115
ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN DI INDONESIA SKRIPSI Novi Yulianti 1112092000033 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M / 1440 H

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA

INDUSTRI PAKAN DI INDONESIA

SKRIPSI

Novi Yulianti

1112092000033

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1440 H

Page 2: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA

INDUSTRI PAKAN DI INDONESIA

Novi Yulianti

1112092000033

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada

Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1440 H

Page 3: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …
Page 4: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …
Page 5: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Novi Yulianti

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 09 November 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bangka Raya RT 004/01 No. 11B

Kel. Pela Mampang, Kec. Mampang Prapatan

DKI Jakarta 12720

No. Hp : 0812 9370 0404

Email : [email protected]

2012 – 2018 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009 – 2012 : SMA Negeri 55 Jakarta

2006 – 2009 : SMP Negeri 141 Jakarta

2000 – 2006 : SD Negeri Pela Mampang 01 Pagi

1999 – 2000 : RA Nurul Inayah

2014 – 2015 : PT Nutrifood Indonesia – Internship CSV NutriSari

- Staf Ahli Bagian Finance Katering Sehat NutriSari

2015 – 2016 : Monsanto Indonesia

- Finance Tax Internship

2017 – 2018 : PT Marketing Komunikasi Indonesia

- Sales Call Event for Gaga Food Product

- Call Center for Asian Paints Project

2018 – Sekarang : PT Grama Bazita

- Human Resource Internship

Data Diri

Riwayat Pendidikan

Pengalaman Kerja

Page 6: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

v

2014 – 2015 : Sekolah Kita Rumpin (SKR)

- Kakak Pengajar Relawan Kelas Umum

2015 – 2016 : Social Trust Fund (STF)

- Volunteer for Charity Store

2011 – 2012 : Penerima Beasiswa Terpadu Best Elnusa

2015 – 2016 : Penerima Beasiswa Bank Indonesia

Lainnya

Prestasi

Page 7: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

RINGKASAN

Novi Yulianti. Analisis Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di

Indonesia. Di bawah bimbingan Lilis Imamah Ichdayati dan Rizki Adi Puspita

Sari.

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan

strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan.

Indonesia menjadi salah satu negara penghasil jagung yang arah produksinya

berdasarkan pada kebutuhan konsumsi manusia. Akan tetapi, peran jagung mulai

mengalami pergeseran fungsi menjadi bahan baku industri, khususnya industri

pengolahan pakan ternak. Hal ini sejalan dengan perkembangan baru dalam

industri pakan yang menuntut kebutuhan jagung yang cukup besar. Di lain pihak,

penawaran jagung oleh petani dan pedagang untuk industri pakan relatif rendah

sehingga jumlah jagung yang diminta melebihi kapasitas jumlah jagung yang

ditawarkan kepada industri pakan.

Kondisi tersebut mendorong industri pakan melakukan permintaan impor

jagung sebagai jalan keluar untuk menjaga kontinuitas bahan baku jagung. Oleh

karena itu, permintaan impor (import demand) dapat diartikan sebagai kelebihan

permintaan (excess demand). Namun, yang terjadi saat ini adalah permintaan

impor jagung pada industri pakan mengalami kecenderungan berfluktuatif,

sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.

Penelitian analisis permintaan impor jagung pada industri pakan di

Indonesia, bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia. (2) menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di

Indonesia. Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda. Metode

analisis yang digunakan adalah metode analisis kualitatif berupa analisis

deskriptif dan metode analisis kuantitatif berupa analisis regresi linier berganda.

Penelitian juga menggunakan data deret waktu (time series) dengan skala

caturwulan dalam kurun waktu tahun 2005-2015.

Berdasarkan analisis dalam penelitian ini diperoleh nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,659. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas

meliputi penawaran jagung pada industri pakan, permintaan jagung pada industri

pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar

Amerika Serikat sebesar 65,9 persen dapat menjelaskan variabel terikatnya yaitu

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia. Sementara itu, sebesar

Page 8: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

vii

34,1 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian. Hasil uji F

menunjukkan secara simultan variabel bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel terikatnya. Faktor-faktor yang berpengaruh secara

signifikan terhadap permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia

dengan taraf nyata (α) lima persen adalah penawaran jagung pada industri pakan,

permintaan jagung pada industri pakan, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar

Amerika Serikat.

Kata kunci : Permintaan Impor Jagung, Industri Pakan Ternak, Penawaran

Jagung, Harga Internasional Jagung.

Page 9: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Permintaan

Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia”. Penulisan skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi

Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak. Pihak-pihak yang memberikan bantuan dan dukungan baik

secara moril dan materil, secara langsung maupun tidak langsung, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak Tjastra dan Ibu Kasmah atas doa, nasihat, kesabaran,

dan pengorbanan, serta dukungan secara moril maupun materil yang

diberikan kepada penulis. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu bakti

serta wujud cinta dan kasih sayang penulis kepada Bapak dan Ibu.

2. Seluruh keluarga, khususnya kakak-kakak penulis Cuhati dan Gunaifi.

Terima kasih untuk kepercayaan kalian. Semoga selalu menjadi kakak yang

bisa diandalkan.

Page 10: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

ix

3. Pembimbing akademik dan skripsi Dr. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan

Rizki Adi Puspita Sari, S.P., M.M terima kasih telah memberikan dukungan,

arahan, dan nasihat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Penguji skripsi Ir. Junaidi, M.Si dan Rahmah Farahdita S, M.Si terima kasih

untuk kritik dan saran yang diberikan, serta arahan guna kesempurnaan

skripsi ini.

5. Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Dr. Ir. Edmon Daris, M.S dan

Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si yang telah memberikan kesempatan dan

dukungan kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu

penulis dalam proses akademis.

6. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Dr. Agus Salim, M.Si yang telah mengesahkan karya

tulis ini sebagai skripsi, beserta jajarannya.

7. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, wawasan,

dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

8. Seluruh Karyawan Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian RI,

Kementerian Perdagangan RI, dan lembaga-lembaga terkait penelitian yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menghimpun data-data

penelitian.

9. Sahabat-sahabat penulis Rina Riswanti D, Nur Hikmah, dan Binta Ninda MM

yang selalu memberikan doa tulus kalian dan selalu mendukung tanpa henti.

Page 11: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

x

Terima kasih telah berbagi kesedihan dan kebahagiaan. Meskipun waktu dan

jarak memisahkan, semoga persahabatan tetap terjalin untuk selama-lamanya.

10. Seluruh kawan-kawan Agribisnis A terima kasih untuk dukungan kalian

semua. Khususnya kepada Alivia, Shahnaz, dan Annisa Mirat yang tetap setia

sampai akhir menemani penulis menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan, Keluarga Besar Agribisnis 2012 yang telah

tumbuh dan berkembang bersama penulis selama perkuliahan. Kakak-kakak

Senior Agribisnis yang telah memberikan bantuan dan informasi mengenai

seluk-beluk skripsi, serta Adik-adik Junior Agribisnis.

12. Seluruh Karyawan Monsanto Indonesia, Tim Booster dan Katering Sehat

NutriSari, Keluarga KKN Elegant 2015 dan Warga Kampung Jonggol.

Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhirnya hanya

kepada Allah semua itu diserahkan, semoga amal baik kita diterima oleh Allah

SWT, Aamiin Ya Rabbal Allamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Februari 2018

Penulis

Page 12: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10

2.1 Komoditas Jagung .................................................................. 10

2.2 Permintaan Industri................................................................. 13

2.3 Konsep Perdagangan Internasional ......................................... 15

2.4 Teori Permintaan Impor .......................................................... 17

2.5 Konsep Nilai Tukar ................................................................ 19

2.6 Indeks Harga Konsumen (IHK) .............................................. 20

2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................... 21

2.8 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 25

2.9 Hipotesis Penelitian ................................................................ 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 29

3.1 Waktu Penelitian .................................................................... 29

3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 29

3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 30

3.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ............................ 31

3.4.1 Analisis Deskriptif ......................................................... 36

3.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda ................................... 36

Page 13: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

xii

3.4.3 Uji Asumsi Klasik .......................................................... 38

3.4.4 Uji Statistik (Uji Hipotesis) ............................................ 42

3.5 Definisi Operasional .............................................................. 47

BAB IV GAMBARAN UMUM ................................................................... 49

4.1 Sejarah Tanaman Jagung ........................................................ 49

4.2 Perkembangan Komoditas Jagung .......................................... 51

4.2.1 Penawaran dan Permintaan Jagung Industri Pakan ......... 51

4.2.2 Perkembangan Impor Jagung ......................................... 54

4.2.3 Perkembangan Harga Jagung ......................................... 55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 57

5.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia .... 57

5.1.1 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ...................................... 58

5.1.2 Hasil Pengujian Statistik ................................................ 63

5.1.3 Persamaan Regresi Linier Berganda ............................... 69

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor

Jagung pada Industri Pakan di Indonesia ................................. 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 81

6.1 Kesimpulan ............................................................................ 81

6.2 Saran ...................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84

LAMPIRAN ..................................................................................................... 89

Page 14: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

DAFTAR TABEL

1. Total Volume Penggunaan Jagung di Provinsi Sampel .................................. 3

2. Volume dan Nilai Impor Jagung oleh Industri Pakan di Indonesia ................. 5

3. Kode HS dan Deskripsi Jagung Segar dan Olahan ....................................... 12

4. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu .............................. 25

5. Data dan Sumber Data Penelitian ................................................................ 30

6. Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi .................................. 40

7. Persamaan dan Perbedaan antara Jagung dengan Teosinte ........................... 50

8. Penawaran dan Permintaan Jagung Industri Pakan ...................................... 52

9. Hasil Uji Multikolinieritas Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan

Indonesia .................................................................................................... 58

10. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser) Model Permintaan Impor

Jagung Industri Pakan Indonesia ................................................................. 60

11. Hasil Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) Model Permintaan Impor Jagung

Industri Pakan Indonesia ............................................................................. 61

12. Hasil Pengujian Ada Tidaknya Autokorelasi dengan Durbin-Watson .......... 61

13. Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) Model Permintaan Impor Jagung

Industri Pakan Indonesia ............................................................................. 62

14. Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) Model Permintaan Impor

Jagung Industri Pakan Indonesia ................................................................. 63

15. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Permintaan Impor Jagung

Industri Pakan Indonesia ............................................................................. 64

16. Hasil Uji Statistik Simultan (Uji F) Model Permintaan Impor Jagung

Industri Pakan Indonesia ............................................................................. 65

17. Hasil Uji Statistik Parsial (Uji t) Model Permintaan Impor Jagung Industri

Pakan Indonesia .......................................................................................... 66

Page 15: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

DAFTAR GAMBAR

1. Persentase Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2015 .............................. 2

2. Penyerapan Jagung oleh Industri Pakan di Indonesia (2005-2015) ................. 3

3. Mekanisme Perdagangan Internasional ........................................................ 16

4. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................ 27

5. Penyaluran Jagung Tingkat Petani dan Pedagang ........................................ 51

6. Realisasi Impor Jagung HS 1005.90.90.00 Tahun 2005-2015 ...................... 54

7. Perkembangan Harga Impor Jagung Tahun 2005-2015................................ 56

Page 16: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

DAFTAR LAMPIRAN

1. Indeks Harga Konsumen Indonesia 2010=100 ............................................. 90

2. Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat 2010=100 .................................. 91

3. Non-Energy Price Index 2010=100 ............................................................. 92

4. Data Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor

Jagung pada Industri Pakan di Indonesia ..................................................... 93

5. Hasil Regresi Linier Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia ........................ 95

Page 17: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan penghasil

karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk

Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana

bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Amerika

Serikat juga menjadikan jagung sebagai sumber pangan alternatif (Hidayanto dan

Yossita, 2014 : 1). Komoditas jagung saat ini menjadi komoditas nasional yang

cukup strategis, karena selain merupakan bahan pangan pengganti beras yang

dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat, jagung juga merupakan bahan baku

pakan ternak. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai hijauan pakan ternak,

baik diambil minyaknya dari bulir, dibuat tepung yang dikenal dengan tepung

jagung atau maizena, dan bahan baku industri dari tepung bulir maupun tepung

tongkolnya. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai

penghasil bahan farmasi.

Indonesia menjadi salah satu negara penghasil jagung yang arah

produksinya berdasarkan pada kebutuhan konsumsi manusia. Seperti diketahui

beberapa daerah penghasil jagung utama seperti Nusa Tenggara Timur dan Jawa

Timur memproduksi jagung sebagai makanan pokok. Akan tetapi, peran jagung

mulai mengalami pergeseran fungsi dari bahan makanan menjadi bahan baku

industri, khususnya industri pengolahan pakan ternak. Berikut data persentase

penggunaan jagung di Indonesia pada tahun 2015, disajikan pada Gambar 1.

Page 18: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

2

Gambar 1. Persentase Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2015

Sumber: Pusdatin Pertanian (2016 : 25)

Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa jagung yang digunakan untuk

konsumsi langsung sebesar 2,68 persen, untuk kebutuhan pakan dibagi menjadi

industri pakan dan peternak mandiri dengan perolehan masing-masing mencapai

48,32 persen dan 25,80 persen, serta penggunaan lainnya yaitu kebutuhan benih

dan industri non pakan sebesar 0,46 persen dan 22,74 persen. Hal ini tentu

mendukung pernyataan bahwa telah terjadi pergeseran fungsi jagung di Indonesia.

Tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani sebagai

bentuk upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia membuat konsumsi

produk peternakan seperti daging, telur, dan susu mengalami peningkatan.

Meningkatnya produk peternakan membuat industri peternakan semakin

berkembang pesat, sehingga berdampak pada peningkatan kebutuhan jagung

sebagai bahan utama pengolahan pakan. Jagung menjadi salah satu bahan baku

penting dari sekitar 30 jenis bahan baku yang digunakan. Proporsi jagung dalam

2.68%

48.32%

25.80%

0.46%

22.74%

Konsumsi Langsung

Kebutuhan PakanIndustri Pakan TernakKebutuhan PakanPeternak MandiriPenggunaan LainnyaKebutuhan BenihPenggunaan LainnyaIndustri Non Pakan

Page 19: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

3

pakan adalah rata-rata 51 persen khususnya untuk ayam ras yakni ayam broiler

dan petelur (Yusdja dan Agustian, 2003 : 27).

Berdasarkan GPMT dan Pusdatin Pertanian, penyerapan jagung oleh

industri pakan di Indonesia meningkat setiap tahunnya mulai tahun 2005 sebesar

3.115.000 ton sampai dengan tahun 2015 sebesar 8.250.000 ton dengan rata-rata

pertumbuhannya mencapai 10,36 persen. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan

baru dalam industri pakan yang menuntut kebutuhan jagung yang cukup besar.

Menurut Pusdatin Pertanian (2016 : 25), terdapat sekitar 83 unit pabrik pakan

yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia. Berikut data penyerapan jagung

oleh industri pakan di Indonesia, disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Penyerapan Jagung oleh Industri Pakan di Indonesia (2005 – 2015)

Sumber: USDA diolah GPMT dan Pusdatin Pertanian (2016 : 25)

Menurut hasil survei penggunaan jagung tahun 2014 oleh Kementerian

Pertanian, diketahui proporsi jagung impor dan lokal yang digunakan sebagai

bahan baku pengolahan pakan ternak oleh pabrik pakan masing-masing sebesar

50,11 persen dan 49,89 persen (Tabel 1). Penggunaan jagung impor untuk

3,115 3,600 3,850 4,050 4,100

4,985 5,600

6,150 6,900

7,650 8,250

- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(000

Ton

)

(Tahun)

Penyerapan industri pakan (000 Ton)

Page 20: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

4

provinsi yang bukan sentra produksi dengan jumlah pabrik pakan banyak terlihat

menggunakan jagung impor. Banten menjadi provinsi di mana penyerapan jagung

impor tertinggi sebesar 1.108.511 ton. Ini menunjukkan bahwa Banten adalah

provinsi bukan sentra jagung dengan jumlah pabrik pakan relatif banyak, sehingga

kebutuhan jagung mereka dipenuhi dari impor (Pusdatin Pertanian, 2014 : 32).

Tabel 1. Total Volume Penggunaan Jagung di Provinsi Sampel, Juni s.d Mei 2014

Provinsi Kebutuhan (Ton)

Total Proporsi (%)

Jagung Lokal

Jagung Impor

Lokal Impor

Banten 628.022 1.108.511 1.736.533 36,17 63,83 Jabar 165.000 419.875 584.875 28,21 71,79 Jateng 235.934 135.264 371.198 63,56 36,44 Jatim 1.188.548 845.376 2.033.924 58,44 41,56 Sumut 402.363 362.267 764.630 52,62 47,38 Lampung 230.185 173.980 404.165 56,95 43,05 Sulsel 182.245 - 182.245 100,00 0,00 Total Sampel*) 3.032.296 3.045.273 6.077.569 49,89 50,11 Total 3.369218 3.383.637 6.752.855 Keterangan: *) Pabrik pakan yang disurvei adalah 90,0% dari seluruh pabrik pakan Sumber: Pusdatin Pertanian (2014 : 32)

Saat ini kebutuhan jagung sebagai bahan baku pengolahan pakan ternak

dipenuhi dari produksi nasional dan impor jagung. Kebutuhan jagung nasional

belum sepenuhnya dipenuhi dari produksi jagung nasional. Hal ini karena pola

panen jagung yang mencapai puncaknya hanya pada bulan Februari, Maret, dan

April, sedangkan pada bulan-bulan lainnya cenderung konstan (Pusdatin

Pertanian, 2016 : 1). Oleh karena itu, kegiatan impor jagung yang dilakukan oleh

industri pakan merupakan suatu bentuk upaya untuk menjaga kontinuitas

kebutuhan jagung sebagai bahan utama dalam pengolahan pakan ternak.

Page 21: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

5

Akan tetapi, jika terus berlanjut atau industri pakan selalu mengandalkan

impor jagung sebagai jalan keluar untuk memenuhi kebutuhannya, maka dapat

dipastikan Indonesia menjadi ketergantungan impor jagung. Ketergantungan

terhadap impor tersebut hanya akan menimbulkan dampak negatif bagi suatu

negara, dikarenakan neraca perdagangan yang selalu defisit. Selain itu, juga

mengindikasikan bahwa sektor industri khususnya industri pakan telah menjadi

importir jagung terbesar dan turut berkontribusi dalam perkembangan impor

jagung yang terjadi di Indonesia. Jagung impor yang paling banyak digunakan

oleh industri pakan yaitu jagung pipilan kering yang termasuk ke dalam wujud

jagung segar dengan kode HS 1005.90.90.00. Berikut data impor jagung oleh

industri pakan di Indonesia, disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Volume dan Nilai Impor Jagung oleh Industri Pakan di Indonesia Tahun 2005 – 2015

Tahun Volume Impor

(Ton) Pertumbuhan

(%) Nilai Impor (000 USD)

Pertumbuhan (%)

2005 183.814 -83,05 27.071 -84,14 2006 1.774.617 865,44 276.122 919,99 2007 697.684 -60,69 147.515 -46,58 2008 252.106 -63,87 76.457 -48,17 2009 333.932 32,46 69.920 -8,55 2010 1.521.773 355,71 363.160 419,39 2011 3.144.421 106,63 1.002.243 175,98 2012 1.687.075 -46,35 493.362 -50,77 2013 3.180.661 88,53 909.297 84,31 2014 3.248.575 2,14 800.105 -12,01 2015 3.259.762 0,34 684.177 -14,49

Rata-rata 1.753.129 108,85 440.857 121,36 Sumber: BPS Diolah PDSI Kementerian Perdagangan (2017 : 1) (Diolah)

Berangkat dari kebijakan pemerintah mengenai penetapan tarif impor

jagung berdasarkan SK Menteri Keuangan No.600/PMK.010/2004, di mana mulai

Page 22: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

6

tanggal 23 Desember 2004 dinyatakan bahwa tarif impor jagung meningkat dari

nol persen menjadi lima persen. Perubahan tarif impor yang terjadi tidak lantas

membuat industri pakan membatasi permintaan impor jagung sebagai jalan keluar

untuk memenuhi kebutuhannya. Data pada Tabel 2 memperlihatkan permintaan

impor jagung pada industri pakan di Indonesia meningkat secara signifikan

dengan pertumbuhan rata-rata 108,85 persen. Di mana setiap tahunnya mengalami

kecenderungan fluktuatif dengan pertumbuhan volume impor jagung tertinggi

terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 865,44 persen. Fenomena yang terjadi pada

tahun tersebut diduga dampak dari meningkatnya permintaan jagung pada industri

pakan dan disertai pula dengan penurunan penawaran jagung pada industri pakan.

Sementara itu, nilai impor jagung tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar

USD 1.002.243.000 dengan perolehan volume impor jagung yaitu 3.144.421 ton.

Akan tetapi, nilai impor jagung mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar

USD 684.177.000 dengan perolehan volume impor jagung yaitu 3.259.762 ton,

lebih tinggi dibandingkan tahun 2011. Penurunan nilai impor jagung tersebut juga

sejalan dengan penurunan harga jagung di pasar dunia. Harga jagung dunia yang

terus menurun diperkirakan karena pasokan jagung dunia yang cukup besar,

sementara permintaan dunia yang melambat (Kementerian Perdagangan, 2015).

Kondisi ini membuat permintaan terhadap impor jagung di Indonesia meningkat.

Dalam teori ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu komoditas terutama

dipengaruhi oleh harga komoditas itu sendiri dengan asumsi faktor-faktor lain

tidak mengalami perubahan atau ceteris paribus (Sugiarto dkk, 2002 : 38).

Page 23: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

7

Permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia yang

berfluktuatif juga menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang membuat

permintaan Indonesia terhadap jagung impor mengalami perubahan disetiap

tahunnya. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat diduga menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri

pakan di Indonesia. Perdagangan internasional yang dilakukan antar berbagai

negara, di mana setiap negara memiliki mata uang berbeda-beda mengharuskan

suatu negara untuk memiliki perbandingan harga suatu mata uang terhadap mata

uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya

(Salvatore, 1997 : 9). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai

“Analisis Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia”. Penelitian

ini diharapkan mampu mengetahui faktor-faktor apa saja yang turut

mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan di atas maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri

pakan di Indonesia periode 2005-2015?

2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan impor jagung

pada industri pakan di Indonesia periode 2005-2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

Page 24: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

8

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung

pada industri pakan di Indonesia periode 2005-2015.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung

pada industri pakan di Indonesia periode 2005-2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak

yang berkepentingan, diantaranya:

1. Bagi penulis

Hasil penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran dalam

mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapat selama penulis menempuh

perkuliahan, yang mana akan bermanfaat dalam penyelesaian tugas akhir

penelitian dan syarat mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dari Program Studi

Agribisnis.

2. Bagi pembaca

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi dan acuan/

perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan permintaan

impor jagung.

3. Bagi pemerintah selaku pengambil kebijakan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi pemerintah

maupun lembaga lainnya dalam melakukan evaluasi pada setiap kebijakan

impor bahan pakan asal tumbuhan khususnya jagung.

Page 25: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup jagung dalam penelitian ini adalah jagung dengan kode HS

(Harmonized System) sepuluh digit yaitu 1005.90.90.00 yang diterbitkan oleh

Badan Pusat Statistik, dengan pertimbangan bahwa jagung tersebut merupakan

jagung industri yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan pakan ternak oleh

industri pakan dan menjadi yang paling banyak diimpor.

Berdasarkan periode pengamatan, data yang digunakan dalam melakukan

penelitian ini merupakan data deret waktu (time series) dengan skala caturwulan

dalam kurun waktu tahun 2005-2015 (11 tahun dengan 33 data deret waktu).

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kualitatif berupa analisis

deskriptif dan metode analisis kuantitatif berupa analisis regresi linier berganda.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi: permintaan

impor jagung pada industri pakan di Indonesia, penawaran jagung pada industri

pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan

nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Page 26: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditas Jagung

Jagung (Zea mays L) merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif (Iriany dkk,

2007 : 12). Jagung termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang

tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa

genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas bukuan ruas. Daun

jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan

terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman, sehingga lazim terjadi

penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya

ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama

penyinaran dan suhu (Subekti dkk, 2007 : 16).

Tanaman jagung mempunyai adaptasi yang luas dan relatif mudah

dibudidayakan, sehingga komoditas ini ditanam oleh petani di Indonesia pada

lingkungan fisik dan sosial-ekonomi yang sangat beragam. Jagung dapat ditanam

pada lahan kering, lahan sawah, lebak dan pasang-surut, dengan berbagai jenis

tanah pada berbagai tipe iklim dan pada ketinggian tempat 0-2000 m dari

permukaan laut (Zubachtirodin dkk, 2007 : 463).

Page 27: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

11

Menurut TTG budidaya pertanian dalam sistematika tanaman jagung dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Classis : Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Familia : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Jagung adalah jagung pipilan hasil tanaman jagung (Zea mays L) berupa

biji kering yang telah dilepaskan dan dibersihkan dari tongkolnya. Jagung lokal

adalah jagung yang diproduksi di dalam negeri baik berupa jagung hibrida dan

komposit. Jagung hibrida adalah jagung yang benihnya merupakan turunan

pertama dari persilangan 2 galur atau lebih di mana sifat-sifat individunya

heterozygote dan homogen. Jagung komposit adalah jagung yang benihnya hasil

persilangan dari campuran beberapa varietas. Turunan pertama dan seterusnya

dari jagung hibrida termasuk jagung komposit (Pusdatin Pertanian, 2014 : 12).

Jagung impor adalah jagung yang berasal dari luar negeri. Jagung impor

diklasifikasikan berdasarkan kode HS (Harmonized System). Harmonized System

(HS) merupakan sistem klasifikasi dan pengkodean suatu komoditas berdasarkan

bahan mentah, jenis produk, dan kualitas barang atau suatu nomenklatur

klasifikasi barang yang dibuat oleh World Customs Organization. Pada saat ini

Page 28: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

12

sistem pengklasifikasian barang di Indonesia didasarkan pada harmonized system

yang dituangkan dalam bentuk suatu daftar tarif yang dikenal dengan sebutan

buku tarif bea masuk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2017).

Kode HS serta deskripsi untuk jagung dalam wujud segar dan olahan

dalam perdagangan jagung Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Wujud jagung

segar yang dominan diimpor oleh Indonesia ada 3 kode HS yaitu jagung untuk

benih, brondong, dan lain-lain (pipilan kering). Sementara itu, jagung wujud

olahan yang utama adalah pati jagung, tepung, sekam/dedak, dan maizena

(Pusdatin Pertanian, 2015 : 52).

Tabel 3. Kode HS dan deskripsi jagung segar dan olahan

Kode HS Deskripsi Segar

1005.10.00.00 Jagung Bibit 1005.90.10.00 Jagung brondong 1005.90.90.00 Lain-lain

Olahan 1102.20.00.00 Maizena (tepung jagung) 1103.13.00.00 Menir/tepung dari jagung 1104.19.10.00 Jagung digiling atau dipipihkan dari jagung 1104.23.00.00 Jagung dikuliti, dikilapkan atau disosok dari jagung 1108.12.00.00 Pati jagung 1515.21.00.00 Minyak mentah dari jagung 1515.29.11.00 Fraksi padat dari minyak jagung 1515.29.19.00 Minyak jagung dan fraksinya selain minyak mentah,

Fraksi dari minyak tidak dimurnikan selain fraksi padat

1515.29.91.00 Minyak jagung dan fraksinya selain minyak mentah, selain dari minyak tidak dimurnikan dari fraksi padat

1515.29.99.00 Lain-lain dari fraksi minyak tidak dimurnikan 2302.10.00.00 Sekam, dedak dari jagung 2306.90.10.00 Bungkil dan residu padat lainnya dari jagung Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 29: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

13

Kegiatan impor jagung Indonesia dilakukan dalam wujud segar dan

olahan. Impor jagung segar Indonesia terdiri dari jagung untuk bibit, jagung

berondong, dan jagung pipilan kering. Sementara, wujud jagung olahan yang

diperdagangkan di pasar internasional adalah maizena, menir/tepung jagung,

jagung digiling/dipipihkan, jagung dikuliti/dikilapkan/disosoh, pati jagung,

minyak mentah, fraksi padat dari minyak jagung, dan sekam/dedak jagung

(Pusdatin Pertanian, 2015 : 54).

2.2 Permintaan Industri

Permintaan terhadap suatu barang dan jasa dapat didefinisikan sebagai

suatu hubungan antara sejumlah barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen

untuk dibeli pada tingkat harga dan waktu tertentu (Lukman, 2007 : 18). Teori

permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu komoditas dan

juga menerangkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga serta

pembentukan kurva permintaan (Sugiarto, 2002 : 34).

Menurut Simamora (2003 : 106) karakteristik permintaan yang

membedakan pasar industri dari pasar konsumen adalah sifat permintaan,

stabilitas permintaan, dan elastisitas.

1. Permintaan industri merupakan permintaan turunan (derived demand) dari

permintaan konsumen. Artinya, naik-turunnya permintaan produk-produk

industri, dipengaruhi oleh besar-kecilnya permintaan produk-produk

konsumen yang terkait. Misalnya saja permintaan terhadap jagung yang

merupakan turunan dari permintaan konsumen terhadap pakan ternak.

Page 30: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

14

2. Dalam pasar industri, sering ditemukan elastisitas terbalik. Esensi dari

elastisitas terbalik adalah apabila harga naik, permintaan akan naik.

Sebaliknya, apabila harga turun, permintaan akan turun, yang normal

adalah: apabila harga naik, permintaan turun dan apabila harga turun,

permintaan meningkat, seperti yang umumnya terjadi dalam pasar

konsumen. Permintaan terbalik sering terjadi dalam pasar industri ini

terkait dengan sifat spekulasi pasar industri, yaitu pada awal kenaikan

harga, pasar industri cenderung menumpuk produk dengan spekulasi

bahwa harga akan naik lebih tinggi lagi.

3. Stabilitas permintaan pada pasar industri lebih mudah terganggu (more

volatile), dikarenakan pembeli dalam pasar industri jumlahnya sedikit

namun skala pembelian setiap pembeli besar.

Pembeli dari kelompok industri membeli barang dan jasa untuk membuat

lagi barang dan jasa lainnya. Pedagang membeli barang dan jasa untuk dijual

kembali dengan tambahan keuntungan. Pasar industri terdiri dari perorangan dan

organisasi yang memerlukan barang dan jasa untuk diproduksikan menjadi barang

dan jasa dalam bentuk lain dan kemudian dijual, disewakan atau diserahkan

kepada pihak lain (Kotler, 1994 : 232). Industri diartikan sebagai sekumpulan

perusahaan yang serupa atau sekelompok produk yang berkaitan erat, dalam hal

ini industri pakan adalah sekumpulan perusahaan makanan ternak.

Page 31: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

15

2.3 Konsep Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional merupakan aktivitas pertukaran barang dan jasa

yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas

dasar kesepakatan bersama (Suparmoko, 1999 : 295). Perdagangan internasional

terjadi karena dua alasan utama. Pertama, negara-negara berdagang karena pada

dasarnya mereka berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh

keuntungan dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua, negara-

negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi

(economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya

memproduksi sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-

barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien jika

dibandingkan kalau negara tersebut memproduksi segala jenis barang (Basri dan

Munandar, 2010 : 32).

Analisa penawaran dan permintaan impor pada pasar internasional dapat

dilakukan secara sederhana dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran

dan permintaan domestik untuk kasus dua negara dengan suatu komoditas

perdagangan tertentu. Berdasarkan Gambar 3, Panel A memperlihatkan bahwa

dengan adanya perdagangan internasional, Negara 1 akan mengadakan produksi

dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif suatu komoditas sebesar P1.

Sedangkan Panel C memperlihatkan tingkat produksi dan konsumsi Negara 2

pada titik A’ dengan tingkat harga relatif suatu komoditas sebesar P3 (Salvatore,

1997 : 84).

Page 32: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

16

Gambar 3. Mekanisme Perdagangan Internasional Sumber: Salvatore (1997 : 84)

Apabila harga yang berlaku di atas P1 (harga P2), maka Negara 1 akan

memproduksi suatu komoditas lebih banyak daripada tingkat permintaan

(konsumsi) domestik. Negara 1 akan mengalami tingkat supply (titik E) yang

lebih besar dari pada tingkat demand (titik B). Oleh karena itu, Negara 1 akan

mengalami kelebihan penawaran (Excess supply) sebesar BE. Pada kondisi

tersebut, Negara 1 akan melakukan ekspor untuk menjaga harga domestik.

Di lain pihak, apabila harga yang berlaku di Negara 2 berada di bawah P3

(harga P2), maka Negara 2 akan mengalami kelebihan permintaan (titik E’),

sedangkan kemampuan produksi Negara 2 hanyalah sebesar B’. Kekurangan

supply yang dialami Negara 2 kemudian akan diisi oleh negara lain yang dapat

memenuhi besar kekurangan untuk menjaga keseimbangan semula (titik A’).

Pemenuhan kebutuhan suatu komoditas pada Negara 2 merupakan impor sebesar

B’E’.

Page 33: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

17

Kemudian, berdasarkan harga relatif P2, kuantitas impor yang dilakukan

Negara 2 (B’E’ pada Panel C) sama dengan kuantitas ekspor yang dilakukan

Negara 2 (BE pada Panel A). Hal tersebut diperlihatkan oleh perpotongan kurva

demand (D) dan supply (S) setelah komoditas jagung diperdagangkan di antara

kedua negara (perhatikan Panel B). Dengan demikian, P2 merupakan harga relatif

ekuilibrium untuk komoditas jagung setelah perdagangan internasional

berlangsung.

Dari Panel B kita juga dapat melihat bahwa apabila Px/Py lebih besar dari

P2, maka kuantitas ekspor suatu komoditas yang akan ditawarkan akan melebihi

tingkat permintaan impor, sehingga lambat laun harga relatif suatu komoditas itu

(Px/Py) akan mengalami penurunan, sehingga pada akhirnya akan sama dengan P2.

Sementara, apabila Px/Py lebih kecil dari P2, maka kuantitas impor suatu

komoditas yang diminta akan melebihi kuantitas ekspor suatu komoditas yang

ditawarkan, sehingga Px/Py pun akan meningkat dan pada akhirnya akan sama

dengan P2. Perdagangan internasional menimbulkan keuntungan dari pertukaran

komoditas (gains from trade exchange) dan keuntungan dari spesialisasi (gains

from specialization).

2.4 Teori Permintaan Impor

Perdagangan internasional dapat dibedakan menjadi dua yakni ekspor dan

impor. Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri untuk

dijual ke luar negeri. Sementara, impor merupakan barang dan jasa yang

diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam negeri. Ada banyak faktor yang

Page 34: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

18

mungkin mempengaruhi impor suatu negara. Faktor-faktor tersebut adalah

sebagai berikut (Mankiw, 2012 : 185):

1. Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri

2. Harga barang di dalam negeri dan luar negeri

3. Nilai tukar di mana orang-orang dapat menggunakan mata uang domestik

untuk membeli mata uang asing

4. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri

5. Biaya transportasi barang dari satu negara ke negara lain

6. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional.

Krugman dan Obstfeld (2003) dalam Sayekti (2009 : 50) menyatakan

bahwa permintaan impor domestik merupakan kelebihan dari apa yang diminta

konsumen atas penawaran produsen domestik. Oleh karena itu, permintaan impor

(import demand) dapat diartikan sebagai kelebihan permintaan (excess demand).

Jika jumlah impor suatu komoditi adalah𝑄𝑗 maka persamaan permintaan impor

dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑄𝑗 = 𝑄𝑑𝑗 − 𝑄𝑠𝑗

Keterangan:

𝑄𝑗 = Permintaan impor suatu komoditi di negara pengimpor

𝑄𝑑𝑗 = Jumlah permintaan suatu komoditi di negara pengimpor

𝑄𝑠𝑗 = Jumlah penawaran suatu komoditi di negara pengimpor

Pengaruh faktor luar negeri dalam perdagangan antarnegara sehubungan

dengan permintaan impor ini dapat dilihat melalui harga internasional (Free on

Board) suatu komoditi, di mana harga tersebut tanpa memperhitungkan biaya

Page 35: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

19

transportasi dan biaya-biaya lain termasuk barrier to trade dan dinilai dengan

satuan mata uang USD. Selain itu, permintaan impor suatu komoditi dipengaruhi

oleh nilai tukar valuta asing, sehingga jika digabungkan dengan persamaan

sebelumnya maka fungsi permintaan impor dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑄𝑗 = 𝑓�𝑃𝑖𝑗 ,𝐸𝑋,𝑄𝑑𝑗 ,𝑄𝑠𝑗�

Keterangan:

𝑃𝑖 = Harga suatu komoditi di pasar internasional (f.o.b)

𝐸𝑋 = Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

2.5 Konsep Nilai Tukar

Menurut Mankiw, dkk (2012 : 193) terdapat dua konsep nilai tukar yaitu

nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange

rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata uang suatu

negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan, nilai tukar riil (real exchange

rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa dari

suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain.

Ketika nilai tukar nominal berubah, sehingga setiap unit mata uang

domestik dapat membeli mata uang asing dalam jumlah yang lebih banyak, mata

uang domestik (rupiah) dikatakan terapresiasi atau menguat. Namun ketika nilai

tukar nominal berubah, sehingga setiap unit mata uang domestik hanya dapat

membeli mata uang luar negeri dalam jumlah yang lebih sedikit maka mata uang

domestik (rupiah) dikatakan terdepresiasi atau melemah (Mankiw, 2012 : 203).

Exchange rate (nilai tukar uang) atau kurs mata uang menurut Karim

(2010 : 157) adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign

Page 36: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

20

currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau

resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar

uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata

uang lainnya dan digunakan dalam transaksi perdagangan internasional, turisme,

investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara, yang

melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.

Kurs valuta asing ditentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang

tertentu di pasar valuta asing. Apabila permintaan terhadap USD meningkat,

sedangkan penawarannya tetap, maka kurs USD terhadap rupiah meningkat. Jika

hal tersebut terjadi, maka harga barang-barang impor menjadi lebih mahal,

sehingga volume impor akan menurun; sebaliknya volume ekspor meningkat

karena produk dalam negeri menjadi relatif murah bagi para pembeli luar negeri.

Jadi dalam kondisi sistem kurs devisa yang mengambang, akan ada

kecenderungan bagi kurs devisa atau kurs valuta asing untuk turun bila terjadi

kenaikan penawaran valuta asing (USD misalnya) (Suparmoko, 1999 : 302).

2.6 Indeks Harga Konsumen (IHK)

Harga nominal suatu barang (terkadang disebut harga dollar sekarang)

adalah harga absolut dari suatu barang yang tidak disesuaikan dengan inflasi.

Sedangkan harga riil suatu barang (terkadang disebut harga dollar konstan) adalah

harga relatif pada ukuran agregat harga-harga, dengan kata lain harga yang

disesuaikan dengan inflasi. Ukuran agregat yang paling sering dipakai adalah

Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (Pindyck, 2007 : 14).

Page 37: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

21

Rahardja dan Manurung (2008 : 368) menyatakan bahwa bila dilihat dari

cakupan komoditas yang dihitung, Indeks Harga Konsumen (IHK) kurang

mencerminkan tingkat inflasi yang sebenarnya. Tetapi IHK sangat berguna karena

menggambarkan kenaikan biaya hidup bagi konsumen, sebab IHK memasukkan

komoditas-komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat.

Menurut Badan Pusat Statistik, perubahan IHK dari waktu ke waktu

menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari

barang atau jasa kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

2.7 Penelitian Terdahulu

Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti

terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji

penelitian ini. Penelitian terdahulu yang terkait dengan impor yaitu penelitian

yang dilakukan oleh Timor (2008) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia. Penelitian ini bertujuan

untuk mengkaji perkembangan produksi, konsumsi, dan impor jagung di

Indonesia, menganalisis faktor-faktor (luas areal panen jagung, produktivitas

jagung dan harga jagung lokal) yang mempengaruhi produksi jagung di Indonesia

danmenganalisis faktor-faktor (jumlah impor jagung dan harga impor jagung

Indonesia) yang mempengaruhi impor jagung di Indonesia. Penelitian ini

menggunakan data sekunder deret waktu periode tahun 1985-2005. Penelitian

dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan metode Two-Stages Least

Squares (2SLS), dengan model persamaan simultan. Hasil dari penelitian ini

adalah nilai koefisien determinasi (R2) masing-masing persamaan struktural

Page 38: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

22

berkisar 0,63 sampai dengan 0,98. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum

variabel-variabel bebas yang ada dalam persamaan struktural mampu menjelaskan

variabel terikatnya dengan baik.

Kemudian penelitian oleh Revania (2014) yang berjudul Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Impor Jagung di Indonesia Tahun 1982-2012. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor

jagung di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

produksi, kurs, GDP, konsumsi industri, konsumsi rumah tangga, harga jagung

domestik, dan harga jagung impor. Model analisis ekonometrika yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) dalam jangka pendek, variabel produksi, GDP, konsumsi

industri, dan konsumsi rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap impor

jagung (2) dalam jangka panjang, produksi, kurs, GDP, konsumsi industri,

konsumsi rumah tangga, dan harga jagung impor, terbukti berpengaruh signifikan

terhadap impor jagung di Indonesia.

Penelitian lainnya yang terkait dengan jagung yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Supriyatna (2007) dengan judul Analisis Integrasi Pasar Jagung

Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh

Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia. Tujuan dari penelitian ini

adalah menganalisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging

ayam ras domestik, dan menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor jagung dan

kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap integrasi pasar tersebut. Analisis

yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan

Page 39: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

23

menggunakan metode Vector Autoregression (VAR). Jenis data yang digunakan

adalah data time series bulanan periode Januari 2000 sampai dengan Desember

2005. Hasil analisis menunjukkan bahwa pasar jagung dunia terintegrasi dengan

pasar jagung dan daging ayam ras domestik. Variabel harga minyak mentah dunia

tidak berpengaruh secara siginfikan terhadap variabel harga jagung dunia dan

domestik, serta harga daging ayam ras domestik. Pemberlakuan tarif impor tidak

berpengaruh terhadap pembentukan harga jagung di pasar dunia dan domestik

tetapi berpengaruh terhadap harga daging ayam ras domestik.

Selanjutnya penelitian oleh Putri (2013) yang berjudul Dampak Tarif

Impor terhadap Pasar Jagung di Indonesia dalam Skema Liberalisasi Perdagangan

ASEAN Free Trade Area. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung,

menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran

dan permintaan jagung dan menganalisis dampak perubahan faktor internal dan

eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia.

Penelitian menggunakan data time series tahun 1986-2010. Model Perdagangan

Jagung Indonesia dibangun sebagai sistem persamaan simultan dan disetimasi

menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS). Penghapusan tarif impor

jagung Indonesia dari negara AFTA atau non AFTA menyebabkan penurunan

surplus produsen. Oleh karena itu, kombinasi penghapusan tarif impor jagung

Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea,

dan peningkatan harga jagung di tingkat petani dapat mengkompensasi penurunan

surplus produsen, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan.

Page 40: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

24

Terakhir penelitian oleh Sayekti (2009) yang berjudul Analisis Dampak

Perdagangan Bebas Regional terhadap Kinerja Perdagangan Jagung. Tujuan

penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

perdagangan jagung, mengkaji pengaruh perdagangan bebas regional yang

disepakati anggota AFTA terhadap produksi, ekspor dan impor serta merumuskan

rekomendasi kebijakan yang berkaitan dengan penerapan perdagangan bebas

regional terhadap kinerja perdagangan jagung. Penelitian ini menggunakan data

time series tahun 1980 sampai dengan tahun 2006. Pendugaan parameter

dilakukan dengan metode 2SLS (Two Stage Least Squares). Hasil analisis

menunjukkan bahwa luas areal jagung dan produktivitas jagung tidak responsif

terhadap perubahan variabel harga. Permintaan jagung oleh industri pakan ternak

juga tidak respon terhadap perubahan harga tetapi dalam jangka panjang

permintaan jagung oleh industri pangan responsif terhadap perubahan variabel

eksogennya. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung responsif terhadap

perubahan harga yang menunjukkan bahwa jagung bukan lagi sebagai pangan

pokok masyarakat Indonesia. Impor jagung dari Amerika responsif terhadap

perubahan harga dan tarif impor. Sementara itu peningkatan impor dari ASEAN

tidak dipengaruhi oleh tarif CEPT (Common Effective Preferential Tariff).

Perdagangan bebas unilateral menyebabkan kenaikan impor jagung dari Amerika

sebagai dampak semakin meningkatnya permintaan jagung dari sektor industri

pakan ternak yang tidak responsif terhadap perubahan harga karena jagung

merupakan derived demand serta terjadi penurunan produksi, sehingga jika

Page 41: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

25

pemerintah ingin melindungi petani jagung maka penerapan tarif impor MFN

masih diperlukan.

Tabel 4. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Persamaan Perbedaan 1

2

3

4

5

Timor (2008)

Revania (2014)

Supriyatna

(2007)

Putri (2013)

Sayekti (2009)

Tujuan penelitian yaitu menganalisis faktor-faktor impor jagung. Tujuan penelitian yaitu menganalisis faktor-faktor impor jagung. Objek penelitian yaitu jagung. Objek penelitian yaitu jagung. Objek penelitian yaitu jagung.

Menggunakan metode Two Stage Least Square (2SLS). Deret waktu 1985-2005. Menggunakan model Error Correction Model (ECM). Deret waktu 1982-2012. Tujuannya yaitu menganalisis integrasi pasar jagung dan menganalisis pengaruh tarif impor dan harga minyak terhadap integrasi pasar tersebut. Menggunakan metode Vector Autoregression (VAR). Tujuannya yaitu mengidentifikasi pengaruh penawaran dan permintaan, menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran dan permintaan serta kesejahteraan produsen dan konsumen. Menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS). Tujuannya yaitu menganalisis pengaruh kinerja perdagangan jagung, mengkaji pengaruh perdagangan bebas terhadap produksi, ekspor dan impor serta merumuskan rekomendasi kebijakan. Menggunakan metode 2SLS (Two Stage Least Squares).

2.8 Kerangka Pemikiran Operasional

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan

strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan.

Indonesia menjadi salah satu negara penghasil jagung yang arah produksinya

berdasarkan pada kebutuhan konsumsi manusia (makanan pokok). Akan tetapi,

Page 42: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

26

peran jagung mulai mengalami pergeseran fungsi menjadi bahan baku industri,

khususnya industri pengolahan pakan ternak. Hal ini sejalan dengan

perkembangan baru dalam industri pakan yang menuntut kebutuhan jagung yang

cukup besar. Di lain pihak, penawaran jagung oleh petani dan pedagang yang

diserap industri pakan relatif rendah, sehingga jumlah jagung yang diminta

melebihi kapasitas jumlah jagung yang ditawarkan kepada industri pakan.

Kondisi tersebut mendorong industri pakan untuk melakukan impor jagung

sebagai jalan keluar untuk menjaga kontinuitas bahan baku jagung. Oleh karena

itu, permintaan impor (import demand) dapat diartikan sebagai kelebihan

permintaan (excess demand). Namun, yang terjadi di sini pertumbuhan

permintaan impor jagung cenderung berfluktuatif, sehingga perlu ditelusuri

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di

Indonesia.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan impor jagung pada

industri pakan di Indonesia adalah penawaran jagung pada industri pakan,

permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai

tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Dari setiap faktor-faktor tersebut

kemudian dilakukan uji asumsi klasik dan uji statistik yang selanjutnya dianalisis

dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, sehingga dapat ditarik

kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada

industri pakan di Indonesia. Secara lebih jelas, kerangka pemikiran dari penelitian

ini dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

Page 43: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

27

Keterangan: = Hubungan = Alat Analisis

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

Jagung sebagai komoditas pangan strategis

Permintaan jagung pada industri pakan

Penawaran jagung pada industri pakan

Permintaan impor (excess demand)

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia: 1. Penawaran jagung pada industri

pakan 2. Permintaan jagung pada industri

pakan 3. Harga riil jagung internasional 4. Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar

Amerika Serikat Uji Asumsi Klasik Uji Statistik (Koefisien Determinasi R2, Ujit, Uji F)

Regresi Linier Berganda

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri

pakan di Indonesia

Kesimpulan dan Saran

Page 44: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

28

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka

pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka diajukan dugaan sementara

atau hipotesis. Beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Penawaran jagung pada industri pakan diduga berpengaruh negatif terhadap

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia, artinya jika terjadi

kenaikan penawaran jagung pada industri pakan maka akan menurunkan

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.

2. Permintaan jagung pada industri pakan diduga berpengaruh positif terhadap

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia, artinya jika terjadi

kenaikan permintaan jagung pada industri pakan maka akan meningkatkan

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.

3. Harga riil jagung internasional diduga berpengaruh negatif terhadap

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia, artinya semakin

rendah harga jagung di pasar internasional maka akan berpengaruh terhadap

meningkatnya permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.

4. Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat diduga berpengaruh

negatif terhadap permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia,

artinya apabila nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

meningkat (melemah/depresiasi) maka akan berpengaruh terhadap

menurunnya permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.

Page 45: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Penelitian

Penelitian mengenai analisis permintaan impor jagung pada industri pakan

di Indonesia dilakukan dengan cara menghimpun data dari beberapa instansi-

instansi yang terkait dengan penelitian. Instansi-instansi tersebut meliputi

Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Food and Agriculture

Organization, World Bank, dan instansi-instansi lainnya yang menunjang

penelitian serta penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian dilaksanakan dari bulan

Januari hingga Juni 2017.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian mengenai analisis permintaan

impor jagung pada industri pakan di Indonesia berdasarkan jenisnya yaitu

menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi data impor jagung industri pakan Indonesia, penawaran jagung pada

industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga jagung

internasional, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, indeks harga

konsumen Indonesia, indeks harga konsumen Amerika Serikat, dan indeks harga

non-energy.

Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan

oleh pihak lain dan telah terdokumentasi, sehingga peneliti hanya menyalin data

Page 46: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

30

tersebut untuk kepentingan penelitiannya (Mustafa, 2009 : 92). Data sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari instansi-instansi terkait,

seperti: Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan

Republik Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan Bank Indonesia. Adapun data-data

yang digunakan dan sumber data yang terkait dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Data dan Sumber Data Penelitian

No Data sekunder penelitian Sumber data

1 Permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia

BPS diolah PDSI (Pusat Data dan Sistem Informasi) Kementerian Perdagangan RI

2 Penawaran jagung pada industri pakan Kementerian Pertanian RI (Diolah)

3 Permintaan jagung pada industri pakan USDA diolah GPMT dan Ditjen PKH Kementerian Pertanian RI

4 Harga jagung internasional Pink Sheet oleh World Bank

5 Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

Bank Indonesia diolah Kementerian Perdagangan RI

6 Indeks harga konsumen Indonesia sebagai data pendukung dalam perhitungan nilai tukar riil

Badan Pusat Statistik (BPS)

7 Indeks harga konsumen Amerika Serikat sebagai data pendukung dalam perhitungan nilai tukar riil

Indikator Ekonomi

8 Indeks harga non-energi sebagai data pendukung dalam perhitungan harga jagung internasional

Pink Sheet oleh World Bank

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan dalam

penelitian untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data dengan

cara mengkaji dan memahami sumber-sumber data yang dibutuhkan dalam

Page 47: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

31

penelitian ini. Mengunjungi instansi-instansi yang terkait dalam penelitian ini,

seperti: Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan

Republik Indonesia, dan Badan Pusat Statistik. Pengumpulan data dalam

penelitian ini juga menggunakan media internet meliputi website Food and

Agriculture Organization yaitu www.faostat3.fao.org dan website World Bank

yaitu www.worldbank.org, serta mengunjungi website-website yang terkait untuk

menunjang penelitian.

3.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diolah dengan

menggunakan alat analisis kualitatif berupa analisis deskriptif dan alat analisis

kuantitatif berupa analisis regresi linier berganda. Data-data yang dibutuhkan

untuk analisis kuantitatif meliputi variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini. Pengolahan data pada variabel-variabel penelitian ini menggunakan

bantuan Microsoft Office Excel 2007 dan Statistical Product and Service Solutions

(SPSS) versi 20. Metode pengolahan data berdasarkan variabel-variabel dalam

penelitian ini secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Data permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia dalam satuan

ton dengan skala caturwulan periode 2005 hingga 2015. Berdasarkan PDSI

Kementerian Perdagangan RI data yang tersedia merupakan skala bulanan,

sehingga untuk mendapatkan skala caturwulan maka dilakukan penjumlahan

impor jagung setiap empat bulan dalam setahun. Data tersebut cukup

mewakili data caturwulan permintaan impor jagung pada industri pakan di

Indonesia yang dibutuhkan dalam penelitian.

Page 48: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

32

2. Data penawaran jagung pada industri pakan dalam satuan ton dengan skala

caturwulan periode 2005 hingga 2015. Data penawaran jagung pada industri

pakan merupakan hasil pengolahan data jumlah produksi jagung petani, data

stok jagung pedagang, persentase penyaluran jagung oleh petani ke pabrik

pakan, dan persentase penyaluran jagung oleh pedagang ke pabrik pakan.

Nilai persentase diperoleh dari alur penjualan jagung di tingkat petani dan

pedagang yang merupakan hasil survei Kementerian Pertanian tahun 2014

(Gambar 5). Secara lebih rinci, untuk mendapatkan hasil data penawaran

jagung pada industri pakan adalah sebagai berikut:

𝑆𝐽𝐼𝑃 = (1,64%∗ × 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑛𝑖) + (27,17%∗∗ × 𝑆𝑡𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔)

Keterangan:

SJIP = Penawaran jagung pada industri pakan

Produksi Petani = Produksi jagung oleh petani di Indonesia

Stok Pedagang = Penjualan jagung dari petani ke pedagang

*Persentase penyaluran jagung oleh petani ke pabrik pakan **Persentase penyaluran jagung oleh pedagang ke pabrik pakan

3. Data permintaan jagung pada industri pakan dalam satuan ton dengan skala

caturwulan periode 2005 hingga 2015. Berdasarkan data yang dihimpun

Pusdatin Pertanian, penyerapan jagung oleh industri pakan setiap tahunnya

periode 2011-2015 dilaporkan oleh GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan

Ternak) melalui persetujuan Direktorat Pakan, Ditjen Peternakan dan

Kesehatan Hewan (PKH). Selain itu, data juga diperoleh melalui website

yang merujuk pada data USDA (United States Department of Agriculture)

diolah GPMT periode 2005-2010. Data yang tersedia merupakan skala

Page 49: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

33

tahunan, sehingga untuk mendapatkan skala caturwulan maka diambil nilai

rata-rata sepertiga tahun. Data tersebut cukup mewakili data caturwulan

permintaan jagung pada industri pakan yang dibutuhkan dalam penelitian.

4. Harga riil jagung internasional merupakan harga relatif jagung ditingkat

dunia/internasional dalam satuan USD per ton dengan skala caturwulan

periode 2005 hingga 2015. Harga jagung internasional yang dipantau oleh

World Bank merupakan jagung kuning no.2 yang berasal dari pelabuhan Gulf,

Amerika Serikat (harga f.o.b). Adapun ukuran agregat yang digunakan adalah

indeks harga non-energi tahun dasar (2010=100) (Lampiran 3). Harga riil

jagung internasional diperoleh dari pembagian harga jagung internasional

dengan indeks harga non-energi. Secara lebih rinci rumus mendapatkan harga

riil jagung internasional adalah sebagai berikut:

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑟𝑖𝑖𝑙 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑒𝑛 ∗

Sumber: Pindyck, dkk (2007 : 14)

Keterangan:

Harga barang internasionalriil = Harga riil jagung dunia (USD/ton)

Harga barang internasional = Harga jagung yang berlaku di pasar internasional/ harga f.o.b (USD/ton)

Indeks harga non-energi = Ukuran agregat yang digunakan oleh World Bank (tahun dasar 2010=100)

*Indeks Harga Konsumen (IHK) yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks harga non-energi.

5. Data nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dalam satuan

rupiah per USD dengan skala caturwulan periode 2005 hingga 2015. Nilai

tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat

Page 50: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

34

menukarkan barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari

negara lain (Mankiw, 2012 : 194). Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar

Amerika Serikat diperoleh dari perkalian nilai tukar nominal dengan hasil

pembagian antara Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia tahun dasar

(2010=100) (Lampiran 1) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika

Serikat tahun dasar (2010=100) (Lampiran 2). Berikut rumus untuk

mendapatkan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat:

𝐾𝑢𝑟𝑠𝑟𝑖𝑖𝑙 =𝐾𝑢𝑟𝑠 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 × 𝐼𝐻𝐾 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑜𝑚𝑒𝑠𝑡𝑖𝑘

𝐼𝐻𝐾 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖

Sumber: Mankiw, dkk (2012 : 195)

Keterangan:

Kurs riil = Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (Rp/USD)

Kurs nominal = Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (Rp/USD)

IHK barang domestik = Indeks harga konsumen untuk barang domestik (Indonesia tahun dasar 2010=100)

IHK barang luar negeri = Indeks harga konsumen untuk barang luar negeri (Amerika Serikat tahun dasar 2010=100)

6. Indeks harga konsumen adalah ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa

yang dibeli oleh konsumen (Mankiw, 2012 : 26). Nilai indeks harga

konsumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi indeks harga

konsumen Indonesia sebagai negara pengimpor jagung, indeks harga

konsumen Amerika Serikat sebagai negara yang mata uangnya digunakan

sebagai alat transaksi di pasar internasional, serta indeks harga non-energi

sebagai ukuran agregat yang digunakan oleh World Bank. Berikut ini

Page 51: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

35

merupakan rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai Indeks Harga

Konsumen (IHK), yaitu:

a. Teknik mengubah tahun dasar dari data indeks yang lama untuk

mendapatkan nilai IHK

𝐼𝐻𝐾 𝑏𝑎𝑟𝑢 =𝐼𝐻𝐾 𝑙𝑎𝑚𝑎

𝐼𝐻𝐾 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑎𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟× 100

Sumber: Heryanto dan Lukman (2008 : 223)

b. Teknik tarik maju (Mendapatkan nilai IHK pada waktu berikutnya)

𝐼𝐻𝐾𝑋 =𝐼𝐻𝐾𝑋−1 × (100 + 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑋)

100

Sumber: BPS dalam Rosita (2016 : 49)

Keterangan:

IHKX = Indeks Harga Konsumen pada tahun yang ditanyakan

IHKX-1 = Indeks Harga Konsumen pada tahun sebelumnya

InflasiX = Inflasi pada tahun yang ditanyakan

c. Teknik tarik mundur (Mendapatkan nilai IHK pada waktu sebelumnya)

𝐼𝐻𝐾𝑋 =𝐼𝐻𝐾𝑋+1

100 + (𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑋+1) × 100

Sumber: BPS dalam Rosita (2016 : 50)

Keterangan:

IHKX = Indek Harga Konsumen pada tahun yang ditanyakan

IHKX+1 = Indeks Harga Konsumen pada tahun setelahnya

InflasiX+1 = Inflasi pada tahun setelahnya

Page 52: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

36

3.4.1 Analisis Deskriptif

Menurut Gay (1976) dalam Sevilla, dkk (2006 : 71) mendefinisikan

metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data

dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut

keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari suatu pokok penelitian. Tujuan dari

menggunakan metode ini adalah untuk menggambarkan suatu keadaan yang

sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab

dari suatu gejala tertentu (Travers 1978 dalam Sevilla, 2006 : 71).

Gejala-gejala yang dideskripsikan dalam penelitian mengenai analisis

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia ini berupa

perkembangan-perkembangan komoditas jagung di Indonesia, meliputi

penawaran jagung pada industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan,

harga dan impor jagung oleh industri pakan di Indonesia. Kemudian

mendeskripsikan gejala perkembangan-perkembangan jagung dunia (pasar

internasional), meliputi perkembangan ekspor dan impor jagung dunia.

3.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Pada dasarnya analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan

variabel terikat (variabel tak bebas) pada satu atau lebih variabel bebas (variabel

penjelas/bebas) dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau meramalkan

(memprediksi) nilai rata-rata variabel terikat berdasarkan nilai variabel bebas yang

diketahui (Gujarati, 2003 : 18). Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien

untuk masing-masing variabel bebas. Koefisien ini diperoleh dengan cara

memprediksi nilai variabel terikat dengan suatu persamaan. Koefisien regresi

Page 53: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

37

dihitung dengan dua tujuan sekaligus: pertama, meminimumkan penyimpangan

antara nilai aktual dan nilai estimasi variabel terikat berdasarkan data yang ada

(Tabachnick 1996 dalam Ghozali, 2016 : 93).

Menurut Supranto (2010 : 57), analisis regresi linier berganda memiliki

manfaat sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variabel bebas (yang

tercakup dalam persamaan) terhadap variabel terikat, jika variabel bebas

tersebut naik 1 unit dan variabel lainnya (sisanya) tetap dengan menggunakan

nilai koefisien regresi parsial.

2. Dapat meramalkan nilai variabel terikat, jika seluruh variabel bebas sudah

diketahui nilainya dan semua koefisien regresi parsial sudah dihitung.

Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor

jagung pada industri pakan di Indonesia, di antaranya: penawaran jagung pada

industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung

internasional dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Persamaan regresi linier berganda untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia sebagai

berikut:

𝑀𝐽𝐼𝑃 = 𝛼 + 𝛽1𝑆𝐽𝐼𝑃 + 𝛽2𝐷𝐽𝐼𝑃 + 𝛽3𝐻𝑅𝐽𝐼 + 𝛽4𝑁𝑇𝑅 + 𝜀

Hipotesa:

β1, β3, β4 < 0 dan β2 > 0

Page 54: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

38

Keterangan:

α = Konstanta regresi

β1... β4 = Koefisien regresi

MJIP = Permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia

SJIP = Penawaran jagung pada industri pakan

DJIP = Permintaan jagung pada industri pakan

HRJI = Harga riil jagung internasional

NTR = Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

ε = Error

3.4.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik sering disebut juga dengan analisis residual. Disebut

demikian karena penelitian mengenai pelanggaran terhadap asumsi klasik

biasanya dilakukan dengan mengamati pola nilai residual (Gudono, 2012 : 147).

Untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat

baik secara parsial maupun simultan, maka digunakan regresi linier berganda.

Sebelum dilakukan pengujian dengan regresi linier berganda, variabel-variabel

penelitian diuji dengan asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari pengujian-

pengujian sebagai berikut:

1. Uji Multikolinieritas

Widarjono (2015 : 59) menyatakan multikolinieritas merupakan hubungan

linier antara variabel bebas di dalam regresi berganda. Uji multikolinieritas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi

antarvariabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

Page 55: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

39

diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam

model regresi dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF) atau Tolerance

value. Ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang

dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap

variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregresi terhadap variabel bebas

lainnya (Ghozali, 2016 : 103).

Lebih lanjut Ghozali (2016 : 103) menuturkan bahwa nilai tolerance

mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh

variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF

tinggi dengan nilai cutoff yang umum dipakai adalah:

a. Jika nilai tolerance> 0,10 atau nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada multikolinieritas antarvariabel bebas dalam model regresi.

b. Jika nilai tolerance< 0,10 atau nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan

bahwa ada multikolinieritas antarvariabel bebas dalam model regresi.

2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara variabel gangguan satu observasi

dengan variabel gangguan observasi lain. Autokorelasi ini seringkali muncul pada

data time series. Di mana salah satu asumsi metode regresi adalah tidak adanya

korelasi antara variabel gangguan (Widarjono, 2015 : 78). Masalah autokorelasi

yang ditemukan pada data runtut waktu (time series) dikarenakan “gangguan”

pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada

individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2016 : 107).

Page 56: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

40

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi digunakan Uji

Durbin-Watson dengan pengambilan keputusan sebagai berikut:

Tabel 6. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:

Hipotesis nol Keputusan Jika Ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi, positif/negatif Tidak ada autokorelasi negatif Ada autokorelasi negatif

Tolak Tanpa kesimpulan

Tidak ditolak Tanpa kesimpulan

Tolak

0 < dW< dL dL ≤ dW ≤ dU dU< dW<4-dU

4-dU ≤ dW ≤ 4-dL 4-dL< dW< 4

Sumber: Ghozali (2016 : 108)

Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu yang

mensyaratkan konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara

variabel bebas (Ghozali, 2016 : 108). Berdasarkan Tabel 6 pengambilan

keputusan ada tidaknya autokorelasi yaitu apabila nilai Durbin-Watson berada di

antara du dan 4-du maka dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian tidak

ada gangguan autokorelasi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana varian (dalam hal ini varian

residual) tidak stabil (konstan). Heteroskedastisitas juga dapat terjadi bilamana

efek variabel bebas pada variabel terikat berbeda pada dua kelompok sampel yang

berbeda. Sebagai akibat dari adanya heteroskedastisitas adalah bahwa standard

error menjadi bias dan tidak bisa digunakan sebagai patokan untuk pengujian

parameter regresi (Gudono, 2012 : 149).

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji ketidaksamaan varian

dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam persamaan regresi

berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidaknya varian dari residual dari

Page 57: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

41

observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai

varian yang sama disebut homoskedastisitas dan jika variannya tidak sama atau

berbeda disebut heteroskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi jika pada

scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar

di bawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak

mempunyai pola teratur. Sedangkan heteroskedastisitas terjadi jika pada

scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar,

maupun bergelombang-gelombang (Sunyoto, 2010 : 100).

4. Uji Normalitas

Sunyoto (2010 : 103) menuturkan uji normalitas bertujuan untuk menguji

data variabel bebas dan data variabel terikat pada persamaan regresi yang

dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Salah satu

asumsi model regresi adalah residual mempunyai distribusi normal. Konsekuensi

jika suatu model tidak mempunyai residual yang berdistribusi normal yaitu Uji t

untuk melihat signifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat tidak bisa

diaplikasikan (Widarjono, 2015 : 89).

Lebih lanjut Widarjono (2015 : 90) menjelaskan untuk mengukur sejauh

mana penyimpangan distribusi residual tersebut dari bentuk distribusi normal

(Gaussian) maka dilakukan Uji Kolmogorov-Smirnov. Melalui uji ini dapat

diketahui apakah sampel berasal dari populasi dengan distribusi tertentu dalam hal

ini adalah distribusi normal. Dalam Uji Kolmogorov-Smirnov hipotesis nol (H0)

adalah bahwa data mengikuti distribusi normal, sedangkan hipotesis alternatifnya

Page 58: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

42

(H1) data tidak berdistribusi normal. Adapun dasar pengambilan keputusannya

sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas P > tingkat signifikansi (α), maka kita gagal

menolak H0, sehingga data mengikuti distribusi normal. Artinya, model

permintaan impor jagung industri pakan Indonesia residualnya

didistribusikan secara normal.

b. Jika nilai probabilitas P < tingkat signifikansi (α), maka kita menolak H0

atau menerima H1, sehingga data tidak mengikuti distribusi normal.

Artinya, model permintaan impor jagung industri pakan

Indonesiaresidualnya tidak didistribusikan secara normal.

3.4.4 Uji Statistik (Uji Hipotesis)

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur

dari goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya dapat diukur dari nilai

koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t (Ghozali, 2016 : 95).

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan, permintaan

jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai tukar riil

rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) dalam menjelaskan variasi variabel

terikat (permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia) sangat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan

Page 59: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

43

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

terikat (Ghozali, 2016 : 95).

Lebih lanjut Ghozali (2016 : 95) menambahkan kelemahan mendasar

penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel bebas

yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R2

pasti meningkat terlepas apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk

menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi

terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu

variabel bebas ditambahkan kedalam model.

2. Uji F (Uji Simultan)

Menurut Widarjono (2015 : 19), Uji F digunakan untuk mengevaluasi

pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat atau merupakan uji

signifikansi model regresi. Uji F ini bisa dijelaskan dengan menggunakan analisis

varian (analysis of variance = ANOVA). Untuk menguji apakah koefisien regresi

berganda dengan sejumlah (k) atau variabel bebas (penawaran jagung pada

industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung

internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (permintaan impor jagung

pada industri pakan di Indonesia) terdapat dua cara pengambilan keputusan yaitu

dengan melihat nilai probabilitas F (P-value) dan nilai F-hitung. Adapun

perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

Page 60: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

44

a. H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, maka variabel bebas (penawaran jagung pada

industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung

internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat)

secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

(permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia).

b. H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, maka variabel bebas (penawaran jagung pada

industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung

internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat)

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

(permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia).

Dasar pengambilan keputusan yang pertama berdasarkan nilai F-hitung

yaitu apabila nilai F-hitung > F-tabel maka kita menolak H0 dan menerima H1, ini

berarti secara bersama-sama variabel bebasmempengaruhi variabel terikat.

Sedangkan apabila nilai F-hitung < F-tabel, maka kita menolak H1 dan menerima

H0, ini berarti secara bersama-sama semua variabel bebas tidak mempengaruhi

variabel terikat.

Dasar pengambilan keputusan yang kedua berdasarkan nilai signifikansi

hasil dari output SPSS yaitu apabila nilai sig. < 0,05 maka kita menolak H0 dan

menerima H1, ini berarti variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat. Sedangkan apabila nilai sig. > 0,05 maka kita

menolak H1 dan menerima H0, ini berarti variabel bebas secara bersama-sama

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Page 61: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

45

3. Uji t (Uji Parsial)

Uji t ini digunakan untuk membuktikan apakah variabel bebas secara

individu mempengaruhi variabel terikat. Ada dua hipotesis yang diajukan oleh

setiap peneliti yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Hipotesis nol

ini dianggap benar sampai kemudian bisa dibuktikan salah berdasarkan data

sampel yang ada. Sementara itu hipotesis alternatif merupakan lawan dari

hipotesis nol. Hipotesis alternatif ini harus benar ketika hipotesis nol terbukti

salah (Widarjono, 2015:22-23).

Menurut Ghozali (2016 : 97) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara individual (parsial) dalam

menerangkan variasi variabel terikat. Pengujian secara individual (parsial)

memiliki dua cara. Pertama, dengan melihat besar nilai signifikansi. Kedua,

dengan melihat besar nilai t-hitung. Berikut ini merupakan perumusan

hipotesisnya:

H0 : variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan, permintaan jagung

pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai tukar riil

rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara individual (parsial) tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (permintaan impor jagung

pada industri pakan di Indonesia).

H1 : variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan, permintaan jagung

pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai tukar riil

rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara individual (parsial)

Page 62: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

46

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (permintaan impor jagung

pada industri pakan di Indonesia).

Uji statistik t yang pertama dengan melihat besaran nilai signifikansi. Jika

nilai sig. < 0,05 maka kita menolak H0 dan menerima H1, berarti secara statistik

variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Sedangkan jika nilai

sig. > 0,05 maka kita menolak H1 dan menerima H0, berarti secara statistik

variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Uji statistik t yang kedua dengan melihat besaran nilai t-hitung. Apabila

nilai t-hitung > t-tabel maka kita menolak H0 dan menerima H1, berarti secara

statistik variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Sedangkan,

apabila nilai t-hitung < t-tabel maka kita menolak H1 dan menerima H0, berarti

secara statistik variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Dalam pengujian secara individual ini, adapun tanda yang menunjukkan

arah positif dan negatif dari nilai t-hitung, berikut perumusannya:

a. Tanda positif menunjukkan bahwa variabel bebas (penawaran jagung pada

industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung

internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat)

secara individual berpengaruh positif terhadap variabel terikat (permintaan

impor jagung pada industri pakan di Indonesia). Artinya, apabila terjadi

peningkatan permintaan jagung pada industri pakan maka pemintaan

impor jagung pada industri pakan di Indonesia turut meningkat.

b. Tanda negatif menunjukkan bahwa variabel bebas (penawaran jagung pada

industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung

Page 63: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

47

internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat)

secara individual berpengaruh negatif terhadap variabel terikat

(permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia). Artinya,

apabila terjadi peningkatan penawaran jagung pada industri pakan,harga

riil jagung internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika

Serikat maka pemintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia

akan menurun.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik

yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan. Penekanan pengertian

definisi operasional ialah pada kata “dapat diobservasi” (Sarwono, 2006 : 67).

Mustafa (2009 : 40) menambahkan tujuan dari pendefinisian variabel secara

operasional adalah untuk memberikan gambaran bagaimana suatu variabel akan

diukur, sehingga variabel harus mempunyai pengertian yang sangat spesifik dan

terukur. Berikut adalah definisi operasional masing-masing variabel dalam

penelitian mengenai analisis permintaan impor jagung pada industri pakan di

Indonesia:

1. Permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia adalah banyaknya

impor jagung pipilan kering yang termasuk wujud jagung segar berdasarkan

kode HS 1005.90.90.00 oleh industri pakan (pabrik pakan) dan tidak

dibedakan berdasarkan negara asal impor dalam satuan ton. Data yang

digunakan merupakan data caturwulan (time series) selama 11 tahun dari

tahun 2005 sampai tahun 2015.

Page 64: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

48

2. Penawaran jagung pada industri pakan adalah banyaknya jagung yang dijual

langsung oleh petani dan pedagang kepada industri pakan (pabrik pakan)

dalam satuan ton. Data yang digunakan merupakan data caturwulan (time

series) selama 11 tahun dari tahun 2005 sampai tahun 2015.

3. Permintaan jagung pada industri pakan adalah banyaknya jagung yang

diserap oleh industri pakan (pabrik pakan) sebagai bahan baku pengolahan

pakan ternak dalam satuan ton. Data yang digunakan merupakan data

caturwulan (time series) selama 11 tahun dari tahun 2005 sampai tahun 2015.

4. Harga riil jagung internasional adalah harga absolut jagung di pasar

internasional yang dideflasi dengan indeks harga non-energy tahun dasar

2010=100 untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Data yang digunakan

merupakan data caturwulan (time series) selama 11 tahun dari tahun 2005

sampai tahun 2015.

5. Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat adalah besaran nilai

perbandingan antara mata uang rupiah dengan dollar Amerika Serikat (USD),

dinyatakan dalam satuan rupiah per USD (Rp/USD). Data yang digunakan

merupakan data caturwulan (time series) selama 11 tahun dari tahun 2005

sampai tahun 2015.

Page 65: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Sejarah Tanaman Jagung

Evolusi dan penyebaran tanaman jagung sangat ditentukan oleh manusia.

Dalam periode antara 5.000 SM dan 1.000 M terjadi mutasi alami dan persilangan

antara kelompok jagung, serta proses aklimatisasi dan seleksi spesifik oleh petani,

terutama dari aspek ukuran, warna, dan karakteristik biji. Jagung berkembang dari

tanaman yang kecil, tongkol terbuka, menjadi tanaman yang mempunyai banyak

baris (multi rows), produksi tinggi dan kelobot tertutup, sehingga memerlukan

bantuan manusia untuk memisahkan biji dari tongkolnya untuk tumbuh dan

berkembang (Iriany dkk, 2007 : 5).

Pada sekitar tahun 1.000 M, tanaman jagung tradisional telah berkembang

menjadi tanaman jagung modern. Umumnya pengembangan tanaman dilakukan

dengan seleksi secara sederhana, dengan mempertahankan tongkol yang

diinginkan dan benihnya ditanam pada musim berikutnya. Keragaman

antartongkol dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga mengaburkan perbedaan

genetik dalam hasil, tinggi tanaman, dan karakter kuantitatif lainnya, sehingga

seleksi berdasarkan karakter ini belum mampu mempercepat peningkatan hasil

biji (Iriany dkk, 2007 : 6).

Penelitian filogenetik menunjukkan bahwa jagung merupakan keturunan

langsung dari teosinte (Zea mays ssp. Parviglumis). Seperti jagung, teosinte

mempunyai 10 pasang kromosom, yang secara sitogenetik sama dengan jagung

dan persilangannya menghasilkan keturunan yang fertil (Iriany dkk, 2007 : 6).

Page 66: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

50

Tabel 7. Persamaan dan Perbedaan antara Jagung dengan Teosinte

Jagung (Zea mays sp.) Teosinte (Zea mexicana sp.)

Persamaan

• Keduanya mempunyai bunga jantan terpisah berupa tassel yang terletak di atas tongkol dan bunga betina terletak pada cabang lateral bagian samping (ketiak daun).

• Keduanya mempunyai 1 pasang kromosom. • Persilangan jagung dengan teosinte menghasilkan keturunan yang

fertil.

Perbedaan

• Perbedaan yang spesifik terutama pada organ betinanya • Tongkol tertutup oleh kelobot,

biji tidak mudah lepas dari tongkol.

• Tongkol terdiri atas banyak baris biji (multi rows.

• Bijinya penuh mengelilingi janggel dan terbungkus kelobot.

• Biji jatuh sendiri jika sudah matang

• Tongkol kecil, terdiri atas enam baris biji atau lebih

• Setiap biji terbungkus oleh glume dan kelobot yang keras (cupule)

Sumber: Iriany dkk (2007 : 6)

Manusia sangat berperan dalam menyeleksi karakter-karakter pada

teosinte sampai menjadi jagung modern seperti yang dikenal sekarang. Di habitat

asalnya (Meksiko), teosinte tumbuh liar dan disebut sebagai madre de maiz atau

ibu tanaman jagung. Salah satu hipotesis yang menjelaskan teosinte merupakan

nenek moyang tanaman jagung adalah dengan melihat perubahan barisan biji

teosinte yang mengalami seleksi oleh alam dan manusia serta mutasi tunicate

menjadi tanaman jagung jenis pod corn (Iriany dkk, 2007 : 8).

Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa

daerah asal tanaman jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan),

kemudian dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7.000 tahun yang lalu,

dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru sekitar 4.000 tahun yang lalu.

Jagung mulai berkembang di Asia Tenggara pada pertengahan 1500 dan pada

awal tahun 1600, yang berkembang menjadi tanaman yang banyak dibudidayakan

Page 67: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

51

di Indonesia, Filipina, dan Thailand. Penyebaran jagung ke Asia dipercepat

dengan terbukanya jalur barat yang dipelopori Ferdinand Magellan melintasi

Samudera Pasifik. Di tempat-tempat baru inilah jagung relatif mudah beradaptasi

karena tanaman ini memiliki elastisitas fenotipe yang tinggi (Hidayanto dan

Yossita, 2014 : 1).

4.2 Perkembangan Komoditas Jagung 4.2.1 Penawaran dan Permintaan Jagung Industri Pakan

Berdasarkan hasil survei penggunaan jagung tahun 2014 oleh Kementerian

Pertanian, penjualan jagung hasil panen petani adalah ditujukan ke pabrik pakan,

pedagang, pasar peternak dan koperasi unit desa (KUD). Secara umum 91,80

persen petani di Indonesia menjual jagung langsung ke pedagang (Gambar 5).

Gambar 5. Penyaluran Jagung Tingkat Petani dan Pedagang

Sumber: Pusdatin Pertanian (2014 : 25)

Pada umumnya petani menjual hasil panennya kepada pedagang

pengumpul yang ada di desa atau pedagang dari luar desa yang datang menjemput

ke rumah-rumah petani. Para pedagang ini membeli jagung dari petani saat panen,

bahkan para pedagang tersebut membeli hasil panenan langsung di sawah bahkan

Page 68: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

52

terdapat juga yang menjual secara ijon. Tetapi untuk petani yang produksi

jagungnya cukup besar dan tidak terdapat pedagang pengumpul, maka mereka

langsung menjualnya kepada pedagang yang lebih besar di kecamatan. Secara

umum, mata rantai terakhir pedagang jagung di Indonesia adalah pedagang besar.

Pedagang besar inilah yang biasanya menyalurkan penjualan jagung ke industri

pakan dan industri besar lainnya (Pusdatin Pertanian, 2014 : 25).

Suplai/penawaran merupakan hasil penjumlahan dari jagung yang

ditawarkan oleh petani dan pedagang kepada pabrik pakan (industri pakan).

Sementara, permintaan adalah jumlah kebutuhan jagung yang digunakan oleh

pabrik pakan sebagai bahan baku utama produksinya. Berikut ini merupakan data

penawaran dan permintaan jagung oleh pabrik pakan/industri pakan di Indonesia

disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Penawaran dan Permintaan Jagung Industri Pakan Tahun 2005 – 2015

Tahun

Suplai/Ketersediaan Demand Kelebihan Permintaan/

Excess Demand (ton)

Petani ke industri pakan

Pedagang ke industri pakan

Total Penawaran (2) + (3)

Permintaan/ Kebutuhan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 2005 169.758 2.581.774 2.751.532 3.115.000 363.468 2006 157.355 2.393.151 2.550.506 3.600.000 1.049.494 2007 180.107 2.739.172 2.919.279 3.850.000 930.721 2008 221.174 3.363.738 3.584.912 4.050.000 465.088 2009 238.964 3.634.304 3.873.269 4.100.000 226.731 2010 248.424 3.778.171 4.026.595 4.985.000 958.405 2011 239.147 3.637.088 3.876.235 5.600.000 1.723.765 2012 262.783 3.996.560 4.259.343 6.150.000 1.890.657 2013 250.921 3.816.147 4.067.068 6.900.000 2.832.932 2014 257.652 3.918.514 4.176.165 7.650.000 3.473.835 2015 265.839 4.043.028 4.308.866 8.250.000 3.941.134

Keterangan: Total penawaran diperoleh melalui hasil penjumlahan dari persentase penyaluran jagung (petani ke industri pakan sebesar 1,64% dan pedagang ke industri pakan 27,17%) Sumber: Kementerian Pertanian (2017 : 1) (Diolah), GPMT diolah Pusdatin Pertanian (2016 : 25)

Page 69: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

53

Berdasarkan hasil olahan data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa

penawaran jagung oleh petani dan pedagang kepada pabrik pakan cukup

berfluktuasi cenderung meningkat dengan pertumbuhan sebesar 4,95 persen.

Penawaran tersebut sangat dipengaruhi oleh hasil panen produksinya, sehingga

apabila produksi jagung oleh petani meningkat maka secara langsung penawaran

juga turut mengalami peningkatan dengan catatan persentase penyalurannya tetap

sama. Akan tetapi, persentase penyaluran jagung dari petani ke pabrik pakan

terbilang kecil yaitu sekitar 1,64 persen. Hal ini dikarenakan adanya jarak yang

cukup jauh antara lokasi pabrik pakan dengan sentra produksi jagung.

Jagung lokal yang menjadi bahan baku pabrik pakan didominasi oleh 4

provinsi sentra yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, dan Sulawesi Selatan.

Ke-4 provinsi ini menguasai sekitar 65 persen produksi jagung nasional.

Sementara, Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara memasok kebutuhan pabrik

pakan di wilayahnya. Provinsi lainnya yang tercatat mensuplai kebutuhan jagung

lokal pabrik pakan adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Gorontalo (Pusdatin

Pertanian, 2014 : 49).

Berdasarkan data Direktorat Pakan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan

Hewan, Kementerian Pertanian, perkembangan permintaan jagung oleh industri

pakan selama periode 2005-2015 cenderung meningkat (Tabel 8), yaitu dari

3.115.000 ton pada tahun 2005 menjadi 8.250.000 ton pada tahun 2015. Laju

pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 21,59 persen dan apabila

dihitung rata-ratanya maka peningkatan permintaan jagung oleh industri pakan

mencapai 10,36 persen/tahun. Pertumbuhan permintaan jagung tersebut melebihi

Page 70: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

54

penawaran jagung lokal yang hanya sebesar 4,95 persen, sehingga terjadi

kelebihan permintaan (excess demand) pada industri pakan. Pada umumnya

pabrik pakan melakukan impor jagung untuk menjamin kepastian ketersediaan

bahan baku untuk tetap berproduksi pakan.

4.2.2 Perkembangan Impor Jagung

Impor jagung diperlukan apabila produksi nasional kurang mencukupi

untuk kebutuhan pabrik pakan. Realisasi impor jagung kode HS 1005.90.90.00

yang diperoleh melalui PDSI Kementerian Perdagangan tahun 2005 hingga 2015

menunjukkan kecenderungan berfluktuatif dengan peningkatannya melebihi 100

persen atau sekitar 108,85 persen (Gambar 6).

Gambar 6. Realisasi Impor Jagung HS 1005.90.90.00 Tahun 2005 – 2015

Sumber: Kementerian Perdagangan (2017 : 1)

Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 volume

impor jagung mengalami peningkatan tertinggi mencapai 106,63 persen atau

sebesar 3,14 juta ton. Hal tersebut terjadi karena penawaran jagung oleh petani

dan pedagang kepada pabrik pakan menunjukkan penurunan sebesar -3,73 persen,

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

(000

Ton

)

(000

USD

)

(Tahun)

Volume Impor (000 Ton) Nilai Impor (000 USD)

Page 71: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

55

sedangkan kebutuhan jagung pipilan untuk pabrik pakan relatif tetap, sehingga

volume impor jagung menjadi lebih besar. Sementara, volume impor jagung

tertinggi terjadi dalam 2 tahun terakhir yaitu sebesar 3,25 juta ton pada tahun 2014

dan 3,26 juta ton pada tahun 2015.

Menurut Timor (2008 : 85) terdapat dua kondisi yang menjadi alasan suatu

negara mengimpor jagung. Kondisi pertama, produksi jagung lokal relatif cukup

memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pada saat yang sama harga jagung dunia

lebih murah dari harga jagung lokal. Pada kondisi seperti ini konsumen jagung

dalam negeri yang tingkat kebutuhannya sangat tinggi, seperti pabrik pakan akan

lebih memilih impor jagung dibandingkan membeli jagung lokal. Hal ini

mendorong harga jagung lokal turun menyamai harga jagung dunia.

Kondisi kedua adalah ketika produksi jagung lokal relatif rendah

dibandingkan jumlah kebutuhan jagung di dalam negeri. Misalnya, kebutuhan

oleh pabrik pakan tidak dapat dipenuhi produksi jagung lokal, maka pabrik pakan

akan mengimpor jagung dari pasar dunia sekalipun harganya lebih mahal. Jika

harga jagung dunia lebih mahal maka pabrik pakan akan melakukan pengurangan

produksi, namun keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh rasio harga pakan dan

harga hasil peternakan.

4.2.3 Perkembangan Harga Jagung

Harga jagung impor yang relatif rendah membuat Indonesia lebih banyak

mengimpor jagung. Berdasarkan kurva perdagangan internasional (Gambar 3) di

mana titik keseimbangan permintaan dan penawaran dalam negeri berada di harga

tertinggi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan harga jagung yang lebih rendah,

Page 72: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

56

Indonesia melakukan impor jagung untuk memenuhi kebutuhan industri

pengolahan jagung. Perkembangan harga impor jagung dapat dilihat pada Gambar

7 berikut.

Gambar 7. Perkembangan Harga Impor Jagung Tahun 2005 – 2015

Sumber: Kementerian Perdagangan (2017 : 1) (Diolah)

Harga impor jagung dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil

pembagian antara nilai impor jagung dengan volume impor jagung, di mana

perkembangannya berfluktuasi. Harga jagung impor mulai mengalami penurunan

pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp1.422-/kg. Akan tetapi, mengalami peningkatan

dalam 2 tahun yaitu sebesar Rp1.950,-/kg pada tahun 2007 dan Rp3.031 pada

tahun 2008. Pada tahun 2009 harga jagung impor kembali menurun yaitu sebesar

Rp2.168,-/kg. Selain itu, penurunan harga jagung impor juga terjadi pada tahun

2012, 2014, dan 2015.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(Rp/

Kg)

(Tahun)

Harga Impor

Page 73: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia

Model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia yang digunakan

dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia periode 2005-2015.

Selain itu, mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia dalam periode yang

sama. Penelitian ini menggunakan data deret waktu (time series) dengan skala

caturwulan (subround) selama 11 tahun. Mulai tahun 2005 hingga 2015 (33 data

time series). Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada

industri pakan di Indonesia diperoleh dengan meregresikan variabel bebas yang

diduga mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia

(variabel terikat). Variabel bebas tersebut terdiri dari penawaran jagung pada

industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung

internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Model

permintaan impor jagung industri pakan Indonesia terlebih dahulu dilakukan

pengujian secara ekonometrik yaitu uji asumsi klasik, meliputi: uji

multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas serta

dilakukan juga pengujian secara statistik yaitu uji hipotesis, meliputi: uji simultan

(Uji F), uji parsial (Uji t), dan uji koefisien determinasi (R2).

Page 74: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

58

5.1.1 Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui adanya suatu

penyimpangan asumsi klasik dalam model permintaan impor jagung industri

pakan Indonesia. Uji asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji autokorelasi,

uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.

1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen), karena model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas

(Ghozali, 2016 : 103). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di

dalam model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia, maka dapat

dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cutoff yang

umum digunakan untuk menunjukkan tidak adanya multikolinieritas adalah nilai

tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10. Hasil uji multikolinieritas

dalam model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia dapat dilihat pada

Tabel 9 berikut ini:

Tabel 9. Hasil Uji Multikolinieritas Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia

No Variabel Bebas Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 Penawaran jagung pada industri pakan ,841 1,190 2 Permintaan jagung pada industri pakan ,119 8,423 3 Harga riil jagung internasional ,569 1,759

4 Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

,154 6,507

Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5)

Page 75: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

59

Berdasarkan Tabel 9 hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa nilai

VIF dari masing-masing variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan,

permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai

tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) bernilai kurang dari 10 (VIF ≤

10) atau nilai tolerance ≥ 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa model

permintaan impor jagung industri pakan Indonesia dalam penelitian ini tidak

terdapat masalah multikolinieritas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas

(Ghozali, 2016 : 134). Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

grafik scatter plot, apabila titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan

SRESID menyebar di bawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y

dan tidak mempunyai pola teratur maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model permintaan impor jagung industri pakan

Indonesia.

Selain menggunakan uji grafik scatter plot, diperlukan uji statistik untuk

menjamin hasil yang akurat yaitu dengan menggunakan Uji Glejser. Apabila nilai

signifikansi > 0,05 maka residual mempunyai varian yang tetap

(homoskedastisitas). Hasil uji heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada model

Page 76: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

60

permintaan impor jagung industri pakan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 10

berikut ini:

Tabel 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia

No Variabel Bebas t Sig. 1 Penawaran jagung pada industri pakan -,393 ,697 2 Permintaan jagung pada industri pakan 1,473 ,152 3 Harga riil jagung internasional -,997 ,327

4 Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

-1,590 ,123

Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Taraf Nyata (α) Lima Persen

Berdasarkan Tabel 10 hasil Uji Glejser menunjukkan bahwa nilai

signifikansi dari masing-masing variabel bebas (penawaran jagung pada industri

pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan

nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) bernilai > 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa model permintaan impor jagung industri pakan

Indonesia dalam penelitian ini tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier

terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), apabila terjadi korelasi maka

dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2016 : 107). Untuk mendeteksi

adanya autokorelasi dalam model permintaan impor jagung industri pakan

Indonesia maka dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin-Watson.

Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian autokorelasi Durbin-Watson di mana

nilai k=4, n=33 dan tingkat signifikansi (α) = 0,05.

Page 77: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

61

Tabel 11. Hasil Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,812a ,659 ,610 297,21389 1,575 Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5)

Berdasarkan Tabel 11 hasil uji autokorelasi dapat diketahui melalui nilai

Durbin-Watson dalam model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia

adalah sebesar 1,575. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dapat

dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Hasil Pengujian Ada Tidaknya Autokorelasi dengan Durbin-Watson

Autokorelasi positif

Nilai DW 1,575 tanpa

kesimpulan

Tidak terjadi autokorelasi

Tanpa kesimpulan

Autokorelasi negatif

0 dL dU 4-dU 4-dL 4 1,1927 1,7298 2,2702 2,8073 Sumber: Data Sekunder (Diolah) Keterangan: Taraf Nyata (α) Lima Persen

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,575

berada diantara dL dan dU. Hal ini menunjukkan bahwa autokorelasi tanpa

kesimpulan. Apabila nilai Durbin-Watson yang dihasilkan meragukan, masalah

autokorelasi juga dapat diketahui dengan melihat nilai signifikansi menggunakan

Uji Run Test. Hasil Uji Run Test dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 13

berikut ini:

Page 78: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

62

Tabel 13. Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia

Unstandardized Residual Test Valuea Cases < Test Value Cases > = Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed)

-71,36222 16 17 33 17

,000 1,000

Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Taraf Nyata (α) Lima Persen

Berdasarkan Tabel 13 hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai signifikansi

pada Uji Run Test sebesar 1,000 yaitu lebih besar daripada 0,05 yang

menunjukkan bahwa variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan,

permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai

tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) tidak terganggu atau tidak

terpengaruhi oleh variabel pengganggu, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam

model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia tidak ditemukan

masalah autokorelasi.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, seperti diketahui

bahwa Uji t dan Uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal (Ghozali, 2016 : 154). Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak maka dilakukan Uji Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov.

Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka residual memiliki distribusi normal. Hasil

Page 79: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

63

uji normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov pada model permintaan impor

jagung industri pakan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini:

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 33

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 278,0181384

Most Extreme Difference Absolute ,177 Positive ,177 Negative -,093

Kolmogorov-Smirnov Z 1,016 Asymp. Sig. (2-tailed) ,254 Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Taraf Nyata (α) Lima Persen

Berdasarkan pada Tabel 14 hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai

probabilitas sebesar 0,254 lebih besar dari tingkat signifikansi (α) = 0,05 atau

(0,254 > 0,05) maka dapat disimpulkan model permintaan impor jagung industri

pakan Indonesia dalam penelitian ini residualnya berdistribusi normal.

5.1.2 Hasil Pengujian Statistik

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran keterwakilan variabel

terikat oleh variabel bebas atau sejauh mana variabel bebas dapat menjelaskan

variabel terikat (Suharjo, 2008 : 79). Nilai koefisien determinasi terletak diantara

nol dan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Apabila nilai R2 mendekati satu maka semakin baik

garis regresinya. Berikut ini merupakan tabel hasil uji koefisien determinasi (R2)

dalam model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia:

Page 80: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

64

Tabel 15. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia

Model R R Square Adjusted R

Square Std Error of the

Estimate 1 ,812a ,659 ,610 297,21389 Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Tarif Nyata (α) Lima Persen

Berdasarkan Tabel 15 diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

0,659. Hal ini berarti bahwa variabel terikat (permintaan impor jagung pada

industri pakan di Indonesia) mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam

penelitian ini yang meliputi: penawaran jagung pada industri pakan (SJIP),

permintaan jagung pada industri pakan (DJIP), harga riil jagung internasional

(HRJI), dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (NTR) sebesar

65,9 persen dan 34,1 persen lainnya dijelaskan oleh variabel bebas diluar model.

2. Uji F (Uji Simultan)

Uji F bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel bebas

terhadap variabel terikat atau merupakan uji signifikansi model regresi. Uji F

dapat dijelaskan dengan menggunakan analisis varian (Analysis of Variance =

ANOVA) dengan dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai F-hitung atau

nilai signifikansi pada tingkat kepercayaan 95 persen atau pada taraf nyata (α)

sebesar 0,05 (Widarjono, 2015 : 19). Apabila nilai F-hitung > F-tabel atau nilai

signifikansi < 0,05 maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Ini

memiliki arti bahwa variabel bebas secara simultan atau bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Berikut ini merupakan tabel hasil

Uji F dalam model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia:

Page 81: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

65

Tabel 16. Hasil Uji Statistik Simultan (Uji F) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 1 Residual Total

4770358,900 2473410,729 7243769,629

4 28 32

1192589,725 88336,097

13,501

,000b

Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Tarif Nyata (α) Lima Persen

Berdasarkan Tabel 16 diperoleh hasil Uji F memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,000 yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata (α) sebesar

0,05 atau (0,000 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa dalam model permintaan

impor jagung industri pakan Indonesia variabel bebas (penawaran jagung pada

industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung

internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara

simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya

(permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia).

Sementara hasil Uji F juga diketahui memiliki nilai F-hitung sebesar

13,501 dengan degree of freedom (df) = k-1 = 5-1 = 4 dan derajat bebas penyebut

(df2) = n-k = 33-5 = 28, di mana k adalah jumlah variabel bebas dan terikat dan n

adalah jumlah sampel penelitian. Berdasarkan tabel distribusi F (tabel bantuan

jika menggunakan statistik Uji F) diperoleh F-tabel sebesar 2,71 sehingga F-

hitung memiliki nilai yang lebih besar daripada F-tabel (13,501 > 2,71) maka

dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan,

permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai

tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara simultan atau bersama-

Page 82: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

66

sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya (permintaan impor

jagung pada industri pakan di Indonesia).

3. Uji t (Uji Parsial)

Uji t atau uji parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel bebas/independen (penawaran jagung pada industri pakan,

permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai

tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara individual dalam

menerangkan variasi variabel terikat yaitu permintaan impor jagung pada industri

pakan di Indonesia (Ghozali, 2016 : 97).

Tabel 17. Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) 285,910 390,544 ,732 ,470 SJIP -,242 ,118 -,246 -2,046 ,050 DJIP 1,279 ,271 1,514 4,724 ,000 HRJI -,254 ,179 -,207 -1,416 ,168 NTR -,112 ,048 -,656 -2,330 ,027 Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Taraf Nyata (α) Lima Persen

Keterangan:

SJIP = Penawaran jagung pada industri pakan

DJIP = Permintaan jagung pada industri pakan

HRJI = Harga riil jagung internasional

NTR = Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

Page 83: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

67

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui nilai t-hitung yang diperoleh dari

masing-masing variabel bebas. Sementara itu, berdasarkan tabel distribusi t (tabel

bantuan jika menggunakan statistik Uji t) diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,70113

dengan degree of freedom (df) = n-k = 33-5 = 28 dan tingkat signifikansi 5 persen.

Adapun variabel-variabel bebas dalam model permintaan impor jagung industri

pakan Indonesia yang telah diuji menggunakan Uji t diuraikan sebagai berikut:

1. Variabel penawaran jagung pada industri pakan (SJIP)

Penawaran jagung pada industri pakan memiliki nilai t-hitung sebesar -2,046.

Tanda negatif menunjukkan bahwa variabel penawaran jagung pada industri

pakan memiliki hubungan negatif terhadap permintaan impor jagung pada

industri pakan di Indonesia (sesuai hipotesis penelitian). Penawaran jagung

pada industri pakan memiliki nilai t-hitung > t-tabel atau (2,046 > 1,70113)

dengan nilai probabilitas t (P-value) sebesar 0,050 atau (0,050 < 0,05). Hasil

pengujian ini menunjukkan bahwa variabel penawaran jagung pada industri

pakanberpengaruh secara signifikan atau berpengaruh nyata terhadap

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia pada taraf nyata

(α) lima persen.

2. Variabel permintaan jagung pada industri pakan (DJIP)

Permintaan jagung pada industri pakan memiliki nilai t-hitung sebesar 4,724.

Tanda positif menunjukkan bahwa variabel permintaan jagung pada industri

pakan memiliki hubungan positif terhadap permintaan impor jagung pada

industri pakan di Indonesia (sesuai hipotesis penelitian). Permintaan jagung

pada industri pakan memiliki nilai t-hitung > t-tabel atau (4,724 > 1,70113)

Page 84: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

68

dengan nilai probabilitas t (P-value) sebesar 0,000 atau (0,000 < 0,05). Hasil

pengujian ini menunjukkan bahwa variabel permintaan jagung pada industri

pakan berpengaruh secara signifikan atau berpengaruh nyata terhadap

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia pada taraf nyata

(α) lima persen.

3. Variabel harga riil jagung internasional (HRJI)

Harga riil jagung internasional memiliki nilai t-hitung sebesar -1,416. Tanda

negatif menunjukkan bahwa variabel harga riil jagung internasional memiliki

hubungan negatif terhadap permintaan impor jagung pada industri pakan di

Indonesia (sesuai hipotesis penelitian). Harga riil jagung internasional

memiliki nilai t-hitung < t-tabel (1,416 < 1,70113) dengan nilai probabilitas t

(P-value) sebesar 0,168 atau (0,168 > 0,05). Hasil pengujian ini menunjukkan

bahwa harga riil jagung internasional tidak berpengaruh secara signifikan atau

tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan impor jagung pada industri

pakan di Indonesia pada taraf nyata (α) lima persen.

4. Variabel nilai tukar riil terhadap dollar Amerika Serikat (NTR)

Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memiliki nilai t-hitung

sebesar -2,330. Tanda negatif menunjukkan bahwa variabel nilai tukar riil

rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memiliki hubungan negatif terhadap

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia (sesuai hipotesis

penelitian). Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memiliki

nilai t-hitung > t-tabel atau (2,330 > 1,70113) dengan nilai probabilitas t (P-

value) sebesar 0,027 atau (0,027 < 0,05). Hasil pengujian ini menunjukkan

Page 85: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

69

bahwa nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berpengaruh

secara signifikan atau berpengaruh nyata terhadappermintaan impor jagung

pada industri pakan di Indonesia pada taraf nyata (α) lima persen.

5.1.3 Persamaan Regresi Linier Berganda

Hasil dari pengaruh penawaran jagung pada industri pakan (SJIP),

permintaan jagung pada industri pakan (DJIP), harga riil jagung internasional

(HRJI), dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (NTR) terhadap

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia (MJIP) dapat diketahui

dengan analisis regresi linier berganda yang diolah dengan bantuan program SPSS

versi 20.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada Tabel 17, maka

model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia diperoleh persamaan

regresi sebagai berikut:

𝑀𝐽𝐼𝑃 = 285,910 − 0,242𝑆𝐽𝐼𝑃 + 1,279𝐷𝐽𝐼𝑃 − 0,254𝐻𝑅𝐽𝐼 − 0,112𝑁𝑇𝑅 + 𝜀

Keterangan:

MJIP = Permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia

SJIP = Penawaran jagung pada industri pakan

DJIP = Permintaan jagung pada industri pakan

HRJI = Harga riil jagung internasional

NTR = Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

ε = error

Page 86: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

70

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia

Berdasarkan hasil analisis model permintaan impor jagung industri pakan

Indonesia dalam penelitian ini, diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia tahun 2005-2015.

Faktor-faktor tersebut merupakan variabel bebas dalam penelitian ini yaitu:

penawaran jagung pada industri pakan (ton), permintaan jagung pada industri

pakan (ton), harga riil jagung internasional (USD/ton), dan nilai tukar riil rupiah

terhadap dollar Amerika Serikat (Rp/USD). Hasil penelitian model permintaan

impor jagung industri pakan Indonesia menunjukkan faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Penawaran jagung pada industri pakan (SJIP)

Penawaran suatu komoditi merupakan sejumlah komoditi yang ditawarkan

oleh produsen, dalam hal ini petani dan pedagang kepada industri pakan sebagai

konsumen utama dalam suatu pasar pada tingkat harga dan waktu tertentu.

Penyediaan atau penawaran suatu komoditi masih sangat tergantung dari jumlah

komoditi yang diproduksi, sedangkan jumlah produksi yang dihasilkan sangat

ditentukan oleh luas panen dan produktivitas.

Hasil regresi linier berganda model permintaan impor jagung industri

pakan Indonesia menunjukkan bahwa tanda koefisien penawaran jagung pada

industri pakan adalah negatif. Tanda negatif pada koefisien regresi sesuai dengan

hipotesis penelitian yaitu apabila sejumlah jagung hasil panen petani yang diserap

industri pakan mengalami peningkatan, maka sebagian besar kebutuhan jagung

Page 87: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

71

pada industri pakan dipenuhi dari produksi jagung nasional, sehingga

menyebabkan permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia

mengalami penurunan.

Selain itu, variabel penawaran jagung pada industri pakan juga

menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,242. Artinya, apabila penawaran

jagung pada industri pakan meningkat sebesar 1 ton, maka permintaan impor

jagung pada industri pakan di Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,242 ton.

Hasil Uji t juga menyatakan bahwa penawaran jagung pada industri pakan

berpengaruh secara signifikan atau berpengaruh nyata terhadap permintaan impor

jagung pada industri pakan di Indonesia pada taraf nyata (α) lima persen. Ini

menunjukkan bahwa tinggi-rendahnya penawaran jagung pada industri pakan

menentukan naik-turunnya permintaan impor jagung pada industri pakan di

Indonesia.

Berdasarkan hasil survei penggunaan jagung tahun 2014 oleh Kementerian

Pertanian, di mana penyerapan jagung oleh industri pakan berdasarkan asalnya

yaitu petani dan pedagang, masing-masing sebesar 1,64 persen dan 27,17 persen.

Rendahnya penyerapan tersebut membuat kebutuhan jagung pada industri pakan

belum sepenuhnya dipenuhi dari penawaran jagung dalam negeri (lokal).

Penggunaan jagung pada industri pakan masih didominasi oleh jagung impor

mencapai 50,11 persen, sedangkan jagung lokal hanya sebesar 49,89 persen. Hal

ini dikarenakan wilayah dengan jumlah pabrik pakan relatif banyak bukan

merupakan sentra produksi jagung, sehingga penyerapan jagung impor lebih

tinggi dibandingkan jagung lokal.

Page 88: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

72

Selain itu, hal ini juga berkaitan dengan pola panen jagung selama 3 tahun

terakhir yang menunjukkan kondisi hampir seragam, yaitu puncak panen jagung

terjadi pada Subround 1 yaitu bulan Februari, Maret, dan April sedangkan pada

bulan-bulan lainnya cenderung konstan (Pusdatin Pertanian, 2016 : 18). Berbeda

dengan produksi jagung yang bersifat musiman, kebutuhan jagung untuk pabrik

pakan atau permintaan industri pakan bersifat rutin, sehingga memungkinkan

terjadinya kelebihan permintaan (excess demand) pada waktu tertentu atau suatu

kondisi di mana permintaan melebihi penawaran yang mengharuskan industri

pakan mengimpor jagung (import demand) untuk memenuhi kebutuhannya.

Faktor lokasi pabrik pakan yang jauh dari sentra produksi dan pentingnya

perlakuan pascapanen yang tepat, khususnya pengeringan dan penyimpanan

membuat petani enggan menjual jagung hasil panennya langsung ke pabrik pakan,

sehingga petani lebih memilih untuk menjualnya ke pedagang. Pada masa puncak

panen bahkan pedagang terbiasa menjemput langsung jagung ke sawah, sehingga

mempermudah para petani karena tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi

untuk mengangkut hasil panennya (Pusdatin Pertanian, 2014 : 22). Oleh karena

itu, apabila para petani tersebut dapat menyalurkan jagung hasil panennya

langsung ke pabrik pakan dan membuat penawaran jagung pada industri pakan

mengalami peningkatan, maka diharapkan kebutuhan jagung pada industri pakan

dapat sepenuhnya terpenuhi dari produksi jagung nasional. Hal ini karena

perubahan penawaran jagung pada industri pakan akan mempengaruhi permintaan

impor jagung pada industri pakan di Indonesia.

Page 89: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

73

2. Permintaan jagung pada industri pakan (DJIP)

Permintaan adalah sejumlah komoditi yang rela dan mampu dibeli oleh

konsumen selama periode tertentu dan pada kondisi tertentu. Permintaan suatu

komoditi pertanian adalah banyaknya komoditi pertanian yang dibutuhkan dan

dibeli oleh konsumen, dalam hal ini industri pakan ternak sebagai konsumen/

pengguna utama jagung di Indonesia. Dengan demikian, permintaan jagung pada

industri pakan adalah keseluruhan atau banyaknya jumlah jagung yang dibeli

pabrik pakan berdasarkan harga yang telah disepakati.

Hasil regresi linier berganda model permintaan impor jagung industri

pakan Indonesia menunjukkan bahwa tanda koefisien permintaan jagung pada

industri pakan adalah positif. Tanda positif pada koefisien regresi sesuai dengan

hipotesis penelitian yaitu apabila permintaan jagung pada industri pakan

mengalami peningkatan dan membuat persediaan/penawaran jagung menjadi

terbatas, maka terbatasnya penawaran jagung pada industri pakan menyebabkan

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia mengalami

peningkatan.

Selain itu, variabel permintaan jagung pada industri pakan juga

menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 1,279. Artinya, apabila permintaan

jagung pada industri pakan meningkat sebesar 1 ton, maka permintaan impor

jagung pada industri pakan di Indonesia turut meningkat sebesar 1,279 ton. Hasil

Uji t juga menyatakan bahwa permintaan jagung pada industri berpengaruh secara

signifikan atau berpengaruh nyata terhadap permintaan impor jagung pada

industri pakan di Indonesia pada taraf nyata (α) lima persen. Ini mengindikasikan

Page 90: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

74

bahwa semakin meningkat permintaan jagung pada industri pakan maka semakin

meningkat pula permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Sayekti (2009) dengan judul

Analisis Dampak Perdagangan Bebas Regional terhadap Kinerja Perdagangan

Jagung, di mana impor jagung dari ASEAN memberikan respon yang cukup

tinggi terhadap perubahan permintaan jagung oleh industri pakan ternak. Hal ini

menunjukkan bahwa industri pakan ternak sangat mempengaruhi impor jagung

Indonesia dan mendukung anggapan bahwa pengguna utama impor jagung

Indonesia adalah sektor industri.

Pada industri pakan, jagung merupakan salah satu bahan baku pakan

penting dari sekitar 30 jenis bahan baku yang digunakan. Proporsi jagung dalam

pakan adalah rata-rata 51 persen khususnya untuk ayam ras yakni ayam broiler

dan petelur. Penggunaan jagung yang relatif tinggi ini disebabkan oleh harganya

yang relatif murah, mengandung kadar kalori yang tinggi, mempunyai protein

dengan kandungan asam amino yang lengkap, juga mudah diproduksi dalam

jumlah besar dan sangat digemari oleh ternak. Upaya untuk menggantikan jagung

dengan biji-bijian lain tampaknya belum berhasil, sehingga jagung tetap menjadi

bahan baku pakan pilihan utama di seluruh dunia (Tangendjaja dkk, 2005 : 241).

Penggunaan jagung telah bergeserdari tujuan perdagangan untuk

kebutuhan pangan pokok kedua setelah beras, menjadi bahan baku pakan ternak

yang kemudian mendapat proses biologis untuk menghasilkan daging dan telur.

Peningkatan pendapatan masyarakat karena pertumbuhan ekonomi telah

mendorong pula peningkatan permintaan akan hasil ternak tersebut. Berdasarkan

Page 91: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

75

Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian, penyerapan jagung oleh

industri pakan di Indonesia meningkat setiap tahunnya, dengan pertumbuhan rata-

rata 10,36 persen/tahun. Pertumbuhan tersebut melebihi penawaran jagung lokal

yang hanya sebesar 4,95 persen/tahun, sehingga terjadilah kelebihan permintaan

(excess demand) pada industri pakan ternak.

Sejak awal, Indonesia memang terlambat melakukan antisipasi terhadap

peningkatan permintaan jagung karena pemerintah lebih mengutamakan

pengadaan jagung sebagai pangan langsung. Sebagai jalan keluar dari kondisi

tersebut, pemerintah membuka keran impor dan juga menerapkan tarif bagi impor

jagung. Namun, kegiatan impor jagung oleh industri pakan menjadi berlebihan

(ketergantungan) sampai pada batas di mana Indonesia dapat dikatakan sebagai

negara importir jagung, setelah sebelumnya sempat menjadi negara eksportir

jagung pada tahun 1964-1980 (Yusdja dan Agustian, 2003 : 31).

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa permintaan impor

jagung melebihi dari apa yang dibutuhkan (permintaan jagung pada industri

pakan), apabila kebutuhan jagung sebesar 1 ton, maka permintaan impor jagung

mencapai 1,279 ton. Berlebihnya permintaan impor jagung atas kebutuhan

industri pakan dalam kasus ini sejalan dengan pertumbuhan permintaan impor

jagung pada industri pakan di Indonesia tahun 2005-2015 yang mencapai 108,85

persen/tahun atau melebihi 100 persen (Tabel 2).

Selain itu, mengenai akurasi data statistik jagung nasional oleh Sadra dan

Agustian tahun 2002 dikatakan bahwa pendataan jagung sampai saat ini tidak

membedakan menurut masing-masing jenis konsumsinya, sehingga sulit sekali

Page 92: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

76

mengetahui berapa sebenarnya produksi jagung untuk konsumsi manusia,

konsumsi ternak, jagung muda, jagung “pop corn” dan sebagainya, bahkan data

jagung kurang dapat dipercayai kebenarannya. Oleh karena itu, sudah waktunya

istilah kata jagung dan pendataannya dipisah-pisahkan menurut jenis dan tujuan

konsumsi, sehingga informasi yang diberikan dapat memberi manfaat dan akurasi

yang lebih besar.

3. Harga riil jagung internasional (HRJI)

Harga internasional merupakan harga suatu komoditi yang berlaku di

pasar dunia. Secara teori, harga yang terbentuk di pasar dipengaruhi oleh kekuatan

penawaran dan permintaan. Teori ini terbukti dengan terjadinya pembentukan

harga jagung di pasar dunia maupun domestik. Harga jagung di pasar dunia lebih

banyak dipengaruhi oleh total penawaran dan permintaan jagung dunia. Selain itu,

harga jagung di pasar dunia juga dapat dipengaruhi oleh struktur pasar dunia dan

kebijakan-kebijakan dari negara eksportir dan importir jagung. Posisi Indonesia

dalam pasar jagung dunia hanya berperan sebagai small country yang tidak

mempengaruhi harga (Supriyatna, 2007 : 23).

Hasil regresi linier berganda model permintaan impor jagung industri

pakan Indonesia menunjukkan bahwa tanda koefisien harga riil jagung

internasional adalah negatif. Tanda negatif pada koefisien regresi sesuai dengan

hipotesis penelitian yaitu apabila terjadi kenaikan harga riil jagung internasional

maka permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia akan menurun.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Sukirno (2005 : 76) bahwa semakin

rendah harga suatu barang maka akan semakin bertambah permintaan barang

Page 93: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

77

tersebut dan sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang maka akan semakin

berkurang permintaan barang tersebut, apabila faktor lain dianggap tetap (ceteris

paribus). Oleh karena itu, hubungan jumlah suatu barang yang diminta dalam hal

ini adalah permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia dengan

harga barang tersebut atau harga jagung internasional berpengaruh negatif

(berlawanan arah).

Selain itu, variabel harga riil jagung internasional juga menunjukkan nilai

koefisien regresi sebesar -0,254. Artinya, apabila harga riil jagung internasional

meningkat sebesar 1 USD maka permintaan impor jagung pada industri pakan di

Indonesia akan menurun sebesar 0,254 ton. Hasil Uji t juga menyatakan bahwa

harga riil jagung internasional tidak berpengaruh secara signifikan atau tidak

berpengaruh nyata terhadap permintaan impor jagung pada industri pakan di

Indonesia pada taraf nyata (α) lima persen. Ini mengindikasikan bahwa perubahan

yang terjadi pada harga riil jagung internasional tidak akan menyebabkan

perubahan permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia. Hasil

penelitian ini serupa dengan penelitian Timor (2008) yang berjudul Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia, di

mana harga riil jagung dunia berpengaruh negatif terhadap jumlah impor jagung

Indonesia meskipun tidak secara nyata pada taraf nyata lima persen. Selain itu,

penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) dengan judul Dampak Tarif Impor

terhadap Pasar Jagung di Indonesia dalam Skema Liberalisasi Perdagangan

ASEAN Free Trade Area, di mana impor jagung Jepang dan Korea Selatan

Page 94: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

78

sebagai negara importir jagung utama didunia tidak dipengaruhi oleh harga riil

jagung dunia dengan arah negatif.

Indonesia merupakan salah satu negara produsen jagung terbesar di dunia.

Akan tetapi, ketersediaan jagung dalam negeri menjadi terbatas karena telah

terjadi kelebihan permintaan jagung pada sektor industri khususnya industri pakan

ternak sebagai pengguna utama jagung di Indonesia. Hal ini menyebabkan

permintaan impor jagung semakin meningkat. Sejalan dengan peningkatan

pertumbuhan industri pakan ternak guna mendukung perkembangan industri

peternakan. Kegiatan impor jagung yang sebagian besar didominasi oleh

pengusaha pakan ternak ini dianggap lebih murah dan efisien. Hal ini dikarenakan

posisi pengusaha pakan ternak terdiri dari 1 negara importir dibandingkan

membeli jagung lokal yang harus dikumpulkan dari beberapa petani sedikit demi

sedikit karena ketiadaan pengepul jagung. Hal ini dapat memaksa para petani

jagung untuk tidak terlalu tinggi dalam meningkatkan harga jual jagung ketika

ketersediaan jagung terbatas. Selain itu, para petani terkadang harus

menyesuaikan harga jual jagung mereka dengan harga beli jagung impor agar

tetap dapat diserap oleh pabrik pakan ternak (Timor, 2008 : 102).

Selain itu, kondisi harga jagung dunia dari tahun ke tahun memiliki

kecenderungan menurun, sejalan dengan bertambahnya negara-negara yang

menjadi produsen jagung. Oleh karena itu, ketersediaan jagung di pasar dunia

selalu berlebih dibandingkan dengan kondisi pasar jagung dalam negeri. Di mana

kondisi pasar jagung dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan jagung

untuk industri pakan yang terus meningkat (Timor, 2008 : 122). Dampak dari

Page 95: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

79

harga jagung di pasar dunia yang relatif rendah ini membuat Indonesia lebih

banyak mengimpor jagung.

4. Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (NTR)

Nilai tukar riil yang digunakan dalam model permintaan impor jagung

industri pakan Indonesia adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

yang telah dideflasi dengan tujuan menghilangkan pengaruh inflasi. Mata uang

rupiah sebagai mata uang negara pengimpor yaitu Indonesia dan mata uang

Amerika Serikat (dollar) dipilih karena dianggap sebagai mata uang yang relatif

stabil bila dibandingkan dengan mata uang negara lain. Selain itu, penggunaan

mata uang dollar Amerika Serikat menjadi yang paling banyak digunakan sebagai

alat pembayaran atas transaksi perdagangan internasional.

Hasil regresi linier berganda model permintaan impor jagung industri

pakan Indonesia menunjukkan bahwa tanda koefisien nilai tukar riil rupiah

terhadap dollar Amerika Serikat adalah negatif. Tanda negatif pada koefisien

regresi sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu apabila nilai tukar riil rupiah

terhadap dollar Amerika Serikat meningkat (melemah/depresiasi) menyebabkan

penurunan permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia. Penurunan

terjadi dikarenakan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar yang membuat

harga jagung di pasar dunia (internasional) meningkat, sehingga mengakibatkan

daya beli Indonesia akan semakin turun. Dampaknya impor jagung mengalami

penurunan menghadapi harga dunia tersebut (Sayekti, 2009 : 92).

Page 96: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

80

Selain itu, variabel nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

juga menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,112. Artinya, apabila nilai

tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat meningkat sebesar 1 USD maka

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia akan menurun sebesar

0,112 ton. Hasil Uji t juga menyatakan bahwa nilai tukar riil rupiah terhadap

dollar Amerika Serikat berpengaruh secara signifikan atau berpengaruh nyata

terhadap permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia pada taraf

nyata (α) lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi volume dari

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia akan dipengaruhi oleh

variabel nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Pada kondisi di mana nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika

Serikat meningkat atau terjadi depresiasi menyebabkan harga barang luar negeri

relatif lebih mahal dan harga dalam negeri relatif lebih murah. Dalam hal ini,

harga jagung dalam negeri akan mampu bersaing dengan harga jagung

internasional atau daya saing komoditi luar negeri akan turun dan membuat

industri pakan beralih menggunakan jagung dalam negeri untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku, sehingga akan menurunkan permintaan impor jagung pada

industri pakan di Indonesia.

Page 97: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian

mengenai analisis permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri

pakan di Indonesia dengan tingkat signifikansi 5 persen yang telah dianalisis

dalam penelitian ini adalah penawaran jagung pada industri pakan,

permintaan jagung pada industri pakan dan nilai tukar riil rupiah terhadap

dollar Amerika Serikat.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:

a) Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,659. Artinya bahwa permintaan

impor jagung pada industri pakan di Indonesia mampu dijelaskan oleh

variabel-variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan,

permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional dan

nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) sebesar 65,9 persen

sedangkan 34,1 persen lainnya dijelaskan oleh variabel-variabel bebas

lainnya.

b) Hasil Uji F menunjukkan secara simultan (bersama-sama) variabel bebas

yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

c) Adapun faktor-faktor yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap

permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia dengan taraf

Page 98: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

82

nyata (α) lima persen adalah penawaran jagung pada industri pakan,

permintaan jagung pada industri pakan dan nilai tukar riil rupiah terhadap

dollar Amerika Serikat.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian mengenai

analisis permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia, maka

beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Dalam rangka mengatasi ketergantungan impor jagung dan memenuhi

kebutuhan industri pakan ternak, maka pemerintah mencanangkan

swasembada jagung melalui Program Upaya Khusus (UPSUS) Pajale. Demi

mewujudkan swasembada jagung yang berkesinambungan, maka diperlukan

upaya lebih, sehingga tidak hanya mengandalkan angka produksi yang

memenuhi target. Upaya lebih yang dimaksud adalah pengembangan

infrastruktur pendukung yaitu berkaitan dengan distribusi, gudang

penyimpanan dan alat pengering, membangun secara integral gudang-gudang

penyimpanan (silo), memberikan alat pengering di sentra-sentra produksi

jagung dan sentra produksi pakan, memperbaiki tata kelola, dan

pendistribusian hasil dari sentra-sentra jagung yang sudah ada. Secara umum,

pasokan jagung yang berlimpah berada di daerah luar Pulau Jawa, di mana

akses transportasi tidak ada, atau lokasi pelabuhan terlalu jauh. Selain itu,

biaya transportasi tinggi dan ketika sampai dikonsumen maka harganya

menjadi sangat tinggi. Untuk dapat menyimpan jagung dalam periode yang

Page 99: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

83

lebih lama, maka diperlukan silo dan alat pengering, sehingga kualitas jagung

tetap terjamin.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah variabel dan rentang

waktunya, dikarenakan keterbatasan dari penelitian ini hanya menggunakan

empat variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan, permintaan

jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai tukar riil

rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) dalam kurun waktu 2005-2015.

Page 100: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2005 – 2015. Indikator Ekonomi Desember. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2005. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2006. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2007. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2008. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2009. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2010. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2011. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2012. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2013. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2014. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2015. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

________________________. 2017. Data Harga Perdagangan Besar Jagung di Jakarta. 1 Halaman Microsoft Excel. http://www.bps.go.id/. Diakses pada 30 September 2017. Pukul 22.02 WIB.

________________________. 2017.Pengertian Harmonized System (HS). https://sirusa.bps.go.id/. Diakses pada 5 Desember 2017. Pukul 10.00 WIB.

Page 101: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

85

Basri, Faisal dan Haris Munandar. 2010. Dasar-dasar Ekonomi Internasional: Pengenalan & Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gudono. 2012. Analisis Data Multivariat. Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Terjemahan: Sumarno Zein. Jakarta: Erlangga.

Heryanto dan Lukman. 2008. Statistik Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hidayanto dan Yossita F. 2014. Sejarah Tanaman Jagung. 1 Halaman. http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/. Diakses pada 11 November 2017. Pukul 11.25 WIB.

Indikator Ekonomi. 2017. Data Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat. 1 Halaman. https://id.tradingeconomics.com/. Diakses pada 20 Januari 2017. Pukul 15:00 WIB.

Iriany, R.N., M. Yasin dan Baehaki. 2007. Asal, Sejarah, Evolusi & Taksonomi. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. [E-Book]. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/. Diakses pada 12 Juni 2016. Pukul 20:41 WIB.

Karim, Adiwarman A. 2010. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2015. Analisis Perkembangan Harga Bahan Pangan Pokok di Pasar Domestik dan Internasional. Jakarta: Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

_______________________________________. 2016. Data Nilai Tukar Mata Uang Asing terhadap Rupiah. 1 Halaman Microsoft Excel. http://www.kemendag.go.id/. Diakses pada 30 September 2016. Pukul 22.02 WIB.

_______________________________________. 2017. Realisasi Impor Jagung Indonesia. 2 Halaman Microsoft Excel. 7 Maret 2017.

Page 102: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

86

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2017. Data Produksi Jagung Nasional. 1 Halaman Microsoft Excel. 7 Maret 2017.

Kotler, Philip. 1994. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Lukman. 2007. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Mankiw, N Gregory, Peter Wilson dan Euston Quah. 2012. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.

Mustafa EQ, Zainal. 2009. Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pindyck, Robert S., Daniel L. Rubinfeld. 2007. Mikroekonomi Edisi Keenam.Terjemahan: Nina Kurnia Dewi. Jakarta: PT Indeks.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Buku Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014. [E-Book]. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.

____________________________________. 2015. Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 5 No. 1 Tahun 2015. [E-Book]. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.

____________________________________. 2016. Analisis Kinerja Perdagangan Jagung. [E-Book]. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.

____________________________________. 2016. Buletin Triwulanan Konsumsi Pangan Volume 7 Nomor 1 Tahun 2016. [E-Book]. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.

____________________________________. 2016. Outlook Komoditas Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan Jagung. [E-Book]. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian.

Putri, Aulia I. 2013. Dampak Tarif Impor terhadap Pasar Jagung di Indonesia dalam Skema Liberalisasi Perdagangan ASEAN FREE TRADE AREA. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Page 103: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

87

Rachman, Benny. 2005. Perdagangan Internasional Komoditas Jagung. Ekonomi Jagung Indonesia. [E-book]. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Revania, Lisa. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Jagung di Indonesia Tahun 1982-2012. Jejak Journal of Economics and Policy, 7 (1): 102-112.

Sadra K.D dan A. Agustian. 2002. Akurasi Data Statistik Jagung Nasional. Working Paper. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sayekti, Apri L. 2009. Analisis Dampak Perdagangan Bebas Regional terhadap Kinerja Perdagangan Jagung. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sevilla, Consuelo G., J.A Ochave, B.P Regala dan G.G Uriarte. 2006. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Simamora, Bilson. 2003. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan Proyek PEMD BAPPENAS. 2000. TTG Budidaya Pertanian: Jagung. Jakarta: Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Subekti, N.A., Syafruddin, Roy Efendi dan Sri Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. [E-Book]. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/. Diakses pada 12 Juni 2016. Pukul 20:41 WIB.

Sugiarto, dkk. 2002. Ekonomi Mikro: Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suharjo, Bambang. 2008. Analisis Regresi Terapan dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukirno, Sadono. 2005. Pengantar Teori Ilmu Mikroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 104: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

88

Sunyoto, Danang. 2010. Uji KHI Kuadrat dan Regresi untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suparmoko, M. 1999. Pengantar Ekonomika Makro. Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta.

Supranto, J. 2010. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Supriyatna, Ari. 2007. Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Domestik, serta Pengaruh Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Tangendjaja, B., Yusmichad Yusdja dan Nyak Ilham. 2005. Analisis Ekonomi Permintaan Jagung untuk Pakan. Ekonomi Jagung Indonesia.[E-book]. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Timor, Sholihati D. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

United States Department of Agriculture (USDA). 2017. Data Visual Jagung. http://pusatdata.kontan.co.id/. Diakses pada 7 Maret 2017. Pukul 17:56 WIB.

Widarjono, A. 2015. Analisis Multivariat Terapan: dengan Program SPSS, AMOS dan SMARTPLS. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

World Bank Commodity Price Data (Pink Sheet). 2016. Data Harga Jagung Internasional. 1 Halaman Microsoft Excel. http://knoema.com/. Diakses pada 3 Juni 2016 Pukul 16:16 WIB.

___________________________________________. 2017. Data Indeks Harga Non-Energy. 1 Halaman. http://knoema.com/. Diakses pada 19 Januari 2017. Pukul 20.18 WIB.

Yusdja, Yusmichad dan Adang Agustian. 2003. Analisis Kebijakan Tarif Jagung antara Petani Jagung dan Peternak. Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 1, No. 1, Hal. 22-40.

Zubachtirodin, M.S Pabbage dan Subandi. 2007. Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. [E-Book]. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/. Diakses pada 12 Juni 2016. Pukul 20:41 WIB.

Page 105: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

LAMPIRAN

Page 106: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

90

Lampiran 1. Indeks Harga Konsumen Indonesia 2010=100

Tahun/ Bulan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Januari 64,18 75,12 79,82 85,70 94,06 97,56 104,40 108,20 113,15 122,68 131,22 Februari 64,08 75,56 80,32 86,26 94,25 97,84 104,54 108,25 114,00 123,00 130,75 Maret 65,30 75,58 80,51 87,08 94,46 97,70 104,20 108,33 114,72 123,10 130,97 April 65,52 75,62 80,38 87,58 94,17 97,85 103,87 108,55 114,61 123,08 131,44 Mei 65,66 75,90 80,46 88,81 94,21 98,13 104,00 108,63 114,57 123,28 132,10 Juni 65,99 76,24 80,64 91,00 94,32 99,08 104,57 109,30 115,76 123,81 132,81 Juli 66,50 76,58 81,22 92,25 94,74 100,64 105,27 110,07 119,56 124,96 134,05

Agustus 66,87 76,83 81,83 92,72 95,27 101,41 106,26 111,12 120,90 125,55 134,57 September 67,33 77,12 82,48 93,62 96,27 101,85 106,54 111,14 120,48 125,89 134,50 Oktober 73,18 77,79 83,14 94,04 96,45 101,92 106,42 111,32 120,58 126,48 134,40

Nopember 74,14 78,05 83,29 94,16 96,43 102,53 106,78 111,39 120,72 128,38 134,68 Desember 74,11 79,00 84,20 94,12 96,74 103,47 107,39 112,00 121,38 131,54 135,97

Sumber: Badan Pusat Statistik (2017 : 1) (Diolah)

Keterangan: Perhitungan indeks harga konsumen Indonesia 2010=100 dengan menggunakan teknik mengubah tahun dasar karena data IHK Indonesia yang diperoleh adalah data IHK Indonesia 2002=100, 2007=100 dan 2012=100.

Page 107: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

91

Lampiran 2. Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat 2010=100

Tahun/ Bulan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Januari 87,86 91,39 93,29 97,29 97,18 99,73 101,41 104,44 106,13 107,82 107,72 Februari 88,22 91,43 93,65 97,53 97,54 99,63 101,75 104,68 106,75 107,92 107,98 Maret 88,55 91,57 94,13 97,88 97,44 99,67 102,28 104,95 106,50 108,12 108,21 April 88,82 92,03 94,42 98,10 97,54 99,69 102,74 105,09 106,23 108,33 108,31 Mei 88,77 92,31 94,81 98,68 97,68 99,64 103,11 104,91 106,38 108,65 108,63 Juni 88,82 92,53 95,03 99,72 98,49 99,60 103,10 104,84 106,65 108,84 108,87 Juli 89,37 93,04 95,20 100,43 98,46 99,78 103,37 104,82 106,83 108,95 109,08

Agustus 89,92 93,45 95,23 100,28 98,79 99,93 103,67 105,43 107,03 108,86 109,05 September 91,16 92,99 95,63 100,37 98,98 100,09 103,94 105,97 107,20 108,96 108,89 Oktober 91,30 92,58 95,92 99,50 99,28 100,44 104,00 106,26 107,26 109,02 109,04

Nopember 90,84 92,63 96,68 97,74 99,61 100,69 104,16 106,02 107,32 108,71 109,20 Desember 90,84 93,13 96,96 96,94 99,66 101,10 104,16 106,00 107,62 108,35 109,06

Sumber: Indikator Ekonomi (2016 : 1) (Diolah)

Page 108: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

92

Lampiran 3. Indeks Harga Non-Energy 2010=100

Tahun/ Bulan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Januari 57,71 67,25 80,47 102,30 76,39 96,11 123,20 108,49 108,62 97,83 88,38 Februari 59,37 69,43 82,45 110,26 75,28 92,68 128,50 111,24 108,27 99,73 86,94 Maret 62,30 69,02 84,40 118,14 74,85 94,20 124,18 112,02 104,67 99,84 84,93 April 61,13 72,90 87,87 119,84 77,94 97,90 126,48 111,65 101,83 99,90 84,76 Mei 60,29 78,59 89,58 119,78 82,11 93,39 122,71 109,24 102,24 99,73 85,43 Juni 60,28 74,56 89,53 121,24 84,09 91,29 122,29 105,69 100,99 98,26 84,16 Juli 60,16 76,91 90,65 121,45 82,80 93,53 123,21 110,60 99,62 98,28 83,03

Agustus 60,35 77,22 89,28 113,46 87,78 99,11 121,72 109,41 99,42 97,65 79,92 September 60,78 76,73 92,55 106,30 86,08 102,93 118,98 111,23 98,70 94,37 79,02 Oktober 61,95 79,02 96,13 86,76 87,91 108,83 111,72 109,23 99,13 93,31 79,25

Nopember 62,47 80,43 97,35 77,59 90,90 112,51 108,62 107,13 98,17 93,53 77,13 Desember 64,80 81,48 97,44 72,78 93,26 117,54 105,65 108,31 98,56 91,31 76,39

Sumber: World Bank (2016 : 1)

Page 109: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

93

Lampiran 4. Data Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia

Tahun Caturwulan (Subround)

Permintaan Impor Jagung Industri Pakan

(Ton)

Penawaran Jagung Industri Pakan

(Ton)

Permintaan Jagung Industri Pakan

(Ton)

Harga Riil Jagung Internasional (USD/Ton)

Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap Dollar Amerika

Serikat (Rp/USD) MJIP SJIP DJIP HRJI NTR

2005 I 2322,44 1438380,73 1038333,33 1,61 6867,99

II 56544,11 709633,38 1038333,33 1,67 7289,89

III 124947,34 603517,93 1038333,33 1,58 7978,30

2006 I 57147,68 1416190,95 1200000,00 1,52 7512,34

II 910319,44 675579,77 1200000,00 1,47 7547,51

III 807149,41 458735,14 1200000,00 1,85 7671,88

2007 I 571276,28 1477586,76 1283333,33 1,99 7736,84

II 78933,50 805832,65 1283333,33 1,74 7774,66

III 47474,70 635860,07 1283333,33 1,76 8007,04

2008 I 77228,07 1809869,41 1350000,00 2,01 8197,73

II 66472,12 997173,09 1350000,00 2,16 8410,50

III 108406,14 777869,79 1350000,00 2,15 10369,05

2009 I 33650,02 1976239,11 1366666,67 2,20 11032,87

II 150816,95 1125460,97 1366666,67 1,97 9752,92

III 149465,29 771568,56 1366666,67 1,83 9247,66

Page 110: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

94

2010 I 183701,58 1993274,71 1661666,67 1,69 9027,45

II 790393,88 1132758,55 1661666,67 1,74 9070,39

III 547677,42 900561,89 1661666,67 2,10 9130,30

2011 I 1020814,15 1778272,49 1866666,67 2,32 8982,30

II 1523746,62 1123580,33 1866666,67 2,51 8696,66

III 599860,08 974382,22 1866666,67 2,48 9208,59

2012 I 503605,12 2119661,73 2050000,00 2,50 9422,12

II 507973,66 1210655,20 2050000,00 2,76 9956,24

III 675496,41 929026,10 2050000,00 2,92 10109,31

2013 I 891506,60 1938500,46 2300000,00 2,82 10405,41

II 905005,91 1166781,84 2300000,00 2,76 11293,83

III 1384148,54 961785,46 2300000,00 2,04 13225,70

2014 I 697724,90 1891389,37 2550000,00 2,14 13314,67

II 1126493,51 1294281,21 2550000,00 1,98 13399,31

III 1424356,36 990494,63 2550000,00 1,84 14407,69

2015 I 1326935,57 2096826,47 2750000,00 2,01 15622,70

II 1052039,60 1275197,79 2750000,00 2,03 16551,99

III 880786,52 936842,17 2750000,00 2,14 17295,70

Sumber: Data Sekunder (Diolah)

Keterangan: Data penelitian tersebut merupakan data yang sudah diolah.

Page 111: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

95

Lampiran 5. Hasil Regresi Linier Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Change Statistics Durbin-Watson R Square Change

F Change

df1 df2 Sig. F Change

1 ,812a ,659 ,610 297,21389 ,659 13,501 4 28a ,000 1,575 a. Predictors: (Constant), NTR, SJIP, HRJI, DJIP b. Dependent Variable: MJIP

ANOVAa Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 4770358,900 4 1192589,725 13,501 ,000b

Residual 2473410,729 28 88336,097

Total 7243769,629 32

a. Dependent Variable: MJIP b. Predictors: (Constant), NTR, SJIP, HRJI, DJIP

Page 112: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

96

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. 95,0% Confidence Interval for B

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error

Beta Lower Bound

Upper Bound

Zero-order

Partial Part Tolerance VIF

1

(Constant) 285,910 390,544 ,732 ,470 -514,083 1085,903 SJIP -,242 ,118 -,246 -2,046 ,050 -,485 ,000 ,080 -,361 -,226 ,841 1,190 DJIP 1,279 ,271 1,514 4,724 ,000 ,724 1,833 ,745 ,666 ,522 ,119 8,423 HRJI -,254 ,179 -,207 -1,416 ,168 -,621 ,113 ,314 -,258 -,156 ,569 1,759 NTR -,112 ,048 -,656 -2,330 ,027 -,211 -,014 ,587 -,403 -,257 ,154 6,507

a. Dependent Variable: MJIP

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz

ed Residual N 33

Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation

278,01813841

Most Extreme Differences

Absolute ,177 Positive ,177 Negative -,093

Kolmogorov-Smirnov Z 1,016 Asymp. Sig. (2-tailed) ,254

Page 113: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

97

Page 114: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

98

Runs Test Unstandardiz

ed Residual Test Valuea -71,36222 Cases < Test Value 16 Cases >= Test Value 17

Total Cases 33 Number of Runs 17 Z ,000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 499,863 216,897 2,305 ,029 SJIP -,026 ,066 -,077 -,393 ,697 DJIP ,221 ,150 ,773 1,473 ,152 HRJI -,099 ,100 -,239 -,997 ,327 NTR -,042 ,027 -,733 -1,590 ,123

Page 115: ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA INDUSTRI PAKAN …

99

Coefficientsa Model 95,0% Confidence Interval for B Correlations Collinearity

Statistics Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part Tolerance

1

(Constant) 55,570 944,155 SJIP -,161 ,109 -,032 -,074 -,071 ,841 DJIP -,086 ,529 -,021 ,268 ,266 ,119 HRJI -,303 ,105 -,052 -,185 -,180 ,569 NTR -,097 ,012 -,119 -,288 -,287 ,154

Coefficientsa Model Collinearity Statistics

VIF

1

(Constant) SJIP 1,190 DJIP 8,423 HRJI 1,759 NTR 6,507

a. Dependent Variable: ABS_RES1