakukan
peledakan. Jadi, untuk menghindari agar pada lantai jenjang tidak terbentuk
tonjolan-tonjolan (toe) yang sering mengganggu kegiatan pengeboran selanjutnya
dan menghambat kegiatan pemuatan fan pengangkutan. secara praktis rumus yang
digunakan adalah :
J = (0,2 – 0,4) x B……………………………………………………(2.3)
Dimana : J : Subdrilling (m)
B : Burden (m)
4. Stemming (T)
Stemming adalah tempat material penutup didalam lubang bor, dan letaknya diatas
kolom isian bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar terjadi keseimbangan
tekanan yang mengurung gas-gas hasil ledakan sehingga dapat menekan batuan
dengan energi yang maksimal. Disamping itu stemming juga berfungsi untuk
mencagah agar tidak terjadi batuan terbang (fly rock) dan tekanan udara (air blast)
saat peledakan. Stemming dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
T = (0,7 – 1) x B……………………………………………………..(2.4)
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 23
Dimana : T : Stemming (m)
B : Burden (m)
5. Kedalaman Lubang ledak (H)
Kedalaman lubang ledak sangat berpengaruh dengan tinggi jenjang, secara spesifik
tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh alat bor dan alat muat yang tersedia.
Biasanya ketinggian jenjang disesuaikan dengan kemampuan alat bor dan diameter
lubang. kedalaman lubang ledak dapat dicaru dengan menggunakan rumus :
H = (1,5 – 4) x B……………………………………………………..(2.5)
Dimana : H : Kedalaman Lubang ledak (m)
B : Burden (m)
6. Powder Coloum (PC)
Powder Coloum adalah panjang lubang isian pada lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak. Perhitungannya dapat menggunakan rumus :
PC = H – T………………………………………………………......(2.6)
Dimana : PC : Panjang Powder Coloum (m)
H : Kedalaman Lubang ledak (m)
T : Stemming (m)
7. Tinggi Jenjang (L)
Secara Spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang bor dan
alat muat yang tersedia. Hubungan antara lubang bor dengan tinggi jenjang dapat
ditentukan dengan rumus :
L = H – J……………………………………………………………..(2.7)
Dimana : L : Tinggi jenjang (m)
H : Kedalaman Lubang ledak (m)
J : Subdrilling (m)
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 24
PUNCAK JENJANG
(TOP BENCH)
SB
H
LANTAI JENJANG
(FLOOR BENCH)
CREST
T O E
KO
LO
M L
UB
AN
G
LE
DA
K (
L )
PC
T
BIDANG BEBAS
(FREE FACE )
J
Sumber : Modul Kursus Juru Ledak, 2008
Gambar 2.5. Geometri Peledakan
Selain memperhitungkan geometri peledakan seperti yang disebutkan diatas, dalam
kegiatan peledakan terdapat faktor-faktor lain yanh juga harus diperhitungkan seperti
jumlah pemakaian bahan peledak, volume peledakan serta nilai powder factor.
8. Loading Density (de)
Loading density adalah jumlah pemakaian bahan peledak dalam satu meter. Satuan
yang digunakan adalah kg/m. Loading density dicari untuk mengetahui berapa
jumlah bahan peledak yang digunakan dalam satu lubang ledak. Loading density
dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Volume Lubang persatu meter = πr2t………………………………….....(2.8)
de = Volume x densitas bahan peledak……………………………………(2.9)
Dimana : π : 3,14
r : Jari-jari lubang ledak (m)
t : tinggi lubang (m)
de : loading density (kg/m)
L
H
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 25
9. Jumlah pemakaian bahan peledak (W)
Banyaknya bahan peledak yang digunakan dapat dicari dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
W = PC x de x n…………………………………………………....(2.10)
Dimana : W : Jumlah pemakaian bahan peledak (kg)
PC : Panjang powder coloum (m)
de : Loading density (kg/m)
n : Jumlah lubang ledak
10. Volume peledakan (V)
Volume peledakan merupakan volume overburden yang akan diledakkan dalam
suatu perencanaan peledakan. Volume peledakan dapat dicari dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
V = B x S x L x n…………………………………………………..(2.11)
Dimana : V : Volume peledakan (m3)
B : Burden (m)
S : Spacing (m)
L : Tinggi Jenjang (m)
n : Jumlah lubang ledak
11. Powder factor (PF)
Powder factor (PF) didefinisikan sebagai perbandingan jumlah bahan peledak yang
dipakai dengan volume peledakan, jadi satuannya kg/m³. Karena volume peledakan
dapat pula dikonversi dengan berat, maka pernyataan PF bisa pula menjadi jumlah
bahan peledak yang digunakan dibagi berat peledakan atau kg/ton.
PF = V
W
…..……………………...…………………………….......(2.12)
Dimana : PF : Powder factor (kg/m3)
W : Jumlah pemakaian bahan peledak (kg)
V : Volume peledakan (m3)
PF biasanya sudah ditetapkan oleh perusahaan karena merupakan hasil dari
beberapa penelitan sebelumnya dan juga karena berbagai pertimbangan ekonomi.
Umumnya bila hanya berpegang pada aspek teknis hasil dari perhitungan matematis
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 26
akan diperoleh angka yang besar yang menurut penilaian secara ekonomi masih
perlu dan dapat dihemat. Dari pengalaman di beberapa tambang terbuka dan quarry
yang sudah berjalan secara normal, harga PF yang ekonomis berkisar antara 0,20 –
0,30 kg/m³.
2.4 Energi Pada Peledakan
Ada dua jenis energi yang dilepaskan saat terjadi ledakan, yaitu work energy dan waste
energy (lihat gambar 2.6). Work energy merupakan energi peledakan yang
menyebabkan terpecahnya batuan. Energi ini terbagi menjadi dua, yaitu shock energy
dan gas energi. Pada saat peledakan terjadi, tidak semua energi yang dihasilkan akan
digunakan untuk menghasilkan fragmen batuan. Energi yang sisa yang dihasilkan ini
disebut waste energy. Waste energy terdiri dari light, heat, sound dan seismic energy.
Energi-energi ini (terutama seismic) dapat menimbulkan efek yang berbahaya dan tidak
menguntungkan dalam kegiatan peledakan.
2.4.1 Work Energy
Pada peledakan suatu media padat akan timbul tekanan detonasi (detonation
pressure) dan tekanan peledakan (explosion pressure) yang merupakan efek dari
shock energy dan gas energy hasil dari perubahan kimia bahan peledak. Untuk
bahan peledak dari jenis high explosive, pertama kali akan terjadi tekanan detonasi
yang kemudian diikuti tekanan peledakan, sedangkan untk bahan peledak low
explosive hanya terjadi tekanan peledakan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
kecepatan penjalaran reaksi kimia dalam kolom bahan peledak.
Bahan peledak high explosive mempunyai kecepatan penjalaran reaksi yang lebih
besar dari kecepatan penjalaran suara dalam bahan peledak, yang dikenal sebagai
kecepatan detonasi. Kecepatan detonasi ini menyebabkan timbulnya gelombang
kejut (shock wave) atau gelombang detonasi (detonation wave) yang terletak di
depan daerah reaksi utama (primary reaction zone) dalam kolom bahan peledak.
Gelombang kejut ini yang menyebabkan timbulnya tekanan detonasi. Tekanan
detonasi ini dinyatakan sebagai fungsi dari bobot isi bahan peledak kali kuadrat
dari kecepatan detonasi bahan peledak (Calvin J. Konya, et. al).
Pd = 2.5 x ρ x VOD
2 ……………………..……………….(2.13)
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 27
Dimana : Pd = Tekanan detonasi (MPa)
ρ = Bobot isi bahan peledak (Kg/m3)
VOD = Kecepatan detonasi (m/detik)
2.4.2 Waste Energy
Bahan peledak melepaskan energi dan menghasilkan rock fracturing, plastic
deformation, dan elastic deformation pada batuan. Energi peledakan yang
menyebabkan terjadinya elastic deformation dapat menghasilkan stress waves
(body wave) yang merambat melalui massa batuan.
Energi peledakan membutuhkan sejumlah energi yang cukup sehingga melebihi
atau melampaui kekuatan batuan atau melampaui batas elastik batuan untuk
memecahkan suatu batuan. Proses pemecahan batuan ini akan berlangsung terus
hingga energi yang dihasilkan oleh bahan peledak makin lama makin berkurang
dan menjadi lebih kecil dari kekuatan batuan, sehingga proses pemecahan batuan
berhenti. Energi yang tersisa (seismic energy) akan menjalar melalui batuan,
mengakibatkan deformasi dalam batuan tetapi tidak memecahkan batuan, karena
masih di dalam batas elastiknya. Hal ini akan menghasilkan gelombang seismik.
Gelombang ini pada batas tinggi tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada
struktur bangunan dan juga dapat sangat mengganggu manusia. Gelombang
seismik ini dirasakan oleh manusia sebagai getaran.
Sumber: Charles H. Dowding, Blast Vibration Monitoring and Control
Gambar 2.6. Distribusi energi bahan peledak
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 28
2.5 Mekanisme Pecahnya Batuan
Proses pemecahan batuan dibagi berdasarkan tiga tahap, yaitu : (gambar 2.7)
1. Proses Pemecahan Tahap Pertama
Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi yang dihasilkan bahan
peledak akan menghancurkan batuan didaerah sekitar lubang tembak.
Gelombang kejut (shock wave) yang merambat meninggalkan lubang tembak
(tekanan positif) akan mengakibatkan tekanan tangensial (tangensial stress)
yang menimbulkan rekahan radial (radial crack) yang menjalar dari daerah
lubang tembak.
2. Proses Pemecahan Tahap Kedua
Gelombang kejut yang mencapai bidang bebas akan dipantulkan. Bersamaan
dengan itu tekanannya akan turun dengan cepat dan akan berubah menjadi
negatif serta menimbulkan gelombang tarik (tension wave) yang merambat
kembali di dalam batuan. Oleh karena itu kuat tarik batuan lebih kecil daripada
kuat tekan, maka akan terbentuk rekahan-rekahan (primary failure cracks)
karena tegangan tarik (tension stress) yang cukup kuat sehingga menyebabkan
terjadinya slabbing atau spalling pada bidang bebas.
Efek gelombang kejut (shock wave) pada tahap pertama dan kedua adalah
membuat sejumlah rekahan-rekahan kecil pada batuan. Kurang dari 15% dari
energi total bahan peledak yang dihasilkan oleh energi gelombang kejut. Jadi
gelombang kejut tidak secara langsung memecahkan batuan, tetapi
mempersiapkan kondisi batuan untuk proses pemecahan tahap akhir.
3. Proses Pemecahan Tahap Ketiga
Dibawah Pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan,
rekahan radial utama (tahap kedua) akan diperlebar secara cepat oleh efek dari
kombinasi tegangan tarik yang disebabkan kompresi radial (radial
compression) dan pembajian (pneumatic wedging). Jika massa batuandidepan
lubang tembak gagal mempertahankan posisinya dan bergerak kedepan maka
tegangan tekan (compression stress) tinggi yang berada dalam batuan akan
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 29
dilepaskan (unloaded), sebagai akibatnya akan timbul tegangan tarik yang besar
didalam massa batuan. Tegangan tarik inilah yang melengkapi proses
pemecahan batuan yang telah pada tahap kedua.
Gambar 2.7. Proses pecahnya batuan akibat peledakan
2.6 Getaran dan Gelombang
Fenomena getaran banyak sekali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari
getaran yang sederhana sampai getaran yang sangat kompleks. Getaran adalah gerak
bolak-balik secara periodik yang selalu melewati kedudukan setimbang. Titik
kedudukan setimbang adalah kedudukan benda pada saat tidak mengalami getaran
(diam). Kedudukan ini terletak di antara dua titik terjauh bila benda tersebut bergetar.
Gelombang adalah gejala dari perambatan usikan (gangguan) di dalam suatu medium.
Pada peristiwa perambatan tersebut tidak disertai dengan perpindahan tempat yang
permanen dari materi-materi medium, tetapi membentuk suatu osilasi sehingga
gelombang dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainya. Rambatan usikan tersebut
tidak lain merupakan rambatan energi.
Berdasarkan mediumnya gelombang dapat dibagi menjadi dua, yaitu gelombang
mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah gelombang yang
merambat melalui suatu medium elastis (medium yang dapat berubah bentuk),
sedangkan gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang di dalam perambatanya
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 30
tidak memerlukan medium. Gelombang mekanik terjadi ketika sebagian dari medium
diganggu dari posisi keseimbanganya. Akibat sifat elastis medium, gangguan dapat
diteruskan dan merambat sebagai gelombang, contohnya gelombang pada tali,
gelombang pada pegas, gelombang bunyi, dan gelombang permukaan air.
2.6.1 Getaran Tanah (Ground Vibration)
Getaran tanah (ground vibration) adalah gelombang yang bergerak di dalam
tanah disebabkan oleh adanya sumber energi. Sumber energi tersebut dapat
berasal dari alam, seperti gempa bumi atau adanya aktivitas manusia, salah satu
diantaranya adalah kegiatan peledakan. Getaran tanah (ground vibration) terjadi
pada daerah elastis (elastic zone). Di daerah ini tegangan yang diterima material
lebih kecil dari kuat material sehingga hanya menyebabkan perubahan bentuk
dan volume. Sesuai dengan sifat elastis material maka bentuk dan volume akan
kembali ke keadaan semula setelah tak ada tegangan yang bekerja. Perambatan
tegangan pada daerah elastis akan menimbulkan gelombang elastis. Getaran
tanah ini pada tingkat tertentu bisa menyebabkan terjadinya kerusakan struktur
disekitar lokasi peledakan. Karena itu keadaan bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh operasi peledakan tidak bisa diabaikan.
A. Faktor yang mempengaruhi getaran
Beberapa penelitian telah dilakukan dalam usaha menentukan hubungan
antara faktor-faktor tersebut dengan tingkat getaran. Ground vibration
peledakan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor yang dapat
dikontrol dan yang tidak dapat dikontrol. Yang dimaksud faktor yang tak
dapat dikontrol adalah faktor geologi dan geomekanik batuan. Dan berikut
ini adalah faktor yang dapat dikontrol yang mempengaruhi ground
vibration :
1. Jumlah muatan bahan peledak perwaktu tunda
Besarnya vibrasi yang dihasilkan peledakan dipengaruhi oleh jumlah
muatan total bahan peledak per waktu tunda. Besar kecilnya Intensitas
Ground Vibration akan tergantung kepada jumlah berat bahan peledak
maksimum yang meledak bersamaan pada interval waktu. (lamanya
interval waktu adalah 8 millisecond). Jadi lubang–lubang tembak yang
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 31
mempunyai selisih waktu meledak kurang dari sama dengan 8 ms,
dianggap meledak bersamaan. Jumlah muatan total handak yang
dianggap meledak bersamaan ini merupakan muatan bahan peledak per
waktu tunda. Semakin besar muatan bahan peledak per waktu tunda,
besaran vibrasi yang dihasilkan akan semakin meningkat tetapi
hubungan ini bukan merupakan hubungan yang sederhana, misalnya
muatan dua kali lipat jumlahnya tidak menghasilkan getaran yang dua
kali lipat.
2. Jarak dari lokasi peledakan
Jarak dari titik atau lokasi peledakan, juga memberikan pengaruh yang
besar terhadap besaran vibrasi yang dihasilkan, seperti juga muatan
maksimal bahan peledak per waktu tunda. Semakin dekat suatu titik
pengukuran vibrasi ke titik atau lokasi peledakan, maka vibrasi yang
terukur akan semakin besar.
3. Waktu tunda (delay period)
Interval waktu tunda antar lubang ledak sangat mempengaruhi tingkat
vibrasi yang dihasilkan. Jika interval waktu tunda tersebut makin besar,
maka kemungkinan jumlah bahan peledak yang dianggap meledak
bersamaan (selisih waktu meledak kurang dari sama dengan 8 ms) akan
makin kecil, sehingga tingkat vibrasi yang dihasilkan akan makin kecil.
Tetapi perlu diperhatikan pula bahwa agar tingkat vibrasi yang
dihasilkan kecil, maka jumlah lubang ledak yang memiliki interval
delay kurang dari sama dengan 8 ms harus diusahakan sedikit mungkin
agar jumlah bahan peledak yang meledak per waktu tundanya sedikit
pula.
Dan variabel - variabel yang tidak dapat dikontrol adalah faktor-faktor yang
tidak dapat dikendalikan oleh kemampuan manusia, hal ini disebabkan
karena prosesnya terjadi secara alamiah. Contoh variabel yang tidak dapat
dikontrol, antara lain :
a. Karakteristik massa batuan
b. Struktur geologi
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 32
c. Pengaruh air
B. Prinsip pengukuran getaran peledakan
Getaran tanah adalah gerakan bumi (ground motion) yang terjadi akibat
perambatan gelombang seismik. Kegiatan peledakan akan selalu
menghasilkan getaran atau gelombang seismik. Tujuan peledakan umumnya
adalah untuk memecahkan batuan. Kegiatan ini membutuhkan sejumlah
energi yang cukup sehingga melebihi atau melampaui kekuatan batuan atau
melampaui batas elastis batuan. Apabila hal tersebut terjadi maka batuan
akan pecah. Proses pemecahan akan berjalan terus sampai energi yang
dihasilkan oleh bahan peledak makin lama makin berkurang dan menjadi
lebih kecil dari kekuatan batuan, sehingga proses pemecahan batuan
berhenti. Energi yang tersisa akan menjalar melalui batuan, karena masih di
dalam elastisnya. Hal ini akan menghasilkan gelombang seismik.(Gambar
2.8)
Sumber: Drill & Blast Dept.
Gambar 2.8. Contoh rekaman getaran tanah pada arah transversal,
longitudinal dan vertikal
Tingkat getaran dari hasil peledakan dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu Jumlah bahan peledak/waktu tunda (charge weight per delay) dan
jarak pengukuran (lenght of delay). Semakin banyak bahan peledak yang
digunakan maka semakin tinggi nilai kecepatan partikel puncak, dan
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 33
semakin jauh jarak pengukuran peledakan maka semakin rendah nilai
partikel puncak.
C. Alat pengukur getaran tanah
Pengukuran getaran peledakan dilapangan yang digunakan adalah Blasmate
III (gambar 2.9). Sebelum pengukuran, blastmate
III disetting terlebih dahulu
(lampiran A). BlastmateIII
didesain untuk mengukur dan mencatat getaran
tanah dengan tepat. Peralatan ini disebut dengan seismograf dan terdiri dari
2 bagian penting, yaitu sensor dan recorder. Kotak sensor mempunyai 3
unit independent sensor yang letaknya saling tegak lurus antara satu unit
dengan unit lain. Dua unit terletak horisontal dan saling tegak lurus dan unit
yang lain dipasang secara vertikal.
Gambar 2.9. Blastmate III
Ketiga sensor tersebut mencatat 3 arah komponen getaran peledakan
yaitu longitudinal, vertikal, dan transversal. Gerakan longitudinal adalah
gerakan partikel ke/dari depan dan belakang. Gerakan vertikal adalah
gerakan partikel ke/dari atas dan bawah. Gerakan transversal adalah gerakan
partikel tanah atau batuan dari satu sisi ke sisi yang lain
(Gambar 2.10).
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 34
Gambar 2.10. Variasi pergerakan partikel karena bentuk gelombang getaran (dowding
1985) a). Tekan – longitudinal, b). Geser – transversal, c). Reyleigh –
mewakili vertikal.
Mekanisme pengukuran getaran (Gambar 2.12) adalah sebagai :
1. Getaran dan kebisingan peledakan (getaran mekanis) di rekam oleh
geophone dan microphone, diubah menjadi getaran elektris lalu
disimpan di memori.
2. Hasil pengukuran (dalam memori) di download ke komputer dengan
menggunakan program BlastWare.
3. Hasil akhir berupa seismogram yang dapat menampilkan angka-angka
besar getaran dan kebisingan serta grafik.
4. Untuk mengetahui besar getaran apakah masih didalam atau melebihi
ambang batas, dapat memilih grafik baku tingkat getaran dari 13
negara yang ada di dalam program.
5. Untuk membuat grafik scaled distance versi PPV diperlukan data
pengukuran minimal 9 (sembilan buah) dengan variable jarak maupun
jumlah muatan/delay yang sama
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 35
Gambar 2.11. Cara monitor getaran oleh BlasmateIII
Gambar 2.12. Mekanisme pengukuran getaran dan kebisingan
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 36
2.6.2 Gelombang
Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium.
Parameter gelombang merupakan sifat – sifat dasar yang menguraikan gerakan
gelombang. Parameter – parameter dasar untuk menganalisis gelombang adalah
sebagai berikut :
a. Amplitudo (A), jarak terjauh simpangan dari titik keseimbangan.
b. Kecepatan partikel (v), merupakan besarnya perpindahan yang dialami
partikel per satuan waktu,
c. Percepatan partikel (a), merupakan perubahan kecepatan partikel per satuan
waktu.
d. Frekuensi (f), merupakan banyaknya jumlah gelombang yang terjadi tiap satu
detik,
e. Perioda (T), merupakan waktu yang diperlukan untuk terjadinya satu
gelombang, perioda merupakan kebalikan dari frekuensi (T= 1/f).
Gelombang dapat dibedakan berdasarkan arah getarnya, cara rambat dan
medium yang dilalui, dan berdasarkan amplitudonya.
1. Berdasarkan arah getarnya
Gelombang menurut arah getarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu
gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang transversal,
yaitu gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambatannya,
misalnya : gelombang pada tali, gelombang permukaan air, dan gelombag
elektromagnetik. Gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang arah
getarnya berimpit (sejajar) arah rambat gelombang, misalnya gelombang pada
pegas dan gelombang bunyi.
2. Berdasarkan cara rambat dan medium yang dilalui
Gelombang ini dibagi dua bagian yaitu gelombang mekanik dan gelombang
elektromagnetik. Pada gelombang mekanik yang dirambatkan adalah
gelombang mekanik dan untuk perambatannya diperlukan medium.
Contohnya gelombang seismik. Dan gelombang elektromagnetik yang
dirambatkan adalah medan listrik magnet, dan tidak diperlukan medium.
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 37
3. Berdasarkan amplitudonya
Dibagi menjadi dua bagian yaitu gelombang berjalan dan gelombang
stasioner. Gelombang berjalan yaitu gelombang yang amplitudonya tetap
pada titik yang dilewatinya. Gelombang stasioner yaitu gelombang yang
amplitudonya tidak tetap pada titik yang dilewatinya, yang terbentuk dari
interfensi dua buah gelombang datan dan pantul yang masing – masing
memiliki frekuensi dan amplitudo sama tetapi fasenya berlawanan.
A. Gelombang seismik
Gelombang seismik merupakan salah satu gelombang yang menggambarkan
penjalaran energi melalui bumi yang padat. Gelombang yang merambat
adalah gangguan medium yang dapat berlanjut degan sendirinya dari satu titik
ke titik yang lainya dengan membawa energi dan momentum. Perambatan
tegangan pada daerah elastis akan menimbulkan gelombang elastis yang
disebut gelombang seismik. Salah satu penghasil gelombang seismic selain
gempa bumi adalah getaran tanah akibat kegiatan peledakan. Gelombang ini
termasuk dalam gelombang mekanik karena dalam perambatan getaranya
memerlukan medium. Medium disini dapat berupa batuan atau udara.
Gelombang seismik dibagi menjadi dua, yaitu gelombang badan (body wave),
dan gelombang permukaan (surface wave). Kedua gelombang ini akan
terlihat jelas pada seismogram.
1. Gelombang badan (body wave)
Gelombang badan merambat melalui massa batuan, menembus ke bagian
dalam batuan. Untuk jarak dekat getaran lebih didominasi oleh
gelombang badan. Gelombang badan ini akan merambat keluar
membentuk bola sampai mereka bertemu dengan suatu bidang kontak.
Bidang kontak ini dapat berupa perlapisan batuan, bidang bebas, rekahan,
kekar, permukaan, atau tanah. Ketika gelombang badan ini bertemu
dengan bidang kontak tersebut maka gelombang permukaan dan
gelombang geser akan terbentuk. Gelombang badan dapat dibagi menjadi
dua yaitu gelombang tekan (P), dan gelombang geser (S).
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 38
a. Gelombang tekan (Compressive Wave/P-Waves)
Gelombang tekan adalah jenis gelombang tekan-tarik, yang akan
menghasilkan pemadatan (kompresi) dan pemuaian (dilatasi) pada
arah yang sama dengan arah perambatan gelombang. Gelombang ini
dapat merambat melalui medium padat, cair maupun gas.
Gelombang ini juga dapat menyebabkan perubahan volume medium
yang dilaluinya.
b. Gelombang geser (Shear Wave/S-Waves)
Gelombang geser adalah gelombang melintang (transversal) yang
bergerak tegak lurus pada arah perambatan gelombang. S-waves
hanya dapat merambat melalui medium padat. Gelombang ini dapat
menyebabkan perubahan bentuk pada medium yang dilaluinya.
2. Gelombang permukaan (surface wave)
Gelombang permukaan adalah gelombang yang merambat di atas
permukaan batuan tetapi tidak menembus batuan. Gerakan gelombang ini
menurun terhadap kedalaman. Gelombang permukaan lebih besar dari
gelombang badan tetapi penjalarannya lambat. Gelombang inilah yang
sering menjadi masalah. Gelombang ini membawa energi yang besar dan
menghasilkan gerakan yang besar. Kedalaman batuan yang dipengaruhi
oleh gerak gelombang ini kira–kira satu panjang gelombang.
B. Lintasan Gelombang Seismik
Sebuah bentuk gelombang datang menggambarkan gerakan tanah dilokasi
penerima (sensor) (gambar 2.12). Gerakan tanah merupakan akibat dari
gelombang badan dan gelombang permukaan yang mengikuti lintasan yang
berbeda-beda di dalam kulit bumi. Walaupun gelombang seismik
memperlihatkan waktu tiba yang berbeda-beda tapi waktu tiba yang paling
mudah dan terbaik untuk dimonitor adalah waktu gelombang yang tiba paling
awal.
Lintasan tempuh gelombang di dalam kulit bumi umumnya dibagi menjadi 3,
yaitu :
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 39
a. Lintasan gelombang langsung
b. Lintasan gelombang pantul (reflected)
c. Lintasan gelombang bias (refraction)
Gambar 2.13 Lintasan tempuh gelombang
2.7 Kontrol Vibrasi
Peledakan tunda (delay blasting) adalah suatu teknik peledakan dengan cara
meledakkan sejumlah besar muatan bahan peledakan tidak sebagai satu muatan (single
charge) tetapi sebagai suatu seri dari muatan-muatan yang lebih kecil. Maka getaran
yang dihasilkan terdiri seri kumpulan getaran kecil, bukan getaran besar. Dengan
mempergunakan delay, pengurangan tingkat getaran dapat dicapai.
Untuk mengetahui mengapa peledakan delay adalah efektif dalam pengurangan tingkat
getaran perlu mengerti perbedaan antara kecepatan partikel (particle velocity) dan
kecepatan perambatan (propagation velocity atau transmission velocity).
Yang dimaksud dengan kecepatan perambatan adalah kecepatan gelombang seismik
merambat melalui batuan, berkisar antara 2000 – 20.000 feet per detik, tergantung pada
jenis batuan. Untuk suatu daerah dengan batuan tertentu, kecepatan relatif konstan.
Kecepatan perambatan tidak dipengaruhi oleh besarnya energi (input energy).
Peledakan delay mengurangi tingkat getaran sebab setiap delay menghasilkan masing-
masing gelombang seismik yang kecil yang terpisah. Gelombang hasil delay pertama
telah merambat pada jarak tertentu sebelum delay selanjutnya meledak. Kecepatan
perambatan tergantung pada jenis batuannya.
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 40
1. Hukum Scaled Distance (SD)
Cara yang praktis dan efektif untuk mengontrol getaran adalah dengan
menggunakan Scaled Distance. Sehingga memungkinkan pelaksana lapangan
menentukan jumlah bahan peledak yang diperlukan atau jarak aman untuk
muatan bahan peledak yang jumlahnya telah ditentukan. Harga SD yang besar
akan lebih aman, karena semakin jauh jaraknya akan lebih aman dibandingkan
dengan jarak yang lebih dekat. Batas Scaled Distance yang dipakai adalah SD =
50. Dengan menggunakan sistem metrik, Scaled Distance dapat di rumuskan
sebagai berikut :
Scaled Distance (SD) = W
D…………………….………..………..(2.14)
Dimana :
D = jarak muatan maksimum terhadap lokasi pengamatan, (m).
W = muatan bahan peledak maksimum per periode tunda, (kg).
Analisis dengan Scaled Distance
Pelemahan getaran tanah dalam hal komponen kecepatan puncak dan
intensitas getaran udara dievaluasi berdasarkan scaled distance. Faktor Scaled
Distance untuk pergerakan tanah dan getaran udara diketahui, berturut-turut,
sebagai berikut:
Square-root scaled distance SRSD = R / W½ …………….(2.15)
Cube-root scaled distance CRSD = R / W⅓ …………… (2.16)
Dimana R adalah jarak dari gelombang ke seismograf dan W adalah berat
isian maksimum bahan peledak dalam setiap 8 ms tiap satuan waktu (1 kali
periode tunda). Scaled distance sebagai alat penggabung dua faktor-faktor
paling penting meningkatkan intensitas gerakan tanah dan getaran udara
sebagai penurunan sebanding dengan jarak dan berbanding terbalik dengan
berat bahan peledak dalam 1 kali tunda. Dalam kasus pergerakan tanah,
digunakan nilai SRSD sebagai pergerakan tanah telah ditunjukkan untuk
mengkorelasikan dengan √ . Pada Kasus getaran udara, tekanan udara
berkorelasi terbaik dengan √ (CRSD).
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 41
2. Persamaan Peak Particle Velocity (PPV)
Peak Particle Velocity (PPV) merupakan kecepatan maksimum yang digunakan
untuk menghitung besarnya getaran pada suatu lokasi yang tergantung pada
jarak lokasi tersebut dari pusat peledakan dan dari jumlah bahan peledak yang
dipakai perperiode (delay).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam usaha menentukan besarnya
kecepatan partikel puncak (PPV) yang dihasilkan dalam sebuah peledakan maka
dapat ditentukan persamaan sebagai berikut :
PPV = k (W
D)
-n…………………………………….……………..(2.17)
Dimana :
PPV = Ground Vibration as Peak Particle Velocity, (mm/s).
D = Jarak muatan maksimum terhadap lokasi pengamatan, (m).
W = Muatan bahan peledak maksimum per periode tunda, (kg).
k,n = Konstanta yang harganya tergantung dari kondisi lokal dan kondisi
peledakan.
Nilai-nilai untuk k dan n, disederhanakan menjadi:
V = 100 (W
D)
-1.6………………………………………..……………..(2.18)
Persamaan 2.16 diatas berlaku untuk satuan US (mm/sec)
V = 1143 (W
D)
-1.6……………………………………………………..(2.19)
Persamaan 2.17 diatas berlaku untuk satuan Internasional (mm/sec)
Menurut Dupont untuk mengestimasi PPV, nilai k harus disesuaikan dengan
panjang dari stemming yang digunakan (tabel 2.1).
Tabel 2.1
Nilai Konstanta K
Kondisi K
Underconfined
Normal Confinement
Overconfined
100
160
220
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 42
2.8 Standard Vibrasi
Standart vibrasi adalah besar/kuat getaran yang diijinkan akibat dari kegiatan peledakan
dimana tidak melewaati batas aman. Ada beberapa pihak/negara telah melakukan
standarisasi vibrasi peledakan yaitu acuan kriteria kerusakan, seperti :
1. Badan Standardisasi Nasional (SNI)
2. US Bereau of Mines (USBM)
3. Langefors, Kihlstrom Westerberg (1957)
4. Edwards & Northwood (1959)
5. Nicholls, Johnson & Duval (1971)
Adapun acuan kriteria kerusakan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4 dan baku tingkat
getaran peledakan terhadap bangunan berdasarkan SNI pada tabel 2.2. Untuk lebih
lengkapnya mengenai batas – batas aman getaran peledakan, dapat dilihat pada Gambar
2.14.
Tabel 2.2
Baku Tingkat Getaran Peledakan Terhadap Bangunan (SNI)
US Bureau of Mine memberikan rekomendasi berdasarkan pada kriteria
perpindahan dan kecepatan yang dikaitkan dengan frekuensi. Kriteria tersebut oleh US
Office of Surface Mining (OSM) dikelompokan menjadi 3, yaitu :
Kelas Jenis Bangunan PVS
(mm/s) Frekuensi
PPV
(mm/s)
1 . Bangunan kuno yang dilindungi undang-
undang benda cagar budaya. 2
0-5 2
5-20 3
20-100 5
2.
Bangunan dengan pondasi, pasangan bata
dan adukan semen saja, termasuk bangunan
dengan pondasi dari kayu dan lantainya
diberi adukan semen.
3
0-5 3
5-20 5
20-100 7
3. Bangunan dengan pondasi, pasangan bata
dan adukan semen diikat dengan slope beton. 5
0-5 5
5-20 7
20-100 12
4.
Bangunan dengan pondasi, pasangan bata
danadukan semen slope beton, kolom dan
rangka diikat dengan ring balk.
7-20
0-5 7
5-20 12
20-100 20
5.
Bangunan dengan pondasi, pasangan bata
dan adukan semen, slope beton, kolom dan
diikat dengan rangka baja.
12-40
0-5 12
5-20 24
20-100 40
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 43
Tabel 2.3
Kriteria Pembatasan Kecepatan Partikel
Jarak Dari titik
Ledak (ft)
Kecepatan Maksimum yang di
ijinkan (in/sec)
< 300
301 - 5000
> 5000
1.25
1.00
0.75
Tabel 2.4
Acuan Kriteria Kerusakan
Gambar 2.14 Grafik baku tingkat getaran peledakan pada tambang terbuka terhadap bangunan (SNI)
Acuan
Standar
Jenis
Bangunan PPV (mm/s) Kerusakan
USBM Gedung /
perumahan
< 2.0 No damage
2.0 - 4.0 Plaster cracking
4.0 - 7.0 Minor damage
> 7.0 Major damage to stucture
Langefors,
Kihlstrom
Westerberg
Gedung /
perumahan
< 2.0 No noticiable damage
2.0 - 4.0 Fine cracks & fall of plaster
4.0 - 7.0 Cracking of plaster & masonry walls
> 7.0 Serious cracking
Edwards &
Northwood
< 2.0 Safe, No damage
2.0 - 4.0 Caution
> 4.0 Damage
Nicholls,
Johnson &
Duval
< 2.0 Safe, No damage
> 2.0 Damage
Keterangan :
: bangunan kelas 5
: bangunan kelas 4
: bangunan kelas 3
: bangunan kelas 2
: bangunan kelas 1
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Penelitian ini dilakukan di PT. Cipta Kridatama Site PT. Multi Harapan Utama,
Kabupaten Kutai Kartanegara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
langsung (primer) dan metode tidak langsung (sekunder).
3.1.1 Metode Langsung (primer)
Metode Langsung (primer) merupakan metode dimana data yang dikumpulkan
merupakan data langsung dari lapangan sehingga dapat diperoleh data yang obyektif.
Pada metode langsung yang digunakan, yaitu terdiri dari :
1. Obervasi lapangan
Merupakan pengamatan terhadap kondisi dan keadaan langsung yang ada
dilapangan terutama untuk kegiatan peledakan. Kegiatan observasi ini sangat
berguna sebagai langkah awal untuk memulai proses pengambilan data. Lokasi
yang akan dijadikan tempat pengambilan data terfokus pada pit B3L1, alasan dalam
menentukan lokasi tersebut karena letak pit B3L1 yang berdekatan langsung
dengan daerah pemukiman warga kelurahan Loa Ipuh Darat km. 14. Salah satu efek
negatif dari kegiatan peledakan adalah getaran tanah, oleh karena itu setiap akan
dilakukan kegiatan peledakan pada pit tersebut maka harus dilakukan pengukuran
getaran pada salah satu rumah warga untuk mengetahui berapa besar getaran yang
dihasilkan serta dampak yang ditimbulkan.
2. Pengambilan data
Pelaksanaan untuk memperoleh data yang diperlukan dari berbagai sumber dalam
penyusunan skripsi. Adapun data yang diambil, yaitu :
1) Desain Tie-up
Data desain tie-up atau pola rangkaian yang akan diambil yaitu desain aktual
yang diterapkan pada lokasi yang akan diledakkan. Pada pit B3L1 PT. Cipta
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 45
Kridatama menggunakan 2 (dua) pola rangkaian yaitu row by row dan zig-zag.
Pola rangkaian tersebut dianggap sesuai untuk pit B3L1 yang secara langsung
berdekatan dengan pemukiman warga. Dalam penelitian ini hanya kedua pola
rangkaian tersebut yang akan digunakan dalam pengolahan dan analisis data.
2) Data hasil pengukuran getaran
Pengukuran getaran dilakukan disalah satu rumah warga, sedangkan alat
pengukur getaran yang digunakan adalah BlasmateIII
. Cara untuk mensetting
atau menggunkan alat tersebut dapat dilihat pada lampiran A. Dari hasil
pengamatan dilapangan getaran yang ditimbulkan pada lokasi pengukuran
relatif kecil dan tidak menimbulkan dampak-dampak yang negatif terhadap
pemukiman warga.
3) Data Jarak antara lokasi peledakan dengan tempat pengukuran
Jarak antara lokasi peledakan terhadap pemukiman ± 600 – 900 meter.
Pengukuran jarak antara lokasi peledakan terhadap lokasi pengukuran yang
bertempat pada salah satu pemukiman penduduk menggunakan alat ukur GPS
Garmin 60CSx.
4) Data Jumlah muatan bahan peledak per delay.
Pada pit B3L1 hanya 1 (satu) lubang yang meledak secara bersamaan, oleh
karena itu jumlah muatan bahan peledaknya per delay adalah jumlah isian
bahan peledak pada lubang yang meledak secara bersamaan. Jika terdapat 2
(dua) atau lebih lubang yang meledak secara bersamaan maka, total isian bahan
peledak dari kedua lubang tersebut yang akan menjadi data jumlah muatan
bahan peledak per delay.
Pokok-pokok pekerjaan yang dilakukan dalam upaya pengambilan data-data
tersebut antara lain adalah :
a) Pengamatan dan pencatatan langsung dilapangan. Kegiatan pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan dilapangan meliputi pengamatan kondisi lokasi
peledakan, pengukuran kedalaman lubang bor serta kondisi dari lubang
tersebut
b) Melakukan wawancara langsung dengan crew drill & blast (supertenden,
supervisor atau foreman) serta pihak lain yang berkompeten mengenai kegiatan
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 46
pemboran dan peledakan tersebut. Kegiatan yang dimaksud ialah wawancara
mengenai pola pemboran dan geometri pemboran yang digunakan sedangkan
wawancara untuk kegiatan peledakannya diantaranya ialah pola peledakan
serta powder factor yang akan digunakan.
c) Melakukan pengambilan data jumlah lubang, desain tie-up yang akan
digunakan serta jumlah muatan bahan peledak perdelay dan jumlah
keseluruhan dari penggunaan bahan peledak.
d) Melakukan pengukuran tingkat getaran tanah yang ditimbulkan serta jarak
lokasi peledakan terhadap tempat pengukuran yang juga merupakan wilayah
perumahan penduduk.
3.1.2 Metode tidak langsung (sekunder)
Metode tidak langsung (sekunder) merupakan studi pustaka yaitu dengan mengutip
literatur dan lampiran dari data pustaka, instansi terkait, den literatur-literatur yang
terkait serta data atau arsip perusahaan yang mendukung pekerjaan penelitian. Adapun
urutan pengambilan datanya meliputi :
1. Studi Literatur
Melakukan studi pustaka dari buku-buku yang berkaitan serta studi berbagai
literatur dan jurnal yang menunjang dalam penyusunan skripsi ini serta melakukan
diskusi dengan pembimbing. Dari keduanya untuk mendapatkan penyelasaian
masalah yang baik.
2. Kesimpulan
Dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
permasalahan yang diteliti dan sebagai rekomendasi kepada perusahaan untuk
menyelesaikan permasalahan dilapangan yang terkait dengan hasil penelitian.
3.2 PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang diperoleh,
kemudian data-data tersebut dikelompokkan sesuai dengan data yang diperlukan. Sesuai
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 47
dengan tujuan penelitian dimana pengaruh pola rangkaian peledakan (tie-up) yang
digunakan terhadap tingkat getaran yang ditimbulkan, maka data tersebut diolah
berdasarkan :
1. Persamaan Peak Particle Velocity (PPV)
Data yang diperoleh seperti data vibrasi, muatan bahan peledak dan jarak lokasi
peledakan terhadap lokasi pengukuran diolah dalam persamaan PPV. Dalam
persamaan tersebut terdapat nilai konstanta K, nilai konstanta yang digunakan
adalah nilai acuan menurut satuan Internasional (persamaan 2.17). Dalam
persamaan tersebut nilai yang digunakan adalah 1143. Kemudian dengan nilai
konstanta tersebut akan dilakukan pengujian untuk memprediksi hasil pengukuran
getaran yang akan dilakukan.
2. Pengukuran PPV aktual
Data PPV diperoleh secara aktual dari hasil pengukuran melalui alat ukur
BlasmateIII
. Data tersebut yang kemudian akan dijadikan pembanding dengan
perhitungan PPV secara teoritis.
3. Persentase keakuratan prediksi
Pada perhitungan ini akan membandingkan hasil perhitungan PPV secara teoritis
dengan pengukuran PPV secara aktual. Hasil perhitungan yang diperoleh
merupakan nilai persentase keakuratan hasil perhitungan teoritis terhadap hasil
pengukuran dilapangan.
4. Software Blastware 10
Software ini digunakan untuk membaca data pada komputer yang telah didapat
dilapangan melauli alat ukur BlasmateIII
. Pada Software ini akan diketahui apakah
data-data PPV tersebut telah memenuhi standard ambang batas tingkat getaran yang
diizinkan.
3.3 ANALISA DATA
Pada proses analisa, seluruh data yang didapat dilapangan dan telah diolah seperti
geometri peledakan, hasil pengukuran getaran dan prediksinya kemudian dianalisa
dengan menggunakan acuan standar vibrasi SNI 7571:2010. Analisa pada penilitian ini
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 48
difokuskan pada analisis hasil pengukuran getaran terhadap geometri peledakan yang
diterapkan oleh perusahaan dan analisis hasil pengukuran getaran terhadap pola
rangkaian yang digunakan.
Pada analisis geometri hanya membahas hasil pengukuran getaran dari geometri yang
digunakan selama bulan Mei dan Juni 2012, hasil yang didapatkan dari hasil
pengukuran ternyata tingkat getaran yang ditimbulkan masih berada dibawah ambang
batas standard getaran yang ditetapkan. Pada penelitian ini geometri peledakan yang
digunakan mengikuti geometri yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Sedangkan untuk pola rangkaian membahas pengaruh pola rangkaian yang telah
ditetapkan oleh PT.Cipta Kridatama terhadap hasil pengukuran getaran. Pada penelitian
ini pola pola rangkaian yang digunakan adalah row by row dan zig-zag. Besarnya
tingkat getaran yang ditimbulkan dari penggunaan kedua pola rangkaian tersebut yang
akan dianalisis dengan menghubungkannya terhadap acuan standar tingkat getaran yaitu
SNI 7572:2010. Jika analisa data yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang telah
ditentukan, maka dilakukan perhitungan kembali sebagai upaya perubahan perbaikan.
3.4 KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh merupakan nilai dari hasil analisa data pada perhitungan,
kemudian hasilnya tersebut akan dibandingkan dengan standar getaran SNI 7572:2010.
Dari hasil perbandingan tersebut maka akan ditarik sebuah kesimpulan apakah hasil
pengukuran getaran yang dilakukan sudah sesuai dengan standar yang ditentukan.
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 49
3.5 DIAGRAM ALIR
Gambar 3.1 Bagan alir penelitian
Pengolahan Data
Analisis
Kesimpulan
1. Geometri Peledakan
2. Kedalaman Lubang
1. Persamaan PPV
2. Blastware 10
1. Desain tie-up
2. Pengukuran getaran
3. Jarak Pengukuran
4. Jumlah muatan
SNI 7571:2010
1. Desain Aktual
2. BlastmateIII
3. GPS Garmin 60CSx
4. Mobile Mixing Unit
Data Primer
Pengambilan
Data
Data Sekunder
Studi Literatur
1. Studi Pustaka
2. Hasil Penelitian
3. Skripsi
4. Jurnal
Observasi
Lapangan
Mulai
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 50
BAB IV
PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan adalah mengukur getaran tanah akibat kegiatan peledakan
berdasarkan pola rangkaian yang digunakan, serta memprediksi getaran selanjutya.
4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian difokuskan pada pit B1L3 PT. Cipta Kridatama site PT. Multi
Harapan Utama Tenggarong-Kalimantan Timur. Hal ini dikarenakan lokasi pit tersebut
berdekatan langsung dengan pemukiman penduduk. Pengukuran getaran setiap
peledakan di pit B1L3 pada batuan yang mayoritas merupakan batuan claystone
menggunakan Blastmate III
. Pengukuran dilakukan didekat rumah salah seorang warga
kelurahan Loa Ipuh Darat km.14. Jarak lokasi peledakan terhadap pemukiman yang
terdekat adalah 645 meter sedangkan yang terjauh adalah 925 meter.
Gambar 4.1 Lokasi pengukuran getaran
Dari gambar diatas, terlihat lokasi pengukuran berada tepat disamping rumah salah satu
warga. Jika dihubungkan dengan SNI 7572:2010, maka tempat lokasi pengukuran
tersebut masuk dalam jenis bangunan kelas 2 yaitu bangunan dengan pondasi kayu.
4.2 Pemboran Dan Peledakan
Pada pit B3L1 kegiatan pengeboran menggunakan alat bor Jun Jin SD-1300E dengan
diameter bit 5 inch atau 127 mm, dan menggunakan prinsip pemboran rotary + botton
hammer. (Gambar 4.2). Pemboran di Pit B1L3 ini juga dilakukan kontrol kedalaman
lubang. Jika jarak pemboran dengan pemukiman antara 200 – 500 meter, kedalaman
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 51
lubang bor di buat sekitar 4 m. Akan tetapi jika jarak >500 meter, kedalaman lubang
bisa dibuat sampai dengan 7 meter. Hal ini juga dilakukan untuk kontrol vibrasi akibat
peledakan. Semakin sedikit berat isian bahan peledak maka vibrasi yang dihasilkan akan
semakin kecil, akan tetapi dengan berat isian yang sedikit dapat menghasilkan
fragmentasi yang besar (boulder).
Gambar 4.2 Alat Drill Jun Jin SD1300E
1. Pola dan arah pemboran
Pola pemboran yang digunakan di Pit B1L3 adalah pola stagerred / zig-zag.
Pola ini dipakai untuk mendapatkan distribusi energi ledakan yang optimal
pada saat peledakan. Arah pemboran yang diterapkan adalah pemboran
tegak, dengan perbandingan jarak burden sebesar 5 - 6 meter dan spasi
sebesar 6 meter.
Gambar 4.3 Pola Pemboran Stagerred
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 52
2. Pemakaian bahan peledak
Bahan peledak yang digunakan adalah heavy ANFO, yaitu campuran
daripada emulsi dengan ANFO dengan perbandingan 70% ANFO dan 30%
Emulsi dan pencampuran dilakukan pada Mobile Mixing Unit (MMU).
Densitas heavy ANFO adalah 1.21 gr/cc.
Gambar 4.4 Mobile Mixing Unit (MMU)
3. Powder factor (PF)
Besarnya powder factor yang digunakan untuk pit B1L3 ditentukan sebesar
0,21 – 0,23 kg/m3.
4. Perlengkapan peledakan
a. Pentolite Booster
b. Inhole delay 500ms dengan panjang 6 m dan 9 m
c. Surface delay 25ms dan 42ms dengan panjang 9 m dan 12 m
d. Detonator listrik dengan panjang lead wire 4 m untuk initiation
point.
Gambar 4.5 Perlengkapan Peledakan
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 53
5. Peralatan peledakan
a. Blasting machine
b. Blasting ohm meter
c. Cangkul
d. Stick (digunakan untuk stemming)
e. Lead wire (gulungan kabel)
4.3 Geometri Peledakan
Desain geometri pola peledakan yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik
batuan pada lokasi yang akan diledakkan dengan berpatokan pada geometri peledakan
yang telah digunakan PT. Cipta Kridatama site MHU. Geometri peledakan yang
diterapkan pada operasi peledakan adalah sebagai berikut :
a. Burden (B)
Burden yang terapkan pada pit B1L3 adalah 5-6 meter.
b. Spacing (S)
Spacing yang terapkan pada pit B1L3 adalah 6 meter.
c. Kedalaman lubang bor (H)
Kedalaman lubang yang digunakan adalah 6-7 meter.
d. Stemming (T)
Stemming yang digunakan pada operasi peledakan bervariasi, tergantung pada
kedalaman lubang (hole depth). Untuk pit B1L3 menggunakan stemming 3-4
meter.
Berikut adalah geometri peledakan yang digunakan pada bulan Mei dan Juni 2012 :
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 54
Tabel 4.1 Geometri Peledakan Bulan Mei 2012
Tabel 4.2 Geometri Peledakan Bulan Juni 2012
NB : RBR=Row by row, ZZ=Zig-zag
4.4 Pola Rangkaian Peledakan
Zig-zag (staggered),dan row by row adalah pola rangkaian yang digunakan di Pit B1L3.
Pada proses peledakannya tidak dilakukan sekali peledakan (jika lubang ledak banyak),
melainkan dirangkai menjadi beberapa kali inisiasi. Ini dilakukan untuk meminimalisir
vibrasi yang dihasilkan pada peledakan tersebut. Contoh beberapa rangkaian peledakan
dapat dilihat pada Lampiran D.
Penentuan perangkaian ini didasarkan pada arah gelombang hasil peledakan dan bukan
berdasarkan arah lemparan batuan yang pada umumnya diterapkan pada tambang –
tambang lain. Jika arah gelombang menuju ke pemukiman, maka vibrasi yang
dihasilkan pun akan semakin besar. Perangkaian dibuat agar arah gelombang mejauhi
pemukiman dengan melakukan inisiasi dari lokasi dekat pemukiman. Dengan demikian
No. Tanggal Burden Spacing
Avg.
depth
Sub
drilling Stemming
Charge
weight Holes Tie-up
meter meter meter meter meter Kg/hole
1 28-May-12 6 6 6.47 0.2 3.00 60.13 71 ZZ
2 29-May-12 6 6 6.52 0.2 3.50 48.83 78 ZZ
No. Tanggal Burden Spacing
avg.
depth
Sub
drilling Stemming
Charge
weight Holes Tie-up
meter meter meter meter meter Kg/hole
1 1-Juni-12 6 6 6.43 0.2 2.50 74.14 50 RBR
2 2-Juni-12 6 6 5.75 0.2 2.00 62.00 52 ZZ
3 4-Juni-12 6 6 5.69 0.2 2.00 64.11 61 ZZ
4 5-Juni-12 6 6 5.30 0.2 2.00 50.23 74 RBR
5 6-Juni-12 6 6 6.53 0.2 2.50 60.76 67 RBR
6 9-Juni-12 6 6 6.05 0.2 2.50 54.37 70 ZZ
7 13-Juni-12 5 6 6.43 0.2 3.00 58.59 117 RBR
8 15-Juni-12 6 6 4.43 0.2 2.00 37.81 80 RBR
9 16-Juni-12 6 6 5.54 0.2 3.00 40.29 85 RBR
10 17-Juni-12 6 6 6.59 0.2 3.50 27.63 38 RBR
11 18-Juni-12 6 6 5.11 0.2 3.00 23.25 57 RBR
12 19-Juni-12 5 6 6.33 0.2 3.50 48.66 79 RBR
13 20-Juni-12 5 6 6.24 0.2 3.50 40.05 22 RBR
14 26-Juni-12 5 6 5.88 0.2 3.00 41.20 130 RBR
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 55
arah lemparan batuan akan mengarah ke pemukiman karena arah gelombang bertolak
belakang dengan arah lemparan batuan.
Salah satu kontrol vibrasi peledakan yang diterapkan pada peledakan di Pit B1L3
dengan menggunaan system delay pada perangkaiannya (Lampiran D). Dengan
penggunaan delay, maka dapat dipastikan jumlah lubang yang meledak perdelay adalah
satu lubang. Hal ini dilakukan agar vibrasi semakin kecil.
4.5 Pengukuran Ground Vibration
Pada penelitian di Pit B1L3 diperoleh data getaran setiap peledakan. Hampir setiap
kegiatan peledakan di Pit B1L3 dilakukan pada siang hari sekitar atau pada jam istirahat
(12.00-13.00).
Alat ukur getaran yang digunakan adalah BlasmateIII
sedangkan untuk mengetahui jarak
dari lokasi peledakan ke alat ukur getaran digunakan GPS Garmin 60CSx. Acuan yang
digunakan untuk menentukan jarak pengukuran adalah rumah warga terdekat dengan
lokasi peledakan.
Hasil pengukuran ground vibration dapat dilihat pada lampiran F. Sebelum peledakan
dilakukan, PT. Cipta Kridatama melakukan perhitungan PPV secara teori dengan data –
data peledakan yang direncanakan. Akan tetapi, hasil prediksi dengan aktual dilapangan
sangat berbeda jauh. Rumus yang digunakan adalah :
PPV = K (W
D)
-1.6
Dimana nilai K yang digunakan menurut satuan internasional (persamaan 2.19). Dengan
menggunakan data tanggal 18 Juni 2012, hasil yang diperoleh dari perhitungan secara
teoritis kemudian dibandingkan dengan hasil secara aktual terdapat perbedaan yang
cukup jauh. Berikut perbandingan perhitungan PPV antara teoritis dan hasil aktual :
Perhitungan PPV dengan menggunakan K teoritis :
PPV = 1143 (23.25
652)
-1.6
PPV = 0.445 mm/s
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 56
Hasil pengukuran PPV secara aktual : 1.340 mm/s
Dengan melihat perbandingan perhitungan diatas maka hasilnya dikategorikan aman
dikarenakan nilainya tidak melewati nilai ambang batas standar ground vibration yang
ditetapkan oleh SNI yaitu 2 mm/s.
Selanjutnya prediksi ground vibration dihitung dengan menggunakan nilai K secara
teoritis. Dan hasil perhitungan dengan nilai ground vibration actual tidak berbeda jauh.
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan PPV prediksi untuk pola rangkaian row by row
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan PPV prediksi untuk pola rangkaian zig-zag
Tanggal Holes
Penggunaan
Bahan
Peledak
Berat
Isian Jarak
PPV
prediksi
PPV
aktual
Akurasi
Prediksi Ket. Powder
Factor
kg kg meter mm/s mm/s (%)
16-Jun-12 85 3425 40.29 810 0.488 0.899 54.31 49 0.20
0.488 0.883 55.30 36 0.20
17-Jun-12 38 1050 27.63 753 0.406 1.120 36.23 38 0.12
18-Jun-12 57 1325 23.25 652 0.445 1.340 33.21 57 0.13
19-Jun-12 79 3844 48.66 750 0.642 0.784 81.91 54 0.26
0.642 0.609 94.83 25 0.26
20-Jun-12 22 881 40.05 650 0.691 0.658 95.24 22 0.21
26-Jun-12 130 5356 41.20 645
0.716 0.815 87.80 41 0.23
0.716 0.667 93.21 40 0.23
0.716 1.120 63.89 49 0.23
Tanggal Holes
Penggunaan
Bahan
Peledak
Berat
Isian Jarak
PPV
prediksi
PPV
actual
Akurasi
Prediksi Ket. Powder
Factor
kg kg meter mm/s mm/s (%)
28-Mei-12 71 4269 60.13 910
0.624 0.634 88.05 24 0.26
0.624 0.582 95.92 25 0.26
0.624 0.717 77.86 22 0.26
29-Mei-12 78 3809 48.83 810 0.569 0.739 77.05 40 0.21
0.569 0.781 72.91 38 0.21
2-Jun-12 52 3224 60.00 765 0.755 0.883 85.53 27 0.30
0.755 0.400 52.96 25 0.30
4-Jun-12 61 3911 64.11 925 0.573 0.413 72.14 27 0.31
0.573 0.575 99.57 34 0.31
9-Jun-12 70 3806 54.37 735 0.725 0.799 90.73 31 0.25
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 57
Zig-zag, 81.27
row by row, 69.59
Grafik akurasi prediksi
Berikut adalah grafik rata-rata perbandingan persen akurasi prediksi antara rangkaian
zig-zag dan row by row :
Gambar 4.5 Perbandingan pola rangkaian zig-zag dan row by row
4.6 Analisa Data
Pada prinsipnya setiap kegiatan peledakan akan menghasilkan efek peledakan yang
dalam hal ini adalah ground vibration. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengukuran dan
perlakuan khusus terhadap efek-efek dari peledakan tersebut. Pengukuran getaran harus
dilakukan setiap kali peledakan dilaksanakan. Hasil pengukuran yang telah dilakukan
akan di analisis berdasarkan Badan Standardisasi Nasioanal (SNI). Hasil pengukuran
ground vibration dan dapat dilihat pada lampiran F.
1. Analisis hasil pengukuran ground vibration terhadap geometri yang digunakan
Dari pengukuran yang dilakukan selama di lapangan dengan menggunakan alat
Blastmate III, didapat bahwa ground vibration akibat peledakan masih berada
pada batas aman terhadap pemukiman / bangunan berdasarkan SNI. Hal ini berarti
geometri peledakan (Tabel 4.1, dan Tabel 4.2) yang diterapkan selama kegiatan
peledakan di Pit B1L3 sudah cukup bagus jika dilihat dari getaran yang
dihasilkan.
Getaran peledakan yang didapat selama bulan mei 100% masih berada pada batas
aman jika mengacu pada SNI (lampiran I). Getaran peledakan terbesar didapat
pada tanggal 9 Mei 2012 dengan jarak 725 meter yaitu 1.09 mm/s dimana berat
isiannya 54.76 kg. Pada bulan mei getaran peledakan di atas 1 mm/s hanya terjadi
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 58
sekali, jika dipersentasikan yaitu sekitar 5 %. Dengan hasil ini maka tidak
menimbulkan kerusakan sama sekali karena masih dibawah 2 mm/s sesuai dengan
batas aman yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional.
Pada bulan Juni, ground vibration yang didapat juga telah berada pada batas aman
yang diijinkan berdasarkan SNI. Getaran yang didapat paling besar selama bulan
Juni adalah 1.38 mm/s dengan kedalaman rata – rata lubang ledak 6.53 meter,
pada jarak pengukuran 755 meter dan berat isian sebesar 60.76 kg/delay.
2. Analisis hasil pengukuran ground vibration terhadap pola rangkaian peledakan
yang digunakan.
Pola rangkaian yang sering digunakan pada pit B1L3 adalah row by row dan zig-
zag. Kedua pola yang digunakan ini cenderung tidak menggunakan control row,
karena pola ini hanya mengunakan 1 macam waktu tunda dan hanya ada 1 lubang
yang meledak secara bersamaan. Peledakannya tidak dilakukan sekali peledakan,
melainkan dirangkai menjadi beberapa kali inisiasi tergantung jumlah lubang
ledak.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan dilapangan, untuk rangkaian row
by row didapat nilai getaran yang paling besar terjadi pada 18 Juni 2012 yaitu
1.34 mm/s dengan berat isian sebesar 23.25 kg/delay pada jarak 652 meter dan
surface delay yang digunakan adalah 25ms. Hasil pengukuran dapat dilihat pada
tabel 4.3.
Pada rangkaian zig-zag nilai getaran yang didapat relatif kecil dan tidak ada yang
mencapai nilai 1 mm/s. Nilai getaran yang terbesar adalah 0.883 mm/s terjadi
pada 2 Juni 2012 dengan jumlah muatan tiap lubang 60.00 kg dan jarak
pengukuran 765 meter dari lokasi peledakan, surface delay yang digunakan
adalah 67 ms. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 4.4.
Berdasarkan data-data yang telah didapat dan kemudian dilakukan perhitungan,
maka dari hasil pengolahan data tersebut dapat diprediksikan untuk peledakan
selanjutnya. Pada rangkaian row by row didapatkan hasil keakuratan prediksi rata-
rata sebesar 69.59 %, sedangkan untuk rangkaian zig-zag keakuratan prediksi
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 59
yaitu 81.27 %. Dengan memperhatikan hasil persentase tersebut yang mempunyai
perbedaan yang sangat kecil, maka dapat disimpulkan bahwa kedua rangkaian
yang digunakan pada pit B1L3 sangat cocok. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengukuran pada jarak terdekat yaitu 645 meter getarannya 1.12 mm/s dengan
berat isian bahan peledak 41.20 kg, sedangkan pada jarak terjauh yaitu 925 meter
getaran yang dihasilkan 0.575 mm/s dengan berat isian 64.11 kg. Getaran yang
dihasilkan relatif kecil dan masih jauh dari ambang batas yang ditentukan,
sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang kecil sedikitpun pada bangunan-
bangunan yang berada tidak jauh dari lokasi peledakan tersebut.
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Pola rangkaian peledakan yang digunakan di Pit B1L3 sangat terbatas yaitu pola
zig-zag dan row by row.
2. Jika mengacu pada vibrasi peledakan, geometri peledakan yang digunakan di Pit
B1L3 sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran ground vibration yang
terbesar terjadi pada tanggal 18 Juni 2012 yaitu 1.34 mm/s dengan jumlah bahan
peledak 23.25 kg/lubang dan lubang yang meledak per delaynya adalah 1 lubang.
Nilai ini masih berada dibawah ambang batas getaran yang ditentukan oleh SNI
(Standar Nasional Indonesia).
5.2 Saran
1. Penentuan jumlah muatan bahan peledak yang digunakan per delay sebaiknya
ditentukan berdasarkan scaled distance, sehingga getaran peledakan dapat dikontrol
secara berkala.
2. Pada saat melakukan pengukuran getaran sebaiknya jauhkan alat ukur getaran dari
benda-benda yang berpotensi menghasilkan getaran, sehingga getaran yang
dihasilkan dari aktivitas peledakan dapat terekam sempurna.
E m a i l : j o r i s . m i n i n g 0 7 @ g m a i l . c o m
Page 61
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2004, Pengukuran Vibrasi Peledakan, PAMA Persada Nusantara:
Banjarmasin
2. Badan Standarisasi Nasional Nomor SNI 7571:2010, Baku tingkat getaran
peledakan pada kegiatan tambang terbuka terhadap bangunan,
3. Baku Tingkat Getaran, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep-
49/MENLH/11/1996.
4. Balfas, M.D. 2011. Buku Panduan Skripsi/Tugas Akhir, Seminar, dan Praktek
Kerja Lapangan. Universitas Mulawarman, Samarinda
5. Mostafa Mohamed, 2010, Vibration Control, ISBN: 978-953-307-117-6, InTech,
Available from: http://www.intechopen.com/books/vibration-control/vibration-
control.
6. Pusdiklat TMB. 2004. Modul Juru Ledak kelas II. Bandung: DISTAMBEN RI
7. Revia Oktaviani. 2006. Jurnal Ground Vibration. ATVINDO: Samarinda.
8. Revia Oktaviani. 2012. Jurnal Analisis Uji Getaran Peledakan Pada Tambang.
UNMUL: Samarinda.
9. Silitonga Martahan, 1997, Teknik Peledakan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral: Bandung.
10. Wandaris David, P, 1996, Analisis Tingkat Getaran Bumi, Jurusan Teknik
Pertambangan, ITB: Bandung.