109
ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN 2008-2010 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh Kustiyono Tri F 3353404034 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

  • Upload
    dangque

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH

PERIODE TAHUN ANGGARAN

2008-2010

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Kustiyono Tri F

3353404034

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

Page 2: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Etty Soesilowati, M.Si Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si NIP. 196304181989012001 NIP. 196812091997022001

Mengetahui, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si NIP. 196812091997022001

Page 3: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan didepan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Kusumantoro, S.Pd. M.Si NIP. 197805052005011001

Anggota I Anggota II

Dr. Etty Soesilowati, M.Si Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si NIP. 196304181989012001 NIP. 196812091997022001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. S. Martono, M.Si NIP. 196603081989011001

Page 4: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya

sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Semarang, September 2011

Kustiyono Tri F. NIM. 3353404034

Page 5: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

1. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali

orang-orang yang beriman dan menjalankan amal soleh dan nasehat

menasehati supaya taat kepada kebenaran dan kesabaran (QS. Al ‘Ashr,

Ayat : 2 – 3)

2. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS.Al Insyirah : 6)

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan

do’a restuya

2. Saudara-saudaraku

3. Teman-teman

4. Almamaterku

Page 6: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga penulis

dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari

hambatan dan rintangan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,

kesulitan itu dapat teratasi untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberi kemudahan administrasi dalam perijinan

penelitian.

3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

yang telah memberi kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian dan

juga selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Kusumantoro, S.Pd. M.Si, sebagai penguji skripsi ini dan telah memberikan

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Etty Susilowati, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dosen dan karyawan Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri

Semarang yang telah mendukung dan memperlancar dalam menyelesaikan

skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman - teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penelitian ini.

Kemudian atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga

mendapat Ridho dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan

Page 7: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

vii

skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran dari pembaca

sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya

dan bagi mahasiswa ekonomi pada khususnya.

Semarang, September 2011

Penulis

Page 8: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

viii

ABSTRAK

Kustiyono Tri F. 3353404034, Ekonomi Pembangunan, “Analisis Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah Periode Tahun Anggaran 2008-2010”, 96 halaman, 5 Bab, 9 gambar, 19 tabel. Ekonomi Pembangunan S1. Dr. Etty Soesilowati, M.Si, Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Kusumantoro, S.Pd. M.Si. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 2011. Kata Kunci : PAD, Dana Perimbangan, Jumlah Penduduk, Pengeluaran Pemerintah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan (DP) dan jumlah penduduk (JP), dalam menentukan besaran nilai pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah. Dengan mengetahui keadaan tersebut maka diharapkan pemerintah daerah mampu memaksimalkan segala potensi yang ada untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

Desain penelitian ini bersifat kuantitatif. Obyek penelitian adalah 35 Kota dan Kabupaten di propinsi Jawa Tengah berdasarkan PAD, dana perimbangan, jumlah penduduk, dan pengeluaran pemerintah daerah tahun 2008-2010. Adapun variabel yang diteliti adalah 1) Jumlah Pengeluaran Pemerintah merupakan total dari semua belanja yang dilakukan oleh pemerintah baik berupa pengeluaran rutin maupun pengeluran pembangunan yang diukur dengan satuan uang/rupiah. 2) Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut UU No 33 Tahun 2004, PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3) Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. 4) Jumlah Penduduk, Jumlah penduduk di suatu daerah tanpa dibedakan mana yang angkatan kerja maupun yang bukan. Jumlah penduduk dapat dihitung dengan satuan jiwa. Jumlah pengeluaran daerah merupakan variabel dependen, sedangkan PAD, dana perimbangan dan jumlah penduduk merupakan variabel independennya.

Data dalam penelitian ini adalah data panel (gabungan dari cross-sectional data dan time series data). Kesimpulan penelitian, yaitu: (1) melalui uji F, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan serta Jumlah Penduduk mempengaruhi nilai pengeluaran pemerintah pada masing-masing daerah se Jawa Tengah. (2) Dari hasil pengujian koefisien regresi (uji t) terdapat pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Asli Daerah terhadap pengeluaran pemerintah daerah. (3) Dana Perimbangan secara signifikan berpengaruh terhadap variabel pengeluaran pemerintah di Kota dan Kabupaten se Jawa (4) Jumlah Penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

Saran yang dapat diberikan : Pemda perlu meningkatkan PAD dengan memaksimalkan kekayaan sumber daya alam dan memberikan modal kepada masyarakat yang memiliki kekayaan alam untuk diolah dan dijadikan pemasukan daerah sehingga dapat meningkatkan PAD. Untuk Dana Perimbangan, pengelola perlu mengetahui sumber-sumber pendapatan masing-masing daerah sehingga dapat menyeimbangkan antara pendapatan dengan pengeluaran dengan lebih seksama. Untuk Jumlah Penduduk, Pemerintah daerah perlu menata kembali kebijakan kependudukan di wilayah masing-masing. sumber daya manusia.

Page 9: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii PENGESAHAN KELULUSAN.................................................................... iii PERNYATAAN .......................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v KATA PENGANTAR .................................................................................. vi ABSTRAK ................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................ x DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Konsep Otonomi Daerah .............................................................. 11 2.2 Teori Pengeluaran Pemerintah ...................................................... 16 2.2.1 Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran

Pemerintah .......................................................................... 18 2.2.2 Hukum Wagner ................................................................... 18 2.2.3 The Displacement Effect ..................................................... 20 2.3 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ...................................... 21 2.4 Dana Perimbangan....................................................................... 24

2.4.1 Dana Bagi Hasil .................................................................. 24 2.4.2 Dana Alokasi Umum ........................................................... 25

2.4.3 Dana Alokasi Khusus .......................................................... 25 2.5 Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap PAD ................................. 28 2.6 Penelitian Terdahulu .................................................................... 29 2.7 Kerangka Berpikir ....................................................................... 33 2.8 Hipotesis ..................................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel .................................................................... 35 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 36 3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................. 37

3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 37

Page 10: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

x

3.5 Metode Analisis ........................................................................... 38 3.5.1 Statistik Deskriptif .............................................................. 39 3.5.2 Uji Asumsi Klasik ............................................................... 39 3.5.2.1 Uji Normalitas ......................................................... 39 3.5.2.2 Uji Multikolinearitas ............................................... 40 3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas ............................................ 41 3.5.2.4 Uji Autokorelasi ...................................................... 41 3.5.3 Model Regresi..................................................................... 43 3.5.4 Uji Hipotesis ....................................................................... 43 3.5.4.1 Koefisien Determinasi (R²) ..................................... 44 3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan ........................................ 44 3.5.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual ...................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 46

4.1.1. Keadaan Geografis Jawa Tengah ........................................ 46 4.1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ......................................... 48

4.1.3 Dana Perimbangan ............................................................. 51 4.1.4 Jumlah Penduduk ............................................................... 57 4.1.5 Pengeluaran Daerah.............................................................. 61

4.2 Analisis Data ............................................................................... 65 4.2.1. Uji Asumsi Klasik .............................................................. 66

4.2.1.1 Uji Normalitas Data .............................................. 66 4.2.1.2 Uji Multikolinieritas .............................................. 66 4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas .......................................... 67 4.2.1.4 Uji Autokorelasi .................................................... 68

4.2.2 Analisis Regresi Berganda ................................................ 69 4.2.3 Uji Hipotesis ..................................................................... 71

4.2.3.1 Koefisien determinasi (R2).................................... 71 4.2.3.2 Uji Simultan (Uji F) .............................................. 72 4.2.3.3 Uji Parsial (Uji t)................................................... 73

4.3 Pembahasan ................................................................................. 75 4.3.1 Hasil temuan hipotesis H1 dan pembahasan ....................... 75 4.3.2 Hasil temuan hipotesis H2 dan pembahasan ....................... 76 4.3.3. Hasil temuan hipotesis H3 dan pembahasan ....................... 78

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan .................................................................................. 80 5.2 Saran ............................................................................................ 81

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 83 LAMPIRAN ................................................................................................ 87

Page 11: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Laporan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Daerah

Jawa Tengah Tahun 2008-2010 ............................................................ 6

3.1 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi ................................. 42

4.1 PAD Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun

2008-2010 ............................................................................................ 48

4.2 Interval PAD Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008-2010 ......... 49

4.3 Perhitungan nilai maksimum, minimum dan rata-rata PAD

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008- 2010………………… .. 50

4.4 Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2008-2010.................................................................................. 54

4.5 Interval Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2008-2010.................................................................................. 55

4.6 Perhitungan nilai maksimum, minimum dan rata-rata Dana

Perimbangan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008-2010 ......... 56

4.7 Jumlah Penduduk Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun

2008-2010…………………………………………………………….. .. 58

4.8 Interval Jumlah Penduduk Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2008-2010.................................................................................. 59

4.9 Perhitungan nilai maksimum, minimum dan rata-rata Dana

Perimbangan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008-2010 ......... 60

4.10 Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2008-2010............................................................. ....................... 62

4.11 Interval Jumlah Penduduk Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2008-2010............................................................. ....................... 63

4.12 Perhitungan nilai maksimum, minimum dan rata-rata Pengeluaran

Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008- 2010................. . 64

4.13 Uji Multikolinieritas Variabel Bebas dalam Penelitian.......................... 67

4.14 Hasil Perhitungan Uji Autokorelasi ...................................................... 68

Page 12: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

xii

4.15 Hasil Perhitungan Durbin Watson test .................................................. 69

4.16 Hasil Analisis Regresi Berganda .......................................................... 70

4.17 Hasil Uji Parsial Berdasar Uji t Pada Persamaan Regresi Linier

Berganda............................................................. .................................... 73

Page 13: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Grafik Pengeluaran Pemerintah Pada Keynesian Cross .......................... 17

1.2 Grafik Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner ............ 19

1.3 Grafik Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ..................................... 21

4.1 PAD Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008-2010 .... 50

4.2 Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun

2008-2010 ............................................................................................ 56

4.3 Jumlah Penduduk Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun

2008-2010 ............................................................................................ 60

4.4 Pengeluaran Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun

2008-2010 ............................................................................................ 64

4.5 Uji Normalitas Data…................................................................ ............. 66

4.6 Uji Heteroskedastisitas Variabel Bebas dalam Penelitian ....................... 68

Page 14: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar Halaman

1 Data Penelitian ......................................................................................... 88

2 Hasil Perhitungan Persamaan Regresi ...................................................... 91

3 Hasil Perhitungan R² ................................................................................ 91

4 Hasil Perhitungan uji F ............................................................................. 91

5 Hasil Perhitungan Uji Autokorelasi .......................................................... 91

6. Hasil Perhitungan Uji Multikolinearitas ................................................... 91

7 Gambar Normal Probability plot .............................................................. 93

8 Gambar Scatterplot .................................................................................. 93

Page 15: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring

dengan diberlakukannya desentralisasi fiskal. Kebijakan terkait yang tertuang

dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun

1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah efektif

diberlakukan per Januari tahun 2001 (UU ini dalam perkembangannya diperbarui

dengan dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004).

Diberlakukannya undang-undang ini memberikan peluang bagi daerah untuk

menggali potensi lokal dan meningkatkan kinerja keuangannya dalam rangka

mewujudkan kemandirian daerah.

Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan terjadinya peningkatan

pelayanan diberbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan publik

ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha

di daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya serius

(pemerintah) dengan memberikan berbagai fasilitas pendukung (investasi).

Konsekuensinya, pemerintah perlu untuk memberikan alokasi belanja yang lebih

besar untuk tujuan ini. Desentralisasi fiskal disatu sisi memberikan kewenangan

yang lebih besar dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain memunculkan

persoalan baru, dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbeda-beda.

Page 16: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

2

Menuju penciptaan kemandirian daerah, pemerintah daerah harus

beradaptasi dan berupaya meningkatkan mutu pelayanan publik dan perbaikan

dalam berbagai sektor yang berpotensi untuk di kembangkan menjadi sumber

PAD. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat,

khususnya pada daerah – daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim,

2001). Dalam upaya peningkatan kemandirian daerah pemerintah daerah juga

dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah

satunya memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembagunan

pada sektor – sektor yang produktif di daerah.

Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 dalam pelaksanaan kewenangan

pemerintahan daerah, pemerintah pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang

terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan

bagian dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam. Selain

dari dana perimbangan tersebut pemerintah daerah juga mempunyai sumber

pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pembiayaan dan Lain-

lain Pendapatan. Dalam Undang-undang No.32 Tahun 2004 disebutkan bahwa

untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan

mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU),

Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan

sumber daya alam. Disamping Dana Perimbangan tersebut, Pemerintah Daerah

mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD),

pembiayaan, dan lain-lain pendapatan daerah. Kebijakan penggunaan semua dana

tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Dana transfer dari Pemerintah

Page 17: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

3

Pusat digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah dalam

meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.

Otonomi daerah harus disadari sebagai suatu transformasi paradigma

dalam penyelenggaran pembangunan dan pemerintahan di daerah, dimana

Pemerintah Daerah memiliki otonomi yang lebih luas untuk mengelola sumber-

sumber ekonomi daerah secara mandiri dan bertanggung jawab yang hasilnya

diorientasikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.

Transformasi paradigma dalam hal ini terlatak pada aspek akuntabilitas

Pemerintah Daerah dalam rangka mengelalola sumber-sumber ekonomi yang

semula bersifat akuntabilitas vertikal (kepada Pemerintah) menjadi akuntabilitas

horizontal (kepada masyarakat di daerah) (Mardiasmo, 2002). Tujuan utama

penyelenggaran otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan public

(publick service) dan memajukan perekonomian daerah.

Dengan adanya otonomi daerah ini berarti Pemerintah Daerah dituntut

untuk lebih mandiri, tak terkecuali juga mandiri dalam masalah financial. Meski

begitu Pemerintah Pusat tetap memberi dana bantuan yang berupa Dana Alokasi

Umum (DAU) yang di transfer ke Pemerintah Daerah. Dalam praktiknya, transfer

dari Pemerintah Pusat merupakan sumber pendanaan utama Pemerintah Daerah

untuk membiayai operasional daerah, yang oleh Pemerintah Daerah ”dilaporkan”

diperhitungan anggaran. Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi

kesenjangan fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan

publik minimum di seluruh negeri (Maemunah, 2006).

Page 18: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

4

Untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan

pendanaan daerah yang cukup besar, pemerintah memberikan dana perimbangan

dan salah satu komponen dana ini yang memberikan kontribusi terbesar adalah

Dana Alokasi Umum. Dalam beberapa tahun berjalan, proporsi DAU terhadap

peneriman daerah masih yang tertinggi dibanding dengan penerimaan daerah yang

lain, termasuk PAD (Adi, 2006). Hal ini menunjukkan masih tingginya

ketergantungan pemerintah daerah terhadap pasokan dana dari pemerintah pusat

ini. Namun demikian, dalam jangka panjang, ketergantungan semacam ini harus

menjadi semakin kecil. Berbagai investasi yang dilakukan pemerintah daerah

diharapkan memberikan hasil positif yang tercermin dalam peningkatan PAD.

Tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan penting

pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Upaya untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah tidak akan memberikan arti apabila tidak diikuti dengan

peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Brata (2004) menyatakan bahwa

terdapat dua komponen penerimaan daerah yang berpengaruh positif secara

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Kedua komponen tersebut

adalah PAD dan Bagian Sumbangan & Bantuan. Namun demikian, penelitian

Brata (2004) belum mencakup periode setelah otonomi daerah sehingga hubungan

PAD dan Pertumbuhan ekonomi dapat saja mengarah ke hubungan negatif jika

daerah terlalu ofensif dalam upaya peningkatan penerimaan daerahnya.

Pertumbuhan ekonomi sering di ukur dengan mengunakan pertumbuhan produk

domestik bruto (PDB/PDRB), namun demikian indikator ini dianggap tidak selalu

tepat dikarenakan tidak mencerminkan makna pertumbuhan yang sebenarnya.

Page 19: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

5

Indikator lain, yaitu pendapatan per kapita dapat digunakan untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi ini (Kuncoro,2004; Gaspersz dan Feonay, 2003). Indikator

ini lebih komprehensif dalam mengukur pertumbuhan ekonomi dikarenakan lebih

menekankan pada kemampuan negara/daerah untuk meningkatkan PDB/PDRB

agar dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Indikator ini secara simultan

menunjukkan apakah pertumbuhan ekonomi yang terjadi mampu meningkatkan

kesejahteraan seiring dengan semakin cepatnya laju pertambahan penduduk.

Di sisi lain kemampuan keuangan pemerintah daerah masih sangat

tergantung pada penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat. Oleh karena itu,

dalam rangka desentralisasi kepada setiap daerah dituntut untuk dapat membiayai

diri melalui sumber-sumber keuangan yang dikuasainya. Peran pemerintah daerah

dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber

penerimaan daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas

pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat di daerah (Halim, 2001).

Berikut ini adalah data mengenai pengeluaran pemerintah daerah di

JawaTengah periode tahun 2008-2010:

Tabel 1.1

Laporan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Daerah

Jawa Tengah Tahun 2008-2010

(dalam jutaan Rupiah) No Kabupaten 2008 2009 2010

1 Kab. Banjarnegara 707148 729036 751601 2 Kab. Banyumas 1046091 1112316 1120297 3 Kab. Batang 603586 613547 601703 4 Kab. Blora 841778 866145 845449 5 Kab. Boyolali 788925 880086 964590 6 Kab. Brebes 1038723 1043264 1221167 7 Kab. Cilacap 1047201 1142689 1237942 8 Kab. Demak 708194 739360 805850 9 Kab. Grobogan 833353 817577 873480

Page 20: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

6

10 Kab. Jepara 754396 804539 817087 11 Kab. Karanganyar 796488 799688 794316 12 Kab. Kebumen 911892 993216 999054 13 Kab. Kendal 771433 799716 828122 14 Kab. Klaten 1015523 1022358 1028962 15 Kab. Kudus 729760 901147 916230 16 Kab. Magelang 904917 911933 1017192 17 Kab. Pati 990449 985496 1016595 18 Kab. Pekalongan 670632 697229 707030 19 Kab. Pemalang 743391 769847 878511 20 Kab. Purbalingga 715223 702705 708423 21 Kab. Purworejo 710537 754722 775422 22 Kab. Rembang 596094 593546 629791 23 Kab. Semarang 726553 787322 777835 24 Kab. Sragen 802642 810434 857901 25 Kab. Sukoharjo 720414 740005 781475 26 Kab. Tegal 869416 913245 927856 27 Kab. Temanggung 594489 609738 646510 28 Kab. Wonogiri 828131 977243 975858 29 Kab. Wonosobo 616555 632221 679607 30 Kota Magelang 416823 471234 416607 31 Kota Pekalongan 390248 390965 414803 32 Kota Salatiga 1098481 430982 403924 33 Kota Semarang 1351845 1604601 1679072 34 Kota Surakarta 765306 842538 838253 35 Kota Tegal 406025 478915 454855

Jumlah 27,512,662 28,369,605 29,393,368 Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah 2010, dan Dinas Pendapatan Daerah

diolah

Hal tersebut dapat dilihat dari Propinsi Jawa Tengah yang memilki 35

Daerah Tingkat II yang terdiri dari 29 Kabupaten dan 6 Kota memiliki

penerimaan dan pengeluaran keuangan pemerintahan yang masing-masing

berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya, yang mana setiap pengeluaran

pemerintah yang dilakukan berdasarkan kepemilikan pendapatan yang berupa

penerimaan dari potensi-potensi daerah, atau yang lebih dikenal dengan

Pendapatan Asli Daerah yang antara lain komponen komponennya terdiri dari

penerimaan pajak dan retribusi daerah, penerimaan laba Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) dan penerimaan lain-lainnya yang sah. Akan tetapi ada fakta

Page 21: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

7

bahwa daerah tidak akan mampu membiayai pengeluarannya baik itu pengeluaran

rutin maupun pengeluaran pembangunan jika hanya menggandalkan dari sektor

Pendapatan Asli Daerah, oleh karena itu pemerintah pusat mengeluarkan

kebijakan untuk pemberian bantuan dalam keuangan pemerintah daerah dengan

dana perimbangan. Dana perimbangan tersebut diberikan sesuai dengan potensi

daerah masing-masing atau arti lainnya daerah yang satu tidak sama dengan

daerah lainnya, makin besar potensi daerah tersebut maka semakin besar dana

perimbangan yang diberikan untuk melakukan pengeluarannya yang kita ketahui

berupa pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, seperti contohnya

adalah Kabupaten Cilacap yang merupakan Kota yang memiliki sumber daya

alam berupa minyak yang cukup banyak mempunyai tingkat pengeluaran

pemerintah sebesar Rp. 1.237.942,00 (dalam juta rupiah) dengan tingkat PAD

sebesar Rp. 126.058,00 (dalam juta rupiah) mendapatkan dana perimbangan

sebesar Rp. 975.811,00.(dalam juta rupiah). Hal tersebut kita bandingkan dengan

Kabupaten Sragen yang memiliki pengeluaran pemerintah sebesar Rp. 857.901,00

(dalam juta rupiah) dengan jumlah PADnya sebesar Rp. 69.398,00 (dalam juta

rupiah) dan dana perimbangannya sebesar Rp. 649.984,00 (dalam juta rupiah),

yang mana Kabupaten Sragen ini tidak memiliki potensi daerah yang besar atau

dalam arti lainnya tidak memilki sumber daya alam yang potensial, selain itu

jumlah penduduknya juga terpaut jauh, apabila di Kabupaten Cilacap memiliki

jumlah penduduk sebesar 1.626.795 jiwa di Kabupaten Sragen hanya sebesar

860.509 jiwa.

Page 22: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

8

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diduga ada

beberapa faktor yang mempengaruhi nilai pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten

dan Kota di Propinsi Jawa Tengah. Beberapa variabel tersebut diduga mempunyai

pengaruh signifikan terhadap nilai pengeluaran pemerintah. Sehubungan dengan

hal tersebut maka penulis dalam penulisan skripsi ini memilih judul “ANALISIS

PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI

JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN 2008-2010”. Adapun

variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengeluaran Pemerintah,

PAD, Dana Perimbangan dan Jumlah Penduduk.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh tingkat PAD dalam menentukan besaran nilai

pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah.

2. Seberapa besar pengaruh Dana Perimbangan dalam menentukan besaran

nilai pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah .

3. Seberapa besar pengaruh Jumlah Penduduk dalam menentukan besaran

nilai pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Page 23: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

9

1. Untuk menganalisa pengaruh PAD dalam menentukan besaran nilai

pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2008-2010.

2. Untuk menganalisa pengaruh Dana Perimbangan dalam menentukan

besaran nilai pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa Tengah tahun

anggaran 2008-2010.

3. Untuk menganalisa pengaruh pengaruh Jumlah Penduduk dalam

menentukan besaran nilai pengeluaran pemerintah di Propinsi Jawa

Tengah tahun anggaran 2008-2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian dilakukan sebagai bahan studi kasus bagi pembaca dan

acuan bagi mahasiswa serta dapat memberikan bahan referensi bagi pihak

perpustakaan UNNES sebagai bacaan yang dapat menambah ilmu

pengetahuan bagi pembaca, khususnya mengenai seberapa besar pengaruh

dari variabel-fiskal dan non-fiskal, yaitu variabel PAD, Dana Perimbangan,

dan Jumlah Penduduk dalam menentukan besaran nilai pengeluaran

pemerintah di 29 Kabupaten dan 6 Kota di daerah Jawa Tengah pada periode

Januari 2000 sampai dengan Desember 2002, dan dapat dijadikan sebagai

bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan informasi mengenai bagaimana pengaruh

pengaruh PAD dalam menentukan besaran nilai pengeluaran pemerintah di

Page 24: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

10

Propinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2008-2010 untuk selanjutnya bagi

pemerintah daerah dapat dipertimbangkan dalam penyusunan kebijakan

fiskalnya (keuangan), sehingga kebijakan tersebut nantinya dapat

dilaksanakan secara berkelanjutan.

Page 25: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

11

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Konsep Otonomi Daerah

Sesuai dengan amanat yang digariskan dalam UU No. 5 Tahun 1974 tentang

pokok-pokok pemerintahan daerah, prinsip otonomi daerah yang nyata dan

bertanggung jawab. Nyata dalam arti bahwa pemberian otonomi didasarkan pada

faktor-faktor perhitungan dan tindakan atau kebijakan yang benar-benar menjamin

daerah yang bersangkutan mampu mengurus rumah tangganya sendiri. Bertanggung

jawab berarti pemberian otonomi benar-benar sejalan dengan tujuan untuk

melancarkan pembangunan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan serasi

dengan pembinaan politik dengan kesatuan bangsa. Dengan demikian akan terjalin

hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Selanjutnya

dalam penjelasan resmi UU No. 5 Tahun 1974 diutamakan bahwa penyelenggaraan

pemerintah daerah didasarkan pada prinsip-prinsip : (Soetrisno. Ph 1986 : 13).

a. Pelaksanaan pemberian otonomi kepada daerah, harus menunjang aspirasi perjuangan rakyat, yakni memperkokoh negara kesatuan dan mempertinggi tingkat kesejahteraan rakyat.

b. Pembagian otonomi kepada daerah harus merupakan otonomi yang nyata dan bertangung jawab.

c. Asas desentralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan dekonsentrasi. d. dengan memberikan kemungkinan pula pada pelaksanaan tugas asas

pembantuan. e. Pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk menyatakan daya guna

(efektivitas) dan hasil guna (Efisiensi) penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan terhadap masyarakat, ksatabilan politik dan kesatuan bangsa.

Page 26: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

12

Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak dapat dilepaskan dari

kemampuan daerah dalam bidang keuangan, karena kemampuan keuangan ini

merupakan idikator penting dalam mengukur tingkatan otonomi daerah. Sumber

keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan sumber non Pendapatan Asli Daerah. Penyelenggaraan

otonomi daerah dapat dicapai apabila sumber keuangan daerah dapat membiayai

aktifitas daerah yang berasal dari PAD.

Pemerintah Daerah dalam melaksanakan rumah tangganya memerlukan sumber

pendapatan yang berasal dari PAD. Tanpa adanya dana yang cukup, maka ciri pokok

dari otonomi daerah menjadi hilang. Meskipun daerah juga mendapatkan sumber-

sumber dari PAD, namun PAD mempunyai peranan yang strategis di dalam

keuangan daerah karena bagi suatu daerah sumber pendapatan daerah merupakan

tiang utama penyangga kehidupan daerah. Oleh karena itu para ahli sering memakai

PAD sebagai alat analisis dalam menilai tingkat otonomi suatu daerah.

Pemerintah Daerah dalam melaksanakan berbagai keuangan dengan otonomi

untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya tentu membutuhkan dana. Hal ini

menunjukkan betapa pentingnya faktor keuangan untuk melaksanakan otonomi

daerah, karena tidak ada kegiatan pemerintah yang tidak membutuhkan biaya,

sehingga membutuhkan sumber keuangan yang memadai untuk penyelenggaraan

pemerintah daerah dengan menggali sumber PAD, dengan tujuan agar

ketergantungan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat.

Dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan sehubungan dengan keuangan

daerah yang penting adalah “wewenang di tepi” artinya memiliki penerimaan daerah

Page 27: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

13

sendiri yang cukup. Jika penerimaan PAD telah mencapai 20% dari pengeluaran

daerah, maka sumber keuangan daerah sudah dapat dikatakan cukup, sehingga

ketrgantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat kecil. Jadi semakain

besar prosentase PAD terhadap pengeluaran daerah, maka otonomi daerah dapat

dikatakan semakin baik. Agar supaya daerahh dapat mengurus rumah tangganya

sendiri dengan sebaik-baiknya, maka kepadanya perlu diberikan sumber-sumber

pembiayaan yang cukup. Namun mengingat tidak semua sumber-sumber pembiayaan

dapat diberikan kepada daerah maka kepada darah diwajibkan untuk menggali segala

sumber keuangannya sendiri berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang

berlaku (Machfud Sidik dan Soewondo, 1992, Hal. 32).

Sistem keuangan dalam UU No.1 Tahun 1945 disebutkan mengenal sluit

post (sistem menutupi kekurangan), lalu meminta begitu saja kepada pemerintah

pusat. Oleh karena itu sluit post diganti dengan sistem penyerahan bagi hasil pajak

negara. Dengan demikian, diharapkan daerah akan lebih hati-hati dalam

menjalankan politik keuangannya. Didalam perkembangannya sistem sluit post ini

ternyata masih tetap dipakai. Inimengandung arti bahwa untuk sementara waktu

sistem sluit post akan dihapuskan secara perlahan-lahan.

Untuk lebih jelasnya, ada baiknya diuraikan tentang sistem yang dimaksud

dalam UU No. 22 Tahun 1948. sistem pembayaran bagi hasil dalam Undang-undang

itu mengatur mengenai sumber-sumber keuangan yang membolehkan daerah untuk

memungutnya. Dalam pasal 37 Undang-undang ini mengenai keuangan daerah

menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah berasal dari:

a. Pajak daerah dan Retribusi

Page 28: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

14

b. Pendapatan hasil perusahaan daerah

c. Pajak negara yang diserahkan pada daerah

d. Lain-lain (seperti pinjaman, subsidi, penjualan atau penyewaan barang-

barang milik negara)

Selanjutnya keuangan daerah harus dilaksankan dengan pembukuan yang

terang, rapi dan pengurusan keuangan daerah harus dilaksanakan secara sehat

termasuk sistem administrasinya. Dengan demikian, diharapkan daerah menyusun

dan menetapkan APBD nya sendiri (Azhari A. Samudra, 1995, Hal. 39-40). Sampai

tahun 1956, sistem penyerahan bagi hasil pajak negara seperti yang disebutkan dalam

UU No.22 Tahun 1948 (pasal 37 c) tetap dijadikan sebagai dasar pengaturan

keuangan daerah. Dengan bergulirnya reformasi semenjak 7 tahun yang lalu telah

terjadi perubahan yang mendasar dalam sistem pemerintahan di daerah yaitu dari

ketentuan UU No.5 Tahun 1974 menjadi UU No. 22 Tahun 1999. dengan ketentuan

ini terjadi pula perubahan yang mendasr dalam manajemen keuangan daerah. Dengan

UU No. 22 Tahun 1999 kewenangan pengelolaan keuangan daerah diberikan secara

luas kepada daerah, karena daerah yang tahu tentang persoalan yang ada di daerah,

kondisi ini merupakan peluang bagi daerah untuk memperlihatkan kemampuannya

dalam mengelola keuangan daerah tanpa banyak campur tangan pemerintah tingkat

atas (Abdul Halim, 2001, Hal. 9) dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah

maka suatu daerah membutuhkan biaya dan biaya itu harus dipikul oleh masing-

masing daerah yang menyelenggarakan peraturan dan pengurusan. Jadi mengatur dan

mengurus rumah tanga sendiri adalah atas biaya sendiri pula. Untuk keperluan

tersebut suatu daerah harus mempunyai kas (keuangan) tersendiri, yang terpisah

Page 29: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

15

dengan keuangan pemerintah pusat, untuk membiayai berbagai pengeluaran untuk

menyelenggarakan tugas perbantuan. Semakin luas dan rumitnya urusan yang

diselenggarakan akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu

prinsip-prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab sebagaimana dinyatakan

dalam UU No. 5 Tahun 1974, perpajakan umum No. 1 sub e, menghendaki

kesanggupan keuangan yang sebesar-besarnya pula bagi tiap-tiap daerah.

Tentu saja untuk keperluan tersebut, tiap daerah harus mempunyai sumber-

sumber pendapatan tertentu untuk mengisi kasnya. Begitu pula bagi pemerintah

pusat untuk keperluan pemeritah, negara harus mempunyai keuangan tersendiri

beserta sumber-sumbernya. Oleh karena itu, hubungan keuangan antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah khususnya mengenai pembagian

sumber-sumber keuangan, masing-masing haruslah diatur sebaik-baiknya agar

dapat terpelihara keseimbangan keuangan yang harmonis dan tepat. UU No. 32

Tahun 1957 memuat tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Adapun maksud dan tujuan UU perimbangan keuangan ini adalah:

a. Memberikan ketentuan sekedar menjamin keuangan daerah

b. Mendorong ke arah penyehatan rumah tangga daerah

c. Mendorong daerah untuk mengintensifkan sumber-sumber pendapatan

daerah dan mengadakan sumber-sumber baru

d. Memupuk rasa tanggung jawab daerah dalam menyelenggarakan

kebijakan keuangan untuk melakukan tugas daerah (J. Wajong, 1960, Hal.

50-51)

Page 30: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

16

Sejalan dengan dinamika dan tuntutan perubahan di segala bidang maka

untuk mengantisipasi kesalahan masa lalu, UU No.22 Tahun 1999 tentang

pemerintah daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangn

antara pusat dan daerah diperkirakan akan memberikan angin segar bagi daerah

untuk mengatur dan mengurus masyarakat dan daerahnya sendiri. (Abdul Halim,

2001 Hal. 307-308).

2.2 Teori Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila

pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,

pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh

pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut (Mangkoesoebroto,

1993;169). Hubungan antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi

secara teori diterangkan dalam Keynesian Cross (Mankiw, 2003; 263).

Grafik 1.1

PENGELUARAN PEMERINTAHAN PADA KEYNESIAN CROSS

B

A

DG

Pengeluaran Pemerintah Actual expenditure

Planned expenditure

45°

DY

E2=Y2

E1=Y1

Income, output, Y

Planned expenditure

DYE2=Y2 E1=Y1

Page 31: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

17

Pada grafik 1.1 di atas dapat dilihat peningkatan pengeluaran pemerintah

berdampak pada kenaikan pertumbuhan ekonomi yang diukur melalui pendapatan

dan tingkat output. Peningkatan besarnya pengeluaran pemerintah berhasil

merubah keseimbangan dari titik A ke titik B, yang berarti peningkatan

pertumbuhan (Y).

Bailey (1995; 43) membagi teori mengenai perkembangan pengeluaran

pemerintah menjadi dua, yaitu teori makro dan teori mikro. Model makro dapat

menjelaskan perhitungan jangka panjang pertumbuhan pengeluaran pemerintah,

sedangkan model mikro menjelaskan perubahan secara particular komponen-

komponen pengeluaran pemerintah.

Teori makro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah

dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu (Mangkoesoebroto, 1993; 169):

1. Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah.

2. Hukum Wagner mengenai perkembangan aktivitas pemerintah.

3. Teori Peacock & Wiseman.

2.2.1 Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran

Pemerintah

Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan

perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan

ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut.

Pada tahap awal perkembangan ekonomi, prosentase investasi pemerintah

terhadap total investasi besar, sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan

prasarana, seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya.

Page 32: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

18

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap

diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas,

namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Pada

tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow mengatakan dalam Mangkoesoebroto

(1993; 170), bahwa pembangunan ekonomi aktivitas pemerintah beralih dari

penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti

halnya program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat,

dan sebagainya.

2.2.2 Hukum Wagner

Teori Wagner tentang perkembangan pengeluaran pemerintah disebut

sebagai Wagner law of increased government activity. Teori ini mengemukakan

perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam prosentase

terhadap GNP, dimana teori ini didasarkan pada pengamatan di negara-negara

Eropa, US, dan Jepang pada abad ke-19 (Mangkoesoebroto, 1993; 170). Wagner

mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum Wagner, sebagai berikut

Dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara

relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat.

Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut :

P PP : Pengeluaran Pemerintah perkapita

PPK : Pendapatan perkapita, yaitu GDP/jumlah penduduk

PkPP1 PkPP2 Pk PPn ⟨ ⟨ . . . ⟨ PPK1 PPK2 PPK n

Page 33: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

19

1,2,...n : Jangka waktu (tahun)

Hukum Wagner ini ditunjukkan dalam grafik 1.2 dimana kenaikan

pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk eksponensial yang ditunjukkan

oleh kurva perkembangan pengeluaran pemerintah (Mangkoesoebroto,

1993; 172).

Grafik 1.2

PERTUMBUHAN PENGELUARAN PEMERINTAH MENURUT WAGNER

Kurva Perkembangan Pengeluaran pemerintah

2.2.3 The Displacement Effect

Dari ketiga teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah

tersebut, teori Peacock & Wiseman dianggap sebagai teori dan model yang

terbaik (Mangkoesoebroto, 1993; 173). Teori mereka sering disebut sebagai

The Displacement Effect, dimana teori ini didasarkan pada suatu pandangan

bahwa pemerintah senantiasa memperbesar pengeluaran sedangkan

masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai

pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Dalam

Mangkoesoebroto (1993; 173) Peacock dan Wiseman mendasarkan teori

mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi

pajak, suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan

0 Waktu(tahun)

PkPP PPK

Page 34: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

20

pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran

pemerintah. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk

menaikkan pungutan pajak. Teori Peacock dan Wiseman adalah sebagai

berikut (Mangkoesoebroto, 1993; 173):

“Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat, oleh karena itu dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.” Jadi berbeda dengan pandangan Wagner, perkembangan pengeluaran

pemerintah versi Peacock dan Wiseman tidaklah berbentuk suatu garis, tetapi

berbentuk seperti tangga.

Grafik 1.3

TEORI PERKEMBANGAN PENGELUARAN PEMERINTAH

Peacock dan Wiseman

Waktu (tahun) 0

Pengeluaran Pemerintah/GDP Wagner, Solow, Musgrave

Page 35: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

21

2.3 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan daerah yang potensinya

berada di daerah dan dikelola oleh pemerintah daerah yang bersangkutan.

Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah,

diantaranya menggariskan sumber-sumber pendapatan asli daerah adalah sebagai

berikut:

a. Pajak Daerah

Pengertian pajak daerah secara umum adalah pembayaran/iuran dari rakyat

kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan balas jasa secara

langsung, misal: pajak kendaraan bermotor, pajak penjualan dan

sebagainya.

b. Retribusi Daerah

Pengertian retribusi tidaklah sama dengan pengertiian pajak. Perbedaan

yang jelas antara retribusi dengan pajak adalah mengenai ada tidaknya

balas jasa dari pemerintah kepada individu. Dari perbedaan tersebut dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa retribusi adalah suatu pembayaran/iuran

dari rakyat kepada pemerintah dengan balas jasa secara langsung yang

diterima dengan pembayaran retribusi tersebut. Misalnya uang sekolah,

uang langganan air minum, uang langganan listrik dan sebagainya.

c. Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah

Laba perusahaan daerah diharapkan sebagai sumber pemasukan bagi

daerah. Oleh karena itu batas-batas tertentu pengolahan perusahaan harus

Page 36: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

22

bersifat profesional dan harus berpegang pada prinsip ekonomi secara

umum, yakni efisiensi.

Dalam penjelasan umum Undang-undang No. 5 Tahun 1974, pengertian

perusahaan daerah dirumuskan sebagai berikut: yaitu suatu badan saha

yang dibentuk oleh daerah untuk perkembangan perekonomian daerah dan

untuk menambah penghasilan daerah. Dari kutipan di atas terdapat dua

fungsi pokok, yakni sebagai dinamisator perekonomian daerah dan sebagai

penghasilan daerah.

d. Penerimaan dari Dinas-dinas

Dinas-dinas daerah bertugas dan berfungsi untuk memberikan pelayanan

terhadap masyarakat tanpa memperhatikan untung/rugi, tapi dalam batas-

batas tertentu dapat didayagunakan dan bertindak sebagai organisasi

ekonomi dalam bidang pelayanan jasa.

Sekalipun dinas-dinas daerah telah ditempatkan sebagai salah satu sumber

PAD, tetapi tidak berarti sumbangan riil yang diberikan sektor ini cukup

besar untuk menopang keuangan daerah pada umumnya. Karena dalam

kenyataannya, sektor ini hanya sedikit lebih baik dibandingkan dengan

sektor perusahaan daerah dalam memberikan kontribusi bagi PAD dan

pendapatan daerah pada umumnya.

e. Penerimaan Lain-lain

Penerimaan lain-lain adalah penerimaan yang diterima oleh pemerintah

daerah selain yang disebutkan diatas. Penerimaan lain-lain ini merupakan

penerimaan daerah yang sah (yaitu dengan peraturan daerah) yang

Page 37: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

23

diperoleh dari penjualan-penjualan milik daerah, penjualan barang-barang

bekas, cicilan kendaraan bermotor dan cicilan rumah yang dibangun oleh

pemerintah daerah, penerimaan jasa gro (kas daerah), biaya pembinaan

dan penyewaan tempat pelelangan ikan dan lain-lain.

Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang

diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan sehubungan dengan

keuangan daerah yang penting adalah “wewenang di tepi” artinya memiliki

penerimaan daerah sendiri yang cukup. Jika penerimaan PAD telah mencapai 20%

dari pengeluaran daerah, maka sumber keuangan daerah sudah dapat dikatakan

cukup, sehingga ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat

kecil. Jadi semakain besar prosentase PAD terhadap pengeluaran daerah, maka

otonomi daerah dapat dikatakan semakin baik. Agar supaya daerah dapat

mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya, maka kepadanya perlu

diberikan sumber-sumber pembiayaan yang cukup. Namun mengingat tidak

semua sumber-sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah maka kepada

darah diwajibkan untuk menggali segala sumber keuangannya sendiri berdasarkan

peraturan perundanga-undangan yang berlaku (Kaloh, 2004: 17).

2.4 Dana Perimbangan

Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil (DBH), dana alokasi

umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK), selain ditujukan untuk

Page 38: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

24

konsolidasi desentralisasi fiskal dan memperkecil ketimpangan keuangn antara

pusat dan daerah serta antar daerah dengan tetap menjaga netralitas fiskal,

juga diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan daerah.

2.4.1 Dana Bagi Hasil

Dana bagi hasil merupakan bagian daerah yang bersumber dari

penerimaan yang dihasilkan daerah, seperti penerimaan pajak penghasilan

(PPh) pasal 21 dan PPh 25/29 orang pribadi, pajak bumi dan bangunan (PBB),

serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Di samping itu,

dana bagi hasil juga berasal dari sumber daya alam (SDA), seperti minyak

bumi, gas alam, pertambangan umum, kehutanan, dan perikanan. Dengan

demikian, daerah yang potensi penerimaannya tinggi, baik itu berupa pajak

maupun sumber daya alam, akan dapat menikmati pendapatan yang lebih baik.

Besarnya bagian daerah tersebut ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2.4.2 Dana Alokasi Umum

Sesuai dengan pasal 7 Undang-undang No. 25 Tahun 1999, besarnya dana

alokasi umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaan

dalam negeri bersih, yaitu penerimaan dalam negeri setelah dikurangi dengan

dana bagi hasil dan DAK yang bersumber dari dana reboisasi.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, dana alokasi

umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk pemerataan

kemampuan keuangan antara pusat dan daerah untuk mendanai kebutuhan

Page 39: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

25

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana lokasi umum

dialokasikan untuk Propinsi dan Kabupaten/Kota, dalam pembagian Dana

alokasi umum jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26

persen dari pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN.

2.4.3 Dana Alokasi Khusus

Dana alokasi khusus (DAK) merupakan dana dari APBN yang

dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mengisi kesenjangan

penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanaan dasar masyarakat,

khususnya bagi daerah yang kemampuan fiskalnya rendah. Hal ini

dimaksudkan selain untuk secara bertahap dapat diarahkan utnuk mencapai

keserasian tingkat pelayanan publik di berbagai wilayah, juga dapat

mengarahkan sebagian dari pengeluaran daerah untuk membiayai kegiatan-

kegiatan yang merupakan prioritas nasional.

Sumber Dana Perimbangan lainnya yang dapat dikategorikan sebagai

alokasi by specific assignment adalah Dana Alokasi Khusus. Dana ini

dialokasikan dari APBN kepada Daerah tertentu untuk membantu membiayai

kebutuhan khusus, yaitu: kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara

umum dengan rumus dan kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas

nasional. Contoh dari dana alokasi khusus adalah dana untuk membiayai

kebutuhan untuk kawasan transmigrasi dimana tidak semua daerah

mempunyai kebutuhan yang sama. Dalam pengalokasian dana alokasi khusus,

UU No. 33 tahun 2004 mengisyaratkan bahwa pembiayaan program-program

yang berlabel kebutuhan khusus perlu disediakan dana pendamping daerah

Page 40: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

26

yang berasal dari sumber APBD. Tantangan bagi daerah untuk slot alokasi

dana ini adalah dari aspek manajemen fiskal daerah baik dari sisi revenue

maupun expenditure side. Artinya, kreativitas di tingkat daerah sangat dituntut

untuk menumbuhkan daerahnya melalui pemanfaatan dana ini.

Dana alokasi khusus (DAK) adalah bentuk dana yang bersifat khusus

(specific grant). Artinya, penggunaan dana tersebut berdasarkan atas petunjuk

atau kebijakan dari pihak pemberi, dalam hal ini pemerintah pusat. Dimasa lalu

kita juga mengenal dana inpres subsidi daerah (SD), inpres kesehatan dan bahkan

subsidi daerah otonom (SDO) pun bisa kita masukkan dalam kategori dana

bersifat khusus ini.

DAK yang ditujukan untuk daerah khusus yang terpilih untuk tujuan

khusus meliputi :

1. Kebutuhan prasarana dan sarana fisik di daerah terpencil yang tidak

mempunyai akses yang memadai ke daerah lain;

2. Kebutuhan prasarana dan sarana fisik di daerah yang menampung

transmigrasi;

3. Kebutuhan prasarana dan sarana fisik yang terletak di daerah pesisir/

kepulauan dan tidak mempunyai prasarana dan sarana yang memadai;

4. Kebutuhan prasarana dan sarana fisik di daerah guna mengatasi dampak

kerusakan lingkungan.

Mekanisme pengalokasian DAK adalah merupakan pengalokasian dana

untuk kepentingan dengan prioritas utama dan dimuat dalam rencana kerja

pemerintah tahun yang bersangkutan. Materi teknis mengusulkan kegiatan

Page 41: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

27

khusus yang akan didanai dari DAK akan ditetapkan oleh menteri dalam

negeri, menteri keuangan dan menteri negara perencanaan pembangunan

nasional. Dengan adanya usulan terebut maka menteri yang bersangkutan akan

melakukan perhitungan untuk DAK jika usulannya disetujui. Jika suatu daerah

telah menerima DAK maka daerah penerima DAK harus menganggarkan dana

pendamping APBD sebesar 10 persen dari besaran alokasi DAK yang

diterima.

Daerah yang ingin memperoleh DAK harus memenuhi beberapa

persyaratan, yaitu sebagai berikut :

1. Daerah perlu membuktikan bahwa daerah kurang mampu membiayai

seluruh pengeluaran usulan kegiatan tersebut dari PAD, bagi hasil pajak

dan SDA, DAU, Pinjaman Daerah dan lain-lain penerimaan yang sah.

2. Daerah menyediakan dana pedamping sekurang-kurangnya 10% dari

kegiatan yang diajukan.

3. Kegiatan tersebut memenuhi kriteria teknis sektor / kegiatan yang

ditetapkan oleh menteri teknis / instansi terkait.

2.5 Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap PAD

Di negara sedang berkembang yang mengalami ledakan jumlah penduduk

termasuk Indonesia akan selalu mengkaitkan antara kependudukan dengan

pembangunan ekonomi. Akan tetapi hubungan antara keduanya tergantung pada

sifat dan masalah kependudukan yang dihadapi oleh setiap negara, dengan

Page 42: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

28

demikian tiap negara atau daerah akan mempunyai masalah kependudukan yang

khas dan potensi serta tantangan yang khas pula (Sucipto Wirosardjono:1998).

Jumlah penduduk yang besar bagi Indonesia oleh para perencana

pembangunan dipandang sebagai asset modal dasar pembangunan tetapi sekaligus

juga sebagai beban pembangunan. Sebagai asset apabila dapat meningkatkan

kualitas maupun keahlian atau ketrampilannya sehingga akan meningkatkan

produksi nasional. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban jika struktur,

persebaran dan mutunya sedemikian rupa sehingga hanya menuntut pelayanan

sosial dan tingkat produksinya rendah sehingga menjadi tanggungan penduduk

yang bekerja secara efektif (Agus Widarjono, 1999 dalam Ari Budihardjo, 2003).

Adam Smith berpendapat bahwa dengan didukung bukti empiris bahwa

pertumbuhan penduduk tinggi akan dapat menaikkan output melalui penambahan

tingkat dan ekspansi pasar baik pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Penambahan penduduk tinggi yang diiringi dengan perubahan teknologi akan

mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi di dalam produksi.

Penambahan penduduk merupakan satu hal yang dibutuhkan dan bukan suatu

masalah, melainkan sebagai unsur panting yang dapat memacu pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi. Besarnya pendapatan dapat mempengaruhi penduduk. Jika

jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang dapat ditarik juga meningkat.

2.6 Penelitian Terdahulu

Page 43: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

29

Penelitian empiris para peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

pengeluaran pemerintah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya didasari dari

beberapa literatur, yang antara lain yaitu:

1. Menurut Paidi Hidayat, Wahyu Ario Pratomo, dan D. Agus Harjito dalam

penelitiannya di Sumatra Utara:

“Based on the above analysis and discussion we draw the following concluding notes: 1. The regencies of Mandailing Natal, Toba Samosir, Humbang Hasundutan,

and Pakpak Bharat have on average a total expenditure that grows faster than their income. In contrast, Samosir and Serdang Bedagai regencies and Padang Sidimpuan City have the growth of their income exceeding the growth of their total expenditure.

2. The newly-created regencies/cities in North Sumatera enjoy a positive growth rate of the PAD but its share in the APBD is still inadequately small.

3. The financial capacity map shows that each newly-created regency/city in North Sumatera shows a low level of financial preparedness and readiness for decentralization and regional autonomy.”

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulakan beberapa

hal sebagai berikut:

1. Dilihat dari sisi pertumbuhan penerimaan dan pengeluaran anggaran,

Kabupaten Mandailing Natal, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, and

Pakpak Bharat secara rata-rata mengalami pertumbuhan pengeluaran yang

lebih besar dari pertumbuhan penerimaan. Sedangkan Kabupaten Samosir,

Serdang Bedagai, dan kota Padang Sidimpuan mengalami pertumbuhan

pengeluaran yang lebih besardari pengeluarannya.

2. Dilihat dari indicator kinerja PAD, Kabupaten/Kota pemekaran di

Sumatera Utara mengalami pertumbuhan (growth) PAD yang positif tetapi

relative masih kecil peranannya (share) dalam struktur APBD.

Page 44: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

30

3. Dari peta kemampuan keuangan (metode kuadran), mengindikasikan

ketidaksiapan masing-masing Kabupaten/Kota pemekaran di Sumatera

Utara dan masih kurangnya kemandirian dalam berotonomi.

2. Budi Setyawan dan Priyo Hari Adi (2008) melakukan penelitian mengenai

pengaruh fiscal stress terhadap pertumbuhan pendapatan asli daerah dan

belanja modal (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah).

Pelaksanaan undang-undang otonomi daerah dan undang-undang yang

membatasi penarikan pajak bagi pendapatan daerah, mengakibatkan

pemerintah kabupaten/kota di Jawa Tengah rata-rata mengalami tekanan

keuangan. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya rasio realisasi PAD

terhadap target PAD dengan indikasi upaya pajak atau dengan kata lain terjadi

peningkatan fiscal stress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fiscal Stress

mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan PAD. Hasil

penelitian ini mendukung Purnaninthesa (2006) yang menyatakan bahwa

dalam kondisi fiscal stress yang tinggi daerah semakin termotivasi untuk

meningkatkan PAD dan juga mendukung temuan Dongori (2006) yang

memberikan fakta empirik bahwa fiscal stress mempunyai pengaruh yang

negatif terhadap tingkat ketergantungan daerah.

Temuan lain dalam penelitian ini adalah fiscal stress mempunyai pengaruh

yang positif terhadap tingkat pertumbuhan belanja pembangunan/modal.

Fiscal Stress yang tinggi menunjukkan semakin tingginya upaya daerah untuk

meningkatkan PAD-nya. Sejalan dengan hal itu, harapan untuk terus

meningkatkan penerimaan sendiri ini akan sulit terwujud apabila alokasi

Page 45: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

31

belanja untuk modal/ pembangunan tidak ditingkatkan. Hasil penelitian ini

memperkuat temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan Andayani (2004)

yang menunjukkan adanya peningkatan belanja yang semakin tinggi pada saat

fiscal stress semakin tinggi.

Hasil penelitian ini memberikan implikasi diperlukannya suatu upaya yang

lebih intensif melalui penggalian potensi sumber-sumber penerimaan daerah

kabupaten/kota di propinsi Jawa Tengah agar mampu meningkatkan

pertumbuhan PAD. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah

pemerintah kabupaten/kota harus lebih efektif dalam pengalokasian belanja

modal/pembangunan dalam guna memenuhi kepentingan publik, baik yang

mendukung pertumbuhan ekonomi maupun untuk pelayanan publik secara

langsung.

3. Kesit Bambang Prakosa (2004) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh

dana alokasi umum (dau) dan pendapatan asli daerah (pad) terhadap prediksi

belanja daerah (Studi Empirik di Wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY).

Secara empiris penelitian ini membuktikan bahwa besarnya Belanja Daerah

dipengaruhi oleh jumlah DAU yang diterima dari Pemerintah Pusat. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan Pemerintah Kabupaten/Kota

terhadap Pemerintah Pusat masih tinggi. Jika hal ini masih berlangsung terus

maka otonomi daerah kemungkinan besar akan sangat terhambat.

Permasalahan yang perlu dipecahkan agar tidak terjadi flypaper effect yang

tidak lain gambaran sikap ketergantungan Pemerintah Kabupaten/Kota

terhadap Pemerintah Pusat, maka diperlukan langkah-langkah strategis dalam

Page 46: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

32

menggali potensi Pendapatan Asli Daerah menjadi sangat penting. Disisi lain

efektifitas Belanja Daerah juga perlu menjadi perhatian, karena bukan rahasia

umum lagi setiap akhir tahun anggaran terjadi penghabisan anggaran belanja

hal ini menunjukan bahwa Pemda “menunggu” beberapa alokasi DAU yang

diperolehnya sebelum menentukan berapa belanja yang akan dihabiskannya,

seperti yang di tenggarai oleh Simanjuntak (dalam Sidik et al, 2002). DAU

2001 masih memiliki banyak kelemahan mendasar, yang tergambar dari

banyaknya kritik dan protes, khususnya dari daerah-daerah yang memiliki

sumberdaya alam yang berlimpah.

2.7 Kerangka Berpikir

Kerangka Berpikir menggambarkan pengaruh antara variabel bebas

terhadap variabel terikat yaitu pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

Perimbangan, Jumlah Penduduk terhadap Pengeluaran Pemerintah 35

Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan latar belakang permasalahan serta tinjauan pustaka diatas,

maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut:

2.7. HIPOTESIS

Pendapatan Asli Daerah (PAD) (X1)

Dana Perimbangan (X2)

Jumlah Penduduk (X3)

Pengeluaran Pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi

Jawa Tengah

Page 47: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

33

2.8 Hipotesis

Hipotetis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006 : 71).

Menurut Moh. Nazir (1993 : 182) hipotesis adalah jawaban yang bersifat

sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara

empiris.

Berdasarkan kajian pustaka diatas maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Ha : 0≠β

1. Ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) (X1) terhadap besaran

pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

2. Ada pengaruh Dana Perimbangan (X2) terhadap besaran pengeluaran

pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

3. Ada pengaruh Jumlah Penduduk (X3) terhadap besaran pengeluaran

pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

Ho : 0=β

1. Tidak ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) (X1) terhadap besaran

pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

2. Tidak ada pengaruh Dana Perimbangan (X2) terhadap besaran

pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

3. Tidak ada pengaruh Jumlah Penduduk (X3) terhadap besaran pengeluaran

pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

Page 48: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

34

BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Sutrisno Hadi, yang dimaksud penelitian adalah sebagai usaha

untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan

dimana dilakukan atau diusahakan menggunakan metode ilmiah (Sutrisno Hadi,

1987 : 5).

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota Provinsi

Jawa Tengah terdiri dari 29 Kabupaten dan 6 Kota. Penulis dalam penelitian

mengambil seluruh populasi dengan beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Kabupaten/kota menyampaikan Laporan Realisasi APBD tahunan kepada

Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2008 hingga 2010.

b. Kabupaten/kota mencantumkan data-data mengenai PAD, Dana Perimbangan,

jumlah penduduk dan alokasi belanja daerah pada Laporan Realisasi APBD

yang digunakan dalam penelitian ini. Jumlah Kabupaten/Kota menyampaikan

Laporan Realisasi APBD Tahun 2008 hingga 2010 kepada situs Dirjen

Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah sebanyak 35 Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008-2010 dengan data

penelitian sebanyak 105 daerah, dimana jumlah tersebut diperoleh dengan

rumus:

Page 49: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

35

N= jumlah daerah X periode penelitian

N= 35 X 3 tahun

N= 105

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1 Jumlah Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah, merupakan total dari semua belanja yang

dilakukan oleh suatu pemerintah, adapun macam dari Pengeluaran Pemerintah,

adalah:

• Pengeluaran rutin

• Pengeluaran pembangunan.

3.2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut UU No 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah selanjutnya

disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Variabel PAD yang digunakan dalam penelitian ini adalah PAD masing-

masing daerah di propinsi Jawa Tengah yang diambil dari BPS mulai tahun 2008

sampai 2010.

3.2.3 Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam

rangka pelaksanaan Desentralisasi.

Page 50: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

36

Variabel Dana Perimbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Dana Perimbangan masing-masing daerah di Propinsi Jawa Tengah yang diambil

dari BPS mulai tahun 2008 sampai 2010.

Dana Perimbangan terdiri dari: ‐ Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak.

‐ Dana Alokasi Umum (DAU), yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan

dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, geografis, Jumlah

penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat, sehingga perbedaan antara

daerah yang belum berkembang dapat diperkecil.

‐ Dana Alokasi Khusus (DAK), bertujuan untuk membiayai kebutuhan-

kebutuhan khusus daerah.

3.2.4 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di suatu daerah tanpa dibedakan mana yang angkatan

kerja maupun yang bukan. Jumlah penduduk dapat dihitung dengan satuan jiwa.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

bersumber dari dokumen Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah yang diperoleh dari Situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah

Daerah di Internet. Dari laporan Realisasi APBD diperoleh data mengenai jumlah

realisasi anggaran Belanja Daerah, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi

Umum.

Page 51: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

37

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data sekunder, data dikumpulkan dengan metode

dokumentasi. Ini dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat dan menghitung

data-data yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan

metode dengan mengambil seluruh populasi yaitu sebanyak 35 Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah.

3.5 Metode Analisis

Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara umum,

pendekatan kuantitatif lebih fokus pada tujuan untuk generalisasi, dengan

melakukan pengujian statistik dan steril dari pengaruh subjektif peneliti (Sekaran,

1992). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linier berganda. Analisis regresi berganda adalah analisis mengenai beberapa

variabel independen dengan satu variabel dependen.

Secara umum, analisis regresi adalah analisis mengenai variable

independen dengan variabel dependen yang bertujuan untuk mengestimasi nilai

rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui

(Gujarati, 2003). Teknik yang digunakan untuk mencari nilai persamaan regresi

yaitu dengan analisis Least Squares (kuadrat terkecil) dengan meminimalkan

jumlah dari kuadrat kesalahan.

Dalam analisis regresi selain mengukur seberapa besar hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen, juga menunjukkan bagaimana

hubungan antara variabel independen dengan dependen, sehingga dapat

Page 52: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

38

membedakan variabel independen dengan variabel dependen tersebut (Ghozali,

2006). Dimana dalam penelitian ini, dua komponen dari pendapatan daerah yaitu

PAD, dana perimbangan, dan jumlah penduduk sebagai variabel independen,

akan dianalisis pengaruhnya terhadap pengeluaran pemerintah daerah Kabupaten

dan Kota di Jawa Tengah sebagai variabel dependen.

Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis regresi linier masing-

masing akan dijelaskan di bawah ini:

3.5.1 Statistik Deskriptif

Penyajian statistik deskriptif bertujuan agar dapat dilihat profil dari data

penelitian tersebut dengan hubungan yang ada antar variabel yang digunakan

dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah

Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Jumlah Penduduk dan .Pengeluaran

Pemerintah.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari

penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat

yang harus dipenuhi adalah data tersebut harus terdistribusikan secara normal,

tidak mengandung multikoloniaritas, dan heterokedastisitas. Untuk itu sebelum

melakukan pengujian regresi linier berganda perlu dilakukan lebih dahulu

pengujian asumsi klasik, yang terdiri dari:

3.5.2.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Page 53: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

39

Seperti diketahui bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Untuk menguji normalitas data, penelitian ini menggunakan analisis

grafik. Pengujian normalitas melalui analisis grafik adalah dengan cara

menganalisis grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis

lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis

diagonal. Data dapat dikatakan normal jika data atau titik-titk terbesar di

sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan

melihat histrogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan: Jika

data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histrogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

Jika data menyebar lebih jauh dari diagonal dan/atau tidak

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histrogram tidak menunjukkan

pola distribusi normal,maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas (Ghozali, 2006).

3.5.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2006). Uji

Page 54: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

40

multikolonieritas ini digunakan karena pada analisis regresi terdapat asumsi

yang mengisyaratkan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala

multikolonieritas atau tidak terjadi korelasi antar variabel independen.

Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolonieritas atau tidak

yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang

dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana

setiap variable independen menjadi variabel dependen (terikat) dan

diregresi terhadap variable independen lainnya. Tolerance mengukur

variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh

variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan

nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

Tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2006).

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain atau untuk melihat penyebaran data. Jika variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah tidak terdapat heteroskedastisitas.

Uji ini dapat dilakukan dengan melihat gambar plot antara nilai

prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).

Page 55: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

41

Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu yang teratur dan

data tersebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka

diidentifikasikan tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali,2006).

3.5.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

berganda linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t

dengan kesalahan penganggu pada periode t-1(sebelumnya). Autokorelasi

muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu

sama lain. Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang

seharusnya signifikan, menjadi tidak layak untuk dipakai (Singgih Santoso,

2000).

Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Durbin

Watson. Singgih (2000), bila angka D-W diantara -2 samapai +2, berarti tidak

terjadi autokorelasi. Menurut Ghozali (2006), untuk mendeteksi ada atau

tidaknya autokorelasi bisa menggunakan Uji Durbin-Watson (DW test).

Tabel 3.1

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tdk ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tdk ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tdk ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tdk ada autokorelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl

Tdk ada autokorelasi, positif atau negatif Tdk ditolak du < d < 4 – du

Sumber: Imam Ghozali, 2006

Page 56: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

42

3.5.3 Model Regresi

Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda linier yang

digunakan untuk melihat pengaruh pendapatan yaitu PAD, Dana Perimbangan,

dan Jumlah Penduduk terhadap Pengeluaran Pemerintah yang berupa alokasi

belanja daerah (belanja langsung dan belanja tidak langsung). Data diolah dengan

bantuan software SPSS seri 12.00.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi

variabel independen terhadap variabel dependen (sekaran, 1992). Persamaan

regresinya adalah:

Y= α+ β1 X1 + β2 X2 +β3 X3 + c

dimana :

Y= Pengeluaran Pemerintah Daerah

X1 = PAD

X2 = Dana Perimbangan

X3 = Jumlah Penduduk

α = konstanta

β1 β2β3 = koefisien regresi untuk masing-masing variabel X

3.5.4 Uji Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur

dari Goodness of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai

koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistic

disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah

Page 57: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

43

kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghozali, 2006).

3.5.4.1 Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.

Koefisien determinasi ini digunakan karena dapat menjelaskan kebaikan

dari model regresi dalam memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi

nilai koefisien determinasi maka akan semakin baik pula kemampuan

variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2006).

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R²

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati

satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variable

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali,

2006). Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai F

hitung dengan nilai F tabel. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada nilai

F tabel, maka hipotesis alternative diterima artinya semua variabel

Page 58: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

44

independen secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi variabel

dependen.

3.5.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variable dependen (Ghozali, 2006). Uji statistik t ini digunakan karena

untuk memperoleh keyakinan tentang kebaikan dari model regresi dalam

memprediksi.

Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai t

hitung dengan nilai t tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar dibandingkan

dengan nilai t tabel maka berarti t hitung tersebut signifikan artinya

hipotesis alternatif diterima yaitu variabel independen secara individual

mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, bisa juga dilakukan dengan

melihat p-value dari masing-masing variabel. Hipotesis diterima apabila p-

value < 5 % (Ghozali, 2006).

Page 59: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis Jawa Tengah

Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Propinsi yang paling

luas di Pulau Jawa dan berada di tengah jalur strategis antara Pulau

Sumatra-Jawa-Bali. Dilihat dari letak geografis, letak Propinsi Jawa

Tengah berada pada 50 40’ - 80 30’ lintang selatan (LS) dan 1080 31’ –

1110 30’ bujur timur (BT) termasuk Kepulauan Karimun Jawa. Propinsi

Jawa Tengah memiliki luas total mencapai 3,25 juta hektar atau sekitar

25,04 persen dari luas total Pulau Jawa dan sekitar 1,7 persen dari luas

wilayah Indonesia. Batas Propinsi Jawa Tengah meliputi :

Utara : Laut Jawa

Timur : Propinsi Jawa Timur

Selatan : Propinsi D.I. Jogjakarta dan Samudera Indonesia

Barat : Propinsi Jawa Barat

Secara geografis Propinsi Jawa Tengah memiliki daerah yang

bervariasi, mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan

dataran tingginya. Secara umum memiliki iklim tropis dengan suhu rata-

rata 240 – 310 C. Wilayah yang memiliki ketinggian kurang dari 100 m

di atas permukaan laut (dpl) seluas 53 persen, ketinggian 100-500 m dpl

Page 60: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

sekitar 27,4 persen, ketinggian 500-1000 m dpl sekitar 14,7 persen dan

sisanya sekitar 4,6 persen memiliki ketinggian di atas 1000 m dpl.

Kesuburan tanah disebabkan keberadaan beberapa gunung api yang

masih aktif sehingga menjadikan Jawa Tengah sebagai salah satu

penghasil padi yang cukup besar. Lahan pertanian yang berupa tanah

sawah memiliki luas 996 ribu hektar atau sebesar 30,60 persen dan

lahan pertanian bukan sawah seluas 2,26 juta hektar atau 69,32 persen.

Lahan sawah berpengairan teknis sebesar 38,93 persen dan lahan yang

dapat ditanami padi lebih dari 2 kali sebesar 69,33 persen.

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Propinsi Jawa Tengah

cukup besar dan beragam jenisnya. Potensi air permukaan terdapat pada

satuan wilayah sungai yang meliputi : Bengawan Solo, Serayu,

Citanduy, Comal, Pemali dan Jratunseluna dengan potensi sebesar

94.752,82 m3/tahun dan potensi air bawah tanah sebesar 532,172 juta

m3. Sektor pertambangan dan bahan galian belum dimanfaatkan secara

optimal dan baru penambangan bahan galian c yang sudah banyak

diusahakan. Potensi lain yang cukup besar tapi belum banyak

diusahakan secara optimal adalah sumber daya pantai dan lautan.

Page 61: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

4.1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Tabel 4.1

PAD Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008-2010

(dalam jutaan rupiah) No. Daerah 2008 2009 2010 1 Kab. Banjarnegara 41909 49599 60036 2 Kab. Banyumas 89086 101414 65364 3 Kab. Batang 29990 36518 44570 4 Kab. Blora 45377 50000 56500 5 Kab. Boyolali 53787 65124 80020 6 Kab. Brebes 45819 65081 70467 7 Kab. Cilacap 71290 100784 126058 8 Kab. Demak 32271 41866 54560 9 Kab. Grobogan 44648 46891 56176 10 Kab. Jepara 55951 72718 71081 11 Kab. Karanganyar 54224 64017 73977 12 Kab. Kebumen 53940 61130 67981 13 Kab. Kendal 60462 62627 75774 14 Kab. Klaten 51335 59156 71371 15 Kab. Kudus 56442 71405 92294 16 Kab. Magelang 70945 69555 78651 17 Kab. Pati 57506 70624 92114 18 Kab. Pekalongan 41228 48132 55968 19 Kab. Pemalang 51928 53659 61499 20 Kab. Purbalingga 56222 68866 68143 21 Kab. Purworejo 39591 47481 60989 22 Kab. Rembang 47343 56755 78227 23 Kab. Semarang 69439 90188 97182 24 Kab. Sragen 54013 57450 69398 25 Kab. Sukoharjo 43082 45132 60298 26 Kab. Tegal 52751 67133 74304 27 Kab. Temanggung 36697 39993 55095 28 Kab. Wonogiri 41529 60943 64818 29 Kab. Wonosobo 31513 45003 60541 30 Kota Magelang 33989 49374 50086 31 Kota Pekalongan 21757 22545 38186 32 Kota Salatiga 34301 38991 51590 33 Kota Semarang 236882 259411 293827 34 Kota Surakarta 95039 106759 120183 35 Kota Tegal 59021 65269 79133

Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah 2010, dan Dinas Pendapatan Daerah diolah

Page 62: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat Kota Semarang pada tahun 2010

masih menduduki peringkat pertama dalam pendapatan asli daerah yaitu

sebesar Rp. 293.827,00 (dalam jutaan rupiah) yang diantaranya berasal

dari penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan lain-lain. Desentralisasi

fiskal akibat diberlakukannya otonomi daerah juga membawa dampak

pada nilai pendapatan daerah yang rata-rata meningkat pertahunnya,

terutama pada tahun 2008 ke 2009. Kenaikan pendapatan ini dipacu

oleh penerapan otonomi daerah yang mengharuskan setiap daerah harus

mampu menggali potensi daerahnya sendiri guna membiayai

pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan daerah tersebut.

Berikut adalah rincian interval PAD Kabupaten/Kota Di Propinsi

Jawa Tengah Tahun 2008-2010:

Tabel 4.2 Interval PAD Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah

Tahun 2008-2010

Tahun 2008 (dalam jutaan rupiah)

Nilai Interval Kriteria f % 21757.000000 - 75538.250000 Rendah 32 91% 75538.250000 - 129319.500000 Sedang 2 6% 129319.500000 - 183100.750000 Tinggi 0 0% 183100.750000 - 236882.000000 Sangat Tinggi 1 3%

Jumlah 35 100%

Tahun 2009 (dalam jutaan rupiah)

Nilai Interval Kriteria f % 22545.000000 - 81761.500000 Rendah 30 86% 81761.500000 - 140978.000000 Sedang 4 11% 140978.000000 - 200194.500000 Tinggi 0 0% 200194.500000 - 259411.000000 Sangat Tinggi 1 3%

Jumlah 35 100%

Page 63: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Tahun 2010 (dalam jutaan rupiah)

Nilai Interval Kriteria f % 38185.620424 - 102095.896893 Rendah 32 91% 102095.896893 - 166006.173361 Sedang 2 6% 166006.173361 - 229916.449830 Tinggi 0 0% 229916.449830 - 293826.726298 Sangat Tinggi 1 3%

Jumlah 35 100%

Tabel 4.1 dalam bentuk histogram adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1

PAD Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008-2010

Tabel 4.3

Perhitungan nilai maksimum, minimum, dan rata-rata PAD Tahun 2008-2010

Perhitungan nilai 2008 2009 2010 max 236882 259411 293827 min 21757 22545 38186 R 215125 236866 255641 I 4 4 4 P 53781.3 59216.5 63910.28 sum 1961307 2311593 2676463 average 56037.3 66045.51 76470

Dari gambar histogram 4.1 dan tabel 4.2 tersebut dapat dilihat

bahwa PAD Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah yang paling

tinggi adalah Kota Semarang yaitu sebesar 12.08%, 11.22%, 10.98%

Page 64: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

dari total PAD Jawa Tengah. pada tahun 2008 sampai tahun 2010.

Sedangkan PAD terendah adalah Kota Pekalongan yaitu sebesar 1.11%,

0,98% dan 1,43%.

Apabila diklasifikasikan, PAD Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa

Tengah tergolong rendah, karena jika dibuat interval kategori rata-rata

PAD Kabupaten/Kota mempunyai PAD dikategori rendah yaitu dengan

PAD antara 38185.620424-102095.896893. Sebanyak 32 Kabupaten/Kota

mempunyai PDRB rendah atau sekitar 91% dari Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah yang diteliti dalam penelitian ini.

4.1.3 Dana Perimbangan

Dengan adanya pertumbuhan ekononomi yang tidak sama,

menyebabkan perlunya pemberian sumber-sumber keuangan secara

proporsional. Hal tersebut diwujudkan dengan pengaturan pembagian dan

pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan

keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Sumber pembiayaan

pemerintahan daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah

Pusat dan Daerah diperoleh berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi

dan tugas pembantuan seperti yang telah dimuat dalam UU No. 33 tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Meskipun dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah dianut asas

desentralisasi yang membagi tugas dan wewenang kepada daerah namun

dalam konteks negara kesatuan tanggung Jawab akhir terhadap kinerjanya

tetap ada pada Pemerintah Pusat.

Page 65: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Hal ini dapat dimengerti mengingat masing-masing daerah

mempunyai karakteristik dan potensi yang berbeda-beda, sehingga

peranan Pemerintah Pusat dalam memeratakan pembangunan sangat

dibutuhkan agar kesenjangan antar daerah dapat diperkecil. Pemerataan

pembangunan yang merupakan salah satu prinsip dasar penyelenggaraan

pemerintahan bertambah penting artinya agar pertumbuhan masing-

masing daerah dan antar daerah dapat berlangsung secara sinergis.

Pemberlakuan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pelimpahan

sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan

menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri dalam rangka

pembangunan nasional dan pemberlakuan Undang-undang No. 33 tahun

2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah

dimaksudkan agar daerah dapat meningkatkan pendapatan asli daerah

tanpa tergantung dari bantuan pemerintah pusat. Pemerintah daerah

haruslah berupaya secara terus menerus menggali dan meningkatkan

sumber keuangannya sendiri melalui Pendapatan Asli Daerah.

Dana perimbangan adalah bentuk eksistensi pemerintah berupa

perhatian kepada daerah walaupun sudah diberlakuakan otonomi

daerah. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah tidak lepas tangan

terhadap pemerintah daerah. Keadaan dana perimbangan

Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa tengah dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.4 menunjukkan total dana perimbangan di Kabupaten dan

Kota di Jawa Tengah tahun 2010 yang mana Kabupaten Cilacap

Page 66: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

menduduki peringkat pertama dalam perolehan penerimaan dana

perimbangan dengan nilai sebesar Rp. 975.811,00 (dalam jutaan

rupiah), dan selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Semarang Rp.

890476,00 (dalam jutaan rupiah), Kabupaten Brebes Rp. 854690,00

(dalam jutaan rupiah).

Dana perimbangan terdiri dari dana Bagi Hasil Bukan Pajak dan

Dana Alokasi Umum serta Dana Alokasi Khusus yang merupakan

cerminan potensi dari daerah tersebut, dimana makin berpotensinya

suatu daerah yang misalnya memiliki sumber daya alam yang melimpah

dalam hal ini Kabupaten Cilacap dapat dijadikan contoh, akan

mendapatkan dana perimbangan yang berbeda dengan daerah yang tidak

memiliki sumber daya alam.

Page 67: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Tabel 4.4

Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2008-2010

(dalam jutaan rupiah) No. Daerah 2008 2009 2010 1 Kab. Banjarnegara 576049 609306 603656 2 Kab. Banyumas 758775 833422 849504 3 Kab. Batang 483092 521540 486890 4 Kab. Blora 617604 628767 654927 5 Kab. Boyolali 653104 696590 682045 6 Kab. Brebes 768374 805569 854690 7 Kab. Cilacap 877167 946940 975811 8 Kab. Demak 550311 606936 595617 9 Kab. Grobogan 668350 698380 735796 10 Kab. Jepara 607988 647325 645810 11 Kab. Karanganyar 594507 637401 610311 12 Kab. Kebumen 707707 754387 742276 13 Kab. Kendal 588314 638096 638707 14 Kab. Klaten 842257 849235 843371 15 Kab. Kudus 569334 677283 623076 16 Kab. Magelang 672395 721829 751955 17 Kab. Pati 709730 746891 734119 18 Kab. Pekalongan 551951 568512 590753 19 Kab. Pemalang 602135 686835 717656 20 Kab. Purbalingga 535713 550192 551774 21 Kab. Purworejo 602389 632254 621243 22 Kab. Rembang 497739 500541 497580 23 Kab. Semarang 587573 622144 608556 24 Kab. Sragen 628135 636579 649984 25 Kab. Sukoharjo 579448 623685 620295 26 Kab. Tegal 671443 719319 753024 27 Kab. Temanggung 495498 519564 508638 28 Kab. Wonogiri 696848 721399 729752 29 Kab. Wonosobo 449613 535865 545704 30 Kota Magelang 301525 309169 301332 31 Kota Pekalongan 321153 334170 314225 32 Kota Salatiga 277368 296457 282513 33 Kota Semarang 795101 1016322 890476 34 Kota Surakarta 508872 554533 531857 35 Kota Tegal 290538 310004 292126

Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah 2010, dan Dinas Pendapatan Daerah diolah

Page 68: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Berikut adalah rincian interval Dana Perimbangan (DP)

Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2010:

Tabel 4.5 Interval DP Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah

Tahun 2008-2010

Tahun 2008 (dalam jutaan rupiah)

Nilai Interval Kriteria f % 277368.000000 - 427317.750000 Rendah 4 11% 427317.750000 - 577267.500000 Sedang 10 29% 577267.500000 - 727217.250000 Tinggi 16 46% 727217.250000 - 877167.000000 Sangat Tinggi 5 14%

Jumlah 35 100%

Tahun 2009 (dalam jutaan rupiah)

Nilai Interval Kriteria f % 296457.000000 - 476423.250000 Rendah 4 11% 476423.250000 - 656389.500000 Sedang 17 49% 656389.500000 - 836355.750000 Tinggi 11 31% 836355.750000 - 1016322.000000 Sangat Tinggi 3 9%

Jumlah 35 100%

Tahun 2010 (dalam jutaan rupiah)

Nilai Interval Kriteria f % 282513.000000 - 455837.500000 Rendah 4 11% 455837.500000 - 629162.000000 Sedang 14 40% 629162.000000 - 802486.500000 Tinggi 12 34% 802486.500000 - 975811.000000 Sangat Tinggi 5 14%

Jumlah 35 100%

Page 69: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Tabel 4.4 dalam bentuk histogram adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2

Dana Perimbangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2008-2010

Tabel 4.6

Perhitungan nilai maksimum, minimum, dan rata-rata DP Tahun 2008-2010

Perhitungan nilai 2008 2009 2010 max 919618 1016322 975811 min 276669 296457 282513 Range 642949 719865 693298 Interval 4 4 4 P 160737.25 179966.25 173324.5 Sum 20831703 22157441 22036049 Average 595192 633070 629601

Dari gambar histogram 4.2 dan tabel 4.5 tersebut dapat dilihat

bahwa Dana perimbangan paling pesat adalah Kabupaten Cilacap yaitu

sebesar 4,25%, 4,27%, 4,43% dari total dana perimbangan Jawa

Tengah. pada tahun 2008 sampai tahun 2010. Sedangkan dana

perimbangan terendah adalah Kota Salatiga yaitu sebesar 1,34%, 1,34%

dan 1,28% dari total dana perimbangan Jawa Tengah.

Page 70: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Apabila diklasifikasikan, dana perimbangan Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah tergolong sedang, karena jika dibuat interval

kategori rata-rata dana perimbangan Kabupaten/Kota mempunyai dana

perimbangan yaitu antara 455837.50-629162.00. Sebanyak 14

Kabupaten/Kota mempunyai dana perimbangan sedang atau sekitar 40%

dari Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah yang diteliti dalam

penelitian ini pada tahun 2010.

4.1.4 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 adalah

32,382,657 jiwa. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar

adalah Kabupaten Brebes (1.733.869 jiwa), Kabupaten Cilacap

(1.642.107 jiwa), dan Kota Semarang (1.555.984 jiwa). Sebaran

penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten

ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah

Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten

Demak dan Kendal), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten

Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal-Brebes-Slawi.

Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun.

Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per

tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per

tahun). Dari jumlah penduduk ini, 47% diantaranya merupakan

angkatan kerja.

Page 71: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Tabel 4.7

Jumlah Penduduk Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2008-2010

(dalam satuan jiwa) No. Daerah 2008 2009 2010 1 Kab. Banjarnegara 869777 875167 868913 2 Kab. Banyumas 1503262 1510102 1554527 3 Kab. Batang 682561 686016 706764 4 Kab. Blora 835160 838159 829728 5 Kab. Boyolali 938469 943978 930531 6 Kab. Brebes 1788687 1800958 1733869 7 Kab. Cilacap 1626795 1629908 1642107 8 Kab. Demak 1034286 1042932 1055579 9 Kab. Grobogan 1336322 1345879 1308696 10 Kab. Jepara 1090839 1107973 1097280 11 Kab. Karanganyar 812423 819186 813196 12 Kab. Kebumen 1215801 1222542 1159926 13 Kab. Kendal 952011 965808 900313 14 Kab. Klaten 1133012 1136829 1130047 15 Kab. Kudus 786269 797617 777437 16 Kab. Magelang 1170894 1180217 1181723 17 Kab. Pati 1171605 1175232 1190993 18 Kab. Pekalongan 851700 858967 838621 19 Kab. Pemalang 1375240 1391284 1261353 20 Kab. Purbalingga 828125 834164 848952 21 Kab. Purworejo 722293 724973 695427 22 Kab. Rembang 575640 578232 591359 23 Kab. Semarang 911223 921865 930727 24 Kab. Sragen 860509 862910 858266 25 Kab. Sukoharjo 826699 833575 824238 26 Kab. Tegal 1415625 1420532 1394839 27 Kab. Temanggung 707707 714411 708546 28 Kab. Wonogiri 982730 985024 928904 29 Kab. Wonosobo 757746 760819 754883 30 Kota Magelang 134615 137055 118227 31 Kota Pekalongan 275241 277065 281434 32 Kota Salatiga 178451 182226 170332 33 Kota Semarang 1511236 1533686 1555984 34 Kota Surakarta 522935 528202 499337 35 Kota Tegal 240502 241070 239599

Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah 2010, dan Dinas Pendapatan Daerah diolah.

Page 72: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Berikut adalah rincian interval jumlah penduduk (JP)

Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2010:

Tabel 4.8 Interval JP Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah

Tahun 2008-2010

Tahun 2008 (dalam satuan jiwa)

Nilai Interval Kriteria f % 134615.000000 - 548133.000000 Rendah 5 14% 548133.000000 - 961651.000000 Sedang 16 46% 961651.000000 - 1375169.000000 Tinggi 8 23% 1375169.000000 - 1788687.000000 Sangat Tinggi 6 17%

Jumlah 35 100%

Tahun 2009 (dalam satuan jiwa)

Nilai Interval Kriteria f % 137055.000000 - 553030.750000 Rendah 5 14% 553030.750000 - 969006.500000 Sedang 16 46% 969006.500000 - 1384982.250000 Tinggi 8 23% 1384982.250000 - 1800958.000000 Sangat Tinggi 6 17%

Jumlah 35 100%

Tahun 2010 (dalam satuan jiwa)

Nilai Interval Kriteria f % 118227.000000 - 522137.500000 Rendah 5 14% 522137.500000 - 926048.000000 Sedang 14 40% 926048.000000 - 1329958.500000 Tinggi 11 31% 1329958.500000 - 1733869.000000 Sangat Tinggi 5 14%

Jumlah 35 100%

Page 73: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Tabel 4.7 dalam bentuk histogram adalah sebagai berikut:

Gambar 4.3

Jumlah Penduduk (JP) Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008-

2010

Tabel 4.9

Perhitungan nilai maksimum, minimum, dan rata-rata JP Tahun 2008-2010

Perhitungan nilai 2008 2009 2010 max 1788687 1800958 1733869 min 134615 137055 118227 Range 1654072 1663903 1615642 Interval 4 4 4 P 413518 415975.75 403910.5 Sum 32626390 32864563 32382657 average 932182.5714 938987.5143 925218.7714

Dari gambar histogram 4.3 dan tabel 4.8 tersebut dapat dilihat

bahwa rata-rata jumlah penduduk Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa

Tengah adalah 932182,5714, 938987,5143, 925218,7714 dari tahun

2008-2010. Jumlah penduduk paling besar adalah Kabupaten Brebes

yaitu sebesar 5,48%, 5,48%, 5,35% dari total jumlah penduduk Jawa

Tengah. pada tahun 2008 sampai tahun 2010. Sedangkan jumlah

penduduk terendah adalah Kota Magelang yaitu sebesar 0,41%, 0,42%

Page 74: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

dan 0,37% dari total jumlah penduduk Jawa Tengah. pada tahun 2008

sampai tahun 2010.

Apabila diklasifikasikan, jumlah penduduk Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 tergolong sedang, karena jika

dibuat interval kategori rata-rata jumlah penduduk Kabupaten/Kota

mempunyai jumlah penduduk dikategori sedang yaitu dengan jumlah

penduduk antara 522137,50-926048,00. Sebanyak 14 Kabupaten/Kota

mempunyai jumlah penduduk sedang atau sekitar 40 persen dari

Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah yang diteliti dalam penelitian

ini.

4.1.5 Pengeluaran Daerah

Dari tabel 4.10 di bawah dapat diketahui bahwa Kota Semarang

pada tahun 2008 mempunyai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran

rutin dan pengeluaran pembangunan yang paling besar diantara semua

Kabupaten dan Kota Rp. 1.351.845,00 (dalam jutaan rupiah), hal ini

mungkin dapat di maklumi karena Kota Semarang sebagai Ibu Kota

Propinsi Jawa Tengah yang mana segala kegiatan perekonomian Jawa

Tengah berpusat di sana, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Cilacap

sebesar Rp1.047.201,00 (dalam jutaan rupiah), dan Kabupaten

Banyumas sebesar Rp. 1.046.091,00 (dalam jutaan rupiah). Seluruh

Kabupaten dan Kota di Jawa. Tengah mengalami kenaikan dalam

pengeluaran yang cukup signifikan pertahunnya terlebih dari tahun 2005

ke tahun 2006 setelah diberlakukannya desentralisasi fiskal pada daerah.

Page 75: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Tabel 4.10

Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2008-2010

(dalam jutaan rupiah) No. Daerah 2008 2009 2010 1 Kab. Banjarnegara 707148 729036 751601 2 Kab. Banyumas 1046091 1112316 1120297 3 Kab. Batang 603586 613547 601703 4 Kab. Blora 841778 866145 845449 5 Kab. Boyolali 788925 880086 964590 6 Kab. Brebes 1038723 1043264 1221167 7 Kab. Cilacap 1047201 1142689 1237942 8 Kab. Demak 708194 739360 805850 9 Kab. Grobogan 833353 817577 873480 10 Kab. Jepara 754396 804539 817087 11 Kab. Karanganyar 796488 799688 794316 12 Kab. Kebumen 911892 993216 999054 13 Kab. Kendal 771433 799716 828122 14 Kab. Klaten 1015523 1022358 1028962 15 Kab. Kudus 729760 901147 916230 16 Kab. Magelang 904917 911933 1017192 17 Kab. Pati 990449 985496 1016595 18 Kab. Pekalongan 670632 697229 707030 19 Kab. Pemalang 743391 769847 878511 20 Kab. Purbalingga 715223 702705 708423 21 Kab. Purworejo 710537 754722 775422 22 Kab. Rembang 596094 593546 629791 23 Kab. Semarang 726553 787322 777835 24 Kab. Sragen 802642 810434 857901 25 Kab. Sukoharjo 720414 740005 781475 26 Kab. Tegal 869416 913245 927856 27 Kab. Temanggung 594489 609738 646510 28 Kab. Wonogiri 828131 977243 975858 29 Kab. Wonosobo 616555 632221 679607 30 Kota Magelang 416823 471234 416607 31 Kota Pekalongan 390248 390965 414803 32 Kota Salatiga 368394 430982 403924 33 Kota Semarang 1351845 1604601 1679072 34 Kota Surakarta 765306 842538 838253 35 Kota Tegal 406025 478915 454855

Sumber : BPS Propinsi Jawa Tengah 2010, dan Dinas Pendapatan Daerah diolah.

Page 76: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Berikut adalah rincian interval pengeluaran daerah (PD)

Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2010:

Tabel 4.11

Interval PD Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah

Tahun 2008-2010

Tahun 2008 (dalam jutaan rupiah)

Nilai Interval Kriteria f % 368394.000000 - 614256.750000 Rendah 7 20% 614256.750000 - 860119.500000 Sedang 19 54% 860119.500000 - 1105982.250000 Tinggi 8 23%

1105982.250000 - 1351845.000000Sangat Tinggi 1 3%

Jumlah 35 100%

Tahun 2009 (dalam jutaan rupiah)

Nilai Interval Kriteria f % 390964.549089 - 694373.543205 Rendah 8 23% 694373.543205 - 997782.537322 Sedang 0 0% 997782.537322 - 1301191.531438 Tinggi 26 74%

1301191.531438 - 1604600.525554Sangat Tinggi 1 3%

Jumlah 35 100%

Tahun 2010 (dalam jutaan rupiah)

Nilai Interval Kriteria f % 403923.537000 - 722710.550500 Rendah 10 29% 722710.550500 - 1041497.564000 Sedang 0 0% 1041497.564000 - 1360284.577500 Tinggi 24 69%

1360284.577500 - 1679071.591000Sangat Tinggi 1 3%

Jumlah 35 100%

Page 77: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Tabel 4.10 dalam bentuk histogram adalah sebagai berikut:

Gambar 4.4

Pengeluaran Daerah (PD) Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah Tahun

2008-2010:

Tabel 4.12

Perhitungan nilai maksimum, minimum, dan rata-rata PD Tahun 2008-2010

2008 2009 2010 max 1351845 1604601 1679072 min 368394 390965 403924 Range 983451 1213636 1275148 Interval 4 4 4 P 245862.75 303408.9941 318787.0135 Sum 26782575 28369605 29393368 average 765216.4286 810560 839811

Dari gambar histogram 4.4 dan tabel 4.10 tersebut dapat dilihat

bahwa rata-rata pengeluaran daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa

Tengah adalah 765216,4286, 810560, 839811 dari tahun 2008-2010.

Jumlah pengeluaran daerah yang paling besar adalah Kota Semarang

yaitu sebesar 5,05%, 5,66%, 5,71% dari total jumlah pengeluaran

daerah Jawa Tengah. pada tahun 2008 sampai tahun 2010. Sedangkan

jumlah pengeluaran daerah terendah adalah Kota Salatiga yaitu sebesar

Page 78: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

1,38%, 1,52%, 1,37% dari total jumlah pengeluaran daerah Jawa

Tengah. pada tahun 2008 sampai tahun 2010.

Apabila diklasifikasikan, jumlah pengeluaran daerah

Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 tergolong

tinggi, karena jika dibuat interval kategori rata-rata jumlah pengeluaran

daerah Kabupaten/Kota mempunyai jumlah pengeluaran dikategori

sedang yaitu dengan jumlah pengeluaran daeerah antara

1041497,564000-1360284,577500. Sebanyak 24 Kabupaten/Kota

mempunyai jumlah pengeluaran daerah tinggi atau sekitar 69% dari

Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah yang diteliti dalam penelitian

ini.

4.2 Analisis Data

Data yang digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan

antara data time series dan cross section dari 29 Kabupaten dan 6 Kota di

Propinsi Jawa Tengah periode 2008 sampai dengan 2010. Pemilihan rentang

waktu yang dimulai dari periode anggaran 2008 sampai dengan 2010, didasari

karena pada periode tersebut terjadi kebijakan baru dalam pemerintahan

dengan diberlakukannya otonomi daerah yang mendorong terjadinya

desentralisasi fiskal dalam keuangan daerah.

Page 79: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

4.2.1. Uji Asumsi Klasik

4.2.1.1 Uji Normalitas Data

Output perhitungan dari uji normalitas dapat dilihat pada grafik

Regression Charts di gambar 4.5. Pada grafik diketahui bahwa data

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi telah memenuhi asumsi normalitas, sehingga

model regresi dalam penelitian ini layak dipakai untuk prediksi kinerja

aparat pemerintah daerah berdasar masukan variabel independennya.

Gambar 4.5

Uji Normalitas Data

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expe

cted

Cum

Pro

b

Dependent Variable: y

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

4.2.1.2 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas adalah uji yang digunakan untuk

mengetahui apakah antara variabel bebas yang terdapat dalam model

regresi memiliki hubungan yang sempurna atau tidak. Model regresi

yang bebas dari multikolinieritas memiliki nilai VIF di bawah 10 dan

Page 80: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

nilai tolerance di atas 0,1. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas

diperoleh nilai VIF untuk variabel X1 = 1,328, X2 = 6,525 dan X3 =

5,872 sangat jauh dari 10 dan nilai tolerance di atas 0,1. Dengan

demikian dalam model regresi tidak terdapat multikolinieritas. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.13

Uji Multikolinieritas Variabel Bebas dalam Penelitian

Variabel Colinieraty Statistic

Tolerance VIF

PAD 0,753 1.328

Dana Perimbangan 0.153 6,525

Jumlah Penduduk 0.170 5,872

Sumber : SPSS 12.0

4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah

terjadi penyimpangan model karena varian pengganggu yang berada

antara satu observasi ke observasi lain. Untuk mengetahui adanya

hetersokedastisitas dapat dilihat dengan melihat grafik plot antara nilai

prediksi variabel terikat dengan nilai residualnya. Deteksi terhadap ada

tidaknya heterokedasitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu

pada grafik scatterplot antara prediksi variabel terikat. Hasil uji

heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Page 81: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Gambar 4.6

Uji Heteroskedastisitas Variabel Bebas dalam Penelitian

-2 -1 0 1 2 3 4

Regression Standardized Predicted Value

-2

0

2

4

6

8

10

Reg

ress

ion

Stud

entiz

ed R

esid

ual

Dependent Variable: y

Scatterplot

Dari gambar di atas menunjukan bahwa scaterplot tidak

membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

4.2.1.4 Uji Autokorelasi

Output perhitungan dari uji autokorelasi dapat dilihat pada

tabel di bawah ini, hasil dari perhitungan autokorelasi menunjukkan

yaitu:

Tabel 4.14

Hasil perhitungan Uji Autokorelasi

Nilai D-W Test Kesimpulan

2,070 Tidak ada autokorelasi

Sumber : SPSS 12.0

Pada perhitungan Durbin-Watson test di atas diperoleh angka

Durbin-Watson test sebesar 2,070 karena nilai D-W Test dalam model

Page 82: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

regresi ini terletak diantara 1,55 dan 2,47, maka diambil keputusan

tidak ada masalah autokorelasi dalam model regresi ini, sehingga dapat

dikatakan model regresi dalam penelitian ini layak untuk memprediksi

besar besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi

Jawa Tengah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.15

Tabel hasil perhitungan Durbin Waston test

Hasil perhitungan Klasifikasi

Kurang dari 1,10 Ada autokorelasi (Positive)

1,10 – 1,54 Tanpa kesimpulan/Ragu-Ragu

1,55 – 2,47 Tidak ada autokorelasi

2,47 – 2,90 Tanpa kesimpulan/Ragu-Ragu

Lebih dari 2,90 Ada autokorelasi (Negative)

Sumber: Algifari, 2000

4.2.2 Analisis Regresi Berganda

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan analisis regresi berganda. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini ada 3, yaitu 1) ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(X1) terhadap besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah, 2) ada pengaruh Dana Perimbangan (X2) terhadap

besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa

Tengah, 3) tidak ada pengaruh Jumlah Penduduk (X3) terhadap besaran

pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bentuk pengaruh antara

Page 83: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Jumlah Penduduk,

perbedaan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan

Jumlah Penduduk untuk menguji apakah secara parsial veriabel-variabel

bebas tersebut berpengaruh secara signifikan, dan untuk mengetahui besarnya

koefisien determinasi baik secara parsial. Berdasarkan hasil perhitungan

dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows Relase

12,00 diperoleh hasil seperti yang terangkum dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.16

Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel independen Coefficients Beta t hitung Sig. Interpretasi

(Constant) 67476,353 1,653 0,101 Pendapatan Asli Daerah 2,148 8,885 0,000* H1 terbukti

Dana Perimbangan 0,912 6,885 0,000* H2 terbukti

Jumlah Penduduk 0,042 0,836 0,405 H3 tidak terbukti

R = 0, 932 F hitung = 223,705 R2 = 0, 869 Sig. = 0,000* Adjusted R2 = 0, 865

*) Signifikan pada level 0,05 Variabel dependen : Besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah

Dari hasil analisis data, maka hasil persamaan regresi adalah sebagai

berikut: Y = 67476,353+2,148X1 + 0,912X2 + 0,042X3

Artinya:

‐ Koefisien regresi untuk variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana

Perimbangan (X2), Jumlah Penduduk (X3), menunjukkan pengaruh

terhadap Besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah (Y).

Page 84: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

‐ Konstanta α = 67476,353, artinya jika jumlah PAD, jumlah dana

perimbangan, dan jumlah penduduk nilainya adalah 0, maka

Pengeluaran Pemerintah Daerah nilainya positif sebesar 67476,353.

‐ Koefisien β1 = 2,148, artinya jika jumlah PAD ditingkatkan sebesar 1

satuan, maka Pengeluaran Pemerintah Daerah nilainya meningkat

sebesar 2,148 satuan.

‐ Koefisien β2 = 0,912, artinya jika jumlah dana perimbangan

ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka Pengeluaran Pemerintah Daerah

nilainya meningkat sebesar 0,912 satuan.

‐ Koefisien β3 = 0,042, artinya jika jumlah penduduk ditingkatkan

sebesar 1 satuan, maka Pengeluaran Pemerintah Daerah nilainya

meningkat sebesar 0,042 satuan.

4.2.3 Uji Hipotesis

4.2.3.1 Koefisien determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar sumbangan pengaruh variabel independen terhadap

naik turunnya variabel dependen. Jika R2 mendekati 1, ini

menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama berpengaruh

terhadap variabel dependen sehingga model yang digunakan dapat

dikatakan baik. Dari hasil olahan analisis regresi dapat diketahui

adjusted R squared sebesar 0,865. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel Besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah benar-benar dijelaskan oleh variabel Pendapatan

Page 85: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Asli Daerah (X1), Dana Perimbangan (X2) dan Jumlah Penduduk (X3)

terhadap besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah sebesar 86,5% dan 13,5% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar penelitian ini.

4.2.3.2 Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variable independen

secara bersama-sama terhadap variable dependen. (Priyatno, 2010: 83).

Dari hasil regresi diperoreh nilai F 223,705 dengan signifikansi

0,000. Dengan harga signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa hipotesis kerja yaitu ”Ada pengaruh PAD, dana

perimbangan, jumlah penduduk terhadap pengeluaran pemerintah

Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah tahun 2008-2010” diterima. Dan

hipotesis nol ”Tidak ada pengaruh PAD, dana perimbangan, jumlah

penduduk terhadap pengeluaran pemerintah Kabupaten dan Kota di

Jawa Tengah tahun 2008-2010” ditolak. Besarnya kontribusi antara

sumbangan yang diberikan oleh variabel PAD, dana perimbangan dan

jumlah penduduk terhadap pengeluaran pemerintah daerah secara

bersama-sama dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi ganda

atau R2. Besarnya R2 berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan

SPSS 12.0 diperoleh sebesar 0,865. Dengan demikian besarnya

pengaruh yang diberikan oleh variabel PAD, dana perimbangan dan

jumlah penduduk terhadap pengeluaran pemerintah daerah secara

bersama-sama adalah sebesar 86.5%.

Page 86: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

4.2.3.3 Uji Parsial (Uji t)

Uji ini untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing

variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Jika

nilai signifikansi α ≤ 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel

dependen secara individu. Sebaliknya jika nilai signifikansi α > 0,05

maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan (Santosa, 2000:168).

Sumbangan ketiga variabel bebas yaitu PAD, dana

perimbangan, dan jumlah penduduk terhadap pengeluaran pemerintah

daerah secara parsial adalah sebagai berikut :

Tabel 4.17

Hasil Uji Parsial Berdasar Uji t Pada Persamaan Regresi Linier Berganda

No Variabel t Sig Tingkat signifikan

5 persen

Kesimpulan

1 PAD 8,885 0,000 < 5 persen Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Pemerintah.

2 Dana Perimbangan

6,886 0,000 < 5 persen Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Pemerintah.

3 Jumlah penduduk

0,836 0,405 > 5 persen Secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pengeluaran Pemerintah.

Sumber : SPSS 12.0

Page 87: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

Penjelasan dari tabel 4.17 adalah sebagai berikut:

1. Variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), menunjukkan t hitung sebesar

8,885 pada tingkat signifikansi 0,000, karena tingkat signifikansi 0,000

≤ 0,05. Hal ini berarti variabel Pendapatan Asli Daerah (X1)

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Besaran pengeluaran

pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah (Y), dengan

demikian Hipotesis H1 terbukti.

2. Variabel Dana Perimbangan (X2), menunjukkan t hitung sebesar 6,886

pada tingkat signifikansi 0,000, karena tingkat signifikansi 0,000 <

0,05. Hal ini berarti variabel Dana Perimbangan (X2) berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel Besaran pengeluaran pemerintah 35

Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah (Y), dengan demikian

Hipotesis H2 terbukti.

3. Variabel Jumlah Penduduk (X3), menunjukkan t hitung sebesar 0,836

pada tingkat signifikansi 0,405, karena tingkat signifikansi 0,405 >

0,05. Hal ini berarti variabel Jumlah Penduduk (X3) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel besaran pengeluaran pemerintah 35

Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah (Y), dengan demikian

Hipotesis H3 tidak terbukti.

Page 88: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hasil Temuan Hipotesis H 1 dan Pembahasan

PAD mempunyai peranan yang strategis di dalam keuangan daerah

karena bagi suatu daerah sumber pendapatan daerah merupakan tiang utama

penyangga kehidupan daerah. Oleh karena itu para ahli sering memakai PAD

sebagai alat analisis dalam menilai tingkat otonomi suatu daerah. Pemerintah

daerah dalam melaksanakan berbagai kebijakan keuangan dengan otonomi

untuk mengatur keperluan rumah tangganya tentu membutuhkan dana. Hal ini

menunjukkan betapa pentingnya faktor keuangan untuk melaksanakan

otonomi daerah.

Seperti halnya yang dikemukakan oleh Kaloh bahwa, jika penerimaan

PAD telah mencapai 20% dari pengeluaran daerah, maka sumber keuangan

daerah sudah dapat dikatakan cukup, sehingga ketergantungan pemerintah

daerah terhadap pemerintah pusat kecil. Jadi semakain besar prosentase PAD

terhadap pengeluaran daerah, maka otonomi daerah dapat dikatakan semakin

baik. Agar supaya daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan

sebaik-baiknya, maka kepadanya perlu diberikan sumber-sumber pembiayaan

yang cukup. Namun mengingat tidak semua sumber-sumber pembiayaan dapat

diberikan kepada daerah maka kepada darah diwajibkan untuk menggali

segala sumber keuangannya sendiri berdasarkan peraturan perundanga-

undangan yang berlaku.

Hasil temuan pertama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang positif dan signifikan variabel Pendapatan Asli Daerah

Page 89: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

terhadap variabel besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah, ini berarti bahwa peningkatan atas Pendapatan Asli

Daerah (Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba Badan Usaha Milik

Daerah, Penerimaan dari Dinas-dinas dan Penerimaan Lain-lain). Oleh karena

itu hipotesis H1 dalam penelitian ini diterima.

Penjelasaanya dapat dilihat dari hasil persamaan analisis regresi

berganda, PAD mempunyai koefisien beta sebesar 2,148, dengan nilai t hitung

sebesar 8,885 dan taraf signifikan sebesar 0,000. Karena tingkat signifikansi

0,000 < 0,05, ini berarti variabel PAD (X1) berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah (Y), dengan demikian Hipotesis H3 terbukti. Hasil

temuan ini sesuai dengan hukum Wagner, yaitu adanya korelasi positif antara

pengeluaran pemerintah dengan tingkat pendapatan nasional.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Halim (2001) yang

menyatakan bahwa peran pemerintah daerah dalam menggali dan

mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber penerimaan daerah

akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan,

pembangunan, dan pelayanan masyarakat di daerah.

4.3.2 Hasil Temuan Hipotesis H2 dan Pembahasan

Hasil temuan kedua dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang positif dan signifikan variabel Dana Perimbangan terhadap

variabel besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa

Tengah, dalam hal ini dana bagi hasil (DHB), dana alokasi umum (DAU), dan

Page 90: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

dana alokasi khusus (DAK), tidak terjadi ketimpangan keuangan antara pusat

dan daerah serta antar daerah, sehingga terjadi peningkatan kualitas pelayanan

daerah. Oleh karena itu hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima.

Penjelasaanya dapat dilihat dari hasil persamaan analisis regresi

berganda, Dana Perimbangan mempunyai koefisien beta sebesar 0,912,

dengan nilai t hitung sebesar 6,885 dan taraf signifikan sebesar 0,000. Karena

tingkat signifikansi 0,000 < 0,05, ini berarti variabel Dana Perimbangan (X2)

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel besaran pengeluaran

pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah (Y), dengan

demikian Hipotesis H2 tidak terbukti.

Hal ini sejalan dengan model pembangunan tentang perkembangan

pengeluaran pemerintah yang dikemukakan oleh Rostow dan Musgrave. Pada

tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap

total investasi besar, sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan

prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan

sebagainya.

Dengan adanya otonomi daerah ini berarti Pemerintah Daerah dituntut

untuk lebih mandiri, tak terkecuali juga mandiri dalam masalah financial.

Meski begitu Pemerintah Pusat tetap memberi dana bantuan yang berupa Dana

Alokasi Umum (DAU) yang di transfer ke Pemerintah Daerah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Maemunah (2006) menyatakan

Dalam praktiknya, transfer dari Pemerintah Pusat merupakan sumber

pendanaan utama Pemerintah Daerah untuk membiayai operasional daerah,

Page 91: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

yang oleh Pemerintah Daerah ”dilaporkan” diperhitungan anggaran. Tujuan

dari transfer ini adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintah

dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh

negeri.

4.3.3 Hasil Temuan Hipotesis H3 dan Pembahasan

Pertumbuhan penduduk (bertambahnya tenaga kerja) dalam jangka

panjang akan menurunkan kembali tingkat pembangunan ke tahap yang lebih

rendah. Ini terjadi karena hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang,

karena dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai keadaan

stationary state Dengan rendahnya tingkat investasi maka lapangan pekerjaan

yang tersedia juga semakin sedikit sehingga produkivitas yang dihasilkan juga

semakin menurun. Untuk dapat meningkatkan produktivitas maka yang

diperlukan adalah peningkatan akumulasi modal. Jumlah penduduk yang

banyak tetapi efisiensi dan produktifitas sangat tinggi ini akan dapat

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

Hasil temuan ketiga dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak

terdapat pengaruh yang signifikan variabel Jumlah Penduduk terhadap

variabel besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa

Tengah. Oleh karena itu hipotesis H3 dalam penelitian ini ditolak.

Variabel Jumlah Penduduk (X3), menunjukkan t hitung sebesar 0,836

pada tingkat signifikansi 0,405, karena tingkat signifikansi 0,405 > 0,05. Hal

ini berarti variabel Jumlah Penduduk (X3) tidak berpengaruh secara signifikan

Page 92: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

terhadap variabel besaran pengeluaran pemerintah 35 Kabupaten/Kota di

Propinsi Jawa Tengah (Y), dengan demikian Hipotesis H3 tidak terbukti.

Variabel Jumlah Penduduk mempunyai tanda parameter positif yang

berarti setiap kenaikan 1% Jumlah Penduduk pada setiap pemerintah daerah

Kota dan Kabupaten se Jawa Tengah akan menyebabkan kenaikan

pengeluaran pemerintah di masing-masing daerah sebesar 0,042%. Pengujian t

membuktikan bahwa nilai t-statistik berada pada daerah penerimaan H0,

artinya variabel independen Jumlah Penduduk secara signifikan tidak

berpengaruh terhadap variabel pengeluaran pemerintah di Kota dan Kabupaten

se Jawa Tengah. Dengan kata lain Jumlah Penduduk tidak mampu

mempengaruhi pengeluaran pemerintah masing-masing daerah secara

signifikan.

Page 93: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa data yang telah dilakukan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah pada daerah

Kota dan Kabupaten se Jawa Tengah, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Dari hasil pengujian koefisien regresi secara parsial (uji T) dapat disimpulkan

bahwa variabel penjelas Pendapatan Asli Daerah (X1) dengan pengeluaran

pemerintah di masing-masing daerah Kota dan Kabupaten se Jawa Tengah

terdapat pengaruh yang signifikan, yang berarti sesuai dengan hipotesa. Variabel

ini menggambarkan peranan PAD dalam membiayai pengeluaran pemerintah

pada masing-masing daerah yang mana pengeluaran tersebut terdiri dari

pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Yang mana setiap kenaikan

1% PAD hanya akan menyebabkan pengeluaran pemerintah pada masing-masing

daerah bertambah sebesar 2,148%.

2) Variabel Dana Perimbangan mempunyai tanda parameter positif yang berarti

sesuai dengan hipotesa. Kenaikan 1% Dana Perimbangan yang diberikan

pemerintah pusat pada pemerintah daerah Kota dan Kabupaten se Jawa

Tengah akan menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah di masing-

masing daerah sebesar 0,912%. Pengujian t membuktikan bahwa nilai t-

statistik berada pada daerah penolakan H0, artinya variabel independen Dana

Page 94: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

80

Perimbangan secara signifikan berpengaruh terhadap variabel pengeluaran

pemerintah di Kota dan Kabupaten se Jawa Tengah. Dengan kata lain Dana

Perimbangan mampu mempengaruhi pengeluaran pemerintah masing-masing

daerah secara positif.

3) Variabel Jumlah Penduduk mempunyai tanda parameter positif yang berarti

sesuai dengan hipotesa. Kenaikan 1% Jumlah Penduduk pada setiap

pemerintah daerah Kota dan Kabupaten se Jawa Tengah akan menyebabkan

kenaikan pengeluaran pemerintah di masing-masing daerah sebesar 0,042 %.

Pengujian t membuktikan bahwa nilai t-statistik berada pada daerah

penerimaan H0, artinya variabel independen Jumlah Penduduk secara

signifikan tidak berpengaruh terhadap variabel pengeluaran pemerintah di

Kota dan Kabupaten se Jawa Tengah. Dengan kata lain Jumlah Penduduk

tidak mampu mempengaruhi pengeluaran pemerintah masing-masing daerah

secara signifikan.

5.2 Saran

1) Pemda perlu meningkatkan PAD dengan memaksimalkan kekayaan

sumber daya alam seperti tempat-tempat wisata, daerah tambang minyak

dan memberikan modal kepada masyarakat yang memiliki kekayaan alam

untuk diolah dan dijadikan pemasukan daerah sehingga dapat

meningkatkan PAD

Page 95: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

81

2) Untuk Dana Perimbangan, pengelola perlu mengetahui sumber-sumber

pendapatan masing-masing daerah sehingga dapat menyeimbangkan

antara pendapatan dengan pengeluaran dengan lebih seksama.

3) Untuk Jumlah Penduduk, pemerintah daerah perlu menata kembali

kebijakan kependudukan di wilayah masing-masing. Selain itu pemerintah

perlu mensosialisasikan pentingnya pendidikan yang bertujuan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mensosialisasikan

kepada masyarakat tentang peranan masyarakat dalam keikutsertaannya

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

4) Daerah yang maju adalah daerah yang memiliki sumber daya manusia

dengan tingkat pendidikan tinggi yang dapat mendorong pertumbuhan

perekonomian serta kesejahteraan masyarakatnya meningkat

Page 96: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

82

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Priyo Hari, 2006. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja

Pembangunan dan Pendapatan Asli daerah (Studi Kasus kabupaten dan Kota se Jawa- Bali), Simposium Nasional Akuntansi. Padang.

Algifari. 2000. Analisis regresi. BPFE : Yogyakarta

Arif, Bahtiar. 2002. Akuntansi pemerintahan. Penerbit. Jakarta: Salemba 4.

Bailey, White. 1995. “Decentralization, Governance and Public Services The Impact Of Institutional Arrangements.” IRIS Center, University of Maryland, College Park.

Bastian, Indra. 2002. Sistem Akuntansi Sektor Publik Penerbit. Jakarta: Salemba4.

Brata, Aloysius Gunadi. 2004. Komposisi Penerimaan Sektor Publik Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Budiharjo, Ari, 2003. Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB dan Inflasi Terhdap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Kabupaten dan Kota Di Propinsi Jawa Tengah, Tesis Pasca Sarjana UNDIP, Tidak Diterbitkan

Budi Setyawan dan Priyo Hari Adi. Pengaruh Fiscal Stress Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah). Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Simposium Nasional Riset Ekonomi & Bisnis Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) 28 Juni 2008.

Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit PT. Indeks.

Darwanto dan Yustikasari, Yulia, Pengaruh pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap pengalokasian anggaran belanja modal, Makalah disajikan pada Seminar Antarbangsa di Universitas Hassanudin, Makassar, 26-28 Juli 2007.

Gaspersz, Vincent, Esthon Foenay. 2003. Kinerja Pendapatan Ekonomi Rakyat Dan Produktivitas Tenaga Kerja Di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ekonomi Rakyat. Th. II - No. 8 - Nopember 2003.

Ghozali, Imam, Arifin Sabeni. 1997. Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.

Page 97: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

83

Gujarati, Damodar N. 2003. Fourth Edition, Basics Econometrics. New York: McGraw-Hill.

Halim, Abdul. 2001. Analisis Diskripsi Pengaruh Fiskal Stress pada APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah. KOMPAK. STIE YO. Yogyakarta. 127-146.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba 4.

Isdijoso, Brahmantio, Analisis Kebijakan Fiskal Pada Era Otonomi Daerah (Studi Kasus: Sektor Pendidikan di Kota Surakarta), Kajian Ekonomi Dan Keuangan Vol. 6 No. 1, 2002.

Kaloh, J. 2004. Mencari Bentuk Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Harapan

Kawedar, Warsito, Abdul Rohman, dan Sri Handayani. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah. Semarang: Penerbit UNDIP.

Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perekonomian, Strategi dan Peluang. Penerbit Erlangga.

Machfud Sidik dan Soewondo. 1992. Perekonomian Makro dan Mikro.

http://google.go.id.jurnalekonomi// Diakses 2 Nopember 1992. Pukul11.20.

Maimunah, Mutiara. 2006. Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

Mangkoesoebroto, M. 1993. Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE – YKPN.

Mankiw, N.Gregory. 2003. Macroeconomics. Harvard University: Worth Publishers.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen keuangan daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Paidi Hidayat, Wahyu Ario Pratomo dan D. Agus Harjito. 2007. Analysis of Financial Performance Of Newly Created Regencies/Cities In North Sumatera. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 12 No. 3, Desember 2007 Hal: 213 – 222

Prakosa, Kesit Bambang. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (Dau) Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Prediksi Belanja Daerah

Page 98: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

84

(Studi Empirik di Wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY) JAAI volume 8 no. 2, Desember 2004 101.

Pratiwi, Novi. 2007. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Indonesia. Skripsi Sarjana (dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII.

Priyanto, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian. Yogyakarta: Gava Media.

Puspita Sari, Noni dan Idhar Yahya. 2009. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendaptan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Safitri, Nurul Aisyiyah. 2008. Analisis Kinerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Sebelum dan Sesudah Pemberlakuan Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 Studi Pada Pemerintah Kabupaten Kudus.

Samudra, Azhari A. 1995. Perpajakan di Indonesia: Keuangan, Pajak, dan Retribusi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan). Semarang: Fakultas Ekonomi UNDIP.

Singgih, Santoso. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sekaran, Uman, Research Method for Business : A skill Building Approach, 7th

Edition, New York: John Wiley and Sons, 2002.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Sukriy dan Halim Abdullah (c), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah:Studi Kasus Kabupaten/Kota Di Jawa dan Bali, Simposium Nasional Akuntansi VI:1140-1159, Surabaya 16-17 Oktober 2003.

Soetrisno, 1986. Dasar-dasar Ilmu Keuangan Negara. Yogyakarta: BPFE.

Triwidodo, Pambudi. 2007. Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Bali. Skripsi Sarjana (dipublikasikan). Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII.

Lembaran Negara Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Page 99: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

85

Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29/2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksana Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.

. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

. Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

. Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

. Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah.

. Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Wajong, J. 1960. Perimbangan Keuangan Antara Negara dengan Daerah-Daerah. Jakarta: Satadarma.

Widarjono, Agus 1999. Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia : Analisis Kausalitas , Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 4 No 2 Tahun 1999.

Wirosardjono, Sucipto, 1998. Pertumbuhan Penduduk Indonesia Catatan Analisa, Prisma, No 3 Tahun XVII.

http://www.bpkp.go.id

http://www.bppk.depkeu.go.id/index.php/2008050879/jurnalakuntansipemerintah

Realisasi APBD Tahun 2008-2010 Total Se-provinsi Jawa Tengah dalam angka.

www.djpk.depkeu.go.id

Page 100: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

86

LAMPIRAN

Page 101: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

87

Data Penelitian

Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Perimbangan (X2), Jumlah Penduduk (X3),

Pengeluaran Pemerintah Daerah (Y) Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa

Tengah Tahun 2008-2010.

No  Daerah  Tahun  X1  X2  X3  Y 

1  Kab. Banjarnegara   2008  41909 576049 869777  7071482  Kab. Banyumas   2008  89086 758775 1503262  10460913  Kab. Batang     2008  29990 483092 682561  6035864  Kab. Blora     2008  45377 617604 835160  8417785  Kab. Boyolali   2008  53787 653104 938469  7889256  Kab. Brebes    2008  45819 768374 1788687  10387237  Kab. Cilacap   2008  71290 877167 1626795  10472018  Kab. Demak   2008  32271 550311 1034286  7081949  Kab. Grobogan   2008  44648 668350 1336322  833353

10  Kab. Jepara    2008  55951 607988 1090839  75439611  Kab. Karanganyar    2008  54224 594507 812423  79648812  Kab. Kebumen   2008  53940 707707 1215801  91189213   Kab. Kendal    2008  60462 588314 952011  77143314  Kab. Klaten   2008  51335 842257 1133012  101552315  Kab. Kudus   2008  56442 569334 786269  72976016  Kab. Magelang   2008  70945 672395 1170894  90491717  Kab. Pati   2008  57506 709730 1171605  99044918  Kab. Pekalongan  2008  41228 551951 851700  67063219  Kab. Pemalang   2008  51928 602135 1375240  74339120  Kab. Purbalingga   2008  56222 535713 828125  71522321  Kab. Purworejo  2008  39591 602389 722293  71053722  Kab. Rembang   2008  47343 497739 575640  59609423  Kab. Semarang   2008  69439 587573 911223  72655324  Kab. Sragen   2008  54013 628135 860509  80264225  Kab. Sukoharjo   2008  43082 579448 826699  72041426   Kab. Tegal  2008  52751 671443 1415625  86941627  Kab. Temanggung   2008  36697 495498 707707  59448928   Kab. Wonogiri   2008  41529 696848 982730  82813129  Kab. Wonosobo  2008  31513 449613 757746  61655530  Kota Magelang   2008  33989 301525 134615  41682331  Kota Pekalongan   2008  21757 321153 275241  39024832  Kota Salatiga   2008  34301 277368 178451  109848133  Kota Semarang   2008  236882 795101 1511236  135184534  Kota Surakarta   2008  95039 508872 522935  765306

Page 102: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

88

35  Kota Tegal   2008  59021 290538 240502  40602536  Kab. Banjarnegara   2009  49599 609306 875167  72903637  Kab. Banyumas   2009  101414 833422 1510102  111231638  Kab. Batang     2009  36518 521540 686016  61354739  Kab. Blora     2009  50000 628767 838159  86614540  Kab. Boyolali   2009  65124 696590 943978  88008641  Kab. Brebes    2009  65081 805569 1800958  104326442  Kab. Cilacap   2009  100784 946940 1629908  114268943  Kab. Demak   2009  41866 606936 1042932  73936044  Kab. Grobogan   2009  46891 698380 1345879  81757745  Kab. Jepara    2009  72718 647325 1107973  80453946  Kab. Karanganyar    2009  64017 637401 819186  79968847  Kab. Kebumen   2009  61130 754387 1222542  99321648   Kab. Kendal    2009  62627 638096 965808  79971649  Kab. Klaten   2009  59156 849235 1136829  102235850  Kab. Kudus   2009  71405 677283 797617  90114751  Kab. Magelang   2009  69555 721829 1180217  91193352  Kab. Pati   2009  70624 746891 1175232  98549653  Kab. Pekalongan  2009  48132 568512 858967  69722954  Kab. Pemalang   2009  53659 686835 1391284  76984755  Kab. Purbalingga   2009  68866 550192 834164  70270556  Kab. Purworejo  2009  47481 632254 724973  75472257  Kab. Rembang   2009  56755 500541 578232  59354658  Kab. Semarang   2009  90188 622144 921865  78732259  Kab. Sragen   2009  57450 636579 862910  81043460  Kab. Sukoharjo   2009  45132 623685 833575  74000561   Kab. Tegal  2009  67133 719319 1420532  91324562  Kab. Temanggung   2009  39993 519564 714411  60973863   Kab. Wonogiri   2009  60943 721399 985024  97724364  Kab. Wonosobo  2009  45003 535865 760819  63222165  Kota Magelang   2009  49374 309169 137055  47123466  Kota Pekalongan   2009  22545 334170 277065  39096567  Kota Salatiga   2009  38991 296457 182226  43098268  Kota Semarang   2009  259411 1016322 1533686  160460169  Kota Surakarta   2009  106759 554533 528202  84253870  Kota Tegal   2009  65269 310004 241070  47891571  Kab. Banjarnegara   2010  60036 603656 868913  75160172  Kab. Banyumas   2010  65364 849504 1554527  112029773  Kab. Batang     2010  44570 486890 706764  60170374  Kab. Blora     2010  56500 654927 829728  84544975  Kab. Boyolali   2010  80020 682045 930531  964590

Page 103: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

89

76  Kab. Brebes    2010  70467 854690 1733869  122116777  Kab. Cilacap   2010  126058 975811 1642107  123794278  Kab. Demak   2010  54560 595617 1055579  80585079  Kab. Grobogan   2010  56176 735796 1308696  87348080  Kab. Jepara    2010  71081 645810 1097280  81708781  Kab. Karanganyar    2010  73977 610311 813196  79431682  Kab. Kebumen   2010  67981 742276 1159926  99905483  Kab. Kendal    2010  75774 638707 900313  82812284  Kab. Klaten   2010  71371 843371 1130047  102896285  Kab. Kudus   2010  92294 623076 777437  91623086  Kab. Magelang   2010  78651 751955 1181723  101719287  Kab. Pati   2010  92114 734119 1190993  101659588  Kab. Pekalongan  2010  55968 590753 838621  70703089  Kab. Pemalang   2010  61499 717656 1261353  87851190  Kab. Purbalingga   2010  68143 551774 848952  70842391  Kab. Purworejo  2010  60989 621243 695427  77542292  Kab. Rembang   2010  78227 497580 591359  62979193  Kab. Semarang   2010  97182 608556 930727  77783594  Kab. Sragen   2010  69398 649984 858266  85790195  Kab. Sukoharjo   2010  60298 620295 824238  78147596   Kab. Tegal  2010  74304 753024 1394839  92785697  Kab. Temanggung   2010  55095 508638 708546  64651098   Kab. Wonogiri   2010  64818 729752 928904  97585899  Kab. Wonosobo  2010  60541 545704 754883  679607100  Kota Magelang   2010  50086 301332 118227  416607101  Kota Pekalongan   2010  38186 314225 281434  414803102  Kota Salatiga   2010  51590 282513 170332  403924103  Kota Semarang   2010  293827 890476 1555984  1679072104  Kota Surakarta   2010  120183 531857 499337  838253105  Kota Tegal   2010  79133 292126 239599  454855

Page 104: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

90

Regression Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 x3, x1, x2(a) . Entera All requested variables entered. b Dependent Variable: y Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .932(a) .869 .865 83797.840 2.070 a Predictors: (Constant), x3, x1, x2 b Dependent Variable: y ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 4712614346481.100 3 1570871448827.034 223.705 .000(a) Residual 709229869100.288 101 7022077911.884 Total 5421844215581.380 104

a Predictors: (Constant), x3, x1, x2 b Dependent Variable: y Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant

) 67476.353 40810.789 1.653 .101

x1 2.148 .242 .369 8.885 .000 .753 1.328 x2 .912 .132 .633 6.886 .000 .153 6.525 x3 .042 .050 .073 .836 .405 .170 5.872

a Dependent Variable: y

Page 105: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

91

Collinearity Diagnostics(a)

Model Dimension

Eigenvalue Condition

Index Variance Proportions

(Constant) x1 x2 x3 1 1 3.749 1.000 .00 .01 .00 .00 2 .165 4.765 .03 .90 .00 .01 3 .079 6.875 .27 .00 .00 .15 4 .006 24.222 .70 .09 1.00 .84

a Dependent Variable: y Casewise Diagnostics(a) Case Number Std. Residual y 32 8.315 1098481

a Dependent Variable: y Residuals Statistics(a) Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 401707.22 1616331.0

0 812148.92 212869.912 105

Std. Predicted Value -1.928 3.778 .000 1.000 105Standard Error of Predicted Value 8418.211 49996.055 14859.257 6867.266 105

Adjusted Predicted Value 361449.38 1620400.25 811392.67 211578.112 105

Residual -98022.984

696773.813 .000 82580.373 105

Std. Residual -1.170 8.315 .000 .985 105Stud. Residual -1.197 8.552 .004 1.014 105Deleted Residual -

102577.695

737031.625 756.250 87601.042 105

Stud. Deleted Residual -1.199 16.200 .078 1.686 105Mahal. Distance .059 36.030 2.971 4.992 105Cook's Distance .000 1.056 .016 .107 105Centered Leverage Value .001 .346 .029 .048 105

a Dependent Variable: y

Page 106: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

92

Charts

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0E

xp

ec

ted

Cu

m P

rob

Dependent Variable: y

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

-2 -1 0 1 2 3 4

Regression Standardized Predicted Value

-2

0

2

4

6

8

10

Re

gre

ss

ion

Stu

den

tize

d R

esid

ua

l

Dependent Variable: y

Scatterplot

Page 107: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

93

Pengaruh X1 terhadap Y Regression Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 x1(a) . Entera All requested variables entered. b Dependent Variable: y Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .699(a) .489 .484 164087.531a Predictors: (Constant), x1 ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 2648598283963.750 1 2648598283963.750 98.371 .000(a) Residual 2773245931617.640 103 26924717782.696 Total 5421844215581.390 104

a Predictors: (Constant), x1 b Dependent Variable: y Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 542571.30

1 31546.550 17.199 .000

x1 4.073 .411 .699 9.918 .000a Dependent Variable: y

Page 108: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

94

Pengaruh X2 terhadap Y Regression Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 x2(a) . Entera All requested variables entered. b Dependent Variable: y Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .876(a) .767 .764 110846.888a Predictors: (Constant), x2 ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 4156279862947.290 1 4156279862947.290 338.266 .000(a) Residual 1265564352634.099 103 12287032549.846 Total 5421844215581.390 104

a Predictors: (Constant), x2 b Dependent Variable: y Coefficients(a)

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 32961.133 43724.850 .754 .453 x2 1.262 .069 .876 18.392 .000

a Dependent Variable: y

Page 109: ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH ... - …lib.unnes.ac.id/11221/1/10070.pdf · ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANGGARAN

95

Pengaruh X3 terhadap Y Regression Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 x3(a) . Entera All requested variables entered. b Dependent Variable: y Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .787(a) .620 .616 141414.008a Predictors: (Constant), x3 ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3362058290534.518 1 3362058290534.518 168.120 .000(a) Residual 2059785925046.872 103 19997921602.397 Total 5421844215581.390 104

a Predictors: (Constant), x3 b Dependent Variable: y Coefficients(a)

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 388716.132 35453.156 10.964 .000 x3 .454 .035 .787 12.966 .000

a Dependent Variable: y