Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN
KEBUDAYAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR
PARIWISATA (DI DESA PADANG TEGAL, KECAMATAN
UBUD, KABUPATEN GIANYAR, BALI)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Indriani Rahma Ningrum
105020113111013
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
Analisis Peran Modal Sosial terhadap Pemberdayaan Masyarakat dalam Melestarikan Kebudayaan dan
Pengembangan Sektor Pariwisata (di Desa Padang Tegal, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali)
Indriani Rahma Ningrum
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pemberdayaan Masyarakat merupakan program pemerintah guna menciptakan masyarakat yang mandiri
sehingga menurunkan angka ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah. Terbukanya pasar bebas dunia yang
berdampak pada mudahnya akses untuk bermobilitas antar Negara berdampak pula pada perkembangan sektor
pariwisata. Ubud merupakan salah satu lokasi pariwisata masuk dalam 25 destinasi top Asia Tripadvisor.
Banyaknya kunjungan wisatawan terutama wisatawan mancanegara untuk menikmati wisata budaya yang menjadi
daya tarik utama, maka Ubud sangat dekat dengan pengaruh budaya asing yang dapat melunturkan kearifan lokal.
Kerjasama antara masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan guna meningkatkan sektor pariwisata dan tetap
melestarikan budaya yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya masyarakat dan pemerintah
dalam menjaga kelestarian budaya dan sektor pariwisata supaya tetap berkembang di tengah arus globalisasi juga
untuk mengetahui peran modal sosial dalam pelestarian budaya dan pengembangan sektor pariwisata.
Untuk mencari jawab atas rumusan masalah yang dibuat alat analisis yang sesuai ialah kualitatif
fenomenologi dengan model Triangulasi sumber sebagai uji keabsahan data. Sehingga didapatkan hasil penelitian
yakni masyarakat Padang Tegal, Ubud menggunakan falsafah Tri Hita Karana sebagai modal sosial untuk menjaga
keharmonisan dalam masyarakat, awig-awig merupakan pedoman hidup bermasyarakat karena mencantumkan
nilai, norma dan sanksi yang telah dibuat bersama oleh masyarakat. Pecalang ialah polisi adat yang menjaga
pelestarian budaya dari pelanggaran yang dilakukan turis dan pengusaha pariwisata. Pelestarian budaya
merupakan sarana ibadah bagi masyarakat Padang Tegal, Ubud sekaligus yang mampu meningkatkan pendapatan
di sektor pariwisata sehingga memberikan kesejahteraan secara batin (pelestarian budaya) dan kesejahteraan
secara materi (perkembangan sektor pariwisata).
Kata kunci: Modal Sosial, Kebudayaan, Sektor Pariwisata
A. PENDAHULUAN
Pencurian atau klaim budaya Nusantara merupakan hal yang tidak baru lagi. Wakil Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Bidang Kebudayaan yaitu Wiendu Nuryanti menguraikan bahwa pengklaiman budaya Indonesia oleh
Negara Malaysia- bermula pada November 2007 terhadap Reog Ponorogo, pada tahun 2008 klaim lagu Rasa
Sayange dari Maluku dan pada Januari 2009 terjadi klaim pada batik (Marboen, 2012). Selain itu nilai-nilai yang
mulai hilang di masyarakat, antara lain: mengucapkan kata permisi, mencium tangan orang tua, dan gotong-toyong
(Zahra, 2013).
Salah satu dampak negatif globalisasi yakni masuknnya budaya asing yang bertolak belakang dengan
budaya lokal, perilaku konsumtif dan kapitalis yang dibawa warga Negara asing yang mulai ditiru oleh masyarakat
lokal sehingga tergeruslah kearifan lokal dan menurunnya modal sosial. Dampak positifnya yaitu meningkatkan
neraca perdagangan, pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi domestik, juga
pertumbuhan sektor pariwisata yang sangat pesat merupakan. Dampak dari perkembangan sektor pariwisata dapat
dilihat dalam tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tahun 2011-2013
Tahun Jumlah Wisatawan
(ribu orang)
Penerimaan Devisa
(Miliar US$)
2011 7.649,7 8.6
2012 8.044,5 9.1
2013 8.802,1 10,1
Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah tahun 2012-2013
Berdasarkan data BPS jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada tahun 2011-2013
tersebut di atas selalu mengalami peningkatan jumlah wisatawan yang berbanding lurus dengan penerimaan devisa
yang diterima Negara. Pertumbuhan jumlah wisatawan pada tahun 2011-2012 sebesar 5,16% dan pada tahun 2012-
2013 sebesar 9,42%.
Hubungan antar masyarakat dikarenakan kebutuhaan untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan
menyebabkan sikap individualisme. Modal sosial tumbuh tidak alami akibat hubungan sosial melainkan untuk saling
memanfaatkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan baik yang tercipta di masyarakat atau kelompok menurut
Bourdieu merupakan hubungan persahabatan yang menguntungkan, sehingga jaringan yang tercipta bukanlah hal
yang alami, melainkan jaringan yang terbentuk untuk meraih keuntungan (dalam Yustika, 2010:180).
Peran modal sosial tidak hanya pada tataran kehidupan sosial masyarakat namun juga memiliki peran dalam
pembangunan ekonomi. Menurut Caporaso dan Levine (1992:87-97) dalam aliran neoklasik pasar tidak memiliki
kemampuan dalam menyediakan barang publik, menyelesaikan masalah hak kepemilikan, monopoli, dan
eksternalitas. Munculnya teori modal sosial ternyata memberikan solusi terhadap pemecahan masalah yang terjadi,
sebagai contoh: permasalahan penyediaan barang publik yang dapat diselesaikan oleh modal sosial yaitu dengan
cara menyerahkan tanggung jawab kepada individu dalam kelompok yang kemudian akan menimbulkan keeratan
antar kelompok serta lebih efisien sehingga barang publik dapat disediakan (Yustika, 2010:200).
Semakin banyaknya wisatawan mancanegara yang datang ke Bali merupakan dampak dari perkembangan sector
pariwisata,hal tersebut sangat bersinggungan dengan nilai lokal disana.
Tabel 2. Banyaknya Wisatawan Mancanegara yang Datang Langsung ke Bali per Bulan Tahun 2008 – 2012
B u l a n T a h u n
2008 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Januari 147 799 174 541 179 273 209 093 253 286
2. Pebruari 161 776 147 704 191 926 207 195 225 993
3. M a r e t 160 708 168 205 192 579 207 907 230 957
4. A p r i l 154 911 188 776 184 907 224 704 225 488
5. M e i 167 463 190 803 203 388 209 058 220 700
6. J u n i 178 404 200 566 228 045 245 652 244 080
7. J u l i 190 854 235 198 254 907 283 524 271 512
8. Agustus 195 549 232 255 243 154 258 377 254 079
9. September 189 346 218 443 240 947 258 440 257 363
10. Oktober 189 234 221 282 229 904 247 565 255 021
11. Nopember 173 077 184 803 199 861 221 603 242 781
12. Desember 175 963 222 546 227 251 253 591 268 072
J u m l ah : 2 085 084 2 385 122 2 576 142 2 826 709 2 949 332
Pertumbuhan (%) 24.97 14.39 8.01 9.73 4.34
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2013
Bedasarkan tabel 2. Banyaknya Wisatawan Mancanegara yang Datang Langsung ke Bali per Bulan Tahun 2008
– 2012 menggambarkan bahwa wisatawan asing yang datang ke Bali semakin meningkat meskipun mengalami
penurunan di awal tahun 2009 sebesar 1.422 wisatawan dilanjutkan di bulan februari juga mengalami penurunan
sebesar 26.837 wisatawan namun pada bulan maret dan seterusnya mengalami peningkatan.
Peningkatan jumlah wisatawan dari tahun ke tahun tentunya juga menambah pendapatan daerah dari sektor
pariwisata. Bedasarkan data statistik 2012 tercatat pemasukan dari sektor pariwisata untuk Bali sebesar 65% dari
total pendapat dari beberapa sektor. Sumbangan 65% oleh sektor pariwisata tersebut mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,50%. Sumbangan terbesar sektor pariwisata ialah dari hotel dan restaurant,
dengan prosentase 71,96% dari hotel dan 28,04% dari restaurant. Rasio pajak di Bali ialah yang tertinggi di seluruh
Indonesia yaitu sebesar 3,9% dan PDRBnya tidak terlalu besar. Angka ketergantungan Bali terhadap transfer pusat
sangat rendah jika dibandingkan 32 provinsi lainnya, serta PAD tertinggi sehingga mampu memenuhi kebutuhan
financial daerahnya (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2012).
Berbagai spekulasi bermunculan dengan banyaknya wisatawan asing yang datang ke Bali. Hal tersebut tidak
terjadi dewasa ini, melainkan sejak kali pertama pulau Dewata membuka jalur pariwisata. Ada yang beranggapan
bahwa Bali tidak akan memiliki waktu yang lama untuk bertahan terhadap derasnya arus globalisasi bahkan Bali
hanya akan menjadi kenangan di mata dunia sebagai surga yang hilang. Menurut Durtain (1956:21) dalam Picard
(2006:144) “seiring dengan waktu, jiwa Hindu yang lahir di Bali sepuluh abad yang lalu semakin hari semakin sulit
bertahan, dan mulai kehilangan ciri khasnya karena pengaruh Indonesia Modern akan menghancurkannya”. Namun
di sisi lain Elegant (1987:9) dalam Picard (2006:146) berpendapat bahwa, “ warung hamburger, disco, dan Kentucky
Fried Chicken serta beragamnya penyeragaman dunia modern tidak akan merusak kebudayaan Bali. Telah ribuan
tahun masyarakat Bali mengalami penyerbuan dari luar, dan setiap kali mereka menghadapinya dengan memperkuat
jati diri mereka. Struktur masyarakat Bali begitu kuat dan luwes untuk dikalahkan begitu saja dengan uang.”
Ubud merupakan salah satu destinasi wisata populer di Bali. Menurut Masato Ubud masuk dalam 25 destinasi
top Asia Tripadvisor. Banyak yang dapat dilakukan oleh turis yang datang selain menikmati tari-tarian, juga dapat
merasakan kehidupan ditengah-tengah masyarakat (Farhan, 2013). Kehidupan di tengah masyarakat yang dapat
dirasakan oleh wisatawan mencerminkan kehidupan masyarakat di lingkungan tersebut. masyarakat Ubud masih
menjaga hubungan sosial di dalam masyarakat. Ketika Raja Puri Agung Peliatan IX, Ida Dwagung meninggal dan
akan diadakan upacara pengabenan, masyarakat berbondong-bondong turut membantu mengusung Bade atau tempat
jenazah setinggi 25 meter dengan sukarela dan dapat disaksikan oleh wisatawan. Menurut Komang Ello warga Desa
Peliatan, Ubud, warga secara sukarela membantu dengan senang hati (Widarti, 2010).
Pelestarian budaya oleh masyarakat Ubud yang seiring dengan pengembangan sektor pariwisata menjadi daya
tarik penulis untuk mengetahui dan mencari jawab mengenai upaya yang dijalankan masyarakat dan pemerintah
dalam menjaga kelestarian budaya di era globalisasi seperti saat ini. Di saat maraknya pencurian budaya serta nilai
tradisi yang mulai hilang di beberapa daerah, sebaliknya Ubud eksis dengan budayanya yang menjadi daya tarik
wisatawan. Dalam menjaga budaya dan pariwisata yang melibatkan masyarakat tentunya peran modal sosial
terdapat di dalamnya. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka peneliti ingin mengetahui peran modal sosial dalam
pemberdayaan masyarakat untuk melestarikan kebudayaan dan pengembangan sektor pariwisata di Ubud serta
hubungannya dengan kesejahteraan yang didapatkan masyarakat dari modal sosial yang telah terjalin.
B. KAJIAN PUSTAKA
Pemberdayaan Masyarakat Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Latar belakang pemberdayaan masyarakat menurut Sitepu (2005:186) berasal dari peristiwa yang terjadi
akibat konsep-konsep yang dibuat Negara maju lantas diterapkan Negara berkembang (miskin) yang menimbulkan
kesengsaraan di Negara tersebut. Efek yang ditinggalkan oleh pembangunan tersebut antara lain masyarakat
semakin miskin, korupsi, serta ketergantungan kepada Negara maju. Akibat dari fenomena yang terjadi maka
lahirnya paradigma baru mengenai pembangunan (pemberdayaan) masyarakat. Tujuan daripada pemberdayaan
masyarakat ialah untuk memandirikan masyarakat serta kekuatan internal. Menurut Sayogyo (1999;6) dalam
Mawardi (2007:11) salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk merangsang lahirnya gerakan masyarakat yang
bermula pada komunitas lokal adalah pendekatan top-down yang diganti dengan bottom-up. Masyarakat menjadi
subjek dan pelaku utama dalam kegiatan pembangunan desa. Sehingga masyarakat dapat menerima kegagalan
maupun keberhasilan program karena masyarakat juga melakukan penjajakan masalah dan kebutuhan, perencanaan,
pelaksanaan, juga pengawasan.
Kesejahteraan memiliki kaitan yang erat dengan pemberdayaan masyarakat, karena kesejahteraan merupakan
salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pemberdayaan masyarakat. Kesejahteraan adalah sebuah pencapaian
yang didapatkan seseorang baik secara materi maupun non-materi seperti yang tercantum dalam UU No. 6 tahun
1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2 (1) mengenai pengertian kesejahteraan sosial.
“kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang
diliputi oleh rasa keselamatan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warganegara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya
bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai
dengan Pacasila.”
Menurut Midgley (2000;xi) dalam Suharto (2006:2) manusia memiliki kondisi sejahtera ketika kehidupan
manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan
dapat terpenuhi serta ketika manusia mendapatkan perlindungan dari resiko utama yang mengancam kehidupannya.
Peran Modal Sosial dalam Kehidupan Bermasyarakat
Modal sosial merupakan aset yang dibangun setiap individu yang merupakan buah dari hubungan
bermasyarakat yang baik. Teori modal sosial pertama kali terdapat dalam tulisan Pierre Bourdieu yang
dipublikasikan pada akhir tahun 1970-an berjudul “Le Capital Social: Notes Provisoires”. Namun karena tulisan
tersebut diterbitkan dalam bahasa Perancis, sehingga tidak menarik perhatian oleh ilmuwan lain terutama ilmuwan
Sosial dan ekonomi. Pada tahun 1993 Coleman mengulas hal yang sama dan mengangkat topik yang sama mengenai
modal sosial dalam bahasa inggris, yaitu” Social Capital in the Creation of Human Capital”. Lantas setelah tulisan
tersebut terbit langsung menjadi pembahasan yang sangat menarik bagi ilmuwan Ekonomi dan Sosial, karena modal
sosial menyatukan dua disiplin ilmu antara Ekonomi dan Sosiologi (Yustika, 2010:178).
Menurut Colemen (1988: 102-105) dalam Yustika (2010:182), terdapat tiga bentuk modal sosial, yaitu: (1)
Struktur kewajiban, ekspektasi, dan kepercayaan.; (2) Jaringan Informasi; dan (3) Norma dan sanksi. Berbeda
dengan Colemen yang menggabungkan jaringan dan informasi menjadi satu bentuk, Bourdieu sebagai peletak
konsep awal modal sosial mendefinisikan modal sosial merupakan sumber daya yang diikat untuk mewujudkan
jaringan yang awet sehingga terjalinnya sebuah hubungan persahabatan yang saling menguntungkan (Yustika,
2010:180). Modal sosial tercipta ketika relasi antara orang-orang mengalami perubahan sesuai dengan cara yang
memudahkan tindakan, modal sosial tidak memiliki wujud melainkan diwujudkan dalam relasi di antara orang-
orang (Coleman, 2008:373).
Kekayaan terkadang dapat membuat seseoarng besar kepala dan cenderung individualisme, hal tersebut
membuat sekat antara individu yang berujung pada jaringan yang tidak baik, informasi tidak diberikan secara
sukarela melainkan secara bisnis. Hal tersebut kemudian melunturkan nilai-nilai dalam bermasyarakat. Masyarakat
yang berada dalam tekanan bisnis apabila tidak dapat bertahan maka akan menghilang dari peredaran dan beralih
pada profesi lain yang dianggap lebih mudah untuk dijalani. Apabila hal tersebut terjadi pada pelestari budaya maka
akan semakin sedikit masyarakat yang melestarikan kebudayaan dan lambat laun terjadi kepunahan. Maka
diperlukan modal sosial yang kuat antar masyarakat untuk mengikat hubungan baik diantaranya, sehingga
masyarakat dapat mencapai tujuan yang sama.
Pelestarian Budaya sebagai Penunjang Sektor Pariwisata
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1979: 186-
187) dalam Oktinaldi (2012:21) ada tiga wujud, yaitu: (i) ide, gagasan,nilai, atau norma; (ii) aktifitas atau pola
tindakan dalam masyarakat; (iii) benda atau hasil karya.
Pariwisata menurut UU no. 9/1990 merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela dan bersifat
sementara, serta perjalanan itu sebagian atau seluruhnya bertujuan untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
Menurut Yoeti ( 1996:12) seringkali pariwisata dianggap sebagai bingkai ekonomi, padahal ia merupakan rangkaian
dari kekuatan ekonomi, lingkungan, sosial budaya yang bersifat global. Manfaat daripada pelestarian sektor
pariwisata antara lain: (i) pelestarian budaya dan adat istiadat; (ii) peningkatan kecerdasan masyarakat; (iii)
peningkatan kesehatan dan kesegaran; (iv) terjaganya sumber daya alam dan lingkungan lestari; (v) terpeliharanya
peninggalan kuno dan warisan leluhur; dsb.
C. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian dengan judul Analisis Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat untuk
Melestarikan Kebudayaan dan Pengembangan Sektor Pariwisata di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali menggunakan
modal sosial sebagai unit analisisnya. Maka metode penelitian yang sesuai ialah metode kualitatif sesuai dengan
metode penelitian naturalistik yang termasuk dalam penelitian kualitatif bahwa peneliti dalam mengumpulkan data
bersifat emic, yaitu berdasarkan pandangan sumber data bukan pandangan peneliti (Sugiyono, 2008:6).
Menurut Strauss dan Corbin (2013:5) Metode kualitatif digunakan untuk mengungkap dan memahami
sesuatu dari sebuah fenomena yang belum terungkap. Metode kualitatif dapat memberikan rincian yang kompleks
tentang fenomena yang sulit diungkap dengan menggunakan metode kuantitaif. Dalam pandangan penelitian
kualitatif menurut Sugiyono (2008:207) suatu gejala bersifat menyeluruh atau tidak dapat dipisah-pisahkan,
sehingga peneliti kualitatif tidak menetapkan penelitiannya berdasarkan variable penelitian saja, melainkan juga
mempertimbangkan situasi sosial dari sesuatu yang diteliti seperti tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi
secara sinergis. Sesuai dengan pendekatan Fenomenologi yang memiliki fokus pada pengalaman subjektif manusia
dan dunia yang dijalaninya, maka penelitian ini menggunakan Fenomenologi sebagai pendekatan yang dianggap
sesuai. Peneliti dalam pandangan Fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap
orang-orang yang berada dalam suatu situasi (Moleong, 2004:17).
Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data lapangan, penelitian ini menggunakan dua macam data yaitu primer dan
sekunder guna melengkapi dan pembanding daripada fenomena yang terjadi.
Lokasi Penelitian
Seusai dengan tema dan judul yang telah dipilih maka lokasi yang akan digunakan sebagai wilayah penelitian
ialah di desa Padang Tegal, Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Banyaknya jumlah
pertunjukkan seni budaya yang disuguhkan di Ubud secara rutin merupakan daya tarik wisata dalam bidang
kebudayaan. Kebudayaan inilah yang kemudian menjadi icon pariwisata yang biasa disebut pariwisata budaya.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah
pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2008:246), mengemukakan
bahwa aktivitas dalam anilisis data kualitatif dilakukan secara terus-menerus hingga tuntas, sampai data mengalami
kejenuhan. Aktivitas dalam analisis data tersebut, yaitu: (i) tahap pengumpulan data; (ii) tahap reduksi data; (iii)
penyajian data; (iv) verifikasi dan penarikan kesimpulan.
Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data penting untuk dilakukan guna meyakinkan peneliti terhadap kesesuaian data yang
didapatkan di lapangan. Sugiyono (2008:270) mengungkapkan bahwa Uji kredibilitas data terhadap data hasil
penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. Dalam penelitian untuk menguji keabsahan
data menggunakan triangulasi. Sugiyono (2008:274) menyatakan bahwa triangulasi sumber yaitu melakukan
pengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber yang berbeda. Sehingga dari sumber yang berbeda
tersebut dapat menjawab fenomena yang terjadi di lapangan.
Gambar 3. Model Triangulasi Sumber
Sumber: Sugiyono (2008: 242).
Model Triangulasi Sumber dianggap sesuai dengan penelitian ini karena informan yang dipilih dalam
penelitian ini pun terdiri dari beberapa kelompok masyarakat yang memberikan kontribusi terkait dengan
pengembangan sektor pariwisata. Untuk mendapatkan keabsahan data ddidapatkan dari menyimpulkan beberapa
pernyataan informan yang berbeda. Diharapkan dari beberapa hasil wawancara dengan beberapa sumber, peneliti
mendapatkan jawaban atas fenomena yang terjadi di lapangan.
Wawancara mendalam
Informan A
Informan B
Informan C
D. PEMBAHASAN
Awig-awig sebagai Pedoman Kehidupan Bermasyarakat
Di Desa Padang Tegal, nilai dan norma dibuat secara tertulis yang tercantum dalam undang-undang desa adat
pakraman disebut Awig-awig. Fungsinya ialahsebagai pedoman kehidupan bermasyarakat yang harus dipatuhi oleh
masyarakat desa setempat juga oleh pendatang yang singgah di daerah tersebut. Masyarakat sendiri yang membuat
dan menyetuji undang-undang tersebut, maka masyarakat pula wajib harus menjalankan sesuai kesepakatan. Fungsi
desa adat pekraman serta Awig-awig yang dipatuhi masyarakat mampu menangkal dampak buruk dari banyaknya
budaya yang berlalu lalang. Beranekaragam budaya dibawa oleh wisatawan yang datang, tidak menjadi masalah
bagi penduduk setempat. Sebaliknya hal tersebut menjadi sumber ilmu pengetahuan dan inspirasi untuk menambah
daya tarik wisata di daerah tersebut. Berlakunya sanksi moral yang merupakan bagian dari Awig-awig menjadi
control bagi masyarakat untuk tidak bertindak secara sembarangan. Dampak dari kuatnya hubungan kekerabatan
atau kelompok yang terjalin dapat menimbulkan implikasi negatif, yaitu susahnya akses begi seseorang atau
kelompok di luar individu untuk masuk. Hal tersebut karena batasan akses pihak luar untuk memperoleh peluang
yang sama (Yustika, 2010:195). Dampak negatif modal sosial pun terjadi di masyarakat Padang Tegal, yaitu adanya
batasan akses terhadap pihak luar desa yang tercantum dalam Awig-awig.
Menanam Kepercayaan Berbuah Kepercayaan
Masyarakat Padang Tegal percaya akan karmaphala sehingga mereka lebih berhati-hati dalam melakukan
tindakan, termasuk daalam bersosialisasi juga saling mempercayai. Gotong–royong merupakan salah satu
kebudayaan yang dilestarikan masyarakat Padang Tegal karena masyarakat bekerjasama dalam kegiatan sosial.
Dalam RENSTRA BPMD tahun anggaran 2013-2018 tercantum program Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
yaitu pada bab E. Program dan kegiatan bagian 2. Kegiatan point h. Bulan Bhakti Gotong-royong Masyarakat.
Gotong-royong sebagai bentuk kerjasama masyarakat merupakan program pemerintah yang dapat melestarikan
budaya. Tidak hanya dipandang sebagai kebudayaan yang ingin selalu dilestarikan, namun juga untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat untuk dapat bekerjasama. Gotong-royong bagi masyarakat Padang Tegal adalah hal wajib.
Hal ini terkait dengan nilai yang telah disepakati bersama.
Banyak alternatif yang bisa menjadi pilihan untuk mencapai suatu tujuan.Masyaraat Padang Tegal
contohnya, mereka menggunakan absensi sebagai alternatif mengumpulkan warga. Dengan adanya absensi di setiap
kegiatan bersama, tidak hanya gotong-royong, pada saat ada warga yang berduka pun absensi tetap dihadirkan agar
masyarakat tahu siapa warga yang absen pada pertemuan pada saat itu. Meskipun kegiatan sosial semestinya tidak
mengikat, namun untuk melestarikan adat serta menyatukan masyarakat, maka hal yang mengikat seperti absensi
mampu menjadi alternatif penyatu warga.
Dengan kesadaran masyarakat Padang Tegal terhadap fungsinya dalam masyarakat, maka masyarakat
memberikan kepercayaan kepada semua kalangan juga kepada pemerintah untuk menjalankan tugasnya secara
administratif. Pemerintah tidak lantas menggunakan kepercayaan dengan sembarangan. Apabila keputusan
pemerintah tidak sesuai kehendak masyarakat, maka pemerintah harus melakukan penyesuaian. Pemerintah pun
memberikan kepercayaan bahwa masyarakat mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
Membangun Kerjasama Melalui Jaringan yang Luas
Jaringan dapat membantu seseorang dalam bidang pekerjaannya, modal sosial ini merupakan point penting
selain kepercayaan guna mendapatkan keuntungan financial. Semakin luas jaringan yang dimiliki seseorang dapat
meminimalkan biaya transaksi.Banyaknya pengusaha pariwisata di Padang Tegal merupakan dampak dari jaringan.
Jika pada mulanya masyarakat Padang Tegal mayoritas ialah petani dan seniman, kini pengusaha pariwisata pun
semakin banyak. Hal ini dipicu oleh jaringan yang dibangun dalam masyarakat, dimana masyarakat berbagi ilmu
serta pengalaman kepada keluarga atau temannya, lantas berkembanglah kreasi dan inovasi dalam dunia pariwisata
di Padang Tegal. Konfigurasi jaringan menggambarkan cara membangun kerjasama dengan siapa yang menjadi
inisiator. Organisasi yang terlibat adalah organisasi atau pelaku yang berpartisipasi dalam jaringan. Jaringan yang
luas mampu memberikan dampak yang menguntungkan bahkan pada saat yang tidak terduga atau pada saat darurat,
itulah fungsi daripada jaringan sendiri.
Kemudahan Mengakses Informasi di Dalam Suatu Jaringan
Aspirasi berbetuk informasi yang disampaikan kepada untuk memenuhi kebutuhan public kini dapat
disampaikan dengan lebih mudah. Karena tujuan daripada pembangunan sendiri yaitu untuk kepentingan
masyarakat, sehingga masyarakatlah yang kemudian lebih mengetahui apa-apa saja yang dibutuhkan. Upaya
pemberdayaan masyarakat diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat. Diharapkan tercipta masyarakat mandiri
yang mampu berjalan tanpa bantuan pemerintah. Sehingga tugas pemerintah dinas dalam hal ini hanya memberi
motivasi kepada masyarakat dan menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan setelah adanya informasi yang
diberikan masyarakat.
Meski arus informasi antara pemerintah dan masyarakat menjadi lebih mudah, namun tidak semua
penyampaian informasi mendapat tanggapan langsung. Salah satu kendala yang dialami Pak Dewa dalam
mendirikan yayasan tari Pancadatu dengan tiga sanggar di dalamnya yaitu, sanggar Pancadatu, Windu Lestari, dan
Merdu Kumala ini juga mengalami permaslahan akibat perizinan.
Dikarenakan administratif yang dianggap rumit oleh masyarakat, maka sebagian masyarakat lebih memilih
untuk tidak menyampaikan kebutuhannya kepada pemerintah dan menunggu pemerintah mengetahui keadaan yang
terjadi di masyarakat. Terdapat dua dampak sekaligus akibat tidak sampainya informasi kepada pemerintah, yaitu:
1. Positif: masyarakat mencari jalan atas masalahnya sendiri, sehingga masyarakat menjadi mandiri dengan
sendirinya.
2. Negatif: hubungan masyarakat dengan pemerintah menurun, pemerintah tidak mengetahui kebutuhan
masyarakat.
Dari permasalahan di atas, tidak semua masyarakat yang berdiam diri menyimpan informasi yang dapat
menjadi aset daerah. Dalam sektor pariwisata, masyarakat telah aktif dalam menggali lokasi-lokasi yang dapat
menjadi kunjungan pariwisata. Jika ada sebuah informasi untuk mengembangkan suatu lokasi maka masyarakat
langsung menyampaikannya kepada pemerintah. Setelahnya pemerintah turun ke lapangan untuk memastikan
kebenaran informasi yang didapatkan.
Masyarakat Padang Tegal menggunakan kul-kul sebagai sumber informasi yang diberikan pemimpin adat
kepada mereka. Bunyi kentongan yang telah dipahami juga tercantum dalam awig-awig merupakan salah satu media
informasi, ketika terdengar bunyi kentongan maka masyarakat wajib untuk berkumpul di banjar. Hal tersebut tidak
lagi bersifat tawaran, namun wajib bagi masyarakat. Hal tersebut merupakan upaya pemberdayaan masyarakat.
Membedayakan masyarakat untuk menjaga tradisi serta memberdayakan masyarakat untuk memiliki kepekaan
terhadap suatu hal yang terjadi. Tidak hanya bunyi kul-kul sebagai sarana penyampaian informasi, ada pula
penyampaian informasi melalui surat (secara tertulis) dan menyampaiakan langsung (lisan). Jika pemerintah dinas
menjalankan program yang membutuhkan keterlibatan masyarakat langsung, maka informasi akan lebih mudah
sampai ke tangan masyarakat dengan bantuan Bendesa serta aparatur desa di bawahnya.
Dari empat modal sosial yang diteliti di dalam masyarakat Padang Tegal, terdapat satu modal utama yang dapat
memicu munculnya modal sosial lainnya, yaitu nilai dan norma. Masyarakat Desa Padang Tegal yang menjunjung
tinggi agama dan budaya tentunya sangat menjaga hubungannya dengan Tuhan serta hubungannya dengan alam dan
manusia sebagai ciptaannya. Nilai dan norma yang tercantum di awig-awig sebagai pedoman hidup bermasyarakat
memberikan dampak pada ikatan hubungan sesama manusia (jaringan), kemudian timbul kepercayaan sesama
manusia yang pada akhirnya aliran infomasi mudah didapatkan seseorang.
Tri Hita Karana Penunjang Modal Sosial di Era Globalisasi
Modal sosial digunakan seseorang untuk dapat hidup dengan bersosialisasi. Jika menurut Coleman, Bordiue,
serta tokoh penggigis teori modal sosial, mendefinisikan bentuk, fungsi antara lain kepercayaan, informasi, nilai,
norma, dan sebaginya, namun masyarakat Padang Tegal- Ubud menggunakan Tri Hita Karana sebagai modal sosial.
Tri Hita Karana tidak hanya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat saja, dalam penataan bangunan
pun baik rumah maupun tempat umum juga menggunakan prinsip tersebut. Hal tersebut ditujukan supaya seseorang
dapat mengamalkan Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penataan ruang menggunakan istilah,
pelemahan, pawongan, dan pahrayangan. Bagi pengusaha pariwisata dalam membuat suatu iklan atau promosi
terhadap apa yang ditawarkan, juga harus meggunakan falsafah Tri Hita Karana. Tercantum dalam rancangan Perda
BAB X hak, kewajiban, keharusan, dan larangan pada pasal 27 ayat 4 point a. memelihara, mengembangkan, dan
mempromosikan produk dan daya tarik wisata berdasarkan falsafah Tri Hita Karana.
Hubungan manusia dengan Tuhan merupakan bentuk ketaqwaan kepada Tuhan yang memberi rezeki tidak
hanya financial melainkan juga keselamatan, kesehatan, kedamaian, dsb. Dengan percaya bahwa menjaga
hubungan baik dengan Tuhan, maka Tuhan akan membalas dengan memberikan hal baik kepada umatnya. Dengan
berbekal keyakinan inilah masyarakat Padang Tegal melestarikan budaya yang merupakan bagian dari upacara
keagamaan mereka. Masyarakat yang memiliki satu tujuan yang sama yaitu untuk beribadah kepada Tuhan,
membawa kebersamaan sesama umatnya. Dalam kegiatan beribadah dalam agama Hindu diperlukan pendukung-
pendukung upacara, seperti tari-tarian, musik, persembahan dan sebagainya. Berangkat dari hal tersebut, maka
masyarakat berbondong-bodong untuk memenuhi kebutuhan untuk melengkapi ibadahnya secara bersama-sama.
Saling menghormati umat beragama telah dijalankan masyarakat Padang Tegal secara berabad-abad
lamanya. Meskipun berbeda keyakinan pun sebagai hubungan antar manusia mereka mau bekerjasama atau saling
membantu apabila dibutuhkan. Hal tersebut karena masyarakat yang percaya pada hukum Karmaphala. Ketika
seseorang menanam kebaikan maka akan tumbuh dan mendapatkan kebaikan, dan sebaliknya. Sehingga dengan
bermodalkan keyakinan tersebut maka masyarakat berusaha untuk memiliki hubungan sosial yang rukun. Selain
keinginan masyarakat Padang Tegal sendiri untuk saling tolong-menolong, ada upaya pemerintah pula yang dapat
membantu masyarakat dalam menjaga hubungan sosialnya. Seperti melaksanakan kegiatan di Banjar bersama baik
rutin maupun dadakan.
Konsep ketiga dalam Tri Hita Karana, yaitu hubungan manusia dengan alam, termasuk di dalamnya yaitu
tumbuhan, hewan, dan lingkungan sekitar. Alam merupakan ciptaan Tuhan yang membantu manusia untuk dapat
menjalankan aktifitas sehari-hari, mulai dari tempat tinggal hingga mencari nafkah. Maka diperlukan perlakuan
khusus dari masyarakat Padang Tegal untuk menjaga lingkungannya, terutama sebagai daerah kunjungan wisata.
Tiga falsafah dalam Tri Hita Karana tersebutlah yang kemudian menjadi modal sosial bagi masyarakat
Padang Tegal. Di dalam menjaga ketiga hubungan tersebut, juga telah menciptakan nilai, norma, kepercayaan,
jaringan, dan informasi merupakan modal sosial. Di dalam menjaga hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
diharapkan dapat mematuhi aturan, untuk membedakan hal yang baik dan tidak baik untuk dilakukan, kewajiban dan
hak dapat berjalan seimbang. Hal tersebut terdapat di nilai dan norma, selain itu timbul kepercayaan dari umat
kepada Tuhannya. Di dalam hubungan manusia dengan manusia terjalin sebuah jaringan dan penyampaian informasi
serta kepercayaan di dalam hubungan tersebut. Selain itu juga terbentuk nilai dan norma untuk menjaga hubungan di
masyarakat, sehingga seseorang tidak bertindak sesuai keinginannya sendiri. Hubungan yang terjalin baik inilah
yang kemudian dapat menjadi modal antar manusia untuk saling menambah wawasan dan jaringan yang kelak
berguna dalam mengembangan diri dan tercapainya tujuan. Di dalam hubungan manusia dengan alam juga terdapat
sebuah keuntungan tidak hanya dari segi spiritual namun seperti di Padang Tegal yang menjadi tujuan pariwisata,
menjaga alam sama dengan menjaga keeksisan tempat pariwisata, terutama pariwisata alam.
Peran Modal Sosial terhadap Pelestarian Budaya dan Pengembangan Sektor Pariwisata
Pariwisata Budaya yang menjadi icon pariwisata di desa Padang Tegal, Ubud merupakan dampak dari
pelestraian budaya yang telah dilakukan masyarakat Padang Tegal. Dampak dari pelestarian budaya tersebut ialah
munculnya sektor pariwisata baik alam maupun budaya yang dapat menjadi lahan bagi masyarakat untuk
mendapatkan keuntungan secara materi. Dewasa ini, seiring dengan terbukanya pasar besas menyebabkan lalu lintas
antar Negara menjadi lebih mudah. Tidak hanya pada perdagangan, dalam dunia pariwisata pun mengalami
perkembangan. Terlihat dari jumlah kunjungan yang semakin meningkat, seperti pada table 5.1 perkembangan
jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata di Ubud yang dikelola oleh pemerintah dan swasta Kabupaten Gianyar
dari tahun 2011 s/d 2013.
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Ubud yang Dikelola oleh
Pemerintah dan Swasta Kabupaten Gianyar dari Tahun 2011 S/D 2013.
No. Nama Objek Wisata 2011 2012 2013
Asing Domestik Asing Domestik Asing domestik
1 Museum Rudana 4.911 4.121 7.740 6.934 2.960 3.890
2 Museum Neka 40.597 3.509 35.855 3.480 37.600 4.403
3 Museum Arma 7.516 493 17.388 554 23.488 397
4 Museum Ratna Warta 22.043 3.218 29.265 1.786 35.087 1.659
JUMLAH 75.067 11.341 90.248 12.754 99.135 9.349
TOTAL 86.408 103.002 108.484
Sumber: Dinas Pariwisata (2014)
Meskipun sempat mengalami penurunan wisatawan domestik pada tahun 2013 sejumlah 3.405 namun
secara keseluruhan kunjungan wisatawan tidak mengalami penurunan, sebaliknya mengalami peningkatan. Pada
tahun 2011 ke tahun 2012 jumlah wisatawan naik cukup banyak sejumlah 16.595.
Datangnya wisatawan juga menjadi semangat bagi para penduduk desa Padang Tegal untuk selalu
berinovasi dan berkreasi. Selain untuk memenuhi hasrat bagi seorang seniman dalam berkarya, tumbuhnya sektor
pariwisata pun dapat menjadi ajang menunjukkan hasil karya, dapat pula menjadi media melatih dan menempah diri
untuk mengasah bakat yang dimiliki.
Lalu Lintas Budaya Menjadi Inovasi dan Pengembangan Sektor Pariwisata
Meski masyarakat Padang Tegal bersinggungan langsung dengan budaya asing yang dibawa oleh para
wisatawan, namun masyarakat tetap menjaga budayanya sendiri. Hal ini merupakan pengaruh agama, karena budaya
Sehingga ketika menjalankan agama inilah budaya tetap bertahan. Bukan berarti dengan mempertahankan budaya
masyarakat Padang Tegal tidak menerima teknologi, maupun produk dari perkembangan zaman namun karena
memilki prinsip yang kuat, pengaruh yang dianggap buruk menjadi luntur. Kesadaran yang tinggi dari masyarakat
merupakan kunci dari terpeliharanya budaya secara turun-menurun. Budaya tidak dapat hanya dijalankan oleh satu
generasi saja, namun harus diturunkan. Masayarkat Padang Tegal memberikan pendidikan sejak dini kepada
generasi muda, melalui latihan di sanggar, di sekolah, melalui perlombaan serta kegiatan lain yang dapat menjadi
sarana pendidikan kebudayaan sejak dini bagi anak-anak. Sejak dini anak-anak telah diajarkan bergelut di bidang
seni baik seni, ukir, gamelan, dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan melalui percontohan, yaitu orang tua mengajak
anak secara langsung terlibat dalam kegiatan seni. Selain itu juga keinginan yang besar dari generasi muda untuk
melestarikan budayanya serta memberikan inovasi terhadap kesenian yang ada.
Kini pengusaha pariwisata mulai bekerjasama dengan para seniman untuk mengembangkan usahanya.
Seperti usaha cafe yang menyuguhkan atraksi seni budaya Bali. Hal tersebut guna menarik jumlah pengunjung.
Tidak hanya pengusaha yang semakin kreatif, hal semacam itu juga mendorong para seniman untuk semakin kreatif
untuk menyuguhkan penampilan yang manarik. Desa Padang Tegal yang berada di Ubud, bukanlah objek utama
wisata alam. Yang menjadi daya tarik ialah wisata budaya. Wisatawan dapat melihat pertunjukan seni hampir setiap
hari, latihan menari maupun gamelan, serta akan menjumpai budaya yang dipertahankan disana.
Wisatawan yang datang ke Desa Padang Tegal mengalami peningkatan seiring dengan semakin dikenalnya
pariwisata budaya disana. Meski sempat mengalami penurunan kunjungan wisatawan akibat ledakan bom Bali
pertama, namun kini perlahan jumlah kunjungan mulai mengalami peningkatan. Kejadian dari ledakan bom yang
menjadi bencana meskipun kejadian tidak terjadi di Ubud, namun dampak yang dirasakan pun menjalar hingga ke
Ubud.Suatu hal yang menjadi pelajaran ialah masyarakat dan pemerintah harus bekerjasama dalam menjaga budaya
dan sektor pariwisata.
Dalam menjaga keeksisan budaya untuk mengembangkan sektor pariwisata budaya di Padang Tegal tidak
hanya dilakukan oleh masyarakat saja. Pemerintah pun turut campur dalam menjaga, namun dalam hal ini
pemerintah adat memiliki pengaruh yang lebih besar dalam menjaga kebudayaan dan sektor pariwisata di Padang
Tegal. Hal ini disebabkan adanya hukum adat yang dipatuhi seluruh masyarakat dan hukum adat dianggap lebih
berat dibandingkan dengan sanksi dinas. Berbagai upaya dalam menjaga modal sosial untuk melestarikan budaya
dan mengembangkan sektor, salah satunya ialah dengan adanya Pecalang atu polisi adat yang bertugas menjaga
lingkungan sekitar supaya menghindari hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan peraturan. Seperti jam malam
bagi usaha pariwisata sesuai kesepakatan, serta hal-hal yang mencurigakan dan dapat merusak budaya. Untuk
menjaga pelestarian budaya untuk pengembangan sektor pariwisata, peran modal sosial sangat dibutuhkan. Karena
masyarakat tidak dapat melakukanya secara perorangan, namun perlu koordinasi dan kerjasama yang kuat dalam
menjalankan nilai dan norma adat. Terciptanya sebuah jaringan yang tidak hanya dengan masyarakat lokal, tetapi
dengan mancanegara sehingga sektor pariwisata semakin berkembang dan diminati serta untuk mendapatkan aliran
informasi yang berguna untuk mengembangkan sektor pariwisata.
Peran Modal Sosial terhadap Peningkatkan Kesejahteraan
Kesejahteraan tidak hanya dinilai berdasarkan banyak tidaknya materi yang dimiliki seseorang.
Kesejahteraan rohani dapat didapatkan ketika seseorang mencapai cita-citanya, menyelesaikan karyanya, memiliki
kesehatan, dan sebagainya yang tidak bersifat materi. Namun kesejahteraan materi yaitu ketika seseorang mampu
mencukupi kebutuhan dasar sehari-hari.
Kesejahteraan Rohani sebagai Dampak Pelestarian Budaya
Dalam melestarikan kebudayaan yang merupakan bagian dari agama, masyarakat Padang Tegal
mendapatkan kesejahteraan berupa spiritual yang tinggi dibandingkan dengan kesejahteraan materiil. Bagi mereka
kesejahteraan materiil mengikuti daripada kesejahteraan spiritual atau rohani. Rasa syukur terhadap karunia yang
didapatkan merupakan bentuk dari pencapaian kesejahteraan rohani. Dalam melestarikan budaya bagi masyarakat
yang merupakan kewajiban tidak dianggap sesuatu yang memberi tekanan, justru mendorong masyarakat untuk
terus menjaga budayanya. Dalam pelestarian budaya yang dilakukan masyarakat secara bersama-sama merupakan
upaya untuk mencapai kesejahteraan rohani. Dengan hubungan yang terjalin di masyarakat, maka seseorang akan
mendapatkan kesejahteraan rohani, seperti tugas yang dikerjakan bersama-sama.
Mayarakat Padang Tegal mengikuti nalurinya untuk terus menjaga kebudayaan dengan berbagai cara,
seperti menari, melukis, memahat, dan kegiatan yang berhubungan dengan kebudayaan setempat. Hal tersebut
semata tidak hanya untuk pemenuhan kewajiban sebagai warga desa pekraman yang harus patuh terhadap aturan
dalam awig-awig, namun merupakan keinginan pribadi karena melestarikan budaya erat kaitannya dengan beribadah
kepada Tuhan.
Kesejahteraan ekonomi sebagai dampak perkembangan sektor pariwisata
Kesejahteraan ekonomi masyarakat Padang Tegal berasal dari sektor pariwisata yang kian berkembang.
Erat kaitannya budaya dan pariwisata di Padang Tegal, karena pariwisata yang disuguhkan ialah pariwisata budaya.
Sehingga selain sejahtera rohani masyarakat dapat menggali kesejahteraan jasmani atau materi melalui sektor
pariwisata.
Menurut Suharto (2006:14), kesejahteraan sosial termasuk suatu proses atau usaha terencana yang
dilakukan perorangan, lembaga sosial, masyarakat maupun pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan
melalui pemberian layanan sosial dan tunjangan. Peningkatan kesejahteraan secara materi juga diperlukan
disamping mensejahterakan rohani. Kesejahteraan masyarakat Padang Tegal dari segi ekonomi mengalami
perubahan seiring dengan berkembangnya sektor pariwisata. Masyarakat yang dulunya seorang petani, kini beralih
menjadi pengusaha pariwisata, meskipun tidak semua. Hal ini merupakan dampak dari bertambahnya usaha
pariwisata yang kemudian membutuhkan lahan untuk bangunan, sehingga lahan pertanian menjadi alternatif
penyedia lahan untuk bangunan atau lokasi pariwisata.
Sebuah tindakan pasti akan membawa resiko masing-masing, semakin berkembangnya sektor pariwisata
namun sektor pertanian menjadi menurun. Namun nilai yang lebih ditawarkan ialah masyarakat memiliki taraf hidup
yang lebih baik, sejahtera secara ekonomi. Pola masyarakat yang mengalami perubahan tidaklah merubah tatanan
masyarakat dalam kehidupan sosialnya. Perkembangan sektor pariwisata yang mampu menjadi ajang bagi
masyarakat untuk meningkatkan pendapatan, juga meningkatkan kreatifitas masyarakat untuk berinovasi dan
berkreasi untuk mengembangkan usaha.
Peralihan matapencaharian merupakan upaya untuk memenuhi kebutuahan hidup yang semakin mahal.
Potensi pariwisata yang terus digali oleh masyarakat dan pemerintah dapat menjadi alternatif baru dengan
diperluasnya sektor pariwisata. Pengembangan sektor pariwisata ternyata mampu memberikan dampak pada
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Petani yang dulu dikatakan hanya makan sehari satu kali kini setelah bekerja di
sektor pariwisata menjadi tiga kali dalam sehari. Sehingga secara ekonomi masyarakat sudah sejahtera karena
tercukupinya kebutuhan dasar.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, maka kesimpulan dan saran yang dapat dikemukakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melestarikan budaya merupakan bentuk ibadah kepada Tuhan bagi masyarakat Padang Tegal. Seni
tradisional merupakan persembahan untuk ritual keagamaan, sedangkan seni kontemporer merupakan
kreasi masyarakat sebagai panorama wisata budaya. Masyarakat yang telah melestarikan budaya dan
bergerak dalam bidang tersebut telah membuka jalan bagi gerbang pariwisata untuk semakin berkembang.
2. Di Padang Tegal, Ubud terdapat dua sistem pemerintahan, yaitu: pemerintah administratif dan pemerintah
adat. Pemerintah dinas membantu masyarakat dalam hal administrasi sedangkan pemerintah adat bertugas
menjaga kerukunan warga untuk menghindari konflik internal juga mengurus perihal adat dan budaya di
masyarakat. Peran dari pada pemerintah adat dianggap lebih dominan dibandingkan pemerintah dinas.
3. Upaya dalam pelestarian budaya dan pengembangan sektor pariwisata di era global ini, yaitu:
a. Awig-awig, undang-undang adat yang berisi nilai, norma dan sanksi adat serta kegiatan warga pun
seperti gotong-royong kemudian isyarat-isyarat untuk memberikan informasi kepada masyarakat
sepertibunyi kul-kul tercantum di dalamnya. Di dalam pembuatan Awig-awig dilakukan oleh
seluruh masyarakat dalam Parume Agung.
b. Adanya Desa adat pekraman yang bertugas mengontrol setiap kegiatan warga baik sosial hingga
ritual keagamaan.
c. Pecalang, polisi adat yang bertugas menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat. Dalam
pelestraian budaya bertugas memberi keamanan dalam menjalankan ritual keagamaan. Sedangkan
untuk pariwisata bertugas sebagai control sehingga pengusaha pariwisata menjadi tertib sesuai
dengan kesepakatan yang telah dibuat ,seperti jam malam.
d. Melibatkan generasi muda dalam kegiatan pelestarian budaya.
e. Tri Hita Karana sebagai landasan kehidupan sosial masyarakat juga sebagai modal sosial.
Penerapan makna Tri Hita Karana di segala aspek kehidupan masyarakat Bali, tidak hanya
kehidupan sosial keagamaan, juga dalam bentuk rumah, dalam hal pariwisata juga para pengusaha
pariwisata harus mengamalkan azas tersebut.
4. Dampak Modal Sosial yang terdapat di masyarakat Padang Tegal tidak hanya yang positif saja, dampak
negatif pun menjadi salah satu bagian dari dampak modal sosial, yakni: sulitnya bagi pihak luar untuk
mendapatkan hak yang sama dengan penduduk asli Padang Tegal.
5. Tri Hita Karana menjadi bentuk lain modal soial bagi masyarakat Padang Tegal. Dengan berbekal falsafah
tersebut masyarakat menjaga dengan baik hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia juga
manusia dengan alam. Sehingga nilai, norma, kepercayaan, jaringan, dan informasi dapat berjalan baik di
masyarakat karena masyarakat mengamalkan azas tersebut.
6. Kesejahteraan memiliki dua sifat yaitu jasmani dan rohani. Modal sosial berfungi untuk meningkatkan
kesejateraan baik jasmani maupun rohani. Dalam pelestarian budaya masyarakat mendapatkan
kesejahteraan rohani. Kesejahteraan jasmani didapatkan masyarakat dari pengembangan sektor pariwisata.
Alih fungsi lahan pertanian menyebabkan sebagian masyarakat yang dulunya berprofesi sebagai petani kini
menjadi pengusaha pariwisata. Dan taraf hidup masyarakat meningkat, jika dulu hanya makan satu kali kini
bisa 2-3 kali.
Saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan antara lain:
1. Pemberdayaan masyarakat sayogyanya dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat. Jika
pemerintah adat dan masyarakat telah bekerjasama, maka peran dari pada pemerintah dinas pun menjadi
hal yang dinantikan masyarakat.
2. Adanya wadah khusus bagi seniman tua seperti sanggar atau paguyuban seni khusus lansia untuk bersama-
sama berkreasi. Manfaat yang didapat dari pembentukkan wadah tersebut, ialah: (1) para seniman muda
dapat berbagi ilmu dan pengalaman dari para pendahulunya, (2) seniman tua dapat berkreasi atau
menyalurkan keinginannya yang dibantu oleh para seniman muda jika dibutuhkan, (3) menjadi kunjungan
wisatawan, wisatawan akan di kenalkan dengan seluruh seniman tua maupun muda yang telah bergelut
dalam bidang seni dalam melestarikan budaya Bali, (4) kesejaterahan rohani dan jasmani bagi para seniman
tua yang mulai terpinggirkan.
3. Adanya tarif resmi yang diberlakukan untuk standart dalam usaha pariwisata di Padang Tegal, dari masing-
masing usaha dan klasifikasi yang dapat digolongkan, seperti hotel, dan jasa tour and travel. Jika semua
memiliki standart yang sama dan telah disahkan, maka hal ini akan berdampak pada pemerataan
pendapatan. Wisatawan tidak akan mencari travel yang jauh dari lokasi karena harga lebih murah dan
diharapkan wisatawan menggunakan jasa yang terdekat dengan lokasi.
DAFTAR PUSTAKA
_____, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial
A, Yoeti, Oka. Edisi Revisi 1996, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Penerbit Angkasa. Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Gianyar. 2013. Renstra SKPD Tahun Anggaran 2013-
2018
Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Resmi Statistik. No. 10/02/Th. XVI, 1 Februari 2013
Badan Pusat Statistik. 2014. Berita Resmi Statistik. No. 12/02/Th. XVII, 3 Februari 2014
Coleman, James S. 2008. Dasar-dasar Teori Sosial Referensi Bagi Reformasi, Restorasi, dan Revolusi.
Bandung: Penerbit Nusa Media
Corbin, Juliet dan Staruss, Anslem. 2013. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Farhan, Afif. 2013. Ini Alasan Ubud Sangat Menyenangkan untuk Turis, www.detiktravel.com. 27
November 2013
Mawardi, M. 2007. Peranan Social Capita dalam Pemberdayaan Masyarakat. Vol. 3, no. 2, Juni 2007
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2012. Deskripsi dan Analisis APBD 2012.
www.djpk.kemenkeu.go.id
Marboen, Ade. 2012. 2007-2012 Malaysia Klaim Tujuh Budaya Indonesia. www.antaranews.com. 19 Juni
2012
Moleong, J Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Picard, Michel. 2006. Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. Jakarta Selatan: KPG (Kepustakaan
Populer Gramedia)
Sitepu, Abdi Zulkarnain. 2005. Pemberdayaan Masyarakat Islam Melalui Pemberdayaan Ekonomi Ummat.
Volume 1, Nomor 2, Juni 2005
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuanitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suharto, Edi. 2006. Kebijakan Perlindungan Sosial Bagi Kelompok Rentan Kurang Beruntung.
Suharto, Edi. 2006. Petadan Dinamika Welfare State di Beberapa Negara.
Widarti, Peni. 2010. Kemegahan Ngaben Raja Ubud Bali. www.vivanews.com. 3 november 2010
Yustika, Ahmad Erani. 2010. Ekonomi Kelembagaan Definisi, Teori, dan Strategi. Jatim: Bayumedia
Publishing.
Zahra, Tsurayya. 2013. 4 Budaya Indonesia yang Hampir Luntur. www. Actual.co. 25 Desember 2013