Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS PSEUDOEFEDRIN HCl SEBAGAI
BAHAN BAKU PEMBUATAN OBAT BATUK
TRIAMINIC
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Disusun oleh :
Novi Setyowati
2304310078
PROGRAM D-3 KIMIA TERAPAN
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2007
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PSEUDOEFEDRIN HCl SEBAGAI BAHAN BAKU
PEMBUATAN OBAT BATUK TRIAMINIC
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Novi Setyowati
2304310078
Disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
(Hanni Lukman) (Dra. Susilowati Hs. MSc)
PROGRAM D-3 KIMIA TERAPAN
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2007
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini.
Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “Analisis
Pseudoefedrin HCl Sebagai Bahan Baku Pembuatan Obat Batuk
Triaminic” ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan bagi
mahasiswa Program D-3 Kimia Terapan Fakultas matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak dan Ibuku, untuk semua do’a, cinta, pelajaran, kesabaran
dan dukungan yang tidak pernah habis diberikan kepada penulis.
2. Kakakku tersayang untuk kebaikan dan masukan-masukannya
selama ini.
3. Pimpinan P.T Novartis Indonesia yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKL di sana.
4. Ibu Hanni Lukman, selaku Pembimbing I atas masukan dan
bantuannya dalam pelaksanaan PKL dan penulisan laporan PKL.
5. Ibu Dra. Susilowati Hs. MSc selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia
Terapan, sekaligus Pembimbing II, atas masukan, ilmu, dukungan
dan bantuannya baik dalam penulisan laporan atau masalah
perkuliahan.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
iv
6. Bpk. Eddy Supriadi, Bpk. Oni, Bpk. Iyus, Mas Slamet, Mas
Bambang, Pak Rustam, Mas Wahyu, serta semua staf QA atas
bantuan dan kebaikannya selama pelaksanaan PKL.
7. Bpk. Agus Supriyanto,untuk masukan dan nasihatnya selama ini
8. Sahabat-sahabat sejatiku Ein, Elvira, Rika dan Yanti.
9. Rohatin dan Rasyid, teman seperjungan dalam suka dan duka
selama PKL.
10. Teman-teman Kimia Terapan 2004 Astri, Selfi, Ani, Heru, Diana,
Ipeh, Sita, Diah, Dodi, Richo,Vino, Didik dan semuanya, semoga
semua cita-cita kita dapat tercapai.
11. Semua dosen, laboran dan asisten lab atas ilmunya yang berguna.
12. Mas Hadi, Pak trisno serta semua staf departemen Kimia atas
bantuaannya selama penulis menjadi mahasiswa Kimia Terapan.
13. Alumni dan adik kelas di Kimia Terapan
14. Rekan-rekan sesama anak PKL di P.T Novartis Indonesia,
Mustopa, Dwi, Asep, Dini, Pipit, Retna, Neneng.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis selama 3 tahun terakhir ini.
Depok, Juni 2007
Penulis
iv
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
v
Abstrak
PROGRAM D-3 KIMIA TERAPAN
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2007
Novi Setyowati
(2304310078)
(xi + 49 halaman, tabel, gambar, lampiran)
Analisis Pseudoefedrine HCl Sebagai Bahan Baku Obat Batuk
Triaminic
Produk obat yang dihasilkan suatu perusahaan farmasi harus
memiliki kualitas yang terjamin, dan untuk menjaga kualitas tersebut maka
diperlukan suatu pengawasan mutu yang berkesinambungan.
Pengawasan mutu dimulai dari pemeriksaan bahan baku yang digunakan
hingga sediaan obat selesai diproduksi. Sediaan obat tersusun atas bahan
aktif dan bahan pengisi.
Pseudoefedrin hidroklorida merupakan bahan aktif yang berfungsi sebagai
dekongestan dan digunakan sebagai bahan baku obat batuk Triaminic.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
vi
Pengujian bertujuan untuk mengetahui apakah sampel tersebut memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh pihak perusahaan atau tidak. Uji analisis
yang dilakukan terhadap dua batch meliputi uji pemerian, kelarutan, uji
spektrum serapan infra merah, uji klorida, pH, rotasi spesifik, susut
pengeringan, sisa pemijaran, cemaran umum, dan kadar zat aktif tersebut.
Dari hasil analisis terhadap kedua batch tersebut, didapat hasil yang
berbeda. Namun, hasil tersebut masih memenuhi persyaratan yang
ditentukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel Pseudoefedrin
HCl tersebut dapat digunakan dalam proses produksi obat batuk Triaminic
oleh P.T Novartis Indonesia.
vi
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
vii
DAFTAR ISI
Lembar Judul i
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Abstrak v
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang PKL 1
1.2 Tempat PKL 2
1.3 Tujuan PKL
1.3.1 Tujuan Umum 3
1.3.2 Tujuan Khusus 3
BAB II INSTITUSI TEMPAT PKL
2.1 Nama dan Lokasi Tempat PKL 5
2.2 Bidang Kegiatan P.T Novartis Indonesia 5
2.3 Sejarah Perkembangan P.T Novartis Indonesia 5
2.4 Struktur Organisasi P.T Novartis Indonesia 6
2.5 Struktur Organisasi Departemen Pemastian Mutu (Quality
Assurance) 7
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
viii
BAB III PELAKSANAAN PKL
3.1 Jadwal Kegiatan PKL 12
3.2 Latar Belakang Teori
3.2.1 Definisi Obat 12
3.2.2 Jenis-jenis Obat 13
3.2.3 Bentuk-bentuk Sediaan Obat 14
3.2.4 Pseudoefedrin Hidroklorida 15
3.2.5 Parameter Analisis Pseudoefedrin Hidroklorida 18
3.3 Alat dan Bahan yang Digunakan 22
3.4 Prosedur Kerja 23
3.5 Hasil Analisis 28
3.6 Pembahasan 29
3.7 Kesimpulan 33
BAB IV PENUTUP
4.1 Manfaat PKL 35
4.2 Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 37
viii
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Analisis Pseudoefedrin HCl 28
Batch No. 07D020 dan 07D021
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rumus Struktur Pseudoefedrin Hidroklorida 16
Gambar 2. Reaksi Penetapan Kadar Sampel Secara Titrimetri 33
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Spektrum Serapan Infra Merah Batch No. 07D020 38
Lampiran 2. Spektrum Serapan Infra Merah Batch No. 07D021 39
Lampiran 3. Ordinary Impurities Batch No. 07D020 40
Lampiran 4. Ordinary Impurities Batch No. 07D021 41
Lampiran 5. Data dan Contoh Perhitungan Susut Pengeringan 42
Lampiran 6. Data dan Contoh Perhitungan Sisa Pemijaran 43
Lampiran 7. Data dan Contoh Perhitungan Rotasi Spesifik 44
Lampiran 8. Data dan Contoh Perhitungan Standarisasi HClO4 0.1N 45
Lampiran 9. Data dan Contoh Perhitungan Kadar 46
Lampiran 10. Polarimeter Polartronik E 47
Lampiran 11.Titroprocessor Metroohm 686 47
Lampiran 12.Shimadzu Fourier Transform Infra Red
Spectrophotometer 47
Lampiran 13. Struktur Organisasi P.T Novartis Indonesia 48
Lampiran 14. Struktur Organisasi Quality Assurance 49
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan
Era globalisasi saat ini serta pasar bebas yang akan memasuki
Indonesia pada tahun 2020 harus dihadapi dengan persiapan yang
matang. Persiapan tersebut harus dilakukan oleh semua pihak yang
terkait seperti institusi baik swasta atau negeri, pihak pengelola
pendidikan, serta pelaku atau sumber daya manusia. Karena tanpa
persiapan yang baik, bukan tidak mungkin bila akan ditemui kegagalan
dalam menghadapi keadaan tersebut.
Pihak institusi usaha harus selalu mengembangkan teknologi,
kualitas serta kuantitas dari produk yang dihasilkannya. Sumber daya
manusia khususnya diharapkan memiliki kemampuan yang handal,
keterampilan yang cekatan, daya fikir yang inovatif dan kreatif,
pengalaman yang cukup, bermental dan bermoral tinggi serta berhati
nurani bersih yang merupakan dasar dari segala daya cipta manusia
beriman dan berilmu. Dunia pendidikan juga harus mampu memahami
kebutuhan dunia industri serta masyarakat luas akan sumber daya
manusia yang memenuhi kriteria-kriteria di atas. Oleh karena itu di
adakanlah program studi Diploma 3, yang menghasilkan lulusan setingkat
ahli madya, yang siap terjun ke dunia industri.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
2
Program studi Kimia Terapan, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
merupakan salah satu program studi yang bertujuan untuk menghasilkan
tenaga profesional setingkat ahli madya yang terampil dibidang kimia.
Agar tujuan tersebut dapat terwujud maka dibutuhkan kerjasama antara
pihak universitas selaku pencipta tenaga profesional dengan pihak industri
selaku pengguna tenaga profesional. Salah satu bentuk kerja sama
tersebut adalah dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan yang
merupakan salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa tingkat akhir D-3
Kimia Terapan. Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan di berbagai
instansi baik yang dikelola pemerintah atau pihak swasta. Setelah
melaksanakan Praktik Kerja lapangan diharapkan mahasiswa memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang cukup sehingga siap untuk terjun di
masyarakat, khususnya dunia industri.
I.2 Tempat Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di P.T Novartis Indonesia
yang bertempat di Jl. Pahlawan No. 25, Desa Karang Asem Timur,
Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
3
I.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan
I.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mencapai salah satu tujuan Program D-3 Kimia Terapan
yaitu menghasilkan tenaga profesional menengah yang terampil
dalam melakukan tugas di laboratorium, khususnya kimia.
2. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.
3. Memperluas wawasan mahasiswa mengenai masyarakat industri
serta berbagai aspek di dalamnya.
4. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa akan dunia kerja
yang sesungguhnya.
5. Melatih mahasiswa untuk mengembangkan dan memantapkan
sikap profesional serta disiplin kerja.
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Melaksanakan sekaligus memperluas penyerapan teknologi baru,
yang diperoleh dari institusi tempat mahasiswa melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan.
2. Mengamati lebih dekat kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu
industri.
3. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan kesesuaian pendidikan kejuruan, serta
memberikan peluang untuk penempatan tamatan kuliah dan
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
4
kerjasama antara instansi tempat dilangsungkannya Praktik Kerja
Lapangan dengan program D-3 Kimia Terapan.
4. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membiasakan
diri akan dunia kerja yang sesungguhnya, terutama yang berkaitan
dengan disiplin kerja.
5. Melakukan serangkaian uji analisis pada sampel bahan baku
Pseudoefedrin hidroklorida.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
5
BAB II
INSTITUSI TEMPAT PKL
2.1 Nama dan Lokasi Tempat PKL
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di seksi Raw Material,
Departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance) P.T. Novartis Indonesia
yang berlokasi di Jl. Pahlawan No. 25, Desa Karang Asem Timur,
Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.
2.2 Bidang Kegiatan P.T. Novartis Indonesia1
P.T. Novartis Indonesia merupakan sebuah perusahaan farmasi
yang bergerak dalam bisnis : obat-obatan paten yang diresepkan
(patented-prescription drugs), obat-obatan generik yang diresepkan
(generic-prescription drugs), obat bebas (OTC), bahan baku obat dan
produk-produk kesehatan hewan (animal health).
2.3 Sejarah Perkembangan P.T Novartis Indonesia
P.T. Novartis Indonesia merupakan anak perusahaan dari P.T.
Novartis Biochemie yang terpusat di Basel-Swiss. Pada bulan April 1996
terjadi penggabungan perusahaan korporasi terbesar dalam sejarah yaitu
Sandoz dan Ciba. Penggabungan tersebut dilatarbelakangi oleh
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
6
kesadaran kedua perusahaan bahwa riset dan pengembangan
membutuhkan dana yang besar. Nama Novartis kemudian diambil untuk
perusahaan gabungan tersebut. Kata Novartis berasal dari bahasa latin
novae artes yang berarti kemampuan baru. Nama tersebut mencerminkan
komitmen perusahaan pada riset dan pengembangan agar senantiasa
menghasilkan produk inovatif.
Sandoz dan Ciba sendiri merupakan dua perusahaan kebanggaan
Swiss yang secara tradisional telah berdiri hampir 300 tahun yang lalu. Di
Indonesia sendiri, sejak tahun 1973, Ciba-Geigy telah populer dengan
produk-produk unggulan obat paten dan lensa kontaknya (Ciba Vision).
Sedangkan Sandoz Biochemie Farma sejak 1986 dikenal sebagai
perusahaan yang menghasilkan obat-obatan paten high-tech, bahan baku
obat, serta produk nutrisi seperti susu Ovaltine. Penggabungan dua
perusahaan besar tersebut di Indonesia terjadi pada tahun 1997, seiring
dengan global merger yang dilakukan di Swiss pada tahun 1996. PT
Novartis Biochemie di Indonesia resmi berganti nama menjadi PT Novartis
Indonesia sejak bulan April 2006, seiring dengan ditutupnya pabrik bahan
baku pada tanggal 1 Januari 2006 dan status hukumnya yang menjadi
PMA (Penanaman Modal Asing) murni pada pertengahan tahun 2005.
2.4 Struktur Organisasi P.T Novartis Indonesia
PT Novartis Indonesia yang berada di Citeureup-Bogor, dipimpin
oleh seorang Direktur pabrik yang membawahi lima departemen yaitu :
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
7
a. Departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance), meliputi
seksi bahan baku, bahan pengemas, seksi produk ruahan /
produk jadi dan seksi mikrobiologi.
b. Departemen Teknik, meliputi seksi pemanfaatan serta seksi
perbaikan dan pemeliharaan.
c. Departemen Supply Chain Management (SCM) yang
membawahi seksi Logistik, Purchasing, dan Gudang.
d. Departemen Produksi Obat Jadi, meliputi seksi β-laktam dan
seksi non β- laktam.
e. Departemen Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan.
2.5 Struktur Organisasi Departemen Pemastian Mutu (Quality
Assurance)
P.T Novartis Indonesia yang bergerak di bidang farmasi, sangat
menjaga kualitas produk yang dihasilkan, dimana tugas tersebut dilakukan
oleh Departemen Pemastian Mutu. Fungsi dari departemen tersebut
adalah mengawasi kualitas dari produk yang dihasilkan, mulai dari bahan
baku sampai dengan bentuk jadi serta menyangkut pengawasan cara
pembuatan obat yang baik yang merupakan pedoman utama dari suatu
industri farmasi.
Untuk melakukan pengawasan secara intensif departemen
pemastian mutu dibagi menjadi tiga seksi khusus yang mengawasi
bidangnya masing-masing, yaitu:
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
8
a. Seksi bahan baku (raw material) dan bahan kemasan
(packaging material).
Seksi ini khusus menangani material, baik berupa bahan baku
aktif, bahan baku pembantu, maupun berupa bahan kemasan.
Bahan yang akan dipergunakan untuk produksi diperiksa secara
teliti oleh seksi ini. Seksi ini dibagi menjadi dua subseksi, yaitu:
• Subseksi bahan baku produksi untuk keperluan departemen
produksi obat jadi (drug product manufacturing)
• Subseksi bahan pengemas (packaging material)
Adapun tugas seksi bahan baku (raw material) dan bahan
kemasan (packaging material) antara lain :
1. Pemilihan Pemasok
Salah satu tugas departemen pemastian mutu yang
dilimpahkan kepada seksi ini adalah memilih pemasok yang
dilakukan secara ketat dan teliti sehingga produk yang dihasilkan
akan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan perusahaan.
Pemilihan pemasok tidak hanya berdasarkan sertifikat analisis
(Certificate of Analysis/ CA) contoh dari pemasok saja, namun
kadang-kadang dilakukan pemeriksaan langsung ke pihak
produsen atau dilakukan pengiriman blanko yang harus diisi oleh
pemasok. Pemasok yang telah disetujui oleh departemen
pemastian mutu kemudian dilaporkan ke bagian pembelian untuk
melakukan pemesanan.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
9
2. Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi dan
bahan pengemas primer (Primary Packaging Material) yang kontak
langsung dengan obat serta bahan baku dilakukan di Laminar Air
Flow (LAF). Pengambilan contoh sesuai dengan Standar Operating
Procedure (SOP), No: SOP-QAC : 01-003 meliputi: nama bahan,
nama pemasok, nomor seri (batch) pemasok, nomor lot QA, dan
waktu pengambilan contoh.
3. Pemeriksaan Bahan Baku
Pemeriksaan bahan baku dilakukan oleh seksibahan baku..
Hasil pemeriksaan dicatat dan dilaporkan dalam bentuk laporan
Analisa Bahan Baku (Analytical Report of Raw Material). Laporan
ini memuat antara lain nama bahan baku, nama pemasok, nomor
seri (batch), jumlah container, jumlah contoh yang diperiksa,
tanggal pemeriksaan, nama analis yang melakukan pemeriksaan,
persyaratan bahan baku, hasil pemeriksaan dan keputusan yang
diambil disertai paraf dan disetujui oleh Manajer Pengawasan Mutu.
4. Pemeriksaan Bahan Kemasan
Pemeriksaan bahan kemasan dilakukan oleh sub seksi
bahan kemasan mengikuti SOP untuk masing- masing jenis bahan
kemasan. Bahan kemasan yang diperiksa meliputi botol, tube,
penutup botol, kertas aluminium (aluminium foil), label, brosur
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
10
(leaflet), label stiker, dan kertas karton (individual carton). Hasil
pemeriksaan dilaporkan dalam bentuk Laporan Analisis Bahan
Kemasan. Laporan ini memuat hal-hal yang sama dengan Analisis
Bahan Baku.
Setelah melalui tahap pemeriksaan, keputusan bahan
tersebut dapat dipakai atau tidak diambil oleh manajer pengawasan
mutu (Quality Control). Keputusan yang diambil ada dua macam :
1. Disetujui (Approved).
2. Ditolak (Rejected).
b. Seksi Mikrobiologi.
Penanganan yang berhubungan dengan adanya kontaminasi
mikroorganisme dan kontaminasi silang dilakukan oleh seksi
mikrobiologi. Kontaminasi ini bisa disebabkan antara lain dari
bahan baku, pekerja, lingkungan produksi dan air. Hal ini dilakukan
karena produk yang dihasilkan oleh PT. Novartis Indonesia terdiri
dari produk β-laktam (antibiotik) dan non-β-laktam (non antibiotik).
Ada kemungkinan terjadinya kontaminasi silang dari kedua produk
tersebut, walaupun ruang produksi dari kedua produk tersebut
terpisah secara total. Selain itu, seksi mirobiologi juga melakukan
pemeriksaan kualitas dari segi mikrobiologi yang terdapat pada
bahan mentah sampai bahan jadi serta bahan pengemas primer.
c. Seksi produk ruahan (semi finished) dan produk jadi (finished
product).
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
11
Seksi ini mengawasi produk akhir dan produk setengah jadi,
setelah keputusan diambil dari sediaan bahan baku, barulah
dilakukan pengemasan untuk menghasilkan sediaan akhir. Dari
sediaan ini contoh diambil untuk contoh pertinggal (retained) dan
untuk pengujian stabilitas produk selama penyimpanan ( Follow Up
Stability Test/FUST). Seksi ini dibagi menjadi dua seksi, yaitu:
1. Sub Seksi Produk Ruahan (Semi Finished) dan Produk Jadi
(Finished Product) golongan β-laktam, menangani
pemeriksaan produk ruahan dan produk jadi serta contoh
pertinggal golongan antibiotik.
2. Sub Seksi Produk Ruahan (Semi Finished) dan Produk Jadi
(Finished Product) golongan Non β-laktam, menangani
pemeriksaan produk ruahan dan produk jadi serta contoh
pertinggal golongan non antibiotik.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
BAB III
PELAKSANAAN PKL
3.1 Jadwal Kegiatan PKL
Praktik Kerja Lapangan berlangsung selama 2 bulan, pada tanggal
2 April 2007 hingga 31 Mei 2007. Dimulai pada pukul 08.00-16.30 setiap
hari Senin hingga Jumat, pada seksi Raw Material, Departemen
Pemastian Mutu .
3. 2 Latar Belakang Teori
3.2.1 Definisi Obat2
Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam
diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan. Obat dapat berasal dari alam seperti mineral,
tumbuh-tumbuhan dan hewan atau dapat dihasilkan dari bahan sintesis.
Setiap obat merupakan formulasi yang unik yang secara garis besar terdiri
atas :
a. Bahan aktif
Bahan aktif merupakan bahan yang digunakan dalam proses
pembuatan obat yang memiliki khasiat untuk pengobatan, baik secara
oral maupun yang lainnya.
12
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
13
a. Bahan pengisi
Bahan pengisi merupakan bahan-bahan yang dipakai dalam
pembuatan obat yang tidak memiliki khasiat untuk pengobatan tetapi
digunakan sebagai bahan tambahan untuk menyempurnakan kerja
senyawa obat serta untuk membentuk sediaan obat. Yang termasuk
bahan pengisi adalah :
1. Zat pengemulsi, contohnya : gum dan sorbitan monooleat
2. Zat pemberi rasa, contohnya : minyak kayu manis, mentol,
vanili, dan minyak orange
3. Zat penyalut, contohnya : selulosa asetat dan sukrosa
4. Zat pengkilap, contohnya : malam carnauba dan malam putih
3.2.2 Jenis-jenis Obat2
Berikut adalah jenis-jenis obat yang umum digunakan :
1. Analgesik
Analgesik adalah obat yang menghilangkan rasa sakit tanpa
menimbulkan ketidaksadaran. Contoh : aspirin
2. Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang memperbaiki suhu tubuh menjadi
normal dalam keadaan demam. Contoh : asetaminofen
3. Antitusif
Antitusif adalah obat yang meredakan batuk. Contoh : kodein
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
14
4. Dekongestan
Dekongestan adalah obat yang digunakan secara oral atau topical
untuk membuat vasokontriksi dalam saluran hidung. Contoh : Fenil
propanolamin
5. Ekspektoran
Ekspektoran adalah obat yang meningkatkan sekresi saluran
pernafasan, menurunkan viskositas serta mendorong pengeluaran
dahak.
3.2.3 Bentuk-Bentuk Sediaan Obat3
Bentuk sediaan obat yang umum tersedia adalah :
a. Tablet
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya,
tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Beberapa tablet ada yang disalut dengan berbagai lasan, yaitu :
melindungi zat aktif dari udara, kelembaban atau cahaya, menutupi
rasa dan bau yang tidak enak, membuat penampilan lebih baik, dan
mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
b. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang tediri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
15
gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang
sesuai.
b. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung
satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai.
c. Serbuk
Serbuk adalah sediaan yang berupa campuran kering bahan obat
atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral
atau untuk pemakaian luar. Serbuk mempunyai luas permukaan
yang luas, sehingga lebih mudah terdispersi dan lebih larut
daripada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak atau orang
dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
d. Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut, misal : terdispersi secara molekuler dalam
pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata,
maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya
memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian
yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
16
3.2.4 Pseudoefedrin hidroklorida4
Gambar 1 : Pseudoefedrin hidroklorida
Nama kimia : Benzenemethanol,�-(1-(methylamino)ethyl)-,(S-(R*,R*))-
hydrochloride
Rumus empiris : C10H15NO. HCl
Bobot molekul : 201,69 g/mol
Pseudoefedrin merupakan senyawa alkaloid yang terdapat dalam
tanaman Ephedra Vulgaris. Sekitar 60 tahun yang lalu, BASF
mengembangkan proses pembuatan berskala industri untuk
Pseudoefedrin hidroklorida serta garam sulfatnya. Pseudoefedrin HCl
berupa serbuk atau kristal putih dengan rasa yang pahit.
Pseudoefedrin HCl banyak digunakan sebagai oral dekongestan,
pada pengobatan hidung tersumbat pada penyakit pilek, yang sering
timbul bersama rhinitis dan dalam alergi rhinitis. Rhinitis, dengan adanya
CH3 � HCl
OH
CH3
CH CH NH
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
17
pertumbuhan mikroba atau bakteri, dapat menambah infeksi, sehingga
menimbulkan penyakit lain seperti sinusitis, otitis media atau pneumonia.
Pseudoefedrin HCl juga sering dikombinasikan dengan antialergi, pereda
sakit, dan bahan obat batuk dan pilek. Pseudoefedrin diberikan secara
oral, dalam bentuk larutan atau tablet.
Beberapa pengaruh Pseudoefedrin hidroklorida dapat dijelaskan
berdasarkan :
Farmakologi : Efek dekongestan Pseudoefedrin HCl pada selaput lendir di
dalam hidung, didasarkan pada efek dasar vasoconstrictor dari senyawa
adrenergik. Pseudoefedrin HCl menstimulasi reseptor adrenergik di dalam
rongga hidung, sehingga mengerutkan arteri yang membesar di dalam
mukosa, mengurangi aliran darah sehingga mukosa menutup dan hidung
menjadi lega kembali.
Farmakokinetik : Pseudoefedrin HCl hampir seluruhnya diserap oleh
tubuh. Penyerapan maksimal di plasma dicapai setelah ½ sampai 2 jam.
Obat terdistribusi dalam ruang ekstraseluler. Kecepatan distribusi antara 3
dan 5 L/kg,dengan waktu paruh biologis sekitar 6 jam dan obat akan
diekresi melalui urine.
Efek samping1 : menyebabkan perasaan mabuk/gamang, nyeri kepala,
mual, muntah, berkeringat, haus, kesulitan berkemih, kelemahan otot, dan
tremor, kecemasan, kegelisahan, insomnia, hipertensi, mulut kering,
pembesaran pupil dan permasalahan lambung.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
18
Pseudoefedrin hidroklorida digunakan oleh P.T Novartis Indonesia
sebagai salah satu zat aktif pada sediaan obat Triaminic Batuk, di mana
bahan ini bekerja sebagai dekongestan hidung. Setiap 5 ml sediaan obat
Triaminic Batuk mengandung Pseudoefedrin hidroklorida sebanyak 15 mg.
3.2.5 Parameter Analisis Pseudoefedrin hidroklorida
1. Uji Pemerian3
Pemerian memuat paparan mengenai sifat zat yang diuraikan secara
umum terutama meliputi wujud, warna dan bau. Beberapa hal dilengkapi
dengan sifat kimia atau fisiknya, dimaksudkan untuk dijadikan petunjuk
dalam pembuatan dan penggunaan, disamping juga untuk membantu
pemeriksaan pendahuluan dalam pengujian.
2. Kelarutan2
Suatu sifat fisika-kimia yang penting dari suatu zat obat adalah
kelarutan. Suatu obat harus mempunyai kelarutan yang baik agar manjur
secara terapi. Supaya suatu obat masuk ke dalam sistem sirkulasi dan
menghasilkan suatu efek terapeutik, obat pertama-tama harus berad
dalam larutan. Kelarutan dapat dinyatakan sebagai jumlah gram zat
terlarut yang larut dalam sejumlah ml pelarut.
3. Uji Klorida5
Suatu senyawa yang mengandung ion Cl- bila direaksikan dengan
AgNO3 dalam suasana asam nitrat akan membentuk endapan putih AgCl.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
19
4. Identifikasi Spektrum Serapan Infra Merah6
Absorpsi radiasi infra merah sesuai dengan tingkat energi rotasi dan
vibrasi pada ikatan kovalen yang mengalami perubahan momen dipol
dalam suatu molekul. Hal ini berarti seluruh molekul yang berikatan
kovalen dapat mengabsorpsi radiasi infra merah. Spektrum infra merah
dari senyawa-senyawa kovalen poliatom biasanya sangat kompleks yang
terdiri dari pita-pita serapan yang berdekatan. Spektrum serapan infra
merah lebih sering ditampilkan sebagai % transmitan dan absisnya adalah
panjang gelombang.
5. Rotasi spesifik7,8
Jika cairan aktif optik atau larutan suatu senyawa aktif optik disinari
langsung dengan cahaya linier terpolarisasi, maka arah getaran cahaya
akan diputar sebesar sudut �. Sudut ini dinyatakan sebagai rotasi optik7
atau sudut rotasi8, di mana cara pengukuran disebut polarimetri dan
peralatan yang digunakan disebut polarimeter. Rotasi spesifik larutan
didefinisikan sebagai rotasi optik yang dihasilkan dari 1 g senyawa dalam
1 ml pelarut pada kuvet setebal 1 dm. Rotasi optik tergantung pada
panjang gelombang cahaya yang digunakan, umumnya digunakan cahaya
monokromatis garis D natrium, pada panjang gelombang 589,3 nm.7
Selain itu rotasi optik juga bergantung pada suhu pengukuran, yaitu 20º C.
Rotasi optik bernilai positif (+) untuk senyawa dextrorotatory (memutar
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
20
bidang cahaya searah jarum jam) dan bernilai negatif (-) untuk senyawa
leavorotatory (memutar bidang cahaya berlawanan arah jarum jam). 8
6. pH9
Istilah pH atau potensial hidrogen diperkenalkan oleh S.P Sorensen
pada tahun 1909, skala ini menyatakan ukuran keasaman atau kebasaan
suatu larutan. Sedangkan pH larutan dapat didefinisikan sebagai –log10
C, dengan C adalah konsentrasi ion hidrogen dalam mol/dm3.
Sesungguhnya, pH tidak bergantung pada konsentrasi ion hidrogen tetapi
pada aktivitasnya. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan
kertas pH universal atau dengan pH meter.
7. Susut Pengeringan (Loss On Drying)3
Susut pengeringan digunakan untuk penetapan jumlah semua jenis
bahan yang mudah menguap dan kering pada kondisi tertentu. Metode ini
merupakan kontrol kimia bagi senyawa obat tunggal atau campuran,
dimana semua komponen yang mudah menguap dari sampel akan hilang
setelah dilakukan pemanasan.
8. Sisa Pemijaran (Residue on Ignition)5
Sisa pemijaran adalah prosedur untuk mengetahui jumlah residu dari
senyawa yang tidak teruapkan ketika sampel dipijarkan. Uji ini juga dapat
digunakan untuk menentukan kadar cemaran senyawa anorganik dalam
suatu senyawa organik.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
21
9. Uji Cemaran Umum5
Digunakan untuk menilai profil cemaran suatu bahan. Metode yang
umum digunakan adalah kromatografi lapis tipis. Dimana suatu cemaran
akan memiliki jarak tempuh yang berbeda dengan jarak tempuh yang
dihasilkan spot utama (sampel), sehingga keberadaannya dapat diketahui.
Apabila jarak tempuh cemaran dibandingkan dengan jarak tempuh
standar yang memiliki konsentrasi tertentu, maka konsentrasi cemaran di
dalam sampel dapat diketahui.
10. Penentuan Kadar Secara Titrimetri5,10
Titrimetri merupakan suatu metode analisis volumetri dengan cara
titrasi. Istilah titrasi sendiri merujuk ke proses pengukuran volume titran
yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalensi. Titrasi bebas air
merupakan titrasi yang dilakukan dalam pelarut bukan air. Salah satu
penggunaan titrasi ini adalah pada penetapan kadar suatu alkaloid yang
memiliki sifat basa yang sangat lemah. Pelarut yang sering digunakan
adalah asam asetat glasial dan titran yang digunakan adalah asam
perklorat.10
Penetapan titik kesetaraan, yaitu titik pada saat reaksi analitik
stoikiometri sempurna dapat ditetapkan dengan penggunaan indikator
atau potensiometri. Bila digunakan indikator maka titik kesetaraan
didasarkan pada perubahan warna indikator. Sedangkan bila dilakukan
secara potensiometri titik kesetaraan diukur pada saat terjadi perubahan
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
22
potensial yang cukup signifikan, yang diukur menggunakan suatu
elektroda.5
3.3 Alat dan Bahan yang Digunakan
a. Peralatan
1. Neraca Analitik Mettler AE 163
2. pH meter Metrohm
3. Elektroda kalomel
4. 686 Titroprocessor Metrohm
5. 665 Dosimat Metrohm
6. 728 Magnetic stirrer Metrohm
7. Drying Oven E. Renggli TK 3064
8. Polartronic E Schmidt+Haensch
9. Furnace
10. Plat TLC 20 x 20 Silica Gel
11. Spectrophotometer Infra Merah Schimadzu
12. Kolom TLC CAMAG
13. Desikator
14. Thermostat Haake D8
15. Micro Pipet
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
23
b. Bahan
1. Sampel Pseudoefedrin HCl
2. Kalium Bromida (s)
3. Ethanol absolut
4. Asam Asetat Glasial
5. Iodine (s)
6. Larutan Mercuric asetat
7. HClO4 0.1 N
8. Kalium Hydrogen Pthalat (s)
9. Aquabidest
3.4 Prosedur Kerja
1. Uji Pemerian
Ditimbang 1 g sampel, diamati bentuk, warna dan bau sampel.
2. Uji kelarutan
Dalam air : ditimbang sekitar 1 g sampel, ditambahkan 20 mL air.
Dalam alkohol : Ditimbang sekitar 1 g sampel, ditambahkan 20 mL
etanol absolut.
3. Identifikasi Spektrum Serapan Infra Merah
Untuk batch yang sama dengan jumlah wadah lebih dari satu, uji
identifikasi dilakukan untuk setiap wadah.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
24
Ditimbang 1-2 mg sampel dan 300-400 mg kristal KBr. Digerus
sampel dan kristal KBr sampai homogen. Diletakkan dalam wadah
sampel, diratakan dengan spatula dan diletakkan di bawah sinar
infra merah. Diukur hasil serapan bahan sampel dengan
spektrofotometeri infra merah. Dibandingkan serapan sampel
dengan serapan standar.
4. Identifikasi Klorida
Dilarutkan 2 mg sampel dalam 2 mL air, kemudian ditambahkan 1
tetes HNO3 dan 0.5 mL AgNO3 0.1 N.
5. pH
Ditimbang 1 gram sampel, dilarutkan dengan 20 mL air. Diukur pH
larutan sampel dengan pH meter.
6. Rotasi Spesifik
Ditimbang 2.5 g sampel, dilarutkan dalam 50 mL air. Diukur rotasi
spesifik sampel dengan menggunakan polarimeter polartronic pada
suhu 20°C.
Dengan : � = sudut rotasi yang terukur
50 = volume pelarut dalam mL
Rotasi Spesifik (°) = � x 50 x100
Berat sampel x (100-LOD)
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
25
100 = faktor koreksi untuk (100-LOD)
LOD = harga susut pengeringan
7. Susut pengeringan (Loss On Drying)
Ditimbang secara akurat 1 g sampel, dimasukkan ke dalam botol
timbang yang telah diketahui bobotnya. Dikeringkan dalam oven
pada suhu 105°C selama 3 jam. Didinginkan dalam desikator
selama 0.5 jam, kemudian ditimbang bobot akhir setelah
pengeringan.
Dengan : B = Berat Sampel
D = Berat sampel + botol timbang awal
F = Berat sampel + botol timbang setelah pemanasan
8. Sisa Pemijaran ( Residue On Ignition)
Ditimbang 1 g sampel dan dimasukkannya dalam crusible lid yang
telah diketahui bobotnya. Dibuat arang dengan pembakar bunsen,
kemudian dipijarkan dalam furnace pada suhu 600°C selama 0.5
jam. Didinginkan dalam desikator selama 0.5 jam, lalu ditimbang
bobot akhirnya.
Susut pengeringan = D – F x 100 %
B
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
26
Dengan : A = berat crusible
B = berat sampel
C = berat crusible + sampel setelah pemijaran
9. Cemaran Umum (Ordinary Impurities)
Larutan sampel : dilarutkan sampel dalam alkohol dengan
konsentrasi 10 mg/mL
Larutan standar : dilarutkan standar dalam alkohol dengan
konsentrasi 0.1; 0.5; 1; 2 mg/mL.
Eluen : alkohol : asam asetat glasial : air (10:3:1)
Ditotolkan larutan standar dan sampel sebanyak 20 micro liter pada
plat silica gel ukuran 20 x 20 cm dengan micro pipet. Plat
dimasukkn ke dalam kolom yang telah berisi eluen, kolom ditutup,
kemudian didiamkan hingga eluen mencapai ¾ plat. Plat diangkat
dan dikeringkan dengan hair dryer. Penampakan spot :
Plat dimasukkan ke dalam kolom yang telah berisi kristal iodine.
Ditutup dan didiamkan hingga spot tampak, minimal selama 30
menit. Diamati keberadaan spot lain yang muncul selain spot
utama.
Sisa Pemijaran = C – A x 100%
B
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
27
10. Kadar sampel secara titrimetri
Ditimbang 400 mg sampel secara akurat. Dilarutkan dalam
campuran 50 mL asam asetat glasial dan 10 mL larutan mercuri
asetat. Dititrasi secara potensiometri dengan larutan HClO4 0.1 N
hingga tercapai titik akhir.
Standarisasi HClO4 : Ditimbang 700mg KHP, dilarutkan dalam 50
ml air, dititrasi secara potensiometri dengan HClO4.
Dengan : N HClO4 = normalitas HClO4 hasil standarisasi
Bst HClO4 = berat setara HClO4 (20.17)
LOD = harga susut pengeringan
0.1 = faktor konversi untuk normalitas
100 = faktor koreksi untuk (100-LOD)
Dengan : Bst KHP = 204.23
Kadar sampel = Vol sampel x N HClO4 x Bst HClO4 x 100 x 100%
Berat sampelx(100-LOD)x0.1
Standarisasi HClO4 =
Bst KHP x Vol. Pereaksi (ml)
Penimbangan (mg)
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
28
3.5 Hasil Analisis
Tabel 2 : Hasil analisis Pseudoefedrin Hidroklorida Batch No. 07D020 &
07D021
Parameter Persyaratan
berdasar USP
Hasil
BN : 07D020 BN : 07D021
Uji Pemerian Serbuk putih atau
hampir putih,
halus, bau khas
lemah
Serbuk putih
atau hampir
putih, halus, bau
khas lemah
Serbuk putih atau
hampir putih,
halus, bau khas
lemah
Kelarutan Dalam air :
sangat mudah
larut
Dalam alkohol :
mudah larut
Dalam air :
sangat mudah
larut
Dalam alkohol :
mudah larut
Dalam air :
sangat mudah
larut
Dalam alkohol :
mudah larut
Identifikasi
spektrum
serapan Infra
Merah
Sesuai dengan
spektrum serapan
standar
Sesuai dengan
spektrum
serapan standar
wadah 1,2,dan 3
: sesuai dengan
spektrum
serapan standar
Identifikasi
klorida
Terbentuk
endapan putih
AgCl
Terbentuk
endapan putih
AgCl
wadah 1, 2 dan 3
:Terbentuk enda-
pan putih AgCl
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
29
Rotasi spesifik (+)61.0º - (+)62.5º (+)61.22º (+)61.07º
PH 4.6-6.0 4.88 5.13
Susut
pengeringan
Max 0.5 % 0.04 % 0.01 %
Sisa pemijaran Max 0.1 % 0.03 % 0.02%
Cemaran
Umum
Tidak melebihi
konsentrasi
standar
Tidak ada spot
selain spot
utama
Tidak ada spot
selain spot utama
Kadar secara
titrimetri
98 % - 100.5 % 100.38 % 100.25 %
3.6 Pembahasan
Analisis rutin pada sampel Pseudoefedrin Hidroklorida yang terdiri
dari dua batch bertujuan untuk mengetahui apakah sampel memenuhi
persyaratan yang ditentukan pihak perusahaan yaitu berdasar pada USP
(United States Pharmacopeia). Pseudoefedrin HCl berupa serbuk putih
yang halus dengan bau khas lemah. Uji kelarutan terhadap sampel
memberikan hasil yang sama dari kedua batch, yaitu sampel sangat
mudah larut dalam air dan mudah larut dalam alkohol.
Identifikasi spektrum serapan infra merah mensyaratkan spektrum
serapan sampel harus sesuai dengan serapan standar. Pada analisis ini,
sampel yang telah digerus bersama kristal KBr tidak dibuat menjadi pelet,
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
30
tetapi hanya diletakkan sejumlah tertentu campuran dalam wadahnya,
kemudian diratakan dengan spatula. Hal tersebut disesuaikan dengan alat
optik yang digunakan. Sebelum dilakukan pengukuran untuk sampel,
harus dilakukan pengukuran background, hal ini bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gangguan dari CO2 atau uap air di
udara. Untuk kedua batch, dihasilkan spektrum yang sesuai dengan
standar, yang dapat dilihat pada lampiran 1 untuk batch No.07D020 dan
pada lampiran 2 untuk batch No.07D021.
Untuk mendapatkan spektrum yang baik, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu :
• Jumlah sampel dan kristal KBr yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan yaitu 1-2 mg untuk sampel dan 300-400 mg
untuk KBr.
• Penggerusan dilakukan sampai benar-benar halus dan memiliki
ukuran kehalusan yang sama.
• Posisi jatuhnya sinar harus tepat di tengah-tengah lensa
• Peletakan campuran dalam wadah, tidak boleh terlalu padat atau
renggang
Untuk uji klorida, dari setiap batch terbentuk endapan putih AgCl,
setelah larutan sampel ditambahkan AgNO3 dalam suasana asam nitrat,
hal ini sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Untuk uji identifikasi
pada batch No. 07D021 yang terdiri dari 3 wadah berbeda, maka uji
dilakukan untuk setiap wadah.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
31
Untuk rotasi spesifik yang menggunakan polarimeter polartronik,
tabung polarimeter harus diisi sedemikian rupa agar tidak terbentuk atau
meninggalkan gelembung udara yang dapat mengganggu berkas cahaya
yang lewat. Selain itu tabung polarimeter harus dibilas terlebih dahulu
dengan larutan yang akan diukur, supaya sisa larutan sebelumnya yang
mungkin tertinggal, tidak mengganggu pengukuran. Dari hasil pengukuran,
didapat rotasi sudut yang bertanda positif. Hal ini menyatakan bahwa
sampel adalah senyawa yang bersifat memutar bidang cahaya sesuai
arah jarum jam dilihat ke arah sumber cahaya atau memutar ke kanan
(dextrorotatory). Setelah dilakukan perhitungan, maka hasil rotasi spesifik
dari kedua batch berbeda, yaitu (+)61.22º untuk batch No. 07D020 dan
(+)61.07º untuk batch No. 07D021, tetapi masih masuk dalam
persyaratan yaitu (+)61.0º-(+)62.5º. Perbedaan tersebut kemungkinan
terjadi karena perbedaan kekuatan saat melakukan pengocokan sebelum
sampel diukur.
Pengukuran pH dari kedua batch memberikan hasil yang berbeda,
yaitu 4.88 untuk batch No. 07D020 dan 5.13 untuk batch No. 07D021 hal
ini menyatakan bahwa aktivitas ion hidrogen di dalamnya berbeda. Tetapi
hasil tersebut masih masuk dalam skala pH yang disyaratkan yaitu antara
4.6 - 6.0.
Susut pengeringan menyatakan senyawa yang hilang atau
teruapkan setelah sampel dipanaskan pada suhu 105ºC selama 3 jam.
Senyawa yang hilang tersebut dapat berupa air atau senyawa organik
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
32
yang mudah menguap. Kedua batch memberikan hasil yang berbeda,
dimana untuk batch No. 07D020 sebesar 0.04% dan batch No. 07D021
sebesar 0.01%. Tetapi keadaan tersebut tidak terlalu bermasalah, karena
masih di bawah angka maksimal yaitu 0.5%.
Sisa pemijaran digunakan untuk mengetahui jumlah residu yang
tidak teruapkan ketika sampel dipijarkan pada suhu 600ºC. Dari hasil
analisis didapat hasil untuk batch No. 07D020 sebesar 0.03% dan untuk
batch No.07D021 sebesar 0.02%, hal ini sesuai dengan persyaratan yaitu
jumlah sisa pemijaran maksimal sebesar 0.1%.
Uji cemaran umum digunakan untuk menilai profil cemaran suatu
bahan. Apabila sampel tercemar, maka akan tampak spot lain selain spot
utama (sampel) yang memiliki intensitas berbeda. Dari hasil pengujian
cemaran umum, pada kedua batch, tidak terdapat spot selain spot utama,
hasil ini dapat dilihat pada lampiran 3 untuk batch No. 07D020 dan
lampiran 4 untuk batch No. 07D021. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sampel masih murni atau tidak tercemar senyawa lain.
Pada pengerjaan titrasi bebas air, keberadaan air harus dihindari
karena dapat mengganggu. Sampel merupakan senyawa alkaloid yang
memiliki sifat basa yang sangat lemah, oleh karena itu dititrasi dengan
suatu asam, yaitu asam perklorat dan dilarutkan dalam asam asetat.
Sebelum dititrasi, sampel ditambahkan larutan merkuri asetat yang akan
mendesak ion halida membentuk kompleks merkuri(II)halida yang tidak
terionisasi dan membebaskan ion asetat. Kemudian sampel dititrasi
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
33
dengan HClO4 0.1 N secara potensiometri hingga tercapai titik akhir.
Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 2.
2 C10H15NO.HCl + Hg(CH3COO)2 2 C10H15NO.H+ + HgCl2 +
2 CH3COO-
C10H15NO.H+ + CH3COO- + H+ClO4-
C10H15NO.HClO4 +
CH3COOH
Gambar 2. Reaksi penetapan kadar sampel secara titrimetri
Setiap 1 mL HClO4 0.1 N yang ditambahkan, setara dengan 20.17
mg Pseudoefedrin HCl. Setelah dilakukan perhitungan, didapat kadar
Pseudoefedrin HCl dalam batch No. 07D020 sebesar 100.38 % dan batch
No. 07D021 sebesar 100.25 %. Walaupun berbeda, keduanya masih
masuk dalam syarat yaitu 98 % - 100.5 %. Kadar ini dihitung berdasarkan
keadaan senyawa yang telah dikeringkan, sehingga pada perhitungan
dibagi dengan harga susut pengeringan yang didapat.
3.7 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap dua batch sampel
Pseudoefedrin HCl, dengan parameter-parameter yang meliputi uji
pemerian, kelarutan, identifikasi serapan infra merah, identifikasi klorida,
rotasi spesifik, pH, susut pengeringan, sisa pemijaran, cemaran umum
dan kadar secara titrimetri, didapat hasil yang berbeda. Tetapi hal tersebut
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
34
masih sesuai dengan syarat yang ditentukan yaitu berdasarkan United
Stated Pharmacopeia (USP). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pseudoefedrin hidroklorida untuk batch 07D020 dan 07D021 memenuhi
semua persyaratan yang ditentukan dan dapat digunakan oleh P.T
Novartis Indonesia dalam proses produksi.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Manfaat Praktik Kerja Lapangan
Manfaat yang diperoleh penulis setelah melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan di P.T Novartis Indonesia adalah :
1. Melatih kemampuan dan kreatifitas penulis dalam dunia kerja
sesuai dengan bidang ilmu yang diperoleh selama kuliah.
2. Menambah pengetahuan penulis baik yang bersifat khusus (sesuai
dengan bidang ilmu yang ditekuni) atau yang bersifat umum
(tentang peraturan di dunia kerja, hubungan atasan-bawahan).
3. Melatih sikap profesional, disiplin serta mandiri dalam diri penulis.
4. Meningkatkan kemampuan penulis dalam memecahkan suatu
masalah.
Saran
Berdasarkan pengalaman yang penulis alami selama pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan, maka penulis ingin menyampaikan beberapa
saran yaitu :
1. Bagi Program Studi Kimia Terapan sebaiknya memperluas kerjasama
dengan pihak institusi baik negeri atau swasta.
35
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
36
2. Bagi P.T Novartis Indonesia, supaya kerjasama yang telah terjalin
dapat berlanjut dengan baik pada tahun-tahun mendatang.
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. www.id.novartis.com , tanggal 25 Mei 2007, jam 15.20
2. Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi
Keempat. 1989. UI Press : Jakarta.
3. Anonimous. Farmakope Indonesia. Edisi IV. 1995. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
4. www.BASF.com, tanggal 15 Mei 2007, jam 15.30
5. Anonimous. United states Pharmacopeia 28. 2005. Twinbook
Parkway : Rockville.
6. Sunardi. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumentasi. 2006.
Departemen Kimia FMIPA UI : Depok.
7. Roth, J Herman and Gottfried Blaschke. Analisis Farmasi. 1988.
Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
8. Anonimous. European Pharmacopeia. 2005.
9. Daintith, John (editor). Kamus Lengkap Kimia. 1999. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
10. Day, R.A dan A.L Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
Kelima. 1992. Penerbit Erlangga : Jakarta.
37
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
38
Lampiran1. Spektrum serapan infra merah Batch No.07D020
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
39
Lampiran 2. Spektrum serapan infra merah Batch No. 07D021
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
40
Lampiran 3. Ordinary Impurities Batch No. 07D020
Ordinary Impurities
PSEUDOEPHEDRINE HCL
SPL ref 0.1 ref 0.5 ref 1 ref 2
SAMPLE : Pseudoephedrine HCL BATCH : 07 D020 REFFERENCE : Pseudoephedrine HCL BATCH : 06 N021 Analyst : Novi Setyowati Checked by Date : 07 / 05 / 2007 Date Sign : Sign
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
41
Lampiran 4. Ordinary Impurities Batch No. 07D021
Ordinary Impurities
PSEUDOEPHEDRINE HCL
SPL ref 0.1 ref 0.5 ref 1 ref 2
SAMPLE : Pseudoephedrine HCL BATCH : 07 D021 REFFERENCE : Pseudoephedrine HCL BATCH : 06 N021 Analyst : Novi Setyowati Checked by Date : 07 / 05 / 2007 Date Sign : Sign
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
42
Lampiran 5. data dan contoh perhitungan susut pengeringan (LOD)
Pseudoefedrin HCl
Data
Batch No. 07D020 Batch No. 07D021
Sampel
1
Sampel
2
Sampel
1
Sampel
2
Berat botol timbang (A) 29.7918 27.7868 14.9189 14.9754
Berat sampel (B) 1.0009 1.0036 1.0012 1.0044
Berat sampel + botol
timbang sebelum
pemanasan (D)
30.7927 28.7904 15.9201 15.9798
Berat sampel + botol
timbang setelah pemanasan
(F)
30.7922 28.7900 15.9200 15.9796
Susut pengeringan 0.05 % 0.04% 0.01% 0.02%
Susut Pengeringan rata-rata 0.04% 0.01%
Catatan : satuan berat dalam gram
(D – F) x 100% Susut pengeringan = B Contoh Perhitungan untuk sampel 1 batch No. 07D020 :
30.7927 g – 30.7922 g x 100% Susut Pengeringan = 1.0009 g
= 0.05 %
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
43
Lampiran 6. data dan contoh perhitungan sisa pemijaran (ROI)
Pseudoefedrin HCl
Data
Batch No. 07D020 Batch No. 07D021
Sampel 1 Sampel 2 Sampel
1
Sampel
2
Berat crucible lid (A) 34.3844 39.6162 33.5612 38.5975
Berat sampel (B) 1.0070 1.0004 1.0102 1.0068
Berat sampel + crusibel lid
setelah pemijaran (C) 34.3846 39.6166 33,5614 38.5977
Sisa pemijaran 0.02 % 0.04 % 0.02 % 0.02 %
Sisa pemijaran rata-rata 0.03 % 0.02 %
Catatan : Satuan berat dalam gram
(C – A) x 100 % Sisa pemijaran = B
Contoh Perhitungan sisa pemijaran untuk sampel 1 Batch N0. 07D020 :
(34.3846 g – 34.3844 g) x 100% Sisa pemijaran = 1.0070 g
= 0.02 %
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
44
Lampiran 7. data dan contoh perhitungan rotasi spesifik Pseudoefedrin
HCl
Data
Batch No. 07D020 Batch No. 07D021
Sampel
1
Sampel
2
Sampel
1
Sampel
2
Berat sampel (g) 2.5031 2.5054 2.5045 2.5060
Derajat Rotasi (º) (+) 3.06 (+) 3.07 (+) 3.06 (+) 3.06
Volume pelarut 50 ml 50 ml 50 ml 50 ml
Rotasi Spesifik (+) 61.15 (+) 61.29 (+) 61.09 (+) 61.05
Rotasi spesifik rata-rata (+) 61.22 (+) 61.07
�x 50 x 100 Rotasi Spesifik = Berat sampel x (100-LOD)
Dimana : � = derajat rotasi yang terukur
LOD = susut pengeringan
50 = volume pelarut
100 = faktor koreksi untuk (100-LOD)
Contoh perhitungan rotasi spesifik sampel 1 batch No. 07D020
(+) 3.06º x 50 x 100 Rotasi spesifik = 2.5031 x (100 - 0.04)
= (+) 61.15º
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
45
Lampiran 8. data dan contoh perhitungan standarisasi HClO4 0.1N
Data Standarisasi 1 Standarisasi 2 Standarisasi 3
Penimbangan (mg) 700.1 700.29 700.82
Volume pereaksi
(ml)
34.715 34.733 34.735
Normalitas HClO4 0.0987 0.0987 0.0988
Normalitas rata-rata 0.0988
Bahan Baku Primer : Kalium Hidrogen Phtalat
Bst : 204.23
penimbangan (mg) Normalitas = Bst x Volume pereaksi (ml)
Contoh perhitungan untuk standarisasi 1 :
700.1 Normalitas =
204.23 x 34.715
= 0.0987 N
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
46
Lampiran 9. Data dan contoh perhitungan kadar Pseudoefedrin HCl
Data
Batch No. 07D020 Batch No. 07D021
Sampel
1
Sampel 2 Sampel
1
Sampel
2
Berat sampel (mg) 400.54 401.81 401.02 400.78
Volume sampel (ml) 20.177 20.224 20.167 20.165
Kadar (%) 100.43 100.34 100.23 100.28
Kadar rata-rata (%) 100.38 100.25
Volume sampel x N HClO4 x Bst HClO4 x 100 x 100% Kadar sampel = Berat sampel x (100-LOD) x 0.1
Dimana : N HClO4 = 0.0988
Bst HClO4 = 20.17
LOD = harga susut pengeringan
0.1 = faktor konversi untuk normalitas
100 = faktor konversi untuk (100-LOD)
Contoh perhitungan untuk sampel 1 batch No. 07D020 :
20.177 x 0.0988x 20.17x 100 x 100 % Kadar = 400.54 x (100-0.04) x 0.1
= 100.43 %
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
47
Lampiran 10. Polarimeter Polartronik E
Keterangan:
1. Sample Compartement
2. Panel Utama
Lampiran 11. Titroprocessor Metrohm 686
Lampiran 12. Shimadzu Fourier Transform Infra Red Spectrophotometer 8101
1
2
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
48
Lam
pira
n 13
. Stru
ktur
Org
anis
asi P
.T N
ovar
tis In
done
sia
Hea
d of
Tech
nica
l Ope
ratio
ns
Hea
d of
Dru
g Pr
od.
Man
ufac
ture
Hea
d of
Eng
inee
ring
H
ead
of
Qua
lity
Ass
uran
ce
Hea
d of
Pur
chas
ing
Hea
d of
SC
M
Hea
d of
Che
mic
al P
lant
Ass
ista
nt
NB
L M
fg.
Infr
astr
uctu
re
Qua
lity
Con
trol
Qua
lity
Syst
em
War
ehou
se
Che
mic
al P
rodu
ct
CPP
/IPC
Fact
ory
Adm
in.&
Secu
r
ity
H S
E
BL
Mfg
. Pr
even
tive
Mai
nt.
PPIC
Tech
Ops
HR
BPA
48
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.
49
Lam
pira
n 14
. Stru
ktur
Org
anis
asi Q
ualit
y A
ssur
ance
Err
or!
Hea
d of
Qua
lity
Ass
uran
ce
Secr
etar
y
Qua
lity
Com
plia
nce
Qua
lity
Con
trol
1.
Sem
i Fin
ishe
d Pr
oduc
ts/F
inis
hed
Goo
ds, S
enio
r A
naly
st
2.
Mic
robi
olog
y, S
enio
r A
naly
st
3.
Pack
agin
g M
ater
ial,
Seni
or A
naly
st
4.
Raw
Mat
eria
l, Se
nior
A
naly
st
5.
Qua
lity
Con
trol
Sp
ecia
list
6.
Qua
lity
Con
trol
C
ompl
ianc
e
7.
Ana
lyst
s
1.
GM
P C
ompl
ianc
e O
ffic
er
2.
Dru
g R
egul
ator
y C
ompl
ianc
e 3.
B
atch
Rec
ord
Rev
iew
er
Qua
lity
Syst
em
Qua
lity
Syst
em
Off
icer
Pack
agin
g D
evel
opm
ent
Tex
t Des
ign
Prep
arat
ion
Pack
agin
g D
evel
opm
ent
Spec
ific
atio
n an
d C
ompl
ianc
e
49
Analisis pseudoefedrin..., Novi Setyowati, FMIPA UI, 2007.