121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI KPP PRATAMA SUKOHARJO STUDI KASUS TAHUN 2009-2010 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Oleh : TONI WURYANTO S 4209145 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA TAHUN 2011

ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI KPP PRATAMA SUKOHARJO

STUDI KASUS TAHUN 2009-2010

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Pembangunan

Oleh :

TONI WURYANTO S 4209145

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA TAHUN 2011

Page 2: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

Page 3: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

Page 4: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

Page 5: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

MOTTO

“kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau”

(Amsal 2 : 11)

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat,

tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan

canang yang gemerincing.

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan

tidak sombong.

Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia

tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.Ia tidak bersukacita karena

ketidakadilan, tetapi karena kebenaran

Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang

paling besar di antaranya ialah kasih.

(1 Kor 13)

Karya kecil ini saya persembahkan untuk:

l Allah Bapaku yang penuh kasih

l Ayah dan Ibu sebagai tanda baktiku

l Istri dan Anakku sebagai tanda cintaku

Page 6: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

ABSTRAK

ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI KPP PRATAMA SUKOHARJO

STUDI KASUS TAHUN 2009-2010

Untuk menyelenggarakan Pemerintahan umum dan melaksanakan pembangunan diperlukan dana yang relatif besar, salah satu sumber dana yang dimiliki pemerintah adalah dari pemungutan pajak. Pajak dalam pengertian ekonomis merupakan pengalihan sumber ekonomis dari sektor swasta ke sektor pemerintah sedangkan secara yuridis sesuai dengan Undang-Undang Dasar pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan Permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah kenaikan penerimaan pajak setiap tahun tidak diikuti oleh kenaikan tax ratio sesuai dengan yang diharapkan. Optimalisasi penerimaan pajak selalu dikaitkan dengan PDB dalam sebuah rasio yang disebut tax ratio. Tax Ratio adalah perbandingan antara penerimaan pajak dengan besarnya Produk Domestik Bruto dari suatu negara. Rata-rata rasio pajak yang dimiliki Indonesia semenjak 1985-1999 adalah 11,31%, jauh di bawah Singapura (22,24%), Malaysia (20,17%), Thailand (17,28%) dan Filipina (14%). Tax ratio kita pada 2010 diperkirakan mencapai 12,4 persen terhadap PDB. Tax ratio 2010 ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 12 persen, tetapi lebih rendah dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 13,3 persen. Masih rendahnya tax ratio ini tentunya menjadi catatan tersendiri. Pada 2007, pemerintah pernah membuat target tax ratio pada akhir 2009 mencapai 16 persen. Berkaitan dengan pemakaian indikator Tax Ratio untuk mengetahui tingkat ukuran kinerja perpajakan sudah sejak lama mendapat kritikan dari beberapa pengamat ekonomi. Tidak validnya tax ratio sebagai ukuran kinerja penerimaan pajak kemudian memunculkan usulan untuk melihat kinerja penerimaan pajak melalui beberapa indikator lain, antara lain Tax Coverage Ratio. Tax Coverage ratio atau perbandingan antara penerimaan pajak dibanding potensi pajak yang sebenarnya ada. Hasil penelitian penggalian potensi Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai di KPP Pratama Sukoharjo dituangkan dalam matrik potensi. Dimana penelitian dilakukan atas dasar tingkat pertumbuhan penerimaan pajak dan tingkat kontribusinya terhadap penerimaan pajak per Klasifikasi Lapangan Usaha. Dalam penelitian ini matrik potensi penerimaan pajak dibagi menjadi empat area yaitu daerah prima, daerah potensial, daerah berkembang dan daerah terbelakang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemetaan (mapping) dari matrik potensi tadi sehingga dapat ditentukan langkah-langkah optimalisasi pengamanan penerimaan pajak baik melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi pajak. Kata kunci : Potensi Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai.

Page 7: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

ABSTRACT

MINING ANALYSIS OF THE POTENTIAL INCOME TAX AND VALUE ADDED TAX IN CASE STUDY KPP PRATAMA SUKOHARJO YEAR

2009-2010

To carry out general administration and implementation of development required a relatively large fund, one government-owned funding source is from tax. Taxation in economical terms is a transfer of economic resources from the private sector into the government sector while juridically in accordance with the Constitution of the tax is a contribution that can be imposed The problem faced by Indonesia is the increase in tax revenue every year is not followed by the tax ratio increase as expected. Optimization of tax revenue is always associated with the GDP in a ratio called the tax ratio. Tax Ratio is the ratio between the amount of tax revenue to Gross Domestic Product of a country. Average tax ratio is owned by Indonesia since the 1985-1999 is 11.31%, well below Singapore (22.24%), Malaysia (20.17%), Thailand (17.28%) and Philippines (14%) . Our tax ratio in 2010 is estimated to reach 12.4 percent of GDP. Tax ratio of 2010 was higher than in 2009 which reached 12 percent, but lower than in 2008 which reached 13.3 percent. The low tax ratio is of course a separate note. In 2007, the government never makes the target tax ratio at the end of 2009 reached 16 percent. In connection with the use of Tax Ratio indicator to determine the level of performance measures of taxation has long been criticized by some economists. Not valid tax ratio as a measure of the performance of tax revenue then bring the proposal to see the performance of tax revenue through some other indicators, such as Tax Coverage Ratio. Tax Coverage ratio or the ratio between tax revenues compared to the actual potential of existing taxes. Results of research potential exploration of Income Tax and Value Added Tax in Sukoharjo STO set forth in the matrix potential. Where research is conducted on the basis of tax revenue growth rates and levels of contribution to tax revenue per Industrial Classification. In this study the matrix of potential tax revenue is divided into four areas, namely prime areas, potential areas, developed areas and underdeveloped regions. The conclusion of this study was mapping (mapping) of the matrix potential can be determined earlier that the optimization of the security measures of tax revenue either through extensification and intensification of tax.

Keywords: Potential Income Tax and Value Added Tax.

Page 8: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

KATA PENGANTAR

Berkat Tuhan Allah Bapa di Surga penulis persembahkan sebab dengan kekuatannya dan

cinta kasih yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul :

“ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI DI KPP PRATAMA SUKOHARJO STUDI KASUS

TAHUN 2009-2010”

Tesis ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Program

Studi Magister Ekonomi dan Sudi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat segala

keterbatasan kemampuan, pengetahuan maupun literatur yang digunakan. Karena itu

penulis sungguh mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada mereka, baik yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu

sampai selesainya tesis ini. Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak DR.J.J. Sarungu, MS selaku Ketua Program Magister Ekonomi dan Studi

Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak DR Guntur Riyanto, MS selaku Dosen Pembimbing Tesis.

3. Bapak Drs Kresno Saroso Pribadi, MSi selaku Dosen Pembimbing Tesis.

4. Bapak Drs Yusron Purbatin Hadi, MSi selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Sukoharjo.

Page 9: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

5. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan doa dan harapan terbaik buat

saya.

6. Istri dan anakku tercinta yang setiap waktu mendampingi dalam suka dan duka.

7. Saudaraku dan sahabat-sahabatku yang memberikan dukungan moril dan doa.

8. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu dalam

kesempatan yang terbatas ini

Sebagai akhir kata penulis hanya bisa berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan bagi pihak pihak yang memerlukannya. Semoga

Allah Bapa di Surga senantiasa memberkati kita semua.

Klaten, Juli 2011

Penulis

Page 10: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN............................................................................... iv

MOTTO & PERSEMBAHAN............................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT.......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR.......................................................................................... viii

DAFTAR ISI......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9

A. Pengertian Pajak................................................................................................ 9

B. Fungsi Pajak..................................................................................................... 11

C. Penggolongan Jenis Pajak................................................................................ 13

D. Asas Pemungutan Pajak .................................................................................. 15

Page 11: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

E. Sistem Pemungutan Pajak .............................................................................. 18

F. Pajak Penghasilan .......................................................................................... 19

G. Subyek Pajak Penghasilan ............................................................................. 21

H. Obyek Pajak Penghasilan .............................................................................. 22

I. Jenis Pajak Penghasilan .................................................................................. 21

J. Pajak Pertambahan Nilai ................................................................................. 32

K. Obyek Pajak Pertambahan Nilai .................................................................... 33

L. Mekanisme dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai ............................................. 35

M. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................................ 36

N. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 37

O. Hipotesis ........................................................................................................ 38

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 39

A. Metode Pendekatan ....................................................................................... 39

B. Lokasi Penelitian ........................................................................................... 39

C. Jenis dan Sumber Data................................................................................... 39

D. Definisi Operasional Variabel........................................................................ 40

E. Tehnik Analisis Data....................................................................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 44

A. Gambaran penerimaan pajak nasional............................................................ 47

B. Gambaran penerimaan pajak KPP Pratama Sukoharjo................................... 53

C. Gambaran Organisasi dan Wilayah Kerja KPP Pratama Sukoharjo............... 55

D. Gambaran Kabupaten Sukoharjo.................................................................... 59

Page 12: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

E. Gambaran Kabupaten Wonogiri..................................................................... 61

F. Analisis penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo...................................... 62

BAB V PENUTUP............................................................................................. 100

1. Kesimpulan ................................................................................................... 100

2. Saran ............................................................................................................. 101

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 103

Page 13: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar : 3.1 Matrik Potensi................................................................................ 44

Gambar : 4.1 Grafik Penerimaan Pajak dan Tax Ratio Tahun 2005-2010........... 48

Gambar : 4.2 Bagan organisasi KPP Pratama Sukoharjo.................................... 58

Page 14: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR TABEL

Tabel : 4.1 Perkembangan penerimaan PPh Migas dan Non Migas ................... 50

Tabel : 4.2 Perkembangan PPh Non Migas Sektoral........................................... 51

Tabel : 4.3 Perkembangan PPN dan PPnBM 2005-2010..................................... 53

Tabel : 4.4 Penerimaan pajak per KLU KPP Pratama Sukoharjo 2010.............. 54

Tabel : 4.5 Penerimaan pajak per KLU KPP Pratama Sukoharjo 2009............... 55

Tabel : 4.6 Data PDB Kabupaten Sukoharjo ...................................................... 60

Tabel : 4.7 APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2009........................................... 62

Tabel : 4.8 Benchmark tingkat pertumbuhan dan kontribusi per KLU............... 62

Tabel : 4.9 Perkembangan penerimaan PPh KLU Pertanian, Peternakan.............

Kehutanan dan Perikanan Tahun 2008-2010........................................ 64

Tabel : 4.10 Perkembangan penerimaan PPN KLU Pertanian, Peternakan..........

Kehutanan dan Perikanan Tahun 2008-2010....................................... 65

Tabel : 4.11 Perkembangan penerimaan PPh KLU Penggalian dan ....................

Pertambangan Tahun 2008-2010........................................................ 67

Tabel : 4.12 Perkembangan penerimaan PPN KLU Penggalian dan ...................

Pertambangan Tahun 2008-2010........................................................ 68

Tabel : 4.13 Perkembangan penerimaan PPh KLU Industri pengolahan .............

Tahun 2008-2010.............................................................................. 70

Tabel : 4.14 Perkembangan penerimaan PPN KLU Industri pengolahan ...........

Tahun 2008-2010.............................................................................. 71

Page 15: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

Tabel : 4.15 Perkembangan penerimaan PPh KLU Listrik, Gas dan Air ............

Tahun 2008-2010.............................................................................. 73

Tabel : 4.16 Perkembangan penerimaan PPN KLU Listrik, Gas dan Air ...........

Tahun 2008-2010.............................................................................. 74

Tabel : 4.17 Perkembangan penerimaan PPh KLU Konstruksi ...........................

Tahun 2008-2010.............................................................................. 76

Tabel : 4.18 Perkembangan penerimaan PPN KLU Konstruksi ..........................

Tahun 2008-2010.............................................................................. 77

Tabel : 4.19 Perkembangan penerimaan PPh KLU Perdagangan, Hotel .............

dan Restoran Tahun 2008-2010........................................................ 79

Tabel : 4.20 Perkembangan penerimaan PPN KLU Perdagangan, Hotel ............

dan Restoran Tahun 2008-2010........................................................ 80

Tabel : 4.21 Perkembangan penerimaan PPh KLU Pengangkutan dan ...............

Telekomunikasi Tahun 2008-2010................................................... 82

Tabel : 4.22 Perkembangan penerimaan PPN KLU Pengangkutan dan ..............

Telekomunikasi Tahun 2008-2010................................................... 83

Tabel : 4.23 Perkembangan penerimaan PPh KLU Keuangan, Real Estate ........

dan Jasa Perusahaan Tahun 2008-2010............................................ 85

Tabel : 4.24 Perkembangan penerimaan PPN KLU Keuangan, Real Estate .......

dan Jasa Perusahaan Tahun 2008-2010............................................ 86

Tabel : 4.25 Perkembangan penerimaan PPh KLU Jasa Lainnya .....................

Tahun 2008-2010................................................................................ 88

Page 16: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

Tabel : 4.26 Perkembangan penerimaan PPN KLU Jasa Lainnya ....................

Tahun 2008-2010................................................................................ 89

Tabel : 4.27 Perkembangan penerimaan PPh KLU Kegiatan yang belum ........

Jelas Batasannya Tahun 2008-2010.................................................... 91

Tabel : 4.28 Perkembangan penerimaan PPN KLU Kegiatan yang belum .........

Jelas Batasannya Tahun 2008-2010.................................................... 92

Tabel : 4.29 Matrik potensi penerimaan PPh per KLU........................................ 94

Tabel : 4.30 Matrik potensi penerimaan PPN per KLU....................................... 96

Tabel : 4.31 Pertumbuhan Penerimaan Pajak per Triwulan Tahun 2008............ 97

Tabel : 4.32 Pertumbuhan Penerimaan Pajak per Triwulan Tahun 2009............ 98

Tabel : 4.33 Pertumbuhan Penerimaan Pajak per Triwulan Tahun 2010............ 98

Tabel : 4.34 Proyeksi penerimaan Pajak Seluruhnya per KLU.......................... 99

Page 17: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk menyelenggarakan Pemerintahan umum dan melaksanakan pembangunan

diperlukan dana yang relatif besar, salah satu sumber dana yang dimiliki pemerintah

adalah dari pemungutan pajak. Pajak dalam pengertian ekonomis merupakan pengalihan

sumber ekonomis dari sektor swasta ke sektor pemerintah sedangkan secara yuridis

sesuai dengan Undang-Undang Dasar pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan karakteristik pajak merupakan :

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan

perubahan ketiga Undang Undang Dasar 1945 pasal 23A yang berbunyi "pajak

dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam

undang-undang."

2. Pembayaran pajak tidak mendapatkan jasa timbal balik (konraprestasi

perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung dalam arti bahwa

pembayar pajak tidak bisa langsung menikmati hasil dari pembayarannya. Hasil

pembayaran pajak baru bisa dinikmati oleh masayarakat ketika negara

mendistribusikan lewat pembangunan fasilitas fasilitas masayarakat.

3. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan mengandung

maksud bahwa apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dapat

dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 18: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Menurut data APBN penerimaan pajak merupakan sumber utama dari pembiayan

negara selain sektor migas. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara

yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan. Secara umum pajak

memiliki beberapa fungsi :

1. Fungsi anggaran (budgetair) yaitu pajak sebagai sumber pendapatan negara,

pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

2. Fungsi mengatur (regulator) mengandung maksud bahwa dengan Pajak

pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak.

Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai instrumen untuk

mencapai tujuan negara.

3. Fungsi stabilitas (Stabilisator) artinya dengan adanya pajak, pemerintah

memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas

harga (Kebijakan Fiskal).

4. Fungsi redistribusi pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan

digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum.

Pajak memiliki peran yang vital dalam perekonomian suatu negara tak terkecuali di

Indonesia, hal ini bisa dilihat dari persentase penerimaan negara dalam APBN dari tahun

ke tahun yang terbesar adalah dari sektor penerimaan pajak. Tidak hanya karena

kontribusinya yang tinggi bagi penerimaan APBN, tetapi pajak juga bisa menjadi

instrumen kebijakan fiskal yang efektif dan efisien dalam mengarahkan kebijakan

perekonomian. Berdasarkan siaran pers Direktorat Jenderal Pajak, realisasi penerimaan

pajak tahun 2009 yang dikelola Ditjen Pajak (termasuk PPh Migas) hingga 31 Desember

Page 19: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

2009 mencapai Rp 565,77 triliun. Sementara itu, target penerimaan pajak Ditjen Pajak

dalam APBN 2009 mencapai Rp 577,4 triliun, berarti masih kurang (Shortfall) Rp 11,6

triliun. Total target penerimaan perpajakan (termasuk penerimaan perpajakan dari Ditjen

Bea Cukai) pada APBN 2009 mencapai Rp 652 triliun atau sekitar 75 persen dari

Penerimaan Dalam Negeri atau sekitar 65,2 persen dari volume APBN 2009.

Permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah kenaikan penerimaan pajak setiap

tahun tidak diikuti oleh kenaikan tax ratio sesuai dengan yang diharapkan. Dalam

menghitung penerimaan pajak faktor yang tidak bisa lepas adalah besarnya produk

domestik bruto (PDB) dari negara. Optimalisasi penerimaan pajak selalu dikaitkan

dengan PDB dalam sebuah rasio yang disebut tax ratio. Tax Ratio adalah perbandingan

antara penerimaan pajak dengan besarnya Produk Domestik Bruto dari suatu negara. Tax

Ratio juga bisa menjadi parameter untuk melihat seberapa produktif sistem perpajakan

suatu negara dalam mengumpulkan penerimaan negara, dimana semakin tinggi atau

rendah nilai tax ratio, menjadi tolok ukur semakin maju atau rendah sistem perpajakan

negara tersebut. Idealnya, setiap peningkatan PDB atau adanya pertumbuhan ekonomi,

penerimaan pajak juga harus meningkat. Saat ini Indonesia memiliki rasio pajak

terendah kedua setelah Myanmar diantara negara-negara Asean. Rata-rata rasio pajak

yang dimiliki Indonesia semenjak 1985-1999 adalah 11,31%, jauh di bawah Singapura

(22,24%), Malaysia (20,17%), Thailand (17,28%) dan Filipina (14%). Tax ratio pada

2010 diperkirakan mencapai 12,4 persen terhadap PDB. Tax ratio 2010 ini lebih tinggi

dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 12 persen, tetapi lebih rendah dibandingkan

tahun 2008 yang mencapai 13,3 persen. Masih rendahnya tax ratio ini tentunya menjadi

Page 20: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

catatan tersendiri. Pada 2007, pemerintah pernah membuat target tax ratio pada akhir

2009 mencapai 16 persen. Berkaitan dengan pemakaian indikator Tax Ratio untuk

mengetahui tingkat ukuran kinerja perpajakan sudah sejak lama mendapat kritikan dari

beberapa pengamat ekonomi salah satunya Iman Sugema (Majalah Tempo, 7 September

2004), dimana Iman Sugema mempertanyakan ukuran keberhasilan ini bila hanya

berdasarkan angka penerimaan pajak. Karena menurut Iman Sugema, hal itu tak

diimbangi pertumbuhan tax ratio yang relatif konstan pada kisaran 13% dari PDB.

Sugema (2004) juga mempertanyakan penerimaan pajak yang tinggi tetapi berorientasi

terhadap pertumbuhan ekonomi yang rendah. Ini ditunjukkan oleh fakta bahwa selama

masa Orde Baru, tax ratio sebesar 7,4 persen namun pertumbuhan ekonomi mencapai

6,1 persen. Saat pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid rasio pajak mencapai 10,7

persen dari PDB dan pertumbuhan ekonomi menurun menjadi 4,8 persen. Pada saat

pemerintahan Presiden Megawati, saat rasio pajak mencapai 13,5 persen, pertumbuhan

ekonomi justru terus turun mencapai 4,2 persen. Tidak validnya tax ratio sebagai ukuran

kinerja penerimaan pajak kemudian memunculkan usulan untuk melihat kinerja

penerimaan pajak melalui beberapa indikator lain, antara lain Tax Coverage Ratio. Tax

Coverage ratio atau perbandingan antara penerimaan pajak dibanding potensi pajak

yang sebenarnya ada, menggambarkan tingkat kejujuran wajib pajak dalam menjalankan

kewajibannya. Rendahnya nilai tax coverage ratio mengindikasikan adanya banyak

kewajiban pajak yang lolos dari penjaringan pajak. Dalam tesis ini hanya berkonsentrasi

pada penggalian potensi Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai dan

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) karena untuk Pajak Bumi Bangunan (PBB) dan

Page 21: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB) berdasarkan Undang

Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah akan

dilimpahkan ke Pemerintah Daerah sebagai Pajak Daerah.

Berawal dari masalah ini maka penelitian ini mengambil judul “ ANALISIS

PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI DI KPP PRATAMA SUKOHARJO STUDI KASUS

TAHUN 2009-2010 “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kewenangan pemungutannya pajak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

Pajak Pusat dan Pajak Daerah.

1. Pajak Pusat

Pajak pusat adalah pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada

pemerintah pusat. Yang termasuk dalam pajak pusat adalah : Pajak Penghasilan

(PPh), Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak atas Penjualan

Barang Mewah (PPN dan PPn BM), Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Materai,

Cukai, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB).

2. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada

pemerintah daerah. Pajak Daerah ini dibedakan menjadi 2 (dua) lagi yaitu pajak

daerah tingkat I (propinsi) dan pajak daerah tingkat II (kabupaten). Yang

termasuk pajak daerah tingkat I (propinsi) adalah Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) dan Kendaraan diatas air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-

Page 22: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

KBm) dan Kendaraan diatas air dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam

pajak daerah tingkat II (kabupaten) adalah Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak

Reklame, Pajak Hotel, Pajak Penerangan Jalan dan lain-lain.

Kewenangan pemungutan pajak pusat dilakukan oleh pemerintah pusat melalui

Departemen Keuangan yang dilaksanakan secara teknis oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo yang merupakan bagian dari Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II. Sebagai institusi yang menangani pemungutan

pajak pusat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo memilki kewenangan melakukan

pemungutan Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PpnBM), Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea

Materai, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB). Dalam

melaksanakan kewajiban pemungutan pajak KPP Pratama Sukoharjo mempunyai target

penerimaan pajak yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Pajak. Untuk

mencapai target penerimaan pajak perlu dilakukan penggalian seluruh potensi pajak yang

ada di wilayah kerja KPP Pratama Sukoharjo. Penggalian potensi pajak dalam penelitian

ini dilakukan dengan meneliti potensi potensi pajak berdasarkan Klasifikasi Lapangan

Usaha (KLU). Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

tesis ini adalah :

1. Bagaimana melakukan pemetaan (mapping) potensi Pajak Penghasilan (PPh)

dan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

dalam setiap Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) di KPP Pratama Sukoharjo

guna meningkatkan penerimaan pajak.

Page 23: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Seberapa besar potensi Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai

dan Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dalam setiap Klasifikasi Lapangan

Usaha (KLU) yang belum tergali oleh KPP Pratama Sukoharjo dan hambatan

hambatan apa yang timbul sehingga ditemukan solusi yang tepat guna

meningkatkan penerimaan pajak

3. Bagaimana proyeksi penerimaan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai

di KPP Pratama Sukoharjo di masa mendatang.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai :

1. Untuk mengetahui potensi Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai

dan Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dalam setiap Klasifikasi Lapangan

Usaha (KLU) yang ada di wilayah KPP Pratama melalui mapping potensi dengan

analisis tingkat pertumbuhan dan tingkat kontribusi pajak.

2. Untuk mengetahui matrik potensi Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak

Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dalam setiap

Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) yang terdiri dari empat daerah yaitu daerah

prima, daerah potensial, daerah berkembang dan daerah terbelakang.

3. Untuk mengetahui proyeksi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) di masa mendatang setiap Klasifikasi Lapangan Usaha

(KLU) di KPP Pratama Sukoharjo

Page 24: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat :

1. Sebagai informasi dan bahan evaluasi bagi KPP Pratama Sukoharjo mengenai

potensi Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas

Barang Mewah (PPnBM) dalam setiap Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU).

2. Sebagai informasi terhadap KPP Pratama Sukoharjo mengenai apakah masih

terdapat potensi potensi Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai

dan Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dalam setiap Klasifikasi Lapangan

Usaha (KLU) yang belum dilakukan sehingga dapat dibuat proyeksi penerimaan

pajak di tahun-tahun mendatang

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan ini hanya berkonsentrasi pada penggalian potensi Pajak

Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah

(PPnBM) karena untuk Pajak Bumi Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan atau Bangunan (BPHTB) berdasarkan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah akan dilimpahkan ke Pemerintah Daerah

sebagai Pajak Daerah .

Page 25: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pajak

Sejak masa penjajahan kolonial Belanda masyarakat kita sudah mengenal pajak

sebagai contoh dahulu terdapat pajak tanah, pajak hasil bumi, pajak perseroan dan lain

lain. Seiring perkembangan sejarah Bangsa Indonesia peranan pajak dalam membiayai

pengeluaran negara semakin besar sehingga diperlukan Undang Undang dan peraturan

pelaksanaannya.

Sebenarnya apakah definisi dari pajak? berbagai ahli hukum mencoba

menggambarkan definisi pajak antara lain Adriani (1989) menyatakan :

Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Adriani adalah seorang guru besar yang mengajar hukum pajak di Universitas

Amsterdam dan Pemimpin International Bureau of Fiscal Documentation. Soemitro

(1992) dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, yang terdapat

juga dalam bukunya Brotodiharjo (1989) yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum Pajak

memberikan pengertian pajak sebagai berikut:

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dapat dipaksakan artinya: bila hutang pajak tidak dibayar, hutang itu dapat ditagih

Page 26: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan;

terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukan jasa timbal balik tertentu, seperti

halnya dengan retribusi.

Menurut Anderson, WH yang disampaikan oleh Anshari Setia Negara (2006) dalam

Pengantar Hukum Pajak memberikan pengertian tentang pajak adalah sebagai berikut :

Tax is compulsory contribution, levied by the state (in the broad sense) upon person’s property income and privileges for purposes of defraying the expenses of government”. (Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada Negara yang dibebankan pada pendapatan kekayaan seseorang yang diutamakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah)

sedangkan pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu dalam pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Dari pengertian definisi diatas dapat dijelaskan bahwaterdapat karakteristik dari

Pajak antara lain :

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan

perubahan ketiga Undang Undang Dasar 1945 pasal 23A yang berbunyi :

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur

dalam undang-undang.

2. Pembayaran pajak tidak mendapatkan jasa timbal balik (konraprestasi

perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung dalam arti bahwa

pembayar pajak tidak bisa langsung menikmati hasil dari pembayarannya. Hasil

Page 27: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

pembayaran pajak baru bisa dinikmati oleh masayarakat ketika negara

mendistribusikan lewat pembangunan fasilitas fasilitas masayarakat.

3. Pemungutan pajak bersifat memaksa. Pajak dapat dipaksakan mengandung

maksud bahwa apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dapat

dikenakan sanksi sesuai peraturan perundag-undangan

4. Digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat. Dalam arti uang hasil pajak yang terkumpul digunakan pemerintah untuk

membiayai pembangunan fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan, sarana

dan prasarana, subsidi dan membiayai gaji pegawai dan lain sebagainya.

B. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan

karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua

pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak

mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran negara, menjalankan tugas-tugas rutin negara dan

melaksanakan pembangunan, Negara. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan

pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja

pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan

pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan

dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke

Page 28: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang

semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

2. Fungsi mengatur (regulator)

Dengan Pajak pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui

kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai

instrumen untuk mencapai tujuan negara. Misalnya dalam rangka menciptakan

penanaman modal asing dan dalam negeri dapat diberikan berbagai macam

fasilitas keringanan pajak, stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi, kebijakan tarif dan peraturan rangka melindungi produksi dalam

negeri, penetapan bea masuk dan cukai.

3. Fungsi stabilitas (Stabilisator)

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan

yang berhubungan dengan stabilitas harga (Kebijakan Fiskal) sehingga inflasi

dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur

peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif

dan efisien.

4. Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua

kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga

dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat.

Page 29: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

5. Fungsi Demokrasi

Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari nilainilai demokrasi dimana

menyangkut hak dan kewajiban dari negara dan warga negara. Pajak memberikan

kesempatan bagi warga negara untuk turut berpartisipasi dalam membangun

bangsa sefdangkan pemerintah berperan dalam memberikan kemakmuran rakyat.

C. Penggolongan Jenis Pajak

Terdapat berbagai macam jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah, pajak pajak

tersebut dapat digolongkan menurut berbagai macam klasifikasi. Berdasarkan

kewenangan pemungutannya pajak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Pajak Pusat dan

Pajak Daerah.

1. Pajak Pusat

Pajak pusat adalah pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada

pemerintah pusat. Yang termasuk dalam pajak pusat adalah : Pajak Penghasilan

(PPh), Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak atas Penjualan

Barang Mewah (PPN dan PPn BM), Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Materai,

Cukai, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB).

2. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada

pemerintah daerah. Pajak Daerah ini dibedakan menjadi 2 (dua) lagi yaitu pajak

daerah tingkat I (propinsi) dan pajak daerah tingkat II (kabupaten). Yang

termasuk pajak daerah tingkat I (propinsi) adalah Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) dan Kendaraan diatas air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-

Page 30: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

KBm) dan Kendaraan diatas air dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam

pajak daerah tingkat II (kabupaten) adalah Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak

Reklame, Pajak Hotel, Pajak Penerangan Jalan dan lain-lain.

Berdasarkan titik berat pengenaannya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Pajak Subyektif

dan Pajak Obyektif

1. Pajak Subyektif

Adalah pajak yang pengenaannya menitikberatkan pada pertimbangan diri orang

atau badan yang dikenai pajak (wajib pajak). Pajak subyektif dimulai dengan

menetapkan orangnya baru kemudian dicari syarat-syarat obyektifnya.

Contohnya adalah Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak Obyektif

Adalah pajak yang pengenaannya menitikberatkan pada pertimbangan obyek

yang dikenakan Pajak. Pajak Obyektif dilakukan dengan menetapkan obyeknya

baru kemudian dicari subyektifnya (Wajib Pajak). Contohnya adalah Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah

(PPN dan PPn BM).

Berdasarkan sifat pemungutannya pengenaannya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Pajak

Langsung dan Pajak Tak Langsung

1. Pajak Langsung

Adalah pajak yang pengenaannya dilakukan secara langsung kepada Wajib Pajak

dimana kewajiban pajaknya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.

Page 31: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2. Pajak Tak Langsung

Adalah pajak yang pengenaannya bisa dilakukan tidak langsung kepada Wajib

Pajak dimana kewajiban pajaknya dapat dialihkan kepada pihak lain

D. Asas Pemungutan Pajak

Demi tercapainya pemungutan pajak yang efektif, efisien dan berkeadilan maka

pemungutan pajak harus memperhatikan asas asas yang memiliki dasar dan landasan

pemungutan pajak. Beberapa ahli mengemukakan teori tentang asas pemungutan pajak

antara lain Adam Smith dalam bukunya yang terkenal dengan judul The Wealth of

Nations mengemukakan asas asa pemungutan pajak yaitu :

1. Asas equality

yang berarti asas keseimbangan dengan kemampuan atas asas keadilan

pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan

dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap

wajib pajak.

2. Asas Certainty

Mengandung arti asas kepastian hukum dimana semua pungutan pajak harus

berdasarkan undang-undang, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai

sanksi hukum.

3. Asas Convenience of payment

Yaitu asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas kesenangan

mengandung arti pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak atau

saat yang paling baik misalnya saat wajib pajak menerima penghasilan.

Page 32: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

4. Asas Efficiency

Yaitu asas efisien atau asas ekonomis dimana biaya yang dikeluarkan untuk

pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya

pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

5. Asas Certainty mengandung arti asas kepastian hukum dimana semua pungutan

pajak harus berdasarkan Undang- Undang sehingga bagi yang melanggar akan

dapat dikenai sanksi hukum. Asas Certainty mengandung arti asas kepastian

hukum dimana semua pungutan pajak harus berdasarkan Undang- Undang

sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.

Menurut Langen (1975) asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut :

1. Asas daya pikul

Besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya

penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak

yang dibebankan.

2. Asas manfaat

Pajak yang dipungut oleh negara harus dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan

yang bermanfaat untuk kepentingan umum.

3. Asas Kesejahteraan

Pajak yang dipungut oleh negara harus dapat digunakan untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat.

Page 33: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

4. Asas kesamaan

Dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan wajib pajak yang

lain harus mendapat perlakuan yang sama atau dikenakan pajak yang sama.

5. Asas beban yang sekecil-kecilnya

Pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya (serendah-rendahnya) jika

dibandinglan sengan nilai obyek pajak. Sehingga tidak memberatkan para wajib

pajak.

Dilihat dari kewenangan negara dalam memungut pajak terhadap warga negara terdapat

beberapa asas yang dapat dipakai sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk

mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang

paling sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah:

1. Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan

Berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang

diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk kepentingan

perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk atau berdomisili di

negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan di negara itu.

Dimana tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak itu

berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam sistem

pengenaan pajak terhadap penduduk-nya akan menggabungkan asas domisili

(kependudukan) dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik yang

diperoleh di negara itu maupun penghasilan yang diperoleh di luar negeri.

Page 34: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

2. Asas sumber

Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas suatu

penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya apabila

penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh orang

pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang berada di negara

itu. Dimana tidak melihat status dari orang atau badan yang memperoleh

penghasilan tersebut sebab yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah objek

pajak yang timbul atau berasal dari negara itu.

3. Asas kebangsaan atau asas nasionalitas (nationality/citizenship principle).

Dalam asas ini landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari

orang atau badan yang memperoleh penghasilan. Tidak dilihat dari mana

penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal. Sistem pengenaan pajak

berdasarkan asas nasionalitas ini dilakukan dengan cara menggabungkan asas

nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak atas world wide income.

E. Sistem Pemungutan Pajak

Secara garis besar sistem pemungutan pajak dapat dibedakan menjadi 3 cara

yaitu :

1. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

Karakteristuk official assessment system adalah wewenang untuk menentukan

besarnya pajak terutang berada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif, utang

Page 35: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System

Self assessment terdiri dari kata self yang artinya sendiri dan to assess yang

artinya menilai, menghitung, manaksir, dengan demikian self assessment berarti

menghitung sendiri dalam hal ini adalah kewajiban perpajakannya. Self

assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus

dibayar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Withholding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang dan kewajiban

kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak.

F. Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas

penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Dasar hukum

pengenaan pajak penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang

Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36

tahun 2008. Pajak penghasilan (PPh) adalah termasuk dalam jenis pajak pusat, pajak

langsung dan pajak subyektif. Sesuai pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan

(UU PPh) dikatakan bahwa yang menjadi Subyek pajak adalah :

1. a. Orang pribadi;

Page 36: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan

yang berhak;

2. badan;

3. bentuk usaha tetap

Berdasarkan pasal 1 butir 3 UU Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan yang dikenal sebagai UU KUP pengertian Badan didefinisikan

sebagai sekumpulan orang pribadi dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan lainnya,

badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam

bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,

yayasan, organisasi massa,organisasi politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan

bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Sedangkan Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak

lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan

badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

1. tempat kedudukan manajemen;

2. cabang perusahaan;

3. kantor perwakilan;

4. gedung kantor;

5. pabrik;

6. bengkel;

Page 37: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

7. gudang;

8. ruang untuk promosi dan penjualan;

9. pertambangan dan penggalian sumber alam;

10. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

11. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan,atau kehutanan;

12. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

13. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang

dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)

bulan;

14.orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;

15.agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di

Indonesia; dan

16.komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan

oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui

internet.

G. Subyek Pajak Penghasilan

Menurut pasal 2 ayat (2) UU PPh subyek pajak dibedakan menjadi subyek pajak

dalam negeri dan subyek pajak luar negeri. Yang dimaksud dengan subyek pajak dalam

negeri adalah :

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang

Page 38: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka

waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak

berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;

2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;

3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Sedangkan yang dimaksud dengan subyek pajak luar negeri adalah :

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia

tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk

usaha tetap di Indonesia;

2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia

tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia

bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha

tetap di Indonesia.

H. Obyek Pajak Penghasilan

Pengertian penghasilan menurut pasal 4 Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008

Tentang Perubahan Keempat atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak

Penghasilan dirumuskan sebagai setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

atau diperoleh wajib pajak, penghasilan ini diartikan dalam arti yang sangat luas meliputi

baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

Page 39: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama

dan dalam bentuk apapun. Penghasilan yang dimaksud antara lain :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima

atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,

gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan

lain dalam Undang-undang ;

2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

3. laba usaha;

4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan

badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

b. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,

atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

c. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan

dalam bentuk apa pun;

d. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau

sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,

badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang

menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan

Page 40: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-

pihak yang bersangkutan; dan

e. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak

penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan

dalam perusahaan pertambangan;

5. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan

pembayaran tambahan pengembalian pajak;

6. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian

utang;

7. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha

koperasi;

8. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

9. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

11. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu

yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

12. keuntungan selisih kurs mata uang asing;

13. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

14. premi asuransi;

15. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari

Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

Page 41: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

16. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan

pajak;

17. penghasilan dari usaha berbasis syariah;

18. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur

mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

19. surplus Bank Indonesia.

Dari definisi penghasilan yang dirumuskan dalam pasal 4 Undang Undang Nomor 36

Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983

Tentang Pajak Penghasilan tersebut pengertian penghasilan adalah sangat luas sekali,

artinya tidak mempermasalahkan dari mana penghasilan itu diterima atau diperoleh,

apapun nama dan bentuk penghasilan sepanjang menambah kemampuan ekonomis

tercakup dalam pengertian penghasilan. Namun tidak semua penghasilan tersebut

menjadi obyek pajak penghasilan, karena ada beberapa penghasilan menurut ketentuan

pasal 4 ayat (3) Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat

atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan dikecualikan dari

obyek pajak pajak penghasilan, yaitu :

1. a. bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para

penerima zakat yang berhak;

b. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus

satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social

atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

Page 42: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

2. Warisan;

3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau ebagai pengganti

penyertaan modal;

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima

atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau

pemerintah;

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan

asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan

asuransi bea siswa;

6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai

wajib pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan

Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan

bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

b. bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha

Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan

yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)

dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif diluar

kepemilikan saham tersebut;

Page 43: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun

pegawai;

8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana

dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan;

9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer

yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,

firma, dan kongsi;

10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5

(lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha;

11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih

lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang

ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan

dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4

(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan

Page 44: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

14. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa

bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha

atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :

a. merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan

dalam sector-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan; dan

b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

I. Jenis Pajak Penghasilan

1. Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan pasal 21 ayat (1) UU Pajak Penghasilan PPh pasal 21 adalah pajak

yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan

dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak

orang pribadi dalam negeri. Dalam hal ini pemberi kerja, bendaharawan

pemerintah, dana pensiun atau badan lain, badan, penyelenggara kegiatan yang

membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan pekerjaan, uang pensiun, dan lain-lain, dibebani kewajiban

untuk melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak yang telah

mereka potong. Pemotongan PPh pasal 21 ini bagi penerima penghasilan atau

pihak yang dipotong pada umumnya merupakan pembayaran pajak dimuka dan

dapat dikreditkan atau diperhitungkan dengan pajak terutang pada akhir tahun

pajak. Tetrdapat juga penghasilan-penghasilan tertentu pemotongan PPh pasal 21

Page 45: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

merupakan pemotongan PPh yang bersifat final, artinya tidak perlu lagi dihitung

kembali dan diperhitungkan dalam menghitung PPh terutang pada akhir tahun

pajak.

2. Pajak Penghasilan Pasal 22

Berdasarkan pasal 22 ayat (1) UU PPh yang dimaksud PPh pasal 22 adalah pajak

yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah sehubungan dengan pembayaran

atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu sehubungan dengan kegiatan

dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain. Dalam hal ini bendaharawan

pemerintah, badan-badan tertentu tersebut dibebani kewajiban untuk melakukan

pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak yang telah mereka pungut.

Pemungutan PPh pasal 22 ini bagi pihak yang dipungut pada umumnya

merupakan pembayaran pajak dimuka dan dapat dikreditkan atau diperhitungkan

dengan pajak terutang pada akhir tahun pajak. Tetapi untuk transaksi-transaksi

tertentu pemungutan PPh pasal 22 merupakan pemungutan PPh yang bersifat

final, artinya tidak perlu lagi dihitung kembali dan diperhitungkan dalam

menghitung PPh terutang pada akhir tahun pajak.

3. Pajak Penghasilan Pasal 23

Berdasarkan pasal 23 ayat (1) UU PPh, yang dimaksud dengan PPh pasal 23

adalah pajak yang dipotong atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalty,

hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh sebagaimana dimaksud

dalam pasal 21 ayat (1) huruf e, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta, imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa

Page 46: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh

sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh

badan pemerintah, subyek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan,

bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib

pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap. Dalam hal ini pihak yang wajib

membayarkan penghasilan tersebut dibebani kewajiban untuk melakukan

pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak yang telah mereka potong.

Terdapat pengecualian bahwa tidak dilakukan pemotongan PPh pasal 23 atas

penghasilan-penghasilan sebagaimana diatur dalam pasal 23 ayat (4).

Pemotongan PPh pasal 23 dalam obyek tertentu ada yang bersifat final.

4. Pajak Penghasilan Pasal 24

Berdasarkan pasal 24 ayat (1) UU PPh, yang dimaksud dengan PPh pasal 24

adalah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar

negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri.

5. Pajak Penghasilan Pasal 25

Berdasarkan pasal 25 ayat (1) UU PPh, yang dimaksud dengan PPh pasal 25

adalah angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh

wajib pajak setiap bulan, yang secara umum dihitung atas dasar PPh yang

terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan PPh

yang telah dipotong (PPh pasal 21, PPh pasal 23) dan atau dipungut (PPh pasal

22) dan PPh yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 24, dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya

Page 47: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

bulan dalam bagian tahun pajak.

6. Pajak Penghasilan Pasal 26

Berdasarkan pasal 26 ayat (1) UU PPh, yang dimaksud dengan PPh pasal 26

adalah pajak yang dipotong atas penghasilan berupa dividen; bunga termasuk

premium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan jaminan

pengembalian utang; royalty, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta; imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;

hadiah dan penghargaan; pensiun dan pembayaran berkala lainnya, yang

dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah, subyek pajak dalam negeri,

penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar

negeri lainnya kepada wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di

Indonesia. Dalam hal ini pihak yang wajib membayarkan penghasilan tersebut

dibebani kewajiban untuk melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan

pajak yang telah mereka potong.

7. Pajak Penghasilan Pasal 29

Berdasarkan pasal 29 UU PPh, yang dimaksud dengan PPh pasal 29 adalah pajak

kurang dibayar yaitu apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak lebih

besar daripada kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) UU

PPh, dan harus dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 (dua puluh lima) bulan

ketiga setelah tahun pajak berakhir sebelum SPT Tahunan disampaikan.

8. Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2

Page 48: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Berdasarkan pasal 4 ayat (2) UU PPh, yang dimaksud dengan PPh pasal 4 ayat

(2) adalah PPh atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan

lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sukuritas lainnya di bursa efek,

penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta

penghasilan tertentu lainnya, yang pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan

Pemerintah

9. Pajak Penghasilan Pasal 15 Berdasarkan pasal 15 UU PPh, yang dimaksud dengan PPh pasal 15 adalah pajak

bagi wajib pajak tertentu yang penghasilan netonya dihitung dengan norma

penghitungan khusus yang ditetapkan Menteri Keuangan

J. Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga

atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan

Penjualan Atas Barang Mewah pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pajak

atas konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang

dilakukan di dalam Daerah Pabean. Sedangkan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

(PPnBM) adalah pajak yang dikenakan atas penjualan barang yang tergolong mewah

dan impor barang yang tergolong mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah

dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang

tergolong mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor Barang

Kena Pajak yang tergolong mewah. Penggolongan barang yang tergolong mewah

beserta tarif pajaknya ditentukan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah dan

Page 49: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Peraturan Menteri Keuangan. Ditinjau dari penggolongan pajak PPN dan PPnBM

merupakan pajak obyektif dan pajak tidak langsung.

K. Obyek Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Pasal 4 Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan

Ketiga atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan

Penjualan Atas Barang Mewah yang menjadi obyek PPN adalah :

1. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha;

2. impor Barang Kena Pajak;

3. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha;

4. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean;

5. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

6. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

7. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan

8. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan

usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang

melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah

Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari

luar Daerah Pabean. Sedangkan Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang

Page 50: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang

dikenai pajak berdasarkan Undang-undang PPN. Pengusaha yang melakukan

penyerahan yang termasuk obyek PPN kecuali pengusaha kecil yang batasannya

ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang. Yang

termasuk ke dalam pengertian penyerahan BKP adalah :

1. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;

2. Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing;

3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;

4. Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma atas BKP;

5. Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,

sepanjang Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tersebut menurut

ketentuan dapat dikreditkan;

6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP antar

cabang;

7. Penyerahan BKP secara konsinyasi.

Dasar Pengenaan PPN adalah Nilai berupa uang yang dijadikan dasar untuk menghitung

Pajak yang terutang, dapat berupa Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor,

atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Page 51: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

L. Mekanisme dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Mekanisme penghitungan PPN adalah melalui penghitungan Pajak Keluaran dan

Pajak Masukan. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib

dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak,

penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena

Pajak Tidak Berwujud dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak. Sedangkan Pajak Masukan

adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena

Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau

pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau

pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena

Pajak. Pajak Masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam

masa pajak yang sama apabila dalam suatu masa pajak, Pajak Keluaran lebih besar

daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus

disetor oleh Pengusaha Kena Pajak namun apabila dalam suatu masa pajak, Pajak

Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya

merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau

dikembalikan (Restitusi). Dalam melakukan penyerahan Barang/Jasa Kena Pajak Wajib

Pajak wajib membuat Faktur Pajak sebagai bukti transaksi dan pemungutan PPN.

Mekanisme pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan hanya 1 (satu)

kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh pengusaha

yang menghasilkan atau pada waktu impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.

Penggolongan barang yang tergolong mewah beserta tarif pajaknya ditentukan oleh

Page 52: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

pemerintah melalui Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Keuangan.

Sistem PPN menganut tarif tunggal yaitu sebesar 10%. Namun demikian,

mengingat UU PPN menganut azas destination principle dalam pengenaan pajaknya

maka untuk kegiatan ekspor dikenakan tarif 0%. Pengenaan tarif 0% atas ekspor BKP

adalah dimaksudkan agar dalam harga barang yang diekspor tidak terkandung PPN.

1. Tarif PPN 10% untuk:

a. Impor BKP;

b. Penyerahan BKP dan atau JKP;

c. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari Luar Daerah Pabean

di Dalam Daerah Pabean.

2. Tarif PPN 0 % untuk ekspor BKP

Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah ditetapkan paling rendah 10% (sepuluh

persen) dan paling tinggi 200% (dua ratus persen). Ketentuan kelompok dan jenis

barang yang tergolong mewah beserta tarif pajaknya ditentukan oleh pemerintah melalui

Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Keuangan.

M. Hasil Penelitian Terdahulu

Mulyanto (2002) dalam penelitian yang berjudul Potensi Pajak dan Retribusi

Daerah di Kawasan Subasuka Wonosraten Propinsi Jawa Tengah menggunakan analisis

matrik potensi. Haning dan Radianto (2005) dalam risetnya mengenai Potensi Pajak

Daerah di Kota Yogyakarta, menggunakan suatu matrik yang menghubungkan tingkat

pertumbuhan dan kontribusi pajak terhadap pendapatan daerah. Matriks yang sama juga

digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Hari Adi (2009) dalam

Page 53: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

penelitian yang berjudul Analisis Pertumbuhan dan Kontribusi Dana Bagi Hasil

Terhadap Pendapatan Daerah. Dalam peneltian penggalian potensi Pajak Penghasilan

dan Pajak Pertambahan Nilai di KPP Pratama Sukoharjo ini menggunakan ukuran

tingkat pertumbuhan penerimaan dan tingkat kontribusi penerimaan pajak untuk

dibandingkan dengan benchmarking yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat

Jenderal Pajak. Benchmarking yang diteapkan tadi berupa Benchmarking tingkat

pertumbuhan penerimaan dan Benchmarking tingkat kontribusi penerimaan pajak. Per

Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU). Dari hasil perbandingan dengan Benchmarking

tadi dapat ditentukan matrik potensi berupa kuadran yang terdiri dari daerah prima,

daerah potensial, daerah berkembang dan daerah terbelakang.

N. Kerangka Pemikiran

Permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah kenaikan penerimaan pajak setiap

tahun tidak diikuti oleh kenaikan tax ratio sesuai dengan yang diharapkan. Tax Ratio

adalah perbandingan antara penerimaan pajak dengan besarnya Produk Domestik Bruto

dari suatu negara. Saat ini Indonesia memiliki rasio pajak terendah kedua setelah

Myanmar diantara negara-negara Asean. Rendahnya nilai tax ratio ini menunjukkan

bahwa masih banyak potensi potensi pajak yang masih belum tergali. Kondisi ini

mungkin terjadi juga di KPP Pratama Sukoharjo dimana masih ada potensi-potensi

pajak yang belum tergali. Analisis penggalian potensi dalam penelitian ini

menggunakan benchmarking yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat

Jenderal Pajak. Dalam analisis ini potensi penerimaan pajak digali dengan mencari

tingkat pertumbuhan penerimaan pajak dan tingkat kontribusi penerimaan pajak.

Page 54: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tingkat pertumbuhan penerimaan pajak dalam penelitian ini adalah tingkat

pertumbuhan penerimaan pajak per KLU tahun 2010 yaitu dari perbandingan dengan

tahun sebelumnya dalam prosentase.

Tingkat kontribusi penerimaan pajak dalam penelitian ini adalah tingkat

kontribusi penerimaan pajak per KLU tahun 2010 yaitu prosentase kontribusi

penerimaan pajak per KLU dibandingkan penerimaan pajak seluruhnya.

O. Hipotesis

Hipotesis yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga melalui penelitian pemetaan (mapping) masih terdapat potensi Pajak

Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai dalam tiap Klasifikasi Lapangan Usaha

(KLU) yang belum tergali di KPP Pratama Sukoharjo.

2. Diduga melalui penelitian matrik potensi Pajak Penghasilan dan Pajak

Pertambahan Nilai dalam tiap Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) di KPP

Pratama Sukoharjo belum mencapai standar benchmarking seperti yang telah

ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.

3. Diduga trend penerimaan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai tiap

Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) di KPP Pratama Sukoharjo mengalami

kenaikan setiap tahun.

Page 55: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Dalam melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis

untuk melakukan analisis dari data sekunder yang sudah ada di lapangan. Penelitian

kepustakaan juga dipergunakan untuk melengkapi dan sebagai sumber data yang sangat

membantu untuk melakukan analisis data. Metode yang dilakukan untuk analisis

penggalian potensi pajak dengan menggunakan bencmarking penerimaan per klasifikasi

lapangan usaha yang telah dibentuk oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo yang

beralamat di Jalan Kopral Sayom Ring Road Klaten. Disamping itu juga dilakukan

penelitian lapangan di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Sukoharjo untuk

mengetahui kondisi geografis, kependudukan, kegiatan industri, dan kegiatan

perekonomian lainnya.

C. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data

penerimaan pajak dalam setiap Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) yang bersumber dari

Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) KPP Pratama Sukoharjo.

Penerimaan pajak difokuskan pada penerimaan jenis Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak

Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Sedangkan untuk

Page 56: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

penerimaan PBB maupun BPhTB tidak dilakukan penelitian lebih lanjut karena

berdasarkan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah akan dilimpahkan ke Pemerintah Daerah sebagai Pajak Daerah. Data penerimaan

pajak diperoleh dari sistem adminitrasi pajak di KPP Pratama Sukoharjo melalui sistem

Modul Penerimaan Negara (MPN), selanjutnya data tersebut diklasifikasikan

berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) dan berdasarkan jenis pajak sehingga

dapat diketahui potensi masing masing sektor usaha.

D. Definisi operasional variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Klasifikasi

Lapangan Usaha (KLU), Tingkat Penerimaan Pajak dan Tingkat Kontribusi Penerimaan

Pajak, bencmarking dan matrik potensi penerimaan pajak. Dari variabel-variabel ini

dapat digunakan untuk menentukan matrik potensi penerimaan pajak dalam setiap

Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU). Variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Klasifiksi Lapangan Usaha (KLU)

Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor 34/PJ/2003 Tanggal 14 Pebruari

2003 pengelompokan KLU dibagi menurut kategori, golongan pokok, golongan,

subgolongan dan kelompok dengan menggunakan kode 5 digit angka.

Berdasarkan Keputusan Dirjen tersebut pengelompokan KLU dibagi menjadi 18

golongan, selanjutnya dari 18 golongan tadi dibagi lagi menjadi beberapa sub

golongan, sektor dan subsektor. 18 golongan Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)

itu terdiri dari :

Page 57: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

a. Pertanian, Perburuan dan Kehutanan

b. Perikanan

c. Pertambangan dan Penggalian

d. Industri Pengolahan

e. Listrik, Gas dan Air

f. Konstruksi

g. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil, Sepeda Motor, serta

Barang-barang Keperluan Pribadi dan Rumah Tangga

h. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

i. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

j. Perantara Keuangan

k. Real Estat, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan

l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

m. Jasa Pendidikan

n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Kegiatan Lainnya

p. Jasa Perorangan

q. Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya

r. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya/Tidak Tercakup Dalam Kategori

Dalam perkembangan selanjutnya terdapat beberapa karakteristik yang sama

dalam KLU tersebut sehingga Direktorat Jenderal Pajak dalam melakukan

perencanaan penerimaan penggolongan KLU tersebut hanya dilakukan dalam 10

Page 58: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

kelompok yaitu :

a. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

b. Pertambangan dan Penggalian

c. Industri Pengolahan

d. Listrik, Gas dan Air

e. Konstruksi

f. Perdagangan, Hotel dan Restauran

g. Pengangkutan dan Komunikasi

h. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

i. Jasa Lainnya

j. Kegiatan yang belum jelas batasannya

2. Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pajak

Tingkat pertumbuhan penerimaan pajak dalam penelitian ini adalah tingkat

pertumbuhan penerimaan pajak per KLU tahun 2010 yaitu dari perbandingan

dengan tahun sebelumnya dalam prosentase.

3. Tingkat Kontribusi Penerimaan Pajak

Tingkat kontribusi penerimaan pajak dalam penelitian ini adalah tingkat

kontribusi penerimaan pajak per KLU tahun 2010 yaitu prosentase kontribusi

penerimaan pajak per KLU dibandingkan penerimaan pajak seluruhnya

4. Benchmarking

Benchmarking dalam penelitian ini adalah Benchmarking tingkat pertumbuhan

penerimaan pajak dan Benchmarking tingkat kontribusi penerimaan pajak.

Page 59: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Benchmarking ini merupakan acuan yang telah diteapkan oleh kantor pusat

Direktorat Jenderal Pajak.

5. Matrik Potensi Penerimaan Pajak

Matrik potensi dalam penelitian ini adalah matrik potensi penerimaan Pajak

Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai berupa kuadran matrik potensi yang

terbagi menjadi empat daerah yaitu daerah prima, daerah potensial, daerah

berkembang dan daerah terbelakang.

E. Tehnik Analisis Data

Dalam penelitian ini dari data penerimaan pajak yang diperoleh dari KPP Pratama

Sukoharjo melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) yakni

penerimaan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai per Klasifikasi Lapangan

Usaha (KLU) lalu dibandingkan dengan standar bencmarking tingkat pertumbuhan dan

bencmarking tingkat kontribusi yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat

Jenderal Pajak akan diperoleh daerah matrik potensi dari penerimaan pajak berupa

kuadran yang terdiri dari daerah prima, potensial, berkembang dan terbelakang.

1. Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pajak

Tingkat pertumbuhan penerimaan pajak dalam penelitian ini adalah tingkat pertumbuhan

penerimaan pajak per KLU tahun 2010 yaitu dari perbandingan dengan tahun

sebelumnya dalam prosentase yang dianalisis dengan formula :

Penerimaan Pajak KLU tahun ini - Penerimaan Pajak KLU tahun sebelumnya X 100% Penerimaan Pajak KLU tahun ini

Page 60: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Tingkat Kontribusi Penerimaan Pajak

Untuk menghitung besarnya kontribusi penerimaan pajak per KLU dengan penerimaan

pajak seluruhya, secara sistematis dianalisis dengan rumus sebagai berikut :

Penerimaan Pajak per KLU X 100% Penerimaan pajak seluruhnya

3. Matrik Potensi Penerimaan Pajak

Matrik potensi penerimaan dianalisis dengan membandingkan tingkat pertumbuhan

penerimaan pajak dan tingkat kontribusi penerimaan pajak dengan standar bencmarking

yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Dari perbandingan

tersebut akan diperoleh matrik potensi dari penerimaan pajak berupa kuadran yang

terdiri dari daerah prima, potensial, berkembang dan terbelakang. Adapun matrik

tersebut dapat ditunjukkan dalam gambar berikut :

Gambar 3.1 Matrik potensi

Page 61: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Keterangan:

a. Daerah prima (I), apabila tingkat pertumbuhan di atas benchmarking dan tingkat

kontribusinya juga di atas benchmarking. Hal ini berarti bahwa komponen

penerimaan pajak dari KLU tersebut mengalami kemajuan dan berkembang

cepat. Ini merupakan andalan bagi KPP Pratama Sukoharjo karena memberikan

kontribusi yang besar dan pertumbuhannya cenderung stabil. Oleh karena itu

perlu mempertahankan pengelolaannya seperti yang telah dilakukan bahkan

kalau bisa lebih ditingkatkan lagi.

b. Daerah Potensial (II), apabila tingkat pertumbuhan di bawah benchmarking

namun tingkat kontribusinya di atas benchmarking. Komponen penerimaan

pajak dari KLU tersebut berpeluang menjadi andalan bagi pemerintah daerah

karena memberi kontribusi yang besar, namun karena pengelolaan yang kurang

baik maka pertumbuhannya tidak stabil. Untuk itu perlu dilakukan intensifikasi

dan pengeloaan yang lebih giat lagi dari Kantor Pelayanan Pajak.

c. Daerah Berkembang (III), apabila tingkat pertumbuhan di atas benchmarking

namun kontribusinya tidak potensial (di bawah benchmarking). Komponen

penerimaan pajak dari KLU ini bukan merupakan sektor andalan karena

memberikan kontribusi yang sedikit meskipun pertumbuhannya cenderung

tinggi atau meningkat. Melihat pertumbuhannya yang tinggi menunjukkan ada

aktifitas ekonomi yang meningkat dalam area KLU ini sehingga kalau dilakukan

pengelolaan yang strategis dalam area ini mungkin bia menjadi area yang

potensial.

Page 62: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

d. Daerah Terbelakang (IV), apabila tingkat pertumbuhan di bawah benchmarking

dan kontribusinya tidak potensial (di bawah benchmarking). Komponen

penerimaan pajak dari KLU dalam area terbelakang relatif tertinggal jika

dibandingkan KLU yang lain. Perlu penanganan yang lebih efektif untuk

memberdayakan penerimaan dari area ini bisa melalui penciptaan struktur dan

infrastruktur perekonomian atau stimulus usaha dari pemerintah.

4. Proyeksi Penerimaan Pajak

Proyeksi penerimaan pajak dianalisis dengan menggunakan trend pertumbuhan

penerimaan pajak dari Tahun 2008 sampai Tahun 2010. Pertumbuhan penerimaan pajak

tersebut dianalisis dalam tiap triwulan dalam setahun sehingga dapat diketahui trend

pertumbuhan dalam setiap KLU.

Page 63: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Penerimaan Pajak Nasional

Penerimaan sektor pajak secara nasional mengalami pertumbuhan rata-rata 15,6

persen dalam periode 2005–2009. Beberapa faktor utama yang mendukung

meningkatnya penerimaan perpajakan adalah terciptanya kondisi fundamental

makroekonomi yang cukup stabil dan pelaksanaan kebijakan modernisasi perpajakan,

kepabeanan dan cukai. Dilihat dari sumbernya, penerimaan perpajakan dapat

dikategorikan ke dalam penerimaan pajak dalam negeri dan pajak perdagangan

internasional. Penerimaan pajak dalam negeri terdiri atas penerimaan pajak penghasilan

(PPh), pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan

PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

(BPHTB), cukai dan pajak lainnya, sedangkan pajak perdagangan internasional terdiri

atas bea masuk dan bea keluar. Dalam periode 2005–2009, penerimaan pajak dalam

negeri mengalami pertumbuhan rata-rata 16,0 persen, sedangkan pajak perdagangan

internasional tumbuh rata-rata 5,2 persen.

Penerimaan dari sektor pajak semakin tumbuh dan mampu memberikan

kontribusi yang dominan terhadap penerimaan dalam negeri sebagai sumber pembiayaan

negara. Dalam tahun 2005 kontribusi penerimaan perpajakan adalah 70,3 persen

menjadi 64,3 persen pada tahun 2006, kemudian 69,5 persen pada tahun 2007 menjadi

67,3 persen pada tahun 2008, dan selanjutnya menjadi 73,2 persen pada tahun 2009.

Page 64: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Semakin tingginya kontribusi penerimaan perpajakan tersebut menunjukkan bahwa

peranan penerimaan perpajakan menjadi sangat strategis sebagai sumber pendanaan

pembangunan.

Gambar 4.1

Grafik Penerimaan Pajak dan Tax Ratio Tahun 2005-2010

Pemerintah telah melakukan reformasi di sektor perpajakan nasional melalui tiga bidang

yaitu Reformasi Administrasi Pajak, Reformasi Peraturan Perundang-undangan dan

Reformasi Bidang Pengawasan dan Penggalian Potensi.

Reformasi di bidang administrasi yang telah dilakukan adalah pembentukan 331

Kantor Pelayanan Pajak Modern yang terdiri dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama,

Page 65: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Kantor Pelayanan Pajak Madya dan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Untuk

selajutnya dilakukan reformasi sampai jilid III yang difokuskan pada peningkatan

sumber daya manusia yang meliputi peningkatan integritas, profesionalisme, teamwork

dan inovasi. Sedangkan dalam sektor pelayanan kepada Wajib Pajak diluncurkan

program Project For Indonesia Tax Administration Reform (PINTAR) yang bertujuan

untuk meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak dan melaksanakan good

governance melalui peningkatan transparansi dan akuntabilitas Direktorat Jenderal

Pajak.

Reformasi di bidang peraturan dan perundang-undangan dilakukan melalui

amendemen tiga undang-undang di bidang perpajakan, yaitu: (1) Undang-undang

Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor

6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (2) Undang-undang

Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor 7

Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan; dan (3) Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009

tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Reformasi di bidang pengawasan dan penggalian potensi dilakukan melalui

pembangunan suatu metode pengawasan dan penggalian potensi penerimaan pajak yang

terstruktur, terukur, sistematis, standar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode

tersebut dikembangkan sejak awal tahun 2007 mencakup kegiatan mapping, profiling,

dan benchmarking.

Page 66: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) mengalami pertumbuhan rata-rata 16,0

persen dalam periode 2005−2009. Dalam periode tersebut, nominal penerimaan PPh

meningkat dari Rp175,5 triliun menjadi Rp317,6 triliun. Dilihat dari komposisinya,

penerimaan PPh migas memberikan kontribusi rata-rata sebesar 19,7 persen, sedangkan

PPh nonmigas 80,3 persen. Penerimaan PPh migas selama tahun 2005−2009 mengalami

pertumbuhan rata-rata sebesar 9,2 persen sedangkan realisasi penerimaan PPh nonmigas

mengalami pertumbuhan rata-rata 17,5 persen.

Tabel 4.1 Perkembangan penerimaan PPh Migas dan Non Migas Tahun 2005-2010

Sumber : Kementerian Keuangan RI

Selama periode 2005–2009, realisasi penerimaan PPh nonmigas didominasi oleh sektor

keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, sektor industri pengolahan, serta sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebagai kontributor utama dengan rata-rata kontribusi

masing-masing sebesar 28,9 persen, 25,1 persen dan 9,9 persen. Pertumbuhan rata-rata

dalam kurun waktu 2005–2009 untuk sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan

adalah 17,3 persen, untuk sektor industri pengolahan 16,6 persen, dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,0 persen.

Page 67: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Tabel 4.2 Perkembangan PPh Non Migas Sektoral Tahun 2003-2010

Sumber : Kementerian Keuangan RI

Dalam Tahun 2010 sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan

diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 8,9, penurunan tersebut terutama

disebabkan oleh turunnya suku bunga Bank Indonesia yang mengakibatkan net interest

margin (NIM) bank mengalami penurunan. Rata-rata suku bunga untuk semester I tahun

2010 adalah 6,5 persen, atau menurun jika dibandingkan dengan rata-rata suku bunga

Page 68: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

pada semester I tahun 2009 sebesar 7,75 persen. Sementara itu, pada tahun 2010, sektor

industri pengolahan diperkirakan akan meningkat sebesar 29,7 persen bila dibandingkan

dengan nilainya pada tahun 2009. Kenaikan ini terutama didukung oleh pertumbuhan

sektor industri pengolahan. Sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran

diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 18,5 persen dibandingkan tahun 2009.

Penerimaaan PPN dan PPnBM selama periode 2005–2009 mengalami

pertumbuhan rata-rata 17,5 persen. Secara komposisi, PPN dan PPnBM dalam negeri

tumbuh rata-rata 23,8 persen, lebih tinggi bila dibandingkan dengan PPN dan PPnBM

impor yang tumbuh rata-rata 8,8 persen. Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2009,

target pada tahun 2010 tersebut meningkat Rp 69,9 triliun atau 36,2 persen. Peningkatan

terutama terjadi pada PPN dan PPnBM impor dengan pertumbuhan 50,4 persen, jauh

lebih tinggi dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan negatif.

Secara umum, peningkatan PPN dan PPnBM impor tersebut sejalan dengan

meningkatnya volume perdagangan dunia, yang berimbas pada meningkatnya kegiatan

ekspor-impor Indonesia. Di sisi lain, penerimaan PPN dan PPnBM dalam negeri

mengalami pertumbuhan sebesar 28,8 persen, lebih rendah dari pertumbuhan tahun

sebelumnya. Salah satu faktor yang mengakibatkan melemahnya pertumbuhan PPN dan

PPnBM dalam negeri ini adalah rendahnya konsumsi pemerintah. Pada periode yang

sama tahun sebelumnya, realisasi konsumsi Pemerintah cukup tinggi sebagai akibat

dilaksanakannya kegiatan Pemilu.

Page 69: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 4.3 Perkembangan PPN dan PPnBM Tahun 2005-2010

B. Gambaran Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

Sebagai institusi pengelola pajak dibawah Kementerian Keuangan dan Direktorat

Jenderal Pajak KPP Pratama Sukoharjo mengemban kewajiban untuk memenuhi target

penerimaan pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah. KPP Pratama Sukoharjo secara

resmi mulai beroperasi pada tanggal 30 Oktober 2007 setelah dilakukan reformasi

Page 70: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

birokrasi di dalam Kementerian Keuangan, dimana merupakan hasil pemecahan

organisasi dari Kantor Pelayanan Pajak Klaten. Dalam penelitian ini data penerimaan

pajak yang dilakukan penelitian adalah Tahun 2009 dan Tahun 2010. Gambaran

penerimaan pajak KPP Pratama Sukoharjo berdasarkan KLU selama Tahun 2009 dan

Tahun 2010 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.4 Penerimaan Pajak Per KLU KPP Pratama Sukoharjo Tahun 2010

KATEGORI KETERANGAN JUMLAH PAJAKA Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 99,138,172B Perikanan 0C Pertambangan dan Penggalian 69,875,682D Industri Pengolahan 181,829,196,430E Listrik, Gas dan Air 1,428,047,349F Konstruksi 21,004,875,939G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil, Sepeda Motor, serta Barang-barang 32,730,347,647

Keperluan Pribadi dan Rumah TanggaH Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 463,541,658I Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 18,233,698,417J Perantara Keuangan 30,502,154,894K Real Estat, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 16,675,074,340L Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 51,904,160,233M Jasa Pendidikan 2,196,899,249N Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,751,898,820O Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Kegiatan Lainnya 1,418,015,396P Jasa Perorangan 0Q Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 2,602,493,010X Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya/Tidak Tercakup Dalam Kategori 20,582,696,169

TOTAL 386,492,113,405

Page 71: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 4.5 Penerimaan Pajak Per KLU KPP Pratama Sukoharjo Tahun 2009

C. Gambaran Organisasi dan Wilayah Kerja KPP Pratama Sukoharjo

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo berdiri berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 Tanggal 31 Mei 2007 jo Keputusan

Direktur Jenderal Pajak Nomor 141/PJ/2007 Tanggal 3 Oktober 2007. Pendirian KPP

Pratama Sukoharjo merupakan hasil pemecahan organisasi dari Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Klaten adalah implikasi dari penerapan sistem administrasi pajak modern

sebagai bagian dari reformasi birokrasi sektor keuangan. Wilayah kerja KPP Pratama

KATEGORI KETERANGAN JUMLAH PAJAKA Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 103,694,638B Perikanan 0C Pertambangan dan Penggalian 95,631,229D Industri Pengolahan 154,376,838,375E Listrik, Gas dan Air 1,180,376,320F Konstruksi 22,495,493,162G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil, Sepeda Motor, serta Barang-barang 27,548,012,203

Keperluan Pribadi dan Rumah TanggaH Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 591,638,094I Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 20,574,980,049J Perantara Keuangan 29,794,313,144K Real Estat, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 15,062,547,966L Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 32,080,684,665M Jasa Pendidikan 1,487,229,898N Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,506,567,133O Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Kegiatan Lainnya 545,841,259P Jasa Perorangan 1,604,402,754Q Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0X Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya/Tidak Tercakup Dalam Kategori 14,148,308,673

TOTAL 326,196,559,562

Page 72: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Sukoharjo meliputi Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri. Dalam struktur

organisasi di KPP Pratama Sukoharjo terdiri dari beberapa seksi dan bagian yang dibagi

berdasarkan fungsinya yaitu :

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Melakukan pengawasan pelaporan dan pembayaran Wajib Pajak serta

memberikan advise (konsultasi) yang diperlukan Wajib Pajak dalam melakukan

kewajiban pajaknya. Di dalam seksi pengawasan dan konsultasi ini terdiri darai

para Account Representative (AR) yang melakukan tugas sebagai pembimbing

wajib pajak sekaligus memberikan pelayanan semua kebutuhan wajib pajak.

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Merupakan pusat data base dari Wajib Pajak yang mengelola data dan alat

keterangan yang terintegrasi melalui sistem informasi pajak yang disimpan

menjadi master file Wajib Pajak. Dalam melaksanakan tugasnya Seksi

Pengolahan Data dan Informasi dibekali dengan sistem komputerisasi (IT) yang

modern dan terkoneksi dengan kantor pusat Ditjen Pajak serta Bank Persepsi

untuk mengawasi pembayaran pajak.

c. Seksi Ekstensifikasi

Melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dengan memanfaatkan data

internal maupun data eksternal dan melaksanakan administrasi pendataan dan

penilaian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

d. Seksi Pelayanan

Memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu

Page 73: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

yang menerima pelaporan SPT baik SPT Tahunan maupun SPT Masa, melayani

pendaftaran NPWP, Pelayanan PBB maupun pelayanan lainnya kepada Wajib

Pajak. Seksi Pelayanan merupakan representasi dari kantor yang bersangkutan

sehingga dalam melayani wajib pajak senantiasa harus bersikap ramah, santun

dan profesional.

e. Seksi Penagihan

Bertugas melakukan administrasi tunggakan Wajib Pajak dan secara aktif

melakukan tindakan pencairan atas ketetapan pajak yang harus di bayar Wajib

Pajak. Dalam seksi penagihan ini terdapat juru sita pajak Negara yang

berwenang melakukan tindakan penagihan pajak dengan surat paksa sampai

dengan tindakan melakukan pelelangan.

f. Seksi Pemeriksaan

Melaksanakan administrasi atas Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan

sesuai kriteria yang ditentukan Direktorat Jenderal Pajak

g. Sub Bagian Umum

Melaksanakan fungsi internal untuk mendukung kinerja kantor berupa layanan

kepegawaian, keuangan dan rumah tangga kantor.

h. Fungsional Pemeriksa

Fungsional Pemeriksa merupakan jabatan fungsional yang bertugas melakukan

pemeriksaan pajak yang bertujuan untuk menguji kepatuhan wajib pajak.

Secara grafis bagan struktur organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo

dapat dilihat sebagai berikut :

Page 74: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gambar 4.2 Bagan organisasi KPP Pratama Sukoharjo

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

↓KANTOR WILAYAH JAWA TENGAH II

↓KPP PRATAMA SUKOHARJO

SUB BAGIAN UMUM

SEKSI PELAYANAN SEKSI EKSTENSIFIKASI

SEKSI PENGOLAHAN DATA SEKSI PENGAWASAN

DAN INFORMASI DAN KONSULTASI I

SEKSI PENAGIHANSEKSI PENGAWASAN

DAN KONSULTASI II

SEKSI PENYULUHAN DAN SEKSI PEMERIKSAAN

KONSULTASI PERPAJAKAN

KELOMPOK PEJABAT FUNGSIONAL

Page 75: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

D. Gambaran Kabupaten Sukoharjo

Kabupaten Sukoharjo terletak di bagian tenggara propinsi Jawa Tengah dengan

luas wilayah 446,666 ha , yang secara geografis terletak antara 110.42’06,79″-110.

57’33,7″ Bujur Timur dan 7'32’17″-7'49’32″ Lintang Selatan. Keadaan topografi/geologi

berupa daerah yang datar teretak di ketinggian 80-125m diatas permukaan laut. Secara

administratif mempunyai batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Surakarta,

sebelah timur dengan Karanganyar, sebelah barat dengan Wonogiri dan Klaten dan

sebelah selatan dengan DIY.

pada tahun 2005 jumlah penduduknya tercatat 821.213 jiwa yang terdiri dari

405.831 penduduk laki-laki dan 415.382 penduduk perempuan. Kabupaten Sukoharjo

merupakan wilayah agraris sektor pertanian tanaman pangan yang sedang bergerak ke

sector industri dan perdagangan ,sehingga penyediaan lapangan kerja terbesar terdapat

disektor pertanian ,industri dan perdagangan. Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 12

Kecamatan yaitu Kecamatan Weru, Kecamatan Tawangsari, Kecamatan Kartasuro,

Kecamatan Grogol, Kecamatan Mojolaban, Kecamatan Langenharjo, Kecamatan Bulu,

Kecamatan Nguter, Kecamatan Bendosari, Kecamatan Polokarto, Kecamatan Gatak dan

Kecamatan Sukoharjo. Produk Domestik Bruto Kabupaten Sukoharjo dari Tahun 2004

sampai dengan Tahun 2009 selalu mengalami peningkatan. PDB terbesar disumbang dari

sektor industri pengolahan, disusul sektor perdagangan, hotel dan restauran serta sektor

pertanian.

Page 76: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 4.6 Data PDB Kabupaten Sukoharjo (Sumber BPS)

2004 2005 2006 2007 2008* 2009**Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008* 2009**

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 329,125 364,169 433,223 541,932 716,065 858,252a. Tanaman Bahan Makanan 165,558 181,332 214,346 265,091 349,795 418,964b. Tanaman Perkebunan 49,631 56,434 63,401 81,664 105,969 112,522c. Peternakan 40,635 44,203 51,075 61,325 82,676 104,040d. Kehutanan 20,290 22,562 30,066 36,154 40,375 44,952e. Perikanan 53,011 59,639 74,335 97,697 137,250 177,774

2. Pertambangan & Penggalian 205,252 309,014 366,521 440,610 540,605 591,532a. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 118,485 177,606 200,082 234,162 282,120 253,223b. Pertambangan Bukan Migas 65,122 104,599 130,716 160,267 195,659 254,764c. Penggalian 21,645 26,809 35,723 46,180 62,826 83,545

3. Industri Pengolahan 644,343 760,361 919,539 1,068,654 1,380,713 1,480,905a. Industri Migas 94,263 138,441 172,095 182,324 242,043 213,7071). Pengilangan Miyak Bumi 59,062 89,630 117,952 122,118 148,564 132,1452). Gas Alam Cair (LNG) 35,201 48,811 54,143 60,206 93,479 81,562b. Industri Bukan Migas 550,079 621,920 747,444 886,330 1,138,670 1,267,1991). Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 163,554 177,753 212,738 264,101 346,186 420,6292). Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 71,474 77,087 90,117 93,598 104,830 116,4833). Industri Kayu dan Produk Lainnya 31,226 35,248 44,603 54,881 73,196 80,1354). Industri Produk Kertas dan Percetakan 31,036 33,899 39,637 45,403 51,912 61,1105). Industri Produk Ppuk, Kimia dan Karet 64,013 76,214 94,079 110,770 154,117 162,6586). Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam 21,588 24,589 29,013 32,814 40,179 43,4827). Industri Logam Dasar Besi dan Baja 16,155 18,383 20,687 22,908 29,213 26,7338). Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi 145,971 172,957 209,460 254,278 329,912 346,1579). Produk Industri Pengolahan Lainnya 5,062 5,791 7,111 7,577 9,126 9,812

4. Listrik, Gas & Air Bersih 23,730 26,694 30,355 34,724 40,846 46,823a. Listrik 17,503 19,175 21,204 23,052 25,774 28,085b. Gas 3,092 3,898 5,036 6,912 9,882 13,130c. Air Bersih 3,135 3,621 4,115 4,760 5,190 5,609

5. Konstruksi 151,248 195,111 251,132 304,997 419,642 554,982

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 368,556 431,620 501,542 592,304 691,495 750,605a. Perdagangan Besar dan Eceran 287,554 338,667 393,047 468,734 551,351 592,878b. Hotel 12,685 14,147 16,074 17,320 18,900 20,199c. Restoran 68,317 78,806 92,421 106,249 121,244 137,528

7. Pengangkutan dan Komunikasi 142,292 180,585 231,524 264,263 312,190 352,407a. Pengangkutan 88,310 110,157 142,770 149,974 171,247 181,6161). Angkutan Rel 1,219 1,238 1,355 1,398 1,650 1,6162). Angkutan Jalan Raya 43,162 58,133 81,271 85,183 100,500 103,5283). Angkutan Laut 12,328 13,974 16,106 16,043 16,019 15,3444). Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan 3,233 3,882 4,488 4,656 5,570 6,2145). Angkutan Udara 9,728 11,979 14,669 16,547 19,666 24,2496). Jasa Penunjang Angkutan 18,640 20,951 24,881 26,146 27,841 30,666b. Komunikasi 53,982 70,428 88,754 114,290 140,943 170,791

8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 194,411 230,523 269,121 305,214 368,130 404,116a. Bank 78,534 88,287 95,708 105,537 125,515 132,186b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 16,647 20,809 26,779 32,582 41,753 47,959c. Jasa Penunjang Keuangan 1,286 1,581 2,011 2,490 2,807 3,231d. Real Estat 66,107 81,474 97,397 110,240 132,024 145,261e. Jasa Perusahaan 31,837 38,371 47,226 54,365 66,030 75,480

9. Jasa-jasa 236,870 276,204 336,259 398,197 481,670 573,819a. Pemerintahan Umum 121,129 135,133 167,800 205,344 257,548 318,5811). Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan 75,272 83,796 103,509 124,760 157,727 195,1302). Jasa Pemerintahan Lainnya 45,858 51,337 64,291 80,584 99,821 123,451b. Swasta 115,741 141,071 168,459 192,853 224,122 255,2381). Jasa Sosial Kemasyarakatan 38,852 48,679 58,183 69,969 83,605 97,1962). Jasa Hiburan dan Rekreasi 7,605 8,739 10,172 11,293 13,079 14,9123). Jasa Perorangan dan Rumah tangga 69,283 83,654 100,104 111,591 127,438 143,129

Produk Domestik Bruto 2,295,826 2,774,281 3,339,217 3,950,893 4,951,357 5,613,442Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 2,083,078 2,458,234 2,967,040 3,534,407 4,427,193 5,146,512

Keterangan : * Angka Sementara** Angka sangat sementara

 

         

         

         

         

         

         

         

         

         

Page 77: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

E. Gambaran Kabupaten Wonogiri

Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis

terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111 0

18' dengan batas-batas sebelah utara dengan Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar,

sebelah selatan dengan Kaupaten Pacitan dan Samudera Hindia, sebelah timur dengan

Kabupaten Karanganyar dan Ponorogo, dan sebelah barat dengan DIY dan Kabupaten

Klaten. Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan dengan

kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di Wonogiri

hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian, berbatuan dan

kering membuat penduduknya lebih banyak merantau. Kabupaten Wonogiri mempunyai

Waduk buatan yaitu Gajah Mungkur yang selain menjadi sumber mata pencaharian

petani nelayan dan sumber irigasi persawahan juga merupakan aset wisata yang telah

banyak dikunjungi oleh para wisatawan domestik. Disamping itu Kabupaten Wonogiri

juga mempunyai 2 (dua) pantai yaitu Pantai Sembukan dan Pantai Nampu yang

mempunyai pasir putih yang sangat tebal dan cocok untuk berwisata. PDRB perkapita

Kabupaten Wonogiri atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 sebesar Rp.4.740.084,93

atau naik sebesar 7,81% dari tahun 2008 sebesar Rp. 4.396.683,95. Sedangkan

pendapatan perkapita penduduk atas dasar harga konstan tahun 2000 pada tahun 2009

sebesar Rp.2.375.809,54 atau naik sebesar 2,76% dari tahun 2008 sebesar Rp.

2.311.917,76..(Sumber www.wonogirikab.go.id).

Page 78: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 4.7 APBD Kabupaten Wonogiri Tahun 2009

F. Analisis Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo Dalam tahun pajak 2010 formula benchmarking tingkat pertumbuhan penerimaan

pajak dan tingkat kontribusinya yang ditetapkan sebagai acuan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8 Benchmark tingkat pertumbuhan dan kontribusi per KLU Tahun 2010

Sumber : Kementerian Keuangan RI

BENCMARKNO URAIAN KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA PPH PPN & PPnBM

Tk Pertumbuhan (%) Tk Kontribusi (%) Tk Pertumbuhan (%) Tk Kontribusi (%)

1 PERTANIAN PETERNAKAN ,KEHUTANAN DAN PERIKANAN 21.40 4.30 4.90 1.30 2 PENGGALIAN DAN PERTAMBANGAN 11.63 15.00 34.63 24.50 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 9.60 24.20 19.20 28.20 4 LISTRIK, GAS, DAN AIR 7.00 2.30 20.40 0.70 5 KONSTRUKSI 8.80 2.50 27.30 9.10 6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 17.90 13.30 19.80 16.50 7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 2.90 6.50 7.80 5.60 8 KEUANGAN, REAL ESTATE DAN JASA PERUSAHAAN (22.50) 25.40 6.10 6.50 9 JASA LAINNYA 7.10 5.20 15.60 1.70 10 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 83.10 1.30 44.30 6.00

Page 79: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Dari data penerimaan pajak yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Sukoharjo melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) yakni

penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas

Barang Mewah (PPN dan PPnBM) per Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) selanjutnya

dibandingkan dengan standar bencmarking tingkat pertumbuhan dan bencmarking

tingkat kontribusi yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak

akan diperoleh daerah matrik potensi dari penerimaan pajak.

1. Analisis Penerimaan Pajak KLU Pertanian ,Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

a. Analisis Pajak Penghasilan

KLU Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan terdiri dari berbagai

macam sub sektor yang sebagian besar bergerak dalam bidang pengolahan hasil

pertanian, peternakan, hasil hutan, dan perikanan yang bersumber dari alam yang

bersifat agraris. Dari data yang diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP Pratama

Sukoharjo melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat

pertumbuhan untuk KLU Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ini sebesar -

36,14 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar 0,03 %. Angka ini berada dibawah

benchmarking yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak

sehingga penerimaan Pajak Penghasilan yang telah dicapai tersebut masuk dalam daerah

terbelakang. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan di sektor ini dapat dilihat melalui

tabel berikut :

Page 80: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel 4.9 Perkembangan penerimaan PPh KLU Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan perikanan

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sektor ini dari Tahun 2008 ke Tahun 2009

mengalami peningkatan 106% namun di tahun selanjutnya pada Tahun 2010 mengalami

penurunan sebesar 36,14%. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) seluruh

sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp 212.962.279.716,- sedangkan dari sektor Pertanian,

Peternakan, Kehutanan dan perikanan mancapai Rp 60.955.104,- Penerimaan pajak

penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi sebesar 0.03 % dari total penerimaan PPh.

Penerimaan Pajak Penghasilan dari KLU ini kalau dilihat dari per jenis pajak kontribusi

terbesar diperoleh dari jenis PPh Pasal 25 Orang pribadi sebesar 69,6 %, disusul PPh

Pasal 22 sebesar 13,8 % dan PPh Final dan Fiskal Luar Negeri sebesar 9 %

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 PERTANIAN PETERNAKAN ,KEHUTANAN 46,164,924 106.77% 95,456,959 -36.14% 60,955,104 35.31%DAN PERIKANAN

46,164,924 106.77% 95,456,959 -36.14% 60,955,104

KLU PERTANIAN, PETERNAKAN 2010 % 2009 % GrowthKEHUTANAN DAN PERIKANAN

1 PPH PS 21 3,044,250 4.994% - 0.000% - 2 PPH PS 22 DN 8,452,787 13.867% 19,379,690 20.302% - 3 PPH PS 22 IMPOR - 0.000% - 0.000% - 4 PPH PS 23 855,127 1.403% 499,240 0.523% 71.29 5 PPH PS 25 OP 42,435,612 69.618% 53,539,004 56.087% (20.74)6 PPH PS 25 BDN 667,328 1.095% 539,025 0.565% 23.80 7 PPH PS 26 - 0.000% - 0.000% - 8 PPH FINAL & FLN 5,500,000 9.023% 21,500,000 22.523% - 9 PPH NON MIGAS - 0.000% - 0.000% -

60,955,104 95,456,959 (36.14)Total penerimaan PPh 212,962,279,716 0.03 162,743,326,095 0.06 Benchmark Pertumbuhan 21,4 %Benchmark Kontribusi 4,3 %

Page 81: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

b. Analisis Pajak Pertambahan Nilai

Dari data yang diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat

pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 363,5 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar

0.02 %. Tingkat pertumbuhan dari KLU ini jauh berada di atas benchmarking sebesar

4,9 % namun tingkat kontribusinya dibawah benchmarking sebesar 1,3 % sehingga

dalam matrik potensi penerimaan pajak termasuk daerah berkembang. Realisasi

penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di sektor ini dapat dilihat melalui tabel

berikut :

Tabel 4.10 Perkembangan penerimaan PPN KLU Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 PERTANIAN PETERNAKAN ,KEHUTANAN 773,000 965.68% 8,237,679 363.52% 38,183,068 664.60%DAN PERIKANAN

773,000 965.68% 8,237,679 363.52% 38,183,068

KLU PERTANIAN, PETERNAKAN DLL 2010 % 2009 % Growth1 PPN DN 38,183,068 100.000% 8,237,679 100.000% 363.52 2 PPN IMPOR - 0.000% - 0.000% - 3 PPn BM DN - 0.000% - 0.000% - 4 PPn BM IMPOR - 0.000% - 0.000% - 5 PPN/PPnBM LAINYA - 0.000% - 0.000% - 6 PAJAK LAINYA - 0.000% - 0.000% -

38,183,068 8,237,679 363.52 Total penerimaan PPN 173,529,833,689 0.02 163,453,233,467 0.01 Benchmark Pertumbuhan 4,9 %Benchmark Kontribusi 1,3 %

Page 82: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sektor ini mengalami kenaikan setiap tahun

dengan pertumbuhan rata rata sebesar 664 % dimana tingkat pertumbuhan rata rata dari

sektor ini masih diatas benchmarking sebesar 4,9 %. Realisasi penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp

173.529.833.689,- sedangkan dari sektor KLU ini mencapai Rp 38.183.068,-

Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi sebesar 0.02 % dari

total penerimaan PPN.

2. Analisis Penerimaan Pajak KLU Penggalian dan Pertambangan

a. Pajak Penghasilan

KLU Penggalian dan pertambangan terdiri dari berbagai macam sub sektor yang

meliputi usaha penggalian batubara, bijih logam dan timah, bijih besi, tambang batubara,

nikel, timah, bouksit, aluminium, tanah liat, penggalian batu batuan dan pasir serta

penambangan mineral dan bahan kimia lainnya. Dari data yang diperoleh dari Data

Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal

Pajak (SIDJP) diketahui tingkat pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 214,75 %

sedangkan tingkat kontribusinya sebesar 0,01 %. Angka tingkat pertumbuhannya ini

berada diatas benchmarking yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal

Pajak sebesar 11,63 % namun tingkat kontribusinya berada dibawah benchmarking

sebesar 15 % sehingga penerimaan Pajak Penghasilan yang telah dicapai tersebut masuk

dalam daerah berkembang. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan di sektor ini dapat

dilihat melalui tabel berikut :

Page 83: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Tabel 4.11

Perkembangan penerimaan PPh KLU Penggalian dan Pertambangan

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sektor ini dari Tahun 2008 ke Tahun 2009

mengalami pertumbuhan negatif 30.45 % namun di tahun selanjutnya pada Tahun 2010

mengalami peningkatan sebesar 214,75 %. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan

(PPh) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp 212.962.279.716,- sedangkan dari

sektor Penggalian dan Pertambangan mencapai Rp 15.430.752,- Penerimaan pajak

penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi sebesar 0.01 % dari total penerimaan PPh.

Penerimaan Pajak Penghasilan dari KLU ini kalau dilihat dari per jenis pajak kontribusi

terbesar diperoleh dari jenis PPh Pasal 25 Badan sebesar 58,46 %, disusul PPh Pasal 21

sebesar 41,05 % dan PPh Pasal 25 Orang Pribadi sebesar 0,4 %.

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 PENGGALIAN DAN PERTAMBANGAN 7,048,711 -30.45% 4,902,543 214.75% 15,430,752 92.15%

7,048,711 -30.45% 4,902,543 214.75% 15,430,752

KLU PENGGALIAN DAN PERTAMBANGAN 2010 % 2009 % Growth1 PPH PS 21 6,335,605 41.058% 282,325 5.759% 2,144.08 2 PPH PS 22 DN - 0.000% - 0.000% - 3 PPH PS 22 IMPOR - 0.000% - 0.000% - 4 PPH PS 23 - 0.000% - 0.000% - 5 PPH PS 25 OP 74,000 0.480% 74,000 1.509% - 6 PPH PS 25 BDN 9,021,147 58.462% 4,546,218 92.732% 98.43 7 PPH PS 26 - 0.000% - 0.000% - 8 PPH FINAL & FLN - 0.000% - 0.000% - 9 PPH NON MIGAS - 0.000% - 0.000% -

15,430,752 4,902,543 214.75 Total penerimaan PPh 212,962,279,716 0.01 162,743,326,095 0.003Benchmark Pertumbuhan 11,63 %Benchmark Kontribusi 15 %

Page 84: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

b. Pajak Pertambahan Nilai

Dari data yang diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat

pertumbuhan untuk KLU ini sebesar -39,99 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar

0.03 %. Tingkat pertumbuhan dari KLU ini jauh berada di bawah benchmarking sebesar

34,63 % dan tingkat kontribusinya juga dibawah benchmarking sebesar 24,4 % sehingga

dalam matrik potensi penerimaan pajak termasuk daerah terbelakang. Realisasi

penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di sektor ini dapat dilihat melalui tabel

berikut :

Tabel 4.12 Perkembangan penerimaan PPN KLU Penggalian dan Pertambangan

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sektor ini mengalami kenaikan dalam Tahun

KLU PENGGALIAN DAN PERTAMBANGAN 2010 % 2009 % Growth1 PPN DN 54,444,930 100.000% 90,728,686 100.000% (39.99)2 PPN IMPOR - 0.000% - 0.000% - 3 PPn BM DN - 0.000% - 0.000% - 4 PPn BM IMPOR - 0.000% - 0.000% - 5 PPN/PPnBM LAINYA - 0.000% - 0.000% - 6 PAJAK LAINYA - 0.000% - 0.000% -

54,444,930 90,728,686 (39.99)Total penerimaan PPN 173,529,833,689 0.03 163,453,233,467 0.06 Benchmark Pertumbuhan 34,63%Benchmark Kontribusi 24,4 %

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 PENGGALIAN DAN PERTAMBANGAN 46,485,685 95.18% 90,728,686 -39.99% 54,444,930 27.59%

46,485,685 95.18% 90,728,686 -39.99% 54,444,930

Page 85: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

2009 sebesar 95 % namun ke Tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 39,9 % dimana

tingkat pertumbuhan rata rata dari sektor ini sebesar 27,59 masih dibawah benchmarking

sebesar 34,63 %. Realisasi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) seluruh sektor

pada Tahun 2010 mencapai Rp 173.529.833.689,- sedangkan dari sektor KLU ini

mencapai Rp 54.444.930,- Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki

kontribusi sebesar 0.03 % dari total penerimaan PPN.

3. Analisis Penerimaan Pajak KLU Industri Pengolahan

a. Pajak Penghasilan

KLU industri pengolahan terdiri dari berbagai macam industri seperti Industri

pengolahan barang dari kayu, industri tekstil, industri furniture, industri pengolahan

makanan, industri barang dari logam, industri farmasi dan sebagainya. Sektor ini

merupakan jenis kegiatan padat karya sehingga banyak menampung tenaga kerja di

sekitar wilayah industri tersebut. Beberapa perusahaan besar yang masuk dalam sektor

ini antara lain PT KONIMEX, PT Batik Keris, PT Sritex, PT Deltomed Laboratories

selain itu banyak juga industri industri kecil yang merupakan supplier dari perusahaan

eksportir seperti kayu dan rotan. Benchmarking tingkat pertumbuhan untuk KLU ini

sebesar 9,6 % dan untuk tingkat kontribusi sebesar 24,2 %. Dari data yang diperoleh dari

Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo melalui Sistem Informasi Direktorat

Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 40,4 %

sedangkan tingkat kontribusinya sebesar 38,93 %. Angka ini berada diatas benchmarking

yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak sehingga penerimaan

Pajak Penghasilan yang telah dicapai tersebut masuk dalam daerah Prima. Realisasi

Page 86: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

penerimaan Pajak Penghasilan di sektor ini dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 4.13 Perkembangan penerimaan PPh KLU Industri Pengolahan

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sektor ini mengalami kenaikan setiap tahun dengan

pertumbuhan rata rata sebesar 26,02 % dimana tingkat pertumbuhan rata rata dari sektor

ini masih diatas benchmarking sebesar 9,6 %. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan

(PPh) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp 212.962.279.716,- sedangkan dari

sektor industri pengolahan mancapai Rp 82.907.098.369,- Penerimaan pajak penghasilan

dari sektor ini memilki kontribusi sebesar 38,9 % dari total penerimaan PPh. Penerimaan

Pajak Penghasilan dari KLU Industri Pengolahan ini kalau dilihat dari per jenis pajak

kontribusi terbesar diperoleh dari jenis PPh Pasal 25 Badan sebesar 59,6 %, disusul PPh

Pasal 21 sebesar 16,9 % dan PPh Pasal 22 Impor sebesar 13 %.

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 INDUSTRI PENGOLAHAN 52,895,100,376 11.64% 59,049,865,841 40.40% 82,907,098,369 26.02%

52,895,100,376 11.64% 59,049,865,841 40.40% 82,907,098,369

KLU INDUSTRI PENGOLAHAN 2010 % 2009 % Growth1 PPH PS 21 14,032,947,666 16.926% 15,355,712,288 26.005% (8.61)2 PPH PS 22 DN 761,716,738 0.919% 239,099,694 0.405% 218.58 3 PPH PS 22 IMPOR 10,794,071,454 13.019% 10,409,762,580 17.629% 3.69 4 PPH PS 23 3,167,236,254 3.820% 5,110,357,849 8.654% (38.02)5 PPH PS 25 OP 348,587,749 0.420% 279,840,176 0.474% 24.57 6 PPH PS 25 BDN 49,417,320,805 59.606% 24,080,694,356 40.780% 105.22 7 PPH PS 26 3,115,993,704 3.758% 1,930,920,723 3.270% 61.37 8 PPH FINAL & FLN 1,267,036,242 1.528% 1,643,478,175 2.783% (22.91)9 PPH NON MIGAS 2,187,757 0.003% - 0.000% -

82,907,098,369 59,049,865,841 40.40 Total penerimaan PPh 212,962,279,716 38.93 162,743,326,095 36.28 Benchmark Pertumbuhan 9,6 %Benchmark Kontribusi 24,2 %

Page 87: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

b. Pajak Pertambahan Nilai

Dari data yang diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat

pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 3,77 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar

57,01 %. Tingkat pertumbuhan dari KLU ini berada dibawah benchmarking sebesar 19,2

% namun tingkat kontribusinya jauh diatas benchmarking sebesar 28,2 % sehingga

dalam matrik potensi penerimaan pajak termasuk daerah potensial. Penerimaan PPN dari

KLU ini memiliki kontribusi yang sangat besar dimana separuh lebih penerimaan PPN

seluruhnya berasal dari KLU ini. Hal ini sangat wajar karena banyak industri industri

besar yang menyumbang peran pembayaran PPN. Realisasi penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) di sektor ini dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 4.14 Perkembangan penerimaan PPN KLU Industri Pengolahan

KLU INDUSTRI PENGOLAHAN 2010 % 2009 % Growth1 PPN DN 70,174,671,419 70.939% 63,072,421,430 66.164% 11.26 2 PPN IMPOR 28,251,523,512 28.559% 32,216,689,831 33.796% (12.31)3 PPn BM DN - 0.000% - 0.000% - 4 PPn BM IMPOR 479,848,266 0.485% - 0.000% - 5 PPN/PPnBM LAINYA 461,364 0.000% - 0.000% - 6 PAJAK LAINYA 15,593,500 0.016% 37,861,273 0.040% (58.81)

98,922,098,061 95,326,972,534 3.77 Total penerimaan PPN 173,529,833,689 57.01 163,453,233,467 58.32 Benchmark Pertumbuhan 19,2 %Benchmark Kontribusi 28,2 %

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 INDUSTRI PENGOLAHAN 74,277,736,093 28.34% 95,326,972,534 3.77% 98,922,098,061 16.05%

74,277,736,093 28.34% 95,326,972,534 3.77% 98,922,098,061

Page 88: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sektor ini mengalami kenaikan setiap tahun

dengan pertumbuhan rata rata sebesar 16,05 % dimana tingkat pertumbuhan rata rata

dari sektor ini masih diatas benchmarking sebesar 9,6 %. Realisasi penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp

173.529.833.689,- sedangkan dari sektor industri pengolahan mencapai Rp

98.922.098.061,- Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi

sebesar 57,01 % dari total penerimaan PPN.

4. Analisis Penerimaan Pajak KLU Listrik, Gas dan Air

a. Pajak Penghasilan

KLU Listrik, Gas dan Air terdiri dari berbagai macam kegiatan seperti

pengadaan, penyaluran dan penyediaan pembangkit listrik, gas maupun air bersih.

Benchmarking tingkat pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 7 % dan untuk tingkat

kontribusi sebesar 2,3 %. Dari data yang diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP

Pratama Sukoharjo melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)

diketahui tingkat pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 10,07 % sedangkan tingkat

kontribusinya sebesar 0,58 %. Angka tingkat pertumbuhan ini berada diatas

benchmarking yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak namun

tingkat kontribusinya berada dibawah benchmarking yang telah ditetapkan oleh Kantor

Pusat Direktorat Jenderal Pajak sehingga penerimaan Pajak Penghasilan yang telah

dicapai tersebut masuk dalam daerah berkembang. Realisasi penerimaan Pajak

Penghasilan di sektor ini dapat dilihat melalui tabel berikut :

Page 89: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 4.15 Perkembangan penerimaan PPh KLU Listrik, Gas dan Air Tahun 2008-2010

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sektor ini mengalami kenaikan setiap tahun dengan

pertumbuhan rata rata sebesar 1,97 % dimana tingkat pertumbuhan rata rata dari sektor

ini masih diatas benchmarking sebesar 10,7 %. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan

(PPh) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp 212.962.279.716,- sedangkan dari

sektor industri pengolahan mancapai Rp 1.244.077.778,- Penerimaan pajak penghasilan

dari sektor ini memilki kontribusi sebesar 0.58 % dari total penerimaan PPh. Penerimaan

Pajak Penghasilan dari KLU Listrik, Gas dan Air ini kalau dilihat dari per jenis pajak

kontribusi terbesar diperoleh dari jenis PPh Pasal 21 sebesar 76,7 %, disusul PPh 25

Badan sebesar 12,8 % dan PPh Pasal 23 sebesar 9,5 %.

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 LISTRIK, GAS DAN AIR 1,204,038,769 -6.12% 1,130,295,440 10.07% 1,244,077,778 1.97%

KLU LISTRIK, GAS DAN AIR 2010 % 2009 % Growth1 PPH PS 21 954,541,247 76.727% 819,899,653 72.539% 16.42 2 PPH PS 22 DN 10,148,857 0.816% 2,371,508 0.210% 327.95 3 PPH PS 22 IMPOR - 0.000% - 0.000% - 4 PPH PS 23 119,285,097 9.588% 110,122,524 9.743% 8.32 5 PPH PS 25 OP - 0.000% - 0.000% - 6 PPH PS 25 BDN 159,281,312 12.803% 197,901,755 17.509% (19.51)7 PPH PS 26 - 0.000% - 0.000% - 8 PPH FINAL & FLN 821,265 0.066% - 0.000% - 9 PPH NON MIGAS - 0.000% - 0.000% -

1,244,077,778 1,130,295,440 10.07 Total penerimaan PPh 212,962,279,716 0.58 162,743,326,095 0.69 Benchmark Pertumbuhan 7 %Benchmark Kontribusi 2,3 %

Page 90: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

b. Pajak Pertambahan Nilai

Dari data yang diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat

pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 267,3 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar

0,1 %. Tingkat pertumbuhan dari KLU ini berada diatas benchmarking sebesar 20.4 %

namun tingkat kontribusinya berada dibawah benchmarking sebesar 0,11 % sehingga

dalam matrik potensi penerimaan pajak termasuk daerah berkembang. Realisasi

penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di sektor ini dapat dilihat melalui tabel

berikut :

Tabel 4.16 Perkembangan penerimaan PPN KLU Listrik, Gas dan Air Tahun 2008-2010

KLU LISTRIK, GAS DAN AIR 2010 % 2009 % Growth1 PPN DN 183,969,571 100.000% 50,080,880 100.000% 267.34 2 PPN IMPOR - 0.000% - 0.000% - 3 PPn BM DN - 0.000% - 0.000% - 4 PPn BM IMPOR - 0.000% - 0.000% - 5 PPN/PPnBM LAINYA - 0.000% - 0.000% - 6 PAJAK LAINYA - 0.000% - 0.000% -

183,969,571 50,080,880 267.34 Total penerimaan PPN 173,529,833,689 0.11 Benchmark Pertumbuhan 20,4 %Benchmark Kontribusi 0,7 %

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 LISTRIK, GAS DAN AIR 113,993,150 -56.07% 50,080,880 267.34% 183,969,571 105.64%

113,993,150 -56.07% 50,080,880 267.34% 183,969,571

Page 91: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sektor ini mengalami kenaikan setiap tahun

dengan pertumbuhan rata rata sebesar 105,6 % dimana tingkat pertumbuhan rata rata

dari sektor ini masih diatas benchmarking sebesar 20,4 %. Realisasi penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp

173.529.833.689,- sedangkan dari sektor Listrik, Gas dan Air mencapai Rp 183.969.571,-

Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi sebesar 0,11 % dari

total penerimaan PPN.

5. Analisis Penerimaan Pajak KLU Konstruksi

a. Pajak Penghasilan

KLU Konstruksi terdiri dari berbagai macam kegiatan seperti konstruksi lahan,

konstruksi gedung dan bangunan sipil, konstruksi elektrikal dan komunikasi dan

konstruksi instalasi. Keseluruhan kegistan terdiri dari asapek jasa perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan konstruksi . Benchmarking tingkat pertumbuhan untuk

KLU ini sebesar 8,8 % dan untuk tingkat kontribusi sebesar 2,5 %. Dari data yang

diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo melalui Sistem Informasi

Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat pertumbuhan untuk KLU Konstruksi

ini sebesar -24,12 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar 1,41 %. Angka tingkat

pertumbuhan dan tingkat kontribusinya berada dibawah benchmarking yang telah

ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak sehingga penerimaan Pajak

Penghasilan yang telah dicapai tersebut dalam matrik potensi masuk dalam daerah

terbelakang. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan di sektor ini dapat dilihat melalui

tabel berikut :

Page 92: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Tabel 4.17 Perkembangan penerimaan PPh KLU Konstruksi Tahun 2008-2010

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sektor ini mengalami kenaikan setiap tahun dengan

pertumbuhan rata rata sebesar -30,19 % dimana tingkat pertumbuhan rata rata dari sektor

ini berada dibawah benchmarking sebesar 8,8 %. Realisasi penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp 212.962.279.716,-

sedangkan dari sektor konstruksi mancapai Rp 2.944.031.603,- Penerimaan pajak

penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi sebesar 1,41 % dari total penerimaan PPh.

Penerimaan Pajak Penghasilan dari KLU Konstruksi ini kalau dilihat dari per jenis pajak

kontribusi terbesar diperoleh dari jenis PPh Final sebesar 73,5 %, disusul PPh 22 sebesar

13,8 % dan PPh Pasal 23 sebesar 4,7 %.

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 KONSTRUKSI 6,339,080,460 -37.76% 3,945,618,642 -24.12% 2,994,031,603 -30.94%

KLU KONSTRUKSI 2010 % 2009 % Growth1 PPH PS 21 131,411,256 4.389% 342,533,035 8.681% (61.64)2 PPH PS 22 DN 414,637,097 13.849% 917,115,243 23.244% (54.79)3 PPH PS 22 IMPOR - 0.000% 6,305,717 0.160% (100.00)4 PPH PS 23 140,889,040 4.706% 470,087,231 11.914% (70.03)5 PPH PS 25 OP 1,680,190 0.056% 1,848,000 0.047% (9.08)6 PPH PS 25 BDN 102,972,780 3.439% 231,691,735 5.872% (55.56)7 PPH PS 26 1,700 0.000% - 0.000% - 8 PPH FINAL & FLN 2,202,439,540 73.561% 1,976,037,681 50.082% 11.46 9 PPH NON MIGAS - 0.000% - 0.000% -

2,994,031,603 3,945,618,642 (24.12)Total penerimaan PPh 212,962,279,716 1.41 Benchmark Pertumbuhan 8,8 %Benchmark Kontribusi 2,5 %

Page 93: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

b. Pajak Pertambahan Nilai

Dari data yang diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat

pertumbuhan untuk KLU Konstruksi ini sebesar -2,91 % sedangkan tingkat

kontribusinya sebesar 10,38 %. Tingkat pertumbuhan dari KLU ini berada dibawah

benchmarking sebesar 27.3 % namun tingkat kontribusinya berada diatas benchmarking

sebesar 9,1 % sehingga dalam matrik potensi penerimaan pajak termasuk daerah

potensial. Realisasi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di sektor ini dapat

dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 4.18 Perkembangan penerimaan PPN KLU Konstruksi Tahun 2008-2010

KLU KONSTRUKSI 2010 % 2009 % Growth1 PPN DN 18,009,779,672 99.994% 18,549,874,520 100.000% (2.91)2 PPN IMPOR - 0.000% - 0.000% - 3 PPn BM DN 1,064,664 0.006% - 0.000% - 4 PPn BM IMPOR - 0.000% - 0.000% - 5 PPN/PPnBM LAINYA - 0.000% - 0.000% - 6 PAJAK LAINYA - 0.000% - 0.000% -

18,010,844,336 18,549,874,520 (2.91)Total penerimaan PPN 173,529,833,689 10.38 Benchmark Pertumbuhan 27,3 %Benchmark Kontribusi 9,1 %

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 KONSTRUKSI 31,252,954,662 -40.65% 18,549,874,520 -2.91% 18,010,844,336 -21.78%

31,252,954,662 -40.65% 18,549,874,520 -2.91% 18,010,844,336

Page 94: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sektor ini mengalami pertumbuhan yang

negatif dengan pertumbuhan rata rata sebesar -21,78 %. Realisasi penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp

173.529.833.689,- sedangkan dari sektor konstruksi mencapai Rp 18.010.844.366,-

Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi sebesar 10,38 % dari

total penerimaan PPN.

6. Analisis Penerimaan Pajak KLU Perdagangan, Hotel dan Restoran

a. Pajak Penghasilan

KLU Perdagangan, Hotel dan Restoran terdiri dari berbagai macam kegiatan

seperti perdagangan besar maupun eceran dari berbagai macam barang, perdagangan

ekspor dan impor serta penyediaan akomodasi maupun makan minum di hotel dan

restoran. Benchmarking tingkat pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 17,9 % dan untuk

tingkat kontribusi sebesar 13,3 %. Dari data yang diperoleh dari Data Penerimaan Pajak

KPP Pratama Sukoharjo melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)

diketahui tingkat pertumbuhan untuk KLU ini sebesar -0,93 % sedangkan tingkat

kontribusinya sebesar 5,78 %. Baik angka tingkat pertumbuhan dan tingkat kontribusi

dari KLU Perdagangan, Hotel dan Restoran ini berada dibawah benchmarking yang

telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak sehingga penerimaan Pajak

Penghasilan yang telah dicapai tersebut dalam matrik potensi masuk dalam daerah

terbelakang. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan dari KLU Perdagangan, Hotel dan

Restoran ini dapat dilihat melalui tabel berikut :

Page 95: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Tabel 4.19 Perkembangan penerimaan PPh KLU Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2008-2010

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sektor ini dari Tahun 2008 ke Tahun 2009

mengalami pertumbuhan 46,34 % namun di tahun selanjutnya pada Tahun 2010

mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,93 %.. Realisasi penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp 212.962.279.716,-

sedangkan dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mancapai Rp 12.302.537.138,-

Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi sebesar 5,78 % dari

total penerimaan PPh. Penerimaan Pajak Penghasilan dari KLU ini kalau dilihat dari per

jenis pajak kontribusi terbesar diperoleh dari jenis PPh Pasal 25 Badan sebesar 31,66 %,

disusul PPh 21 sebesar 19,14 % dan PPh Pasal 22 sebesar 17,6 %.

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 PERDAGANGAN, HOTEL 8,485,516,590 46.34% 12,417,665,411 -0.93% 12,302,537,138 22.71%DAN RESTORAN

KLU PERDAGANGAN, HOTEL 2010 % 2009 % GrowthDAN RESTORAN

1 PPH PS 21 2,354,874,943 19.141% 2,515,283,228 20.256% (6.38)2 PPH PS 22 DN 2,167,943,634 17.622% 1,166,147,409 9.391% 85.91 3 PPH PS 22 IMPOR 216,185,671 1.757% 685,354,124 5.519% (68.46)4 PPH PS 23 619,972,737 5.039% 480,412,826 3.869% 29.05 5 PPH PS 25 OP 1,378,057,026 11.201% 1,186,566,349 9.555% 16.14 6 PPH PS 25 BDN 3,895,340,806 31.663% 3,499,693,699 28.183% 11.31 7 PPH PS 26 10,490,168 0.085% - 0.000% - 8 PPH FINAL & FLN 1,659,263,652 13.487% 2,883,399,471 23.220% (42.45)9 PPH NON MIGAS 408,501 0.003% 808,305 0.007% (49.46)

12,302,537,138 12,417,665,411 (0.93)Total penerimaan PPh 212,962,279,716 5.78 Benchmark Pertumbuhan 17,9 %Benchmark Kontribusi 13,3 %

Page 96: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

b. Pajak Pertambahan Nilai

Dari data yang diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat

pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 32,88 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar

12,04 %. Tingkat pertumbuhan dari KLU ini berada diatas benchmarking sebesar 19,8 %

namun tingkat kontribusinya berada dibawah benchmarking sebesar 16,5 % sehingga

dalam matrik potensi penerimaan pajak termasuk daerah berkembang. Realisasi

penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di sektor ini dapat dilihat melalui tabel

berikut :

Tabel 4.20 Perkembangan penerimaan PPN KLU Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2008-2010

KLU PERDAGANGAN, HOTEL 2010 % 2009 % GrowthDAN RESTORAN

1 PPN DN 19,996,756,839 95.718% 15,103,035,420 96.063% 32.40 2 PPN IMPOR 893,970,464 4.279% 601,635,508 3.827% 48.59 3 PPn BM DN 136,364 0.001% 416,055 0.003% (67.22)4 PPn BM IMPOR 488,500 0.002% 509,181 0.003% (4.06)5 PPN/PPnBM LAINYA - 0.000% 16,308,674 0.104% (100.00)6 PAJAK LAINYA - 0.000% 80,048 0.001% (100.00)

20,891,352,167 15,721,984,886 32.88 Total penerimaan PPN 173,529,833,689 12.04 Benchmark Pertumbuhan 19,8 %Benchmark Kontribusi 16,5 %

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 PERDAGANGAN, HOTEL 15,771,142,042 -0.31% 15,721,984,886 32.88% 20,891,352,167 16.28%DAN RESTORAN

15,771,142,042 -0.31% 15,721,984,886 32.88% 20,891,352,167

Page 97: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sektor ini Tahun 2008-2009 mengalami

pertumbuhan yang negatif 0,31 % sedangkan Tahun 2009-2010 pertumbuhan mencapai

32,88 % dengan pertumbuhan rata rata sebesar 16,28 %. Realisasi penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp

173.529.833.689,- sedangkan dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mencapai Rp

20.891.352.167,- Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi

sebesar 12,04 % dari total penerimaan PPN.

7. Analisis Penerimaan Pajak KLU Pengangkutan dan Komunikasi

a. Pajak Penghasilan

KLU Pengangkutan dan Komunikasi terdiri dari berbagai macam kegiatan seperti

jasa pengangkutan barang maupun orang yang dilakukan di darat, laut dan udara, jasa

pergudangan dan ekspedisi serta jasa pos dan telekomunikasi. Benchmarking tingkat

pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 2,9 % dan untuk tingkat kontribusi sebesar 6,5 %.

Dari data yang diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo melalui

Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat pertumbuhan

untuk KLU ini sebesar -20,87 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar 4,52 %. Baik

angka tingkat pertumbuhan dan tingkat kontribusi dari KLU Pengangkutan dan

Telekomunikasi ini berada dibawah benchmarking yang telah ditetapkan oleh Kantor

Pusat Direktorat Jenderal Pajak sehingga penerimaan Pajak Penghasilan yang telah

dicapai tersebut dalam matrik potensi masuk dalam daerah terbelakang. Realisasi

penerimaan Pajak Penghasilan dari KLU Pengangkutan dan Telekomunikasi ini dapat

Page 98: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 4.21 Perkembangan penerimaan PPh KLU Pengangkutan dan Telekomunikasi Tahun 2008-2010

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sektor ini dari Tahun 2008 ke Tahun 2009

mengalami pertumbuhan negatif 29,25 % dan di tahun selanjutnya pada Tahun 2010 juga

mengalami pertumbuhan negatif sebesar 20,87 %.. Realisasi penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp 212.962.279,-

sedangkan dari sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi mencapai Rp 9.619.241.022,-

Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi sebesar 4,52 % dari

total penerimaan PPh. Penerimaan Pajak Penghasilan dari KLU ini kalau dilihat dari per

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 PENGANGKUTAN DAN 17,180,853,700 -29.25% 12,155,582,562 -20.87% 9,619,241,022 -25.06%TELEKOMUNIKASI

KLU PENGANGKUTAN DAN 2010 % 2009 % GrowthTELEKOMUNIKASI

1 PPH PS 21 8,784,979,162 91.327% 11,336,092,227 93.258% (22.50)2 PPH PS 22 DN 331,005,554 3.441% 308,162,183 2.535% 7.41 3 PPH PS 22 IMPOR 6,328,562 0.066% 6,648,570 0.055% (4.81)4 PPH PS 23 119,508,003 1.242% 107,826,852 0.887% 10.83 5 PPH PS 25 OP 159,994,094 1.663% 173,094,458 1.424% (7.57)6 PPH PS 25 BDN 48,305,811 0.502% 35,826,007 0.295% 34.83 7 PPH PS 26 - 0.000% - 0.000% - 8 PPH FINAL & FLN 167,178,900 1.738% 187,136,752 1.540% (10.66)9 PPH NON MIGAS 1,940,936 0.020% 795,513 0.007% 143.99

9,619,241,022 12,155,582,562 (20.87)Total penerimaan PPh 212,962,279,716 4.52 Benchmark Pertumbuhan 2,9 %Benchmark Kontribusi 6,5 %

Page 99: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

jenis pajak kontribusi terbesar diperoleh dari jenis PPh Pasal 21 sebesar 91,3 %, disusul

PPh 22 sebesar 3,44 % dan PPh Final sebesar 1,73 %.

b. Pajak Pertamnbahan Nilai

Dari data yang diperoleh melalui Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat

pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 2,32 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar

4,96 %. Tingkat pertumbuhan dari KLU ini berada dibawah benchmarking sebesar 7,8 %

begitu juga tingkat kontribusinya berada dibawah benchmarking sebesar 5,6 % sehingga

dalam matrik potensi penerimaan pajak termasuk daerah terbelakang. Realisasi

penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di sektor ini dapat dilihat melalui tabel

berikut :

Tabel 4.22 Perkembangan penerimaan PPN KLU Pengangkutan dan Telekomunikasi Tahun 2008-2010

KLU PENGANGKUTAN DAN 2010 % 2009 % GrowthTELEKOMUNIKASI

1 PPN DN 990,635,292 11.500% 1,433,391,097 17.025% (30.89)2 PPN IMPOR 7,514,221 0.087% 10,844,341 0.129% (30.71)3 PPn BM DN 18,746,857 0.218% 14,064,322 0.167% 33.29 4 PPn BM IMPOR 188,422 0.002% 47,727 0.001% 294.79 5 PPN/PPnBM LAINYA 2,157,100 0.025% - 0.000% - 6 PAJAK LAINYA 7,595,215,503 88.168% 6,961,050,000 82.679% 9.11

8,614,457,395 8,419,397,487 2.32 Total penerimaan PPN 173,529,833,689 4.96 Benchmark Pertumbuhan 7,8 %Benchmark Kontribusi 5,6 %

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 KLU PENGANGKUTAN DAN 8,874,499,629 -5.13% 8,419,397,487 2.32% 8,614,457,395 -1.41%TELEKOMUNIKASI

8,874,499,629 -5.13% 8,419,397,487 2.32% 8,614,457,395

Page 100: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sektor ini Tahun 2008-2009 mengalami

pertumbuhan yang negatif 5,13 % sedangkan Tahun 2009-2010 pertumbuhan mencapai

2,32 % dengan pertumbuhan rata rata sebesar -1,41 %. Realisasi penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp

173.529.833.689,- sedangkan dari sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi mencapai Rp

8.614.457.395,- Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi sebesar

4,96 % dari total penerimaan PPN.

8. Analisis Penerimaan Pajak KLU Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

a. Pajak Penghasilan

KLU Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan terdiri dari berbagai macam

kegiatan seperti jasa perantara keuangan, asuransi dan pensiun, real estate dan jasa

perusahaan lainnya. Benchmarking tingkat pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 22,5 %

dan untuk tingkat kontribusi sebesar 25,4 %. Dari data yang diperoleh melalui Data

Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal

Pajak (SIDJP) diketahui tingkat pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 7,25 % sedangkan

tingkat kontribusinya sebesar 16,93 %. Angka tingkat pertumbuhan berada diatas

benchmarking sedangkan tingkat kontribusi dari KLU Keuangan, Real Estate dan Jasa

Perusahaan ini berada dibawah benchmarking yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat

Direktorat Jenderal Pajak sehingga penerimaan Pajak Penghasilan yang telah dicapai

tersebut dalam matrik potensi masuk dalam daerah berkembang. Realisasi penerimaan

Pajak Penghasilan dari KLU Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan ini dapat dilihat

melalui tabel berikut :

Page 101: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Tabel 4.23 Perkembangan penerimaan PPh KLU Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

Tahun 2008-2010

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sektor ini dari Tahun 2008 ke Tahun 2009

mengalami pertumbuhan 25,4 % dan pada Tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar

7,25 %.. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) seluruh sektor pada Tahun 2010

mencapai Rp 212.962.279,- sedangkan dari sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi

mencapai Rp 36.063.659.088,- Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki

kontribusi sebesar 16,93 % dari total penerimaan PPh. Penerimaan Pajak Penghasilan

dari KLU ini kalau dilihat dari per jenis pajak kontribusi terbesar diperoleh dari jenis

PPh Final & FLN sebesar 57,63 %, disusul PPh 21 sebesar 24,8 % dan PPh Pasal 25

Badan sebesar 14,5 %.

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 KEUANGAN, REAL ESTATE 26,815,023,149 25.40% 33,625,223,074 7.25% 36,063,659,088 16.32%DAN JASA PERUSAHAAN

KLU KEUANGAN, REAL ESTATE 2010 % 2009 % GrowthDAN JASA PERUSAHAAN

1 PPH PS 21 8,958,685,031 24.841% 9,999,882,711 29.739% (10.41)2 PPH PS 22 DN 65,397,930 0.181% 123,214,953 0.366% (46.92)3 PPH PS 22 IMPOR 3,065,632 0.009% 448,000 0.001% 584.29 4 PPH PS 23 948,747,674 2.631% 1,191,043,036 3.542% (20.34)5 PPH PS 25 OP 65,898,231 0.183% 60,853,648 0.181% 8.29 6 PPH PS 25 BDN 5,234,282,355 14.514% 5,426,594,376 16.138% (3.54)7 PPH PS 26 - 0.000% 163,204 0.000% (100.00)8 PPH FINAL & FLN 20,784,967,445 57.634% 16,823,023,146 50.031% 23.55 9 PPH NON MIGAS 2,614,790 0.007% - 0.000% -

36,063,659,088 33,625,223,074 7.25 Total penerimaan PPh 212,962,279,716 16.93 Benchmark Pertumbuhan (22,5) %Benchmark Kontribusi 25,4 %

Page 102: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

b. Pajak Pertambahan Nilai

Dari data yang diperoleh melalui Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat

pertumbuhan untuk KLU ini sebesar -1,05 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar

6,4 %. Tingkat pertumbuhan dari KLU ini berada dibawah benchmarking sebesar 6,1 %

begitu juga tingkat kontribusinya berada dibawah benchmarking sebesar 6,5 % sehingga

dalam matrik potensi penerimaan pajak termasuk daerah terbelakang. Realisasi

penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di sektor ini dapat dilihat melalui tabel

berikut :

Tabel 4.24 Perkembangan penerimaan PPN KLU Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

Tahun 2008-2010

KLU KEUANGAN, REAL ESTATE 2010 % 2009 % GrowthDAN JASA PERUSAHAAN

1 PPN DN 11,112,477,186 99.990% 11,216,066,899 100.922% (0.92)2 PPN IMPOR - 0.000% - 0.000% - 3 PPn BM DN - 0.000% - 0.000% - 4 PPn BM IMPOR - 0.000% - 0.000% - 5 PPN/PPnBM LAINYA - 0.000% 386,364 0.003% (100.00)6 PAJAK LAINYA 1,092,960 0.010% 15,184,773 0.137% (92.80)

11,113,570,146 11,231,638,036 (1.05)Total penerimaan PPN 173,529,833,689 6.40 Benchmark Pertumbuhan 6,1 %Benchmark Kontribusi 6,5 %

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 KEUANGAN, REAL ESTATE 6,701,090,048 67.61% 11,231,638,036 -1.05% 11,113,570,146 33.28%DAN JASA PERUSAHAAN

6,701,090,048 67.61% 11,231,638,036 -1.05% 11,113,570,146

Page 103: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sektor ini Tahun 2008-2009 mengalami

pertumbuhan sebesar 67,6 % sedangkan Tahun 2009-2010 pertumbuhan menjadi negatif

sebesar -1,05 % dengan pertumbuhan rata rata sebesar 33,28 %. Realisasi penerimaan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp

173.529.833.689,- sedangkan dari sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi mencapai Rp

11.113.570.146,- Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki kontribusi

sebesar 6,4 % dari total penerimaan PPN.

9. Analisis Penerimaan Pajak KLU Jasa Lainnya

a. Pajak Penghasilan

KLU Jasa Lainnya antara lain meliputi administrasi pemerintahan, pertahanan

dan jaminan sosial, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial dan Jasa

Kemasayarakatan, sosial dan kegiatan lainnya. Benchmarking tingkat pertumbuhan

untuk KLU ini sebesar 7,1 % dan untuk tingkat kontribusi sebesar 5,2 %. Dari data yang

diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo melalui Sistem Informasi

Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat pertumbuhan untuk KLU ini sebesar

71,36 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar 27 %. Baik angka tingkat pertumbuhan

dan tingkat kontribusi dari KLU Jasa Lainnya ini berada diatas benchmarking yang telah

ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak sehingga penerimaan Pajak

Penghasilan yang telah dicapai tersebut dalam matrik potensi masuk dalam daerah

prima. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan dari KLU Pengangkutan dan

Telekomunikasi ini dapat dilihat melalui tabel berikut :

Page 104: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Tabel 4.25 Perkembangan penerimaan PPh KLU Jasa Lainnya Tahun 2008-2010

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sektor ini dari Tahun 2008 ke Tahun 2009

mengalami pertumbuhan 56,49 % dan di tahun selanjutnya pada Tahun 2010 mengalami

pertumbuhan sebesar 71,36 %.. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) seluruh

sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp 212.962.279,- sedangkan dari sektor Jasa lainnya

mencapai Rp 57.491.241.343,- Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki

kontribusi sebesar 27 % dari total penerimaan PPh. Penerimaan Pajak Penghasilan dari

KLU ini kalau dilihat dari per jenis pajak kontribusi terbesar diperoleh dari jenis PPh

Pasal 21 sebesar 89,26 %, disusul PPh Final sebesar 4,1 % dan PPh Pasal 25 Orang

Pribadi sebesar 2,31 %.

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 JASA LAINNYA 21,439,396,211 56.49% 33,549,601,199 71.36% 57,491,241,343 63.92%

KLU JASA LAINNYA 2010 % 2009 % Growth

1 PPH PS 21 51,320,020,785 89.266% 28,882,855,999 86.090% 77.68 2 PPH PS 22 DN 942,778,887 1.640% 1,043,776,868 3.111% (9.68)3 PPH PS 22 IMPOR 12,952,105 0.023% 8,549,048 0.025% 51.50 4 PPH PS 23 698,198,185 1.214% 782,915,814 2.334% (10.82)5 PPH PS 25 OP 1,332,776,479 2.318% 940,914,850 2.805% 41.65 6 PPH PS 25 BDN 782,794,086 1.362% 753,078,323 2.245% 3.95 7 PPH PS 26 1,864,154 0.003% 276,000 0.001% - 8 PPH FINAL & FLN 2,397,112,693 4.170% 1,130,342,497 3.369% 112.07 9 PPH NON MIGAS 2,743,969 0.005% 6,891,800 0.021% -

57,491,241,343 33,549,601,199 71.36 Total penerimaan PPh 212,962,279,716 27.00 Benchmark Pertumbuhan 7,1 %Benchmark Kontribusi 5,2 %

Page 105: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

b. Pajak Pertambahan Nilai

Dari data yang diperoleh melalui Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat

pertumbuhan untuk KLU ini sebesar -19,37 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar

3,1 %. Tingkat pertumbuhan dari KLU ini berada dibawah benchmarking sebesar 15,6 %

namun tingkat kontribusinya berada diatas benchmarking sebesar 1,7 % sehingga dalam

matrik potensi penerimaan pajak termasuk daerah potensial. Realisasi penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) di sektor ini dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 4.26 Perkembangan penerimaan PPN KLU Jasa Lainnya Tahun 2008-2010

KLU JASA LAINNYA 2010 % 2009 % Growth

1 PPN DN 5,353,907,757 99.474% 6,662,560,302 99.808% (19.64)2 PPN IMPOR 7,263,494 0.135% 7,182,980 0.108% 1.12 3 PPn BM DN 11,956,187 0.222% 1,151,536 0.017% - 4 PPn BM IMPOR 1,202,920 0.022% 243,717 0.004% - 5 PPN/PPnBM LAINYA 7,895,007 0.147% 4,255,975 0.064% - 6 PAJAK LAINYA - 0.000% - 0.000% -

5,382,225,365 6,675,394,510 (19.37)Total penerimaan PPN 173,529,833,689 3.10 Benchmark Pertumbuhan 15,6 %Benchmark Kontribusi 1,7 %

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 KLU JASA LAINNYA 3,649,581,728 82.91% 6,675,394,510 -19.37% 5,382,225,365 31.77%

3,649,581,728 82.91% 6,675,394,510 -19.37% 5,382,225,365

Page 106: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sektor ini Tahun 2008-2009 mengalami

pertumbuhan 82,91 % sedangkan Tahun 2009-2010 pertumbuhan negatif 19,37 %

dengan pertumbuhan rata rata sebesar 31,77 %. Realisasi penerimaan Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp 173.529.833.689,- sedangkan

dari sektor Jasa lainnya mencapai Rp 5.382.225.365,- Penerimaan pajak penghasilan dari

sektor ini memilki kontribusi sebesar 3,1 % dari total penerimaan PPN.

10. Analisis Penerimaan Pajak KLU Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya

a. Pajak Penghasilan

KLU Kegiatan yang belum jelas batasannya meliputi segala macam kegiatan

perorangan/badan/lembaga/instansi yang tidak tercakup dalam salah satu golongan KLU

diatas maupun tidak atau belum jelas batasannya . Benchmarking tingkat pertumbuhan

untuk KLU Kegiatan yang belum jelas batasannya ini sebesar 83,1 % dan untuk tingkat

kontribusi sebesar 1,3 %. Dari data yang diperoleh dari Data Penerimaan Pajak KPP

Pratama Sukoharjo melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)

diketahui tingkat pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 51,63 % sedangkan tingkat

kontribusinya sebesar 4,82 %. Angka tingkat pertumbuhan berada dibawah

benchmarking sedangkan tingkat kontribusi dari KLU ini berada diatas benchmarking

yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak sehingga penerimaan

Pajak Penghasilan yang telah dicapai tersebut dalam matrik potensi masuk dalam daerah

potensial. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan dari KLU Kegiatan yang belum jelas

batasannya ini dapat dilihat melalui tabel berikut :

Page 107: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Tabel 4.27 Perkembangan penerimaan PPh KLU Kegiatan yang belum jelas batasannya Tahun 2008-

2010

Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sektor ini dari Tahun 2008 ke Tahun 2009

mengalami pertumbuhan 9,78 % dan di tahun selanjutnya pada Tahun 2010 mengalami

pertumbuhan sebesar 51,63 %.. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) seluruh

sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp 212.962.279,- sedangkan dari sektor Jasa lainnya

mencapai Rp 10.264.007.519,- Penerimaan pajak penghasilan dari sektor ini memilki

kontribusi sebesar 4,82 % dari total penerimaan PPh. Penerimaan Pajak Penghasilan dari

KLU ini kalau dilihat dari per jenis pajak kontribusi terbesar diperoleh dari jenis PPh

Final sebesar 77,21 %, disusul PPh Pasal 21 sebesar 18,26 % dan PPh Pasal 26 sebesar

2,95 %.

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 KEGIATAN YANG 6,165,874,111 9.78% 6,769,114,424 51.63% 10,264,007,519 30.71%BELUM JELAS BATASANNYA

KLU KEGIATAN YANG 2010 % 2009 % GrowthBELUM JELAS BATASANNYA

1 PPH PS 21 1,875,080,442 18.269% 103,911,275 1.535% 1,704.50 2 PPH PS 22 DN 29,617,402 0.289% 210,117,984 3.104% (85.90)3 PPH PS 22 IMPOR 363,134 0.004% 632,432 0.009% (42.58)4 PPH PS 23 12,588,576 0.123% 48,947,714 0.723% (74.28)5 PPH PS 25 OP 114,760,765 1.118% 15,164,306 0.224% 656.78 6 PPH PS 25 BDN 2,463,380 0.024% 558,065 0.008% 341.41 7 PPH PS 26 303,524,214 2.957% 84,000 0.001% 361,238.35 8 PPH FINAL & FLN 7,925,599,606 77.217% 6,389,698,648 94.395% 24.04 9 PPH NON MIGAS 10,000 0.000% - 0.000% -

10,264,007,519 6,769,114,424 51.63 Total penerimaan PPh 212,962,279,716 4.82 Benchmark Pertumbuhan 83,1 %Benchmark Kontribusi 1,3 %

Page 108: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

b. Pajak Pertambahan Nilai

Dari data yang diperoleh melalui Data Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

melalui Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diketahui tingkat

pertumbuhan untuk KLU ini sebesar 39,84 % sedangkan tingkat kontribusinya sebesar

5,95 %. Tingkat pertumbuhan dari KLU ini berada dibawah benchmarking sebesar 44,3

% dan tingkat kontribusinya juga berada dibawah benchmarking sebesar 6 % sehingga

dalam matrik potensi penerimaan pajak termasuk daerah terbelakang. Realisasi

penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di sektor ini dapat dilihat melalui tabel

berikut :

Tabel 4.28 Perkembangan penerimaan PPN KLU Kegiatan yang belum jelas batasannya Tahun 2008-

2010

KLU KEGIATAN YANG 2010 % 2009 % GrowthBELUM JELAS BATASANNYA

1 PPN DN 10,316,804,397 99.982% 7,378,924,249 100.000% 39.81 2 PPN IMPOR 84,253 0.001% - 0.000% - 3 PPn BM DN - 0.000% - 0.000% - 4 PPn BM IMPOR - 0.000% - 0.000% - 5 PPN/PPnBM LAINYA 1,800,000 0.017% - 0.000% - 6 PAJAK LAINYA - 0.000% - 0.000% -

10,318,688,650 7,378,924,249 39.84 Total penerimaan PPN 173,529,833,689 5.95 Benchmark Pertumbuhan 44,3 %Benchmark Kontribusi 6,0 %

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA 2008 Growth 2009 Growth 2010 Growth Rata Rata

1 KEGIATAN YANG 1,659,680,063 344.60% 7,378,924,249 39.84% 10,318,688,650 192.22%BELUM JELAS BATASANNYA

1,659,680,063 344.60% 7,378,924,249 39.84% 10,318,688,650

Page 109: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sektor ini Tahun 2008-2009 mengalami

pertumbuhan 344,6 % sedangkan Tahun 2009-2010 pertumbuhan 39,84 % dengan

pertumbuhan rata rata sebesar 199,2 %. Realisasi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) seluruh sektor pada Tahun 2010 mencapai Rp 173.529.833.689,- sedangkan dari

sektor Jasa lainnya mencapai Rp 10.318.688.650,- Penerimaan pajak penghasilan dari

sektor ini memilki kontribusi sebesar 5,95 % dari total penerimaan PPN.

G. Matrik Potensi Penerimaan Pajak

1. Matrik Potensi Penerimaan Pajak Penghasilan

Matrik potensi penerimaan pajak digunakan untuk memberikan skala penilaian

potensi penerimaan pajak per KLU sekaligus untuk mengukur perbedaan potensi

penerimaan pajak dari tiap KLU tersebut. Dari kriteria yang telah ditetapkan melalui

Benchmarking penerimaan pajak penghasilan oleh Direktorat Jenderal Pajak selanjutnya

dilakukan penelitian melalui data di sistem informasi KPP Pratama Sukoharjo diperoleh

matrik potensi penerimaan pajak penghasilan. Dalam matrik potensi tersebut terdapat

dua sektor yang masuk daerah prima yaitu KLU Industri Pengolahan dan KLU Jasa

lainnya. Daerah yang masuk kategori potensial adalah sektor KLU Kegiatan yang belum

jelas batasannya. KLU yang termasuk daerah berkembang adalah KLU Listrik, Gas dan

Air, KLU Penggalian dan Pertambangan, dan KLU Keuangan, Real Estate dan Jasa

Perusahaan. Sedangkan KLU yang termasuk daerah terbelakang adalah KLU Pertanian,

Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, KLU Konstruksi, KLU Perdagangan, Hotel dan

Restoran dan KLU Pengangkutan dan Komunikasi. Dari paparan diatas dapat dilihat

bahwa hanya sebagian kecil yang masuk kategori daerah prima dan sebagian besar

Page 110: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

merupakan daerah yang terbelakang. Daerah prima merupakan sektor andalan untuk

penerimaan pajak sehingga penerimaan dari sektor ini harus dipertahankan. Daerah

potensial memiliki potensi untuk berkembang menjadi daerah prima karena

kontribusinya yang lebih tinggi dari benchmark. Sektor yang masuk dalam daerah

berkembang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dari benchmark sehingga

dapat di kelola lebih lanjut untuk meningkatkan penerimaan pajak. Untuk daerah yang

terbelakang perlu dilakukan penggalian potensi yang lebih intensif baik melalui

ekstensifikasi maupun intensifikasi pajak untuk menjadikan wilayah tersebut memiliki

potensi pajak untuk digali. Perhitungan matrik potensi pajak penghasilan dapat dilihat

melalui tabel berikut :

Tabel 4.29 Matrik potensi penerimaan PPh per KLU

NO URAIAN KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA TINGKAT PERTUMBUHAN TINGKAT KONTRIBUSI GOLONGANREALISASI BENCHMARK REALISASI BENCHMARK

1 INDUSTRI PENGOLAHAN 40.40 9.60 38.93 24.20 Prima2 JASA LAINNYA 71.36 7.10 27.00 5.20 Prima3 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 51.63 83.10 4.82 1.30 Potensial4 LISTRIK, GAS, DAN AIR 10.07 7.00 0.58 2.30 Berkembang5 PENGGALIAN DAN PERTAMBANGAN 214.75 11.63 0.01 15.00 Berkembang6 KEUANGAN, REAL ESTATE DAN JASA PERUSAHAAN 7.25 (22.50) 16.93 25.40 Berkembang7 PERTANIAN PETERNAKAN ,KEHUTANAN DAN PERIKANAN (36.14) 21.40 0.03 4.30 Terbelakang8 KONSTRUKSI (24.12) 8.80 1.41 2.50 Terbelakang9 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (0.93) 17.90 5.78 13.30 Terbelakang10 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI (20.87) 2.90 4.52 6.50 Terbelakang

Sumber : Data SIDJP KPP Pratama Sukoharjo dan Benchmark Kantor Pusat DJP

Page 111: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

2. Matrik Potensi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai

Dari kriteria yang telah ditetapkan melalui Benchmarking penerimaan Pajak

Pertambahan Nilai oleh Direktorat Jenderal Pajak selanjutnya dilakukan penelitian

melalui data di sistem informasi KPP Pratama Sukoharjo diperoleh matrik potensi

penerimaan pajak Pertambahan Nilai. Dalam perhitungan matrik potensi penerimaan

Pajak Pertambahan Nilai ini tidak terdapat daerah yang prima. KLU yang termasuk

daerah berkembang adalah KLU Listrik, Gas dan Air, KLU Perdagangan, Hotel dan

Restoran dan KLU Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Daerah potensial di

tempati KLU Konstruksi, KLU Industri Pengolahan dan KLU Jasa lainnya. Sedangkan

KLU Kegiatan yang belum jelas batasannya, KLU Penggalian dan Pertambangan, KLU

Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan dan KLU Pengangkutan dan Komunikasi

masuk dalam daerah terbelakang. Dari matrik tadi diketahui tidak terdapat daerah yang

prima sehingga tidak ada yang menjadi andalan dalam penerimaan PPN. Daerah

potensial memiliki potensi untuk berkembang menjadi daerah prima karena

kontribusinya yang lebih tinggi dari benchmark. Sektor yang masuk dalam daerah

berkembang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dari benchmark sehingga

dapat di kelola lebih lanjut untuk meningkatkan penerimaan pajak. Untuk daerah yang

terbelakang perlu dilakukan penggalian potensi yang lebih intensif baik melalui

ekstensifikasi maupun intensifikasi pajak. Karena tidak terdapat daerah yang prima dan

sebagian besar termasuk area yang terbelakang maka tidak terdapat sektor yang menjadi

andalan penerimaan PPN perlu adanya extra effort dalam penggalian potensi pajak di

Page 112: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

KPP Pratama Sukoharjo untuk mengamankan penerimaan PPN. Langkah langkah yang

bisa diambil meliputi mapping wajib pajak, profiling wajib pajak, benchmarking omzet

dan penghasilan wajib pajak, pemanfaatan data internal dan eksternal wajib pajak,

peningkatan kepatuhan (tax compliance) melalui penyuluhan pajak dan langkah langkah

law enforcement melalui pemeriksaan pajak dan penagihan pajak. Perhitungan matrik

potensi pajak penghasilan dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 4.30 Matrik potensi penerimaan PPN per KLU

ANALISIS PAJAK PPN

NO URAIAN KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA TINGKAT PERTUMBUHAN TINGKAT KONTRIBUSI GOLONGANREALISASI BENCHMARK REALISASI BENCHMARK

1 LISTRIK, GAS, DAN AIR 267.34 20.40 0.11 0.70 Berkembang

2 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 32.88 19.80 12.04 16.50 Berkembang3 PERTANIAN PETERNAKAN ,KEHUTANAN DAN PERIKANAN 363.52 4.90 0.02 1.30 Berkembang

4 KONSTRUKSI (2.91) 27.30 10.38 9.10 Potensial5 INDUSTRI PENGOLAHAN 3.77 19.20 57.01 28.20 Potensial

6 JASA LAINNYA (19.37) 15.60 3.10 1.70 Potensial7 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 39.84 44.30 5.95 6.00 Terbelakang

8 PENGGALIAN DAN PERTAMBANGAN (39.99) 34.63 0.03 24.40 Terbelakang9 KEUANGAN, REAL ESTATE DAN JASA PERUSAHAAN (1.05) 6.10 6.40 6.50 Terbelakang

10 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 2.32 7.80 4.96 5.60 Terbelakang

Sumber : Data SIDJP KPP Pratama Sukoharjo dan Benchmark Kantor Pusat DJP

Page 113: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

H. Proyeksi Penerimaan Pajak KPP Pratama Sukoharjo

Dalam penelitian ini setelah diperoleh data matrik potensi penerimaan pajak

maka dari data tingkat pertumbuhan penerimaan pajak baik penerimaan Pajak

Penghasilan maupun Pajak Pertambahan Nilai setiap Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)

dapat diperoleh tingkat pertumbuhan rata-ratanya. Tingkat pertumbuhan dari Tahun

2008-2010 dihitung dalam dalam tiap triwulan sehingga didapat data sebagai berikut :

Tabel 4.31 Pertumbuhan Penerimaan Pajak per Triwulan Tahun 2008

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA Tahun 2008 T otal Growth

T riwulan I Growth (%) Triwulan II Growth (%) Triwulan III Growth (%) T riwulan IV Rata Rata

1 PERTANIAN PETERNAKAN ,KEHUTANAN DAN PERIKANAN 7,732,343 41.19 10,917,287 -39.93 6,557,922 231.36 21,730,372 46,938,157 77.54

2 PENGGALIAN DAN PERTAMBANGAN 13,971,068 -15.69 11,779,179 -15.18 9,991,654 78.07 17,792,495 53,534,443 15.74

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 33,576,588,727 -16.16 28,149,325,362 6.93 30,098,827,865 17.44 35,348,094,515 127,172,836,477 2.73

4 LISTRIK, GAS, DAN AIR 377,902,633 -32.32 255,748,700 6.43 272,194,069 51.43 412,186,517 1,318,031,945 8.51

5 KONST RUKSI 7,399,546,261 -5.58 6,986,903,579 50.73 10,531,525,179 20.34 12,674,060,103 37,592,035,187 21.83

6 PERDAGANGAN, HOT EL DAN REST ORAN 6,268,130,474 -38.11 3,879,327,721 48.98 5,779,376,517 44.13 8,329,823,920 24,256,658,687 18.33

7 PENGANGKUT AN DAN KOMUNIKASI 4,219,964,242 83.71 7,752,483,893 -21.80 6,062,819,504 32.28 8,020,085,690 26,055,353,423 31.40

8 KEUANGAN, REAL EST AT E DAN JASA PERUSAHAAN 8,948,478,259 -12.46 7,833,363,995 -7.25 7,265,708,242 30.32 9,468,562,701 33,516,113,208 3.54

9 JASA LAINNYA 5,114,648,445 13.08 5,783,522,836 -2.90 5,615,966,735 52.69 8,574,839,923 25,088,978,002 20.96

10 KEGIAT AN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 1,652,131,944 40.73 2,325,107,723 -34.46 1,523,861,815 52.54 2,324,452,692 7,825,554,233 19.60

67,579,094,396 62,988,480,275 67,166,829,502 85,191,628,928 282,926,033,762

Page 114: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Tabel 4.32 Pertumbuhan Penerimaan Pajak per Triwulan Tahun 2009

Tabel 4.33 Pertumbuhan Penerimaan Pajak per Triwulan Tahun 2010

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA Tahun 2009 Total Growth

Triwulan I Growth (%) Triwulan II Growth (%) Triwulan III Growth (%) Triwulan IV Rata Rata

1 PERTANIAN PETERNAKAN ,KEHUTANAN DAN PERIKANAN 35,892,342 -70.72 10,510,934 -13.00 9,144,173 426.53 48,147,189 103,694,981 114.27

2 PENGGALIAN DAN PERTAMBANGAN 26,063,883 43.08 37,291,653 -59.87 14,963,311 15.70 17,312,382 95,631,228 -0.37

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 34,966,447,649 6.20 37,133,717,074 0.68 37,387,249,384 20.07 44,889,424,268 154,376,838,402 8.98

4 LISTRIK, GAS, DAN AIR 378,142,088 -37.16 237,611,834 -31.35 163,128,285 146.12 401,494,113 1,180,376,398 25.87

5 KONSTRUKSI 1,941,684,907 51.43 2,940,384,257 90.58 5,603,887,211 114.31 12,009,536,787 22,495,493,418 85.44

6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 7,257,722,396 -36.42 4,614,768,146 15.09 5,311,032,067 106.29 10,956,127,688 28,139,650,382 28.32

7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 4,045,909,865 61.71 6,542,543,512 -23.56 5,000,825,764 -0.30 4,985,700,908 20,574,980,087 12.61

8 KEUANGAN, REAL ESTATE DAN JASA PERUSAHAAN 11,316,182,457 -23.13 8,699,277,561 32.22 11,502,225,783 15.97 13,339,175,309 44,856,861,135 8.36

9 JASA LAINNYA 6,314,254,226 49.13 9,416,463,440 2.21 9,624,927,859 54.49 14,869,080,184 40,224,725,815 35.28

10 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 2,419,122,947 -45.38 1,321,249,044 126.45 2,992,011,474 147.86 7,415,925,208 14,148,308,902 76.31

68,701,422,760 70,953,817,455 77,609,395,311 108,931,924,036 326,196,560,747

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA Tahun 2010 Total Growth

T riwulan I Growth (%) Triwulan II Growth (%) Triwulan III Growth (%) Triwulan IV Rata Rata

1 PERTANIAN PETERNAKAN ,KEHUTANAN DAN PERIKANAN 15,804,180 -71.40 4,519,588 607.83 31,990,985 46.36 46,823,419 99,138,755 194.26

2 PENGGALIAN DAN PERTAMBANGAN 13,502,682 21.16 16,359,584 16.46 19,052,496 10.02 20,960,920 69,875,730 15.88

3 INDUST RI PENGOLAHAN 27,790,272,713 97.71 54,943,878,963 -15.44 46,459,076,258 13.30 52,635,968,496 181,829,196,526 31.85

4 LISTRIK, GAS, DAN AIR 366,313,815 -44.43 203,557,508 105.91 419,152,070 4.74 439,023,956 1,428,047,415 22.07

5 KONSTRUKSI 1,415,095,346 9.91 1,555,278,196 94.15 3,019,624,948 397.24 15,014,877,449 21,004,876,440 167.10

6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 6,487,602,127 25.74 8,157,408,311 2.29 8,343,997,283 22.30 10,204,881,584 33,193,889,355 16.78

7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7,051,729,515 -34.21 4,639,664,198 -23.60 3,544,774,971 -15.44 2,997,529,733 18,233,698,344 -24.41

8 KEUANGAN, REAL ESTATE DAN JASA PERUSAHAAN 11,009,496,389 -2.77 10,704,662,396 -4.80 10,190,577,589 49.87 15,272,492,860 47,177,229,276 14.10

9 JASA LAINNYA 10,246,172,464 7.40 11,004,394,406 77.63 19,547,133,418 12.94 22,075,766,420 62,873,466,806 32.66

10 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 10,373,839,303 -71.49 2,957,252,285 30.80 3,868,208,358 -12.53 3,383,396,223 20,582,696,116 -17.74

74,769,828,534 94,186,975,435 95,443,588,376 122,091,721,060 386,492,114,763

Page 115: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

secara global tingkat pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan meningkat dari Tahun

2008 ke 2009 sebesar 15,29 % selanjutnya dari Tahun 2009 ke 2010 tumbuh 18,48 %.

Tingkat pertumbuhan dari masing masing KLU selama Tahun 2008-2010 tersebut

dilakukan perhitungan trend penerimaan dengan regresi sehingga diperoleh suatu

formula perhitungan yang dapat memproyeksikan penerimaan mendatang. Proyeksi ini

didasarkan pada asumsi tingkat perekonomian yang stabil seperti tahun tahun

sebelumnya. Perhitungan proyeksi penerimaan pajak seluruhnya dapat dilihat dalam

tabel berikut :

Tabel 4.34 Proyeksi penerimaan pajak seluruhnya per KLU

NO KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA PROYEKSI PENERIMAAN PAJAK SELURUHNYA2011 2012 2013 2014 2015

1 PERTANIAN PETERNAKAN ,KEHUTANAN DAN PERIKANAN 151,638,853 185,829,823 220,020,794 254,211,764 288,402,7352 PENGGALIAN DAN PERTAMBANGAN 86,092,575 92,631,977 99,171,380 105,710,783 112,250,1863 INDUSTRI PENGOLAHAN 214,945,178,596 245,187,956,015 275,430,733,434 305,673,510,853 335,916,288,2724 LISTRIK, GAS, DAN AIR 1,468,675,086 1,548,603,364 1,628,531,642 1,708,459,920 1,788,388,1985 KONSTRUKSI 22,756,859,177 20,619,888,062 18,482,916,947 16,345,945,832 14,208,974,7176 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 40,022,416,473 45,768,591,671 51,514,766,869 57,260,942,066 63,007,117,2647 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 14,366,253,299 10,738,707,982 7,111,162,666 3,483,617,349 381,479,1818 KEUANGAN, REAL ESTATE DAN JASA PERUSAHAAN 56,555,338,589 63,907,973,959 71,260,609,330 78,613,244,701 85,965,880,0729 JASA LAINNYA 85,514,331,376 106,906,968,672 128,299,605,968 149,692,243,263 171,084,880,55910 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 25,360,193,612 30,947,530,583 36,534,867,553 42,122,204,523 47,709,541,493

461,226,977,636 525,904,682,109 590,582,386,582 655,260,091,055 720,463,202,677

Page 116: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas mengenai penggalian potensi Pajak Penghasilan dan

Pajak Pertambahan Nilai dapat diperoleh kesimpulan :

1. Berdasarkan analisis penggalian potensi Pajak Penghasilan KLU yang menjadi

andalan penerimaan pajak adalah KLU Industri Pengolahan dan KLU Jasa

Lainnya. KLU yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah prima

adalah KLU Kegiatan yang belum jelas batasannya, KLU Listrik, Gas dan Air,

KLU Penggalian dan Pertambangan, dan KLU Keuangan, Real Estate dan Jasa

Perusahaan. Sedangkan KLU yang perlu mendapatkan perhatian untuk dilakukan

extra effort adalah KLU Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, KLU

Konstruksi, KLU Perdagangan, Hotel dan Restoran serta KLU Pengangkutan dan

Komunikasi.

2. Berdasarkan analisis penggalian potensi Pajak Pertambahan Nilai diketahui tidak

ada yang menjadi andalan penerimaan pajak. KLU yang berpotensi untuk

dikembangkan menjadi daerah prima adalah KLU Listrik, Gas dan Air, KLU

Perdagangan, Hotel dan Restoran , KLU Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan, KLU Konstruksi, KLU Industri Pengolahan dan KLU Jasa Lainnya. .

Sedangkan KLU yang perlu mendapatkan perhatian untuk dilakukan extra effort

adalah KLU Kegiatan yang belum jelas batasannya, KLU Penggalian dan

Page 117: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Pertambangan, KLU Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan serta KLU

Pengangkutan dan Komunikasi.

3. KLU Konstruksi dan KLU Pengangkutan dan Komunikasi dari Tahun 2008

sampai dengan Tahun 2010 selalu mengalami pertumbuhan yang negatif

sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih untuk dilakukan analisis

penyebabnya dan solusi agar lebih ditingkatkan.

4. Secara keseluruhan sektor yang paling dominan di wilayah KPP Pratama

Sukoharjo adalah sektor KLU Industri Pengolahan dimana sejak Tahun 2008-

2010 kontribusinya terhadap total penerimaan pajak mencapai 47%. Sedangkan

sektor yang paling kecil adalah KLU Penggalian dan Pertambangan dimana rata

rata kontribusinya untuk Tahun 2008-2010 hanya sebesar 0,0002 % dari total

penerimaan pajak.

B. Saran-saran

Berdasarkan analisis mengenai penggalian potensi Pajak Penghasilan dan Pajak

Pertambahan Nilai saran yang dapat diberikan penulis :

1. Mempertahankan tingkat pertumbuhan penerimaan pajak maupun tingkat

kontribusinya dari wajib pajak yang berada dalam daerah prima.

2. Melakukan langkah-langkah extra effort terhadap wajib pajak yang berada dalam

daerah potensial maupun yang berkembang baik berupa intensifikasi maupun

ekstensifikasi pajak.

3. Terhadap wajib pajak yang berada dalam area terbelakang perlu dilakukan

strategi khusus untuk mencari penyebab berikut solusinya. Strategi optimalisasi

Page 118: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

tersebut dilakukan untuk menggali potensi yang mungkin masih bisa digali.

4. Melaksanakan mapping, profiling dan benchmarking per KLU .

5. Program peningkatan kepatuhan wajib pajak (Tax Compliance) baik berupa Tax

Education terhadap wajib pajak baru maupun penyuluhan dan sosialisasi

peraturan pajak terhadap wajib pajak per sektor usaha.

6. Program penegakan hukum (Law Enforcement) terhadap wajib pajak yang telah

dilakukan himbauan namun tidak ada respon. Tindakan ini dapat berupa

pemeriksaan pajak, penyidikan pajak dan penagihan pajak.

7. Menciptakan sumber daya manusia yang profesional, memiliki integritas,

teamwork dan kaya inovasi dengan senantisa memberikan pelayanan yang prima

terhadap wajib pajak.

Page 119: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, PJA dalam Brotodiharjo, R, Santoso, 1989, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung, Indonesia.

Anshari Setia Negara, Tunggul 2006, Pengantar Hukum Pajak, Bayu Media Malang,

Chairudin Syah Nasution, 2003, Analisis Potensi dan Pertumbuhan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia Periode 1998-2000, Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2,

Haning, Dedy dan Wirawan Endro Dwi Radianto, 2005, Analisis Potensi Pajak Daerah di Kota Yogyakarta, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1, No. 1, Februari, Hal: 66-77.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 141/PJ/2007 Tanggal 3 Oktober 2007

Keputusan Dirjen Pajak Nomor 34/PJ/2003 Tanggal 14 Pebruari 2003

Langen, W.J, 1975, Asas-asas Pemungutan Pajak, Djembatan, Jakarta, 1975

Mardiasmo, 2003, Perpajakan Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta.

Mulyanto, 2002, Potensi Pajak dan Retribusi Daerah di Kawasan Subasuka Wonosraten Propinsi Jawa Tengah, Center for Institutional Reform and the Informal Sector (IRIS), University of Maryland at College Park.

Munawir, S, 1985, Pokok-pokok Perpajakan, Liberty, Yogyakarta.

Nota Keuangan dan APBN 2010 Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Nota Keuangan dan RAPBN 2011 Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 Tanggal 31 Mei 2007

Pudyatmoko, Y, Sri, 2002, Pengantar Hukum Pajak, Andi, Yogyakarta.

Soemitro, Rochmat, 1992, Asas dan Dasar Perpajakan I, PT. Eresco, Bandung.

Sunarsip, 2010, Pajak dan Kebijakan Fiskal Kita, Republika, Jakarta

Sugiono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

Page 120: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Sugema, Iman, 2004, Iklan “Indonesia Sukses” menyesatkan, Majalah Tempo, Jakarta

Smith, Adam, 1981, An Inquary into the Nature and Cause of The Wealth Of Nations, Indianapolis : Liberty Classic.

Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Atas Barang Mewah Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Wahyuni dan Hariadi, 2009, Analisis Pertumbuhan dan Kontribusi Dana Bagi Hasil

Terhadap Pendapatan Daerah, Jurnal The 3rd National Conference UKWMS, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.

www.pajak.go.id, Sistem Informasi , akses 3 Januari 2011

www.sukoharjokab.go.id, Potensi ekonomi Kabupaten Sukoharjo, akses 3 Januari 2011

www.wonogirikab.go.id, Ekonomi dan Bisnis, akses 4 Januari 2011

Page 121: ANALISIS PENGGALIAN POTENSI PAJAK PENGHASILAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105