Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS POLA PERSEBARAN DAN KARAKTERISTIK
MATA AIR DI LERENG TIMUR GUNUNGAPI MERAPI
KABUPATEN KLATEN
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Program Studi Geografi Fakultas Geografi
Oleh:
SEPTIANI ARI DWIJAYANTI
E100140165
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
ANALISIS POLA PERSEBARAN DAN KARAKTERISTIK MATA AIR DI
LERENG TIMUR GUNUNGAPI MERAPI KABUPATEN KLATEN
Abstrak
Lereng Timur Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten pada wilayah 3 kecamatan,
yaitu Kecamatan Tulung, Polanharjo, dan Karanganom merupakan 3 dari 26
kecamatan di Kabupaten Klaten. Wilayah kecamatan tersebut terdapat
pemunculan mata air yang mana merupakan salah satu sumber air utama di daerah
ini. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan pola persebaran mata air di
Lereng Timur Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten, dan (2) menganalisis
karakteristik mata air di Lereng Timur Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang dilengkapi
dengan data sekunder. Penentuan sampel menggunakan 2 metode, yaitu metode
sampling jenuh untuk menentukan pola persebaran mata air, dan metode
disproportionate stratified random sampling untuk menentukan karakteristik mata
air. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pola persebaran mata air di
Lereng Timur Gunungapi Kabupaten Klaten termasuk pola mengelompok. Pola
tersebut ditentukan berdasarkan nilai parameter tetangga terdekat (nearest
neighbour statistic) sebesar 0,367, dan (2) karakteristik mata air secara
keseluruhan pemunculannya disebabkan oleh tenaga gravitasi dengan besar debit
mulai dari kelas III - V (100 liter/ detik – 1000 liter/ detik sampai 1 – 10
liter/detik), dan kelas VIII (<0,01 liter/detik), serta termasuk mata air biasa.
Berdasarkan periode pengalirannya salah satu mata air termasuk tipe intermitten,
sedangkan 11 mata air lainnya termasuk tipe perennial. Karakteristik berdasarkan
sifat fisik dan kimia mata air menunjukkan bahwa tidak ada yang melebihi batas
maksimum dari persyaratan kualitas air bersih menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum.
Kata Kunci: karakteristik, mata air, pola persebaran
Abstract
East Slope of Merapi Volcano Klaten Regency in 3 sub-districts, namely Tulung,
Polanharjo, and Karanganom sub-districts are 3 of 26 sub-districts in Klaten
Regency. The sub-district area has springs that are one of the main water sources
in this area. This research aims to: (1) determine the distribution pattern of srings
in the East Slope of Merapi Volcano in Klaten Regency, and (2) analyze the
characteristics of springs in the East Slope of Merapi Volcano in Klaten Regency.
The method used in this research is a survey that is equipped with secondary data.
Sample determination using two methods, namely saturated sampling method to
determine the spreading pattern of springs, and disproportionate stratified random
sampling method for the characteristics of springs. The result of this research
showed that: (1) the pattern of spreading springs in the East Slope of Merapi
2
Volcano in Klaten Regency according to the analysis of the nearest neighbors
formed a clustered pattern with the nearest parameter (nearest neighbour statistic)
value of 0,367, and (2) the characteristics of the springs as a whole are caused by
gravity power with a discharge ranging from class III - V (100 liters/second –
1000 liters/ second until 1 – 10 liter/second), and class VIII (<0,01 liters/second),
and includes ordinary springs. Based on the flow period, one of the springs
includes the intermitten type, while 11 other springs include the perrenial type.
Characteristics based on the physical and chemical properties of springs indicate
that there is nothing exceeding the maximum limit and still in accordance with the
requirements of clean water quality according to the Regulation of the Minister of
Health of the Republic of Indonesia Number 32 Year 2017 concerning Quality
Standard Environmental Health and Water Health Requirements for Sanitary
Hygiene Needs, Swimming Pool, Solus Per Aqua, and Public Baths.
KEYWORD : characteristic, spring, distribution pattern
1. PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting
untuk menopang kebutuhan akan air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya, sebab untuk beberapa kegiatan yang dilakukan oleh makhluk hidup pasti
membutuhkan air. Keberadaan air tidak hanya digunakan pada skala kecil, bahkan
untuk beberapa kegiatan air digunakan oleh manusia dengan skala yang besar,
seperti mengaliri lahan pertanian dan mendukung lancanya kegiatan industri.
Sumber air utama yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan pengairan
sebagian besar berasal dari air tanah, salah satunya berupa mata air. Hal ini
dikarenakan mata air mempunyai kualitas air yang baik, sehingga sering
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Todd dan Mays (2005)
menyebutkan bahwa mata air adalah keluarnya air tanah yang terkonsentrasi dan
muncul ke permukaan tanah sebagai arus air yang mengalir. Perbedaan faktor
yang mempengaruhi seperti morfologi lereng, proses geomorfologi, jenis batuan,
dan struktur batuan sangat berpengaruh terhadap mata air baik dari pemunculan
maupun karakteristiknya. Sudarmadji (2013) menyebutkan bahwa pada bentukan
asal vulkanik dan karst mempunyai potensi mata air yang baik mulai dari”.aspek
jumlah, penyebaran baik kuantitas maupun kualitasnya yang sangat
menguntungkan sebagai sumber penggunaan air manusia.
3
Kabupaten Klaten merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah yang terletak di Lereng Timur Gunungapi Merapi. Pada penelitian
ini, Lereng Timur Gunungapi Merapi yang menjadi wilayah penelitian berada
pada 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Tulung, Polanharjo, dan Karanganom.
Daerah ini sebagian besar merupakan lahan terbuka hijau sehingga
memudahkan air masuk ke tanah menjadi air tanah. Interpretasi peta
bentuklahan dengan skala 1 : 25.000 pada daerah penelitian menunjukkan
bahwa daerah penelitian tersusun oleh bentukan asal vulkanik. Oleh karena
itu, daerah ini berpotensi baik akan mata air.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), 2014
dalam Oda, 2014 menyebutkan bahwa ada 141 desa dari 401 desa dan
kelurahan di Kabupaten Klaten memiliki permasalahan serius dengan
persediaan air bersih, penyebabnya mulai dari faktor musim hingga sulitnya
menemukan sumber air. Pada pertengahan tahun 2018 kekeringan masih
melanda beberapa daerah di Kabupaten Klaten sehingga dilakukan
pendistribusian air bersih sebesar 825.000 liter air oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten (Prakoso,
2018). Sumber air utama yang digunakan untuk memasak/ mandi/ cuci, dll
oleh penduduk di Kabupaten Klaten berasal dari sumur/ mata air terlindung,
sehingga apabila dikaitkan dengan permasalahan yang ada dengan sumber air
utama yang digunakan, maka dalam penelitian ini perlu dilakukan penelitian
mengenai pola persebaran dan karakteristik mata air yang ada di Lereng
Timur Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) menentukan pola persebaran mata air di Lereng Timur Gunungapi Merapi
Kabupaten Klaten, dan (2) menganalisis karakteristik mata air di Lereng
Timur Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten.
2. METODE
Metode yang„digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang
dilengkapi dengan data sekunder.
4
2.1 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
dibagi menjadi 2 katagori, yaitu pengambilan sampel untuk menentukan
pola persebaran mata air menggunakan metode sampling jenuh, sehingga
jumlah sampel sebanyak 53 mata air, sedangkan untuk menentukan
karakeristik mata air menggunakan metode disproportionate stratified
random sampling, sehingga jumlah sampel sebanyak 12 sampel mata air.
2.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengupulan data berupa data primer yang dalam penelitian
ini berupa survei lapangan, tes lapangan untuk menentukan kualitas fisik
air, dan pengambilan sampel air yang kemudian dilakukan uji
laboratorium, sedangkan data sekunder yang di”dapatkan dari instansi
yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian ini, seperti data persebaran
dan debit mata air, curah hujan, dan kependudukan.
2.3 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data yang digunakan untuk mengetahui pola
persebaran dan“karakteristik mata air adalah sebagai berikut.
2.3.1 Pengujian Kelengkapan Data Curah Hujan
Pada penelitian ini, data curah hujan diperoleh dari Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Klaten. Pencatatan data curah hujan terkadang
ditemukan data yang hilang atau tidak tercatat, sehingga perlu adanya
pengujian kelengkapan data curah hujan yaitu menggunakan metode
rasio normal (normal rasio method) dengan rumus berikut ini.
(
) ................... (1)
Keterangan :
Px : Hujan di stasiun yang diperkirakan
Nx : Rata – rata curah hujan di stasiun X
NA : Rata – rata curah hujan di stasiun pembanding A
PA : Curah hujan di posisi yang sama dengan stasiun X pada stasiun A
5
2.3.2 Persebaran Mata Air
Penelitian ini membutuhkan data sekunder berupa data sebaran
mata air yang bersumber dari Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber
Daya Air di Kabupaten Klaten serta survei lapangan menggunakan GPS
(Global Positioning System) yang diolah menjadi sistem database dengan
menggunakan software ArcGis 10.0 sehingga menghasilkan peta
persebaran mata air yang ada di daerah penelitian.
2.3.3 Klasifikasi Mata Air
Klasifikasi mata air dapat diketahui dari hasil survei yang termasuk
didalamnya pengamatan dan pengukuran di lapangan serta dilengkapi
dengan data sekunder berupa interpretasi peta dengan skala 1 : 25.000
yang diolah sehingga menghasilkan peta tematik yang dibutuhkan pada
penelitian ini. Klasifikasi mata air dalam penelitian ini didasarkan atas
penyebab terbentuknya, kelas debit, periode pengalirannya, dan suhu air.
2.3.4 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Mata Air
Karakteristik sifat fisik mata air dapat diketahui dengan
dilakukannya pengukuran di lapangan, sedangkan karakteristik sifat fisik
berupa pH dan sifat kimia dapat diketahui dengan cara uji laporatorium.
Hasil dari uji laboratorium dianalisis apakah memenuhi standar yang
telah ditetapkan untuk air bersih oleh Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 32 Tahun 2017 tentang standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keprluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum.
2.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang;:digunakan pada penelitian ini yaitu
metode analisis tetangga terdekat, deskriptif, dan asosiatif.
2.4.1 Analisis Tetangga Terdekat
Metode analisis tetangga terdekat dalam penelitian ini digunakan
untuk menentukan pola persebaran mata air yang ada
didaerah„:penelitian, apakah mengikuti pola mengelompok (T = 0),
random (T = 1,00), ataupun seragam (T =2,15), yang dapat ditentukan
6
dari besarnya nilai parameter tetangga terdekat (nearest neighbour
statistic) T dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
..................... (2)
Keterangan :
T : merupakan indeks penyebaran tetangga terdekat
: merupakan jarak rata – rata yang diukur antara satu titik
tetangganya yang terdekat
: merupakan jarak rata – rata yang diperoleh andaikata semua
titik mempunyai pola random
2.4.2 Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk
menjelaskan.,secara deskriptif mengenai pola persebaran mata air dan
karakteristik mata air.
2.4.3 Analisis Asosiatif
Metode analisis asosiatif pada penelitian/.ini digunakan untuk
mengetahui hubungan antara pemunculan dan karakteristik mata air
dengan faktor yang mempengaruhinya sesuai dengan daerah penelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pola Persebaran Mata Air
Pola persebaran mata air di Lereng Timur Gunungapi Merapi
Kabupaten Klaten pada wilayah 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Tulung,
Polanharjo, dan Karanganom membentuk pola mengelompok dengan
besar parameter tetangga terdekat sebesar 0,367. Hasil perhitungan jarak
rata – rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangga yang
terdekat tersaji pada Tabel 1.
7
Tabel 1. Hasil Perhitungan Jarak Rata – Rata yang Diukur antara Satu Titik dengan Titik Tetangga yang Terdekat Mata Air di Lereng
Timur Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten
No. Titik
Ke.
Titik
Terdekat.
Jarak
(km) No.
Titik
Ke.
Titik
Terdekat.
Jarak
(km) No.
Titik
Ke.
Titik
Terdekat.
Jarak
(km)
1. 1 2 2,935 19. 19 20 0,052 37. 37 36 0,399
2. 2 3 0,227 20. 20 19 0,052 38. 38 43 0,036
3. 3 4 0,612 21. 21 17 0,117 39. 39 40 0,056
4. 4 5 0,286 22. 22 15 0,181 40. 40 39 0,056
5. 5 4 0,286 23. 23 24 0,802 41. 41 40 0,112
6. 6 7 0,791 24. 24 23 0,802 42. 42 43 0,048
7. 7 8 0,565 25. 25 33 0,372 43. 43 42 0,048
8. 8 11 0,214 26. 26 27 0,359 44. 44 37 0,438
9. 9 10 1,212 27. 27 28 0,110 45. 45 46 0,687
10. 10 9 1,212 28. 28 27 0,110 46. 46 45 0,687
11. 11 16 0,034 29. 29 30 0,020 47. 47 50 0,536
12. 12 16 0,260 30. 30 29 0,020 48. 48 49 0,191
13. 13 14 0,604 31. 31 29 0,028 49. 49 48 0,191
14. 14 13 0,604 32. 32 33 0,246 50. 50 51 0,012
15. 15 22 0,181 33. 33 32 0,246 51. 51 50 0,012
16. 16 11 0,034 34. 34 35 0,013 52. 52 53 0,132
17. 17 18 0,034 35. 35 34 0,013 53. 53 52 0,132
18. 18 17 0,034 36. 36 38 0,237 Jumlah 17,678
Sumber : Penulis, 2018
8
Pemunculan mata air yang ada di Lereng Timur Gunungapi Merapi
Kabupaten Klaten membentuk pola yang mengelompok pada beberapa
lokasi. Berdasarkan batas administrasi sebagian besar pemunculan mata
air berada di Kecamatan Tulung yaitu sebesar 69,811% atau sebanyak 37
mata air. Topografi yang ada di daerah ini berupa daerah datar/ hampir
datar, bergelombang/ miring landai, dan bergelombang/ miring. Daerah
dengan topografi bergelombang/ miring landai merupakan salah satu
jenis topografi dengan pemunculan mata air terbanyak yaitu sebesar
92,453% atau sebanyak 49 mata air. Topografi ini sebagian besar terletak
di sebelah barat tepatnya berada di Kecamatan Tulung. Lereng Timur
Gunungapi Merapi tersusun oleh bentukan asal vulkan yang terdiri dari 3
bentuklahan yaitu bentuklahan lereng bawah gunungapi, kaki gunungapi,
dan dataran fluvial bawah vulkan. Ketiga bentuklahan tersebut, sebagian
besar mata air muncul pada bentuklahan kaki gunungapi sebesar
98,113% atau sebanyak 52 mata air dengan persebaran bentuklahan
berada di tengah – tengah lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan posisi
bentuklahan kaki gunungapi berada di bawah kerucut gunungapi, yaitu
daerah yang berfungsi seabagai recharge area bagi munculnya banyak
mata air di daerah bawahnya (Santosa, 2006). Jenis batuan juga
mempengaruhi pemunculan mata air. Daerah penelitian tersusun atas 1
jenis batuan yaitu batuan gunungapi merapi, sehingga secara keseluruhan
pula mata air muncul pada 1 jenis batuan. Persebaran mata air di Lereng
Timur Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten tersaji pada Gambar 1.
3.2 Karakteristik Mata Air
Karakteristik mata air pada penelitian ini dapat digolongan menjadi
3, yaitu berdasarkan klasifikasi mata air, sifat fisik dan kimia, serta jenis
pemanfaatannya.
10
3.2.1 Klasifikasi Mata Air
Klasifikasi mata air di Lereng Timur Gunungapi Merapi dapat
diketahui dari survei dan pengamatan langsung di lapangan, data
sekunder, serta didukung oleh informasi warga yang ditemukan di sekitar
lokasi pemunculan mata air yang dijadikan sampel. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa klasifikasi mata air yang ada di Lereng Timur
Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten berdasarkan penyebab
terbentuknya terdapat 2 tipe, yaitu mata depresi dan artesis. Berdasarkan
besar debit yang mengalir menurut Meinzer, 1923 dalam Sudarmadji,
2013, mata air yang ada di daerah penelitian berada kelas III – V (100
liter/detik – 1000 liter/detik sampai 1 – 10 liter/detik), dan kelas VIII
(<0,01 liter/detik), yang sebagian besar airnya mengalir sepanjang tahun
baik di musim penghujan maupun kemarau sehingga termasuk tipe mata
air perennial dan secara keseluruhan besar suhu airnya tidak melebihi
suhu udara disekitarnya sehingga termasuk mata air biasa.
3.2.2 Karakterisik Sifat Fisik dan Kimia
Karakterisik sifat fisik dan kimia mata air yang ada di Lereng
Timur Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten dapat diketahui dari hasil
pengukuran dan pengamatan langsung dilapangan serta uji laboratorium.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik mata air
berdasarkan sifat fisik dan kimia mata air yang ada di Lereng Timur
Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten secara keseluruhan tidak melebihi
kadar maksimum standar baku mutu air bersih yang telah ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus
Per Aqua, dan Pemandian Umum.
11
3.2.3 Pemanfaatan Mata Air
Jenis pemanfaatan mata air yang ada di Lereng Timur Gunungapi
dapat diketahui dari data sekunder dan survei lapangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 5 jenis pemanfaatan, yaitu pertanian,
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), wisata, perikanan, serta
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PASIMNAS)
dengan jenis pemanfaatan terbesar sebanyak 12 mata air menggunakan
air mata air untuk pertanian. Karakteristik mata air di Lereng Timur
Gunungapi Merapi Kabupaten Klaten tersaji pada Gambar 2.
3.3 Mata Air dan Faktor yang Mempengaruhinya
Persebaran dan karakteristik mata air di Lereng Timur Gunungapi
Merapi sangat dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor, seperti
morfologi lereng, proses geomorfologi, jenis batuan, dan struktur“.batuan
yang menyusun daerah ini.
3.3.1 Persebaran Mata Air
Faktor yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan dari
persebaran mata air di Lereng Timur Gunungapi Merapi adalah
bentuklahan. Mata air di Lereng Timur Gunungapi Merapi pada 3
wilayah ini sebagian besar muncul pada bentuklahan kaki gunungapi
yang merupakan bentuklahan yang keberadaannya berada di bawah
bentuklahan kaki gunungapi yang merupakan daerah tangkapan hujan.
Air hujan yang turun dan jatuh ke permukaan tanah masuk kedalam
melalui batuan yang menyusun bentuklahan kerucut gunungapi menjadi
air tanah dan mengalir ke bawah menyusuri lapisan batuan yang bersifat
piroklastik dan muncul ke permukaan sebagai mata air pada bentuklahan
dibawahnya.
13
3.3.2 Karakteristik Mata Air
Karakteristik mata air di Lereng Timur Gunungapi Merapi
menunjukkan adanya perbedaan dari bentuklahan yang ada di daerah ini,
seperti yang tersaji pada Tabel 2. Daerah yang termasuk dalam
bentuklahan kaki gunungapi memiliki karakteristik yang lebih bervariasi
daripada bentuklahan lainnya, baik berdasarkan klasifikasi mata air, kelas
debit, periode pengalirannya, tipe temperatur air, dan kualitas airnya.
Karakteristik berdasarkan klasifikasi mata air sebagian besar merupakan
mata air depresi. Mata air di Lereng Timur Gunungapi Merapi memiliki
besar debit yang bervariasi, mulai dari debit kelas III – V dan kelas VIII.
Bervariasinya“debit mata air ini dikarenakan besarnya curah hujan yang
relatif sama didukung dengan batuan penyusun yang sama. Pada
penelitian ini terdapat 2 jenis periode pengaliran, yaitu tipe mata air
perennial dan intermitten. Kedua jenis periode pengaliran tersebut,
sebagian besar termasuk tipe perennial, sehingga menunjukkan bahwa
walaupun curah hujan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
debit air akan tetapi sebagian besar mata air di daerah penelitian air yang
keluar tidak menunjukkan adanya pengaruh oleh besar dan kecilnya
curah hujan, serta tetap mengalir sepanjang tahun. Secara keseluruhan
mata air di Lereng Timur Gunungapi Merapi memiliki temperatur air
berada pada rentang antara 23oC – 27
oC dan tidak melebihi temperatur
udara yang ada disekitar lokasi tersebut, sehingga termasuk tipe mata air
biasa (non thermal spring). Mata air memiliki karakteristik sifat fisik dan
kimia air yang relatif baik. Begitu juga di Lereng Timur Gunungapi
Merapi, berdasarkan karakteristik sifat fisik dan kimia mata air secara
keseluruhan masih sesuai dengan persyaratan kualitas air bersih
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyartan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam,
Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum.
14
Tabel 2. Karakteristik Mata Air Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhinya di Lereng Timur Gunungapi Merapi
Kabupaten Klaten
Bentuklahan Morfologi
Lereng
Jenis
Batuan
Penyebab
Terjadinya
Kelas
Debit
Periode
Pengalirannya
Tipe
Suhu
Kualitas Air Jenis
Pemanfaatan Fisik Kimia
Lereng
Bawah
Gunungapi
(V5)
Datar/ Hampir
Datar dan
Bergelombang/
Miring Landai
Gunungapi
Merapi
Depresi IV Perennial Biasa Baik Baik .Pertanian
Kaki
Gunungapi
(V5)
Bergelombang/
Miring Landai
dan
Bergelombang/
Miring
Gunungapi
Merapi
Depresi dan
Artesis
III, IV,
V, dan
VIII
Perennial dan
Intermitten
Biasa Baik Baik Pertanian,
PDAM,
Wisata,
Perikanan,
.dan
PASIMNAS
Sumber: Penulis, 2018
15
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pola persebaran mata air di Lereng Timur Gunungapi Merapi
Kabupaten Klaten pada wilayah 3 kecamatan, yaitu Kecamatan
Tulung, Polanharjo, dan Karanganom menurut analisis tetangga
terdekat termasuk dalam pola mengelompok. Hal ini didasarkan atas
hasil perhitungan dari parameter tetangga terdekat (nearest
neighbour statistic) sebesar 0,367 yang menunjukkan bahwa nilai
tersebut lebih mendekati T = 0, yang artinya termasuk dalam pola
mengelompok. Persebaran mata air terbesar berdasarkan batas
administrasi yaitu berada di Kecamatan Tulung sebesar 69,811%
atau sebanyak 37 mata air, topografi terbesar berada pada relief
bergelombang/ miring landai sebesar 92,453% atau sebanyak 49
mata air, dan bentuklahan terbesar terdapat pada Kaki Gunungapi
sebesar 98,113% atau sebanyak 52 mata air.
2. Karakteristik mata air dapat diketahui dari 12 mata air yang
dijadikan sampel. Hasilnya menunjukkan bahwa secara keseluruhan
pemunculan mata air disebabkan oleh tenaga gravitasi dengan kelas
debit yang bervariasi, yaitu mulai dari kelas III – V (100 liter/ detik –
1000 liter/ detik sampai 1 – 10 liter/ detik), dan kelas VIII (<0,01
liter/ detik), serta termasuk mata air biasa. Selain itu, berdasarkan
periode pengalirannya salah satu mata air termasuk tipe intermitten,
sedangkan 11 mata air lainnya termasuk tipe perennial. Karakteristik
berdasrakan sifat fisik dan kimia seluruh mata air menunjukkan
bahwa terdapat 3 mata air yang airnya berwarna keruh, akan tetapi
secara keseluruhan tidak ada yang melebihi batas maksimum dan
masih sesuai dengan persyaratan kualitas air bersih menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum.
16
4.2 Saran
1. Saran Teoritis, saran ini penulis tujukan untuk penelitian selanjutnya
sebaiknya“,dilakukan dengan cara memperbanyak jumlah sampel
serta parameter dalam pengujian kualitas air dengan tujuan untuk
meningkatkan akurasi hasil penelitian.
2. Saran Praktis, saran ini tidak hanya penulis tujukan untuk
masyarakat sekitar mata air, namun,.juga ditujukan kepada
pemerintah terkait untuk dapat melestarikan dan memanfaatkan mata
air secara lebih baik, karena daerah ini sangat berpotensi akan air
dengan ditemukannya pemunculan“,mata air dalam jumlah yang
banyak serta peran mata air sebagai sumber air utama dengan tipe,
debit, kualitas, dan bentuk pemanfaatannya yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Oda. 2014. 141 Desa di Klaten Krisis Air Bersih, [online], dari:
http://jogja.tribunnews.com/ [25 Mei 2018].
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum,
[online], dari: www.depkes.go.id [7 Agustus 2018].
Prakoso, Taufik Sidik. 2018. Daerah Kekeringan di Klaten Diguyur 825.000 Liter
Air Bersih, [online], dari: http://soloraya.solopos.com/ [1 Juni 2018].
Santosa, L.W. 2006. Kajian Hidrogeomorfologi Mataair di Sebagian Lereng
Barat Gunungapi Lawu. Forum Geografi. Vol. 21, no.1, juli, pp. 68 -85.
Sudarmadji, 2013. Mata Air: Perspektif Hidrologis dan Lingkungan. Yogyakarta:
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Todd, D. K, and Mays, L.W. 2005. Groundwater Hydrology. 3rd
ed. John Wiley
and Sons, London.